askep mutiple sklerosis

Upload: gina-nd

Post on 10-Feb-2018

246 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    1/23

    Askep Mutiple Sklerosis

    BAB I

    PENDAHULAAN

    A. Latar Belakang

    Multiple sclerosis adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan antibody terhadap

    myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer tidak terkena. Respon peradangan berperan

    menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron

    dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada myelin.

    Mutiple sclerosis merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum ditemukan

    dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Multiple sclerosis memang merupakan

    penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya

    sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan bias hilang lagi secara sekejap. Atau

    menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

    a. Apa pengertian penyakit multiple sclerosis ?

    b. Apa gejala gejala penyakit multiple sclorosis ?

    c. Apa hal hal yang menyebabkan penyakit multiple sclerosis ?

    d. Bagaimana cara pengobatan atau terapi penyakit multiple sclerosis ?

    C. Tujuan Penulisan

    Dari latar belakang diatas maka tujuan penulis menulis makalah ini adalah sebagai berikut :

    Ingin mengerti penyakit multiple sclerosis ?

    a. Ingin mengethui gejala gejala penyakit multiple sclorosis ?

    b. Ingin mengetahui hal hal yang menyebabkan penyakit multiple sclerosis ?

    c. Ingin mengetahui cara pengobatan atau terapi penyakit multiple sclerosis ?

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.PENGERTIAN MULTIPLE SKLEROSIS

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    2/23

    Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (ssp) kronis yang meliputi kerusakan

    myelin (material lemak dan protein ).Multiple sclerosis secara umum dianggap sebagai auto imun dimana

    system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap

    terhadap virus dan bakteri,Dengan alasasn yang tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan

    myelin yaitu lapisan pelindung syaraf yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk melancarkan

    pengiriman pesan dari otak ke seluruh bagian tubuh.Ditandai dengan remisi dan ekaserbasi

    periodic.Multiple sclerosis menghaisilkan berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi,biasanya

    disebut sebagai plaque.

    a.Klasifikasi Multiple Sclerosis

    Multiple Sclerosis adalah penyakit yang tidak akan sembuh 100% dan akan terus ada dalam tubuh kita

    untuk terus menerus memburuk.Namun progresifitas ini bias bermacam macam pada setiap orang.ada

    yang penyakitnya memburuk dengan cepat dalam hitungan hari ,minggu,atau bulan tanpa sempat merasa

    sehat lagi.ada juga yang penyakitnya memburuk dan sedikit membaik kemudian memburuk

    lagi,demikian berulang ulang dalam waktu yang lama.

    Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori multiple sclerosis berdasarkan

    progresivitasnya adalah :

    a.Relapsing Remitting MS

    Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua puluhan tahun

    diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan semu.Yang dimaksud

    dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat pulih.Namun

    sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan sebelum terkena

    serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena

    serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik dan sensorik 100%,maka setelah

    serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% aja.serangan berikut akan terus menurukan

    kemampuan penderita sampai ke 0%.setiap serangan tersebut berakibat semakin memburuknya kondisi

    penderita.Interval waktu antara serangan satu dengan serangan yang elanjutnya ama sekali tidak bias

    diduga,bia dalam hitungan hari,minggu bulan atau tahun.Hampir 70% penderita MS pada awalnya

    mengalami kondisi ini,setelah beberapa kali mengalami serangan hebat,jenis MS ini akan berubah

    menjadi Secondary Progressiv MS.

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    3/23

    b.Primary Progresssiv MS

    Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk.ada saat saat penderita tidak mengalami penurunan

    kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu .Tingkat progresivitanya beragam

    pada tingakatan yang paling parah ,penderita Ms jenis ini bias berakhir dengan kematian.

    c. Secondary Progressiv MS.

    Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini kondisi penderita menjadi serupa

    pada kondisi penderita Primary Progresssiv MS.

    d.Benign MS

    Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu menjalani kehidupan seperti

    orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan serangan yang diderita pun umumnya tidak

    pernah berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya menderita MS.

    B.GEJALA GEJALA MULTIPLE SCLEROSIS

    Sebenarnya setiap penderita Multiple Sclerosis dapat mengalami gejala yang berbeda dengan penderita

    Multiple Sclerosis lainnya. Tetapi secara umum gejala-gejala

    Multiple Sclerosis adalah:

    1. Perasaan sakit seperti ditusuk-tusuk pisau di beberapa bagian tubuh.

    2. Kebas (kesumutan/ mati rasa) di beberapa bagian tubuh

    3. Kehilangan fungsi penglihatan (bersifat sementara/menetap)

    4. Pandangan kabur (blurred) atau pengkihatan membayang (seeing double)

    5. Kehilangan fungsi pendengaran.

    6. Melemahnya kemampuan motorik dan sensorik di seluruh atau sebagian tubuh, biasanya terutama

    tangan dan kaki.

    7. Kelumpuhan tiba-tiba.

    8. Kehilangan kesimbangan tubuh, timbul perasaan seperti melayang (vertigo).

    9. Migraine yang parah.

    10. Kepala bagian belakan terasa berat.

    11. Sakit kepala dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim (tingkat sakitnya mungkin sama dengan 50X

    sakit kepala karena FLU)

    12. Fatigue, perasaan lelah berlebihan.

    13. Sensitive terhadap udara/air panas.

    14. Kesulitan berbicara.

    15. Sesak nafas.

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    4/23

    16. Kesulitan menelan makanan/minuman, tubuh tidak bias menerima makanan/minuman.

    17. Nyeri di tulang belakang dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim.

    18. Gangguan pada kandung kemih dan alat pencernaan (tidak bias menahan keluarnya urine atau sulit

    mengeluarkan urine, mudah diare, konstipasi dsb.)

    19. Gangguan fungsi kognitif (misalnya berkurangnya daya ingat/ mudah lapar, menurunnya daya

    kosentrasi, dsb.)

    20. Gangguan psikologis (depresi, kehilangan kendali emosi, kehilangan control diri, paranoid,dsb.)

    21. Nyeri dan kejang otot.

    22. Tremor (gemetaran seperti penderita alzheimer)

    Gejala-gejala multiple sclerosis yang telah di sebutkan di atas adalah gejala umum yang bias di derita

    penderita Multiple sclerosis. Seorang penderita Multiple Sclerosis belum tentu mengalami gajala di atas.

    Bias saja penderita tersebut hanya mengalami 5-10 gejala di atas, atau ada juga yang mengalami gejala

    lain yang tidak disebutkan di atas.

    C.PENYEBAB

    Sampi saat ini penyebab Multiple Sclerosis belum sepenuhnya diketahui. Beberapa penelitian

    menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis yang paling nyata adalah factor genetok (mirip kenker),

    tapi perkembangan dunia kedokteran terbaru membantah kesimpulan ini. Penelitian terbaru

    membuktikan bahwa Multiple Sclerosis sama sekali bukan penyakit menular, juga bukan penyakit

    keturunan.

    Sampai saat ini multiple sclerosis lebih banyak diderita oleh wanita dari pada pria.yang terserang

    biasanya orang orang yang berumur antar 20 50 tahun.penderita multiple sclerosis banyak

    ditemukan di daerah daerah beriklim dingin dan pada umumnya berasal dari ras kaukasoid ( bangsa

    kulit putih).sedangkan di daerah yang beriklim panas seperti di Indonesia dan pada bangsa kulit

    berwarna lainya.Multiuple sclerosis menjadi penyakity yang amat sangat langka.

