(3) bab i, ii, iii, iv

Upload: ratna-ning-hanum

Post on 10-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    1/31

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangDengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan dalam globalisasi

    khususnya di bidang kesehatan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam

    mencegah berbagai penyakit salah satunya ARDS, yaitu merupakan gangguan paru

    yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan

    infiltrat yang menyebar dikedua belah paru akibat kondisi atau kejadian berbahaya

    berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Pada bayi baru lahir yang bernafas dengan teratur, alveoli dapat mengembang

    dan mengempis sehingga oksigen dari udara dapat masuk melalui pembuluh darah

    kecil (kapiler) yang mengelilingi alveoli tersebut. Secara nornal, di akhir usia

    kehamilan, sel-sel dari alveoli menghasilkan substansi yang disebut surfaktan yang

    menjaga tegangan permukaan di dalam alveoli rendah agar alveoli dapat

    mengembang pada saat bayi lahir dan bayi dapat bernafas secara normal. Surfaktan

    mulai diproduksi pada minggu ke 34 usia kehamilan dan sudah menjadi paru yang

    matur pada minggu ke 37, dan jumlah surfaktan telah optimal.

    Jika bayi lahir prematur, surfaktan tidak cukup terbentuk dalam alveoli yang

    menyebabkan kolaps alveoli (atelektasis) sehingga bayi sulit untuk mendapatkan

    oksigen dari udara karena paru tidak dapat mengembang. Kondisi ini dapat

    menyebabkan kematian pada bayi jika tidak segera ditangani dengan baik. Namun

    kondisi tersebut dapat diatasi dengan pemberian asuhan keperawatan yang optimal

    dan adekuat dengan berbagai macam tindakan maupun perawatan intensif yang dapat

    menunjang kelangsungan hidup bayi.

    Hal tersebut telah melatarbelakangi penulis untuk menulis makalah ini, sehingga

    dapat membagi beberapa informasi tentang ARDS dan asuhan keperawatannya untuk

    menurunkan angka kematian bayi dengan ARDS.

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    2/31

    2

    1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom) ?2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem pernafasan ?3. Apakah etiologi penyebab ARDS ?4. Bagaimanakah patofisiologi dari ARDS ?5. Bagaimanakah WOC dari ARDS ?6. Bagaimana manifestasi klinis dari ARDS ?7. Apa sajakah komplikasi yang dapat diakibatkan penyakit ARDS?8. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan ?9. Apa sajakah asuhan keperawatan yang dapat dilakukan terhadap penderita

    ARDS ?

    1.3 Tujuan Penulisan1. Mengetahui definisi dari ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom).2. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernafasan.3. Mengetahui etiologi penyebab dari ARDS.4. Mengetahui patofisiologi dari ARDS5. Mengetahui WOC dari ARDS.6. Mengetahui manifestasi klinis dari ARDS.7. Mengetahui komplikasi yang dapat diakibatkan dari ARDS.8. Mengetahui penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada penderita

    ARDS.

    9. Mengetahui asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderitaARDS.

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    3/31

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi ARDS

    Sindroma distres pernapasan (Acute Respiratory Distress Syndrome) [ARDS]

    adalah suatu sindrom kegagalan pernapasan akut yang ditandai dengan adanya edema

    paru akibat peningkatan permeabilitas membran alveolar. Kedaaan ini diperagakan

    dengan adanya infiltrasi luas pada radiografi dada, gangguan oksigenasi dan fungsi

    jantung normal (edema paru non kardiogenik).

    ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permeabilitas

    membran alveolar-kapiler terhadap air, larutan, dan protein plasma, disertai

    kerusakan alveolar difus, dan akumulasi cairan yang mengandung protein dalam

    parenkim paru (Amin Z, Johanes Purwoto).

    Gagal nafas akut/ARDS adalah kegagalan sistem pernafasan untuk

    mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yang dapat

    mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung Harapan Kita, 2001)

    Dasar definisi dipakai konsensus Komite Konferensi ARDS Amerika-Eropatahun 1994 tdd :

    1. Gagal napas (respiratory failure/distress) dengan onset akut2. Rasio tekanan oksigen pembuluh arteri berbanding fraksi oksigen yang

    diinspirasi (PaO2/FIO2< 200 mmHghipoksemia berat)

    3. Radiografi torak : infiltrat alveolar bilateral yang sesuai dengan edemaparu

    4. Tekanan baji kapiler pulmoner (pulmonary capillary wedge pressure) 50%)

    yang lama (> 48 jam)

    - Overdosis narkotikf. Postperfusi pada pembedahan pintas kardiopulmonal.

