modul undang-undang, standar peraturan k3

Upload: dian-pertiwi-natawijaya

Post on 21-Feb-2018

442 views

Category:

Documents


63 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    1/54

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    2/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN PELATIHAN i ~

    KESELAMATAN

    KESEHATAN KERJA

    L1NGKUNGAN

    t-==.o.r LP2K3L A2K4.INDONESIA

    KATA PENGANTAR

    Maksud dari penyusunan modul Peraturan Keselamatan dan

    kesehatan K e ~ a adalah untuk memudahkan peserta pelatihan mempelajari

    peraturan tersebut.

    Tujuan dari penyusunan Kerangka Modul ini adalah

    untuk

    menjadi

    acuan bagi peserta pelatihan agar mengetahui dan memahami bahwa

    keselamatan dan kesehatan kerja untuk :

    a.

    Memberikan perlindungan dan rasa aman bagi pekerja

    melakukan pekerjaannya sehingga tercapai tingkat produktifitas.

    didalam

    b. Memberikan perlindungan terhadap setiap orang yang berada di tempat

    kerja sehingga terjamin keselamatannya akibat dari proses pekerjaan

    pada kegiatan konstruksi.

    c.

    Memberikan perlindungan terhadap segala sumber

    pekerja, bahan, mesin instalasi dan peralatannya

    digunakan secara efisien dan terhindar dari kerusakan.

    produksi

    sehingga

    yaitu,

    dapat

    Penufisan modul Inl mungkin masih banyak yang perlu

    disempurnakan agar dapat digunakan oleh peserta pelatihan, untuk itu

    p e m ~ i s s a n g a t mengharapkan saran-saran untuk kesempurnaan paper ini.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Departemen Tenaga Kerja

    dan Transmigrasi yang telah banyak memberikan buku-buku peraturan

    keselamatan dan kesehatan kerja dan atas saran-saran untuk kesempurnaan

    modul ini. Kemudian kepada pihak lain yang tidak dapat penulis sebut satu

    persatu.

    Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

    Penulis

    2/58

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    3/54

    @ EMBAGA PENDIDIKAN PEIATiHAN

    f t ~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA &L1NGKUNGAN

    LP2K3L

    A2K4

    INDONESIA

    D FT R lSI

    KataPengantar

    B BI

    PENDAHULUAN

    A. LatarBelakang

    B. Tujuan Pembelajaran .

    1. TujuanPembelajaran Umum .

    Diharapkanagarpesertakursusdapatmemahamisecara

    umumPeraturanperundangankeselamatandankesehatan

    'kerja .

    2.

    TujuanPembelajaranKhusus '" .

    Diharapkanagarpesertakursusdapatmemahamitentang:

    a. K3

    KonstruksiBangunan,InstalasiListrikdan

    renanggulanganKebakaran .

    b.

    K3

    MekanikdanUap- BejanaTekan .

    C

    K3

    Kesehatan Kerja .

    BAB II PERATURANDAN PERUNDANG-UNDANGAN K3 .

    A. Pengertian : .

    B.

    DasarHukum .

    1. K3 KonstruksiBangunan, InstalasiListrikdan

    Penanggulangan Kebakaran .

    2. K3

    Mekanikdan Uap- BejanaTekan .

    3. K3 KesehatanKerja .

    C. Ruang Lingkup .

    1.

    K3 KonstruksiBangunan,InstalasiListrikdan

    PenanggulanganKebakaran .

    2. K3 MekanikdanUap- BejanaTekan .

    3. K3 Kesehatan Kerja .

    BAB

    III

    PERATURAN

    DAN

    PERUNDANG

    - UNDANGAL'J

    JASA

    KONSTRUKSI

    PENUTUP

    DAFTARPUSTAKA .

