210410911201101541

78
i EFEK POTENSIASI LARVASIDA KOMBINASI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum Linn) DAN BIJI JARAK (  Ricinus communis  Linn) TERHADAP Aedes aegyp ti SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELISA GUNAWAN G0007192 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: aldibae

Post on 18-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 1/78

i

EFEK POTENSIASI LARVASIDA KOMBINASI EKSTRAK DAUN

KEMANGI (Ocimum sanctum Linn) DAN BIJI JARAK ( Ricinus communis 

Linn) TERHADAP Aedes aegypti 

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ELISA GUNAWAN

G0007192

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 2/78

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Efek Potensiasi Larvasida Kombinasi Ekstrak Daun

Kemangi (Ocimum sanctum Linn) dan Biji Jarak ( Ricinus communis Linn)

terhadap Aedes aegypti

Elisa Gunawan, NIM : G 0007192, Tahun 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis, Tanggal 13 Januari 2011

Pembimbing Utama  Nama : Darukutni, dr., Sp.ParK

 NIP : 19470809 197603 1 001 (................................)

Pembimbing Pendamping Nama : Murkati, dr., Sp.ParK

 NIP : 19501224 197603 2 001 (................................)

Penguji Utama

 Nama : Paramasari Dirgahayu, dr., Ph.D

 NIP : 19660421 199702 2 001 (................................)

Anggota Penguji

 Nama  : Suyatmi, dr., M.Biomed., Sc. 

 NIP : 19720105 200112 2 001 (................................)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes. Prof.Dr.H. AA. Subijanto, dr., MS.

 NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003 

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 3/78

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

 pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 13 Januari 2011

Elisa Gunawan

 NIM. G 0007192

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 4/78

iv

ABSTRAK

Elisa Gunawan, G.0007192, 2011. Efek Potensiasi Larvasida Kombinasi EkstrakDaun Kemangi (Ocimum sanctum Linn) dan Biji Jarak ( Ricinus communis Linn)

terhadap Aedes aegypti. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.

Tujuan:  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek potensiasi larvasida

kombinasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) dan biji jarak ( Ricinus

communis Linn) terhadap Aedes aegypti.

Metode:  Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik yang

menggunakan rancangan penelitian the post test only controlled group design. 

Subyek adalah larva Aedes aegypti instar IV. Penelitian ini memakai tiga macamekstrak yaitu ekstrak daun kemangi, ekstrak biji jarak, dan ekstrak kombinasi

keduanya. Ada 3 kelompok perlakuan sesuai macam-macam ekstrak. Tiap

kelompok perlakuan terdiri atas 6 konsentrasi yaitu : 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%;

2,2%; dan 2,6%. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Sampel yang

digunakan sebanyak 20 larva tiap konsentrasi dari masing-masing kelompok

 perlakuan. Efek potensiasi larvasida diukur dari jumlah larva yang mati karena

 perlakuan dari ketiga macam ekstrak. Data yang didapat dianalisis menggunakan

One Way ANOVA  dengan level signifikansi = 0,05 dan uji LSD.  Nilai  Lethal

Concentration dianalisis dengan analisis Probit.

Hasil:  Hasil analisis Probit adalah sebagai berikut: nilai LC50  ekstrak daun

kemangi didapatkan pada konsentrasi 0,927 %; LC50 ekstrak biji jarak didapatkan

 pada konsentrasi 1,217 %; dan LC50  ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji

 jarak dengan perbandingan sama (1 : 1) didapatkan pada konsentrasi 1,031%.

Simpulan: Kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak tidak memiliki efek

 potensiasi sebab efek kombinasi keduanya (dengan proporsi/perbandingan yang

sama) tidak berbeda nyata dengan efek masing-masing komponennya secara

terpisah/tunggal yaitu sedikit lebih rendah dibandingkan dengan daun kemangi

(LC50 0,927 %) dan sedikit lebih tinggi daripada biji jarak (LC50 1,217 %).

Kata kunci: Larvasida, Ocimum sanctum, Ricinus communis, Aedes aegypti

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 5/78

v

ABSTRACT

Elisa Gunawan, G.0007192, 2011. Larvicidal Potentiation Activity of

Combination of Ocimum sanctum Linn Leaves and Ricinus communis Linn Seeds

Extracts Against  Aedes aegypti. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University,

Surakarta.

Objectives: This research was conducted to know the larvicidal potentiation

effect of combination of Ocimum sanctum  Linn leaves and  Ricinus communis 

Linn seeds extracts against Aedes aegypti.

Method: This research used laboratory experimental method with the post test

only group design. The subject were earlier 4th  instar  Aedes aegypti  larvae. Thisresearch used three kinds of extracts. They were Ocimum sanctum leaves extract,

 Ricinus communis seeds extract, and the combination of two extracts. There were

three treatment groups according to the kinds of extracts. Each treatment group

consisted of 6 concentrations : 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; and 2,6%. The

samples taken with purposive sampling technique. The sum of the samples were

20 larvae each concentration of each treatment group. Larvicidal potentiation

effect were measured from larvae death amount because of treatment. Data which

is gained, is analized using One Way ANOVA on significance level = 0,05 and

continued by LSD. Lethal Concentration value were analized by Probit.

Results:  The result of analysis Probit of Ocimum sanctum  leaves extract were

LC50 = 0,927 %; the result of analysis Probit of  Ricinus communis  seeds extract

were LC50 = 1,217 %; and the result of analysis Probit of combination of Ocimum

sanctum leaves and Ricinus communis extracts with the equal quantity (1:1) were

LC50 = 1,031%.

Conclusions: Combination of Ocimum sanctum  leaves and  Ricinus communis 

extracts did not have potentiation effect because the lethal effect of the

combination effect of the two extracts (with the equal quantity) were not differ

with the effect of each singular component and less than Ocimum sanctum leaves

(LC50 0,927 %) but higher than Ricinus communis seeds (LC50 1,217 %).

Key Words: Larvicide, Ocimum sanctum, Ricinus communis, Aedes aegypti 

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 6/78

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Alloh SWT yangtelah melimpahkan segala berkah, nikmat, serta hidayahNya, sehingga dengan ini

 peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Efek Potensiasi

Larvasida Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn)  danBiji Jarak ( Ricinus communis Linn) terhadap Aedes aegypti”  ini dengan baik.

Selama penyusunan skripsi ini, tentunya peneliti tidak terlepas dari

 berbagai hambatan dan kendala yang berarti, namun berkat bimbingan dan

 bantuan semua pihak, peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Untuk itu

 perkenankanlah dengan setulus hati peneliti haturkan rasa terima kasih dan

 penghormatan sedalam-dalamnya kepada :

1.  Prof. Dr. H.A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Pimpinan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.2.  Muthmainah, dr., M.Kes., DAFK, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.  Darukutni, dr., Sp.ParK., selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan dan koreksi dalam penelitian ini.

4.  Murkati, dr., Sp.ParK., selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan dan koreksi dalam penelitian ini.

5.  Paramasari Dirgahayu, dr., Ph.D., selaku Penguji Utama yang telah

memberikan saran dan nasihat yang melengkapi kekurangan-kekurangan

dalam penulisan skripsi ini.

6.  Suyatmi, dr., M.BioMed., Sci., selaku Anggota Penguji yang telah

memberikan saran dan nasehat yang melengkapi kekurangan-kekurangan

dalam penulisan skripsi ini.

7.  Seluruh Staf Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

8.  Segenap Staf Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas semua bantuan dalam penulisan skripsi ini.

9.  Kepala Bidang Pelayanan B2P2VRP Salatiga beserta seluruh Staf BPVRP

Salatiga atas ijin dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.

10. Kepala B2P2TO2T dan seluruh staf yang membantu pembuatan ekstrak.

11. 

Kedua orangtua peneliti, Bp. Agus Gunawan dan Ibu Sri Wahyuni yang

senantiasa memberikan semangat, doa, dukungan moral dan materiil.12. 

Saudara-saudara dan teman-teman, Marisa, Bindra, Merint, Billy, Switcha,

Om Ari, Tante Atun, Ajeng, Ardani, Mira, Fatna, Lita, Rani, dan Anggi

atas motivasi dan bantuan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

 berkepentingan khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Surakarta, Januari 2011

Elisa Gunawan

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 7/78

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA…………..……………………………………………………… vi

DAFTAR ISI………………………………………………………………... vii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………..……………... ix

DAFTAR TABEL …………………………………………………….......... x

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xii

BAB I. PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah……………………………………........1

B.  Perumusan Masalah………………………………………….......4

C.  Tujuan Penelitian…………………………………………….......5

D.  Manfaat Penelitian…………………………………………….....5

BAB II. LANDASAN TEORI

A.  Tinjauan Pustaka…………………………………………….......6

B.  Kerangka Berpikir……………………………………………….26

C.  Hipotesis………………………………………………………...27

BAB III. METODE PENELITIAN

A. 

Jenis Penelitian……………………………………………….....28

B.  Lokasi Penelitian………………………………………………...28

C.  Obyek Penelitian………………………………………………...28

D.  Teknik Sampling……………………………………………......28

E. 

Desain Penelitian………………………………………………..29

F. 

Identifikasi Variabel………………………………………........35

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 8/78

viii

G.  Definisi Operasional Variabel …………………………………36

H. 

Instrumen dan Bahan Penelitian……………………………….39

I. 

Cara Kerja……………………………………………………...40

J. 

Teknik Analisis Data…………………………………………..50

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A.  Hasil Penelitian………………………………………………...51

B.  Analisis Data…………………………………………………...59

BAB V PEMBAHASAN……………………………………………….….62

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A.  Simpulan……………………………………………………....66

B.  Saran…………………………………………………………..66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 9/78

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Larva Aedes aegypti………………………………………. 6

Gambar 2. Siklus hidup  Aedes aegypti……………………………….. 10 

Gambar 3. Ocimum sanctum Linn……………………………………. 13

Gambar 4.  Ricinus communis Linn…………………………………… 20

Gambar 5. Grafik jumlah kematian larva  Aedes aegypti  pada ketiga

macam ekstrak perlakuan selama 24 jam......................... 58

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 10/78

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah dipapar dengan

ekstrak daun kemangi dengan berbagai konsentrasi selama 24

 jam pada uji coba pendahuluan................................................ 51

Tabel 2. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah dipapar dengan

ekstrak biji jarak dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam

 pada uji coba pendahuluan…………………………………... 52 

Tabel 3. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah dipapar dengan

ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji jarak dengan

 berbagai konsentrasi selama 24 jam pada uji coba

 pendahuluan.............................................................................. 53 

Tabel 4. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah perlakuan

dengan ekstrak daun kemangi dengan berbagai konsentrasi

selama 24 jam............................................................................ 53 

Tabel 5. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah perlakuan

dengan ekstrak biji jarak dengan berbagai konsentrasi selama

24 jam………………………………………………………… 55 

Tabel 6. Jumlah kematian larva Aedes aegypti setelah perlakuan

dengan kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak

dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam............................. 56 

Tabel 7. Hasil Uji Saphiro Wilk (Uji Normalitas Data).......................... 59 

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 11/78

xi

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Varians (Varians Data Normal)........... 60 

Tabel 9. Hasil Uji Statistik One Way ANOVA………………………... 60 

Tabel 10. Hasil Uji LSD………………………………………………… 61 

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 12/78

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Probit Uji Pendahuluan Ekstrak Daun Kemangi

