bulletin cipta karya edisi mei 2015

Upload: bulinmatur

Post on 16-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    1/36

    Karya Cipta Infrastruktur PermukimanEdisi 05/Tahun XIII/Mei 2015

    LENSA CK Water, Sanitation, and Cities Forum & Exhibition 2015 Jakarta Convention Center, 27-29 Mei 2015

    Revolusi

    Sebatang Bambu

    28

    Suplai Air Dalam

    Pencapaian 100%Aman Air Minum 2019

    12

    Melihat Contoh Sampah

    Diperlakukan di TPSTRawasari

    9KEMENTERIAN

    PEKERJAAN UMUM

    DAN PERUMAHAN RAKYA

    Indonesia Sukses Gelar

    Water,Sanitation,and CitiesForum & Exhibition 2015

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    2/36

    14

    Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015daftar isi

    2

    5

    22

    17

    18

    26LENSA CK Water, Sanitation, and Cities Forum

    & Exhibition 2015Jakarta ConventionCenter, 27-29 Mei 2015

    PLUS!

    LIPUTAN KHUSUS

    Melihat Contoh SampahDiperlakukan di TPSTRawasari

    9

    INOVASI

    Rudal SPS Indonesia:RUang kenDALi SistemPenanganan SampahIndonesia

    Bank Sampah BersihMandiri, Kunjungi diBangkalan!

    Formula KARTINI(baKAdsoRbsi TemuanIndoNesIa):Terobosan Barudalam Dunia PersampahanIndonesia

    Revolusi Sebatang Bambu

    18

    22

    26

    28

    INFO BARU

    Suplai Air Dalam Pencapaian100% Aman Air Minum 2019

    87 Kabupaten/KotaDirekomendasikan DapatSPPH Hibah Air Minum

    Profesionalitas dan IntegritasArsitek akan DilindungiUndang-Undang

    Menteri PUPR MintaInfrastuktur Pendukung SailTomini Selesai Tepat Waktu

    12

    14

    15

    17

    Indonesia Sukses GelarWater, Sanitation, andCities Forum & Exhibition2015

    Air, Sanitasi, danPerkotaan di PanggungHarapan

    4

    6

    BERITA UTAMA

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    3/363

    Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email [email protected]

    atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id

    3

    Pelindung

    Budi Yuwono P

    Penanggung Jawab

    Antonius Budiono

    Dewan Redaksi

    Susmono, Danny Sutjiono,

    M. Sjukrul Amin, Amwazi Idrus,

    Guratno Hartono, Tamin MZ. Amin,

    Nugroho Tri Utomo

    Pemimpin Redaksi

    Dian Irawati, Sudarwanto

    Penyunting dan Penyelaras Naskah

    T.M. Hasan, Bukhori

    Bagian Produksi

    Erwin A. Set yadhi, Djoko Karsono,

    Diana Kusumastuti, Bernardi Heryawan,

    M. Sundoro, Chandra RP. Situmorang,

    Fajar Santoso, Ilham Muhargiady,

    Sri Murni Edi K, Desrah,Wardhiana Suryaningrum, R. Julianto,

    Bhima Dhananjaya, Djati Waluyo Widodo,

    Indah Raftiarty, Danang Pidekso

    Bagian Administrasi & Distribusi

    Luargo, Joni Santoso, Nurfathiah

    Kontributor

    Dwityo A. Soeranto, Hadi Sucahyono,

    Nieke Nindyaputri, R. Mulana MP. Sibuea,

    Adjar Prajudi, Rina Farida, Didiet A. Akhdiat,

    RG. Eko Djuli S, Dedy Permadi, Th Srimulyatini

    Respati, Joerni Makmoerniati, Syamsul Hadi,

    Hendarko Rudi S, Iwan Dharma S, Rina Agustin,

    Handy B. Legowo, Dodi Krispatmadi,

    Rudi A. Arifin, Endang Setyaningrum,

    Alex A. Chalik, Djoko Mursito, N. Sardjiono,Oloan M. Simatupang, Hilwan, Kun Hidayat S,

    Deddy Sumantri, Halasan Sitompul,

    Sitti Bellafolijani, M. Aulawi Dzin Nun,

    Ade Syaiful Rahman, Aryananda Sihombing,

    Agus Achyar, Ratria Anggraini, Dian Suci Hastuti,

    Emah Sudjimah, Susi MDS Simanjuntak,

    Didik S. Fuadi, Kusumawardhani, Airyn Saputri,

    Budi Prastowo, Aswin G. Sukahar,

    Wahyu K. Susanto, Putri Intan Suri,

    Siti Aliyah Junaedi

    Alamat Redaksi

    Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110

    Telp/Fax. 021-72796578

    Email

    [email protected]

    PelindungAndreas Suhono

    Penanggung JawabAntonius Budiono

    Dewan RedaksiDadan Krisnandar, Mochammad Natsir,M. Maliki Moersid, Hadi Sucahyono,Adjar Prajudi, Tamin MZ. Amin,Nugroho Tri Utomo

    Pemimpin RedaksiSri Murni Edi K, Sudarwanto

    Penyunting RedaksiBhima Dhananjaya, Buchori

    Bagian ProduksiElkana Catur H., Dian Ariani,Djati Waluyo Widodo

    Bagian Administrasi & DistribusiLuargo, Joni Santoso

    KontributorDwityo A. Soeranto, R. Mulana MP. Sibuea,M. Sundoro, Dian Irawati, Nieke Nindyaputri,Prasetyo, Oloan MS., Hosen Utama,Aswin G. Sukahar, TM. Hasan, Kusumawardhani,Ade Syaiful Rachman, Aryananda Sihombing,Dian Suci Hastuti.

    Alamat RedaksiJl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110

    Telp/Fax. 021-72796578

    [email protected]

    website http://ciptakarya.pu.go.id

    twitter

    @ditjenck

    instagram @ditjenck

    Cover :

    Wapres Jusuf Kalla memukul gong penanda

    dibukanya WSC Forum & Exhibition 2015

    (foto : Dodo)

    Membahas permukiman layak huni dan berkelanjutan ibarat rumah besar yang berisi

    kebutuhan dasar masyarakat bernama akses air minum dan akses sanitasi, baik di

    perkotaan dan perdesaan. Keduanya kemudian terus saling berkejaran dengan tingkat

    urbanisasi yang tinggi dengan dampaknya yang sangat serius terhadap perkembangan

    perkotaan. Sebagai pihak yang memikul tugas mewujudkan permukiman layak huni

    dan berkelanjutan, Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

    Rakyat selalu menyuarakan perlunya kerjasama berbagai pihak untuk mencapai target

    nasional maupun komitmen Internasional.

    Kali ini suara tersebut diwadahi dalam ajang Water, Sanitation, and Cities yang

    menghimpun kegiatan forum dan pameran sendiri menghimpun enam kegiatan utama

    antara lain Indonesia International Water Week, Municipal Solid Waste Management and

    Domestic Wastewater Management, Smart Planning for Heritage River Cities, National

    Urban Forum, Youth Program, dan Pemeran yang menampilkan kebijakan dan strategi

    pembangunan di bidang air, sanitasi, dan perkotaan beserta implementasinya.

    Dari berbagai isu dan tindak lanjut yang telah didiskusikan dalam forum tersebut,

    perlu komitmen dan kerjasama dari seluruh pihak, baik pemerintah pusat, provinsi,

    kabupaten/kota, dunia usaha, masyarakat, NGO, serta lembaga donor, dalam rangka

    pencapaian target kota berkelanjutan serta akses air minum dan sanitasi berkelanjutan,termasuk di dalamnya untuk mencapai target pemerintah Indonesia mewujudkan

    gerakan 100-0-100, hingga tahun 2019.

    Selain itu, hasil forum yang ada di atas akan digunakan sebagai referensi dalam

    menyiapkan dan mendukung penuh Konferensi Habitat III yang akan diselenggarakan

    pada tahun 2016 yang akan datang. Salah satu persiapan yang dilakukan adalah

    menyusun National Report Habitat III serta menjadi tuan rumah pada Preparatory

    Meetinguntuk Regional Asia Pacific pada bulan Oktober 2015 yang akan datang.

    (Teks : Buchori)

    Himpun SolusiDalam Forum Air Minum,Sanitasi, dan Perkotaan

    editorial

    Buletin ini menggunakan 100%

    kertas daur ulang(cyclus paper)

    Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    4/36

    Indonesia sukses menggelar Water,Sanitation, and Cities Forum & Exhibition2015yang berlangsung di Jakarta 27-29Mei 2015 dan dibuka oleh Wakil PresidenRI, M. Jusuf Kalla. Selama tiga hari parastakeholdermerumuskan strategi danrekomendasi untuk menjawab tantanganlima tahun ke depan sesuai RPJMN 2015-2019, yaitu peningkatan akses terhadapair minum dan sanitasi yang layak menjadi100%, serta mewujudkan kota tanpapermukiman kumuh di Indonesia pada2019.

    4

    WSC Forum and Exhibition diselenggarakan

    oleh Kementerian Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat didukung oleh Bappenas

    dan Kementerian Kesehatan, dan dihadiri ahli,

    praktisi, lembaga donor internasional, peme-

    rintah, dan swasta. Kegiatan ini menghimpun enam kegiatan

    utama antara lain Indonesia International Water Week, Municipal

    Solid Watse Management and Domestic Wastewater Management,

    Smart Planning for Heritage River Cities, National Urban Forum,

    Youth Program, dan Pemeran yang menampilkan kebijakan dan

    strategi pembangunan di bidang air, sanitasi, dan perkotaan

    beserta implementasinya.

    Forum tersebut merumuskan tujuh hal mendasar yang perlu

    dipersiapkan bersama untuk menuju akses universal air minum

    dan sanitasi yang berkelanjutan serta perkotaan yang livable, yaitu

    : (i) Komitmen; (ii) Dasar hukum dan Kebijakan yang Kokoh; (iii)Kelembagaan; (iv) Capacity Building;(v) Penerapan Teknologi ; (vi)

    Partnershipantar stakeholder;dan (vii) Kerjasama Pemerintah dan

    Swasta.

    Penyediaan layanan air minum dan sanitasi tidak dapat

    dilepaskan dari adanya dukungan pendanaan yang memadai.

    Salah satu kendala terbesar adanya rendahnya tarif pelayanan,

    dimana penetapannya sering kali tidak dapat dilepaskan dari

    kepentingan politik. Karena itu, kita tidak kenal lelah untuk

    menyampaikan bahwa ada risiko besar di masyarakat miskin

    yang harus membayar lebih mahal dibandingkan kita yang dapat

    mengakses air dengan mudah, ungkap Dirjen Cipta Karya Andreas

    Suhono.

    Indonesia SuksesGelar Water, Sanitation,and Cities Forum & Exhibition 2015

    berita utama

    Pembangunan wilayah dan perkotaan tidak dapat dilakukan

    tanpa adanya dukungan sumber daya yang dikelola dengan

    optimal. Driver of development yang besar dihadapi oleh semua

    kota secara global, di antaranya urbanisasi yang semakin

    signifikan, daya dukung kota yang semakin terbatas, perubahan

    iklim, serta bencana alam. Empat hal itu menjadi key driversdalam

    mewujudkan kota berkelanjutan. Keberlanjutan kota ke depan

    juga sangat ditentukan oleh kepemimpinan lokal yang dapat

    mengelola kotanya. Dalam forum tersebut juga menyimpulkan beberapa isu

    tentang upaya bersama membangun kota dengan fungsinya

    sebagai berikut: (i) Mesin penggerak pertumbuhan ekonomi bagi

    kesejahteraan bangsa dan memberikan peluang penghidupan

    (livelihood)termasuk bagi kelompok masyarakat yang rentan; (ii)

    Pelayanan dasar dan amenitas yang mudah diakses masyarakat;

    (iii) Melayani berbagai lapisan masyarakat (anak-anak/pemuda/

    lansia, gender, kelompok sosial budaya, difabel, kelompok

    berpenghasilan rendah); (iv) Mempermudah mobilitas masyarakat

    untuk bekerja dan melakukan aktifitas sehari-hari; (v) Membangun

    kebertahanan (resilience) masyarakat kota dalam menghadapi

    berbagai tantangan ke depan seperti sumber daya (air, energi,

    pangan), perubahan iklim dan bencana, serta mata pencaharian;

    (vi) Menjaga keragaman (diversity) sosial-budaya, geografis danmodalitas masyarakat; (vii) Memberikan peluang dan ruang yang

    setara untuk kegiatan formal dan informal di perkotaan, serta

    memberikan sistem pendukung yang memadai (teknis, finansial,

    legal); dan (viii) Memperkuat data dan informasi, pengetahuan

    (knowledge), serta pembangunan kapasitas dan budaya warga

    dan pengelola perkotaan melalui perkuatan community of practice

    (komunitas praktisi) dan learning groups (kelompok belajar)

    seperti asosiasi profesi, interest groups(kelompok minat), penggiat

    masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi

    kemasyarakatan.