    Mekanisme seperti mengapa ARDS yang mempunyai penyebab bermacam-

    macam dapat berkembang menjadi sindrom klinis dan patofiologis yang sama masih

    belum jelas diketahui. Petunjuk umum penyebab edema alveolar yang khas agaknya

    berupa cedera membran kapiler alveolar yang menyebabkan kebocoran kapiler.

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    8/31

    8

    2.5 Patofisiologi

    Sindrom gawat pernapasan (respiratory distress syndrome) [RDS]) atau

    penyakit membran hialin, tetap merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan

    morbiditas neonatal. Penyakit ini terjadi akibat tidak adanya, kurangnya, atau

    berubahnya komponen surfaktan pulmoner. Surfaktan, suatu kompleks lipoprotein,

    adalah bagian dari permukaan mirip film yang ada di alveoli. Bila surfaktan tersebut

    tidak adekuat, akan terjadi koplaps alveolus dan mengakibatkan hipoksia. Kemudian

    terjadi konstriksi vaskuler pulmoner dan penurunan perfusi pulmoner, yang berakhir

    sebagai gagal napas progresif.

    Setelah kejadian pemicu, kerusakan alveolus difus dapat diidentifikasi sebagai

    akibat dari perubahan struktur unit kapiler alveolus. Ada tiga stadium nyata

    perkembangan ARDS. Pada stadium eksudatif awal, didapatkan kongesti kapiler

    berat dan edema paru interstitial. Hal ini tampak dari adanya cairan edema kaya-

    protein yang timbul akibat peningkatan permeabilitas membran kapiler alveolus.

    Alveoli sendiri sering mengandung cairan tidak homogen, darah, atau agregasi

    leukosit. Stadium eksudatif biasanya mulai pada 6 jam pertama dan dapat berakhir

    pada 72 jam sebelum terjadinya perbaikan atau perburukan. Penderita dapat sembuh

    dari fase eksudatif selama beberapa hari pertama; bnayak pula yang berlanjut ke

    stadium kronis atau proliferatif, yang terjadi antara minggu pertama sampai minggu

    ketiga setelah cedera. Fase proliferatif ditandai dengan peningkatan densitas

    pneumosit tipe II dan fibroblas. Kemudian pneumosit tipe tipe II ini diubah menjadi

    pneumosit tipe I. Edema interstitial dan sel-sel radang merangsang penumpukan

    kolagen oleh fibroblas, dan akhirnya terjadi perubahan dari stadium proliferatif ke

    stadium akhir atau stadium fibrotik. Stadium fibrotik ini biasanay terjadi jika ARDS

    telah berlangsung lebih dari 3 minggu. Selama waktu tersebut, paru-paru dibentuk

    kembali oleh jaringan kolagen sehingga timbul fibrosis paru. Fibrosis sering

    mengakibatkan penurunan daerah permukaan pertukaran gas yang membahayakan.

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    9/31

    9

    Terdapat tiga fase kerusakan alveolus :

    1. Fase eksudatif : ditandai edema interstisial dan alveolar, nekrosis selpneumosit tipe I dan denudasi/terlepasnya membran basalis, pembengkakan

    sel endotel dengan perlebaran intercellular junction, terbentuknya membran

    hialin pada duktus alveolar dan ruang udara, dan inflamasi netrofil. Juga

    ditemukan hipertensi pulmoner dan berkurangnya compliance paru.

    2. Fase proliferatif : paling cepat timbul setelah 3 hari sejak onset, ditandaiproliferasi sel epitel pneumosit tipe II.

    3. Fase fibrosis : kolagen meningkat dan paru menjadi padat karena fibrosis.

    2.6 WOC

    (terlampir)

    2.7 Manifestasi Klinis

    Gejala paru ARDS segera setelah cedera akut mungkin sangat minimal,

    karena seringkali ada periode laten ketika penderita hanya menunjukkan distres napas

    ringan yang mungkin disertai hiperventilasi. Pada stadium ini auskustasi paru-paru

    bersih. Selama 4-24 jam berikutnya, timbul hipoksemia dan distres pernapasan

    menjadi semakin jelas, ditandai dengan sianosis, dispnea, dan takipnea berat yang

    disertai ronki basah inspirasi difus. Pada stadium ini dapat diperagakan shunt

    intrapulmonum besar dan pemberian oksigen dapat menguarangi gejala sementara.

    Selanjutnya penderita secara bertahap dapat membaik, tetapi sebagian besar penderita

    mengalami perburuan menuju hipoksemia dan hiperkapnea berat. Oksigen tambahan

    gagal memperbaiki kondisi klinis sehingga diperlukan ventilasi mekanis. Pada

    stadium ini banyak penderita meninggal dunia, sedangkan yang bertahan hidup

    memerlukan bantuan pernapasan jangka panjang.

