edit refer at

Upload: helivil

Post on 11-Feb-2018

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    1/34

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Peripheral arterial disease (PAD) adalah semua penyakit yang terjadi pada

    pembuluh darah non sindroma koroner akut setelah keluar dari jantung dan aortailiaka yang

    disebabkan oleh perubahan struktur ataupun fungsi dari pembuluh darah arteri yang

    memperdarahi otak, organ-organ viseral dan anggota tubuh meliputi keempat ekstremitas,

    arteri karotis, arteri renalis, arteri mesenterika, aorta abdominalis, dan semua percabangan

    setelah keluar dari aortailiaka.1,2 PAD dapat mengenai arteri besar, sedang maupun kecil;

    antara lain trombangitis obliteran (Buergers disease), fibromuscukar displasia, oklusi arteri

    akut, penyakit Reynaud, artrtis Takayasu, frosbite dan lainnya. PAD sering kali merupakan

    bagian dari proses penyakit sistemik yang berpengaruh terhadap kelainan arteri multiple.

    Proses patologi dapat disebabkan oleh stenosis atau aneurisma, dapat juga disebabkan oleh

    tromboemboli atau trombosis. Penyebab terbanyak pada usia diatas 40 tahun adalah

    aterosklerosis. Insiden tertinggi pada dekade ke enam dan ke tujuh. Prevalensi meningkat

    pada kasus hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, hiperhomosisteneimia, dan

    perokok.2 Prevalensi PAD sekitar 8 juta laki-laki dan perempuan di US, laki-laki lebih

    banyak dari perempuan, 12% populasi dewasa dan sampai 20 % pada orang lanjut usia.3,4

    PAD merupakan marker resiko terjadinya penyakit koroner, serebrovaskuler,

    hipertensi, penyakit aneurisma, dan beberapa kondisi lainnya. PAD dengan nilai Ankle

    Brancial Indexs (ABI) < 0,90 berhubungan dengan peningkatan resiko morbiditas dan

    mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler 2 sampai 3 kali dibandingkan orang normal.5

    Pasien yang menderita penyakit ini mungkin memiliki gejala tetapi juga bisa asimptomatik.

    Namun sebagian besar PAD sekitar 70%-80% asimptomatik.6,7 PAD simptomatik, gejala

    yang paling sering adalah klaudikasio intermiten ditandai oleh nyeri dan kelemahan sewaktu

    berjalan atau melakukan aktivitas dan berkurang bila beristirahat. Pasien dengan

    klaudikasio dapat menurunkan kualitas hidup disebabkan terbatasnya pegerakan atau

    mobilisasi. Pasien dengan PAD menunjukkan 2 sampai 6 kali lipat meningkatkan resiko

    kematian akibat penyebab vaskuler dan resiko besar amputasi ekstremitas daripada pasien-

    pasien tanpa PAD. Individu dengan PAD juga memiliki angka kematian pertahun akibat

    kardiovaskuler sekitar 2,5% dan peristiwa kardiovaskuler mayor (21,1%) disebabkan oleh

    meningkatnya kejadian aterotrombus dibandingkan pasien dengan panyakit arteri coroner

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    2/34

    2

    (1,9% dan 15,2% ) atau dengan beberapa penyakit serebrovaskuler (2,1% dan 14,5%).8,9

    Oleh karena PAD merupakan marker aterosklerosis sistemik yang sewaktu-waktu dapat

    mengancam morbiditas dan mortalitas seseorang sehingga diharapkan para klinisi memiliki

    kemampuan mengenal dan mendiagnosis lebih awal terutama pada pasien-pasien yang

    beresiko tinggi PAD sehingga komplikasi yang tidak diinginkan seperti amputasi ekstremitas

    atau resiko kematian akibat aterotrombus dapat dicegah atau diturunkan, agar dapat mengenal

    dan mendiagnosis dengan tepat PAD, diperlukan wawasan atau pengetahuan tentang PAD

    sehingga penulis menganggap perlu mengangkat tema tentang PAD pada referat ini.

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    3/34

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi pembuluh darah

    Dinding arteri terdiri dari tiga tunika yakni tunika luar atau tunika adventisia, tunika

    tengah atau tunika media. dan tunika dalam atau tunika intima. Tunika adventisia

    mengandung serabut saraf dan pembuluh darah yang menyuplai dinding arteri serta terdiri

    dari jaringan ikat yang memberi kekuatan penuh pada dinding arteri. Tunika media tersusun

    dari kolagen, serat otot polos dan ellastin yang bertanggungjawab penuh dalam mengontrol

    diameter pembuluh darah saat dilatasi dan kostriksi. Tunika intima adalah tunika halus sel-sel

    endotel yang menyediakan permukaan nontrombogenik untuk aliran darah. Tunika intima

    dan media mendapat makanan dari proses difusi aliran darah arteri. Tunika adventisia dan

    bagian terluar tunika media mandapat makanan dari vasa vasorum, pembuluh di dalam

    pembuluh yaitu pembuluh darah kecil yang masuk ke dalam dinding arteri terluar.10

    Berdasarkan ukuran dan strukturnya, arteri dibagi manjadi yiga tipe: (1) arteri besar,

    atau elastis termasuk aorta cabang besarnya (terutama inominata, subklavia, karotis komunis,

    dan iliaka), dan arteri pulmonalis; (2) arteri ukuran sedang, atau muskular termasuk cabang

    lain aorta (misal, arteri koronaria dan arteri renalis); dan (3) arteri kecil (garis tengah kurang

    dari 2 mm) dan arteriol (garis tengah kurang 20 sampai 100 m), yang terletak di dalam

    substansi jaringan dan organ.11

    Dalam arteri elastik, media yang elastik dan kaya serat akan mengembang saat sistol;

    recoil dinding vaskuler selama diastol mendorong darah ke sistem vaskuler perifer. Dalam

    arteri muskular, arteri kecil, dan arteriol, media terutama terdiri atas sel otot polos. Dalam

    pembuluh ini, aliran darah regional dan tekanan darah diatur oleh perubahan ukuran lumen

    melalui kontraksi (vasokonstriksi) atau relaksasi (vasodilatasi) sel otot polos. Di arteriol,

    kontraksi sel otot polos media menyebabkan perubahan drastis diameter lumen yang

    mengendalikan tekanan darah arteri sistemik dan secara bermakna mempengaruhi distribusi

    aliran darah di antara berbagai jaringan kapiler. Karena resistensi suatu aliran/tabung

    terhadap aliran cairan berbanding terbalik dengan pangkat empat garis tengahnya (yaitu

    mengurangi garis tengah menjadi separuhnya akan menyebabkan peningkatan resistensi 16

    kali lipat), perubahan kecil dalam ukuran lumen arteri kecil akibat perubahan struktur atau

    vasokonstriksi dapat menimbulkan efek mencolok pada aliran darah. Oleh karena itu, arteriol

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    4/34

    4

    merupakan titik utama resistensi faali terhadap aliran darah, memicu penurunan tajam

    tekanan dan kecepatan serta perubahan dari aliran berdenyut menjadi aliran tetap.11

    Gambar 1. Perubahan Hemodinamik pada PAD. .Dikutip dari Hiatt W.R.3

    2.2 Peripheral Arterial Disease (PAD)

    2.2.1 Definisi

    Peripheral Arterial Disease (PAD) adalah semua penyakit yang terjadi pada

    pembuluh darah setelah keluar dari jantung dan aortailiaka meliputi ke empat ekstremitas,

    arteri karotis, arteri renalis, arteri mesenterika dan semua percabangan setelah keluar dari

    aotailiaka. Hal ini disebabkan oleh perubahan struktur dan fungsi arteri-arteri yang

    menyuplai darah ke daerah-daerah tersebut.

    2

    PAD dapat mengenai arteri besar, sedangmaupun kecil; antara lain trombangitis obliteran (Buergers disease), fibromuscukar

    displasia, oklusi arteri akut, penyakit Reynaud, artrtis Takayasu, frosbite dan lainnya.2

    2.2.2 Epidemiologi dan Jenis-jenis PAD.

    Prevalensi PAD sesungguhnya pada populasi umum tidak diketahui terutama

    dikarenakan tidak ada data PAD simptomatik. PAD terjadi pada penduduk Amerika hampir

    mancapai 8-12 juta orang dan meningkat seiring dengan bertambhnya usia. Di Amerika

    Serikat terdapat 4,3% individu usia diatas 40 tahun dan 14,5% diatas 70 tahun yang

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    5/34

    5

    menderita PAD. Studi epidemiologi mendapatkan angka prevalensi PAD berkisar 1,6-12 %.

    Sedangkan beberapa penelitian lain dengan mengunakan deteksi penyakit tersebut secara

    noninvasif mendapatkan prevalensi sebesar 3,8-33%. Pada penelitian yang dilakukan Criqui

    pada tahun 1985 terhadap 613 populasi laki-laki dan wanita didapatkan 11,7% populasi

    menderita PAD pembuluh darah besar, 5,2% populasi menderita PAD pmbuluh darah kecil.

