modul sistem agribisnis ver 2.0

219
1 MODUL (SISTEM AGRIBISNIS) Disusun oleh: Dr. Tomy Perdana 197312131997021001 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran  November, 2012

Upload: sarah-fauzia-ulfah

Post on 12-Apr-2018

363 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 1/219

1

MODUL 

(SISTEM AGRIBISNIS)

Disusun oleh:Dr. Tomy Perdana

197312131997021001

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran

 November, 2012

Page 2: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 2/219

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya,

Modul Sistem Agribisnis ini dapat diselesaikan.modul ini merupakan salah satu

 bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat

seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu

 peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.

Modul ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip

sistem agribisnis dan mampu menganalisis faktor-faktor yang terkait dalam sistemagribisnis agar dapat memecahkan berbagai masalah sistem agribisnis dan

menerapkannya dilingkungan masyarakat

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rani Ismiarti E sebagai asisten

dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian modul ini. Saya

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam modul ini, oleh karena itu

Saya menunggu masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak dalam rangka

 penyempurnaan modul ini.

Bandung, November 2012

Dr. Tomy Perdana, SP., MM

Page 3: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 3/219

3

DAFTAR ISI

Hal 

KATA PENGANTAR ……...………….....……………………........................... i 

DAFTAR ISI……….....….……………….....…………….................................. ii 

DESKRIPSI MATA KULIAH…...…………………………………….............vii

TINJAUAN MATA KULIAH 

Pertemuan 1

MODUL 1 : RUANG LINGKUP SISTEM AGRIBISNIS

Materi : Pengertian Agribisnis ………..........................……………….. 1

Perkembangan Pertanian dan Agribisnis ……...…………….... 4

Karakteristik dan Ruang Lingkup Agribisnis …….....………. 11

Pendekatan Sistem dalam Agribisnis ………………...…..…… 18

Perkembangan Teknologi Agribisnis ……………...…….…… 24

Latihan...................................................................................... 31

Tes Formatif.............................................................................. 32

MODUL 2 : AGROINPUT AGRIBISNIS

Materi : Tipe Agroinput Agribisnis ……..……………………………. 33

Alat dan Mesin Pertanian …..…...…………………………… 36

Latihan...................................................................................... 42

Tes Formatif.............................................................................. 42

Pertemuan 2

MODUL 3 : AGRIBISNIS DAN PETANI

Materi : Definisi dan Tipe Petani Agribisnis …...…………………….. 44

Lahan …...…………………………………………………..... 45

Kesejahteraan Petani ……..………………………………….. 48

Kemitraan Kontrak Kerja …..…….......…………………….... 51

Latihan...................................................................................... 58

Page 4: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 4/219

4

Tes Formatif.............................................................................. 59

MODUL 4 : AGROINDUSTRI

Materi : Definisi dan Ruang Lingkup Agroindustri …...……………… 60Peranan Agroindustri dalam Pembangunan Agribisnis …....... 62

Kerangka Analisis Agroindustri …….……………...…….….. 66

Latihan...................................................................................... 70

Tes Formatif.............................................................................. 71

Pertemuan 3

MODUL 5 : PEMASARAN AGRIBISNIS

Materi : Peranan Pemasaran dalam Sistem Agribisnis ……...….…….. 72

Saluran Pemasaran Agribisnis ……....………………………... 76

Fungsi dan Bauran Pemasaran …...……………….………….. 81

Latihan...................................................................................... 88

Tes Formatif.............................................................................. 88

MODUL 6 : PERDAGANGAN BESAR AGRIBISNIS

Materi : Tipe Perdagangan Besar Agribisnis ……..……...………....…. 90

Integrasi dan Koordinasi Vertikal pada Perdagangan

Besar …………….......………………..............……………... 91

Latihan...................................................................................... 94

Tes Formatif............................................................................. 94

Pertemuan 4

MODUL 7 : PERDAGANGAN ECERAN ( RITEL) AGRIBISNIS

Materi : Tipe Perdagangan Eceran Modern dan Tradisional ….…...... . 95

Dampak Pembangunan Pasar Eceran Modern dan

Tradisonal Terhadap Produk Agribisnis ………………..... ..... 97

Latihan..................................................................................... 98

Tes Formatif............................................................................ 98

MODUL 8 : KONSUMEN AGRIBISNIS

Materi : Tipe dan Profil Konsumen Agribisnis …………………… . 100

Permintaaan Konsumen Agribisnis………………………. . 100

Page 5: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 5/219

5

Latihan.................................................................................. 105

Tes Formatif........................................................................ 105

Pertemuan 5MODUL 9 : PERSAINGAN PASAR AGRIBISNIS

Materi : Klasifikasi Situasi Pasar Agribisnis ……………………… 106

Aspek-aspek Persaingan Agribisnis ……………………… 112

Latihan................................................................................. 114

Tes Formatif......................................................................... 115

MODUL 10 :ORGANISASI AGRIBISNIS

Materi : Agribisnis Perorangan ………………………………….... 116

Perusahaan/ Badan Usaha Persekutuan/ Partnership …… 119

Korporasi .............. ………………………………………. 122

Koperasi ………………………………………………...... 123

Waralaba ……………………………………………......... 125

Latihan............................................................................... 128

Tes Formatif....................................................................... 129

Pertemuan 6

MODUL 11 : PEMBIAYAAN AGRIBISNIS

Materi : Tipe Pembiayaan Agribisnis …………………………… 130

Lembaga Pembiayaan Agribisnis ……………………… 137

Latihan............................................................................ 138

Tes Formatif.................................................................... 139

MODUL 12 : PERANAN PEMERINTAH DALAM AGRIBISNIS

Materi : Kewenangan Pemerintah Lokal dan Nasional

dalam Pembangunan Agribisnis ………………………… 140

Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan

Agribisnis Indonesia ……………………………………. 142

Latihan.............................................................................. 154

Tes Formatif..................................................................... 154

Pertemuan 7

Page 6: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 6/219

6

MODUL 13 : PENGEMBANGAN KASUS AGRIBISNIS

Materi : Industri Gula dan Tembakau Di Jawa Timur…………… 156

Pembangunan Wilayah Jawa Barat yang Integratif

melalui Pengembangan Agribisnis ……………………... 160

Pembinaan Sumberdaya Manusia Untuk Mendukung

Pengembangan Agribisnis dan Ekonomi Pedesaan …….. 163

Kebijakan Pengembangan Sistem Rantai Pasokan Industri

 perberasan dengan pendekatan System Dynamics……...... 167

Model Manajemen Logistik dalam Meningkatkan Daya

Saing Produsen Sayuran Skala Kecil Untuk Memenuhi

Permintaan Pasar Terstruktur …………………………. .. 177

Pemodelan System Dynamics Manajemen Rantai

Pasokan Sayuran untuk Pasar Ekspor yang Melibatkan

Petani Kecil Di Indonesia ………………………………. 186

Triple Helix Model Dalam Implementasi Sistem

Manajemen Logistik Pada Rantai Pasokan Sayuran ……. 197

Latihan..............................................................................

REFERENSI……………………………………...................................... 210

Page 7: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 7/219

7

!"#$%&'#& )*+* $,-&*.

#&#+") */%&0&#1&#

A. LATAR BELAKANG

Secara sempit pertanian diartikan sebagai suatu kegiatan produktif yang

menghasilkan komoditi pertanian. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka

memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri. Dalam memahami pertanian secara

utuh, kita harus memahami pertanian sebagai suatu sistem. Sistem merupakan

suatu kesatuan berbagai komponen yang mempunyai tujuan serta fungsi yang

 berbeda. Komponen-komponen tersebut satu sama lain saling

terikat/ketergantungan dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi yang sama

dibawah satu koordinator.

Berdasarkan pemahaman sistem pertanian tersebut terungkap bahwa

komoditi pertanian sangat bergantung pada alam, sehingga memiliki sifat :

1.  Musim mengandung ketidakpastian

2.  Beragam dalam kualitas dan kuantitas

3.   Perishable  (mudah rusak/busuk) dan Fragile (mudah rusak karena

 benturan)

4.  Banyak makan tempat/ruang : Voluminous

Pertanian dalam artian budididaya (pertanian dalam arti sempit) merupakan

salah satu subsistem (on farm) dalam sistem agribisnis. Dalam mengantisipasi hal

tersebut diperlukan suatu konsep sistem agribisnis yang utuh. Agribisnis adalah

suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata

rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan

 pertanian dalam arti luas (Arsyad dan kawan-kawan, 1985). Konsep agribisnis

yang utuh dapat dipahami apabila memandang agribinis sebagai suatu sistem.

Page 8: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 8/219

8

Pendekatan Sistem diperlukan untuk memahami kompleksitas “ agribisnis

sebagai : suatu sistem, praktek bisnis, paradigma pembangunan pertanian,

keilmuan” sehingga tujuan agribisnis dapat tercapai .

B. TUJUAN

"#$#%&%'# (#()* (+(#$#(& ),&-%&).),&-%&) %&%/+( #0,&1&%-&% 2#- (#()*

(+-0#-#3&%&% 4#5/6,.4#5/6, 7#-0 /+,5#&/ 2#3#( %&%/+( #0,&1&%-&% #0#, 2#)#/ (+(+8#$5#-

1+,1#0#& (#%#3#$ %&%/+( #0,&1&%-&% 2#- (+-+,#)5#--7# 2&3&-05*-0#- (#%7#,#5#/9

:6()+/+-%& 7#-0 #5#- 2&8#)#& ;

<#,2 %5&33% ;

•  :+(#()*#- (+3#5*5#- )+-+3*%*,#- +%+-%& 2#,& %&%/+( #0,&1&%-&%

•  :+(#()*#- (+(+/#5#- *-%*,.*-%*, %&%/+( #0,&1&%-&% 7#-0 /+,=#2& 2&

(#%7#,#5#/ 5+2#3#( %+1*#$ %5+(# %&%/+( #0,&1&%-&%

•  :+(#()*#- (+-7*%*- )+(&5&,#- 2#- )+-2#)#/ %+8#,# #5#2+(&5 2#-

5+(#()*#- (+-7#=&5#- 2#3#( 1+-/*5 >&%*#3 (#*)*- 6,#3

?64/ %5&33% ; (#$#%&%'# (+()*-7#& 5+(#()*#- 1+5+,=#%#(# 2#3#( 5+36()65@ 5,+#/&4

2#- &-6>#/&4@ 2&%&)3&-@ (#-2&,& %+,/# (+()*-7#& 5+(#()*#-

1+,56(*-&5#%& 1#&5 %+8#,# /+,/*3&% (#*)*- 6,#3

:6()+/+-%& (#/# 5*3&#$ ?&%/+( A0,&1&%-&% 7#-0 1+,5#&/#- 2+-0#- 56()+/+-%& B,60,#(

?/*2& A0,&1&%-&% ;

•  "#()* 1+5+,=#%#(# 2#3#( /&( 7#-0 (*3/&2&%&)3&-9

•  "#()* (+,#-8#-0 )+-06)+,#%&#- 2#- )+-0+(1#-0#- *-&/ *%#$# #0,&1&%-&%

C1#,*C 7#-0 &-6>#/&4@ (+-8&)/#5#- -&3#& /#(1#$ 2#- 1+,'#'#%#- 3&-05*-0#-

•  "+(&3&5& 5+)+5##- )#2# )+,%6#3#-D(#%#3#$ %6%&#3 1*2#7# (#%7#,#5#/ /+,5#&/

2+-0#- )+-0+(1#-0#- #0,&1&%-&%

•  "#()* 1+,)&5&, #-#3&/&% 2#- %&-/+/&% *-/*5 (+-0+>#3*#%& 2#- (+(1+,&5#- %63*%&

)+-0+(1#-0#- )#2# %&%/+( 6)+,#%& #0,&1&%-&%9

Page 9: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 9/219

9

KEGIATAN BELAJAR 1

ModulRUANG LINGKUP SISTEM

AGRIBISNIS1

Pendahuluan

Sebagian besar ketika orang berpikir mengenai pertanian, mereka

menggambarkan para petani yang memproduksi hewan dan tanaman. Secara

sempit pertanian didefinisikan sebagai suatu kegiatan produktif yang

menghasilkan komoditi pertanian. Selain itu, pertanian juga sering digambarkan

sebagai “cows, sows, dan plows” atau “weeds, seeds, dan feeds”, dimana kegiatan

tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi. Saat ini,

 pengertian pertanian berkembang menjadi kegiatan industri yang berorientasi

teknologi yang melibatkan kegiatan produksi (tumbuhan dan hewan), sumberdaya

alam terbaharui (agriscience), dan agribisnis. Dengan demikian, ruang lingkup

 pertanian saat ini pun semakin luas, dimana orang yang bekerja di bidang

 pertanian tidak harus selalu bekerja di lahan (budidaya) dan peternakan,

melainkan mereka dapat bekerja di bidang penyediaan pakan, benih/ bibit, mesin

 pertanian, pupuk, obat kimia, dan bisnis makanan jadi. Sedangkan yang dimaksud

agribisnis meliputi orang yang bekerja di bidang keuangan, distribusi, dan

 perusahaan pemasaran yang menyediakan jasa untuk produksi para pembudidaya.

PENGERTIAN AGRIBISNIS

Banyak sekali definisi mengenai agribisnis. Secara sederhana, beberapa

orang mengartikan agribisnis sebagai suatu bisnis yang besar. Namun, John Davis

dan Ray Goldberg mendefinisikan agribisnis sebagai seluruh rangkaian aktivitas

Page 10: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 10/219

10

 produktif beberapa subsistem yang melibatkan manufaktur dan distribusi pasokan

 pertanian, pelaksanaan produksi di lahan, pengolahan, dan distribusi komoditas

 pertanian serta semua produk berbahan baku hasil pertanian. Definisi yang sama

mengenai agribisnis menggambarkan agribisnis sebagai aktivitas memperoleh

keuntungan oleh perusahaan yang melibatkan penyediaan pasokan pertanian dan/

atau pengolahan, pemasaran, pengangkutan, dan pendistribusian bahan-bahan

material pertanian dan produk konsumen. Selain itu, Ewell Roy memandang

agribisnis sebagai proses koordinasi berbagai subsistem (input produksi pertanian

dan produksi itu sendiri, pengolahan, dan distribusi). Hal tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut: perusahaan agribisnis menyediakan pasokan input

kepada petani, kemudian petani memproduksi bahan makanan dan serat (kapas,

wol, dll). Setelah itu output pertanian digunakan oleh perusahaan agribisnis lain

untuk diproses menjadi suatu produk, dipasarkan, dan didistribusikan ke

konsumen.

Pengertian agribisnis juga dikemukakan oleh Downey dan Erickson, dimana

agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi

 pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata

rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri),

 pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan.

Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang

kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Dari berbagai definisi yang telah dikemukakann sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa agribisnis adalah suatu sistem yang bila akan dikembangkan

harus terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada di dalamnya.

Page 11: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 11/219

11

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997)

Sistem agribisnis akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu

subsistem (Gambar 1). Setiap sistem dalam sistem agribisnis mempunyai

keterkaitan ke belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada

subsistem pengolahan (SS-III) menunjukkan bahwa S-III akan berfungsi dengan

 baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II.

tanda panah ke depan (ke kanan) pada SS-III menunjukkan bahwa subsistem

 pengolahan (SS-III) akan berhasil dengan baik jika menemukan pasar untuk

 produknya

Dalam kegiatan pertanian, selain petani dibutuhkan juga beberapa penyedia

 jasa (pendukung) seperti untuk transportasi, penyimpanan, pendinginan, lembaga

kredit, keuangan, dan asuransi serta pemerintah. Sebagai contoh, agribisnis

manufaktur yang menyediakan produk pertanian, beberapa pasokan dan peralatan

dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan produksi dan pemeliharaan tanaman.

Pemerintah kemudian bertugas memeriksa dan mengawasi produk pertanian

untuk memastikan kualitas dan keamanan produk. Ratusan organisasi

 perdagangan agribisnis, organisai komoditas, komite, dan konferensi ilmu

 pengetahuan mempromosikan, mengiklankan, bekerja sama, dan melakukan

 pendekatan untuk produk pertanian mereka. Peneliti, insinyur, dan para ahli lain

membantu mengembangkan agribisnis. Ratusan orang diseluruh dunia bekerja

 pada bidang agribisnis, dan jutaan orang pun bergantung pada kegiatan agribisnis

untuk mencukupi kebutuhan makanan, pakaian, dan perlindungan.

SS I

(Pengadaan dan

PenyaluranSasaran Produksi)

SS II

(ProduksiPrimer)

SS III

(Pengolahan)

SS IV

(Pemasaran)

Lembaga Penunjang Agribisnis

Page 12: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 12/219

12

PERKEMBANGAN PERTANIAN DAN AGRIBISNIS

Banyak orang yang membayangkan bahwa pertanian adalah suatu kegiatan

yang mudah dilakukan, yaitu menanam bibit/ benih, menunggu beberapa saat dan

kemudian panen. Namun, hal tersebut tidak mudah dilakukan terutama pada

 jaman prasejarah dimana manusia pada saat itu belum mengetahui tentang

 budidaya dan tidak ada orang yang dapat mengajarkan mereka bagaimana

menanam benih agar dapat tumbuh menjadi tanaman.

Dalam usahanya memenuhi kebutuhan makanan, tahapan pertama yang

dilakukan manusia adalah melakukan kegiatan berburu dan meramu, seperti

kacang-kacangan dan juga makanan dari alam lainnya. Manusia berpindah-pindah

menyusuri daerah yang luas demi menemukan tanaman dan berburu binatang

untuk disajikan makanan. Namun, pada kenyataannya mereka tidak terlalu

 berhasil mendapatkan bahan makanannya walaupun telah menyusuri daerah yang

luas. Mereka lebih sering mendapatkan sayuran dan serangga. Oleh karena itu

nutrisi dan kesehatan manusia saat itu sangat buruk dan umur rata-rata manusia

dapat hidup sampai dengan umur 25 tahun. Namun, dua hal penting yang

 berkembang sebelum dilaksanakannya pertanian adalah manusia sudah belajar

untuk menangkap ikan dan menggunakan api untuk memasak.

Seiring perkembangan pertanian, cara hidup manusia pun berubah. manusia

tidak lagi harus berjalan jauh untuk mencari makanan, melainkan mereka mulai

menetap di satu tempat dan mulai membangun rumah. Hal tersebut juga

memberikan banyak waktu kepada manusia untuk mengembangkan sistem

 pertanian yang lebih baik, seperti perubahan penggunaan bajak untuk

menggantikan cangkul dan penggunaan arit/ sabit untuk memudahkan panen

gandum dan rumput.

Page 13: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 13/219

13

Zaman Perunggu

Selama zaman perunggu (3000 SM), peralatan yang terbuat dari logam lebih

 banyak digunakan karena tahan lama dibandingkan kayu yang ditajamkan.

Peralatan logam ini juga lebih mempermudah dan mempercepat kegiatan

 bercocok tanam untuk cakupan lahanyang luas. Pada zaman ini, pertanian

menyebar keseluruh penjuru dunia dan menjadi cara hidup orang banyak.

Beberapa perkembangan pertanian yang terjadi pada saat zaman perunggu

diantaranya adalah sebagai berikut:

•  Dibuatnya peralatan pertanian dari perunggu dan bajak untuk

mempermudah dan mempercepat bercocok tanam

•  Sungai nil digunakan penduduk mesir untuk irigasi tanaman

•  Ditemukannya roda sehingga dapat dijadikan alat transportasi

 pengangkutan tanaman

•  Jumlah penduduk dunia naik dari 3 juta jiwa dari sebelum dilakukannya

kegiatan pertanian

Zaman Besi

Zaman besi berlangsung pada tahun 1000 SM. Penggunaan besi

memberikan manusia kemampuan untuk memproduksi lebih dari sekedar

tanaman. Ketika manusia tidak dapat menggunakan semua tanaman untuk

memenuhi kebutuhan sendiri, maka mereka mulai menjualanya kepada orang lain.

Sejak saat itu mulailah perkembangan perdagangan produk pertanian. Secara

umum perkembangan pertanian pada zaman besi adalah sebagai berikut :

•  Jumlah peralatan tangan pertanian dan bajak yang terbuat dari besi banyak

dan bahkan sampai sekarang digunakan

•  Berkembangnya penggunaan uang untuk menjual kelebihan tanaman/

 panen

•  Memberikan lahan sehingga memberikan kesempatan pada tanah untuk

memperbaiki sifat tanah dan bahan organik tanah.

Page 14: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 14/219

14

Abad Pertengahan

Abad pertengahan berlangsung antara tahun 400 – 1500 M. Jatuhnya

kerajaan Romawi pada abad ini ternyata memperlambat perkembangan pertanian.

Perkembangan pertanian yang terjadi hanya sedikit seperti kegiatan rotasi

tanaman, pemanfaatan teknologi bajak terbaru, dan pengembangbiakan ternak

secara selektif.

a.  Petani di jaman pertengahan ini mulai mengerti arti pentingnya konservasi

tanah. Mereka melaksanakan pertanian dengan teknik pemberaan lahan

untuk beberapa tahun.

 b. 

Pada abad ini kuda dijadikan hewan untuk membantu pekerjaan usaha tani

agar lebih cepat selain sapi

c.  Perkembangbiakan selektif pada hewan di abad ini dilakukan peternak

dengan memilih induk berdasarkan karakteristik yang diinginkan. Teknik

 pengembangbiakan ini masih dilakukan sampai sekarang..

Revolusi Pertanian dan Industri

Revolusi industri berlangsung antara tahun 1840 – 1850 terjadi perubahan

 besar pada produksi pertanian dan sangat mendorong perkembangan agribisnis.

Pada waktu ini penemuan teknologi berlangsung sangat cepat, diantaranya

 penemuan mesin uap, kereta api, mesin jahit, alat tenun, dan mesin lainnya.

Perubahan terbesar kedua akibat revolusi ini adalah perpindahan penduduk

dari desa ke kota untuk bekerja di pabrik karena banyaknya pabrik yang

membutuhkan tenaga kerja untuk mengoperasikan mesin. Perubahan ini

meningkatkan pasar untuk produk pertanian karena pekerja pabrik tidak dapat

menghasilkan makanannya sendiri seperti dahulu.

Sebagai hasil dari banyaknya penduduk yang pindah ke kota, maka petani

melaksanakan usahanya dengan sedikit pekerja. Oleh karena itu, untuk

mengefisienkan kegiatan usaha tani petani mulai menggunakan mesin dalam hal

Page 15: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 15/219

15

menggantikan tenaga hewan dan bahkan manusia, sehingga hal tersebut

mengubah pertanian tradisional menjadi pertanian komersil.

Revolusi pertanian dan industri membawa perubahan sebagai berikut :

•  Henry ford mengembangkan automobile 

•  Pengenalan rotasi tanaman oleh Charles Townsend

•  Perolehan manfaat pengembangbiakan ternak oleh Robert Bakewell

•  Pengetahuan pemisahan peternakan jauh dari lahan pertanian oleh Barbed

•  Pembuatan traktor berbahan bakar bensin pada tahun 1892, dan lain

sebagainya.

• 

Penerapan alat penabur benih yang diketemukan oleh Jethro Tull

•  Pengembangan mesin perontok gabah

•  Pengembangan bajak besi oleh John Deere

•  Pengembangan rekayasa genetik benih tanaman oleh Gregor Mendell

Pertengahan abad 20

Pada tahun 1900 mesin-mesin mulai mendominasi pekerjaan pertanian

dan dikembangkan pula alat transportasi. Dengan demikian membuka peluang

lebar bagi petani untuk memasarkan produk pertanian ke orang yang lebih banyak

lagi. Pada periode ini harga produk pertanian meningkat dan para petani pun

memiliki kehidupan yang baik dan bahkan mereka menggunakan kelebihan

 pendapatan untuk melakukan penelitian dan pengembahan untuk kegiatan

 pertaniannya. Beberapa perkembangan yang terjadi pada pertengahan abad 20 ini

adalah sebagai berikut :

•  Didirikannya sekolah tinggi pertanian The Smith-Hughes Act di Amerika

Serikat

•  Pemberian kredit kepada petani oleh Federal Land Banks

•  Terusan Panama dibuka untuk kegiatan pengangkutan, dan lain

sebagainya.

•  Dikembangkanya vaksin untuk ternak babi

Page 16: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 16/219

16

Di Indonesia, strategi perkembangan agribisnis dilakukan dengan

mempertimbangkan kombinasi sumberdaya manusia, sumberdaya alan, dan

sumberdaya sosial melalui pengembangan pengusaha agribisnis, yang juga

dirancang untuk mempercepat pembangunan (Pambudy, 2010). Pengembangan

 pengusaha agribisnis dalam sistem dan usaha agribisnis yang terarah dan

terkendali dapat menghasilkan sandang-pangan-papan, menciptakan lapangan

kerja, mengurangi kerusakan lingkungan dan tidak menimbulkan utang baru yang

kurang produktif.

Pengembangan pengusaha dalam sistem dan usaha agribisnis dapat

diarahkan paling tidak pada lima kelompok besar (subsistem) pengembangan

yaitu (Pambudy, 2010) :

1.  Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan

 besar dalam lingkup subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yakni

industri yang menghasilkan barang modal bagi pertanian (arti luas) yakni

industri perbenihan/ pembibitan ( genome-DNA) tumbuhan dan hewan, industri

agrokimia (pupuk, pestisida, obat/ vaksin ternak, ikan, manusia), dan industri

agro-otomatif (mesin dan peralatan pertanian) serta industri pendukunglainnya.

2.  Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan

 besar dalam sub-sistem usahatani (on-farm agribusiness) yakni kegiatan yang

menggunakan barang modal dan sumberdaya alam untuk mengasilkan

komoditas pertanian primer tanaman pangan, pakan, serat, hortikultura,

rempah, herbal, obat-obatan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan

kehutanan.

Page 17: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 17/219

17

Gambar 2. Pengembangan Pengusaha dalam Sistem Agribisnis (Pambudy, 2010)

3.  Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan

 besar yang bergerak dalam sub-sistem pengolahan (down-stream

agribusiness) yakni industri yang mengolah komoditas pertanian primer

(agroindustri) menjadi produk olahan antara (intermediate  product ) dan akhir

( finish product ). Termasuk di dalamnya industri makanan, minuman, pakan,

industri dasar bahan serat (karet,  pulp, kertas, kayu, rayon, komposit, benang

kapas/ sutera, barang kulit), industri biofarma, agrowisata, estetika, dan

kosmetika.

4.  Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan

 besar dalam subsistem jasa bagi subsistem agribisnis hulu, subsistem

usahatani dan subsistem agribisnis hilir. Dalam subsistem ini adalah jasa

keuangan, hukum, perkreditan, asuransi, transportasi (darat, laut, udara),

 pergudangan, pendidikan, penelitian, pelatihan, periklanan, dan sistem

informasi-komputerasi.

• 

Industri benih, bibit gen ternak

tanaman, ikan

•  Industri kimia,

agrochemical  

•  Industri agro

otomotif,alat

dan machinery

•  Bio fertilizer,

herbi- pestisida 

 Sub Sistem Jasa dan Penunjang

•  Keuangan: perkreditan, pembiayaan, permodalan dan asuransi

•  Informasi, komputerisasi dan otomatisasi

•  Penelitian, pengembangan, pendaftaran paten dan merk

•  Pendidikan, pelatihan, extension and community development .

•  Pelabuhan, jalan,transportasi, pengiriman dan pergudangan

•  Konsultasi hukum: keuangan: bisnis, akuisisi, merger, take over ,

erda an an akutansi dan investasi

Sub-Sistem

Agribusnis Hulu 

Sub-Sistem

Usahatani 

•  Tanaman obat,

 pangan-rempahdan hortikultur

•  Tanaman serat,

 perkebunan -

kehutanan

•  Peternakan-

 perikanan

•  Fungi (  jamur) 

•  Jasad renik

Sub2#34567

Pengolahan 

•  Industri makanan

• 

Industri minuman•  Industri rokok

•  Industri serat alam:

tekstil-biokomposit

•  Industri biofarma

•  Industri wisata,

estetika-kosmetika

•  Industri vaksin,

serum

•  Distribusi

• 

Promosi•  Informasi pasar

•  Intelijen pasar

•  Perdagangan

•  Struktur pasar

•  Areal pasar

•  Lelang

•  Pasar berjangka

•  Pasar modal

Sub-Sistem

Pemasaran 

Page 18: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 18/219

18

5.  Mengembangkan pengusaha dan perusahaan keluarga/ kecil/ menengah dan

 besar dalam sistem yang terintegrasi mulai dari hulu-hilir sampai pemasaran

hasil komoditas pertanian, perikanan dan kehutanan (segar maupun olahan).

Termasuk didalamnya adalah kegiatan distribusi, perdagangan, promosi,

informasi pasar, serta intelijen pasar (market intelligence) agar bisa bertahan

di pasar domestik dan bersaing di pasar global.

Lebih lanjut, pengembangan sistem dan usaha agribisnis melalui pengembangan

 pengusaha agtibisnis dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1.  Peningkatan output   agribisnis yang diperoleh dengan memperluas areal

usahatani dan mendiversifikasi usaha tani sesuai dengan potensi wilayah.

Hasil akhir didominasi oleh komoditas pertanian primer (bahan mentah),

sehingga kemampuan penetrasi pasar mahal-rendah, segmen pasar yang

dimasuki terbatas dan nilai tambah (pendapatan) yang dinikmati sebagian

rakyat masih juga relatif rendah. Pada tahap ini maka nilai tambah secara

ekonomis diambil oleh pihak lain (pedagang perantara/ eksportir, industrialist  

dan negara lain yang bisa memanfaatkan barang mentah atau setengah jadi

menjadi barang jadi, end product ). Jika terjadi pengembangan pengusaha

agribisnis maka terjadi percepatan penguasaan untuk membuat produk

 bernilai tambah sehingga pembentukan modal dapat makin tinggi.

2.  Penggunaan barang-barang modal dan SDM lebih (semi) terampil (capital

and semi-skill labor based ) atau capital-driven  pada setiap subsistem

agribisnis. Pada tahap ini antara lain ditandai oleh peningkatan produktivitas

dan nilai tambah sebagai sumber pertumbuhan total output   agribisnis.

Pertumbuhan total output   terjadi akibat peningkatan penggunaan barang

modal (mesin, peralatan dan bahan pendukung) dan peningkatan mutu

sumber daya manusia. Sedangkan dari segi hasil akhir agribisnis, tahap ini

dicirikan oleh dominasi produk agribisnis olahan (diversivikasi produk) yang

sesuai dengan permintaan pasar. Pada tahap ini penetrasi pasar meningkat,

segmen pasar yang dimasuki meluas (pangsa pasar meningkat) dan nilai

tambah (pendapatan) yang dinikmati masyarakat meningkat. Pada tahap ini,

Page 19: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 19/219

19

 jika jumlahnya cukup banyak pengusaha sudah mampu memberikan

sumbangan besar dalam pengembangan ekonomi nasional.

3.  Melalui ilmu pengetahuan dan teknologi dan SDM terampil (knowledge and

 skill labor based ) atau innovation–driven. Pada tahap ini ditandai dengan

 peningkatan produktivitas dan nilai tambah yang makin besar akibat inovasi-

teknologi dan SDM terampil pada seluruh subsiste agribisnis. Sedangkan

 pada produk akhir agribisnis ditandai oleh peningkatan pangsa produk yang

 bernilai tambah tinggi (high value), diversifikasi produk sesuai dengan

segmen-segmen pasar yang berkembang, sehingga pendapatan yang diterima

 juga akan semakin meningkat.  Innovation driven dilakukan melalui ekayasa

keuangan, sosial, ekonomi, hukum, teknologi dan sistem informasi. Melalui

rekayasa keuangan dan sistem informasi canggih para pengusaha negara

maju mampu memobilisasi uang dari manapun dan menciptakan pasar global

dalam jumlah besar serta waktu yang bersamaan. Melalui rekayasa hukum

 para pengusaha negara maju sering dengan mudah menguasai kepemilikan 

asset   yang tangible  (lahan, bangunan, uang, barang) dan yang intangible

(  paten, lisensi, hak penguasaan, penjaminan, penjualan, penyewaan,

 pemakaian dan hak hak lain yang bisa menimbulkan keuntungan luar biasa).

Melalui pengembangan teknologi, bioteknologi yang paling canggih para

 pengusaha  tersebut bisa memanfaatkan teknologi pemetaan  gen  dan

teknologi nano dari sumberdaya di luar batas negaranya.

KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP AGRIBISNIS

Karakteristik Agribisnis

Karakteristik agribisnis tidak terlepas dari proses agribisnis itu sendiri. Oleh

karena itu, sebelum memahami karakteristiknya, terlebih dulu harus memahami

 proses agribisnis. Karena agribisnis merupakan kegiatan produksi atau operasi

maka proses agribisnis juga sama dengan proses produksi. Proses produksi

merupakan kegiatan yang mentransformasikan input   menjadi output . Tujuan

Page 20: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 20/219

20

kegiatan produksi ini adalah menciptakan dan menambah utilitas suatu barang

atau jasa.

Berdasarkan sifat alam dan jenis proses karakteristik agribisnis terdiri atas :

1. 

keragaman struktur, perilaku, dan kinerja agribisnis

2.  keragaman produksi yang dihasilkan

3.  adanya intervensi pemerintah karena produk agribisnis bersifat

strategis

4.   pengembangan teknologi biasanya didanai pemerintah

5.  struktur pasar produk agribisnis mendekati pasar bersaing sempurna.

Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi tertua dalam bentuk intervensi manusia

terhadap alam, maka karakteristik agribisnis selain dipengaruhi oleh sifat-sifat

alam dan jenis proses produksi, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan

 peradaban manusia. Saragih (1998) mengemukakan lima karakteristik penting

agribisnis yang membedakannya dari bisnis lain :

1.  Keunikan dalam aspek sosial, budaya, dan politik.

Keberagaman sosial-budaya manusia turut membentuk keberagamanstruktur, perilaku, dan kinerja agribisnis. Keberagaman ini dapat diamati

 baik dari segi produsen maupun konsumen. Sebagai contoh yaitu, jenis

usahatani rakyat di Jawa dan Bali didominasi oleh usahatani lahan sawah,

sementara di luar Jawa dan Bali jenis usahatani yang menonjol adalah

 perkebunan rakyat. Petani asal etnis Bali yang terkenal ulet dan tekun relatif

lebih berhasil dalam mengembangkan agribisnis di wilayah transmigrasi

dari pada etnis lain untuk komoditas yang sama. Fragmentasi lahan

 pertanian terjadi di Indonesia, tetapi tidak di Jepang karena di negara ini

hanya anak pertama yang berhak mewarisi lahan pertanian sedangkan di

Indonesia semua anak berhak mewarisi. Dari segi konsumen, keberagaman

sosial budaya konsumen mempengaruhi konsumsi pangan yang selanjutnya

mempengaruhi agribisnis yang berkembang.

2.  Keunikan karena adanya ketidakpastian (uncertainty) dalam produksi

 pertanian yang berbasis biologis.

Page 21: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 21/219

21

Ilmu genetika menunjukkan bahwa variasi produksi tanaman dipengaruhi

oleh variasi genetik, lingkungan (macroclimate  dan microclimate), dan

interaksi genetik dengan lingkungan. Berdasarkan ketiga faktor ini dikenal

 berbagai macam komoditas agribisnis tropis dan subtropis; komoditas

agribisnis yang memiliki toleransi lingkungan yang luas (misalnya ubi

 jalar), komoditas spesifik lokasi (kelapa sawit, sapi perah, dll). Bahkan

untuk komoditas yang sama, misalnya jeruk, dikenal rasa yang beraneka

macam dari pahit sampai yang paling manis. Dengan dasar biologis juga

dikenal bahwa produk pertanian bersifat voluminous (banyak makan ruang/

tempat), bulky (volume besar tetapi bernilai rendah), dan perishable (mudah

rusak/ busuk) yang membedakannya dengan produk-produk non-agribisnis.

3.  Keunikan dalam derajat atau intensitas campur tangan politik dari

 pemerintah.

Produk-produk agribisnis khususnya bahan pangan merupakan kebutuhan

dasar (basic needs) dan sering dipandang sebagai komoditas politik

sehingga sering diintervensi oleh politik pemerintah.

4.  Keunikan dalam kelembagaan pengembangan teknologi.

Peranan sektor agribisnis yang sangat penting dalam setiap negara

menyebabkan pengembangan teknologi pada sektor ini menjadi salah satu

 bentuk layanan umum yang disediakan oleh pemerintah. Di Indonesia

misalnya, kelembagaan pengembangan teknologi di bidang agribisnis,

seperti Balai Penelitian Padi di Sukamandi, dibiayai oleh anggaran

 pemerintah. Hal ini berbeda dengan industri non-agribisnis yang pada

umumnya dibiayai oleh perusahaan swasta itu sendiri.

5.  Perbedaan struktur persaingan.

Agribisnis merupakan satu satunya sektor ekonomi yang paling banyak

melibatkan pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi pada sektor agribisnis,

 produsen, dan konsumen pada umumnya berukuran relatif kecil

Page 22: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 22/219

22

dibandingkan dengan besarnya pasar. Selain itu, hampir semua komoditas

agribisnis memiliki produk substitusi. Komoditi bahan pangan sumber

karbihidrat misalnya memiliki ratusan jenis. Demikian juga terdapat

 puluhan jenis komoditas sumber protein, vitamin, dan mineral. Karakteristik

seperti ini menunjukkan bahwa struktur pasar agribisnis lebih mendekati

struktur pasar persaingan sempurna. Hal ini berbeda dengan struktur pasar

 pada industri lain yang pada umumnya berkisar antara struktur pasar

monopolistik atau monopsonistik hingga oligopolistik atau oligopsonistik.

RUANG LINGKUP AGRIBISNIS

Ruang lingkup sistem agribisnis dikemukakan oleh Davis dan Golberg,

Sonka dan Hudson, Farrell dan Funk yaitu: “ Agribusiness included all operations

involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production

operation on the farm; the storage, processing and distribution of farm

commodities made from them, trading (wholesaler, retailers), consumer to it, all

non farm firms and institution serving them”. Pendapat ini menunjukkan bahwa

agribisnis adalah suatu sistem. Berdasarkan pendapat ini, Saragih mengemukakan

 bahwa sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu:

a)  subsistem agribisnis hulu atau downstream agribusiness 

Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor

 subsystem). Dalam pengertian umum subsistem ini dikenal dengan

subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini

 berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitumemproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan

usahatani atau budidaya pertanian (on-farm agribusiness). 

 b)  subsistem agribisnis usahatani atau on-farm agribusiness, 

Subsistem usahatani atau budidaya pertanian disebut juga subsistem

 produksi pertanian ( production subsystem). Kegiatan subsistem ini adalah

melakukan usahatani atau budidaya pertanian dalam arti luas. Istilah

Page 23: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 23/219

23

 pertanian selama ini lebih banyak mengacu pada subsistem produksi.

Kegiatan subsistem ini menghasilkan berbagai macam komoditas primer

atau bahan mentah.

c)  subsistem agribisnis hilir atau upstream agribusiness,

Subsistem agribisnis hilir terdiri atas dua macam kegiatan, yaitu pengolahan

komoditas primer dan pemasaran komoditas primer atau produk olahan.

Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah memproduksi produk olahan

 baik produk setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikonsumsi

konsumen dengan menggunakan bahan baku komoditas primer. Kegiatan ini

sering juga disebut agroindustri. Contoh kegiatan pengolahan komoditas

 primer yang menghasilkan produk antara adalah pabrik tepung terigu,

maezena, tapioka, dan sebagainya. Contoh kegiatan komoditas primer yang

menghasilkan barang jadi adalah pabrik makanan dan minuman sari buah

atau sirup. Kegiatan pemasaran berlangsung mulai dari pengumpulan

komoditas primer sampai pengeceran kepada konsumen.

d)  subsistem jasa layanan pendukung agribisnis atau supporting institution.

Subsistem jasa layanan pendukung atau kelembagaan penunjang agribisnis

adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta

mengembangkan kegiatan ketiga subsistem agribisnis yang lain. Lembaga-

lembaga yang terlibat dalam kegiatan ini adalah penyuluhan, konsultan,

keuangan, dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan

layanan informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya, dan

manajemen. Lembaga keuangan seperti perbankan, modal ventura, dan

asuransi memberikan layanan keuangan berupa pinjaman dan penanggungan

risiko usaha (khusus asuransi). Lembaga penelitian baik yang dilakukan

oleh balai-balai penelitian atau perguruan tinggi memberikan layanan

informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik manajemen mutakhir

hasil penelitian dan pengembangan.

Page 24: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 24/219

24

Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat

terlihat dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri

sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu

membutuhkan umpan balik dari subsistem usahatani agar dapat memproduksi

sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya,

keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usahatani bergantung pada sarana

 produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses

 produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang

dihasilkan oleh subsistem usahatani. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti

telah dikemukakan, keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga subsistem

lainnya. Jika subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan,

sementara sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan

asuransi juga akan mengalami kerugian. Gambaran besar mengenai ruang lingkup

agribisnis dapat disajikan pada Gambar 3 berikut.

Page 25: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 25/219

25

Gambar 3. Gambaran Besar Agribisnis (Ricketts and Rawlins, 2001)

Output PerusahaanAgribisnis

Impor

Petani

Susu

Ternak

Unggas

Hewan lainnya

Tanaman

Hutan

Benih/ bibit

Buah dan Sayur

Tanaman lainnya

Produk sampingan

 pertanian, minyak,

daging, dedak, biji

Pengolahan

Ekspor

Hewan ternak

 berukuran kecil

Jenis lain

Transportasi

Pemasaran

Minuman

Makanan non olahan

Makanan olahan

Tekstil

Kayu dan Kertas

Pedagang besar dan

eceran

Pedagang perantara

Grosir

Makanan siap saji dan

restoran lain

Industri Agribisnis

Pasokan InputAgribisnis

Mesin dan peralatan

Bibit/ benih

Pakan

Pupuk

Transportasi

Uang

Energi

Pedagang besar

Pestisida

Kesehatan Hewan

Bahan kimia

Kontainer

Asuransi

Penelitian

Ilmu pengetahuan

Teknik

Pendidikan

Dan lain-lain

Page 26: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 26/219

26

PENDEKATAN SISTEM DALAM AGRIBISNIS

Pendekatan sistem diperlukan untuk memahami kompleksitas agribisnis

sebagai :  “suatu sistem, praktek bisnis, paradigma pembangunan pertanian,

keilmuan” sehingga tujuan agribisnis dapat tercapai. Penggambaran sistem

agribisnis yang bertitik pangkal pada on farm (usaha tani) sangat membantu untuk

mendiagnosis, mendisain dan mengembangkan agribisnis. Pendekatan sistem

akan memberikan penjelasan atau gambaran bagian terkecil (elemen) pembentuk

subsistem karena pendekatan sistem akan berusaha untuk mencari pengertian

agribisnis secara keseluruhan melalui pengetahuan pada bagian-bagiannya,

dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang holistik, general dan terpadu.

Definisi Sistem

Sistem secara sederhana didefinisikan seperangkat hubungan dan interaksi

yang bertanggungjawab memunculkan karakteristik (Bellinger, 2000). Law and

Kelton (2000) mengartikan sistem sebagai sekumpulan entitas yang bertindak dan

 berinteraksi bersama-sama untuk memenuhi tujuan akhir yang logis. Kehadiransebuah sistem dapat diketahui dari fenomena yang muncul dan perilaku dalam

kurun waktu tertentu membentuk suatu struktur. Pendekatan sistem ini juga dapat

disebut pendekatan cybernetic,  dimana segala sesuatu tidak digambarkan per

 baikan, tetapi harus dalam satu jaringan dan satu hubungan.

Sistem terdiri atas subsistemdan semua sistem memiliki karakteristik umum

tertentu, tunduk pada prinsip sistem, dan harus dipahami dan dipelajari secara

keseluruhan, bukan hanya salah satu bagian/ satu subsistem saja. Bellinger (2000)

menunjukkan bahwa dalam konteks sistem, model adalah penyederhanaan sistem

nyata agar lebih mudah dipahami mekanisme kerjanya (Wainwright and Mulligan,

2004).

Sistem nyata tidak bersifat statis, tetapi segala sesuatunya selalu berubah

sejalan berubahnya waktu, bersifat kompleks dengan adanya hubungan sebab-

akibat unsur-unsur yang menyusunnya, dan bersifat non linear dimana akibat

Page 27: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 27/219

27

dapat mempengaruhi sebab, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan

model untuk membantu dan memahami dan menyelesaikan masalah.

Dalam analisis sistem, kita perlu memahami hubungan antara entitas yang

mungkin atau tidak mungkin mempengaruhi hubungan dengan entitas lain dan

mengetahui juga sifat sebenarnya dari masing-masing entitas. Hubungan dalam

sistem ini terbagi menjadi dua yaitu saling memperkuan dan balancing . Contoh

dari sistem ini adalah sistem sosial seperti yang digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4. Model Sistem sederhana

Gambar ini menjelaskan bahwa masukan (input) digunakan untuk mencapai

sesuatu atau untuk mengubah sesuatu melalai suatu proses, dengan demikian

menghasilkan suatu output  (produk), tujuan, proposal, hal/ situasi, bahkan kinerja

yang diinginkan. Menurut pendekatan ini, lima elemen yang harus

dipertimbangkan dalam menentukan sistem adalah input (apa yang datang dari

luar ke dalam sistem), output  (apa yang meninggalkan sistem dan berjalan diluar

sistem), dan proses (transformasi yang terjadi di dalam sistem), batas-batas (yang

menentukan perbedaan antara sistem dan pengaturan sistem), dan lingkungan

(skenario, pengaturan, lingkungan, konteks) yang merupakan bagian dari yang

dapat diabaikan dalam analisis sistem (kecuali dimana hal ini berinteraksi dengan

sistem). Sebagai contoh dari elemen-elemen ini adalah orang, teknologi, modal,

 bahan, data, peraturan, dan sebagainya. Lebih lanjut, unsur penting lainnya dariteori sistem adalah sistem hierarki, sistem negara, informasi dan orientasi

terhadap tujuan global. Jika sifat proses (apa yang terjadi di dalam sistem),

hubungan timbal balik, atau komponen tidak diketahui, maka diterapkan konsep

“black box”. Contoh kasusnya adalah ketika konsumsi bahan bakar dan produksi

CO2 dalam rantai pertanian diketahui, maka pola konsumsi, aliran internal, dan

konsumen (komponen dan hubungan) sering tidak diketahui/ diabaikan. Contoh

lain adalah berhubungan dengan pendekatan sistem untuk kualitas makanan dan

Input Proses Proses

Page 28: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 28/219

28

keamanan, adalah ketika pembuat kebijakan meminta industri untuk mengirimkan

 produk berkualitas (output ) tanpa memperhatikan input (bahan baku, jasa, dll) dan

 proses di dalam bisnis itu. Hubungan antara komponen dalam sistem mungkin

subsistem dari sistem yang sama dan mungkin juga berhubungan dan berinteraksi

dengan cara yang berbeda. Salah satu cara sederhana untuk mengggambarkan

 perbedaan “white box” atau “transparent box” dengan subsistem dalam batas

sistem “dynamic” (sistem yang lebih besar), yang bertentangan dengan konsep

“black box” dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 5. Model Dinamik “transparent box”

Dari Gambar diatas dapat simpulkan bahwa anak panah elips yang

menghubungkan subsistem menunjukkan interaksi dan hubungan antara mereka

yang bersifat dinamis, dan karena itu tidak direpresentasikan sebagai garis lurus.

Garis penuh mewakili batas tertentu suatu keadaan, garis putus-putus mewakili

 batas keadaan lainnya, sebagai akibat dari prinsip-prinsip yang mengatur sistem.

Dari semua konsep diatas menunjukkan bahwa sistem memiliki struktur hirarkidengan tingkat yang berbeda. Struktur sistem adalah seperangkat hubungan

kompleks antar komponen dan subsistem yang dalam jangka waktu lama

menentukan tujuan dan hasil umum dari seluruh sistem.

Keuntungan dari penerapan analisis sistem yang berasal dari teori sistem

adalah bahwa prinsip-prinsip berlaku untuk semua jenis sistem, yaitu untuk semua

 jenis organisasi. Organisasi dalam suatu sistem berfungsi mengatur prinsip untuk

aspek-aspek seperti pengambilan keputusan, penentuan masalah, pemaksimalan

Page 29: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 29/219

29

 pengawasan, dan operasi sistem. Pendekatan sistem yang merupakan cara berpikir

atau sikap mental yang difokuskan pada pemahaman bagaimana sesuatu itu

 bekerja, berperilaku dan saling berhubungan dapat dijadikan alat yang sangat

 penting untuk membuat strategi dalam rangka meningkatkan daya saing. Dalam

dunia nyata, peternakan, agroindustri, bisnis ritel perlu memahami pendekatan

sistem untuk bertahan di setiap perubahan bisnis.

Pendekatan sistem ini pada dasarnya memilih input dan mengetahui efek,

 parameter, dan pengaruh perilaku dalam sistem yang dapat mengubah hasil output

yang diinginkan. Dari sudut pandang para ahli, pendekatan ini akan

mengidentifikasi variabel independen dan mentransformasikannya menjadi

variabel dependen, satu set parameter, dan batasan-batasan.

Dalam lingkup persoalan agribisnis, pendekatan sistem pelaku usaha

memperoleh gambaran yang dapat menjelaskan apa batasan sistem agribisnis;

adanya batasan berarti ada lingkungan luar, seperti apa gambaran lingkungan luas

sistem agribisnis, apa elemen-elemen pembentuknya, bagaimana bentuk

hubungan antara elemen, bagaimana hubungan antara elemen dengan sistem, apa

saja inputnya, apa yang menjadi outputnya, bagaimana prosesnya, termasuk

menjelaskan tujuan dan sasaran sistem agribisnis.

Salah satu penerapan kerangka berpikir tentang pendekatan sistem

agribisnis dapat dilihat pada pendekatan dinamika sistem ( system dynamics) yang

ditunjukkan melalui diagram sebab akibat dari persoalan keterkaitan sistem rantai

 pasok industri perberasan dengan ketahanan pangan dalam dimensi spasial Jawa

Barat berikut ini. Hal utama yang dilakukan adalah pembuatan diagram sebab

akibat yang menggambarkan struktur pembentuk sistem dan memahami

kompleksitas interpedensi berbagai variabel yang terdapat dalam struktur sistem

rantai pasok industri perberasan dan ketahanan pangan Jawa Barat. Diagram sebab

akibat tersebut disajikan pada Gambar 6 berikut ini.

