223-587-1-pb (1)
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
1/11
PELAKSANAAN DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELESAIAN
PERKARA TINDAK PIDANA LALU LINTAS
(Studi pada Kepolisian Resor Kota Bandar Lampun!
Ole"
Ar# Re$a Pratama% Ma"asis&a Baian 'uum Pidana )aultas 'uum Uni*ersitas
Lampun+ Email, ar#re$apratama-#a"oo+.om+% Dia" /ustiniani% Rini )at"ona"%
Baian 'uum Pidana )aultas 'uum Uni*ersitas Lampun 0alan Soemantri
Bro1oneoro Nomor 2 Bandar Lampun 34254+
A6stra
Anggota kepolisian dalam menyelesaikan perkara tindak pidana lalu lintas dapat
menggunakan kewenangan diskresi yang dimilikinya, namun demikian pelaksanaan
diskresi harus dilakukan secara profesional dan sesuai dengan kode etik kepolisiansebagai keharusan bagi anggota kepolisian, mengingat kekuasaan diskresi tanpa disertai
pembatasan dapat berpotensi penyalahgunaan kewenangan. Permasalahan penelitian ini
adalah bagaimanakah pelaksanaan diskresi kepolisian dalam penyelesaian perkara tindak
pidana lalu lintas oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dan apakah faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan diskresi kepolisian dalam penyelesaian perkara tindak
pidana lalu lintas oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung
Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan
pendekatan yuridis empiris, dengan responden penelitian yaitu anggota Kepolisian Resor
Kota Bandar Lampung dan dan !osen "ukum Pidana #akultas "ukum $nila.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan studi lapangan. !ataselan%utnya dianalisis secara kualitatif.
"asil penelitian dan pembahasan menun%ukkan bahwa pelaksanaan diskresi kepolisian
dalam perkara pidana lalu lintas oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung adalah
melalui perdamaian antara pelaku dan korban. Perdamaian ini didasarkan pada adanya
itikad baik antara pihak-pihak yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas untuk menempuh
penyelesaian secara kekeluargaan. #aktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
diskresi kepolisian dalam penyelesaian perkara tindak pidana lalu lintas, adalah sebagai
berikut& faktor substansi hukum, yaitu adanya dasar hukum yang memberikan
kewenangan kepada anggota kepolisian untuk melakukan tindakan diskresi sehingga
pelaksanaan tugas di lapangan disesuaikan dengan kewa%iban hukum dan menghormati'
men%un%ung tinggi hak asasi manusia( faktor penegak hukum, yaitu adanya
profesionalisme ker%a polisi dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara profesional
terutama dalam mempergunakan wewenang diskresi yang dimilikinya( faktor masyarakat,
yaitu masyarakat menyadari bahwa pelanggaran lalu lintas adalah suatu ke%adian di luar
kehendak dan sama sekali tidak diinginkan sehinggga mereka menghendaki adanya
perdamaian di luar pengadilan dan pihak kepolisian dengan kewenangan diskresi yang
dimilikinya men%adi mediator dalam perdamaian tersebut( faktor kebudayaan, yaitu
adanya nilai-nilai budaya di )ndonesia yang mengedepankan prinsip kekeluargaan,
musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Kata Kunci& !iskresi, Perkara Pidana, Lalu Lintas
*
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
2/11
IMPLEMENTATION O) POLI7E DIS7RETION IN RESOL8IN/
TRA))I7 7RIME 7ASE
(Stud# on Resort Poli.e o9 Bandar Lampun!
A6stra.t
Police personnel in resol+ing traffic crime case may use its discretionary authority,
howe+er, the implementation of the discretion should be done professionally and in
accordance with the code of conduct for police personnel as the police must, gi+en the
discretionary power without restriction may potentially abuse of authority. he research
problem is how the implementation of police discretion in resol+ing crime cases by the
raffic Police of Bandar Lampung and whether the factors that affect the implementation
of police discretion in the resolution of crime cases by the raffic Police of Bandar
Lampung
Approach the problem in this study using a normati+e approach and empirical %uridical
approach, the sur+ey respondents are members of Bandar Lampung Police and riminal
Law and Lecturer in the #aculty of Law $nila. !ata collection was done by using library
research and field study. !ata were then analyed /ualitati+ely.
