sop neurologi saraf
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
1/38
1
BAB 1
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENGKAJIAN PADA SISTEM PERSYARAFAN
1.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik Persyarafan
Tubuh manusia akan berada dalam kondisi sehat jika mampu berespon dengan
tepat terhadap perubahan-perubahan lingkungan secara terkoordinasi. Tubuh memerlukan
koordinasi yang baik. Salah satu sistem komunikasi dalam tubuh adalah sistem saraf.
Pengkajian system persarafan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
dilakukan dalam rangka menentukan diagnosa keperawatan tepat dan melakukan tindakan
perawatan yang sesuai. Pada akhirnya perawat dapat mempertahankan dan meningkatkan
status kesehatan klien.
Pemeriksaan persarafan terdiri dari dua tahapan penting yaitu pengkajian yang
berupa wawancara yang berhubungan dengan riwayat kesehatan klien yang berhubungan
dengan system persarafan seperti riwayat hipertensi, stroke, radang otak, atau selaput otak,
penggunaan obat-obatan dan alcohol, dan penggunaan obat yang diminum secara teratur.
Tahapan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status mental,
pemeriksaan saraf cranial, pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik, dan pemeriksaan
reflex. alam melakukan pemeriksaan fisik diperhatikan prinsip-prinsip head to toe,
chepalocaudal dan proximodistal. !arus pula diperhatikan keamanan klien dan pri"acy
klien.
1. T!"!an Pemeriksaan Fisik Persyarafan
Pada pemeriksaan fisik klien dengan gangguan sistem persarafan secara umum
biasanya menggunakan teknik pengkajian persistem sama seperti pemeriksaan medikal
bedah lainnya. Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik lainnya dan
bertujuan untuk menge"aluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga menilai apakah
ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis. alam melakukan pemeriksaan
fisik sistem persyarafan seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang anatomi,
fisiologi, dan patofisiologi dari sistem persyarafan. Pengalaman dan keterampilan perawat
diperlukan dalam pengkajian dasar kemampuan fungsional sampai manu"er pemeriksaan
diagnostik cangih yang dapat menegakkan diagnosis kelainan pada sistem persyarafan.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
2/38
#
1.# Persia$an A%at Pemeriksaan Fisik Persyarafan
1.#.1 Sia$kan $era%atan yang &i$er%!kan
1. $efleks hammer
#. %arputala
&. 'apas dan lidi
(. Penlight atau senter kecil
). *pthalmoskop
+. arum steril
. Spatel tongue
. # tabung berisi air hangat dan air dingin
/. *bjek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh
10. ahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, "anilla atau parfum
11. ahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka
1#. aju periksa
1&. Sarung tangan
1.#. 'nt!k Pemeriksa
2uci tangan sebelum dan sesudah tindakan, sesuaikan urutan pemeriksaan dengan
keadaan umum klien, mulailah pemeriksaan fisik sejak awal kontak dengan klien dan
gunakan general precaution, metode yang digunakan cepalo kadral atau distal ke
proksimal.
1.( Pr)se&!r Pemeriksaan Fisik Persyarafan
3tur posisi klien, mintalah klien untuk duduk disisi tempat tidur. 3mati cara
berpakaian klien, postur tubuh klien, ekspresi wajah dan kemampuan bicara, intonasi,
keras lembut, pemilihan kata dan kemudahan berespon terhadap pertanyaan. 4ilai kesadara
dengan menggunakan patokan %lasgow 2oma Scale 5%2S6. Tanyakan waktu, tanggal,
tempat dan alasan berkunjung, kaji kemampuan klien dalam berhitung dan mulailah
dengan perhitungan yang sederhana. 'aji kemampuan klien untuk berfikir abstrak.
1.(.1 Saraf Krania%
1. 7ungsi saraf kranial 8 54 *l"aktorius6
Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. 9akukan
pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
3/38
&
seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak bau tersebut. 9akukan untuk
lubang hidung yang satunya.