    Dari berbagai isu dan tindak lanjut yang telah didiskusikan

    dalam forum tersebut, perlu komitmen dan kerjasama dari seluruh

    pihak, baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dunia

    usaha, masyarakat, NGO, serta lembaga donor, dalam rangkapencapaian target kota berkelanjutan serta akses air minum dan

    sanitasi berkelanjutan, termasuk di dalamnya untuk mencapai

    target pemerintah Indonesia mewujudkan gerakan 100-0-100

    hingga tahun 2019.

    Selain itu, hasil forum ini akan digunakan sebagai referensi

    dalam menyiapkan dan mendukung penuh Konferensi Habitat III

    yang akan diselenggarakan pada tahun 2016 yang akan datang.

    Salah satu persiapan yang dilakukan adalah menyusun National

    Report Habitat III serta menjadi tuan rumah pada Preparatory

    Meetinguntuk Regional Asia Pacific pada bulan Oktober 2015 yang

    akan datang. (Teks: Buchori)

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    5/365

    Suasana Ruang Cendrawasih JakartaConvention Center mendadak lain daribiasanya. Dari gerbang hingga lobbyCendrawasih terhampar konstruksibambu untuk menyambut para pesertaWater, Sanitation, and Cities (WSC)Forum&Exhibition 2015yang berlangsungpada 27-29 Mei 2015.

    5

    berita utama

    Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

    Air, Sanitasi, dan Perkotaan

    di Panggung Harapan

    Konsep bambu dipilih untuk mengkampanyekan

    green infrastructure dan adaptasi perubahan iklim

    kepada masyarakat. Era penggunaan kayu yang

    sangat dominan dalam berbagai keperluan ter-

    utama pada konstruksi bangunan sudah hampir

    berlalu, meskipun kayu merupakan salah satu bahan yang ramah

    lingkungan. Padahal kita mempunyai sumber daya alam lain yang

    cukup banyak yang tidak kalah kekuatannya dengan kayu yaitu

    bambu. (artikel lengkap di rubrik Inovasi).

    WSC dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla ditandai dengan

    pemukulan gong didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono,

    Dirjen Cipta Karya Andreas Suhono, Dirjen Sumber Daya Air

    Mudjiadi, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dan

    mantan Menteri PU Djoko Kirmanto dan mantan Menteri

    Kimpraswil Erna Witoelar.

    Dalam sambutannya Jusuf Kalla mengingatkan kepada semua

    bahwa sumber air paling baik adalah penghematan dan kebiasaan

    masyarakat. Dengan merubah kebiasaan dan melakukan peng-

    hematan dalam menggunakan air maka akan menjamin airDari kiri ke kanan: Dirjen Cipta Karya Andreas Suhono, Gubernur DKI Jakarta Basuki

    Tjahja Purnama, Wapres Jusuf Kalla, mantan Menteri PU Djoko Kirmanto, mantanMenteri Kimpraswil Erna Witoelar, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    6/366

    berita utama

    tersebut tidak cepat habis. Air dan sanitasi menurut Kalla sangat

    penting, karena banyak orang sakit akibat masalah air dan sanitasi

    yang buruk. Masalah air dan sanitasi merupakan tanggung jawab

    bersama. Mari selesaikan bersama tegas Kalla.

    Wapres juga mencuatkan lagi program 10 juta sambungan

    rumah (SR) yang pernah dicanangkan tahun 2009 lalu kala ia

    menjadi Wakil Presiden era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

    Dia meminta agar program pembangunan 10 juta sambungan air

    bersih diselesaikan dalam waktu lima tahun. Menurutnya, hingga

    kini, baru 30 persen warga negara Indonesia yang menikmati

    sambungan air bersih. Kita jujur saja, saat ini ada 10 juta dikali 5

    orang per keluarga berarti 50 juta. Itu berarti baru 30% dari jumlah

    penduduk kita. Karena itu lah mari kita program, bikin 10 jutasambungan baru dalam lima tahun, harus dilaksanakan. Jangan

    hanya seminar-seminar terus, katanya.

    Menurutnya, selama ini terjadi ketidakadilan di banyak kota

    terkait distribusi air bersih. Sebagian warga terpaksa membeli

    air bersih dengan harga lebih mahal daripada yang dipatok

    Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) karena tidak mendapatkan

    sambungan air bersih. Kalau air minum PDAM taruh lah harganya

    Rp 6000 hingga Rp 10.000 per kubik. Tapi karena tidak ada

    sambungan, maka beli kaleng yang totalnya Rp 40.000 dengan

    kaleng, tidak bersih lagi, mahal juga. Jadi saya bilang bangsa itu

    tidak adil apabila berbicara soal air, karena itu lah tentulah kita

    akan adilkan bangsa ini karena air milik bersama, tutur dia.

    Kalla juga berpesan agar pemerintah daerah dan DPRD

    mendukung PDAM dalam membangun 10 juta sambungan air.Demikian juga ketika PDAM merasa perlu untuk meningkatkan tarif

    air bersih. Jangan karena kenaikan tarif bukan kebijakan popular,

    maka kepala daerah atau DPRD menentang rencana tersebut.

    Penting bagi Bupati dan DPRD, jangan karena air penting maka

    dianggap bahan popularitas. Mau naikan harga air seribu, dua

    ribu, tidak boleh. Padahal PDAM jadi tidak untung, tidak ekspansi,

    tidak bisa berkembang, maka menyebabkan rakyat beli kalengan

    Rp 40.000, tutur Kalla.

    Wapres optimistis pembangunan 10 juta sambungan air bersih

    bisa terealisasi mengingat biayanya tidak lebih besar dibandingkan

    dengan proyek pembangunan listrik 35.000 Megawatt. Bahkan,

    Kalla meminta agar utang-utang PDAM dihapuskan demi mem-

    biayai pembangunan 10 juta sambungan air bersih ini.

    WSC menghimpun enam kegiatan utama antara lain Indonesia

    International Water Week, Municipal Solid Waste Management and

    Domestic Wastewater Management, Smart Planning for Heritage

    River Cities, National Urban Forum, Youth Program, dan Pemeran

    yang menampilkan kebijakan dan strategi pembangunan dibidang air, sanitasi, dan perkotaan beserta implementasinya.

    Pada hari pertama sejumlah undangan menyimak ceri-

    ta pengalaman mengelola air minum dari para narasumber dari

    negara-negara di Asia, seperti Malaysia, Filipina, Jepang, dan

    lainnya. Dirjen Cipta Karya Andreas Suhono saat memberikan pa-

    paran sambutannya mengatakan, berbagai negara di Asia masih

    mengalami problem sistematis terkait kesenjangan akan akses

    pelayanan air minum dan sanitasi. Hal ini terutama dirasakan oleh

    kaum marjinal dan miskin. Untuk menuju penyampaian pelayanan

    yang berkelanjutan, perlu didukung dengan partnership dan

    alernatif pembiayaan yang mampu mendukung pembangunan.

    Fenomena yang dialami oleh kota-kota saat ini adalah ur-

    banisasi dan keterbatasan daya dukung serta kapasitas kota

    suatu pengelolaan kota menjadi kota berkelanjutan. Pemenuhan

    kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap layanan air minum

    dan sanitasi, menghadapi berbagi tantangan, termasuk bencana

    alam.

    Hal yang menarik dalam menyedikan pelayanan air minum

    dan sanitasi bahwa ini bukan masalah memilih perkotaan (urban)

    atau perdesaan (rural), tapi lebih pada bagaimana pemenuhan

    kebutuhan dasar masyarakat dapat dilakukan. Dengan demikian,di manapun keberadaan masyarakat, harus dapat dikenali dan

    disadari bahwa mereka memiliki hak terhadap pemenuhan ke-

    butuhan dasarnya.

    Pembangunan kota tidak dapat dilepaskan dari dukungan

    lingkungan. Kota-kota besar di dunia dihadapkan pada penurunan

    tanah dan akibat faktor alam maupun faktor manusia. Untuk itu,

    pemanfaatan air tanah sudah kurang relevan dan perlu diambil

    langkah nyata untuk melarang pemanfaatannya. Pemberian in-

    sentif bagi mereka yang mampu mengisikan kembali air tanah

    akan mampu mendorong normalisasi akuifer yang pada giliran nya

    akan mampu menjaga ketersediaan air yang keberlanjutan.

    Konstruksi bamboo untuk panel pameran lomba foto di ajang WSC 2015

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    7/3677

    berita utama

    Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

    Pengambilan air tanah secara gratis sudah tidak relevan dengan

    kondisi saat ini sehingga dibutuhkan regulasi untuk mengurangi

    pengambilan air tanah. Aturan yang diterapkan tersebut dapat

    berupa pelarangan gedung pemerintah di Jakarta meggunakan

    air tanah. Hal ini perlu didukung dengan peningkatan penyaluran

    air dari sistem perpipaan dari sumber lain, sehingga mampu tetap

    menjaga pemenuhan kebutuhan air dari sisi pengguna.

    Recycle Water menjadi salah satu alternatif sumber air untuk

    mengurangi penggunaan air tanah. Terobosan yang perlu dilak-

    sanakan antara lain adalah dengan pemberian insentif bagi

    masyarakat/swasta yang dapat melakukan pengisian kembali

    air. Pengolahan limbah guna mengurangi pencemaran yang

    masuk dari limbah domestik dan industri yang masuk ke badanair perlu dilakukan dengan optimal untuk menjaga keberlanjutan

    ketersedian air baku, yang pada gilirannya dapat meluaskan

    pelayanan air minum dan mengurangi ketergatungan terhadap

    penggunaan air tanah, penyadaran kesadaran publik melalui

    kampanye serta pengembangan wilayah yang sesuai dengan

    penataan ruang, kerjasama antara universitas dan swasta dalam

    inovasi tekonologi pengolahan air, serta yang tidak kalah penting

    kita harus bersama-sama menjaga dan memantau penurunan

    muka air tanah yang diakibatkan oleh penggunaan air tanah

    berlebih melalui sistem monitoringyang berkala dan terintergrasi.

    Isu yang tidak kalah penting terkait air di negara kita adalah

    dengan dibatalkannya Undang-Undang No.7 Tahun 2014 Tentang

    Sumber Daya Air, unsur privatisasi air menjadi hal yang menjadi

    dasar pembatalan UU tersebut. Hak rakyat untuk memperolehair bersih merupakan aspek penting. Oleh karena itu, privatisasi

    tidak boleh mengorbankan hak masyarakat akan air, dengan

    demikian setelah hak memperoleh air sudah terpenuhi bagi

    masyarakat, kemudian kerjasama antara pemerintah dan swasta

    (KPS) dapat dilaksanakan. Dan perlu digaris bawahi kembali,

    bahwa keberadaan KPS tidak mengesampingkan kebutuhan air

    bagi masyarakat secara luas.