    PAD pembuluh darah besar berhubungan dengan penderita laki-laki dan hiperlipidemia,

    sedangkan PAD pembuluh darah kecil tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan umur

    walaupun sering terjadi di bawah usia 60 tahun. Gejala klinis nyeri intermittent claudication

    2,2% pada laki-laki dan 1,7% pada wanita, abnormalitas denyut nadi femoral atau tibia

    20,3% pada laki-laki dan 22.1% pada wanita.5

    Prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia dangan sekitar 20% penderita diatas

    usia 70 tahun menderita penyakit ini. Sesudah 5 sampai 10 tahun menderita penyakit ini,

    sepertiga pasien akan mengeluh nyeri intermittent claudication, kurang dari 20%

    memerlukan tindakan pembedahan vaskuler dan kurang dari 10 % memerlukan amputasi.5

    Menurut Ratschow Penyakit pembuluh darah perifer dibagi menjadi beberapa jenis.

    (lihat tabel 1.)

    Tabel 1. Pembagian Penyakit Pembuluh darah Perifer (Menurut Ratschow)15

    1. Penyakit Pembuluh Arteria. Angioorganopati

    - Penyakit oklusi Pembuluh darah akut (karena trombosis atau emboli)- penyakit Oklusi pembuluh darah kronik (Arteriosklerosis)- Penyakit Takayashu- Aneurisma- Fistel A-V

    b. Angioneuropati- Sindroma Raynaud Primer- Sindroma Raynaud Sekunder

    c. Angiolopati- Arteriosklerosis pada hipertoni- Angopati Diabetik- Angiopati Peradangan (Purpura Schoenlein- Henoch)- Gangguan aliran darah bukan vaskuler ( Aggregasi eritrosit, Krioglobulin,

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    6/34

    6

    Coldagglutinine)

    2. Kelainan Bentuk dan Tumor Pembuluh Darah Perifer3. Penyakit Pembuluh Vena

    - Varikosis- Tromboflebitis- Insufisiensi vena Kronis

    4. Penyakit Pembuluh Limfatik perifer- Limfangitis Akut- Limfangiopati Kronis

    2.2.3 Etiologi dan Faktor resiko

    Penyebab PAD yang paling utama adalah aterosklerosis, proses lainnya adalah

    aneurisma atau tromboemboli, sehingga konsekuensi klinisnya pun berhubungan dengan

    faktor risiko yang ada (merokok, diabetes, hipertensi, hiperlipidemia, riwayat keluarga dan

    keadaan postmenopause).1

    PAD dapat juga disebabkan kelainan degeneratif yang menyebabkan hilangnya

    integritas struktural dan selanjutnya terjadi dilatasi dari dinding arteri. Patofisiologi dari

    beberapa penyakit arteri degeneratif yang progresif ini sudah dapat dimengerti dengan baik

    (misalkan kelainan kolagen yang mendasari sindrom Marfan dan Ehlers-Danlos). Sedangkan

    defek pada pembuluh darah bertanggung jawab terhadap penyakit degeneratf lainnya seperti

    Erdheim nekrosis medial sistik, arteriomegaly, neurofibromatosis, aneurisma aterosklerotik.

    Degenerasi dinding arteri dapat menyebabkan aneurisma atau diseksi yang dapat

    menghasilkan ruptur arteri atau oklusi. Displasia yang paling sering terjadi adalah

    fibromuskular dysplasia (FMD), yang dapat mengenai arterial noncoronary beds, terutama

    arteri renalis, karotis dan iliaka. 1

    Penyakit vaskulitis juga dapat berefek pada arterial bed. Spektrum dari sindroma

    klinik yang dihubungkan dengan vaskulitis adalah sangat luas. Pembuluh darah besar (aorta

    dan cabang-cabangnya yang pertama atau kedua) dapat terlibat oleh karenagiantcell arteritis

    (Takayasus disease),Behets syndrome, relapsing polychondritis, and vasculitis associated

    with arthropathies. Pembuluh darah ukuran medium (arteri muskular konduit, beserta

    cabang-cabangnya) secara klasik merupakan target dari poliarteritis nodosa atau arteritis

    temporal (bentuk dari giant cell arteritis), walaupun granulomatosis limfoid Wegener,

    sindrom Churg-Strauss dan penyakit Kawasaki bisa mengenai arteri dengan ukuran ini.

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    7/34

    7

    Arteritis yang terkait radiasi dapat mengenai pembuluh darah berbagai ukuran. Penyakit

    pembuluh darah kecil (arteriol dan pembuluh darah mikro) terjadi paling sering berkaitan

    dengan kelainan sistemik seperti rheumatoid arthritis, SLE, serum sickness dan berbagai

    penyakit imun lainnya. Tromboangiitis obliterans adalah proses obliterasi dan trombosis

    arteri yang paling sering terjadi pada usia muda.1

    Penyakit protrombotik primer dapat disebabkan oleh:

    1. Ketidaknormalan spesifik di sistem pembekuan darah (misalnya protein C, protein S,defisiensi antitrombin III, faktor V Leiden, atau mutasi protrombin;

    hiperhomosisteinemia atau kelainan lain.

    2. Kehadiran antikoagulan Lupus atau antibodi antikardiolipin.3. Keadaan protrombotik yang dihubungkan dengan banyak keganasan dan inflammatory

    bowel disease. 1

    Penyakit arteri tromboembolik oklusif dapat mengenai baik pembuluh darah besar

    (makroemboli) ataupun pembuluh darah kecil (mikroemboli). Makroemboli biasanya

    bersumber dari jantung (trombus di appendiks atrium kiri, atrial fibrilasi, trombus sekunder di

    ventrikular akibat infark miokard atau gagal jantung. Sedangkan mikroemboli biasanya

    disebabkan kelainan jantung (pada kelainan katup atau katup prostetik trombogenik) atau dari

    arterial (paling sering suatu plak yang mengandung kolestrol yang ruptur, sehingga

    menciptakan embolisasi distal.1

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    8/34

    8

    Faktor resiko PADFaktor resiko terjadinya PAD yaitu:

    Tabel 2. Faktor Resiko PAD

    Dikutip dariBartholomew J.R dkk.14

    a. Faktor resiko tradisionaladanya aterosklerosis pada pembuluh arteri karotis, koroner dan pembuluh darah tepi.

    Pada penelitianFamingham heart study, cardiovaskuler Health study, Pad awareness,

    risk, dan Treatment New Resources for survival (PARTNERS) program, NHANES dan

    atherosclerosis Risk In communities (ARIC) Study, menyatakan bahwa faktor resiko

    utama PAD termasuk peningkatan usia, merokok, diabetes melitus, dislipidemia dan

    hipertensi. Merokok dan diabetes melitus menempati urutan terbesar terjadi PAD.12,14

    - UsiaPrevalensi PAD meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada Framingham

    Heart Studydidapati usia 65 tahun meningkat resiko PAD. Hubungan yang kuat

    antara bertambahnya usia ( 70 tahun) dan prevalensi PAD dilaporkan NHANES

    dimana 4,35 usia 40 tahun atau lebih dibandingkan dengan 14,5% usia 70 tahun

    atau lebih. Criqui dkk telah melaporkan pervalensi PAD (dengan ABI abnormal) 2-

    3% pada individu usia 50 tahun dibanding 20% pada usia 75 tahun atau lebih,

    PARTNERS programme mendapatkan prevalensi 29% pada individu diatas 70

    tahun atau 50-69 tahun dengan riwayat merokok atau diabetes. Meskipun PAD

    didapat juga pada usia 50 tahun tetapi jumlahnya sangat kecil.12,14

    - Merokok

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    9/34

    9

    Merokok merupakan salah faktor resiko yang sangat penting terjadi PAD dan

    komplikasinya yaitu: intermittent claudicatio dan critical limb ischemia. Merokok

    meningkatkan resiko PAD 4 kali lipat dab onset terjadi PAD berhubungan denga

    jumlah batang yang dihisap dan juga lamanya merokok. Perbandinngan merokok

    dan tidak merokok pada PAD didapati dua kali lebih sering untuk dilakukanya

    tinakan amputasi dan terjadi critical limb ischemia pada yang merokok. Hubungan

    merokok dan Pad dua kali lebih kuat dibandingkan antara merokok dan penyakit

    jantung koroner.12,14

    - Diabetes MelitusDiabetes melitus akan meningkatkan resiko baik PAD asimptomatik ataupu PAD

    simptomatik sebesar 1,5-4 kali lipatdan berhubungan dengan kejadian

    kardiaovaskuler dan mortalitas pada individu dengan PAD. Pada penelitian

    Framingham Heart Study didapat 20 % Pad yang simptomatik dilaporkan

    mendapat diabetes melitus, sementara Edinburg arteri Study menggunakan

    kwasioner WHO atau nilai ABI < 0,90 mendapati prevaleni PAD lebih tinggi

    dengan diabetes atau intolerasi glukosa (20,6%) dibanding dengan glukosa

    normal (12,5%). Multi Ethic Study of atherosclerosis (MESA) menjumpai 26 %

    wanita dan 27,5% pria denga nilai ABI < 0,90 pada penderita diabetes.12,14

    Tingkat keparahan diabetes berperan penting dalam terjadi PAD terdapat 28%

    peningkatan resiko PAD pada setiap peningkatan HbA1c, dan lainnya menderita

    hiperglikemi. Diabetes mempunyai yang sangat kuat dengan penyakit oklusi pada

    arteri tibialis. Pasien diabetes dengan PAD lebih sering mendapat mikroangiopati

    atau neuropati den terjadi gangguan penyembuhan luka dibanding PAD-nya

    sendiri. Pasien diabetes yang menderita PAD mempunyai resiko lebih tinggi

    terjadi ulkus iskemik dan gangren. Diabetes dipercayai merupakan kontribusi

    terjadinya resiko peningkatan PAD.12,14

    - HiperlipidemiaPada Framingham Heart Study didapati hubungan peningkatan kolesterol total

    dengan dua kali peningkatan klaudikasio intermitten. NHANES melaporkan

    lebih dari 60 % individu dengan PAD terdapat hiperkolesterolemia, sedangkan

    PARTNERS menemukan prevalensi hiperlipidemia pasien dengan PAD sebesar

    77%. Hiperlipidemia meningkat 10% setiap peningkatan 10 mg/dl kolesterol

    total. Peningkatan total kolesterol, LDL kolesterol, very low density lipoprotein