    3 58

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    4/54

    @

    LEMB G PENDIDIK N PEL TIH N

    ~ ~

    KESELAMATAN

    KESEHATAN KERJA lINGKUNGAN

    lP2K3l

    A2K4

    -INDONESIA

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A

    Latar Belakang

    Diseluruh dunia ribuan kecelakaan terjadi dalam perusahaan setiap hari,

    khususnya perusahaan industri. Dari kecelakaan yang terjadi tersebut ada yang

    mengakibatkan kematian, cacat permanen atau mengakibatkan pekerja tidak mampu

    melakukan pekeqaannya untuk sementara waktu. Setiap kecelakaan tersebut

    menyebabkan penderitaan

    bagi

    korban maupun bagi keluarganya. Apabila kecelakaan

    tersebut mengakibatkan kernatian atau cacat permanen, maka keluarganya akan

    mengalami penderitaan yang

    rnakin

    berkepanjangan.

    Pengertian kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dari semula

    dan tidak dikehendaki yang mengganggu suatu proses dari aktivitas yang telah

    ditentukan dari semula dan dapat mengakibatkan kerugianbaik korban manusia

    maupun harta

    benda.

    Sedangkan pengertian keselamatan dan kesehatan ;;erja adalah segala daya

    upaya atau pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempumaan

    baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada

    umumnya, hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga

    kerja menuju masyarakat adil

    dan makmur.

    Norma adalah kaidah-kaidah

    yang

    memuat aturan dan berlaku serta ditaati

    masyarakat baik tertulis maupun tidak. Dengan demikian pengertian norma

    keselamatan dan kesehatan kerja adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan

    keselamatan dankesehatan kerja yang ditujukan untuk rnelindungi tenaga k e ~ dari

    risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. .

    Kerugian akibat kecelakaan dalam bentuk material dapat berupa uang,

    . kerusakan harta benda maupun kehilangan waktu kerja. Dilihat dari sisi perusahaan

    hal tersebut merupakan pemborosan ekonomi perusahaan. Oleh karena itu

    pencegahan kecelakaan di tempat k e ~ adalah merupakan tugas yang penting, baik

    dilihat dari segi ekonomi maupun dan segi kemanusiaan.

    Setiap orang pada dasamya tidak ada yang ingin rnemperoleh kecelakaan

    terhadap dirinya maupun terhadap segala harta benda yang dimilikinya. Keinginan

    untuk mendapatkan jaminan keamanan terhadap dirinya, tidak adanya gangguan atau

    kerusakan terhadap harta benda miliknya merupakan naluri setiap orang dimanapun di

    dunia. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa keselamatan

    dan

    k e s e h t n k e ~ adalah

    hal

    yang

    universal

    dan

    merupakan naluri setiap orang pada umumnya.

    Semua kecelakaan kerja baik langsung maupun tidak langsung dianggap

    berasal dan kegagalan manusia. Karena manusia bukan mesin, maka tindakan

    manusia tidak sepenuhnya dapat diramalkan. Manusia dalam melakukan perbuatan

    kadang-kadang membuat kesalahan-kesalahan. Kesalahan dapat dilakukan pada saat

    perencanaan pabrik pengadaanbahan

    atau

    alat, pembelian maupun pemasangan

    suatu mesin atau instalasi, penempatan seseorang dalam jabatan, pemberian instruksi

    atau penugasan, perawatan

    maupun

    pengawasan.

    Banyak pemikiran yang dicurahkan untuk menyelidiki sebab-sebab

    kecelakaan, namun demikian terdapat banyak perbedaan mengenai cara

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    5/54

    @

    LEM AGA

    PENDlDlKAN

    PELATIHAN

    ~ 0.\ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 -INDONESIA

    penggolongan kecelakaan

    di

    setiap negara. Tujuan dan penggolongan kecefakaan

    tersebut adalah untuk menerangkan faktor-faktor yang sesungguhnya menjadi

    penyebab dari kecelakaan

    k e ~ a

    dalam industri dan tempat-tempat

    k e ~ a

    lainnya.