#. 7ungsi saraf kranial 88 54. *ptikus6
a. 2atat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan. Periksa
ketajaman dengan membaca, perhatikan jarak baca atau menggunakan snellenchart
untuk jarak jauh.
b. Periksa lapang pandang: 'lien berhadapan dengan pemeriksa +0-100 cm, minta
untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan
mata yang berlawanan dengan mata klien. %unakan benda yang berasal dari arah
luar klien dank lien diminta , mengucapkan ya bila pertama melihat benda tersebut.
;langi pemeriksaan yang sama dengan mata yang sebelahnya. ;kur berapa derajat
kemampuan klien saat pertama kali melihat objek. %unakan opthalmoskop untuk
melihat fundus dan optic disk 5warna dan bentuk6
&. 7ungsi saraf kranial 888, 8
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
4/38
(
e. Pemerikasaan corneal dapat dilakukan dengan meminta klien melihat lurus ke
depan, dekatkan gulungan kapas kecil dari samping kea rah mata dan lihat refleks
menutup mata.
f. Pemeriksaan motorik dengan mengatupkan rahang dan merapatkan gigi periksa
otot maseter dan temporalis kiri dan kanan periksa kekuatan ototnya, minta klien
melakukan gerakan mengunyah dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.
). 7ungsi saraf kranial is
berbarengan, menggembungkan pipi. 9ihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa
kekuatan otot bagian atas dan bawah, minta klien memejampan mata kuat-kuat dan
coba untuk membukanya, minta pula klien utnuk menggembungkan pipi dan tekan
dengan kedua jari.
+. 7ungsi saraf kranial an air sedikit,
obser"asi gerakan meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat
klien berbicara.
. 7ungsi saraf kranial ?854. 3sesoris6
a. Periksa fungsi trape@ius dengan meminta klien menggerakkan kedua bahu secara
bersamaan dan obser"asi kesimetrisan gerakan.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
5/38
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
6/38
+
&. 'ekuatan otot :
3turlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. 'lien secara aktif menahan
tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. *tot yang diuji biasanya dapat dilihat dan
diraba. %unakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala 9o"ettBs 5memiliki nilai
0 C )6
0 D tidak ada kontraksi sama sekali.
1 D gerakan kontraksi.
# D kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan atau
gra"itasi.
& D cukup kuat untuk mengatasi gra"itasi.
( D cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
) D kekuatan kontraksi yang penuh.
1.(.# F!ngsi Sens)rik
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara pemeriksaan
sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. *leh sebab itu sebaiknya
dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan yang lain 5tetapi ada yang
menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan karena pasien belum lelah dan
masih bisa konsentrasi dengan baik6.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menge"aluasi respon klien terhadap beberapa
stimulus. Pemeriksaan harus selalu menanyakan kepada klien jenis stimulus.
%ejala paresthesia 5keluhan sensorik6 oleh klien digambarkan sebagai perasaan geli
5tingling6, mati rasa 5numbless6, rasa terbakarApanas 5burning6, rasa dingin 5coldness6 atau
perasaan-perasaan abnormal yang lain. ahkan tidak jarang keluhan motorik 5kelemahan
otot, twitching A kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya6 disajikan oleh klien sebagai
keluhan sensorik. ahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:
1. arum yang ujungnya tajam dan tumpul 5jarum bundel atau jarum pada perlengkapan
refleks hammer6, untuk rasa nyeri superfisial.
#. 'apas untuk rasa raba.
&. otol berisi air hangat A panas dan air dingin, untuk rasa suhu.
(. %arpu tala, untuk rasa getar.
). 9ain-lain 5untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif6 seperti :
a. angka, untuk # 5two6 point tactile dyscrimination.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
7/38
b. enda-benda berbentuk 5kunci, uang logam, botol, dan sebagainya6, untuk
pemeriksaan stereognosis
c. Pen A pensil, untuk graphesthesia.
1.(.( F!ngsi Ref%eks
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks
hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 D tidak ada respon
1 D hypoacti"e A penurunan respon, kelemahan 5E6
# D normal 5EE6
& D lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal 5EEE6
( D hyperaktif, dengan klonus 5EEEE6
$efleks-refleks yang diperiksa adalah :
1. $efleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang lebih &00.