    (VLDL) kolesterol dan trigliserida merupakan faktor resiko independen terjadinya

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    10/34

    10

    PAD, dimana peningkatan high density lipoprotein (HDL) kolesterol dan

    apolopoprotein A-1 berperan sebagai proteksi.

    Bentuk dislipidemia paling sering pada pasien PAD adalah kombinasi penurunan

    HDL kolesterol dengan peningkatan trigliseridayang sering didapati pada pasien

    sindroma metabolik dan diabetes.12,14

    - HipertensiHampir semua penelitian epidemiologi menunjukkan hubungan yang kuat antara

    hipertensi dengan PAD, di mana 50-92% didapati PAD dengan hipertensi. Pada

    penelitian NHANES pada PARTNERS melaporkan hubungan PAD dengan

    hipertensi masing-masing 74% dan 92%. Cardiovaskuler Health Study

    melaporkan 52% pasien dengan nilai ABI kurang dari 0,90 didapati tekanan darah

    tinggi dan Framingham Study menunjukkan peningkatan 2,5-4 kali lipat resiko

    klaudikasio intermitten pada pria dan wanita dengan hipertensi. Pada Systolic

    Hypertension in Elderly (SHEP) melaporkan 25,5% partisipan dengan nilai ABI 0,966) dihubungkan dengan 1,7 kali lipat

    peningkatan resiko PAD setelah di adjust dengan covarietanya.12,14

    2.2.4 Patofisiologi

    Konsep patofisiologi dari PAD adalah adanya keseimbangan antara ketersediaan

    nutrien di sirkulasi ke otot skelet dan oksigen, dengan kebutuhan nutrisi. 17 Terdapat beberapa

    patofisiologi yang berperan terhadap terjadinya PAD ini, tetapi secara umum proses

    aterosklerosis masih menjadi penyebab yang paling sering. Apabila disebabkan oleh proses

    aterosklerosis, maka akan terjadi pula kejadian yang sama di jantung dan otak sehingga ada

    peningkatan resiko untuk terkena kejadian serebrovaskular, infark miokard dan kematian.1

    Klaudikasio intermiten terjadi ketika kebutuhan oksigen dari otot skelet ini pada saat aktivitas

    melebihi ketersediaan oksigen dalam darah yang menyebabkan teraktivasinya reseptor

    sensoris lokal oleh akumulasi dari laktat atau metabolit lainnya.17

    Pasien dengan iskemi tungkai kritis biasanya memiliki lesi oklusi multipel yang

    sering mengenai arteri tungkai proksimal dan di distal, sehingga walaupun dalam keadaan

    istirahat, ketersediaan darah akan berkurang dan tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi

    tubuh.17 Penentu utama dari inadekuatnya aliran darah ke ekstremitas adalah adanya lesi

    sehingga membatasi aliran di arteri konduit. Aliran yang melewati arteri akan proporsional

    dengan tekanan perfusi dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskular. Bila

    aterosklerosis menyebabkan stenosis, aliran yang melewati arteri akan berkurang. semakin

    berat stenosis, aliran akan semakin menurun secara progresif. Perbedaan tekanan yang

    melewati stenosis akan meningkat tidak secara linear, menunjukkan betapa besarnya

    pengaruh stenosis terhadap peningkatan kecepatan aliran. Biasanya perbedaan tekanan akan

    tetap muncul saat istirahat bila stenosis yang terjadi mengurangi diameter lumen lebih dari

    50%, karena bila terjadi gangguan aliran, maka akan ada kehilangan energi kinetik. Stenosis

    yang tidak menyebabkan perubahan tekanan saat istirahat, dapat terjadi dikarenakan aliran

    darah yang meningkat sebagai konsekuensi dari peningkatan curah jantung dan penurunan

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    13/34

    13

    resistensi vaskular. Selanjutnya bila aliran yang melalui stenosis meningkat, tekanan perfusi

    di distal menjadi tidak terjaga. Begitu pula, ketika kebutuhan metabolik dari otot yang

    beraktivitas mulai melebihi ketersediaan oksigen, metabolit lokal seperti adenosine, nitrit

    oksida, kalium dan ion hidrogen berakumulasi dan terjadi dilatasi pembuluh darah perifer. Ini

    akan menghasilkan penurunan tekanan perfusi yang lebih jauh. Sebagai tambahan, tekanan

    intramuskular meningkat selama aktivitas dan dapat melebihi tekanan arterial distal dari

    oklusi, menyebabkan aliran darah meningkat. Aliran yang melewati pembuluh darah kolateral

    juga dapat memenuhi kebutuhan metabolik akan tetapi tidak cukup saat aktivitas/olahraga. 17

    Selain itu terjadi pula kelainan dalam reaktivitas vasomotor yang mempengaruhi

    aliran darah. Kapabilitas vasodilator dari baik pembuluh darah konduit dan resistan, menurun

    pada pasien aterosklerosis perifer. Pada keadaan normal, arteri akan berdilatasi sebagai

    respon terhadap rangsang farmakologik dan biokimiawi seperti asetilkolin, serotonin,

    thrombin atau bradikinin dan juga terhadap shear stress yang diinduksi peningkatan aliran

    darah. Respon vasodilatasi ini dihasilkan dari pelepasan substansi biologis aktif dari

    endothelium, terutama nitrit oksida. Vasodilatasi tergantung endotel akibat perangsangan

    aliran atau farmakologik inilah yang terganggu pada arteri femoralis yang aterosklerotik. 17

    Kelainan di mikrosirkulasi juga berkontribusi terhadap patofisiologi dari iskemi

    tungkai kritis. Pasien dengan iskemi tungkai yang berat mengalami penurunan jumlah

    kapiler kulit yang terperfusi. Penyebab potensial lain penurunan perfusi ini adalah penurunan

    deformabilitas sel darah merah, meningkatnya adhesivitas lekosit, agregasi platelet,

    fibrinogen, trombosis mikrovaskular, vasokonstriktif eksesif dan edema interstisial, seperti

    ditunjukkan dalam tabel 3 berikut : 17

    Tabel 3. Faktor-faktor penyebab iskemi tungkai kritis

    Faktor yang meregulasi aliran darah ke tungkai

    Lesi yang mengurangi aliran (beratnya stenosis, pembuluh darah kolateral yang

    inadekuat)

    Vasodilatasi yang terganggu (penurunan nitrit oksida dan penurunan respon terhadap

    vasodilator)

    Vasokonstriksi yang meningkat (tromboksan, serotonin, angiotensin II, endotelin,

    norepinefrin)

    Reologi yang abnormal (penurunan deformabilitas sel darah merah, peningkatan

    adhesivitas leukosit, agregasi platelet, mikrotrombosis, peningkatan fibrinogen)

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    14/34

    14

    Struktur dan Fungsi otot skelet yang terganggu

    Denervasi aksonal dari otot skelet

    Hilangnya tipe II,glycolytic fast twist fibers

    Aktivtas enzimatik mitokondrial yang terganggu

    Dikutip dari Hirsch dkk. 1

    Gambar 2. Patofisiologi Klaudikasio dan penurunan kapasitas Fungsional pada PAD.

    Dikutip dari Hiatt W.R.3

    a. Aterosklerosis dengan PADPAD sering kali merupakan proses sistemik yang berpengaruh terhadap sirkulasi

    arteri multipel. Proses patofisiologi sistemik diantaranya aterosklerosis, penyakit generatif,

    kelainan displasia, inflamasi vaskuler (arteritis), trombosis in situ dan tromboembolik.

