analisa resep klp e fix

83
“Penulisan Resep” OLEH KELOMPOK TRAMED E 1. Muhyiddin H1A 010002 2. Faradila Khoirun Nisa Hakim H1A 010007 3. Dzaky Ahmada H1A 010011 4. Faradilla Elmi H1A 010012 5. Putu Ria Dharma Patni H1A 010016 6. Vini Fardila H1A 010028 7. Kadek Soga Prayaditya Putra H1A 010033 8. Putu Ayu Rila Ariasmi H1A 010045 9. Rian Segal Hidajat H1A 010056 10. Baiq Ria Raissa Fala H1A 009041 Dosen Pembimbing: Agriana Rosmalina Hidayati, Apt., M.Farm FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Upload: rizka-icha-dila-pratami

Post on 13-Dec-2015

304 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

“Penulisan Resep”

OLEH

KELOMPOK TRAMED E

1. Muhyiddin H1A 0100022. Faradila Khoirun Nisa Hakim H1A 0100073. Dzaky Ahmada H1A 0100114. Faradilla Elmi H1A 0100125. Putu Ria Dharma Patni H1A 0100166. Vini Fardila H1A 0100287. Kadek Soga Prayaditya Putra H1A 0100338. Putu Ayu Rila Ariasmi H1A 0100459. Rian Segal Hidajat H1A 01005610. Baiq Ria Raissa Fala H1A 009041

Dosen Pembimbing: Agriana Rosmalina Hidayati, Apt., M.Farm

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2013

Analisa Resep 1

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAMDr. Cantik

Mataram, 10 Juni 2013

R/ GG No III

DMP No III

Parasetamol No III

Kotrimoksazol No III

m.f pulv. No. XII

∫ 3 dd I pulv

Paraf

Pro : Anita

Umur : 3 tahun

Alamat : Dasan Agung

A. Kelengkapan Resep

Lengkap/Tidak Benar (jelas)/Tidak KeteranganSuperscirptio Nama, alamat,

nomor izin praktek dokter

Tidak Tidak Tidak ada alamat, nomor telepon klinik, serta nomor ijin praktek dokter atau klinik praktek

Tempat dan tanggal penulisan resep

Lengkap Benar

Simbol R/ Lengkap BenarNama, umur, alamat pasien

Tidak Tidak Alamat jelas pasien tidak dicantumkan hanya disebutkan daerahnya saja, perlu dituliskan berat badan karena pasien anak-anak

Inscriptio R/1 Tidak Tidak Sediaan dan jumlah bahan obat tidak dicantumkan berapa

mg; obat kausal sebaiknya tidak digabung dengan obat simtom

Subscriptio R/1 Tidak Tidak Penulisan cara peracikan obat seharusnyam.f.l.a pulv.no.XII;jika dosis tertera untuk satu kali dosis, perlu ditulis d.t.d dalam ket.peracikan.

Signatura R/1 Tidak Tidak Seharusnya ditulis S.p.r.n t.d.d pulv.I p.c atau ∫ 3 dd l pulv p.c

Paraf/Tanda tangan

R/1 Lengkap Benar

Identitas pasien

Lengkap Tidak benar Alamat rumah pasien tidak dituliskan, hanya daerahnya saja; perlu ditambahkan BB pasien karena anak-anak

B. Formula resep

1. Macam FormulaR/1 : Formula Magistralis

2. Resep formula Magistralis

Remidium Nama Bahan Obat Khasiat/FungsiCardinale 1. GG (Gliseril Guaiakolat)

2. Dextromethorpan

3. Parasetamol

Mekanisme: gol. Ekspektoran, meningkatkan volume dan mengurangi kekentalan sputum yang terdapat di trakhea dan bronki. Dapat meningkatkan reflek batuk dan memudahkan untuk membuang sputumIndikasi: Produksi sputum yang tidak normal dan batuk.

Mekanisme: ↑ ambang rangsang refleks batukIndikasi: Menekan batuk (antitusif)

Mekanisme kerja: hambat cox-3 selektif terutama di SSP menurunkan

4. Kotrimoksazol

produksi PGIndikasi: Pengobatan nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pascapersalinan, analgesik tambahan pada terapi antiinflamasiMekanisme Kerja: kombinasi dari Trimetropin-sulfametoksazol, hambat pembentuk asam folat pada bakteri.Sulfometoksazol : menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul Asam folatTrimetropim : menghambat terjadinya reaksi reduksi dari Asam dihidrofolat menjadi Tetrahidrofolat.Indikasi: infeksi bakteri

AjuvanCorrigensiaConstituent

C. Obat

1. Dosis Obata. Dosis obat dalam resep

R/1 GG 100 mg : 3 x 100 mg = 300 mg DMP 15 mg : 3 x 15 mg = 45 mg Parasetamol 500 mg (lazim) : 3 x 500 mg = 1500 mg Kotrimoksazol

- Trimetropin 80 mg : 3 x 80 mg = 240 mg- Sulfametoksazol 400mg : 3 x 400mg = 1200 mg

Setiap bungkus puyer mengandung: GG 300mg/12 = 25 mgDextromethorpan HBr 45mg/12 = 3,75 mgParacetamol 1500mg/12 = 125 mgTrimetrofin 240mg/12 = 20 mgSulfametoksazol 1200mg/12 = 100 mg

b. Dosis obat dalam textbookuntuk anak usia 3 thnResep MarginalisGG : 50 - 100 mg/ pemberian, maks. 6x/hariDextromethorpan HBr : 6 – 12 mg/pemberian, 3-4x/hariParacetamol : 130 – 200mg/pemberian, maks.6x/hariKotrimoksazol : 240 mg/ pemberian, 2x/hari

Jadi, setiap bungkus puyer harusnya mengandung: GG : 50-100 mg/pemberian Dextromethorpan HBr : 6 – 12 mg/pemberian Paracetamol : 130 – 200mg/pemberian Kotrimoksazol : 240 mg/ pemberian

Keterangan: * Rumus Young (anak 1-8 tahun)

Da = n

n+12× DM Ket : Da = dosis anak

n = umur anak DM = dosis maksimum

2. Jadwal pemberian

Nama Obat Interval Waktu Durasi Keterangan

GG 3-4 x sehari

Setiap 6 – 8 jam

DMP 3 – 4 x sehari

Setiap 6 – 8 jam

Parasetamol 3 – 4 x sehari

Setiap 6 – 8 jam

Kotrimoksazol 3-4 x sehari

Setiap 6-8 jam

Seharusnya diberikan 2 – 3 x sehari setiap 8 – 12 jam dan diberikan setelah makan

3. Interaksi obat– Pada R/1 dengan formula magistralis, jadwal pemberian kotrimoksazol dengan

obat lainnya berbeda, yaitu 2x/hari– Pemberian kotrimoksazol harus sampai habis sedangkan obat lainnya diberikan

saat timbul gejala, sehingga tidak dapat dijadikan satu.

D. Bentuk sediaan obat

1. Bentuk sediaan obat yang dipilih1. R/1

a. Spesifikasi : puyerb. Keuntungan :

– Penyerapan oleh gastrointestinal cukup baik– Dosis obat secara tepat sesuai kebutuhan– Dapat diberikan untuk anak-anak yang sukar menelan tablet atau kapsul

– Lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan

c. Kerugian :– Rasa pahit yang tidak enak dan tidak dapat disembunyikan– Dapat terjadi interaksi obat dalam satu resep puyer.– Pencampuran obat dalam puyer menyulitkan penelusuran reaksi alergi.

d. Ketepatan pemilihan– Bentuk sediaan obat yang tepat diberikan untuk anak usia 8 tahun adalah

bentuk tablet atau kapsul, akan tetapi bentuk puyer lebih tepat diberikan apabila anak mengalami kesulitan menelan.

4. Untuk formula Magistralisa. Cara persiapan/peracikan BSO

m.f.l.a pulv.d.t.d no.XII (misce fac lege artis pulveres da tales dosis nomero duodecem) artinya campur dan buatlah sesuai aturan puyer sebanyak dosis tersebut di atas sebanyak 12 bungkus. 3 tablet GG 100mg, 3 tablet DMP 15mg, 3 tablet Parasetamol 500mg dan saccharum lactum secukupnya. Untuk antibiotiknya, diberikan 3 tablet kotrimoksazol (trimetropin 80 mg + sulfametoksazol 400mg) dan Saccharum lactum secukupnya.

E. Diagnosis

1. Rhinitis (common cold)

Anak-anak lebih sering mengalami rhinitis daripada dewasa dengan gejala demam, sekret pada hidung encer dan jernih (lebih kental dan purulen jika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri), nyeri tenggorok, batuk, rewel, gangguan tidur, penurunan nafsu makan.

2. Asma Bronkial

Kemungkinan terjadi asma bronchial yang disertai dengan infeksi pada saluran pernapasan.

F. Kesimpulan dan saran

a. Kesimpulan

Peresepan belum rasional karena:

Dalam peresepan tidak dituliskan bentuk sediaan tablet yang akan dilakukan puyer. Hal ini akan meyulitkan ketika terdapat lebih dari satu bentuk sediaan dosis.

Penggunaan obat simtomatik dan pengobatan kausal sebaiknya tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan penggunaan obat causa (antibiotik) diberikan hingga dosis yang diberikan habis. Tetapi untuk obat simtomatik hanya diberikan ketika gejala timbul.

Obat yang jadwal pemberiannya tidak sama tidak baik jika diberikan bersamaan.

