presus pneumothoraks
Post on 11-Feb-2018
255 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
1/22
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.R
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 37 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl.Kenanga Kec.Adipala Cilacap
MRS : 24 April 2013 30 April 2013
No. CM : 244955
B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 24 April 2013
Keluhan utama : Pasien kiriman dr Joko datang dengan keluhan sesak nafas
1minggu
Keluhan tambahan : Batuk kering 2 hari belakangan ini
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang via IGD interna RST Wijayakususma pasien merupakan
pasien kiriman dr Joko dengan keluhan sesak nafas kurang lebih 1
minggu,sesak agak sedikit berkurang jika pasien dalam posisi duduk. Selain
sesak pasien juga mengeluh adannya batuk kering 2 hari belakangan ini.Pasien
mengaku belum pernah mengalam keluhan ini sebelumnnya dan tidak pernah
meminum obat TB.Pasien juga mengaku tidak ada riwayat asma.
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat penyakit hipertensi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
1
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
2/22
Tidak ada yang megalami serupa
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda - tanda vital: tekanan darah : 130/90 mmHg
nadi : 96 x/menit, isi cukup, reguler
suhu : 36 ,50C
respirasi : 26 x/menit
Kepala : normocephal, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : normotia, simetris, lapang, serumen -/-
Hidung : bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/-
Mulut : mukosa bibir basah, sianosis (-)
Leher : simetris, kelenjar tiroid tidak membesar, tidak ada deviasi
trakhea, KGB tidak teraba
Toraks :
Cor :
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
I : Simetris, retraksi -/-, sela iga tidak melebar
P : Taktil fremitus sinistra = dextra
P : Sonor pada kedua lapangan paru. Batas paru hati pada linea midclvavicula
dextra ICS VI
A : Suara dasar vesikuler, Ronki -/- Wheezing -/-
Abdomen :
I : cembung, korpus medusa (-)
2
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
3/22
A : bising usus (+) normal
P : supel, datar, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
P : timpani
Ekstremitas : Akral hangat (+), lembab, edema tungkai (-), sianosis (-)
D. RESUME
Pasien datang via poli interna RST wijayakusuma dengan dengan keluhan
sesak nafas kurang lebih 1 minggu,sesak agak sedikit berkurang jika pasien
dalam posisi duduk. Selain sesak pasien juga mengeluh adannya batuk kering 2
hari belakangan ini.Pasien mengaku belum pernah mengalam keluhan ini
sebelumnnya dan tidak pernah meminum obat TB.Pasien juga mengaku tidak
ada riwayat asma.Riwayat penyakit DM disangkal,Riwayat penyakit hipertensi
disangkal,Riwayat penyakit jantung disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital, TD: 130/90 mmHg,
nadi: 96 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 36,5 0C. Pada pemeriksaan fisik tidak
didapatkan adanya kelainan.
E. DIAGNOSIS KERJA
Dyspnoe
F. PENATALAKSANAAN
-IVFD RL 20 tpm
- Inj Deksametason 2x1
- Inj Ranitidin 2x1
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
I. FOLLOW UP
25 April 2013
3
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
4/22
S : sesak nafas berkurang,batuk kadang berdahak kadamg tidak ada dahak.