    National Urban Forum (NUF)

    NUF merupakan rangkaian dari acara WSC yang menjadi forum

    pertemuan para pemangku kepentingan untuk membahas isu-

    isu pembangunan perkotaan, berbagi pengalaman tentang

    pendekatan pembangunan perkotaan serta praktik-praktik

    terbaik bidang permukiman dan pembangunan perkotaan di

    Indonesia. Para pemangku kepentingan akan berdiskusi, bertukar

    pengalaman dan pikiran mengenai perkembangan kota-kota di

    Indonesia, untuk pembangunan perkotaan yang lebih baik pada

    masa yang akan datang. Sebagai Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

    Indonesia mengalami tingkat urbanisasi yang cepat. Badan Pusat

    Statistik (BPS) memperkirakan tingkat urbanisasi nasional men-

    capai 66,7 persen pada tahun 2035.

    Cepatnya urbanisasi ini memunculkan tantangan bagi pe-

    merintah pusat dan daerah terutama dalam hal penyediaan pe-

    mukiman yang berkelanjutan dengan infrastruktur layak, ujar

    Direktur Pengembangan Permukiman, Hadi Sucahyono.

    Ia menambahkan, urbanisasi juga menuntut pengaturan per-

    mukiman di kawasan perkotaan agar tidak memunculkan masalah

    di kemudian hari. Perencanaan kawasan perkotaan harus bersifat

    komperehensif dan tidak reaktif, agar persoalan yang diselesaikan

    tidak hanya mampu menjawab masalah masa kini, tetapi juga

    mengantisipasi permasalahan yang dihadapi oleh generasi-

    generasi berikutnya, urainya.

    Pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang No 28 Tahun

    2002 tentang Bangunan Gedung. UU ini bertujuan mewujudkan

    bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata

    bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya.

    NUF terbagi dalam tigasesi. Sesi pertama tentang New UrbanAgenda: Resolving Future Challenges, sejumlah pembicara yang

    kompeten dihadirkan antara lain Dr. Ir. Wicaksono Sarosa dan Dr.

    Ir. Lana Winayanti, MCP.

    Sementara sesi kedua Mayor Forum dihadiri sejumlah

    walikota dan bupati yang yang berprestasi. Mereka memberikan

    paparan tentang terobosan-terobosan dalam berbagai aspek yang

    telah dan akan dilakukan untuk membenahi kotanya, dilanjutkan

    dengan tanggapan oleh tim penanggap. Pemimpin daerah yang

    diharapkan akan menjadi pembicara adalah Walikota Surabaya,

    Walikota Banjarmasin, Kepala Bidang Fispra Bappeda Kabupaten

    Banyuwangi.

    Direktur Jenderal Cipta Karya Andreas Suhono

    Para pegiat permukiman peserta Youth Program.

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    8/36

    berita utama

    Sesi ketiga akan mengupas tentang Indonesian Outlook.

    Dr. Ir. Djoko Kirmanto, Ir. Hayu Parasati, MPS, dan Harry Ganie

    berbicara tentang prospek pembangunan permukiman di per-

    kotaan Indonesia, khususnya terkait gerakan 100-0-100. untuk

    mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan, termasuk

    peran Kemitraan Habitat.

    Mengembalikan Identitas Kota Pusaka

    Kementerian PUPR bertekad mengembalikan identitas Kota

    Pusaka di Indonesia yang terancam hilang karena pesatnya per-

    tumbuhan ekonomi perkotaan. Melalui Program Penataan dan

    Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) yang sudah diikuti 45 kabupaten/

    kota, Kementerian PUPR mendorong penyusunan Pedoman

    Pelestarian Kota Pusaka dan Rencana Aksi Pengelolaan KotaPusaka.

    Tekad tersebut disampaikan Plt. Sekretaris Ditjen Cipta Karya,

    Dadan Krisnandar, dalam seminar Kota Pusaka bertajuk Smart

    Planning for Heritage River Cities di hari ketiga rangkaian WSC.

    Dalam seminar ini dibahas dua hal penting mengenai Ekonomi

    Pusaka danHeritage Impact Assessment.

    Seminar Kota Pusaka menjadi ajang berkumpul para pihak

    yang memiliki perhatian dengan isu pelestarian kota pusaka.

    Seminar ini memiliki semangat untuk mengeksplorasi ide-ide

    melestarikan sejarah yang terkandung dalam bangunan pusaka,

    sekaligus mempertahankan utilitas bangunan pusaka agar

    sejalan dengan perkembangan kota-kota modern di Indonesia,

    ujar Dadan. Ia menambahkan, masukan-masukan dari seminar

    ini diharapkan dapat disepakati sebagai satu bentuk pedoman

    yang dapat dijadikan acuan atau standar dalam melakukan

    penataan kawasan pusaka secara komprehensif dengan memper-

    timbangkan perkembangan perkotaan baik secara fisik, ekonomi,

    maupun sosial.

    Kota Pusaka harus mendapatkan perhatian karena per-

    tumbuhan ekonomi Indonesia yang sangat pesat dan dikha-

    watirkan menggerus peninggalan budaya. Harapannya Indonesia

    nantinya tetap tumbuh menjadi sebuah negara yang berkembang

    pesat, tanpa mengabaikan perkembangan kota-kota pusaka yang

    merupakan warisan luhur Bangsa Indonesia, imbuh Andreas

    Suhono.

    Pemeliharaan Kota Pusaka juga tertuang dalam Undang-

    undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Bagian

    keempat UU tersebut mengatur tentang pelestarian Bangunan

    Cagar Budaya. Pasal 38 ayat 1 menyebutkan Bangunan gedung

    dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan

    dilestarikan. Pada Desember 2012, diluncurkan pula Piagam Pelestarian

    Kota Pusaka Indonesia sebagai bentuk kesepakatan masyarakat

    pendukung pelestarian pusaka yang akan mengawal dan terus

    mendorong penataan dan pelestarian Kota Pusaka.

    Youth Program

    Anak muda sebagai penerus masa depan bangsa, merupakan

    kelompok yang memiliki potensi dan mampu menjadi agen

    perubahan untuk mengajak kepada lingkungannya maupun

    masyarakat luas untuk peduli terhadap sanitasi serta permukiman

    yang berkelanjutan. Dalam rangkaian WSC, Kementerian PUPR

    juga menyelenggarkanYouth Programdengan tema Pemuda Ber-

    karya Ciptakan Permukiman Berkelanjutan.

    Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian pe-

    muda dalam mewujudkan permukiman yang layak huni dan ber-

    kelanjutan melalui peningkatan pengetahuan dan fasilitasi ide

    kreatif anak muda terkait permukiman, air minum, dan sanitasi.

    Diharapkan anak muda Indonesia sebagai agent of change

    dapat mengembangkan dirinya untuk menjadi generasi baru

    yang peduli sanitasi dan menjadi pemicu bagi masyarakat luas.

    Ide-ide dan inovasi baru dalam memecahkan masalah sanitasi di

    berbagai wilayah di Indonesia diharapkan dapat dikembangkan

    dari kreatifitas anak-anak muda, tutur Direktur Pengembangan

    Penyehatan Lingkungan Permukiman, M. Maliki Moersid.

    Maliki mengucapkan selamat kepada 75 pemuda pemudi

    yang telah terpilih untuk mengikuti kegiatan Youth Program ini.

    Dari 75 peserta yang terpilih ada 3 orang warga negara asing yangberasal dari negara Jerman, Thailand dan India. Pada kegiatan ini

    peserta diberikan pembekalan tentang public speaking, teknik

    penyampaian pesan dan motivasi sebagai agen perubahan. Selain

    itu akan diberikan wawasan baru melalui sharingpengalaman dari

    Duta Indonesia untuk jaringan global change maker. Tidak lupa

    akan disampaikan pembekalan tentang Cipta Karya yang akan

    memperkaya dan menambah wawasan mengenai permukiman

    layak huni dan berkelanjutan, yang juga menjadi bekal dalam

    berlomba untuk menyusun proposal terbaik.

    Anak muda sebagai penerus masa depan bangsa diharapkan

    dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat luas mengenai

    pentingnya permukiman layak dan sehat. Semoga kegiatan Youth

    Program ini dapat bermanfaat, khususnya dalam menghadapi

    tantangan penyediaan permukiman yang layak huni danberkelanjutan, tutup Maliki. (Teks: Buchori)

    Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR,Hermanto Dardak, berfoto bersama para mahasiswa usai memberikan paparanmenganai wilayah pengembangan strategis.

    Suasana pameran di WSC 2015

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    9/36

    liputan khusus

    99

    Para peserta Water, Sanitation, and Cities (WSC) Forum

    and Exhibition 2015 yang diselenggarakan oleh

    Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

    Rakyat (PUPR) mengunjungi TPST Rawasari, Jumat

    (24/05/2015). Mereka ingin belajar sistem pengola-

    han sampah yang dilakukan oleh TPST Rawasari dalam mengelola

    sampah sebelum dibawa ke TPA. Tidak bau dan tidak kotor. Demikian kesan pertama setiap kali

    tamu datang mengunjungi TPST Rawasari, Jakarta Pusat. Tidak

    ada yang menutup hidungnya, bahkan makan dan minum pun

    bisa dilakukan di dalam lingkungan TPST. Tidak sombong, hampir

    setiap hari TPST Rawasari ini kedatangan tamu, tidak saja dari da-

    lam negeri namun tamu-tamu mancanegara pun hadir tak henti-

    hentinya, mereka ingin melihat langsung keajaiban yang terjadi

    pada sampah yang biasanya bau dan busuk. Tamu mancanegara

    yang pernah diterima di TPST ini diantaranya dari Cina, Singapura,

    Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Itali, Kolombia, Jepang.

    Letak TPST ini berada di lingkungan pemukiman warga yang

    Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu

    (TPST) Rawasari, Jakarta Pusat, merupakanTPST percontohan untuk pengurangansampah dari sumbernya melalui kegiatanpengomposan, sekaligus bisa diterapkandi kawasan padat penduduk.

    MelihatContoh Sampah Diperlakukandi TPST Rawasari

    lumayan padat, tepatnya warga RW 01 dan RW 02 Kelurahan

    Cempaka Putih Timur. Berdampingan langsung dengan kantor

    pemadam kebakaran, sekolah, Kantor Camat Cempaka Putih,

    pasar, Kantor Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat, dan kantor-

    kantor lainnya. Jadi TPST ini memang berlokasi di lingkungan

    yang ramai dan hidup 24 jam. Tapi sampai saat ini belum ada

    dampak sosial negatif yang ditimbulkan. Artinya, TPST ini bisaditerima secara sosial di lingkungan pemukiman, tidak ada unjuk

    rasa warga, tidak ada keberatan sama-sekali dari berbagai elemen

    masyarakat setempat.

    Ini adalah kondisi ideal yang diharapkan pada pengelolaan

    sampah domestik tidak saja di Indonesia, namun di seluruh dunia.

    Pengurangan di tingkat masyarakat dikenal juga dengan istilah

    pengurangan dari sumbernya, merupakan cita-cita yang hendak

    dicapai oleh Indonesia dalam mengatasi permasalahan sampah

    domestik. Bayangkan, saat ini Indonesia menghasilkan sampah

    domestik (sampah yang berasal dari rumah tangga) sebesar 167

    ribu ton per hari (KLH, 2008).

    Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    10/36

    liputan khusus

    10

    Padahal, 65 persen dari komposisi sampah itu adalah sampah

    yang mudah membusuk atau lebih dikenal dengan sampah or-ganik yang sebenarnya sangat berpotensi untuk dikurangi melalui

    pengomposan. Jadi yang bakal menuhin TPA cuma sampah-

    sampah yang benar-benar tidak bisa di-treatment lagi, hanya

    sekitar 10 persen.

    TPST Percontohan

    TPST ini dibangun pada tahun 2000 dan awalnya dikelola oleh

    Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Namun,

    sejak tahun 2009 TPST Rawasari dipindahtangankan ke Dinas

    Kebersihan DKI Jakarta. TPST Rawasari saat ini dibawah supervisi

    Indonesia Solid Waste Association (InSWA).