    Onset akut umumnya berlangsung 3-5 hari sejak adanya diagnosa kondisi

    yang menjadi faktor risiko ARDS. Tanda pertama ialan takipnea, retraksi intercostal,

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    10/31

    10

    adanya ronkhi basah kasar yang jelas. Dapat ditemui hipotensi, febris. Pada

    auskustasi ditemukan ronki basah kasar. Gambaran hipoksia/sianosis yang tak respon

    dengan pemberian oksigen. Sebagian besar kasus disertai disfungsi/gagal organ ganda

    yang umumnya juga mengenai ginjal, hati, saluran cerna, otak, dan sistem

    kardiovaskular.

    Gejala berikut terlihat pada 6 sampai 8 jam pertama kehidupan :

    1. Takipnea (lebih dari 60 kali permenit)2. Retraksi interkostal dan sternal3. Dengkur ekspiratori4. Pernafasan cuping hidung5. Sianosis sejalan dengan peningkatan hipoksemia6. Menurunnya daya komplian paru (napas ungkat-ungkit paradoksal)7. Hipotensi sistemik (pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda lebih dari

    3 sampai 4 detik)

    8. Penurunan keluaran urin9. Penurunan suara napas dengan ronkhi10.Takikardia pada saat terjadinya asidosis dan hipoksemia.RDS adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri. Perbaikan biasanya terlihat 48

    sampai 72 jam setelah lahir, bila terjadi regenerasi sel alveolar tipe II dan

    dihasilkannya surfaktan. Penampakan dan lamanya gejala dapat berubah dengan

    pemberian surfaktan buatan.

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    11/31

    11

    2.8 Insidens

    1. Terdapat korelasi terbalik dengan usia kehamilan : semakin muda seorangbayi, semakin tinggi insidens RDS. Akan tetapi, tampaknya kasus-kasus RDS

    lebih tergantung pada kematangan paru daripada usia gestasi.

    a. Didiagnosis pada 90% bayi pada usia gestasi 26 minggub. Didiagnosis pada 70% bayi pada usia gestasi 30 mingguc. Didiagnosis pada 25% bayi pada usia gestasi 34 minggud. Didiagnosis pada kuwang dari 1% sampai 2% bayi cukup bulan

    2. RDS terdapat dua kali lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.3. Insidens meningkat pada bayi cukup bulan bila terdapat faktor-faktor tertentu.

    a. Ibu diabetes yang melahirkan bayo kurang dari 38 minggu usia gestasib. Hipoksia perinatalc. Lahir melalui seksio sesaria

    2.9 Komplikasi

    1. Ketidakseimbangan asam basa2. Kebocoran udara (pneumotoraks, pneumomediastinum, pneumoperikardium,

    pneumoperitoneum, emfisema subkutan, emfisema interstisial pulmoner)3. Perdarahan pulmoner4. Displasia bronkopulmoner5. Apnea6. Hipotensi sistemik7. Anemia8. Infeksi (pneuminia, septikemia)9. Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orang tua.

    Komplikasi Berhubungan dengan Intubasi

    1. Komplikasi selang endotrakeal (berpindah, tercabut, tersumbat, atelaktasissetelah ekstubasi, alur palatum).

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    12/31

    12

    2. Lesi trakea (erosi, granuloma, stenosis subglotis, trakeabronkitis mengalaminekrosis).

    Komplikasi Berkaitan dengan Prematuritas

    1. Patent ductus arteriosus(PDA)2. Perdarahan intraventikular3. Retinopati dari prematuritas

    2.10 Penatalaksanaan Medis

    1. Perbaiki oksinegasi dan pertahankan volume paru optimal.a. Rumatan PaO2anatara 50 sampai 80 mmHg, PaCO2antara 40 dan 50, pH

    paling sedikit 7,25.

    b. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal (endotracheal tube[ET[).

    c. Tekanan jalan napas positif secara tetap melalui nasal prong untukmencegah kehilangan volume selama ekspirasi.

    d. Ventilasi mekanik melalui ET untuk hipoksemia berat (PaO2kurang dari50 sampai 60 mmHg) dan atau hiperkapnia (PaCO2lebih dari 60 mmHg).

    e. Pemantauan trankutan dan oksimetri nadi.f. Pemberian aerosol bronkodilatorg. Fisioterapi toraksh. Opsi kardiorespirasi tambahan (ventilasi frekuensi tinggi, oksigenasi

    membran ekstrakorporeal, oksida nitrat, ventilasi cairan).

    2. Pertahankan kestabilan suhu.3. Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang seimbang.4. Pantau nilai gas darah arteri, hemoglobin dan hematokrit serta bilirubin.5. Lakukan transfusi darah seperlunya untuk mempertahankan hematokrit.6. Pertahankan jalur arteri (arteri line) untuk memantau PaO2 dan pengambilan

    sampel darah.