Perintah penulisan peracikan obat seharusnya tanpa “d.t.d” sehingga bukan dibuat sebanyak tapi dibuat menjadi.

b. Saran Peresepan

Lembar perbaikan resep

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAMJalan Pendidikan no 18, Ampenan

No. Telp. (0370) 626632SIP No: 006/030/UP/DINKES

dr. Cantik

Mataram, 10 Juni 2013

R/ GG 100mg tab No III

DMP 15 mg tab No III

Parasetamol 500mg tab No III

Sacch. Lact. q.s.

m.f.l.a pulv.d.t.d no.XII

∫ 3 dd l pulv p.c

Paraf

R/ Kotrimoksazol 480 mg tab No III

Sacch. Lact. q.s.

m.f.l.a pulv.d.t.d No. XII

∫ 2 dd l pulv p.c

Paraf

Pro : Anita

Umur : 3 tahun

BB : 12 kg

Alamat : Jalan langko no.12 Dasan Agung

Analisa Resep II

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAMdr. Ganteng

Mataram, 1 Juni 2013

R/ Demacolin tab No X

∫ 3 dd I

Paraf

R/ Salbutamol 4 mg No X

∫ 3 dd I

Paraf

R/ Captopril 25 mg No XX

∫ 2 dd I

Paraf

Pro : Tn. Aladin

Umur : 40 tahun

Alamat : Perumnas

Susunan Resep Lengkap/Tidak Benar (jelas)/Tidak KeteranganSuperscirptio Nama, alamat,

nomor izin praktek dokter

Tidak Lengkap Benar Tidak ada alamat, nomor telepon klinik, serta nomor ijin praktek dokter atau klinik praktek

Tempat dan tanggal penulisan resep

Lengkap Benar

Simbol R/ Lengkap BenarNama, umur, alamat pasien

Lengkap Tidak Alamat pasien tidak lengkap

- Inscriptio Jenis dan jumlah bahan obat

R/1 Lengkap benarR/2 Tidak lengkap Tidak Tidak mencantumkan

jenis sediaanR/3 Tidak lengkap Tidak Tidak mencantumkan

jenis sediaanSubscriptiocara pembuatan (nama dan jumlah bentuk sediaan

R/1 - -R/2 - -R/3 - -

Signaturapetunjuk penggunaan obat

R/1 Tidak Lengkap Tidak benar Seharusnya ditulis S.3.d.d tab.1 p.c

R/2 Tidak Lengkap Tidak benar Seharusnya ditulisS.3.d.d tab. 1 p.c

R/3 Tidak Lengkap Tidak benar Seharusnya ditulisS.2.d.d tab. 1 a.c

Paraf/Tanda tangan

R/1 Lengkap Benar Obat yang pemakaiannya sama dapat digabung dalam satu R/ (Invocatio)

R/2 Lengkap Benar Obat yang pemakaiannya sama dapat digabung dalam satu R/ (Invocatio)

R/3 Lengkap Benar

B. Formula resep

R/1 : Formula Officinalis

R/2 : Formula Officinalis

R/3 : Formula Officinalis

C. Dosis Obat

Demacolin

Tiap tablet mengandung :

Parasetamol 500 mg, Pseudoefedrin HCI 7,5 mg, Klorfeniramin maleat 2 mg, Kofein 10 mg

Tiap sendok takar (5 ml) sirup mengandung :

Parasetamol 120 mg, Pseudoefedrin HCI 7,5 mg, Klorfeniramin maleat 1 mg

Farmakologi :

Bekerja sebagai anaigesik - antipiretik, antihistamin dan dekongestan hidung

Indikasi :

Untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepaia, hidung tersumbat dan bersin-bersin.

Kontraindikasi :

- Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.

- Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat

Perhatian :

- Tidak boleh diberikan pada penderita yang peka terhadap obat simpatomimetik lain (missal

efedrin,fenilpropanolamin, fenilefrin), penderita tekanan darah tinggi berat, dan yang mendapat

terapi obat anti depresan tipe penghambat Monoamin Oksidase(MAO)

- Tidak boleh meiebihi dosis yang dianjurkan.

- Hati-hati penggunaan pada penderita tekanan darah tinggi atau yang mempunyai potensi tekanan

darah tinggi atau stroke, seperti pada penderita dengan berat badan berlebih (overweight) atau

Efek Samping :

- Mengantuk, gangguan pencernaan, insomnia, gelisah, eksitasi, tremor, takikardi, aritmia

ventrikuler, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih.

- Penggunaan dosis besardanjangka panjang menyebabkan kerusakan hati.

Dosis :

Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun 1-2 tablet, 3-4 kali sehari

Anak-anak umur 6-12 tahun 1/2-1 tablet, 3-4 kali sehari.

Anak-anak 2 - 5 tahun 1 sendok takar (5 ml), 3 kali sehari.

Anak-anak 6-12 tahun 2 sendok takar (5 ml), 3 kali sehari.

Interaksi Obat :

Penggunaan bersama antidepresan tipe penghambat MAO dapat mengakibatkan krisis hipertensi.

Interaksi obat dalam resep: Tidak ada

Salbutamol Tablet 4 mg

Salbutamol adalah selective Beta-2 adrenoceptor agonist.

Indikasi :

asthma, bronkospasme, reversible airways obstruction.

Komposisi:

Setiap tab mengandung 4mg Salbutamol

Perhatian:

tidak untuk penderita DM, ibu menyusui

Kaptopril

antihipertensi (Angiotensin Converting Enzyme" (ACE) inhibitor

Dosis:

Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita

(individual).

Dewasa:

Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.

Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat

ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum

terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap

hari.

Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis

kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg.

Gagal jantung 12,5- 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi

harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dsiis

perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.

Perhatian:

Tidak untuk wanita hamil. Pemakaian obat pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan

organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau neonatus.

Pada kehamilan trimester ll dan lll dapat menimbulkan gangguan antara lain: hipotensi,

hipoplasiatengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible dan kematian.

Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran

prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus. Bayi dengan riwayat di mana

selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi

intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.

Harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui.

Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan

bila tidak ada obat lain yang efektif.

Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif.

Hati-hati pemberian pada penderita penyakit ginjal.

Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata, bibir,

lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.

Efek Samping:

Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita

dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita

hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita

sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama

pengobatan.

Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini terutama terjadi pada

penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1-3 bulan pengobatan,

pengobatan agar dihentkan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko

tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama

pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam,

faringitis) pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya

neutropenia.

Hipotensi dapat terjadi 1-1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya

tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami

kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare,

dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu

dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya

mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau

dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya.

Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut

biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.

Teriadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan

menghilang meskipun obat diteruskan. Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita

gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya

harus dilakukan dengan hati-hati.

Interaksi Obat:

Alkohol, Obat anti inflamasi terutama indometasin, Suplemen potassium atau obat yang mengandung

potassium, Obat-obat berefek hipotensi.

Perbaikan resep

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAMJalan Pendidikan no 18, Ampenan

No. Telp. (0370) 626632SIP No: 006/030/UP/DINKES

Mataram, 1 Juni 2013

dr. Ganteng

R/ Demacolin tab NO.X

Salbutamol 4 mg tab No. X

S 3 dd 1 tab p.c

aR/ Captopril 25 mg tab No. XX

S 2 dd 1 tab a.c

a

Pro : Tn. Aladin

Umur : 40 tahun

Alamat : Jalan Anggrek Nomor 6 Perumnas

Analisa Resep III

RESEP NO. 3

KELENGKAPAN RESEP

Lengkap/Tidak

Benar (jelas)/ tidak

Keterangan

Superscriptio Nama, alamat, nomor izin klinik

Tidak Tidak Tidak ada alamat, nomor telepon klinik, serta nomor ijin praktek dokter atau klinik praktek

Tempat dan tanggal penulisan resep

Lengkap Benar

Simbol R/ Lengkap BenarNama, umur, alamat pasien

Tidak Alamat pasien tidak lengkap

Inscriptio R/1 Tidak Tidak Tidak dicantumkan sediaan dan jumlah obat

R/2 Tidak Tidak Tidak dicantumkan sediaan dan jumlah obat

R/3 Tidak Tidak Tidak dicantumkan sediaan dan jumlah obat

Signatura R/1 Tidak Tidak Seharusnya dicantumkan penggunaan jika diperlukan saja (signa pro re nata)

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Dr. Yuyu Mataram, 1/6-13

R/ Diaform tab no XS 3 dd I

R/ Loperamid 4 mg no X

S 3 dd I

R/ Kotrimoksazol no XS 3 dd I

Pro : Tn. SugengUmur : 16 tahunAlamat : Unram

R/2 Tidak - - Seharusnya dicantumkan penggunaan jika diperlukan saja (signa pro re nata)

R/3 Tidak - - Seharusnya dicantumkan penggunaan sebelum atau sesudah makan

Paraf/Tanda tangan

R/1 TidakSeharusnya ada paraf dokter

R/2 TidakR/3 Tidak

ANALISA RESEP

Obat

5. Dosis ObatDosis obat dalam resepR/1Diaform no Xs. 3 da IPada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan. Tetapi karena sediaannya hanya 1 yakni 550 mg kaolin dan 20 mg pectin, maka bisa dituliskan tanpa menyertakan jumlah satuan berat obat. Dan juga harus dilengkapi s.p.r.n (jika perlu) yakni jika masih diare tiap BAB. Dosis obat seharusnya untuk dewasa 2,5 tablet tiap diare maksimal 15 tablet dalam 24 jam.

R/2Loperamid no. Xs. 3 da IPada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan. Dan juga harus dilengkapi s.p.r.n (jika perlu) yakni jika masih diare tiap BAB.. Tetapi karena sediaannya hanya 1 yakni 2 mg, maka bisa dituliskan tanpa menyertakan jumlah satuan berat obat. Dosis obat seharusnya : Diare akut dewasa awal 2 tablet diikut 1 tablet tiap BAB. Diare kronik awal seperti diare akut. Diberikan sampai didapatkan fesesnya padat/hari. Maksimal 8 tablet perhari.

R/3Kotrimoksazols. 3 da IPada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan karena ada dua bentuk sediaan non forte sulfamethoxazole 400 mg, trimetoprim 80 mg, sedangkan table forte sulfametoxazole 800 mg, trimetoprim 160 mg. Dosis dewasa dan anak > 12 tahun 2-3 tablet hari.

6. Jadwal pemberian

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAMAlamat

Nomor Ijin Klinik

Dr. Yuyu Mataram, 1 Juli 2013

R/ Tab Diaform no XS.p.r.n t.d.d I

paraf

R/ Tab Kotrimoxazol ... mg no XS t.d.d I a.c

paraf

Pro : SugengUmur : 16 tahunAlamat : UNRAM

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAMAlamat

Nomor Ijin Klinik

Dr. Yuyu Mataram, 1 Juli 2013

R/ Tab Loperamid no XS.p.r.n t.d.d.d I

paraf

R/ Tab Kotrimoxazol ... mg no XS t.d.d I a.c

paraf

Pro : SugengUmur : 16 tahunAlamat : UNRAM

Nama Obat Interval Waktu Durasi Keterangan

Diaform - Tiap BAB - Maksimal 15 tablet dalam 24 jam.