And research results indicate that the implementation pe mbahasan police discretion in a
criminal case by the traffic Police Bandar Lampung is through peace between perpetrators
and +ictims. Peace is based on the e0istence of good faith between the parties in+ol+ed in
a traffic accident to co+er settlement amicably. #actors affecting the implementation of
police discretion in the resolution of crime cases traffic, are as follows& factor legal
substance, that is the basic law that authories police officers to commit acts of discretion
so that the implementation of tasks in the field and adapted to respect the legal obligations
' uphold human rights( law enforcement factors, namely the e0istence of police
professionalism in carrying out their duties in a professional manner, especially in the use
of its discretionary authority( community factors, namely the public realies that a traffic
+iolation is an incident outside the will and not at all desired so as they want the peace
outside the court and the police with its discretionary authority as a mediator in the peace(
cultural factors, namely the e0istence of cultural +alues in )ndonesia, which emphasies
the principle of kinship, deliberation and consensus in sol+ing a problem.
Keywords& !iscretion, riminal, raffic
1
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
3/11
I+ Penda"uluan
Kecelakaan lalu lintas yang ter%adi
karena faktor pengemudi diantaranyaadalah pengemudi yang dengan senga%a
melanggar rambu lalu lintas atau
mengemudikan kendaraan dengan
kecepatan tinggi, sehingga
membahayakan dirinya maupun orang
lain.
Akibat hukum dari kecelakaan lalu lintas
adalah adanya pidana bagi si pembuat
atau penyebab ter%adinya peristiwa itu
dan dapat pula disertai tuntutan perdata
atas kerugian material yang ditimbulkan."al ini sesuai dengan konsep bahwa
dalam berbagai macam kesalahan, di
mana orang yang berbuat salah
menimbulkan kerugian pada orang lain,
maka ia harus membayar ganti kerugian.
Perkara kecelakaan lalu lintas dapat
diselesaiakan oleh kepolisian dengan
berdamai atau secara kekeluargaan
karena kedua belah pihak masih
dibutuhkan kehadirannya ditengah-
tengah keluarga mereka karena adanya
tangggung%awab yang diemban masing-
masing pihak keluarga, di samping itu
pula lamanya dalam proses peradilan
atau persidangan dan menyita waktu
yang pan%ang maka kedua belah pihak
memutuskan atau bersepekat
menyelesaikan perkara tersebut dengan
berdamai, dan hasil perdamaian ini
disampaikan kepada pihak kepolisianyang bertindak selaku penyidik. Adanya
kesepakatan antara kedua belah pihak
tersebut kemudian pihak kepolisian
diminta untuk menghentikan penyidikan
karena kedua belah pihak telah sepakat
untuk berdamai dan tidak saling
menuntut.
ontoh perkara kecelakaan lalu lintas
yang diselesaikan di luar pengadilan
adalah tabrakan sepeda motor antara2uhardi Bin 3ubir yang mengendarai
2epeda 4otor 5amaha 4io 6opol B7
899: 52 dengan ;ghi Putra yang
mengendarai sepeda 4otor 5amaha ?* $. Kecelakaan
ter%adi pada "ari @umat, anggal 8April 1*1, pukul 1*. wib di @l.
2oekarno "atta 2impang Cg. 2awah
Baru By Pass Raya Ra%abasa Bandar
Lampung. Kedua belah pihak mengalami
kerugian berupa kerusakan pada
kendaraan dan mengalami luka-luka,
namun keduanya sepakat untuk
menyelesaikan permasalahan secara
kekeluargaan. !alam konteks ini
Kepolisian menggunakan kewenangan
diskresi yang dimilikinya denganmen%adi fasilitator untuk mengupayakan
perdamaian.*
!iskresi merupakan kewenangan polisi
untuk mengambil keputusan atau
memilih berbagai tindakan dalam
menyelesaikan masalah pelanggaran
hukum atau perkara pidana yang
ditanganinya. !iskresi yaitu suatu
wewenang yang menyangkut
kebi%aksanaan untuk pengambilan suatu
keputusan pada situasi dan kondisi
tertentu atas dasar pertimbangan dan
keyakinan pribadi seorang anggota
polisi. 4anfaat diskresi dalam
penanganan tindak pidana atau ke%ahatan
adalah sebagai salah satu cara untuk
membangun moral petugas kepolisian
dan meningkatkan profesionalitas dan
intelektualitas anggota polisi dalam
men%alankan tugas dan wewenangnyasecara proporsional dan memenuhi rasa
keadilan, bukan atas dasar kesewenang-
wenangan.1
Pelaksanaan diskresi secara profesional
dan sesuai dengan kode etik kepolisian
*!ata Laporan 2atuan Lalu Lintas Polresta
Bandar Lampung ahun 1*1.1".R. Abdussalam.Hukum Kepolisian Sebagai
Hukum Positif dalam Disiplin Hukum. RestuAgung, @akarta. 1?, hlm. D=
:
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
4/11
men%adi suatu keharusan bagi anggota
kepolisian, mengingat kekuasaan
diskresi tanpa disertai pembatasan kode
etik dapat berpotensi pada penyalah
gunaan. "al ini tentunya tidakdibenarkan dalam tatanan hukum itu
sendiri, sebab kekuasaan diskresi yang
begitu luas dan tanpa batas akan
menimbulkan permasalahan terutama
apabila dikaitkan dengan asas kepastian
hukum dan "ak Asasi 4anusia.
