budnus aceh fix

Upload: giromu

Post on 26-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    1/23

    Disusun oleh:

    Jagad Nur Triharto (13)

    M. Rizqi Akbar (19)

    Rifqi Yulan Husnia (27)

    Rizanda Aprilia (28)

    Yulia Fadilah (40)

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    2/23

    PENDAHULUAN

    A. Keadaan Geografis

    Nanggroe Aceh Darussalam terletak pada koordinat 2-6LU dan 95-98BT dan

    memiliki luas wilayah 55.390 km2 yang meliputi wilayah daratan: 119 pulau, 35

    gunung, dan 73 sungai,

    a. Daerah Tingkat II: 18 kabupaten dan 5 kota

    b. 264 kecamatan

    c. 642 mukim

    d. 6.656 kelurahan dangampong

    Sejak tahun 1959 hingga tahun 2001, Nanggroe Aceh Darussalam disebut Daerah

    Istimewa Aceh karena pada masa permulaan kemerdekaan Republik Indonesia, para

    wanita Aceh mengumpulkan perhiasan emasnya untuk membeli sebuah kapal terbng

    yang diserahkan untuk Republik Indonesia. NAD berbatasan dengan Teluk Benggala di

    sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah Timur, dan

    Sumatra Utara di sebelah tenggara dan selatan.

    B. Keadaan Demografis

    Pada tahun 2014, jumlah penduduk Aceh yang tercatat pada Badan Pusat

    Statistik adalah 4.906.835 jiwa dengan kepadatan penduduk 86 jiwa/km2.

    Penduduk Aceh merupakan keturunan berbagai kaum, suku, dan bangsa.

    Leluhur orang Aceh berasal dari Semenanjung Malaysia, Cham, Cochin Cina, dan

    Kamboja. Penduduk Aceh terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang sampai saat

    ini dapat diidentifikasi dari ciri-ciri fisik masyarakat di Aceh. Hal ini berkaitan dengan

    sejarah masa lalu Aceh yang merupakan pusat perdagangan di Selat Malaka di mana

    banyak pedagang-pedagang dari Eropa, Turki, Arab, Cina, India, Persia, dan wilayah-

    wilayah lainnya di Nusantara melakukan aktivitas perdagangan. Banyak di antara

    mereka yang menetap dan berbaur satu sama lain dan menyeut diri mereka sendiri

    orang Aceh.

    Bangsa Arab dan India dikenal erat hubungannya pasca penyebaran agama Islam

    di tanah Aceh. Bangsa Arab yang datang ke Aceh banyak yang berasal dari provinsi

    Hadramaut (Yaman), dibuktikan dengan marga-marga seperti Al Aydrus, Al Habsyi, Al

    Attas, dan lain-lain. Mereka datang sebagai ulama dan berdagang. Saat ini, banyak di

    antara mereka yang menikah dengan penduduk asli Aceh dan menghilangkan nama

    marganya. Sedangkan bangsa India kebanyakan berasal dari Gujarat dan Tamil. Dapat

    dibuktikan dengan penampilan wajah bangsa Aceh, serta variasi makanan (misalnya

    kari), dan juga warisan kebudayaan Hindu Tua. Karena letak geografisnya berdekatan

    maka keturunan India cukup dominan di Aceh.

    Pedagang-pedagang Cina juga pernah memiliki hubungan yang erat denganbangsa Aceh yang dibuktikan dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho, yang pernah

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    3/23

    menghadiahi Aceh dengan sebuah lonceng besar, yang sekarang dikenal dengan nama

    Lonceng Cakra Donyadan tersimpan di Banda Aceh.

    Keturunan bangsa Persia, Afghanistan, Turki yang banyak mendiami Aceh

    kebanyakan tersebar di Aceh Besar, dahulu mereka datang atas undangan Kerajaan

    Aceh untuk dijadikan ulama, pedagang senjata, pelatih prajurit dan serdadu perangkerajaan Aceh. Sebutan Banda, dalam nama kota Banda Aceh pun adalah salah satu

    pengaruh kebudayaan Persia yang artinya pelabuhan.

    Ada pula keturunan bangsa Portugis, di wilayah Kuala Daya, Lam No. Mereka

    keturunan pelaut-pelaut Portugis di bawah pimpinan nahkoda Kapten Pinto, yang

    hendak berlayar menuju Malaka, dan singgah untuk berdagang; sebagian besar dari

    mereka tetap tinggal dan menetap di Lam No.

    Sampai saat ini, ada beberapa suku yang mendiami provinsi Nanggroe Aceh

    Darussalam, yaitu: Suku Aceh, Suku Gayo, Suku Alas, Suku Aneuk Jamee, Suku Melayu

    Tamiang, Suku Kluet, Suku Devayan, Suku Sigulai, Suku Haloban dan Suku Julu.

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    4/23

    PEMBAHASAN

    Unsur-unsur Kebudayaan (Cultural Universal)

    A. Bahasa

    Menurut Asyik, bahasa Aceh berasal dari turunan rumpun bahasa Austronesia

    (Asyik dalam Ismuha, 1988: 142). Bahasa Aceh asli yang mirip dengan bahasa Campa

    atau Indo Cina diperkirakan ada sebelum berkembangnya bahasa Melayu. Saat ini

    Bahasa Aceh menjadi bahasa ibu di sebagian besar pedesaan wilayah Aceh dan terdiri

    atas beberapa dialek, diantaranya dialek Peusangan, Banda, Bueng, Daya, Pase, Pidie,

    Tnong, Seunangan, Matang, dan Melaboh. Yang masih terdapat di wilayah Nanggroe

    Aceh Darussalam adalah:

    a.

    Bahasa Aceh

    b. Bahasa Jamee

    c. Bahasa Kluet

    d. Bahasa Simeulue

    e. Bahasa Haloban

    f. Bahasa Gayo

    g. Bahasa Tamiang

    h. Bahasa Alas

    Tradisi bahasa tulisan ditulis dalam huruf Arab-Melayu yang disebut bahasa Jawi

    atau Jawoe. Bahasa Jawi ditulis dengan huruf Arab ejaan Melayu. Pada masa KerajaanAceh banyak kitab ilmu pengetahuan agama, pendidikan, dan kesusastraan ditulis

    dalam bahasa Jawi.