    Penyebab utama PAD yang terbanyak diseluruh dunia adalah aterosklerosis. Secara

    epidemiologi dan konsekuensi klinis PAD sangat erat hubunganya dengan faktor resiko

    aterosklerosis klasik yaitu: hipertensi, diabetes melitus, merokok, hiperlipidemia,

    genetik/riwayat keluarga, kondisi post menopause dan penyebab lain yaitu

    hiperhomosistenemia dan inflamasi. Dapat juga disebabkan oleh penyakit degeneratif seperti

    penyakit kolagen, sindroma Ehler-Danlos dan sindroma marfan. Penyakit displasia dapat

    mengenai arteri renalis, arteri karotis, dan arteri iliaka. Penyakit vaskulitis dapat merusak

    arteri besar, sedang dan kecil.12 PAD akibat aterosklerosis melibatkan beberapa faktor yang

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    15/34

    15

    berhubungan erat seperti gangguan lipid, aktivasi platelet, trombosis, disfungsi endotel,

    inflamasi, stres oksidatif, aktivasi sel otot polos vaskuler, proses remodeling dan faktor

    genetik.5

    Menurut kelompok studi WHO (1958), aterosklerosis adalah suatu kombinasi

    perubahan tunika intima pembuluh darah arteri yang bervariasi, yang terdiri dari penimbunan

    setempat lemak, kompleks karbohidrat, darah dan produk darah, jaringan fibrosa,

    penimbunan kalsium bersama-sama dengan perubahantunika media. Seperti diketahui

    struktur normal dinding arteri terdiri dari tunika intima, tunika media dan tunika adventisia.

    Pada proses aterosklerosis prinsipnya yang terlibat adalah tunika intima walaupun perubahan

    sekunder dapat juga dijumpai pads tunika media. Tiga tipe lesi aterosklerosis klasik yang

    dapat dijumpai adalah garis lemak, plak fibrosa dan lesi kompleks. Garis lemak ditandai oleh

    penimbunan lemak setempat, sejumlah kecil sel otot polos intima dan tidak menyebabkan

    obstruksi ataupun gejala. Garis lemak ini bersifat reversibel dan dapat menjadi plak fibrosa.

    Plak fibrosa adalah lesi yang karakteristik, nampak keputihan dan menonjol ke dalam lumen

    arteri. Plak fibrosa dapat berkembang menjadi lesi kompleks yaitu plak fibrosa yang berubah

    karena adanya perdarahan, fibrosis dan kalsifikasi, ulserasi ataupun trombosis. Sifat khan lesi

    ini adalah kalsifikasi dan sering dihubungkan dengan kejadian oklusi Aterosklerosis

    merupakan spektrum dari reaksi arteri akibat beberapa faktor yang mempengaruhi dinding

    pembuluh darah dan menyebabkan kelainan melalui mekanisme yang berbeda pada subyek

    yang berbeda bahkan tempat yang berbeda pads subyek yang sama.

    Teori dan mekanisme terbentuknya aterosklerosis :13

    1. Mekanisme Infiltrasi LipidTeori ini menerangkan bahwa plasma protein termasuk LDL dan VLDL secara kontinu

    masuk ke dalam pembuluh darah melalui endotel. LDL yang berlebihan akan tertimbun di

    dalam dinding arteri. Produk dari metabolisme lipoprotein ini terutama kolesterol bebas;

    kolesterol bebas dan kolesterol ester akan menyebabkan reaksi fibrokalsifikasi.

    2. Permeabilitas Tunika Intima dan Kerusakan Sel EndotelPerubahan permeabilitas tunika intima terhadap lipoprotein dan kerusakan sel endotel

    merupakan faktor penting terbentuknya aterosklerosis. Dari percobaan diketahui bahwa

    kerusakan endotel dapat disebabkan oleh panas, dingin, mekanik (kateter) yang

    mempercepat proses aterosklerosis pads keadaan hiperkolesterolemi. Kerusakan endotel

    ataupun perubahan permeabilitas juga dapat terjadi akibat aglutinasi platelet yang

    melepaskan vasoaktif amin, dari area yang mengalami stres hemodinamik, hipertensi dan

    kompleks antigen-antibodi.

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    16/34

    16

    3. Mekanisme TrombogenikPerkembangan lebih lan jut proses aterosklerostik dapat menyebabkan oklusi total yang

    erat hubungannya dengan ruptur plak, agregasi platelet, terbentuknya trombus serta

    vasospasme koroner. Ruptur plak akan menyebabkan pelepasan ATP dan

    ADP dari sel-sel yang rusak. ATP dan ADP mengaktifkan platelet sehingga terjadi adesi.

    Platelet kemudian melepaskan tromboksan A2 dan terutama ADP yang mengaktifkan

    platelet di sekitarnya untuk beragregasi dan membentuk gumpalan trombus

    Gambar 3. Mekanisme Trombogenik. Dikutip dari Anwar T.B., dan Kasiman S.13

    4. Mekanisme HemodinamikMekanisme ini menerangkan hubungan lokalisasi dan pembentukan aterosklerosis. Plak

    ateroma terutama sering didapatkan di daerah percabangan pembuluh darah. Pada

    pembuluh darah koroner, ateroma lebih jelas pads bagian proksimal dari

    tiga cab ang utama epikardial arteri koronaria yang jelas bergerak pads setiap denyut

    jantung. Arteri penderita hipertensi menunjukkan peningkatan permeabilitas terhadap

    molekul lipoprotein. Faktor mekanis ini dapat mempengaruhi perubahan tunika intima dan

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    17/34

    17

    merangsang pembentukan mikrotrombi. tromboksan A2 dan terutama ADP yang

    mengaktifkan platelet di sekitarnya untuk beragregasi dan membentuk gumpalan trombus.

    5. Perdarahan KapilerTeori Wintemitz (1938) menerangkan bahwa lipid pads lesi aterosklerotik berasal dari

    perdarahan berulang pads plak akibat ruptur kapiler lumen pembuluh darah maupun vasa

    vasorum. Walaupun mekanisme ini tidak ada hubungannya dengan permulaan

    pembentukan lipid akan tetapi mekanisme ini dapat menambah penimbunan lipid dan

    fibrosis pads plak yang sudah terbentuk.

    6. Migrasi Lipofag (Makrofag)Teori ini diperkuat oleh Leary; penimbunan kolesterol pads arteri adalah akibat lipofag

    yang beredar dalam darah melakukan penetrasi pads tunika intima. Sel ini diduga

    melakukan penetrasi ke dalam endotelium atau melekat pads permukaan

    sehingga menutupi endotelium.

    2.2.5 Manifestasi Klinik

    Kurang dari 50 % pasien dengan penyakit arteri perifer bergejala, mulai dari cara

    berjalan yang lambat atau berat, bahkan seringkali tidak terdiagnosis karena gejala tidak khas.

    Gejala Klinis tersering adalah klaudikasio intermiten pada tungkai yang ditandai dengan rasa

    pegal, nyeri, kram otot, atau rasa lelah otot. Biasanya timbul sewaktu melakukan aktivitas

    dan berkurang setelah beristirahat beberapa saat. Lokasi klaudikasio terjadi pada distal dari

    tempat lesi penyempitan atau sumbatan. Pada penyakit aortailiaka (Sindrome Leriche)

    memberikan gejala rasa tidak nyaman pada daerah bokong, pinggang dan paha. Klaudikasio

    pada daerah betis timbul pada pasien dengan penyakit pada pembuluh darah daerah femoral

    dan poplitea. Keluhan lebih sering terjadi pada tungkai bawah dibandingkan tungkai atas.

    Insiden tertinggi arteri obstruksi sering terjadi pada tungkai bawah, seringkali menjadi berat

    sehingga timbul iskemia kritis tungkai bawah (critical limb ischemia). Denga gejala klinis

    saat istirahat dan dingin pada kaki. Seringkali gejala tersebut muncul pada malam hari ketika

    sedang tidur dan membaik setelah posisi dirubah. Jika iskemia berat nyeri dapat menetap

    walaupun sedang istirahat. Kira-kira 25% kasus iskemia akut disebabkan oleh emboli.

    sumber emboli biasanya dapat diketahui. Emboli paradoksikal merupakan salah satu

    penyebab yang tidak dapat terlihat dengan cara angiografi disebabkan lesi ulseratif yang kecil

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    18/34

    18

    atau karena defek septum atrial. penyebab terbanyak kedua penyakit arteri iskemia akut

    adalah trombus. Pemeriksaan fisik yang terpenting pada penyakit arteri perifer adalah

    penurunan atau hilangnya perabaan nadi pada diastal obstruksi, terdengar bruit pada daerah

    arteri yang menyempit dan atrofi otot. Jika lebih berat dapat terjadi bulu rontok, kuku

    menebal, kulit menjadi licin dan mengkilap, suhu kulit menurun, pucat atau sianosis

    merupakan penemuan fisik yang tersering kemudian dapat terjadi gangren dan ulkus. Jika

    tungkai diangkat atau dielavasi dan dilipat, pada daerha betis dan telapak kaki, akan menjadi

    pucat.2

    Tabel 4. Klasifikasi Fontaine untuk Penyakit Arteri Perifer

    Derajat Gejala

    I Asimptomatik

    Iia Klaudikasio Intermiten

    IIb Tak ada nyeri, kaludikasio jika berjalan > 200 meter

    III Nyeri istirahat dan Nokturnal

    IV Nekrosis, gangren

    Dikutip dari Antono D., dan Ismail D.2

    Secara klinis penyakit arteri perifer dibagi menjadi:

    1. Insufisiensi arterial akutIskemia arterial akut disebabkan oleh emboli atau trombosis akut mengikuti obstruksi

    parsial kronik. Emboli dapat berasal dari jantung atau bukan jantung. Penyebab oklusi

    arterial akut dapat dilihat ditabel

    Tabel 5. Etiologi Insufisiensi Arterial Akut

    Emboli

    Fibrilasi atrium Penyakit jantung katup (Penyakit jantung rematik,atau endokarditis) Infark miokard (dengan atau tanpa aneurisma ventrikel) Katup jantung prostetik Miksoma atrium kiri Embolus paradoksik Kardiomiopati kongestif

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    19/34

    19

    Kardiomiopati hipertropik Kalsifikasi annulus katup mitral

    Perifer

    Lesi ulkus arteriosklerosis

    Aneurisma (Aorta, femoral, iliaka, poplitea, subclavia dan axillaris) Komplikasi kateterisasi arterial.