Tendon patella 5ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae6 dipukul dengan refleks
hammer. $espon berupa kontraksi otot Fuadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
#. $efleks biceps
9engan difleksikan terhadap siku dengan sudut /00 , supinasi dan lengan bawah
ditopang pada alas tertentu 5meja periksa6. ari pemeriksa ditempatkan pada tendon m.
biceps 5diatas lipatan siku6, kemudian dipukul dengan refleks hammer.
4ormal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian
dan gerakan pronasi. ila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada
lengan dan jari-jari atau sendi bahu.
&. $efleks triceps
9engan ditopang dan difleksikan pada sudut /00 , tendon triceps diketok dengan
refleks hammer 5tendon triceps berada pada jarak 1-# cm diatas olekranon6.
$espon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi
ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebabkanar keatas sampai otot-
otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.
(. $efleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki yang
diperiksa bisa diletakkan A disilangkan diatas tungkai bawah kontralateral.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
8/38
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar
fleksi kaki.
). $efleks abdominal
ilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. 'alau digores
seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.
+. $efleks abinski
=erupakan refleks yang paling penting . 8a hanya dijumpai pada penyakit traktus
kortikospinal. ;ntuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki
dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. $espon
abinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar.
$espon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
Pemeriksaan khusus sistem persarafan, untuk mengetahui rangsangan selaput otak
5misalnya pada meningitis6 dilakukan pemeriksaan :
1. 'aku kuduk
ila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel
pada dada, kaku kuduk positif 5E6.
#. Tanda rud@inski 8
9etakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada klien
untuk mencegah badan tidak terangkat. 'emudian kepala klien difleksikan kedada
secara pasif. rud@inski 8 positif 5E6 bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi
panggul dan sendi lutut.
&. Tanda rud@inski 88
Tanda rud@inski 88 positif 5E6 bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara pasif
akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
(. Tanda 'ernig
7leksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
4ormal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1&)0 terhadap tungkai atas.
'ernig 5E6 bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.
). Test 9aseFue
7leksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang m.
ischiadicus.
=engkaji abnormal postur dengan mengobser"asi :
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
9/38
/
1. ecorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal.
4ampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua pergelangan tangan
dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar kedalam dan kaki plantar fleksi.
#. ecerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau diencephalon.
9eher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi, ekstensi dan menutup
kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi.
1.* In&ikasi Pemeriksaan G+S &an Ref%eks
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. 2ompos =entis 5conscious6, yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
#. 3patis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
&. elirium, yaitu gelisah, disorientasi 5orang, tempat, waktu6, memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
(. Somnolen 5*btundasi, 9etargi6, yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang 5mudah
dibangunkan6 tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban "erbal.
). Stupor 5soporo koma6, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
+. 2oma 5comatose6, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun 5tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya6.
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk
perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena
berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
3danya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau
sistem akti"itas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan
dengan peningkatan angka morbiditas 5kecacatan6 dan mortalitas 5kematian6.
1., T!"!an Pemeriksaan G+S &an Ref%eks
Pemeriksaan %2S dan $efleks ini bisa dijadikan salah satu bagian dari "ital sign.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
10/38
10
1.,.1 Penye-a- Pen!r!nan Kesa&aran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat
kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen 5hipoksia6>
kekurangan aliran darah 5seperti pada keadaan syok6> penyakit metabolic seperti diabetes
mellitus 5koma ketoasidosis6 > pada keadaan hipo atau hipernatremia > dehidrasi> asidosis,
alkalosis> pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia> peningkatan
tekanan intrakranial 5karena perdarahan, stroke, tomor otak6> infeksi 5encephalitis6>
epilepsi.