    .Pemicu Terjadinya Serangan MS

    Ada beberapa pemicu serangan Ms yang harus dihindari penderita agar tidak mempercepat progresifitas

    atau perburukan penyakitnya yaitu :

    a.Panas

    Penderita MS sebaiknya tidak berada diluar rumah tanpa perlindungan ketika hari sedang pana terik.

    Penderita MS sebaiknya tidak tinggal di daerah panas seperti daerah pantai.

    Penderita M sebaiknya tidak mandi air Hangat

    Penderita MS sebaiknya tidak mandi sauna.

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    5/23

    b.Kerja Berat

    Penderita MSS sebaiknya tidak melakukan aktivitas atau pekerjaan fisik yang terlalu berat.

    c.Stress

    Penderita MS edapat mungkin harus menghindari stress atau guncangan mental sekecil apapunkarena

    stress adalah pemicu seranga yang paling berbahaya bagi penderita MS.

    Pengobatan

    1. Obat

    Secara medis tidak ada yang menyembuhkan M 100%.Obat obatan yang ada hanyalah menghambat

    interval serangan ,sedikit mengurangi tingkat keparahan serangan,memperlambat progreifitas atau

    perburukan MS.Obat yang biasa I berikan dokter adalah obat yang dapat mengurangi atau

    menghilangkan satu atau dua gejala saja.Misalnya ,jika gejala yang muncul adalah akit kepala maka

    dokter akan memberikan obat sakit kepala.Ada obat yang tidak menyembuhkan namun berfungsi untuk

    memperlambat kerusakan.yaitu Interferon beta-1a atau kortikosteroid.Interferon bias disuntikan 1-3 kali

    seminggu secara teratur seumur hidup.

    Penggunaan interferon biasanya menimbulkan gejala gejala influenza,seperti sakit kepala ,demam dan

    myalgia (nyeri otot/sendi).Gejala mirip flu ini akan timbul 4-6 jam etelah injeksi dan gejala ini akan

    menetap selama beberapa jam.efek samping yang lain adalah moon face,wajah terlihat menjadi bulat

    seperti bulan ,gemuk)badan gemuk,insomnia (sulit tidur),euporia(perasaan gembira berlebihan),dan

    perasaan tertekan (depresi ringan).

    2. Bed Rest

    Penderita MS membutuhkan banyak istirahat terutama setelah mengalami serangan baik serangan kecil

    maupun erangan hebat.lamanya istirahat tergantung kondisi penderita,semakin hebat serangan yang di

    alami semakin lama waktu istirahat yang diperlukan.istirahat ini bisa dilakukan di rumahsakit atau

    dirumah sendiri.

    3. Pengobatan Dengan Transplantasi Sel Induk

    Ilmu kedokteran yang terus berkembang membawa harapan besar bagi penderita MS.Berinduk pada

    pengalaman penderita MS Amerika yang telah menjalani pengobatan dengan transplantasi sel induk dari

    sum sum tulang belakangnya sendiri (sebelum pengobatan tersebut kehidupan penderita dari amerika

    terjebak dalam kursi roda lumpuh total setelah pengobatan meskipun tidak 100% sembuh,ia akhirnya

    dapat menggunakan kakinya untuk berjalan).

    Pengobatan dengan sel induk ini memang tidak menjajikan kesembuhan 100%,serta mengharuskan

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    6/23

    penderita MS rela merogoh sakunya dengan sangat dalam,namun setidaknya pengobatan ini mungkin

    dapat menjadi harapan baru bagi sebagian kecil penderita MS.

    MULTIPLE SKLEROSIS

    DefinisiSklerosis multiple ( SM ) merupakan keadaan kronis penyakit system syaraf pusat degenerative yang

    dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis. Demielinasi

    menunjukkan kerusakan myelin yang menunjukkan adanya adanya material lunak dan protein di sekitar

    serabut-serabut syaraf otak dan medulla spinalis, yang menghasilkan gangguan transmisi impuls syaraf.

    Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan

    memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman

    impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat,dan terkoordinasi dilakukan

    hanya dengan sedikit upaya.

    Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk

    menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampakseperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan

    tulang belakang.

    Multiple Sklerosis (Multiple SclerosisMS) adalah penyakit kronis pada sistem saraf pusat (SSP) yang

    dikarakteristikan oleh sedikit lapisan dari batas substansia alba pada saraf optik, otak dan medulla

    spinalis.

    Multipel sklerosis paling sering ditemukan pada usia muda. Kasus ini sedikit lebih banyak menyerang

    wanita dibandingkan dengan pria. Usia rata-rata penderita penyakit ini adalah 30 tahun, dengan batas

    antara 18-40 tahun.

    Etiologi

    Multiple sclerosis biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti :

    1) Lapisan merujuk pada destruksi myelin, lemak dan material protein yang menutupi lapisan saraf

    tertentu dalam otak dan medulla spinalis dimana Lapisan ini mengakibatkan gangguan transmisi impuls

    saraf.

    2) Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang berefek terhadap lapisan saraf.

    3) Penyebab tidak diketahui tetapi kemungkinan karena factor predisposisis yang berhubungan dengan

    disfungsi autoimun, kelainan genetik atau proses infeksi oleh virus

    Manifestasi klinis multiple Sklerosis

    Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variabel dan gejala-gejalanya bergantung pada area

    sistem syaraf pusat yang terserang. Tidak ada pola khusus pada MS dan setiap penderita MS memiliki

    kekhasan gejalanya sendiri-sendiri, yang bentuknya dari waktu ke waktu bervariasi dan tingkat

    keparahan serta jangka waktunya pun dapat berubah, dan semua variasi dan perubahan itu dapat

    terjadi bahkan pada penderita yang sama. Tidak ada MS yang tipikal. Kebanyakan penderita MS akan

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    7/23

    mengalami lebih dari satu gejala, tetapi meskipun ada gejala-gejala umum yang diderita banyak orang,

    tidak ada seorangpun yang memiliki semua gejala tersebut sekaligus.

    Perjalanan SM dapat menunjukkan banyak pola yang berbeda. Banyak pasien mulai dengan perjalanan

    relapsing remitting dengan pemulihan komplit di antara kesembuhan. Pasien lain mengalami perjalanan

    progressif kronik dari awitan dengan penurunan fungsi progressif. Perjalan penyakit progressif yangcepat jarang terjadi. Pada pasien yang lain, penyakit mengikuti perjalanan penyakit jinak. Sepanjang

    hidup dan gejala sangat ringan sehingga pasien tidak mencari bantuan kesehatan ataupun pengobatan.

    Tanda dan gejala SM bervariasi dan banyak, yang menunjukkan lokasi lesi ( plak ) atau kombinasi lesi-

    lesi.gejala primer paling banyak dilaporkan berupa kelelahan, lemah, kesukaran koordinasi, kelemahan

    pada otot, penurunan daya indra, depresi, kesulitan koordinasi dan berbicara, rasa sakit, kelumpuhan

    dan kehilangan keseimbangan. Gangguan penglihatan akibat adanya lesi pada syaraf optic atau

    penghubungnya dapat mencakup penglihatan kabur, diplopia, kebutaan parsial ( skotoma ), dan

    kebutaan total.