    B. Sistem Pengetahuan

    Salah satu sistem pengetahuan yang masih digunakan adalah tradisi menangkap

    ikan di laut (meupayang) yang terdapat di kabupaten Aceh Besar. Keunikan tradisi ini

    adalah cara menangkap ikan yang menggunakan Pukat Aceh adalah sejenis pukat pantai

    (beach seine), berbentuk jaring panjang, bersayap, dan memiliki sebuah kantong pada

    bagian ujungnya. Alat ini khusus digunakan untuk menangkap ikan pada lokasi yang

    berpantai landai dan berpasir. Pukat ini dioperasikan oleh sekurang-kurangnya lima

    belas orang dengan cara dilingkarkan pada lokasi tertentu dan kemudian ditarik

    menelusuri dasar perairan menuju ke pantai dengan menggunakan perahu dayung.

    Pukat pantai ini termasuk alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan karena tidak

    mengganggu biota laut lainnya, sehingga ia merupakan peralatan penangkap ikan yang

    ideal menurut hukum adat nelayan setempat (Hukm Adat Lat).

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    5/23

    C. Sistem Teknologi

    Sistem teknologinya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan Islam,

    sehingga seni kerajinan perhiasan yang motif, ornamen dan desain perhiasan

    tradisional Aceh merupakan terjemahan dari peradaban Islam. Ornamen diciptakan

    dari abstraksi tumbuh-tumbuhan, benda alam seperti awan, bulan, bintang, bentukgeometris (Bieng meuih, reunek leuek, gigoe daruet, dan boh eungkot) dipakai untuk

    melengkapi pakaian adat seperti Keureusang, Patam dhoe, Peuniti, Subang Aceh,

    Simplah, dan Taloe jeuem.

    Aceh memiliki senjata tradisional yaitu Rencong/reuncong yang bentuknya

    menyerupai huruf L, merupakan kaligrafi tulisan Bismillah, yang termasuk dalam

    kategori dagger/belati. Rencong memiliki tingkatan; untuk Raja atau Sultan biasanya

    terbuat dari gading (sarungnya) dan emas murni (bagian belatinya). Sedangkan

    rencong lainnya terbuat dari tanduk kerbau atau pun kayu sebagai sarungnya, dan

    kuningan atau besi putih sebagai belatinya. Ada 4 macam rencong, yaitu:

    a. Reuncong Meucugek;

    b. Reuncong Meupucok;

    c. Reuncong Pudoi;

    d. Reuncong Meukure.

    Ada juga jenis senjata lainnya seperti siwaih, peudeung (pedang), dan tombak.

    Dalam Rumoh Aceh (Rumah Adat Aceh) (Krong Badee), pengaruh agama Islam dan alam

    sekitar tampak menyatu mewarnai bentuk dan ornamen ragam hiasnya. Bertiang selalu

    genap, beratap rumbia dan berdinding kayu atau papan.

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    6/23

    D. Sistem Organisasi Sosial

    1. Sistem Kekerabatan

    Sistem kekerabatan masyarakat Aceh merupakan kombinasi antara budaya

    Minangkabau dan Aceh, di mana bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga

    inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah menikah pada umumnyabersifat matrilokal. Selama masih tinggal dalam rumah mertua, suami belum

    mempunyai tanggung jawab terhadap rumah tangga dan yang bertanggung jawab

    adalah ayah pihak wanita. Dalam kekerabatan di Aceh, peranan ibu dalam mendidik

    anak sangat jelas sehingga si ibu dapat membentuk mental anak sesuai dengan harapan

    ibu dan seringkali seorang ayah hampir tidak mengetahui pola pendidikan si ibu,

    karena ayah lebih berperan dalam menentukan ekonomi keluarga.

    Masyarakat Aceh mengenal keluarga luas yang terdiri dari beberapa keluarga

    namun mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Hubungan keluarga ini

    terdiri dari Wali, karong dan kaom. Wali adalah orang laki-laki yang ditentukan oleh

    keturunan bapak, yang dapat menjadi wali nikah sekaligus dapat menerima warisan

    sesuai ketentuan agama. Karong adalah saudara yang dihitung dari keluarga ibu, fungsi

    karong hampir sama dengan wali. Sedangkan kaom adalah semua saudara dari pihak

    ayah/laki-laki dan saudara pihak perempuan/ibu.

    Sistem kemasyarakatan di Aceh, dari tingkatan yang paling tinggi ke tingkatan

    yang paling rendah terdiri dari:

    1) Keurajeun (Kesultanan), dipimpin oleh Sultan

    2) Sago (setingkat propinsi), dipimpin oleh Panglima Sago

    3)

    Nanggro (setingkat Kabupaten), dipimpin oleh Ulee Balang4) Mukim (setingkat kecamatan), dipimpin oleh Imeum Mukim

    5) Gampng (setingkat desa), dipimpin oleh Keuchiek

    Keuchiek dan Imeum Meunasah adalah lembaga eksekutif yang melaksanakan

    kebijakan yang telah ditetapkan oleh tuha peut gampong atas dasar masukan yang

    disampaikan oleh tuha lapan gampong dan bertanggung jawab langsung kepada

    masyarakatnya. Tuha Peut dan Tuha Lapan merupakan legislatifnya gampong yang

    berwenang menentukan arah kebijakan berdasarkan masukan yang disampaikan oleh

    tuha lapan gampong dan berwenang untuk meminta pertanggungjawaban atas kinerja

    eksekutif gampong sesuai perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Gampong

    mempunyai otorita yang luas untuk mengurus dirinya sendiri baik soal internal

    kependudukangampong, adat istiadat, sosial, keagamaan dan pengelolaan sumber daya

    alam atas kekayaan dan asetgampong, dan melakukan hubungan ke luar.