    Sejalan dengan amanat Undang-undang No 18 Tahun 2008

    tentang Pengelolaan Sampah dan peraturan turunannya yakni

    PP No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah RumahTangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga, TPST adalah tempat

    dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, maka dari itu

    TPST Rawasari tidak saja melakukan upaya pengomposan namun

    mengintegrasikan kegiatan 3R lainnya. Contohnya saat ini TPST

    Rawasari juga sebagai dropping point (lokasi titik pengumpulan)

    sampahpolystyreneatau lebih dikenal dengan sampah styrofoam.

    Sampah yang tidak mudah terurai dipilah lagi. Kertas dan botol

    plastik dikumpulkan untuk dijual. Kira-kira terdapat 80 kg sampah

    jenis ini setiap hari. Kegiatan ini bekerjasama dengan BPLHD

    DKI Jakarta. Dropbox (kotak pengumpulan) akan ditempatkan

    di beberapa lokasi seperti perkantoran dan pemukiman yang

    selanjutnya dalam jangka waktu tertentu akan diangkut ke TPSTdan ke pabrik daur ulang styrofoam.

    Sampah yang tersisa dengan bobot sekitar 400 kg dikembalikan

    ke tempat pengolahan sampah Suku Dinas Kebersihan Jakarta

    Pusat, tepat di depan TPST. Sampah jenis ini tidak bisa diolah, pun

    tidak laku dijual, sehingga dikembalikan ke TPST Bantargebang.

    Sampah-sampah mudah terurai itulah yang dikumpulkan dalam

    gundukan-gundukan. Dalam empat bulan, sampah akan berubah

    menjadi pupuk kompos. Tentu saja disiram air tiap hari dan dibalik

    secara berkala agar pembusukan sempurna.

    Saat ini TPST sedang mencoba mengikutsertakan plastik

    biodegradablealias plastik mudah terurai dalam pengolahan sam-

    Untuk di Jakarta, TPST Rawasari merupakanTPST percontohan untuk pengurangan sampah

    dari sumbernya melalui kegiatan pengomposan,

    sekaligus bisa diterapkan di kawasan padat

    penduduk.

    Para peserta WSC 2015 mengunjungi TPST 3R di Rawasari Jakarta Pusat

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    11/36

    liputan khusus

    1111

    pah jadi kompos. Jika uji coba berhasil, plastik yang dibuat dari

    bahan mudah terurai tidak lagi menambah tumpukan sampah

    yang sulit terurai.

    Pupuk yang merupakan produk sampingan pengolahan

    sampah di TPST ini dijual Rp 1.500 per kg atau Rp 20.000 untuk

    kemasan 20 kg. Setiap gundukan menghasilkan 600 kg kompos.

    Aktivitas ini sudah kami lakukan sejak tahun 2000, ucap Ny

    Suwarso, koordinator TPST Rawasari.

    Pada awalnya, TPST ini dikelola Badan Pengkajian dan Pe-nerapan Teknologi. Sejak tahun 2009, TPST Rawasari dipin-

    dahtangankan ke Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Pengolahan sam-

    pah di TPST Rawasari bisa lebih banyak karena ruang yang ada

    masih tersisa. Apa daya, tenaga kerja yang ada sangat terbatas.

    Dengan tenaga yang ada sekarang, hidup TPST ini masih

    menunggu subsidi pemerintah. Maklum, pengolahan sampah

    di DKI Jakarta belum melibatkan peran serta masyarakat untuk

    membayar biaya pengolahan. Pengamat persampahan, Sri

    Bebassari, menghitung, kebutuhan biaya pengolahan sampah

    bisa mencapai Rp 100.000- Rp 150.000 per keluarga per bulan.

    Kalau saja TPST serupa ini semakin menjamur, persoalan sam-

    pah di DKI bisa dikurangi. Jalan menuju pengurangan sampah

    masih membutuhkan dukungan regulasi dan rencana induk untuk

    memantapkan langkahnya.(Teks: Ari)

    Pada awalnya, TPST ini dikelola Badan Pengkajian

    dan Penerapan Teknologi.

    Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    12/36

    info baru

    12

    Area Genangan Bendungan Batu Jai di Lombok Tengah dengan volume sekitar 23juta M3

    Area Genangan Bendungan Pengga di Lombok Tengah dengan volume sekitar 21juta M3

    Sampai saat ini potensi sumber dayaair di Indonesia sekitar 3.900 miliarM3setiap tahunnya. Namun darijumlah tersebut hanya 25% saja yangsudah dimanfaatkan untuk berbagaikebutuhan seperti irigasi, air baku, dan

    industri. Oleh karenanya, pembangunandan pengelolaan bendungan yangberkelanjutan merupakan salah satuupaya untuk memanfaatkan potensitersebut, kata Direktur Jenderal SumberDaya Air Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat, Mudjiadi, saatmembuka Seminar Nasional BendunganBesar di Nusa Tenggara Timur (NTT)pada Mei 2015 yang bekerja sama

    dengan Komite Nasional Indonesia untukBendungan Besar (KNI-BB).

    Masmian Mahida*)

    Suplai Air Dalam Pencapaian

    100% Aman Air Minum 2019

    Jika kita lihat nilai strategis bendungan/waduk dengan

    melihat potensi sumber daya air hingga 3.900 miliar M3

    adalah sangat signifikan untuk suplai air baku dengan

    cara transformasi dan reformasi tata kelola air baku

    yang salah satunya diperuntukkan bagi penyediaan air

    minum untuk masyarakat umum. Transformasi dan reformasi tata

    kelola air baku yang integral dari hulu ke hilir butuh komitmen

    simultan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat setelahmelihat potensi sumber daya air sangat besar dan cakupan area

    layanannya yang luas pada seluruh wilayah Indonesia.

    Dalam praktiknya dapat ditunjang sistem Enterprise Resource

    Planning (ERP) yang mencakup antara lain sistem Supply Chain

    Management (SCM), Financial Management (FM), Human Resources

    (HR), Project Management (PM) dan Customer Relationship

    Management (CRM).

    Nilai ekonomi air berupa Use Value (UV)tersebut, terutama air

    baku bagi masyarakat dan industri, tentunya memiliki dampak

    besar bagi kesejahteraan dan pertumbuhan perekonomian daerah

    lokal dan regional. Dari sisi rantai pasok (supply chain)air baku bagi

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    13/36

    info baru

    13

    Teknologi Membran Reserve Osmosis Pengolah Air Baku

    Warga menggambil air payau dari sumur di Pulau Palue, NTT

    Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

    masyarakat di seluruh wilayah Indonesia potensinya sangatlah

    besar. Karena itu perlu adanya pengelolaan yang sifatnya Giant

    Water Networks (GWN) yang mencakup lintas kabupaten dan

    provinsi secara merata.

    Terkait target pencapaian universal access 100% aman air

    minum 2019 menurut Direktorat Pengembangan Air Minum

    Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah dengan 2 program, yakni

    perluasan pelayanan air minum dan penyehatan PDAM. Namun,

    tentunya program-program tersebut perlu dukungan dari sisi

    hulu, yakni suplai air.

    Kita dapat melihat potensi air yang tersebar di seluruh

    Indonesia adalah sebagai suplai air, sebagai contoh pada Ben-

    dungan Batu Jai di Kabupaten Lombok Tengah Nusa TenggaraBarat (NTB) ini memiliki volume air tampungan efektif 23.502.000

    M3. Kemudian Bendungan Pengga di Kabupaten Lombok Tengah

    Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki volume air tampungan efektif

    21.000.000 M3.

    Pemanfaatan air baku yang berasal dari air permukaan salah

    satunya dari air sungai yang telah ditampung dalam bangunan

    bendungan/waduk maupun dengan program pembangunan

    bendungan/waduk baru di wilayah Indonesia yang berpotensi

    memiliki air merupakan terobosan yang dapat dimanfaatkan

    untuk mensuplai air bagi perusahaan daerah air minum (PDAM).

    Optimisme pasokan suplai air baku bagi PDAM adalah sangat

    besar, sehingga dapat menjawab tantangan dalam keterbatasan

    air baku pada daerah-daerah yang tidak memiliki sumber air baku

    dengan cara kerjasama/sinergi antar daerah maupun denganpemerintah pusat melalui sistem penyediaan air minum (SPAM)

    regional dengan mempertimbangkan pemenuhan kriteria 4K,

    yakni kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauan.

    Pada sisi lain kebutuhan suplai air bersih, yakni air minum

    pada daerah pesisir yang berair laut/payau dapat menggunakan

    teknologi yang mengolah air baku dari air laut/payau dengan

    penerapan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) dengan teknologi

    membran Reserve Osmosis (RO) tekanan rendah (Merotek)

    misalnya. Dengan metode tersebut atau inovasi teknologi lainnya

    sedianya kebutuhan air minum bersih yang memenuhi kualitas

    baku mutu bagi masyarakat pada daerah pesisir dapat tercukupi.

    Potensi sumber daya air di seluruh wilayah Indonesia sangat

    besar dengan melihat karakteristik daerah masing-masing terkaitketersediaan air untuk suplai air baku nasional tentunya sangat

    diperlukan sinergi top-down dan bottom-up, antara pemerintah

    pusat, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat terkait

    pengelolaan dan teknologi dalam mewujudkan universal access

    100% aman air minum 2019 yang berkeadilan dan berkelanjutan.

    *) Staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

    Lingkungan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian

    Pekerjaan Umum

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    14/36

    info baru

    14

    Kementerian Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat (PUPR) melaluiDitjen Cipta Karya merekomendasikanpenerbitan Surat Penetapan PemberianHibah (SPPH) ke Kementerian Keuangan

    untuk 87 kabupaten/kota pelaksanaprogram hibah air minum APBN 2015dengan nilai hibah Rp. 426,177 Miliardengan targetoutputsebanyak 144.809Sambungan Rumah (SR).

    87 Kabupaten/Kota

    Direkomendasikan Dapat SPPHHibah Air Minum

    Hal tersebut diungkapkan Direktur Pengembangan

    Air Minum Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR

    Mochammad Natsir saat membuka Rapat Teknis

    Pelaksana Program Hibah Air Minum APBN 2015 di

    Jakarta, Selasa (26/05/2015).

    Natsir mengatakan, program ini merupakan bukti bahwa

    Pemerintah Daerah memiliki komitmen dan kemampuan untuk

    meningkatkan kepedulian dalam peningkatan akses layanan air

    minum, terutama kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah

    (MBR).

    Untuk itu, berdasarkan pengalaman pelaksanaan program

    hibah air minum tahun-tahun sebelumnya, maka Pemerintah

    mulai tahun 2015 sampai 2019 akan mengimplementasikan

    pelaksanaan Program Hibah Air Minum dengan pendekatan

    serupa, melalui pendanaan rupiah murni APBN, sehingga akan

    berkontribusi positif terhadap pencapaian akses layanan air

    minum 100% di tahun 2019.

    Saya harap, dukungan dari masing-masing PDAM di daerah,

    untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program

    hibah ini, sehingga mampu mengoptimalkan pelayanan sektor Air

    Minum bagi masyarakat, harap Natsir.

    Natsir menambahkan, program hibah ini merupakan pene-

    rusan hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah

    yang bersumber dari pendapatan murni APBN TA 2015. Rapat

    ini merupakan upaya yang lebih sistematis untuk dapat mening-

    katkan kinerja program hibah air minum APBN, khusunya per-

    cepatan dalam pemasangan SR, ujar Natsir.

    Tujuan Rapat ini selain untuk menyampaikan status progres

    persiapan pelaksanaan pemasangan SR hibah APBN 2015, juga

    menyusun rencana tindak lanjut yang sinergi dan komprehensif

    dalam rangka percepatan pemasangan SR yang harus selesai akhir

    September 2015.