    Kelemahan ekstremitas spastic dan kehilangan reflek abdomen akibat keterlibatan jaras motorik utama (

    traktus piramidal ) dari medulla spinalis. Kerusakan akson-akson sensori dapat menghasilkan disfungsi

    sensori. Masalah kognitif dan psikososial mencakup depresi, merupakan refleksi dari lobus frontal/

    parietal yang terkena ( jarang terjadi perubahan kognitif berat dengan dimensia ). Serangan pada

    serebelum/ basal ganglia dapat menyebabkan ataksia ( gangguan koordinasi gerakan ) dan tumor. Emosi

    yang labil dan euphoria akibat hilangnya control penghubung antara korteks dan basal ganglia dan

    mungkin terjadi pada pasien SM. Demikian pula dapat terjadi maslah defekasi, dan berkemih serta

    seksual.

    Patofisiologi

    Penyebab MS belum diketahui, saat ini seluruh dunia masih melakukan penelitian untuk mencari

    penyebab pasti penyakit MS. Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari

    sistem kekebalan tubuh terutama focal lymphocytic infiltration (sel T secara terus-menerus bermigrasi

    menuju lokasi dan melakukan penyerangan seperti yang layak terjadi pada setiap infeksi). Sitem

    kekebalan tubuh ini seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya (bakteri dan

    virus). Banyak jenis MS yang menampakkan gejala penyakit kekebalan tubuh, dimana tubuh menyerang

    sel-sel dan jaringan-jaringannya sendiri (dalam kasus MS, yang diserang adalah Myelin). Para peneliti

    belum mengetahui apa yang memicu sistem kekebalan tubuh tersebut menyerang myelin, tetapi ada

    satu pemikiran bahwa hal tersebut terjadi karena beberapa faktor.

    Satu teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah menetap lama dalam tubuh, mungkin

    memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem

    kekebalan atau secara tidak langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian yang

    sudah mencoba mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan tidak ada virus MS,

    melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak ( rubella ) dan herpes, yang menjadi pemicu

    timbulnya penyakit MS. Pada penderita multipel sklerosis ternyata serum dan cairan serebrospinal

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    8/23

    mengandung berbagai antibodi campak serta ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti tersebut

    dihasilkan dalam otak.

    Virus-virus ini mengaktifkan sel darah putih (limposit) dalam aliran darah menuju ke otak dengan

    melemahkan mekanisme pertahanan otak (yaitu substansi yang melindungi darah/otak). Kemudian, di

    dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan unsur-unsur lain dari sistem kekebalan tubuh dengan satu cara yangpada akhirnya membuat sel-sel tersebut menyerang dan menghancurkan myelin. Pada awalnya, setiap

    peradangan yang terjadi berangsur menjadi reda sehingga memungkinkan regenerasi selaput mielin.

    Pada saat ini, gejala awal MS masih berupa episode disfungsi neurologis yang berulang kali membaik.

    Walaupun demikian, dengan berselangnya waktu, sitokina yang disekresi oleh sel T akan mengaktivasi

    sejumlah mikroglia, dan astrosit sejenis fagosit yang bermukim pada jaringan otak dan sumsum tulang

    belakang, dan menyebabkan disfungsi sawar otak serta degenerasi saraf kronis yang berkelanjutan.

    Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk

    menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak

    seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan

    tulang belakang.

    Penyebab lain MS belum diketahui, saat ini seluruh dunia masih melakukan penelitian untuk mencari

    penyebab pasti penyakit MS. Masih dipertanyakan apakah meningkatnya kasus pada keluarga

    diakibatkan oleh predisposisi genetik (tidak terdapat pola herediter) atau disebabkan karena sering

    kontak dengan agen infeksi (mungkin virus) pads masa kanak-kanak yang entah dapat menyebabkan

    multipel sklerosis pads waktu mulai menginjak masa dewasa muda.

    Penyelidikan migrasi menunjukkan bahwa jika orang dewasa pindah dari tempat dengan risiko tinggi ke

    tempat dengan risiko rendah, mereka tetap mempunyai risiko tinggi untuk menderita multipel sklerosis.

    Tetapi jika migrasi terjadi sebelum mencapai usia 15 tahun, maka individu tersebut mempunyai risikoyang rendah sesuai dengan tempat tinggalnya yang baru. Data-data Ini sesuai dengan teori yang

    menyatakan virus mungkin merupakan penyebabnya dengan periode laten yang panjang antara paparan

    awal dengan awitan (onset penyakit). Mekanisme kerjanya mungkin merupakan reaksi autoimun yang

    menyerang mielin.

    Penyelidikan lain mengajukan kemungkinan adanya faktor-faktor genetik sehingga ada orang-orang yang

    lebih rentan terhadap serangan berbagai virus yang bereaksi lambat pada Sistem saraf pusat. Virus

    lambat ini mempunyai masa inkubasi yang lama dan mungkin hanya berkembang dalam kaitannya

    dengan status imun yang abnormal atau terganggu

    Sklerosis ditandai dengan adanya bercak kerusakan mielin yang tersebar diikuti dengan gliosis dan

    substansia alba sistem persarafan. Bercak-bercak berwarna kekuning-kuningan dan keras yang

    ditemukan pada otopsi dipakai sebagai sumber nama penyakit ini. Sifat perjalanan penyakit merupakan

    serangkaian serangan pada berbagai bagian sistem saraf pusat. Setiap serangan memperlihatkan derajat

    remisi tertentu tetapi secara menyeluruh gambarannya adalah ke arah yang buruk (Brunner dan

    Suddarth, 2002).

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    9/23

    Secara klinis, akan terjadi akumulasi progresif seperti masalah penglihatan,kelemahan pada otot,

    penurunan daya indra, depresi, kesulitan koordinasi dan berbicara, rasa sakit dan bahkan kelumpuhan.

    Secara paraklinis, akan terjadi kerusakan akson dan lebam pada otak dan sumsum tulang belakang

    akibat peradangan fase akut dan gliosis yang terjadi berulangkali pada akson dan glia. Rasio IL-12 dan

    IFN-gamma dalam darah juga mengalami peningkatan.Secara paraklinis, akan terjadi kerusakan akson

    dan lebam pada otak dan sumsum tulang belakang akibat peradangan fase akut dan gliosis yang terjadi

    berulangkali pada akson dan glia. Rasio IL-12 dan IFN-gamma dalam darah juga mengalami peningkatan

    Epidemiologi

    Penyakit ini lebih sering dijumpai pada daerah beriklim sedang (Eropa Utara dan Amerika Utara), dengan

    insidens kurang lebih 10 per 10.000 penduduk. Penyakit ini jarang ditemukan di daerah tropis tetapi

    multipel sklerosis juga jarang dijumpai di Jepang. Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara

    keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga

    dekat.Peta dunia yang menunjukkan bahwa risiko terkena MS makin tinggi dengan meningkatnya jarak

    dari khatulistiwa

    Di Eropa utara, Amerika Utara, dan Australasia, sekitar satu dari 1000 warganegara menderita sklerosisganda, sementara di jazirah Arab, Asia, dan Amerika Selatan, persentasenya jauh lebih rendah. Di Afrika

    sub-Sahara, MS sangat jarang. Dengan beberapa pengecualian, ada gradasi utara-selatan di belahan

    bumi utara dan gradasi selatan-utara di belahan bumi selatan, dengan MS lebih jarang di sekitar

    khatulistiwa.