    Berikut ini adalah bagan yang menggambarkan susunan tingkatan pemerintahan

    lokal yang berlaku di Aceh pada saat ini.

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    7/23

    2. Lembaga Adat

    Lembaga adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dibentuk oleh

    masyarakat, mempunyai wilayah tertentu dan mempunyai harta kekayaan tersendiri,

    serta berhak dan berwenang mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang

    berkaitan dengan adat. Lembaga adat yang berkembang sejak dahulu hingga sekarang

    mempunyai fungsi dan berperan dalam membina nilai-nilai budaya, norma-norma adat

    dan aturan untuk mewujudkan keamanan, keharmonisasian, ketertiban, ketentraman,kerukunan dan kesejahteraan sebagai manifestasi untuk mewujudkan tujuan bersama

    sesuai dengan keinginan dan kepentingan masyarakat setempat.

    Lembaga adat bersifat otonom dan independen sebagai mitra Pemerintah Aceh

    dan Pemerintah Kabupaten/kota sesuai dengan tingkatannya. Saat ini, kedudukan

    lembaga adat sudah formal dan dasar hukumnya pun sudah diatur dalam Qanun

    (Peraturan Daerah), yaitu

    1) Majelis Adat Aceh adalah organisasi tertinggi dalam hirarki Lembaga Adat di

    Nanggroe Aceh Darussalam. Majelis Adat Aceh bertugas membantu Wali

    Nanggroe dalam membina, mengkoordinir lembaga-lembaga adat lainnya:a) Imeum Mukim, Imuem Mukim adalah pemimpin Mukim yang dipilih oleh

    musyawarah mukim. Imeum Mukim diangkat dan diberhentikan oleh

    Bupati/Walikota atas usulan Camat dari hasil musyawarah mukim

    b) Imeum Chik, Imuem Chiek adalah sebuah jabatan dalam Mukim yang

    bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan keagamaan dan peningkatan

    peribadatan serta pelaksanaan Syariat Islam dalam kehidupanmasyarakat. mengurus, menyelenggarakan dan memimpin seluruh

    kegiatan yang berkenaan dengan pemeliharaan dan pemakmuran masjid,

    dan menjaga dan memelihara nilai-nilai adat agar tidak bertentangan

    dengan Syariat Islam. Imeum Chik diangkat dan diberhentikan oleh

    Pemerintah Pusat NKRI

    Provinsi Naggroe Aceh Darussalam

    Kabupaten/Kota

    Kecamatan

    Mukim

    Gampong

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    8/23

    Bupati atas usul Imeum Mukim melalui Camat berdasarkan hasil

    kesepakatan musyawarah mukim.

    c) Keuchik, Keuchik adalah pemimpin gampong yang dipilih langsung oleh

    penduduk gampong melalui pemilihan yang demokratis, bebas, umum,

    rahasia, jujur dan adil. Dalam melaksanakan tugasnya, keuchik dibantu

    oleh Imeum Meunasah dan Tuha Peut Gampong.d) Tuha Peut, Tuha Peut adalah legislatif gampong yang dipimpin oleh

    seorang ketua dan sekretaris yang merangkap sebagai anggota.

    e) Tuha Lapan, Pada tingkat gampong dan mukim dapat dibentuk Tuha

    Lapan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Tuha

    Lapan dipilih melalui musyawarah. Tuha Lapan beranggotakan unsur

    Tuha Peut dan beberapa orang mewakili bidang keahlian sesuai dengan

    kebutuhan gampong atau mukim. Pengangkatan dan pemberhentian Tuha

    Lapan serta tugas dan fungsinya ditetapkan dalam musyawarah.

    f) Imeum Meunasah, Imeum Meunasah dipilih dalam musyawarah gampong.

    Pengangkatan dan pemberhentian Imeum Meunasah dilakukan oleh

    Camat atas nama Bupati/Walikota. Tata cara dan pemilihan, serta masa

    jabatan Imeum Meunasah ditetapkan dalam musyawarah gampong setiap

    enam tahun sekali.

    g) Keujruen Blang, Keujruen Blang terdiri dari Keujruen Muda dan Keujruen

    Chik. Pengaturan tugas, fungsi, wewenang dan persyaratan Keujruen

    Blang ditetapkan dalam musyawarah Keujruen Blang setempat. Dalam

    melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sebagaimana dimaksud

    berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya.

    h) Panglima Laot, Panglima Laot atau nama lain terdiri dari :

    i. Panglima Laot Lhok

    ii.

    Panglima Laot Kabupaten/Kota, daniii. Panglima Laot Aceh

    Panglima Laot Aceh dipilih dalam musyawarah panglima laot

    kabupaten atau kota setiap enam tahun sekali.

    i) Pawang Glee, Pawang Glee dipilih oleh masyarakat kawasan hutan.

    Tatacara pemilihan dan persyaratan Pawang Glee ditetapkan melalui

    musyawarah masyarakat kawasan hutan setiap enam tahun sekali.

    Pawang Glee bertugas mengelola lingkungan hutan dan melaksanakan

    upacara adat yang berkaitan dengan hutan.

    j)

    Peutua Seuneubok, Peutua Seuneubok dipilih oleh masyarakat Seuneubok

    (perkebunan), dan bertugas mengelola kawasan Perkebunan dan

    Kehutanan.

    k) Haria Peukan, Haria Peukan dibentuk untuk pasar-pasar tradisional yang

    belum ada petugas pemerintah. Haria Peukan ditetapkan melalui

    musyawarah tokoh-tokoh pedagang dan keuchik setempat setiap 6

    (enam) tahun sekali.

    l) Syahbanda, Syahbanda adalah pemimpin pelabuhan yang bertugas

    bekerja sama dengan pejabat pemerintah untuk mengelola pelabuhan.

