3. neurologi - dr. arthur h. p. mawuntu, sps- mati otak

Upload: cecilia-icho-oktaviani

Post on 04-Jun-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    1/11

    1

    Penentuan Mati Otak (MO) Pada Dewasa

    Arthur H.P. Mawuntu

    (modifikasi dari referat dr. Indrajaya, SpS)

    Detail dari protokol evaluasi mati otak (MO) berikut ini dimaksudkan sebagai alat yang bergunabagi klinisi.

    Penentuan MO terdiri dari 4 langkah.

    I. Evaluasi klinis (prasyarat).A. Pastikan/temukan irreversible and proximate cause (penyebab ireversibel dan kausa

    pendahulu) koma.

    Penyebab koma umumnya dapat ditentukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pencitraan

    otak, dan pemeriksaan laboratorium.

    Singkirkan adanya efek obat penekan susunan saraf pusat (SSP) melalui hetero-anamnesis,

    drug screen, perkirakan waktu bersihan (clearence) obat menggunakan patokan lima kali waktu

    paruh obat (bila fungsi hepatik dan renal normal). Bila tersedia dapat diperiksa kadar plasma

    obat (hasilnya harus di bawah kadar terapeutik). Perlu diingat bahwa adanya tindakan

    hipotermia sebelumnya (mis. setelah resusitasi jantung-pari pada henti jantung) dapat

    memperpanjang metabolisme obat.

    Batas kadar alkohol yang legal untuk mengemudi (kadar alkohol darah 0,08%) dapat dipakai

    sebagai ambang praktis jika pasien dicurigai mengalami intoksikasi alkohol. Penentuan MO

    dapat dijalankan jika kadar alkohol berada di bawah nilai itu.

    Harus tidak ada pemberian obat-obat pelumpuh otot sebelumnya (recent administration) atau

    pengaruh kontinyu sesudahnya (continued presence). Kondisi ini dapat dipastikan melalui

    temuan rentetan empat kedutan (gambaran ENMG: 4 kali rangkaian letupan) pada stimulasi

    nervus ulnaris.

    Harus tidak ada gangguan elektrolit, asam-basa, atau endokrin (dipastikan melalui tidak

    adanya asidosis derajat berat atau nilai pemeriksaan laboratorium yang nyata di luar batas

    normal).

    B. Buat suhu tubuh normalUmumnya dapat diberikan selimut penghangat (warming blanket) untuk menaikkan suhu

    tubuh serta mempertahankan suhu tubuh normal atau mendekati normal (>36C). Setelah

    tercapainya keseimbangan awal (initial equilibrium) antara tekanan arteri CO2(PaCO2) dengan

    mixed central venous CO2 pressure, selanjutnya PaCO2 akan meningkat secara bertahap,

    namun peningkatan tersebut kemudian akan berlangsung jauh lebih lambat manakala

    meningkatnya PaCO2 mengandalkan metabolisme tubuh yang ada. Untuk menghindarkan

    lambatnya peningkatan PaCO2, maka dianjurkan suhu tubuh berada dalam kondisi normal atau

    mendekati normal selama melakukan tes apnu.

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    2/11

    2

    C. Buat tekanan darah sistolik normalHipotensi akibat hilangnya tonus vaskular perifer atau hipovolemia (diabetes insipidus) umum

    terjadi; pemberian obat untuk meningkatkan tekanan darah (vasopresor) atau hormon

    vasopressin seringkali diperlukan. Pemeriksaan neurologis umumnya dapat dipercaya pada

    tekanan darah sistolik 100 mmHg.

    D. Lakukan 1 (satu kali) pemeriksaan neurologis (sudah memadai untuk menyatakan MO disebagian besar negara bagian di Amerika Serikat).

    Pemeriksaan neurologis dilakukan setelah melewati periode waktu tertentu semenjak awitan

    cidera otak untuk menyingkirkan kemungkinan adanya pemulihan (secara praktis umumnya

    setelah beberapa jam namun di beberapa tempat terdapat dibedakan menurut kasus trauma

    kepala atau non trauma kepala). Satu kali pemeriksaan neurologis sudah memadai untuk

    menyatakan MO. Namun, hukum di beberapa negara mensyaratkan dua kali pemeriksaan.