    Komplikasi

    Komplikasi yang biasanya sering terjadi pada multiple skelrosis adalah :

    Disfungsi pernafasan,Infeksi kandung kemih, infeksi sistem pernafasan,sepsis, Komplikasi dari

    imobilitas,dekubitus, Konstipasi, deformitas kontraktur, edema depemden pada kaki, pneumonia dan

    depresi reeaktif, masalh-masalh emosi, social, pernikahan, ekonomi, pendidikan juga dapat menjadiakibat dari penyakit

    Pemeriksaan Diagnostic

    Dalam menegakkan diagnosis multiple sklerosis dibutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang sebagai

    berikut :

    1) Pemeriksaan elektroporesis susunan saraf pusat, antibody Ig dalam SSP yang abnormal.

    Pemeriksaan elektroforesis terhadap SSP biasanya mengungkap adanya ikatan oligoklonal (beberapa

    pita imunoglobulin gamma [IgG]), yang menunjukkan abnormalitas imunoglobulin. Dalam kenyataannya,

    hampir 95% antibodi IgG normal terlihat di SSP pada klien dengan multipel skierosis. Pemeriksaan

    potensial bangkitan dilakukan untuk membantu memastikan luasnya proses penyakit den memantau

    perubahan.

    2) Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag sepanjang substansia alba dari SSP.

    CT scan dapat menunjukkan atrofi serebri. MRI menjadi alat diagnostik utama untuk memperlihatkan

    plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit den efek pengobatan. Disfungsi kandung kemih

    yang mendasari diagnosis dengan pemeriksaan urodinamik. Pengujian neuropsikologis dapat

    diindikasikan untuk mengkaji kerusakan kognitif. Riwayat seksual menbantu untuk mengindentifikasi

    hal-hal kekhawatiran khusus.

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    10/23

    Pemeriksaan MRI menunukkan bahwa banyak plak tidak menimbulkan gejala serius, dan pasien dengan

    plak ini tidak secara serius mengalami gangguan tetapi mengalami periode remisi yang panjang di antara

    episode remisi. Terdapat bukti bahwa remielinasi secara actual terjadi pada beberapa pasien.

    Penatalaksanaan Medis

    Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien. Penatalaksanaan meliputipenatalaksanaan pada serangan akut dan kronik.

    Program pengobatan sesuai dengan individu, kelompok, dan rasional yang menjadi indikasi untuk

    mengurangi gejala dan memberikan dukungan secara terusmenerus. Banyak klien multipel skierosis

    mengalami keadaan stabil dan hanya memerlukan pengobatan yang lebih sering yang ditujukan pada

    pengontrolan gejala sedangkan yang lain mengalami progresi penyakit yang mantap.

    1) Penatalaksanaan Serangan Akut ( Farmakoterapi )

    Kortikosteroid dan ACTH digunakan sebagai agen anti-inflamasi yang dapat meningkatkan konduksi

    saraf, menurunkan inflamasi, kekambuhan dalam waktu singkat atau eksaserbasi (exacerbation). Karena

    mekanisme imun merupakan faktor patogenesis multipel sklerosis, make sejumlah agen farmakologik

    dicoba untuk modulasi respons imun dan menurunkan kecepatan perkembangan penyakit den serangan

    yang sering den menurunkan keadaan yang semakin buruk. Obat-obat ini mencakup azatioprin,

    sikiofosfamid, dan interferon.

    Beta interferon (Betaseron) telah disetujui untuk digunakan dalam perjalanan relapsing-remitting.

    Beta interferon (Betaseron ) digunakan untuk mempercepat penurunan gejala. Betaseron telah

    diketahui efektif dalam menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya eksaserbasi akut dengan

    pemindaian MRI yang menunjukkan area demielinisasi yang lebih kecil pada jaringan otak. ini

    merupakan obat baru yang dapat menjanjikan untuk pengobatan multipel skierosis meskipun telah

    ratusan kali dicoba.

    Modalitas lain (misalnya radiasi, kopolimer 1, dan kladribin) sekarang masih diteliti sebagai

    pengobatan yang mungkin untuk bentuk multipel sklerosis progresif.

    Baklofen sebagai agen antispasmodik merupakan pengobatan yang dipilih untuk spastisitas. Klien

    dengan spastisitas beret dan kontraktur memerlukan blok saraf dan intervensi pembedahan untuk

    mencegah kecacatan lebih lanjut.

    Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi penyakit

    2) Penatalaksanaan Gejala Kronik

    a. Pengobatan spastic dengan bacloferen (Lioresal), dantrolene (Dantrium), diazepam (Valim), terapi

    fisik, intervensi pembedahan.

    b. Kontrol kelelahan dengan namatidin (Simmetrel).

    c. Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling.

    d. Penatalaksanaan kandung kemih dengan antikolinergik dan pemasangan kateter tetap.

    Penatalaksanaan terhadap kontrol berkemih dan defekasi pada kebanyakan masalah sulit klien.

    Umumnya, gejala disfungsi kandung kemih dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu ketidakmampuan

    untuk menyimpan urine (hiperefleksi; tidal tertahan), ketidakmarnpuan mengosongkan kandung kemih

    (hiporefleksi, hipotonik), dan campuran kedua tipe. Berbagai variasi pengobatan digunakan untuk

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    11/23

    mengatasi masalah masalah ini. Kateterisasi sendiri yang dilakukan secara sering efektif digunakan untuk

    disfungsi kandung kemih.

    Infeksi saluran kemih sering terjadi akibat disfungsi neurologis. Asam askorbat dapat diberikan untuk

    mengasamkan urine, sehingga menurunkan kemungkinan bakteri untuk bertumbuh. Antibiotik diberikan

    bile dibutuhkan,

    e. Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria.

    f. Penatalaksanaan rehabilitasi dengan terapi fisik dan terapi kerja.

    g. Kontrol distonia dengan karbamazim (Treganol).

    h. Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (Tegratol), feniton (Dilantin), perfenazin

    dengan amitriptilin (Triavili)

    Penatalaksanaan Keperawatan

    Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam bidang keperawatan meliputi pengkajian dan diagnosis

    sampai kepada intervensi medis.

    1. Pengkajian

    Pengkajian keperawatan menunjukkan masalah yang aktual dan risiko berkaitai dengan penyakit yang

    mencakup masalah neurologis, komplikasi sekunder, dan pengaruh penyakit terhadap klien dan

    keluarga. Gerakan dan kemampuan berjalan klien diobservasi untuk menentukan apakah ads

    kemungkinan risiko jatuh. Pengkajian fungsi dilakukan baik ketika klien cukup istirahat dan ketika

    mengalami keletihan. Perlu dikaji untuk adanya kelemahan, spastisitas, kerusakan penglihatan, dan

    inkontinensia.

    1) Amati kekuatan motorik, koordinasi dan gangguan berjalan.

    2) Kaji pemeriksaan saraf cranial.

    3) Evaluasi fungsi eliminasi.

    4) Eksplorasi koping, efek aktifitas dan fungsi seksual, serta status emosional.