    Berdasarkan pendekatan historis, lapisan masyarakat Aceh yang menonjol dapatdikelompokkan dalam dua golongan, yaitu golongan Umara (Teuku) dan golongan

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    9/23

    Ulama (Tengku). Umara dapat diartikan sebagai pejabat pelaksana pemerintah dalam

    satu unit wilayah kekuasaan. Seperti jabatan Sultan yang merupakan pejabat tertinggi

    dalam unit pemerintahan kerajaan, Uleebalang sebagai pimpinan unit Pemerintah

    Nanggroe (negeri), Panglima Sagoe yang memimpin unit pemerintahan Sagoe, Imeum

    Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan Mukim dan Keuchiek atau Geuchiek

    yang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan Gampong (kampung).

    Pejabat di atas, dalam struktur pemerintahan di Aceh pada masa dahulu dikenal

    sebagai lapisan pemimpin adat, pemimpin keduniawian, atau kelompok elite sekuler.

    Beberapa gelar yang ada dalam masyarakat umara adalah: Tuanku, Pocut, Teuku,

    Laksamana, Uleebalang, Cut, Panglima Sagoe, Meurah.

    Sementara golongan Ulama yang menjadi pimpinan yang mengurusi masalah-

    masalah keagamaan (hukum atau syariat Islam) dikenal sebagai pemimpin keagamaan

    atau masuk kelompok elite religius. Oleh karena para ulama ini mengurusi hal-hal yang

    menyangkut keagamaan, maka mereka haruslah seorang yang berilmu, yang dalam

    istilah Aceh disebut Ureung Nyang Malem dan biasannya mendapatkan gelar Tengku.

    Penggolongan masyarakat adalah sebagai berikut:

    a) Golongan rakyat biasa, yang dalam istilah Aceh disebut Ureung Le (orang

    kebanyakan).

    b) Golongan hartawan, golongan ini cukup berperan dalam soal kemasyarakatan

    sebagai penyumbang dana.

    c) Golongan ulama/cendikiawan, mereka memiliki ilmu pengetahuan sehingga

    mereka disebut orang alim dengan gelar Teungku. Mereka berperan dalam

    masalah agama dan kemasyarakatan.

    d)

    Golongan kaum bangsawan, termasuk didalamnya keturunan Sultan Aceh yangbergelar "Tuanku" keturunan "Uleebalang" yang bergelar "Teuku" (bagi laki-

    laki) dan "Cut" (bagi perempuan).

    Meskipun ada penggolongan masyarakat yang demikian, tetapi tidak seperti

    sistem kasta. Setiap anggota masyarakat tidak dibedakan kedudukannya dalam hukum

    dan agama.

    E. Sistem Ekonomi

    Aceh memiliki potensi alam yang sangat cocok untuk pertanian, maka mata

    pencaharian utama masyarakat adalah sebagai petani padi atau sebagai petani kedelai,

    yang merupakan primadona komoditas pertanian, terutama di daerah Aceh Utara dan

    Aceh Timur. Mata pencaharian kedua setelah pertanian adalah bekerja pada sector

    perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit maupun kakao.

    Akan tetapi semenjak terjadinya pemberontakan oleh GAM, perkebunan yang

    dikuasai GAM sebagian perusahaan perkebunan ditutup. Mata pencaharian ketiga

    adalah bekerja di sektor perikanan baik perikanan laut maupun perikanan darat

    sebagai nelayan atau petambak. Mata pencaharian keempat adalah sebagai pedagang,

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    10/23

    maupun sektor informal lainnya. Mata pencaharian terakhir adalah bekerja di sektor

    pertambangan terutama bekerja sebagai karyawan swasta perusahaan migas asing.

    Di dalam sistem ekonomi masyarakat Aceh, terutama di pedesaan, lembaga

    ekonomi merupakan salah satu aspek pengendalian sosial. Pola tradisional tentang

    pengendalian sosial yang berhubungan dengan lembaga ekonomi adalah sistem mawah(bagi hasil), merupakan sistem ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam dan sudah

    diwariskan sejak ratusan tahun yang lalu. Mawah dapat dilakukan dalam berbagai

    bentuk barang seperti lembu, tanah sawah atau pun tanah perkebunan.

    F. Sistem Religi

    Aceh dikenal dengan sebutan Serambi Mekah, maka unsur-unsur

    kebudayaannya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Pesantren merupakan

    lembaga agama yang berperan sangat strategis dalam membentuk pribadi masyarakat.

    Selain berfungsi sebagai pembinaan umat, pesantren pun menjadi media dalam

    membawa pembaharuan dan pemikiran Islam sekaligus mencetak cendikiawan muslim

    atau ulama.

    G. Kesenian

    Pada awalnya kesenian Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu,

    terlihat misalnya dalam gerakan Tari Seudati. Dalam perkembangannya unsur seniIslamlah yang lebih menonjol, baik dalam syair-syairnya maupun pakaian yang

    dikenakan oleh para penari. Sebagai contoh Hikayat Perang Sabil dan Hikayat Malem

    Dewa.

    Kesenian Aceh secara umum terbagi dalam seni tari, seni sastra dan cerita

    rakyat. Adapun ciri-ciri tari tradisional Aceh adalah sebagai berikut:

    a. bernafaskan Islam

    b. ditarikan oleh banyak orang (massal)

    c. pengulangan gerak serupa yang relatif banyak

    d.

    memakan waktu penyajian yang relatif panjang

    e. kombinasi tari, musik dan sastra

    f. pola lantai yang terbatas

    g. disajikan dalam kegiatan khusus

    h. gerak tubuh terbatas.