    Trombosis

    Aterosklerosis pada segmen penyempitan (dengan atau tanpa gangguan aliran) Perdarahan intraplak Penyalahgunaan obat

    Dikutip dari Antono D., dan Ismail D.2

    Embolus yang menyangkut pada arteri akan membentuk trombus yang

    menyumbat aliran darah, distal dari sumbatan menjadi spasme. terbentuk bekuandarah

    pada proksimal sumbatan. Hal ini terjadi tergantung dari adekuat dan tidaknay

    kolateral. Pada bagian distal yang spasme dalam 8 jam akan terbentuk bekuan darah

    menjalar ke bawah menyumbat seluruh kolaterla yang ada, memperburuk iskemia,

    akhirnya kulit menjadi biru, kaku dan licin. Otot skeletal dan saraf perifer dapat

    bertahan 8 jam iskemia tanpa kerusakan permanen. Kulit dapat bertahan dengan

    iskemia berat selama 24 jam. Kerusakan jaringan tergantung dari sirkulasi kolateral

    yang adekuat, keadaan fungsi jantung, viskositas darah, kadar oksigen darah,

    menjalarnya bekuan arah sampai ke mikrosirkulasi, dan efektivitas dan ketepatan

    pengobatan. Jika skemia pada otot berkembang menjadi nekrosis, otot menjadi

    paralisis, mengeras dan konsistensi kaku. Pada saraf perifer penurunan fungsi dan

    menjadi anestesia. kulit menjadi sianosis, pucat dengan ditekan, dan terjadi gangren.2

    2. Insufisiensi arterial kronikManifestasi klinis yang paling sering adalah kaludikasio, dengan definisi serangan

    nyeri otot dan kelemahan karena iskemia berulang. Klaudikasio biasanya timbul

    setelah aktivitas fisik dan berkurang atau menghilang setelah beberapa saat.

    Timbulnya nyeri berhubungan dengan aliran darah yang tidak adekuat. Klaudikasio

    intermiten adalah tanda insufisiensi arteri. Penumpukan asam laktat dan metabolisme

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    20/34

    20

    lain pada otot yang iskemia menyebabkan nyeri kram pada otot. lokasi yang paling

    sering terkena adalah daerah betis, tetapi juga pada daerah paha jika terjadi obstruksi

    pada arteri iliaka eksterna atau arteri femoralis komunis, atau pada daerah bokong

    karena ada penyempita pada aorta atau arteri ilika komunis. Gejala klaudikasio

    atipikal bisa muncul yaitu berupa nyeri pada telapak kaki atau rasa terbakar.2

    2.2.6 Diagnosis

    Untuk diagnosis yang akurat diperlukan anamnese yang baik. Adanya faktor resiko

    terjadi aterosklerosis memerlukan anamnese yang baik untuk mengetahui keadaan pasien.

    Pada pasien yang asimptomatik diperlukan pemeriksaan fisik atau tes non-invasif.

    Klaudikasio intermitten yang klasik terjadi bila timbulnya rasa nyeri saat istirahat, dan atau

    adanya gangguan fungsi. banyaknya penyebab alternatif nyeri tungkai saat berjalan termasuk

    stenosis spinal, tetapi ini harus disingkirkan. Tingkatan PAD berdasarkan keparahanya mulai

    dengan tanpa gejala, claudicatio intermitttent, nyeri saat istirahat, sampai luka yang tidak

    sembuh dan adanya gangren.12

    Pada pemeriksaan fisik ada dua komponen yang penting yaitu inspeksi kaki dan

    palpasi denyut nadi perifer. Pada inspeksi diamati adanya tanda-tanda rubor, palor, tidak

    adanya bulu kaki, distropia kuku ibu jari kaki dan rasa dingin pada tungkai bawah, kulit yang

    kering, fissura pada kulit, hal ini merupakan tanda insufisiensi vaskuler, Diantara jari-jari

    diamati adanya fissura, ulserasi dan infeksi. Pada palpasi denyut nadi merupakan komponen

    rutin yang harus dinilai. Penilaian meliputi arteri femoralis, poplitea, dan dorsalis pedis.

    Pulsasi dicatat dengan angka 0-2, dimana tidak ada pulsasi, berkurang /lemah dan normal.

    Lemah atau tidak adanya pulsasi merupakan petanda PAD. Denyut arteri dorsalis akan

    menghilang pada 8,1% populasi normal, sedangkan arteri tibialis posterior pada 2,0%

    populasi normal. Bila tidak dijumpai kedua denyut nadi pada kaki tersebut diduga kuat

    adanya penyakit vaskuler. Khan dkk menyimpulkan pemeriksaan fisik haruslah dibarengi

    dengan tes diagnostik dalam skrining adanya PAD.2,12

    Kuesioner di bawah ini dikenal sebagai kuesioner Rose yang dikenal juga Kuesioner

    WHO dimana sangat berguna dalam mengidentifikasi penyakit arteri perifer, Klaudikasio

    intermitten dianggap positif bila semua jawaban sesuai yang disediakan.19

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    21/34

    21

    Tabel 6. Kuesioner Rose untuk klaudikasio Intermitten

    No Pertanyaan Jawaban yang diharapkan

    bila Diagnosis (+)

    1 Apa perrnah merasa sakit pada kaki ketika berjalan? Ya

    2 Apa rasa sakit mulai ketika berdiri atau duduk? Tidak

    3 Apa rasa sakitnya pada satu betis atau keduanya Ya

    4 Apakah rasa sakitnya dialami ketika berjalan posisi

    menaik atau buru-buru?

    Ya

    5 Apakah rasa sakit yang dialami ketika berjalan pada

    permukaan yang datar

    Ya/Tidak

    6 Apa rasa sakit itu menghilang ketika tidak berjalan? Tidak

    7 Apakah yang dilakukan ketika mendapatkan rasa sakit

    ini ketika berjalan?

    Stop atau jalan lebih lambat

    8 Apakah yang terjadi pada rasa sakitjika berhenti

    berjalan dan hanya berdiri?

    Membaik kurang lebih 10

    menit

    Dikutip dari Sihombing B.19

    a. Pemeriksaan NoninvasifDiagnosis untuk menegakkan panyakit arteri perifer haruslah akurat, murah , diterima

    secara luas, mudah dan non-invasif. Variabel teknik yang tersedia untuk mendeteksi adanya

    penyakit arteri perifer yaitu menilai adanya stenosis, tingkat keparahan, evaluasi pasien

    terhadap progesivitas penyakit, atau respon dari terapi. Beberapa teknik dapat digunakan

    pada rawat jalan, sebagai fasilitas yang cepat dan akurat untuk melinai gejala dan deteksi dini

    pada individu yang mempunyai resiko penyakit arteri perifer.12

    Pemeriksaan laboratorium dievaluasi kondisi hidrasi, kadar oksigen darah, fungsi

    ginjal, fungsi jantung, dan kerusakan otot. Diperiksa foto thorax untuk melihat kardiomegali,

    hematokrit melihat adanya polisitemia, analisa urine untuk melihat protein dan pigmen untuk

    melihat mioglobin di urine. Kreatinin fosfokinase untuk melihat nekrosis otot.