    Anamnesis

    Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok dewasa muda antara 18-40 tahun),

    jenis kelamin (lebih sering menyerang wanita dibandingkan dengan pria), pendidikan, alamat, pekerjaan,

    agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosis medis.

    Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta pertolongan kesehatan

    adalah kelemahan anggota gerak, penurunan daya ingat, serta gangguan sensorik dan penglihatan.

    Riwayat Penyakit Saat Ini

    Pada anamnesis, klien sering mengeluhkan parestesia (baal, perasaan geli, perasaan mati, tertusuk-

    tusuk jarum dan peniti), penglihatan kabur, lapang pandang semakin menyempit, dan mengeluh

    tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan terutama apabila is sedang berada di tempat tidur.

    Merasa lelah dan best pada sate tungkai dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah

    terseret maju, dan pengontrolannya kurang sekali.

    Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering bertingkah lake euforia, suatu

    perasaan senang yang tidak realistic. mi diduga disebabkan terserangnya substansia alba lobus frontalis.

    Pada tahap lanjut dan penyakit, klien sening mengeluhkan retensi akut dan inkontinensia.

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    12/23

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat infeksi virus pada mesa kanak-kanak. Namun

    hubungan riwayat infeksi virus yang menyerang pada mesa kanak-kanak belum diketahui bagaimana

    menyebabkan multipel skierosis pada waktu mulai menginjak mesa dewasa much. Virus campak

    (rubella) diduga sebagai virus penyebab penyakit mi.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut,

    yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat. Masih dipertanyakan apakah meningkatnya

    kasus pada keluarga diakibatkan oleh predisposisi genetik (tak terdapat pola herediter).

    Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual

    Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien terhadap

    penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien deism keluarga den masyarakat serta respons atau

    pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik deism keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya

    perubahan hubungan den peran karma klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan

    bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ads harapan, mudahmarah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang terpenting pads klien dengan penyakit multipel sklerosis

    adalah adanya gangguan afek, benupa eufonia. Keluhan lain yang melibatkan gangguan serebri dapat

    berupa hilangnya days ingat den demensia. Messiah-messiah emosi, sosial, pennikahan, ekonomi,

    pendidikan yang dihadapi klien jugs dapat menjadi akibat dan penyakit.

    Pemeriksaan Fisik

    Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat

    berguna untuk mendukung data dan pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per

    sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) dan

    dihubungkan dengan keluhan-keluhan dan klien.

    Keadaan UmumKlien dengan multipel sklerosis umumnya tidak mengalami penununan kesadaran. Adanya perubahan

    pads tanda vital meliputi bradikandi, hipotensi, den penurunan frekuensi pernapasan yang berhubungan

    dengan bercak lesi di medula spinalis.

    B1 (Breathing)

    Pada umumnya klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada sistem pernapasan.

    Pads beberapa klien yang telah lama menderita multipel sklerosis akan mengalami gangguan fungsi

    pernapasan. Ini terjadi akibat tirah baring dalam jangka waktu yang lama. Pemeriksaan fisik yang didapat

    meliputi:

    Inspeksi, didapatkan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif,

    peningkatan produksi sputum, sesak napes, dan penggunaan otot bantu napes.

    Palpasi, didapatkan taktil premitus seimbang kanan den kin.

    Perkusi, didapatkan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.

    Auskultasi, didapatkan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan

    peningkatan produksi sekret, dan kemampuan ha yang menurun yang wring didapatkan pada klien

    dengan inaktivitas.

    B2 (Blood)

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    13/23

    Pada umumnya klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada sistem kardiovaskular.

    Akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien mengalami hipotensi postural.

    B3 (Brain)

    Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada

    sistem lainnya. Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.

    Tingkat Kesadaran

    Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis.

    Pemeriksaan Fungsi Serebri

    Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan ya berhubungan dengan penurunan

    status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka

    panjang. Adanya gangguan afek berupa euforia merupakan tanda khas pada klien multipel sklerosis.

    Pemeriksaan Saraf Kranial

    Saraf I. Biasanya pada klien multipel sklerosis tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada

    kelainan.

    Saraf II. Hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan penurunan ketajaman penglihatan.

    Sejumlah besar klien menderita gangguan penglihatan sebagai gejala-gejala awal. Dapat terjadi

    kekaburan penglihatan, lapang pandang yang abnormal dengan bintik buta (skotoma) baik pada satu

    maupun pada kedua mate. Salah satu mate mungkin mengalami kebutaan total. Gangguan-gangguan

    visual ini mungkin diakibatkan oleh neuritis saraf optikus. Lesi pada batang otak yang menyerang

    nukleus atau serabut-serabut traktus pada otot-otot ekstraokular dan nistagmus (gerakan osilasi bola

    mate yang cepat dalann arch horisontal atau vertikal).

    Saraf III, IV, dan VI. Pada beberapa kasus penyakit multipel sklerosis biasanya tidak ditemukan adanya

    kelainan pada saraf mi.

    Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf mi.

    Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam betas normal.

    Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

    Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan perubahan

    status kognitif (klien tidak kooperatif).

    Saraf Xl. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

    Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pads satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan

    normal.

    Sistem Motorik

    Kelemahan spastik anggota gerak dengan manifestasi berbagai gejala meliputi kelemahan anggota gerak

    pads satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pads keempat anggota gerak. Merasa lelah dan beret

    pads satu tungkai dan pads waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju dan

    pengontrolannya kurang sekali. Klien dapat mengeluh tungkainya waken-akan meloncat secara spontan

    terutama apabila is sedang berada di tempat tidur. Keadaan spastic yang lebih beret disertai dengan

    spasms otot yang nyeri.

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    14/23

    Pemeriksaan Refleks

    Refleks tendon hiperaktif dan refleksrefleks abdominal tidak ada. Respons plantar berupa ekstensor

    (tends Bahinski). Tench mi merupakan indikasi terserangnya lintasan kortikospinal.

    Sistem Sensorik

    Gangguan sensorik berupa parestesia (bawl, perasaan geli, perasaan coati, tertusuk-tusuk jarum danpeniti). Jika lesi terdapat pads kolumna posterior medula spinalis servikalis, fleksi leher menyebabkan

    sensasi seperti syok (tends Lhermitte). Gangguan proprioseptif sering menimbulkan ataksia sensorik dan

    inkoordinasi lengan. Sensasi getar sering kali menghilang.

    B4 (Bladder)

    Disfungsi kandung kemih. Lesi pads traktus kortikospinalis menimbulkan gangguan pengaturan sfingter

    sehingga timbul keraguan untuk berkemih. frekuensi, dan urgensi berkemih yang menunjukkan

    berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spastic. Kecuali itu jugs timbul retensi akut dan

    inkontinensia.

    B5 (Bowel)

    Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan

    fisik umum dan perubahan status kognitif. Karma penurunan aktivitas umum klien sering mengalami

    konstipasi.

    B6 (Bone)

    Pada beberapa keadaan klien multipel skierosis biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas

    karena kelemahan spastik anggota gerak. Kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi

    secara asimetris pads keempat anggota gerak. Merasa lelah dan beret pads satu tungkai, pads waktu

    berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju dengan pengontrolan yang kurang sekali. Klien

    dapat mengeluh tungkainya waken-akan meloncat secara spontan terutama apabila is sedang berada di

    tempat tidur. Keadaan spastis yang lebih beret disertai dengan spasme otot yang nyeri. Adanya

    gangguan keseimbangan den koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya

    berjalan den kaku pads seluruh gerakan memberikan risiko pads trauma fisik bile melakukan aktivitas.