Page 30: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 30/219

30

Persediaan Beras di

Sentra ProduksiDistribusi Beras ke

Pasar CipinangDistribusi Beras antar 

Daerah Jawa Barat

+

-

+

-

Persediaan Beras di

Pasar Cipinang

+

Harga Beras di

Pasar Cipinang

-

Harga Beras di

Sentra Produksi

+

Produksi Gabah diSentra

+

Produksi Beras di

Sentra Produksi

++

+

-

Konsumsi Beras

Petani di Sentra-

Konsumsi Beras

Penduduk Jawa Barat

+

Ketersediaan Beras

di Jawa Barat

-

Persediaan Beras di

Jawa Barat

+

+

Populasi Penduduk 

Jawa Barat

+

Tingkat Kelahiran di

Jawa Barat

+

-

 

Gambar 6. Sebab akibat Sistem Rantai Pasokan Industri Perberasan Dalam Mewujudkan

Ketahanan Pangan Jawa Barat (Perdana, dkk., 2009)

Berdasarkan Gambar 3 diatas, setiap sentra budidaya padi di Jawa Barat

melakukan produksi untuk menghasilkan gabah. Pertambahan produksi gabah di

sentra produksi akan menambah produksi beras di sentra produksi. Jumlah

 produksi beras yang dihasilkan penggilingan beras akan menentukan jumlah

 persediaan beras di sentra produksi. Semakin banyak produksi beras yang

dihasilkan penggilingan beras di sentra produksi maka akan semakin bertambah

 pula persediaan beras di sentra produksi.

Penggilingan beras berharap persediaan beras yang dimiliki secepatnya bisa

terjual karena persediaan menimbulkan biaya dan risiko. Dalam hal ini,

 penggilingan beras pada setiap wilayah sentra produksi menetapkan prioritas

utama tujuan pemasaran berasnya ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) karena

harga pembelian paling tinggi dan waktu pembayaran relatif singkat. Berdasarkan

hal tersebut, semakin banyak persediaan beras di sentra produksi maka distribusi

 beras ke PIBC akan meningkat. Terkait dengan hal tersebut, jumlah beras yang

Page 31: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 31/219

31

didistribusikan ke PIBC akan mengurangi jumlah persediaan beras di sentra

 produksi. Keterkaitan persediaan beras di sentra produksi dengan distribusi beras

ke PIBC ini membentuk umpan balik negatif yang menghasilkan perilaku ke arah

kesetimbangan.

Penggilingan beras di sentra produksi tidak dapat mengirimkan semua hasil

 produksinya ke PIBC, karena apabila keputusan tersebut dilakukan makan akan

terjadi kelebihan pasokan dan persediaan beras di PIBC yang mengakibatkan

harga beras PIBC turun. Penurunan harga beras di PIBC berdampak pada harga

 beras di sentra produksi.

Dalam upaya menghindari kondisi tersebut, penggilingan beras memasarkan

 berasnya ke daerah lain di Jawa Barat. Semakin banyak persediaan beras di sentra

 produksi maka distribusi beras antar daerah Jawa Barat akan semakin banyak.

Interaksi antara persediaan beras di sentra produksi dan distribusi beras antar

daerah Jawa Barat akan membentuk perilaku kesetimbangan. Hal tersebut karena

distribusi daerah Jawa Barat akan mengurangi persediaan beras di sentra produksi.

Jumlah beras dari sentra produksi yang didistribusikan ke daerah lain Jawa

Barat akan menentukan jumlah persediaan beras di Jawa Barat. Distribusi beras

antara daerah Jawa Barat yang bertambah akan menyebabkan persediaan beras di

Jawa Barat berjambah juga.

Salah satu komponen pembentuk ketahanan pangan adalah ketersediaan

 pangan. Dalam diagram sebab akibat sistem rantai pasok industri perberasan

dalam mewujudkan ketahanan pangan Jawa Barat terlihat bahwa semakin banyak

 persediaan beras di Jawa Barat akan meningkatkan ketersediaan beras di Jawa

Barat. Ketersediaan beras tersebut akan menentukan besaran distribusi beras antar

daerah Jawa Barat. Dengan demikian, akan terbentuk umpan balik negatif dari

interaksi distribusi beras antar daerah Jawa Barat dengan persediaan dan

ketersediaan beras di Jawa Barat.

Jumlah ketersediaan beras di Jawa Barat ditentukan oleh besaran konsumsi

 beras penduduk Jawa Barat. Semakin bertambah konsumsi beras penduduk Jawa

Barat maka akan mengurangi ketersediaan beras di Jawa Barat. Faktor pembentuk

Page 32: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 32/219

32

konsumsi beras penduduk di Jawa Barat adalah jumlah populasi penduduk Jawa

Barat dan konsumsi beras yang dilakukan petani di sentra produksi. Semakin

 besar konsumsi beras petani maka akan menambah konsumsi beras penduduk

Jawa Barat. Demikian juga dengan haknya dengan jumlah populasi penduduk

Jawa Barat akan menambah jumlah konsumsi beras penduduk Jawa Barat.

Dalam sistem rantai pasok industri perberasan terdapat keterkaitan antar

 pasar dengan sentra produksi. Persediaan beras di PIBC menentukan harga beras

di PIBC, semakin banyak persediaan beras di PIBC maka harga beras di PIBC

akan turun. Selanjutnya, penurunan harga beras di PIBC tersebut berdampak pada

 penurunan harga beras di sentra produksi.

Harga beras di sentra produksi akan menentukan produksi gabah dan beras

di sentra produksi. Dalam kurun waktu tertentu, semakin tinggi harga beras di

sentra produksi maka produksi gabah dan beras di sentra produksi akan

 bertambah. Terkait dengan aspek ketahanan pangan, meningkatnya harga beras di

sentra produksi akan menentukan jumlah konsumsi beras yang dilakukan keluarga

 petani di sentra produksi.

Interaksi sistem rantai pasok industri perberasan dengan ketahanan pangan

Jawa Barat membentuk umpan balik negatif. Kondisi tersebut akan menghasilkan

 perilaku yang mengarah pada kesetimbangan. Kesetimbangan tersebut terjad

karena adanya tujuan dari sistem. Demikian juga halnya dengan keterkaitan

spasial anatara sentra produksi dan pasar, interaksinya menghasilkan umpan balik

negatif.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AGRIBISNIS

Pengembangan teknologi berbasis pertanian yang dapat dicirikan melalui

inovasi dan introduksi alat atau mesin pertanian untuk proses produksi mulai dari

 prapanen hingga pascapanen merupakan masalah yang penting. Hal tersebut

disebabkan karena modernisasi pertanian yang dilandasi sistem agribisnis atau

Page 33: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 33/219

33

agroindustri sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional demi

mewujudkan kesejahteraan rakyat dan swasembada pangan, haruslah dikelola

secara efektif dan efisien dalam setiap penggunaan sarana produksi ( bibit, pupuk,

obat, dan peralatan ) untuk mencapai produktifitas, kualitas, dan keuntungan yang

maksimal. Kondisi ini dapat terwujud apabila pengembangan teknologi pertanian

 beserta perangkat pendukungnya benar-benar diperhatikan secara serius.

Teknologi tidak bisa dilepaskan dari gerakan revolusi hijau. Teknologi yang

terus dikembangkan, terutama kegiatan riset, akan membawa pertanian menuju

efisiensi dan peningkatan produktifitas. Esensi riset dan pengembangan amat

identik dengan kemajuan suatu bangsa karena teknologi dapat menekan biaya

 produksi meingkatkan produktifitas dan mendorong tingkat efisiensi (Arifin,

2004).  Sementara itu, produktivitas dimaksudkan sebagai suatu ukuran efisiensi

yang berupa rasio produk dengan faktor produksi tertentu. Inovasi baru atau

 perubahan teknologi umumnya mampu menaikkan tingkat produksi sekaligus

 produktifitasnya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pengembangan

teknologi ditujukan untuk memacu peningkatan produktivitas pertanian.

Secara umum dapat dikatakan bahwa teknologi pertanian digunakan untuk

mengembangkan produksi pertanian dan mengembangkan metode pengolahan,

 pengangkutan, dan pendistribusian produk-produk pertanian. Perkembangan

teknologi merupakan suatu elemen penting dalam upaya peningkatan daya saing

melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi. Dan untuk mencapai hal itu,

teknologi industri pertanian harus melakukan inovasi teknologi yang akan mampu

 bersaing di pasar internasional.

Perkembangan dan pemanfaatan teknologi dalam pengembangan

agribisnis saat ini berlangsung sangat cepat, namun memiliki efek bola salju.

Zaman dahulu petani Amerika melakukan kegiatan pertaniannya menggunakan

kuda/ kedelai, namun saat ini kegiatan dilakukan menggunakan traktor.

Penggunaan traktor ini membuat para petani melakukan pekerjaan lebih berat

dalam beberapa jam dibandingkan teknologi sebelumnya yang biasa

menyelesaikannya dalam seminggu. Beberapa contoh perkembangan teknologi

agribisnis dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 34: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 34/219

34

•  The Global Positioning System (GPS)

GPS merupakan teknologi yang menggunakan satelit agar dapat melihat

lahan dan tanaman pertanian secara spesifik. GPS pada awalnya dibuatuntuk sistem pertahanan Amerika, dimana sistem ini terdiri atas 24 satelit

yang mengelilingi bumi dalam 24 jam dan mengorbit 10.900 mil diatas

 bumi. GPS pada aktivitas pertanian bermanfaat untuk memberikan

gambaran komputerisasi yang akan membantu manajemen usaha tani dan

meningkatkan produktivitas lahan.

GPS juga dapat membantu pelaku pertanian untuk memetakan lahan.

Infrared yang ada pada GPS tersebut dapat membedakan tanaman yang

sehat, menemukan titik masalah, dan mengenali gulma, dan area yang hasil

 berproduksi rendah. Dengan pemetaan lahan menggunakan GPS, petani

mendapatkan informasi yang dapat membantu mereka membuat keputusan

yang akan meningkatkan produktivitas oleh penggunaan manajemen yang

 baik di seluruh area lahan. Penggunaan teknologi ini tidak hanya

menurunkan biaya produksi tetapi meningkatkan tingkat ketelitian yang

dapat meningkatkan produktivitas, kualitas produk, dan efisiensi

 penggunaan bahan kimia. Ketelitian ini juga memberikan informasi spesifik

mengenai tempat yang bermanfaat membantu mengurangi dampak

lingkungan yang tidak diinginkan akibat aktivitas pertanian, membantu

konservasi energi, serta perlindungan terhadap tanah dan air tanah.

•  Rekayasa Genetik

Rekayasa genetik dilakukan dengan memasukan gen yang diinginkan padakromosom mahkluk hidup. Rekayasa genetik ini memberikan beberapa

keuntungan di bidang pertanian sebagai berikut :

1.  Mentransformasi gen tunggal

Metode ini dilakukan oleh para peneliti dengan menyilangkan

 beberapa gen tanaman untuk menghilangkan sifat atau karakteristik

yang tidak diinginkan. Dengan rekayasa genetik ini peneliti dapat

mentransfer gen tunggal yang diinginkan ke gen tanaman lain tanpa

Page 35: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 35/219

35

mengubah gen asal tanaman tersebut. Dengan demikian pembudidaya

memperoleh varietas yang lebih variatif.

2.  Mentransfer gen ke tanaman yang tidak sejenis

Dengan rekayasa genetik, transfer tidak hanya dilakukan kepada

tanaman dengan jenis yang sama, melainkan bisa juga mentransfer

gen tanaman yang diinginkan ke tanaman lain meskipun penerima gen

tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan tanaman donor. Contoh

rekayasa genetik ini adalah transfer gen bakteri ke tanaman, gen

tanaman ke bakteri, dan gen hewan ke tanaman.

3.  Menciptakan hibrida dari tanaman yang tidak dapat melakukan

 penyerbukan silang

Contoh : tomat yang disilangkan dengan kentang

4.  Menciptakan tanaman tahan penyakit

5.  Menciptakan tanaman yang beracun bagi serangga tetapi tidak bagi

manusia

6.  Menciptakan tanaman yang tolerasi terhadap herbisida

7.  Gene  Splicing , dalam penerapannya, teknologi Gene  Splicing  

menggunakan enzim tertentu untuk memindahkan suatu gen dari

 posisinya dalam kromosom dan menggantikannya dengan yang lain.

Gene  Splicing membiarkan peneliti untuk mengontrol langsung

 perubahan genetik dengan cara yang lebih baik dan cepat.

•  Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian Hama Terpadu adalah teknologi pengendalian hama yang

didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai teknik

 pengendalian yang sesuai antara satu sama lain sehingga populasi hama

dapat dipertahankan di bawah jumlah yang secara ekonomis tidak

merugikan serta mempertahankan kesehatan lingkungan dan

menguntungkan bagi pihak petani. Secara umum pengendalian hama

terpadu tersebut digolongkan kepada lima cara yaitu: fisik dan mekanik,

 penggunaan varietas tahan, bercocok tanam, biologi, dan kimia.

Page 36: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 36/219

36

1)  Pengendalian hama dan penyakit dengan penggunaan varietas tahan

Penggunaan varietas tahan merupakan usaha pengendalian hama atau

 penyakit yang mudah dan murah bagi petani. Penggunaan varietas

tahan telah terbukti dapat mengurangi kehilangan hasil, namun

 penggunaan varietas tahan yang memiliki gen ketahanan yang tunggal

akan memacu timbulnya biotipe dan strain atau ras-ras baru yang akan

lebih berbahaya. Untuk itu dianjurkan melakukan pergiliran varietas

atau melakukan penanaman varietas tanaman yang memiliki berbagai

tingkat ketahanan.

2)  Pengendalian hama dan penyakit dengan dilakukan secara fisik dan

mekanik.Pengendalian hama atau penyakit dengan cara ini biasanya

dilakukan pada usaha pertanian dalam skala kecil atau dalam rumah

kawat atau rumah kaca. Pengendalian hama atau penyakit dengan fisik

adalah penggunaan panas dan pengaliran udara. Sedangkan mekanik

adalah usaha pengendalian dengan cara mencari jasad perusak

tanaman, kemudian memusnahkannya. Cara ini dapat dilakukan

dengan tangan atau menggunakan alat berupa perangkap.

3) 

Pengendalian hama dan penyakit dengan dilakukan dengan cara

 bercocok tanam Berbagai usaha dalam bercocok tanam dapat menekan

 perkembangan jasad pengganggu tanaman, mulai dari pengolahan

tanah, jarak tanam, waktu tanam, pengaturan pengairan, pengaturan

 pola tanam, dan pemupukkan.

4)  Pengendalian hama dan penyakit dengan secara biologi 

Penggunaan musuh alami serangga hama berupa predator dan

 parasitoid (parasit serangga hama) telah lama dilakukan, tetapikeberhasilanya belum optimal, dan pada umumnya digunakan untuk

 pengendalian hama, sedangkan untuk pengendalian penyakit masih

 belum banyak dilakukan. Pengendalian secara biologi yang bisa

dilakukan oleh petani adalah :

-  Menciptakan iklim mikro yang lebih mendukung pertumbuhan dan

 perkembangan dari musuh alami hama di lahan pertaniannya.

Page 37: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 37/219

37

-  Menanam tanaman dengan varietas yang tahan terhadap hama dan

 penyakit

-  Melakukan pola bercocok tanam yang menguntungkan bagi musuh

alami misalnya dengan tumpang sari, atau melakukan bera terhadap

tanah garapan dan cara- cara yang lain.

-  Melakukan pengendalian hama secara fisik terlebih dahulu sebelum

memutuskan menggunakan pestisida.

-  Pilih Pestisida alami/ Pestisida Nabati terlebih dahulu sebelum

memutuskan untuk menggunakan pestisida kimia, karena pestisida

alami/ Pestisida nabati biasanya lebih ramah terhadap musuh alami

hama, dan mematikan terhadap hamanya.

-  Melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang

selektif hanya membunuh serangga hamanya saja, dan dampak

 pestisida tersebut berdampak negatif sedikit pada musuh alami

serangga hama.

-  Mengembangbiakkan musuh alami hama.

5) Pengendalian Hama dan Penyakit dengan cara Kimiawi

Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit

sangat jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia

merupakan usaha pengendalian yang kurang bijaksana, jika tidak

dikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat

sasaran, tepat jenis dan tepat konsentrasi. Keadaan ini yang sering

dinyatakan sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama.

Karena itu penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama dan patogen perlu dipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat

serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan

kesehatan manusia dan hewan.

Selain teknologi diatas, beberapa contoh perkembangan teknologi agribisnis

lainnya adalah kloning, kultur jaringan, pertanian organik, pemanfaatan hormon,

hidroponik dan aeroponik, teknologi manajemen elektronik dan komputer,

teknologi mesin pada industri pertanian, dan lain sebagainya.

Page 38: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 38/219

38

Teknologi sebagai salah satu sumberdaya produksi harus dapat digunakan secara

tepat, yang meliputi jenis teknologi dan skala aplikasinya. Oleh karena itu, perlu

 pengelolaan teknologi yang efektif, mulai dari perencanaan teknologi,

 pengorganisasian teknologi, pelaksanaan aplikasi teknologi, pengawasan dan

evaluasi aplikasi ternologi, dan upaya pengemdalian yang dibutuhkan. Dengan

demikian aplikasi teknologi ini memerlukan penerapan fungsi-fungsi manajemen

umum.

1.  Perencanaan teknologi

Perencanaan pengembangan dan aplikasi teknologi agribisnis terkait dengan

 pemilihan jenis teknologi yang akan dikembangkan dan diaplikasikan. Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan teknologi antara lain 1) jenis

 bidang usaha dan skala usaha yang dijalankan, 2) kemampuan pembiayaan

 pengembangan dan aplikasi teknologi, 3) kemampuan sumberdaya manusia,

4) skala usaha dan tingkat persaingan, 5) budaya, adat, dan kebiasaan

masyarakat, dan 6) kriteria produksi.

2.  Pengorganisasian Teknologi

Pengorganisasian teknologi terkait pengorganisasian sumberdaya yang

diperlukan dan mengalokasikannya secara tepat dan efisien. Teknologi yang

akan diaplikasikan ini harus diorganisasikan dengan baik sehingga tidak

terjadi kesalahan-kesalahan (alokasi, penempatan) yang dapat menyebabkan

ketidakefisienan.

3.  Pelaksanaan Penerapan Teknologi

Pelaksanaan ini dimulai dari pengembangan sampai penggunaan teknologi

dalam produksi/ operasi perusahaan.

4.  Pengawasan, Evaluasi, dan Pengendalian

Pengawasan dan evaluasi teknologi berfungsi untuk menilai perlu/ tidaknya

diadakan penyesuaian-penyesuaian untuk melihat penyimpangan dan

kesalahan operasi supaya dapat segera dilakukan pengendalian. Pengawasan

Page 39: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 39/219

39

 bersifat dilakukan secara terus menerus dalam berbagai aspek, sedangkan

evaluasi dilakukan secara berkala.

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Ruang Lingkup Sistem

Agribisnis, coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Jelaskan secara singkat perkembangan pertanian dan agribisnis yang ada

di Indonesia

2.  Gambarkan dan jelaskan mengenai ruang lingkup agribisnis

3.  Sebutkan produk pertanian apa saja yang terkandung dalam sebuah pizza,

identifikasi dan jelaskan industri apa saja yang terlibat dalam pembuatan

sepotong pizza tersebut.

4.  Sebutkan kemungkinan contoh pendekatan-pendekatan sistem lain yang

dapat dipraktikan kedalam membuat strategi pengembangan agribisnis

(minimal 2 pendekatan). Jelaskan alasan anda!

5.  Sebutkan dan jelaskan contoh pengembangan teknologi terbaru yang

 berkaitan dengan input dan output agribisnis.

6.  Mengapa efisiensi produksi pertanian sangat penting. Jelaskan pendapat

anda.

7.  Jelaskan pengaruh GDP (Gross Domestic Product ) terhadap industri

 pertanian.

Page 40: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 40/219

40

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. 

Pertanian sering juga digambarkan dengan ....., ...., ....., atau ......, ....., .....

2.  Sebutkan dua macam aktivitas yang dilakukan manusia sebelum

menemukan sistem pertanian!

3.  Sebutkan tiga macam perkembangan pertanian yang terjadi selama

revolusi pertanian dan industri!

4.  Sebutkan lima contoh perkembangan pertanian yang terjadi pada saat ini!

5.  Apakah yang dimaksud dengan agribisnis?

6.  Berilah contoh masing-masing tiga pelaku usaha/ industri yang terkait

 pada input  dan output  agribisnis!

7.  Sebutkan 12 contoh output  dalam agribisnis!

8.  Apakah yang dimaksud dengan sistem dalam agribisnis?

9.  Apakah peranan pendekatan sistem dalam agribisnis?

10. Sebutkan fungsi-fungsi manajemen umum apa saja yang biasa diterapkan

dalam manajemen teknologi agribisnis!

Page 41: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 41/219

41

Modul

AGROINPUT AGRIBISNIS

2

TIPE AGROINPUT AGRIBISNIS

Input agribisnis mencakup produk-produk yang dipasok untuk produksi

 pertanian (Ricketts  and Rawlins, 2001). Input agribisnis terbagi menjadi dua

yaitu, input utama dan input penunjang. Input agribisnis dibagi menjadi tiga tipe

yaitu:

1.  Input utama agribisnis, terdiri atas pupuk, obat-obatan kimia (pestisida),

serta alat dan mesin pertanian.

2.  Input penunjang, seperti solar, bensin, oli motor, transmisi dan oli hidrolik

dibutuhkan untuk menjaga traktor, truk, dan mesin pertanian tetap berfungsi; bibit dan kapur dibutuhkan oleh produsen tanaman; dokter

hewan dibutuhkan untuk menjaga kesehatan hewan ternak; keranjang, tas,

karung, krat dibutuhkan dalam pengemasan dan pengangkutan; kayu dan

 bangunan dibutuhkan sebagai tempat berlindung manusia, ternak, dan

tanaman.

3.  Input yang sering terabaikan fungsinya, seperti besi dan baja yang

sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pemeliharaan bangunan pertanian;

 benih, tanaman, dan pohon dibutuhkan untuk tanaman dan produksi hutan;

keperluan lain seperti listrik, air, gas, telepon; kredit, asuransi, dan

 pelayanan jasa pemerintah dan swasta.

Page 42: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 42/219

42

Pupuk

Pupuk merupakan bahan organik atau anorganik, alami atau sintetis, yang

menyuplai tanaman dengan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk dikenal

dengan istilah pupuk makro dan mikro. Pupuk komersil biasanya dibuat dengan

menggabungkan bahan makanan tanaman tertentu untuk memperoleh

 perbandingan spesifik dan jumlah nutrien tanaman. Tiga nutrien utama yang

dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Untuk menjadi pupuk,

ketiga elemen utama ini biasanya digabungkan dengan zat lain. Berdasarkan

unsur hara yang dikandungnya, kelompok pupuk terbagi menjadi tiga sebagai

 berikut :

1.  Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara,

misal urea (45%), TSP (45% P2O5), SP-36 (36% P2O5), ZK (50% K 2O) dan

sebagainya;

2.  Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara,

misal pupuk NPK, NP, PK, NK, dan sebagainya;

3. 

Pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang mengandung unsur hara secara

lengkap baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro.

Pestisida

Keberadaan pestisida ini muncul di pertengahan abad 19 pada saat manusia

mulai terganggu akibat persaingan dengan serangga dan hewan lain terhadap buah

dan tanaman mereka. Selain itu gangguan juga muncul persaingan antara tanaman

dengan tanaman lain yang tidak diinginkan. Oleh karena keberhasilan penemuan

di bidang biologi dan kimia, kini alang-alang, serangga, dan penyakit dapat

ditangani dengan obat-obatan kimia sintetis.

Pestisida terbagi menjadi tiga tipe utama yaitu herbisida, insektisida, dan

fungisida. Pestisida kemudian dibagi lagi menjadi tiga yaitu fumigants, defoliants,

Page 43: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 43/219

43

dan desiccants. Penggunaan pestisida ini mengambil peran 4% dari biaya

 produksi pertanian.

Pestisida terbukti sangat membantu meningkatkan produksi hasil tanaman,namun di sisi lain karena pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian

 pestisida berlebihan dapat menjadi pencemar bagi tanaman, air, dan lingkungan

hidup. Residu sejumlah bahan kimia yang ditinggalkan melalui berbagai siklus,

langsung atau tidak langsung, dapat sampai ke manusia, terhirup melalui

 pernafasan, dan masuk ke saluran pencernaan bersama makanan. Oleh karena itu

 pestisida perlu ditangani dengan baik dan hati-hati.

Seiring berkembangnya penggunaan pestisida, industri pemasok pestisida

 juga semakin dibutuhkan. Dengan demikian membuka lapangan kerja bagi

masyarakat, baik sebagai pekerja, distributor, pedagang, peneliti dan lain-lain.

Semua input agribisnis tersebut saat ini dapat diperoleh di toko pertanian

yang banyak tersebar di seluruh daerah. Toko pertanian ini biasanya menyediakan

 berbagai produk dan jasa pertanian. Jasa pertanian yang dimaksud antara lain

 penyewaan alat penyemprot pestisida, traktor, truk, dan jasa perbaikan alat

 pertanian lainnya.

Toko pemasok input pertanian dapat dibagi menjadi tiga kategori , yaitu

koperasi petani, perusahaan gabungan, dan perusahaan kecil milik perseorangan.

1.  Koperasi petani

Koperasi petani adalah lembaga yang paling banyak menjual input

 pertanian. Produk yang biasanya tersedia di koperasi petani adalah pupuk,

kapur tani, benih/ bibit, bensin, obat-obatan, dan pakan. Rata-rata petani

membeli 45% pupuk dan kapur tani, 23% pakan ternak, 13% bibit/ benih,

dan 32% obat-obatan dari koperasi ini.

2.  Toko rantai pasok petani

Toko dengan tipe ini biasanya mampu melayani konsumen full time karena

 produk yang ditawarkan beragam, dimulai dari peralatan pertanian (traktor,

Page 44: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 44/219

44

 pupuk, pakan, benih, truk, peralatan kebun, perangkat keras), pakaian, dan

 berbagai produk lain. Contoh dari toko jenis ini adalah WalMarti dan K-

Mart

3.  Toko milik perseorangan (Agen atau Pengecer)

Toko dengan tipe ini biasanya dikelola oleh keluarga sendiri dan/ atau

merekrut pekerja pada saat musin-musim tertentu saja. Toko ini biasanya

menyediakan pakan, benih, pupuk dan berbagai input pertanian lain.

ALAT DAN MESIN PERTANIAN

Alat mesin pertanian adalah susunan dari alat-alat yang kompleks yang

saling terkait dan mempunyai sistem transmisi (perubah gerak), serta mempunyai

tujuan tertentu di bidang pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan

masukan tenaga (Soekirno, 1999). Alat mesin pertanian bertujuan untuk

mengerjakan pekerjaan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alatmesin pengolahan tanah, alat mesin pengairan, alat mesin pemberantas hama, dan

sebagainya. Dengan penggunaan alat mesin pertanian, ketepata waktu dalam

aktivitas pertanian dapat lebih ditingkatkan, dapat mengurangi kejenuhan dalam

 pekerjaan petani, dan tenaga kerja dapat dialokasikan untuk melakukan usaha tani

lain atau kegiatan di sektor lain yang bersifat kontinu.

Alat dan mesin pertanian paling besar pemanfaatannya pada saat

 pengolahan tanah. Pengolahan tanah tidak hanya merupakan kegiatan lapang

untuk memproduksi hasil tanaman, tetapi juga berkaitan dengan kegiatan lainnya

seperti penyebaran benih/ penanaman bibit, pemupukan, perlindungan tanaman

dan panen. Oleh karena itu perkembangan dalam tujuan serta metode

 pengolahan tanah diikuti pula dengan perkembangan dalam desain peralatan

 baik dari segi bahan maupun bentuk alat. Banyak bukti menunjukkan bahwa

 bajak ringan terbuat dari kayu telah digunakan secara besar-besaran di daerah

Mesir dan Sungai Nil sekitar tahun 3000 SM. bahkan digunakan sebagai

Page 45: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 45/219

45

tenaga penggerak/penarik peralatan pertanian, menyiapkan tanah untuk

 penanaman Barley, gandum, dan lain-lain tanaman yang populer pada jaman

itu. Bajak yang digunakan pada waktu itu tidak beroda atau bajak singkal

yang digunakan untuk membalik tanah dan membuat parit. Paling tidak

 peralatan tersebut dapat berfungsi memecahkan tanah dan untuk menutup benih.

Lebih dari 2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat dari besi yang

diproduksi di Honan Utara China. Pada awalnya alat ini berupa alat kecil yang

ditarik dengan tangan dengan plat besi berbentuk V yang dihubungkan atau

digandengkan dengan pisau kayu dan pegangan. Selama abad pertama m SM.,

kerbau digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah. Selanjutnya secara berturut-turut dikembangkan alat yang disebut triple-shared plow,  plow-and-sow 

dan garu.

Bajak telah digunakan juga di India selama beribu-ribu tahun. Peralatan

kuno tidak beroda dan moldboard terbuat dari kayu keras (wedge-shaped

hardwood blocks) yang ditarik oleh sapi (bullock ). Dengan alat ini tanah hanya

dipecahkan kedalam bentuk gumpalan tetapi tidak dibalik; dan pengolahan

 pertama ini kemudian diikuti dengan penghancuran gumpalan dan perataan tanah

dengan alat barupa batang kayu berbentuk empat persegi panjang yang ditarik

oleh sapi.

Pisau bajak besi muncul di Roma pada kira-kira 2000 tahun yang lalu

sebagaimana pisau coulter . Pada waktu itu masih belum juga ditemukan bajak

singkal yang berfungsi membalik tanah. Pada tanah yang berat dan keras, pisau

 bajak besi ini ditarik oleh sekelompok sapi jantan (oxen). Ada laporan yangmenyatakan bahwa bajak yang dilengkapi dengan roda ditemukan di Italia utara

 pada sekitar tahun 100 M.

Perkembangan terbesar untuk alat dan mesin pertanian terjadi pada saat

revolusi pertanian dimana terjadi perubahan penggunaan tenaga hewan menjadi

tenaga mesin pertanian. Perubahan tersebut dimulai sekitar abad 18 di Inggris

dengan ditemukannya mesin uap. Melalui mekanisasi hewan seperti kuda, kedelai,

lembu digantikan oleh tenaga mesin. Sebagai hasilnya penggunaan mesin tersebut

Page 46: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 46/219

46

telah mengurangi jam kerja manusia yang dahulu 56 jam untuk memproduksi 1

hektar gandum menjadi 2 jam per hektar gandum menggunakan mesin pertanian.

Perkembangan peralatan pertanian modern dimulai sebelum traktormenciptakan dampak yang baik di bidang pertanian. Mesin pertanian pertama

yang memberikan dampak penting dalam pertanian adalah mesin tenun, yang

ditemukan oleh Eli Whitney. Tiga tahun kemudian bajak besi dipatenkan oleh

Jethro Wood. Bajak ini bekerja sangat baik di tanah wilayah Timur, tetapi tidak di

tanah wilayah Barat. Pada tahun 1837, John Deere yaitu pendiri perusahaan

traktor John Deere membuat bajak baja pertama dari bilah gergaji dan pada tahun

1846 John memproduksi 1000 bajak baja per tahun. Baja tidak menyusut secepat

 besi dan tanah tidak menempel pada bajak terlalu banyak, dengan demikian petani

lebih menyukai bajak terbuat dari baja.

Era Traktor Bermesin Uap

Penemuan mesin uap memiliki pengaruh penting terhadap perkembangan

 pertanian antara tahun 1850 – 1900. Pada tahun tersebut sekitar 70.000 mesin uap

diciptakan untuk keperluan pertanian. Fase pertama dengan diperkenalkannya

mesin uap adalah penggunaan mesin untuk pertanian semakin banyak. Fase kedua

adalah berupa traktor bermesin uap portable yang dapat dibawa ke lahan pertanian

untuk mengerjakan pekerjaan tertentu, contohnya mesin perontok gandum. Fase

ketiga disebut juga “mesin tarik” dimana mesin ini paling disukai petani sebagai

sumber tenaga. Namun mesin ini juga memiliki beberapa masalah karena

mesinnya terlalu berat, memakan tempat, mahal dan kegunaannya spesfik pada pekerjaan tertentu saja.

Mesin bertenaga Pembakaran Internal

Perkembangan mesin pembakaran internal ini memiliki fase pengembangan

yang sama dengan mesin bertenaga uap. Fase pertama adalah mesin yang

Page 47: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 47/219

47

diciptakan berukuran kecil dan bersilinder satu tidak dapat dipindahkan sehingga

mesin ini digunakan untuk pekerjaan sederhana. Fase kedua, mesin berukuran

 besar, bersilinder dua yang dipasangkan pada roda. Fase ketiga adalah mesin

 bersilinder dua yang dipasangkan pada roda dan transmisi sehingga dapat menarik

mesin itu sendiri.

Traktor

Asal usul kapan pertama kali traktor dibuat dan oleh siapa dibuat tidak

 pernah diketahui jelas. Namun, sejarahwan R. B Gray menuliskan bahwa perusahaan mesin gas Charter telah membuat traktor berbahan bakar bensin pada

tahun 1889 dan pada tahun 1890 George Taylor mengaplikasikan suatu bajak

motor. Perkembangan jenis traktor yang digunakan petani dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1.  Traktor Pertama – traktor beroda tiga dan berbahan bakar bensir

Produksi traktor ini meluas cepat di awal tahun 1990-an. Pada masa ini juga

 perusahaan traktor berkembang sangat pesat. Namun, traktor jenis ini

memiliki permasalahan yang hampir sama dengan mesin uap, yaitu mahal,

sulit untuk dikendarai, besar, memakan banyak tempat, dan kegunaan masih

terbatas. Pada tahun 1925, Henry Ford memperkenalkan traktor yang

 berukuran lebih kecil dan lebih murah. Traktor tersebut merupakan traktor

yang di produksi massal untuk keperluan pasar.

2. 

Traktor Modern – traktor beroda empat

Traktor jenis ini diperkenalkan antara tahun 1960 – 1970 dan berbahan baku

solar. Sampai saat ini hampir sekitar 80% traktor menggunakan solar

sebagai bahan bakarnya. Keunggulan dari traktor jenis ini adalah

 penggunaan tenaga lebih efisien, traksi dan flotasi baik, dan pemadatan

tanah sedikit. Saat ini, traktor empat roda ini merupakan standar traktor

yang biasa digunakan petani, baik dengan jenis traktor kecil, sedang, dan

 besar.

Page 48: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 48/219

48

Secara umum, macam alat dan mesin pertanian secara garis besar dapat

dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1.  Alat mesin pembukaan lahan

2. 

Alat mesin untuk produksi pertanian

-  Alat mesin pengolahan tanah

-  Alat mesin penanam

-  Alat mesin pemeliharaan tanaman

-  Alat mesin pemanen

3.  Alat mesin processing hasil pertanian (pascapanen)

-  Alat mesin pengering

Alat mesin pembersih atau pemisah

-  Alat mesin pengupas atau penyosoh atau reduksi

Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) ini memiliki manfaat antara

lain :

1)  meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan produktivitas;

2)  mengurangi kejerihan kerja petani dan meningkatkan kenyamanan

kerja di pedesaan;

3)  meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani;

4)  menjamin kuantitas, kualitas dan peningkatan kapasitas hasil;

5)  mempercepat peralihan pertanian keluarga ( subsistence farming );

6)  mempercepat transformasi ekonomi agraris ke ekonomi industri;

7)  mengurangi kehilangan hasil pasca panen.

Sedangkan dari segi tumbuhnya industri kecil di pedesaan, bengkel-bengkel kecil

untuk reparasi dan pembuatan prototype alsintan dapat ditumbuh kembangkan.

Bagi kelompok tani yang mampu (petani individu yang kaya) dapat menjadi

 pengusaha untuk menjual jasa alsintan.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia

dari zaman ke zaman, cara pengolahan hasil (panen) pertanian pun tahap demi

tahap berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Alat dan mesin panen terdiri

dari banyak macam dan jenisnya yang digunakan menurut jenis tanaman dan

Page 49: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 49/219

49

tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional maupun semi mekanis sampai

yang modern. Sebagai contoh adalah menurut jenis tanaman, alat dan mesin panen

digolongkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian, tebu, rumput-rumput,

kapas dan umbi-umbian. Sedangkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian

dibagi jenisnya untuk padi, jagung dan kacang-kacangan.

Industri Mesin Pertanian

Perusahaan mesin pertanian biasanya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu

 full-line, long-line, dan  short-line. Perusahaan  full-line  adalah jenis perusahaanyang mendominasi industri mesin pertanian dan memiliki jumlah yang besar.

Perusahaan ini juga memiliki lingkup pasar yang luas yaitu pasar internasional

dengan memiliki perusahaan tanaman dan pusat distribusi yang tersebar diseluruh

dunia. Sedangkan perusahaan long-line  memiliki lingkup pasar nasional dan

short-line memiliki lingkup pasar secara regional dan lokal.

Perusahaan alat pertanian sangat beragam dan tidak membatasi produk

mereka pada alat pertanian saja. Sejak tahun 1980 telah terjadi merger manufaktur

alat pertanian, pengurangan jumlah dealer, dan perubahan tipe traktor yang

diproduksi. Setiap tahunnya banyak pengguna alat dari bidang non pertanian yang

membeli produk dari industri alat dan mesin pertanian seperti perusahaan

lanscape, kontraktor bangunan, pelatihan golf, dan rumah tangga.

Setelah alat dan mesin pertanian tidak banyak lagi dijual melalui

manufaktur, maka hal tersebut digantikan oleh perusahaan dagang besar, dimana

mereka memiliki jaringan langsung ke dealer -dealer . Secara umum, perusahaan

alat dan mesin pertanian ini telah banyak membantu petani dalam meningkatkan

 produktivitas dan keuntungan.

Page 50: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 50/219

50

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Agroinput Agribisnis, coba Anda

uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Jelaskan bagaimanakah cara memaksimalkan penggunaan input pertanian

(pupuk dan pestisida) dengan mengurangi dampak negatif bagi

lingkungan.

2.  Jelaskan sejarah awal berkembangnya alat dan mesin pertanian.

3.  Jelaskan perbandingan kelebihan dan kekurangan penggunaan tenaga

mesin dan alat pertanian dengan tenaga manusia/ hewan bagi kegiatan

 pertanian.

4.  Berikan contoh penggunaan inovasi teknologi terbaru pada input dan

output agribisnis yang ada pada saat ini.

5.  Menurut pendapat Anda sejauh mana agribisnis mempengaruhi

 perekonomian Indonesia. Jelaskan!

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1.  Apakah yang dimaksud dengan agroinput agribisnis?

2.  Sebutkan 5 contoh input agribisnis (utama dan penunjang)

3.  Mengapa listrik, gas, telepon, air sering dikatakan input agribisnis yang

sering diabaikan oleh petani

4.  Kandungan apa saja yang dibutuhkan tanaman yang terdapat dalam

 pupuk?

5.  Apakah hubungan timbal balik antara pupuk, pestisida, dan obat-obatan

kimia lainnya dalam pertanian

Page 51: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 51/219

51

6.  Sebutkan Undang-undang yang mengatur tentang tata cara penggunaan

 pupuk pertanian!

7. 

Apakah yang dimaksud dengan mesin dan peralatan pertanian?

8.  Sebutkan perkembangan jenis traktor dari pertama kali ditemukan sampai

dengan sekarang!

9.  Sebutkan tiga kategori mesin dan alat pertanian.

10. Berikan 5 alasan mesin uap tidak ideal dijadikan sumber tenaga bagi

 petani.

Page 52: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 52/219

52

KEGIATAN BELAJAR 2

Modul

AGRIBISNIS DAN PETANI3

DEFINISI DAN TIPE PETANI AGRIBISNIS

Mosher (1987) mengartikan petani sebagai manusia yang bekerja

memelihara tanaman dan atau hewan untuk diambil manfaatnya guna

menghasilkan pendapatan. Sedangkan menurut Departemen Pertanian Republik

Indonesia (2002), petani adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis

monokultur maupun polikultur dari komoditas tanaman pangan, hortikultura,

 peternakan, perikanan dan atau komoditas perkebunan. Berdasarkan pengertian

tersebut dapat diambil kesimpulan secara umum pengertian petani adalah

seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan usaha pertanian, baik berupa usaha pertanian di bidang tanaman pangan, hortikultura,

 perkebunan, peternakan, dan perikanan.

Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani tinggal di daerah pedesaan

dan daerah pinggiran kota. Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk kelangsungan

hidup mereka adalah di bidang pertanian. Petani sebagai besar orang desa yang

 bercocok tanam dan bertenak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruangan tertutup

di tengah-tengah kota. Hal tersebut menjadi alasan pentingnya arti lahan bagi

masyarakat perdesaan karena merupakan salah satu faktor produksi sehingga

lahan dapat menggambarkan keadaan sosial ekonomi penduduk pedesaan.

Lahan/ tanah merupakan faktor alam yang memiliki peranan sangat penting

dalam pertanian, tanah memiliki fungsi dan kedudukan yang paling utama dalam

usaha pertanian, tanah dapat dikatakan juga sebagai modal utama pertanian karena

apabila tidak ada tanah maka para petani tidak bisa menanam tanaman

Page 53: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 53/219

53

 pertaniannya. Tanah juga dapat dinyatakan berperan sebagai factor alam dan

sebagai modal utama”.

Berdasarkan luas lahan dimiliki petani, maka petani Indonesia dapat

digolongkan sebagai  peasant atau subsistence farmers dan tribal   horticultural

seperti halnya petani di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Tribal hoticultural

adalah masyarakat yang independen, bercocok tanam nomaden, dan tidak berada

di dalam hubungan asimetris dengan kesatuan politik lebih besar, sedangkan

 peasant adalah masyarakat yang hidup dalam hubungan asimetris dengan

kesatuan politik yang lebih besar, bercocok tanam dengan lahan yang sempit,

membuat keputusan sendiri tentang proses cocok tanam, dan sebagian besar

menggunakan hasil produksi pertaniannya untuk kepentingan mereka sendiri

(Wolf, 1966).

Salah satu ciri dari pertanian di Indonesia adalah pemilikan lahan yang

sempit, sehingga pengusahaan pertanian di Indonesia dicirikan oleh banyaknya

rumah tangga tani yang berusaha dalam sekala kecil. Jumlah rumah tangga

 pertanian di Indonesia didominasi oleh petani yang mempunyai lahan yang

luasnya kurang dari 0,5 hektar sedangkan BPLPP mengemukakan bahwa

karakteristik petani kecil di Indonesia ialah sebagai berikut :

1.  Petani yang pendapatannya rendah, kurang dari 240 kg beras perkapita

 pertahun

2.  Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha

3.  Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan terbatas

4.  Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.

LAHAN

Sumberdaya lahan pertanian memiliki banyak manfaat bagi manusia.

Menurut Sumaryanto dan Tahlim (2005) menyebutkan bahwa manfaat lahan

 pertanian dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama, use values atau nilai

 penggunaan dapat pula disebut sebagai  personal use values. Manfaat ini

Page 54: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 54/219

54

dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan pada

sumber daya lahan pertanian. Kedua, non use values dapat pula disebut sebagai

intrinsic values atau manfaat bawaan. Berbagai manfaat yang tercipta dengan

sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan eksploitasi dari

 pemilik lahan pertanian termasuk dalam kategori ini.

Salah satu lahan pertanian yang banyak terdapat di Indonesia khususnya

Pulau Jawa adalah lahan sawah. Lahan sawah adalah suatu tipe penggunaan lahan

yang untuk pengelolaannya memerlukan genangan air. Oleh karena itu, lahan

sawah selalu memiliki permukaan datar atau yang didatarkan dan dibatasi oleh

 pematang untuk menahan air genangan (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanah dan Agroklimat 2003).

Menurut Yoshida (1994) dan Kenkyu (1996) dalam Sumaryanto et al (2005)

 bahwa dari aspek lingkungan, keberadaan lahan pertanian memberikan lima

manfaat, yaitu: pencegahan banjir, pengendali keseimbangan tata air, pencegahan

erosi, pengurangan pencemaran lingkungan  yang berasal dari limbah rumah

tangga, dan mencegah pencemaran udara yang  berasal dari gas buangan.

Petani dan Lahan

Perubahan Lahan Pertanian

Lahan yang subur dan sesuai untuk pengembangan berbagai komoditas

 pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun karena terjadi persaingan

 penggunaan lahan antara berbagai sektor, baik sektor pertanian maupun non

 pertanian. Dalam sektor pertanian sendiri, persaingan itu telah dan masih akan

terjadi di seluruh wilayah Indonesia, terutama antara tanaman pangan dan

 perkebunan. Lahan pertanian yang subur tersebut banyak dikonversi menjadi

 perumahan, industri, dan prasaranan yang luasnya jauh lebih besar dibandingkan

dengan luas pertanian. Faktor yang menyebabkan konversi lahan pertanian ke non

 pertanian disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:

Page 55: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 55/219

55

1.  Faktor kependudukan: peningkatan jumlah penduduk telah meningkatkan

 permintaan tambah untuk perumahan, jasa industri, dan fasilitas umum

lainnya.

2. 

Faktor ekonomi : tingginya tingkat keuntungan (land rent) yang diperoleh

sektor non-pertanian dan rendahnya land rent   dari sektor pertanian itu

sendiri.

3.  Faktor sosial budaya, antara lain keberadaan hukum waris yang dapat

menyebabkan terfragmentasinya tanah pertanian sehingga tidak memenuhi

skala ekonomi usaha yang menguntungkan.

4.  Periaku myopic, yaitu mencari keuntungan jangka pendek namun kurang

memperhatikan kepentingan jangka panjang dan kepentingan nasional

secara keseluruhan.

5.  Lemahnya sistem perundang-undangan dan penegakan hukum (law

enforcement) dari peraturan-peraturan yang ada.

Konversi lahan pertanian ini berdampak sangat besar pada bidang sosial

dan ekonomi terutama petani. Sihaloho (2004) menjelaskan bahwa konversi

lahan berimplikasi atau berdampak pada perubahan struktur agraria. Perubahan-

 perubahan yang terjadi, yaitu:

1)  Perubahan pola penguasaan lahan. Pola penguasaan tanah dapat diketahui

dari pemilikan tanah dan bagaimana tanah tersebut diakses oleh orang lain.

Perubahan yang terjadi akibat adanya konversi yaitu terjadinya perubahan

 jumlah penguasaan tanah. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa petani

 pemilik berubah menjadi penggarap dan petani penggarap berubah menjadi

 buruh tani. Implikasi dari perubahan ini yaitu buruh tani sulit mendapatkan

lahan dan terjadinya prose marginalisasi.

2)  Perubahan pola penggunaan tanah. Pola penggunaan tanah dapat dari

 bagaimana masyarakat dan pihak-pihak lain memanfaatkan sumber daya

agraria tersebut. Konversi lahan menyebabkan pergeseran tenaga kerja dalam

 pemanfaatan sumber agraria, khususnya tenaga kerja wanita. Konversi lahan

mempengaruhi berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian. Selain itu,

konversi lahan menyebabkan perubahan pada pemanfaatan tanah dengan

Page 56: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 56/219

56

intensitas pertanian yang makin tinggi. Implikasi dari berlangsungnya

 perubahan ini adalah dimanfaatkannya lahan tanpa mengenal sistem “bera”,

khususnya untuk tanah sawah.

3) 

Perubahan pola hubungan agraria. Tanah yang makin terbatas menyebabkan

memudarnya sistem bagi hasil tanah “maro” menjadi “mertelu”. Demikian

 juga dengan munculnya sistem tanah baru yaitu sistem sewa dan sistem jual

gadai. Perubahan terjadi karena meningkatnya nilai tanah dan makin

terbatasnya tanah.

4)  Perubahan pola nafkah agraria. Pola nafkah dikaji berdasarkan sistem mata

 pencaharian masyarakat dari hasil-hasil produksi pertanian dibandingkan

dengan hasil non pertanian. Keterbatasan lahan dan keterdesakan ekonomi

rumah tangga menyebabkan pergeseran sumber mata pencaharian dari sektor

 pertanian ke sektor non pertanian.

5)  Perubahan sosial dan komunitas. Konversi lahan menyebabkan kemunduran

kemampuan ekonomi (pendapatan yang makin menurun).

KESEJAHTERAAN PETANI

Tingkat kesejahteraan petani adalah salah satu faktor penting dalam

 pembangunan sektor pertanian. Tingkat kesejahteraan petani menjadi perhatian

utama karena tingkat kesejahteraan petani diperkirakan makin menurun. Faktor

yang diduga menjadi penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan petani adalah

makin menyempitnya lahan yang dimiliki petani, rendahnya harga gabah pada

saat panen raya, dan naiknya beberapa faktor input produksi usaha tani.

Indikator tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari nilai tukar petani

(NTP), tingkat pendapatan, dan pengeluaran. Nilai tukar petani adalah rasio

indeks yang diterima petani dengan indeks yang dibayar petani. Secara umum

 pengertian NTP adalah sebagai berikut :

1.   NTP > 100, menyatakan bahwa petani mengalami surplus. Harga produksi

naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani tidak

Page 57: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 57/219

57

lebih besar dari pengeluarannya. Dengan demikian tingkat kesejahteraan

 petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya

2. 

 NTP = 100, menyatakan petani mengalami impas/ break even. Kenaikan/ penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan / penurunan

harga barang konsumsinya. Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani

tidak mengalami perubahan

3.   NTP < 100, menyatakan petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang

 produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang

konsumsinya. Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani pada suatu

 periode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani pada

 periode sebelumnya.

Kegunaan dari NTP sebagai berikut :

1.  Dari indeks harga yang diterima petani (It) dapat dilihat harga barang-

 barang yang dihasilkan petani. Indeks ini juga digunakan sebagai data

 penunjang dalam perhitungan pendapatan sektor pertanian

2. 

Dari kelompok konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibaway

 petani (Ib), dapat digunakan untuk melihat fluktuasi harga barang-barang

yang dikonsumsi oleh petani

3.   NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang

dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi.

Hal ini terlihat bila dibandingkan dengan kemampuan nilai tukarnya pada

tahun dasar.

Besar kecilnya kekuatan nilai tukar petani dipengaruhi oleh besar kecilnya

 proporsi pendapatan rumah tangga petani. Besar kecilnya NTP juga berkaitan erat

dengan peran pertanian dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani.

Perbedaan peran proporsi pertanian selain dipengaruhi dan terkait menurut

kelompok masyarakat, antara petani berlahan luas dan berlahan sempit dan buruh

tani, juga dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas usaha pertanian, kekuatan/

kemampuan pasar dan kebijaksanaan pemerintah.

Page 58: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 58/219

58

Selain NTP dan pendapatan, tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu

dilihat juga dari perkembangan jumlah pengeluaran petani, baik untuk kebutuhan

konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan juga

konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya,

yaitu :

1.  Memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi) demi kelangsungan hidup petani

serta keluarganya.

2.  Pengeluaran untuk budidaya pertanian yang merupakan ladang

 penghidupannya yang mencakup biaya operasional produksi dan investasi.

Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani

telah terpenuhi, dengan demikian investasi dan pembentukan barang modal

merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani. Peningkatan

 pendapatan petani merupakan kunci utama menuju peningkatan kesejahteraan

 petani. Peningkatan pendapatan antara lain dapat ditempuh melalui peningkatan

 produktivitas usahatani dan intensitas tanam disertai peningkatan akses petani ke

 pasar input  dan output  yang efisien.

Kesejahteraan petani tidak akan terwujud tanpa adanya pembangunan

 pertanian. Pembangunan tersebut merupakan suatu proses multidimensional yang

melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan

kelembagaan nasional, termasuk pula percepatan pertumbuhan ekonomi,

 pemerataan pendapatan, pengurangan pengangguran, dan pemberantasan

kemiskinan absolut dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

Persoalan mendasar yang dihadapi sektor pertanian pada saat ini

adalah pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif

dibandingkan dengan sektor lain. Usaha pertanian yang ada didominasi oleh ciri-

ciri (skala kecil, modal terbatas, teknologi sederhana, sangat dipengaruhi musim,

wilayah pasarnya lokal, umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga

sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran

tersembunyi), akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, pasar

komoditi pertanian sifatnya monopoli atau oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi

harga pada petani.

Page 59: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 59/219

59

Agar petani terlepas dari permasalahan diatas maka harus ada industri

 pengolahan dan jaminan pemasaran, sehingga petani mampu menghasilkan

 produk produk yang bernilai dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu

 peningkatan daya saing produk pertanian menjadi suatu keharusan bagi petani

agar mampu bersaing dengan produk pertanian yang lain, apalagi pada saat

sekarang dalam era perdagangan bebas persaingan produk pertanian tidak hanya

terjadi tingkat local saja akan tetapi pada tinggat internasional semenjak di

 berlakukan ACFTA (Asean-China free Trade Area).

Untuk itu petani memerlukan bantuan dan perlindungan dari berbagai pihak,

 baik pemerintah maupun swasta dalam menyelesaikan masalah tersebut. Untukmemberdayakan petani dalam posisi tawar dapat dilakukan antara lain dengan

membentuk kelembagaan yang merupakan organisasi kerja sama dan kemitraan.

Salah satu langkah strategis untuk membantu petani dalam meningkatkan daya

saing produknya dapat dilakukan melalui proses produksi dan jaminan pemasaran

melalui kemitraan atau contact farming .

KEMITRAAN KONTRAK KERJA

Colin Kirk dalam White (1990) merumuskan Contract farming  adalah suatu

cara mengatur produksi pertanian dimana para petani kecil di beri kesempatan

menyediakan produk pertanian untuk perusahaan inti sesuai dengan syarat yang

telah ditentukan dalam perjanjian (contract ). Perusahaan ini yang membeli hasil

tersebut dapat menyediakan bimbingan teknis, kredit, input produksi, serta

menangani pengolahan dan pemasaran.

Di Indonesia konsep contract   farming   dikenal dengan istilah kemitraan.

Kementerian pertanian mendefinisikan kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama

usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan

 pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan,

menguntungkan dan memperkuat. Selain itu, kemitraan dapat didefinisikan

Page 60: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 60/219

60

sebagai upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga

 pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu

tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing.

Dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa

 persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati,

saling menyadari pentingnya kemitraan, ada kesepakatan misi, visi, tujuan dan

nilai yang sama, berpijak pada landasan yang sama serta kesediaan untuk

 berkorban.

Adapun unsur-unsur kemitraan yaitu:

a. 

Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih.

 b.  Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut (equality).

c.  Adanya keterbukaan atau trust relationship antara pihak-pihak tersebut

(transparancy).

d.  Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau

memberi manfaat (mutual benefit ).

Tipe kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe

yaitu tipe disparsial dan tipe sinergis. Tipe disparsial merupakan pola hubungan

antara pelaku usaha yang satu sama sekali tidak memiliki ikatan formal yang baik.

Tipe ini dicirikan tidak ada hubungan antara organisasi fungsional diantara setiap

tingkatan usaha hulu dan hilir, jaringan agribisnis hanya hanya terikat pada

mekanisme pasar sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung. Dalam tipe

disparsial adanya ekspolitasi yang dilakukan pengusaha terhadap petani sehingga

menyebabkan posisi tawar petani untuk produk yang dihasilkan menjadi rendah.

Pihak pengusaha lebih kuat dari pihak produsen. Kesenjangan ini terjadi sebagi

akibat dari informasi tentang mutu, harga dan tekhnologi dan akses permodalan

tidak dikuasi oleh petani.

Tipe sinergis merupakan kemitraan yang berbasis pada kesadaran saling

membutuhkan dan saling mendukung pada masing-masing pihak yang bermitra.

Sinergi yang dimaksudkan saling menguntungkan dalam bentuk petani

Page 61: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 61/219

61

menyediakan lahan, tenaga kerja, sarana sedangkan pihak pengusaha

menyediakan modal, bimbingan teknis dalam hal ini tekhnologi dan sebagai

 penjamin pasar. Dalam tipe ini adanya kontrak (contract ) kerja yang disepakati

diantara pihak yang bermitra, adanya keterkaitan ini menimbulkan adanya hak

dan kewajiban dari masing-masing pihak yang harus di penuhi. Pada

kenyataannya kemitraan pertanian memang bermanfaat dalam meningkatkan

akses petani kecil ke pasar, modal dan tekhnologi serta mencegah terjadinya

diseconomics of scala.

Berdasarkan surat keputusan menteri pertanian tentang pedoman kemitraan

usaha pertanian, pola kemitraan usaha petanian yang banyak diterapkan diIndonesiaadalah sebagai berikut :

1. Pola Kemitraan Inti plasma

Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani atau kelompok mitra

sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti

menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung

dan mengolah serta memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra bertugas

memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah

disepakati. Keunggulan dari pola kemitraan inti plasma adalah terciptanya saling

ketergantungan dan saling menguntungkan, tercipta peningkatan usaha, dapat

mendorong perkembangan ekonomi.

Kelemahan :

1)  Pihak Plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga

kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancar.2)  Komitmen inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya

sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma.

3)  Belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban

komoditas plasma sehingga terkadang perusahaan inti mempermainkan

harga.

Page 62: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 62/219

62

2. Pola Kemitraan Subkontrak

Pola subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan

kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan

mitra sebagai bagian dari produksinya. Pola subkontak ditandai adanya

kesepakatan tentang kontak bersama yang mencakup; volume, harga, mutu, dan

waktu. Pola subkontrak sangat bermanfaat juga kondusif bagi terciptanya alih

teknologi, modal, keterampilan dan produktivitas serta terjaminnya pemasaran

 produk pada kelompok mitra.

Kelemahan :

1) 

Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cendrung mengisolasi produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama dalm

 penyedian bahan baku serta dalam hal pemasaran.

2)  Berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua belah pihak , perasaan

saling menguntungkan, saling memperkuat, saling menghidupi berubah

menjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi atau pembelian

 produk dengan harga rendah.

3)  Kontrol kualitas produk ketat, tetapi tetapi tidak di imbangi dengan sistem

 pembayaran yang tepat.

3. Pola Kemitraan dagang umum

Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil

 produksi, Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan

kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran

tersebut. Dalam kegiatan Agribisnis khususnya hortikultura yang tergabung dalam bentuk koperasi atau badan usaha lainya bermitra dengan toko swalayan atau

mitra usaha lainnya.

Kelemahan:

1)  Dalam praktiknya harga dan volume produksnya sering ditentukan secara

sepihak oleh pengusaha mitra sehingga merugikan kelompok mitra.

2)  Sistem perdagangan seringkali ditemukan berubah menjadi bentuk

konsinyasi.

Page 63: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 63/219

63

3)  Dalam sistem ini pembayaran barang –barang pada kelompok mitra

tertunda sehingga beban modal pemasaran produk harus ditanggung oleh

kelompok mitra.

Keunggulan :

1)  Kelompk mitra atau koperasi tani berperan sebagai pemasok kebutuhan

yang diperlukan perusahaan mitra. Sedangkan perusahaan mitra

memasarkan produk kelompok mitra ke konsumen.

2)  Keuntungan diperoleh dari margin harga dan jaminan harga produk yang

diperjualbelikan , serta kualitas produk sesuia dengan kesepakatan pihak

yang bermitra.

4. Pola Kemitraan Keagenan

Bentuk kemitraan terdiri atas pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau

 pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberi hak

khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang dan jasa perusahaan

yang dipasok oleh pengusaha besar mitra. Perusahaan besar bertanggungjawab

atas mutu dan volume produk, sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban

memasarkan produk dan jasa. Diantara pihak-pihak yang bermitra terdapat

kesepakatan tentang target yang harus dicapai dan besarnya fee atau komisi yang

diterima oleh pihak yang memasarkan produk.

Keunggulan : pola ini memungkinkan dilaksanakan oleh para pengusaha kecil

yang kurang kuat modalnya karena biasanya menggunakan sistem mirip

konsinyasi, Berbeda dengan pola dagang umum yang justru perusahaan besarlah

yang kadang-kadang lebih banyak menangguk keuntungan dan kelompok mitra

harus bermodal kuat.

Kelemahan : Usaha kecil mitra menetapkan harga produk secara sepihak sehingga

harganya menjadi tinggi di tingkat konsumen, usaha kecil sering memasarkan

 produk dari beberapa mitra usaha saja sehingga kurang mampu membaca segmen

 pasar dan tidak memenuhi target.

Page 64: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 64/219

64

5. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis

Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh

kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan,

sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal,

manajemen dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau

membudidaya suatu komoditas pertanian. Perusahaan mitra juga sering berperan

sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui

 pengolahan dan pengemasan. Pola KOA terdapat kesepakatan tentang pembagian

hasil dan resiko dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan.

Keunggulan pola KOA ini sama dengan keunggulan sistem inti-plasma, pola

KOA banyak ditemukan di desa dengan usaha rumah tangga dalam bentuk sistem

 bagi hasil. Kelemahan dari KAO adalah pengambilan untung oleh perusahaan

mitra yang menangani pemasaran dan pengolahan produk terlalu besar sehingga

dirasakan kurang adil oleh kelompok usaha kecil. Perusahaan mitra cenderung

monopsoni sehingga memperkecil keuntungan kelompok usaha mitra.

6.  Dagang Umum

Pola dagang umum merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha

 besar memasarkan produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan

yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya (Roy, 1967).

7.  Waralaba

Pola waralaba merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha menengah

atau usaha besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi merek dan

saluran distribusi perusahaan kepada usaha kecil penerima waralaba dengan

disertai bantuan dan bimbingan manajemen. Pengaturan yang terinci mengenai

kemitraan bisnis pola waralaba ini telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No 26 Tahun 1997 tentang waralaba.

Di dalam peraturan pemerintah kemitraan sendiri terdapat pengaturan khusus

tentang waralaba ini, antara lain dalam pasal 7 yang menentukan sebagai berikut :

Page 65: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 65/219

65

a.  Usaha besar dan atau usaha menengah yang bermaksud memperluas

usahanya dengan memberi waralaba, memberikan kesempatan dan

mendahulukan usaha kecil yang memiliki kemampuan untuk bertindak

sebagai penerima waralaba untuk usaha yang bersangkutan.

 b.  Perluasan usaha oleh usaha besar dan atau usaha menengah dengan cara

waralaba di kabupaten atau kotamadya Daerah Tingkat II di luar ibukota

 propinsi hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan usaha kecil.

8.  Modal Ventura

Modal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi. Pada dasarnya berbagai

macam definisi tersebut mengacu pada satu pengertian mengenai modal ventura

yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip

 pembiayaannya adalah penyertaan modal (Roy, 1967).

Meskipun prinsip dari modal ventura adalah “penyertaan” namun hal tersebut tidak

 berarti bahwa bentuk formal dari pembiayaannya selalu penyertaan. Bentuk

 pembiayaannya bisa saja obligasi atau bahkan pinjaman, namun obligasi atau

 pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa karena mempunyai

sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat pengembalian dan balas jasa

yang lebih lunak.

Tujuan Kemitraan

1)  Tujuan dari aspek ekonomi

.  Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat;

.  Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan;

2)  Tujuan dari aspek sosial dan sudaya

Kemitraan usaha pada dasarnya dirancang sebagai bagian dari upaya

 pemberdayaan usaha kecil melalui peran serta pengusaha besar. Oleh

karena itu, sebagai wujud tanggung jawab sosial pengusaha besar dapat

memberikan pembinaan dan bimbingan kepada pengusaha kecil, dengan

Page 66: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 66/219

66

 pembinaan dan bimbingan yang terus menerus diharapkan pengusaha kecil

dapt tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yng tangguh dan

mandiri.

3)  Tujuan dari aspek teknologi

Dengan kemitraan diharapkan pengusaha besar dapat memberikan

 bimbingan teknologi yang berhubungan dengan teknik berproduksi dengan

tujuan peningkatan produktivitasa dan efisiensi usaha kecil

4)  Tujuan dari aspek manajemen

Pengusaha kecil umumnya memiliki tingkat manajemen usaha rendah.

Melalui kemitraan usaha diharapkan ada pembenahan manajemen,

 peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pemantapan organisasi.

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Agribisnis dan Petani, coba Anda

uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Jelaskan hubungan antara NTP terhadap kesejahteraan petani.

2.  Jelaskan hubungan antara petani dan sumberdaya lahan.

3.  Sejauh manakah pengaruh kemitraan terhadap kegiatan pelaku agribisnis

di Indonesia.

4.  Strategi saja yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi

meningkatnya konversi lahan pertanian ke non pertanian.

5.  Buatlah satu contoh jenis agribisnis kemudian jelaskan pendapat anda

mengenai pola kemitraan yang paling efektif dilaksanakan di sistem

agribisnis tersebut.

Page 67: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 67/219

67

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. 

Apakah yang dimaksud dengan petani?

2.  Adakah perbedaan antara petani dengan petani agribisnis. Jika ada,

 jelaskan!

3.  Mengapa lahan menjadi salah satu faktor penting dalam kegiatan usaha

tani?

4.  Apakah pengertian dari NTP?

5.  Mengapa kesejahteraan petani menjadi salah satu tolak ukur pembangunan

nasional?

6.  Apakah yang dimaksud kemitraan kontrak kerja?

7.  Sebutkan pola kemitraan yang ada di Indonesia!

8.  Sebutkan keuntungan yang akan diperoleh masing-masing pelaku mitra

apabila mereka menjalin kemitraan!

9.  Sebutkan alasan petani melakukan konversi lahan pertanian ke non

 pertanian!

10. Apakah dampak-dampak yang akan terjadi apabila lahan pertanian

dikonversi seluruhnya menjadi pemukiman dan industri?

Page 68: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 68/219

68

Modul

AGROINDUSTRI

4

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP AGROINDUSTRI

Definisi Agroindustri

Agroindustri adalah suatu perusahaan yang mengolah bahan baku pertanian,

termasuk tanah dan tanaman serta ternak menjadi produk olahan, baik produk

antara (intermediate product) maupun produk akhir (finish product (Arifin, 2004).

Kegiatan pengolahan sangat bervariasi, mulai dari membersihkan dan  grading  

(penanganan pasca panen), industri pengolahan makanan dan minuman, industri

 biofarmaka, industri bioenergi, industri pengolahan hasil ikutan (by-product) serta

agrowisata. Austin (1981), menyatakan agroindustri adalah suatu industri yang

dalam kegiatanya memproses bahan yang berasal dari tumbuhan atau hewanmelalui pengolahan, pengawetan, perubahan fisik, perubahan kimia, pengepakan,

dan distribusi pemasaran. proses dapat dilakukan mulai dari level yang paling

rendah seperti pencucian, sortasi, dan proses yang menyebabkan perubahan kimia,

struktur, fisik, dan lain-lain.

Agroindustri dapat dikategorikan berdasarkan tingkatan bahan baku yang

diubah. Tujuan dari perubahan bentuk ini adalah untuk membuat menjadi bentuk

yang lebih berguna, meningkatkan daya simpan, mebuat bentuk yang lebih mudah

diangkut, dan meningkatkan nilai gizi. Dalam proses pengubahan bahan baku

tersebut tentu memerlukan syarat utama anatara lain modal investasi, teknologi,

dan manajerial.

Soeharjo (1990) menyatakan bahwa agroindustri umumnya memiliki kaitan

erat dengan sisi hulu (input) dan hilir (pengolahan hasil), sehingga pengertiannya

mencakup dua jenis pengolahan, yaitu :

Page 69: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 69/219

69

1.  Industri pengolahan input pertanian yang pada umumnya tidak berlokasi di

 pedesaan, padat modal, dan berskala besar. Contoh : industri pupuk dan

 pestisida.

2. 

Industri pengolahan hasil pertanian. Contoh : pengolahan pucuk teh

menjadi teh hijau atau teh hitam, pengalengan buah, pengalengan minyak

kelapa, dsb.

Menurut Soeharjo (1990), kegiatan agroindustri dapat berlangsung di tiga tempat,

yaitu :

1.  Dalam rumah tangga yang dilakukan oleh anggota rumah tangga petani

 penghasil bahan baku.

2.  Dalam bangunan yang terpisah dari tempat tinggal tetapi masih dalam satu

 pekarangan, dengan menggunakan bahan baku yang dibeli di pasar, dan

menggunakan tenaga kerja terutama dari keluarga.

3.  Dalam perusahaan kecil, sedang atau besar yang menggunakan buruh

upahan dan modal yang lebih intensif dibandingkan dengan industri rumah

tangga

Skala usaha ketiga macam industri pengolahan ini dapat diukur dari volume

 bahan baku yang diperoleh setiap hari. Teknologi yang digunakan merentang dari

yang tradisional sampai dengan yang modern, sedangkan pasarnya merentang

mulai dari pasar domestik sampai dengan pasar ekspor. Akan tetapi ketiga

agroindustri tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu menggunakan

tenaga kerja dan bahan baku yang berasal dari pedesaan dan berlaku di pedesaan.

Karakteristik bahan baku pada agroindustri terbagi tiga, antara lain musiman,

tidak tahan lama, dan banyak jenisnya (variatif) (Austin, 1981):

1.  Musiman

Bahan baku untuk agroindustri banyak terdapat pada akhir siklus produksi

tanaman/ ternak. Meskipun pasokan bahan baku biasanya tersedia hanya selama

satu atau dua periode singkat selama tahun, namun permintaan untuk

 produk relatif konstan sepanjang tahun. Hal tersebut berbeda dengan produsen non

Page 70: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 70/219

70

agroindustri seperti pabrik makanan yang harus bersaing dengan

ketidakseimbangan pasokan dan permintaan dan masalah manajemen persediaan,

 penjadwalan produksi, dan koordinasi antara pengolahan, produksi, dan pemasaran

segmen dari rantai pertanian ke konsumen.

2.  Tidak tahan lama/ mudah rusak

Berbeda dengan bahan baku yang digunakan dalam nonagroindustri, bahan baku

 pertanian agroindustri bersifat tidak tahan lama dan mudah rusak. Oleh karena itu,

 produk agroindustri membutuhkan kecepatan yang lebih besar dan perhatian dalam

menangani dan menyimpan, yang mana kegiatan ini dapat mempengaruhi kualitas

gizi makanan produk dengan mengurangi kerusakan atau kerusakan bahan baku.

 Namun, untuk pengolahan secara sederhana dapat membuat produk pertanian lebih

 bertahan lama seperti asinan buah-buahan, dendeng ikan dan daging, ikan asin,

telur asin, saos tomat, dan lain-lain.

3.  Beragam

Karakteristik terakhir dari agroindustri adalah beragamnya kuantitas dan kualitas/

nilai bahan baku. Ketidakpastian kuantitas dikarenakan perubahan cuaca atau

kerusakan tanaman atau ternak dari penyakit. Kuantitas yang beragam ini

menyebabkan terjadinya variasei nilai atau harga pokok sepanjang tahun.

Sedangkan beragamnya kualitas dikarenakan standar baku bahan baku yang sulit

dipahami, meskipun telah ada kemajuan dalan rekayasa genetik hewan dan

tumbuhan. Beragamnya bahan baku ini memberikan tekanan tambahan bagi

agroindustri dalam penjadwalan produksi dan pelaksanaan pengawasan kualitas.

PERANAN AGROINDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN

AGRIBISNIS

Dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan

 penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan

datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional

Page 71: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 71/219

71

sehingga peranan agroindustri akan semakin besar. Agroindustri memberikan

kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi suatu negara dikarenakan

oleh 4 faktor. Pertama, agroindustri adalah metode utama transformasi bahan

mentah pertanian menjadi produk akhir yang dapat dikonsumsi. Kedua,

agroindustri merupakan sektor yang banyak dilaksanakan di negara berkembang.

Ketiga, produk agroindustri menjadi produk ekspor utama bagi negara

 berkembang. Keempat, produk agroindustri memegang peranan penting bagi

 pemberian nutrisi bagi masyarakat.

Pengembangan agroindustri diarahkan agar dapat tercipta keterlibatan

yang erat antara sektor pertanian dan sektor industri yang dapat menumbuhkan

kegiatan ekonomi, khususnya di pedesaan. Pengembangan suatu usaha di

 pedesaan ditujukan untuk membantu petani dalam meningkatkan pendapatan

melalui kegiatan pengolahan, sekaligus memperluas kesempatan kerja.

Bertambahnya lapangan kerja akan menyerap angkatan kerja yang ada sehingga

dapat mengurangi pengangguran. Agrondustri sebagai sektor bisnis tidak terlepas

dari tujuan utama pelaku-pelaku usaha yaitu meningkatkan keuntungan dan nilai

tambah.

Peranan agroindustri dalam pembangunan agroindustri lebih jelasnya dapat

diuraikan sebagai berikut :

1.  Pintu masuk pertanian

Sebagian besar produk pertanian, termasuk produk subsisten, yang

diproses sampai batas tertentu. Melihat hal tersebut, sebuah negara tidak dapat

memanfaatkan sumber daya pertanian tanpa agroindustri. Sebuah survei dari praktek penggilingan beras di Thailand menunjukkan bahwa sekitar 95% beras

diproses di penggilingan pagi daripada digiling dalam rumah. Selain itu survei di

empat wilayah di Guatemala menunjukkan satu dari 1.687 rumah tangga yaitu 98%

dari keluarga mengambil jagung mereka ke pabrik untuk grinding dan kemudian

membuat jagung adonan menjadi tortilla dalam rumah. Pengolahan oleh mesin

tersebut menghemat waktu dan tenaga dan menjadi produk yang penting bagi

Page 72: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 72/219

72

konsumen. Dengan demikian, permintaan akan kebutuhan jasa pengolahan bahan

 baku pertanian semakin meningkat.

Agroindustri tidak hanya reaksioner, mereka juga menghasilkan permintaan baru/ lain ke sektor pertanian untuk output pertanian yang lebih

 banyak. Sebuah pabrik pengolahan dapat membuka peluang tanaman baru

kepada petani, dengan demikian menciptakan pendapatan tambahan. Dalam

 beberapa kasus lain bahkan banyak petani subsisten yang memasuki pasar

komersial.

Dalam program pembangunan daerah, agroindustri telah menjadi alat

 pertimbangan ekonomi untuk pengembangan infrastruktur pedesaan seperti jalan

 penghubung yang menyediakan akses ke bahan baku, instalasi listrik untuk pabrik

operasi, atau fasilitas irigasi. Agroindustri juga dapat berfungsi sebagai poin utama

 penggerakan ekonomi melalui koperasi untuk petani kecil dan masyarakat yang

terkai kegiatan pembangunan.

Hal terpenting yang perlu menjadi catatan adalah bahwa terjadinya

indusrialisasi pedesaan sangat mempengaruhi rangsangan pengembangan

agroindustri di masyarakat pedesaan. Pengembangan ini juga harus didukung oleh

 pasrtisipasi masyarakat. PBB melalui Organisasi Pengembangan Industri

(UNIDO) Expert Group menyatakan bahwa perumusan "kebijakan

dan program industrialisasi pedesaan harus melibatkan banyak

 partisipasi masyarakat agar efektif ".

Ketika agroindustri berkembang, masyarakat pada umumnya akan

meningkatkan usaha taninya. Dengan demikian kegiatan agroindustri dan pertanian

ini menyerap banyak tenaga kerja dibandingkan industri manufaktur yang

memperkerjakan kurang dari angkatan kerja. Hal ini dapat diamati di Amerika, di

mana pertanian menyerap 38% dari angkatan kerja tetapi menyumbang hanya 15%

dari produk nasional bruto (GNP), sedangkan manufaktur menyerap 15% dari

tenaga kerja kekuatan dan menyumbang 35% dari GNP. Kekuatan

agroindustridalam menggunakan sumber daya dalam negeri juga diilustrasikan

 pada hasil penelitian di Kosta Rika, yang menemukan bahwa untuk setiap 100

Page 73: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 73/219

73

colones yang terjual, agroindustri menggunakan 45,6 colones bahan baku

sedangkan nonagroindustries hanya menggunakan 12 colones.

2. 

Landasan sektor Manufaktur

Pentingnya agroindustri di sektor manufaktur negara-negara berkembang

sering tidak disadari sepenuhnya. Di sebagian besar Negara produk makanan dan

 pengolahan serat merupakan dasar dari perkembangan industri kain. Sebagai

contoh, di Amerika Tengah agroindustri menyumbang 78% dari sektor output

industri manufaktur Nikaragua di tahun 1971. Di Asia, agroindustri di Filipina

menghasilkan lebih dari 60% dari nilai tambah industri manufaktur di tahun 1960

dan 1973.

Agroindustri sangat penting bagi negara dengan pendapatan rendah

dibandingkan negara industri maju. Tahap awal industrialisasi dapat terlihat dari

 pemberdayaan sumber daya alam suatu negara. Meskipun sektor manufaktur

sedikit sekali berperan terhadap pengembangan industri, namun tidak pada

agroindustri. Semakin banyak jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan

 pertumbuhan industri makanan dan minuman olahan. Oleh karena itu, seiring

dengan perkembangan permintaan konsumen, perusahaan manufaktur untuk

agroindustri seperti mesin pertanian, mesin pengolahan akan ikut meningkat. Dan

lebih jauh, perkembangan agroindustri dalam sektor manufaktur dapat

meningkatkan kapasitas lapangan pekerjaan

3.  Penggerak Ekspor

Pada negara berkembang sumber daya alam merupakan hal yang paling

 penting dalam mempengaruhi kegiatan pertanian. Hasil pertanian tersebut terbukti

memiliki permintaan internasional yang tinggi karena kapasitas produksi sering

melebihi kebutuhan konsumsi lokal. Berdasarkan hal ini, hasil pertanian tersebut

memiliki peluang untuk diekspor. Oleh karena itu sebuah negara harus mampu

mengolah bahan baku menjadi bentuk yang sesuai untuk ekspor. Nilai tambah

ekspor produk agroindustri cenderung lebih tinggi dibandingkan produk

manufaktur lain karena ekspor produk lain tersebut masih bergantung pada

komponen impor. Ekspor produk agroindustri dari waktu ke waktu cenderung

Page 74: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 74/219

74

meningkatkan persentase nilai tambah domestik melalui peningkatan pengolahan

 bahan baku. Misalnya; Pengolahan kapas diperluas untuk tekstil tenun dan pakaian

manufaktur, bangkai sapi yang diolah menjadi produk daging segar potong atau

 produk kalengan, biji kopi diubah menjadi produk kopi bubuk instan.

Dengan demikian kegiatan industri tidak hanya untuk peningkatah nilai

tambah saja, tetapi menciptakan produk yang spesifik, memiliki elastisitas

 pendapatan yang lebih tinggi, dan terhindar dari fluktuasi harga komoditas bahan

mentah. Fungsi dominan ekspor produsen agroindustri terbukti dari beberapa data

statistik ekspor negara-negara berkembang, dimana sebagian besar produk

ekspornya berasal dari produk agroindustri.

4.  Perbaikan nutrisi

Telah diperkirakan bahwa lebih dari satu milyar orang pada negara

 berkembang mengalami kekurangan gizi. Dengan menyediakan pendapatan dan

lapangan kerja bagi petani berpenghasilan rendah dan agroindustri dapat

memperbaiki pola makan masyarakat dan merangsang peningkatan produksi

 pangan bagi perekonomian dalam negeri. Selain itu, industri pengolahan makanan

sangat penting bagi kepastian gizi masyarakat akibat ketergantungan mereka pada

saluran makanan komersil. Proyek agroindustri dapat memiliki konsekuensi nilai

gizi yang buruk apabila tidak hati-hati dirancang, dan tidak diperiksa/ diawasi oleh

 para ahli dibidangnya untuk mencegah efek yang tidak diinginkan.

KERANGKA ANALISIS AGROINDUSTRI

Pada modul ini disajikan kerangka kerja untuk analisis proyek yang

 berdasarkan karakteristik unik agroindustri dan yang mampu menggabungkan

analisis dari laporan keuangan dan dimensi sosial ekonomi dalan agroindustri.

Kerangka ini menunjukkan agroindustri sebagai komponen dalam sistem yang

 besar, keterkaitan benih sampai dengan konsumen, dimana keterkaitan sistem ini

menciptakan saling ketergantungan yang antara tindakan dan aktor dalam sistem.

Page 75: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 75/219

75

Analisis harus melihat agroindustri sebagai bagian sistem yang besar dan bahwa

melihat kelayakan proyek tersebut dari keberhasilan seluruh multidimensi sistem.

Analisis Proyek

Karena agroindustri merupakan pusat dari rantai petanian, maka penting

untuk mnganalisis dimulai dari sumber bahan baku sampai dengan pasar untuk

 produk olahan. Oleh karena itu kerangka analisis agroindustri pada umumnya

dilakukan dengan melihat desain proyek yang berkaitan dengan pengadaan bahan

 baku, pengolahan, dan pemasaran untuk menilai kelayakan finansial, biaya sosial,

dan manfaar proyek. Dengan demikian, kerangka analisis untuk proyek

agroindustri berisi tiga komponen penting, yang terdiri atas sistem, keuangan, dan

analisis ekonomi. Namun pada modul ini akan fokus membahas komponen sistem

lebih rinci memeriksa kegiatan pengadaan, pengolahan, dan pemasarannya karena

 pada akhirnya kegiatan ini memiliki implikasi keuangan dan ekonomi.

Analisis proyek agroindustri terdiri atas empat tahapan, yaitu identifikasi,

analisis dan desain, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. 

Identifikasi

Identifikasi potensi agribisnis dilakukan dengan mengembangkan kriteria

 berdasarkan pada kelemahan dan peluang yang ada. Hal ini dapat diidentifikasi dari

hasil penelitian dan pengamatan langsung subsektor industri. Informasi

dikumpulkan pada tahap ini dapat berupa informasi tentang volume dan struktur

aliran produk, keuangan, kinerja sistem ekonomi komoditas/ produk, profik, sistem

 pemasaran, persaingan pasar, permintaan dan penawaran produk serta data umum

lainnya.

2.  Analisis Proyek dan Desain

Setelah teridentifikasi data-data yang dibutuhkan, maka proyek yang ada

harus dilakukan pemeriksaan awal dan lebih dekat untuk kebutuhan operasional

mereka, kelayakan keuangan, ekonomi, sosial, dan keinginan. Analisis proyek ini

harus mencoba untuk mendesain ulang proyek untuk mengatasi kelemahan proyek.

Page 76: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 76/219

76

3.  Implementasi

Implementasi/ pelaksanaan merupakan tindakan lanjut dari usulan di atas

kertas sebelumnya untuk kemudian dilaksanakan di lapangan. Pada tahap ini

diperlukan analis untuk memperjelas faktor-faktor manajerial pemasaran,

 pengadaan, dan kegiatan pengolahan dari agroindustri.

4.  Evaluasi

Setelah proyek dimulai, seorang analis proyek bertanggung jawab untuk

memantau kemajuan dan menemukan dan memperbaiki penyimpangan dari kinerja

 proyek. Evaluasi tersebut harus mengikuti indikator kinerja keuangan dan ekonomi.

Kinerja yang buruk disebabkan oleh masalah dalam desain proyek asli, perubahan

dalam lingkungan eksternal, atau kelemahan dalam manajemen operasi.

Pada perkembangannya kerangka analisis agroindustri ini dapat dilakukan dengan

 berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan  system thinking

(berpikir sistem) dan system dynamics (dinamika sistem).

 Systems Thinking  dan System Dinamics 

Perspektif sistem merupakan salah satu hal penting dalam proses berpikir

analitis. Hal tersebut dikarenakan pada saat memahami bagaimana sebuah sistem

 bekerja, maka kita akan dapat memfungsikan secara lebih efektif sistem tersebut.

Semakin kita memahami perilaku (behaviour)  sistem, kita akan dapat

mengantisipasi perilaku tersebut dan menggunakan sistem untuk dimanfaatkan

dalam kehidupan kita.

Systems thinking   merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menjelaskan hubungan sebab akibat, bagaimana sebuah sistem dapat berjalan dan

 bagaimana sistem tersebut bereaksi terhadap perubahan (Sterman, 2000). Sistem

tersebut kemudian membentuk suatu struktur umpan balik yang menyatakan

Page 77: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 77/219

77

hubungan sebab akibat variabel-variabel yang melingkar, bukan menyatakan

hubungan karena adanya korelasi-korelasi statistik.

Metodologi  systems thinking   secara umum berkembang berdasarkanmetodologi  system dynamics  yang diperkenalkan oleh Jay Forrester di

Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1950’an. Secara umum,

 pemodelan dengan systems thinking   ini dapat diaplikasikan dengan tujuan-tujuan

sebagai berikut :

a.  Membuat sistem baru

 b.  Merancang ulang atau mengembangkan sistem yang sudah ada

c. 

Memprediksi perilaku sistem yang kompleks dibawah situasi yang

 beragam

d.  Pengembangan strategi dan uji coba

e.  Skenario pemodelan dan uji coba

Menurut Maani and Cavana, 2007 metode  system thinking   dan proses

 pemodelan dapat dilakukan melalui lima tahap, yaitu

1.  Membuat struktur permasalahan, yang terdiri atas :

Mengidentifikasi masalah atau isu penting manajemen dan

 stakeholder  

-  Mengumpulkan informasi dan data pendahuluan

-  Mengadakan diskusi untuk membuat struktur masalah

2.  Pemodelan diagram sebab akibat (Causal Loop Modelling),  yang terdiri

atas :

-  Mengidentifikasi variabel utama

Membuat grafik perilaku dari waktu ke waktu  (Behaviour OverTime) 

-  Mengembangkan diagram sebab akibat

-  Analisis diagram BOT dan indentifikasi tipe diagram BOT

-  Identifikasi system archetypes 

-  Identifikasi key leverage points 

-  Membangun strategi intervensi

Page 78: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 78/219

78

3.  Pemodelan Dinamika (Dynamic Modelling), terdiri atas:

-  Mengembangkan gambaran sistem

-  Mendefinisikan tipe variabel dan membangun diagram stock-flow 

Mengumpulkan informasi dan data detil

-  Mengembangkan model simulasi

-  Simulasi kondisi stabilitas

-  Membuat perilaku model dasar (base case) 

-  Validasi model

-  Uji analisis sensitivitas

-  Desain dan analisis kebijakan

Mengembangkan model strategi

4.  Perencanaan dan pemodelan skenario, terdiri atas tahapan sebagai berikut :

-  Merencanakan skenario umum

-  Identifikasi variabel peubah dan variabel tidak pasti

-  Membangun skenario

-  Simulasi skenario dengan model

-  Evalusi kekuatan kebijakan dan strategi

5. 

Pelaksanaan dan pembelajaran organisasi, erdiri atas tahapan sebagai

 berikut :

-  Mempersiapkan laporan dan presentasi kepada tim manajemen

-  Mengkomunikasikan hasil dan mengusulkan masukan kepada

 stakeholder  

-  Mengembangkkan pembelajaran berdasarkan model simulasi

-  Memeriksa model mental dan memfasilitasi pembelajaran organisasi

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Agroindustri , coba Anda uraikan

 pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Jelaskan bagaimana peranan agroindustri terhadap pembangunan nasional

2.  Jelaskan karakteristik agroindustri di Indonesia

3.  Jelaskan pengaruh agroindustri bagi masing-masing pelaku subsistem

agribisnis

Page 79: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 79/219

79

4.  Buatlah suatu strategi pengembangan suatu agroindustri yang berwawasan

lingkungan (jenis agroindustri ditentukan sendiri, misal tempe, tahu, dsb)

5.  Jelaskan karakteristik bahan baku agroindustri.

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1.  Apakah definisi dari agroindustri?

2.  Sebutkan ruang lingkup agroindustri?

3.  Sebutkan syarat-syarat yang diperlukan dalam proses kegiatan agroindustri?

4. 

Mengapa kegiatan agroindustri perlu dikembangkan?

5.  Adakah efek negatif perkembangan agroindustri terhadap kegiatan usaha

tani? Jika ada, sebutkan.

6.  Bagamanakah kedudukan produk-produk agroindustri Indonesia di dunia

saat ini.

7.  Apakah yang dimaksud dengan analisis proyek?

8.  Apakah yang dimaksud dengan kerangka analisis agroindustri?

9. 

Bagaimana proses pembuatan suatu kerangka analisis agroindustri?

10. Bagaimanakah peranan pemerintah terhadap agroindustri yang ada di

Indoensia

Page 80: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 80/219

80

KEGIATAN BELAJAR 3

Modul

PEMASARAN AGRIBISNIS5

Peranan Pemasaran Dalam Sistem Agribisnis

Sebelum mengetahui lebih dalam mengenai pemasaran dalam sistem

agribisnis, akan lebih baik jika kita memahami pengertian pasar, pemasar, dan

 pemasaran pertanian. Pasar pertanian adalah tempat dimana terdapat interaksi

anatara kekuatan penawaran dan permintaan produk pertanian dan terjadi

kesepakatan yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan (Kotler, 1997).

Kesepakatan tersebut da[at berupa kesepakatan harga, cara pembayaran, cara

 pengiriman, tempat pengambilan atau penerimaan produk, dll. Jika didasarkan pada konsep agribisnis, maka pasar pertanian terdiri atas pasar input dan alat-alat

 pertanian, pasar produk pertanian, dan pasar produk industri pengolahan hasil

 pertanian atau pasar produk agroindustri.

Pemasar pertanian dapat diartikan sebagai seseorang yang mencari barang

input dan output serta jasa pada bidang pertanian dengan menwarkan sesuatu yang

 bernilai sebagai imbalannya. Sedangkan yang dimaksud pemasaran pertanian

adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari

 barang atau jasa yang ditujukan untuk memeberi kepuasan dari barang atau jasa

yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik

input maupun produk pertanian (Kotler, 1997).

Pengertian Pasar, Pemasar, dan Pemasaran Agribisnis

Pasar agribisnis adalah tempat dimana terdapat interaksi antara penawaran

dan permintaan produk (barang dan/ atau jasa) di bidang agribisnis, terjadi

Page 81: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 81/219

81

kesepakatan harga, jumlah, spesifikasi produk, cara pengiriman, penerimaan,

 pembayaran, dan tempat terjadi perpindahan kepemilikan barang atau jasa di

 bidang agribisnis, dll (Kotler, 1997).

Pemasar agribisnis didefinisikan sebagai seseorang yang mencari barang

atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang

agribisnis. Sedangkan pemasaran agribisnis merupakan kegiatan yang terdiri atas

 pemasaran input dan alat-alat pertanian, pemasaran produk pertanian, dan

 pemasaran produk agroindustri serta pemasaran jasa-jasa pendukung agribisnis

(Kotler, 1997).

Pemasaran Agribisnis Sebagai Ilmu dan Seni 

Untuk menelaah atau menganalisa agar aliran barang atau jasa dari produsen

ke tangan konsumen akhir dapat berjalan dengan baik, efisien, dan efektif, maka

lahirlah ilmu pemasaran yang mencakup konsep-konsep dan teori-teori dasar

 pemasaran dan manajemen pemasaran. pemasaran agribisnis sebagai suatu ilmu

merupakan kumpulan pengetahuan dan pengalaman praktis di bidang pemasaran

agribisnis yang disusun secara sistematis dan dapat diterima sebagai kebenaran

yang sifatnya universal. Sedangkan pemasaran sebagai seni mendorong aplikasi

 praktis dari teori-teori dan konsep-konsep pemasaran agribisnis, serta timbulnya

dorongan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan hasil intuisi,

rasa, keyakinan, dan kreativitas dalam seluruh rangkaian kegiatan dalam

 pemasaran agribisnis.

Kegiatan dalam pemasaran agribisnis ini merupakan suatu kegiatan yang

 produktif karena kegiatan ini menciptakan kegunaan barang dan jasa, meliputi

kegunaan bentuk, tempat, waktu, dan pemilikan.

Dalam pelaksanaanya, sistem pemasaran mencakup banyak lembaga, baik yang

 berorientasi laba maupun nirlaba, baik yang terlibat dan terkait langsung maupun

tidak dengan operasi sistem pemasaran pertanian. Sistem pemasaran yang

kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam upaya

memaksimumkan kepuasan konsumen, pilihan konsumen, dan mutu hidup

masyarakat.

Page 82: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 82/219

82

1.  Memaksimumkan tingkat konsumsi

Sistem pemasaran memiliki sasaran dan berusaha untuk memaksimumkan

tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai jenis produk yang dipasarkan.

Upaya ini menjadi salah satu sasaran karena dengan tingkat konsumsi masyarakat

yang tinggi akan berimplikasi kepada peningkatan volume penjualan dan pada

gilirannya akan merangsang peningkatan volume produksi. Memaksimumkan

tingkat konsumsi akan memaksimumkan pula tingkat produksi, kesempatan kerja,

kesempatan berusaha, kesejahteraan, dan mutu hidup masyarakat. Tingkat

 produksi yang tinggi akan berpengaruh positif kepada pertumbuhan dan

 perkembangan ekonomi secara makro dan selanjutnya akan memperbaiki kualitas

hidup masyarakat, meningkatkan daya beli potensial, dan merangsang

 peningkatan investasi pada sektor-sektor produktif, baik di bidang pertanian

maupun di bidang lainnya yang terkait.

2.  Memaksimumkan kepuasan konsumen

Kepuasan konsumen menjadi sasaran dari semua kegiatan dalam sistem

 pemasaran suatu produk. Kepuasan tersebut didapatkan jika seseorang

mengkonsumsi atau menggunakan barang dengan tingkat kepuasan marjinal lebih

tinggi atau sama dengan biaya marjinal yang dikeluarkan untuk memperoleh

 barang tersebut. Pengukuran kedua variabel tersebut mencakup ukuran rasio

kuantitatif dan/ atau rasio kualitatif. Namun, pada kenyataannya pengukuran

tingkat kepuasan secara absolut sangat sulit dilakukan dikarenakan hal –hal

sebagai berikut :

-  Belum ditemukan metode yang handal untuk mengukur tingkat kepuasan

total secara absolut yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi suatu jenis produk

-  Tingkat kepuasan konsumen tidak hanya tergantung pada keunggulan sifat-

sifat dan karakteristik produk yang memberikan dampak positif kepada

konsumennya, tetapi juga hal-hal yang memberikan dampak negatif, baik

kepada diri konsumen maupun lingkungannya

-  Karakteristik dan ukuran kepuasan konsumen dapat berbeda-beda, baik

antarwaktu, antarlokasi, tingkat sosial, dan kebiasaan

Page 83: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 83/219

83

3.  Memaksimumkan pilihan

Pilihan konsumen dapat menjadi maksimum jika tersedia banyak jenis barang

dengan karakteristik yang berbeda-beda. Produsen biasanya memerlukan biaya

 produk dengan skala produksi yang relatif kecil-kecil. Selain itu dengan

memproduksi banyak jenis akan meningkatkan biaya pengelolaan persediaan. Hal

tersebut juga memberikan efek kepada lembaga pemasaran untuk mengeluarkan

 biaya yang relatif besar untuk menyediakan atau memasarkan lebih banyak

 produk dibandingkan dengan jenis produk yang lebih sedikit.

Biaya yang dikeluarkan oleh produsen dan lembaga pemasaran ini akan

mempengaruhi tingginya harga pokok dan harga penjualan. Hal tersebut

kemudian berpengaruh pada pengurangan tingkat konsumsi dan pendapatan nyata

konsumen. Dari segi konsumen, keberadaan lebih banyak jenis barang tidak akan

meningkatkan pilihan nyata konsumen dan tidak semua konsumen memberikan

tanggapan positif dan justru membuat konsumen semakin bingung dalam

memilih.

Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu sistem yang kompleks. Proses

sistem tersebut harus dapat mempertemukan antara kepentingan dan kebutuhan

 produsen dan konsumen, dimana seringkali kepentingan tersebut saling

 bertentangan. Kompleksitas sistem pemasaran pertanian dan masalah-masalah

yang dihadapi dalam kegiatan pemasaran pertanian menuntun para analis yang

akan atau sedang menelaah dimensi-dimensi yang ada dalam sistem pemasaran

tersebut, baik secara parsial maupun seluruh dimensi yang dapat teridentifikasi.

Kerangka analisis tersebut dimulai dengan menentukan suatu pendekatan yang

akan menjadi acuan dalam merancang model analisis. Beberapa pendekatan dalam

studi dan analisis pemasaran antara lain adalah pendekatan fungsional, pedekatankelembagaan, pendekatan produk/ komoditas, pendekatan manajerial, dan

 pendekatan sistem.

1.  Pendekatan Fungsional

Pendekatan fungsional digunakan untuk menelaah dan menganalisis

kegiata-kegiatan fungsional yang akan dilakukan oleh setiap pelaku dalam

 proses pemasaran suatu komoditas. Analisis fungsi-fungsi tersebut sangat

Page 84: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 84/219

84

 berguna dalam perencanaan biaya pemasaran dan nilai produk yang akan

dibayar oleh konsumen akhir.

2.  Pendekatan Kelembagaan

Pendekatan kelembagaan berguna untuk menjawab mengenai siapa yang

akan melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses pemasaran suatu

 produk secara efektif dan efisien.

3.  Pendekatan Produk

Pendekatan produk memfokuskan kepada bagaimana produk tersebut

dapat menjadi mudah dan murah untuk diterima dan digunakan oleh

konsumen dan/ atau diperoleh.

4. 

Pendekatan Manajerial

Pendekatan manajerial memfokuskan pada kerangka analisis berdasarkan

fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan,

 pengorganisasian, pengawasan, dan evaluasi. Tujuannya adalah membuat

seluruh kegiatan pemasaran, baik secara parsial maupun keseluruhan

menjadi produktif, efektif, dan efisien.

5.  Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem memfokuskan untuk melihat secara mendalam dan

memproyeksi tingkat keberhasilan masing-masing begian, mengevaluasi

kerangka tindakan dan kebijakan umum serta menyusun rencama operasi

secara detil.

SALURAN PEMASARAN AGRIBISNIS

Saluran pemasaran merupakan saluran yang digunakan oleh produsen untukmenyalurkan produk dari produsen sampai ke konsumen akhir. Menurut panjang

 pendeknya, saluran pemasaran dapat dibagi menjadi tiga kempok sebagai

 berikut :

1.  Penyaluran Langsung

Penyaluran Langsung merupakan saluran pemasaran yang paling pendek

dimana produk diantar dari produsen langsung ke konsumen.

Page 85: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 85/219

85

Contohnya adalah sayuran atau buah-buahan yang baru dipetik dijual di

 pinggir jalan.

2. 

Penyaluran Semi-Langsung

Penyaluran Semi-Langsung yaitu saluran pemasaran yang melewati satu

 perantara baru ke konsumen. Contohnyaadalah asil panen sayur yang dijual

oleh petani kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul

menjual langsung ke konsumen.

3.  Penyaluran Tidak Langsung

Penyaluran Tidak Langsung yaitu saluran pemasaran yang menggunakan

dua atau lebih perantara baru kemudian sampai ke konsumen.

Contohnya adalah buahan yang dijual ke pedagang pengumpul kemudian

diolah menjadi minuman oleh pabrik baru kemudian dipasarkan oleh

 pengecer dan dibeli oleh konsumen.Contoh saluran pemasaran agribisnis

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7. Saluran Pemasaran Agribisnis (Kotler, 1997)

Produsen

Retail

Grosir Retail

Grosir Agen Retail

Konsumen

Saluran 1

tingkat

(PRK)

Saluran 2

tingkat

(PGRK)

Saluran 3

tingkat

(PGRAK)

Page 86: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 86/219

86

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran

adalah:

1. 

Sifat Barang

Misalnya barang cepat rusak seperti: sayuran, susu, dan daging maka

saluran yang dipilih adalah  langsung. Begitu juga surat kabar, harus cepat

sampai di tangan konsumen.

2.  Sifat Penyebaran Barang

Untuk barang harus tersedia di tempat di manapun dan mudah dicari seperti:

rokok, korek api, obat-obatan produsen cenderung menggunakan saluran

distribusi yang panjang.

3.  Alternatif Biaya

Adanya pertimbangan biaya dalam menetapkan saluran distribusi

menyebabkan saluran distribusi yang panjang akan menimbulkan biaya

 besar sehingga harga jual menjadi lebih tinggi dan kelancaran penjualan

 barang terganggu.

4.  Modal

Setiap usaha selalu memerlukan modal atau dana untuk beroperasi, begitu

 pula halnya untuk saluran pemasaran. Bila modal kita cukup besar, maka

saluran distribusi juga akan semakin kompleks karena produsen akan

membawa barangnya ke pelosok wilayah.

5.  Tingkat Keuntungan

Tergantung dari mata rantai penyaluran barang, semakin panjang mata

rantainya akan menyebabkan harga di konsumen tinggi. Hal itu berarti

kelancaran penjualan akan tersendat/ terganggu sehingga semakin

keuntungan menjadi berkurang.

Seluran pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran sangat beragam,

salah satunya dapat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga pemasaran yang

Page 87: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 87/219

87

terlibat dalam proses penyampaian produk dari konsumen ke konsumen

yang membentuk jaringan pemasaran.

Lembaga pemasaran  merupakan badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke

konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu

lainnya. Lembaga pemasaran muncul karena adanya keinginan konsumen untuk

memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu (time utility), tempat ( place

utility), dan bentuk ( form utility).

Lembaga pemasaran bertugas untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran

serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Imbalan yang

diterima lembaga pemasaran dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran adalah

margin pemasaran (yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan).

Macam-macam lembaga pemasaran:

1.  Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan, lembaga

 pemasaran dapat dibedakan menjadi tigayaitu:

•  Lembaga yang tidak memiliki komoditi, tetapi menguasai komoditi,

seperti agen dan perantara, makelar (broker, selling broker, dan buying

broker )

•  Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi yang

dipasarkan, seperti: pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan

importir.

• 

Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi yangdipasarkan, seperti perusahaan-perusahaan yang menyediakan fasilitas

transportasi, auransi pemasaran, dan perusahaan yang menentukan

kualitas produk pertanian ( surveyor ).