Loperamid - Tiap BAB - Maksimal 8 tablet perhari

Kotrimoxazol 3x sehari Setiap 8 jam Diberikan segera sesudah makan.

7. Interaksi obat– Pada obat antibiotik kotrimoxazol tidak memiliki interaksi dengan obat antidiare,

kombinasi ini sesuai karena antibiotik yang bertujuan menghambat bakteri dan pengurangan jumlah keluarnya cairan dari dalam tubuh untuk mencegah terjadi dehidrasi.

– Obat anti diare diaform bekerja sebagai absorben yang berfungsi menyerap cairan, sedangkan loperamid bekerja dengan anti motilitas dan anti sekresi. Pada penggunaan klinis, obat antidiare cukup hanya dengan satu saja, tidak efektif jika digunakan 2 obat antidiare bersamaan.

PENULISAN RESEEP : dapat dpilih satu resep dibawah ini yakni loperamid dengan kotrimoxazol atau diaform dengan kotrimoxazol.

Analisa Resep 4

A. Kelengkapan Resep

Lengkap/Tidak Benar (jelas)/Tidak KeteranganIdentitas dokter Lengkap Benar

Superscriptio Nama, alamat, nomor izin praktek dokter

Tidak Lengkap Tidak Benar Nomor telepon, alamat lengkap dan nomor ijin klinik tidak dicantumkan

Tempat dan tanggal penulisan resep

Lengkap Benar

Simbol R/ Lengkap BenarNama, umur, alamat pasien

Lengkap Tidak Benar Nomor rumah pasien tidak dicantumkan dan berat badan pasien tidak dicantumkan (anak kecil)

Inscription R/1R/2

Tidak Lengkap Tidak Benar - jumlah bahan obat tidak ditulis.

- Penulisan BSO obat pilihan harus ditulis didepan

-- Pada R/1Vitamin C

tidak dapat dipuyerkan karena sifatnya oksidasi

Subscriptio R/1R/2

Tidak Lengkap Tidak benar - Setelah penulisan numero tidak ada titik.

- Pada R/1 Penulisan peracikan obat seharusnya m.f.l.a pulv no. X

Signatura R/1R/2

Tidak Lengkap Tidak benar - Untuk R/1 Seharusnya ditulis S.t. d.d pulv. I dan dilengkapi apakah diminum a.c (ante cuenam)atau p.c (post cuenam)

- Untuk R/2 seharusnya ditulis s.p.r.n.t.d.d Cth. I dan dilengkapi apakah diminum a.c

(ante cuenam)atau p.c (post cuenam)

Paraf/Tanda tangan

R/1R/2

Lengkap Benar Paraf sudah dicantumkan

Identitas pasien

Lengkap Tidak Benar Nomor rumah pasien tidak dicantumkan dan berat badan pasien tidak dicantumkan (anak kecil)

B. Formula resep

Macam Formula : R/1 merupakan resep formula marginalis dan R/2 merupakan resep formula officinalis

3. Resep formula Magistralis yang kami anggap benar:

Remidium Nama Bahan Obat Khasiat/FungsiCardinale

1. Amoksisilin Merupaka antibiotic spectrum

luas golongan penisilin untuk

pengobatan infeksi pada telinga,

hidung, dan tenggorokan, gigi,

saluran genitourinaria, kulit dan

struktur kulit, dan saluran

pernapasan bawah

oleh Streptococcus spp, S.

pneumoniae, Staphylococcus

spp, H. influenzae., E.coli,

P.mirabilis, atau E.faecalis.

Amoksisilin juga bermanfaat

untuk pengobatan gonore akut

tanpa komplikasi oleh N.

gonorrhoeae.

Ajuvan - -Corrigensia - -Constituent - -

4. Resep formula Officinalis- Paracetamol syr

Komposisi : ParacetamolFungsi : obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan

untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam.

- Vitamin anak Komposisi : vitamin B kompleks dan vitamin CFungsi :

Thiamine (vitamin B1), berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi,

kesehatan jantung serta metabolisme karbohidrat.

Riboflavin (vitamin B2), berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker, mencegah

migren serta katarak.

Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien,

membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi dan gangguan pada

persendian.

 Asam pantothenate (vitamin B5), membantu system syaraf dan metabolisme,

mengurangi alergi, kelelahan dan migren. Penting bagi aktifitas kelenjar adrenal,

terutama dalam proses pembentukan hormon.

Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan meringankan

gejalahipertensi, asma serta PMS.

Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat,

pembentukan kuku serta rambut.

Asam Folic (vitamin B9), membantu perkembangan janin, pengobatan anemia dan

pembentukan hemoglobin.

Cobalamine (vitamin B12), membantu merawat system syaraf dan pembentukan sel

darah merah

Vitamin C

Berperan penting dalam pemulihan keadaan tubuh setelah sakit, membantu

pertumbuhan, memperbaiki mood, dan mengendalikan kolesterol.

5. Resep formula Spesialistis (Tidak ada)6. Resep dari obat Golongan Narkotika (Tidak ada)

C. Obat8. Dosis Obat

R/1Dosis obat seharusnya (Amoksisilin)Keterangan: * Rumus Young (anak 1-8 tahun)

Da = n

n+12× DM Ket : Da = dosis anak

n = umur anak DM = dosis maksimum

Dengan dosis maksimum 1500 mg/ hari Didapatkan dosis untuk anak 5 tahun 441 mg / hari, sehingga didapatkan dosis

persekali minum 147 mg.

9. Interaksi obat Pada R/1 terdapat ketumpangtindihan, dimana dalam pembuatan obat puyer,

boleh dicampurkan dengan vitamin sebagai bahan penambah saja, namun tidak boleh mencampurkan vitamin yang sifatnya oksidasi misalnya vitamin c seperti pada resep diatas.

10. Bentuk sediaan obat Bentuk sediaan obat yang dipilih1. R/1

e. Spesifikasi : puyerf. Keuntungan :

– Penyerapan oleh gastrointestinal cukup baik– Dosis obat secara tepat sesuai kebutuhan– Dapat diberikan untuk anak-anak yang sukar menelan tablet atau kapsul– Lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang

dipadatkang. Kerugian :

– Rasa pahit yang tidak enak dan tidak dapat disembunyikan– Dapat terjadi interaksi obat dalam satu resep puyer.– Pencampuran obat dalam puyer menyulitkan penelusuran reaksi alergi.

h. Ketepatan pemilihan– Bentuk sediaan obat yang tepat diberikan untuk anak usia 5 tahun adalah

bentuk tablet atau kapsul, akan tetapi bentuk puyer lebih tepat diberikan apabila anak mengalami kesulitan menelan.

2. R/2 & R/3a. Spesifikasi : sirupb. Keuntungan :

– rasa lebih enak– cocok diberikan untuk anak-anak yang sukar menelan– onset kerja cepat karena cepat diabsorpsi

c. Kerugian :– bahan obat tidak stabil dalam penyimpanan yang lama– dosis obat lebih tepat bila menggunakan bentuk tablet

d. Ketepatan pemilihan– Bentuk sediaan obat yang tepat diberikan untuk anak usia 5 tahun adalah

bentuk sirup Untuk formula Magistralis

a. Cara persiapan/peracikan BSOm.f.l.a pulv. no.X (misce fac lege artis pulveres nomero quindecem) artinya campur dan buatlah sesuai aturan puyer sebanyak dosis tersebut di atas menjadi 10 bungkus.

11. Simpulan - penulisan resep masih ada yang kurang lengkap

12. Penulisan Resep yang direkomendasikan:

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Dr. Putra Mataram,6 Juni 2013

R/ Tab Antasida no X S t.d.d.d tab I

Analisis 5

Nama struktur resep Sub struktur resep KoreksiKop resep Alamat lengkap instansi,

No Telp.Alamat lengkap instansi, no telp

Nama dokter Nama dokter Seharunya nama lengkap, sebaiknya mencantumkan SIP

R/ (pertama) BSO Sebelum nama obat di tulis BSOdosis Jika dimaksud merk dagang acublok hanya

tersedia satu sediaan tablet 150 mg.Aturan pakai Setelah 3 d.d. mencatumkan lambang Tab

diikuti jumlah IBaik kapan saja, sehingga tidak perlu dicantumkan . baik sebelum maupun sesudah makan

R/ (Kedua) BSO BS0 (Tab) di cantumkan sebelum nama obat

Dosis Tidak dicantumkan karena hanya satu sediaan . Sediaan ini merupakan kombinasi dari berbagai macam vitamin dan mineral. Tidak ada aturan tertentu, dosis dapat dinaikkan sesuai kebutuhan.

Aturan pakai Tidak ada aturan tertentuR/ (Ketiga) BSO BS0 (Tab) di cantumkan sebelum nama obat

Dosis Tersedia satu dosis tablet 10 mgAturan Pakai Diantara d.d dan jumlah tabel dituliskan

BSOnyaDiminum saat lambung dalam keadaan kosong, ½ sebelum makan.

Identitas Alamat Di perjelas. Menggunakan alamat pasien yang lengkap bukan asal instansi

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Dr. Putra Mataram,6 Juni 2013

R/ Tab Antasida no X S t.d.d.d tab I

Skenario

1. Seorang ibu hamil, 30 tahun datang memeriksakan kehamilannya yang kedua di Puskesmas. Saat

ini kehamilannya memasuki usia 4 bulan. Ibu tersebut mengeluh, dalam 1 minggu terakhir ini

sering sakit kepala. Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD 160/100, N: 86x/menit, P: 24x/menit,

edema tungkai (-). Sejak mengetahui dirinya hamil pasien rajin memeriksakan kandungannya,

pada ANC sebelumnya TD ibu tersebut selalu normal. Keluhan yang sama tidak dirasakannya

pada kehamilan pertama. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, ditemukan proteinuria

(+)., glukosa urine (-), oleh dokter yang merawatnya, pasien ini diberikan obat antihipertensi dan

analgetik.