    Beberapa bentuk kesenian di Aceh:

    a) Drama Tari Didong; Didong merupakan salah satu kesenian tradisional yang

    terdapat pada masyarakat Gayo, yang dimainkan dengan perpaduan seni sastra,

    seni suara dan seni tari. Dalam Didong, terdapat seorang ceh (vokalis), apit(pendamping ceh) dan penunung (pengikut saat refrain terjadi). Didong

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    11/23

    dipertunjukkan oleh masyarakat Gayo yang mendiami kabupaten Aceh Tengah

    dan kabupaten Bener Meriah. Didong merupakan sastra lisan yang masih

    bertahan sampai sekarang.

    b) Tari Saman; Tari Saman adalah tarian suku Gayo yang syairnya mempergunakan

    bahasa Arab dan bahasa Gayo. Saman diperoleh dari salah satu ulama yaitu

    Syech Saman. Tari Saman dimainkan oleh belasan laki-laki, tetapi jumlahnyaharus ganjil. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang

    pemimpin yang disebut syeikh. Syeikh juga bertugas menyanyikan syair lagu

    Saman.

    c) Tradisi Puetron Anak; Pada upacara ini, anak yang telah berumur empat puluh

    empat hari diturunkan ke halaman dengan dipayungi dan kaki anak tersebut

    diinjakkan ke tanah (peugiho tanoh). Di atas kepala si anak dibelah buah kelapa

    dengan alas kain putih yang dipegang oleh empat orang. Kelapa yang telah

    dibelah tersebut, sebelah diberikan kepada pihak orang tua suami dan sebelah

    lagi diberikan kepada pihak orang tua si istri, dengan tujuan supaya kedua belah

    pihak tetap kekal dalam persaudaraan. Selanjutnya diadakan pembakaran

    petasan dan disuruh orang-orang yang tangkas dan ahli bermain pedang

    mempertunjukkan ketangkasan mereka dengan mencincang batang pisang,

    supaya anak tersebut nanti berani dalam membela negara, dan dapat menjadi

    panglima perang yang tangkas dan arif bijaksana. Selanjutnya anak tersebut

    ditempatkan ke dalam sebuah balai di halaman, dengan tujuan supaya anak

    tersebut nanti dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dan dapat

    menjadi orang terkemuka dalam masyarakat.

    Etos Budaya Aceh

    EtosKebudayaan adalah sifat, nilai, dan adat-istiadat khas yang memberi watak

    kepada kebudayaan suatu golongan sosail dalam masyarakat. (Eko Sujatmiko, Kamus

    IPS , Surakarta: Aksara Sinergi Media Cetakan I, 2014 halaman 65)

    A. Rumah Adat

    Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe

    rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama

    dari rumah Aceh yaitu seuramo keu (serambi depan), seuramo teungoh (serambi

    tengah) dan seuramo likt(serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu

    rumoh dapu(rumah dapur).

    https://id.wikipedia.org/wiki/Rumoh_Acehhttps://id.wikipedia.org/wiki/Rumoh_Acehhttps://id.wikipedia.org/wiki/Rumoh_Aceh
  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    12/23

    B. Bahasa Daerah

    Bahasa Aceh termasuk dalam kelompok bahasa Aceh-Chamik, cabang darirumpun bahasaMelayu-Polinesia,cabang dari rumpun bahasaAustronesia

    Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki beberapa bahasa daerah :

    1. Bahasa Aceh pemakainya 70%

    2. Bahasa Gayo

    3. Bahasa Alas

    4. Bahasa Tamiang

    5. Bahasa Aneuk Jamee

    6. Bahasa Kluet

    7. Bahasa Singkil

    8. Bahasa Haloban

    9. Bahasa Simeulue

    C. Senjata Adat

    Rencong adalah senjata tradisional suku Aceh,bentuknya menyerupai huruf L,

    dan bila dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah.Rencong

    termasuk dalam kategoribelati.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa_Chamikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa_Melayu-Polinesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Austronesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Renconghttps://id.wikipedia.org/wiki/Senjatahttps://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Acehhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bismillahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Belatihttps://id.wikipedia.org/wiki/Belatihttps://id.wikipedia.org/wiki/Bismillahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Acehhttps://id.wikipedia.org/wiki/Senjatahttps://id.wikipedia.org/wiki/Renconghttps://id.wikipedia.org/wiki/Austronesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa_Melayu-Polinesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa_Chamik
  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    13/23

    D. Tarian Tradisional

    Tarian tradisional Aceh menggambarkan warisan adat, agama, dan cerita rakyat

    setempat. Tari-tarian Aceh umumnya dibawakan secara berkelompok, di mana

    sekelompok penari berasal dari jenis kelamin yang sama, dan posisi menarikannya ada

    yang berdiri maupun duduk. Bila dilihat dari musik pengiringnya, tari-tarian tersebutdapat dikelompokkan menjadi dua macam; yaitu yang diiringi dengan vokal dan perkusi

    tubuh penarinya sendiri, serta yang diiringi dengan ensambel alat musik.

    1. Tarian Suku Aceh

    Tari Laweut

    Tari Likok Pulo

    Tari Pho

    Tari Ranup lam Puan

    Tari Rapa'i Geleng

    Tari Rateb Meuseukat Tari Ratoh Duek

    Tari Seudati

    Tari Tarek Pukat

    2. Tarian Suku Gayo

    Tari Saman

    Tari Bines

    Tari Didong

    Tari Guel

    Tari Munalu

    Tari Turun Ku Aih Aunen3. Tarian Suku Alas

    Tari Mesekat

    4. Tarian Suku Melayu Tamiang

    Tari Ula-ula Lembing

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    14/23

    E. Pakaian Adat Aceh

    Baju Adat Tradisional Pria Aceh:

    Pria memakai Baje Meukasah atau baju

    jas leher tertutup. Ada sulaman keemasan

    menghiasi krah baju.

    Jas ini dilengkapi celana panjang yang

    disebut Cekak Musang.

    Kain sarung (Ija Lamgugap) dilipat di

    pinggang berkesan gagah. Kain sarung ini

    terbuat dari sutra yang disongket.

    Sebilah rencong atau Siwah berkepala

    emas/perak dan berhiaskan permata diselipkan

    di ikat pinggang.

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    15/23

    Bagian kepala ditutupi kopiah yang populer disebut Makutup.

    Tutup kepala ini dililit oleh Tangkulok atau Tompok dari emas. Tangkulok ini

    terbuat dari kain tenunan. Tompok ialah hiasan bintang persegi 8, bertingkat,

    dan terbuat dari logam mulia.