O : Ku/Kes : TSS / CM
TTV : TD : 130/90, N : 80 x/m, RR: 20 x/m, Suhu : 36,5 0C
Mata : CA -/- SI -/-
Toraks :
Cor : BJ I II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD Vesikuler , Rh -/- Wh -/-
Abdomen : supel, datar, BU (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), tremor (-)
A : Dyspnoe
P : - IVFD RL
- Inj Deksametason 2x1
- Inj Radin 2x1
- Ceftien 1x1
- Aminophilin drip
26 April 2013
S : Sesak berkurang,batuk kering
O : Ku/Kes : baik / CM
TTV : TD : 120/60, N : 84 x/m, RR: 21 x/m, Suhu : 36,6 0C
Mata : CA -/- SI -/-
Toraks :
Cor : BJ I II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD Vesikuler , Rh -/- Wh -/-
Abdomen : supel, datar, BU (+), nyeri tekan (-)Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), tremor (-)
Pemeriksaan Radiologi:
4
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
5/22
A : Pneumothoaks
P : - IVFD RL
- Inj Deksametason 2x1
- Inj Radin 2x1
- Ceftien 1x1
- Aminophilin drip
27 April 2012
S : batuk kering dan sesak berkurang
O : Ku/Kes : TSS / CM
TTV : TD : 120/80, N : 80 x/m, RR: 20 x/m, Suhu : 36,7 0C
Mata : CA -/- SI -/-Toraks :
Cor : BJ I II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD Vesikuler , Rh -/- Wh -/-
Abdomen : supel, datar, BU (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), tremor (-)
Jenis pemeriksaan 27/04/2013 Nilai Rujukan
5
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
6/22
Hematologi
Hemoglobin 13,8 14 18 gr/dl
Hematokrit 43 40 54 %
Leukosit 11.400 4800 10.800/uL
Trombosit 140.000 150.000 400.000/uLLED
Glukosa sewaktu
Bilrubin total
SGOT
SGPT
70
440
0,69
15
18
0-15mm/jam
200 mg/dl
0,2-1 mg/dl
37UI/L
41 UI/L
A : Pneumothoaks
P : - IVFD RL
- Inj Deksametason 2x1
- Inj Radin 2x1
- Ceftien 1x1
- Aminophilin drip
28 April 2013
S : sesak nafas berkurang,batuk kadang berdahak kadang tidak ada dahak.
O : Ku/Kes : TSS / CM
TTV : TD : 130/90, N : 80 x/m, RR: 20 x/m, Suhu : 36,5 0C
Mata : CA -/- SI -/-
Toraks :
Cor : BJ I II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD Vesikuler , Rh -/- Wh -/-
Abdomen : supel, datar, BU (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), tremor (-)
Foto Radiologi
6
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
7/22
A : Pneumothoraks
P : - IVFD RL
- Inj Deksametason 2x1
- Inj Radin 2x1
- Ceftien 1x1
- Aminophilin drip
Pasien di WSD,dan sewaktu di WSD keluar bukan hanya udara tapi
ada cairannya lalu dialirkan setiap 500 cc diklam.
29 April 2013
S : Tidak ada keluhan
O : Ku/Kes : TSS / CM
TTV : TD : 110/80, N : 80 x/m, RR: 20 x/m, Suhu : 36,5 0C
Mata : CA -/- SI -/-
Toraks :
Cor : BJ I II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD Vesikuler , Rh -/- Wh -/-
Abdomen : supel, datar, BU (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), tremor (-)
A : Hidropneumothoraks
P : - IVFD RL
- Inj Deksametason 2x1
7
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
8/22
- Inj Radin 2x1
- Ceftien 1x1
- Aminophilin drip
-Ketorolac 2x1
30 April 2013
S : sesak nafas berkurang,batuk kadang berdahak kadamg tidak ada dahak.
O : Ku/Kes : TSS / CM
TTV : TD : 130/90, N : 80 x/m, RR: 20 x/m, Suhu : 36,5 0C
Mata : CA -/- SI -/-
Toraks :
Cor : BJ I II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD Vesikuler , Rh -/- Wh -/-
Abdomen : supel, datar, BU (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), tremor (-)
A : Dyspnoe
P : - IVFD RL
- Inj Deksametason 2x1
- Inj Radin 2x1
- inj Ceftien 1x1
- Inj ketorolac 2x1
-OAT 1x4
8
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
9/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I Anatomi Fisiologi
Paru adalah salah satu organ sistem pernafasan yang berada di dalam kantung
yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-paru sangat
lunak, elastik, dan berada dalam rongga toraks, sifatnya ringan terapung di dalam
air. Paru-paru berwarna keabu-abuan dan berbintik-bintik akibat partikel-partikel
debu yang masuk dimakan oleh fagosit.
Toraks.
Kerangkan rongga toraks, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut
terdiri dari sternum, 12 vertebra torakalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior
dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga
memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi
membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan
rongga pleura diatas klavikula dan diatas organ dalam abdomen penting untuk
dievaluasi pada luka tusuk. Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan
muskulus utama dinding anterior toraks. Musculus latisimus dorsi, trapezius,
rhomboideus, dan musculus gelang bahu lainnya membentuk lapisan musculus
posterior dinding posterior toraks. Tepi bawah musculus pectoralis mayor
membentuk lipatan/plika aksilaris posterior. Dada berisi organ vital paru dan
jantung, pernafasan 3 berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi
terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan
diafragma yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan
terhisap melauli trakea dan bronkus.