    Rapat ini dihadiri oleh 87 Direktur Utama PDAM kabupaten/

    kota penerima hibah air minum APBN tahun 2015, serta narasumber

    antara lain Kasubdit Investasi Direktorat Pengembangan Air

    Minum Ditjen Cipta Karya Meike Kencanawulan, perwakilan IndII

    FacilityDedi Budianto, dan Kasubdit Pengawasan BUMD Jasa Air

    Minum BPKP Albert Yudha.(Teks : bns)

    Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Ditjen Cipta Karya,Mochammad Natsir.

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    15/36

    info baru

    15Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

    Keberadaan Arsitek sudah lama. Karya-karyanya pun sudah mendapatkanpengakuan dari masyarakat. Ironisnyaselama ini belum ada produk hukum yangmelindunginya. Pada 2015 ini Indonesia

    akan memasuki Masyarakat Ekonomi Asia(MEA) yang melahirkan konsekuensi untukbersaing dengan arsitek asing. Dengandemikian Arsitek Indonesia tidak bolehjadi penonton.

    Profesionalitas

    dan Integritas Arsitekakan Dilindungi Undang-Undang

    R

    UU Arsitek merupakan salah satu prioritas tahun

    2015 yang masuk dalam Program Legislasi Nasional

    (Prolegnas). Untuk memperoleh berbagai aspirasi,

    masukan, dan pendalaman dari daerah, terkait

    penyempurnaan RUU ini, maka Komisi V DPR RImelakukan kunjungan kerja (kunker) dengan menyelenggarakan

    Focus Group Discussion (FGD) di Padang, Yogyakarta, dan

    Palangkaraya.

    Penyusunan RUU Arsitek dilandaskan pada beberapa hal

    penting dan strategis, antara lain pertumbuhan pasar konstruksi

    nasional, kurangnya tenaga Arsitek bersertifikat ahli, kebutuhan

    masyarakat akan adanya dasar hukum profesi Arsitek, belum

    adanya suatu pola keseragaman yang mengatur tentang Arsitek,

    syarat menjadi Arsitek, hak dan kewajiban Arsitek, dan lain-lain.

    Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan

    Perumahan Rakyat (PUPR), Andreas Suhono, mengungkapkan

    pada praktiknya sekarang terjadi beberapa ketidakadilan. Banyak

    bangunan karya Arsitek Indonesia yang tidak punya lisensi

    sehingga muncul nama arsitek asing, jangan sampai nanti ArsitekIndonesia hanya menjadi penonton. Menurut Andreas saat ini

    sebetulnya telah dilakukan upaya guna mendorong penyelamatan

    ataupun memberikan perlindungan kepada arsitek lokal, salah

    satunya dengan adanya asosiasi kota pusaka.

    Namun dengan adanya RUU Arsitek diharapkan ada payung

    hukum yang lebih kuat yang dapat dijadikan landasan dalam

    penyelamatan arsitek lokal. Dengan adanya UU Arsitek juga

    diharapkan dapat melecut rasa percaya diri arsitek Indonesia

    untuk dapat bersaing dengan arsitek asing, tidak hanya di ASEAN

    maupun Asia tapi juga di seluruh dunia, ujar Andreas dalam FGD

    di Yogyakarta (19/5).

    Ditegaskan, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR sangat

    mendukung lahirnya RUU Arsitek dengan menangkap perkem-

    bangan yang terjadi dalam Arsitektur Indonesia, termasuk profesi

    arsitektur dan penyelenggaraan arsitektur saat ini.

    UU Arsitek akan melindungi keberadaan arsitek Indonesia

    guna mengantisipasi adanya rekayasa hukum yang merugikan

    profesi ini. Andreas Suhono menilai keberadaan profesi arsitek

    dan pekerjaan arsitektur sudah diatur dalam 3 UU, yakni UU

    Jasa Konstruksi, UU Bangunan Gedung, dan UU Keinsinyuran.

    Sayangnya, hingga kini belum ada payung hukum yang secara

    khusus mengatur dan menaungi keberadaan profesi arsitek.

    masalah lain terkait profesi ini antara lain bekum adanya per-lindungan hasil karya, lemahnya daya saing dan kompetensi

    dalam menghadapi pasar ASEAN, serta belum adanya cetak biru

    terkait orisinil budaya arsitektur Indonesia yang belum diakui

    dalam tataran global akibat ciri literatur yang beragam.

    Terlebih belum adanya pola keseragaman seperti pola kerja,

    standar kinerja dan pengembangan profesi berkelanjutan. ini

    menjadi kendala sekalugus merugikan para arsitek, tutur Andreas.

    Pada kesempatan yang lain di Sumatera Barat (28/5), Direktur PBL

    Ditjen Cipta Karya Adjar Prajudi yang turut mendampingi Komisi

    V mengatakan bahwa standar perancangan perlu dilakukan.

    Kalau bisa Konsultan/ Arsitek yang merancang tidak berhenti di

    Ketua Komisi V DPR RI Fahri Djemi Francis (kiri) dan Dirjen Cipta Karya AndreasSuhono dalam Focus Group Discussion (FGD) RUU Arsitek di Yogyakarta.

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    16/36

    info baru

    16

    perencanaan, tetapi ikut sampai ke tahapan konstruksinya. Lisensi

    atau sertifikat penting untuk Arsitek karena pada MEA nanti

    kita tidak bisa menghalangi Arsitek asing masuk ke Indonesia.

    Untuk itulah Undang-Undang tentang Arsitek ini dibuat, agar

    profesionalitas dan integritas Arsitek bisa dilindungi, ucap Adjar.

    Diharapkan bahwa dengan adanya UU Arsitek ini maka dapat

    memberikan payung hukum yang jelas terhadap pertumbuhan

    dan perkembangan arsitek serta perlindungan jasa arsitek dan

    mewujudkan tertib penyelenggaraan jasa arsitektur. Selain itu

    juga agar Arsitek mempunyai profesionalisme, integritas, profesi,

    perlindungan profesi arsitek, dan ketentuan sanksi, serta dapat

    meningkatkan daya saing Arsitek Indonesia pada tingkat nasional

    dan internasional.

    Sementara itu saat memimpin FGD di Yogyakarta, Ketua

    Komis V DPR RI Fahri Djemi Francis menyampaikan lima harapan

    tersusunnya RUU Arsitek. Pertama, berkaitan dengan arah per-

    tumbuhan dan perkembangan arsitek dan pengguna jasa. Kedua,

    mewujudkan tertibnya penyedia jasa arsitek sebagai jaminan

    kesetaraan kehidupan antara pengguna jasa dalam hak dan

    kewajiban. Ketiga, mewujudkan peningkatan peran masyarakat

    dalam bidang arsitek. Keempat, menata arsitektur yang mampu

    menyeimbangkan kepentingan ekonomi keselamatan publik dan

    menciptakan kenyamanan lingkungan yang terbangun. Kelima,

    menjamin para pelaku arsitektur dengan tata kelola yang baik. Hal senada juga diungkapkan Muhtadi dari Universitas Islam

    Indonesia (UII). Dikatakan, arsitek sudah semestinya setara dengan

    profesi lain karena dibutuhkan waktu 5 tahun untuk mendapatkan

    gelar ini. Disamping itu, arsitek diakui oleh UU sebagai sebuah

    profesi secara formal. Oleh karenanya perlu adanya hubungan

    jaminan kerja untuk melakukan praktek kerja arsitek bagi yang

    memenuhi persyaratan.

    Dalam kesempatan sama Farry Djemi Francis menilai SDM

    di bidang ini masih terbatas untuk negara seluas Indonesia.

    Namun sudah layak profesi arsitek kita mendapatkan pengakuan

    sebagaimana profesi lain seperti guru, advokad, akuntan, notaris

    agar mereka dapat berkarya secara maksimal demi kebaikan

    bersama. Untuk itu tambah Farry, sudah saatnya Indonesia segera

    memiliki UU Arsitek seperti negara lain.Ketiadaan UU Arsitek telah menciptakan pelanggaran oleh

    oknum arsitek terhadap cagar budaya yang seharusnya dilindungi

    namun sebaliknya malah dihilangkan hanya karena permintaan

    pengguna jasa. Ini yang perlu diatur dalam sebuah produk hukum

    yang kini masih dalam proses penjaringan masukan dari kalangan

    akademisi, ucap Farry.

    IAI Prihatin Gaya Kearifan Lokal Mulai Luntur

    Sumatera Barat dipilih menjadi lokasi FGD dikarenakan model

    arsirektur di ranah minang tersebut mempunyai keunikan dan

    filosofi tersendiri yang dapat memadukan nilai-nilai tradisional

    dengan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Begitu pula

    dengan Yogyakarta yang sudah ditetapkan (2013) oleh badan

    dunia sebagai Heritage City.

    Arsitektur bangunan gedung kota-kota besar di Indonesia saat

    ini lebih condong berkiblat pada budaya modern. Padahal local

    wisdom yang mengakar pada budaya daerah dinilai tidak kalah

    menarik ketimbang gaya arsitektur modern yang lebih menganutpada budaya asing. Maski demikian Pembangunan Kota Jogja

    ke depan diharapkan mampu mengkedepankan lokal wisdem

    sebagai ciri khas kota yang berbudaya.

    Kondisi bergesernya gaya arsitektur jelas menjadi kepri-

    hatinan kami. Kami ingin 5 tipologi gaya arsitektur menjadi

    panduan pembangunan wajah kota mendatang, tegas Arief Heru

    Swasono dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) usai mengikuti Forum

    Group Discussion (FGD) yang digelar Panja Komisi V DPR RI dengan

    Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR Jumat (19/5) di Yogyakarta.

    Dikatakan, 5 tipologi gaya arsitektur (klasik, tradisional, candi,

    kolonial dan Indies) diharapkan menjadi panduan para arsitek

    muda kita yang akan ikut andil membangun kota-kota di tanah

    air. Tipologi ini merupakan hasil kajian para arsitek yang peduli

    terhadap kondisi mulai bergesernya local wisdom ke arah gaya

    modern.

    Sudah selayaknya penghargaan terhadap kota pusaka se-

    perti Yogyakarta disikapi sebagai bentuk kehormatan seka-

    ligus tantangan yang perlu diwujudkan. selama 3 tahun ter-

    akhir pembangunan kota Yogyakarta kearah wajah kota yang

    kurang mencerminkan heritage city. Ini memalukan. sudah

    ditetapkan malah merusak wajah kota bahkan mengorbankan

    atau menghilangkan bangunan sejarah yang seharusnya diper-

    tahankan, ungkap Arief.

    Di sisi lain Pergub No 40/2014 tentang arsitektur hukum kota

    DI Yogyakarta sudah terbit. Alangkah baik jika setidaknya dijadikan

    pedoman untuk pembangunan kota Yogyakarta ke depan. Dan

    diperkuat lagi adanya zona-zona pada titik mana saja yang wajibmenerapkan 5 topologi untuk dibangun sebuah gedung. Penyedia

    jasa tidak sekedar menuruti permintaan semata. Tetapi juga taat

    aturan Pergub, tambah Arief.

    Menanggapi pertanyaan terkait dengan rencana pemba-

    ngunan Bandara Bantul. Arief mengimbau agar gaya kearifan lokal

    sebisa mungkin dipertahankan guna menjaga citra DI Yogyakarta

    sebagai kota budaya. Ketua Komusi V, Farry Djemi Francis me-

    ngaku mendukung dengan masukkan para pakar arsitek yang

    menginginkanlocal wisdomdipertahankan.

    Sementara saat melakukan FGD di Kota Palangkaraya terung-

    kap bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan

    Tengah mencapai 7,3%. Pertumbuhan ini sangat pesat dan

    sekarang sudah banyak dibangun gedung bertingkat. Ini menjadi

    kekhawatiran sendiri, apakah gedung yang dibangun me milikiciri khas lokal, karena tidak ada keharusan bagi investor untuk

    membangun konstruksi yang bernuansa lokal. Dalam RUU ini

    harus ada pasal bahwa setiap arsitek yang membangun di suatu

    daerah wajib membuat rancangan yang khas dari daerah tersebut,

    ungkap Gubernur Teras Narang.