    Risiko dan multipel skierosis terhadap sistem mi herupa komplikasi sekunder seperti risiko kerusakan

    integritas jaringan kulit (dekubitus) akibat penekanan setempat dan tirah baring lama, deformitas,

    kontraktur, den edema dependen pads kaki

    2. Diagnosis Keperawatan

    1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan, paresis, dan spastisitas.

    2. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kerusakan sensorik dan penglihatan, dampak tirah

    baring lama, dan kelemahan spastis.

    3. Deficit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, higiene) yang berhubungan dengan perubahan

    kemampuan merawat din sendiri, kelemahan fisik spastis.

    4. Perubahan nutrisi: kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak

    adekuat.

    5. Perubahan pole eliminasi urine yang berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan.

    6. Risiko tinggi gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama.

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    15/23

    7. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan disartria ,ataksia selebri sekunder dari

    kerusakan serebri

    8. Koping individu tidak efektif yang berhubungan denganperubahan proses pikir dan disfungsi akibat

    perkembangan penyakit.

    9. Perubahan peran dalam keluarga.

    10. Hambatan manajemen pemeliharaan rumah yang berhubungan dengar keterbatasan fisik,

    psikologis, dan sosial.

    11. Risiko terhadap disfungsi seksual yang berhubungan dengan keterlibatar atau reaksi psikologis

    terhadap kondisi.

    3. Intervensi keperawatan

    Sasaran utama untuk klien mencakup peningkatan mobilitas fisik, menghindar cedars, pencapaian

    kontinens kandung kemih dan uses, perbaikan fangs kognitif, perkembangan kekuatan koping,

    perbaikan perawatan diri, dan adaptasi terhadap disfungsi seksual. Program individu terhadap tempi

    fisik rehabilitasi, dan pengetahuan dikombinasi dengan dukungan emosi. Intervene keperawatan

    bertujuan meningkatkan pengetahuan klien untuk memungkinkan individu dengan multipel skierosismenghadapi masalah fisiologis, sosial, dan psikologis yang menyertai penyakit kronis.

    1.diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan paresis dan spastisitas

    Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan

    kemampuannya.

    Kriteria hasil: Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya

    kekuatan otot klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

    Intervensi Rasionalisasi

    Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara tester fungsi motorik

    Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

    Modifikasi peningkatan mobilitas fisik Relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot

    pada klien multipel skierosis. Latihan secara progresif digunakan untuk menguatkan otot yang lemah

    karena penurunan kekuatan otot adalah masalah

    signifikan untuk klien ini.

    Anjurkan teknik aktivitas dan teknik istirahat Klien dianjurkan untuk melakukan aktivitas melelahkan

    dalam waktu singkat. Latihan fisik yang gist tidak dianjurkan karena hal itu meningkatkan suhu tubuh

    dan dapat menimbulkan gejala yang lebih buruk. Lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat

    menyebabkan paresis, kebas, atau tidak ads koordinasi. Klien dianjurkan untuk tetap sering beristirahat

    pada periode pendek, dan berbaring lebih disukai. Kelelahan yang berlebihan dapat berhubungan

    dengan faktor penyebab gejala eksaserbasi.

    Ajarkan teknik latihan jalan Latihan berjalan meningkatkan gaga berjalan, karena umumnya pads

    keadaan tersebut, kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif. Jika kelompok otot yang terpengaruh

    tidak dapat sembuh make otot-otot lain dapat dicoba untuk melakukan aksi.

    Ubah posisi klien tiap 2 jam. Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi dash yang

    buruk pads daerah yang tertekan

    Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit Gerakan aktif

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    16/23

    memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pemapasan

    Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya

    bila tidak dilatih untuk digerakkan

    Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi sesuai toleransi Untuk memelihara

    fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

    Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi

    ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dan tim fisioterapis.

    2.diagnosa 2 : Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kerusakan sensorik dan penglihatan,

    dampak tirah baring lama, dan kelemahan spastis

    Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam, risiko trauma tidak terjadi.

    Kriteria hasil: Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma, dekubitus tidak terjadi, kontraktur

    sendi tidak terjadi klien tidak jatuh dan tempat tidur.

    Intervensi Rasionalisasi

    Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan

    antara fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya.Berikan kacamata yang sesuai pada klien Tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk

    memblok impuls penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia (penglihatan ganda).

    Kacamata prisms dapat membantu klien yang terbaring di tempat tidur yang mempunyai kesulitan

    penglihatan saat membaca dengan posisi telentang. ndividu dengan keterbatasan fisik perlu

    menghindari membaca bacaan yang dicetak biasa, hal ini merupakan pilihan untuk bebas dan buku-buku

    yang berbicara tentang politik atau dapat diharapkan untuk memperoleh buku-buku dengan tipe yang

    banyak tersedia pada perpustakaan lokal

    Minimalkan efek imobilitas Karena penurunan aktivitas fisik dan imobilisasi wring terjadi pada multipel

    skierosis, make komplikasi yang dihubungkan dengan imobilisasi (tidak melakukan mobilisasi) mencakup

    dekubitus dan langkah untuk mencegahnya. Penanganan untuk mencegah komplikasi berupa pengkajiandan mempertahankan integritas kulit dan latihan napes dalam serta batuk

    Modifikasi pencegahan cedera Pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel skerosis jika disfungsi

    motorik menyebabkan masalah akibat tidak adanya koordinasi dan adanya kekakuan, atau jika ataksia

    ads, klien berisiko jatuh

    Modifikasi lingkungan Untuk mengatasi ketidakmampuan, klien dianjurkan untuk berjalan dengan kaki

    pada ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang lugs dan untuk meningkatkan

    kemampuan berjalan dengan stabil.

    Ajarkan teknik berjalan Jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien dianjurkan untuk melihat

    kaki sambil berjalan. Berjalan dengan langkah cepat dicoba dengan alai bantu (walker, tongkat, brace,

    kruk, pegangan paralel) dan terapi fisik. Jika gaga berjalan tetap tidak efisien, kursi rode atau motor

    skuter menjadi pilihan penyelesaian

    Berikan terapi okupasi Terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam memberi

    anjuran dan menjamin bantuan untuk meningkatkan kemandirian. Jika tidak ada

    koordinasi dan tremor ekstremitas atas terjadi ketika gerakan volunter diupayakan (tremor intensi),

    gelang pemberat atau manset pada pergelangan tangan dapat menolong. Klien dilatih untuk berpindah

    dan melakukan aktivitas sehari-hari

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    17/23

    Minimalkan risiko dekubitus Karena hilangnya sensorik dapat menyebabkan bertambahnya kehilangan

    gerakan motorik, dekubitus terus diatasi untuk integritas kulit. Penggunaan kursi roda meningkatkan

    resiko

    Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan,

    atau luka Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi risiko tinggi kerusakan integritas

    kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi

    Meminimalkan spastisitas dan kontraktur Spastisitas otot biasa terjadi pada tahap lanjut, yang terlihat

    dalam bentuk spasme adduktor yang berat pada pinggul, dengan spasme fleksor pada pinggul dan lutut,

    Jika tidak berkurang make kontraktur fibrosa pada sendi ini diakibatkan oleh adanya dekubitus yang

    terjadi pada daerah sakrum dan pinggul (karena ketidakmampuan klien mengatur posisi dengan benar).