    7. Berikan obat yang diperlukan.a. Diuretik untuk mengurangi edema interstisial.

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    13/31

    13

    b. NaHCO3untuk asidosis metabolikc. Antibiotik untuk infeksi terkaitd. Analgesik untuk nyeri dan iritabilitase. Teofilin sebagai stimulan respiratorif. Vasopresor (dopamin, dobutamin)g. Kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paruh. Bronkodilator

    2.11 Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    - Analisa gas darah : hipoksemia, hipokapnia (sekunder karena hiperventilasi),hiperkapnia (pada emfisema atau keadaan lanjut). Alkalosis respiratorik pada

    awal proses, akan berganti menjadi asidosis respiratorik.

    - Leukositosis (pada sepsis), anemia, trobositopenia (refleksi inflamasi sistemikdan kerusakan endotel), peningkatan kadar amilase (pada pankreatitis)

    - Gangguan fungsi ginjal dan hati, tanda koagulasi intravaskular diseminata(sebagai bagian dari MODS/multiple organ dysfunction syndrome)

    Radiologi

    Kajian foto toraks:

    a. Pola retikugranular difus bersama beronkogram udara yang salingtumpang tindih.

    b. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat; inflasi paru buruk.c. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi

    dari ibu diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif)

    d. Bayangan timus yang besare. Bergranul merata pada bronkogram udara, yang menandakan penyakit

    berat jika terdapat pada beberapa jam pertama

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    14/31

    14

    2.12 Terapi

    ARDS harus dikelola di unit perawatan intensif tempat penderita dapat

    mendapatkan pengawasan dan terapi kardiorespirasi yang sesuai. Tujuan pengelolaan

    klinis adalah perawatan yang suportif, dengan tujuan utamanya memberikan cukup

    oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Monitor yang sesuai

    penilaian hemodinamik invasif, sepertii kateterasi sitemik dan seringkali pemasangan

    kateter arteri pulmonalis. Pengukuran fungsi paru dan pertukaran gas seperti gas

    darah arteri, oksimetri pulsa, CO2 akhir tidal dan mekanika paru digunakan untuk

    menyesuaikan tekanan oksigen inspirasi dan penyesuaian ventilator untuk

    meningkatkan kecukupan pemberian oksigen ke jaringan dan mengurangi komplikasi.

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    15/31

    15

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    Kasus

    Bayi laki-laki usia 2 hari masuk rumah sakit dirujuk hari Rumah Sakit Daerah

    dengan keluhan : pucat, warna kebiruan. RR : 24x/menit kadang-kadang apnea.

    Denyut jantung lebih lambat dari normal (bradikardi). Suhu menunjukkan : 36oC.

    Bayi lahir prematur dengan masa gestasi 31 minggu di RS dan lahir dengan Secsio

    caecariakarena ibunya hipertensi. Bayi merupakan anak pertama. Usia ibu 40 tahun.

    ASI belum keluar. Setelah beberapa pemeriksaan lanjutan ditegakkan diagnosis RDS

    (Respiratory Distress Syndrom).

    Bayi kelihatan lemah, dan belum memiliki respon untuk menyusui. Bayi

    sering menangis dan gelisah. Penuturan keluarga, ibu dari bayi mempunyai riwayat

    kesehatan menderita hipertensi.

    3.1 Pengkajian

    Tanggal Pengkajian : 26 Agustus 2013

    Diagnosa Medis : ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom)

    3.2 Data KlienA. Data Anak

    Nama : Bayi A

    Umur : 2 hari

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Denyut Nadi : 100x/menit

    Frekuensi Pernafasan : 24x/menit

    Suhu : 36oC

    Berat Badan : 1,8 kg

    Tinggi Badan : 40 cm

    Tanggal MRS : 26 Agustus 2013

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    16/31

    16

    B. Data Orang TuaNama Ayah : Rahimul

    Nama Ibu : Aisyah

    Pekerjaan Ayah : Pedagang

    Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga

    Alamat orang tua : Koto tingga, Limau Manis

    3.3 Riwayat Kesehatan1. Keluhan Utama :Bayi A dirujuk dari rumah sakit daerah mengalami keluhan bayi pucat dan

    berwarna kebiruan, denyut jantung rendah dari normal, dan pernafan 24x/menit dan

    kadang-kadang apneu.