!iskresi sebagai kebebasan anggota
kepolisian dalam mengambil keputusan
dalam setiap situasi yang dihadapi
menurut pendapatnya sendiri.4engingat kekuasaan diskresi yang
men%adi wewenang polisi itu sangat luas,
maka diperlukan persyaratan-persyaratan
yang harus dimiliki oleh petugas,
terutama di dalam menilai suatu perkara.
"al ini diperlukan guna menghindari
penyalahgunaan kekuasaan mengingat
diskresi oleh polisi didasarkan atas
kemampuan atau pertimbangan subyektif
pada diri polisi sendiri.
Permasalahan dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah pelaksanaan
diskresi kepolisian dalam penyelesaian
perkara tindak pidana lalu lintas oleh
Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung
dan apakah faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan diskresi
kepolisian dalam penyelesaian perkara
tindak pidana lalu lintas oleh Kepolisian
Resor Kota Bandar Lampung.
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yuridis normatif dan
yuridis empiris. Responden penelitian
adalah Anggota Kepolisian Resor Kota
Bandar Lampung dan Akademisi "ukum
Pidana #akultas "ukum $nila.
Pengumpulan data dilakukan dengan
studi pustaka dan studi lapangan. !ata
dianalisis secara kualitatif untuk
memperoleh kesimpulan penelitian.
Prosedur pengumpulan data dilakukan
dengan teknik studi pustaka dan studi
lapangan. Analisis data dilakukan secara
kualitatif, yaitu dengan cara
menguraikan data dalam bentuk kalimatyang tersusun secara sistematis, %elas dan
terperinci yang kemudian
diinterpretasikan untuk memperoleh
suatu kesimpulan.
II+ 'asil Penelitian Dan Pem6a"asan
A+ Pelasanaan Disresi Kepolisian
dalam Pen#elesaian PeraraTinda Pidana Lalu Lintas ole"
Kepolisian Resor Kota Bandar
Lampun
!iskresi kepolisian dapat diterapkan
dalam penyelesaian perkara tindak
pidana lalu lintas, sebab perkara pidana
lalu lintas pada umumnya tidak ada
kesenga%aan, di sini yang ada hanya
unsur kealpaan. Pengenan pidana kepadaorang yang karena alpa melakukan
ke%ahatan disebut dengan strict liability,
artinya ada ke%ahatan yang pada waktu
ter%adinya keadaan mental terdakwa
adalah tidak mengetahui dan sama sekali
tidak bermaksud untuk melakukan suatu
perbuatan. 6amun meskipun demikian
dia dipandang tetap bertanggung %awab
atas ter%adinya perkara yang terlarang
itu, walaupun dia sama sekali tidak
bermaksud untuk melakukan suatu
perbuatan yang ternyata adalah
ke%ahatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Pandiyangan , maka diketahui bahwa
aparat penegak hukum dapat %uga
melakukan tindakan represif yaitu
tindakan yang pada prinsipnya
didasarkan para peraturan perundang-
undangan yang berlaku seperti K$"P,namun dalam hal tertentu tindakan
represif tidak harus didasarkan pada
D
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
5/11
peraturan perundang-undangan dapat
%uga dibenarkan oleh Pengadilan.
Kriteria seperti diatas dalam praktek
Polisi sebagai penyidik penegak hukum%uga bisa menyelesaikan kasus yang
menyangkut tindak pidana lalu lintas
khususnya yang termasuk Pasal :9?