    Kantung hangat mungkin menguntungkan, tetapi mandi panas harus

    dihindari karena berisiko terhadap terjadinya luka baker sekunder akibat adanya kehilangan sensorik

    dan risiko meningkatnaa gejala yang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

    Ajarkan teknik latihan Latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk meminimalkan

    kontraktur sendi. Perhatian khusus diberikan pada otot-otot paha, otot gastroknemeus, adduktor,

    biseps, pergelangan tangan, serta fleksor jarijari. Spastisitas otot biasanya terjadi dan mengganggu

    fungsi normal. Latihan rutin dengan regang-tahan-rileks otot-otot dapat membantu relaksasi dan

    memperbaiki spastisitas otot. Berenang dan sepeda stasionari dapat dilakukan dan menahan beban

    dengan beret yang perlahan-lahan ditambah dapat mengurangi spastisitas kaki. Klien tidak harus

    terburu-buru dalam melakukan aktivitas ini, karena spastisitas ini sering meningkat

    Pertahankan sendi 90 terhadap papan kaki Telapak kaki dalam posisi 90 dapat mencegah terjadinya

    footdrop.

    Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal/sistemik seperti peningkatan nyeri,

    edema, demam). Menilai perkembangan masalah klien

    3.diagnosa 3 ; Defisit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, hygiene) yang berhubungan denganperubahan kemampuan merawat din sendiri, kelemahan fisik spastis.

    Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam, terjadi peningkatan dalam perilaku perawatan diri.

    Kriteria hasil: Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat dini dan

    mengidentifikasi personal/keluarga yang dapat membantu.

    Intervensi Rasionalisasi

    Mandiri .

    Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL Membantu dalam

    mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual

    Modifikasi perbaikan perawatan diri Multipel skerosis dapat mempengaruhi setiap segi kehidupan

    sehari-hari. Bila salah satu kemampuan hilang, mereka mungkin tidak akan memperoleh kemampuan itu

    kembali. Kemampuan fisik dapat bervariasi dari hari ke hari. Modifikasi yang memungkinkan

    kemandirian dalam perawatan dini harus dilakukan (meninggikan dudukan toilet, alat bantu mandi,

    modifikasi telepon, gagang sisir panjang, penjepit, pakaian yang dimodifikasi). Stres fisik dan emosional

    harus dihindari bila memungkinkan, karena hal ini dapat menimbulkan gejala yang buruk dan

    mengganggu perilaku. Adanya panes akan meningkatkan kelelahan dan kelemahan otot. Penggunaan AC

    (air conditioning) direkomendasikan sedikitnya untuk satu

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    18/23

    ruangan. Pemajanan pada suhu dingin ekstrem dapat meningkatkan spastisitas. Dianjurkan perawatan

    kesehatan kontinu dan tindak lanjut

    Ajarkan dan dukung klien selama aktifitas Dukungan pada klien selama aktifitas kehidupan sehari-hari

    dapat meningkatkan perawatan diri.

    Rencanakan tindakan untuk mengatasi defisit motorik seperti tempatkan makanan dan peralatan di

    dekat klien agar mampu sendiri mengambilnya. Klien akan mampu melakukan aktifitas sendiri untuk

    memenuhi perawatan dirinya.

    Modifikasi lingkungan Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengkompensasi ketidakmampuan

    fungsi.

    Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur baik tempat tidur di

    rumah sakit dan di rumah, atau sebuah tali yang dikaitkan pada kaku tempat tidur untuk memberi

    bantuan dalam menolong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain serta mencegah klien mengalami

    trauma.

    Kaji kemampuan komunikasi untuk bernkemih.

    Kemampuan menggunakan urinal, pispot. Antarkan ke kamar mandi bila kondisi memungkinkan

    Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung

    kemih oleh karena masalah neurogenik.

    Identifikasi kebiasaan defekasi. Anjurkan minum dan meningkatkan aktifitas Meningkatkan latihan dan

    menolong, mencegah konstipasi

    Kolaborasi

    Pemberian supositoria dan pelumas feses . pencahan Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau

    berkemih.

    Konsultasi ke dokter terapi okupasi. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus

    4.diagnosa 4 ; Perubahan nutrisi: kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi

    yang tidak adekuatTujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam, kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

    Kriteria hasil: Klien mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat

    badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.

    Intervensi Rasionalisasi

    Evaluasi kemampuan makan klien Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan

    mereka. Mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.

    Klien berisiko terjadi aspirasi akibat penurunan refleks batuk.

    Observasi/timbang beret badan jika memungkinkan Tanda kehilangan beret badan (7-10%) dan

    kekunangan asupan nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot

    dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator

    Manajemen mencapai kemampuan menelan:

    1. Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan

    dalam membentuk makanan dalam bentuk bolus.

    2. Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan.

    3. Klien dianjurkan untuk menelan secant berurutan.

    4. Klien diajarkan untuk meletakkan makanan di atas lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelan.

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    19/23

    5. Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian ke sisi lain.

    6. Untuk mengontrol saliva, klien dianjurkan untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan

    sadar untuk menelan.

    7. Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu

    8. Berikan makanan kecil dan lunak Meningkatkan kemampuan klien dalam menelan dan dapat

    membantu pemenuhan nutrisi klien via oral.

    Tujuan lain adalah mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah

    gangguan pada lambung.

    Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung Mencegah terjadinya

    dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama klien tidak sadar dan mencegah terjadinya konstipasi.

    Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti serum, transferring, BUN/Kreatinin, dan

    glukosa Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien

    5.diagnosa 5 : Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan

    Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam pemenuhan eliminasi urine terpenuhi.

    Kriteria hasil: Pemenuhan eliminasi urine dapat dilaksanakan dengan/tidak menggunakan kateter,produksi urine 50 cc/jam, keluhan eliminasi urine tidak ada

    Intervensi Rasionalisasi

    Kaji pola berkemih dan catat produksi urine tiap 6 jam Mengetahui status fungsi ginjal

    Tingkatkan kontrol berkemih:

    Berikan dukungan pada klien tentang pemenuhan eliminasi urine,

    Modifikasi kebutuhan untuk berkemih,

    Lakukan jadwal berkemih,

    Ukur jumlah urine tiap 2 jam,

    Bantu cara penggunaan obat-obatan, Ajarkan pengunaan kateter intermiten

    Klien dengan gangguan berkemih: sering berkemih, dorongan, atau inkontinensia memerlukan

    dukungan khusus. Sensasi terhadap kebutuhan untuk berkemih harus diperhatikan dengan segera,

    sehingga bedpan atau urinal harus slap pakai. Jadwal berkemih diatur (awalnya setiap 1,5-2 jam, dengan

    perpanjangan interval waktu bertahap). Klien diinstruksikan untuk mengukur jumlah air yang diminum

    setiap 2 jam dan mencoba untuk berkemih 30 menit setelah minuet. Gunakan jam atau jam tangan

    dengan alarm sehingga dapat membantu klien yang tidak mempunyai cukup sensasi untuk memberi

    tanda waktu pengosongan kandung kemih. Perawat membantu klien untuk menentukan penggunaan

    obat-obatan untuk mengatasi spastisitas kandung kemih, sehingga memungkinkan kemandirian yang

    lebih besar.Kateterisasi intermiten yang dilakukan sendiri paling sukses dalam mempertahankan kontrol kandung

    kemih.