Pleura.Bagian terluar paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin, yaitu pleura yang
juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior
diafragma. Pleura parietalis melapisi toraks, dan pleura viseralis melapisi paru-
paru. Antar kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura, yang
mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan
memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.
Ruang interkostal.
9
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
10/22
Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti oleh tiga lapis
muskulus-muskulus yang mengangkat iga selama respirasi tenang/normal. Vena,
arteri nevus dari tiap rongga interkostal berada dibelakang tepi bawah iga. Karena
jarum torakosentetis atau klein yang digunakan untuk masuk ke pleura harus
dipasang melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih.
Diafragma.
Bagian muscular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam dan kartilagokosta,
dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal ; bagian muscular
membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik. Diafragma
yang naik setinggi putting susu, turut berperan sekitar 75 % dari ventilasi paru-
paru selama respirasi biasa atau tenang.
Mediastinum.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian.
Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali
paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura.
Lobus.
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri aras lobus bawah dan
atas, sedangkan paru kanan memiliki lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus
lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang
merupakan perluasan pleura.
Bronkus dan Bronkiolus.
Terdapat beberapa divisi bronkus di dalam setiap lobus paru. Pertama adalah
bronkus lobaris, bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental yang
merupakan struktur yang dicari ketika memilih posisi drainage postural yang
paling efektif untuk pasien tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagimenjadi bronkus subsegmental. Bronkus subsegmental kemudian membentuk
percabangan menjadi bronkiolus, yang tidak mempunyai kartilago dalam
dindingnya.
Alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam kluster antara 15
sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini sehingga jika mereka bersatu
untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter persegi. Terdapat
10
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
11/22
tiga jenis sel-sel alveolar. Selselalveolar tipe I adalah selepitel yang membentuk
dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II sel-sel yang aktif secara metabolic,
mensekresi surfaktan, suatu fosfolid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagositis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
II.II Definisi
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura yang diagnosis
diyakinkan dengan pemerikasaan sinar tembus dada. Dalam keadaan normal
rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap
rongga thoraks. Diagnosis pneumothoraks tergantung kepada garis yang dibentuk
pleura pada tepi paru-paru yang memisahkan dengan dinding dada, mediastinum
atau diafragma oleh udara, dan juga tidak adanya bayangan diluar garis
ini.Pneumothoraks berhubungan dengan berbagai macam kelainan paru meliputi
emfisema,trauma,tuberculosis. Pleura adalah rongga yang terletak di antara
selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.Secara umum pneumothorax
terjadi karena pecahnya selubung atau lapisan luar paru-paru akibat tekanan di
dalam dada atau intratorak yang sangat tinggi.
Masuknya udara ke dalam rongga pleura dibedakan atas:
1. Pneumothoraks spontan:
Pneumotoraks spontan primer
Terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru.Pneumotoraks ini
diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru
yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur
tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok dan
riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Keadaan ini dapat terjadi berulang
kali dan sering menjadi keadaan yang kronis.
11
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
12/22
Pneumotoraks spontan sekunder
merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnyapenyakit paru obstruktif
menahun, asma,fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
2.Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus
(luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis).Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura
melalui luka tusuk atau pneumothoraks disengaja (artificial) dengan terapi dalam
hal pengeluaran atau pengecilan kavitas proses spesifik yang sekarang tidak
dilakukan lagi. Tujuan pneumothoraks sengaja lainnya ialah diagnostik untuk
membedakan massa apakah berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-
penyebab lain ialah akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga
pleura. Masuknya udara melaui mediastinum yang biasanya disebabkan trauma
pada trakea atau esophagus akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat
(endoskopi) atau benda asing tajam yang tertelan. Keganasan dalam mediastinum
dapat pula mengakibatkan udara dalam rongga pleura melalui fistula antara
saluran nafas proksimal dengan rongga pleura. Udara juga bisa berasal dari
subdiafragma dengan robekan lambung akibat suatu trauma atau abses
subdiafragma dengan kuman pembentuk gas.1,2,3
II.III Etiologi
Pneumotoraks kebanyakan terjadi disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul dinding toraks yang merobek dinding pleura.