K$"P, yaitu mengenai Ekarena
kealpaanF adapun fungsi dari pasal itu
men%elaskan unsur kesalahan yang
berbentuk culpa dimana akibat yang
berakibat matinya korban. Kealpaan
maka satu-satunya ukuran yang
diperlukan untuk adanya kealpaan
tersebut ada perbuatan yang obyektifmenyebabkan mati atau luka-luka ialah
apakah dalam melakukan perbuatan telah
memperhatikan dan mentaati norma-
norma yang bertalian dengan perbuatan
tersebut, baik yang telah diwu%udkan
sebagai peraturan tertulis maupun masih
menampakkan diri sebagai perbuatan
yang patut atau tidak patut.
2elan%utnya menurut Pandiyangan ,
maka diketahui bahwa perdamaian
merupakan proses penyelesaian pekara
pidana lalu lintas di luar pengadilan yang
men%adi penyebab matinya seseorang itu
adalah& Pengendara kendaraan yang
kurang hati-hati atau lalai, kekurang
waspadaan, kurang menggunakan
ingatan atau kekilafan atau sekiranya dia
tidak waspada, tertib atau kekilafan atau
sekiranya dia tidak waspada, tertib atau
ingat, peristiwa itu tidak akan ter%adi ataudapat dicegah.
Polisi sebagai penyidik dalam
menyelesaikan tindak pidana lalu lintas
khususnya yang termasuk Pasal :9?
K$"P di luar Pengadilan ini kalau
pelaku dan pihak korban sudah ada
kesepakatan kehendak. Penyelesaian di
dalam Pengadilan, apabila para pihak
pelaku dan keluarga korban tidak ada
kesepakatan kehendak untuk diselesaikan di luar Pengadilan, Polisi
sebagai penyidik sesuai dengan tugasnya
membuat berita acara tentang
ke%adiannya dan kemudian menyerahkan
ke @aksa penuntut $mum agar dilakukan
penuntutan. "ukum Pidana harusdipandang sebagai hukum yang
mempunyai fungsi subsider, karena
hukum pidana baru digunakan apabila
upaya lain dirasakan tidak berhasil atau
tidak sesuai.
Penggunaan %alan raya harus didasarkan
pada peraturan lalu lintas disamping
keserasian antara ketertiban umum
dengan ketertiban pribadi. iri utama
dari hukum adalah adanya sanksi, inidapat dimengerti karena biasanya warga
masyarakat baru mengetahui adanya
hukum kalau ditindak. Kesan inipun
berkaitan erat dengan pendapat bahwa
hukum adalah petugas.
Perkara lalu lintas pada dasarnya
termasuk %enis perkara pelanggaran.
Pelanggaran lalu lintas tidak diatur
dalam Kitab $ndang-$ndang "ukum
Pidana GK$"PH, tetapi ada yang
menyangkut delik-delik yang disebut
dalam K$"P, misalnya&karena
kealpaannya menyebabkan matinya
orang lain sebagaimana diatur dalam
Pasal :9? ayat G*H dan ayat G1H K$"PH,
serta karena kealpaannya menyebabkan
orang lain luka berat sebagaimana diatur
Pasal :8 K$"P.
Penyidikan yang dilakukan oleh polisilalu lintas yang telah ditun%uk dan
penyidik tidak perlu mengumpulkan
barang bukti sebab pelanggaran tersebut
pembuktiannya mudah serta nyata
maksudnya dapat dibuktikan pada saat
itu %uga sehingga pelanggar tidak akan
dapat menghindar. Penyidik tidak perlu
membuat berita acara pemeriksaan,
penindakan terhadap pelanggaran
menggunakan formulir tilang atau
blangko tilang yang berisi catatan-catatan penyidik. #ormulir tilang tersebut
9
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
6/11
berfungsi sebagai berita acara
pemeriksaan pendahuluan, surat
panggilan ke sidang, surat tuduhan %aksa,
berita acara persidangan dan putusan
hakim.
ugas Kepolisian dalam hal penyelesaian
perkara di luar pengadilan adalah selaku
penyidik dan penegak hukum bertugas
sebagai penengah dari masing-masing
pihak dan apabila masing-masing pihak
sudah ada kesepakatan mengenai
penggantian biaya apabila sebelum
meninggal korban terlebih dahulu
dirawat di rumah sakit, menanggung
biaya pemakaman, selamatan sampaidengan selesai dan memberikan
se%umlah uang sebagai uang duka dan
setelah itu membuat surat pernyataan
yang berisi telah selesainya perkara
tersebut dan tidak ada penuntutan
kembali dari masing-masing pihak, maka
perkara tersebut oleh polisi dinyatakan
selesai.