    Mimpi Indonesia adalah menjadi tuan di negeri sendiri dalam

    perdagangan bebas nanti. Dan untuk mewujudkan hal tersebut

    perlu kerja keras, komptensi yang baik dan wadah dan payung

    hukum yang jelas agar profesi menjanjikan.

    (Teks : Ahmad Wardi, Joko Hendy, dan Ria Juni Putra/berbagai

    sumber)

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    17/3617

    Sail Tomini 2015 rencananya akandihelat pada 19 September 2015mendatang. Sementara itu pekerjaansik untuk infrastruktur pendukungacara tersebut masih terus dikerjakan.

    Menteri PUPR MintaInfrastuktur Pendukung Sail TominiSelesai Tepat Waktu

    info baru

    Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

    Harus selesai pertengahan Agustus, tegas Menteri

    PUPR Basuki Hadimuljono saat melakukan kunjungan

    lapangan ke lokasi Sail Tomini di Kabupaten Parigi

    Moutong yang didampingi oleh sejumlah Anggota

    DPRD beserta seluruh Satuan Kerja bidang Cipta

    Karya Provinsi Sulawesi Tengah akhir Mei lalu.

    Tujuan kunjungan lapangan ini untuk meninjau dan melakukanevaluasi kemajuan pekerjaan infrastruktur Sail Tomini. Bahkan

    ada beberapa pekerjaan yang penyelesaiannya dimajukan untuk

    mengejar kesesuaian dari jadwal pekerjaan lainnya, tutur Basuki.

    Basuki menegaskan, tak ada toleransi bagi pekerjaan tersebut,

    progres pekerjaan agar diperhatikan kualitas dan seni kerjanya,

    karena waktu pelaksanaan tidak akan mungkin digeser dan sudah

    menjadi jadwal nasional.

    Beberapa lokasi pekerjaan fisik yang terus dikerjakan secara

    ekstra tersebut terutama di Dusun Kayu Bura, Desa Pelawa Baru

    dan tanggul pengaman serta pembangunan rumah nelayan.

    Beberapa fasilitas penunjang lainnya yang akan dibangun di

    lokasi Sail adalah drainase, MCK dan air bersih, serta pelebaran

    ruas jalan negara di depan lokasi utama. Mudah-mudahan tidak

    ada keterlambatan, kata Basuki.

    Basuki menambahkan, kepada semua Satuan Kerja yang

    bertanggung jawab agar pada bulan Agustus nanti semua peker-

    jaan sudah selesai. Pasalnya, kegiatan infrastruktur di lokasi Sail

    tidak ada istilah perpanjangan waktu, tutup Basuki. Sebelumnya, Bupati Kabupaten Parigi Moutong Samsu Rizal

    Tombolotutu, saat meninjau kemajuan pelaksanaan pemba-

    ngunan infrastruktur dimaksud mengatakan kesiapan melaku-

    kan percepatan pembangunan fisiknya, baik menggunakan dana

    yang bersumber dari APBN maupun APBD Provinsi dan APBD

    Kabupaten Parigi Moutong.

    Samsu mengatakan, pekerjaan di lokasi Sail Tomini harus

    diawasi dengan baik agar tidak ada pekerjaan yang tumpang

    tindih satu sama lain sehingga dapat mencapai target yaitu selesai

    sebulan sebelum dilaksanakannya Sail Tomini.

    Sementara, Kepala Dinas Cipta Karya Perumahan dan Tata

    Ruang Provinsi Sulawesi Tengah Immam Algazali mengungkap-

    kan, Sail Teluk Tomini 2015 bertujuan untuk memperkenalkan

    potensi wisata bawah laut Teluk Tomini kepada dunia luar seba-

    gai destinasi wisata yang menawarkan keunikan, keindahan dan

    kenyamanan. Event berskala internasional juga dapat membuka

    peluang investasi yang kondusif di berbagai sektor kelautan dan

    perikanan.

    Turut hadir dalam kegiatan tersebut antara lain, Kepala

    Bidang Cipta Karya, Bupati Kabupaten Parigi Moutong, Kepala

    Dinas Bina Marga, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Kepala Satuan

    Kerja Perencanaan dan Pengendalian PIP, Kepala Satuan Kerja

    Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan,

    dan Kepala Satuan Kerja Pengembangan Air Minum dan Sanitasi.

    (Teks : Hendra Randal Sulteng)

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    18/36

    inovasi

    18

    Sandhi Eko Bramono*)

    Bangsa yang tidak percaya kepadakekuatan dirinya sebagai suatu bangsa,tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsayang merdeka.

    Kata cambuk yang membekas di sanubari kita semua,

    saat Bung Karno menyampaikannya, baik yang

    mendengarkan secara langsung atau mendengarkan

    secara tidak langsung melalui rekaman elektronik,

    dalam upacara kenegaraan 17 Agustus 1963, di

    Jakarta.

    Dalam segala lini atau sektor kehidupan berbangsa, termasuk

    dalam sektor persampahan, kepercayaan pada kekuatan diri

    sebagai bangsa inilah, yang akhirnya menghantarkan lahirnya

    piranti lunak Rudal SPS Indonesia (Ruang Kendali Sistem

    Penanganan Sampah Indonesia). Rudal SPS ini dapat memantau

    kinerja penanganan sistem penanganan sampah nasional, ber-

    dasarkan hasil pemodelan matematika.Sistem ini dibuat oleh putra-putri Indonesia di lingkungan

    Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

    pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,

    sehingga menjadikan Direktorat Pengembangan Penyehatan

    Lingkungan Permukiman dapat memantau kinerja sistem pe-

    nanganan sampah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Hasil

    pemantauan dapat tergambar dalam kondisi keterisian Tempat

    Pemrosesan Akhir (TPA) sampah jika telah terisi penuh, pe nuh

    sebagian (berapa persen keterisiannya), atau kosong.

    Dalam pengambilan keputusan, hasil olahan informasi ini

    menjadi sangat penting untuk menilai kinerja sistem penanganan

    sampah eksisting di kabupaten/kota tersebut. Bahkan dapat

    digunakan untuk memverifikasi usulan bottom-up melalui pen-

    dekatantop-down.

    Metode Pendekatan

    Sistem ini memakai metode kuantitatif yang didasarkan pada

    pemodelan matematika dengan bantuan Microsoft Excel, melalui

    masukan/input jumlah sampah yang terangkut dari sebuah

    kabupaten/kota menuju lokasi Tempat Pengolahan Sampah

    Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) berbasis masyarakat atau Tempat

    Pengolahan Sampah Terpadu (TPST ) berbasis institusi atau Tempat

    Pemrosesan Akhir (TPA) sampah, sehingga menggambarkan

    tingkat keterisian TPA sampah.

    Dinotasikan bahwa TPS 3R berkapasitas pelayanan 3 m3

    sampah tercampur/hari, TPST berkapasitas pelayanan 43,2 m3

    sampah tercampur/hari, dan TPA sampah berkapasitas pelayanan

    287.000 jiwa.tahun/hektar unit pengolahan sampah dengan tinggi

    tumpukan sampah 15 meter.

    Terkait hal tersebut, maka dibutuhkan data jumlah sampah

    terangkut setiap harinya (dalam satuan: m3/hari), jumlah TPS 3R

    (dalam satuan: unit), jumlah TPST (dalam satuan: unit), luas unit

    pengolahan sampah/sel landfill pada TPA sampah (dalam satuan:

    hektar), dan tinggi tumpukan sampah pada unit pengolahan

    sampah di TPA sampah (dalam satuan: meter). TPS 3R dan TPST

    merupakan infrastruktur yang berperan dalam menangani sampah

    pada skala komunal atau kawasan, sehingga menghasilkan residu

    sejumlah 30 % dari kapasitas terolahnya, untuk kemudian diangkut

    dan diolah lebih lanjut pada TPA sampah.

    Pendekatan yang dilakukan secara matematis ini, terus

    disempurnakan dengan melakukan perbaruan data, seiring

    dengan adanya konstruksi baru dari TPS 3R, TPST, dan TPA sampah.

    Selain itu, penyempurnaan informasi terkait jumlah sampahterangkut, juga senantiasa membutuhkan perbaruan. Selama ini,

    sumber data diambil secara konsisten dari Buku Putih Sanitasi,

    yang menggambarkan keterangkutan sampah eksisting setiap

    harinya. Seringkali data terkait keterangkutan sampah belum

    tersedia dalam beberapa dokumen dari kabupaten/kota tertentu,

    sehingga menghasilkan masukan data dalam piranti lunak berupa

    keterangkutan sampah sejumlah 0 m3/hari.

    Untuk dapat melakukan perhitungan tersebut, maka dibu-

    tuhkan suatu formulasi matematika, sehingga akan dapat meng-

    hitung keterisian TPA sampah, apakah dalam kondisi kosong,

    penuh terisi, atau terisi sebagian dengan persentase keterisiannya.

    TPA Sanggrahan Kab. Temanggung

    Rudal SPS Indonesia:RUang kenDALi Sistem Penanganan Sampah Indonesia

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    19/36

    inovasi

    19Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

    umur teknis TPA sampah =!".!!",!!!!"!!"#

    !!!,!!!!" ! !""!"#!! ! !".!"!!"#!

    TTS : tinggi tumpukan sampah pada unit pengolahan sampah di TPA sampah (meter)

    LUPS : luas unit pengolahan sampah di TPA sampah (hektar)VST : volume sampah terangkut (m

    3/hari)

    TPS 3R : jumlah TPS 3R (unit)

    TPST : jumlah TPST (unit)

    Formula yang sangat membanggakan dan dilahirkan dari

    Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

    ini, diawali dengan pemodelan matematika dalam menghitung

    umur teknis TPA sampah, untuk kemudian ditentukan keterisian

    sampah, sejak saat TPA sampah dioperasikan hingga berakhir

    umur teknisnya.

    Sebagai contoh, jika konstruksi dilakukan pada tahun 2011,maka diasumsikan bahwa TPA sampah mulai beroperasi sejak 1

    Januari 2012. Data ini dapat senantiasa diperbarui, khususnya

    setiap terdapat kesempatan untuk berdiskusi dengan Satuan

    Kerja Pengembangan Air Minum dan Sanitasi tingkat provinsi

    atau Pemerintah Kabupaten/Kota, mengingat masih ditemukan

    kebelumoptimalan terkait administrasi serah terima pengelolaan

    dan serah terima aset, dimana seringkali ditemukan TPA sampah

    tidak dapat langsung dimanfaatkan tepat pada tahun berikutnya

    pasca penyelesaian konstruksi.

    jika tidak tersedia data keterangkutan sampah dan TPA sampah

    sudah terbangun, maka akan diterjemahkan sebagai TPA sampah

    kosong. Jika tersedia data keterangkutan sampah dan TPA sampah

    belum terbangun, maka akan diterjemahkan sebagai sampah

    menumpuk di kota. Jika tersedia data keterangkutan sampah

    dan TPA sampah telah terbangun, maka akan diterjemahkan

    persentase keterisian TPA sampah. Jika persentase keterisiansampah kurang dari 100 %, maka akan diterjemahkan dalam

    persentase sesuai dengan tingkat keterisiannya, dengan tingkat

    kesahihan dua digit di belakang koma. Jika persentase keterisian

    sampah lebih dari 100 %, maka akan diterjemahkan TPA sampah

    penuh. Beberapa contoh tabulasi untuk sistem penanganan

    wilayah Indonesia timur, tergambarkan dalam tabel terlampir.