Dapat juga disebabkan oleh trauma tajam dinding toraks.Hemotoraks disebabkan
oleh trauna tumpul atau trauma tajam pada dada, yang menyebabkan robeknya
membran serosa pada dinding dada bagian dalam. Hal ini akan menyebabkan
darah mengalir ke dalam rongga pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada
paru.4
12
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
13/22
II.IV Klasifikasi
Pneumothoraks Terbuka: Jika udara dapat keluar masuk dengan bebas rongga
pleura selama proses respirasi
Pneumothoraks Tertutup: Jika tidak ada pergerakan udara. disini tidak terdapat
aliran udara antara rongga pleura dengan bronkus atau dunia luar karena fistel
atau saluran sudah tertutup
Pneumothoraks Tension : Jika udara dapat masuk kedalam paru pada proses
inspirasi tetapi tidak dapat keluar paru ketika proses ekspirasi. Akibat hal ini dapat
terjadi peningkatan tekanan intrapleural. Karena tekanan intrapleural meningkat
maka dapat terjadi tension pneumothoraks.Atau dengan kata lain pada jenis ini
udara dari bronkus atau dunia luar dapat masuk ke dalam rongga pleura pada saat
inspirasi, tetapi tidak bisa keluar pada waktu ekspirasi karena terdapat fistel yang
bersifat sebagai katup. Makin lama volume dan tekanan udara di dalam rongga
pleura kian tinggi akibat penumpukan udara.Dari tiga jenis ini, pneumoraks jenis
ini yang paling berbahaya
II.V Gejala Klinis
Pneumotoraks dapat terjadi tanpa diketahui dengan jelas faktor penyebabnya.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan pneumotoraks adalah tuberkulosis
paru, asma, penyakit paru obstruktif kronik (penyakit yang disebabkan polusi dan
rokok), serta penyakit bawaan (sejak lahir dinding paru sangat tipis).Pneumotoraks secara umum dapat diketahui dari gejala-gejala seperti sesak
mendadak, nyeri dada, dan sesak semakin lama kian memberat terutama jenis
ventil. Ini disebabkan udara kian lama makin banyak sehingga udara tersebut
mendesak organ-organ yang ada di rongga dada seperti jantung dan pembuluh
darah Adanya keluhan-keluhan dan gejala-gejala klinis pneumothoraks amat
tergantung pada besarnya lesi pneumothoraks dan ada tidaknya komplikasi
penyakit paru. Beberapa pasien menunjukkan keadaan asimtomatik dan kelainan
13
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
14/22
hanya dapat ditemukan pada pemeriksaaan foto dada rutin. Gejala yang utama
adalah berupa rasa sakit yang tiba-tiba dan bersifat unilateral serta diikuti sesak
nafas. Kelainan ini ditemukan pada 80-90% kasus. Gejala-gejala ini lebih mudah
ditemukan bila penderita melakukan aktivitas berat. Tetapi pada sebagian kasus,
gejala-gejala masih gampang ditemukan pada aktivitas biasa atau waktu
istirahat.Rasa sakit tidak selalu timbul. Rasa sakit ini bisa menghilang atau
menetap bila terjadi perlengketan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.
Suatu waktu perlengketan ini bisa sobek pada tekanan kuat dari pneumothoraks,
sehingga terjadi perdarahan intrapleura (hemato-pneumothoraks).Kadang-kadang
gejala klinis dapat ditemukan walaupun kelainan pneumothoraksnya sedikit,
misalnya perkusi yang hipersonor, fremitus yang melemah sampai menghilang,
suara nafas yang melemah sampai menghilang pada sisi yang sakit Pada lesi yang
lebih besar atau pada tension pneumothoraks, trakea dan mediastinum dapat
terdorong kesisi kontralateral. Diafragma tertekam ke bawah, gerakan pernafasan
tertinggal pada sisi yang sakit. Fungsi respirasi menurun, terjadi hipoksemia
arterial dan curah jantung menurun. Kebanyakan pneumothoraks terjadi pada sisi
kanan (53%), sedangkan sisi kiri (45%) dan bilateral hanya 2 %. Hampir 25 %
dari pneumothoraks spontan berkembang menjadi hidropneumothoraks.
Keluhan Subyektif :
1. Nyeri dada hebat yang tiba-tiba pada sisi paru terkena khususnya pada saat
bernafas dalam atau batuk.