    Secara legal semua dokter diperbolehkan menentukan MO di sebagian besar negara bagian

    Amerika Serikat. Namun demikian, neurolog, dokter bedah sarah, dan dokter anestesi memilikiketerampilan khusus.

    II. Evaluasi Klinis (pemeriksaan neurologis)A. Koma

    Penderita harus tidak memperlihatkan semua bukti mengenai adanya respons.

    Tidak ada gerakan membuka mata atau pergerakan bola mata terhadap stimulus nyeri

    (noxious stimulus).

    Stimulus nyeri tidak boleh membangkitkan respons motorik selain refleks spinal (spinally

    mediated reflexes). Membedakan secara klinis antara respon spinal dengan respon motorik

    yang berasal dari aktivitas otak yang masih tersisa memang memerlukan keahlian.

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    3/11

    3

    Gambar 1. Evaluasi GCS.

    Sumber : Netter Neurology (2012).

    B. Tidak ada refleks batang otako Tidak ada respon pupil terhadap sorotan cahaya kuat (bright light) dalam pemeriksaan

    yang dikerjakan pada kedua mata.

    Umumnya kedua pupil terfiksasi pada ukuran sedang (fixed in a midsize) atau midriasis

    (4 9 mm). Kedua pupil miosis (constricted pupils) mengesankan kemungkinan

    intoksikasi obat. Apabila temuan meragukan, pemeriksaan harus menggunakan kaca

    pembesar.

    Tidak ada pergerakan bola mata (occular movements) pada pemeriksaan refleksvestibulookular dengan memutar kepala (head turning test) atau tes kalori.

    Setelah integritas dari vertebra servikal dipastikan aman, lakukan rotasi kepala dengan

    cepat (briskly rotated) secara horizontal dan vertikal. Harus tidak dijumpai adanya

    pergerakan kedua bola mata relatif terhadap gerakan kepala.

    Refleks vestibulookular diuji dengan melakukan irigasi terhadap masing-masing telinga

    menggunakan air dingin (tes kalori) setelah terlebih dahulu memastikan patensi dari

    meatus akustikus eksterna atau tidak ada robekan membran timpani. Harus tidak

    pergerakan bola mata selama periode observasi satu menit. Kedua sisi diuji dengan

    interval waktu beberapa menit.

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    4/11

    4

    Tidak ada refleks korneaTidak adanya refleks kornea dipastikan dengan menyentuh kornea menggunakan

    kapas. Tidak boleh dijumpai adanya pergerakan kelopak mata.

    Tidak ada gerakan otot fasialis terhadap stimulus nyeriPenekanan kuat daerah artikulasio temporomandibular atau lekuk supraorbita tidak

    menimbulkan gerak meringis atau gerakan otot fasialis. Tidak ada refleks faring dan refleks trakea

    Refleks faring atau gag reflex diuji dengan menstimulasi dinding posterior faring

    menggunakan spatel lidah atau ujung selang suction. Refleks trakea paling sahih diuji

    dengan membangkitkan respon batuk melalui tracheal suctioning. Kateter dimasukkan

    ke dalam trakea sampai setinggi karina yang kemudian diikuti dengan 1 atau 2 kali

    tarikan suctioning.

    Gambar 2. Pemeriksaan refleks-refleks batang otak.

    Sumber : Netter Neurology (2012).

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    5/11

    5

    Gambar 3. Refleks vestibulookular.

    Sumber : Neurology emergency (2011).

    C. Apnu Tidak ada usaha nafas (gerakan nafas spontan).

    Tidak adanya gerakan nafas spontan diuji melalui tes CO2challenge(menaikkan kadar

    CO2). Dipantau melalui meningkatnya kadar Pa CO2 diatas nilai normal. Sebelum tes

    apnu dikerjakan diperlukan persiapan.

    Persyaratan :

    1. Normotensi,2. normotermi,3. euvolemi,

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    6/11

    6

    4. eukapni (Pa CO2: 3545 mmHg),5. tidak ada hipoksia, dan6. tidak ada riwayat retensi CO2 sebelumnya (mis. pada penyakit paru obstruktif

    kronik, obesitas berat).