1.,. Meng!k!r Tingkat Kesa&aran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin
adalah menggunakan %2S 5%lasgow 2oma Scale6. %2S dipakai untuk menentukan derajat
cidera kepala. $eflek membuka mata, respon "erbal, dan motorik diukur dan hasil
pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 1&, makan dikatakan seseorang mengalami
cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran. =etoda lain adalah
menggunakan sistem 3
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
11/38
11
f. =enempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin
g. %2S 5%lasgow 2oma Scale6
h. =emeriksa reflex membuka mata dengan benar
i. =emeriksa reflex "erbal dengan benar
j. =emeriksa reflex motorik dengan benar
k. =enilai hasil pemeriksaan
&. Tahap Terminasi
a. =elakukan e"aluasi tindakan
b. erpamitan dengan klien
c. =embereskan alat-alat
d. =encuci tangan
e. =encatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
1./ Pr)se&!r Pemeriksaan G+S
%2S 5%lasgow 2oma Scale6 yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, 5apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak6 dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
$espon pasien yang perlu diperhatikan mencakup & hal yaitu reaksi membuka
mata, bicara dan motorik. !asil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat 5score6 dengan
rentang angka 1 C + tergantung responnya.
Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan %2S, rea pengkajian meliputi :
respon mata, respon motorik dan respon "erbal. Total pengkajian bernilai 1), kondisi koma
apabila bernilai kurang dari
Kriteria Ni%ai
Gye
1. Spontan (#. Terhadap stimulus "erbal &
&. Terhadap stimulus nyeri #
(. Tidak ada respon 1
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
12/38
1#
1. =engikuti perintah +
#. apat melokalisasi nyeri )
&. 7leksi 5menarik6 (
(. Postur dekortikasi> bahu abduksi dan $otasi interna, fleksi pergelangan
Tangan dan tinju mengepal&
). Postur deserabrasi> bahu abduksi dan $otasi interna, ekstensi lengan bawah,
fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal#
+. Tidak berespon 1
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
13/38
1&
BAB
KEPERA0ATAN KIEN DENGAN KEGA0ATAN SISTEM PERSYARAFAN
.1 +e&era K!%it Ke$a%a
'ulit kepala mengandung banyak "askularisasiApembuluh darah. ila mengalami
trauma kecil saja akan mengeluarkan darah. Trauma akan menyebabkan abrasi, kontusio,
laserasi, avulsi. Penanganan: irigasi, keluarkan benda asing, heacting, tutup luka.
. +e&era Ke$a%a
Haitu trauma yang meliputi kulit kepala, tengkorak dan otak, mengakibatkan
penyakit neurologik yang serius
.# Frakt!r T!%ang Tengk)rak
Tulang tengkorak terdiri dari *s cal"aria dan *s basis cranii. 7raktur Tulang
tengkorak adalah rusaknya kontinuitas Tulang tengkorak diseb oleh trauma, dapat terjadi
dengan atau tanpa kerusakan otak
1. 7raktur os cal"aria berbentuk garis 5linier6: impresi dan non impresi
#. 7raktur terbuka : mengakibatkan kerusakan duramater, harus lgsg dilakukan
pembedahan
&. 7raktur basis cranii : fraktur di sinus paranasalis pada Tulang frontal dan atau lokasi
tengah telinga di Tulang temporal.
=enimbulkan hemoraghi dari hidung, faring atau telinga dan perdarahan dibawah
konjungti"a. Iaspada pemasangan 4%T, penderita tidak sadar 5obstruksi jalan nafas6.