Page 88: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 88/219

88

2.  Berdasarkan keterlibatan dalam proses pemasaran, yaitu:

•  Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung

 berhubungan dengan petani. Tengkulak melakukan transaksi dengan

 petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.

•  Pedagang pengumpul, yaitu lembaga pemasaran yang menjual komoditi

yang dibeli dari beberapa tengkulak dari petani. Peranan pedagang

 pengumpul adalah mengumpulkan komoditi yang dibeli tengkulak dari

 petani-petani, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran

seperti pengangkutan.

•  Pedagang besar, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan fungsi-fungsi

 pemasaran maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul

 perlu dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasaran yang disebut

 pedagang besar. Pedagang besar juga melaksanakan fungsi distribusi

komoditi kepada agen dan pedagang pengecer

•  Agen penjual, bertugas dalam proses distribusi komoditi yang

dipasarkan, dengan membeli komoditi dari pedagang besar dalam

 jumlah besar dengan harga yang realtif lebih murah.

•  Pengecer (retailers), merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan

langsung dengan konsumen. Pengecer merupakan ujung tombak dari

suatu proses produksi yang bersifat komersil. Artinya kelanjutan proses

 produksi yang dilakukan oleh produsen dan lemabaga-lembaga

 pemasaran sangat tergantung dengan aktivitas pengecer dalam menjual

 produk ke konsumen. Oleh sebab itu tidak jarang suatu perusahaan

menguasai proses produksi sampai ke pengecer.

3.  Berdasarkan lembaga-lembaga pemasarann tersebut, saluran pemasaran

agribisnis yang dapat terbentuk adalah :

• Produsen berhubungan langsung dengan konsumen akhir

Page 89: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 89/219

89

• Produsen – tengkulak – pedagang pengumpul – pedagang besar – pengecer

 – konsumen akhir

• Produsen – tengkulak – pedagang besar – pengecer – konsumen akhir

• Produsen – pedagang pengumpul – pedagang besar – pengecer –

konsumen akhir

• Dll

Hubungan antar lembaga-lembaga tersebut akan membentuk pola-pola pemasaran

yang khusus yang sering disebut sistem pemasaran.

FUNGSI DAN BAURAN PEMASARAN

Fungsi Pemasaran

Proses penyaluran bantan dan/ atau jasa dari produsen ke konsumen akhir

memerlukan berbagai kegiatan fungsional pemasaran yang ditujukan untuk

memperlancar proses penyaluran barang dan/ atau jasa secara efektif dan efisien

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kegiatan fungsional

tersebut disebut fungsi-fungsi pemasaran dan fungsi tersebut dilakukan oleh

lembaga-lembaga pemasaran suatu komoditas, yang membentuk rantai

 pemasaran/ sistem pemasaran.

Fungsi pemasaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan fungsional

yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik aktivitas proes fisik

maupun jasa yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen

sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya melalui penciptaan atau penambahan

kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan kepemilikan terhadap suatu produk.

Klasifikasi fungsi-fungsi pemasaran agribisnis adalah sebagai berikut (Sa’id,

2001) :

1.  Fungsi pertukaran (owner equity), meliputi semua kegiatan yang

 berhubungan dengan pemindahan hak milik suatu barang dan/ atau jasa

melalui suatu proses pertukaran. Fungsi pertukaran terdiri atas dua fungsi

yaitu, usaha pembelian dan usaha penjualan.

Page 90: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 90/219

90

-  Fungsi pembelian (diperlukan untuk memiliki barang untuk konsumsi dan

 produksi sehingga kita mencari sumber-sumber penawaran agar barang

tetap sedia). Usaha pembelian dilakukan oleh pedagang perantara yakni

 pedagang besar, pengumpul atau pengecer untuk dijual kembali dan oleh

 produsen dijadikan bahan baku atau masukan dalam proses produksi.

Contohnya adalah input-input   dan alat-alat pertanian yang dibeli oleh

 petani, pembelian hasil pertanian oleh industri pengolahan, dan pembelian

 produk setengah jadi oleh industri untuk siolah lebih lanjut menjadi

 produk jadi.

-  Fungsi penjualan (diperlukan untuk mencari tempat dan waktu yang tepat

untuk memasarkan barang). Sama dengan fungsi pembelian, fungsi

 penjualan ini dilakukan oleh pedagang perantara yakni pedagang besar,

 pengumpul atau pengece. Selain menemukan kebutuhan konsumen dan

memberikan pelayanan sebaik-baiknya, fungsi penjualan berperan untuk

menemukan permintaan potensial bagi produknya dan berusaha mengubah

 permintaan potensial tersebut menjadi permintaan nyata melalui kegiatan

 promosi dan periklanan.

2.  Fungsi fisik, merupakan semua tindakan yang dilakukan terhadap barang

sehingga memperoleh kegunaan karena tempat, waktu, dan bentuk. Fungsi-

fungsi tersebut meliputi :

a.  Fungsi penyimpanan yaitu, bagaimana menjaga barang dari mulai

 panen hingga penjualan.

Fungsi penyimpanan berupaya mengatur dan mengontrol persediaanuntuk kebutuhan selama periode tertentu. Fungsi ini menangani produk

 berupa masukan (bahan baku) untuk suatu kegiatan produksi dan

menangani keluaran berupa produk hasil kegiatan produksi.

 b.  Fungsi pengangkutan

Fungsi pengangkutan mempunyai peran dalam proses pemasaran suatu

komoditas, terutama dalam memperlancar perpindahan produk dari

Page 91: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 91/219

91

lokasi peroduksi sampai ke lokasi konsumen akhir. Fungsi ini semakin

 penting dengan semakin jauhnya jarak antara lokasi produksi dengan

lokasi konsumen akhir atau pengguna.

c.  Fungsi pengolahan

Fungsi ini adalah usaha menambah kegunaan bentuk kepada input -input  

 pertanian menjadi produk pertanian yang mengalir dalam sistem

 pemasaran pertanian.

2.  Fungsi fasilitas pemasaran yaitu kegiatan yang menolong sistem pemasaran

untuk mengoperasi lebih lancar. Fungsi fasilitas dalam sistem pemasara

meliputi standarisasi dan penggolongan mutu, pembiayaan, penanggungan

risiko, dan penyediaan informasi pasar. Bahkan ada pula yang menambahkan

 beberapa fungsi fasilitas yang lain seperti penelitian pasar, penelitian dan

 pengembangan produk, pengembangan dan perluasan permintaan, serta

 pengepakan dan pengemasan.

a.  Fungsi Standarisasi dan Penggolongan Mutu

Standarisasi dan penggolongan mutu memegang peranan penting

dalam sistem pemasaran dimana dengan adanya hal ini, para pembeli,

 penjual dan lembaga pemasaran lainnya memiliki kesamaan bahasa

mengenai ukuran suatu tingkat mutu produk sehingga dapat

mempermudah proses pertukaran dimanapun pelaku berada.

 b. 

Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan memegang peranan dalam perencanaan pembiayaan,

 pelaksanaan pembiayaan, pengawasan pembiayaan, pengevaluasian

 pembiayaan, dan pengendalian pembiayaan.

c.  Fungsi Penanggung Risiko

d.  Fungsi Penyediaan Informasi Pemasaran

Page 92: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 92/219

92

Fungsi ini memegang peranan dalam melancarkan proses operasi

 pemasaran, memperbaiki tingkat efisiensi proses pemasaran, dan

membantu dalam pengambilan keputusan.

e.  Fungsi Penelitian Pemasaran

Fungsi ini berperan menghubungkan konsumen pelanggan, dan

masyarakat kepada pemasar melalui informasi, dimana informasi

tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan

kesempatan-kesempatan pemasaran sehingga pemasar dapat

meningkatkan dapat meningkatkan kegiatan pemasarannya,

menyaring, memonitorm dan mengevaluasi kegiatan pemasarannya

serta membangun pengertian dan menanamkan pemahaman tentang

 pemasaran sebagai suatu proses.

Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran (marketing mix) menurut Marketing Management (1997)

merupakan kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikanyang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai tujuan pemasaran dalam

 pasar sasaran. Menurut Kotler (1997), bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat

 pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau

target pasar yang dituju. Selanjutnya bauran pemasaran juga didefinisikan sebagai

kombinasi 4 variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran

yaitu produk, harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi (Stanton, 1978).

Terdapat banyak alat pemasaran, namun McCarthy membagi unsur bauran

 pemasaran menjadi 4 faktor yang disebut 4P, yaitu  Product, Price, Place, dan

 Promotion. Secara singkat bauran pemsaran tersebut dapat dijelaskan sebagai

 berkut :

1.  Product (produk) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada

masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Produk dapat

terdiri dari barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan.

Page 93: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 93/219

93

2.  Price (harga), yaitu sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli

 produk atau mengganti hak milik produk.

3.  Place (tempat), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk

yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran.

4.  Promotion (promosi), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk

mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran.

Variabel promosi meliputi antara lain promosi penjualan, periklanan,

target penjualan, hubungan masyarakat, and pemasaran langsung.

Variabel promosi atau yang lazim disebut bauran komunikasi pemasaran

(Koter, 1997):

a)  Periklanan, yaitu semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi

ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat

 bayaran.

 b)  Promosi penjualan, yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong

keinginan mencoba atau pembelian produk dan jasa.

c)  Hubungan Masyarakat and publisitas, yaitu berbagai program yang

dirancang untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra

 perusahaan atau produk individual yang dihasilkan.

d)   Personal selling , yaitu interaksi langsung antara satu atau lebih calon

 pembeli dengan tujuan melakukan penjualan.

e)  Pemasaran langsung, yaitu melakukan komunikasi pemasaran secara

langsung untuk mendapatkan respon dari pelanggan dan calon

tertentu, yang dapat dilakukan dengan menggunakan surat, telepon,

dan alat penghubung nonpersonal lain.

Page 94: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 94/219

94

Gambar 8. Bauran Pemasaran (Kotler and Amstrong (2008)

Berkaitan dengan konsep bauran pemasaran “4P” sebelumnya, Robert

Luaterborn mengatakan bahwa faktor 4P berhubungan dengan 4C (customer need

and want, cost to customer, convenience, communication)  pelanggan dan tidak

 bisa dipisahkan untuk mencapai tujuan yang masksimal.

1.  Product ! customer need and want  Produk yang dihasilkan harus melihat kebutuhan dan keinginan para

 penggunanya.

2.   Price !  Cost to Customer  

Harga selalu berhubungan dengan biaya pelanggan yang akan ditentukan.

Oleh karena itu, lembaga yang memproduksi informasi harus

mempertimbangkan keseimbangan antara informasi yang diberikan dengan

 biaya pelanggan.3.   Place !  Convience 

Tempat berhubungan dengan kemudahan keberadaan tempat pemasaran,

seperti:

a.   Lokasi gedung yang strategis dengan penempatan perabot yang tidak

mengganggu kelancaran (lay out) tugas petugas (karyawan dan

 pustakawan) serta aktivitas pengguna yang datang.

PRODUCT

-  Mutu

-  Rancangan

-   Nama merek

-  Kemasan

 pelayanan

PRICE

-  Harga tercantum

-  Potongan harga

-  Kelonggaran

-  Periode

Pembayaran

-  Batas kredit

PROMOTION

-  Periklanan

-  Penjualan personal

-  Promosi penjualan

-  Hubungan

masyarakat

PLACE

-  Saluran

-  Cakupan

-  Pilihan lokasi

-  Persediaan

Pengangkutan

Pelanggan sasaran

 posisi yang

diharapkan

Page 95: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 95/219

95

 b.  Penempatan bahan pustaka di rak-rak  filling dapat dijangkau serta

 penyajian dan sumber-sumber informasi melalui jaringan kerja

 perpustakaan untuk menjangkau masyarakat yang tidak dapat datang

ke perpustakaan.

Evolusi Faktor Bauran Pemasaran ( Marketing Mix ) 

Bauran pemasaran yang terdiri dari  product, price, place,  dan  promotion

(4P) seiring perkembangan jaman dan tuntutan pasar yang senantiasa mengalami

 perkembangan telah mengalami evolusi dan terus berkembang searah dengan

 perkembangan perilaku konsumen dan kecerdasan para ahli pemasaran. Lovelock

dan Wright (2002) mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix) menjadi

integrated service management dengan menggunakan pendekatan 8Ps, yaitu:

 product elements, place, cyberspace and time, promotion and education, price

and other user outlays, process, productivity and quality, people, and physical

evidence.

a)   Product elements  adalah semua komponen dari kinerja layanan yang

menciptakan nilai bagi pelanggan. 

 b) 

 Place, cyberspace, and time adalah keputusan manajemen mengenai kapan,

dimana, dan bagaimana menyajikan layanan yang baik kepada pelanggan. 

c)   Promotion and education  adalah semua aktivitas komunikasi dan

 perancangan insentif untuk membangun persepsi pelanggan yang

dikehendaki perusahaan atas layanan spesifik yang perusahaan berikan. 

d)   Price and other user outlays adalah pengeluaran uang, waktu, dan usaha

yang pelanggan korbankan dalam membeli dan mengkonsumi produk dan

layanan yang perusahaan tawarkan atau sajikan.

e)   Process adalah suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang

diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan yang baik kepada

 pelanggan

f)   Productivity and quality, produktivitas adalah sejauhmana efisiensi

masukan-masukan layanan ditransformasikan ke dalam hasil-hasil layanan

yang dapat menambah nilai bagi pelanggan, sedangkan kualitas adalah

Page 96: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 96/219

96

derajat suatu layanan yang dapat memuaskan pelanggan karena dapat

memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan.

g)   People  adalah pelanggan dan karyawan yang terlibat dalam kegiatan

memproduksi produk dan layanan (service production).

h)   Physical evidence  adalah perangkat-perangkat yang diperlukan dalam

menyajikan secara nyata kualitas produk dan layanan.

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Pemasaran Agribisnis, coba Anda

uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Jelaskan posisi pemasaran dalam suatu sistem agribisnis

2.  Jelaskan bagaimana permintaan dan penawaran dapat mempengaruhi harga

suatu produk

3.  Sebutkan strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

keuntungan komoditas pertanian

4.  Jelaskan fungsi-fungsi pemasaran agribisnis

5.  Jelaskan evolusi faktor bauran pemasaran agribisnis

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1.  Apakah yang dimaksud dengan pasar, pemasar, dan pemasaran agribisnis?

2.  Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya efisiensi

 pemasaran agribisnis?

3.  Apakah perbedaan antara penjualan dan pemasaran?

4.  Sebutkan peranan fungsi penyimpanan, trasnportasi, dan informasi dalam

 pemsaran agribisnis

5.  Sebutkan sifat-sifat produk pertanian.

6.  Sebutkan sifat-sifat produksi pertanian

Page 97: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 97/219

97

7.  Apa yang dimaksud dengan penyataan “pemasaran merupakan kegiatan

 produktif”

8. 

Sebutkan beberapa pendekatan studi dan analisis pemasaran pertanian

9.  Apakah yang dimaksud pendekatan sistem pemasaran

10. Bagaimanakah hubungan antara bauran pemasaran 4P dengan 4C

Page 98: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 98/219

98

ModulPERDAGANGAN BESAR

AGRIBISNIS6

Tipe Perdagangan Besar Agribisnis

Perdagangan besar adalah suatu proses untuk memfasilitasi proses

 pengangkutan barang ke pasar eceran (ritel) (Roy, 1967). Pedagang besar

merupakan operator agribisnis dalam hal pembelian, perakitan, perpindahan,

 penyimpanan, dan pendistribusian bahan pangan dan produk makanan untuk

dijual ke pengecer, industri, dan konsumen yang bertujuan memperoleh laba.

Pedagang besar sangat berperan dalam agrimarketing   food channel   disebabkan

mereka mampu memberikan pedagang eceran yang meliputi kredit, simpanan, dan

variasi.

Kredit; pedagang besar mampu memberikan pedagang ritel bermacam-macam produk dan terkadang memberikan kredit jangka pendek

-  Simpanan; dengan membeli barang yang cukup besar untuk satu produk,

 pedagang besar mendapatkan potongan harga (yangdisebut price saving )

-  Variasi; pedagang besar mampu mempertahankankeanekaragaman produk

dan meninventarisir suatu tingkatanyang tidak dapat dilakukan oleh

 pedagang ritel

Tipe perdagangan besar dikelompokan sebagai berikut :

1.   Merchant Wholesaler , merupakan pedagang yang membawa barang yang

dikuasai dan dimilikinya, membeli kemudian menjualnya.

2.   Manufacture’s sales brances, merupakn sebuah operasi perdaganga n yang

terintegrasi dengan industri atau sebuah proses. Mereka memiliki dan

mengoperasikan industri makanan dan mereka memberikan berbagai

 pelayanan yang luas.

Page 99: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 99/219

99

3.  Agen dan broker , merupakan pedagang yang membawa barang yang tidak

dimiliki dan dikuasainya, namun mereka hanya berperan sebagai perantara.

Apabila diklasifikasikan berdasarkan penggabungan antara pedagang besar

dengan pedagang ritel, maka perdagangan besar dapat dikelompokan menjadi tiga

kelompok, yaitu :

1.  Co-op wholesaling , adalah perdagangan dimana toko ritel dimiliki oleh

 padagang besar

2.  Voluntary Wholesaling , adalah perdagangan dimana toko ritel bekerja sama

dengan pedagang besar tidak dalam satu kepemilikan

3.  Unaffiliated Wholesaling , adalah perdagangan dimana antara pedagang

 besar dan pedagang ritel bekerja masing-masing (tidak ada penggabungan).

INTEGRASI DAN KOORDINASI VERTIKAL PADA

PERDAGANGAN BESAR

Konsep integrasi atau terpadu digunakan sebagai pendekatan dalam

membuat sistem atau program baru yang diharapkan akan memajukan sektor

 pertanian dengan meningkatkan efisiensi. Konsep integrasi adalah mencakup

seluruh elemen sistem agribisnis, yaitu integrasi antara subsistem usaha

 pengadaan input pertanian, subsistem usaha produksi pertanian atau usahatani

(on-farm), subsistem usaha pengolahan hasil pertanian (agroindustri), dan

subsistem usaha pemasaran (Sa’id, 2001).

Dalam membangun agribisnis terbadu terdapat tiga sistem yang dapat

digunakan yaitu integrasi vertikal, horisontal, dan gabungan keduanya.Integrasi vertikal adalah pengelolaan bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan

 berada pada satu komando keputusan manajemen untuk menghindari resiko

ekonomi. Melalui integrasi vertikal dapat dicapai efisiensi tertinggi, karena dapat

mencapai skala ekonomi (economic of   scale) dan terhindar dari masalah marjin

ganda. Contoh dari integrasi vertikal adalah pada agribisnis kedelai, dimulai dari

 pengadaan benih, pupuk, dan pestisida. Pengadaan benih unggul yang sesuai ini

mungkin dilakukan bila industri benih terintegrasi dengan kegiatan produksi

Page 100: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 100/219

100

 penangkar benih. Integrasi vertikal ditujukan untuk memberikan jaminan pasar,

 pasokan, harga, efisiensi, dan kelangsungan sistem komoditas. Menurut Gumbira-

Said (2002) integrasi vertikal hanya bisa terselenggara bila terdapat hubungan

yang saling rnenguntungkan dan saling mendukung antar para pelaku bisnis dalam

suatu sistem komoditas. Misalnya, hubungan antara plasma sebagai petani dan inti

sebagai pembeli, pengolah, dan pemasar. Menurut Porter (1980) intergrasi vertikal

memberikan manfaat sebagai berikut :

1.  Tercapainya penghematan volume hasil tertentu dalam bentuk penghematan

 biaya aktivitas produksi, penjualan, pengendalian, dan aspek lainnya secara

terpadu.

2.  Pemahaman teknologi yang lebih baik dari aktivitas hulu sampai hilir

3.  Kepastian atas pasokan dan permintaan

4.  Penghapusan kekuatan tawar menawar dan distorsi harga input

5.  Peningkatan kemampuan untuk melakukan diferensiasi produk

6.  Peningkatan daya hambat masuk dan mobilitas

7.  Posisi bisnis yang berlaba tinggi

8.  Berjaga-jaga terhadap penutupann akses kepada pemasok maupun

konsumen.

Integrasi horisontal adalah pengelolaan usaha agribisnis dengan membangun

keterpaduan atas beberapa komoditas (Sa’id, 2001). Integrasi horisontal

terselenggara apabila terdapat keterkaitan yang erat antarlini komoditas pada

tingkat usaha yang sama. Tujuan utama pembentukan integrasi horisontal adalah

meningkatkan efisiensi, mengatur jadwal tanam dan jenis komoditi sesuai dengan

 permintaan, serta memenuhi volume dan mutu produk, memperkuat posisi tawar

 produsen. Selain itu dapat membantu mengurangi risiko produksi dengan

 pengiliran tanaman, mengurangi risiko harga dengan pengaturan jadwal tanam

dan jenis komoditi, serta mengatur jumlah pasokan. Integrasi campuran

merupakan kombinasi antara vertikal dan horisontal. Contoh pelaksanaan

integrasi campuran adalah pada usaha minyak atsiri. Integrasi horisontal terjadi

 pada usaha penanaman berbagai komoditas tanaman yang mengandung minyak

atsiri. Usaha-usaha tersebut juga terintegrasi secara vertikal dengan produsen

Page 101: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 101/219

101

minyak atsiri, serta usaha pemasaran yang terlibat dalam sistem komoditas

tersebut.

Jenis-jenis Integrasi Vertikal

Integrasi vertikal terbagi manjadi dua jenis yaitu integrasi ke hulu (up

 stream) dan integrasi ke hlir (down stream) (Sa’id, 2001).. Integrasi ke hulu

adalah jenin integrasi vertikal dimana perusahaan yang terintegrasi memproduksi

sendiri input yang dibutuhkan. Sedangkan integrasi ke hilir adalah perusahaan

yang memutuskan untuk menyalurkan output yang dihasilkan kepada konsumen

melalui perusahaan yang terintegrasi dengannya. Integrasi vertikal dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1.   Full Integration

Perusahaan yang melalukan  full integration  bila perusahaan tersebut

memproduksi semua bahan baku yang dibutuhkan atau menyalurkan semua

output yang dihasilkan melalui anak perusahaan yang terintegrasi dengan

 perusahaan tersebut.

2.  Tapered Integration

Tapered integration  merupakan perpaduan antara integrasi vertikal dengan

 pertukaran pasar (market exchange). Perusahaan tidak membeli input yang

dibutuhkan dari perusahaan lain selain perusahaan yang terintegrasi

dengannya atau menyalurkan hasil produksinya sendiri dan melalui

 perusahaan lain yang tidak terintegrasi.

3.  Aliansi Strategis dan Joint Venture

Aliansi strategis merupakan penggabungan perusahaan yang bekerja sama

untuk berbagi informasi secara horisontal maupun vertikal. Aliansi horisontal

meliputi kerja sama perusahaan dalam industri yang sama sedangkan aliansi

vertikal meliputi kerja sama perusahaan pemasok input dengan perusahaan

 pembelinya.

 Joint Venture adalah bagian dari aliansi strategis dimana dua atau lebih

 perusahaan bekerja sama dan membuat sebuah perusahaan gabungan baru

yang biasanya diperasikan oleh pekerja dari perusahaan induk.

Page 102: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 102/219

102

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Perdagangan Besar Agribisnis,

coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Jelaskan metode operasi yang diterapkan oleh perdagangan besar.

2.  Gambarkan dan jelaskan secara singkat mengenai model integrasi vertikal

sistem agribisnis

3.  Apakah yang Anda ketahui mengenai integrasi horisontal?

4.  Jelaskan secara singkat perbedaan integrasi vertikal dan horisontal!

5.  Mengapa perdagangan besar berperan dalam agrimarketing   food channel. 

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1.  Apakah yang dimaksud dengan pedagang besar?

2.  Apakah yang dimaksud dengan perdagangan besar?

3.  Sebutkan macam-macam pedagang besar!

4.  Sebutkan peranan dari perdagangan besar.

5.  Sebutkan tipe-tipe perdagangan besar

6.  Sebutkan perbedaan perdagangan besar co-op, voluntary, dan unafiliated  

7.  Apakah keunggulan perdagangan besar dibandingkan perdagangan

eceran?

8.  Berikan contoh konsumen yang memakai jasa perdagangan besar.

9.  Berikan contoh produk agroindustri yang ditawarkan oleh perdagangan

 besar?

10. Sebutkan tiga jenis integrasi vertikal pada perdagangan besar.

Page 103: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 103/219

103

KEGIATAN BELAJAR 4

Modul PERDAGANGAN ECERAN

(RITEL) AGRIBISNIS7

TIPE PERDAGANGAN ECERAN : MODERN DAN

TRADISIONAL

Kotler (2007) mendefinisikan perdagangan eceran (retailing ) adalah semua

kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada

konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk bisnis. Ritel merupakan

mata rantai yang penting dari saluran distribusi yang menghubingkan keseluruhan

dari bisnis dan orang-orang yang mencakup perpindahan secara fisik dan tranfer

kepemilikan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Secara umum dapat

disimpulkan bahwa fungsi pedagang eceran ini memberikan pelayanan dan

kemudahan kepada konsumen. Fungsi pedagang eceran adalah sebagai berikut :

1.  Perantara antara distributor dengan konsumen akhir

2.  Penghimpun berbagai kategori jenis barang yang menjadi kebutuhan

konsumen

3.  Tempat rujukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan konsumen

4.  Penentu eksistensi barang dari manufaktir di pasar konsumen

Tipe Perdagangan Eceran

Organisasi-organisasi pengecer memiliki berbagai macam bentuk, mulai

dari yang paling tradisional sampai kepada pengecer bedar dan modern yang

memanfaatkan teknologi informasi. Ritel (eceran) tradisional merupakan ritel

sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas, barang yang dijual terbatas

 jenisnya. Pada sistem manajemen ritel sederhana ini memungkinkan terjadinya

Page 104: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 104/219

104

 proses tawar menawar. Contoh : pasar tradisional, pedagang kaki lima, pedagang

asongan, dan warung.

Ritel modern menawarkan tempat lebih luas, banyak jenis barang yang

dijual, manajemen lebih terkelola, harga sudah menjadi harga tetap. Ritel modern

ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut swalayan. Contoh

dari ritel modern ini adalah sebagai berikut :

1.   Minimarket , yaitu toko yang relatif kecil yang menjual barang kebutuhan

sehari-hari

2.  Convenience store, yaitu toko yang mirip minimarket dalam hal produk

yang dijual, tetapi berbeda dalam harga, jam buka, dan luas ruang serta

lokasi. Contoh : alfa mart, indomaret

3.  Specialty store, yaitu toko yang menyediakan pilihan produk yang lengkap

hingga konsumen tidak harus mencari di toko lain, keragaman produk

disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga premiun

membuat lebih unggul

4.   Factory outlet , yaitu toko yang menjual produk-produk ekspor yang masih

layak untuk dijual

5. 

Distro atau distribution outlet, yaitu toko yang menjual produk-produk yang

memiliki merek sendiri

6.  Supermarket , yaitu toko yang menjual produk-produk kebutuhan sehari-hari

dengan ukuran lebih besar dari minimarket

7.   Departemen store, yaitu toko yang berukuran sangat besar dan menjual

 produk-produk sehari-hari, rumah tangga bahkan non pangan.

Saat ini ritel tradisional mengalami penurunan konsumen karena munculnya

ritel modern. Dilihat dari harga, kenyamanan, kepraktisan, dan ritel modern

memiliki keunggulan dibandingkan ritel tradisional. Namun, ritel tradisional

masih tetap berjaya di daerah perdesaan karena ritel modern belum ada di daerah-

daerah perdesaan.

Selain tipe ritel eceran tradisional dan modern, bentuk pengecer bisa juga

diklasifikasikan berdasarkan lini produknya (Saladin, 2006) :

1.  Toko khusus ( specialy store), toko yang khusus menjual lini produk terbatas

dengan macam barang yang cukup banyak dalam lini tersebut

Page 105: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 105/219

105

2.  Toko serba ada (departement store), toko yang menjual beberapa lini

 produk

3.  Toko swalayan, toko yang cukup besar dan menyediakan seluruh kebutuhan

rumah tangga, barang-barang bahkan obat-obatan

4.  Toko kebutuhan sehari-hari (convinience store), toko yang relatif kecil yang

terletak di daerah pemukiman, menyediakan barang kebutuhan sehari-hari

5.  Super store, toko yang rata-rata memiliki ruang jual yang sangat luas dan

 bertujuan untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen akan produk

makanan dan bukan makanan yang dibeli secara rutin

6.  Toko pemberi potongan harga (discount store), toko yang memberikan

 potongan harga dalam menjual barang-barang strandar dengan harga lebih

murah dibandingkan pedagang biasa, dengan cara memperoleh marjim laba

sedikit tetapi volume penjualan besar

7.  Toko gudang adalah suatu operasi penjualan yang penjualannya dikurangi,

diberi potongan harga.

DAMPAK PEMBANGUNAN PASAR ECERAN MODERN DAN

TRADISIONAL TERHADAP PRODUK AGRIBISNIS

Dalam sistem agribisnis yang melibatkan perdagangan besar dan

 perdagangan eceran diperlukan efisisensi dalam pemasaran dan distribusi produk-

 produk agribisnis. Dalam sistem ini, para pedagang besar produk primer membeli

 produk dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani kemudian menjualnya

kembali kepada para pedagang eceran atau kepada perusahaan agribisnis. Hasil

 produk olahan dari perusahaan agribisnis ini kemudian dipasarkan dengan banyak

melibatkan para pedagang besar dan ribuan atau jutaan pedagang eceran dan

kegiatan ini menyediakan lapangan kerja, khususnya bagi pekerja informal seperti

 pedagang kaki lima, asongan, dan warung.

Pembangunan perdagangan eceran saat ini cenderung mengarah pada toko

yang makin besar. Hal tersebut menawarkan lebih banyak ruang peragaan yang

menampung lebih banyak produk. Hal ini dibuktikan poduk pangan segar dan

Page 106: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 106/219

106

olahan saat ini banyak dijual di toko serba ada dan berbagai toko swalayan.

Perusahaan pertokoan modern yang bergerak di sektor eceran ini misalnya toserba

Yogya, toserba Matahari, Toserba superindo, dan Toserba Hero. Namun, di sisi

lain dari perkembangan ini adalah mematikan pedagang-pedagang kecil dan

 pedagang di pasar tradisional. Pertokoan modern ini membentuk mata rantai

 pertokoan (chain store) yang diartikan sebagai pasar swalayan dengan di bawah

naungan satu manajemen pusat. Toko dengan jenis ini menawarkan harga yang

lebih rendah dan tanggap terhadap kebutuhan konsumen. Penggunaan alat-lat

teknologi berupa komputer atau pengamat elektronik di pintu keluar masuk, cctv

digunakan untuk memperlancar operasi. Penjaminan kenyamanan dan keamanan

saat berbelanja juga sangan diperhatikan oleh toko jenis ini, seperti disediakannya

gerobak/ keranjang belanja, satpam, ruangan AC, dan tempat yang cukup luas dan

nyaman bagi konsumen. Dampak negatif perkembangan toko modern ini

ditanggapi oleh pemerintah dengan menetapkan para pedagang ini hanya

diperbolehkan beroperasi di kota-kota besar, setingkat kotamadya/ kabupaten dan

 propinsi.

Secara umum, pembangunan perdagangan eceran baik tradisional maupun

modern ini adalah mempermudah dan memperlancar pengembangan agribisnis

dengan mempermudah subsistem pemasaran dan distribusi produk agribisnis.

Dengan semakin berkembangnya sistem perdagangan eceran terutama eceran

modern, produk agribisnis lebih bisa tersalurkan dan membuat konsumen lebih

mudah menikmati produk agribisnis.

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Perdagangan Eceran (Ritel) , coba

Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Jelaskan perbedaan perdagangan eceran tradisional dan modern

2.  Sebutkan beberapa tren yang terdapat pada perdagangan eceran

3.  Jelaskan dampak negatif akibat munculnya pedagang eceran modern

terhadap pedagang eceran tradisional.

Page 107: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 107/219

107

4.  Menurut pendapat anda, strategi seperti apakah yang efektif digunakan

untuk meningkatkan daya saing pedagang eceran tradisional terhadap

 perkembangan pedagang eceran modern.

5. 

Jelaskan manfaat dari perdagangan eceran.

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1.  Apakah definisi dari perdagangan eceran (ritel)?

2.  Sebutkan fungsi-fungsi perdagangan eceran (ritel)!

3. 

Sebutka tipe-tipe perdagangan eceran (ritel)!

4.  Berikan contoh pedagang eceran tradisional yang ada di Indonesia!

5.  Apakah yang Anda ketahui tentang specialty  store? 

6.  Sebutkan perbedaan antara supermarket  dengan departement store!

7.  Berikan contoh pedagang eceran modern yang ada di Indonesia!

8.  Sebutkan keunggulan perdagangan eceran modern?

9.  Sebutkan keunggulan perdagangan eceran tradisional?

10. 

Adakah perbedaan produk yang dijual oleh perdagangan eceran

modern dengan tradisional? Sebutkan.

Page 108: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 108/219

108

Modul

KONSUMEN AGRIBISNIS

8

TIPE DAN PROFIL KONSUMEN AGRIBISNIS

Konsumen agribisnis adalah setiap orang yang ingin memenuhi keinginan

dan kebutuhannya terhadap barang hasil-hasil pertanian. Konsumen agribisnis

terdiri dari konsumen industri dan konsumen individu/ perorangan.

1.  Konsumen industri yaitu perusahaan-perusahaan agribisnis yang membeli

 produk hasil usaha tani dari para petani untuk diolahnya menjadi barang

setengah jadi maupun barang jadi.

2.  Konsumen individu/ perorangan adalah konsumen akhir yang

mengkonsumsi produk agribisnis dalam bentuk yang mereka inginkan/

 butuhkan untuk digunakan sendiri. Misalnya membeli pakaian, sepatu, dll

Kebutuhan dari kedua kelompok konsumen tersebut sangat berbeda.

Konsumen pertama atau yang disebut dengan agroindustri, membutuhkan produk-

 produk hasil pertanian yang bermutu (berkualitas) untuk diolahnya menjadi

 barang setengah jadi dan barang jadi yang berkualitas. Sedangkan konsumen yang

kedua membutuhkan produk-produk hasil pertanian (agribisnis) yang sesuai

dengan seleranya atau keinginannya. Memuaskan kebutuhan kedua kelompok

konsumen tersebut akan produk hasil usaha tani (agribisnis) sangat penting sebab,konsumen tersebutlah yang nantinya akan mengkonsumsi produk-produk

agribisnis. 

PERMINTAAN KONSUMEN AGRIBISNIS

Teori konsumen biasanya digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan

 produk-produk yang akan dipilih oleh konsumen pada tingkat pendapatan dan

Page 109: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 109/219

109

harga tertentu. Terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk penentuan

 permintaan dan pilihan konsumen terhadap suatu barang/jasa, yaitu :

1. Pendekatan utilitas (Utility Approach);

2. Pendekatan kurva Indiveren ( Indifference Curve Approach) dan

3. Pendekatan atribut ( Atribute Approach).

E9  Teori utilitas pada perilaku konsumen ini pertama kali dikemukakan oleh

Berthan (1748 – 1833) dalam Hiesheleifer dan Glazer (1992) yang

menyatakan bahwa tujuan manusia adalah mencari kesenangan dan

menghindari penderitaan sehingga memandang segala sesuatu yang

ditawarkan kepadanya dari segi kegunaan (ulititas). Pendekatan teori utilitas

menyatakan bahwa setiap barang mempunyai dayaguna atau utilitas sebab

 barang tersebut pasti mempunyai kemampuan untuk memberikan kepuasan

kepada konsumen yang menggunakan barang tersebut. Oleh karena itu

apabila orang meminta sesuatu jenis barang, pada dasarnya yang diminta

adalah dayaguna barang tersebut.

Contoh: ada pernyataan bahwa suatu barang A memiliki kegunaan lebih

tinggi daripada barang B dan pernyataan barang A lebih disukai daripada

 barang B adalah sama. Keduanya mengarah pada barang A lebih diminati

dibandingkan barang B.

Asumsi yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan utilitas ini antara

lain:

1)  Total utility merupakan fungsi dari barang yang dikonsumsi baik

 jumlah maupun macamnya {TU = ƒ(x, y, ………..z)}.

2)  Konsumen akan memaksimalkan utilitasnya, dengan tunduk kepada

kendala anggaran.

3)  Utilitas dapat diukur secara Kardinal.

4)  Tambahan kepuasan yang diperoleh karena tambahan barang yang

dikonsumsi (marginal utility ) menurun (The Law of Diminishing

 Marginal Utility) yang dikenal dengan hukum Gossen I.

Page 110: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 110/219

110

Gaspers kemudian mengatakan bahwa kepuasan konsumen sangat

 bergantung kepada persepsi dan harapan konsumen. Adapun faktor-

faktoryang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen antara lain :

1) 

Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang

dirasakan konsumen ketika sedang mencoba melakukan transaksi

dengan produsen produk.

2)  Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan

maupun pesaing-pesaingnya.

3)  Pengalaman dari orang lain.

F9 

Pendekatan Kurva Indiferens

Pendekatan kurva indiferens menggunakan pengukuran geometris untuk

mengukur utilitas secara ordinal (ordinal utility) dalam menganalisis pilihan

konsumen dan menurunkan fungsi permintaan. Koutsoyiannis (1982),

menjelaskan tentang asumsi pada teori ini adalah :

1)  Rasionalitas konsumen.

2)  Konsumen diasumsikan dapat meranking preferensi atau dengan kata

lain dapat menentukan komoditas mana yang lebih disukainya.

3)   Marginal Rate of Subtitution (MRS) akan menurun setelah melampaui

suatu tingkat tertentu. MRS adalah jumlah barang Y yang bisa diganti

oleh satu unit barang X pada tingkat kepuasan yang sama.

4)  Utilitas total konsumen merupakan fungsi dari jumlah komoditi yang

dikonsumsi U = ƒ (q1, q2, ….qx, qy, …..qn).

5)  Konsistensi dan transitivitas pilihan : konsumen diasumsikan konsisten

atas pilihan yang dibuatnya, bila A lebih disukai daripada B, maka B

kurang disukai dibandingkan A. Jika A>B maka B<A. Karakter

transitivitas dinyatakan sebagai berikut : jika A>B dan B>C, maka

A>C.

Seorang konsumen akan memilih sekelompok barang yang dapat

memaksimumkan kepuasan dengan pendapatannya. Sekelompok barang yang

Page 111: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 111/219

111

memberikan kepuasan tertinggi yang bisa dicapai konsumen tersebut dengan

kendala anggaran tertentu, harus dapat memenuhi dua syarat :

1) 

Keadaan tersebut terjadi pada kurva indiferens tertinggi yang

 bersinggungan dengan garis anggaran tersebut.

2)  Keadaan tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva

indiferens tertinggi dengan garis anggaran. Kedua keadaan tersebut

diatas, ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Gambar 9. Optimum Konsumen

Kepuasan konsumen tersebut akan terjadi pada titik A, yaitu titik singgung antara

kurva indiferens dengan garis anggaran dan disebut penyelesaian dalam ( Interior  

Solution). Maka slope kedua kurva tersebut harus sama pada titik A, slope kurva

indiferens sama dengan slope anggaran (BL).

G9  Pendekatan Atribut

Lancaster (1966) dalam Colman dan Young (1992), memperkenalkan bahwa

dengan analisis atribut dapat digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen. Ini

adalah teori permintaan baru yang menyatakan bahwa konsumen mendrive

utilitasnya bukan dari produk yang dikonsumsi tetapi dari karakteristik atau

atribut yang yang ada pada produk tersebut. Lancaster juga mengasumsikan

 bahwa konsumen memperoleh manfaat dari mengkonsumsi barang dan

kesenangan. Selain itu setidaknya salah satu barang yang dibeli memiliki sifat-

Y

Kl

X

A

1/Py

BL

Page 112: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 112/219

112

sifat yang dapat diamati. Karena itu kepuasan konsumen secara total tergantung

 pada jumlah total sifat-sifat yang berbeda dari produk yang dikonsumsi dan

mengkonsumsi produk lain.

Atribut (attributes) adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki

atau tidak dimiliki oleh objek. Objek dapat berupa produk; orang; perusahaan dan

segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Hasil

identifikasi menunjukkan bahwa atribut terbagi menjadi dua kelas atribut, yakni :

1)   Atribut intrinsik , yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual

 produk.

2) 

 Atribut ekstrinsik , yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal

 produk, seperti : nama merek, kemasan, dan label.

Menurut Gaspersz (2001), Model atribut dari perilaku konsumen

dikembangkan sekitar tahun 1960-an menggunakan dasar hipotesis bahwa

karakteristik produk,  performance feature, atau atribut-atribut yang menciptakan

utilitas, sehingga apa yang mendorong seorang konsumen lebih suka pada suatu

merek tertentu dibandingkan merek lain ada kaitannya dengan atribut yang berbeda dari produk pesaing itu. Lebih jauh Gaspersz memberi contoh, misal :

seorang konsumen mobil lebih suka membeli mobil Toyota Avanza dari pada

Daihatsu Xenia, karena pada Toyota Kijang ditemukan lebih banyak atribut.

Atribut yang bisa dijumpai dalam produk mobil antara lain seperti :

-  kemudahan perawatan;

-  kenyamanan dalam mengemudi;

 pelayanan purna jual;

-  ergonomis;

-  mesin yang lebih baik;

-  harga jual kembali yang tinggi dll.

Dengan demikian hasil dari model atribut adalah bahwa preferensi

konsumen untuk produk merek A dibandingkan produk merek B bersumber pada

kenyataan bahwa konsumen memperoleh lebih banyak utilitas (kepuasan) dari

 beberapa atribut yang dipertimbangkan. Dengan demikian hasil dari model atribut

Page 113: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 113/219

113

adalah bahwa preferensi konsumen untuk produk merek A dibandingkan produk

merek B bersumber pada kenyataan bahwa konsumen memperoleh lebih banyak

kepuasan dari beberapa atribut Toyota.

LATIHAN

1.  Jelaskan tiga pendekatan yang digunakan untuk penentuan permintaan dan

 pilihan konsumen terhadap suatu barang/jasa.

2.  Jelaskan jenis kebutuhan produk antara konsumen industri dan individu.

3.  Berikan contoh mengenai aktifitas perilaku konsumen dalam memutuskan

 pembelian suatu produk

4. 

Jelaskan mengenai pendekatan teori utulitas konsumen.

5.  Jelaskan mengenai kurva indeferens.

TES FORMATIF

1.  Apakah yang dimaksud dengan konsumen agribisnis?

2.  Sebutkan jenis-jenis konsumen agribisnis.

3.  Apakah yang dimaksud dengan kepuasan konsumen?

4. 

Apakah yang dimaksud kepuasan total konsumen?

5.  Sebutkan faktor-faktor yangmempengaruhi kepuasan konsumen.

6.  Apa yang Anda ketahui tentang The Law of Diminishing Marginal Utility 

7.  Gambarkan kurva indeferens.

8.  Apakah yang dimaksud dengan atribut?

9.  Apakah yang dimaksud atribut intrinsik?

10. Apakah yang dimaksud atribut ekstrinsik?

Page 114: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 114/219

114

KEGIATAN BELAJAR 5

Modul

PERSAINGAN PASARAGRIBISNIS9

KLASIFIKASI SITUASI PASAR AGRIBISNIS

Persaingan adalah usaha dua atau lebih perusahaan, secara individual untukmengalahkan perusahaan lain dengan menawarkan produk yang lebih baik (Roy,

1967). Persaingan ini sangat tergantung pada alasan harga produk yang

ditawarkan. Pesaingan dapat ditujukan kepada :

1.  Perusahaan yang telah ada

2.  Perusahaan berprospek yang akan memasuki peluang usaha yang

memiliki keuntungan yang cukup menjanjikan

3. 

Produk yang dapat disubstitusi, termasuk produk yang belum

dikembangkan dan ditemukan

Klasifikasi Situasi Pasar

Perusahaan agribisnis ketika menjual produk selalu menggunakan salah satu

fungsi tipe situasi pasar yaitu :

1) persaingan sempurna;

2) persaingan monopolistik;

3) oligopsoni;

4) monopsoni.

Gambaran dari situasi persaingan pasar tersebut disajikan pada tabel berikut.

Page 115: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 115/219

115

Tabel 1. Situasi Pasar Berdasarkan Jumlah Pembeli dan Penjual

Sisi PembeliSisi Penjual

Banyak Penjual Sedikit Penjual Satu Penjual

Banyak Pembeli Persaingan

sempurna

Oligopoli Monopoli

Sedikit Pembeli Oligopsoni Oligopoli bilateral Oligopsoni

monopolistik

Satu Pembeli Monopsoni Oligopoli

monopolistik

Monopoli bilateral

Sumber : Nicholils (1941)

1.  Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri

dimana terdapat banyak penjual dan pembeli. Dan setiap penjual ataupun pembeli

tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.

Ciri-ciri pasar persaingan sempurna

•  Setiap perusahaan adalah “pengambil harga”

Artinya suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukanatau merubah harga pasar. Adapun perusahaan di dalam pasar tidak akan

menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang

di pasar ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan

keseluruhan pembeli.

•  Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk

Artinya sekiranya perusahaan mengalami kerugian, dan ingin

meninggalkan industri tersebut, langkah ini dengan mudah dilakukan.

Sebaliknya apabila ada produsen yang ingin melakukan kegiatan di

industri tersebut. Produsen tersebut dapat dengan mudah melakukan

kegiatan tersebut.

•  Setiap perusahaan menghasilkan barang yang sama

Artinya bahwa barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah

untuk dibeda-bedakan. Pembeli tidak dapat membedakan yang mana

dihasilkan oleh produsen A atau B.

Page 116: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 116/219

116

•  Banyak perusahaan dalam pasar

Artinya karena jumlah perusahan sangat banyak dan relatif kecil jika

dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut.

Menyebabkan kenaikan atau penurunan harga, sedikitpun tidak

mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar tersebut.

•  Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan di pasar

Artinya bahwa pembeli mengetahui tingkat harga yang berlaku dan

 perubahan-perubahan ke atas harga tersebut. Sehingga produsen tidak

dapat menjual barangnya dengan harga yang lain lebih tinggi dan pada

yang berlaku di pasar.

Beberapa kelemahan / keburukan persaingan sempurna yaitu :

•  Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi

•  Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial

•  Membatasi pilihan konsumen

•  Biaya produksi dalam persaingan sempurna mungkin lebih tinggi

•  Distribusi pendapatan tidak selalu merata

Bentuk pasar persaingan sempurna terutama dalam bidang produksi dan

 perdagangan hasil-hasil pertanian seperti beras, karet, buah-buahan, dan sayuran.

2.  Persaingan Monopolistik

Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak

 produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam

 beberapa aspek. Pasar ini merupakan gabungan antara pasar monopoli dan

 persaingan sempurna. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun

setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki karakter tersendiri yang

membedakannya dengan produk lainnya. Contohnya adalah shampo, meskipun

fungsi semua shampoo sama yakni untuk membersihkan rambut, tetapi setiap

 produk yang dihasilkan produsen yang berbeda memiliki ciri khusus, misalnya

 perbedaan aroma, perbedaan warna, kemasan, dan lain-lain.

Page 117: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 117/219

117

Ciri-ciri pasar monopolistik :

•  Terdapat banyak produsen dan penjual

•   produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga walaupun

 pengaruhnya tidak sebesar produsen dari monopoli atau oligopoli

•  adanya diferensiasi produk

•   produsen dapat keluar masuk pasar

•   promosi penjualan harus aktif

Pasar Monopolistik memiliki kebaikan sebagai berikut :

1.  Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen

untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.

2.  Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu

melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya.

3.  Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam

menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen

loyal terhadap produk yang dipilihnya.

4.  Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar

kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.

Selain memiliki kebaikan, Pasar Monopolistik juga memiliki kelemahan sebagai

 berikut :

1)  Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi

harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki

modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.

2)  Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar

monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis

yang cukup tinggi.

3)  Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan

meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang

harus dibayar oleh konsumen

Page 118: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 118/219

118

3.  Oligopoli – Oligopsoni

Pasar Oligopoli adalah suatu bentuk pasar yang terdapat beberapa penjual dimana

salah satu atau beberapa penjual bertindak sebagai pemilik pasar terbesar ( price

leader). Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh.

Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian

yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan

tergantung dari aktivitas pesaing mereka. Sehingga semua usaha promosi, iklan,

 pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan

tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka. Praktek oligopoli

umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan- perusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-

 perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba

normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas,

sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan

 praktek oligopoli menjadi tidak ada. Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk

 pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri

semen, industri mobil, dan industri kertas.

Pasar oligopsoni adalah pasar yang berkebalikan dari pasar oligopoli. Pasar

oligopsoni hanya adalah pasar yang memiliki beberapa pembeli.

Kebaikan pasar oligopoli :

-  Memberi kebebasan memilih bagi pembeli

-  Mampu melakukan penelitian dan pengembangan produk

-  Lebih memperhatikan kepuasan konsumen karena adanya persaingan

 penjual

-  adanya penerapan teknologi baru

Keburukan pasar oligopoli :

-  Menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan

-  Harga yang stabil dan terlalu tinggi bisa mendorong timbulnya inflasi

-  Bisa timbul pemborosan biaya produksi apabila ada kerjasama antar

oligopolis karena semangat bersaing kurang

Bisa timbul eksploitasi terhadap pembeli dan pemilik faktor produksi

Page 119: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 119/219

119

-  Sulit ditembus/dimasuki perusahaan baru

-  dapat berkembang ke arah monopoli

Kebaikan pasar oligopsoni :

Penjual lebih beruntung karena bisa pindah ke pembeli lain

-  Pembeli tidak bisa seenaknya menekan penjual

Keburukan pasar oligopsoni :

-  Bisa berkembang menjadi pasar monopsoni bila antar pembeli bekerja

sama

-  Kualitas barang kurang terpelihara

4. 

Monopoli – Monopsoni

Pasar monopoli adalah suatu keadaan dimana didalam pasar hanya ada

satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Contohnya adalah

PDAM dan PT, Krakatau Steel, PLN sebagai satu-satunya penyalur air bersih dan

listrik kepada masyarakat. Pasar monopsoni adalah ini pasar monopoli yang hanya

memiliki seorang pembeli dalam pasar tersebut. Contonya adalah para peternak

sapi yang menghasilkan susu perah hanya bisa menjual produk sususnya ke satu

 pembeli, misalnya koperasi susu

Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah:

1.  hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran;

2.  tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip (close substitute);

3.   produsen memiliki kekuatan menentukan harga; dan

4.  tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada

hambatan berupa keunggulan perusahaan.