    Elektrokardiografi untuk menilai aritmia atau infark lama. Ekokardiografi 2 dimensi untuk

    menilai ukuran ruang jantung, fraksi ejeksi, kelainan katup, evaluasi gerak dinding ventrikel,

    mencari trombus atau tumor, defek septum arterial. Ultrasonografi abdomen untuk mencari

    aneurisma aorta abdominal. Arteriografi dapat mengetahui dengan jelas tempat sumbatan dan

    penyempitan.2

    Variasi untuk diagnosis dan evaluasi penyakit arteri perifer:

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    22/34

    22

    -Ankle Brakial indexTest ini mudah dan murah dalam mendeteksi penyakit arteri perifer dengan menghitung

    rasio TD sistolik pembuluh darah arteri pergelangan kaki dibanding pembuluh darah arteri

    lengan. Pengukuran ABI dilakukan sesudah pasien berbaring 5-10 menit. 12 Test ini

    mencatat TD sistolik kedua arteri bracialis dan kedua arteri dorsalis pedis serta arteri

    tibialis posterior. Normal tekanan sistolik disemua ekstremitas sama. Jika terjadi stenosis

    yang signifikan, tekanan darah sistolik di kaki akan menurun. Jika dibandingkan rasio

    tekanan arteri pergelangan kaki dan tangan atau ABI, pada keadaan normal ABI 1,

    dengan kelainan PAD ABI < 1, dan dengan iskemia berat ABI < 0,4. ABI dihitung pada

    masing-masing tungkai dengan pembagian nilai tertinggi TD sistolik pergelangan kaki

    dibagi nilai tertinggi TD sistolik lengan, yang dicatat nilai dengan 2 angka desimal. 2

    Gambar 4. Pengukuran Ankle- Brachial Index (ABI). Dikutip dari Hiatt W.R9

    Interpretasi nilai ABI menurut:

    1. American Collage of Cardiology / American Diabetes Association (ACC/ADA)12 > 1,3 : Dugaan kalsifikasi arteri 0,91-1,3 : Normal 0,9-0,8 : Ringan 0,79-0,5 : Sedang

    < 0,5 : Berat2. Hiatt dkk12

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    23/34

    23

    > 1,30 : Dugaan kalsifikasi arteri 0,91-1,30: Normal 0,41-0,90: ringan-sedang

    0,00-0,5 : Berat

    ABI dapat mendeteksi lesi stenosis paling sedikit 50% pada tungkai. Pembuluh darah

    yang kaku ditandai dengan adanya kalsifikasi arteri. Hal ini sering dijumpai pada pasien

    diabetes, orang tua, GGK dengan HD reguler dan pasien yang mendapat terapi steroid kronis.

    Pada studi kohort oleh Sikkin dkk, melaporkan 154 pasien yang diikuti 5 year cumulative

    survival rates dilakukan ABI didapat hasil: 63% ABI < 0,50; 71% ABI 0,50-0,69%; 91% ABI

    0,70-0,89. Bila ABI tidak dapat mendeteksi penyakir arteri perifer karena pembuluh darah

    yang kaku, maka digunakan test toe-brachial index. Test ini lebih baik untuk menilai perfusi

    ke tungkai bawah bila nilai ABI 1,30. Nilai teo-brachial index < 0,70 dapat menegakkan

    adanya gangguan pembuluh darah arteri perifer. American Diabetes Association (ADA)

    menyarankan skrining ABI dilakukan pada penderita DM dengan usia < 50 tahun yang

    mempunyai faktor resiko penyakit arteri perifer seperti merokok, hipertensi, hiperlipodemia,

    dan lamanya menderita DM > 10 tahun.12

    -Segmental Limb Pressure dan Pulse Volume RecordingSegmental Limb Pressure dapat menilai adanya penyakit arteri perifer serta lokasinya yang

    dicatat dengan alat doppler dari Plaethysmographic Cuffs yang ditempatkan pada arteri

    brakialis dan daerah tungkai bawah termasuk diatas paha, dibawah lutut dan pergelangan

    kaki. Test ini mempunyai balasan yang sama dengan ABI tentang adanya pembuluh darah

    yang kaku. Segmental Limb Pressure dapat diukur tersendiri, tetapi umumnya digunakan

    bersamaan. Pulse Volume recording, dimana kombinasi kedua pengukuran ini

    mempunyai akurasi diagnostik 97%. Pulse volume recording digunakan dengan sistem

    cuffs, dimana Pneumo Plaethysmograph mendeteksi perubahan volume pada tungkai

    melalui siklus jantung. Perubahan kontur nadi dan amplitudo juga dapat dianalisis.

    Gelombang normal bila kenaikannya yang tinggi, puncak sistolik yang menajam, pulsasi

    yang menyempit, adanya dicrotic notch sampai dasar. Pada gangguan arteri perifer,

    terdapat gambaran gelombang yang mulai landai, puncak yang melingkar, pulsasi yang

    melebar, dicrotic notch yang menghilang dan melengkung ke bawah.12

    -Exercise Stress Testing

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    24/34

    24

    Pengukuran ABI dilakukan dengan kombinasi pre dan post aktivitas yang dapat digunakan

    untuk menilai gejala tungkai bawah yang disebabkan gangguan pembuluh darah arteri atau

    pseudo-cladication dan menilai status fungsi pasien dengan gangguan pembuluh darah

    arteri. Metode ini baik dan non invasif dalam memdeteksi gangguan pembuluh darah arteri

    perifer, dimana digunakan bila nilai ABI saat istirahat normal, tetapi secara klinis diduga

    mengalami gangguan.12

    -Duplex UltrasonographyAlat ini berguna dalam mendeteksi PAD pada tungkai bawah yang juga sangat berguna

    dalam menilai lokasi penyakit dan membedakan adanya lesi stenosis dan oklusi, selain itu

    juga dapat sebagai persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan/intervensi. Duplex

    Ultrasonography merupakan kombinasi analisa gelombang doppler dan kecepatan aliran

    (Velocity) doppler.12

    -Magnetic Resonance Angiography (MRA)MRA khusus digunakan sebagai diagnosis radiologi penyakit arteri perifer. MRA

    dilakukan sebagai tindakan lanjutan persiapan evaluasi re-vaskularisasi.12

    -Computed Tomographic AngiographyCTA digunakan sabagai alat sebagai alat terbaru diagnostik penyakit arteri perifer, dengan

    kemampuan resolusi tampilan gambar lebih baik dan tiap scanning menampilkan 64

    channel menggunakan multidetector scanner. ACC/AHA merekomendasikan CTA dipakai

    dalam perencanaan tindakan revaskularisasi, yang mempunyai kemampuan menampilkan

    gambar lebih cepat dan ketepatan lebih baik dibanding MRI.12

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    25/34

    25

    Gambar 5. Algoritma Evaluasi pasien yang dicurigai menderita Penyakit Arteri Perifer.

    Dikutip dari Hiatt W.R.9

    2.2.7 PenatalaksanaanMacam-macam terapi terdiri dari terapi suportif, farmakologis, intervensi non

    operasi dan operasi. Terapi suportif meliputi perawatan kaki dengan menjaga tetap bersih

    dan lembab dengan memberikan krem pelembab. Memakai sandal dan sepatu yang

    ukuranya pas dari bahan sintesis yang berventilasi. Hindari penggunaan bebat elastik

    karena menurangi aliran darah ke kulit. Pengobatan terhadap semua faktor yang dapat

    menyebabkan aterosklerosis harus diberikan, berhenti merokok, merubah gaya hidup,

    mengontrol hipertensi tetapi jangan sampai terjadi hipotensi.2

    Latihan fisik merupakan pengobatan yang paling efektif. Hal tesebut telah dibuktikan

    pada lebih dari 20 penelitian. Latihan fisik meningkatkan jarak tempuh sampai terjadinya

    klaudikasio. Setiap latihan fisik berupa jalan kaki kira-kira 30 sampai 45 menit atau terasa

    sampai mendekati nyeri maksimal. program ini dilakukan selama 6-12 bulan. Hal ini

    disebabkan karena peningkatan aliran darah kolateral, perbaikan fungsi vasodilator

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    26/34

    26

    endotel, respons inflamasi, metabolisme muskuloskeletal dan oksigenasi jaringan lebih

    baik dengan perbaikan viskositas darah.2

    Terapi farmakologis dapat diberikan aspirin, klopidogrel, pentoksifilin, cilostazol, dan

    tiklopidin. Obat-obat tersebut dalam penelitian dapat memperbaiki jarak berjalan dan

    menurangi penyempitan. mengelolah faktor resiko, menghilangkan kebiasaan merokok,

    mengatasi diabetes melitus, hiperlipidemia, hipertensi, hiperhomosisteinemia dengan

    baik.2

    Gambar 6. Algoritma evaluasi dan penatalaksanaan pasien dengan penyakit

    arteri perifer. Dikutip dari Hiatt W.R.9

    Tujuan dari pengobatan PAD termasuk menurunkan morbiditas dan mortalitas,

    memperbaiki kualitas hidup, menurunkan gejala klaudikasio, menghilangkan rasa nyeri, dan

    menjaga viabilitas tungkai. Klaudikasio dapat membaik dengan farmakoterapi. Manajemen

    yang optimal dari iskemi tungkai kritisbiasnaya mencakup intervensi endovaskular atau

    rekonstruksi bedah untuk memperbaiki aliran darah dan menjaga viabilitas tungkai.

    Revaskularisasi juga diindikasikan pada beberapa pasien dengan gejala yang mengganggu

    yang tetap ada walau dengan terapi olahraga dan farmakoterapi.17

    A. Modifikasi faktor risiko

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    27/34

    27

    Terapi penurunan lemak dapat menurunkan risiko kejadian kardiovaskular pada pasien

    dengan PJK. The National Cholestrol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP

    ATP III) menyatakan bahwa PAD adalah coronary risk equivalent dimana target Low

    density lipoprotein (LDL) adalah kurang dari 100.17

    1. Berhenti MerokokDari penelitian terbukti pasien PAD yang berhenti merokok mempunyai angka 5-year

    survival rate dua kali lebih baik dibandingkan pasien PAD yang meneruskan merokok.