7raktur basis cranii dicurigai saat 2SS keluar dari telinga 5otorea cerebrospinalis6 dan
hidung 5rhinorea cerebrospinalis6
.( +e&era 2tak
2edera minor dapat menyebabkan kerusaan bermakna. *tak tidak dapat
menyimpan nutrisi 5%lukosa dan *#6. Sel-sel cerebral membutuhkan suplai darah terus
menerus untuk regenerasi. 'erusakan otak bersifat ire"ersibel, cedera otak serius dapat
terjadi dengan atau tanpa fraktur tengkorak. 2edera otak dapat terjadi setelah mengalami
trauma yang menimbulkan kontusio, laserasi, dan hemoragi otak. 2edera otak akibat
trauma dapat disebabkan:
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
14/38
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
15/38
1)
.Hemoragi Intrakranial 3Per&ara4an &i Da%am 2tak5
1. 'lasifikasi :
a. Gpidural hematom 5perdarahan terletak diantara tengkorak dan duramater6
b. Subdural hematom 5perdarahan diantara duramater dan dasar otak6
c. 8ntracerebral hematom 5perdarahan didalam jaringan otak6
#. =anifestasi klinis
a. %angguan kesadaran
b. 'onfusi
c. 3bnormalitas pupil
d. efisit neurologik
e. Perub tanda "ital
f. isfungsi sensori
g. 'ejang otot
&. Penatalaksanaan
h. Sakit kepala
i.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
16/38
). Perjalanan penyakit mendadak
./. Gangg!an Kesa&aran N)n Ne!r)%)gis
1. %angguan kesadaran delirium dan berubah5-6ubah
#. %erakan bola mata bergerak terus
&. =otorik simetris
(. $eflek pathologis bilateral
). Perjalanan penyakit perlahan5-6lahan
./.# Yang $er%! &i$er4atikan gangg!an kesa&aran
1. Perhatikan T, 4, $$
#. $iwayat penyakit dahulu seperti =, ginjal paru dan febris
&. 2yto labgula darah, ureum 5C6, kreatinin
(. Pasang infus
). Pasang kateter
+. Pasang mag slang
./.( Tata%aksana Pen!r!nan Kesa&aran
Prinsip pengobatan kesadaran dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat,
pengobatan dilakukan bersamaan dalam saat pemeriksaan. Pengobatan meliputi dua
komponen utama yaitu umum dan khusus.
1. Umum
a. Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit ekstensi bila
tidak ada kontraindikasi seperti fraktur ser"ikal dan tekanan intrakranial yang
meningkat.
b. Posisi trendelenburg baik sekali untuk mengeluarkan cairan trakeobronkhial,
pastikan jalan nafas lapang, keluarkan gigi palsu jika ada, lakukansuction di daerah
nasofaring jika diduga ada cairan.
c. 9akukan imobilisasi jika diduga ada trauma ser"ikal, pasang infus sesuai dengan
kebutuhan bersamaan dengan sampel darah.
d. Pasang monitoring jantung jika tersedia bersamaan dengan melakukan
elektrokardiogram 5G'%6.
e. Pasang nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah aspirasi,
lakukan bilas lambung jika diduga ada intoksikasi. erikan tiamin 100 mg i",
berikan destrosan 100 mgAkgbb. ika dicurigai adanya o"erdosis opiumA morfin,
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
17/38
berikan nalokson 0, 01 mgAkgbb setiap )-10 menit sampai kesadaran pulih
5maksimal # mg6.
2. Khusus
a. Pada herniasi
16 Pasang "entilator lakukan hiper"entilasi dengan target P2*#: #)- &0 mm!g.
#6 erikan manitol #0L dengan dosis 1-# grA kgbb atau 100 gr i". Selama 10-#0
menit kemudian dilanjutkan 0, #)-0, ) grAkgbb atau #) gr setiap + jam.
&6 Gdema serebri karena tumor atau abses dapat diberikan deksametason 10 mg i"
lanjutkan (-+ mg setiap + jam.
(6 ika pada 2T scan kepala ditemukan adanya 2T yang operabel seperti epidural
hematom, konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi.
b. Pengobatan khusus tanpa herniasi
16 ;lang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti.
#6 ika pada 2T scan tak ditemukan kelainan, lanjutkan dengan pemeriksaan
pungsi lumbal 59P6. ika 9P positif adanya infeksi berikan antibiotik yang
sesuai. ika 9P positif adanya perdarahan terapi sesuai dengan pengobatan
perdarahan subarakhnoid.
.7 Ke"ang 8 Sei9!res
.7.1 +a:eats
1. Penyebab umum kejang :
a. Gpilepsi idiopatik
b. Gpilepsi aringan parutAscar 5sekunder akibat stroke sebelumnya atau trauma
kepala6
c. =eningitis atau ensefalitis
d. Tumor otak 5primer atau sekunder6
e. 'etidakseimbangan elektrolit seperti hipoglikemi, hipokalemi, hipomagnesemia
f. *bat-obatan atau alcohol
g. 2on"ulsi"e syncope karena disritmia jantung 5"entricular fibrilasiAtakikardi,
torsades de pointes6
h. 'ejang demam 5pada anak kecil usia + bulan sampai ) tahun6
#. $iwayat yang didapat dari saksi sangat penting untuk diagnosa
&. Tanya riwayat medikasi bila pasien telah diketahui memiliki epilepsy
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
18/38
.7. Mana"emen
1. Isolated Seizure pada sebuah keadaan Epileptik
a. 3mbil darah untuk mengetahui kadar antikon"ulsan
16 ika rendah, berikan obat dengan dosis dua kali lipat
#6 ika pasien Mnon-compliance, maka buat keadaan menjadi McomplianceB.