Lampiran 2. Hasil Analisis Probit Uji Pendahuluan Ekstrak Biji Jarak  

Lampiran 3. Hasil Analisis Probit Uji Pendahuluan Ekstrak Kombinasi 1:1 

Lampiran 4. Hasil Analisis Probit Uji Penelitian Ekstrak Daun Kemangi 

Lampiran 5. Hasil Analisis Probit Uji Penelitian Ekstrak Biji Jarak  

Lampiran 6. Hasil Analisis Probit Uji Penelitian Ekstrak Kombinasi 1:1 

Lampiran 7. Hasil Uji One Way ANOVA Penelitian Ekstrak Kombinasi 1:1 

Lampiran 8. Hasil Uji LSD Penelitian Ekstrak Kombinasi 1:1

Lampiran 9. Foto Hasil Penelitian

Lampiran 10. Surat Izin Pembuatan Ekstrak  

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian dan Pembelian Larva

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 13/78

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau  Dengue Hemorrhagic Fever  

(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena infeksi virus yang sangat

 berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dunia dalam waktu

yang sangat pendek ( beberapa hari). Gejala klinik DBD berupa demam tinggi

yang berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari dan manifestasi perdarahan yang

 biasanya didahului dengan terlihatnya tanda khas berupa bintik-bintik merah

( petechie) pada bagian-bagian badan penderita. Jika gejala-gejala ringan tanpa

disertai pendarahan, penyakitnya disebut Demam Dengue (DD) atau  Dengue

Fever   (DF). Penderita dapat pula mengalami sindrom syok dan meninggal

(Agoes, 2009). Demam Berdarah Dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara,

Pasifik Barat, dan Karibia (Suhendro dkk, 2006). Penyakit ini termasuk sepuluh

 penyebab perawatan di rumah sakit dan kematian pada anak-anak pada sedikitnya

delapan Negara-negara tropis Asia (WHO, 1999).

Vektor utama demam dengue adalah Aedes aegypti (Sembel, 2009). Aedes 

aegypti  tersebar luas di seluruh Indonesia meliputi semua provinsi yang ada

(Agoes, 2009). Virus dengue dibawa oleh nyamuk  Aedes aegypti dan  Aedes

albopictus  ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut (Mansjoer dkk,

1

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 14/78

2

2005). Virus demam dengue terdiri atas 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

DEN-4 (Sembel, 2009). DBD terjadi bilamana pasien mengidap virus dengue

sesudah terjadi infeksi sebelumnya oleh tipe virus dengue yang lain (Sembel,

2009). Vaksin dengue saat ini sangat dibutuhkan untuk menekan penyebaran

 penyakit dengue secara global. Namun demikian, sampai sekarang belum ada

vaksin yang siap digunakan untuk menangkal infeksi keempat serotipe virus

dengue (Garjito, 2007)

Pada area dengan kejenuhan populasi manusia yang tinggi, banyak orang

yang mungkin terpajan dengan nyamuk  Aedes aegypti, meskipun indeks rumah

nyamuk rendah (WHO, 1999). Dilakukan berbagai cara pengendalian spesies

nyamuk sebagai usaha mengeliminasi DBD. Pengendalian larva merupakan salah

satu cara efektif di dalam pengendalian vektor DBD (WHO, 1999). Upaya

membasmi nyamuk Aedes aegypti yang paling efektif dan perlu dilakukan, justru

ketika nyamuk-nyamuk itu masih dalam bentuk jentik-jentik (Indrawan, 2001).

Dikenal beberapa insektisida sintetik seperti  DDT, abate/temefos, malathion,

baygon, dieldrin, dan  piretrum. Saat ini DDT sudah tidak diproduksi lagi dan

dilarang penggunaannya diberbagai negara karena dampaknya yang sangat

merusak lingkungan, yaitu mematikan makhluk hidup lainnya yang bukan

targetnya. Bahan kimia anorganik yang terkandung dalam insektisida piretrum

diketahui menimbulkan efek paralisis pada serangga namun mengiritasi bronkus

dan menyebabkan sesak napas pada manusia (Agoes, 2009). Hal ini menyebabkan

orang terus mencari insektisida dan larvasida yang aman bagi lingkungan, tidak

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 15/78

3

menimbulkan atau sedikit masalah resistensi. serta mudah memperolehnya

(Boewono, 2004). Sifat-sifat insektisida yang baik adalah tidak berbahaya bagi

manusia dan ternak, memiliki daya bunuh besar dan cepat, serta harga murah dan

mudah didapat (Agoes, 2009).

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki flora yang sangat beragam dan

mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber

 bahan insektisida botani. Dewasa ini penelitian tentang famili tumbuhan yang

 berpotensi sebagai insektisida botani telah banyak dilaporkan (Sarjan, 2007).

Dinata (2008) meneliti tentang ekstrak kulit jengkol (P. lobatum) yang bersifat

toksik terhadap larva  Aedes aegypti karena mengandung flavonoid, tanin,

alkaloid, dan saponin. Menurut penelitian Rohmawati (1995), ekstrak daun

 pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) bisa membunuh larva  Aedes aegypti

karena mengandung polifenol, flavonoid, saponin, minyak atsiri, dan alkaloid.

Cara kerja senyawa-senyawa kimia seperti yang terkandung dalam tanaman-

tanaman tersebut di atas adalah sebagai stomach poisoning atau racun perut yang

dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan larva  Aedes aegypti,

sehingga larva tersebut gagal tumbuh dan akhirnya mati (Dinata, 2008).

Daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) mengandung beberapa senyawa di

antaranya flavonoid, saponin, tanin, dan eugenol yang merupakan zat-zat yang

 bersifat toksik terhadap larva (Depkes RI, 2001; Dharmayanti, 2008; Sudarsono

dkk, 2002). Flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 16/78

4

 bersifat menghambat nafsu makan serangga (Dinata, 2008). Saponin dapat

menghambat kerja enzim proteolitik yang menyebabkan penurunan aktivitas

enzim pencernaan dan penggunaan protein (Suparjo, 2008). Tanin dapat

menurunkan kemampuan mencerna makanan pada serangga dengan cara

menurunkan aktivitas enzim pencernaan (Dinata, 2008). Eugenol bertindak

sebagai racun perut dan menghambat reseptor perasa pada mulut larva (Prasetya,

2006).

Biji jarak ( Ricinus communis L.) mengandung ricin yaitu suatu protein

enzim yang memiliki 2 rantai yaitu rantai A dan rantai B. Rantai A memiliki

aktivitas toksik karena menghambat sintesis protein dengan menginaktivasi

 pabrik pembuatan protein yakni ribosom (Sinaga, 2005; Hadi, 2004).

Menarik untuk diteliti adakah efek potensiasi larvasida kombinasi kedua

ekstrak tumbuhan ini, yakni campuran daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dan

 biji jarak ( Ricinus communis L.) terhadap nyamuk Aedes aegypti. 

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

Apakah kombinasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dan biji

 jarak ( Ricinus communis L.) mempunyai efek potensiasi larvasida terhadap Aedes

aegypti ?

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 17/78

5

C. 

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang efek potensiasi larvasida

kombinasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) dan biji jarak ( Ricinus

communis L.) terhadap Aedes aegypti.

D.  Manfaaat Penelitian

1. Teoritik :

a.  Menambah pengetahuan dalam bidang fitofarmaka

 b.  Menambah data khusus tentang efek potensiasi larvasida kombinasi

ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) dan biji jarak (Ricinus

communis Linn) terhadap. larva  Aedes aegypti, dengan adanya bukti-

 bukti empiris dalam penelitian.

2. Aplikatif

a.  Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat ilmiah pada khususnya

dan masyarakat luas pada umumnya tentang manfaat kombinasi ekstrak

daun kemangi (Ocimum sanctum) dan biji jarak (Ricinus communis). 

 b.  Membuka peluang kemungkinan pembuatan preparat larvasida dari

ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) dan biji jarak (Ricinus

communis). 

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 18/78

6

BAB II 

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Nyamuk Aedes Aegypti

a. Klasifikasi

Menurut Gandahusada dkk (1998) nyamuk termasuk dalam:

1) Kingdom : Animalia

2). Filum : Arthropoda

3) Kelas : Insecta

4) Ordo : Diptera

5) Famili : Culicidae

6) Genus : Aedes

7) Spesies : Aedes aegypti 

Gambar 1. Larva Aedes aegypti 

6

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 19/78

7

 b. Morfologi :

1) Telur : warna hitam, oval, tunggal, tanpa pelampung, (Hadi dan

Koesharto, 2006). Telur aedes berupa elips mempunyai permukaan yang

 poligonal dan tidak menetas sebelum digenangi air (Brown, 1979).

Terdapat garis-garis yang membentuk gambaran menyerupai anyaman

kain kasa. Telur diletakkan di atas pemukaan air dalam keadaan

menempel pada dinding sekitar 100 butir telur (Gandahusada dkk,

1998).

2) Larva : larva (jentik) memiliki sifon yang panjang atau pendek,

membentuk sudut pada permukaan air, abdomen tanpa rambut palmat

dan keping tergal, tubuh larva tertutup oleh rambut-rambut keras (Hadi

dan Koesharto, 2006). Pada segmen terakhir abdomen terdapat gigi sisir

dengan/tanpa duri samping (Ismid, 2000). Larva  Aedes aegypti  dapat

tumbuh secara optimal pada air dengan pH 5,8-8,0 dan pada suhu antara

25-32° Celcius (Hidayat dkk, 1997). Larva mengalami 4 kali pergantian

kulit (instar) dan segera berubah menjadi pupa (Hadi dan Koesharto,

2006).

3) Pupa : bentuk pupa yaitu fase tanpa makan dan sangat aktif jungkir-balik

di air (Hadi dan Koesharto, 2006). Pupa nyamuk berbentuk oval dengan

ujung abdomen seperti ekor. Memiliki tabung pernafasan yang pendek

atau panjang dan ujungnya tidak meluas. Ruas-ruas abdomen 2-7, tidak

memiliki spina (Hadi dan Koesharto, 2006). Bentuk tubuh seperti koma,

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 20/78

8

 bersifat aktif dan sensitif terhadap gerakan dan cahaya (Wulandari,

2001). Pupa menjadi dewawa di atas permukaan air yang tenang.

Stadium ini hanya berlangung dalam waktu 2-3 hari. (Hadi dan

Koesharto, 2006). Pupa memperoleh oksigen yang diperlukan dengan

menusuk saluran udara dari akar tanaman air tertentu dengan tabung

 pernafasannya (Cheng, 1964).

4) Dewasa : Baik nyamuk jantan atau betina dalam posisi istirahat paralel

dengan permukaan tempat istirahat. Nyamuk dewasa berukuran panjang

3-6 mm, langsing, tungkainya panjang, sayapnya sempit dengan vena

(Hadi dan Koesharto, 2006). Vena sayap pada umumnya lurus dan

 bersisik (Soedarto, 2002). Sisik sayap seringkali berwarna coklat atau

kehitam-hitaman atau campuran antara pucat gelap tersebar pada vena

sayap. Sisik sayapnya menyebar meliputi seluruh bagian sayap sampai

ke ujung-ujungnya. Abdomen tertutup oleh sisik (Hadi dan Koesharto,

2006). Toraks mempunyai gambaran bulan sabit yang dibentuk oleh

sisik-sisik putih keperakan (Soedarto, 2002). Panjang palpus nyamuk

 betina lebih pendek daripada proboscisnya sedangkan pada nyamuk

 jantan palpusnya melebihi panjang proboscisnya (Hadinegoro dan

Satari, 1999). Proboscis panjang dan langsing. Antena yang betina

 pilose sedang yang jantan plumose (Soedarto, 2002).