    Intervensi farmakologis yang paling efektif adalah nicotine replacement therapy,

    bupropion dan varenicline.17

    2. Terapi DiabetesGuideline terbaru merekomendasikan pasien dengan PAD dan diabetes diobati dengan

    agen menurunkan glukosa untuk mencapat target HbA1c lebih rendah dari 7%.17

    3. Kontrol Tekanan darahTerapi antihipertensi menurunkan risiko stroke, kematian akibat PJK dan vaskular.

    Guideline terbaru merekomendasikan pasien PAD dengan hipertensi agar menurunkan

    tekanan darahnya hingga 140/90 atau 130/80 pada pasien dengan diabetes.17

    4. Terapi antiplateletAntikoagulan oral dengan warfarin tidak direkomendasikan karena tidak lebih efektif

    dari terapi antiplatelet dan malah menambah risiko perdarahan.17

    5. FarmakoterapiPengembangan farmakoterapi yang efektif untuk mengobati gejala-gejala PAD banyak

    tertinggal bila dibandingkan dengan penemuan dan penelitian untuk penanganan PJK.

    Banyak penelitian tentang vasodilator gagal menunjukkan efikasi pada pasien dengan

    klaudikasio intermiten. Salah satu penjelasan patofisiologinya adalah karena saat

    istirahat pembuluh darah resistan yang terletak di distal dari stenosis akan berdilatasi

    sebagai respon terhadap iskemia. Vasodilator kalaupun berefek, hanya akan minimal saja

    terhadap dilatasi pembuluh ini ini, tetapi malah akan menurunkan resistensi di pembuluh

    darah lainnya dan menciptakansteal phenomenon, menurunkan aliran darah dan tekanan

    perfusi ke kaki yang terkena. Selain itu, berlawanan dengan efeknya terhadap penurunan

    konsumsi oksigen di miokard pada pasien-pasien PJK (karena menurunkan afterload),

    vasodilator disini tidak menurunkan kebutuhan oksigen dari otot skelet.17

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    28/34

    28

    Agen antiplatelet penting diberikan pada pasien dengan klaudikasio untuk

    menurunkan kejadian stroke, infark miokard dan kematian kardiovaskular. Aspirin (75-

    162mg) per hari diberikan terutama kepada semua penderita koroner atau serebrovaskular.

    Clopidogrel (75 mg/hari) terbukti dapat sedikit meningkatkan efikasi dibandingkan Aspirin

    berdasarkan hasil penelitian CAPRIE.18

    Berdasarkan guideline dari ACC/AHA untuk penyakit arteri perifer, penggunaan

    medikamentosa dalam hal penanganan klaudikasio intermiten adalah sebagai berikut :1

    Kelas I

    Cilostazol, 2x100 mg per hari, diindikasikan sebagai terapi yang efektif untuk meningkatkan

    gejala dan meningkatkan jarak tempuh berjalan pada pasien dengan PAD ekstremitas bawah

    dan klaudikasio intermiten (dalam keadaan absennya gagal jantung) [A].

    Kelas IIb

    Pentoxyfilline (3x400 mg) dapat dipertimbangkan sebagai alternatif kedua setelah Cilostazol

    untuk meningkatkan jarak tempuh berjalan pada pasien dengan klaudikasio intermiten [A].

    Efektifitas klinis dari pentoxyfilline sebagai terapi klaudikasio adalah terbatas, dan belum

    teruji dengan baik [C]. Efektifitas dari L-arginine dengan klaudikasio intermiten belum teruji

    dengan baik [B]. Efektifitas dari propionyl L-carnitine atau ginko biloba sebagai terapi untuk

    meningkatkan jarak tempuh berjalan pada pasien dengan klaudikasio intermiten belum teruji

    dengan baik [B].

    Kelas III

    Vasodilator oral (prostaglandin) seperti Beraprost dan Iloprost adalah medikasi yang tidak

    efektif untuk meningkatkan jarak tempuh berjalan pada pasien dengan klaudikasio intermitten

    [A]. Vitamin E tidak direkomendasikan sebagai terapi pada pasien klaudikasio intermitten

    [C]. Zat kelasi (asam etilendiamintetraasetat) tidak diindikasikan untuk penanganan

    klaudikasio intermiten dan dapat memberikan efek berbahaya [C].

    Cilostazol adalah selectivephosphodiesterase inhibitor yang dapat meningkatkan

    cyclic AMP dan berefek vasodilator dan penghambatan platelet, sedangkan Pentoxyfilline

    adalah obat untuk meningkatkan deformabilitas dari sel darah putih dan merah sehingga

    dapat memperbaiki keluhan klaudikasio pada beberapa pasien. Selain itu, dari bagan

    penanganan iskemi tungkai akut dan kritis, terdapat salah satu pilihan tindakan yaitu

    Trombolisis. Berikut panduan penggunaan trombolitik tersebut menurut guuideline

    ACC/AHA:1

    Kelas I

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    29/34

    29

    Trombolisis dari kateter adalah terapi yang berguna dan efektif dan diindikasikan untuk

    pasien dengan iskemi tungkai akut kurang dari 14 hari.

    Kelas IIa

    Peralatan trombektomi medikal dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk iskemi

    tungkai akut karena oklusi arteri perifer

    Kelas IIb

    Trombolisis dari kateter atau trombektomi dapat dipertimbangkan pada pasien dengan iskemi

    tungkai akut dengan durasi lebih dari 14 hari.

    B. Exercise rehabilitation

    Supervised exercise rehabilitation dapat memperbaiki gejala klaudikasio pada pasien

    dengan PAD. Hasil meta analisis menujukkan exercise rehabilitation ini meningkatkan

    kemampuan berjalan sebanyak 180%. Keuntungan terbesar terjadi ketika bila satu sesi

    berlangsung dalam durasi 30 menit, 3 kali seminggu selama 6 bulan dan berjalan sebagai

    modus olahraga. Keuntungan ini pada pasien PAD sebagai akibat perubahan dari fungsi otot

    skelet, seperti peningkatan aktivitas enzim mitokondria, rate produksi ATP, dan produksi

    laktat. Pada pasien PAD, perbaikan peformans berkaitan dengan penurunan konsentrasi asil-

    karnitin rantai pendek di otot skelet dan plasma, yang mengindikasikan perbaikan

    metabolisme oksidatif dan peningkatan konsumsi oksigen puncak. Olahraga juga

    meningkatkan performasns biomekanik, memungkinkan pasien untuk berjalan lebih efeisien

    dengan pengeluaran energi yang lebih rendah.17

    C. Percutaneus Transluminal Angioplasty and Stents

    Intervensi dengan kateter perifer diindikasikan untuk pasien klaudikasio yang masih

    simptomatik walau dengan exercise rehabilization atau dengan farmakoterapi. Intervensi

    endovaskular ini juga diindikasikan untuk pasien dengan iskemi tungkai kritis yang secara

    anatomi memungkinkan.17

    Menurut guideline ACC/AHA, rekomendasi dari stent adalah sebagai berikut :1

    Kelas IIa

    Stent (dan teknik tambahan lainnya seperti laser, cutting balloon, alat aterektomi dan termal)

    dapat berguna pada arteri femoral, popliteal dan tibial sebagai terapi penyelamatan setelah

    kegagalan dilatasi balon (misalkan terjadinya perbedaan tekanan translesi yang persisten,

    residu diameter stenosis lebih dari 50% atau diseksi yang membatasi aliran).1

    Kelas IIb

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    30/34

    30

    Efektivitas dari stent, aterektomi, cutting balloon, alat termal dan laser untuk penanganan lesi

    di arteri femoralis dan poplitea belum teruji dengan baik (kecuali untuk penyelamatan setelah

    gagal dengan dilatasi balon)

    D. Peripheral Arterial Surgery

    Revaskularisasi secara bedah diindikasikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien

    dengan klaudikasio yang mengganggu walau dengan terapi medikal yang maksimal dan

    untuk menghilangkan nyeri saat istirahat dan menjaga viabilitas tungkai pada pasien dengan

    iskemi tungkai kritis yang tidak memungkinkan dilakukan intervensi perkutan. Tindakan

    yang paling sering dilakukan adalah aorta-bifemoral bypass.1

    Menurut guideline ACC/AHA, rekomendasi dari stent adalah sebagai berikut :1

    Kelas I

    Intervensi bedah diindikasikan untuk orang dengan gejala klaudikasio yang memiliki

    gangguan fungsi secara signifikan yang membatasi gaya hidup atau berkaitan dengan

    pekerjaannya, yang tidak berespon dengan olahraga atau farmakoterapi, dan yang mempunyai

    kemungkinan perbaikan simtomatik. (B)

    Kelas IIb

    Karena adanya penyakit aterosklerotik yang lebih agresif pada pasien berusia dibawah 50

    tahun, efektivitas intervensi bedah pada populasi ini dengan klaudikasio intermiten belum

    jelas.

    Kelas III

    Intervensi bedah tidak diindikasikan untuk pencegahan progresifitas dari iskemi tungkai yang

    mengancam pada pasien dengan klaudikasio intermiten.