&6 ika keadaan pasien telah compliance terhadap obat, maka tingkatkan dosis jika
dosis maksimum belum tercapai.
(6 ika dosis maksimum telah tercapai, maka konsul neurologist untuk pemeberian
antikon"ulsan yang lain.
b. Penempatan : *bser"asi di G selama #-& jam> '$S bila sudah tidak ada kejang.
$ujuk ke klinik neurology.
2. Kejang pertama pada pasien yang tidak diketahui memiliki riwayat epilepsy
2atatan : kejang dengan tidak adanya pulsasi utama harus diasumsikan disebabkan
karena "entricular fibrilasi sampai terbukti bukan.
a. engan demam
16 Periksa %3
#6 9ab: 72AureaAelektrolitAkreatinin, ion kalsium, magnesium
&6 Penempatan :
a6 =eningitis
b6 Gnsefalitis
c6 3bses serebral
d6 Subarachnoid hemorrhage
b. Tanpa demam : eksklusi penyebab yang mungkin:
16 2ek %3
#6 9ab : ureaAelektrolitAkreatinin, ion kalsium, magnesium
&6 G'% pada pasien tua untuk mencari tanda iskemik atau disritmia
(6 Pertimbangkan foto polos kepala jika terdapat riwayat trauma
)6 Penempatan :
a6 *bser"asi pada G selama #-& jam. ika pasien baik, dan tidak ada
abnormalitas pada hasil laboratorium, '$S-kan pasien untuk control ke poli
neurology.
b6 Tidak perlu untuk memulai pemberian antiepilepsi
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
19/38
c6 Peringatkan pasien agar tidak mengemudi, mengendarai sepeda, minum
alcohol, berenang atau kegiatan memanjat.
d6 =$S jika 516 penyebab ditemukan, contoh : factor resiko positif untuk
abnormalitas intra cranial seperti trauma, alkoholisme, malignansi, shunts,
!8< positif, 2 5#6 ada abnormalitas neurologik> 5&6 pasien tidak
bisa melakukan control untuk follow up> atau 5(6 pasien atau keluarga
pasien memaksa untuk dirawat.
. Status epileptikus
idefinisikan sebagai kejang N # kali tanpa pemulihan kesadaran diantara serangan
atau kejang yang terus-menerus N &0 menit.
Status epileptikus ialah suatu bangkitan kejang yang berlangsung cukup lama atau
berulang dengan antara cukup pendek, tanpa diselingi keadaan sadar, bisa bersifat
umum atau fokal.
Status epileptikus merupakan keadaan darurat dan memerlukan tindakan segera sebab
bila berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan neuron dan dapat berakibat
kematian.
Penatalaksanaan pada anak-anak
a. Perawatan
16 alan nafas harus dijaga supaya tetap bebas.
#6 3ntara kedua rahang diletakkan karet agar lidah jangan tergigit.
&6 aju yang ketat harus dilonggarkan
(6 Penderita ditempatkan sedemikian agar jangan terjadi cedera.
b. =embrantas kejang secepatnya
16 iberi dia@epam 5"alium6 i.". perlahan-lahan dengan dosis:
erat badan sampai 10 kg : 0,) C 0,)mgAkg , minimal #,) mg
erat badan 10 C #0 kg : 0,) mgAkg , minimal ,) mg
erat badan lebih dari #0 kg : 0,) mgAkg .
ila dalam #0 menit setelah suntikan kedua masih kejang, dilakukan suntikan
ketiga dengan dosis yang sama i.m. penyuntikan dia@epam i." adalah perlahan-
lahan dalam #-& menit dan apabila sebelum obat habis penderita sudah sadar
kembali maka suntikan dihentikan. 'arena masa kerja dia@epam singkat, maka
perlu diberi obat anti kon"ulsan lain, misalnya fenobarbital 59uminal6 i.m.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
20/38
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
21/38
sebelumnya.