2. Sesak, dapat sampai berat, kadang bisa hilang dalam 24 jam, apabila sebagian
paru yang kolaps sudah mengembang kemabli
3. Mudah lelah pada saat beraktifitas maupun beristirahat.
4. waran kulit yang kebiruan disebabkan karna kurangnya oksigen (cyanosis)
II.VI Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Diagnostik fisik :
14
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
15/22
Inspeksi : dapat terjadi pencembungan dan pada waktu pergerakan nafas,
tertinggal pada sisi yang sakit.
Palpasi : Pada sisi yang sakit ruang sela iga dapat normal atau melebar, iktus
jantung terdorong kesisi thoraks yang sehat.
Fremitus suara melemah atau menghilang.
Perkusi : Suara ketok hipersonor sampai tympani dan tidak bergetar, batas jantung
terdorong ke thoraks yang sehat, apabila tekanannya tinggi.
Auskultasi : suara nafas melemah sampai menghilang, nafas dapat amforik
apabila ada fistel yang cukup besar.
Disamping keluhan-keluhan dan gejala-gejala klinis tersebut diatas, diagnosislebih meyakinkan lagi dengan pemeriksaan sinar tembus dada.
1.Gambaran Radiologis
Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang
tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis
radioopak tipis yang berasal dari pleura visceral.Pada foto terlihat bayangan udara
dari pneumothoraks yang berbentuk cembung, yang memisahkan pleura parietalis
dengan pleura viseralis. Bila penumothoraksnya tidak begitu besar, foto dengan
pernafasan dalam (inspirasi penuh) pun tidak akan menunjukkan kelainan yang
jelas. Dalam hal ini dianjurkan membuat foto dada dengan inspirasi dan ekspirasi
penuh. Selama ekspirasi maksimal udara dalam rongga pleura lebih didorong ke
apeks, sehingga rongga intrapleura di apeks jadi lebih besar. Selain itu terdapat
perbedaan densitas antara jaringan paru dan udara intrapleura sehingga
memudahkan dalam melihat pneumothoraks, yakni terdapatnya kenaikan densitas
jaringan paru selama ekspirasi tapi tidak menaikkan densitas pneumothoraks.Suatu hasil rontgen diperoleh sehabis ekspirasi maksimum akan membantu dalam
menetapkan diagnosa, sebab paru-paru kemudian secara relatif lebih tebal/padat
dibanding pneumothoraks itu. Penurunan volume paru terjadi sehabis ekspirasi
tetapi ruang pneumothoraks tidak berubah. Oleh karena itu secara relatif
pneumothoraks lebih berhubungan dengan paru-paru sehabis ekspirasi dibanding
inspirasi dan kiranya pleura viseral lebih kecil berhubungan dengan
pneumothoraks. Sehingga lebih mudah untuk menggambarkannya. Foto lateral
15
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
16/22
decubitus pada sisi yang sehat dapat membantu dalam membedakan
pneumothorak dengan kista atau bulla. Pada pneumothorak udara bebas dalam
rongga pleura lebih cenderung berkumpul pada bagian atas sisi lateral. Jika
pneumothoraks luas, akan menekan jaringan paru kearah hilus atau paru menjadi
kuncup/kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral.
Selain itu sela iga menjadi lebih lebar. Udara dalam ruang pleura jadi lebih
radiolusen dibandingkan paru-paru yang bersebelahan dengan pneumothoraks
tersebut, terutama sekali jika paru-paru berkurang volumenya, dimampatkan atau
terkena penyakit yang meningkatkan kepadatan paru. Ketika pneumothoraks
terjadi pada pasien dengan atelektase lobus, udara terkumpul dalam ruangan
pleura yang dekat dengan paru-paru yang mengempis. Oleh karena itu distribusi
yang udara yang tidak normal pada pasien ini menyebabkan pengempisan lobus.
Pada tension pneumothoraks pergeseran dari struktur mediastinal kesan pada paru
dan kesan pada difragma sudah terlihat. Ketika kehadiran cairan sebagai
tambahan dari udara atau gas pada film dengan cahaya horisontal memperlihatkan
tingkat atau batas udara dengan cairan. Ketika udara intrapleura terperangkap
pada posisi yang tidak biasa oleh karena penggabungan kadang-kadang
pneumothoraks bisa terlihat pada subpulmonary, terutama pada pasien COPD
(Chronic Pulmonary Obstruktif Disease) dan penurunan dari fungsi paru dan juga
diobservasi sepanjang permukaan tengah dari paru bayi yang baru lahir sering
diperiksa dengan posisi terlentang. Dalam situasi ini harus dibedakan dengan
pneumomediastinum. Ketika garis sambungan depan terlihat pada neonatus, yang
mengindikasikan pneumothoraks bilateral, karena garis ini biasanya tidak terlihat
pada pada pasien. Pada bayi neonatus pneumothorak dapat dievaluasi dengan foto
anteroposterior atau lateral pada saat yang sama. Pada orang dewasa yang sakitkritis diuji dengan posisi setengah duduk atau terlentang, udara dalam ruang
pleura mungkin nampak anteromedial sepanjang medistinum, pada suatu posisi
subpulmonary, pada posisi apicolateral atau posteromedial dalam area paraspinal.