    Prosedur tes apnu :

    1. Berikan vasopresor untuk menaikkan tekanan darah 100 mmHg. 2. Lakukan preoksigenasi selama sekurang-kurangnya 10 menit menggunakan

    oksigen 100% sampai PaO2>200 mmHg.

    3. Turunkan frekuensi ventilasi menjadi 10 kali per menit sampai mencapaieukapni.

    4. Turunkanpositive end-expiratory pressure(PEEP) menjadi 5 cmH2O (bila terjadidesaturasi oksigen dengan penurunan PEEP mengesankan adanya kendala

    melakukan tes apnu).

    5. Apabila saturasi oksigen padapulse oximetrytetap menunjukkan >95%, periksabaseline blood gas(PaO2, PaCO2, pH, bikarbonat, base excess).

    6. Lepas ventilator dari penderita.7. Pertahankan oksigenasi (mis. masukkan kateter beraliran oksigen melalui

    endotracheal tube dan posisikan setinggi karina kemudian alirkan O2 100%

    dengan kecepatan 6 l/menit).

    8. Perhatikan dengan seksama ada-tidaknya pergerakan nafas selama 8 10menit. Gerakan respirasi adalah pergerakan mengembang dan mengempisnya

    dinding dada atau abdomen, dan juga termasuk gerakan brief gasp.

    9. Hentikan tes (abort) apabila tekanan darah sistolik mengalami penurunansampai 30detik menunjukkan nilai

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    7/11

    7

    antara pemeriksaan neurologis yang dilakukan atau apabila tes apnu tidak dapat dikerjakan. Dalam

    sejumlah protokol, pemeriksaan penunjang dipakai untuk memperpendek lamanya waktu pengamatan.

    IV. DokumentasiWaktu kejadian MO dicatat pada rekam medis. Waktu kematian adalah saat dimana kadar arterial PCO 2

    mencapai target value. Pada penderita dengan aborted apnea test, waktu kematian adalah pada saat

    hasil pemeriksaan penunjang diinterpretasi. Formulir isian dilengkapi, ditandatangani, dan dicantumkan

    tanggal penentuan.

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    8/11

    8

    LAMPIRAN 1

    Metode pemeriksaan penunjang untuk penentuan MO

    Cerebral angiography

    Medium kontras harus diinjeksikan melalui arkus aorta menggunakan tekanan tinggi dan mencapaisirkulasi anterior dan sirkulasi posterior.

    Harus tidak dijumpai adanya gambaran intracerebral fillingsetinggi tempat masuknya arteri karotis atauarteri vertebralis ke dalam rongga tengkorak.

    Sirkulasi arteri karotis eksterna harus baik. Pengisian sinus longitudinalis superior dapat berlangsung lambat.

    Gambar 4. Gambaran angiografi intrakranial no intracranial flow.

    Electroencephalography

    Gambar 5. Gambaran EEG electrocerebral silence.

    Minimal menggunakan delapan elektroda kulit kepala. Impedansi antar elektroda harus antara 100 sampai 10.000 . Integritas dari keseluruhan sistem perekaman harus diuji terlebih dahulu.

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    9/11

    9

    Jarak penempatan antar elektrode harus sekurang-kurangnya 10 cm. Besaran sensitifitas harus dinaikkan sampai sekurang-kurangnya 2 V selama 30 menit dengan inklusi

    kalibrasi yang sesuai.

    High-frequency filter settingharus tidak berada dibawah 30 Hz, sedangkan low-frequency settingharustidak berada di atas 1 Hz.

    Hasil rekam EEG harus menunjukkan tidak adanya reaktivitas terhadap stimuli kuat somatosensorik atauaudiovisual.

    Transcranial Doppler ultrasonography

    TCD berguna hanya apabila ditemukan reliable signal. Temuan abnormalitas harus meliputi baikreverberating flow ataupun small systolic peaks pada saat early systole. Temuan yang memperlihatkan

    complete absence of flowtidaklah reliableyang menunjukkan adanya inadequate transtemporal windows

    dalam insonasi. Harus dikerjakan bilateral insonationserta anteriordanposterior insonation. Probeharus

    diletakkan di osteum temporal, diatas arkus zygomaticus dan arteri vertebrobasilar, melalui suboccipital

    transcranial window.