ila tidak ada dia@epam, dapat diberikan dapat diberikan fenobarbital i.m.
sebanyak 100mg dan dapat diulang #-& kali.
b. ;ntuk hibernasi diberi klorproma@in 59argactil6 dengan dosis )0-100 mg i.m
i."., atau perinfus sebagai 9ytic2octail 5)0mg 9argactil )mg pethidin dan
(0mg phenergan6 dalam larutan glukosa )L sebanyak )00cc.
.1; Str)ke
.1;.1 Infark 6ere-ri
1. Tanda dan gejala
a. %angguan kesadaran 5-6A sedikit menurun
b. Sakit kepala 5C6
c. =untah 5C6
d. 'ejang 5C6
e. 'aku kuduk 5C6
f. Tekanan darah meningkatA menurunA normal
g. 9ateralisasi 5E6
h. 3kti"itas pasif
#. Penatalaksanaan
a. Perhatikan T, 4, $$
b. 8nfus larutan # 3 5dekstrosa #, ) L , 4a 2l 0, () L6 1) tetesAmenit
c. 4icholin # x #)0 mg i"
d. Trental drips # x &00 mg&0 tetesA menit
e. Tekanan darah sistole K #00 mm !g baru bisa diturunkan sampai sistole 10 C #00
mm !g
f. ila ada tandaA gejala herniasi otak berikan manitol #0 L, awas kontra indikasi
pemberian manitol yaitu gangguan fungsi ginjal, gagal jantung
g. 2ara Pemberian =anitol #0 L
16 iguyur #00 ccstop tunggu + jam
#6 iguyur 1)0 ccstop tunggu + jam
&6 iguyur 1)0 ccstop tunggu + jam
(6 iguyur #00 ccstop tunggu + jam dan seterusnya
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
22/38
.1;. Per&ara4an Intrasere-ra%
1. Tanda dan gejala
a. %angguan kesadaran 5E6
b. Sakit kepala 5E6
c. =untah 5E6
d. 'ejang 5E6
e. 'aku kuduk 5E6
f. Tekanan darah meningkatA menurunA normal
g. 9ateraliasi 5C6
h. 3kti"itas aktif
#. Penatalaksanaan
a. Perhatikan T, 4, $$
b. 8nfus larutan # 3 1) tetesA menit
c. 9asik 1x1 ampul i"
d.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
23/38
e. 9axadin & x c
.11 Ak!t P)%ine!r)$at4y 3G!%ian Bare Syn&r)me5
3dalah tetraparese flaksid A 9=4 5lower motor neuron6 . Sensorik subyektif rasa baal
5'urang merasaA rasa tebalA numbness6 pada tangan dan kaki
1. idahului infeksi "iral 15-6# hari
#. Perhatikan komplikasi yang fatal yaitu : takikardi dengan denyut nadi lebih 1#0 kaliA
menit, miokarditis, paralise otot pernafasan
&. 'almethason ( x 1 ampul 8 Pr)t)k)%
1. $etriksi cairan : )L rumatan. 'oloid bila perlu.
#. Tekanan perfusi minimal : 0 mm!g. opamin atau fenilefrin.
&. eksametason tidak dianjurkan, kecuali perdarahan berasal dari tumor disertai edema
berat.
Pera=atan !m!m
1. 4imodipin 5Q6 hanya pada perdarahan aneurismal 5Q6 : 1-# mgAjamA infus atau +0 mgA(
jamApo.
#. Status cairan, elektro>it, ginjal, paru-paru, nutrisi.
&. Terapi fisik dan bidai dini.
(. 3nti kejang :perdarahan otak besar, kecuali terbatas talamus atau ganglia basal.
a. 7enitoin : 1 gr 8< 5)0 mg A6, 939; &00 mgA!3$8 A
b. 7enobarbital : # ? +0 mg P* A
c. 'arbama@epin : &-( ? #00 mg P*.
). Tentukan indikasi operasi.