    2. Riwayat Kehamilan dan kelahiran Prenatal : ibu mengalami hipertensi selama kehamilan Postnatal : bayi lahir dengan masa gestasi 31 minggu dan BBLR

    (Berat Badan Lahir Rendah) seberat 1,8 kg, dan ukuran panjang bayi 40

    cm

    3. Riwayat kesehatan dahuluPenyakit yang diderita sebelumnya : Ibu mengalami hipertensi

    Pernah dirawat di RS : rujukan dari rumah sakit daeraha

    Obat-obatan yang pernah digunakan : tidak ada

    Alergi : tidak ada

    Kecelakaan : tidak ada

    Riwayat imunisasi : Vit.K, BCG

    4. Riwayat Kesehatan KeluargaIbu bayi berusia 40 tahun saat kelahiran bayi dan menderita hipertensi.

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    17/31

    17

    3.4 Pemeriksaan FisikKeadaan Umum

    BB/TB : 1,8 kg/40 cm

    Kepala : simetris

    Mata :

    Konjunctiva : anemis

    Pupil : +/+

    Telinga : simetris

    Hidung : simetris

    Mulut : bibir sianosis dan lidah kering

    Thorax dan Paru

    Inspeksi : frekuensi pernafasan rendah, kadang-kadang apneu

    Palpasi : bayi sangat peka terhadap sentuhan, mudah menangis

    Perkusi : pekak

    Auskultasi : ada suara tambahan ronki basah

    Ekstremitas : kekuatan otot 1

    Kulit : pucat, kebiruan

    Pemeriksaan tumbuh kembang

    a. Pertumbuhan fisik anak Berat badan : 1,8 kg Panjang badan lahir : 40 cm Usia mulai tumbuh gigi : belum tumbuh

    b. Perkembangan anakBayi lahir prematur dengan masa gestasi 31 minggu

    c. Pemberian ASIAnak belum mendapatkan ASI dari ibu karena ibu tidak bisa

    mengeluarkan ASI

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    18/31

    18

    d. Pemberian makanan tambahanBelum ada diberikan makanan tambahan

    Pemeriksaan Penunjang ( labolatorium )

    1) Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :a) Hipoksemia ( penurunan PaO2 )

    b) Hipokapnia (penurunan PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi

    c) Hiperkapnia ( peningkatan PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi

    d) Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini

    e) Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut

    2) Tes Fungsi paru :a) Penurunan komplain paru dan volume paru

    b) Pirau kanan-kiri meningkat

    3) Pemeriksaan Diagnostik.1. Foto Thoraks

    a. Pola retikulogranular difus bersama bronkhogram udara yang saling tumpah

    tindih.

    b. Tanda paru sentral, batas jantung sukar dilihat, inflasi paru buruk.

    c. Kemungkinan terdapat kardoimegali bila system lain juga terkena ( bayi dariibu diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif )

    d. Bayangan timus yang besar

    e. Bergranul merata pada bronkhogram udara, yang menandakan penyakit

    berat jika terdapat pada beberapa jam pertama.

    2. Gas Darah ArteriMenunjukkan asidosis respiratory dan metabolic. Yaitu adanya penurunan pH,

    penurunan PaO2, dan peningkatan PaCO2, penurunan HCO3.

    3. Perubahan elektrolitCenderung terjadi penurunan kadar : kalsium, natrium, kalium dan glukosa

    serum.

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    19/31

    19

    3.5 Aplikasi NANDA, NOC dan NIC

    No. NANDA NOC NIC

    1. Kerusakan pertukaran gas

    DS :ibu bayi mengatakan

    bayinya tidak menangissecara spontan saat

    kelahiran, bayi terlihat

    lemah

    DO : frekuensi pernasan

    bayi 24x/menit kadang-

    kadang apneu, denyut nadi

    100x/menit (bradikardi)

    Keseimbangan elektrolit dan asam

    basa

    Indikator :- Denyut jantung- Irama jantung- Pernapasan- Irama napas- Sodium serum- Pottasium serum- Klorida serum- Kalsium serum- Magnesium serum- pH serum : DBN*- Albumin serum : DBN- Kreatinin serum : DBN-

    Bikarbonat serum :DBN

    Manajemen asam basa

    Aktivitas :

    - Jaga kepatenan jalan napas- Pantau ABG dan level elektrolit- Monitor status hemodinamik termasuk CVP (tekanan

    vena sentral), MAP (tekanan arteri rata-rata), PAP

    (tekanan arteri paru)

    - Pantau kehilangan asam (muntah, diare, diuresis,melalui nasogastrik) dan bikarbonat (drainase fistula

    dan diare)

    - Posisikan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuatseperti membuka jalan napas dan menaikkan kepala

    tempat tidur

    - Pantau gejala gagal pernapasan seperti PaO2 yangrendah, peningkatan PaCO2, dan kelemahan otot

    napas

    -Pantau pola napas

    - Pantau factor penentu pengangkutan oksigen jaringanseperti PaO2, SaO2, kadar Hb dan cardiac output