    Insonasi melalui orbital windowdapat dipertimbangkan untuk memperoleh reliable signal. TCD kurangreliablepada penderita dengan riwayat kraniotomi.

    Cerebral scintigraphy(technetium Tc 99m hexametazime [HMPAO])

    Isotop harus diinjeksikan dalam kurun 30 menit setelah dilarutkan. Anterior dan kedua sisi lateral planar image counts (500.000) dari kepala harus dikerjakan dalam

    beberapa kali : segera, antara 30 sampai 60 menit berikutnya, dan saat 2 jam.

    Penyuntikan intravena yang sudah benar dapat dikonfirmasi melalui kemunculan gambaran hepar yangmemperlihatkan uptake.

    Tidak dijumpai adanya radionuclide lacalization pada arteri serebri media, arteri serebri anterior, atauteritori dari arteri basilaris pada hemisfer serebral (hollow skull phenomenon/empty skull sign).

    Tidak tampak tracerpada sinus sagitalis superior (minimal tracerdapat berasal dari scalp).

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    10/11

    10

    LAMPIRAN 2

    Checklistuntuk penentuan MO

    Prasyarat Mutlak (semua harus di-contreng)

    Koma : ireversibel dan penyebab diketahui. Neuroimagingmenjelaskan koma. Tidak ada CNS depressant drug effect (bila ada indikasi toxicology screen; bila ada pemberian barbiturat,

    kadar serum 36C). Tekanan darah sistolik 100 mmHg Tidak ada respirasi spontan.

    Pemeriksaan Neurologis (semua harus dicontreng)

    Kedua pupil nonreaktif terhadap sorotan cahaya kuat. Tidak ada refleks kornea. Tidak ada refleks okulosefalik (diuji hanya apabila integritas C-spinedipastikan utuh). Tidak ada refleks vestibulookular. Tidak ada pergerakan otot fasial terhadap stimulus nyeri pada nervus supraorbital, sendi

    temporomandibular.

    Tidak ada gag reflex. Tidak ada refleks batuk terhadap tracheal suctioning. Tidak ada respon motorik terhadap stimulus nyeri pada keempat anggota gerak (kecuali refleks spinal).

    Tes apnu (semua harus dicontreng)

    Hemodinamik stabil. Ventilator diatur untuk memungkinkan kondisi normokarbia (PaCO23445 mmHg). Dilakukan preoksigenasi menggunakan 100% FiO2selama 10 menit sampai PaO2mencapai >200 mmHg. Penderita mendapatkan oksigenasi yang memadai menggunakan PEEP 5 cm H2O. Alirkan oksigen melalui suction catheter sedalam level carina dengan kecepatan 6 L/mnt, atau

    sambungkan menggunakan T-piecedengan CPAP 10 cm H2O.

    Lepas ventilator. Tidak ada pernafasan spontan. Periksa arterial blood gassetelah 810 menit, penderita disambungkan kembali dengan ventilator. Nilai arterial PCO260 mmHg, atau meningkat 20 mmHg dari normal baseline value.ATAU:

    Tes apnu dihentikan (aborted).

  • 8/14/2019 3. Neurologi - Dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS- Mati Otak

    11/11

    11

    Pemeriksaan penunjang (hanya saru macam pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan, dikerjakan hanya apabila

    pemeriksaan klinis tidak dapat tuntas dilakukan oleh karena faktor dari penderita, atau apabila hasil tes apnu

    inkonklusif atau dibatalkan)

    Cerebral angiogram HMPAO SPECT EEG TCD

    Waktu kematian (DD/MM/YY) ____________________________

    Nama dan Tanda-tangan Dokter Pemeriksa __________________

    Sumber :

    Evidence-based guideline update: Determining brain death in adults :

    Report of the Quality Standards Subcommittee of theAmerican Academy of Neurology

    Eelco F.M . Wi jdicks, Panayiotis N. Varelas, Gary S. Gronseth, et al.

    Neurology 2010;74;1911