    Baju Adat Tradisional Wanita Aceh:

    Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul. Krah

    bajunya sangat unik menyerupai krah baju khas china.

    Celana cekak musang dan sarung (Ija Pinggang) bercorak yang dilipat sampai

    lutut. Corak pada sarung ini bersulam emas.

    Perhiasan yang dipakai : kalung disebut Kula. Ada pula hiasan lain seperti :

    Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (Pending) berwarna emas.

    Bagian rembut ditarik ke atas membentuk sanggul kecil dengan hiasan kecil

    bercorak bunga.

    F. Permainan Tradisional

    1. Geulayang Tunang

    Geulayang Tunang terdiri atas dua

    kata, yaitu geulayang yang berarti layang-

    layang dan tunang berarti pertandingan.

    Dari namanya jelas mempertegas bahwa

    geulayang tunang merupakan

    pertandingan layang-layang atau adulayang yang diselenggarakan pada waktu

    tertentu.

    2. Geudeue-geudeue

    Geudeue-geudeue atau ada yang

    menyebutnya due-due adalah permainan

    ketangkasan yang terdapat di daerah Pidie.

    Di samping ketangkasan, kegesitan,

    keberanian, dan ketabahan, pemain

    geudeue-geudeue harus bertubuh tegap dan

    kuat serta memiliki otot yang meyakinkan.

    Permainan ini kadang-kadang berbahaya,

    karena merupakan permainan adu kekuatan.

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    16/23

    3. Peupok Leumo

    Peupok Leumo adalah sejenis permainan yang khas

    terdapat di Aceh Besar. Permainan ini merupakan suatupermainan mengadu sapi.

    4. Pacu Kude

    Pacu Kude dapat diartikan duduk di atas kuda yang lari

    atau dapat diartikan sebagai pacuan kuda.

    5. Bola Keranjang

    Bola keranjang atau bahasa Gayo disebut dengan tipak rege merupakan sejenis

    permainan bola yang dibuat dari rotan belah yang dipergunakan pada permainan sepak

    raga (sepak takraw).

    6. Lenggang Rotan

    Lenggang rotan merupakan jenis permainan yang terbuat dari

    rotan kecil yang dibuat melingkar seperti gelang besar.

    Kemudian dimainkan seperti hulahoop.

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    17/23

    G. Alat Musik Tradisional Aceh

    1. Arbab

    2. Bangsi Alas

    3. Canang

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    18/23

    4. Geundrang

    5.

    Serune Kalee

    6. Taktok Trieng

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    19/23

    7.

    Rapai

    KONFLIK BUDAYA

    Akar masalah di Aceh ada dua yaitu alasan ekonomi dan alasan soisal-budaya. Di

    aceh terjadi ketidakterimaan masyarakat atas hasil sumber daya alam. Aceh yang kaya

    akan sumber daya alam, hasilnya lebih banyak diambil ke Jakart, dalam pengelolaan pun

    asset-aset yangmenghasilkan keuntungan masyarakat Aceh tidak diberi banyak

    kesempatan. Masyaraat Aceh secara umumkurang memiliki keshteraan, kemisikinan dan

    banyaknya pengangguran. Alasan ekonoi inilah yang menjadi alasan utama prostesmasyarakat Aceh terhadap pemerintah pusat karena merasa tidak adil.

    Selain itu alasan sosial budaya, masyarakat Aceh ingin budaya mereka yang kental

    degan nilai nilai islam lebih diterapkan dalam kehidupan. Secara turun temurun

    masyarakat Aceh dikenal melaksanakan syariat syariat islam secara ketat sejak masa

    kerajaan. Termasuk ketika mengalami puncak kejayaan pada masa kerajan Aceh. Adanya

    kekhasan budaya masyarakat Aceh ini membentk identitas khusus yang secara umum

    berbeda dengan identitas, dan dinilai masyarakat orde baru bertubrukan dengan identitas

    nasional. aspirasi orang aceh tidak diperhatikan oleh pemerintah orde baru , sehingga

    segala macam bentuk protes ditanggapi secara kekerasan yaitu dengan cara militer. Sampai

    akhirnya dijadikan aceh sebagai daerah operasi militer. Hal inilah yang semakin

    meningkatkan protes yang berwujud kebencian masyarakat Aceh terhadap pemerintah

    pusat. Masyarakat aceh juga dikenal memiliki semangat melawan yang tinggi, hal ini

    terlihat sejak jaman Belanda, dimana Aceh sangat sulit ditaklukan , semangat mereka

    didasari keyakinan berlandaskan islam yaitu bila mereka mati dalam peperangan akanmati syahid.

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    20/23

    Gerakan Aceh Merdeka

    Jika kita membahas tentang konflik Aceh tidak lepas dari Gerakan Aceh merdeka.

    Gerakan Aceh Merdeka dimulai lima hari setelah RI diproklamirkan, Aceh menyatakan

    dukungan sepenuhnya terhadap pemerintahan yang berpusat di Jakarta. Di bawah residen

    Aceh, yang juga terkemuka, Tengku Nyak Arief, Aceh menyatakan janji kesetiaan,mendukung kemerdekaan RI dan Aceh bagian tak terpisahkan. Demi Allah, saya akansetia untuk membela kemerdekaan Republik Indonesia sampai titik darah saya yang

    terakhir.

    Kecuali Mohammad Daud Beureueh, seluruh tokoh dan ulama Aceh mengucapkan

    janji itu. Pukul 10.00, Husein Naim dan M Amin Bugeh mengibarkan bendera di gedung Shu

    Chokan (kini, kantor gubernur). Teuku Nyak Arief Gubernur di bumi Serambi Mekkah.

    Tetapi, ternyata tak semua tokoh Aceh mengucapkan janji setia. Mereka para

    hulubalang, prajurit di medan laga. Prajurit yang berjuang melawan Belanda dan Jepang.