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    31/34

    31

    BAB III

    KESIMPULAN

    PAD sering kali merupakan proses sistemik yang berpengaruh terhadap sirkulasi

    arteri multipel. Proses patofisiologi sistemik diantaranya aterosklerosis, penyakit generatif,

    kelainan displasia, inflamasi vaskuler (arteritis), trombosis in situ dan tromboembolik.

    Penyebab utama PAD yang terbanyak diseluruh dunia adalah aterosklerosis. Secara

    epidemiologi dan konsekuensi klinis PAD sangat erat hubunganya dengan faktor resiko

    aterosklerosis klasik yaitu: hipertensi, diabetes melitus, merokok, hiperlipidemia,

    genetik/riwayat keluarga, kondisi post menopause dan penyebab lain yaitu

    hiperhomosistenemia dan inflamasi. Prevalensi PAD sesungguhnya pada populasi umum

    tidak diketahui terutama dikarenakan tidak ada data PAD simptomatik. PAD terjadi pada

    penduduk Amerika hampir mancapai 8-12 juta orang dan meningkat seiring dengan

    bertambahnya usia. Pasien yang menderita penyakit ini mungkin memiliki gejala tetapi juga

    bisa asimptomatik. Namun sebagian besar PAD sekitar 70%-80% asimptomatik. PAD

    simptomatik, gejala yang paling sering adalah klaudikasio intermiten ditandai oleh nyeri dan

    kelemahan sewaktu berjalan atau melakukan aktivitas dan berkurang bila beristirahat.

    Pasien dengan klaudikasio dapat menurunkan kualitas hidup disebabkan terbatasnya

    pegerakan atau mobilisasi. Pasien dengan PAD juga menunjukkan 2 sampai 6 kali lipat

    meningkatkan resiko kematian akibat penyebab vaskuler dan resiko besar amputasi

    ekstremitas daripada pasien-pasien tanpa PAD.

    Diagnosis PAD dapat diperoleh dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan penunjang lainnya. Dari Anamnesis dapat diperoleh adanya faktor resiko

    aterosklerosis, dan gejala kaudikasio. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan

    inspeksi dan palpasi denyut nadi perifer untuk mencari tanda-tanda insufisiensi vaskuler.

    Pasien dengan kelainan vaskular dapat dinilai secara lebih akurat dengan teknik diagnosis

    noninvasif yaitu dengan ankle- brachial indices (ABI), pengukuran tekanan segmental,

    perekaman volume nadi, Duplex ultrasound imaging, Doppler waveform analysis dan test

    olahraga (exercise test). Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan MRA (Magnetic

    Resonance Angiography) dan CTA (Computed Tomography Angiography) dan teknik yang

    lebih invasif. ABI merupkan tes yang mudah dan murah dalam mendeteksi penyakit arteri

    perifer. Normal tekanan sistolik disemua ekstremitas sama. Jika terjadi stenosis yang

    signifikan, tekanan darah sistolik di kaki akan menurun. Jika dibandingkan rasio tekanan

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    32/34

    32

    arteri pergelangan kaki dan tangan atau ABI, pada keadaan normal ABI 1, dengan

    kelainan PAD ABI < 1, dan dengan iskemia berat ABI < 0,4.

    Macam-macam terapi PAD terdiri dari terapi suportif, farmakologis, intervensi non

    operasi dan operasi. Terapi suportif meliputi perawatan kaki dengan menjaga tetap bersih

    dan lembab dengan memberikan krem pelembab. Memakai sandal dan sepatu yang

    ukuranya pas dari bahan sintesis yang berventilasi. Hindari penggunaan bebat elastik karena

    menurangi aliran darah ke kulit. Pengobatan terhadap semua faktor yang dapat menyebabkan

    aterosklerosis harus diberikan, berhenti merokok, merubah gaya hidup, mengontrol

    hipertensi. Latihan fisik meningkatkan jarak tempuh sampai terjadinya klaudikasio. Terapi

    farmakologis dapat diberikan aspirin, klopidogrel, pentoksifilin, cilostazol, dan tiklopidin,

    dimana klaudikasio dapat membaik dengan farmakoterapi ini. Manajemen yang optimal dari

    iskemi tungkai kritis biasnaya mencakup intervensi endovaskular atau rekonstruksi bedah

    untuk memperbaiki aliran darah dan menjaga viabilitas tungkai. Revaskularisasi juga

    diindikasikan pada beberapa pasien dengan gejala yang mengganggu yang tetap ada walau

    dengan terapi olahraga dan farmakoterapi. Tujuan dari pengobatan PAD termasuk

    menurunkan morbiditas dan mortalitas, memperbaiki kualitas hidup, menurunkan gejala

    klaudikasio, menghilangkan rasa nyeri, dan menjaga viabilitas tungkai.

  • 7/22/2019 Edit Refer At

    33/34

    33

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hirsch A.T., Haskal Z.J., Hertzer N.R. 2005. ACC/AHA 2005 Guidelines for theManagement of Patients With Peripheral Arterial. Journal of the American College of

    Cardiology (http://content.onlinejacc.org/cgi/content/full/47/6/e1, dikases 06 Januari

    2012).

    2. Antono D., Ismail D.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid III Penyakit ArteriPerifer. Jakarta: Departemen Penyakit Dalam FKUI

    3. Hiatt W.R. 2006. Pathophysiology of Intermittent Claudication in Peripheral ArterialDisease. Cardiology Rounds, 10 (1): 1

    4. McDermott M.M. 2006. The magnitude of the problem of peripheral arterial disease:Epidemiology and clinical significance. Clevelend Clinic Journal of Medicine, 73(4)

    : 1

    5. Tapiheru L.A. 2008. Hubungan nilai Ankle Brachial Indexs (ABI) dengan Skor MiniMental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing test (CDT) pada Penderita

    Peripheral Arterial Disease (PAD). Tesis diterbitkan. Medan: Fakultas Kedokteran

    USU.

    6. Norman P.E., Eikelboom J.W., Hankey G. 2004. Peripheral arterial disease:prognostic significance and prevention of atherothrombotic complications. The

    Medical Journal of Australia, 181 (3): 150-154.

    7. Kanjwal M.K., Cooper C., Bashir R. 2004. Peripheral Arterial DiseaseThe SilentKiller. JK-PRACTITIONER, 11(4): 225-232

    8. Cimminiello C. dkk.2010. Prevalence of peripheral arterial disease in patients at non-high cardiovascular risk. Rationale and design of the PANDORA study.

    (http://www.biomedcentral.com/1471-2261/10/35, diakses 16 Januari 2012)

    9. Hiatt W.R. 2001. Medical Treatmen of Peripheral Arterial Disease and Cladicatio.The New England Journal of Medicine, 344 (21): 1-14.

    10.Price S.A., Wilson L.M.2005. PatofisiologiKonsp Klinis Konsep-konsep Penyakit.Jakarta: EGC.

    11.Kumar V., Contran R.S., Robbin S.L.2007. Buku Ajar Patologi Ed. 7. Jakarta: EGC.12.Rangkuti D.M. 2008. Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya

    Menjalani Hemodialisis. Tesis diterbitkan. Medan: Fakultas Kedokteran USU.

    http://content.onlinejacc.org/cgi/content/full/47/6/e1http://content.onlinejacc.org/cgi/content/full/47/6/e1http://www.biomedcentral.com/1471-2261/10/35http://www.biomedcentral.com/1471-2261/10/35http://www.biomedcentral.com/1471-2261/10/35http://www.biomedcentral.com/1471-2261/10/35http://content.onlinejacc.org/cgi/content/full/47/6/e1
  • 7/22/2019 Edit Refer At

    34/34

    13. Anwar T.B., Kasiman S. 1992. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung.Cermin Dunia Kedokteran.

    (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJa

    ntungKoroner.pdf/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.html,

    diakses 22 Januari 2012)

    14.Bartholomew J.R., Olin J.W. 2006. Pathophysiology of peripheral arterial disease andrisk factors for its development. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 73 (4): 8-11.

    15.Hanafy M.1998. Buku Ajar Kardiologi . Jakarta: FKUI.16.Criqui M.H. 2001. Peripheral arterial disease - epidemiological aspects. Vascular

    Medicine, 6 (1): 37

    17.Creager MA et al. 2008. Branunwalds heart disease. A textbook of cardiovascularmedicine. Philadelphia: Saunders Elsevier.

    18.Mohler ER, Clement DL, Saperia GM. 2008. Medical management of Claudicatio.(http://www.upptodate.com, diakses 22 Januari 2012).

    19.Sihombing B. 2008. Prevalensi Penyakit Arteri Perifer Pada Populasi PenyakitDiabetes Melitus di Puskesmas Kota Medan. Tesis diterbitkan. Medan: Fakultas

    Kedokteran USU.

    20.Premalatha G. dkk. 2000. Prevalence and Risk Factors of Peripheral Vascular Diseasein a Selected South Indian Population. Diabetes Care, 23 (9):1295-3000

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.pdf/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.pdf/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.pdf/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.pdf/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.htmlhttp://www.upptodate.com/http://www.upptodate.com/http://www.upptodate.com/http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.pdf/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.pdf/44_PatofisiologidanPenatalaksanaanPenyakitJantungKoroner.html