#.#.( Per-!r!kan ne!r)%)gis sek!n&er
1. Gdema jaringan sekitar.
#. 4ekrosis iskemik jaringan sekitar.
&. !idrosefalus.
#.#.* In&ikasi )$erasi
1. iameter massa & cm.
#. Pergeseran garis tengah ) mm.
&. Perburukan neurologis.
(.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
34/38
&(
#.(. Pera=atan intensif
Perawatan intensif pada S3! berperan lebih penting dibanding semua kelainan
bedah saraf lain.
1. Gkspansi "olume : 3lbumin )L, ( ? #)0 ml.
#. ilantin 1000 mg. 9anjutkan &00 mg A hari.
&. 4imodipin 5Q6 1-# mgAjamAinfus atau +0 mg A P* A (jam.
(. Pemantauan klinis.
). Pemantauan fisiologis.
#.(.# Pemanta!an fisi)%)gis
1. Tekanan darah.
#. Tekanan "ena sentral.
&. T.8.'. : ila "entrikulostomi terpasang.
(. opler transkranial.
). 3liran darah serebral.
#.(.( ?as)s$asme
Terapi triple M!B :
1. !iper"olemi :
a. 39;=84 )L, (x#)0 ml. 2
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
35/38
&)
#., Penge%)%aan Ga=at Dar!rat +e&era Ke$a%a
#.,.1 Ke"ang
1. Saat atau segera post trauma : tanpa terapi.
#. 'ejang lama atau berulang :
a. ia@epam 10 mgAbolusA8
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
36/38
&+
#. +e&era Me&!%%a S$ina% &an T!%ang Be%akang
#..1 S!r:ei Primer &an Res!sitasi
1. Sesuai protokol trauma.
#. !ipotensi atasi dengan : opamin atau nimodipin
&. !ati-hati ekspansi cairan bila syok spinal.
(. 'ateter indwelling hanya sampai sirkulasi stabil 51 - # hari6. Selanjutnya intermitten.
#.. S!r:ei Sek!n&er
1. 3mbil riwayat trauma.
#. Pemeriksaan : 2S, pupil, motorik, sensorik, sacral sparing, refleks.
&. Tentukan le"el cedera kord spinal.
(. Pemeriksaan khusus pada le"el cedera :
a. ?-ray tulang belakang : 3PAlateral.
b. ila indikasi operasi : =yelografi 3PAlateral atau 2T-==.
). Tentukan jenis cedera :
a. 2edera tulang stabil, defisit neurologis 5-6.
b. 2edera tulang stabil, defisit neurologis 5E6.
c. 2edera tulang tidak stabil, defisit neurologis 5-6.
d. 2edera tulang tidak stabil, defisit neurologis 5E6.
#..# Tin&akan
1. Semua kasus dengan defisit neurologis :
erikan =etilprednisolon :
&0 mgAkg dalam 1) menit. () menit kemudian :
).( mgAkgAjam untuk #& jam selanjutnya.
#. 'aliper %ardner-IellsA2rutchfields untuk cedera tulang belakang
&. leher.
(. *perasi dekompresi gawat darurat.
#..( In&ikasi $emasangan ka%i$er $a&a 6e&era t!%ang %e4er
1. 8mmobilisasi fraktur tidak stabil.
#. $eduksi dislokasi atau subluksasi.
&. istraksi foramina inter"ertebral pada kompressi radikuler.
(. =engurangi nyeri akibat cedera jaringan lunak leher.
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
37/38
-
7/21/2019 SOP Neurologi Saraf
38/38
DAFTAR P'STAKA
!endarto, S.'. 8smael, S. 1//. 'ejang Pada 3nak.akarta : Hayasan harma %raha.
e"on Philip, dkk. #00. Pemantauan Pasien 'ritis. Gdisi : #. akarta : Grlangga.
*en, 9.!. dkk. 1/. Simposium 8lmu 'edokteran arurat. Surabaya : ina Pustaka
Purwanto 3gus. #000. 'edaruratan =edik. akarta. ina $upa 3ksara.
Saifuddin, 3.. !udono,S.T. 1/+. 'onsep aru =engenai %angguan Serebro"askular.
akarta : 'PP8'-8? .7';8.