Udara mungkin dapat diamati dalam celah interlobaus, terutama sekali didalam
celah kecil sisi kanan pneumothoraks. Tanda cekungan yang dalam diuraikan oleh
Gordon pada foto posisi terlentang pada pasien pneumothoraks. Foto ini terdiri
dari radiolusen yang relatif pada kedalaman sulcus costophrenicus samping yang
16
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
17/22
menandakan udara dalam area ini. Hasil diagnosa mungkin tidak dapat terlihat
dalam foto polos. Oleh karena itu, CT dapat digunakan jika informasi mengenai
kehadiran atau ketidakhadiran pneumothoraks adalah hal yang sangat penting,
karena pneumothoraks relatif lebih mudah dideteksi pada CT sesuai potongan
aksis. Secara ringkas, hasil diagnosa pneumothorax mungkin sulit untuk dibuat
dalam pemeriksaan hasil radiografi dada. Terutama sekali pada foto pasien dalam
posisi terlentang, proyeksi samping mungkin bisa untuk mengkonfirmasikan
kehadiran pneumothoraks manakala proyeksi dari depan samar-samar. Ketika
pneumothoraks kecil foto pada saat inspirasi seringkali berharga; dan ada kalanya,
ketika lokasi pneumothoraks disekeliling hadir, foto oblique dan foto lateral
diperlukan untuk visualisasi yang nyata. Adakalanya lingkaran radioopak
ditemukan pada hilus atau dibawah hilus pada pasien pneumothoraks yang besar
atau luas.
2. Gas Darah Arteri dapat memperlihatkan peningkatan PaCO2 dan penurunan
PaO2
II.VII Komplikasi
Tension Pneumothoraks: komplikasi ini terjadi karena tekanan dalam rongga
pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser
kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar
tembus dada terlihat mediastinum terdorong dan diafragma pada sakit tertekan
kebawah. Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu
yang harus segera ditangani kalu tidak akan berakibat fatal. Piopneumothoraks:
Berarti terdapatnya pneumothoraks disertai empiema secara bersamaan pada satu
sisi paru. Hidro-pneumothoraks/Hemo-pneumothoraks: Pada kurang lebih 25%
penderita pneumothoraks ditemukan juga sedikit cairan dalam pleuranya. Cairan
ini biasanya bersifat serosa, serosanguinea atau kemerahan (berdarah).
Hidrothorak dapat timbul dengan cepat setelah terjadinya pneumothoraks pada
kasus-kasus trauma/perdarahan intrapleura atau perforasi esofagus (cairan
lambung masung kedalam rongga pleura). Pneumomediastinum dan emfisema
subkutan: Pneumomediastinum dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto dada.
17
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
18/22
Insidensinya adalah 1% dari seluruh pneumothoraks. Kelainan ini dimulai
robeknya alveoli kedalam jaringan interstitium paru dan kemungkinan didikuti
oleh pergerakan udara yang progresif kearah mediastinum (menimbulkan
pneumomediastinum) dan kearah lapisan fasia otot-otot leher (menimbulkan
emfisema subkutan). Pneumothoraks simultan bilateral: Pneumothoraks yang
terjadi pada kedua paru secara serentak ini terdapat pada 2% dari seluruh
pneumothoraks. Keadaan ini timbul sebagai lanjutan pneumomediastinum yang
secara sekunder berasal dari emfisem jaringan interstitiel paru. Sebab lain bisa
juga dari emfisem mediastinum yang berasal dari perforasi esofagus.