    - Sediakan terapi oksigen- Berikan dukungan ventilasi mekanik- Pantau factor penentu konsumsi oksigen seperti

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    20/31

    20

    SvO2, avDO2(perbedaan oksigen arterivena)

    - Pantau ketidakseimbangan elektrolit yang semakinburuk dengan mengoreksi ketidakseimbangan asam

    basa

    - Dorong pasien dan keluarga untuk aktif dalampengobatan ketidakseimbangan asam basa

    Manajemen Jalan Nafas

    Aktivitas :

    - Buka jalan nafas dengan teknik mengangkat daguatau dengan mendorong rahang sesuai keadaan

    - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasiyang potensial

    - Identifikasi masukan jalan nafas baik yang aktualataupun potensial

    - Masukkan jalan nafas/ nasofaringeal sesuaikebutuhan

    - Keluarkan sekret dengan batuk atausuction/pengisapan

    - Kaji keinsetifan spirometer- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya ventilasi yang

    turun atau yang hilang dan catat adanya bunyi

    tambahan

    - Lakukan pengisapan endotrakeal atau nasotrakeal

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    21/31

    21

    - Beri bronkodilator jika diperlukan- Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonic

    humidifier jika diperlukan

    - Atur intake cairan untuk mengoptimalkankeseimbangan cairan

    - Posisikan pasien untuk mengurangi dispnue- Monitor pernafasan dan status oksigen.

    Monitor Pernafasan

    Aktivitas :

    - Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman danusaha bernafas

    - Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan,penggunaan otot tambahan, dan supraklavikula dan

    retaksi otot intercostal

    - Monitor bising pernafasan seperti ribut ataudengkuran

    - Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu,hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Ceyne stokes,

    apnu, biot dan pola ataksi

    - Palpasi jumlah pengembangan paru- Perkusi anterior dan posterior torak dari apeks

    sampai basis secara bilateral

    - Catat lokasi trakea

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    22/31

    22

    - Monitor kelemahan otot diafragma- Auskultasi bunyi nafas, catat ventilasi yang turun

    atau hilang

    - Tentukan apakah harus dilakukan pengisapan darihasil auskultasi seperti adanya ronkhi atau

    wheezing

    - Auskultasi lagi paru setelah dilakukan treatmen- Monitor sekresi pernafasan pasien- Monitor dispnu dan persitiwa yang bisa

    meningkatkan kejadian dispnu

    - Monitor hasil penyinaran (X-Ray)2. Kelebihan volume cairan

    DS :frekuensi nafas bayi

    24x/menit, kadang-kadang

    apneu

    DO :setelah di auskultasi

    suara nafas tidak terdengar

    jelas, ada suara tambahan

    ronki basah

    Keseimbangan cairan

    Indikator :

    - Keseimbangan intake danoutput

    - Kestabilan berat badan- Edema perifer- Kelembabab mukosa kulit- Rasa haus normal

    Keseimbangan elektrolit asam-

    basa

    Indikator :

    - Denyut jantung : DBH*

    Manajemen cairan

    Aktivitas :

    - Timbang BB tiap hari- Hitung haluran- Pertahankan intake yang akurat- Monitor hasil lab. terkait retensi cairan (peningkatan

    BUN, Ht )

    - Monitor TTV- Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan

    (seperti :edem, asites, distensi vena leher)

    - Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudahdialisa

    - Monitor status nutrisi

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    23/31

    23

    - Irama jantung : DBH- Pernapasan : DBH- Irama napas : DBH- Status kesadaran

    *Dalam batas yang Diharapkan

    Hidrasi

    Indikator :

    - Hidrasi kulit- Kelembaban membran

    mukosa

    - Haus yang abormal (-)- Perubahan suara napas (-)- Napas pendek (-)- Mata yang cekung (-)- Demam (-)- Keringat- Pengeluaran urin : DBN*- Tekanan darah : DBN- Hematokrit : DBN

    *Dalam Batas Normal

    - Monitor respon pasien untuk meresepkan terapielektrolit

    - Kaji lokasi dan luas edem- Konsultasi dengan dokter, jika gejala dan tanda

    kehilangan cairan makin buruk

    - Kaji ketersediaan produk darah untuk trsanfusiPemantauan cairan

    Aktivitas :

    - Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairandan pola eliminasi

    - Monitor BB, intake dan output- Monitor nilai elektrolit urin dan serum- Monitor osmolalitas urin dan serum- Monitor denyut jantung, status respirasi- Pertahankan keakuratan catatan intake dan output- Dengarkan dengan penuh perhatian- Identifikasi tingkat kecemasan- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

    kecemasan

    - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan, persepsi

    - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    24/31

    24

    Manajemen Cairan dan Elektrolit

    Aktivitas :