    Bali-Nusa Tenggara Barat-Nusa Tenggara Timur

    provinsi kabupaten/kota/kotamadya keterangan

    Bali

    Kota Denpasar 55,97%

    Kabupaten Buleleng TPA sampah penuh

    Kabupaten Tabanan sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Gianyar TPA sampah penuh

    Kabupaten Karang Asem sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Badung sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Klungkung sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Jembrana sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Bangli TPA sampah penuh

    Nusa Tenggara Barat

    Kota Mataram TPA sampah penuh

    Kabupaten Lombok Barat sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Lombok Utara sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Lombok Timur 74,31%

    Kabupaten Sumbawa 43,96%

    Kabupaten Bima 14,57%

    Kabupaten Sumbawa Barat TPA sampah kosong

    Kabupaten Lombok Tengah TPA sampah kosong

    Kabupaten Dompu TPA sampah kosong

    Kota Bima sampah menumpuk di kota

    Nusa Tenggara Timur

    Kabupaten Manggarai sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Rote Ndao sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sumba Barat Daya 9,70%

    Kabupaten Manggarai Timur sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sumba Timur 1,63%

    Kabupaten Belu 3,86%

    Kabupaten Alor sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Lembata sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sikka TPA sampah kosong

    Kabupaten Ende sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Kupang sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Timor Tengah Selatan 6,13%

    Kabupaten Ngada sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sabu Raijua sampah menumpuk di kota

    Kota Kupang 41,06%

    Kabupaten Sumba Barat sampah menumpuk di kota

    Kab upa te n Timor Ten gah U ta ra sa mpa h men umpu k d i ko ta

    Kabupaten Flores Timur sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Manggarai Barat sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sumba Tengah sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Nagekeo sampah menumpuk di kota

    Dengan menghitung umur teknis TPA sampah, maka akan

    diketahui tanggal TPA sampah tersebut akan terisi penuh.

    Tanggal semenjak TPA sampah dioperasikan, kemudian

    dibandingkan dengan periode TPA sampah akan terisi penuh,

    akan menggambarkan persentase keterisian TPA sampah. Yang

    lebih membanggakan lagi, bahwa data tanggal pada saat piranti

    lunak ini dibuka, tidak perlu lagi diisikan dengan tanggal eksisting,

    melainkan sudah diformulasikan menyesuaikan dengan tanggal

    piranti lunak ini dibuka. Dengan kata lain, setiap pukul 00.00.01(tengah malam), maka tingkat persentase keterisian TPA sampah

    akan meningkat sebagaimana hasil hitung berdasarkan formula

    matematika terkait umur teknis TPA sampah, sesuai dengan waktu

    yang ditunjukkan oleh komputer tersebut, dimanapun piranti

    lunak tersebut dibuka dari seluruh dunia, secara waktu nyata (real

    time).

    Keluaran dari Piranti Lunak

    Rudal SPS Indonesia sebagai suatu hasil pemodelan matematika,

    akan menghasilkan terjemahan bagi pengambil kebijakan, dari

    tingkat keterisian TPA sampah, sebagai gambaran kinerja sistem

    penanganan sampah di kabupaten/kota terkait. Sebagai contoh,

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    20/3620

    inovasi

    Sulawesi Utara-Sulawesi Tengah-Sulawesi Selatan-

    Sulawesi Tenggara-Sulawesi Barat-Gorontalo

    provinsi kabupaten/kota/kotamadya keterangan

    Sulawesi Utara

    Kota Manado 72,83%

    Kabupaten Minahasa Utara sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 1,30%

    Kabupat en Siau Tagul andang Bi aro sampah menumpuk di kot a

    Kabupaten Minahasa Tenggara TPA sampah kosong

    Kabupaten Boolang Mongondow Selatan TPA sampah penuh

    Kabupaten Kepulauan Sangihe 3,47%

    Kota Kotamobagu sampah menumpuk di kota

    Ka bup aten Bolaan g Mo ngo nd ow Timur s ampah me nu mp uk di kota

    Kabupaten Minahasa sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Kepulauan Talaud sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Minahasa Selatan 36,76%

    Kabupaten Boolang Mongondow TPA sampah kosong

    Kota Bitung 18,12%

    Kota Tomohon TPA sampah penuh

    Sulawesi Tengah

    Kabupaten Poso sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Banggai sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Toli-Toli TPA sampah kosong

    Kabupaten Parigi Moutong 0,70%

    Kabupaten Tojo Una-Una sampah menumpuk di kota

    Kota Palu TPA sampah penuh

    Kabupaten Banggai Kepulauan sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Morowali sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Donggala TPA sampah kosong

    Kabupaten Buol sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sigi sampah menumpuk di kota

    Sulawesi Selatan

    Kota Makassar TPA sampah penuh

    Kota Pare-Pare TPA sampah penuh

    Kabupaten Kep. Selayar 31,73%

    Kabupaten Sinjai 32,53%

    Kabupaten Maros sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Barru 9,94%

    Kabupaten Soppeng 17,95%

    Kabupaten Pinrang 16,88%

    Kabupaten Bulukumba 15,86%

    Kabupaten Takalar sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Gowa sampah menumpuk di kota

    Ka bup aten Pang ka je ne Da n Ke pu la ua n s ampa h menu mp uk di kota

    Kota Palopo 38,15%

    Kabupaten Luwu Utara 23,48%

    Kabupaten Bantaeng sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Jeneponto TPA sampah penuh

    Kabupaten Bone 44,84%

    Kabupaten Sidenreng Rappang 2,68%

    Kabupaten Enrekang TPA sampah kosong

    Kabupaten Luwu 37,18%

    Kabupaten Luwu Timur sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Tana Toraja Utara sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Tana Toraja sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Wajo sampah menumpuk di kota

    Sulawesi Tenggara

    Kabupaten Kolaka 1,53%

    Kota Kendari 18,66%

    Kota Bau-Bau TPA sampah kosong

    Kabupaten Muna sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Wakatobi sampah menumpuk di kota

    Kalimantan Barat-Kalimantan Tengah-Kalimantan Selatan-

    Kalimantan Timur

    provinsi kabupaten/kota/kotamadya keterangan

    Kalimantan Barat

    Kabupaten Sanggau 86,66%

    Kota Pontianak TPA sampah penuh

    Kota Singkawang TPA sampah penuh

    Kabupaten Ketapang 30,47%

    Kabupaten Sambas 14,16%

    Kabupaten Landak 17,15%

    Kabupaten Kubu Raya sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Bengkayang sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Pontianak sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sintang sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Kapuas Hulu sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sekadau sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Melawi sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Kayong Utara sampah menumpuk di kota

    Kalimantan Tengah

    Kabupaten Kotawaringin Barat 9,39%

    Kabupaten Kotawaringin Timur 5,21%

    Kabupaten Kapuas sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Barito Selatan sampah menumpuk di kota

    Kota Palangka Raya 41,10%

    Kabupaten Lamandau TPA sampah kosong

    Kabupaten Katingan sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Gunung Mas sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Barito Timur sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sukamara sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Barito Utara sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Seruyan sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Pulang Pisau sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Murung Raya sampah menumpuk di kota

    Kalimantan Selatan

    Kota Banjarmasin TPA sampah penuh

    Kabupaten Banjar 23,01%

    Kabupaten Kota Baru 22,83%

    Kabupaten Barito Kuala 23,72%

    Kab upa te n Hulu Sung ai Selatan T PA sa mpa h pe nu h

    Kabupaten Tanah Bumbu TPA sampah penuh

    Kabupaten Tapin TPA sampah kosong

    Kabu pa te n Hulu Sung ai Ten gah T PA sa mpa h ko son g

    Kabupaten Tabalong 26,95%

    Kota Banjar Baru sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Tanah Laut 16,60%

    Kabupaten Hulu Sungai Utara 4,50%

    Kabupaten Balangan 28,76%

    Kalimantan Timur

    Kota Balikpapan TPA sampah penuh

    Kota Samarinda TPA sampah penuh

    Kota Tarakan sampah menumpuk di kota

    Kota Bontang 11,93%

    Kabupaten Paser 27,73%

    Kabupaten Kutai Timur sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Berau 18,87%

    Kabupaten Bulungan sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Tana Tidung sampah menumpuk di kota

    Kabupat en Kutai Kartanegar a sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Nunukan 10,37%

    Kabupaten Kutai Barat TPA sampah kosong

    Kabupaten Malinau 21,03%

    Kab up aten Pe na ja m Pas er Utar a T PA s ampa h k oso ng

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    21/36

    inovasi

    21Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

    Sistem penanganan sampah akan dapat dipantau dengan

    baik, melalui aplikasi Rudal SPS Indonesia. Melalui piranti lunak

    yang merupakan hasil pemodelan matematika, maka ruang

    kendali(control room) sistem penanganan sampah dapat dipantau

    secara aproksimasi yang logis, meskipun validasi di lapangan tetap

    dibutuhkan untuk verifikasi data. Bahkan data yang diperoleh, jika

    tidak sesuai saat divalidasi di lapangan, akan membantu dalam

    menganalisis kinerja pemilahan terjadi/tidak terjadi di sumbersampah, kinerja TPS 3R atau TPST yang belum/tidak berfungsi,

    kinerja TPA sampah belum/tidak dioperasikan sesuai prosedur,

    atau bahkan terjadi penurunan/peningkatan jumlah sampah

    yang terangkut ke TPA sampah. Melalui pendekatan ini pula,

    maka justifikasi atas usulan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam

    melakukan usulan pembangunan, dapat ditelaah dengan lebih

    terukur secara kuantitatif dan baik.

    *) Penulis bertugas sebagai Kepala Seksi Wilayah II, Subdirektorat

    Persampahan, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan

    Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan

    Umum dan Perumahan Rakyat. Kontak dengan penulis: sandhieb@

    yahoo.com

    provinsi kabupaten/kota/kotamadya keterangan

    Sulawesi Tenggara

    Kabupaten Kolaka Utara TPA sampah kosong

    Kabupaten Buton sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Konawe sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Bombana sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Konawe Selatan sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Buton Utara sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Konawe Utara TPA sampah kosong

    Sulawesi Barat

    Kabupaten Majene 8,09%

    Kabupaten Polewali Mandar TPA sampah kosong

    Kabupaten Mamasa 2,43%

    Kabupaten Mamuju sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Mamuju Utara 2,67%

    Gorontalo

    Kabupaten Gorontalo TPA sampah kosong

    Kabupaten Pohuwato TPA sampah kosong

    Kabupaten Bone Bolango sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Gorontalo Utara TPA sampah kosong

    Kota Gorontalo sampah menumpuk di kota

    Kota Boalemo 31,58%

    Maluku-Maluku Utara-Papua-Papua Barat

    provinsi kabupaten/kota/kotamadya keterangan

    Maluku

    Kota Ambon 65,46%

    Kabupaten Buru 15,34%

    Kabupaten Maluku Tenggara TPA sampah kosong

    Kabupaten Maluku Tenggara Barat 5,75%

    Kabupaten Kepulauan Aru TPA sampah kosong

    Kabupaten Seram Bagian Timur TPA sampah kosong

    Kabupaten Buru Selatan sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Maluku Barat Daya 0,33%

    Kota Tual sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Maluku Tengah sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Seram Bagian Barat 6,84%

    Maluku Utara

    Kabupaten Kep. Morotai sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Halmahera Utara sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Halmahera Barat 28,49%

    Kabupaten Halmahera Timur sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Halmahera Tengah 6,83%

    Kota Tidore Kepulauan 19,71%

    Kabupaten Halmahera Selatan TPA sampah kosong

    Kabupaten Kep. Sula 13,15%

    Kota Ternate TPA sampah penuh

    Papua Barat

    Kabupaten Fakfak 4,19%

    Kabupaten Kaimana sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Teluk Wondama 3,68%

    Kabupaten Teluk Bintuni 15,37%

    Kabupaten Manokwari 20,90%

    Kabupaten Sorong Selatan sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sorong 1,85%

    Kabupaten Raja Ampat 2,55%

    Kabupaten Tambrauw sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Maybrat sampah menumpuk di kota

    Kota Sorong 71,17%

    Papua

    Kabupaten Merauke 14,80%

    Kabupaten Jayawijaya sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Jayapura sampah menumpuk di kota

    provinsi kabupaten/kota/kotamadya keterangan

    Papua

    Kabupaten Nabire sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Kep. Yapen sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Biak numfor 6,53%

    Kabupaten Paniai sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Puncak Jaya sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Mimika TPA sampah penuh

    Kabupaten Boven Digoel sampah menumpuk di kota

    Kabupaten mappi sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Asmat sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Yahukimo sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Peg. Bintang sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Talikara sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Sarmi sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Keerom sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Waropen sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Supiori sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Mamberamo Raya sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Nduga sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Lanny Jaya sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Mamberamo Tengah sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Yalimo sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Puncak sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Dogiyai sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Intan Jaya sampah menumpuk di kota

    Kabupaten Deiyai sampah menumpuk di kota

    Kota Jayapura 14,17%

    Sistem penanganan sampah akan dapat

    dipantau dengan baik, melalui aplikasi Rudal SPSIndonesia.