Kebaikan Pasar Monopoli :

•  Efisiensi Produksi

•  Mendorong terjadinya Inovasi

•  Mengurangi persaingan yang tidak bermanfaat

Keburukan Pasar Monopoli :

• 

Penyalahgunaan kekuatan pasar

Page 120: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 120/219

120

•  Tingkat produksi yang lebih rendah

•  Mengurangi kesejahteraan konsumen

•  Ketidak adilan

Kebaikan Pasar Monopsoni :

•  Kualitas barang terjamin

•  Harga produk tidak terlalu tinggi

Keburukan Pasar Monopsoni :

•  Produsen berada pada pihak yang lemah

•  Produk yang dianggap rendah mutunya tidak akan dibeli

•  Produksi berjalan tidak efisien karena biasanya pembeli dalam pasar

monopsoni bukan merupakan konsumen

ASPEK-ASPEK PERSAINGAN AGRIBISNIS

1.  Pasar Lokal dengan Pasar Nasional

Pasar lokal, yaitu pasar di mana pembeli dan penjual datang dari daerah setempat

dan jangkauan pemasaran produk hanya meliputi sekeliling pasar secara lokal.

sedangkan pasar nasional, yaitu pasar di mana pembeli dan penjual berasal dari

 beberapa daerah dalam suatu negara dan jangkauan pemasaran produknya

meliputi daerah-daerah dalam suatu negara. Pada kenyataannyam pasar nasional

memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan pasar lokal.

2. 

Diferensiasi

Diferensiasi adalah tindakan merancang serangkaian perbedaan yang berarti untuk

membedakan tawaran perusahaan dengan pesaing. Diferennsiasi merupakan

faktor penting dalam persaingan, dimana perbedaaan ini dapat dimunculkan

melalui lokasi, merek, iklan, gaya, desain, dan pengemasan. Dalam banyak kasus,

diferensiasi membuat penjual memperoleh harga yang lebih tinggi.

Page 121: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 121/219

121

3.  Segmentasi pasar

Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli

yang berbeda yang memerlukan produk atau marketing mix  yang berbeda pula.Dengan demikian penjualan dan harga dalam segmen pasar satu tidak terganggu

oleh penjualan dan harga segmen pasar yang lain.

Segmentasi pasar dapat bedasrkan faktor-faktor sebagai berikut :

a)  Segmentasi berdasarkan geografis, terdiri dari: bangsa, provinsi,

kabupaten, kecamatan, dan iklim.

 b) 

Segmentasi berdasarkan demografis, terdiri atas umur, jenis kelamin,

ukuran keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan agama.

c)  Segmentasi berdasarkan psikografis, terdiri atas kelas sosial, gaya hidup,

dan karakteristik kepribadian.

d)  Segmentasi berdasarkan perilaku, terdiri atas pengetahuan, sikap, dan

kegunaan.

4. 

Penentu harga

Pada pasar oligopoli dimana para pelaku usaha saling ketergantungan, penentu

harga sangat penting. Pada industri pasokan input agribisnis, penentu harga

merupakan perusahaan terbesar (pemimpin pasar) dalam grup dimana perusahaan

lain akan mengikuti perubahan harga dari pemimpin pasar baik itu naik ataupun

turun. Apabila perusahan tersebut tidak mengikuti harga maka perusahaan penetu

harga akan memberikan hukuman terhadap pesaingnya tersebut

5.   Market Entry

Strategi market entry  adalah strategi perusahaan untuk memasuki segmen pasar

yang dijadikan pasar sasaran penjualan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara

membeli perusahaan lain, internal development , dan kerjasama dengan

 perusahaan lain. Batasan bagi perusahaan baru sangat banyak, sebagian sengaja

Page 122: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 122/219

122

didirikan oleh perusahaan yang telah ada di pasar, dan yang lain berasal dari

teknologi, pemerintah, dll.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perusahaan masuk pasar lebih mudah

adalah :

a.  Mencegah pengeluaran hak paten untuk perusahaan yang telah

menemukan teknologi

 b. Memperbanyak sumberdaya capital untuk bisnis yang baru

c. Mencegah monopoli input bahan baku

d. Mengurangi periklanan dan difrensiasi input

e. Mengurangi akivitas politik terkait dengan pemberian lisensi, izin, dan

 franchise pemerintah

6.  Biaya promosi

Biaya produksi merupakan biaya penjualan yang dikeluarkan untuk

merangsang penjualan dalam dua cara, yaitu menginformasikan kepada pembeli

mengenai ketersediaan produk, karakteristik, dan harga. Kedua adalah untuk

mengajak konsumen potensial agar membeli produk yang ditawarkan.Dana yang

dikhususkan untuk tujuan memberikan informasi/ iklan sangat penting untuk

mengefektifkan kerja dalam sistem pasar.

7.  Evaluasi pasar

Evaluasi pasar merupakan proses penilaian yang dilakukan untuk melihat

 bagaimana perusahaan terorganisasi, bagaimana perusahaan memimpin dan

melihat kinerja perusahaan dalam kaitanya mencapai tujuan perusahaan.

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Persaingan Pasar Agribisnis, coba

Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Jelaskan yang dimaksud dengan pasar persaingan sempurna.

2.  Jelaskan jenis-jenis pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak

sempurna

Page 123: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 123/219

123

3.  Jelaskan yang dimaksud dengan price leadership.

4.  Bagaimanakah kinerja pasar agribisnis saat ini. Jelaskan!

5. 

Jelaskan bagaimana persaingan pasar dapat terjadi?

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1.  Apakah definisi dari persaingan?

2.  Apakah fungsi periklanan dalam persaingan oligopoli?

3.  Apakah dampak negatif dari pasar monopoli?

4.  Berikan contoh barang yang diperdagangkan monopoli!

5.  Sebutkan karakteristik dari pasar monopolistik.

6.  Apakah perbedaan dari pasar oligopoli dan oligopsoni

7.  Apakah yang dimaksud dengan segmentasi pasar?

8.  Apakah yang dimaksud diferensisasi?

9.  Apakah yang dimaksud dengan biaya promosi?

10. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi pasar?

Page 124: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 124/219

124

Modul

ORGANISASI AGRIBISNIS

10

Kegiatan agribisnis merupakan aktivitas yang dimiliki oleh perusahaan yang

memperkerjakan ratusan bahkan ribuan orang (Ricketts and   Rawlins, 2001).

Pengembangan agribisnis harus berdasarkan asas ‘keberlanjutan’ yakni,

mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi. Dalam hal ini diperlukan suatu

wadah yang sesuai untuk merealisasikan pembangunan yang berasaskan

‘keberlanjutan’ yaitu suatu organisasi dalam setiap skala usaha agribisnis. Setiap

agribisnis ini dimiliki oleh perseorangan dimana status kepemilikan tersebut

merupakan suatu hal yang menentukan bentuk hukum yang pasti bagi organisasi

agribisnis yang bersangkutan.

Organisasi/ kelembagaan merupakan kesatuan yang memungkinkan orang-

orang (pelaku agribisnis) mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai individu

secara perorangan. Lebih lanjut, dari sudut pandang ekonomi, kelembagaan dalam

arti organisasi menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan oleh

mekanisme pasar tetapi melalui mekanisme administrasi atau komando. Oleh

karena itu, keputusan tentang produksi dan alokasi penggunaan sumberdaya

ditentukan oleh organisasi.

Page 125: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 125/219

125

Gambar 10. Esensi Organisasi Ekonomi Petani

Adapun macam-macam organisasi utama dalam agribisnis sesuai dengan

 bentuk dasar usahanya sebagai berikut: perusahaan perseorangan, persekutuan,

 perseroan, koperasi.

AGRIBISNIS PERORANGAN

Agribisnis perorangan atau pribadi adalah bentuk organisasi yang paling

awal dan paling sederhana, yaitu organisasi usaha yang dimiliki dan dikendalikan

satu orang (Ricketts and   Rawlins, 2001). Agribisnis perorangan cenderung

merupakan usaha kecil.

Kelembagaan :

-  Batas wilayah

 produksi

-  Hak kepemilikan

-  Pengambilankeputusan

Teknologi :

- Spesifikasi

teknis

 produk

- Metode operasi

- Alat roduksi

Tujuan :

-  Peningkatan

 produksi dan

 pendapatan

-  Keberlanjutan

usaha

Partisipan :

Karakteristik

SDM

Faktor Lingkungan (alam, sosial, ekonomi, dan

 budaya)

Keragaan:

-  Peningkatan

 produksi dan

 pendapatan

-  Keberlanjutan

usaha-  sejahtera

Page 126: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 126/219

126

Ciri dan sifat perusahaan perseorangan :

a)  Relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan.

 b) 

Tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi.

c)  Tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi.

d)  Seluruh keuntungan dinikmati sendiri.

e)  Sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri.

f)  Keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan

yang lebih besar.

g) 

Jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup.

h)  Sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan

Adapun keunggulan Perusahaan Perorangan, diantaranya :

a)  Perusahaan perorangan memungkinkan pemilik perorangan memegang

kendali penuh atas bisnisnya dan hanya tunduk pada peraturan pemerintah

yang berlaku untuk semua tipe khusus bisnis ini.

 b) 

Sekiranya modal diperlukan, pemiliknya akan menyediakannya dari dana pribadi atau dipinjam entah dari bisnis lainnya atau harta pribadi.

c)  Perusahaan perorangan tidak membayar pajak penghasilan sebagai bisnis

tersendiri.

d)  Perusahaan perorangan unggul dalam hal kebebasan dan keluwesan

 pelaksanaan usaha karena bentuk usaha ini lebih banyak berpegang pada hak

milik pribadi yang dilindungi oleh undang-undang negara yang bersangkutan.

Sedangkan kelemahan dari Perusahaan Perorangan :

a)  Terbatasnya jumlah modal yang biasanya dapat disumbangkan seseorang.

 b)  Pemberi pinjaman enggan meminjamkan dana kepada pemilik perorangan

kecuali jika kejujuran pribadi seseorang dapat menjaminnya.

c)  Kewajiban pribadi sebagai pemilik untuk semua hutang dan kewajiban bisnis

meluas bahkan kepada warisan pribadi pemilik.

Page 127: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 127/219

127

d)  Pembebasan dari pajak bisnis dikarenakan keuntungan bisnis pada

 perusahaan perorangan dianggap keuntungan pemilik, maka keuntungan

 bisnis yang tinggi bisa mengakibatkan pemilik dikenakan tarif pajak tinggi

daripada bentuk perseroan.

e)  Pemusatan kendali dan laba pada satu individu

PERUSAHAAN / BADAN USAHA PERSEKUTUAN /

 PARTNERSHIP  

Perusahaan persekutuan ( partnership) adalah badan usaha yang dimiliki oleh

dua orang atau lebih yang secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai

tujuan bisnis (Ricketts and   Rawlins, 2001). Jadi perusahaan persekutuan

merupakan asosiasi atau perhimpunan dari dua orang atau lebih sebagai pemilik

 bisnis. Terlepas dari kenyataan bahwa persekutuan melibatkan lebih dari satu orang

, persekutuan sama seperti perusahaan perorangan. Persekutuan dapat didasarkan

 pada perjanjian tertulis atau lisan, atau kontrak antara kelompok yang terlibat.

Persekutuan merupakan bentuk organisasi bisnis yang paling sederhana di mana

sejumlah orang mengumpulkan sumber daya dan bakatnya demi keuntungan

 bersama. Dalam perusahaan persekutuan tidak ada batasan untuk orang dari luar

untuk masuk menjadi anggota.

Keunggulan dari perusahaan persekutuan antara lain yaitu:

a)  Sangat sedikit pengeluaran yang dibutuhkan walaupun perlu diminta bantuan

 pengacara yang baik untuk menggambarkan perjanjian persekutuan.

 b) 

Persekutuan biasanya dapat mengumpulkan lebih banyak sumber dayadaripada perusahaan perorangan sebab lebih banyak orang yang terlibat

c)  Sekutu-sekutu lebih termotivasi daripada karyawan perusahaan perorangan

atau perseroan karena merupakan suatu tim dan setiap anggota tim berbagi

tanggung jawab dan kentungan

d)  Sekutu-sekutu secara perorangan hanya membayar pajak atas penghasilan

yang diperoleh sebagai bagian dari laba. Bisnis itu sendiri tidak dipajaki yang

Page 128: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 128/219

128

mana dapat merupakan keuntungan besar tergantung dari penghasilan para

sekutu

e) 

Kendali atau manajemen atas keputusan dan kebijakan bisnis dipusatkan pada para sekutu

Selain itu kelemahan dari perusahaan persekutuan yaitu: 

a)  Terletak pada kewajiban yang tidak terbatas dari sekutu umum

Bila seseorang bertindak sebagaimana sekutu umum bertindak, maka

hukum akan menafsirkan bahwa dia pada kenyataannya, merupakan sekutu

umum dengan segala kewajiban yang berlaku pada kedudukan tersebut

 b)  Persekutuan biasanya hanya mempunyai anggota yang terbatas.

Persekutuan terbatas menderita kekurangan baik dana siap pakai maupun

orang-orang berbakat dibanding dengan perseroan

c)  Kurangnya kesinambungan dan kestabilan

Kalau sekutu meninggalkan persekutuan karena pengunduran diri,kematian, atau ketidakmampuan, persekutuan baru harus dibentuk.

d)  Ketidaksanggupan seorang sekutu untuk bekerja karena kecelakaan,

 penyakit, usia lanjut, penyakit jiwa, atau karena sesuatu alasan tidak mampu

melaksanakan tugas sepenuhnya.

Pada dasarnya ada dua jenis persekutuan. Kedua jenis dari persekutuan tersebut

yaitu :

A.  Persekutuan Umum (General Partnership)

Pada persekutuan umum masing-masing sekutu, tanpa memperhitungkan

 persentase modal yang ditanamkan, mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Sekutu umum mempunyai wewenang untuk bertindak sebagai agen untuk

 persekutuan, dan biasanya ikut serta dalam manajemen dan operasi bisnis. Masing-

masing sekutu umum menanggung semua hutang persekutuan, dan dapat berbagi

Page 129: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 129/219

129

laba dalam perbandingan yang disepakati bersama ataupun dalam pembagian yang

merata.

B.  Persekutuan Terbatas

Tipe persekutuan ini individu-individu menyetor uang atau kepemilikan

modal tanpa mengharuskan kewajiban hukum penuh seperti sekutu umum.

Kewajiban sekutu terbatas, biasanya hanya terbatas sebesar jumlah yang

diinvestasikan secara pribadi dalam bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha

 persekutuan adalah firma dan persekutuan komanditer atau CV. Untuk mendirikan

 badan usaha persekutuan membutuhkan izin khusus pada instansi pemerintah yang

terkait. Beberapa contoh dari perusahaan atau badan usaha persekutuan

( Partnership) antara lain yaitu :

1)  Firma adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau

lebih dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak

terbatas pada setiap pemiliknya. Ciri dan sifat firma :

a) 

Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib

melunasi dengan harta pribadi.

 b)  Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin

c)  Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin

anggota yang lainnya.

d)  Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup

e)  Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma

f) 

Pendiriannya tidak memelukan akte pendirian

g)  Mudah memperoleh kredit usaha

2)  Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap atau CV)

Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap atau CV) adalah

suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang

atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang

 berbeda-beda di antara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha

Page 130: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 130/219

130

secara aktif yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya

menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi ketika krisis

finansial. Yang aktif mengurus perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan yang

hanya menyetor modal disebut sekutu pasif. Ciri dan sifat CV adalah sulit

untuk menarik modal yang telah disetor, modal besar karena didirikan

 banyak pihak, mudah mendapatkan kredit pinjaman, Ada anggota aktif yang

memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang pasif tinggal menunggu

keuntungan, relatif mudah untuk didirikan, kelangsungan hidup perusahaan

CV tidak menentu.

KORPORASI

Ricketts and Rawlins (2001) mendefinisikan korporasi sebagai organisasi

yang dimiliki sejumlah orang yang diperlakukan sebagai badan hukum.

Korporasi merupakan badan hukum, terpisah dari pemilik atau orang yang bekerja

didalamnya. Korporasi secara sederhana diartikan sebagai perusahaan atau badan

usaha yang sangat besar atau beberapa perusahaan yang dikelola dan dijalankan

sebagai satu perusahaan besar (KBBI, 2011).

Korporasi berperan untuk memperoleh, tanpa henti dan tanpa kecuali

keuntungan pribadi ( self interest ), tanpa mempedulikan apakah upayanya tersebut

 berdampak merugikan kepada pihak-pihak lain atau tidak (Bakan, 2004). Inilah

memberikan pandangan bahwa korporasi sangat jauh dari keberpihakan kepada

rakyat.

Tipe-tipe korporasi terdiri dari tiga, yaitu :

1.  Subchapter C (regular corporations),  yang menjual stok kepada investor

untuk memperoleh keuntungan

2.  Subchapter S (small business or family corporation), tipe ini seperti

 perusahaan perorangan dan persekutuan, korporasi ini memiliki manfaat dan

kewajiban terbatas 

Page 131: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 131/219

131

3.  Subchapter T (Cooperatives)

Keuntungan korporasi :

1.  Mudah untuk meningkatkan modal untuk perluasan bisnis

2.  Stockholder bertanggung jawab atas kehilangan investasi korporasi

3.  Karena korporasi merupakan badan hukum yang terpisah dari pemilik

 bisnis, maka korporasi tidak dapat dibubarkan meskipun pemilik menjual

 perusahaannya

4.  Bersifat turun menurun

Kerugian korporasi :

1.  Merupakan organisasi yang rumit dan sangat mahal

2.  Prosedur pembuatan korporasi sulit

3.  Biaya penutupan korporasi mahal

4.  Pajak korporasi bersifat ganda

KOPERASI

Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan.

Organisasi Buruh Sedunia (Intemational Labor Organization/ ILO, 1966)

membuat batasan mengenai ciri-ciri utama koperasi yaitu:

1)  Merupakan perkumpulan orang-orang;

2)  Secara sukarela bergabung bersama;

3) 

Mencapai tujuan ekonomi yang sama;

4)  Pembentukan organisasi bisnis yang diawasi secara demokratis

5)  Memberikan kontribusi modal yang sama dan menerima bagian resiko dan

manfaat yang adil dari perusahaan di mana anggota aktif berpartisipasi

Jenis-jenis koperasi dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk. Terdapat

 beberapa penggolongan dari koperasi. Penggolongan dari koperasi dapat dilakukan

antara lain yaitu menurut sifat usahanya. Menurut sifat usahanya, koperasi

dibedakan menjadi empat macam sebagai berikut.

Page 132: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 132/219

132

a)  Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-

hari, misalnya barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, dan minyak

goreng), barang-barang sandang (seperti kain batik, tekstil), barang-barang

 pembantu keperluan sehari-hari (seperti sabun, minyak tanah, dan lain-lain).

Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggota-angggotanya dapat membeli

 barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang layak.

b)  Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan

ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh

koperasi organisasi maupun orang-orang yang mampu menghasilkan suatu barang

dan jasa-jasa. Dengan demikian, dapat meningkatakan taraf kesejahteraan anggota.

Orang-orang tersebut adalah kaum buruh dan kaum pengusaha. Misalnya Peternak

Sapi Perah, Koperasi Kerajinan Banbu dan Rotan, serta Koperasi Pertanian.

c)  Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam

Koperasi kredit didirikan guna menolong anggota denagn meminjamkan

uang secara kredit dengan bunga ringan. Uang itu dimaksud untuk tujuan produksi.

Oleh karena itu, disebut koperasi kredit.Untuk memberikan pinjaman, koperasi

memerlukan modal. Modal utama koperasi kredit berasal dari simpanan anggota

sendiri. Uang simpanan yang dikumpulkan bersama-sama itu dipinjamkan kepada

anggota yang memerlukan. Oleh karena itu, koperasi kredit lebih tepat disebut

koperasi simpan pinjam.Tujuan koperasi kredit adalah saling membantu,

memperbaiki keadaan ekonomi, atau kesejahteraan anggota. Adapun cara koperasi

kredit dalam membantu keadaan ekonomi anggota sebagai berikut.(a)membantu

keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan denagn syarat-syarat

yang ringan.(b)Mendidik kepada para anggota, supaya giat menympan secara

teratur, sehingga membentuk modal sendiri.(c)Mendidik anggota hidup berhemat,

dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka.(d)Menambah pengetahuan

tentang perkoperasian.

Page 133: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 133/219

133

d)  Koperasi Jasa

Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu

 bagi para anggota maupun masyarakat umum.

WARALABA/ FRANCHISE  

Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, waralaba adalah suatu sistem

 pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek

memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis

dengan merek, nama, sistem prosedur, dan cara-cara yang ditetapkan sebelumnya

dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

Menurut Fuady (1997),  franchise mempunyai karakteristik dasar sebagai

 berikut :

1.  Unsur Dasar

Ada 3 (tiga) unsur dasar yang harus selalu dipunyai, yaitu :

a. pihak yang mempunyai bisnis franchise disebut sebagai franchisor.

 b. pihak yang mejalankan bisnis franchise yang disebut sebagai franchisee.

c. adanya bisnis franchise itu sendiri.

2.  Produk Bisnisnya Unik

3.  Konsep Bisnis Total : Penekanan pada bidang pemasaran dengan konsep P4

yakni Product, Price, Place serta Promotion

4.   Franchise Memakai / Menjual Produk

5.   Franchisor  Menerima Fee dan Royalty

6.  Adanya pelatihan manajemen dan skill khusus

7. 

Pendaftaran Merek Dagang, Paten atau Hak Cipta

8.  Bantuan Pendanaan dari Pihak Franchisor  

9.  Pembelian Produk Langsung dari Franchisor  

10. Bantuan Promosi dan Periklanan dari Franchisor  

11. Pelayanan pemilihan Lokasi oleh Franchisor  

12. Daerah Pemasaran yang Ekslusif

13. Pengendalian / Penyeragaman Mutu

14. 

Mengandung unsur merek dan sistem dagang

Page 134: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 134/219

134

Selanjutnya menurut Widjaja (2001) waralaba memiliki dua jenis kegiatan, yaitu :

1.  Waralaba produk dan merek dagangan ( product/ trade mark franchising) 

Waralaba ini adalah bentuk waralaba yang paling sederhana. Pemberi waralaba

memberikan hak kepada penerima waralaba untuk menjual produk yang

dikembangkan merek dagang pemberi waralaba. Pemberian ijin untuk

menggunakan merek dagang tersebut diberikan dalam rangka penjualan

 produk yang diwaralabakan tersebut. Atas penggunaan pemberian ijin

 penggunaan merek dagang tersebut pemberi waralaba mendapatkan

 pembayaran  franchise fee dan selanjutnya pemberi waralaba memperoleh

keuntungan melalui penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima

waralaba.

2.  Waralaba format bisnis (business format franchising) 

Waralaba jenis ini  franchisor   (pemberi waralaba) memberikan sebuah lisensi

kepada pihak lain (penerima waralaba). Lisensi tersebut memberikan hak

 penerima waralaba untuk berusaha dengan menggunakan merek dagang/ nama

dagang pemberi waralaba dan menggunakan seluruh paket yang terdiri atasseluruh elemen yang diperlukan untuk membuat seseorang yang sebelumnya

 belum terlatih dalam bisnis dan untuk menjalankannya dengan bantuan yang

terus menerus atas dasar-dasar yang telah ditentukan sebelumnya.

Keuntungan dan Kerugian Waralaba

Bagi pemberi waralaba/ franchisor:

1. 

Keuntungan bagi pemberi waralaba

a)  Menghasilkan keuntungan yang besar tanpa perlu terlibat dengan resiko

modal yang tinggi maupun dengan masalah-masalah detil sehari-hari

yang timbul dari pengelolaan manajemen outlet yang kecil

 b)  Tidak ada kebutuhan untuk menyuntik sejumlah besar modal untuk

meningkatkan percepatan pertumbuhan yang besar. Masing-masing

Page 135: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 135/219

135

outlet yang terbuka memanfaatkan sendiri sumberdaya financial yang

disediakan oleh setiap penerima waralaba

c) 

Organisasi pemberi waralaba mempunyai kesempatan untuk memperluas jaringan secara lebih cepat pada tingkat nasional dan internasional

dengan menggunakan modal dan resiko msekecil mungkin

d)  Pemberi waralaba akan lebih mudah untuk melakukan ekploitasi wilayah

yang belum masuk dalam lingkungan organisasinya

e)  Konsentrasi lebih optimun

f) 

Pemberi waralaba yang melibatkan bisnisnya dalam kegiatan manufaktur

 biasanya mendapatkan distribusi yang lebih luas.

2.  Kerugian bagi pemberi waralaba

a)  Kekurangpercayaan diantara pemberi waralaba dan penerima waralaba

 b)  Adanya kemungkinan perusahaan yang dikerjakan sendiri memberikan

keuntungan lebih besar dibandingkan dari keuntungan pemberi waralaba

c)  Penerima waralaba dapat bertindak secara tidak terbuka dalam

menunjukkan penghasilan kotornya

d)  Terdapat kesulitan dalam pengkrekturan orang-orang yang pantas

sebagai penerima waralaba

3.  Keuntungan bagi penerima waralaba

a) 

Dapat mengatasi kurangnya pengetahuan dasar dan pengetahuan khusus

yang dimiliki melalui program terstruktur dari pemberi waralaba

 b)  Mendapat keuntungan dan aktifitas iklan dan promosi dari pemberi

waralaba

c)  Mendapatkan keuntungan dan daya beli yang besar

Page 136: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 136/219

136

d)  Mendapatkan pengetahuan khusus dan berkemampuan tinggi serta

 berpengalaman, organisasi dan manajemen kantor pusat pemberi

waralaba

4.  Kerugian penerima waralaba

a)  Harus membayar kepada pemberi waralaba atas jasa yang didapatkannya

dan untuk penggunaan sistem waralaba

 b)  Kemungkinan membuat kesalahan dan kebijakan-kebijakannya

c)  Reputasi, citra merek, dan bisnis yang diwaralabakan mungkin menjadi

turun karena alasan-alasan tertentu.

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Organisasi Agribisnis, coba Anda

uraikan pendapat Anda mengenai studi kasus berikut ini.

1. 

Tentukan jenis contoh kegiatan agribisnis di lingkungan Anda.Indentifikasi bagaimana kegiatan operasi dan oganisasi yang dilakukan

 perusahaan tersebut. Kemukakan jawaban Anda dalam bentuk essay 

minimal 5 halaman.

2.  Pikirkan satu jenis usaha agribisnis yang ingin anda buat, kemudian

 buatlah rencana kemitraan yang ingin anda bangun dengan para pelaku

 penunjang aktivitas perusahaan Anda. Kemukakan pendapat Anda dalam

 bentuk essay minimal 5 halaman.

Page 137: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 137/219

137

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. 

Sebutkan tipe-tipe organisasi agribisnis.

2.  Sebutkan 5 kelebihan perusahaan perseorangan.

3.  Apakah yang dimaksud dengan persekutuan terbatas?

4.  Sebutkan karakteristik dari persekutuan umum

5.  Apakah yang dimaksud dengan korporasi?

6.  Sebutkan jenis-jenis korporasi.

7.  Sebutkan ciri-ciri yang dimiliki oleh koperasi.

8.  Sebutkan jenis koperasi menurut sifat usahanya.

9.  Apakah yang dimaksud dengan waralaba?

10. Sebutkan pelaku-pelaku yang terlibat dalam waralaba.

Page 138: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 138/219

138

KEGIATAN BELAJAR  6

Modul

PEMBIAYAAN AGRIBISNIS11

TIPE PEMBIAYAAN AGRIBISNIS

Pembiayaan agribisnis mencakup semua keperluan dan pengaturan serta pengawasan keuangan untuk membiayai suatu perusahaan di sektor pertanian.

Perolehan dana operasi agribisnis berasal dari tiga sumber, yaitu investasi atau

 penanaman modal oleh pemilik, pinjaman, dan laba atau penyusutan. Keputusan

 penting berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi dalam pembiayaan agribisnis

meliputi keputusan mengenai investasi, jumlah dan jenis faktor produksi dalam

setiap kegiatan, jumlah modal yang diperlukan, sumber modal terbaik dan jumlah

modal untuk setiap sumber modal. Ada empat jenis modal yang berasal dari

 pinjaman :

!   pinjaman jangka pendek,

!   jangka menengah,

!   jangka panjang dan

!  modal ekuitas.

Berbagai pinjaman ini berbeda dalam jangka waktu pengembalian,

 persyaratan dan tujuan penggunaannya. Pinjaman akan membebani bisnis dengan

 biaya-biaya khusus yang harus dibayar kepada pemberi pinjaman yang disebut

 biaya modal. Dalam menentukan kebijakan pembiayaan agribisnis dapat

digunakan tiga macam pendekatan yaitu :

!  hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi,

!  hubungan antar faktor produksi

!  hubungan antar hasil produksi.

Page 139: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 139/219

139

Salah satu aspek pendukung bergeraknya usaha agribisnis tersebut adalah

adanya dukungan permodalan, antara lain melalui skim-skim kredit perbankan

dan non perbankan. Adanya UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan

LoI antara Pemerintah Indonesia dengan IMF, maka: (1) pemerintah tidak lagi

menyediakan KLBI, (2) pola penyaluran kredit tidak lagi channeling tetapi

executing, dan (3) resiko kredit 100% ditanggung oleh perbankan. Pada masa

transisi masih diperlukan skim kredit yang fleksibel, luwes dan sederhana tetapi

ada rambu rambu yang dapat mencegah terjadinya penyimpangan dan atau

 penyelewengan, sehingga kredit tersebut dapat mencapai sasaran baik dari segi

 jumlah, waktu maupun penerima kredit.

Skim kredit untuk sektor pertanian selama ini terfokus pada usaha budidaya

(on-farm) dengan komoditas terbatas, misalnya seperti KUT dan KKP. Padahal

usaha agribisnis hulu dan hilir juga memerlukan dukungan pembiayaan dan

memiliki nilai ekonomis yang cukup baik. Untuk itu, Departemen Pertanian

memandang perlu adanya skim kredit yang dapat digunakan untuk membiayai

usaha pada aspek hulu, on-farm dan hilir serta pendukungnya dan untuk berbagai

komoditas, yaitu Skim Kredit Agribisnis (SKA).

Skim Kredit Agribisnis (SKA)

Skim Kredit Agribisnis (SKA) mencakup tidak saja usaha on-farm, tetapi

 juga untuk usaha agribisnis hulu dan hilirnya. Komoditas yang akan dibiayai

meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan

yang merupakan komoditas unggulan (high value  commodities). SKA disusun

untuk mendukung pengembangan agribisnis sektor hulu, on-farm dan hilir.

Prinsip SKA adalah (a) dapat merubah image  petani untuk tidak mengandalkan

sumber pembiayaan dengan bunga murah, (b) pengelolaan penggunaan kredit

yang transparan, (c) sistem pengembalian kredit dengan pola reward dan

 punishment , (d) fleksibel baik dalam besarnya kredit, pola kredit, jangka

 pengembalian dan pelayanan, serta (e) prosedur dan mekanisme pengajuan,

 penyaluran dan pengembalian kredit yang sederhana.

Saat ini SKA berlaku bunga komersial sebesar 18%. Departemen Pertanian

mengusulkan agar suku bunga SKA diharapkan dapat disubsidi oleh pemerintah

Page 140: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 140/219

140

sebesar 5%. Secara rinci disampaikan dukungan SKA untuk masing-masing sub

sektor dari hulu, on-farm dan hilir. 

Subsektor peternakan 

• 

Subsistem hulu : peralatan inseminasi buatan (IB), alat pencacah pakan

ternak, alat press jerami, alat mesin tetas telur

•  Subsistem budidaya : sapi potong, kambing/domba, ayam ras pedaging,

ayam petelur dan itik

•  Subsistem hilir : mesin pellet, mesin penggilling jagung, tangki susu,

cooling unit, milk can, pencabut bulu ayam dan alat pengangkut ayam 

Subsektor perkebunan

• 

Subsistem hulu : pembangunan sumber benih, alat penyemprot hama

 bertekanan, tiang

rambat lada, alat angkut perkebunan

•  Subsistem budidaya : karet, kelapa sawit, kakao, kapas, tebu, tembakau,

lada, jambu mete, rami, nilam, abaca, kelapa dan panili.

•  Subsistem hilir : alat sangrai, penggiling kopi dan kakao

Subsektor tanaman pangan

• 

Subsistem hulu : benih tanaman, pengadaan benih, peralatan (traktor roda

dua, pompa air), kios saprodi

•  Subsistem budidaya : kacang tanah, kacang hijau, padi, jagung

•  Subsistem hilir : penggilingan padi, alat perontok, pengering serba guna,

 pengadaan pangan

Subsektor hortikultura

•  Subsistem hulu : peralatan pompa air irigasi, irigasi tetes, kios saprodi

• 

Subsistem budidaya : cabai merah, bawang merah, bawang putih, kentang,

tomat, kubis, nenas, mangga, jeruk, salak

•  Subsistem hilir : alat pengolah (bawang merah, kripik kentang, kripik

 pisang, selai nenas)

Guna mendorong realisasi bussiness plan  perbankan ke sektor produktif

(termasuk agribisnis), maka Bank Indonesia bersama Komite Penanggulangan

Kemiskinan (KPK) akan memberdayakan adanya konsultan keuangan mitra bank

(KKMB). Peran KKMB dalam merealisasikan business plan perbankan tersebut

Page 141: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 141/219

141

digunakan untuk pendampingan penyusunan proposal, pemantauan, identifikasi

UMKM dan pendampingan UMKM dalam menjalankan usahanya. Di masyarakat

cukup banyak jenis dan aneka ragam konsultan/pendamping, baik yang dibina

oleh Instansi/ Departemen Teknis (PPS/PPL untuk Deptan, PSL-Depsos, BDS-

Kantor Meneg Koperasi dll), Swasta Konsultan (Inkindo, Iwapi, Kadin dan

konsultan lainnya), LPSM (Bina Swadaya, LP3ES, dll) maupun lembaga

 penelitian (perguruan tinggi dan swasta). KKMB ini direncanakan berasal dari

konsultan/pendamping tersebut di atas dengan persyaratan tertentu yang

selanjutnya akan diberdayakan kompetensinya dalam aspek keuangan/perbankan

untuk dapat berfungsi sebagai intermediasi antara UMKM dan perbankan.

Sumber Pembiayaan Lain Untuk Usaha Agribisnis di Indonesia

Sumber-sumber pembiayaan lainnya untuk mendukung pengembangan agribisnis

antara lain sebagai berikut:

1.  Kredit ketahanan pangan (KKP)

KKP adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank

Pelaksana kepada  petani, peternak, kelompok (tani dan peternak) dalamrangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung,  kedelai, ubi kayu, ubi jalar,

 budi daya tebu, peternakan sapi potong, sapi perah, ayam buras, itik, usaha

 penangkapan ikan dan pengadaan pangan gabah, jagung dan kedelai.

Dengan demikian untuk   komoditas perkebunan yang lain tidak dapat

dibiayai dari skim KKP. Pola penyaluran KKP melalui  pola executing ,

dengan sumber dana 100% berasal dari dana perbankan dan resiko

sepenuhnya ditanggung oleh perbankan. Namun demikian, pemerintah

masih menyediakan subsidi suku bunga.

2.  Kredit Taskin Agribisnis 

Kredit Taskin Agribisnis merupakan kredit berbunga murah yang ditujukan

untuk meningkatkan investasi agribisnis skala kecil/rumah tangga sekaligus

untuk mengentaskan kemiskinan di daerah. Kredit ini bersumber dari

Yayasan Dakap dan Yayasan Mandiri. Beberapa ketentuan Kredit Taskin

Agribisnis adalah sebagai berikut:

Page 142: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 142/219

142

•  Penerima Kredit : Kelompok tani Taskin (keluarga pra sejahtera

dan sejahtera I).

•  Plafon Kredit : Untuk kelompok maksimun Rp. 50 juta dan untuk

anggota kelompok sebesar Rp. 2 juta.

•  Suku Bunga : 12% per tahun

•  Jangka waktu : 1 sampai dengan 3 tahun.

•  Jaminan : Kelayakan usaha

•  Bank Pelaksana : Bank BPD

3.  Modal Ventura

Modal ventura merupakan salah satu sumber pembiayaan non perbankan

yang dipergunakan untuk semua sektor usaha produktif melalui kerjasama antara

Perusahaan Modal Ventura dengan Pengusaha Kecil/Menengah. Beberapa

ketentuan tentang Modal Ventura adalah sebagai berikut :

•  Penerima kredit : Pengusaha kecil dan menengah.

•  Plafon kredit :

- Perusahaan Modal Ventura daerah Rp. 100 juta.

- PT.Bahana Artha Ventura maksimun Rp. 500 juta.

•  Pola pembiayaan : Pola penyertaan langsung dan bagi hasil.

•  Jangka Waktu : 3 sampai 6 tahun

•  Pelaksana : PT. Bahana Artha Ventura dan Perusahaan Modal

ventura Daerah

4.  Dana Laba BUMN

Dana Laba BUMN merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi

 pengusaha kecil dan menengah dengan suku bunga yang sangat rendah. Beberapa

ketentuan tentang Dana Laba BUM adalah sebagai berikut :

•  Penerima kredit : Pengusaha kecil dan koperasi

•  Plafon kredit : maksimal Rp. 25 juta

•  Suku bunga : 6% per tahun

•  Jangka waktu : 2 tahun

Page 143: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 143/219

143

•  Sumber dana : BUMN setempat

5.  Pegadaian

Perum Pegadaian telah melaksanakan uji coba gadai gabah di Kabupaten

Indramayu bekerjasama dengan Ditjen Bina Sarana Pertanian dengan hasil cukup

 baik. Perum Pegadaian merencanakan pengembangan sistem tunda jual di

 beberapa propinsi sentra produksi padi, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi Selatan dan sebagainya. Prinsipnya petani dapat memperoleh

kredit dari pegadaian dengan jaminan gabah, terutama pada saat panen raya pada

saat harga gabah turun. Dengan demikian Perum Pegadaian juga merupakan salah

satu alternatif sumber pembiayaan untuk pengembangan alsintan. Namun suku

 bunga gadai cukup tinggi, yaitu 1,75% per 15 hari maksimum 4 bulan, karena

sumber dana yang digunakan berasal dari kredit komersial.

6.  Skim Kredit komersial

Skim Kredit Komersial merupakan sumber permodalan dengan suku bunga

komersial dandapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pertanian. Secara

garis besar skim kredit komersial antara lain adalah: KUPEDES dari BRI,

SWAMITRA dari Bank Bukopin, KUK dari BNI, KUK dan Bank Danamon,

Kredit BCA, KUK dari Bank Mandiri, Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro

(KPKM) dari Bank Niaga, Kredit Modal Kerja dari Bank Agro Niaga), dan

 pemanfaatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di pedesaan.

Perkembangan Skim Kredit di Indonesia

Pada perkembangannya untuk mengatasi keterbatasan permodalan dan

lemahnya kelembagaan petani yang masih belum teratasi, Kementerian Pertanian

mengembangkan lagi fasilitas pembiayaan bentuk program skim kredit dalam

 bentuk skim kredit program dengan subsidi bunga dan penjaminan serta

 pelaksanaan pemberdayaan petani. Skim kredit program yang telah

dikembangkan seperti Kredit Ketahanan Pangan (KKP) kemudian diubah menjadi

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Pengembangan Energi

Page 144: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 144/219

144

 Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi

(KUPS), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). KKP-E, KPEN-RP, KUPS adalah skim

kredit program dengan subsidi bunga, sementara KUR adalah skim kredit

 program dengan penjaminan. Dana kredit sepenuhnya berasal dari Bank

Pelaksana.

Berdasarkan laporan yang ada, tingkat realisasi penyerapan skim kredit

 program KKP-E tersebut rata-rata masih rendah, berkisar 20% per tahun dari total

komitmen bank pelaksana sebesar Rp. 8,779 triliun. Komitmen bank dan realisasi

serapan KPEN-RP secara kumulatif (2007 - 2011) per Oktober 2011 sebesar Rp.

1,818 triliun. Sedangkan komitmen bank dan realisasi serapan KUPS secara

kumulatif (2009-2011) per Oktober 2011 sebesar Rp.391,543 miliar.

Tabel 2. Komitmen Bank, Realisasi Serapan, Cakupan Komoditas Kredit Program

Tahun 2011 (per Oktober 2011)

 No. Skim Kredit Cakupan Komoditas

Komitmen

Bank

(Rp.triliun)

Realisasi

(Rp.triliun)

% Terhadap

Komitmen

Bank

1 KKP-E

Tan. Pangan, holtikultura,

 perkebuna, peternakan,

 pengadaan pangan

8,779 1,589 18,1

2 KPEN-RP Sawit, kakao, karet 38,603*) 1,818 4,7

3 KUPS Pembibitan sapi 3,882*) 0,392 10,1

4 KUR Semua usaha produktifsemua sektor

20,000 3,993**) 16,4

Keterangan : *) Komitmen bangk untuk KPEN th. 2007 – 2014 dan KUPS th. 2009 - 2014

**) Revitalisasi KUR untuk sektor pertanian. Realisasi KUR untuk semua sektor usaha Rp 24,404

triliun

Berdasarkan hasil evaluasi sampai dengan tahun 2011 masih ditemukan

rendahnya tingkat serapan kredit program tersebut yang disebabkan beberapa

faktor antara lain :1) usaha pertanian dianggap perbankan mempunyai risiko yang

tinggi, 2) terbatasnya penyediaan agunan yang dimiliki petani seperti sertifikat

lahan yang dipersyaratkan perbankan, 3) perbankan menerapkan prinsip kehati-

hatian mengingat risiko sepenuhnya ditanggung perbankan (kecuali KUR) dan 4)

khusus calon debitur KPEN-RP masalah status lahan belum bersertifikat dan

sebagain provinsi/kabupaten/kota belum memiliki RTRWP/RTRWK, 5) untuk

KUR sektor pertanian sudah disediakan penjaminan sebesar 80 % namun suku

 bunga yang dibebankan petani cukup tinggi untuk KUR mikro (<Rp. 20 juta)

maksimum 22% dan KUR ritel (>Rp.20 juta) maksimum 14 % per tahun.

Page 145: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 145/219

145

Sebagai penanggulangan terhadap masalah tersebut dan dengan menyadari

 bahwa mayoritas petani memiliki skala usaha yang kecil, akses terbatas dan posisi

tawar yang lemah di pasar, Kementerian Pertanian melakukan kegiatan

 pemberdayaan kelembagaan petani antara lain melalui Lembaga Mandiri yang

Mengakar di Masyarakat (LM3) dan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan). Sejak pelaksanaan kegiatan LM3 tahun 2007, Kementerian Pertanian

setiap tahunnya telah melakukan kegiatan pemberdayaan petani rata-rata untuk

1.300 LM3. Pada tahun 2011 kegiatan pemberdayaan dilaksanakan pada 1.033

LM3. Pengembangan Usaha Agribisnis pedesaan (PUAP) merupakan program

terobosan Kementerian Pertanian untuk mengentaskan masyarakat dari

kemiskinan dan pengangguran di perdesaan serta meningkatkan kemampuan dan

keterampilan anggota Gapoktan sebagai pelaku usaha agribisnis. Pada tahun 2011,

dari target 10.000 desa, kegiatan PUAP berhasil dilaksanakan di 9.096

Desa/Gapoktan.

LEMBAGA PEMBIAYAAN AGRIBISNIS

Lembaga pembiayaan agribisnis memegang peranan sangat penting dalam

mengembangkan usaha agribisnis, terutama dalam penyediaan modal investasi

dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Pembiayaan bukan hanya

dilakukan untuk produsen primer (usaha tani, perkebunan, peternakan, perikanan,

dan perhutanan), melainkan juga usaha yang ada di hulu dan hilir.

Usaha di hulu dan hilir tersebut perlu dibiayai untuk memperlancar arus

distribusi dan penyediaan input-input pertanian, seperti usaha pembibitan dan

 penyediaan pupuk, industri peralatan pertanian, dan lembaga jasa distribusi input-

input dan peralatan pertanian. Pembiayaan di hilir, lembaga-lembaga pemasaran

(pedagang perantara) harus dibiayai untuk memperlancar arus distribusi dari

 produsen menuju konsumen.

Lembaga pembiayaan diperlukan untuk memperlancar perkembangan

usaha-usaha jasa distribusi, terutama bisnis informal yang memiliki permasalahan

 pada terbatasnya modal operasi sementara skema kredit usaha kecil (KUK) yang

Page 146: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 146/219

146

diintroduksi pemerintah masih sulit disentuh oleh para informal bisnis tersebut.

Syarat-syarat yang diajukan masih dirasa berat sehingga hanya pelaku bisnis yang

memiliki aset yang mampu menggapai lembaga pembiayaan tersebut sehingga

semakin memperlebar kesenjangan antara pelaku agribisnis yang sudah memiliki

aset dan yang tidak. Dengan demikian, penataan lembaga-lembaga pembiayaan

agribisnis perlu segera dilakukan, terutama dalam membuka akses yang seluas-

luasnya bagi pelaku bisnis kecil dan menengah yang tidak memiliki aset yang

cukup guna diagunkan guna memperoleh pembiayaan usaha. Berikut ini adalah

 beberapa contoh lembaga pembiayaan agribisnis :

1. 

Bank KomersialMerupakan sumber utama dari dana pinjaman hampir semua agribisnis.

Bank-bank ini menyediakan 80% dari dana pinjaman, kecuali kredit

 perdagangan.

2.  Perusahaan Asuransi

Hampir semua perusahaan asuransi tertarik pada pinjaman jangka menengah

dan jangka panjang untuk pembelian aktiva tetap, seperti barang tidak

 bergerak.

3.  Lembaga Keuangan Komersial

Merupakan badan keuangan yang mengkhususkan aktivitasnya pada bidang

 pinjaman bisnis dan komersial. Lembaga ini lebih berani mengambil resiko

ketimbang bank.

4.  Peminjaman oleh Koperasi

Koperasi agribisnis dapat meminjam dari bank koperasi yang merupakan

 bagian dari sistem kredit usaha tani.

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Pembiayaan Agribisnis, coba

Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Mengapa pembiayaan sangat penting bagi kelangsungan produksi

agribisnis. Jelaskan.

Page 147: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 147/219

147

2.  Jelaskan peranan lembaga permodalan pemerintah terhadap pelaku industri

kecil di Indonesia.

3. 

Kemukakan alasan mengapa tingkat serapan kredit program skim kredit diIndonesia masih rendah.

4.  Jelaskan pendekatan dalam menentukan kebijakan pembiayaan agribisnis.

5.  Berilah 5 contoh program bantuan pembiayaan bagi petani kecil di

Indonesia.

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1.  Apakah definisi dari pembiayaan agribisnis?

2.  Sebutkan sumber-sumber pembiayaan agribisnis.

3.  Sebutkan 5 contoh lembaga pembiayaan agribisnis.

4.  Sebutkan jenis modal agribisnis yang berasal dari pinjaman.

5.  Apakah yang dimaksud dengan SKA?

6.  Apakah yang dimaksud dengan modal ventura?

7.  Apakah yang dimaksud kredit taskin agribisnis?

8.  Apakah peran pegadaian bagi pembiayaan agribisnis?

Modul PERANAN PEMERINTAH

Page 148: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 148/219

148

12 DALAM AGRIBISNIS

KEWENANGAN PEMERINTAH LOKAL DAN NASIONAL

DALAM PEMBANGUNAN AGRIBISNIS

Kewenangan pemerintah lokal dan nasional dalam pembangunan agribisnis

secara bersama-sama adalah sebagai berikut (Roy, 1967):1)   Antitrust  laws

 Antitrust / antipakat/ persaingan pada dasarnya sepadan dengan istilah anti

monopoli, dominasi, dan kekuatan pasar. Keempat istilah tersebut digunakan

untuk menunjukan keadaan dimana seseorang menguasai pasar.  Antitrust

laws merupakan undang-undang yang mengatur tentang praktik bisnis yang

tidak kompetitif dan tidak adil. Istilah antitrust  diambil dari kata trust  yang

 berarti penggabungan kelompok perusahaan untuk membagi-bagi pasar dan

membatasi persaingan. Istilah trust  juga dikenal sebagai kartel. Tujuan utama

undang-undang antitrust  sebagai berikut : 

a.  Melindungi dan menjaga kelangsungan persaingan 

 b.  Melindungi konsumen dengan melarang praktik bisnis yang curang

dan tidak adil 

c.  Melindungi praktik bisnis kecil dari tekanan ekonomi oleh

 perusahaan-perusahaan besar  

d. 

Menjaga kelangsungan nilai-nilai dan kebiasaan kehidupan kota

kecil. 

Tujuan-tujuan ini akan tercapai ketika terdapat kebebasan masyarakat dalam

memilih produk-produk yang ingin dikonsumsinya.

2)  Perlindungan Konsumen

Page 149: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 149/219

149

Pemerintah lokal dan pusat memiliki kewajiban sebagai penengah diantara

kepentingan pelaku usaha dan kepentingan konsumen agar masing-masing

 pihak dapat berjalan tanpa sanling merugikan satu sama lain. Dalam hal ini

 pemerintah harus bertanggungjawab terhadap pembinaan dan pengawasan

 penyelenggaraan perlindungan konsumen, termasuk didalamnya adalah

mengawasi skala kelayakan produk, mengawasi kesehatan pekerja,

 penggunaan aturan sanitasi pada proses produksi, inspeksi terhadap daging,

susu, dan makanan di pedagang besar, inspeksi aturan polusi di industri dan

lain-lain

3)  Undang-undang Ketenagakerjaan

Pemerintah pusat dmengacu juga kepada undang-undang federal

memberlakukan pajak terhadap perusahaan untuk dana kompensasi pensiun,

dana kesejahteraan pekerja, dan situasi kerja.

4)  Undang-undang Asuransi Tenaga Kerja

Kewenangan pemerintah dalam hal ini membuat undang-undang yang

menjamin perawatan kesehata, keselamatan dan keamanan karyawan dalam

 bekerja.

5)  Lisensi, Perijinan, dan Registrasi

Perizinan biasanya dikeluarkan oleh pemerintah lokal bagi seseorang yang

memiliki tipe bisnis menjual produk dari rumah ke rumah. Sedangkan

 pemerintah pusat mengatur mengenai pendaftaran dan pemberian lisensi

terhadap pelaku usaha skala besar.

6)  Informasi dan Pendampingan Pasar

Kewenangan pemerintah dalam hal ini adalah memberikan informasi pasar,

 pendampingan modal, promosi produk pertanian, dan melakukan sosialisasi

 peraturan standarisari peng- grading -an produk untuk sayuran, buah, ternak,

telur, dll.

7)  Peraturan Input Pertanian

Page 150: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 150/219

150

Kewenangan pemerintah dalam hal ini adalah meliputi mengevaluasi

 pendaftaran dan pelabelan benih, pakan, pupuk, dan beberapa input pertanian

lainnya untuk melindungi produsen pertanian. Selain itu peerintah juga

 berwenang melakukan uji tanah, analisa pupuk, mengawasi program

kesehatan ternak dan mengawasi penyakit tanaman, penanggulangan hama,

dan melakukan inspeksi terhadap produk pertanian dan peternakan.