    Mereka yakin, tanpa RI, mereka bisa mengelola sendiri negara Aceh. Inilah kisah awalsebuah gerakan kemerdekaan. Motornya adalah Daud Cumbok. Markasnya di daerah

    Bireuen. Tokoh-tokoh ulama menentang Daud Cumbok. Melalui tokoh dan pejuang Aceh, M.

    Nur El Ibrahimy, Daud Cumbok digempur dan kalah. Dalam sejarah, perang ini dinamakan

    perang saudara atau Perang Cumbok yang menewaskan tak kurang 1.500 orang selama

    setahun hingga 1946. Tahun 1948, ketika pemerintahan RI berpindah ke Yogyakarta dan

    Syafrudin Prawiranegara ditunjuk sebagai Presiden Pemerintahan Darurat RI (PDRI), Aceh

    minta menjadi propinsi sendiri. Saat itulah, M. Daud Beureueh ditunjuk sebagai GubernurMiliter Aceh.

    Oleh karena kondisi negara terus labil dan Belanda merajalela kembali, muncul

    gagasan melepaskan diri dari RI. Ide datang dari dr. Mansur. Wilayahnya tak cuma Aceh.Tetapi, meliputi Aceh, Nias, Tapanuli, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkalis, Indragiri,

    Riau, Bengkulu, Jambi, dan Minangkabau. Daud Beureueh menentang ide ini. Dia pun

    berkampanye kepada seluruh rakyat, bahwa Aceh adalah bagian RI. Sebagai tanda bukti,

    Beureueh memobilisasi dana rakyat. Setahun kemudian, 1949, Beureueh berhasil

    mengumpulkan dana rakyat 500.000 dolar AS. Uang itu disumbangkan utuh buat bangsa

    Indonesia. Uang itu diberikan ABRI 250 ribu dolar, 50 ribu dolar untuk perkantoran

    pemerintahan negara RI, 100 ribu dolar untuk pengembalian pemerintahan RI dari

    Yogyakarta ke Jakarta, dan 100 ribu dolar diberikan kepada pemerintah pusat melalui AA

    Maramis. Aceh juga menyumbang emas lantakan untuk membeli obligasi pemerintah,

    membiayai berdirinya perwakilan RI di India, Singapura dan pembelian dua pesawat

    terbang untuk keperluan para pemimpin RI. Saat itu Soekarno menyebut Aceh adalahmodal utama kemerdekaan RI.

    Setahun berlangsung, kekecewaan tumbuh. Propinsi Aceh dilebur ke Propinsi

    Sumatera Utara. Rakyat Aceh marah. Apalagi, janji Soekarno pada 16 Juni 1948 bahwa Aceh

    akan diberi hak mengurus rumah tangganya sendiri sesuai syariat Islam tak juga dipenuhi.

    Intinya, Daud Beureueh ingin pengakuan hak menjalankan agama di Aceh. Bukan dilarang.

    Beureueh tak minta merdeka, cuma minta kebebasan menjalankan agamanya sesuai

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    21/23

    syariat Islam. Daud Beureueh pun menggulirkan ide pembentukan Negara Islam Indonesia

    pada April 1953. Ide ini di Jawa Barat telah diusung Kartosuwiryo pada 1949 melalui Darul

    Islam. Lima bulan kemudian, Beureueh menyatakan bergabung dan mengakui NII

    Kartosuwiryo. Dari sinilah lantas Beureueh melakukan gerilya. Rakyat Aceh, yang notabene

    Islam, mendukung sepenuhnya ide NII itu. Tentara NII pun dibentuk, bernama Tentara

    Islam Indonesia (TII). Lantas, terkenallah pemberontakan DI/TII di sejumlah daerah.Beureueh lari ke hutan. Cuma, ada tragedi di sini. Pada 1955 telah terjadi pembunuhan

    masal oleh TNI. Sekitar 64 warga Aceh tak berdosa dibariskan di lapangan lalu ditembaki.

    Aksi ini mengecewakan tokoh Aceh yang pro-Soekarno. Melalui berbagai gejolak danperundingan, pada 1959, Aceh memperoleh status propinsi daerah istimewa.

    Beureueh merasa dikhianati Soekarno. Bung Karno tidak mengindahkan struktur

    kepemimpinan adat dan tak menghargai peranan ulama dalam kehidupan bernegara.

    Padahal, rakyat Aceh itu sangat besar kepercayaannya kepada ulama. Gerilya dilakukan.

    Tetapi, Bung Karno mengerahkan tentaranya ke Aceh. Tahun 1962, Beureueh dibujuk

    menantunya El Ibrahimy agar menuruti Menhankam AH Nasution untuk menyerah.

    Beureueh menurut karena ada janji akan dibuatkan UU Syariat Islam NKita tahu dan ingatsejak dari dulu Aceh adalah salah satu daerah yg sangat ditakuti penjajah. Belandapun tak

    bisa menaklukkan Aceh dengan perang, dan Aceh ditaklukkan dikarenakan pengkhianatan.

    Cut Nyak Dien, Teuku Umar dan Cut Meutia adalah beberapa tokoh perjuangan

    rakyat Aceh yg sangat terkenal dengan kegigihannya berjuang melawan penjajah.

    Dan ada sebuah cerita yg menjadi salah satu alasan penting mengapa Acehmendapatkan gelar Daerah Istimewa selain Yogyakarta.

    Jasa rakyat Aceh terhadap negeri ini sungguh amat besar. Ketika pemerintah pusat

    di Yogya ditangkap Belanda dalam perang mempertahankan kemerdekaan, dibentuklahPDRI (Pemerintahan Darurat RI) yang berpusat di Bukittingi, Sumatera Barat. Yang tidak

    diketahui khalayak banyak, semua pengeluaran dan dana operasionil PDRI ini dibiayai olehrakyat Aceh.

    Dari dana operasional Staf Angkatan Laut, dan Staf Angkatan Udara, misi diplomasi

    Dr. Soedarsono ke India dan L. N. Palar di markas besar PBB di New York, AS, dana

    operasional perwakilan RI di Penang dan Singapura, ongkos pengeluaran duta keliling RI

    Haji Agus Salim dan biaya konferensi Asia di New Delhi, India, seluruhnya juga ditanggung

    oleh rakyat Aceh. Semua itu dilakukan rakyat Aceh dengan ikhlas.