    Namun demikian penggolongan kecelakaan tersebut masih belum dapat

    menggambarkan keadaan

    atau

    peristiwa

    t e ~ a d i n y a

    kecelakaan.

    Dewasan ini bermacam-macam usaha telah dilakukan untuk mencegah

    terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan-perusahaan industri atau

    di

    tempat-tempat

    kerja.

    Secara umum

    pola

    pencegahan kecelakaan dapat dilakukan melalui :

    1.

    Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundang-undangan yang bertalian

    dengan

    syarat-syarat

    k e ~ a

    perencanaan, konstruksi, perawatan, pengawasan, pengujian

    dan

    pemakaian peralatan industri, kewajiban pengusaha dan para

    p e k e ~ a

    pelatihan pengawasan keselamatan dan kesehatan

    k e ~

    pertolongan pertama

    pada kecelakaan dan pemeriksaan kesehatan tenaga

    k e ~ a

    2. Standarisasi, yaitu menyusun standar-standar

    yang

    bersifat wajib (compulsary)

    maupun yang bersifat sukarela (voluntary) yang bertalian dengan konstruksi

    yang

    aman dari peralatan industri,

    hasH

    produksi, pelindung diri, alat pengarnan.

    3. Pengawasan, yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang

    undangan

    yang

    berlaku.

    4. Penelitian Teknik, yaitu meliputi penelitian terhadap benda dan karakteristik bahan

    bahan berbahaya, mempelajari pengaman mesin, pengujian alat pelindung diri,

    penyelidikan tentang desain yang cocck untuk instalasi industri.

    5. Penelitian Medis, yaitu meliputi hal-hal khusus yang berkaitan. dengan penyakit

    akibat kerja

    dan

    akibat medis terhadap manusia dari berbagai kecelakaan

    k e ~ a

    6. Penelitian Psikofogis, yaitu penelitian terhadap pola-pola psikologis, yang dapat

    menjurus

    kearah

    kecelakaan kerja.

    7. Penefitian Statistik, yaitu menentukan kecenderungan kecelakaan yang

    t e ~ i

    melalui pengamatan terhadap jumlah, jenis orangnya (korban), jenis kecelakaan,

    falctor

    penyebab, sehingga dapat ditentukan pola pencegahan kecelakaan

    yang

    serupa.

    8. Pendidikan, yaitu pemberian pengajaran dan pendidikan cara pencegahan

    kecelakaan

    kerja

    dan teori-teori keselamatan dan kesehatan

    k e ~ a

    sebagai

    mata

    pelajaran di sekolah-sekolah teknik

    dan

    pusat-pusat latihan kerja.

    9. Training (Iatihan) , yaitu pemberian instruksi atau pentunjuk-petunjuk

    melalui

    praktek kepada para pekerja mengenai eara k e ~ a yang arnan.

    10. Persuasi,

    yaitu

    menanamkan kesadaran akan pentingnya keselamatan

    dan

    kesehatan

    kerja

    dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan, sehingga

    semua ketentuan keselamatan

    dan

    kesehatan kerja dapat diikuti oleh

    semua

    tenaga kerja.

    11. Asuransi,

    yaitu

    upaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi terhadap

    premi

    asuransi

    kepada

    perusahaan

    yang

    melakukan usaha-usaha keselamatan

    dan

    kesehatan kerja atau yang berhasil menurunkan tingkat kecelakaan

    di

    perusahaannya.

    12. Penerapan butir 1 sid. di tempat kerja, artinya efelctivitas usaha keselamatan

    dan

    kesehatan kerja sangat tergantung dengan penerapannya

    di

    tempat

    kerja

    secara konsekwen.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    6/54

    @

    LfM AGA

    PENDIDIKAN &

    PELATIHAN

    KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 -INDONESIA

    B. TUjuan embelajaran

    1.

    Tujuan Pembelajaran jmum

    Diharapkan agar peserta pelatihan dapat mengerti secara umum Peraturan

    Perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja

    di

    Indonesia.