Polisi sebagai penyidik dalam
menangani perkara kecelakaan lalu lintas
harus melihat dahulu sebab-sebab
ter%adinya kecelakaan lalu lintas tersebut,
sehingga dapat tidaknya perkara tersebut
diselesaikan di luar pengadilan atau
harus melalui pengadilan. Polisi dalam
menentukan kriteria tersebut harus
mempunyai dasar keahlian khusus di
bidang lalu lintas karena polisi tersebut
dalam menangani perkara tersebut harus
dapat menyelesaikan dengan baik danadil. Adapun dalam hal tersebut
berkaitan langsung dengan cara
penyelesaiannya, apabila dapat
dibuktikan karena kealpaan pelaku dan
korban dianggap bersalah maka dapat
diselesaikan di luar pengadilan dan
sebaliknya apabila kesalahan dari pelaku
maka polisi selaku penyidik akan
melimpahkan perkara tersebut ke
Ke%aksaan untuk dilakukan penuntutan
dan selan%utnya harus diselesaikanmelalui pengadilan.
7ksistensi perdamaian dalam
penyelesaian tindak pidana kecelakaan
lalu lintas di Iilayah "ukum Kepolisian
Resor Kota Bandar Lampung didasarkanpada adanya kewenangan diskresi yang
dimiliki oleh kepolisian. Kewenangan
diskresi yang dimiliki polisi memiliki
dasar hukum, sehingga pelaksanaannya
harus dilakukan secara proporsional dan
dapat dipertanggung %awabkan secara
hukum. "al ini menun%ukkan bahwa
polisi tidak boleh bertindak semena-
mena dalam melaksanakan kewenangan
diskresi.
4enurut pen%elasan 7ddy Rifai,
diketahui bahwa kekuasaan diskresi
menun%ukkan polisi memiliki kekuasaan
yang besar karena polisi dapat
mengambil keputusan di mana
keputusannya bisa di luar ketentuan
perundang-undangan, akan tetapi
dibenarkan atau diperbolehkan oleh
hukum. 2atu hal yang dapat men%elaskan
berkuasanya kepolisian atau lembagalain dalam melaksanakan tugas, yaitu
adanya diskresi atau wewenang yang
diberikan oleh hukum untuk bertindak
dalam situasi khusus sesuai dengan
penilaian dan kata hati instansi atau
petugas sendiri.
Kepolisian mempunyai kewenangan
untuk menentukan apakah suatu
perbuatan diteruskan atau tidak
diteruskan dalam proses peradilan pidana
dengan alasan-alasan tertentu. !alam
perkara lalu lintas seperti dalam
kecelakaan lalu lintas, apabila hanya
menimbulkan kerugian yang kecil atau
luka yang kecil biasanya diselesaikan
dengan mediasi di antara pelaku dan
korban, dan pihak kepolisian sebagai
saksi atas kesepakatan yang dicapai,
perkara tidak diteruskan atas dasar
kesepakatan bersama antara pelaku dankorban. 6amun demikian %ika
kecelakaan akibat kelalaian tersebut
8
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
7/11
menimbulkan kerugian yang besar
seperti hilangnya nyawa, maka mediasi
tidak dilakukan, dan pembayaran ganti
kerugian berupa biaya rumah sakit dan
penguburan %enaah korban hanyasebagai salah satu pertimbangan yang
nantinya digunakan oleh hakim dalam
men%atuhkan putusan kepada terdakwa.
Berdasarkan penelitian di Kepolisian
Resor Kota Bandar Lampung dengan
melakukan wawancara kepada Aditia,
maka diketahui bahwa dalam praktek
sehari-hari Polisi sebagai penyidik
khususnya dalam menangani perkara lalu
lintas yang menyebabkan luka-lukamaupun meninggal dunia pada diri orang
lain dapat menerima penyelesaiannya
dilakukan di luar pengadilan meskipun
perkara tersebut termasuk delik biasa.
"al ini timbul karena undang-undang
tidak dapat menampung semua
perbuatan yang ada di masyarakat.