8)  Peraturan Komisi

Contoh dari peraturan komisi pusat terdiri atas pengaturan penggunaan

sumberdaya di perusahaan, seperti air, listrik, gas alam, telepon, dll.

9)  Pajak

Pajak yang harus dibayar pelaku agribisnis diantaranya: pajak penghasilan,

 pajak bangunan, pajak penjualan, pajak bisnis  frenchise,  pajak penghasilan,

dll.

10) Undang-undang Zonasi

Kewenangan pemerintah lokal dalam hal ini adalah membuat undang-undang

secara khusus,misalnya aturan penebangan pohon, pemotongan hewan,

 penggunaan pupuk bagi tanaman, dll

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN

AGRIBISNIS INDONESIA

Dalam rangka melaksanakan misi pembangunan sistem dan usaha

agribisnis, beberapa kebijakan dasar dan utama pemerintah berikut ini perlu

dilakukan.

Kebijakan Mikro

Kebijakan makro yang dimaksud disini adalah upaya menciptakan iklim ekonomi

yang kondusif bagi pembangunan melalui instrumen makro ekonomi, baik

moneter maupun fiskal. Instrumen moneter seperti suku bungam uang beredar,

Page 151: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 151/219

151

dan nilai tukar dapat dijadikan alat kebijakan dalam merangsang berkembangnya

sistem dan usaha agribisnis. Dengan menetapkan suku bunga yang relatif rendah

serta perlakuan kredit khusus bagi investasi dan atau modal kerja unit usaha yang

 bergerak dalam bidang agribisnis, maka pertumbuhan unit usaha sektor agribisnis

diharapkan makin cepat.

Hal lain yang perlu memperoleh perhatian dalam kebijakan suku bungan

dan pengkreditan adalah tercapainya keseimbangan alokasi kredit pada subsistem

agribisnis hulu, subsistem on farm dan subsistem agribisnis hilir sedemikian rupa,

sehingga ketiga subsitem tersebut berkembang secara seimbang. Dua instrumen

 penting kebijakan fiskal yang dapat dilakukan pemerintah adalah alokasi

 pengeluaran pemerintah untuk pembangunan dan perlakuan pajak. Kebijakan

 penerapan pajak dalam rangka perolehan dana pembangunan harus dilakukan

secara bijak agar mampu merangsang dunia usaha yang bergerak dalam sektor

agribisnis. Demikian pula pembelanjaan anggaran pembangunan (investasi

 pemerintah) harus memberikan bobot yang lebih besar terhadap pembangunan

sektor riil yang terkait langsung dengan pembangunan sistem dan usaha

agribisnis.

Selain investasi pemerintah, terdapat investasi lain yang dapat berpengaruh

terhadap sistem dan usaha agribisnis. Investasi tersebut mencakup investasi

swasta domestik (PMDN) dan inestasi swasta asing (PMA). Investasi PMA dan

PMDN tidak dapat sepenuhnya siatur oleh pemerintah karena tergantung

 pengusaha itu sendiri. Namun, pemerintah dapat mempengaruhi keputusan

koperasi swasta melalui pengalokasian investasi pemerintah pada agribisnis dan

 bentuk-bentuk promosi yang lain.

Kebijakan Pengembangan Industri

Kebijakan pembangunan sektor industri sepatutnya lebih ditujukan untuk

menjadikan sektor industri sebagai tulang-punggung kegiatan sistem agribisnis

dan usaha-usaha agribisnis, khususnya untuk memperkuat bagian hulu dan hilir

dari sistem agribisnis. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan sektor industri

harus lebih diarahkan pada pengembagan agroindustri yang menunjang

Page 152: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 152/219

152

 pengembangan komoditas pertanian andalan utama sebagian besar petani dan

mampu memenuhi standar mutu permintaan pasar. Kebijakan ini membutuhkan

kearifan dari para penentu kebijakan demi sinkronisasi pembangunan secara

nasional.

Untuk mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan

 bersaing, pembangunan sistem agribisnis ke depan perlu didorong untuk

mempercepat pendalaman (deeping ) struktur industri balik ke hilir (down- stream)

maupun ke hulu (up-stream). Dengan melihat karakteristik bahan pertanian maka

diperlukan pengembangan industri hilir maupun hulunya. Jika hanya

mengandalkan komoditas pertanian primer, Indonesia akan cenderung berperan

sebagai penerima harga ( price taker ) dalam pasar internasional.

Pendalaman struktur industri agribisnis ke hilir dilakukan dengan

mengembangkan industri-industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi

 produk olahan baik produk antara (intermediate product), produk semi-akhir

(semi-finished product) dan terutama produk akhir (final product). Pendalaman

struktur industri ke hulu dilakukan dengan mempercepat pengembangan industri

 pembibitan/ pembenihan seluruh komoditas agribisnis potensial Indonesia,

 pengembangan industri agrootomotif yang menghasilkan mesin dan peralatan

yang diperlukan baik pada subsistem on-farm agribisnis, maupun pada subsistem

agribisnis hilir (industri pengolahan) serta pengembangan industri agrokimia

seperti industri pupuk, industri pestisida, dan industri obat-obatan/ vaksin hewan.

Kebijakan Perdagangan dan Kerjasama Internasional

Perdagangan/ pemasaran komoditas agribisnis biasanya sudah merupakan

kegiatan yang terintegrasi dengan industri pengolahan (agroindustri). Tetapi ada

kecendrungan pandangan yang demikian menjadikan kegiatan perdagangan/

 pemasaran hanya merupakan bagian lanjutan kegiatan setelah produk dihasilkan,

 padahal kegiatan perdagangan/ pemasaran memiliki banyak fungsi selain fungsi

menjual barang. Fungsi informasi mengenai spesifikasi dan jumlah produk yang

diminta konsumen, harga dan kecendrungan perubahan jenis serta selera

konsumen merupakan beberapa contoh fungsi pemasaran yang informasinya

dibutuhkan dalam pengembangan system dan usaha agribisnis. Mengingat hingga

Page 153: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 153/219

153

saat ini masih banyak dijumpai adanya berbagai kelemahan dan distorsi dalam

 perdagangan/ pemasaran di dalam negeri, maka diperlukan berbagai kebijakan

yang dapat mengefektifkan fungsi-fungsi perdagangan/ pemasaran untuk

memperlancar arus barang dan jasa. Mekanisme transparansi pembentukan harga

(price discovery) merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk

meningkattkan efesiensi pemasaran. Bentuk-bentuk pasar seperti bursa komoditas

dan pasar lelang merupakan bentuk pasar yang perlu dikembangkan. Sudah tentu

 peningkatan kemampuan nilai tukar petani harus menjadi prioritas perhatian

dalam kebijakan perdaganagan ini.

Posisi Indonesia dalam perdagangan global haruslah tetap ditempatkan

dalam kerangka pembangunan ekonomi Indonesia. Instrumen-instrumen

 perdagangan seperti bea cukai dan pajak ekspor harus dirancang dalam rangka

memperkuat struktur industri termasuk Agroindustri dan merangsang tumbuhnya

usaha- usaha agribisnis nasional. Harus ada kebijakan arif untuk memberikan

 perlindungan yang wajar bagi produk-produk agribisnis lokal. Dalam konteks

kerjasama seperti AFTA, APEC kepentingan ekonomi nasional harus menjadi

focus yang perlu diposisikan.

Untuk mendukung pengembangan agribisnis, kantor-kantor perwakilan

Indonesia di Negara-negara lain (Kantor duta besar dan konsulat) perlu

didayagunakan untuk mendukung pembangunan agribisnis di Indonesia selain

kepentingan politik luar negeri. Kantor-kantor perwakilan tersebut harus menjadi

 pusat promosi produk-produk agribisnis Indonesia di Negara tersebut. Dengan

demikian. Kantor-kantor perwakilan Indonesia di luar negeri dapat berfungsi

sebagai entry   point   usaha-usaha agribisnis Indonesia untuk memeiliki pasar Negara lain. Selain itu, kantor perwakilan kita perlu secara proaktif market  

intelegance  diantaranya melakukan kegiatan pemantauan peluang-peluang pasar

 produk agribisnis yang berprospek dan perusahaan-perusahaan yang dapat diajak

menjadi partner pengusaha agribisnis Indonesia.

Selain kebijakan domestik, kebijakan Negara lain yang mengekspor produk

agribisnisnya ke Indonesia perlu diperhatikan dalam manajemen perdagangan

internasional. Produk-produk agribisnis yang menerapkan dumping , sehingga

Page 154: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 154/219

154

seakan-akan kompetitif di Indonesia perlu memperoleh perhatian. Oleh karena itu,

undang-undang atau peraturan anti-dumping   di Indonesia perlu dibuat sesegera

mungkin.

Kebijakan Pengembangan Infrastruktur

Keberadaan Infrastruktur tidak hanya dibutuhkan untuk mendukung usaha

agribisnis yang sudah ada, tapi juga merangsang tumbuhnya usaha-usaha baru

yang dibutuhkan dalam pembangunan system dan usaha agribisnis.

Pengembangan infrastruktur sebagai bagian dan pelayanan public akan lebih

efektif apabila: (a) sesuai dengan kebutuhan/ kepentingan publik, (b) mampu

menunjang pengembangan usaha yang dilakukan masyarakat banyak, dan (c)

mampu merangsang tumbuhnya usaha-usaha atau investasi baru yang dapat

memacu perkembangan ekonomi wilayah. Dalam kaitannya dengan pembangunan

dan usaha agribisnis, maka kebijakan pembangunan infrastruktur perlu diarahkan

 pada insfrastruktur yang dibutuhkan oleh banayak pelaku agribisnis dan mampu

merangsang para investor untuk melakukan usaha agribisnis. Infrastruktur seperti

sarana pengairan dan drainase, jalan, listrik,  farm road , pelabuhan (khususnya

 pelabuhan-pelabuhan ekspor baru di wilayah Indonesia timur Indonesia),

transportasi dan telekomunikasi merupakan prasarana yang sangat dibutuhkan

dalam pembangunan sitem dan usaha agribisnis.

Kebijakan Pengembangan Kelembagaan

Dalam pembangunan system dan usaha agribisnis, hala yang perlu

dikembangkan bukan sekedar unit – unit usaha yang mampu berkembang karena

memang dibutuhkan sebagai bagian dari keberlangsungan system dan usaha

agribisnis. Dengan kata lan, berbagai fungsi atau usah yang bersifat melembaga

 perlu dupayakan melalui berbagai kebijakan. Kebijakn-kebijakan yang dimaksud

antara lain : Pengembangn Lembaga Keungan, Pengembangan Fungsi Penelitian

dan Pengembangan, Pengembangan SDM, dan Pengembangan Organisasi

Ekonomi Petani

Page 155: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 155/219

155

Kebijakan Pemanfaatan dan Penggunaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan

Pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang mendayagunakan

keragaman sumberdaya alam (hayati) tidak akan sustainable bila keanekaragaman

hayati tidak dilestarikan. Oleh karena itu upaya pelestarian sumberdaya

keragaman hayati perlu ditempatkan sebagai bagian dari pembangunan sitem dan

usaha agribisnis. Dalam pelestarian sumberdaya keragaman hayati, perlu

dikembangkan bentuk- bentuk pelestarian keragaman hayati, baik dalam bentuk

kebun koleksi plasma nuftah maupun pelestarian habitat asli ekosistem tanaman

disetiap daerah. Kebun plasma nuftah dan habitat asli tanaman tersebut

merupakan bank genetik yang berfungsi sebagai penyedia materi genetik untuk

memperbaharui dan mendiversifikasi komoditas/ produk agribisnis. Kebun plasma

nuftah ini perlu dikelola sebagai bagian dari industri pembibitan/ pembenihan atau

 pusat-puasat penelitian bioteknologi. Selain bentuk-bentuk pelestarian

sumberdaya alam dalam bentuk kebun plasma nuftah, pelestarian hutan, tanah, air,

dan perairan umum juga perlu di perhatikan. Untuk itu, menumbuh kembangkan

kelembagaan local dan melegalisasikan hak ulayat masyarakat local perludiupayakan.

Dalam upaya pelestarian sumberdaya alam, masalah  propery right  menjadi

sangat penting, karena menyangkut masalah tanggung jawab pelestarian. Selama

ini banyak sumberdaya alam seperti hutan tidak jelas pemiliknya, yang ada

hanyalah milik Negara. Sistem penguasaan milik Negara tidak kondusif bagi

 pelestarian SDA, karena terjebak pada apa yang disebut sebagai tragedy of

commons (semua pihak merasa berhak memanfaatkan, namun tak seorang pun

yang bersedia untuk melestarikannya). Oleh karena itu, bagi SDA yang masih

demikian perlu diperjelas pemiliknya sehingga ada yang bertanggung jawab

dalam pelestariannya.

Selain itu perlindungan pada lahan pertanian perlu dilakukan. Hal ini

mengingat sudah sekitar 1 juta hektar lahan sawah produktif di Indonesia beralih

fungsi dalam kurun waktu 1983 – 1993. Dalam upaya pelestarian sumberdaya

Page 156: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 156/219

156

alam, masalah property right menjadi sangat penting, karena menyangkut masalah

tanggung jawab pelestarian. Selama ini banyak sumberdaya alam seperti hutan

tidak jelas pemiliknya, yang ada hanyalah milik Negara. Sistem penguasaan milik

 Negara atau milik umum tidak kondusif bagi pelestarian SDA karena terjebak

 pada apa yang disebut sebagai tragedy of  commons (semua pihak merasa berhak

memanfaatkan namun tak seorang pun yang bersedia untuk melestarikannya).

Oleh karena itu, bagi SDA yang masih demikian perlu diperjelas pemiliknya

sehingga ada yang bertanggung jawab dalam pelestariannya. Perlindungan lahan

 pertanian ini juga berkaitan dengan kebijakan makro ekonomi yang menekan

agribisnis seperti rezinm perdagangan yang pro-impor, kebijakan suku bunga

yang tinggi, akan membuat lahan pertanian menjadi under valued.  Sehingga

mudah mengalami alih fungsi. Oleh karena itu, kebijakan ini harus dihindari.

Penerapan pajak tinggi pada lahan tidur dapat dilakukan secara optimalisasi

SDA. Disamping itu pemberian penghargaan pada para pelestari SDA dan sanksi

 bagi perusak lingkungan juga perlu dijadikan kebijakan yang dituangkan dalam

suatu produk hukum yang mengikat perlindungan lahan pertanian subur seperti

lahan sawah perlu mencakup ekosistemnya yaitu termasuk wilayah tangkapan air

(catchmen area). Sebab tidak ada gunanya melindungi lahan sawah bila wilayah

tangkapan air untuk irigasi dengan mudah beralih fungsi. Oleh karena itu prinsip-

 prinsip pengelolaan sumberdaya alam secara integratif perlu dikembangkan.

Kebijakan Pengembangan Pusat-pusat Pertumbuhan Agribisnis

Daerah

Untuk mengoperasionalisasikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis,

 perlu dikembangkan atau diorganisasikan dalam bentuk pusat-pusat pertumbuhan

agribisnis didaerah sesusai dengan keunggulan masing-masing daerah.

Pengembangan pusat-pusat agribisnis tersebut harus dikaitkan dengan ekonomi

regional sedemikian rupa sehingga secara bertahap agribisnis didaerah yang

 besangkutan makin terintegrasi dengan perekonomian regional dan dunia. Tentu

saja disamping pertumbuhan pusat-pusat agribisnis secara fisik, pengembangan

sistem informasi agribisnis juga perlu dilakukan.

Page 157: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 157/219

157

Pada pusat-pusat pertumbuhan agribisnis perlu diperlengkapi infrastruktur

yang diperlukan seperti jalan baik yang menghubungkan industri pengelolaan

dengan subsistem on-farm  maupun antarpusat pertumbuhan agribisnis dengan

 pelabuhan ekspor. Selain itu juga dikembangkan fasilitas pergudangan, terminal

agribisnis, dan bursa komoditas/ produk agribisnis, beserta fasiltas lain yang

diperlukan untuk berkembangnnya sistem dan usaha agribisnis.

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis daerah haruslah inklusif

dengan pembangunan daerah yang bersangkutan. Pengembanagn Kawasan

Pertumbuhan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang ekslusif seperti dimasa lalu

hendaknya tidak perlu diulang lagi. KAPET yang perlu dikembangkan ke depan

adalah KAPET agribisnis yang sangat terintegrasi dengan ekonomi rakyat daerah.

Sehingga kehadiran KAPET agribisnis tersebut benar-benar memfasilitasi

 pengembangan ekonomi daerah. Kapet-kapet agribisnis juga dimaksudkan dapat

terbentuk Kawasa Agroindustri Terpadu (KAT), serta pengembangan Sentra

Produksi Agribisnis Kmoditas Unggulan (SPAKAU), dan kawasan Andalan

(KADAL)). Pola insentif yang mampu merangsang investasi agribisnis oleh para

 pengusaha local di Kapet-kapet agribisnis tersebut perlu diciptakan, khususnya

oleh pemerintah daerah.

Kebijakan Pembangunan Ketahanan Pangan

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang No.7 Tahun1996 tentang

 pangan, bahwa pengembangan pangan dan kesehjahtraan petani adalah kewajiban

 bersama antar pemerintah dan mesyrakat. Peran pemerintah adalah melaksanakan

 pengaturan dan pengendalian agar berkembang suatu sistem pengusahaan pangan

yang adil dan bertanggung jawab.

Ketahanan pangan adalah terpenuhnya pangan, baik dalam jumlah, mutu,

keaman, maupun kesesuaian dengan sosio kultur; dapat dijangkau secara fisik

maupun ekonomi; dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan individu setiap

waktu untuk sehat, tumbuh, dan produktif. Unsur utama dari ketahan pangan

adalah ketersedian pangan yang cukup, distribusi yang menjamin setiap individu

dapat mengakses, serta mengonsumsi yang menjamin setiap individu memperoleh

Page 158: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 158/219

158

asupan zat gizi dengan jumlah dan keseimbangan yang cukup. Dengan pengertian

tersebut, maka agribisnis komoditas pangan yang berbasis sumberdaya pangan

local, yang menghasilakn, mengolah, dan memasarkan berbagai ragam produk

 pangan serta memberikan pendapatan bagi masyarakat, memberikan konstribusi

yang sangat besar terhadap terwujudnya ketahanan pangan.

Dalam GBHN tahun 1999 – 2004 diamanatkan sebagai berikut :

“mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman

sumberdaya bahan pangan, kelembagaan, dan budaya local dalam menjamin

sumberdaya pangan yang terjangkau, dengan memperhatikan peningkatan

 pendapatan petani/ nelayan serta produksi yang diatur dengan undang-undang”.

Komponen dari sistem ketahananan pangan yaitu ketersedian, distribusi dan

konsumsi, tidak lain adalah kegiatan usaha berbasis agribisnis. Berdasarkan hal

tersebut, maka peningkatan dan pemantapan ketahan pangan dilaksanakan dengan

 pendekatan sistem agribisnis, yang merupakan rangkaian yang terintegrasi antara

subsistem hulu, usahatani, hilir dan subsistem jasa. Dengan pendekatan tersebut,

kebijakan ketahanan pangan diarahkan pada: (a) keragaman sumberdaya,

kelembagaan dan budaya local; (b) efisensi ekonomi dan keunggulan kompetitif

wilayah; (c) pengaturan distribusi pangan mengacu pada mekanisme pasar yang

kompetitif; (d) sebagai bagian dari upaya peningkatan pendapatan petani.

Mengingat actor dari sistem ketahanan pangan adalah para pelaku usaha yaitu

 produsen, pengolah dan distribusi yang sebagian besar pengusaha kecil, maka

upaya peningkatan dari pemantapan ketahanan pangan dilaksanakan dalam

kerangka memberdayakan kelompok masyarakat agar mampu, mandiri dalam

mengembangkan usahanya secara berkelanjutan, di dalam suatu perekonomianyang mengikuti asas mekanisme pasar yang berkeadilan.

Kebijakan ketahanan pangan adalah kebijakan yang bersifat menyelaraskan

kegiatan-kegiatan yang menujang ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan,

agar setiap individu dapat mengakses pangan dan mengelola konsumsinya untuk

memenuhinya kecukupan gizi. Dalam hal subsistem ketersedian pangan,

kebijakan yang perlu dilakukan adalah menyeleraskan antara produksi , ekspor,

impor dan konsumsi sehingga terjadi keseimbangan sesuai dengan kebutuhannya

Page 159: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 159/219

159

 pada wilayah yang bersangakutan, dan antar wilayah dari waktu ke waktu pada

tingkat harga yang proposional. Kebijakan subsistem distribusi pangan diarahkan

untuk mendorong kelancaran proses distribusi dari lokasi produsen dengan

konsumen sehingga masyarakat diseluruh wilayah yang dibutuhkannya. Demikian

 pula, kebijakan subsistem konsumsi pangan diarahkan untuk mendorong

masyarakat mampu mendayagunakan sumberdayanya untuk memperoleh dan

konsumsi pangan sehingga setiap individu mendapat asupan gizi yang cukup dan

seimbang.

Contoh Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Indonesia

5. 

Inpres No. 14 Tahun 2011Sesuai dengan Inpres No. 14 Tahun 2011 tentang Percepatan Pelaksanaan

Prioritas Pembangunan Tahun 2011, Menteri Pertanian mendapatkan amanat

untuk menjalankan tugas yang meliputi 10 Rencana Aksi dan 26 Sub Rencana

Aksi. Kesepuluh Rencana Aksi tersebut mencakup: (1) Peningkatan integrasi

PNPM penguatan; (2) Pengelolaan air untuk pertanian; (3) Peningkatan produksi

ternak ruminansia; (4) Penyaluran bantuan dan subsidi benih tanaman pangan; (5)

Penyaluran pupuk bersubsidi; (6) Perluasan areal pertanian; (7) Pengembangan

ketersediaan dan penanganan rawan pangan; (8) Percepatan penganekaragaman

konsumsi pangan; (9) Pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga

 pangan; dan (10) Konsep kebijakan penyediaan subsidi beras untuk masyarakat

 berpenghasilan rendah/raskin. Berdasarkan hasil penilaian UKP4 pada Laporan

B12 (sampai Desember 2011), Kementerian Pertanian telah melaksanakan seluruh

rencana aksi dan mencapai target sesuai yang ditetapkan (pencapaian berkisar

antara 100% sampai dengan 227,55%).

6.  Inpres No. 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi 

Papua dan Provinsi Papua Barat 

Dalam rangka melaksanakan penugasan Inpres 5 Tahun 2007 tentang

Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Kementerian

Pertanian telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 277,96 miliar untuk

Provinsi Papua dan sebesar Rp. 106,92 miliar untuk Provinsi Papua Barat, serta

menetapkan bahwa pembangunan pertanian di kedua Provinsi tersebut akan

Page 160: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 160/219

160

difokuskan pada: 1).  Merauke Integrated Food dan Energy Estate (MIFEE), 2)

Pengembangan ternak sapi potong dan babi, dan 3) Pengembangan kedelai.

1) 

Merauke Integrated Food dan Energi Estate (MIFEE)

Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke telah mengalokasikan areal seluas

1,2 juta hektar yang terbagi atas 10 klaster. Untuk jangka pendek (2011-2014),

 prioritas pengembangan pada Klaster I dan IV seluas 464.954 hektar dengan lahan

yang clear and clean seluas 228.022 hektar. Komoditas pangan yang akan

dikembangkan adalah: padi, jagung, kedelai, tebu dan sapi.

Kegiatan yang telah dilakukan antara lain : (1) Telah diterbitkan  grand design

MIFEE, (2) grand-launching MIFEE, (3) inventarisasi rencana investigasi dari 14

investor dengan ijin seluas 548.315 hektar, (4) pembangunan/rehabilitasi jalan

usaha tani dan irigasi, (5) demplot System Rice of Intensification (SRI). Kendala

yang dihadapi saat ini belum diterbitkannya ijin penggunaan lahan dari HPK

menjadi APL serta infrastruktur yang terbatas. Hal lain yang ditunggu para pelaku

usaha adalah penetapan Kawasan Ekonomi Khusus di wilayah Merauke.

2) Pengembangan Ternak Sapi Potong dan Babi 

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat berpeluang menjadi sentra daerah

 produksi sapi potong dan babi nasional terutama di Provinsi Papua Barat untuk 10

- 15 tahun mendatang. Saat ini kegiatan operasional pengembangan sapi potong

dan babi yang telah dilaksanakan adalah Sarjana Membangun Desa (SMD)

sebanyak 69 unit (Rp 900 juta) di Provinsi Papua dan 66 unit (Rp. 33,26 miliar) di

Provinsi Papua Barat, Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3)

sebanyak 7 unit (Rp. 850 juta) dan 15 unit (Rp. 2,35 miliar), PUAP sebanyak 198

Gapoktan (Rp. 19,8 miliar) di Provinsi Papua dan 207 Gapoktan (Rp. 20,7 miliar)

di Provinsi Papua Barat, Insentif Penyelamatan Sapi Betina Produktif Rp. 6,3

miliar di Provinsi Papua Barat dan Rp. 5,8 miliar di Provinsi Papua.

Page 161: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 161/219

161

3) Pengembangan Kedelai

Pengembangan kedelai di NTT dilakukan secara bertahap, yaitu pada tahun

2011 seluas 2.000 hektar, tahun 2012 seluas 3.000 hektar, tahun 2013 seluas 4.000hektar dan pada tahun 2014 seluas 5.000 hektar. Pada tahun 2011, pengembangan

kedelai dilakukan melalui: 1) pemberdayaan Balai Benih setempat untuk

menangkarkan benih sumber seluas 3,2 hektar, 2) pemberian bantuan saprodi

(pupuk kimia, Rhizobium, kapur pertanian dan pestisida), 3) pemberian paket alat

dan mesin pertanian seperti: hand traktor,  power tresher , peralatan pengolahan

tahu-tempe dan susu kedelai, 4) pemberian bantuan sapi kerja kepada petani, 5)

 pemberian pelatihan budidaya kedelai, panen dan pasca panen serta pengolahan

hasil, 6) Melakukan koordinasi, pembinaan, pendampingan, monitoring dan

 pelaporan.

3. Arahan Presiden untuk Percepatan Pembangunan Provinsi Nusa

Tenggara Timur 

Sebagai tindak lanjut arahan Presiden untuk Percepatan Pembangunan

Provinsi Nusa Tenggara Timur, maka berdasarkan potensi wilayah, Kementerian

Pertanian telah menetapkan untuk mengembangkan produksi jagung dan ternak

sapi potong, serta pembangunan embung di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk

mendukung upaya pengembangan produksi jagung, pada tahun 2011 dimulai

 pembangunan 1 Unit Pengolah Biji (UPB) jagung komposit di Nusa Tenggara

Timur dengan kapasitas 2 ribu ton setiap tahunnya. Pada tahun 2011 produksi

 jagung di Nusa Tenggara Timur (Angka Ramalan III) sebesar 522,97 ribu ton.

Pengembangan ternak sapi potong difokuskan di Kabupaten Belu dan

Kabupaten Kupang melalui: (i) peningkatan populasi, (ii) pengembangan pakan,

(iii) regulasi distribusi bibit, ternak dan daging, (iv) penguatan kelembagaan, (v)

 peningkatan produktivitas, dan (vi) penguatan infrastruktur. Pengembangan ternak

sapi potong dilakukan untuk meningkatkan populasi melalui penambahan indukan

sapi, yang pada tahun 2011 sudah terealisasi sebanyak 2.058 ekor. Untuk

mengatasi ketersediaan air, telah dibangun embung sebanyak 328 unit di 19

Kabupaten.

Page 162: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 162/219

162

LATIHAN

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang Peranan Pemerintah Dalam

Agribisnis, coba Anda uraikan pertanyaan latihan berikut ini.

1.  Jelaskan peranan pemerintah terhadap perdagangan internasional produk

 pertanian.

2.  Sebutkan berbagai macam peraturan lokal dan pusat yang mempengaruhi

kegiatan agribisnis.

3.  Jelaskan mengenai kebijakan pemanfaatan dan penggunaan sumberdaya

alam dan lingkungan.

4.  Sebutkan contoh bentuk tanggung jawab sosial perusahaan agribisnis

terhadap keberlanjutan lingkungan.

5.  Jelaskan contoh pelaksanaan kebijakan pemerintah mengenai

 pembangunan agribisnis di Indonesia

TES FORMATIF

Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1.  Apakah yang dimaksud undang-undang antitrust ?

2.  Sebutkan istilah-istilah lain dari antitrust. 

3.  Undang-undang nomor berapakah yang mengatur tentang

ketenagakerjaan?

4.  Tindakan apa saja yang dilakukan pemerintah untuk menjamin

 perlindungan konsumen.

5.  Sebutkan komponen dari sistem ketahanan pangan.

6.  Sebutkan syarat pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis.

7.  Apakah yang dimaksud kebijakan mikro agribisnis?

8.  Apakah yang dimaksud kebijakan pengembangan industri?

Page 163: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 163/219

163

9.  Apakah yang dimaksud dengan property right ?

10. Apakah yang dimaksud dengan istilah tragedy of commons? 

Page 164: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 164/219

164

KEGIATAN BELAJAR 7

Modul PENGEMBANGAN KASUS

AGRIBISNIS13

INDUSTRI STRATEGIS GULA DAN TEMBAKAU DI JAWA

TIMUR

Unit Usaha Strategis (UUS) yang utama di Jawa Timur adalah gula dan

tembakau, yaitu unit usaha yang mempunyai ciri padat karya dan padat model.

Unit usaha ini termasuk 10 besar industri di Indonesia (2005) diantara unit usaha

lainnya seperti industri primer pertambangan, pertanian, industri jasa rumah sakit

dan pendidikan belum berkembang secraa optimal. UUS gula dan UUS tembakau

merupakan sistem usaha agribisnis yang menjadi unggulan di wilayah Jawa Barat.

Bungaran Saragih (2008) menyatakan bahwa “kebijakan agribisnis mempunyai

hubungan yang erat dengan politik agribisnis, dimana politik agribisnis itu sendiri

terdapat campur tangan pemerintah dalam bidang agribisnis”. Selanjutnya

dikatakan “jika berbicara tentang kebijakan agribisnis, maka konteks dari

kebijakan tersebut harus memasukkan paradigma dengan modifikasi yang sesuai

dengan kepentingan dan perkembangan masyarakat Indonesia.

Kultur dari kedua unit usaha ini telah terbentuk semenjak jaman kolonial

hingga saat ini, kultur baik yang menyangkut budaya maupun pemasaran telah

mengalami perubahan. Pada jaman kolonial, kualitas produk mutlak dibawah

kontrol perusahaan, demikian juga pasar berstruktur monopoli, pemerintah

Belanda memberikan dukungan sepenuhnya terhadap keberadaan komoditas gula

dan tembakau yang berorientasi ekspor. Pada abad 21 telah terjadi perubahan

 besar yaitu diberlakukannya keunggulan komperatif (comparative advantage) dan

keunggulan kompotitif (competitive advantage) oleh pasar dunia. Perlindungan

terhadap sebagai dampak negatif yang timbul akibat mengkonsumsi komoditas

Page 165: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 165/219

165

tembakau dilakukan, bahkan ada larangan untuk meroko dan meminum cerutu

disegala tempat, permintaan menurun akibat perang terhadap tembakau

dicanangkan semenjak akhir abad 20. Selain itu cita rasa (taste) konsumen

tembakau berubah dari ceritu besar (cigar ) menjadi cerutu kecil (cigarrolos),

akibatnya banyak pabrik cerutu melakukan penggabungan (merger ). Keseluruhan

ini menyebabkan struktur pasar tembakau berubah menjadi oligopsoni (buyer  

market ). Gejala perubahan kultur dan struktur pengelolaan dan pasar tembakau ini

dirasakan oleh pelaku bisnis semenjak akhir abad 20.

Undang-undang yang mengatur tentang komoditas tebu dan tembakau juga

 berubah, peraturan perundangan yang mengatur budidaya tanaman , pengelolaan,

dan kelembagaan khusus komoditas tebu dan tembakau diberlakukan untuk

menata dan mengatur komoditas perdagangan termasuk kedua komoditas tersebut

(UU No. 12? 1989, Inpres No. 9/75 dlsb). Pada jaman kolonial Belanda, gula

masih berorientasi ekspor namun pada akhir abad 20 digunakan untuk kebutuhan

dalam negeri dan itu pun tidak cukup. Kualitas tebu menurun, rendemen menurun,

 petani bebas menanam komoditas apa saja yang dianggap menguntungkan. Impor

gula jenis raw sugar atau sejenisnya serta gula rafinasi dari luar negeri dapat

menurunkan harga tebu dari petani yang memiliki kebebasan komoditas yang

dianggap menguntungkan. Tarik menarik antara keinginan untuk mendorong

industri gula dengan komponen kemitraan petani tebu menjadi mampu bersaing

dengan gula impor memerlukan kecermatan dalam antisispasinya karena dapat

menyebabkan pabrik gula dan tebu rakyat menjadi tidak efisien, akibatnya tidak

memiliki keunggulan komparatif dan/ atau kompetitif. Perubahan-perubahan ini

 perlu dipikirkan dan diantisipasi secara cerdas, efisien, dan strategis agar kedua

 produk komoditas ini menjadi komoditas strategik yang menghasilkan keuntungan

yang mempu memperkuat anggaran pendapatan belanja.

Unit Usaha Strategis Gula

Berdasarkan uraian persamsalahan diatas upaya mengatasi permasalah tersebut

dilakukan Jawa Timur dengan menyampaikan usulan perubahan mendasar dalam

 pengadaan bahan baku tebu (meningkatkan produktivitas dan kualitas) dengan

cara “bongkar ratoon” yang ditandai dari APBN yang bekerjasama dengan P3GI,

Page 166: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 166/219

166

 N10, dan N11 serta PT Rajawali dan PTKBA dalam pengadaan bibit. Kebijakan

 perbaikan bahan baku tebu tersebut kemudian diantisipasi oleh pabrik menuju

 produk yang efisien yaitu dengan memberikan penghargaan perbaikan produksi

dan produktivitas tebu dengan emberikan apresiasi pada Nilai Nira Perahan

 pertama (NPP).

Selain itu Departemen Perdagangan dan Perindustrian juga memperbaiki

kebijakan tata niaga impor gula (Kepmen Perdagangan Perindustrian 527/2004).

Kebijakan ini muncul untuk menjawab adanya anggapan bahwa petani dirugkan

oleh pabrik dalam hal penyediaan bahan baku tebu untuk pabrik gula.

Perbaikan pabrik juga harusnya dapat dilakukan dari dana internal PTPN yang

diambil dari anggaran penyusutan, investasi berupa renovasi dan modernisasi

 pabrik dengan melalui program APBN. Namun hal tersebut belum dapat

dilakukan karena kondisi keuangan negara. Secara umum, untuk menjadikan

industri gula ini memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, langkah yang

dibutuhkan yaitu:

1)  Meningkatkan efisiensi pabril dengan renovasi/ modernisasi mesin, power,

 pengolahan gula serta tatanan pabrik. Tujuannya agar menjadikan pabrik

sebagai penjuala jasa giling yang dapat dipertanggungjawabkan dan

menjadi sumber keuntungan

2)  Meningkatkan kualitas bahan baku tebu (bongkar ratoon, perbaikan bibit,

dan peningkatan produktivitas) diikuti dengan perbaikan baku teknis,

kultur teknis, dan kelembagaan (tri partitie, antara petani, pabrik, dan

 pemerintah).

Unit Usaha Strategis Tembakau

Berdasarkan uraian permasalahan sebelumnya, makan dalam mencari solusi

 permasalahan tersebut, perlu diketahui bahwa Indonseia sebagai eksporti

rtembakau bahan baku cerutu ke negara-negara Eropa, Amerika, dan Afrika

mempunyai dua segmen penting yang didasarkan kualitas. Untuk segmen pasar

kualitas dekblad dan omblad (wrapper dan binder)  indonesia memiliki market

 share lebih dari 64 persen, kualitas dekblad kurang dari 34 persen. hal ini berarti

 produk kualitas ini didiominasi Indonesia.

Page 167: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 167/219

167

Unit usaha strategis tembakau cerutu lebih berorientasi pada pasar internasional

daripada lokal. tekanan usaha lebih diutamakan pada pasar, karena industriawan

cerutu yang makin sedikit jumlahnya, sementara itu perang terhadap rokok dan

cerutu yang berarti perang terhadap tembakau semakin gencar, maka kebutuhan

tembakau untuk cerutu semakin menurun.

!  Sifat pasar yang buyer market   menyebabkan struktur pasarnya oligopsoni,

dan untuk mengatasi struktur pasar oligopsoni tersebut dilakukan dengan cara

melakukan kemitraan dengan pembeli dan memperluas pasar agar tidak terjai

ketergantungan.

Strategi pasar cerutu N10 yang telah dilakukan pihak Indonesia telah benar

memeberikan manfaat sehingga tidak perlu diuba. Strategi tersebut yaitu 70

 persen untuk melayani/ mencukupi mmitra utama Burger Sohne Burg (BSB),

10 % melalui makelar Indonesia, 10% penjualan melalui penampung (pasar

lelang Bremen), dan 10% penjualan melalui makelar internasional. Kondisi

ini apabila dipertahankan akan cukup bagus, terlebih dapat melakukan

ekspansi dengan cara perluasan pasar.

!  Produksi tembakau cerutu menurut jenis dan kualitasnya harus didasarkan

 pada keinginan dan kebutuhan pelanggan (bukan hanya asal produksi saja).

 N10 diharapkan mampu memberikan pelayanan yang dapat memuaskan

 pelanggan.

!  Perluasan pasar untuk mencoba merebut kembali market share tembakau

cerutu Indonesia khususnya tembakau Sumatera (saat ini di N10

dikembangkan TBN FIN dan FIK) yang rata-rata satu persen per tahun

 beralih ke pesaing (Nicaragua, Costarica, Brasil, dan beberapa negara

Amerika Latin lainnya) sangat diperlukan usaha yang lebih keras lagi, dengan

cara mendekati industriawan cerutu di Eropa dan Amerika (USA), baik

melalui market  intelegent  maupun makelas ataupun badan penampung.

!  Untuk mengatasi masalah lahan usaha dan budidaya tanaman serta pasca

 panen (curing  dan sortasi) ditekankan pada kemampuan sumberdaya manusia

Page 168: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 168/219

168

yang memiliki skill ahli dan kondisi alam. Dalam hal ini career palnning

merupakan upaya agar ada kesinambungan dan keberlanjutan usaha strategis

tembakau. Standart operating procedure dan pengawasan serta keputusan

 pimpinan yang ahli dan tepat sangat diperlukan pada tahapan pekerjaan ini.

!  Dilakukannya analisis dan evaluasi mengenai efisiensi dan kinerja usaha di

unit strategis.

(Sumber : Saragih, 2010)

PEMBANGUNAN WILAYAH JAWA BARAT YANG

INTEGRATIF MELALUI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

Wilayah Jawa Barat merupakan salah satu wilayah pusat kegiatan ekonomi

nasional. Hal tesebut dapat dilihat dari kontribusi PDB Jawa Barat menduduki

 peringkat kedua dalam penyumbang PDB. Namun dalam kurun waktu tahun 1975

 – 1993 telah terjadi perubahan struktur perekonomian Jawa Barat, pangsa pasar

 pertanian primer turun dari 4 % (1975) menjadi 16% (1993), sementara itu pangsa

industri meningkat dari 8% (1975) menjadi 30% (1993). Wilayah Jawa Barat

 bagian Selatan yang masih di dominasi oleh sektor pertanian primer dan

menampung sekitar 30,7 persen angkatan kerja Jawa Barat hanya menerima 17%

PDRB Jawa Barat. Sementara wilayah Jawa Barat bagian Utara dan Tengah yang

menampung sekitar 69,3% angkatan kerja menikmati 83%PDRB Jawa Barat.

Data mengenai pangsa pasar antarsektor dan antarwilayah dalam PDRB

Jawa Barat memberikan indikasi bahwa proses pembangunan antarsektor danantarwilayah di Jawa Barat berjalan secara sendiri-sendiri. Bila perubahan struktur

 perekonomian yang demikian terus berlangsung, maka wilayah Jawa Barat bagian

Utara dan Tengah akan menjadi sasaran arus migrasi sumberdaya manusia dan

dikhawatirkan akan mengalami tekanan penduduk yang berlebihan sehingga

menimbulkan masalah ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan. Sementara itu

Jawa Barat bagian selatan akan menderita akibat pelarian SDM dan sumberdaya

modal dan menjadikannya semakin tertinggal. Untuk menghindari dampak

Page 169: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 169/219

169

tersebut maka diperluka strategi pembangunan wilayah Jawa Barat yang bersifat

integratif.

Pengembangan AgribisnisDalam hubungannya dengan pembangunan wilayah Jawa Barat yang terintegrasi,

 pembangunan wilayah dengan pendekatan agribisnis mampu memanfaatkan

keunggulan komparatif (comparative advantages) dari setiap wilayah yang

 berbeda melalui pembangunan subsistem agribisnis yang relevan. Jawa Barat

 bagian utara dan tengah yang unggul dari segi pasar, dapat dimanfaatkan oleh

agribisnis melalui pengembangan subsistem agribisnis hilir, yang terintegrasi

secara vertikal dengan subsistem usaha tani dan subsistem agribisnis hulu di Jawa

Barat Bagian Selatan yang unggul dari segi agrobiofisik. Dengan demikian,

 peningkatan pendapatan penduduk di Jawa Barat Bagian Utara dan Tengah ( yang

 berarti meningkattkan daya serap pasar ), akan mendorong pertumbuhan

subsistem agribisnis hilir diwilayah tersebut. Pertumbuhan agribisnis hilir ini akan

menarik subsistem agribisnis usaha tani dan subsistem agribisnis hulu di Wilayah

Jawa Barat Bagian Selatan, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan

 penduduk di Jawa Barat Bagian selatan. Kemudian, dengan bertumbuhnya

subsistem agribisnis hilir, usaha tani dan subsistem agribisnis hulu tersebut akan

menarik seluruh kegiatan industri jasa yang berkaitan dengan agribisnis (

 perbankan, transportasi dan lain – lain ).

Dengan mekanisme seperti itu, maka pembangunan dengan pendekatan agribisnis

akan mampu mengintegrasikan perekonomian wilayah Jawa Barat, baik antara

wilayah Utara, Tengah dan selatan; maupun antara sector pertanian dengan

industri/ agroindustri, sector pertanian dengan sektor jasa dan sektor industridengan sektor jasa. Selain itu, melalui mekanisme pasar, pembangunan wilayah

dengan pendekatan agribisnis akan mampu memperkecil pelarian sumberdaya

manusia dan pelarian modal dari Jawa Barat bagian Selatan ke wilayah Jawa

Barat bagian Utara dan Tengah, Bahkan potensial mendorong terjadinya

 penarikan kembali sumberdaya manusia dan capital dari Wilayah Jawa Barat

 bagian Utara dan Tengah ke Wilayah Selatan.

Page 170: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 170/219

170

Agar proses yang demikian dapat terjadi, maka komoditas yang dikembangkan di

Jawa Barat bagian Selatan hendaknya merupakan komoditas/ produk yang bersifat

memiliki elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi

(income elastic demand ), seperti komoditas perternakan dan hortikultura.

Konsumsi komoditas peternakan ( daging, telur dan susu )dan hortikultura

meningkat dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Kemudian, konsumen

hasil peternakan dan hortikultura terbesar di Jawa Barat selama ini berada pada

masyarakat yang mendiami Jawa Barat bgaian Utara dan Tengah; sementara

kemampuan Jawa Barat bagian Utara dan Tengah dalam menghasilkan komoditas

 peternakan dan hortikultura semakin menurun. Dengan demikian pertumbuhan

ekonomi di bagian Utara dan Tengah akan meningkatkan permintaan komoditas

 peternakan dan hortikultura, sehingga bila komoditas tersebut dikembangkan di

Jawa Barat bagian Selatan, peningkatan permintaan tersebut akan menarik

aktivitas ekonomi masyarakat Jawa Barat bagian Selatan.

Kemudian, untuk menjamin peningkatan pendapatan masyarakat di Jawa Barat

 bagian Selatan yang umumnya adalah petani, maka petani perlu didorong dan

difasilitasi untuk mengembangkan koperasi agribisnis. Di masa lalu, aktivitas

ekonomi petani kita hanya terbatas pada usaha tani saja, yang justru paling kecil

nilai tambahnya dibandingkan dengan nilai tambah agribisnis hulu dan hilir.

Dengan mengembangkan koperasi agribisnis secara vertikal, maka petani akan

dapat menangkap nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis tersebut, baik

yang berada di Jawa Barat bagian Utara dan Tengah, maupun yang ada di Jawa

Barat bagian Selatan. dengan demikian, pendapatan petani di Jawa Barat bagian

Selatan akan dapat ditingkatkan dan mengejar ketinggalan dari Jawa Barat bagian

Utara dan Tengah.

Pengembangan wilayah dengan pendekatan agribisnis berpotensi

mengintegrasikan perekonomian Jawa Barat ke perekonomian yang lebih luas,

oleh karena komoditas yang dikembangkan adalah bersifat memiliki elastisitas

 permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi dan merupakan komoditas

yang sangat dibutuhkan di wilayah DKI Jakarta, nasional dan internasional,

sehingga pengembangan agribisnis yang demikian juga mendorong

Page 171: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 171/219

171

 pengintegrasian perekonomian Jawa Barat dengan perekonomian Jakarta,

kemudian ke perekonomian nasional dan bahkan ke perekonomian internasional.

Dengan demikian, manfaat pengintegrasian perekonomian nasional dengan

 perekonomian internasional (AFTA dan APEC) akan dapat dinikmati oleh Jawa

Barat, termasuk masyarakat Jawa Barat bagian Selatan yang selama ini tertinggal.

(Sumber : Saragih, 2010)

PEMBINAAN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK

MENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN

EKONOMI PERDESAAN

Wilayah simalungun telah lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi

 pertanian di Sumatera Utara. Wilayah Kecamatan Raya dan sekitarnya merupakan

sentra produksi jahe, jeruk dan kopi. Sementara itu, wilayah Kecamatan Purba,

Silima Kuta dan Dolok Silau terkenal sebagai sentra produksi kentang, kol, cabai,

tomat dan jagung. Sedangkan wilayah pesisir danau toba terkenal dengan

 produksi bawang merah, bawang putih dan manga yang paling manis dan paling

harum di dunia. Bahkan di Wilayah sekitar Pematang siantar telah lama dikenal

dengan ikan mas Siantarnya. Disamping itu, wilayah Tanah Jawa dan sekitarnya

disebut sebagai salah satu lumbung beras di Sumatra Utara. Belum lagi hasil

 perkebunan di simalungun yang sudah terkenal di Indonesia danj pasar

internasional.

Menurut data Tahun 1991 ( Simalungun Dalam Angka, 1992) produksi

kentang dari wilayah simalungun mencapai 40 ribu ton, tomat 43 ribu ton, jagung

96 ribu ton, jahe 40 ribu ton, nanas 39 ribu ton,kubis/ kol 30 ribu ton, cabai 24

ribu ton, bawang merah dan putih 11 ribu ton, jeruk manis 8 ribu ton,kopi 4 ribu

ton dan pisang 73 ribu ton. Di Sumatera Utara/ wilayah Simalungun adalah satu

satunya sentra produk jahe. Kemudian dalam produksi pisang, wilayah

Simalungun merupakan produsen terbesar di Sumatra Utara. Sebagian dari

 produksi pisang tersebut (khususnya dari Kecamatan Silau Kahean dan

Page 172: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 172/219

172

sekitarnya ) merupakan jenis pisang barangan yang saat ini cukup terkenal di

hotel-hotel dan restoran di Jakarta.

Dengan ragam dan tingkat produksi komoditas pertanian yang demikian,sebenarnya masyarakat dan wilayah simalungun sudah harus lebih makmur dari

yang dicapai saat ini. Berbagi fakta menunjukkan bahwa tampaknya para petani

di wilayah Simalungun hanya menikmati sedikit dari manfaat ekonomi yang

ditimbulkan oleh wilayah Simalungun sebagai sentra produksi komoditas

 pertanian. Bahkan beberapa desa di Simalungun masih tergolong sebagai desa

tertinggal (miskin). Sebaliknya, berbagai bebagai fakta menunjukkan justru

 pedagang dan pengusaha yang mengolah dan memperdagangkan hasil pertanian

dari wilayah Simalungun yang justru menikmati manfaat ekonomi pertanian

Simalungun. Karena kegiatan pengolahan dan perdagangan hasil pertanian di

Wilayah simalungun sebagian besar berada diluar wilayah simalungun, maka

sebagian besar manfaat tersebut mengalami kebocoran ( leakages) dari wilayah

Simalungun ke wilayah lain. Arus kebocoran manfaat ekonomi diperbesar pula

oleh ketergantungan yang kuat wilayah Simalungun terhadap wilyah lain dalam

 penyediaan sarana produksi pertanian.

Bila keadaan yang demikian berlangsung lama, maka dikhawatirkan

wilayah Simalungun akan mengalami kesulitan dalam pemupukan modal, bahkan

cenderung akan mengalami pelarian capital ( capital Flight ), sehingga akan

mengurangi kemampuan produksi wilayah Simalungun. Kondisi seperti ini sangat

tidak kita inginkan terutama bila kita hubungkan bahwa wilayah kabupaten

simalungun merupakan daerah percontohan ekonomi daerah tingkat II di Sumatra

Utara.

Keadaan yang terjadi pada pertanian wilayah Simalungun yang demikian,

tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan pertanian yang kita anut

dimasa lalu. Pembangunan pertanian yang hanya terfokus pada agribisnis usaha

tani saja, memang dapat meningkatkan produksi, tetapi sangat sulit berhasil

meningkatkan pendapatan petani secar riil dan meningkatkan serta menahan nilai

tambah (added   value) yang lebih besar di wilayah sentra produksi pertanian.

Penyebabnya adalah karena pada agribisnis usaha tani nilai tambah yang tercipta

Page 173: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 173/219

173

adalah sangat kecil dan jauh lebih kecil daripada nilai tambah yang tercipta pada

agribisnis hulu dan hilir (industri pengolahan dan perdagangan). Oleh sebab itu,

dimasa yang akan datang pembangunan pertanian di wilayah Simalungun perlu

diubah dari konsep pertanian primer ke konsep agribisnis.