Analisis:

1. Keluhan utama:

a. Ibu hamil 4 bulan sakit kepala

2. Pemeriksaan tanda vital:

a. Tekanan darah : 160/100 mengalami kenaikan dan termasuk hipertensi grade 2

b. Nadi : 86x/menit masih dalam batas normal

c. Pernapasan : 24x/menit meningkat, mungkin akibat kehamilannya

d. Suhu: masih belum diketahui

3. Pemeriksaan

a. Edema tungkai (-)

4. Pemeriksaan laboratorium :

a. Proteinuria (+)

b. Glukosa urine (-)

5. Diagnosa:

Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia

6. Tujuan pengobatan:

- Menurunkan tekanan darah dengan obat antihipertensi yang aman untuk ibu hamil

- Pemberian analgesik untuk meredakan nyeri kepala

Golongan obat yang bisa diberikan:

Obat antihipertensi:

- golongan diuretika

- golongan simpatolitik

- golongan calcium chanel blockers

- golongan ACE-inhibitor

- golongan ARB (angiotensin II receptor blocker)

- vasodilator

Obat analgesik

POSR

Obat antihipertensi

Golongan obat Efikasi (keuntungan) Suitability (kecocokan) Safety(keamanan)

DDiuretik

mengurangi volume plasma

dan cairan ekstrasel; juga

bisa menurunkan resistensi

perifer

Indikasi

Hipertensi ringan-

sedang dengan

fungsi jantung dan

ginjal normal

Kontraindikasi:

Belum diketahui

lebih jelas, diabetes

mellitus (tiazid

dapat menyebabkan

hiperglikemi karena

mengurangi sekresi

insulin).

Efek samping

Hipokalemia,

mengganggu kontrol

diabetes, hiperuricemia,

kejang otot,

meningkatkan rasio

LDL/HDL (Thiazide)

ACEI Menghambat pembentukan

angiotensin I menjadi

angiostensi II sehingga

mampu menurunkan

resistensi perifer TD

Tidak terjadi refleks takikardi,

diduga karena penyesuaian

kembali baroreseptor atau

peningkatan aktivitas

parasimpatis.

Penghambatan perubahan

Angiotensin I menjadi

Angiotensin II sehingga

terjadi vasodilatasi dan

penurunan sekresi aldosteron

Indikasi

Hipertensi ringan, sedang, berat.

Gagal jantung

Disfungsi ventrikel kiri

Nefropati akibat diabetes

Merupakan obat first line untuk pasien –pasien dengan DM (Terutama diindikasikan untuk hipertensi pada pasien diabetes)

Efek samping

Hiperkalemia, mulut kering,

batuk kering, edema

angioneuretik, mual, muntah

dispepsia, diare, konstipasi,

nyeri abdomen,

trombositopenia, nyeri

kepala, hipotensi,

hipoglikemi

Vasodilatasi secara langsung

akan menurunkan tekanan

darah, sedangkan

berkurangnya aldosteron

akan menyebabkan ekskresi

air dan natrium dan retensi

kalium

Juga diduga berperan dalam

menghambat pembentukan

angiotensin II secara local di

endotel pembuluh darah

ACE inhibitor memiliki

keuntungan khusus untuk

pasien DM dan akan

memperlambat

perkembangan dan

progresifitas diabetik

glomerulopati.

dapat memperbaiki

mikroalbuminuria.

Kontraindikasi

Bersifat teratogenik sehingga dikontraindikasikan untuk ibu hamil

Simpatolitik Mengurangi aktivitas saraf

simpatis ke jantung dan atau

pembuluh darah sehingga

menurunkan curah jantung

dan atau resistensi perifer

Indikadi Hipertensi

Kontraindikasi

Efek samping

Sedasi, mulut kering,

bradikardi, gangguan

pergerakan,

hiperprolaktinemia,

anemia, depresi, kongesti

hidung, hipotensi

ortotastik, diare, impoten

Calcium

Channel

Blockers

Menghambat masuknya

Ca2+ ke dalam otot polos

pembuluh darah sehingga

tidak terjadi

vasokonstriksi pembuluh

darah dan menurunkan

resistensi perifer yang

disebabkan oleh

angiotensin II,

perangsangan reseptor a.

Juga ke otot miokard

kontraktilitas miokard

menurun

dapat memperbaiki

mikroalbuminuria

Indikasi

Hipertensi

Hipertensi yang juga

menderita penyakit

asma bronchial.

Kontraindikasi:

Gagal jantung

Blokade jantung

Tidak boleh dikombinasi dengan beta blockers

Dizziness, hipotensi,

flusing.

Sakit kepala, pusing,

edema perifer, bradikardi,

dan konstipasi (terutama

verapamil pada orang tua).

ARB Menghambat efek

angiostensi II sehingga

merelaksasi otot polos dan

mengakibatkan vasodilatasi,

Meningkatkan retensi

garam dan air di ginjal,

menurunkan volume

plasma, dan mengurangi

hipertropi sel.

Sub tipe reseptor

angiostensi II ada 2 yaitu

AT1 dan AT 2. AT 1

terutama ditemukan pada

jaringan vaskuler dan

miokradium serta di otak,

ginjal dan sel-sel

glomerulus adrenal yang

mensekresi aldosteron.

Sedangkan AT2 banyak

ditemukan pada medul

adrenal, ginjal dan SSP.

dapat memperbaiki

mikroalbuminuria

Indikasi:

hipertensi

pasien yang tidak mentoleransi ACEI

hipertensi pada DM tipe 2 dgn nefropati

Kontraindikasi

Kehamilan trimester 2-3

Efek samping:

Biasanya ringan pusing,

hiperkalemi, angioedema,

tidak menyebabkan batuk

Vasodilator vasodilatasi langsung

terhadap pembuluh darah

sehingga menurunkan

tekanan darah dengan cepat

Indikasi:

digunakan pada hipertensi yang resisten dan kasus kegawatdaruratan terutama pada kehamilan

Kontaindikasi:

Efek samping

Takikardi, angina pektoris,

retensi air, mual-muntah

(hidralazin dan minoksidil)

Mual-muntah, otot

berdenyut, keracunan sianida

(nitroprussid)

Takikardi berat, mual-

muantah, hipotensi yang

berkepanjangan (diazoxid)

Skoring

Golongan Obat Efikasi Suitability Safety

Diuretik 60 60 70

ACEI 70 70 10

Simpatolitik 80 80 60

Calcium Channel

Blockers

80 80 90

ARB 60 60 60

Vasodilator 70 70 70

Golongan obat yang dipilih adalah golongan calcium chanel blockers

Nama

Obat

Efikasi Suitability Safety

Nifedipin Vasodilator yang selektif,

kerjanya cepat dan efek ke

jantung kurang. Merupakan

antihipertensi poten,

dimana responnya lebih

bermakna pada tekanan

darah yang lebih tinggi.

Cocok untuk terapi

hipertensi ringan, sedang

dan berat.

Indikasi:

Pengobatan dan pencegaha

insufisiensi koroner (terutama

angina pektoris setelah infark

jantung) dan sebagai terapi

tambahan pada hipertensi.

Kontraindikasi:

Hipersensitifitas terhadap nifedipin

Efek samping:

takikardi, sakit

kepala, edema

perifer, pemberian

terhadap wanita

hamil harus dengan

pertimbangan yang

hati-hati.

Verapamil Efek vasodilatasi dan efek

pada jantung sedang.

Indikasi:

Hipertensi

Kontraindikasi:

Hipotensi (tekanan sistolik kurang

dari 90 mmHg), syok kardiogenik,

infark miokard akut terkomplikasi,

gangguan konduksi berat (blok

atrio-ventrikular derajat 2 dan 3,

blok sinoatrial), sick sinus

syndrome, fibrilasi atrium atau

atrial flutter dengan suatu saluran

bypass aksesoris, miastenia gravis.

Efek samping:

pusing, sakit kepala,

edema, bradikardi

Diltiazem Memiliki efek paling besar

ke jantung

Indikasi:

Pencegahan dan terapi angina,

hipertensi

Kontraindikasi:

Bradikardia berat, gagal jantung

kiri disertai dengan bendungan

paru, blok atrioventrikel jantung

Efek samping:

pusing, sakit kepala,

edema, bradikardi

derajat 2-3 (kecuali memakai

pacemaker), sick sinus syndrome,

porfiria, kehamilan, dan menyusui.

Skoring

Golongan

obat

Efikasi Suitability Safety

Nifedipin 80 80 80

Verapamil 70 70 60

Diltiazem 70 70 20

Jadi obat anti hipertensi yang digunakan untuk ibu hamil tersebut adalah nifedipin bentuk sediaan

tablet dengan dosis 10 mg diminum tiga kali sehari setelah makan.

Golongan Obat Analgetika

Analgetik non opioid: Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada

enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator

nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini

adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim

COX  pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator

nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.

Analgetik opioid : Analgetik opioid mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat

kuat dengan titik kerja yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP). Umumnya dapat

mengurangi kesadaran dan  menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Analgetik

opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk

mengatasi nyeri yang hebat.

Golongan Obat

Efficacy Safety Suitability

Analgesik opioid

Meningkatkan opiod pada reseptor sehingga menghasilkan pengurangan masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion K+ ke dalam sel, pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin, dan peptida penghantar nyeri, seperti substansi P, dan mengakibatkan transmisi rangsang nyeri terhambat

Toleransi dan ketergantungan Depresi pernafasan Hipotensi

KI:

Analgesic non opioid

Memblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX  pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri

gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit

KI:

Pemilihan golongan obatnya yaitu golongan analgetik non opioid karena dapat mengurangi

mediator nyeri dan relative aman pada ibu hamil, serta tidak menimbulkan efek

ketergantungan.

Pemilihan Obat

Obat Efficacy Safety Suitability Cost

Aspirin/ salisilat mengurangi produksi prostaglandin tromboksan, aspirin juga dapat mencegah penggumpalan darah dan bertindak sebagai sebuah antikoagulan. Daya kerja antipiretik dan analgetik dari pada Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.