"ukum kebiasaan seringkali lebih dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Penyelesaian perkara secara damai
perkara tindak pidana lalu lintas %alan
yang berakibat korban mati atau luka
berat secara yuridis dianggap
bertentangan dengan ketentuan hukum
pidana dan hukum acara pidana, namun
penyidik dan %aksa cenderung dapat
menerima penyelesaian secara damai
antara pembuat dan korban atau keluarga
korban.
Pelaksanaan diskresi kepolisian dalamperkara pidana lalu lintas oleh
Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung
dipengaruhi oleh adanya dukungan
faktor pemahaman bahwa penyelesaian
perkara pidana tidak harus dengan
pemidanaan atau pen%atuhan sanksi
pidana. Pada dasarnya pelaksanaan
diskresi kepolisian dalamperkara pidana
lalu lintas oleh Kepolisian Resor Kota
Bandar Lampung perdamaian sebagai
sarana untuk menyelesaikan perkaratindak pidana kecelakaan lalu lintas di
Iilayah "ukum Kepolisian Resor Kota
Bandar Lampung didasarkan adanya
pemahaman bahwa penyelesaian perkara
pidana tidak harus dengan pemidanaan
atau pen%atuhan sanksi pidana, dalam haltersebut berdasarkan pada ter%adinya
perbuatan, apabila ter%adi karena
kealpaan dan kesalahan bukan pada
tersangka. Karena tu%uan dari pidana
adalah sebagai salah satu sarana
pembinaan untuk menanggulangi
masalah-masalah sosial. "al ini guna
memberikan %aminan kepastian hukum
pada tingkat penyidikan. 4aksudnya
K$"AP tidak menghendaki suatu
penyidikan yang berlarut-larut tanpaberkesudahan, karena meneruskan suatu
penyidikan yang tidak didukung oleh
bukti-bukti yang cukup, atau peristiwa
yang disidik bukan merupakan suatu
tindak pidana atau meneruskan suatu
penyidikan yang menurut hukum tidak
dapat dilakukan penuntutan adalah
pemborosan waktu, tenaga dan biaya
cuma-cuma. "al demikian tentunya
bertentangan dengan asas penyelesaian
perkara yang cepat, sederhana, dan biaya
ringan sebagaimana tertuang dalam
K$"AP.
B+ )ator : )ator #an
Mempenaru"i Pelasanaan Disresi
Kepolisian dalam
Pen#elesaian Perara Tinda
Pidana Lalu lintas ole" Kepolisian
Resor KotaBandar Lampun
Beberapa faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan diskresi kepolisian dalam
penyelesaian perkara tindak pidana lalu
lintas adalah sebagai berikut&
*. #aktor Perundang-undangan
G2ubstansi hukumH
#aktor perundang-undangan
Gsubstansi hukumH mempengaruhi
pelaksanaan diskresi adalah agarsetiap anggota kepolisian yang
melaksanakan diskresi memiliki
>
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
8/11
kepastian hukum dan dapat
mempertanggung %awabkannya
segala tindakan yang dilakukannya
secara hukum. indakan diskresi
yang ditempuh penyidik bertu%uanuntuk mendapatkan rasa adil bagi
semua pihak dan tetap men%un%ung
tinggi "ak Asasi 4anusia, %uga
terdapat pembatasan-pembatasan dan
pertanggung %awabannya, sekalipun
hal tersebut tidak terdapat dalam
K$"P akan tetapi pada hakekatnya
untuk men%aga kepastian hukum dan
ketertiban dalam masyarakat. ;leh
sebab itu semua tindakan yang
dilakukan penyidik harusberdasarkan hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
!alam praktek kepolisian di 2atuan
Lalu Lintas Polresta Bandar
Lampung mengenyampingkan
hukum atau menghentikannya atas
pertimbangan-pertimbangan atau atas
permohonan pihak yang
berkepentingan.
1. #aktor penegak hukum
#aktor penegak hukum yang
mempengaruhi pelaksanaan diskresi
kepolisian dalam penyelesaian
perkara tindak pidana lalu lintas
dapat diketahui berdasarkan kualitas
dan kuantitas anggota kepolisian.
Kualitas anggota kepolisian dilihat
dari profesionalisme ker%a polisi
sebagai aparat penegak hukum, yang
dituntut untuk melaksanakan tugas-
tugasnya secara profesional terutama
dalam mempergunakan wewenang
diskresi yang dimilikinya. 2etiap
polisi melakukan tugas berdasarkan
sumpah %abatan dan berkewa%iban
untuk melaksanakan profesionalisme
ker%a secara maskimal. Kuantitas
anggota kepolisian dilihat dari
idealnya %umlah anggota dalammelakukan pengaturan lalu lintas.