Dalam rangka pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun, perlu

upayakan agar di wilayah Simalungun berkembang usaha-usaha pembibitan

komoditas unggul yang dapat memenuhi kebutuhan bibit (tanaman, ternak dan

ikan) para petani. Disamping itu, yang paling penting adalah mengembangkan

industri pengolahan hasil pertanian yang bahan bakunya ada di wilayah

simalungun. Kita perlu mengembangkan industri minyak dan sari jahe, industri

tepung jagung dan minyak jagung, industri buah jeruk, industri minyak bawang,

industri pengolahan kopi ( kopi bubuk dan permen kopi ), dan industri pengolahan

hasil pertanian lainnya. Dengan pengembangan agroindustri yang demikian di

wilayah simalungun maka nilai tambah agribisnis yang tertahan di wilayah

Simalungun akan lebih besar.

Untuk meningkatkan pendapatan para petani sekaligus memperluas

 jaringan bisnis petani, kita perlu mendorong berkembangnya organisasi bisnis

terutama koperasi agribisnis dikalangan petani di wilayah Simalungun. Koperasi

agribisnis yang dimaksudkan di sini bukanlah konsep KUD masa lalu yang

menangani segala macam komoditas dan hanya bergerak pada pertanian primer

saja. Koperasi agribisnis yang dimaksudkan adalah koperasi yang menangani satu

 jenis komoditas mulai dari hulu hingga ke hilir. Melalui koperasi agribisnis ini,

 petani dapat mengembangkan jaringan bisnisnya, baik pada agribisnis hulu

maupun pada agribisnis hilir (industri pengolahan, dan perdagangan). Dengandemikian nilai tambah yang tercipta dalam agribisnis suatu komoditas dapat

dinikmati oleh para petani sedemikian rupa sehingga pendapatan mereka dapat

meningkat lebih cepat. Hal ini akan meningkatkan gairah dan kebanggaan para

 petani serta akan merangsang tumbuhnya generasi baru pengusaha agribisnis dan

keluarga petani.

Pengembangan agroindustri dan organisasi bisnis petani tersebut perlu

disertai dengan subsistem jasa agribisnis terutama pengembangan prasarana jalan.

Page 174: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 174/219

174

Pengembangan prasarana jalan perlu mendapat prioritas dari pemda Tingkat II

Simalungun Karena masih banyak desa di wilayah Simalungun yang belum

terjangkau kendaraan roda empat, padahal potensi pengembangan agribisnis

cukup besar. Pengembangan jaringan jalan ini akan mendorong tumbuhnya

sentra-sentra agribisnis baru dan meningkatkan efesiensi pengangkutan komoditas

 pertanian di wilayah Simalungun. Bila pengembangan agribisnis ini berhasil

diwujudkan di wilayah Simalungun, maka wilayah Simalungun akan siap

menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang -peluang di masa yang akan

datang.

Berkembangnya agribisnis di wilayah Simalungun akan menarik kegiatan

 petani lainnya, baik yang menyediakan bahan -bahan penolong dan jasa yang

dibutuhkan oleh agribisnis, maupun sector informal. Hal ini akan menarik aliran

kapital dan sumberdaya manusia ke wilayah Simalungun. Dengan demikian

 pengembangan agribisnis ini akan mampu meningkatkan kapasitas produksi dan

integrasi antar sector di wilayah Simalungun. Selanjutnya, hal ini akan

meningkatkan kemampuan wilayah Simalungun untuk membiayai sendiri (  self-

 financing ) pembangunan, sehingga siap melaksanakan otonomi daerah secara

 penuh. Kemudian, karena produk-produk yang dihasilkan agribisnis di wilayah

Simalungun ada produk yang bersifat memiliki elastisitas permintaan terhadap

 perubahan pendapatan yang tinggi (income elstic demand   ). maka meningkatnya

 pendapatan masyarakat di wilayah perkotaan akan menarik lebih lanjut

 berkembangnya agribisnis diwilayah Simalungun. Dengan demikian,

 pengembangan agribisnis dapat mengintegrasi perekonomian pedesaan dengan

 perkotaan, perekonomian wilayah Simalungun dengan perekonomian Sumatra

Utara, dan ke perekonomian nasional. Selanjutnya karena komoditas yang

dihasilkan agribisnis Simalungun juga dibutuhkan di kawasan internasional, maka

manfaat ekonomi yang timbul dari liberalisasi dunia dan integrasi ekonomi

(khususnya AFTA da APEC ) abad Ke-21, dapat dinikmati oleh masyarakat yang

ada di wilayah simalungun.

(Sumber : Saragih, 2010)

Page 175: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 175/219

175

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM RANTAI PASOKAN

INDUSTRI PERBERSAN DENGAN PENDEKATAN SYSTEM

 DYNAMICS  

Beras merupakan komoditas pangan strategis dalam mewujudkan ketahanan

 pangan nasional. Dinamika yang terjadi pada sisi produksi dan sisi konsumen

menyebabkan berbagai persoalan klasik muncul dalam industri perberasan di

Indonesia. Setiap tahun terjadi kelebihan produksi sebagai akibat panen raya yang

terjadi di sentra produksi, hal tersebut menyebabkan petani selaku produsen

menerima pendapatan yang berkurang karena harga gabah yang menurun.

Persoalan yang sama dihadapi juga oleh pelaku lain dalam industri perberasan,

seperti pedagang perantara gabah, industri penggilingan dan pedagang beras.

Dalam waktu yang lain, industri perberasan mengalami persoalan kelangkaan

 beras yang mengakibatkan konsumen harus membayar lebih mahal. Kelangkaan

 beras tersebut terjadi karena terjadinya kekurangan pasokan gabah dan beras dari

sentra produksi. Persoalan-persoalan tersebut selalu berulang setiap tahunnya dan

seperti tidak pernah teratasi dengan berbagai kebijakan yang diimplementasikan

oleh pemerintah.

Kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri perberasan terfokus

 pada aspek peningkatan efisiensi dan produktivitas sistem produksi/budidaya

 padi. Efisiensi sistem produksi padi tersebut dilakukan dengan menerapkan

 program peningkatan mutu intensifikasi, sistem usahatani terpadu padi dan ternak,

introduksi benih/varietas baru dan program sejenis lainnya. Secara prinsip,

 program-program industri perberasan hanya ditujukan untuk meningkatkan produktivitas padi dan indeks pertanaman sehingga ketersediaan beras menjadi

meningkat dan konsumen dapat mengkonsumsi beras dengan harga yang murah.

Perumusan dan implementasi kebijakan industri perberasan harus bersifat

menyeluruh atau sistemik dengan ruang lingkup terpaan kebijakan dari hulu

sampai hilir. Dengan kata lain, harus meliputi seluruh jaringan rantai pasokan

industri perberasan yang setidaknya terdiri atas lima level, yaitu level petani yang

melakukan budidaya padi di persawahan dan ladang, pedagang perantara gabah

Page 176: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 176/219

176

(bandar/tengkulak), penggilingan beras, pedagang beras di sentra produksi dan

 pedagang beras di pasar induk perkotaan.

Struktur Dasar Manajemen Rantai Pasokan Beras

Manajemen rantai pasokan industri perberasan di Kabupaten Bandung

merupakan suatu siklus tertutup yang terdiri atas umpan balik aliran material

 berupa gabah, beras, uang dan aliran informasi berupa permintaan yang terjadi

 pada interaksi pelaku industri perberasan dari mulai petani sampai dengan

 pedagang beras di pasar induk di Bandung dan Jakarta. Setiap aliran material dan

informasi yang terjadi merupakan hasil keputusan yang dilakukan oleh setiap

 pelaku industri perberasan (Gambar 11).

Petani akan mengirim gabah yang dimilikinya kepada pedagang

 pengumpul sehingga gabah yang dimilikinya akan berkurang. Demikian pula

fenomena yang sama terjadi pada rangkaian pelaku industri perberasan lainnya,

seperti penggilingan beras menjual beras kepada pedagang beras yang berada di

 pasar induk yang terdapat di Bandung dan Jakarta. Keputusan penjualan tersebut

secara langsung akan mengurangi persediaan beras yang dimiliki penggilingan

 beras. Pada setiap fenomena keputusan yang terjadi pada setiap level pelaku

terdapat struktur umpan balik negatif (negative feedback loop) yang akan

menghasilkan perilaku yang menuju keseimbangan (balanced)  atau mengarah

 pada pencapaian tujuan ( goal seeking ).

Gabah di

Petani

Gabah diPedagang

ProduksiPadi

+

+

-

Gabah diPenggilingan

Beras diPenggilingan

Beras diPedagang

+

-

+

-

+

-

PenjualanBeras

-

PermintaanBeras

+

+

Harga Beras

+-

Keinginan Petaniuntuk Menanam

Padi

+

+

 

Gambar 11. Diagram Umpan Balik Struktur Dasar Rantai Pasokan Beras

Page 177: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 177/219

177

Setiap pelaku industri perberasan memiliki tujuan untuk memaksimalkan

keuntungan yang ingin diperolehnya. Hal tersebut menimbulkan konflik tujuan

yang secara terwujud dalam keinginan setiap pelaku yang ingin menjual

sebanyak-banyak produk yang dihasilkan dengan harga yang setinggi-tingginya.

 Namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya keterbatasan sumberdaya yang

dimiliki, seperti modal dan permintaan pasar yang diterima. Hal tersebut,

menimbulkan keputusan kompromistik berupa penyesuaian-penyesuaian material

dan informasi pada saat interaksi terjadi diantara mereka. Dengan demikian

timbul dinamika aliran material, dan informasi pada rantai pasokan beras atau

lebih dikenal dengan oscillation atau bullwhip effect (Sterman, 2000).

Selain itu, masih terdapat umpan balik negatif yang muncul dari hubungan

kausal antara petani sebagai pengambil keputusan dalam produksi padi dengan

 pasar yang dicerminkan dengan harga beras. Peningkatan harga beras mendorong

 peningkatan keinginan petani untuk menanam padi. Keinginan tersebut

dilaksanakan dengan menanam padi yang akan meningkatkan produksi padi.

Meningkatnya produksi padi mengakibatkan ketersediaan gabah meningkat

sehingga volume penjualan gabah di pedagang pengumpul dan penggilingan

menjadi meningkat. Peningkatan pembelian gabah di penggilingan mengakibatkan

 jumlah produksi beras meningkat sehingga volume beras yang diperdagangkan di

level pedangang beras menjadi meningkat. Volume perdagangan beras yang

meningkat tersebut akan menekan atau menurunkan harga beras yang terjadi di

 pasaran. Harga beras yang turun tersebut membuat gairah petani untuk menanam

 padi menjadi menurun dan hal tersebut berlanjut pada menurunnya volume

 perdagangan gabah dan beras. Tanpa ada struktur keputusan yang baru maka

fenomena tersebut akan selalu terus berulang dan bersifat menuju keseimbangan.

Struktur dasar pembentuk manajemen rantai pasokan beras di kabupaten

Bandung. Kedua struktur dasar tersebut adalah struktur dasar aliran beras dan

struktur dasar aliran uang. Dalam struktur aliran beras, secara implisit terdapat

struktur dasar aliran informasi berupa order/demand pada setiap level pelaku

(Gambar 12,13 dan 14).

Page 178: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 178/219

178

GKP diPetani Pengeringan

GKP di Petani

GKS diPetani

PertambahanGKS diPetani

Produksi GKPGKS di Pedagang

Pengumpul

GKS di Bandar 

Transaksi 1

Transaksi 2

Transaksi 3

GKG di PemilikRMU

GKG diPedagang

Beras

Transaksi 4

Transaksi 5

Penggilingan olehPemilik RMU

Penggilinganoleh Pedangan

Beras

GKS diPemilik RMU

GKS diPedagang

Beras

PengeringanRMU

PengeringanPed Beras

Waktupengeringan

fraksi konversiGKP-GKS

LamaPenjemuran

waktu penggilingandi Pemilik RMU

waktu penggilingandi Pedg Beras

konversi padike GKP

ProduksiBeras PK Kab

Bandung

ProdukSampingan

PenawaranGKS Petani

<Dayabeli Ped

Peng>

<DayabeliBandar> <Dayabeli

Pemilik RMU>

<Dayabeli PdgBeras>

ProduktivitasPadi per Musim

Luas Panen

Efek StokBeras di Bdr 

PenawaranGKS di Pdg

Peng

 

Gambar 12. Struktur Dasar Aliran Beras

Gambar 12 menunjukkan struktur dasar aliran beras dari level petani,

 bandar, RMU (penggilingan beras) dan pedagang beras. Berawal dari produksi

 padi di level petani yang dilanjutkan dengan proses penjemuran petani yang

menghasilkan akumulasi gabah kering simpan (GKS) yang diap dijual oleh petani.

Persediaan GKS petani berkurang karena adanya penjualan kepada pedagang

 pengumpul dan atau bandar. Petani secara rasional memilih target pembeli

 berdasarkan harga jual tertinggi GKS yang akan diterima serta adanya

 pertimbangan sosial berupa hubungan emosional dengan para pelaku pasar. Para

 pedagang pengumpul dan bandar akan melakukan jumlah pembelian sesuai

dengan daya beli yang mereka miliki. Daya beli tersebut ditentukan oleh fakor

ketersediaan uang tunai yang dimiliki setiap pelaku usaha.

Para pedagang pengumpul tidak melakukan transaksi secara langsung

dengan pemilik RMU, melainkan mereka melakukan transaksi dengan bandar.

Selanjutnya GKS yang terakumulasi di bandar akan dijual kepada pemilik RMU

untuk diolah menjadi beras atau dijual kepada pedagang beras. Pedagang beras

akan melakukan makloon atau memanfaatkan jasa penggilingan beras untuk

mengolah GKG yang dimiliki oleh mereka.

Page 179: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 179/219

179

Dalam Gambar 13 terlihat bahwa produksi beras di Kabupaten Bandung

merupakan akumulasi hasil proses penggilingan yang dilakukan oleh pemilik

RMU dan pedagang beras. Beras tersebut selanjutnya akan dijual ke pedagang

 beras di kota Bandung dan Jakarta (terutama pasar induk Cipinang). Setiap

transaksi yang terjadi sejak level petani sampai dengan pedagang beras di pasar

induk daerah perkotaan akan membentuk umpan balik negatif sehingga

menghasilkan proses menuju keseimbangan (balancing process) ketersediaan

gabah atau beras. Proses tersebut akan selalu berulang karena tidak adanya

struktur keputusan baru berupa inovasi produk, proses ataupun kelembagaan.

Kondisi tersebut yang menyebabkan fenomena kelangkaan dan kelebihan beras

selalu berulang, seolah-olah tidak terselesaikan seperti lingkaran setan (virtuous

and viscious cycle).

Fenomena kelangkaan atau kelebihan pasokan beras selalu direspons

(diintervensi) oleh pemerintah pusat dan daerah dengan cara merubah parameter

keputusan berupa tambahan atau pengurangan aliran beras di masyarakat dengan

cara melakukan operasi pasar oleh bulog/dolog setempat. Perubahan perilaku

yang dihasilkan oleh intervensi tersebut hanya bersifat sesaat karena tidak adanya

struktur keputusan baru yang mampu mengatasi fenomena tersebut secara

 permanen atau berkelanjutan.

Beras di KabBandung

Produksi BerasPutih Kab

Bandung

Beras di Pasar Bandung

Beras di Pasar Cipinang

Transaksi dgKonsumen Bdg

Transaksi dgKonsumen Jkt

Beras utkBandung

Beras utkJakarta

 Alokasi Berasutk Bdg

 Alokasi Berasutk Jkt

Pasokan keBdg

Pasokanke Jkt

waktu pasokanke Bdg

fraksi berasbagus utk Jkt

KeluaranBeras Menir 

fraksimenir 

PermintaanKonsumen Bdg

 Aktual

PermintaanKonsumen Jkt

 Aktual

waktu pasokanke Jkt

Efek Stok Berasdi Pasar Bdg

Efek Stok Berasdi Pasar Jkt

<Produksi BerasPK Kab Bandung>

 

Gambar 13. Struktur Dasar Aliran Beras (Lanjutan)

Page 180: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 180/219

180

Satu hal yang sering terabaikan dalam keputusan manajemen rantai pasokan beras

adalah struktur aliran uang yang terjadi di para pelaku perberasan di Kabupaten

Bandung. Aliran uang merupakan hasil umpan balik dari aliran beras yang terjadi.

Uang merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga menentukan jumlah aliran

 beras yang terjadi (Gambar 14).

Struktur dasar aliran uang yang terjadi pada sistem rantai pasokan beras di

Kabupaten Bandung merupakan interaksi dari kas (persediaan uang) pada setiap

level pelaku yang terlibat, keputusan jumlah pembelian gabah atau beras serta

 pendapatan yang diterima dari proses transaksi yang terjadi antara satu pelaku

dengan pelaku yang lain. Ketersediaan kas yang dimiliki oleh setiap pelaku dan

 permintaan pasar akan menentukan daya beli untuk pengadaan gabah ataupun

 beras. Jumlah kas yang bertambah akan meningkatkan daya beli yang akan

meningkatkan jumlah pembelian gabah atau beras. Sebaliknya, semakin

 bertambah jumlah pembelian gabah atau beras akan mengurangi jumlah kas yang

tersedia. Perilaku dari struktur keputusan dan fisik tersebut akan menuju kepada

keseimbangan dan apabila tidak ada struktur baru akan mengakibatkan fenomena

yang berulang.

Kelancaran aliran kas pada sistem rantai pasokan beras yang ditentukan oleh

ketersediaan kas akan tertekan atau terganggu apabila terjadi perubahan parameter

keputusan seperti meningkatnya jumlah peredaran gabah atau beras karena musim

 panen raya. Fenomena panen raya tersebut mengakibatkan para pelaku pasar

 berhadapan dengan dua alternatif keputusan, yaitu : membeli dengan harga yang

sama dalam jumlah yang lebih banyak tapi menunda pembayaran atau membeli

lebih banyak dengan membayar secara tunai (seperti biasanya) tapi harganya lebihrendah. Secara rasional, para pelaku pasar akan memilih keputsan yang kedua,

yaitu membeli lebih banyak secara tunai dengan harga yang lebih rendah. Kondisi

tersebut akan ditransmisikan dari hulu sampai ke hilir atau dari gabah sampai ke

 beras. Fenomena tersebut yang selalu terjadi berulang pada sistem rantai pasokan

 beras di Kabupaten Bandung dan Indonesia.

Page 181: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 181/219

181

Harga jual

GKS diPetani

Harga Penjualan

Beras Putihdi

PedagangBeras

Harga Penjualan

Beras Putih++ di

Pemilik RMU

Harga PenjualanBerasPutihdiPasar Bandung

<Transaksi

1>

<Transaksi

2>

<Transaksi

3>

<Transaksi4>

<Transaksi5>

<Penggilingan

olehPedangan

Beras>

<Penggilingan

olehP emilik

RMU>

<Transaksidg

KonsumenBd g>

<Transaksidg

KonsumenJkt>

Harga PenjualanBeras

PutihdiPasar Jakarta

Kas diPetani

Kas diPedagang

Pengumpul

Kas diBandar 

Kas Penjualan

Beras Baru

Kas diPedagang

Bandung

Kas diPedagang

Jakarta

Kas diPemilik

RMU

Kas diPedagang

Beras

Pengeluaran

Petani

Cashflow 1

Cashflow 2

Cashflow 3

Cashflow 4

Cashflow 5

Casflow 6

Cashflow 7

Revenue di

Bandung

Revenue Pdg

diJakarta

<AlokasiBeras

utk Bdg>

<AlokasiBeras

utk Jkt>

Cashflow 8

Cashflow 9

Harga Menir 

Pemasukandr 

Produk

Sampingan

Harga Produk

Sampingan

<KeluaranBeras

Menir>

<Produk

Sampingan>

Keuntungan

Petani

Keuntungan

Pedagang Pengumpul

Keuntungan

Bandar 

Keuntungan

PedagangBeras

KeuntunganPemilik RMU

Keuntungan

Pedagang Bandung

Keuntungan

Pedagang

Jakarta

Harga jualGKS

diPetaniAwal

<Efek Stok thd

Harga GKS di

Petani>

Harga jualGKS di

Pedagang

Pengumpul

Harga PenjualanBerasPutih++ diPemilik

RMU-Awal

 

Gambar 14. Struktur Dasar Aliran Uang

Simulasi Strategi Pengembangan Sistem Rantai Pasokan Industri

Perberasan

Bagian ini merupakan pengembangan dari struktur dasar aliran beras dan

aliran uang pada sistem rantasi pasokan industri perberasan di Kabupaten

Bandung. Kedua struktur dasar (aliran beras dan uang) di atas dikembangkan

menjadi stock and flow diagram yang selanjutnya dikembangkan menjadi model

simulasi dengan menggunakan perangkat lunak (software) Vensim 5.7. Model

simulasi dikembangkan berdasarkan level pelaku yang terlibat, yaitu : petani,

 pedagang pengumpul, bandar, pedagang beras, pemilik RMU, agregat Kabupaten

Bandung, pedagang beras Jakarta dan pedagang beras Bandung (Lampiran).

Dalam model simulasi pada setiap level pelaku tersebut dilakukan

integrasi aliran fisik berupa aliran beras dan uang serta aliran informasi berupa

 permintaan (order). Berdasarkan model integrasi tersebut dilakukan simulasi

Page 182: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 182/219

182

dengan merubah parameter yang mencerminkan adanya kebijakan peningkatan

 produksi beras yang seringkali diterapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten

Bandung selaku pemegang otoritas teknis produksi padi dan beras di Kabupaten

Bandung.

Strategi produksi yang biasa dilakukan pemerintah pusat dan dinas

 pertanian Kabupaten Bandung dalam sistem rantai pasokan inudstri perberasan di

Kabuapten Bandung adalah peningkatan produktivitas dan perubahan jumlah

musim tanaman (indeks pertanaman). Peningkatan produktivitas dilakukan

dengan cara perubahan teknologi budidaya baik perubahan komponen teknologi

maupun dan model teknologi. Komponen teknologi yang diterapkan adalah

 perubahan penggunaan varietas, penggunaan pupul organik, pengendalian hama

dan penyakit, cara penanaman dan komponen teknologi lainnya yang

diaplikasikan secara terpisah. Sedangkan model teknologi merupakan keterpaduan

dari beberapa komponen teknologi yang didifusikan kepada petani secara

 bersamaan, seperti sistem usahatani terpadu, integrasi pasi dan ternak dan

 beberapa yang lainnya.

Berdasarkan penerapan strategi produksi tersebut dilakukan simulasi atas

struktur keputusan dan struktur fisik kondisi aktual dari sistem rantai pasokan

 beras di Kabupaten Bandung. Simulasi akan dilakukan dengan dengan cara

melakukan perubahan produktivitas padi dan perubahan jumlah musim tanam.

Perubahan

ProduktivitasTinggi Step Waktu Step

Perubahan Produktivitas

1

0.95

0.9

0.85

0.8

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Time (Year)

Perubahan Produktivitas : Current Dmnl

Perubahan Jml

Musim Tanam

Perubahan Jml Musim Tanam

4

3

2

1

0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Time (Year)

Perubahan Jml Musim Tanam : Current Dmnl

Tinggi Step1 Waktu Step1

 

Gambar 15. Parameter model yang disimulasikan

Page 183: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 183/219

183

Berdasarkan hasil simulasi tersebut, diperoleh hasil bahwa persediaan (stock)

gabah di petani, pedagang pengumpul dan bandar meningkat. Demikian juga peningkatan tersebut terjadi pada persediaan (stock) beras di pemilik RMU,

 pedagang beras di Kabupaten Bandung, pedagang beras di perkotaan Jakarta dan

Bandung (Gambar 6). Meningkatnya persediaan gabah dan beras tersebut

disebabkan oleh semakin rendahnya harga gabah dan harga beras. Para pelaku

indsutri perberasan secara rasional menahan diri untuk menjual gabah dan beras

dalam kondisi harga yang rendah dan menyimpan gabah dan beras sebagai

 persediaan. Mereka akan menjual gabah dan beras pada saat yang tepat, yaitu

 pada saat harga gabah dan beras telah meningkat.

Gambar 16. Dinamika Persediaan ( stock ) dan Harga Gabah dan Beras

 Namun demikian, kenaikan produktifitas dan jumlah musim tanaman yang

menyebabkan tidak semua pelaku industri perberasan yang terlibat memperoleh

keuntungan dari usahanya. Petani sebagai pelaku industri perberasan di sektor

hulu mengalami kerugian di awal peningkatan produksi, selanjutnya mengalami

 peningkatan yang dalam tertentu, kemudian mengalami penurunan secara tajam,

selanjutnya secara perlahan mengalami peningkatan kembali namun masih

dibawah keuntungan yang diterma sebelum strategi dan kebijakan produksi

Page 184: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 184/219

184

tersebut diterapkan. Kecenderungan keuntungan yang diterima oleh pedagang

 pengumpul, bandar, pedagang beras dan pemilik RMU di sentra produksi

memiliki kecenderungan perilaku yang sama, yakni keuntungan yang diterima

tidak stabil serta keuntungan yang diterima lebih rendah dibandingkan pada saat

sebelum strategi dan kebijakan produksi diterapkan. Kondisi tersebut berbeda

dengan yang dialami pedagang beras di pasar induk perkotaan seperti Pasar Induk

Ciping Jakarta dan beras Jakarta dan pedagang di pasar beras Bandung yang

mengalami keuntungan dengan kecenderungan meningkat setalah mengalami

 penurunan sesaat (Gambar 7 ).

Berdasarkan dinamika persediaan gabah dan beras, harga gabah dan beras serta

keuntungan setiap pelaku yang terlibat yang terlibat dalam rantai pasokan industri

 perberasan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi peningkatan produksi yang

sering dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak dapat dilakukan

secara parsial tanpa memperhatikan insutrumen pengembangan rantai pasokan

industri perberasan yang lain. Hal tersebut terjadi karena peningkatan produksi

 padi memerlukan peningkatan daya beli atau ketersediaan uang (kas) sedemikian

rupa sehingga persediaan (stock) gabah dan beras dapat dibeli, dan rantai pasokan

 berjalan normal.

Gambar 17. Dinamika keuntungan pada setiap level pelaku

Page 185: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 185/219

185

Strategi pengembangan rantai pasokan industri perberasan yang mampu

menjamin ketersediaan beras yang cukup serta mampu menjamin kesejahteraan

 petani harus memadukan strategi produksi usahatani dan agroindustri beras,

strategi pembiayaan yang mampu diakses oleh seluruh level pelaku usaha yang

terlibat dalam rantai pasokan industri perberasan, strategi pengembangan

sumberdaya manusia serta strategi pengelolan resiko usaha rantai pasokan beras

secara simultan/berkesinambungan. Strategi yang terpadu tersebut perlu dilakukan

karena manajemen rantai pasokan beras merupakan suatu sistem koordinasi aliran

materi berupa gabah, beras, uang, fasilitas serta aliran informasi berupa

order/permintaan, ide dan pengetahuan dan inovasi. Aspek utama yang perlu

diperhatikan adalah suatu sistem pembelajaran pada seluruh level pelaku industri

 perberasan yang terlibat yang mampu menciptakan co-innovation agar

menghasilkan daya saing dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Dengan

memperhatikan sistem pembelajaran tersebut, diharapkan juga dapat tercipta suatu

sistem rantai pasokan industri perberasan yang berkeadilan yang dicirikan dengan

tidak adan

MODEL MANAJEMEN LOGISTIK DALAM MENINGKATKAN

DAYA SAING PRODUSEN SAYURAN SKALA KECIL UNTUKMEMENUHI PERMINTAAN PASAR TERSTRUKTUR

Produsen kecil merupakan pemain utama dalam agribisnis sayuran di

Indonesia. Dalam menjalankan agribisnis sayuran, sebagian besar produsen kecil

menghadapi resiko berupa ketidakpastian atau fluktuasi harga dari produk yang

dihasilkannya. Fluktuasi harga tersebut disebabkan oleh pasokan sayuran yang

tidak berkesinambungan dari sentra produksi ke pasar. Fenomena tersebut terjadi

 pada produsen kecil yang memasarkan sayurannya ke pasar tradisional.

Kondisi tersebut berbeda dengan produsen kecil yang memasarkan hasil

 produksi sayurannya ke pasar terstruktur, seperti eksportir, supermarket, industri

 pangan dan jasa pangan. Karakteristik pasar terstruktur adalah adanya

kesepakatan antara produsen dan pembelisecara formal ataupun informal berupa

komitmen untuk memasok sayuran secara konsisten, baik kuantitas maupun

kualitas dengan harga bersaing. Pasar terstruktur menuntut produsen kecil untuk

Page 186: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 186/219

186

memiliki daya saing agar mampu bersaing dengan pemasok lainnya yang

memiliki skala ekonomi lebih besar.

Dalam upaya meningkatkan daya saing produsen kecil untuk memasok pasar terstruktur, Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan Universitas Padjadjaran

melakukan program pengembangan manajemen rantai pasok sayuran untuk

memenuhi permintaan pasar terstruktur. Program tersebut diimplementasikan di

 beberapa sentra produksi sayuran di Jawa Barat, diantaranya adalah Kabupaten

Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Ciamis.

Dalam menjalankan program tersebut, Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan

 bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Kementerian Pertanian, Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, pelaku pasar terstruktur (eksportir,

supermarket, industri dan jasa pangan), kelompok tani, ACDI VOCA USAID,

Syngenta Foundation, BRI dan Bank Indonesia.

Pengembangan manajemen rantai pasok sayuran merupakan suatu proses

kompleks yang melibatkan banyak aktor, permintaan dan pasokan sayuran yang

dinamis, jumlah petani kecil yang banyak dan tersebar daya tahan produk sayuran

yang terbatas, sarana dan prasarana yang terbatas, peranan kelembagaan tani yang

terbatas. Dalam pengembangan manajemen rantai pasok sayuran dibutuhkan suatu

sistem logistik yang mampu menghasilkan dan menyampaikan sayuran segar

dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan dari kebun sampai ke pasar. Logistik

merupakan bagian dari rantai pasok yang secara spesifik terkait dengan

transportasi, penyimpanan, persediaan dan manajemen transaksi. Kegagalan

dalam salah satu aktivitas logistik akan menyebabkan terhambatnya distribusi dan

menurunnya kualitas produk (Kanlayarat et al, 2009).

Program pengembangan manajemen rantai pasok sayuran belum

memperhatikan aspek manajemen logistik. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai

 permasalahan yang dihadapi produsen kecil dalam program tersebut, yaitu :

tingkat pengembalian produk cacat yang tinggi dari pembeli ke kelompok tani ( di

atas 10 %) dan tingkat pemenuhan rasio permintaan (service level/fullfiled order

ratio) di bawah 80 %. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, terungkap

 bahwa penyebab kedua permasalahan tersebut adalah proses penanganan pasca

Page 187: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 187/219

187

 panen yang tidak tepat, tidak dilakukannya pra pendinginan dan pendinginan

sayuran yang cepat di sentra produksi, belum optimalnya penjaminan kualitas

 produk oleh kelompok tani, manajemen penyimpanan dan persediaan yang tidak

 berjalan optimal di kebun dan pusat distribusi eksportir serta manajemen traksaksi

yang tidak baku.

Kompleksnya persoalan manajemen logistik yang dihadapi dalam program

 pengembangan manajemen rantai pasok sayuran untuk pasar terstruktur di Jawa

Barat membutuhkan penanganan khusus. Hsiao et al (2006) menyatakan bahwa

sejalan dengan semakin kompleknya kualitas, logistik dan sistem informasi dalam

rantai pasok pangan telah mendorong pengembangan pelaku jasa logistik

(Logistics Service Provider). Pelaku jasa logistik merupakan pelaku usaha

eksternal yang melakukan aktivitas logistik pada suatu rantai pasok.

Sistem Rantai Pasok paprika

Sistem rantai pasok paprika melibatkan petani, koperasi, pedagang

 pengumpul sebagai para pelaku utama yang beroperasi pada sentra produksi.

Selain itu, dalam rantai pasok paprika tersebut terdapat berbagai kelembagaan

 pasar yang beroperasi di luar sentra produksi, seperti pedagang pasar tradisional,

 jasa pangan, supermarket dan eksportir. Rantai pasok paprika didukung oleh

 produsen benih dan penjual agroinput (seperti media, nutrisi, perlengkapan

 greenhouse, pestisida dan lainnya). Jaringan pelaku yang terlibat dalam rantai

 pasok paprika di Kabupaten Barat, khususnya di Desa Pasirlangu dapat dilihat

 pada Gambar 18.

Page 188: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 188/219

188

!"#" %"&'"&%"#"(

)("*+#+,&"-./#0,(1( 2304(5"(/46

%45"#,/

%4&'3503-7,04("#+

%4(3#"8""&%46"&+

9&*3#6(+ %4&*3/3&'

9&*3#6(+ :4&+8 9&*3#6(+ ;'(,+&036

   2   4   &   6   (   "

   %   (   ,   *   3    /   #   +

 

Gambar 18. Rantai Pasok Paprika

Manajemen Logistik pada Sistem Rantai Pasok Paprika

Pelaku usaha yang terlibat dalam manajemen logistik paprika yang terdiri

atas (1) petani yang tergabung dalam kelompok tani dengan fokus pada sektor

 budidaya, (2) unit layanan logistik pedesaan (logistics service provider ) yang

fokus pada pengelolaan logistik dari mulai logistik masuk sampai ke logistik

keluar dan (3) multi pelaku pasar terstruktur dan tradisional. Dalam manajemen

logistik tersebut, unit jasa layanan logistik pedesaan berperan sebagai titik

 pemisah pesanan dan pasokan produksi (customer order decoupling point ) yang

keputusan manajemennya didorong oleh pesanan konsumen ( pull system) dan

rencana produksinya dibuat berdasarkan peramalan permintaan konsumen atau

mitra usahanya di hilir ( push system), yakni pasar terstruktur (Gambar 19).

Page 189: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 189/219

189

!"#$%$&$'

!"')*#+$'$'

!&,%"% -&."&

/"01,&

23.*.$)$4,5*%60 7'1"&'$8 4,5*%60 9"83$&

!$%$& :0%+,&

   4   ,   5   *   %   6    0   ;   $   %   3    0

-&."& <

/+"%*=0$%*

!"#>$

)$&$'

9"+313%$'

;$'$?"#"'

9:4-;!-9

@AB7

!"#>$

)$&$'

A8*&$' 7'C,&#$%*D /*%1"# !"'?"?$0$' .$' 9"$#$'$' !$'5$'

E*%1&*>3%*!,8$ @$'$# .$'

23.*.$)$

!$'"'

/,&1$%* .$' F&$.*'5

!"'?$#*' 93$8*1$%

 @  &  $ ' %  $ 0   %  *  

G$#*'$' 93$8*1$%!"&%*$+$' 4$H$'

G$#*'$' 93$8*1$%

!"'"&$+$' FA!

!"'"&$+$' FI!D FE!D IAJJ!

!"#>*>*1$'

J,,8*'5

 !  " ' )  " &  $ H  $ ' 

!&,.30

9,'%,8*.$1,& K$'1$* !$%,0

!&" L J,,8*'5

!&,.30

!$%$& E,#"%60

   -   &    .   "   &   <

   /   +   "   %   *    =    0   $   %   *

   !   "   #    >   $

   )   $   &   $   '

   !   &   ,    .   3    0@&$'%$0%*

7'.3%1&*

!"'5,8$H$'

   -   &    .   "   &   <

   /   +   "   %   *    =    0   $   %   *

   !   "   #    >   $

   )   $   &   $   '

   !   &   ,    .   3    0@&$'%$0%*

MB7@ 4ANABAB 4-F7/@79 !:E:/AAB

   !   '   "   &   *   #   $   $   '

!"'5"#$%$'

7#>$8 G$%$

Gambar 19. Manajemen Logistik pada Sistem Rantai Pasok Paprika

Dalam upaya mengelola risiko dalam rantai pasok sayuran seperti paprika,

selain melayani pasar terstruktur, unit layanan logistik pedesaan juga melayani

 pasar domestik, seperti supermarket dan pasar tradisional. Upaya tersebut

dilakukan karena produk segar dalam suatu siklus produksi memiliki variasi

kualitas ( grade) yang didasarkan pada kriteria ukuran, warna dan tampilan.

Berdasarkan tiga kriteria tersebut, terdapat tiga kelas kualitas ( grade), yaitu (1)

kualitas 1 (on grade) yang ditujukan untuk ekspor, (2) kualitas 2 (on grade) yang

ditujukan untuk supermarket, industri pengolahan dan jasa pangan, serta (3)

kualitas 3 (off grade) yang ditujukan untuk pasar tradisional. Dalam kondisi

tertentu, permintaan pasar ekspor kurang dari kapasitas produksi dan permintan

 pasar domestik meningkat, maka dapat dilakukan pengalihan kualitas yang lebih

 baik untuk ditujukan ke pasar domestik.

Terkait dengan pengelolaan risiko, khususnya bagi para petani yang

memiliki keterbatasan kapasitas sumberdaya, maka unit layanan logistik

menerapkan aturan main tata kelola hubungan antara petani yang merupakan

anggota kelompok tani dengan sistem penyerahan. Dalam sistem penyerahan

tersebut tidak terjadi transaksi antara petani dan unit layanan logistik karena unit

Page 190: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 190/219

190

layanan logistik menjadi wakil petani untuk memasarkan dan memberikan nilai

tambah pada produk sayuran seperti paprika. Unit layanan logistik menjadi

 penyedia jasa pemasaran dan pasca panen ( post harvest and marketing service

 provider ) yang mendapatkan penghasilan berupa imbal jasa ( fee) dari petani

anggota yang dilayaninya. Besaran imbal jasa tersebut sesuai dengan biaya

operasional yang dikeluarkan. Unit layanan logistik tersebut dapat berupa

koperasi, gabungan kelompok tani (gapoktan) atau badan usaha lainnya.

Dalam sistem rantai pasok yang melibatkan unit layanan logistik tersebut

dilakukan pembagian tugas atau aktivitas proses bisnis. Petani dan kelompok tani

melakukan aktivitas budidaya berdasarkan kaidah budidaya yang benar ( good

agriculture practices  (GAP)), mulai dari aktivitas persiapan lahan sampai

 budidaya. Pengaturan pola tanam dan panen diatur dan dilaksanakan oleh

kelompok tani dan mendapatkan bagian imbal jasa dari unit layanan logistik.

Unit layanan logistik melakukan aktivitas sebagai penyedia jasa pasca panen

dan pemasaran yang meliputi penerimaan, sortasi dan grading, pendinginan awal

( pre cooling ), distribusi, pemasaran dan jaminan kualitas. Unit layanan logistik

memberikan dana talangan untuk harga pokok penjualan petani dan melakukan

transfer keuntungan berupa bagian dari selisih penerimaan pasar dan imbal jasa

setiap. Pemberian dana talangan dilakukan setiap minggu. Unit layanan logistik

menjadi wakil petani anggotanya untuk bertransaksi dengan eksportir dan pelaku

 pasar domestik. Dalam upaya menjamin keamanan pangan, unit layanan logistik

menerapkan berbagai kaidah, diantaranya adalah kaidah penanganan yang benar

( good handling practices (GHP)), GDP ( good distribution practices) dan HACCP

(hazard analytical critical and control point ).

Pengukuran Kinerja Berimbang Manajemen Logistik Pada

Rantai Pasok Paprika 

Pengukuran kinerja manajemen logistik pada rantai pasok paprika dilakukan

mulai dari kegiatan transaksi hingga administrasi pengiriman dan pengangkutan

 paprika. Selain itu, kinerja manajemen logistik dapat diukur berdasarkan

karakteristik hubungan yang terjalin antara unit layanan logistik dengan

Page 191: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 191/219

191

 pelanggan (petani dan pasar) yang terlihat dari tingkat kepuasan serta loyalitas

yang tercipta.

Tabel 3. Kinerja berimbang unit layanan jasa logistik pedesaan

Tabel 3 memperlihatkan hasil pengukuran kinerja manajemen logistik

dilakukan dengan kerangka kerja balanced scorecard . Dalam pengukuran kinerja

tersebut dibandingkan kinerja aktual dengan target kinerja yang telah ditetapkan.

Empat perspektif yang digunakan dalam pengukuran balanced scorecard   adalah

 perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta

 perpektif pembelajaran dan pertumbuhan.

PerspektifSasaranStrategi

UkuranStrategi

KinerjaAktual

Keuangan(financial) 

Efisiensi

 biaya

Rasio harga

dengan biayalogistik/item

 produk

Pasar

Rasio (%)

Paprika

hijau

Paprika

merah

Paprika

kuning

Paprika

orange

Alamanda 10,43 8,01 8,10 8,66

Bimandiri 6,95 4,17 4,36 -

Kem Farm 6,95 4,73 4,93 -

SaungMirwan

6,95 - - -

Pizza Hut 7,45 5,48 - -

Hoka Hoka

Bento13,03 - - -

PasarTradisional

14,90 12,25 13,35 14,71

Efisiensi biaya lembur

Biaya lembur mendekati nol

Pelanggan

(customer)  Peningkatan

kepuasan pelanggan

Kepuasan

 pelanggan

- SLA dengan eksportir, pasar lokal modern, dan

 pasar tradisional belum tercapai 100%, karenavolume pengiriman barang belum sesuai

dengan kesepakatan volume permintaan- Tidak ada keluhan mengenai produk, harga,

mutu, dan hubungan dengan pelanggan

Peningkatankualitas

 pelayanan

Tingkatkeluhan

- Tidak ada keluhan mengenai tingkat penyusutan

- Tidak ada keluhan mengenai barang reject  - Kecepatan waktu produksi dan waktu

 pengiriman cukup konsisten

Proses bisnis

internal(internalbusiness

 process) Perbaikanwaktu kerja

Efektivitas

siklusoperasional

Pasa 

MCE

Alamanda 0,71

Bimandiri 0,58

Kem Farm 0,65

Saung Mirwan 0,63

Pizza Hut 0,67

Hoka Hoka Bento 0,69

Pasar Tradisional 0,63

Program

cycleeffectiveness 

Efektivitas

dan efisiensiwaktu kerja

- Produksi

Paprika hijau: 12,95 kg/jam/org

Paprika merah: 12,99 kg/jam/orgPaprika kuning: 13,51

kg/jam/org Paprika orange: 9,61kg/jam/org

- Tidak ada waktu lembur- Tingkat kesalahan kerja dilihat pada tingkat barang

Peningkatankualitas

 produk

Penurunan

 barangreject  

Tingkat barang reject : 5%

Penurunan

 penyusutanTingkat penyusutan: 0,5%

Pembelajaran

dan pertumbuhan

(learning & growth) 

Peningkatan profesionalis

me karyawan

Tingkatkepuasan

karyawan

- Harapan karyawan terpenuhi- Karyawan loyal terhadap

 pekerjaannya.

Page 192: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 192/219

192

Pengembangan Model Manajemen Logistik Pada Rantai Pasok

Paprika

Manajemen logistik pada rantai pasok paprika memiliki struktur fisik dan

keputusan yang kompleks dan bersifat dinamis. Dalam pengembangan model

kualitatif (qualitative modelling ) manajemen logistik pada rantai pasok paprika

digunakan diagram lingkar umpan balik (causal loop diagram) untuk memahami

interaksi dan hubungan sebab akibat dari berbagai variabel dalam manajemen

logistik (Gambar 20).

pesanan dari pasar

terstruktur

produksi

+

 jumlah yang disortasi

+

produk pesanan pasar

terstruktur (on grade)

produk tidak sesuai

pesanan (off grade)

-

persediaan

produk off grade+

persediaan

produk on grade

pengiriman ke

pasar terstruktur

+

tingkat pemenuhan

pesanan+

+

kebutuhan

pengembangan basis

produksi

-

keluhan pelanggan

-

pengembangan basis

produksi baru

+

+

pengiriman ke

pasar tradisional

+

imbalan jasa logistik dan

pemasaran ke pasar

tradisional

+

imbalan jasa logistik dan

pemasaran ke pasar

terstruktur   +

pendapatan total

layanan logistik 

++

upaya perbaikan

kinerja layanan

logistik 

-

+

biaya logistik 

+

<pengiriman ke

pasar tradisional>+

keuntunganlayanan logistik 

+

+

-

kualitas sortasi

-

+

aktivitas sortasi

+

+

tekanan waktu sortasi

+

intensitas sortasi

+

produktivitas sortasi

+

+

+

+

-

-

+

produk on grade

diproses lanjut

+

+

+

+

persepsi pasar terhadap

kinerja pemenuhan

pesanan

+

+

-

+

!"#$%& ()*)+,

-!"#$ &'#()*.

/%*$0&1023+

/3#3*. !  " # $ % &

   4 3 *  "  5

 

 -  ! " + +  &

 ' # ( ) *

  . 

63+3 7%&%+ 8 "+%*  73 

9":3"

43&132

 ; & 1 3 :

  < 3 # 3 

Gambar 20. Model Manajemen Logistik Pada Rantai Pasok Paprika

Dalam merespon dinamika permintaan pasar terstruktur, pengembangan

model manajemen logistik menerapkan kombinasi sistem dorong ( push system)

dan sistem tarik ( pull system). Kombinasi tersebut mengadopsi paradigma

“leagility” yang memadukan paradigma rantai pasok yang efisien atau ramping

(lean) dengan paradigma rantai pasok yang lincah (agile). Pusat perhatian

 paradigma ramping dan lincah (leagility) adalah penerapan titik pemisah pesanan

dan pasokan atau customer order decoupling point   (van der Vorst et al, 2001).

Page 193: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 193/219

193

Penerapan titik pemisah tersebut dalam suatu sistem rantai pasok disebut

dengan sistem produksi hibrida (hybrid system). Sistem produksi hibrida tersebut

 bertujuan untuk merespon dinamika permintaan pasar, baik kuantitas, kualitas dan

kontinuitas (Goncalves et al   , 2004; Perdana et al,  2011). Van der Vorst et al  

(2007) menyatakan bahwa titik pemisah tersebut ditujukan untuk mengurangi

 persediaan dalam rantai pasok serta upaya fokus pada penetrasi konsumen dan

sistem logistik.

Gambar 20 memperlihatkan variabel yang termasuk dalam sistem dorong

adalah kebutuhan pengembangan basis produksi, pengembangan basis produksi

 baru, produksi, jumlah yang disortasi, aktivitas sortasi, kualitas sortasi, produk

 pesanan pasar terstruktur, produk tidak sesuai pesanan, persediaa produk off

 grade  dan pengiriman ke pasar pasar tradisional. Sedangkan variabel yang

termasuk dalam sistem tarik adalah produk on grade diproses lanjut, persediaan

 produk on grade  dan pengiriman ke pasar terstruktur. Interaksi antara berbagai

variabel yang termasuk pada sistem dorong dan sistem tarik akan membentuk

umpan balik negatif (negative feedback ) yang berarti setiap pengembangan basis

 produksi akan menuju ke arah kesetimbangan untuk mengikuti setiap dinamika

 permintaaan pasar terstruktur.

Keberhasilan penerapan sistem produksi hibrida ( push-pull system) akan

mendorong pertumbuhan pasar. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemenuhan

 pasar yang sesuai dengan  services level agreement   (SLA) akan menyebabkan

 persepsi pasar yang baik ( positive) terhadap kinerja pemenuhan pesanan sehingga

 pesanan dari pasar terstruktur akan meningkat.

Unit layanan jasa logistik mendapatkan imbalan jasa dari setiap aktivitas

nilai tambah, upaya pemasaran dan layanan logistik yang dilakukan. Semakin baik

kinerja layanan unit logistik pedesaan yang dicerminkan oleh rendahnya keluhan

 pelanggan akan mendorong pertumbuhan basis produksi yang dimiliki petani

kecil. Pertumbuhan basis produksi akan meningkatkan jumlah produksi sehingga

 persediaan dan pengiriman produk on grade ke pasar terstruktur dan produk off

 grade ke pasar tradisional akan meningkat. Semakin banyak produk on grade dan

off grade yang dikirim ke pasar makan akan semakin banyak pula imbalan jasa

Page 194: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 194/219

194

yang diterima oleh unit layanan logistik pedesaan. Kondisi tersebut menunjukkan

adanya umpan balik positif ( positive feedback ) pada interaksi sistem produksi

hibrida dengan imbal jasa, manajemen kinerja dan pertumbuhan pasar.

PEMODELAN  SYSTEM   DYNAMICS  MANAJEMEN RANTAI

PASOKAN SAYURAN UNTUK PASAR EKSPOR YANG

MELIBATKAN PETANI KECIL DI INDONESIA

Dalam lima tahun terakhir, kawasan di Asia Pasifik mengalami

 pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, sekitar 7 % terutama Cina dan India.

Pertumbuhan tersebut mendorong pertumbuhan pandapatan per kapita yang cukup

tinggi dan berdampak pada permintaan sayuran dan buah segar yang meningkat.

Taiwan, Korea Selatan dan Cina merupan Negara Asia Timur yang memberikan

kontribusi 31,5 % bagi output kawasan Asia Pasifik. Khususnya, Taiwan dan

Korea Selatan mendapatkan pasokan sayuran dan buah segar dari kawasan Asia

Tenggara, termasuk Indonesia. Sekalipun Cina merupakan negara produsen

hortikultura yang mengekspor ke uni Eropa dan Amerika Serikat, negara tersebut

untuk memenuhi kebutuhan populasinya banyak mengimpor sayuran dan buah

segar dari kawasan Asia Tenggara (Kanlayanarat et al, 2009).

Selain, ketiga negara di kawasan Asia Timur tersebut, Singapura, negara

kecil di Asia Tenggara, banyak membutuhkan pasokan sayuran dan buah

segar, sekitar 350.000 ton setiap tahunnya. Kebutuhan tersebut akan terus

meningkat sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pada

tahun 2009, sebagian besar pasokan sayuran dan buah segar ke Singapura berasal

dari Cina dan Malaysia, Indonesia baru mendapatkan pangsa pasar sebesar 6 %.

Saat ini, AVA, otoritas pangan Singapura sedang menjajaki kemungkinan

 pengembangan pasokan sayuran dan buah dari Indonesia untuk mengurangi

ketergantungan dari Cina (Perdana, 2009). Sejak akhir tahun 2009, Pemerintah

Indonesia merespon keinginan Singapura dengan mencanangkan program

akselerasi pengembangan ekspor sayuran dan buah segar ke Singapura.

Page 195: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 195/219

195

Untuk mewujudkan daya saing sayuran segar Indonesia di pasar global

diperlukan suatu pengembangan sistem manajemen rantai pasokan yang mampu

menciptakan dan mendistribusikan nilai tambah diantara pelaku yang terlibat

dalam agribisnis sayuran. Manajemen rantai pasokan merupakan integrasi dari

 proses bisnis utama dari pengguna akhir melalui para pemasok yang

menyampaikan produk, jasa dan informasi yang memiliki nilai tambah bagi

konsumen dan stakeholders yang lain (Mentzer et al., 2001).