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 21/78

9

c. Siklus Hidup

 Nyamuk  Aedes aegypti dalam siklus hidupnya mengalami 

metamorfosa lengkap, sebagaimana serangga lain dalam ordo Diptera.

Stadium yang dialami meliputi stadium telur, larva, pupa, dan dewasa

(Wulandari, 2001). Nyamuk dewasa bertelur di air, hari pertama langsung

menjadi jentik sampai hari ke-4, lalu menjadi pupa (kepompong),

kemudian akan meninggalkan rumah pupanya menjadi nyamuk dewasa

(Judarwanto, 1997). Larva terdiri atas 4 stadium perkembangan dan

mengambil makanan dari tempat perindukannya. bentuk larva antar

stadium disebut sub stadium atau instar. Pertumbuhan larva stadium 1

sampai dengan stadium IV berlangsung 6-8 hari.

1) 

Larva instar I, diidentifikasi dengan melihat penampakan pada bagian

dorsal yang hitam dari pecahan telur (Hoedojo, 1998)

2)  Larva instar II, diidentifikasi dengan melihat ukurannya yaitu 2,5-3,9

mm dan penampakan secara umum, yaitu kulitnya sudah mulai

menutupi seluruh permukaan tubuh (Hoedojo, 1998).

3)  Larva instar III, seluruh kulitnya menutupi bagian tubuh dan berubah

 jadi gelap dan keras. sifon gemuk, warna lebih gelap dibandingkan

dengan warna abdomen dan thorax (Hoedojo, 1998). Larva berukuran

4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernapasan berwarna

coklat kehitaman (Wibowo, 2007).

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 22/78

10

4) 

Larva instar IV, tingkat kegelapan pada terompet atau sifon mulai

 berkurang dan badannya yang semula pucat secara bertahap berubah

menjadi kuning kemudian coklat. Larva instar IV berukuran kurang

lebih 7 x 4 mm, memiliki pelana terbuka, bulu sifon 1 pasang dan gigi

sisir yang berduri lateral (Hoedojo, 1998).

Gambar 2. Siklus hidup  Aedes aegypti 

d. Perilaku

 Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat

 peindukannya 1-2 cm di atas permukaan air. Tempat istirahat  Aedes

aegypti  berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan

yang terdapat di halaman kebun.pekarangan rumah. Umur nyamuk dewasa

 betina di alam bebas kira-kira 10 hari, sedangkan di laboratorium mencapai

dua bulan.  Aedes aegypti mampu terbang sejauh dua kilometer, walaupun

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 23/78

11

umumnya jarak terbangnya adalah pendek yaitu kurang lebih 40 meter

(Sutanto dkk, 2008). Aedes aegypti bersifat antropofilik dan hanya nyamuk

 betina yang menggigit. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit

 berulang (Soedarmo, 1983). Nyamuk jantan adalah vegetarian, memakan

sari tumbuh-tumbuhan (Cheng, 1964).

e. Tempat Perindukan

 Nyamuk Aedes aegypti hanya bertelur di tempat genangan air jernih

dan tidak bersarang di air got dan semacamnya. Siklus perkembangbiakan

nyamuk berkisar antara 10-12 hari. Nyamuk  Aedes aegypti  menyukai

tempat-tempat penampungan berair jernih dan terlindung dari sinar

matahari langsung sebagai tempat perindukannya (Hidayat, 1997). Di

tempat perindukan  Aedes aegypti,  sering kali ditemukan jentik  Aedes

albopictus  yang hidup bersama-sama. (Agoes, 2009).  Aedes aegypti  dan

aedes albopictus dapat dibedakan dari pola sisik pada toraks.  Aedes aegypti 

 pola sisik-sisik putih keperakan pada toraknya berupa gambaran bulan

sabit, sedangkan aedes albopictus berupa satu garis longitudinal (Soedarto,

2002).

f. Distribusi Geografis

 Aedes aegypti  tersebar luas di seluruh pelosok tanah air, meliputi

semua propinsi yang ada di Indonesia kecuali wilayah yang ketinggiannya

lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Gandahusada dkk, 1998).

Sampai saat ini penyebaran dengue masih terpusat di daerah tropis yaitu

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 24/78

12

Australia Utara bagian Timur, Asia Tenggara, India dan sekitarnya, Afrika,

Amerika Latin, dan sebagian Amerka Serikat. Namun, dengan adanya

 pemanasan global, dengue  diperkirakan akan meluas sampai ke daerah-

daerah beriklkim dingin (Sembel, 2009). Dengue dapat terjadi di perkotaan

maupun pedesaan. Di daerah perkotaan bertindak sebagai vektor utama

adalah nyamuk  Aedes aegypti sedang di daerah pedesaan nyamuk  Aedes

albopictus (Soedarto, 2003).

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan larva

1) pH air, pH di mana larva Aedes aegypti tumbuh dan berkembang yaitu

antara 5,8-8,6, di luar kondisi tersebut akan menghambat pertumbuhan

dan perkembangan sehingga larva akan mati (Hidayat dkk, 1997).

2) Suhu air, suhu juga dapat mempengaruhi kematian larva  Aedes

aegypti. Suhu optimal tumbuh kembang larva Aedes aegypti pada suhu

25-32°C (Hidayat dkk, 1997).

3) Makanan, makanan larva berpengaruh terhadap kematian larva  Aedes

aegypti, larva hampir memakan semua bakteri, tepung sari, makanan

ikan dan obyek renik lain di sekitarnya (Nurachman, 2004)

4) Media, larva Aedes aegypti tumbuh baik pada media air jernih (WHO,

1999).

5) Musim, turunnya hujan dapat mempengaruhi pola makan dan

reproduksi nyamuk sehingga dapat meningkatkan kepadatan populasi

nyamuk vektor (WHO, 1999).

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 25/78

13

2. Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum Linn)

a. Taksonomi

Klasifikasi Kemangi adalah sebagai berikut :

1) Kingdom : Plantae

2) Divisi : Spermatophyta

3) Subdivisi : Angiospermae

4) Kelas : Dicotyledonae

5) Ordo : Tubiflorae

6) Famili : Labiatae

7) Genus : Ocimum

8) Species : Ocimum sanctum Linn

(Depkes RI, 2001)

Gambar 3. Ocimum sanctum Linn

 b. Nama daerah

1) Kemangi (Jawa)

2) Kemanghi (Madura)

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 26/78

14

(Hariana, 2005)

c. Habitat

Di Indonesia kemangi banyak terdapat di daerah Jawa dan Madura.

Banyak ditemukan di sekitar pinggiran ladang, sawah kering, juga ditanam

di taman dan di pinggir jalan, hutan terbuka, padang rumput, tumbuh liar di

 jalanan dan kadang-kadang juga dibudidayakan. Tanaman ini dapat tumbuh

di dataran rendah hingga ketinggian 1100 di atas permukaan air laut.

Tanaman ini biasanya ditanam antara pertengahan bulan Februari sampai

 bulan September (Sudarsono dkk, 2002).

d. Morfologi daun kemangi

Tumbuhan kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin,

 berbau harum, dan menyegarkan (Hariana, 2005). Daun tunggal,

 berhadapan, dan tersusun dari bawah ke atas. Panjang tangkai daun 0,25-3

cm dengan setiap helaian daun yang berbentuk bulat telur sampai elips,

memanjang, dan ujung meruncing atau tumpul. Pangkal daun pasak sampai

membulat, di kedua permukaan berambut halus. Tepi daun bergerigi lemah,

 bergelombang, atau rata (Sudarsono dkk, 2002).

Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga yang berbentuk

menegak. Bunganya dari jenis hermafrodit, berwarna putih, dan berbau

sedikit wangi. Bunga majemuk berkarang dan di ketiak daun ujung terdapat

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 27/78

15

daun pelindung berbentuk elips atau bulat telur dengan panjang 0,5-1 cm.

Kelopak bunga berbentuk bibir, sisi luar berambut kelenjar, berwarna ungu

atau hijau, dan ikut menyusun buah. mahkota bunga berwarna putih dengan

 benang sari tersisip di dasar mahkota dan kepala putik bercabang dua

namun tidak sama (Sudarsono dkk, 2002).

Buah berbentuk kotak, berwarna coklat tua, tegak, dan tertekan

dengan ujung membentuk kait melingkar, panjang kelopak buah 6-9 mm.

Biji berukuran kecil, bertipe keras, coklat tua, dan waktu dibasahi segera

membengak. Tiap buah terdiri dari empat biji. Akar tunggang dan berwarna

 putih kotor (Mangoting dkk, 2005 ; Sudarsono dkk  , 2002).

e. Kandungan Kimia

Tumbuhan kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin,

 berbau harum, dan menyegarkan (Hariana, 2005). Beberapa bahan kimia

yang terkandung pada seluruh bagian tanaman kemangi di antaranya 1,8

sineol, anethol, apigenin, stigmaasterol, triptofan, tannin, sterol, dan boron

(Hariana, 2005 ; Dharmayanti, 2008). Tanaman ini juga mengandung asam

askorbat, asam kafeat, iskuin, histidin, magnesium,  dan betasitosterol.

Semua senyawa berkhasiat ini diperlukan tubuh untuk menjaga kesehatan

(Avianto, 2007). Selain itu, daun Ocimum sanctum  mengandung saponin

dan flavonoid, sedangkan bijinya mengandung saponin, flavonoid, dan

 polifenol (Depkes RI, 2001).

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 28/78

16

Daun kemangi mengandung minyak atsiri dengan eugenol sebagai

komponen utama (Sudarsono dkk, 2002). Cara kerja senyawa tersebut

adalah dengan bertindak sebagai racun perut yang membunuh larva dengan

masuk dalam tubuh larva, maka alat pencernaannya akan terganggu. Selain

itu, senyawa ini menghambat reseptor perasa pada mulut larva. Hal ini

mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak

mampu mengenali makanannya. Akibatnya, larva mati kelaparan (Prasetya,

2006).

Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan

spesies tanaman yang berbeda, terutama tanaman dikotil, dan berperan

sebagai bagian dari sistem pertahanan tanaman dan termasuk ke dalam

kelompok besar molekul pelindung tanaman. Saponin diketahui

mempunyai efek anti serangga karena saponin yang terdapat pada makanan

yang dikonsumsi serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan

dan penyerapan makanan. Beberapa saponin juga bekerja sebagai efek anti

 jamur dan anti mikroba (Dinata, 2008; Suparjo, 2008).

Istilah saponin diturunkan dari bahasa Latin sapo yang berarti

sabun, diambil dari kata saponaria vaccaria, suatu tanaman yang

mengandung saponin digunakan sebagai sabun untuk mencuci. Saponin

larut dalam air tetapi tidak larut dalam eter (Suparjo, 2008). Saponin

ternyata dapat mengikat sterol bebas dalam pencernaan makanan, di mana

sterol berperan sebagai prekursor hormon edikson, sehingga dengan

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 29/78

17

menurunnya jumlah sterol bebas akan mengganggu proses pergantian kulit

 pada serangga (moulting) (Dinata, 2008).

Bahan sabun tanpa dicampur apapun dapat berfungsi sebagai

larvasida. Pengaruh sabun terlihat pada gangguan fisik pada tubuh serangga

 bagian luar (kutikula), yakni mencuci lapisan lilin yang melindungi tubuh

serangga dan menyebabkan kematian karena serangga akan kehilangan

 banyak cairan tubuh. Saponin juga dapat masuk melalui organ pernapasan

dan menyebabkan membran sel rusak atau proses metabolisme terganggu

(Novizan, 2002). Saponin juga mengandung steroid yang dapat

menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva

sehingga dinding traktus digestivus larva menjadi korosif (Shashi et al.,

1991).

Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat

racun/aleopati, merupakan persenyawaan glukosida yang terdiri dari gula

yang terikat dengan flavon. Flavonoid merupakan salah satu golongan

fenol alam yang terbesar. Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen

yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari

fungus sampai angiospermae (Dinata, 2009). Hasil yang ditunjukkan oleh

Smith bahwa flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang

dapat bersifat menghambat nafsu makan serangga (antifeedant ) dan juga

 bersifat toksik (Dinata, 2008).

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 30/78

18

Tannin merupakan senyawa polifenol yang menyebabkan rasa sepat

 pada buah atau bagian tanaman lain disebabkan karena tannin dapat

mengendapkan protein, sehingga jika tannin kontak dengan lidah maka

reaksi pengendapan protein ditandai dengan rasa sepat atau astringen.

Tannin sebagai senyawa polifenol memiliki aktivitas sebagai antioksidan

(Wiryowidagdo, 2009). Tannin dapat menurunkan kemampuan mencerna

makanan pada serangga dengan cara menurunkan aktivitas enzim

 pencernaan (protease dan amilase). Tanin juga mampu mengganggu

aktivitas penyerapan protein pada dinding usus. Respon jentik terhadap

senyawa ini adalah menurunnya laju pertumbuhan dan gangguan nutrisi

(Dinata, 2008).

Sebuah penelitian oleh Anees (2008) dalam mengevaluasi

kandungan senyawa larvasida nabati dari ekstrak daun dan bunga Ocimum

sanctum Linn  terhadap  Aedes aegypti yaitu aseton, kloroform, etil asetat,

heksana, dan metanol masing-masing memperoleh nilai LC50 425,94;

150,40; 350,78; 575,26; dan 175,67 ppm.

f. Manfaat

Kemangi digunakan sebagai makanan fungsional yang lezat

sekaligus berkhasiat obat. Secara turun-temurun, kemangi dimanfaatkan

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 31/78

19

untuk mengatasi perut kembung atau masuk angin. Sari daun kemangi

 berkhasiat menyembuhkan diare, nyeri payudara, batu ginjal, gangguan

 pada vagina, dan juga dapat mengatasi albuminuria, yaitu adanya

konsentrasi albumin di dalam urin. Menurut tim peneliti dari Center for

 New Crops and Plant Products, Purdue University,  AS, daun kemangi

terbukti ampuh untuk menyembuhkan sakit kepala, pilek, diare, sembelit,

cacingan, dan gangguan ginjal. Merekapun mengemukakan keampuhan

 pengobatan menggunakan daun kemangi, yaitu dapat mengatasi sakit

maag, perut kembung, masuk angin, kejang-kejang, dan badan lesu. Selain

itu, minyak kemangi berkhasiat mengatasi demam, batuk, selesma,

 pelancar ASI, gangguan pencernaan seperti salah cerna, muntah-muntah,

infeksi usus, radang lambung, serta gas dalam usus. Aroma kemangi dapat

menolak gigitan nyamuk (Dhamaryanti, 2003).

3. Tanaman Jarak ( Ricinus communis Linn)

a. Taksonomi

Klasifikasi ilmiah tanaman jarak adalah sebagai berikut :

1) Kingdom : Plantae

2) Divisi : Spermatophyta

3) Subdivisi : Angiospermae

4) Kelas : Dicotyledonae

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 32/78

20

5) Ordo : Euphorbiales

6) Famili : Euphorbiaceae

7) Genus : Ricinus

8) Spesies : Ricinus communis Linn

(Arisandi dan Andriani, 2006)

Gambar 4. Ricinus communis Linn

 b. Nama lokal/daerah

Jarak, jarak jitun, kaliki (Sunda), jarak (Jawa), kaleke (Madura),;

Gloah, lulang, dulang, jarak, kalikih alang, jarag (Sumatra); Malasai,

kalalei, alale, tangang jara, peleng kaliki jera (Sulawesi); jarak (Bali), luluk

(Roti), paku penuai (Timor), balacai (Ternate); balacai tamekot

(Halmahera), tetanga (Bima), luluk (Roti); bi ma (China).

 Nama dagang : Jarak (Arisandi dan Andriani, 2006)

c. Habitat

Tumbuh liar di hutan, tanah kosong, sepanjang pantai, atau ditanam

sebagai komoditi perkebunan. Tumuhan ini dapat tumbuh di areal yang

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 33/78

21

kurang subur sekali pun, asalkan pH tanahnya 6 - 7 dan drainase airnya

 baik, sebab akar jarak tidak tahan terhadap genangan air (Arisandi dan

Andriani, 2006).

Jarak merupakan perdu tegak yang tumbuh pada ketinggian antara 0-

800 m di atas permukaan laut, tinggi 2 - 3 m, mudah dikembang-biakkan

dengan biji-bijian yang telah tua (Arisandi dan Andriani, 2006).

d. Morfologi

Jarak adalah tumbuhan setahun (annual) dengan batang bulat licin,

 berongga, berbuku-buku jelas dengan tanda bekas tangkai daun yang lepas,

warna hijau bersemburat merah tengguli. Daun tunggal, tumbuh berseling,

 bangun daun bulat dengan diameter 10 - 40 cm, bercangap menjari 7 - 9,

ujung daun runcing, tepi bergigi, warna daun di permukaan atas hijau tua

 permukaan bawah hijau muda (ada varietas yang berwarna merah).

Tangkai daun panjang, berwarna merah tengguli, daun bertulang menjari.

Bunga majemuk dan berwarna kuning oranye. Buahnya bulat berkumpul

dalam tandan, berupa buah kendaga, dengan 3 ruangan, setiap ruang berisi

satu biji. Buahnya mempunyai duri-duri yang lunak, berwarna hijau muda

dengan rambut merah (Arisandi dan Andriani, 2006)

e. Kandungan Kimia

Biji mengandung 40–50% minyak jarak (oleum ricini, kastrooli)

yang terdiri atas bermacam-macam trigliserida, asam palmitat, asam

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 34/78

22

risinoleat, asam isorisinoleat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat,

asam stearat, dan asam dihidroksistearat. Juga mengandung alkaloida

risinin, beberapa macam toksalbumin yang dinamakan risin (risin D, risin

asam, dan risin basa), dan beberapa macam enzim di antaranya lipase.

Daunnya mengandung saponin, senyawa-senyawa flavonoida antara lain

kaempferol, kaempferol-3-rutinosida, nikotiflorin, kuersetin, dan

isokuersetin (Sinaga, 2005).

Risin merupakan suatu protein globular yang tersusun atas 2 buah

rantai glikoprotein. Risin merupakan produk samping dari pemanfaatan biji

tumbuhan untuk produksi minyak kastrol. Sifat risin yang tidak larut dalam

minyak membuat risin tidak tercampur dalam produk minyak yang

dihasilkan dan terbuang sebagai residu (Hadi, 2004).

Keracunan risin dapat melalui pernapasan, pencernaan, dan injeksi.

Risin merupakan suatu protein enzim yang memiliki 2 rantai. Rantai A

memiliki aktivitas toksik karena menghambat sintesis protein. Sedangkan

rantai B risin akan menempel pada molekul glikoprotein dan glikolipid

yang merupakan senyawa penyusun membran sel. Selanjutnya, risin akan

memasuki bagian dalam sel melalui mekanisme endositosis. Di dalam sel,

rantai A dan rantai B molekul risin akan terpisah. Rantai A yang bersifat

toksik akan menginaktivasi pabrik pembuatan protein yaitu ribosom.

Apabila ribosom sudah inaktif maka sudah tidak memiliki fungsi yang vital

sebagai pabrik pembuat protein. Tanpa adanya ribosom atau ribosom tidak

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 35/78

23

aktif bekerja, maka ribuan protein yang dibutuhkan untuk kehidupan sel

akan berhenti diproduksi untuk sel pun akan mati (Hadi, 2004).

f. Manfaat

Biji dan minyak jarak digunakan untuk mengatasi kesulitan buang air

 besar (konstipasi), dan kesulitan melahirkan. Selain itu minyaknya sering

digunakan sebagai penyubur rambut. Hasil penelitian pada hewan

 percobaan membuktikan efek anti radang, pencahar, dan efek

antineoplastik dari minyak jarak. Secara tradisional minyak jarak dipakai

untuk mengobati kanker mulut rahim dan kanker kulit, TBC kelenjar, bisul,

koreng, kudis dan infeksi jamur.

Daun jarak digunakan untuk mengobati rematik, hernia, batuk sesak,

koreng, eksim, gatal-gatal (pruritus), bengkak, luka dan melepuh. Kadang-

kadang juga digunakan untuk memperlancar pengeluaran ASI. Akar

dipergunakan untuk mengobati rematik sendi, tetanus, luka memar,

epilepsi, bronchitis, dan TBC kelenjar (Sinaga, 2005).

Menurut hasil penelitian oleh Aminah dan Hermawanto dalam

Suwasono (1997), daya bunuh ekstrak biji Jarak ( Ricinus communis)

terhadap larva  Aedes aegypti  di laboratorium menunjukkan bahwa dosis-

dosis 500 ppm; 750 ppm; 1.000 ppm; 1.250 ppm dan 1.500 ppm

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 36/78

24

menyebabkan kematian larva Aedes aegypti instar III  berturut-turut sebesar

16%; 65%; 71%; 86% dan 77%.

4. Efek dan Mekanisme Kerja Larvasida

Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang

digunakan untuk membunuh serangga Sedangkan larvasida merupakan salah

satu insektisida yang berfungsi untuk membunuh serangga dalam stadium

larva/nimfa. Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga, insektisida

dibagi dalam :

a.  Racun kontak (contacts poisons)

Insektisida masuk melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan

 perantaraan tarsus ( jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang

mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk

memberantas serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap

(Gandahusada dkk, 1998).

 b.  Racun perut/lambung (stomach poisons)

Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, kemudian

masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding

saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan

tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan (misalnya ke susunan

saraf serangga). Biasanya serangga yang diberantas dengan meggunakan

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 37/78

25

Daun Kemangi Biji Jarak

insektisida ini mempunyai bentuk mulut untuk menggigit, lekat isap, kerat

isap, dan bentuk mengisap (Djojosumarto, 2008; Gandahusada dkk, 1998).

Salah satu tanaman yang memiliki efek racun perut adalah kemangi sebab

daunnya mengandung saponin yang diketahui mempunyai efek anti

serangga yang dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan

 penyerapan makanan (Dinata, 2008).

c.  Racun pernapasan ( fumigants)

Insektisida masuk melalui saluran pernapasan (spirakel) dan juga

melalui permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat juga digunakan

untuk memberantas semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan

 bentuk mulutnya. Serangga hama akan mati bila menghirup insektisida

dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa gas, atau bila

wujud asalnya padat atau cair, yang segera berubah atau menghasilkan

gas dan diaplikasikan sebagai fumigansia (Djojosumarto, 2008;

Gandahusada dkk, 1998). Salah satu tanaman yang memiliki efek racun

 pernafasan yaitu jarak sebab keracunan jarak dapat melalui pernapasan,

 pencernaan, dan injeksi (Hadi, 2004).