#aktor kuantitas anggota polisi yang
terbatas ini dapat menghambat
pelaksanaan tugas penertiban lalu
lintas dan %alan raya. 4enurut
pen%elasan 7ddy Rifai diketahui
bahwa polisi harus benar-benarmampu menerapkan batasan-batasan
dalam diskresi kepolisian, sehingga
diskresi yang dilakukan benar-benar
demi kepentingan kepentingan tugas-
tugas kepolisian dan kepentingan
umum, meskipun polisi telah
diberikan kewenangan oleh undang-
undang untuk mengambil tindakan
lain tersebut tetap sa%a polisi harus
bisa untuk mempertanggung
%awabkan atas segala tindakan dankeputusan yang telah diambil dalam
melaksanakan tugasnya.
:. #aktor masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Pandiyangan, maka diketahui bahwa
faktor masyarakat yang
mempengaruhi pelaksanaan diskresi
adalah kesadaran hukum yang
dimiliki oleh masyarakat. 4asyarkatmenyadari bahwa pelanggaran lalu
lintas adalah suatu ke%adian di luar
kehendak dan sama sekali tidak
diinginkan sehinggga mereka
menghendaki adanya perdamaian di
luar pengadilan, sebab apabila hal
tersebut diteruskan melalui %alur
hukum maka permasalahan akan
men%adi pan%ang. 4enurut pen%elasan
Aditia diketahui bahwa dengan
adanya kesadaran masyarakat ini
maka ditempuhlah upaya perdamaian
dan pihak kepolisian dengan
kewenangan diskresi yang
dimilikinya men%adi mediator dalam
perdamaian tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka
penulis dapat menyatakan bahwa
penyelesaian perkara pidana lalu
lintas dapat dilakukan di luarpengadilan yang menyangkut
kecelakaan lalu lintas antara pihak-
=
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
9/11
pihak yang terlibat tanpa melalui
pengadilan. Proses penyelesaian
tersebut dilakukan oleh para pihak
sendiri karena masing-masing pihak
sepakat untuk menyelesaikan tanpamelalui proses yang berbelit-belit
dan memakan waktu yang lama,
adapun hal ini ter%adi karena
pengadilan akan mempela%ari bukti-
bukti yang ada guna mencari
kebenaran dan keadilan yang dapat
diterima kedua belah pihak tanpa
tekanan atau paksaan dari pihak
manapun.
D. #aktor Kebudayaan
4enurut pen%elasan 7ddy Rifai
diketahui bahwa faktor budaya yang
mempengaruhi pelaksanaan diskresi
adalah nilai-nilai budaya di )ndonesia
yang mengedepankan prinsip
kekeluargaan, musyawarah dan
mufakat dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, sehingga dalam
konteks kecelakaan lalu lintas, faktor
budaya ini berpengaruh besar, di
mana masyarakat menggunakan
nilai-nilai kebudayaan berupa
kekeluargaan, musyawarah dan
mufakat dalam menyelesaikan
perkara lalu lintas. 4enurut
pen%elasan Pandiangan diketahui
bahwa budaya yang sampai dengan
saat ini dipegang teguh oleh
masyarakat adalah penyelesaianmasalah melalui musyawarah dan
mufakat dalam rangka mencari
perdamaian. Berdasarkan uraian
tersebut maka penulis menyatakan
bahwa konsep Alternative Dispute
Resolution pada dasarnya bersumber
dari nilai-nilai kekeluargaan yang
dianut secara bersama oleh
masyarakat, yang intinya
menekankan pada upaya
musyawarah dan mufakat, sebagai
cerminan sistem sosial budaya di
)ndonesia.
III+ Kesimpulan
*. Pelaksanaan diskresi kepolisian
dalam perkara pidana lalu lintas oleh
Kepolisian Resor Kota Bandar
Lampung adalah melalui perdamaian
antara pelaku dan korban.