Penciptaan nilai tambah merupakan untuk mewujudkan efisiensi usaha,

sedangkan distribusi nilai tambah adalah proses untuk mewujudkan keadilan

 berusaha (Bunte, 2006). Efisiensi dan keadilan merupakan syarat keharusan

untuk mewujudkan daya saing karena karakteristik produsen komoditas sayuran

Indonesia memiliki skala usaha yang kecil dan tersebar di berbagai sentra

 produksi. Pelibatan produsen kecil merupakan salah satu kata kunci selain daya

saing dan berkeadilan dalam pengembangan rantai pasokan agribisnis dan

agroindustri di negara berkembang (Chowdury et al. 2005; Vorley and Proctor,

2008; Da Silva and Baker, 2009).

Manajemen Rantai Pasokan Sayuran

Tipe manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang diterapkan adalah

integrasi lateral yang merujuk pada pengelolaan rantai pasokan pada beberapa

 pelaku usaha yang independen. Alasan yang mendasari penerapan integrasi lateral

(lateral integration) adalah untuk mencapai lingkup dan skala ekonomi, untuk

memperbaiki fokus bisnis dan kepakaran serta memungkinkan pengelolaannya

(APICS, 2008).

Pengembangan manajemen rantai pasokan sayuran yang melibatkan petani

kecil untuk memenuhi pasar ekspor terdiri atas dua alternatif yakni (1)

manajemen rantai pasokan yang melibatkan organisasi produsen seperti kelompok

tani dan koperasi; dan (2) manajemen rantai pasokan yang melibatkan pedagang.

Berdasarkan kedua alternatif manajemen rantai pasokan tersebut dilakukan

 pemodelan dan simulasi untuk memperoleh suatu model manajemen rantai

 pasokan sayuran yang efisien dan berkeadilan.

Page 196: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 196/219

196

Gambar 21 memperlihatkan bahwa pelaku usaha yang terlibat dalam

manajemen rantai pasokan sayuran ekspor terdiri atas (1) petani yang tergabung

dalam kelompok tani dengan fokus pada sektor budidaya, (2) koperasi yang fokus

 pada sektor rumah kemasan dan (3) eksportir yang fokus pada sektor pusat

distribusi. Dalam model alternatif ini, koperasi berperan sebagai titik pemisah

 pesanan dan pasokan produksi (customer order decoupling point ) yang keputusan

manajemennya didorong oleh pesanan konsumen ( pull system) dan rencana

 produksinya dibuat berdasarkan peramalan permintaan konsumen atau mitra

usahanya di hilir ( push system), yakni eksportir.

Penerapan titik pemisah tersebut dalam suatu sistem rantai pasokan disebut

dengan sistem produksi hibrida (hybrid system). Sistem produksi hibrida tersebut

 bertujuan untuk merespon dinamika permintaan pasar, baik kuantitas, kualitas dan

kontinuitas (Goncalves et al   ,2004; Perdana et al,  2008;). Van der Vorst et al  

(2007) menyatakan bahwa titik pemisah pesanan dan pasokan tersebut ditujukan

untuk mengurangi persediaan dalam rantai pasokan serta upaya fokus pada

 penetrasi konsumen dan sistem logistik. Verdouw et al  (2006) berpendapat bahwa

 penggunaan titik pemisah pesanan dan pasokan tersebut merupakan karakteristik

dari jaringan rantai permintaan (demand driven chain network ) yang

mengkombinasikan aspek efisien untuk memenuhi permintaan dan aspek

fleksibilitas dalam menghadapi perubahan permintaan.

Dalam upaya mengelola risiko dalam rantai pasokan sayuran, selain

melayani pasar ekspor, koperasi juga melayani pasar domestik, seperti

supermarket dan pasar tradisional. Upaya tersebut dilakukan karena produk

sayuran segar dalam suatu siklus produksi memiliki variasi kualitas ( grade) yangdidasarkan pada kriteria ukuran, warna dan tampilan. Berdasarkan tiga kriteria

tersebut, terdapat tiga kelas kualitas ( grade), yaitu (a) kualitas 1 yang ditujukan

untuk ekspor, (b) kualitas 2 yang ditujukan untuk supermarket dan (c) kualitas 3

yang ditujukan untuk pasar tradisional.

Page 197: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 197/219

197

!"#$%$&$' )$'

*+%,&+-.%+

!"'/+#0$'$'

!&1%"% 2&)"&

3"4,1&

5.)+)$/$

3"4,1&

6.#$78"#$%$'

3"4,1&

!.%$, *+%,&+-.%+

!$%$& 94%01&

!&1).4

8"0.,.%$'

:$'$;"#"'

!"'"&+#$$'

2&)"& <

30"%+=+4$%+

!"#-$

/$&$'

8"0.,.%$'

:$'$;"#"'

82!96>3?

89@2:!28

A>B?

!"#-$

/$&$'

>C+&$' ?'=1&#$%+D 3+%,"# !"';";$4$' )$' 8"$#$'$' !$'E$'

*+%,&+-.%+

!1C$ A$'$# )$'

5.)+)$/$

!$'"'

31&,$%+ )$' F&$)+'E

!"';$#+' 8.$C+,$%

 A   &   $ ' %  $ 4    %  +     

G$#+'$' 8.$C+,$%

!"&%+$0$' @$7$'

G$#+'$' 8.$C+,$%

!"'"&$0$' F>!

!"'"&$0$' FH!D F*!D H>II!

!"#-+-+,$'

I11C+'E

!"'"&+#$$'

983!26A?6

 !   " '  /  " &   $ 7   $ '

!"#-$

/$&$'

!&1).4

Konsolidator

!&" J I11C+'E

 A   &   $ ' %  $ 4    %  +     

A&$'%="&

8".',.'E$'

!&1).4

!$%$& *1#"%,+4

   2   &    )   "   &   <

   3   0   "   %   +    =   +    4   $   %   +

   !   "   #    -   $

   /   $   &   $   '

   !   &   1    )   .    4A&$'%$4%+

 

Gambar 21. Model manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang melibatkan

koperasi (alternatif 1)

Terkait dengan pengelolaan risiko, khususnya bagi para petani yang

memiliki keterbatasan kapasitas sumberdaya, maka koperasi menerapkan aturan

main tata kelola hubungan antara petani yang merupakan anggota koperasi dan

koperasi dengan sistem penyerahan. Dalam sistem penyerahan tersebut tidak

terjadi transaksi antara petani dan koperasi. Koperasi menjadi wakil petani untuk

memasarkan dan memberikan nilai tambah pada produk sayuran. Koperasi

menjadi penyedia jasa pemasaran dan pasca panen ( post harvest and marketing

 service provider ) yang mendapatkan penghasilan berupa imbal jasa ( fee) dari

 petani anggota yang dilayaninya. Besaran imbal jasa tersebut sesuai dengan biaya

operasional yang dikeluarkan.

Peran koperasi dalam pemasaran dan pasca panen tersebut sejalan dengan

 pemikiran Erickson et al   (2001) yang menyatakan bahwa koperasi merupakan

suatu bentuk badan usaha yang dimiliki, dikelola dan dikontrol anggotanya serta

memiliki komitmen untuk membantu anggotanya untuk memperbaiki harga

Page 198: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 198/219

198

 produk yang dihasilkan, menemukan pasar dan meningkatkan posisi tawar

menawar. Upaya tersebut hanya dapat dilakukan secara kolektif dalam bentuk

koperasi (Hanson, 2002).

Manajemen rantai pasokan sayuran yang efisien dan berkeadilan

memerlukan aliran informasi yang transparan. Dalam mewujudkan kondisi

tersebut, dilakukan pendampingan teknis, manajerial dan kelembagaan oleh

konsolidator yang dikelola oleh Pusat Rantai Nilai (Value Chain Center )

Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat (LPPM) Universitas Padjadjaran.

Konsolidator tersebut menjadi jembatan antara petani, kelompok tani,

koperasi dan eksportir. Konsolidator tersebut berada di sentra produksi untuk

 bekerja sama dengan petani, kelompok tani dan koperasi untuk memenuhi

 pesanan eksportir. Setiap minggu konsolidator melakukan pengajuan rencana

tanam dan panen yang dibuat bersama dengan kelompok tani dan koperasi kepada

eksportir. Pusat Rantai Nilai bersama dengan manajemen eksportir melakukan

evaluasi mingguan untuk memperbaiki secara berkelanjutan (continous

improvement ) manajemen rantai pasokan yang dikembangkan.

Dalam upaya memperkuat manajemen rantai pasokan yang dikembangkan

dan untuk replikasi model, Pusat Rantai Nilai LPPM UNPAD bekerjasama

dengan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian dan Program

AMARTA ( Agribusiness Market Support Acitivity) USAID mengembangkan

konsorsium hortikultura Jawa Barat. Dalam konsorsium tersebut tergabung multi

 pemangku kepentingan agribisnis hortikultura dari tingkat sentra produksi,

kabupaten, propinsi dan nasional. Pemangku kepentingan tersebut adalah petani,

kelompok tani, koperasi, pelaku pasar (industri, eksportir, supermarket, pasar

tradsional), pedagang/pemasok, lembaga pembiayaan (perbankan dan non

 perbankan), perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga pendukung

 pembangunan luar negeri, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, peruahaan

agroinput dan asosiasi.

Page 199: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 199/219

199

!"#$%$&$' )$'

*+%,&+-.%+

!"'/+#0$'$'

!&1%"% 2&)"&

3"4,1&

5.)+)$/$

3"4,1&

6.#$78"#$%$'

3"4,1&

!.%$, *+%,&+-.%+

!$%$& 94%01&

!&1).4

8"0.,.%$'

:$'$;"#"'

!"'"&+#$$'

2&)"& <

30"%+=+4$%+

!"#-$

/$&$'!&1).4

8"0.,.%$'

:$'$;"#"'

!9*>?>@?

89A2:!28

B>@C

!"#-$

/$&$'

>D+&$' C'=1&#$%+E 3+%,"# !"';";$4$' )$' 8"$#$'$' !$'F$'

!$%$& *1#"%,+4

*+%,&+-.%+

!1D$ B$'$# )$'

5.)+)$/$

!$'"'

31&,$%+ )$' ?&$)+'F

!"';$#+' 8.$D+,$%

 B   &   $ ' %  $ 4    %  +     

G$#+'$' 8.$D+,$%

!"&%+$0$' A$7$'

G$#+'$' 8.$D+,$%

!"'"&$0$' ?>!

!"'"&$0$' ?H!E ?*!E H>II!

!"#-+-+,$'

I11D+'F

!"'"&+#$$'

983!26BC6

 B   &   $ ' %  $ 4    %  +     

!"#-$

/$&$'

!&1).4

Konsolidator

!&" J I11D+'F

 B   &   $ ' %  $ 4    %  +     

B&$'%$4%+

   !   "   #    -   $

   /   $   &   $   '

   2   &    )   "   &   <

   3   0   "   %   +    =   +    4   $   %   +

   !   &   1    )   .    4

 

Gambar 22. Model manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang melibatkan

 pedagang (alternatif 2)

Konsorsium hortikultura tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses

 pelaku agribisnis hortikultura terutama petani terhadap lima aspek, yaitu :

agroinput, teknologi, pasar, pembiayaan dan informasi. Dengan demikian,

ketersediaan lima aspek tersebut menjadi mudah bagi para pelaku agribisnis

terutama petani.

Format konsorsium serupa dengan “Sistem Inovasi Pertanian ( Agriculture

 Innovation System) yang dikembangkan Chairatana (2000). Sistem inovasi

 pertanian merupakan jaringan para pemangku kepentingan dan rantai pasokan

agribisnis yang berkonsentrasi pada kreativitas, inisiasi, interaksi, kerjasama dan

komitmen untuk menghasilkan kebaharuan yang terukur (tangible) dan tidak

terukur (intangible) kepada pasar dan masyarakat.

Semakin tinggi tekanan meningkatkan konsistensi pasokan maka tuntutan

untuk meningkatkan kualitas produk sayuran menjadi semakin bertambah. Respon

untuk meningkatkan kualitas dari konsumen harus dilakukan dengan cepat karena

Page 200: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 200/219

200

kegagalan terhadap respon kualitas mengakibatkan kepercayaan konsumen hilang

dan akan menghentikan pesanan kepada eksportir. Berbeda dengan pasokan

 produk sayuran dari eksportir yang kurang hanya akan menurunkan jumlah

 pesanan ulangnya.

Tuntutan untuk meningkatkan kualitas produk sayuran dilakukan dengan

cara meningkatkan intensitas penerapan kaidah budidaya sayuran yang baik ( good

agriculture practices  (GAP)). Semakin tinggi intensitas penerapan GAP akan

meningkatkan produk sayuran kualitas 1 yang ditujukan untuk pasar ekspor.

Dengan demikian, penjualan produk sayuran kualitas 1 ke eksportir akan semakin

 banyak, baik dari koperasi ataupun pedagang.

Keterkaitan variabel dari mulai eksportir pesaing, tekanan untuk

meningkatkan konsistensi pasokan, tuntutan untuk meningkatkan kualitas produk,

 penerapan GAP sampai dengan keuntungan eksportir membentuk suatu negative

 feedback . Umpan balik negatif (negative feedback ) tersebut berarti bahwa setiap

upaya untuk meningkatkan kualitas produk akan menuju arah kesetimbangan

sesuai dengan biaya yang dikeluarkan eksportir.

Peningkatan intensitas penerapan GAP juga akan meningkatkan

 produktivitas tanaman sehingga jumlah produksi petani meningkat. Sejalan

dengan jumlah produksi yang meningkat, maka jumlah produk yang disortasi

meningkat pula dan produk kualitas 1 untuk tujuan pasar ekspor akan meningkat.

Semakin banyak produk kualitas ekspor maka penjualan produk kualitas

ekspor akan meningkat, baik yang berasal dari koperasi sebagai wakil petani

maupun dari pedagang. Penjualan produk dari koperasi maupun eksportir yang

meningkat akan meningkatkan jumlah persediaan kualitas ekspor di pusat

distribusi (gudang) eksportir sehingga pengiriman ke luar negeri akan terjamin

 pasokannya.

Keuntungan eksportir dari pengiriman produk sayuran ke luar negeri

ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan

maka keuntungan yang dapat diperoleh eksportir semakin rendah. Kondisi

tersebut memperlihatkan bahwa umpan balik yang terjadi pada keterkaitan

Page 201: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 201/219

201

variabel eksportir pesaing, penerapan GAP, produktivitas, jumlah yang disortasi,

 produk kualitas 1 sampai dengan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan

eksportir merupakan umpan balik negatif.

 Namun demikian, apabila sistem operasi eksportir berjalan efisien dan

 pengiriman sayuran kualitas 1 ke luar negeri bertambah maka pendapatan

eksportir akan meningkat serta keuntungannya akan meningkat pula. Kondisi

demikian terjadi karena Keterkaitan variabel dari mulai eksportir pesaing,

tekanan untuk meningkatkan konsistensi pasokan, tuntutan untuk meningkatkan

kualitas produk, penerapan GAP sampai dengan pendapatan eksportir dan

keuntungan eksportir membentuk umpan balik positif. Umpan balik positif

( positive feedback ) tersebut berarti bahwa upaya meningkatkan kualitas produk

akan meningkatkan pendapatan eksportir. Demikian halnya juga terjadi pada

 peningkatan intensitas penerapan GAP yang akan meningkatkan produksi petani

dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan keuntungan eksportir.

Jumlah pesaing eksportir bertambah akan mengurangi pangsa pasar produk

eksportir. Kondisi tersebut terjadi karena pangsa pasar yang ada terbagi karena

 jumlah eksportir yang terlibat semakin banyak. Pangsa pasar produk sayuran

eksportir meningkat akan meningkatkan jumlah pesanan produk sayuran ke

eksportir. Dalam kurun waktu tertentu, jumlah pesanan produk ke eksportir akan

meningkatkan produksi petani sehingga jumlah produk yang disortasi akan

meningkat. Peningkatan jumlah produk yang disortasi akan menambah jumlah

 produk kualitas ekspor.

Sub Model Budaya

Sistem budidaya pada komoditas agribisnis tersebut meliputi penanaman

 benih untuk sayuran, fase pertumbuhan, produksi dan penuaan tanaman serta

 panen yang dapat dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu tertentu pada saat

tanaman berada pada fase produksi. Dalam sub model model budidaya tersebut

terlihat bahwa penanaman sayuran oleh petani ditentukan jumlah benih yang

ditanam secara rutin oleh petani, benih tanaman yang diinginkan serta waktu

menanam. Selanjutnya, terdapat akumulasi jumlah tanaman yang sedang dalam

Page 202: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 202/219

202

fase masa tumbuh. Pertumbuhan tanamanan ditentukan laju tanaman tumbuh dan

 besaran tanaman yang tumbuh. Pada fase pertumbuhan tersebut terdapat

akumulasi tanaman masa produksi yang akan menghasilkan produk. Tanaman

yang melewati fase produksi akan mengalami penuaan sehingga secara rutin harus

diadakan penggantian agar kontinuitas produksi bisa dipertahankan sesuai dengan

rencana produksi.

Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi

Dalam mempertahankan konsistensi pasokan, kelompok tani bekerjasama

dengan koperasi atau pedagang untuk merencanakan kapasitas produksi untuk

memenuhi permintaan pasar ekspor. Setiap kenaikan pesanan eksportir akandirespon dengan perencanaan kebutuhan pengembangan penanaman yang baru.

Manajemen kapasitas produksi didorong oleh peramalan pesanan dari pasar

yang direpresentasikan oleh jumlah pasokan setiap kelas kualitas produk yang

diinginkan menuju proses lanjutan di rumah kemasan yang dikelola oleh koperasi

atau pedagang. Selanjutnya direncanakan kapasitasnya berdasarkan produksi

 petani yang ada, produktivitas tanaman, waktu panen, bagian tanaman yang

tumbuh dan waktu produksi tanaman. Perencanaan kapasitas tersebut merupakan

 bagian dari sistem produksi dorong pada rantai pasokan sayuran yang

dikembangkan.

Sub Model Rekayasa Kualitas

Dalam penelitian ini dilakukan agregasi kualitas sayuran ke dalam tiga

kelompok kualitas ( grade), yaitu kualitas 1, kualitas 2 dan kualitas 3. Setiap

kelompok kualitas tersebut ditujukan untuk segmen pasar yang berbeda, yaitu : pasar ekspor, supermarket dan pasar tradisional. Proses rekayasa kualitas berupa

sortasi dan pengkelasan ini dilakukan di rumah kemasan yang dikelola oleh

koperasi atau pedagang.

Sub Model Proses Lanjutan

Sayuran hasil rekayasa kualitas dilanjutkan ke proses pengemasan dan pra

 pendinginan berdasarkan spesifikasi pesanan dari eksportir. Proses lanjutan ini

Page 203: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 203/219

203

dilakukan di rumah kemasan sebagai bagian dari proses bisnis yang dilakukan

oleh koperasi atau pedagang.

Sub Model Pusat Distribusi Eksportir

Koperasi atau pedagang setelah melakukan proses lanjutan di rumah

kemasan yang dimiliki melakukan penjualan kepada eksportir. Dalam penelitian

ini, eksportir yang menjadi mitra pasar adalah PT. Alamanda Sejati Utama, salah

satu eksportir hortikultura terbaik di Indonesia. PT. Alamanda Sejati Utama

memiliki pusat distribusi yang terletak di daerah Banjaran, Kabupaten Bandung.

Perusahaan eksportir melakukan kemitraan berupa kontrak produksi dengan

koperasi atau pedagang untuk menjadi pemasok sayuran. Kontrak tersebut

dilaksanakan untuk dalam jangka waktu tertentu, umumnya empat bulan. Kontrak

tersebut dapat diperbaharui secara berkelanjutan. Berdasarkan kesepakatan dalam

kontrak, eksportir akan mengambil produk dengan kualitas yang sesuai spesifikasi

 pasar ke koperasi atau pedagang. Pengambilan tersebut dilakukan karena koperasi

atau pedagang belum memiliki kendaraan pendingin sebagai salah satu syarat

untuk mempertahankan kualitas produk dalam pengembangan manajemen rantai

 pasokan sayuran.

Produk yang diambil akan dikirim ke pusat distribusi eksportir di Banjaran.

Pusat distribusi melakukan beberapa aktivitas, yaitu : penerimaan, pendinginan,

 penyimpanan, pemasaran dan distribusi, pengolahan oder (pesanan) serta

 penjaminan kualitas atas produk yang dikirimkan ke pembeli di luar negeri.

Sayuran yang dibeli dari koperasi atau pedagang merupakan produk yang siap

dipasarkan dan telah dijamin kualitasnya oleh koperasi atau pedagang sebagai

mitra pemasok, tetapi agar memenuhi kapasitas kontainer untuk setiap pengiriman

maka dilakukan penyimpanan di pusat distribusi. manajemen pusat distribusi

menetapkan target/cakupan persediaan pengaman selama tiga hari. Penetapan

waktu tersebut didasarkan pada interval pengiriman produk ke luar negeri

sebanyak dua kali serta untuk tetap menjaga produk agar tetap segar pada saat tiba

di luar negeri.

Page 204: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 204/219

204

Sub Model Pasar Ekspor

Secara umum pasar yang memberikan pesanan dipandang sebagai faktor

eksternal, pelaku usaha tidak dapat mempengaruhinya tapi pasar yang

mempengaruhi pelaku uaha. Namun, dalam penelitian ini dikembangkan sub

model pasar ekspor dan pesanan sayuran yang bersifat endogen. Hal tersebut

dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana struktur keputusan fisik dan

keputusan yang dilakukan pelaku usaha sepanjang rantai pasokan sayuran

direspon oleh pasar ekspor. Selanjutnya, pasar memberikan umpan balik terhadap

 pesanan kepada eksportir yang selanjutnya diteruskan kepada pelaku usaha yang

lainnya, seperti koperasi, pedagang dan petani. Dengan demikian, dalam

 penelitian ini akan diketahui penyebab struktural terjadinya dinamika pada

interaksi rantai pasokan industri sayuran dengan pasarnya.

Kinerja eksportir   dalam memenuhi setiap pesanan sayuran akan

dipersepsikan oleh pembeli. Persepsi fraksi pesanan sayuran yang dapat terpenuhi

akan menentukan daya tarik eksportir di pasar, apabila pasar/ pembeli

mempersepsikan eksportir mampu memenuhi setiap pesanan maka daya tarik

 perusahaan di pasar akan bertahan. Namun, apabila pasar mempersepsikan

eksportir dan rantai pasokan yang terlibat tidak mampu memenuhi setiap pesanan

secara penuh maka daya tarik perusahaan di pasar akan turun sehingga pangsa

 pasar yang dikuasai eksportir akan berkurang. Secara non linier, kondisi tersebut

akan berdampak pada pengurangan jumlah pesanan yang akan disampaikan

kepada eksportir.

Model manajemen rantai pasokan sayuran ekspor yang melibatkan koperasi

merupakan suatu bentuk aksi kolektif dari petani kecil dan kemitraan antara

 publik dan swasta ( public-private partnership) untuk memenuhi tuntutan pasar

global yang dinamis. Kemitraan publik dan swasta tersebut direpresentasikan

adanya peran konsolidator dari perguruan tinggi dan konsorsium yang melibatkan

 para pemangku kepentingan dalam agribisnis hortikultura seperti pengusaha,

 pemerintah, LSM dan perguruan tinggi.

Page 205: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 205/219

205

 Narrod et al   (2007) menyatakan bahwa aksi kolektif serta kemitraan publik dan

swasta akan menjamin partisipasi petani kecil dalam rantai pasokan sayuran. Aksi

kolektif akan meningkatkan tawar menawar petani kecil dalam pemasaran hasil

 produksinya, sedangkan kemitraan publik dan swasta berperan dalam

menciptakan akses pasar ekspor bagi

TRIPLE HELIX MODEL DALAM IMPLEMENTASI SISTEM

MANAJEMEN LOGISTIK PADA RANTAI PASOK SAYURAN

Peranan Universitas Dalam “Triple Helix Model” 

Pada akhir tahun 2009, Value Chain Center (VCC) Puslitbang Inovasi dan

Kelembagaan Universitas Padjadjaran bersama dengan Asosiasi Eksportir

Sayuran dan Buah Indonesia (AESBI) terlibat dalam kegiatan akselerasi

 peningkatan ekspor sayuran dan buah Indonesia ke Singapura bersama dengan

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. VCC menjadi salah satu anggota

taskforce ekspor sayuran dan buah Indonesia ke Singapura bersama denganeksportir, asosiasi petani, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Propinsi dan

AVA (Agrifood and Veterinary Authority) Singapore.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan taskforce ekspor, pada awal tahun 2010

dilakukan kesepakatan kerjasama antara Rektor Universitas Padjadjaran dengan

Direktur Utama PT. Alamanda Sejati Utama, Eksportir Hortikultura, untuk

membangun manajemen rantai pasok sayuran dan buah untuk memenuhi pasar

ekspor. Kesepakatan tersebut disaksikan juga oleh Direktur Sayuran Kemneterian

Pertanian Indonesia, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat dan

 perwakilan AMARTA USAID. Dalam kerjasama tersebut, VCC menjadi

 pelaksana kegiatan.

Dalam implementasi kerjasama tersebut, VCC menerapkan model

manajemen rantai pasok sayuran yang dikembangkan oleh tim VCC dengan

menggunakan pendekatan System Dynamics. Model tersebut dimplementasikan

Page 206: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 206/219

206

 pada komoditas buah-buahan juga karena memiliki karakteristik proses bisnis

serupa. Model tersebut merupakan integrasi enam komponen manajemen rantai

 pasok yang terdiri atas restrukturisasi rantai pasokan, rekayasa kualitas, sistem

 produksi hibrida, inovasi kelembagaan, sistem pengukuran kinerja berimbang dan

konsolidator (Gambar 23).

!"#$%&'

)*+*,-%.%%"

/*0%1%&%

)2%+'3%&

/*&3420324'&%&'

/%"3%' 5%&#0%"

6'&3*, 54#720&'

8'-4'7%

)#"&#+'7%3#4

5*".2024%" )'"*49%

:*4',-%".

Gambar 23. Model Manajemen Rantai Pasok Sayuran Yang Melibatkan Petani

Kecil

Keenam komponen tersebut berinteraksi secara sistematis untuk mencapai

tujuan berupa sistem rantai pasok yang efisien, responsif, inklusif dan

 berkeadilan. Dengan demikian, apabila salah satu komponen tersebut tidak

terdapat dalam suatu manajemen rantai pasokan sayuran maka sistem tersebut

tidak akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian juga halnya,

apabila salah satu komponen tersebut mengalami penyimpangan atau kegagalan.

Page 207: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 207/219

207

Restrukturisasi rantai pasok yang dilakukan harus mampu menyampaikan

aliran material, aliran uang dan aliran informasi secara tepat kuantitas, tepat

kualitas, tepat waktu, tepat harga, transparan, aman pangan dan

 berkesinambungan sehingga memuaskan dan melindungi konsumen. VCC

Universitas Padjadjaran telah melakukan restrukturisasi rantai pasok sayuran dan

 buah dengan memberikan akses kepada petani kecil untuk berhubungan langsung

dengan eksportir, PT. Alamanda Sejati Utama. Petani kecil didorong untuk

menerapkan sistem kolektif usaha melalui pembentukan atau penguatan kelompok

tani dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) untuk berperan sebagai

representasi petani dalam berhubungan dengan pasar. Sistem kolektif tersebut

menggantikan peran pedagang yang mengumpulkan sayuran dan buah dari para

 petani, namun dalam sistem kolektif tersebut tidak terjadi transaksi antara petani

kecil dengan kelompok taninya.

Rekayasa kualitas harus mampu menciptakan nilai tambah yang sesuai

dengan dinamika permintaaan pasar. Rekayasa kualitas dilakukan dengan

menerapkan panen pilih, sortasi dan grading, penerapan sistem rantai pendingin,

 penerapan standar prosedur operasi GAP (Good Agriculture Practices) dan Good

Handling Practices. Rekayasa kualitas dilakukan oleh kelompok tani atau

gapoktan sebagai bagian dari pelayanan yang diberikan kepada anggotanya.

Sistem produksi hibrida merupakan penerapan titik pemisah pesanan dan

 produksi pada suatu rantai pasok sehingga terjadi kesesuaian antara aspek pasokan

(produksi) dengan aspek permintaan pasar. Dalam implementasinya, Gapoktan

didorong untuk berperan sebagai titik pemisah pesanan dan pasokan produksi

(customer order decoupling point ) yang keputusan manajemennya didorong oleh pesanan konsumen ( pull system) dan rencana produksinya dibuat berdasarkan

 peramalan permintaan konsumen atau mitra usahanya di hilir ( push system),

yakni eksportir. Sistem produksi hibrida tersebut bertujuan untuk merespon

dinamika permintaan pasar, baik kuantitas, kualitas dan kontinuitas (Goncalves et

al   ,2004; Perdana et al, 2008;). Van der Vorst et al   (2007) menyatakan bahwa

titik pemisah pesanan dan pasokan tersebut ditujukan untuk mengurangi

 persediaan dalam rantai pasokan serta upaya fokus pada penetrasi konsumen dan

Page 208: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 208/219

208

sistem logistik. Verdouw et al   (2006) berpendapat bahwa penggunaan titik

 pemisah pesanan dan pasokan tersebut merupakan karakteristik dari jaringan

rantai permintaan (demand driven chain network ) yang mengkombinasikan aspek

efisien untuk memenuhi permintaan dan aspek fleksibilitas dalam menghadapi

 perubahan permintaan. Komponen struktur jaringan rantai pasok, rekayasa

kualitas dan sistem produksi hibrida akan menentukan pencapaian tujuan sistem

yang efisien.

Bersamaan dengan terciptanya sistem yang efisien, komponen inovasi

kelembagaan akan menciptakan distribusi nilai tambah yang berkeadilan. Inovasi

kelembagaan yang dikembangkan harus mampu mengatasi berbagai risiko usaha

yang timbul akibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki pelaku usaha. Ruttan

(2006) menyatakan bahwa inovasi kelembagaan merupakan aturan main dari

suatu komunitas masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar

 pelaku sosial yang terlibat untuk membantu mewujudkan harapannya. Dengan

aturan main tersebut, setiap pelaku mempunyai alasan atau motivasi untuk terlibat

dalam komunitas atau organisasi. Dalam aspek hubungan ekonomi, kelembagaan

memiliki peranan sangat penting dalam mewujudkan harapan mengenai hak untuk

menggunakan sumberdaya dalam aktivitas ekonomi dan pembagian pendapatan

yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Dengan demikian, kelembagaan

memberikan jaminan penghormatan atas aksi yang dilakukan setiap orang yang

terlibat dalam suatu komunitas atau organisasi serta memberikan stabilitas

 pengharapan dalam hubungan ekonomi yang tidak pasti dan kompleks. Lebih

lanjut, Shirley dan Meenard (2008) menyatakan bahwa suatu kelembagaan harus

mampu mereduksi berbagai resiko dan biaya transaksi yang timbul dari

keterbatasan informasi dan kapasitas mental pelaku ekonomi yang terlibat.

Dalam upaya mengetahui distribusi nilai tambah dan sistem yang efisien

diperlukan sistem pengukuran kinerja berimbang. Sistem pengukuran tersebut

meliputi perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis

internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran serta perspektif nilai tambah.

Konsolidator adalah pihak yang menjembatani antara kepentingan produsen

dan pelaku di sentra produksi dengan pelaku pasar yang berada di luar sentra

Page 209: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 209/219

209

 produksi Produsen dan pelaku di sentra produsen didampingi oleh konsolidator

dalam aspek teknik produksi, manajerial dan kelembagaan sehingga mampu

memenuhi permintaan pasar. Selain itu, konsolidator juga berperan untuk

meningkatkan akses produsen, pelaku di sentra produksi dan pelaku pasar

terhadap agroinput, teknologi , pasar dan pembiayaan.

Dalam model tersebut, VCC berperan sebagai konsolidator rantai pasok

yang memberikan pelayanan kepada eksportir dan petani kecil dalam aspek

teknis, manajerial, kelembagaan serta akses pada teknologi, pembiayaan dan

 pasar. Lingkup kerjasama tersebut meliputi komoditas sayuran yang terdiri atas

 buncis, paprika, sayuran daun, zucchini, radish, jagung, bawang daun dan cabe

merah. Sedangkan komoditas buah terdiri atas jambu merah (pink guava) dan

mangga. Adapun lingkup daerah pelayanannya adalah Pangalengan dan Ciwidey

di Kabupaten Bandung, Cisarua dan Lembang di Kabupaten Bandung Barat,

Panyingkiran dan Maja di Kabupaten Majalengka serta Jonggol di Kabupaten

Bogor.

Dalam kerjasama tersebut, untuk mewujudkan suatu sistem manajemen

layanan logistik pedesaan, Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Jawa Barat mendukung dengan memberikan bantuan fasilitas rumah

kemasan dan sistem rantai pendingin kepada kelompok tani yang menjadi mitra

VCC dan eksportir. Sampai saat ini, telah dibangun empat rumah kemasan yang

dilengkapi dengan gudang berpendingin untuk komoditas sayuran, yakni buncis,

sayuran daun dan paprika, yang terletak di sentra produksi Kabupaten Bandung

Barat dan Kabupaten Bandung yang menjadi lokasi penelitian dari riset

implementatif mengenai sistem layanan logsitik pedesaan pada rantai pasoksayuran.

VCC menempatkan staf pada beberapa kelompok tani yang menjadi mitra.

Staf VCC tersebut merupakan konsolidator lapangan yang bertugas setiap hari

untuk mendampingi petani kecil dalam memenuhi permintaan eksportir. Staf VCC

 bersama-sama dengan kelompok tani dan eksportir membuat perencanaan

 produksi bersama berdasarkan permintaan pasar ekspor yang telah disepakati

dalam kontrak antara kelompok petani dan eksportir. Staf VCC tersebut dibiayai

Page 210: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 210/219

210

dari imbalan yang diperoleh VCC dari setiap volume sayuran yang terkirim dan

memenuhi persyaratan untuk diekspor ke Singapura.

Berdasarkan hasil evaluasi terdapat dua tipe resiko yang dihadapi pihakdalam interaksi antara petani kecil-VCC-eksportir dalam pengembangan

manajemen rantai pasok sayuran, termasuk didalamnya pengembangan sistem

layanan logistik pedesaannya. Pertama adalah resiko yang bisa diatasi oleh

interaksi petani kecil-VCC-eksportir, seperti kurang solidnya kelompok tani,

 produk cacat yang tinggi karena proses bisnis eksportir yang tidak tepat dan

ketidakmampuan staf lapangan. Kedua adalah resiko yang tidak bisa diatasi oleh

interaksi petani kecil-VCC-eksportir seperti pembatalan pesanan, pembayaran

tunda; kualitas agroinput yang tidak baik dan perubahan iklim yang tidak terduga.

Dalam mengatasi resiko yang tidak bisa diatasi oleh interaksi petani kecil-

VCC-eksportir, VCC bekerjasama dengan pihak seperti perbankan (Bank

Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia), ACDI VOCA, Syngenta Foundation,

 pelaku pasar lain (supermarket dan agroindustri) serta meningkatkan peran dari

 pemerintah daerah. Dengan interaksi multipihak tersebut, berbagai resiko-resiko

dapat dikurangi sehingga terjadi peningkatan kinerja pasokan sayuran dan buah

dari petani kecil.

Berdasarkan pembahasan di atas, inovasi kelembagaan yang terdapat dalam

 pengembangan manajemen rantai pasok sayuran untuk memenuhi pasar global

terdiri atas 3 (tiga) level, yakni :

a.  Level Produsen berupa sistem kolektif yang meliputi aturan main tata

kelola hubungan antara petani kecil dengan kelompok tani atau

gapoktan yang menerapkan sistem penyerahan atau tidak melakukan

transaksi karena gapoktan merupakan representasi dari petani kecil

 b.  Level Rantai Pasok berupa aturan main tata kelola hubungan antara

 produsen dengan pasar. Gapoktan sebagai wakil petani melakukan

kontrak tertulis dengan eksportir atau pembeli lainnya yang difasilitasi

dan didampingi oleh VCC.

Page 211: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 211/219

211

c.  Level Klaster Pertanian berupa aturan main tata kelola interaksi antara

 petani kecil dan eksportir dengan stakeholder yang bertujuan untuk

meningkatkan akses petani kecil terhadap agroinput, teknologi,

 pembiayaan dan akses pasar. Dalam interaksi tersebut, VCC berperan

sebagai pengelola hubungan atau “hub” antara petani kecil dengan

 berbagai pihak, seperti bank, pemerintah, lembaga donor, perusahaan

agroinput dan lainnya.

Memahami “Triple Helix Model”  dengan Pemodelan Sistem

Dalam bagian ini akan dibahas peranan “Triple Helix Model ” yang

dikelola oleh VCC Universitas Padjadjaran dalam pengembangan manajemen

rantai pasok sayuran dan buah yang melibatkan petani kecil untuk memenuhi

 pasar global dengan menggunakan pemodelan sistem. Causal Loop Diagram 

(CLD) digunakan sebagai alat untuk memahami interaksi yang kompleks dari

 berbagai variabel pada peranan “triple helix model ”.

“Triple helix model” sebagai inovasi kelembagaan pada level klaster

 pertanian berperan sebagai peredam risiko ( shockbreaker ) dengan memberikan

layanan peningkatan kapasitas petani kecil agar mampu mengakses agroinput

yang berkualitas, teknologi, pembiayaan dan pasar. Gambar 24 memperlihatkan

interaksi yang kompleks dari peranan “triple helix model”.

Page 212: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 212/219

212

 produksi

ketersediaan agroinput

+

kebutuhan akses

thd agroinput

+

 peranan fasilitasi

konsorsium (Triple Helix

Model)

+

akses thd agroinput

+

+

 persediaan

+

 produk reject

kebutuhan program pengurangan reject

+

+

 program pelatihan

manajemen produksi dan pasca panen

+

 pasokan produk +-

-

risiko produk reject+

-

+

 piutang pembeli++

risiko keuangan

+

 pembayaran dari

 pembeli

-

-

kebutuhan akses

 pembiayaan rantai pasok 

+

+

akses thd pembiayaan rantai

 pasok +

 pembiayaan

rantai pasok 

+

+

siklus kas

-

kemampuan produksi

+

 pendapatan

-

+

ketersediaan kas

++

+

kebutuhan akses pasar 

+

akses pasar 

+

 permintaan

+

 pesanan

+

+

risiko pasar 

+

+

-

risiko ketersediaanagroinput

+

-

 

Gambar 24. CLD peranan “triple helix model” dalam pengembangan manajemen

rantai pasok dan logistik sayuran

Dalam pemodelan sistem, pembahasan peranan “triple helix model ” bisa

dimulai dari bagian mana saja, tetapi dalam artikel ini pembahasan akan dimulai

dari akses pasar. Hal tersebut dilakukan karena VCC memulai aktivitas

 pengembangan manajemen rantai pasok sayuran dan buah dengan membangun

 pasar bersama eksportir dan pelaku pasar lainnya.

Secara khusus Gambar 25 memperlihatkan peranan fasilitasi “Triple Helix

 Model ” dalam meningkatkan akses pasar petani kecil kepada pasar ekspor. Pada

umumnya petani kecil Indonesia memasarkan hasil produksi sayuran dan buahnya

ke pasar tradisional melalui pedagang pengumpul lokal. Selain itu, petani kecil

tidak memiliki kapasitas untuk mengakses pasar ekspor secara langsung. Dengandemikian, semakin tinggi produksi yang dilakukan petani kecil maka akan

semakin tinggi pula risiko pasar yang dihadapi. Risiko pasar tersebut berupa risiko

fluktuasi harga karena petani memasarkan ke pasar tradisional. Semakin tinggi

risiko pasar menyebabkan kebutuhan akses terhadap pasar ekspor ataupun pasar

terstruktur lainnya (pasar berbasis kontrak, seperti ekspor, agroindustri,

supermarket dan jasa pangan) semakin meningkat pula. Kebutuhan akses pasar

yang meningkatkan menyebabkan peranan “triple helix model ” semakin

Page 213: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 213/219

213

meningkat untuk memberikan layanan akses pasar kepada petani kecil terhadap

 pasar terstruktur. Akses pasar yang semakin meningkat karena difasilitasi oleh

“triple helix model” akan menurunkan risiko pasar yang dihadapi petani kecil.

Interaksi berbagai variabel tersebut akan menghasilkan umpan balik negatif

(negative feedback ) yang berarti setiap akses pasar yang difasilitasi oleh “triple

helix model” akan menuju ke arah kesetimbangan untuk mengurangi risiko pasar

yang dihadapi petani kecil.

Selain itu, akses pasar yang meningkat menyebabkan permintaan dan

 pesanan yang diterima petani kecil akan meningkat sehingga dapat dijadikan

 pijakan dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Interaksi berbagai variabel seperti produksi, risiko pasar, kebutuhan akses pasar,

 peranan “triple helix model”, akses pasar, permintaan dan pesanan akan

membentuk umpan balik positif ( positive feedback ) yang berarti peningkatan

akses pasar yang difasilitasi “triple helix model ” akan mengasilkan perilaku

 pertumbuhan atau penguatan terhadap pesanan yang diterima petani kecil.

 produksi

 peranan fasilitasi

konsorsium (Triple Helix

Model)

kebutuhan akses pasar 

+

akses pasar 

+

 permintaan

+

 pesanan

+

+

risiko pasar 

+

+

-

-

+

 

Gambar 25. CLD peranan “triple helix model” dalam peningkatan akses pasar

Page 214: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 214/219

214

Sejalan dengan peningkatan kapasitas yang meningkat maka risiko produk

yang ditolak oleh eksportir ( product reject ) akan semakin meningkat pula. Risiko

 produk yang ditolak akan meningkatkan produk yang ditolak. Dengan demikian,

dibutuhkan suatu program pengurangan produk yang ditolak. Semakin tinggi

kebutuhan akan program pengurangan produk yang ditolak tersebut maka peranan

“triple helix model” akan semakin meningkat dalam bentuk program pelatihan

manajemen produksi dan pasca panen. Dalam pelatihan tersebut disampaikan

 berbagai teknologi dan teknik untuk mengurangi risiko produk yang ditolak pasar.

Interaksi berbagai variabel yang terkait dengan risiko produk yang ditolak akan

membentuk umpan balik negatif yang berarti setiap program pelatihan manajemen

 produksi dan pasca panen akan mengarah kepada kesetimbangan untuk

mengurangi risiko produk yang ditolak (Gambar 26).

 peranan fasilitasi

konsorsium (Triple Helix

Model)

 produk reject

kebutuhan program

 pengurangan reject

+

+

 program pelatihan

manajemen produksi dan

 pasca panen

+

risiko produk reject

-

+

-

 

Gambar 26. CLD peranan ”triple helix model” dalam mengurangi risiko produk

yang ditolak

Gambar 26 memperlihatkan peranan “triple helix model” dalammemberikan layanan akses terhadap agroinput yang berkualitas. Semakin

meningkatnya kapasitas produksi yang dimiliki petani kecil akan meningkatkan

risiko ketersediaan agroinput yang berkualitas. Risiko ketersediaan agroinput

yang meningkat akan menyebabkan kebutuhan akses terhadap agroinput yang

 berkualitas akan semakin meningkat pula. Dengan demikian, peranan “triple helix

model” dalam penyediaan akses terhadap agroinput yang berkualitas semakin

meningkat.

Page 215: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 215/219

215

 produksi

ketersediaan agroinput

+

kebutuhan aksesthd agroinput

+

 peranan fasilitasi

konsorsium (Triple HelixModel)

+

akses thd agroinput

+

+

risiko ketersediaan

agroinput

+

-

-

+

 

Gambar 27. Peranan “triple helix model ” dalam peningkatan akses terhadap

agroinput

Meningkatnya akses petani kecil terhadap agroinput yang berkualitas akan

menyebabkan tingkat ketersediaan agroinput meningkat sehingga mampu

meningkatkan produksi dan menurunkan risiko ketersediaan agroinput. Interaksi

 berbagai variabel dengan risiko ketersediaan agroinput akan menghasilkan umpan

 balik negatif yang berarti peranan “triple helix model” dalam meningkatkan akses

terhadap agroinput akan mengarah pada kesetimbangan untuk mengurangi risiko

ketersediaan agroinput.

Meningkatnya kapasitas produksi menyebabkan meningkatnya jumlah

 persediaan yang dimiliki petani kecil meningkat. Petani kecil menyimpan hasil

 produksinya dalam jangka waktu pendek, yaitu kurang dari 3 (tiga) hari, karena

daya tahan hasil produksnya yang terbatas. Jumlah persediaan yang meningkat

akan meningkatkan jumlah pasokan produk ke eksportir. Pembayaran yang

dilakukan eksportir cukup lama, berkisar antara 14-21 hari. Hal tersebut berarti

dalam jangka waktu tertentu akan meningkatkan jumlah piutang yang dimiliki petani kecil. Jumlah piutang yang meningkat menyebabkan kebutuhan untuk

akses pembiayaan rantai pasok ( supply chain financing ) semakin meningkat pula.

Dengan demikian, peranan “triple helix model” untuk memberikan layanan akses

terhadap pembiayaan menjadi meningkat pula.

Pelayanan akses terhadap pembiayaan yang dilakukan “triple helix model”

akan meningkatkan akses terhadap pembiayaan rantai pasok. Adanya pembiayaan

rantai pasok berupa dana talangan (bridging finance) akan meningkatkan

Page 216: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 216/219

216

 pembayaran dari pembeli/eksportir sehingga siklus kas petani kecil akan

meningkat pula. Siklus kas yang meningkat menyebabkan ketersediaan kas petani

akan meningkat sehingga petani kecil akan mampu untuk meningkatkan produksi

sayuran dan buahnya (Gambar 28). Interaksi berbagai variabel tersebut akan

menghasilkan umpan balik positif ( positive feedback ) yang berarti peningkatan

akses terhadap pembiayaan rantai pasok akan menghasilkan pertumbuhan

 produksi petani kecil.

 produksi

 peranan fasilitasi

konsorsium (Triple Helix

Model)

 persediaan

+

 pasokan produk 

+

 piutang pembeli+

risiko keuangan

+

 pembayaran dari

 pembeli

-

-

kebutuhan akses

 pembiayaan rantai

 pasok 

+

+

akses thd

 pembiayaan rantai

 pasok +

 pembiayaan

rantai pasok 

+

+

siklus kas

-

kemampuan produksi

++

ketersediaan kas+

+

-

+

 

Gambar 28. CLD peranan “triple helix model ” dalam akses pembiayaan rantai

 pasok

Selain itu, interaksi variabel yang terkait dengan peranan “triple helix

model” dalam pelayanan akses terhadap pembiayaan rantai pasok dengan jumlah

 piutang yang dimiliki petani kecil akan menghasilkan umpan balik negatif

(negative feedback ). Hal tersebut berarti bahwa peningkatan akses terhadap

 pembiayaan rantai pasok akan mengarah pada kesetimbangan untuk mengurangi

 jumlah piutang yang dimiliki petani kecil.

Page 217: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 217/219

217

Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat bahwa “triple helix model” dalam

 pengembangan manajemen rantai pasok sayuran dan buah yang melibatkan petani

kecil untuk memenuhi pasar global memiliki kompleksitas yang tinggi. Dengan

demikian, model tersebut tidak dapat dipahami dengan cara berpikir yang linear

dan reduksionis melainkan harus dengan cara berpikir sistem. Berdasarkan hal

tersebut, “Triple helix model” yang dikembangkan dan dikelola oleh VCC

Universitas Padjadjaran memiliki hubungan dan interaksi yang kuat antara

 pemerintah, akademisi dan industri. Etzkowitz (2008) menyatakannya sebagai

“social structure triple helix” karena dalam “triple helix model” tersebut terdapat

“sharing knowledge and experience” diantara berbagai aktor yang terlibat, yang

dilakukan di kampus dalam bentuk kuliah atau seminar serta di luar kampus

dalam bentuk konsultansi, seminar dan multistakeholder meeting. Selain itu,

semua hasil “sharing knowledge and experience: tersebut disintesakan dalam

 bentuk “policy brief” yang disampaikan kepada para pengambil kebijakan

(government).

LATIHAN 

Buatlah 2 (dua) contoh pengembangan kasus agribisnis di bidang industri

makanan dan non makanan. Kemukakan jawaban Anda dalam bentuk

essay masing-masing minimal 5 halaman.

Page 218: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 218/219

218

REFERENSI

1.  Austin J E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The Economic

Development Institute of The World Bank. The Johns Hopkins UniversityPress. Baltimore.

2.  Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Buku Kompas

3.  Davis, H. H. and R. A. Goldberd. 1957.  A Concept Of Agribusiness. Boston :

Graduate School of Business, Havard University.

4.  Downey, W. D. dan S. P. Erickson. 1992. Manajem Agribisnis. Edisi Kedua.

Terjemahan R. Ganda s. Dan A. Sirait. Jakarta: Erlangga.

5.  Gumbira-Sa’id, E. A. Hariszt, I. “Manajemen Agribisnis”. Ghalia Indonesia.6.  Saragih, B. 2010. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi

Berbasis Pertanian. IPB Press.

7.  Saragih, B. 2010. Refleksi Agribisnis. IPB Press.

8. 

Cuevas R. 2004. Food Engineering, Quality and Competitiveness in Small

Food Industry Systems Eith Emphasis on Latin America and The Caribbean.

Food and Agriculture Organizations of The United Nations. Rome.

9.  Maani, K, E., and Cavana, R, Y. 2007. Systems Thinking, System  Dynamics :

 Managing Change and Complexity. Pretice Hall.10. Mosher, 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Yasguna, Jakarta

11. Pambudy. Rahmat. 2010. Membangun Indonesia Melalui KepemimpinanEntrepreneur Agribisnis.

12. Paul Roy E. 1967. Exploring Agribusiness. The Interstate Printers and

Publishers, Inc. Illinois.

13. 

Perdana, T., Purnomo, D., Kharisma, B. 2009. Rancangbangun SimulatorKebijakan Pengembangan Sistem Rantai Pasokan Industri Perberasan Untuk

Mewujudkan Ketahanan Jawa Barat. Laporan Akhir Penelitian Strategis

 Nasional.

14. Ricketts C and O. Rawlins. 2001. Introduction to Agribusiness. DelmarThomson Learning. Albany.

15. Seperich GJ, M W Whoolverton and J G Beierlein. 1994. Introduction to

Agribusiness Marketing. Prentice Hall Career and Technology. New Jersey.

16. Soehardjo, A. 1997. Sistem Agribisnis dan Agroindustri. Makalah Seminar.

MMA-IPB. Bogor17. Sogo Kenkyu. 1998. An Economic Evolution in External economies from

Agriculture by the Replacement Cost Method. National Research Institute ofAgricultural Economics, MAFF. Japan.

18. Yoshida, K. 1994. An Economic Evoluatin of Multifunctional Roles of

Agricultural and Rural areal in Japan. Ministry of Agricultural Forestry.

Japan

19. Buku, Laporan, Artikel Jurnal yang Terkait dengan Agribisnis

Page 219: Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

7/22/2019 Modul Sistem Agribisnis Ver 2.0

http://slidepdf.com/reader/full/modul-sistem-agribisnis-ver-20 219/219