    - Monitor keabnormalan level untuk serum- Dapatkan specimen lab untuk memonitor level

    cairan/ elektrolit ( seperti Ht, BUN,sodium, protein,

    potassium )- Timbang berat badan tiap hari- Beri terapi nasogastrik untuk menggantikan output- Irigasi selang NGT dengan normal salin- Pasang infuse IV- Monitor hasil lab yang relevan dengan retensi cairan- Monitoring status hemodinamik, termasuk MAP,

    PAP,PCWP

    - Pertahankan keakuratan catatan intake dan output- Monitor tanda dan gejala retensi cairan- Monitor tanda- tanda vital- Restribusi cairan- Pertahankan cairan IV yang mengandung elektrolit

    pada frekuensi tetes yang konstan- Monitor respon pasien untuk memberikan terpi

    elektrolit

    - Monitor efek samping suplemen elektrolit (sepertiiritasi gastrointestinal )

    - Beri suplemen elektrolit

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    25/31

    25

    - Monitor kehilangan cairan ( seperti; pendarahan,muntah, takipneu )

    - Lakukan perkontrolan kehilangan cairan3. Pola napas tidak efektif

    DS :ibu mengatakan bahwa

    bayinya tidak menangis

    secara spontan waktu

    kelahiran dan bayi terlihat

    lemah

    DO : frekuensi pernasan

    bayi 24x/menit kadang-

    kadang apneu, denyut nadi

    100x/menit (bradikardi)

    Kepatenan jalan nafas:Indikator :

    - Frekuensi nafas normal- Irama nafas normal- Tidak ada demam- Tidak cemas- Bebas dari suara nafas

    tambahan

    Ventilasi

    Indikator :

    - Pengembangan dada simetris- Kenyamanan dalam bernafas- Frekuensi nafas normal- Suara nafas normal- Tidak ada suara nafas

    tambahan

    Status tanda-tanda vital

    Indikator :

    - suhu badan

    Manajemen jalan nafasAktivitas :

    - Buka jalan nafas dengan teknik mengangkat daguatau dengan mendorong rahang sesuai keadaan

    - Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonichumidifier jika diperlukan

    - Posisikan pasien untuk mengurangi dispnu- Monitor pernafasan dan status oksigen- Dorong nafas dalam, pelan dan batuk- Identifikasi masukan jalan nafas baik yang aktual

    ataupun potensial

    - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasiyang potensial

    Monitor pernafasan

    Aktivitas :

    - Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman danusaha bernafas

    - Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan,penggunaan otot tambahan, dan supraklavikula dan

    retaksi otot intercostal

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    26/31

    26

    - denyut nadi- pernapasan- tekanan darah diastolic- tekanan darah sistolik

    - Monitor bising pernafasan seperti ribut ataudengkuran

    - Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu,hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Ceyne stokes,

    apnu, biot dan pola ataksi

    Pemantauan tanda-tanda vital

    Aktivitas :

    - Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature,dan status pernafasan, jika diperlukan

    - Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g.kedalaman dan kesimetrisan)

    - Memantau suara paru- Memantau pola pernafasan yang abnormal (e.g.

    Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apnea, ataxic, dan

    bernafas panjang)

    - Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban- Memantau sianosis pusat dan perifer- Memantau sisi kuku- Memantau timbulnya Cushing triad (e.g. naik

    turunnya tekanan darah, bradicadya, dan peningkatan

    tekanan darah systole)

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    27/31

    27

    4. Perfusi Jaringan Perifer

    tidak efektif

    DS :ibu bayi mengatakan

    bahwa bayi tampak pucat

    dan kebiruan

    DO :kulit bayi pucat

    kebiruan, bibir sianosis

    Integritas Jaringan

    Indikator :

    - Suhu Jaringan- Sensasi- Elastisitas- Hidrasi- Pigmentasi- Respirasi- Warna- Tekstur- Ketebalan- Jaringan yang tak luka- Jaringan Perfusi

    Manajemen Nutrisi

    Aktivitas :

    - Mengontrol penyerapan makanan/cairan danmenghitung intake kalori harian, jika diperlukan

    - Memantau ketepatan urutan makanan untukmemenuhi kebutuhan nutrisi harian

    - Menentukan jimlah kalori dan jenis zat makananyang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi,

    ketika berkolaborasi dengan ahli makanan, jika

    diperlukan

    - Menetukan makanan pilihan denganmempertimbangkan budaya dan agama

    - Menetukan kebutuhan makanan saluran nasogastric- Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan- Menghentikan penggunaan saluran makanan, jika

    intake oral dapat dimaklumi

    - Mengontrol cairan pencernaan, jika diperlukan- Memastikan keadaan terapeutik terhadap kemajuan

    makanan

    - Memberi pemeliharaan yang diperlukan dalam batasmakanan yang ditentukan

    - Menyarankan pemeriksaan eliminasi makanan yangmengandung laktosa, jika diperlukan