Sindrom reye, gangguan ginjal, mengantuk, sakit kepala, gangguan lambung, nyeri ulu hati

KI: ulkus lambung dan duodenum, penderita yang sedang terapi dengan antikoagulan, penderita hemofolia dan trombositopenia

Rp

Paracetamol/ Acetaminophen

menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna.Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala,mialgia,nyeri pasca persalinan dan keadaan lain

Kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati

KI: Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap obat ini

Rp

Indometachin lebih efektif   daripada aspirin, merupakan obat penghambat prostaglandin terkuat

nyeri             abdomen,diare, pendarahan saluran cerna, pancreatitis, nyeri kepala

KI:Ibu hamil

Rp

Meclofenamate Merupakan turunan         asam fenamat ,mempunyai waktu paruh pendek,efek samping yang serupa           dengan obat-obat AINS baru yang lain dan tak ada keuntungan lain yang          melebihinya.obat ini meningkatkan efek antikoagulan oral

Diare, hipermagnesemia (pada pasien insufisiensi ginjal).

KI:gangguan ginjal

Ibuprofen ibuprofen adalah golongan obat antiinflamasi non- steroid yang mempunyai efek antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Obat ini menghambat prostaglandin dan dengan kadar 400 mg atau lebih digunakan dimana rasa nyeri dan inflamasi merupakan gejala utama

gejala saluran cerna KI : pada pasien yang menderita polip hidung ,angioedema, dan reaktivitas bronkospastik terhadap           aspirin

Phenylbutazone (Butazolidin)

untuk pengobatan artristis rmatoid,dan berbagai kelainan otot rangka.obat ini mempunya efek anti-inflamasi yang kuat.

agranulositosis, anemia aplastik,anemia hemolitik,dan nekrosis tubulus ginjal.

KKI : Udem, dekompensasi jantung, ulkus lambung, riwayat diskrasia darah, anak berusia kurang dari 14 tahun, kerusakan ginjal dan hati, hipersensitif terhadap Fenilbutazon.

-     Penderita

dengan hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan gangguan fungsi hati sehubungan dengan sifatnya yang menyebabkan retensi air dan natrium

Piroxicam (Feldene)

struktur          baru.waktu paruhnya panjang untuk pengobatan artristis rmatoid,dan berbagai       kelainan otot rangka

tinitus ,nyeri kepala,dan rash

KI: Penderita yang hipersensitif terhadap piroksikam dan penderita yang mengalami urtikaria, angioderma, bronkospasme, rinitis berat dan syok akibat Antiinflamasi Nonsteroid Agent

Diclofenac (Voltaren)

penghambat         siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi,analgetik, dan antipiretik.   waktu parunya pendek. dianjurkan untuk pengobatan artristis rmatoid,dan     berbagai kelainan otot rangka

distres saluran cerna, perdarahan      saluran cerna,dan tukak lambung

KI: Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma, urtikaria atau alergi pada pemberian aspirin atau NSAIA lain- Penderita tukak lambung.

Skor penilaian obat Analgesik non opioid:

Obat Efficacy Savety Suitability CostAspirin/ salisilat 70 60 70 90Paracetamol/ Acetaminophen

90 100 90 90

Indometachin 70 80 70 85Meclofenamate 80 70 70 80Ibuprofen 75 75 80 90Phenylbutazone (Butazolidin)

85 80 70 80

Piroxicam (Felden

80 80 80 85

Diclofenac (Voltaren)e)

75 80 70 80

Obat yang digunakan adalah parasetamol karena parasetamol merupakan

golongan obat golongan non opioid yang menghambat siklooksigenase sehingga

konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat

siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih

kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik

yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai

efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan Parasetamol

hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol

tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini

menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan

blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan

menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian

prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain,

seperti latihan fisik.

Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri

sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan

sampai sedang sehingga cocok digunakan ketika nyeri pada saat kehamilan.

Jadi obat yang digunakan adalah parasetamol yang digunakan dengan dosis 2x500 mg

per hari setelah makan.

Resep:

Seorang laki-laki 40 tahun dating berobat ke praktek dokter swasta dengan keluhan lapar, haus dan sering kencing sejak 1 bulan terakhir. Hasil anamnesis, pasien memiliki riwayat DM dalam keluarganya. Setelah dilakukan pemeriksaan Didapatkan tekanan darah pasien 170/100, N: 80 x/menit, dan P: 20x/menit, TB 160 cm, BB 90 kg. oleh dokter yang memeriksanya, pasien kemudian dirujuk ke laboratorium untuk memeriksa gula darahnya. Gula darah yang diminta oleh dokter adalah gula darah puasa pasien dan 2 jam setelah makan. Dari hasil lab ditemukan GDP : 200 mg/dl, GD 2 jam PP 20 mg/dl, kolesterol total 250 mg/dl, TG 300 mg/dl, HDL 30 mg/dl, dokter kemudian meresepkan obat 2 macam

dr. Anggy

SIP No: 300/010030/UP/DINKES

Praktek:Jl. Kesejahteraan I Mataram,

Telp 0370 655555

Mataram, 28 Juli 2013

R/ Nifedipin 10 mg No XXX

S t.d.d 1 tab pc

R/Parasetamol 500 mg No XX

S p.r.n t.d.d 1 tab pc

Nama : Ibu Basuki

Umur : 30 tahun

Alamat: Jl. Tulip Mataram

antidiabetik oral, antihipertensi dan obat hiperkolesterol golongan HMG CoA reduktase Inhibitor.

Diagnosis DM menurut ADA

Dan menurut Cholesterol Education Program: Panduan terapi Untuk orang dewasa (2001)

Ideal (mg/dl) Perbatasan Tinggi (mg/dl)

Tinggi (mg/dl)

Kolesterol Total <200 200 – 239 >240Kolesterol LDL <130 130 – 159 > 160Kolesterol HDL >60

Laki-laki >40 Perempuan > 50

Trigliserida <120 120 – 199 >200

Diagnosa Hipertensi menurut JNC7

Analisis Skenario

Golongan Obat Tujuan PemberianAntidiabetik oral Digunakan untuk menurunkan kadar

glukosa darah pasien,Antihipertensi Obat yang digunakan untuk menurunkan

tekanan darah pasien, dengan mekanisme mengurangi volume darah(diuretic), mengurangi tahanan vascular tepi, menghambat fungsi jantung, dan meningkatkan pembendungan darah vena di vena di pembuluh-pembuluh vena kapasitan(Simpatoplegik), mendilatasi pembuluh darah resisten dan meningkatkan kapasitan(vasodilator), mengurangi tahanan vascular perifer dan volume darah secara potensial dengan menghambat produksi dan kerja angiostensin.

Obat hiperkolesterol golongan HMG CoA reduktase Inhibitor

Menurunkan kadar trigliserida plasma, kemampuan menurunkan trigliserida plasma pada level sedang, sedikit memiliki efek menaikan kadar HDL.

Obat-obat Antidiabetik Oral

Jenis Antidiabetik Mekanisme kerjaInsulin Secretagogue Meningkatkan Pelepasan insulin di pancreasBiguanid Mekanisme sebernarnya belum diketahui,

menurunkan kadar gula darah tidak bergantung pada sel β yang berfungsi, hipotesis mengenai mekanisme kerjanya berupa,

a. Penurunan gluconeogenesis, di hati dan ginjal

b. Perlambatan absorpsi glukosa di saluran cerna dengan meningkatkan konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit,

c. stimulasi langsung glikolisis jaringan dengan peningkatan bersihan glukosa dari darah, dan

d. menurunkan kadar glukagon darah.Tiazolidinedion Berkerja dengan menurunkan resistensi

insulin, melibatkan gen yang mengatur metabolism lipid, glukosa dan deferensiasi adiposit.

Inhibitor α-glukosidase Mengurangi penyerapan pati dan disakarida setelah makan.

Obat yang dipilih untuk digunakan pada pasien adalah

Obat antihipertensi yang dipilih golongan diuretic : Catopril karena obat ini dapat mengurangi resiko kardiovaskular dan memberikan efek nefroproteksi. Dimana katopril memiliki 3 sedian dosis 12,5, 25, dan 50 mg. cara minum:

Obat Antidiabetes yang dipilih adalah Metformin(sediaan 500 mg) dan Glibenklamid (sediaan 5 mg)

Obat hiperkolesterol golongan HMG CoA reduktase Inhibitor : Simvastatin, sediaan dosis 5, 10, 20 mg)

Cara penulisan Resep:

Seorang mahasiswa berumur 18 tahun datang ke poliklinik UNRAM dengan keluhan nyeri

ulu hati yang dialami sejak kemarin. Mahasiswa tersebut juga merasa mual dan ingin muntah.

Sejak kuliah dia memang sudah sering mengalami keluhan yang sama, namun beberapa hari

terakhir keluhan memberat. Dari anamnesa dokter diketahui belakangan ini ia memang sangat

sibuk dengan tugas kuliah sehingga merasa stress dan sering telat makan. Dokter memberikan

obat berupa antasida yang dikombinasi dengan simetikon, obat anti mntah dan H2 bloker.

A. Permasalahan

Nyeri ulu hati

Disertai rasa mual dan ingin muntah

Keluhan telah dirasakan sejak awal kuliah

Sangat sibuk dengan tugas kuliah

Dipengaruhi faktor pskologi (stress) dan sering telat makan

B. Diagnosa Kerja

Stress dan kebiasan terlambat makan akan berpotensi meningkatkan sekresi asam

lambung sehingga menimbulkan keluhan seperti nyeri ulu hati, mual dan muntah.

C. Tujuan Terapi

Menekan produksi asam lambung.

D. Golongan Obat dan Nama Obat

1. Antasida

Pada umumnya antasida berisi kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium

hidroksida, bekerja dengan cara menetralkan asam lambung dan menginaktifkan

pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin

berkurang.

Antasida dapat diindikasikan unuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan

dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada duodenum

dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan

perasaan penuh pada lambung.

Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala

tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan. Pemberian bersama Simetidin

atau Tetrasiklin dapat mengurangi absorpsi obat tersebut.

2. Simetikon

Menyebabkan perubahan tekanan pada gelembung gas, menyebabkan buih

gelembung kollaps, dan mencegah timbulnya gas pada sistem gastrointestinal.

Diindikasikan pada kembung dan rasa kurang nyaman pada perut karena kelebihan

gas, distensi perut dan dyspepsia sebagai zat anti busa pada radiografi dan endoskopi

saluran pencernaan. Kontraindikasi pada hipersensitifitas terhadap simetikon,

perforasi dan obstruksi usus. Efek samping : diare, mual, muntah, sakit kepala.

Sediaan tablet 80mg & 125mg, kapsul : 125mg dan 180mg, tablet kunyah : 80mg dan

125mg, suspensi oral 20mg/0.3mL dan 40mg/0.6mL.

Dosis :

Dewasa : 40-360 mg peroral setiap 6 jam sehari, setelah makan dan sebelum tidur,

dosis tidak boleh lebih dari 500 mg/hari

Anak-anak : <2 tahun : 20 mg (0.3 mL) peroral setiap 6 jam sehari, setelah makan dan

sebelum tidur, dosis tidak boleh lebih dari 120 mg/hari

2-12 tahun : 40 mg (0.6 mL) peroral setiap 6 jam sehari, setelah makan dan sebelum

tidur, dosis tidak boleh lebih dari 240 mg/hari

>12 tahun : 40-360 mg peroral setiap 6 jam sehari, setelah makan dan sebelum tidur,

dosis tidak boleh lebih dari 500 mg/hari

3. Antasid Combos

Merupakan kombinasi antasida dan simetikon. Antasida bekerja dengan cara

menetralisir asam lambung, meningkatkan pH lambung. Penambahan simetikon

berfungsi untuk mengurangi efek samping antasida dengan cara mengurangi produksi

gas yang ada di saluran pencernaan.

4. Penghambat Sekresi asam lambung

Zat penghambat sekresi asam dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut

mekanisme kerjanya, yaitu:

a. Antagonis reseptor H2/ARH2

Obat-obat ini menempati reseptor histamine-H2 secara selektif di permukaan sel

parietal, sehingga sekresi asam lambung dan pepsin akan berkurang. Efektivitas

ARH2 pada penyembuhan tukak lambung dang usus dengan terapi kombinasi

melebihi 80%. ARH2 paling efektif untuk pengobatan tukak duodeni yang khusus

berkaitan dengan masalah hiperasiditas. Pada terapi tukak lambung, obat ini

kurang tinggi efektivitasnya. Simetidin, ranitidin, dan nizatadin (Naxidine) dapat

melintasi plasenta dan mencapai air susu, sehingga tidak boleh digunakan oleh

wanita hamil, tidak pula oleh ibu-ibu yang menyusui. Famotidine dan roksatidin

belum memiliki cukup data.

b. Penghambat pompa proton (PPI)

Obat-bat ini mengurangi sekresi asam (yang normal dibuat) dengan cara

menghambat enzim H+/K+-ATPase secara selektif dalam sel-sel parietal.

Kerjanya panjang akibat kumulasi di sel-sel tersebut. Kadar penghambatan asam

tergantung dari dosis dan pada umumnya lebih kuat daripada ARH2.

c. Antikolinergik

Obat-obat ini menghambat kegiatan muskarinik dari asetilkolin, yang dalam

saluran cerna berefek menekan sekresi getah lambung dna motilitasnya

(peristaltik). Namun, penggunaan obat ini juga dapat menimbulkan efek

antikolinergik lain, seperti mulut kering dan gangguan fungsi jantung, mata,

ginjal, dan otot polos. Efek tersebut telah membatasi penggunaan antikolinergik

klasik, seperti atropine dan propantelin. Penggunaan secara ilmiah mengenai

efektivitasnya pada terapi tukak belum terbukti, sehingga kini jarang digunakan

lagi.

d. Analog Prostaglandin-E1

Misoprostol (Cytotec) menghambat sel parietal secara langsung. Obat ini juga

melindungi mukosa dengan cara menstimulasi produksi mucus dan bikarbonat.

Maka ditambahkan pada terapi dengan NSAIDs.

5. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antiemetik dapat dibedakan menjadi:

a. Antikolinergik

Obat-obatan ini efektif dalam segala jenis muntah, dan banyak digunakan pada

mabuk darat dan mual kehamilan. Efektifitasnya berdasarkan sifat

antikolinergiknya dan mungkin juga karena blockade reseptor h1 di CTZ.

b. Antagonis dopamin

Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang disebabkan oleh efek samping obat.

Mekanisme kerjanya melalui erintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah

dengan jalan blockade reseptor dopamin.

c. Antagonis serotonin

Mekanisme kerja belum jelas, diduga karena blokade serotonin yang memicu

reflex muntah dari usus halus dan rangsangan terhadap CTZ. Terutama efektif

selama hari pertama terapi dengan sitostika yang bersifat emetogen kuat, juga

pada radioterapi.

d. Kortikosteroid

Efektif untuk muntah-muntah yang disebabkan sitostatika. Mekanisme kerjanya

tidak diketahui. Penggunaanya seringkali bersamaan suatu antagonis serotonin.

e. Benzodiazepin

Mempengaruhi system kortikal/limbic dari otak dan tidka mengurangi frekuensi

dan hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasien terhadap peristiwa

muntah. Terutama lorazepam.

f. Kanabinoida

Efektif pada dosis tinggi untuk sitostatika. Di beberapa Negara, obat ini termasuk

golongan narkotika. Dosis tinggi menimbulkan halusinasi dan gejala paranoid.

E. Pilihan Terapi:

1. Kombinasi antasida dan simetikon

Nama obat

Efficacy Safety Suitability Dosis Cost Skor

Maalox plus (mg-hidroksida 200mg, al-hidroksida 200-225mg, simetikon 25mg per tab/5 ml susp)

Cara kerja : menetralisir asam lambung, meningkatkan pH lambung, serta efek simetikon yang mengurangi gas pada lambung.T ½ : puasa= 20-60 menit1 jam setelah makan = sampai 3 jam

Indikasi : antasida untuk mengatasi hiperasiditas (kelebihan asam) yang menyertai tukak lambung gastritis esofagus atau hiatus hernia dengan gejala perasaan panas, perih di ulu hati, menghilangkan kembung.KI: hipersensitif terhadap obat tersebut

ES: rasa yang tidak enak, konstipasi, feses keras, kram perut, mual, muntah, intoksikasi aluminium, hipofosfatemia, osteomalasia, diae, hipermagnesemiaPerhatian:Dapat meningkatkan atau menurunkan kecepatan absorpsi obat oral lainnya dengan merubah waktu transit pada GI atau dengan mengikat obatnya

5–10 mL 4 kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) atau jika dibutuhkan; Anak-anak: <5th 5 mL 3 kali sehari, >5th seperti dewasa

Botol 150 ml susp. Rp. 27.500,-; botol 50 tab Rp,- 24.200

60

Actal plus (Al-hidroksida 200mg, Mg-hidroksida 150mg, simetikon 25mg)

Cara kerja: menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Di samping itu efek laksatif dari Magnesium

I: mengurangi gejala berhubungann dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus 12 jari, dengan gejala mual, nyeri lambung, dan nyeri ulu hati dan perasaan penuh

ES: sembelit, mual, muntah, gejala akan hilang bila pemakaian obat dihentikan

Dewasa: sehari 3-4x 1-2 tablet, anak-anak 6-12th sehari 3-4x ½-1 tablet. Diminum 1 jam sebelum atau 2 jam setelah

Dus 3x10 tab Rp. 13.500,-

80

hidroksida akan mengurangi efek konstipasi dari Aluminium Hidroksida, serta efek simetikon menyebabkan perubahan tekanan pada gelembung gas yang menyebabkan kembung.

pada lambungKI: penderita dengan gangguan fungsi ginjal parah, karena dapat menimbulkan hipermagnesia

makan dan menjelang tidur, sebaiknya tablet dikunyah dahulu.

2. Antagonis reseptor H2

Nama Obat Eficacy Suitability Safety Cost

Simetidin Bekerja dengan

menghambar

reseptor H2 di

lambung, SSP

dan pembuluh

darah. Seluruh

sekresi asam

baik alamiah

maupun yang

disebabkan oleh

rangsangan

makanan,

insulin atau

kafein. Produksi

pepsin dan

seluruh getah

lambung

berkurang,

pHnya dapat

meningkat

sampai pH 6-7.

Indikasi:

Terapi dan

profilaksis

tukak

lambung-

duodenum

GERD ringan-

sedang

Sindroma

Zollinger-

Ellison

T ½ singkat,

hanya 2 jam.

Melintasi barrier

darah-otak.

Dalam hati hanya

25%

dibiotransformasi

menjadi

sulfoksidanya,

yang bersama

ES: diare

sementara, nyeri

otot, pusing,

reaksi kulit,

impotensi dan

ginekomasti

(penggunaan

jangka lama),

memperpanjang

waktu

perombakan

obat karena

merintangi

enzim oksidatif

hati.

Gastritis: 1 dd

800mg setelah

makan malam

Ulkus peptikum

2 dd 400 mg

pada wktu

makan dan

sebelum tidur

selama 4

minggu dan

maksimum 8

minggu

Dosis

pemeliharaan:

400mg malam

hari selama 3-6

bulan

4-6 dd 200mg

IV

Skor: 80

sisanya yang

tidak diubah

diekskresikan

terutama melalui

ginjal. Guna

menghambat

resorpsinya dari

usus agar supaya

efeknya bertahan

lama, tabet harus

ditelan waktu

makan.

Ranitidin Memiliki daya

penghambat

asam lebih kuat

daripada

simetidin tetapi

lebih lemah

daripada PPI.

Resorpsi cepat

dan baik, tidak

dipengaruhi

makanan.

Eksresinya

melalui kemih

terutama dalam

keadaan utuh.