    2.

    Tujuan Pembelajaran Khusus

    Diharapkan agar perserta pelatihan memahami dan mampu menjelaskan

    tentang:

    K3 Konstruksi Bangunan

    K3 Instalasi Listrik, Lift dan Petir

    K3 Penanggulangan Kebakaran

    K3 Mekanik

    K3 Pesawat Uap dan bejana tekan

    K3 Kesehatan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    7/54

    @ EMBAGA PENDIDIKAN

    PElM HAN

    0* \ KESELAMATAN

    KESEHATAN

    KERJA L1NGKUNGAN

    LP2K3L

    A2K4 INDONESIA

    BAS.

    2.

    PERATURAN DAN

    PERUNDANG UNDANGAN K3

    PO O BAHASAN PERATURAN PERUNDANGAN K3

    A. Pengertian

    Usaha penanganan masalah keselamatan keIja di Indonesia dimulai pada tahun

    1847, sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap uutuk keperluan industri oleh Pemerintah

    Hindia Belanda. Penanganan keselamatan keIja pada waktu itu pada dasarnya adalah bukan

    untuk pengawasan terhadap pemakaian pesawat-pesawat

    uap

    tetapi untuk mencegah teIjadinya

    kebakaran yang ditimbulkan akibat penggunaan pesawat uap. Pelaksanaan terhadap

    pengawasannya pada waktu itu diserahkan kepada instansi Dienst Van het Stoomwezen

    Dengau berdirinya Dinas Stoomwezen, maka untuk pertama kalinya di Indonesia pemerintah

    secara nyata mengadakan usaha perlindungan tenaga keIja dari bahaya kecelakaan.

    Pengertian perlindungan tenaga keda pada saat itu adalah tenaga kerja

    Belanda yang bekeda di perusahaan-perusahaan di wilayah jajahan Belanda. Pada

    waktu itu perlindungan tenaga kerja yang berasal dari orang-orang yang dijajah

    dianggap bukan sebagai

    suatu

    kepentingan masyarakat oleh pihak pemerintah yang

    menjajah.

    Untuk membantu kepentingan pengawasan pesawatuap, dirasakan perlunya

    suatu unit penyelidikan bahan atau laboratorium yang merupakan bag ian dari dinas

    Stoomwezen. Laboratorium tersebut diserahkan kepada Sekolah Teknik Tinggi dl

    Bandung pada tahun 1912, untuk kepenuan pendidikan. Laboratorium penyelidikan

    bahan tersebut kini menjadi bagian dari Oepartemen Perindustrian dengan nama Balai

    Penelitian Bahan (B4T).

    Pada akhir abad 19 pemakaian pesawat uap meningkat dengan pesat dan

    disusul dengan pemakaian mesin-mesin diesel dan Iistrik di pabrik-pabrik. Hal tersebut

    menyebabkan timbulnya sumber-sumber bahaya baru bagi para pekerja dan

    kecelakaan bertambah sering t e ~ d i Pada tahun 1905, akhimya pemerintah

    mengeluarkan Staatsblad No. 521 yaitu peraturan tentang keselamatan keda yang

    disebut dengan nama Veiligheids Reglement yang disingkat VR.

    dan

    kemudian

    diperbaharui

    pada

    tahun 1910 dengan Staatsblad No. 406 pengawasannya dilakukan

    oleh Oinas Stoomwezen.

    Sesudah perang dunia kesatu proses mekanisasi dan elektrifikasi di

    perusahaan industri bedalan lebih pesat. Mesin-mesin diesel dan listrik memegang

    peranan

    di

    pabrik-pabrik, jumlah kecelakaan meningkat sehingga pengawasan

    terhadap pabrik-pabrik dan bengkel-bengkel ditingkatkan. Pada tahun 1925 nama

    Dienst Van het Stoomwezen diganti dengan nama yang lebih sesuai yaitu Dienst

    Van

    het Veiligheidstoezight, disingkat VT atau Pengawasan Keselamatan Kerja.