Perdamaian dalam penyelesaian
tindak pidana kecelakaan lalu lintas
berkaitan dengan kewenangan
diskresi yang dimiliki oleh
kepolisian. Perdamaian ini
didasarkan pada adanya itikad baikantara pihak-pihak yang terlibat
dalam kecelakaan lalu lintas untuk
menempuh penyelesaian secara
kekeluargaan. Penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas tidak harus
dengan pemidanaan atau pen%atuhan
sanksi pidana, dalam hal tersebut
berdasarkan pada ter%adinya
perbuatan, apabila ter%adi karena
kealpaan dan kesalahan bukan pada
tersangka khususnya dalam perkara
pidana lalu lintas.
1. #aktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan diskresi kepolisian
dalam penyelesaian perkara tindak
pidana lalu lintas, adalah sebagai
berikut&
a. #aktor perundang-undangan
Gsubstansi hukumH, yaitu adanya
dasar hukum yang memberikankewenangan kepada anggota
kepolisian untuk melakukan
tindakan diskresi sehingga
pelaksanaan tugas di lapangan
disesuaikan dengan kewa%iban
hukum dan
menghormati'men%un%ung tinggi
hak asasi manusia.
b. #aktor penegak hukum, yaitu
adanya profesionalisme ker%a
polisi. Polisi dalam hal inimempunyai kedudukan sebagai
?
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
10/11
aparat penegak hukum dituntut
untuk melaksanakan tugas-
tugasnya secara profesional
terutama dalam mempergunakan
wewenang diskresi yangdimilikinya.
c. #aktor masyarakat, yaitu
masyarakat menyadari bahwa
pelanggaran lalu lintas adalah
suatu ke%adian di luar kehendak
dan sama sekali tidak diinginkan
sehinggga mereka menghendaki
adanya perdamaian di luar
pengadilan dan pihak kepolisian
dengan kewenangan diskresi
yang dimilikinya men%adimediator dalam perdamaian
tersebut.
d. #aktor kebudayaan, yaitu adanya
nilai-nilai budaya di )ndonesia
yang mengedepankan prinsip
kekeluargaan, musyawarah dan
mufakat dalam menyelesaikan
suatu permasalahan, sehingga
dalam konteks kecelakaan lalu
lintas, faktor budaya ini
berpengaruh besar, di mana
masyarakat menggunakan nilai-
nilai kebudayaan berupa
kekeluargaan, musyawarah dan
mufakat dalam menyelesaikan
perkara lalu lintas.
Da9tar Pustaa
Abdussalam, ". R..Hukum KepolisianSebagai Hukum Positif dalam
Disiplin Hukum. Restu Agung,
@akarta. 1?.
Arief, Barda 6awawi. Masalah
Penegakan Hukum dan Kebiakan
Penanggulangan Keahatan! P.
itra Aditya Bakti. Bandung. 1*.
#aal, 4.Penyaringan Perkara Pidana
"leh Polisi #Diskresi KepolisianH.Pradnya Paramita. @akarta. *??*.
Kansil, .2.. dan hristine 2.. Kansil.
Disiplin $erlalu %intas di &alan Raya
Penerbit Rineka ipta. @akarta.
*??9.
"amah, Andi. $unga Rampai Hukum
Pidana dan Acara Pidana. Chalia
)ndonesia @akarta. 1*.
"arahap, 4. 5ahya. Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan
K$"AP. 2inar Crafika. @akarta.
*??=
Kelana, 4omo.Hukum Kepolisian.P)K. @akarta. *?=*.
Lamintang, P.A.#. Dasar'Dasar Hukum
Pidana (ndonesia.
P. itra Adityta
Bakti. Bandung. *??8.
4arpaung, Leden.Proses Penanganan
Perkara Pidana. 2inar Crafika. @akarta.
*??1.
4oel%atno, Perbuatan Pidana dan
Pertanggung a)aban Dalam Hukum
Pidana,
Bina Aksara, @akarta. *??:.
4uladi.Hak Asasi Manusia, Politik dan
Sistem Peradilan Pidana!Badan
Penerbit $6!)P. 2emarang.
*??>.
Rahar%o, 2at%ipto.Polisi Pelaku dan
Pemikir. Cramedia Pustaka
$tama. @akarta. *??*.
2oekanto, 2oer%ono. Pengantar
Penelitian Hukum.
Rineka ipta.
@akarta. *?=:
JJJJJJJJJJJJJJJ. *aktor'*aktor yang
MempengaruhiPenegakan Hukum.
*
-
7/25/2019 223-587-1-PB (1)
11/11
Rineka ipta. @akarta. *?=8.
2udarto.Kapita Selekta Hukum Pidana.
Alumni.Bandung. *?=8.
**