Indikasi

Gastritis, tukak

lambung dan

digunakan

sebagai terapi

tambahan pada

pengguna

prednisone untuk

menghindari

keluhan lambung

ES: mirip

simetidin tapi

tidak

menimbulkan

ginekomasti

(karena tidak

bersifat

antiandrogen)

dan efek-efek

psikis (perasaan

kalut)

1 dd 300mg

sesudah makan

malam, selama

4-8 minggu

Profilaktif: 1 dd

150mg, IV 50

mg sekali

Skor: 90

Famotidin Farmakokinetik

menyerupai

ranitidin. Daya

penekanan

sekresi lebih

kuat daripada

ranitidin. Plasma

Indikasi:

Esophagitis,

tukak lambung-

duodenum

Menyerupai ES

ranitidin

Esophagitis: 2

dd 20-40 mg

Tukak lambung-

duodenum 1 dd

40 mg malam

hari p.c. selama

t ½ 3 jam 4-8 minggu

Profilaksis: 1 dd

20 mg

Skor: 80

Roxatidin Plasma t ½ 6-7

jam

Esophagitis: 2

dd 75 mg

(garam asetat-

HCl) selama 6-8

minggu

Tukak lambung-

duodenum 1 dd

150 mg malam

hari selama 4-6

minggu

Profilaksis: 1 dd

75 mg malam

hari.

Skor: 80

Penulisan Resep:

Resep yang diberikan berupa kombinasi antasida-simetikon untuk mengatasi gejala akut dan

ARH2 untuk profilaksis. Ranitidine dipilih karena penyerapannya tidak dipengaruhi oleh

makanan, sehingga efek obat akan tetap optimal meski pasien memiliki riwayat makan yang

tidak teratur.

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAMJalan Pendidikan no 18, Ampenan

No. Telp. (0370) 626632SIP No: 006/030/UP/DINKES

dr. Cantik

Mataram, 1 Juli 2013

R/ Actal Plus tab no. XII

s.p.r.n t.d.d tab. II u.h.a.c*

Paraf

R/ Ranitidin 150 mg no. XX

∫ 1 dd I tab p.c**

Paraf

Pro : Nn. X

Umur : 18 tahun

Alamat: Jalan langko no.12 Dasan Agung

* : tandai : bila perlu 3x sehari masing-masing 2 tablet, berikan 1 jam sebelum makan

**: tandai: 1x sehari masing-masing 1 tablet, berikan setelah makan

NAMA DOKTERALAMAT

SIP

MATARAM, 30 JUNI 2013

R/ Sirup Bodrexin Pilek Alergi 56 mls.t.t.d Cth IParaf

R/ Eliksir Tusapres Sandoz 60 mls.t.t.d Cth IParaf

R/ SIrup Bodrexin Demam 60 mls.t.t.d Cth IParaf

R/ Sirup Chloramex Actavis 60 mls.t.t.d Cth IParaf

Nama :Umur:Alamat:

4. Seorang anak laki-laki, umur 4 tahun , dibawa ke Puskesmas dengan batuk pilek dan demam sejak kemarin. Pasien mempunyai riwayat sakit asma yang sering kambuh jika batuk pilek. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: suhu 38,5 C, ronchi basah (+) dikedua lapang paru, wheezing positif. Dokter kemudian memberikan penatalaksanaan berupa mukolitik dan ekspetoran, analgetik dan bronkolitik, serta antibiotik.

Resep:

R/ Sirup Bodrexin Pilek Alergi 56 ml

s.t.t.d Cth I

R/ Eliksir Tusapres Sandoz 60 ml

s.t.t.d Cth I

R/ SIrup Bodrexin Demam 60 ml

s.t.t.d Cth I

R/ Sirup Chloramex Actavis 60 ml

s.t.t.d Cth I

Catatan:

1. Kandungan Bodrexin Pilek Alergi: Pseudoefedrin HCL 7,5 mg, Chlorpeniramine maleat 0,5 mg. Indikasi: meredakan rhinitis alergi, bersin-bersin dan hidung tersumbat. Kontraindikasi: peka terhadap obat simpatomimetik lain, hipertensi berat. Perhatian khusus pada gangguan fungsi ginjal, hipertensi ,galukoma, hipertrofi fosfat, retensi urin. Efek samping: gangguan gastrointestinal, gangguan psikomotorik, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, insomnia, eksitasi,tremor, kesulitan berkemih, mengantuk. Sirup rasa jeruk 56 mL x 1(Rp 4.909)

2. Kandungan Eliksir Tusaprez Sandoz 60: Theophylline 50 mg, glyceril guailcolate 40 mg, diphenhydramin HCL 12,5 mgIndikasi mencegah dan mengobati asma bronchial, asma alergi, broonkitis kronis, emfisema, gangguan nafas lain karena batuk, konstriksi

bronkik, mucus sputum berlebihan. Efek samping: mual, muntah nyeri epigastrium. Sediaan 60 mL (Rp 18.000)

3. Kandungan Sirup Bodrexin demam:Parasetamol. Indikasi: menurunkan demam, termasuk pasca demam imunisasi, meredakan nyeri misalnya sakit kepala, sakit gigi. Kontraindikasi: gangguan fungsi ginjal dan hati. Efek samping:kerusakan hati. Sediaan sirup (rasa jeruk) 120 mg/5 mL x 60 mL x 1 (Rp4.545)

4. Kandungan Sirup Chloramex Actavis: Kloramfenikol 60 ml. Indikasi: demam tifoid dan paratifoid, infeksi berat disebabkan oleh karena Salmonela sp, H influenza, riketsia. Pemberian obat: berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Kontraindikasi: gangguan fungsi hati dan ginjal berat. Efek samping; depresi sumsum tulang, anemia aplastik, ruam kulit, urtikaria. Interaksi obat: dikumarol, fenitoin, tolbutamid, fenobarbital. Sediaan Kapsul 250 mg x 500 (Rp 175.000). 500 mg x 100 (Rp 110.000). Sirup 125 mg/4 mL x 60 mL x 1 (Rp 11.000).

a. Keluhan

demam: 38,5oC

batuk berdahak dan pilek

b. Diagnosis

ISPA

c. Tujuan Pengobatan

Meminimalisasi atau menghilangkan keluhan demam, serta batuk dan pilek.

Keluhan ini juga dihilangkan untuk mencegah terjadinya sesak pada anak tersebut, karena

pada riwayat dahulu anak tersebut mengalami sesak jika batuk dan pilek.

Keluhan diminimalisasi atau dihilangkan dengan menggunakan obat yang mempunyai efek

samping sedikit atau tidak ada.

d. Pemilihan Obat Sesuai Tujuan Terapi

Antipiretik : berfungsi sebagai penurun demam

Mukolitik : berfungsi sebagai memecah ikatan disulfida pada mukus

Ekspektoran : berfungsi sebagai obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak di saluran

napas

Dengostan : berfungsi sebagai vasokontriksi, menciutkan mukosa yang membengkak, dan

memperbaiki ventilasi sehingga menghilangkan gejala hidung tersumbat

Salbutamol : berfungsi untuk meringankan obstruksi saluran napas yang reversibel.

Kemanjuran (Efficacy)

Keamanan (Safety) Kecocokan (Suitability) Cost

Antipiretik ParasetamolDosis : 1- 5 th 120-250 mg diulangi tiap 4-6 jam (maksimum 4 kali dosis dalam 24 jam)Sediaan : 60 ml/botol dengan 120 mg/5ml sirup

Cara kerja : menghambat enzim COX 3

Efek samping : jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi ruam kuli, trobositopenia, leucopenia, neutropenia, hipotensi, kerusakan hati, kerusakan ginjal 9over dosis)

Indikasi : pireksiaPeringatan : gangguan fungsi hati, ggangguan fungsi ginjal, ketergantungan alcohol,

Ibuprofen3-7 th : 100-125 mg 3-4 kali sehari

Cara kerja : NSAID

Efek samping : sering terjadi iritasai saluran cerna dengan perdarahan ringan yang asimptomatis, bronkospeasme, reaksi kulit pada pasien hipersensitivitas

Indikasi : menurunkan demam pada anak – anakPeringatan : ibu menyusuiKontaindikasi :

Mukolitik AmbroksolDosis : Sirupusia 2-6 tahun 3 kali sehari ½ sendok takarSediaan : 60 ml/botol dengan 15 mg / 5 ml

Mengencerkan secret saluran napas dengan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.

Efek samping- reaksi intoleran pernah

dilaporkan tetapi jarang terjadi

- Efek samping ringan pada saluran cerna pernah dilaporkan

- Reaksi alergi, seperti reaksi pada kulit, pembengkakan wajah, dispnea, demam, tapi jarang terjadi.

Indikasi : Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis, khususnya pad aeksaserbasi bronkhitis kronis dan bronkhitis asmatik dan asma bronkhial.Peringatan : ambroksol hanya digunakan selama kehamilan terutama trimester I, dan menyusui jika benar-benar dibutuh ambroksol tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lamaKontraindikasi: hipersensitif terhadap ambroksol

AsetilsisteinDosis : Nebulasi 1 ampul 1-2 kali sehari selama 5 -10 hari

Menurunkan viskositas sekret paru pada pasien radang paru.

Efek samping: pada penggunaan sistemik menimbulkan reaksi hipersensitifitas seperti ultikaria dan bronkospasme, tapi jarang terjadi.Pada penggunaan aerosol terjadi iritasi nasofaringeal dan saluran cerna. Seperti (rinore, stomatitis, mual, muntah)

Indikasi:- terapi hipersekresi mukus kental dan tebal pad saluran pernafasanPeringatan: pasien yang sulit mengeluarkan sekret, penderita asma bronkial, berbahaya untuk pasien asma bronkial akutKontraindiks: hipersensitif terhadap N-asetilsistein

BromheksinDosis :- tablet 5-10

tahun anak ½ tablet 3 x sehari

- sirup anak-anak 5-10 tahun 3x sehari 1 sendok takar (5 ml)

Mengencerkan secret saluran napas dengan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.

Efek SampingDapat terjadi mual dan diare, gangguan pencernaan, rasa penuh diperut tapi niasanya ringan.Pernah dilaporkan terjadi sakit kepala, vertigo, berkeringat banyak, dan gangguan kulit juga dapat terjadi peningkatan transaminase.