    - Mengontrol keadaan lingkungan untuk membuat

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    28/31

    28

    udara teras menyenangkan dan relaks

    - Mengajarkan dan merencanakan makan, jikadipelukan

    - Memberi pasien dan keluarga contoh tertulismakanan pilihan

    Pemantauan Tanda-Tanda VitalAktivitas :

    - Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature,dan status pernafasan, jika diperlukan

    - Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah- Mebgukur tekanan darah ketika pasien berbaring,

    duduk, dan berdiri, jika diperlukan

    - Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan danbandingkan, jika diperlukan

    - Mengukur tekanan darah, nadi, dan pernafasansebelum, selama, dan setelah beraktivitas, jika

    diperlukan

    - Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan- Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptomhypothermia dan hyperthermia- Memantau timbulnya dan mutu nadi- Dapatkan nadi apical dan radial scara stimultan dan

    catat perbedaannya, jika diperlukan

    - Memantau naik turunnya tekanan nadi

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    29/31

    29

    - Memantau tingkatan irama cardiac- Memantau suara jantung- Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g.

    kedalaman dan kesimetrisan)

    - Memantau suara paru- Mengukur oximetry nadi- Memantau pola pernafasan yang abnormal (e.g.

    Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apnea, ataxic, dan

    bernafas panjang)

    - Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban- Memantau sianosis pusat dan perifer- Memantau sisi kuku- Memantau timbulnya Cushing triad (e.g. naik

    turunnya tekanan darah, bradicadya, dan peningkatan

    tekanan darah systole)

    - Meneliti kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital

    - Memeriksa keakuratan alat yang digunakan untukmendapatkan data pasien secara periodic

    5. Menyusui tidak Efektif

    DS :Ibu mengatakan tidak

    bisa memberikan ASI

    kepada bayinya karena ASI

    Pengetahuan : Menyusui

    Indikator :

    - Mendeskripsikan keuntungandari menyusui

    - Mendeskripsikan fisiologi

    Konseling laktasi

    Aktivitas :

    - Jelaskan pengetahuan dasar tentang menyusui- Ajarkan orangtua tentang menyusui bayi- Berikan informasi tentang manfaat menyusui dan

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    30/31

    30

    belum keluar

    DO :terjadi retensi ASI,

    ASI tidak mau keluar

    laktasi

    - Mendeskripsikan komposisidari susu

    - Mendeskripsikan teknikmenyusui yang tepat

    - Mendeskripsikan posisi bayiyang tepat ketika perawatan

    - Mendeskripsikan tanda-tandaadekuat suplai susu

    kerugian tidak menyusui

    - Koreksi salah pengertian, salah informasi danketidakakuratan tentang menyusui

    - Motivasi ibu untuk menyusui- Berikan dukungan pada ibu dalam mengambil

    keputusan

    - Berikan orang tua pendidikan tentang menyusui- Evaluasi pemahaman ibu tentang teknik menyusui

    yang benar

    - Jelaskan tentang frekuensi menyusui yangberhubungan dengan kebutuhan bayi

    - Monitor kemampuan ibu dalam merawat puting susu- Evaluasi kemampuan bayi mengisap- Ajarkan teknik relaksasi- Evaluasi kualitas dan manfaat menyusui- Monitor keadaan puting susu dan berikan perawatan

    pada puting susu

    - Instruksikan tentang kontrasepsi

  • 7/22/2019 (3) BAB I, II, III, IV

    31/31

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1KesimpulanARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permeabilitas

    membran alveolar-kapiler terhadap air, larutan, dan protein plasma, disertai

    kerusakan alveolar difus, dan akumulasi cairan yang mengandung protein dalam

    parenkim paru. Pada kasus anak-anak, ARDS mempengaruhi terhadap rumbuh

    kembang anak. Terdapat korelasi terbalik dengan usia kehamilan : semakin muda

    masa seorang bayi, semakin tinggi insidens ARDS. Surfaktan mempunyai peran

    penting dalam penanganan kasus ARDS. Ketidakmatangan paru seorang bayi dan

    lahir dengan secsio caecaria membuat surfaktan paru tidak adekuat dan membuat

    edema pada paru. Penatalaksaan medis ARDS merupakan bidang kegawatdaruratan

    yang harus ditangi secara cepat dan tepat.

    4.2 Saran

    Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada pembaca dapat mengetahui

    tentang ARDS serta bertindak tepat terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan

    terlebih kepada pasien dengan kasus RDS terkhusus pada anak.