    Jika klien wanita, prosedur diversi urinarius dapat dipertimbangkan. Klien prig dapat menggunakan

    kateter kondom untuk penampungan urine.

    Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih Menilai perubahan akibat dari inkontinensia urine

    Anjurkan klien untuk minuet 2000 cc/hari Membantu mempertahankan fungsi ginjal.

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    20/23

    6.diagnosa 6 : Risiko tinggi gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama

    Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu mempertahankan keutuhan kulit.

    Kriteria hasil: Klien man berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui penyebab dan care

    pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka, kulit kering

    Intervensi Rasionalisasi

    Anjurkan untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika mungkin Meningkatkan aliran darah ke

    seluruh tubuh

    Ubah posisi tiap 2 jam Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah

    Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah (tulang) yang menonjol

    Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah (tulang) yang menonjol

    Lakukan masase pada daerah (tulang) yang menonjol yang barn mengalami tekanan pada waktu

    berubah posisi Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler

    Bersihkan dan keringkan kulit. Jagalah tenun tetap kering. Meningkatkan integritas kulit dan mengurangi

    resiko kelembapan kulit

    Observasi terhadap eritema dan kepucatan. Palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan Pelunakan

    jaringan setiap mengubah posisi. Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan

    Jaga kebersihan kulit, seminimal mungkin hindari trauma dan panas terhadap kulit Mempertahankan

    keutuhan kulit.

    7.diagnosa 7; Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan disatria, ataksia serebri sekunder

    dari kerusakan serebri

    Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam, klien menggunakan komunikasi yang efektif sesuai dengan kondisinya.

    Kriteria hasil: Membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan

    meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

    Intervensi RasionalisasiKaji kemampuan klien untuk berkomunikasi Gangguan bicara terjadi pads banyak klien yang mengalami

    penyakit multipel skierosis. Bicara mereka yang lemah, monoton, halus, menuntut kesadaran berupaya

    untuk bicara dengan lambat, dengan penekanan perhatian pads spa yang mereka katakan.

    Menentukan cara-cara komunikasi seperti

    mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan jawaban ya/tidak, menggunakan kertas dan pensil/

    bolpoin, gambar, atau papan tulis; bahasa isyarat, perjelas arti dan komunikasi yang disampaikan

    Mempertahankan kontak mats akan membuat klien tertarik selama komunikasi, jika klien dapat

    menggerakkan kepala, mengedipkan mats, atau senang

    dengan isyarat-isyarat sederhana, lebih baik guna pertanyaan ya/tidak.

    Kemampuan menulis kadang-kadang melelahkan klien, selain itu dapat mengakibatkan frustasi dalamupaya memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga dapat bekerja sama untuk membantu memenuhi

    kebutuhan klien.

    Buatlah catatan di kantor perawatan tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara Mengingatkan staf

    perawat untuk berespons dengan klien selama memberikan perawatan

    Buat rekaman pembicaraan klien Rekam pembicaraan klien dalam pits kaset secara periodik, hal ini

    dibutuhkan dalam memantau perkembangan klien. Amplifier kecil membantu bila klien

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    21/23

    mengalami kesulitan mendengar

    Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien, memberikan

    informasi tentang keluarganya dan keadaan yang sedang terjadi Keluarga dapat merasakan akrab

    dengan klien, berada dekat klien selama berbicara. Pengalaman mi dapat membantu/ mempertahankan

    kontak nyata seperti merasakan kehadiran anggota keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku

    Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk

    peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan metode

    komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien.

    8.DIAGNOSA 8 : Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan proses pikir dan

    disfungsi akibat perkembangan penyakit

    Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam, koping individu menjadi efektif.

    Kriteria hasil: Klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi

    dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan Penerimaan diri terhadap situasi, mengakui

    dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang

    negatif.Intervensi Rasionalisasi

    Mandiri

    Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan Menentukan

    bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.

    Dukung kemampuan koping Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu

    memperlambat kemajuan penyakit. Dukungan dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan

    berdoa dan penekanan keluar terhadap aktifitas dengan mempertahan-kan pastisipasi aktif.

    Catat ketika klien menyatakan terpengaruh akan penyakitnya seperti sekarat atau mengingkari dan

    menyatakan inilah kematian Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif

    terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi sertadukungan emosional.

    Pernyataan pengakuan terhadap pengolahan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang

    realistis bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat

    Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh

    tubuh klien. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.

    Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari. Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari untuk

    mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada tidak adanya keinginan dan

    apatis.

    Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan

    kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien mandiri.

    Apa pun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya

    kemampuan koping.

    Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk

    dirinya. Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga dini serta

    mempengaruhi proses rehabilitasi

    Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi. Klien

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    22/23

    dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu mass mendatang.

    Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi, dan witdhrawal. Dapat

    mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke di mana memerlukan

    intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

    Diskusikan mengenai proses adaptasi klien bila mengalami disfungsi seksual bersama dengan

    pasangannya. Klien multipel skerosis dan pasangan mereka memperlihatkan masalah yang berhubungan

    dengan aktivitas seksual, yang meningkat bukan hanya pada kerusakan saraf sebagai konsekuensi

    langsung tetapi juga dari reaksi psikologis terhadap penyakit. Keadaan mudah lelah, konflik yang timbul

    dari ketergantungan dan depresi, emosi yang labil, hilangnya harga diri, dan perasaan makna dini

    menimbulkan masalah. Gangguan ereksi dan ejakulasi pada pria dan disfungsi orgasme, dan spasme

    adduktor otot paha pada wanita dapat membuat hubungan seksual menjadi sulit dan tidak mungkin

    dilakukan. Inkontinensia urine dan defekasi dan infeksi saluran kemih menambah kesulitan dalam

    melaksanakan aktivitas tersebut.

    Kolaborasi

    Dengan konselor seksual. Konselor seksual yang berpengalaman membantu masuk ke dalam fokus klien

    atau somber seksual pasangannya dan mendapatkan informasi yang relevan serta terapi pendukung.

    Berbagi dan mengomunikasikan perasaan, merencana-kan aktivitas seksual (tanpa kelelahan), melatih

    keinginan seksual yang berbeda dan mengungkapkan hilangnya keinginan dapat membuka lebih lugs

    kenikmatan akan pengalaman seksual.

    Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi. Dapat memfasilitasi perubahan peran

    yang panting untuk perkembangan perasaan. Kerja sama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan,

    dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada

    keadaan ini.

    MULTIPLE SKLEROSIS

    Oleh:

    OLEH :

    1. Didit novianto

    2. Diyah Retno Palupi

    3. Linda tri Jayanti

    II B / SEMESTER 3

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

    STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA

    JOMBANG

    2010

    DAFTAR PUSTAKA

    Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem persyarafan. Jakarta :

    salemba medika

  • 7/22/2019 Askep Mutiple Sklerosis

    23/23

    Suzanne c.smeltzer& brenda G.bare. 2003.Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner& suddarth

    edisi 8 . Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

    Fransisca B. Batticaca.2008. asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persyarafan. Jakarta :

    salemba medika