Indikasi: sebagai mukolitik meredakan batuk berdahakPeringatan: hati-hati digunakan pada penderita tukak lambung, dan wanita hamil terutama pada 3 bulan pertama, wanita menyusui.Interaksi: pemberian bersamaan antibiotik amoksisilin, seforaksin,

dosisiklin, akan meningkatkan konsentrasi antibiotikKontraindiksi: hipersensitif terhadap bromheksin

ErdosteinDosis :- anak-anak 15-19

kg, 175mg 2x sehari

- 20-3- kg, dosisnya 175mg 3x sehari

- >30kg, dosisnya 350mg 2 x sehari

Efek samping: tidak ditemukan efek terhadap saluran pencernaan dan efek sistemik

Indikasi : mukolitik, pembasah pada afeksi saluran nafas akut dan kronisPeringatan: hamil, menyusui, DM.Kontraindikasi : hipersensitif terhadap erdostein, pasien sirosis hati dan kekurangan enzim crystathioninmine sintetase, fenil ketonuria, pasien gagal ginjal (dengan kreatin klerens < 25 ml/min)

KarbosisteinDosis : anak-anak 2 -5 tahun 62,5 – 125 mg, 4 x sehari

Efek samping: kadangt-kadang iritasi saluran cerna, ruam

Indikasi : mengurangi viskositas sputumKontraindikasi: ulkus peptik aktif

Ekspektoran

Amonium Klorida Cara kerja secara umum : Diduga menstimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secararefleks melalui N. Vagus merangsang sekresi kelenjar pada salurannapas menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluarandahak

Efek samping : dalam dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati, ginjal dan paru-paru.

Umumnya digunakan dalam bentuk kombinasi dengan ekspektoranlain, mukolitik atau antitusif

Gliseril GuaikolatSehari 3 kali ½-1 tablet.

Mekanisme kerja sebenarnya belum jelas

Efek samping : Bisa digunakan sendiri atau dalam bentuk kombinasi seperti padaamonium klorida

Dekongestan

Efedrin hidroklorida 1-2 tetes tiap lubang hidung samapai 3-4 kali per hari jika dibutuhkan. Dianjurkan bila

Cara Kerja : merupakan zat simpatomimetik yang bekerja pada

Efek samping : Penggunaan lama sediaan topical (lebih dari 3 sampai 5 hari) dapat mengakibatkan rhinitis medicamentosa. Efek samping lain rasa terbakar, bersin, kekeringan mukosa nasal.

Indikasi : Obstruksi saluran napas yang reversibelKontraindikasi : hipertiroideisme, DM, Penyakit jantung iskemik, Hipertensi, gangguan

kekuatan tidak disebutkan tetes 0,5 %.

reseptor adrenergic pada mukosa hidung menyebabkan vasokontriksi, menciutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki ventilasi.

ginjal, lansia, interaksi dengan penghambat MAO.

Sistemik (oral) : Pseudoefedrin, Pseudoefedrin sustained-release.

Dosis : oral : anak 2-5 th = 15 mg tiap 4-6 jamSirup 2-5 th ; 2,5 ml 3 kali sehari

Cara Kerja :SDADekongestan oral memiliki onset kerja lebih lambat dibandingkan dengan obat topical tetapi bekerjalebih lama dan kurang menyebabkan iritasi lokal.

Efek Samping : Pada dekongestan oral dengan dosis tinggi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Indikasi : Obstruksi saluran napas yang reversibelKontraindikasi : hipertiroideisme, DM, Penyakit jantung iskemik, Hipertensi, gangguan ginjal, lansia, interaksi dengan penghambat MAO.

Salbutamol

Sediaan : 2 mg, 4 mg. dosis 1-2 mg 3-4 kali sehari per oral.

Cara Kerja : Agonis adrenoseptor beta 2 kerja pendek

Efek samping : mual, sakit kepala, palpitasi, tremor, vasodilatasi peripheral, takikardia dan hipokalemi yang kadng timbul setelah pemberian dosis tinggi. Hati – hati pemberian pada pasien tirotoksikosis, wanita hamil dan menyusui, pemberian bersamaan denga derivate xantin, steroid dan diuretic, hindari pemberian pada penderita hipertensi, jantung iskemik dan pasien usia lanjut,, hipertiroidisme, diabetes mellitus.

Indikasi : Asma bronchial, bronchitis asmatis dan emfisema pulmonumKontraindikasi : Hipersensitivitas.Interaksi Obat : Beta bloker seperti propanolol menghambat efek selbutamol.

Scoring

Golongan obat Kemanjuran (Efficacy)

Keamanan (Safety)

Kecocokan (Suitability)

Total Skor

Parasetamol 70 70 70 210Ibuprofen 0 0 0 0Golongan obat Kemanjuran

(Efficacy)Keamanan (Safety)

Kecocokan (Suitability)

Total Skor

Ambroksol 70 60 70 200Asetilsistein 0 0 0 0Bromheksin 70 40 70 180

Erdostein 60 60 70 190Karbosistein 60 50 70 180Golongan obat Kemanjuran

(Efficacy)Keamanan (Safety)

Kecocokan (Suitability)

Total Skor

Amonium KloridaGliseril GuaikolatGolongan obat Kemanjuran

(Efficacy)Keamanan (Safety)

Kecocokan (Suitability)

Total Skor

Efedrin hidroklorida

70 60 70 200

Pseudoefedrin 60 60 70 190Golongan obat Kemanjuran

(Efficacy)Keamanan (Safety)

Kecocokan (Suitability)

Total Skor

Salbutamol 70 60 70 200

Obat yang dipilih adalah Paracetamol sirup, Ambroksol sirup, Gliseril Guaiakolat, Efredrin tetes, Salbutamol.

Resep: dr. AyaSIP No: 300/010030/UP/DINKES

Praktek:Jl. Pemuda I Mataram,Telp 0370 655555

-----------------------------------------------------------------------------Mataram, 28 Juni 2013

R/ Syr Paracetamol ml 60 lag I S.p.r.n.q.d.d. Cth I

Paraf R/ Syr Ambroksol ml 60 lag I S.t.d.d. Cth ½ p.c.

Paraf

R/ Tab Gliseril Guayakolat mg 50 Sacch. Lact. q.s.

m.f.l.a. pulv d.t.d. no. XV s.t.d.d. pulv I

ParafR/ Gtt nasal Efredrin lag I s.p.r.n.t.d.d. gtt nasal II OD & OS

ParafR/ Tab Salbutamol mg 2

Sacch. Lact. q.s.m.f.l.a. pulv d.t.d. no. XVs.t.d.d. pulv I

Paraf

Pro: AndiUmur : 5 tahunAlamat : Jl. Pemuda No.45, Mataram

4. Balita, 16 bulan dibawa ke puskemas dengan keluhan utama BAB encer. BAB encer sudah terjadi sejak tadi malam disertai muntah. Dari anamnesis diketahui dengan lender dan bau amis. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum agak lemah, mata sedikit cekung, bibir kering, turgor lambat.

Analisa Kasus

Dari gejala diskenario, didapatkan bahwa pasien mengalami dehidrasi ringan/sedang. Hal ini di diperoleh melalui kriteria :

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:

Gelisah, rewel /mudah marah. Mata cekung. Haus, minum dengan lahap. Cubitan kulit perut kembali lambat.

Untuk penanganannya, tatalaksana menurut manajemen terpadu balita sehat 2008 berupa :

Beri cairan & makanan sesuai Rencana Terapi B (termasuk pemberian tablet Zinc) Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya:

o Rujuk SEGERA ke Rumah Sakit

o Jika masih bisa minum berikan ASI dan oralit selama perjalanan

Nasihati kapan segera kembali Kunjungan 5 hari jika tidak ada perbaikan

Penulisan Resep

Sediaan oralit yang tersedia perbungkusnya disiapkan untuk membuat sekitar 200 ml. Maka dengan umur pasien 16 bulan, maka jumlah oralit yang harus diresepkan yaitu 900 ml/200 ml x 1 bungkus +6 bungkus = 10,5 bungkus atau 11 bungkus. Diajarkan pada ibu cara menggunakan oralit, yaitu :

Minumkan sedikit-sedikit dari gelas/mangkok/cangkir

Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan pemberian oralit

Berikan ASI sebanyak yang bayi mau

Selain itu, pemberian zinc juga perlu diberikan pada penderita, dengan :

Dosis tablet zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama 10 hari:

o Umur 2-6 bulan : 0,5 tablet

o Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet

Maka, dengan umur pasien yang 16 bulan, zinc yang diperlukan sebanyak 10 tablet selama 10

hari.

Resep yang harus dituliskan berupa

Inscriptio

----------------------------------------------

R/ Oralit no.XI

s.u.c

----------------------------------------paraf

R/ Tab Zinc 20 mg no.X

s.u.d.d.tab.1.p.c.

----------------------------------------paraf

Nama : Bayi X

Umur : 16 bulan

Alamat : Cakra

BB : 10 kg

DAFTAR PUSTAKA

Boxtel, C.J., et al. 2001. Drug benefits and Risk. Willey: New York

Brunton, et al, 2006. Goodman&Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th

edition, Mc-Graw Hill: New York

Depkes RI. 2008. Pelayanan Kefarmasian Untuk Penyakit Malaria. Available at :

ebooks.lib.unair.ac.id/files/.../22/adln--departemen-1093-1-12034255-s. pdf

Dipiro, JT et al. 2002, Pharmacoterapy a Pathophysiologic Approach, Mc Graw Hill, New

York

FKUI. 2008. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik

Fakultas kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

ISFI, 2009, ISO Indonesia, PT.ISFI Penerbitan, Jakarta

Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi IV. EGC: Jakarta

Kumar, Cotran, Robins. 2007. Buku Ajar: Patologi, edisi 7, volume 2. EGC: Jakarta

Neal MJ, 2002, Medical Pharmaclogy at a glance, Black-well science, UK.

Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. EGC: Jakarta

Rang, H.P., et al.2003. Pharmacology fifth Ed. Churchill Livingstone

Suyono, Slamet, dkk. 2010. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke empat. Balai penerbit

FKUI. Jakarta