B.  Kerangka Pemikiran

Mengandung

Saponin,Tanin,Flavonoid,Eugenol

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 38/78

26

C.  Hipotesis

Mengandung

Ricin

Variabel tak terkendali:Kesehatan larva

Kematian

 Aedes aegypti

meningkat

Larva mati

Kombinasi

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 39/78

27

Mengacu pada landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat

dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :

Kombinasi ekstrak daun kemangi dengan biji jarak memberikan efek potensiasi

larvasida terhadap Aedes aegypti.

BAB III

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 40/78

28

METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik yang menggunakan

rancangan penelitian the post test only controlled group design. 

B.  Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Insektarium Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.

C.  Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah nyamuk stadium larva instar IV. Subyek ini

diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir

Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

D.  Teknik Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini memakai teknik purposive

sampling, yaitu metode pemilihan subyek berdasar atas ciri atau sifat tertentu

yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Arief, 2003). Dalam penelitian ini

subyek yang digunakan adalah larva Aedes aegypti instar IV.

E.  Desain Penelitian

28

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 41/78

29

Kelompok

IAquades

100 ml

(kontrol)

Observasi jumlah kematian larva setelah 24 jam

20 ekorlarva

Kelompok

IIEkstrak daun

kemangi

0,1 % 

Kelompok

IVEkstrak

daun

kemangi

2,1 % 

Kelompok

VEkstrak

daun

kemangi

3,1 %

Kelompok

VIEkstrak

daun

kemangi

4,1 %

Kelompok

IIIEkstrak

daun

kemangi

1,1 % 

20 ekor

larva

20 ekor

larva

20 ekor

larva

20 ekor

larva20 ekor

larva

Setiap wadah ditambah air sampai 100 ml

Uji analisis probit untuk menentukan LC dariekstrak daun kemangi

Kelompok

IAquades

100 ml(kontrol)

Kelompok

IIEkstrak biji

 jarak0,1 % 

Kelompok

IVEkstrak

 biji jarak2,1 % 

Kelompok

VEkstrak

 biji jarak3,1 %

Kelompok

VIEkstrak

 biji jarak4,1 %

Kelompok

IIIEkstrak

 biji jarak  1,1% 

1. 

Uji Pendahuluan

Diagram Uji Pendahuluan Ekstrak Daun Kemangi

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 42/78

30

Observasi jumlah kematian larva setelah 24 jam

20 ekor

larva

20 ekor

larva

20 ekor

larva

20 ekor

larva

20 ekor

larva20 ekor

larva

Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml

Uji analisis probit untuk menentukan LC dari

ekstrak biji jarak

Kelompok

IAquades

100 ml(kontrol)

Kelompok

IIEkstrak

kombinasi1,0 % 

Kelompok

IIIEkstrak

kombinasi1,4 % 

KelompokIV

Ekstrak

kombinasi1,8 % 

Kelompok

VEkstrak

kombinasi2,2 %

Kelompok

VIEkstrak

kombinasi2,6 %

Kelompok

VIEkstrak

kombinasi3,0 %

Diagram Uji Pendahuluan Ekstrak Biji Jarak 

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 43/78

31

Observasi jumlah kematian larva setelah 24 jam

20 ekor

larva

20 ekor

larva

20 ekor

larva

20 ekor

larva

20 ekor

larva20 ekor

larva

Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml

Uji analisis probit untuk menentukan nilai LCdari ekstrak kombinasi

20 ekor

larva

Diagram Uji Pendahuluan Ekstrak Kombinasi 

2.  Uji Penelitian

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 44/78

32

Aquades100 ml

sebagai

kontrol

Observasi jumlah larva yang mati setelah 24 jam

UJI STATISTIK : ONE WAY

ANOVA 

20 ekor

larva

Ekstrak

1,0 % Ekstrak

1,8 % Ekstrak

2,2 %

Ekstrak

2,6 %Ekstrak

1,4 % 

20

larva20

larva

20

larva

20

larva20

larva

Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml

UJI ANALISIS PROBIT 

UJI LSD 

Aquades

100 ml

sebagai

kontrol

Ekstrak

1,0 % Ekstrak

1,8 % Ekstrak

2,2 %

Ekstrak

2,6 %Ekstrak

1,4 % 

Diagram Alur Penelitian Ekstrak Tunggal Daun Kemangi 

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 45/78

33

Observasi jumlah larva yang mati setelah 24 jam

UJI STATISTIK : ONE WAY

ANOVA 

20 ekor

larva

20

larva20

larva

20

larva

20larva

20

larva

Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml

UJI ANALISIS PROBIT 

UJI LSD 

Aquades

100 ml

sebagai

kontrol

Ekstrak

1,0 % Ekstrak

1,8 % Ekstrak

2,2 %

Ekstrak

2,6 %Ekstrak

1,4 % 

Diagram Alur Penelitian Ekstrak Tunggal Biji Jarak 

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 46/78

34

Observasi jumlah larva yang mati setelah 24 jam

UJI STATISTIK : ONE WAY

ANOVA 

20 ekor

larva

20

larva20

larva

20

larva

20larva

20

larva

Setiap wadah ditambah aquades sampai 100 ml

UJI ANALISIS PROBIT 

UJI POST HOC LSD 

Diagram Alur Penelitian Ekstrak Kombinasi Daun Kemangi dan Biji Jarak

dengan Perbandingan Konsentrasi 1 : 1 

F. Identifikasi Variabel

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 47/78

35

1. Variabel bebas

a. Konsentrasi daun kemangi

 b. Konsentrasi ekstrak biji jarak

c. Konsentrasi kombinasi kedua ekstrak

2. Variabel terikat

Jumlah kematian larva Aedes aegypti

3. Variabel Pengganggu Terkendali

a. Umur larva

 b. Jumlah larva

c. Tempat hidup

d. Volume air

e. Kualitas air

f. Suhu ruangan

4. Variabel luar yang tidak terkendali

Kesehatan larva, tidak bisa disamakan kesehatannya.

G. Definisi operasional variabel 

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 48/78

36

1. Variabel bebas

a. Konsentrasi ekstrak biji jarak

Pada penelitian ini, memakai ekstrak biji jarak yang diperoleh di

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu, yang didapat melalui proses

ekstraksi dengan metode perkolasi. Berat bahan semula adalah 1000

gram biji jarak, kemudian setelah dilakukan ekstraksi didapatkan

ekstrak kental biji jarak sebanyak 100 gram dengan konsentrasi 100%.

Digunakan konsentrasi 0 %; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%

 berdasarkan hasil konsentrasi uji pendahuluan. Konsentrasi pada uji

 pendahuluan 0,1%; 1,1%; 2,1%, 3,1%; dan 4,1% ditentukan dengan

mengacu pada hasil penelitian Aminah dan Hermawanto dalam

Suwasono (1997) yang menunjukkan bahwa ekstrak biji jarak ( Ricinus

communis) pada kadar 750 ppm mempunyai daya bunuh terhadap

larva  Aedes aegypti di laboratorium dengan menyebabkan kematian

larva Aedes aegypti instar III sebesar 65%. Skala variabel bebas adalah

skala ordinal.

 b. Konsentrasi ekstrak daun kemangi

Pada penelitian ini, memakai ekstrak daun kemangi yang

diperoleh di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat

dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu, yang didapat

melalui proses ekstraksi dengan metode perkolasi. Berat bahan semula

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 49/78

37

adalah 1000 gram daun kemangi, kemudian setelah dilakukan ekstraksi

didapatkan ekstrak kental daun kemangi sebanyak 100 gram dengan

konsentrasi 100%.

Digunakan konsentrasi 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%

 berdasarkan hasil konsentrasi uji pendahuluan. Konsentrasi pada uji

 pendahuluan 0,1%; 1,1%; 2,1%, 3,1%; dan 4,1% ditentukan dengan

mengacu pada hasil penelitian Anees A.M (2008) yang menunjukkan

 bahwa ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) pada kadar 175,67

 ppm mempunyai daya bunuh terhadap larva  Aedes aegypti di

laboratorium dengan menyebabkan kematian larva  Aedes aegypti

sebesar 50%. Skala variabel bebas adalah skala ordinal.

c. Konsentrasi ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji jarak

Ekstrak kombinasi dibuat dengan cara mencampur ekstrak daun

kemangi dan ekstrak biji jarak dengan jumlah yang sama (1:1) atau

masng-masing setengah dosis untuk setiap konsentrasi kombinasi.

Macam-macam konsentrasi ditentukan berdasar hasil konsentrasi

tunggal masing-masing ekstrak dan konsentrasi kombinasi pada uji

 pendahuluan. Skala variabel bebas adalah skala ordinal.

Digunakan konsentrasi 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%

 berdasarkan hasil konsentrasi uji pendahuluan kombinasi yang

menghasilkan nilai LC50 sebesar 1,002% dan LC99 sebesar 2,670%.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 50/78

38

Pada uji pendahuluan tunggal masing-masing ekstrak didapatkan

LC99 untuk ekstrak daun kemangi sebesar 2,459% dan LC99 untuk

ekstrak biji jarak sebesar 3,010%. Penentuan konsentrasi teratas untuk

uji pendahuluan ekstrak kombinasi dipilih LC99 yang lebih tinggi

yaitu LC99 ekstrak biji jarak. Selanjutnya konsentrasi yang lebih

rendah ditentukan dan dihitung menurut deret hitung. Konsentrasi

kombinasi pada uji pendahuluan 1,0%; 1,4%; 1,8%, 2,2%; 2,6% dan

3,0%.

2. Variabel terikat

Jumlah kematian larva Aedes aegypti adalah jumlah larva yang mati

dalam waktu 24 jam setelah perlakuan. Larva dianggap mati bila larva

tidak lagi bergerak meskipun sudah diberi rangkaian gerakan air dan

disentuh dengan lidi. Skala variabel terikat adalah skala rasio.

Larva Aedes aegypti instar IV diperoleh di Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga,

Jawa Tengah.

3 . Variabel Luar Terkendali

a. Umur larva, dikendalikan dengan menyamakan umur larva yaitu larva

instar IV.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 51/78

39

 b. Jumlah larva, dikendalikan dengan menyamakan jumlah larva per

satuan volume air tiap kelompok uji dan tidak melampaui batas

kepadatan larva maksimal untuk pertumbuhan larva  Aedes aegypti 

yaitu 23 ekor larva tiap 100 ml air (Barodji, 2004).

c. Tempat hidup, dikendalikan dengan menyamakan wadah dalam

eksperimen berupa mangkuk plastik.

d. Kualitas air, dikendalikan dengan menyamakan sumber dan waktu

 pengambilan air. Dalam penelitian ini digunakan aquades.

e. Volume air, dikendalikan dengan cara menyamakan volume aquades

(100 ml).

f. Suhu udara ruangan, dikendalikan dengan termometer ruangan (27°C) 

4. Variabel luar yang tidak terkendali

Kesehatan larva, tidak bisa disamakan kesehatannya.

H. Instrumen dan Bahan Penelitian

1. Ekstrak daun kemangi dan ekstrak biji jarak

2. Aquades

3. Larva instar IV

4. Alat penghitung (counter)

5. Neraca

6. Lidi

7. Gelas plastik ukuran 250 ml

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 52/78

40

8. Stop watch

9. Termometer ruangan

I. Cara Kerja 

1.  Tahap Persiapan

a.  Pembuatan ekstrak daun kemangi

1) Satu kilogram daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) diserbuk dengan

mesin penyerbuk dengan saringan berdiameter lubang 1 mm.

2) Serbuk daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) ditimbang setelah

dikeringkan sesuai dengan derajat kehalusan diameter 1 mm.

3) Serbuk tersebut dimasukkan dalam bejana kemudian dibasahi dengan

 pelarut ethanol 70% (10 bagian bahan dengan 2-5 bagian pelarut).