Pneumothoraks kronik: Menetap selama lebih dari 3 bulan. Terjadi bila fistula
bronko-pleura tetap membuka. Insidensi pneumothoraks kronik dengan fistula
bronkopleura ini adalah 5 % dari seluruh pneumothoraks. Faktor penyebab antara
lain adanya perlengketan pleura yang menyebabkan robekan paru tetap terbuka,
adanya fistula bronkopelura yang melalui bulla atau kista, adanya fistula bronko-
pleura yang melalui lesi penyakit seperti nodul reumatoid atau tuberkuloma.
II.VIII Terapi
Penanggulangan pnuemotoraks tergantung pada luas daerah yang terjangkit. Bila
sedikit, atau kurang 20 persen, cukup diobservasi saja. Namun bila sudah meluas
atau lebih 20 persen harus dipasang water sealed drainage (WSD). Tujuan
pengobatan adalah mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-paru
bisa kembali mengembang.
Pada pneumotoraks yang kecil biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, karenatidak menyebabkan masalah pernafasan yang serius dan dalam beberapa hari
udara akan diserap. Penyerapan total dari pneumotoraks yang besar memerlukan
waktu sekitar 2-4 minggu.
Jika pneumotoraksnya sangat besar sehingga menggangu pernafasan, maka
dilakukan pemasangan sebuah selang kecil pada sela iga yang memungkinkan
pengeluaran udara dari rongga pleura. Selang dipasang selama beberapa hari agar
paru-paru bisa kembali mengembang. Untuk menjamin perawatan selang tersebut,
18
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
19/22
sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit. Untuk mencegah serangan ulang,
mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Hampir 50% penderita mengalami kekambuhan, tetapi jika pengobatannya
berhasil, maka tidak akan terjadi komplikasi jangka panjang. Pada orang dengan
resiko tinggi (misalnya penyelam dan pilot pesawat terbang), setelah mengalami
serangan pneumotoraks yang pertama, dianjurkan untuk menjalani pemedahan.
Pada penderita yang pneumotoraksnya tidak sembuh atau terjadi 2 kali pada sisi
yang sama, dilakukan pembedahan untuk menghilangkan penyebabnya.
Pembedahan sangat berbahaya jika dilakukan pada penderita pneumotoraks
spontan dengan komplikasi atau penderita pneumotoraks berulang. Oleh karena
itu seringkali dilakukan penutupan rongga pleura dengan memasukkan
doxycycline melalui selang yang digunakan untuk mengalirkan udara keluar.
Untuk mencegah kematian pada pneumotoraks karena tekanan, dilakukan
pengeluaran udara sesegera mungkin dengan menggunakan alat suntik besar yang
dimasukkan melalui dada dan pemasangan selang untuk mengalirkan udara.1.4
19
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
20/22
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien datang via poli interna RST wijayakusuma dengan dengan keluhan
sesak nafas kurang lebih 1 minggu,sesak agak sedikit berkurang jika pasien
dalam posisi duduk. Selain sesak pasien juga mengeluh adannya batuk kering 2
hari belakangan ini.Pasien mengaku belum pernah mengalam keluhan ini
sebelumnnya dan tidak pernah meminum obat TB.Pasien juga mengaku tidak
ada riwayat asma.Riwayat penyakit DM disangkal,Riwayat penyakit hipertensi
disangkal,Riwayat penyakit jantung disangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda-tanda vital, TD: 130/90 mmHg, nadi: 96 x/menit, RR: 26
x/menit, S: 36,5 0C. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya kelainan.
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan awalnnya pasien
didiagnosa dyspnoe dan belum tau penyebabnnya apa maka dilakukan
pemeriksaan thoraks foto dan didiagnosalah pasien pneumothoraks.Jadi sesak
yang dirasakan pasien ini akibat penumothotaks.Pasien dilakukan WSD,dan
sewaktu dilakukan WSD yang keluar bukan hanya ada udara melainkan ada
cairan makan diagnosa pasien menjadi pneumothoraks,dan WSD dialirkan
setiao 500 cc lalu di klam per hari.
20
-
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
21/22
DAFTAR PUSTAKA
1. Engram, Barbara.1998.Medika Bedah.Jakarta:EGC
2. Robbins, et al.2007.Buku Ajar Patologi.Jakarta:EGC
3. Brunner & Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal
bedah.Jakarta:EGC
4. http://eprints.undip.ac.id/22319/1/Antonio.pdf
21
http://eprints.undip.ac.id/22319/1/Antonio.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/22319/1/Antonio.pdf -
7/23/2019 Presus Pneumothoraks
22/22
22
top related