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    22/36

    inovasi

    22

    Bank sampah adalah strategi membangunkepedulian masyarakat agar dapatberkawan dengan sampah untukmendapatkan nilai ekonomis secaralangsung.

    Bank Sampah Bersih Mandiri,

    Kunjungi di Bangkalan!

    Jadi, bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan

    harus diintegrasikan dengan gerakan 3R (Reduce,

    Reuse, dan Recycle) sehingga manfaat langsung yang

    dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan

    lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Bank sampah

    juga dapat dijadikan solusi untuk mencapai pemukiman yang

    bersih dan nyaman bagi warganya. Dengan pola ini maka

    warga selain menjadi disiplin dalam mengelola sampah juga

    mendapatkan tambahan pemasukan dari sampah-sampah yang

    mereka kumpulkan.

    Sama seperti di bank-bank penyimpanan uang, para nasabah

    dalam hal ini masyarakat bisa langsung datang ke bank untuk

    menyetor. Bukan uang yang di setor, namun sampah yang mereka

    setorkan. Sampah tersebut di timbang dan di catat di buku

    rekening oleh petugas bank sampah. Dalam bank sampah, ada

    yang di sebut dengan tabungan sampah.

    Hal ini adalah cara untuk menyulap sampah menjadi uangsekaligus menjaga kebersihan lingkungan dari sampah khususnya

    plastik sekaligus bisa dimanfaatkan kembali (reuse). Biasanya

    akan di manfaatkan kembali dalam berbagai bentuk seperti tas,

    dompet, tempat tisu, dan lain-lain. Syarat sampah yang dapat

    di tabung adalah yang rapi dalam hal pemotongan.Maksudnya

    adalah ketika ingin membuka kemasannya, menggunakan alat

    dan rapi dalam pemotongannya.Kemudian sudah di bersihkan

    atau di cuci.Yang terakhir, harus menyetorkan minimal 1 kg.

    Beberapa contoh kemasan plastik yang dapat ditukar yaitu

    menurut kualitas plastiknya yakni:

    Kualitas ke 1 yaitu plastik yang sedikit lebar dan tebal (karung

    beras, detergen, pewangi pakaian, dan pembersih

    lantai).

    Kualitas ke 2 yaitu plastik dari minuman instan dan ukurannyaagak kecil (kopi instan, suplemen, minuman anak-

    anak, dan lain-lain).

    Kualitas ke 3 yaitu plastik kemasan mie instan.

    Kualitas ke 4 yaitu botol plastik air mineral.Yang paling rendah

    yaitu kualitas 0 adalah bungkus plastik yang sudah

    sobek atau tidak rapi dalam membuka kemasannya.

    Karena akan susah untuk di gunakan kembali

    dalam berbagai bentuk seperti tas, dompet,

    tempat tisu, dan lain-lain. Untuk kualitas yang ini,

    harus di setor dalam yang ini sampah akan diubah

    menjadi bentuk guntingan kecil-kecil (di cacah).

    Widya Aprilia Kurnia *)

    Tas Unik Dari Karung Beras

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    23/36

    inovasi

    23

    Tahapan Pembangunan Bank Sampah Bersih Mandiri RW 07

    Sistem Bank Sampah berawal dari pemilahan sampah.

    Syaratnya, sampah kering, wajib dipilah atau disendirikan menurut

    jenisnya, sejak dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Maka itulah,

    tiap rumah wajib memiliki sarana untuk menampung sampah

    terpilah.Semacam glangsing, plastik besar atau sejenisnya.

    Dalam kurun waktu yang disepakati, secara rutin, nasabahmembawa sampahnya yang sudah terpilah, untuk disetorkan ke

    bank sampah.Nasabah adalah warga atau masyarakat yang secara

    rutin menabung sampahnya di bank sampah. Selain itu, Ia juga

    terikat dengan peraturan maupun kesepakatan yang ada pada

    sistem bank sampah.

    Buku yang dibawa nasabah, saat datang ke bank sampah,

    adalah Buku Tabungan Nasabah. Buku ini berisi catatan berapa

    rupiah jumlah tabungannya di bank sampah, catatan jenis sampah

    apa saja yang dibawa beserta berat masing-masing.

    Sesampainya di bank sampah, nasabah akan melalui proses

    TIGA LANGKAH, yakni:

    Langkah Pertama, nasabah absen terlebih dahulu sekaligus

    mencatat jenis sampah apa saja yang

    dibawa.Langkah Kedua, sampahnya akan ditimbang sesuai jenis,

    sembari itu pengurus bank mencatat berat

    tiap jenis sampah tersebut.

    Langkah Ketiga, nasabah membawa Buku Tabungannya ke

    pengurus bank sampah, untuk dituliskan

    berapa rupiah sampah yang dihasilkan

    pada penjualan saat itu. Di langkah ketiga

    pula, pada Buku Besar, pengurus mencatat

    berapa kilogram dan rupiah yang dihasilkan

    dari sampah yang ditabung tiap nasabah.

    Proses di bank sampah selesai, nasabah pulang. Ia pun sudah

    mengetahui berapa rupiah dan jenis maupun berat sampah yang

    ditabung. Begitu juga, data tersebut sudah direkap oleh pengurus

    di Buku Besar. Kemudian dari hasil nominal nasabah tersebut

    dipotong 30% dari nilai nominal sampah yang disetor. Setoran

    tersebut dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasional

    sebesar 20% dan untuk kas investasi pengembangan bank sampah

    sebesar 10%. Sementara, sebagai pendaftaran nasabah dikenakan

    pengurangan 20% dari hasil nominal tabungan bank sampah..

    Berbeda dengan bank biasa, nasabah hanya bisa mengambil

    tabungan tiga bulan sekali atau waktu yang ditentukan.

    Pertimbangan tersebut dimaksudkan kalau diambil tiap hari itu

    nanti mungkin lama-lama tidak bersemangat untuk menabung

    karena rupiahnya sangat kecil.

    Adapun Bank Sampah RW 07 digagas, digerakkan, dan

    dibangun oleh pemuda RW 07 serta swadaya masyarakat RW

    07 yang diperuntukkan bagi masyarakat RW 07 umumnya dan

    masyarakat sekitar khususnya. Bank sampah RW 07 tersebut

    diberi nama Bank Sampah Bersih Mandiri. Arti dari nama tersebut

    merupakan bentuk dari gagasan pemuda RW 07 yang berkomit-men dalam mengelola sampah secara mandiri sesuai dengan

    konsep 3 R yakni mengurangi produksi sampah, menggunakan

    sampah kembali, dan mendaur ulang sampah.

    Visi dari Bank Sampah Bersih Mandiri adalah: Terwujudnya

    pengelolaan sampah secara mandiri guna menjaga kelestarian

    lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

    Sedangkan misi Bank Sampah Bersih Mandiri yang disebut

    sebagai 5 K adalah sebagai berikut:

    1. KITA WARGA NASABAH BANK SAMPAH.

    2. KITA WARGA PELESTARI LINGKUNGAN.

    3. KITA WARGA MANDIRI DAN SEJAHTERA.

    4. KITA WARGA AKTIF, KREATIF, DAN INOVATIF.

    5. KITA WARGA NEGARA YANG BAIK.

    Untuk membentuk suatu bank untuk menabung sampah-sampah di lingkungan, perlu disusun struktur dalam pengelolaan

    bank sampah. Selanjutnya, masing-masing petugas memiliki

    peran tersendiri. Mobilisator memiliki tugas sebagai pengeloa

    sampah dan perantara pengepul. Perantara pengepul bertugas

    melakukan negosiasi dengan pengepul dan mengawasi proses

    pengepulan sampah. Pengelola sampah bertugas sebagai

    pengumpul, pemilah, dan pengukur nominal tabungan sampah

    nasabah. Pengelola administrasi keuangan akan bekerja sama

    dengan perantara pengepul untuk mencatat hasil sampah

    masing-masing warga. Sedangkan pengelola tabungan bertugas

    untuk menyetorkan tabungan masing-masing warga ke bank dan

    nantinya dia jugalah yang bertugas untuk mengambil uangnya di

    bank jika ada warga yang hendak mengambil tabungannya.

    Bank Sampah Bersih Mandiri diresmikan pada hari Sabtu

    tanggal 26 April 2014 yang dibuka oleh Tim Bank Sampah Bersih

    Mandiri dan diresmikan di muka Ketua RW 07, tokoh masyarakat

    RW 07, dan masyarakat RW 07. Peresmian tersebut dilakukan

    oleh Ketua PKK RW 07 yakni Ibu H. Abdul Rouf. Pada persemian

    tersebut dijabarkan visi misi, tujuan, dan pola Bank Sampah Bersih

    Mandiri kepada ketua RW 07, tokoh masyarakat, dan masyarakat

    RW 07 yang diutamakan pada konsepsi kampung yang bersih,

    pengelolaan kebersihan yang mandiri, dan keuntungan dalam

    menabung sampah.

    Adapun tanggal operasi Bank Sampah Bersih Mandiri adalah

    Edisi 054Tahun XIII4Mei 2015

  • 7/23/2019 Bulletin Cipta Karya edisi Mei 2015

    24/36

    inovasi

    24

    pada hari senin tanggal 28 April 2014 yang langsung dikerjakan

    oleh pengelola dan fungsionaris Bank Sampah Bersih Mandiri.

    Kegiatan awal yang dilakukan oleh tim Bank Sampah Bersih

    Mandiri tersebut adalah mengumpulkan barang-barang bekas

    masyarakat dan sekaligus melakukan promosi dari mulut ke mulutmaupun selebaran promosi.

    Bank Sampah Bersih Mandiri merupakan suatu bentuk

    gagasan dan gerakan para pemuda RW 07 yang terlibat aktif

    dalam berbagai kegiatan RW 07. Lokasi Bank Sampah Bersih

    Mandiri sendiri berada di pojok timur Jl.Salak 5 RT 003/ RW 007

    Desa Banyuajuh Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.

    Bank Sampah Bersih Mandiri merupakan suatu bentuk

    gagasan dan gerakan para pemuda RW 07 yang terlibat aktif

    dalam berbagai kegiatan RW 07. Lokasi Bank Sampah Bersih

    Mandiri sendiri berada di pojok timur Jl.Salak 5 RT 003/ RW 007

    Desa Banyuajuh Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.

    Bank Sampah Bersih Mandiri yang telah aktif beroperasi dan

    menciptakan berbagai inovasi meskipun hanya baru seumuran

    jagung. Kegiatan utama Bank Sampah Bersih Mandiri meliputi

    pengumpulan barang bekas dari nasabah, penimbangan barang

    bekas, pencatatan tabungan dan administrasi nasabah BankSampah Bersih Mandiri, pemilahan barang bekas, serta pengiri-

    man barang bekas kepada pengepul barang sampah. Beberapa

    inovasi yang telah dilakukan oleh tim Bank Sampah Bersih Man-

    diri meliputi layanan angkutan barang bekas dari nasabah; mall

    barang bekas yang menjual barang bekas layak pakai; Effective

    Microorganism-4 (EM-4) yang baik untuk biang kompos, pakan

    ternak, pupuk cair tanaman, dan pakan ikan; serta composting.

    Keberadaan Bank Sampah Bersih Mandiri selain melakukan