4) Serbuk diaduk sampai rata, ditutup dan dibiarkan di tempat yang

terlindung cahaya matahari selama 3 jam.

5) Alat perkolasi disiapkan lalu glass whole dimasukkan ke dalam

 perkolator dan dibasahi dengan pelarut ethanol.

6) Serbuk yang telah didiamkan tadi dimasukkan ke dalam perkolator

sedikit demi sedikit lalu dimasukkan kertas saring.

7) Perkolator ditutup dengan aluminium foil yang tengahnya berlubang.

8) Corong pemisah dipasang di atas perkolator kemudian diisi dengan

cairan pelarut.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 53/78

41

9) 

Pelarut diteteskan pada perkolator dengan kecepatan 1 ml/menit

kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu pelarut dan ekstrak

diteteskan secara bersamaan.

10) Didapatkan ekstrak sebesar 10 kali berat bahan.

11) Ekstrak diuapkan dalam vacuum rotary evaporator , sehingga

didapatkan ekstrak kental.

12) Ekstrak kental daun kemangi diuapkan di atas water bath untuk

menghilangkan sisa pelarut lalu ditimbang hingga mendapatkan

 bobot konstan. Ekstrak kental yang dihasilkan setelah penguapan

 pelarut adalah 100 gram.

 b.  Pembuatan ekstrak biji jarak

1) 

Satu kilogram biji jarak ( Ricinus communis Linn) diserbuk dengan

mesin penyerbuk dengan saringan berdiameter lubang 1 mm.

2) Serbuk biji jarak ( Ricinus communis Linn) ditimbang setelah

dikeringkan sesuai dengan derajat kehalusan diameter 1 mm.

3) Serbuk tersebut dimasukkan dalam bejana kemudian dibasahi dengan

 pelarut ethanol 70% (10 bagian bahan dengan 2-5 bagian pelarut).

4) Serbuk diaduk sampai rata, ditutup dan dibiarkan di tempat yang

terlindung cahaya matahari selama 3 jam.

5) Alat perkolasi disiapkan lalu glass whole dimasukkan ke dalam

 perkolator dan dibasahi dengan pelarut ethanol.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 54/78

42

6) 

Serbuk yang telah didiamkan tadi dimasukkan ke dalam perkolator

sedikit demi sedikit lalu dimasukkan kertas saring.

7) Perkolator ditutup dengan aluminium foil yang tengahnya berlubang.

8) Corong pemisah dipasang di atas perkolator kemudian diisi dengan

cairan pelarut.

9) Pelarut diteteskan pada perkolator dengan kecepatan 1 ml/menit

kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah itu pelarut dan ekstrak

diteteskan secara bersamaan.

10) Didapatkan ekstrak sebesar 10 kali berat bahan.

11) Ekstrak diuapkan dalam vacuum rotary evaporator , sehingga

didapatkan ekstrak kental.

12) 

Ekstrak kental biji jarak diuapkan di atas water bath untuk

menghilangkan sisa pelarut lalu ditimbang hingga mendapatkan

 bobot konstan. Ekstrak kental yang dihasilkan setelah penguapan

 pelarut adalah 100 gram.

c.  Pembuatan ekstrak kombinasi

Ekstrak kombinasi dibuat dengan cara mencampur ekstrak daun

kemangi dan ekstrak biji jarak dengan jumlah yang sama (1:1) atau

masng-masing setengah dosis untuk setiap konsentrasi kombinasi.

2.  Uji Pendahuluan

a.  Uji Pendahuluan dengan Ekstrak Daun Kemangi

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 55/78

43

1) 

Disiapkan ekstrak daun kemangi, larva Aedes aegypti, dan aquades.

2)  Disiapkan 6 buah gelas plastik ukuran 250 ml sebagai wadah media

(aquades) dalam penelitian ini.

3)  Disiapkan 6 buah lidi yang digunakan untuk menyentuh larva agar

diketahui ada respon gerakan atau tidak.

4)  Disiapkan alat penghitung (counter ) dan neraca

5)  Uji pendahuluan untuk ekstrak daun kemangi dibagi ke dalam 5

konsentrasi yang berbeda dan 1 kontrol, dilakukan satu kali ulangan.

6)  Uji pendahuluan untuk ekstrak daun kemangi dibagi ke dalam 5

konsentrasi yang berbeda dan 1 kontrol, dilakukan satu kali ulangan.

7)  Konsentrasi ekstrak yang dipergunakan adalah 0,1%, 1,1%, 2,1%,

3,1% dan 4,1%.

8)  Konsentrasi ekstrak 0,1% didapatkan dengan cara menimbang 0,1 gr

ekstrak daun kemangi kemudian melarutkannya dengan aquades

sampai volume 100 ml. Cara ini dilakukan juga pada konsentrasi

1,1%, 2,1%, 3,1% dan 4,1%.

9)  Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva  Aedes aegypti 

instar IV termasuk kontrol.

10)  Jumlah larva Aedes aegypti instar IV yang mati dihitung setelah 24

 jam sejak diberi perlakuan.

11)  Setelah hasil data uji pendahuluan didapatkan, kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 56/78

44

 b. 

Uji Pendahuluan dengan Ekstrak Biji Jarak

1)  Disiapkan ekstrak biji jarak, larva Aedes aegypti, dan aquades.

2)  Disiapkan 6 buah gelas plastik ukuran 250 ml sebagai wadah media

(aquades) dalam penelitian ini.

3)  Disiapkan 6 buah lidi yang digunakan untuk menyentuh larva agar

diketahui ada respon gerakan atau tidak.

4)  Disiapkan alat penghitung (counter ) dan neraca

5)  Uji pendahuluan untuk ekstrak biji jarak dibagi ke dalam 5

konsentrasi yang berbeda dan 1 kontrol, dilakukan satu kali ulangan.

6)  Ekstrak biji jarak ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquades.

7)  Konsentrasi ekstrak yang dipergunakan adalah 0,1%, 1,1%, 2,1%,

3,1% dan 4,1%.

8)  Konsentrasi ekstrak 0,1% didapatkan dengan cara menimbang 0,1 gr

ekstrak biji jarak kemudian melarutkannya dengan aquades sampai

volume 100 ml. Cara ini dilakukan juga pada konsentrasi 1,1%,

2,1%, 3,1% dan 4,1%.

9)  Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva  Aedes aegypti 

instar IV termasuk kontrol.

10)  Jumlah larva Aedes aegypti instar IV yang mati dihitung setelah 24

 jam sejak diberi perlakuan.

11)  Setelah hasil data uji pendahuluan didapatkan, kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 57/78

45

c. 

Uji Pendahuluan dengan Ekstrak Kombinasi

1)  Disiapkan ekstrak daun kemangi, ekstrak biji jarak, larva  Aedes

aegypti, dan aquades.

2)  Disiapkan 7 buah gelas plastik ukuran 250 ml sebagai wadah media

(aquades) dalam penelitian ini.

3)  Disiapkan 7 buah lidi yang digunakan untuk menyentuh larva agar

diketahui ada respon gerakan atau tidak.

4)  Disiapkan alat penghitung (counter ) dan neraca

5)  Uji pendahuluan untuk ekstrak kombinasi dibagi ke dalam 6

konsentrasi yang berbeda dan 1 kontrol, dilakukan satu kali ulangan.

6)  Ekstrak kombinasi dibuat dengan teknik mencampur ekstrak daun

kemangi dan biji jarak pada jumlah yang sama (1:1) masing-masing

dengan dosis setengahnya.

7)  Konsentrasi ekstrak yang dipergunakan adalah 1,0%; 1,4%; 1,8%,

2,2%; 2,6% dan 3,0%.

8)  Konsentrasi ekstrak 1,0% didapatkan dengan cara menimbang 0,5 gr

ekstrak daun kemangi dan 0,5 gr ekstrak biji jarak, kemudian

melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.

9)  Konsentrasi ekstrak 1,4% didapatkan dengan cara menimbang 0,7 gr

ekstrak daun kemangi dan 0,7 gr ekstrak biji jarak, kemudian

melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 58/78

46

10) 

Konsentrasi ekstrak 1,8% didapatkan dengan cara menimbang 0,9 gr

ekstrak daun kemangi dan 0,9 gr ekstrak biji jarak, kemudian

melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.

11) Konsentrasi ekstrak 2,2% didapatkan dengan cara menimbang 1,1 gr

ekstrak daun kemangi dan 1,1 gr ekstrak biji jarak, kemudian

melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.

12) Konsentrasi ekstrak 2,6% didapatkan dengan cara menimbang 1,3 gr

ekstrak daun kemangi dan 1,3 gr ekstrak biji jarak, kemudian

melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.

13) Konsentrasi ekstrak 3,0% didapatkan dengan cara menimbang 1,5 gr

ekstrak daun kemangi dan 1,5 gr ekstrak biji jarak, kemudian

melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.

14) Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva  Aedes aegypti 

instar IV termasuk kontrol.

15)  Jumlah larva Aedes aegypti instar IV yang mati dihitung setelah 24

 jam sejak diberi perlakuan.

16)  Setelah hasil data uji pendahuluan didapatkan, kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis probit untuk menentukan nilai LC.

Lalu, nilai LC ini dipakai sebagai acuan konsentrasi penelitian.

3.  Tahap Penelitian

a.  Penelitian dengan Ekstrak Daun Kemangi

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 59/78

47

1) 

Penelitian untuk ekstrak daun kemangi dibagi ke dalam 6

konsentrasi yang berbeda dan dilakukan pegulangan 5 kali.

2)  Konsentrasi ekstrak daun kemangi ditentukan melalui analisis data

 pada uji pendahuluan yaitu 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%.

3)  Ekstrak daun kemangi ditimbang kemudian dilarutkan dengan

aquades. Konsentrasi ekstrak 1% didapatkan dengan cara melarutkan

1 gr ekstrak daun kemangi dalam aquades sampai volume 100 ml.

4)  Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva  Aedes aegypti 

instar IV termasuk kontrol.

5)  Setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 5 kali.

Banyak pengulangan dalam eksperimen dihitung dengan Rumus

Federer

Keterangan:

t : jumlah perlakuan

r : jumlah pengulangan

Banyak pengulangan: (6-1) (r-1) ≥ 15

5 (r-1) ≥ 15

5r -5 ≥ 15

r ≥ 4

(t-1) (r-1) ≥ 15

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 60/78

48

 b.  Penelitian dengan Ekstrak Biji Jarak

1)  Penelitian untuk ekstrak biji jarak dibagi ke dalam 6 konsentrasi

yang berbeda dan dilakukan pengulangan 5 kali.

2)  Konsentrasi ekstrak biji jarak ditentukan melalui analisis data pada

uji pendahuluan yaitu 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%.

3)  Ekstrak biji jarak ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquades.

Konsentrasi ekstrak 1% didapatkan dengan cara melarutkan 1 gr

ekstrak biji jarak dalam aquades sampai volume 100 ml.

4)  Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva  Aedes aegypti 

instar IV termasuk kontrol.

5) 

Setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 5 kali.

Banyak pengulangan dalam eksperimen dihitung dengan Rumus

Federer

Keterangan:

t : jumlah perlakuan

r : jumlah pengulangan

Banyak pengulangan: (6-1) (r-1) ≥ 15

5 (r-1) ≥ 15

5r -5 ≥ 15

r ≥ 4

(t-1) (r-1) ≥ 15

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 61/78

49

c.  Penelitian untuk Ekstrak Kombinasi

1)  Penelitian untuk ekstrak kombinasi dibagi ke dalam 6 konsentrasi

yang berbeda dan dilakukan pengulangan 5 kali.