    Belum cukup dengan segala pengorbanan itu semua, rakyat Aceh juga dengan ikhlasmembeli dua buah pesawat terbang untuk dihibahkan kepada pemerintah pusat.

    Pembelian pesawat ini memakai mata uang dollar yang diperoleh dari hasil sumbanganrakyat Aceh.

    Para perempuan Aceh melepas cincin, kalung, anting, dan segala perhiasan emas

    peraknya yang kemudian dikumpulkan untuk ditukar dengan uang. Uang itulah yang

    digunakan untuk membeli pesawat yang diberi nama Seulawah yang berarti Gunung Emas

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    22/23

    Latar belakang pembelian dua pesawat ini sungguh-sungguh mengharukan: Bulan

    Juni 1948, Soekarno berkunjung ke Aceh. Dalam suatu pertemuan di Hotel Aceh, 16 Juni

    1948, Bung Karno berkata, Alangkah baiknya jika Indonesia mempunyai kapal udara

    untuk memperkuat pertahanan negara dan mempererat hubungan antara pulau dan

    pulau. Hanya dalam hitungan jam setelah Bung Karno menyatakan hal itu, pengusaha -

    pengusaha Aceh yang tergabung dalam Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh(Gasida) menggelar pertemuan khusus. Mereka sepakat rakyat Aceh akan bersatu

    mengumpulkan uang dan segala perhiasan emas perak untuk membeli pesawat.

    Dalam waktu dua hari terkumpul dana sekitar 130.000 Straits Dollar (Dollar

    Singapura). Ketua Gasida, Muhammad Juned Yusuf, beserta beberapa anggota Panitia Dana

    Dakota pada tanggal 1 Agustus 1948 segera berangkat ke Singapura dengan membawa

    dana tersebut dan emas seberat dua kilogram.

    Semua itu diserahkan kepada Ketua Komisi Pembelian Pesawat Opsir Udara II

    Wiweko. Setelah memakan waktu sekitar tiga bulan, sebuah pesawat Dakota tiba ke tanah

    air pada Oktober 1948. Pesawat tersebut diberi nomor registrasi RI-001 sebagai nomorpesawat khusus VIP. Inilah yang kemudian diberi nama Seulawah alias Gunung Emas.

    Sedang pesawat yang satunya tidak diketahui apa dan bagaimana keberadaannya hingga

    kini.

    Bulan November 1948, Bung Hatta berkeliling Sumatera setelah melalui Magelang,

    Yogyakarta, Jambi, Payakumbuh, dan Banda Aceh, lalu pulang kembali ke Yogya. Setelah

    melakukan penerbangan selama 50 jam terbang, maka pada 6 Desember 1948 Seulawahditerbangkan ke Calcuta, India, untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan.

    Tanggal 20 Januari 1949, Seulawah selesai dirawat. Namun karena situasi di tanah

    air tidak memungkinkan, maka atas seizin pemerintah Burma, Seulawah diizinkanmendarat di Rangoon dan di negeri ini Seulawah melayani penerbangan sipil lebih kurang

    satu setengah tahun lamanya untuk menghimpun dana perjuangan bagi Republik

    Indonesia. Pada 2 Agustus 1950 Seulawah tiba kembali ke tanah air melewati rute

    Rangoon, Bangkok, Medan, dan mendarat di Bandung sehari setelahnya. Seulawah inilah

    cikal bakal perusahaan penerbangan niaga Indonesia pertama yang kemudian menjelma

    menjadi Garuda Indonesian Airways.

    Saat Yogyakarta dikembalikan kepada republik, pemerintah RI sama sekali tidak

    punya uang untuk menggerakkan roda pemerintahannya. Dari Aceh, lagi-lagi, rakyatnya

    menggalang dana yang segera dialirkan ke Yogyakarta. Berbagai sumbangan berupa uang,

    alat tulis, alat-alat kantor seperti mesin tik dan sebagainya, serta obat-obatan, mengalirdari Aceh ke Yogya.

    Bahkan rakyat Aceh kala itu menyumbangkan emas batangan seberat 5 kilogram

    kepada pemerintah pusat. Yang terakhir ini pun menguap entah kemana. Rakyat Aceh juga

    sangat prihatin dengan kondisi kesehatan Panglima Besar Jenderal Sudirman yang dikenal

    sebagai panglima yang sholih dan taat agama, sebab itu dari Aceh dikirimkan 40 botol obat

    suntik streptomisin guna mengobati penyakit paru-paru beliau.

  • 7/25/2019 Budnus Aceh Fix

    23/23

    Inilah wujud nasionalisme rakyat Aceh yang sangat tinggi dalam mempertahankan

    keberadaan Republik Indonesia yang kala itu masih berusia sangat muda dan sangat lemah.

    Tidak berlebihan kiranya, tanpa solidaritas Muslim Aceh, pemerintah Republik Indonesia

    akan sangat sulit mempertahankan dirinya, bahkan tidak mungkin akan lenyap ditelankeganasan Belanda.

    Bung Karno pun saat itu menjuluki Aceh sebagai daerah modal bagi perjuangan

    Republik Indonesia. Bahkan dalam kunjungan pertamanya ke Aceh tahun 1948, kepada

    tokoh Aceh Teungku Muhammad Daud Beureueh, Bung Karno berjanji akan mendukung

    penerapan syariat Islam di seluruh wilayah Aceh. Sesuatu yang tidak lama kemudian

    dikhianati Bung Karno sendiri.

    Pengorbanan seluruh rakyat Aceh kepada Republik Indonesia sangatlah besar dan

    vital. Aceh sungguh-sungguh menjadi daerah modal, menjadi semacam gudang uang bagi

    pemerintahan pusat dalam menjalankan roda pemerintahannya dan mempertahankan diridari gempuran Belanda.ama)bagi rakyat Aceh (baru terwujud tahun 2001).