2)  Konsentrasi ekstrak kombinasi ditentukan melalui analisis data pada

uji pendahuluan yaitu 0%; 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%.

3)  Ekstrak kombinasi dibuat dengan teknik mencampur ekstrak daun

kemangi dan biji jarak pada jumlah yang sama (1:1) masing-masing

dengan dosis setengahnya.

4)  Konsentrasi ekstrak 1,0% didapatkan dengan cara menimbang 0,5 gr

ekstrak daun kemangi dan 0,5 gr ekstrak biji jarak, kemudian

melarutkannya dengan aquades sampai volume 100 ml.

5)  Cara kombinasi (1:1) seperti di atas juga dilakukan pada konsentrasi

1,4%; 1,8%; 2,2%; dan 2,6%.

6)  Ke dalam tiap konsentrasi dimasukkan 20 ekor larva  Aedes aegypti 

instar IV termasuk kontrol.

7)  Setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 5 kali.

Banyak pengulangan dalam eksperimen dihitung dengan Rumus

Federer

Keterangan:

t : jumlah perlakuan

(t-1) (r-1) ≥ 15

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 62/78

50

r : jumlah pengulangan

Banyak pengulangan: (6-1) (r-1) ≥ 15

5 (r-1) ≥ 15

5r -5 ≥ 15

r ≥ 4

K. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik yaitu:

1.  Uji Analisis varians ( Analysis of Varians/ANOVA)

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah kematian larva  Aedes

aegypti antarkelompok uji (Dahlan, 2009).

2. 

 Least Significance Difference (LSD)

Dilanjutkan dengan pengujian LSD untuk mengetahui pasangan nilai

mean yang perbedaannya signifikan (Dahlan, 2009).

3.  Analisis Probit

Untuk mengetahui efek potensiasi larvasida kombinasi ekstrak biji jarak

( Ricinus communis  Linn) dan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum 

Linn) terhadap larva  Aedes aegypti yang dinyatakan dengan  Lethal

Concentration  (LC).

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 63/78

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Uji Pendahuluan

Pada penelitian yang berlangsung pada tanggal 26-27 Agustus

2010 di Laboratorium Balai Besar Penelitian Vektor dan Pengembangan

Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP) didapatkan hasil :

Tabel 1: Jumlah kematian larva  Aedes aegypti setelah dipapar dengan

ekstrak daun kemangi selama 24 jam uji pendahuluan

Jumlah Kematian Larva setelah pemaparan pada Konsentrasi

Ulangan

Kontrol 0,1 % 1,1 % 2,1 % 3,1 % 4,1 %

1 0 3 12 19 20 20

% 0 15 60 95 100 100

Data hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dalam tabel 1

di atas dianalisis Probit dan didapatkan hasil LC50  = 0,971% dan LC99  =

2,459%. Hasil ini yang mendasari penentuan konsentrasi ekstrak kombinasi

daun kemangi dan biji jarak yang dipakai pada uji coba pendahuluan. Hasil

uji Probit selengkapnya tercantum dalam lampiran 1.

51

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 64/78

52

Tabel 2: Jumlah kematian larva  Aedes aegypti setelah dipapar dengan

ekstrak biji jarak selama 24 jam

Jumlah Kematian Larva setelah pemaparan pada Konsentrasi

Ulangan

Kontrol 0,1 % 1.1 % 2,1 % 3,1 % 4,1 %

1 0 1 9 16 20 20

% 0 5 45 80 100 100

Data hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dalam tabel 2

di atas dianalisis Probit dan didapatkan hasil LC50  = 1,342% dan LC99  =

3,010%. Hasil ini yang mendasari penentuan konsentrasi ekstrak kombinasi

daun kemangi dan biji jarak yang dipakai pada uji coba pendahuluan. Hasil

uji Probit selengkapnya tercantum dalam lampiran 2.

Selanjutnya batas konsentrasi maksimum yang dipakai adalah

 berdasarkan LC99 yang tertinggi antara ekstrak daun kemangi dan biji jarak.

Konsentrasi yang lebih rendah ditentukan dan dihitung menurut deret

hitung. LC99  pada ekstrak biji jarak sebesar 3,010% sedangkan LC99 pada

ekstrak daun kemangi sebesar 2,459%. Uji pendahuluan kombinasi ekstrak

memakai konsentrasi 3,0%; 2,6%; 2,2%; 1,8%; 1,4%; 1,0%; dan satu

kelompok kontrol.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 65/78

53

Tabel 3 : Jumlah kematian larva  Aedes aegypti setelah dipapar dengan

ekstrak kombinasi daun kemangi dan biji jarak selama 24 jam

Data hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dalam tabel 3

di atas dianalisis Probit dan didapatkan hasil LC50 = 1,002% dan LC99 =

2,670%. Hasil ini yang mendasari penentuan konsentrasi uji penelitian efek

 potensiasi kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak. Hasil uji Probit

selengkapnya tercantum dalam lampiran 3. 

2. Uji Penelitian dan Analisis Probit

Penelitian dilakukan dengan konsentrasi berdasarkan pada uji

 pendahuluan, didapatkan hasil-hasil sebagai berikut

Tabel 4: Jumlah kematian larva  Aedes aegypti setelah perlakuan dengan

ekstrak daun kemangi selama 24 jam.

Ulangan

Kelompok

Jumlah

Awal

tiap

Wadah 1 2 3 4 5

Jumlah

totalRata-rata

I 20 0 0 0 0 0 0 0 (0%)

II 20 12 13 11 12 11 60 12 (60%)

III 20 17 17 16 15 15 80 16 (80%)

IV 20 18 18 19 18 19 92 18,4 (92%)

V 20 20 20 19 20 20 99 19,8 (99%)

VI 20 20 20 20 20 20 100 20 (100%)

Jumlah Kematian Larva setelah pemaparan Kombinasi Ekstrak

Daun Kemangi dan Biji Jarak pada Konsentrasi (dalam %)Ulangan

Kontrol 1,0 % 1,4 % 1,8 % 2,2 % 2,6 % 3,0 %

1 0 11 15 17 20 20 20

% 0 55 75 85 100 100 100

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 66/78

54

Keterangan :

Kelompok I : 100 ml aquades (kelompok kontrol)

Kelompok II : Ekstrak daun kemangi 1,0%Kelompok III : Ekstrak daun kemangi 1,4%

Kelompok IV : Ekstrak daun kemangi 1,8%

Kelompok V : Ekstrak daun kemangi 2,2%

Kelompok VI : Ekstrak daun kemangi 2,6%

Dari tabel 4 uji penelitian terlihat bahwa berbagai konsentrasi

ekstrak daun kemangi memiliki daya bunuh terhadap larva  Aedes aegypti,

kematian dengan prosentrasi 100% didapatkan pada konsentrasi 2,6 %.

Sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva  Aedes

aegypti. Hal ini membuktikan bahwa kematian larva  Aedes aegypti  pada

kelompok perlakuan disebabkan oleh ekstrak daun kemangi bukan oleh

aquades atau variabel pengganggu yang lain (pH, suhu, kesehatan larva).

Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis Probit dengan program

SPSS 17.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk

mendapatkan nilai LC50  dqan LC99. Dari hasil analisis Probit, didapatkan

estimasi besar konsentrasi yang mengakibatkan kematian larva  Aedes

aegypti sebesar 50% (LC50) adalah konsentrasi 0.927%  dengan interval

antara 0.587% dan 1.112%. Sedangkan kematian larva sebesar 99% (LC99)

didapatkan pada konsentrasi 2.508%  dengan interval antara 1.960% dan

5.081%. Hasil analisis Probit selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 67/78

55

Tabel 5: Jumlah kematian larva  Aedes aegypti setelah perlakuan dengan

ekstrak biji jarak selama 24 jam

UlanganKelompok

Jumlah

Awal

tiap

Wadah 1 2 3 4 5

Jumlah

totalRata-rata

I 20 0 0 0 0 0 0 0 (0%)

II 20 8 6 8 9 7 38 7,6 (38%)

III 20 12 12 10 11 11 56 11,2 (56%)

IV 20 15 14 14 15 16 74 15,8 (74%)

V 20 18 16 19 18 18 89 17,8 (89%)

VI 20 19 19 20 20 20 98 19,6 (98%)

Keterangan :Kelompok I : 100 ml aquades (kelompok kontrol)

Kelompok II : Ekstrak biji jarak 1,0%

Kelompok III : Ekstrak biji jarak 1,4%Kelompok IV : Ekstrak biji jarak 1,8%

Kelompok V : Ekstrak biji jarak 2,2%

Kelompok VI : Ekstrak biji jarak 2,6%

Dari tabel 5 uji penelitian terlihat bahwa berbagai konsentrasi

ekstrak biji jarak memiliki daya bunuh terhadap larva  Aedes aegypti,

kematian dengan prosentrasi 98% didapatkan pada konsentrasi 2,6 %.

Sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva  Aedes

aegypti. Hal ini membuktikan bahwa kematian larva  Aedes aegypti  pada

kelompok perlakuan disebabkan oleh ekstrak biji jarak bukan oleh aquades

atau variabel pengganggu yang lain (pH, suhu, kesehatan larva).

Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis Probit dengan program

SPSS 17.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 68/78

56

mendapatkan nilai LC50  dqan LC99. Dari hasil analisis Probit, didapatkan

estimasi besar konsentrasi yang mengakibatkan kematian larva  Aedes

aegypti sebesar 50% (LC50) adalah konsentrasi 1.217%  dengan interval

antara 0.960% dan 1.399%. Sedangkan kematian larva sebesar 99% (LC99)

didapatkan pada konsentrasi 3.552%  dengan interval antara 2.701% dan

6.709%. Hasil analisis Probit selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 6: Jumlah kematian larva  Aedes aegypti setelah perlakuan dengan

kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak selama 24 jam.

Ulangan

Kelompok

Jumlah

Awal

tiap

Wadah 1 2 3 4 5

Jumlah

totalRata-rata

I 20 0 0 0 0 0 0 0 (0%)

II 20 11 9 10 10 11 51 10,2 (51%)

III 20 15 13 14 15 14 71 14,2 (71%)

IV 20 18 17 17 16 17 85 17 (85%)

V 20 20 19 18 18 19 94 18,8 (94%)

VI 20 20 20 20 20 20 100 20 (100%)

Keterangan :

Kelompok I : 100 ml aquades (kelompok kontrol)

Kelompok II : Ekstrak kombinasi 1,0%

Kelompok III : Ekstrak kombinasi 1,4%

Kelompok IV : Ekstrak kombinasi 1,8%

Kelompok V : Ekstrak kombinasi 2,2%

Kelompok VI : Ekstrak kombinasi 2,6%

Dari tabel 6 uji penelitian terlihat bahwa berbagai konsentrasi

ekstrak kombinasi memiliki daya bunuh terhadap larva  Aedes aegypti,

kematian dengan persentase 100% didapatkan pada konsentrasi 2,6%.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 69/78

57

Sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan kematian larva  Aedes

aegypti. Hal ini membuktikan bahwa kematian larva  Aedes aegypti  pada

kelompok perlakuan disebabkan oleh ekstrak kombinasi daun kemangi dan

 bji jarak, bukan oleh aquades atau variabel pengganggu yang lain (pH, suhu,

kesehatan larva).

Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis Probit dengan program

SPSS 17.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk

mendapatkan nilai LC50  dqan LC99. Dari hasil analisis Probit, didapatkan

estimasi besar konsentrasi yang mengakibatkan kematian larva  Aedes

aegypti sebesar 50% (LC50) adalah konsentrasi 1.031%  dengan interval

antara 0.712% dan 1.222%. Sedangkan kematian larva sebesar 99% (LC99)

didapatkan pada konsentrasi 3.111%  dengan interval antara 2.362% dan

6.404%. Hasil analisis Probit selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 70/78

58

Persentase jumlah kematian larva  Aedes aegypti  pada ketiga

macam perlakuan selama 24 jam adalah :

Gambar 5  : Grafik jumlah kematian larva  Aedes aegypti  pada ketiga macam

 perlakuan selama 24 jam.

konsentrasiperlakuan

k

e

m

a

t

ia

n

l

a

r

v

a

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 71/78

59

B. Analisis Data

Dari hasil percobaan pada tabel 6, yakni pada pengamatan jumlah

kematian larva  Aedes aegypti setelah perlakuan dengan kombinasi ekstrak

daun kemangi dan biji jarak dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam,

dilakukan analisis data dengan Uji  Analisis Varian (One Way ANOVA 

Test) dengan memeriksa syarat ANOVA terlebih dahulu yaitu distribusi data

harus normal dan varians data harus sama (Dahlan, 2009). Setelah diuji

dengan Saphiro Wilk   dan uji homogenitas varians dengan program SPSS

17.0 for Windows didapatkan hasil uji statistik sebagai berikut:

Tabel 7 : Hasil Uji Saphiro Wilk (Uji Normalitas Data).

Shapiro-WilkKelompok

konsentrasi Statistik df Nilai p.

konsentrasi ekstrak 1.0 % 0,881 5 0,314

konsentrasi ekstrak 1.4 % 0,881 5 0,314

konsentrasi ekstrak 1.8 % 0,883 5 0,325

II

III

IV

V konsentrasi ekstrak 2.2 % 0,881 5 0,314

Penilaian distribusi data menggunakan Uji Saphiro Wilk karena

sampel yang digunakan masing-masing kelompok adalah 30 (sampel kurang

dari 50) (Dahlan, 2009). Kelompok I (kontrol) bersifat konstan dan tidak

dihitung karena jumlah larva adalah 0. Demikian pula dengan kelompok VI

(kelompok konsentrasi ekstrak 2,6%) bersifat konstan dan tidak dihitung

karena jumlah semua larva yang mati adalah sama yaitu 20 ekor larva. Nilai

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 72/78

60

signifikansi pada kelompok II sampai V masing-masing adalah p > 0,05.

Maka, simpulannya adalah distribusi data normal.

Tabel 8 : Hasil Uji Homogenitas Varians (Varians Data Normal).

Statistik Levene df1 df2 Nilai p

3,415 5 24 0,018

Dari tabel di atas, pada uji varians, diperoleh nilai p > 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa varians data adalah sama (Dahlan, 2009).

Berdasarkan hasil uji Saphiro Wilk dan uji homogenitas varians, maka uji

One Way ANOVA dapat dilaksanakan.

Tabel 9 : Hasil Uji Statistik One Way ANOVA

Sum of

Squaresdf Mean Square F hitung Nilai p

Between Groups 1380,567 5 276,113 637,185 0,000

Within Groups 10,400 24 0,433

Total 1390,967 29

Dari hasil percobaan pada tabel 6 setelah dianalisis dengan uji

One Way ANOVA pada taraf kepercayaan (α) 0,05  didapatkan nilai

signifikansi p < 0,05 yaitu 0,000 yang berarti paling tidak terdapat

 perbedaan kematian larva yang bermakna pada kelompok-kelompok uji.

Untuk mengetahui pasangan kelompok yang memiliki perbedaan yang

signifikan maka dilakukan uji LSD.

Hasil uji One Way ANOVA selengkapnya tercantum dalam

lampiran 7.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 73/78

61

Tabel 10 : Hasil Uji LSD

Perbedaan efek larvisida dengan pasangan kelompok lainKelompok

Signifikan (p < 0,05) Tidak Signifikan (p > 0,05)

I II, III, IV, V, VI -

II I, III, IV, V, VI -

III I, II, IV, V, VI -

IV I, II, III, V, VI -

V I, II, III, IV, VI -

VI I, II, III, IV, V -

Hasil pengujian data dengan  Least Significance Difference (LSD)

menggunakan SPSS 17.0 for Windows, didapatkan adanya perbedaan yang

signifikan antara masing-masing pasangan kelompok (P = 0,008; p = 0,000;

 p < 0,05). Hasil uji LSD selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 74/78

62

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan uji coba pendahuluan sebagai dasar

 penetapan konsentrasi ekstrak yang dipakai pada penelitian sesungguhnya

karena belum ada literatur yang digunakan untuk menetapkan konsentrasi

ekstrak kombinasi yang dipakai. Pada uji pendahuluan daun kemangi dan biji

 jarak seperti yang tertera dalam tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa pada

konsentrasi 3,1% dan 4,1% didapatkan jumlah kematian larva masing-masing

100% dari 20 ekor larva. Dari hasil uji pendahuluan, didapatkan hasil yang

signifikan (p<0,05) bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak daun kemangi dan

ekstrak biji jarak diikuti dengan kenaikan jumlah kematian larva Aedes aegypti.

Konsentrasi ekstrak kombinasi yang dipakai didasarkan pada analisis probit uji

 pendahuluan masing-masing ekstrak tunggalnya yaitu dari LC99 yang tertinggi

 pada ekstrak biji jarak yaitu 3,010%. Konsentrasi yang lebih rendah ditentukan

dan dihitung menurut deret hitung. Pada tabel 3 uji coba pendahuluan ekstrak

kombinasi dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 1,0%; 1,4%; 1,8%; didapatkan

 jumlah kematian masing-masing 11, 15, dan 17 dari 20 ekor larva. Sedangkan

 pada konsentrasi 2,2%; 2,6% dan 3,0% ekstrak kombinasi didapatkan jumlah

kematian yang seragam yaitu 20 ekor larva.

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 75/78

63

Dari hasil uji pendahuluan ekstrak kombinasi juga didapati hasil yang

signifikan (p<0,05) bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak kombinasi diikuti

dengan kenaikan jumlah kematian larva  Aedes aegypti. Konsentrasi ekstrak

yang dipakai dalam uji penelitian ekstrak tunggal dan kombinasi didasarkan

 pada analisis probit uji coba pendahuluan ekstrak kombinasi daun kemangi dan

 biji jarak yaitu LC50 = 1,002% dan LC99 = 2,670%. Dari hasil analisis tersebut

maka konsentrasi yang dipakai untuk ekstrak daun kemangi, ekstrak biji jarak,

dan ekstrak kombinasinya yaitu 1,0%; 1,4%; 1,8%; 2,2% dan 2,6%.

Berdasar dari hasil penelitian pada tabel 4, 5 dan 6, dapat diketahui

 bahwa ekstrak daun kemangi, biji jarak, dan kombinasinya mempunyai

 pengaruh yang signifikan terhadap kematian larva  Aedes aegypti. Dapat

dikatakan demikian karena dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji

One Way ANOVA  pada taraf kepercayaan (α) 0,05, didapatkan nilai signifikasi

 p = 0,000 (< 0.05). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efek

larvisida yang bermakna pada kelompok konsentrasi ekstrak daun kemangi, biji

 jarak, dan ekstrak kombinasi yang berbeda. Secara garis besar kenaikan

konsentrasi daun kemangi, biji jarak, dan ekstrak kombinasi juga diikuti

kenaikan jumlah kematian larva sampai tingkat konsentrasi tertentu seperti

yang dapat dilihat pada gambar 5.

Setelah hasil penelitian dalam tabel 6 diuji dengan One Way ANOVA,

dilanjutkan dengan menggunakan uji  Least Significance Difference (LSD),

didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara masing-masing pasangan

kelompok (P = 0,008; p = 0,000; p < 0,05).

62

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 76/78

64

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan  probit analysis pada

tingkat kepercayaan 95%, didapatkan hasil estimasi besar LC50  pada

konsentrasi ekstrak kombinasi 1.031%  dengan interval antara 0.712% dan

1.222%. LC50 adalah estimasi besar konsentrasi ekstrak kombinasi yang dapat

membunuh 50% populasi sampel. Sedangkan kematian larva sebesar 99%

(LC99) didapatkan pada konsentrasi 3.111%  dengan interval antara 2.362%

dan 6.404%.

Semakin rendah nilai LC50  suatu zat berarti zat tersebut mempunyai

aktivitas yang lebih tinggi dalam membunuh hewan coba. Karena dengan zat

tersebut perlu konsentrasi yang lebih rendah untuk mematikan hewan coba

dalam waktu yang sama (Chang, 2004). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak

kombinasi daun kemangi dan biji jarak (LC50 1,031 %) memiliki efek larvisida

yang lebih rendah dibandingkan dengan daun kemangi (LC50 0,927 %) dan

lebih tinggi daripada biji jarak (LC50 1,217 %). Hal ini menunjukkan bahwa

kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak tidak memberikan efek sinergis

terhadap penjumlahan mortalitas larva Aedes aegypti.

Daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) mengandung beberapa senyawa

di antaranya flavonoid, saponin, tanin, dan eugenol yang merupakan zat-zat

yang bersifat toksik terhadap larva (Depkes RI, 2001; Dharmayanti, 2008;

Sudarsono dkk, 2002). Bahan aktif di dalam daun kemangi ternyata setelah

dikombinasikan dengan bahan aktif yang ada dalam biji jarak (risin) tidak

menghasilkan efek sinergis (potensiasi) antara satu sama lain, sebab LC50 dari

kombinasi daun kemangi dan biji jarak yakni sebesar 1,031 % ternyata lebih

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 77/78

65

rendah daya bunuhnya dibandingkan dengan daun kemangi yakni dengan LC50

sebesar 0,927 %.

Penelitian sebelumnya mengenai daya larvisida menggunakan ekstrak

 biji jarak terhadap  Aedes aegypti (Wibowo, 2010) mendapatkan nilai LC50 

sebesar 0,01036%. Sedangkan pada penelitian kali ini juga menggunakan biji

 jarak terhadap Aedes aegypti didapatkan nilai LC50 sebesar 1,217 %. Perbedaan

LC ini dikarenakan perbedaan stadium/tingkat pertumbuhan larva yang

dipakai. Peneliti sebelumnya menggunakan larva instar III (Wibowo, 2010) di

mana larva masih berukuran lebih kecil dengan tingkat perkembangan yang

 belum lengkap, dibanding dengan larva stadium IV. Larva instar IV telah

lengkap struktur anatominya dan jelas, tubuh dibagi menjadi bagian kepala

(caput ), dada (thorax), dan perut (abdomen) (Wibowo, 2007).

7/23/2019 210410911201101541

http://slidepdf.com/reader/full/210410911201101541 78/78

66

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. 

Simpulan

Kombinasi ekstrak daun kemangi dan biji jarak tidak memiliki efek

 potensiasi sebab efek kombinasi keduanya (dengan proporsi/perbandingan

yang sama) tidak berbeda nyata dengan efek masing-masing komponennya

secara terpisah/tunggal yaitu memiliki LC50 sebesar 1,031 % yang nilainya

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan daun kemangi (LC50 0,927 %) dan

sedikit lebih tinggi daripada biji jarak (LC50 1,217 %).

B. 

Saran

Tidak disarankan menggunakan larvisida kombinasi dari ekstrak

kedua tanaman ini karena tidak ditemui efek potensiasi dari kombinasi

ekstrak tersebut.