    Dengan berkembangnya model dan tipe pesawat uap yang didatangkan

    ke

    Indonesia dimana tekanannya juga semakin tinggi, maka pada tahun 1930 pemerintah

    mengeluarkan Stoomordinate dan Stoom Verordening dengan Staatsblad No. 225

    dan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    8/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

    KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA & L1NGKUNGAN

    ~ = = LP2K3L

    A2K4

    -

    INDONESIA

    No. 339. Kemudian secara berturut-turut tugas VT ditambah sesual aengan unaang

    undang yang dikeluarkan, yaitu pada :

    Tahun 93 :

    pengawasan terhadap bahan-bahan yang mengandung racun di perusahaan

    (pabrik cat, accu, percetakan, dll.) dengan Loodwit Ordonantie, Staatsblad No.

    509

    Tahun 1932 dan 1933 :

    pengawasan terhadap pabrik petasan dengan Undang-undang dan Peraturan

    Petasan (Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening Staatsblad No. 143

    dan

    No.

    10).

    Tahun 1938 dan

    939:

    pengawasan terhadap jalan rei kereta api loko dan gerbongnya yang

    digunakan sebagai alat pengangkutan

    di perusahaan pertanian, kehutanan,

    pertambangan dan sebagainya selain dari jalan kereta api PJKA, yaitu melalui

    Industriebaan Ordonantie dan Industriebaan Verordening Staatsblad nomor :

    595 dan nomor : 29.

    Tahun 194 :

    untuk pengawasan yang dilakukan oleh Oinas Pengawasan Keselamatan

    K e ~ a para pengusaha ditarik biaya retribusi melalui Retibutie Ordonantie dan

    Retributie Verordening, Staatsblad nomor 424 dan nomor : 425.

    B. Beberapa Peraturan

    Yang

    Berkaitan

    K

    di Indonesia

    1.

    Undang undang

    NO.1

    tahun

    1951

    tentang Pemyataan Berfakunya Undang-

    undang Kerja

    Tahun 1948 No. 12.

    Oi dalam penjelasannya dikatakan bahwa Undang-undang No.

    2

    tahun

    1948 ini dimaksudkan sebagai undang-undang pokok (lex generalis) undang

    undang k e ~ a yang memuat aturan-aturan dasar tentang p e k e ~ a a n anak, orang

    muda dan orang wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat k e ~ a

    Mengenai

    p e k e ~ a a n

    anak, ditentukan bahwa anak-anak tidak boleh

    menjalankan

    p e k e ~ a a n

    (pasal

    2).

    Maksud larangan ini adalah memberikan

    per1indungan terhadap keselamatan, kesehatan dan pendidikan si anak. Larangan

    itu sifatnya mutlak, artinya di semua perusahaan, tanpa membedakan jenis

    perusahaan tersebut. tetapi kenyataannya masih ada anak yang b e k e ~ a dengan

    berbagai alasan.

    Yang

    per1u diperhatikan adalah perlindungannya serta

    kesempatan untuk sekolah

    dan

    mengembangkan diri.

    Orang muda pada dasarnya dibolehkan melakukan

    p e k e ~ a a n

    Namun

    untuk rnenjaga keselamatan, kesehatan dan kemungkinan perkembangan jasmani

    dan rohani, p e k e ~ a a n itu dibatasi.

    Orang wanita pada dasarnya tidak dilarang melakukan

    p e k e ~ a a n

    tetapi

    hanya dibatasi berdasarkan pertimbangan bahwa wanita badannya lemah serta

    untuk menjaga kesehatan dan kesusilaannya.

    Dalam Undang-undang Kera dinyatakan :

    a. Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali

    jikarau pekerjaan itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya dijalankan

    oleh seorang wanita. Oemikian pula apabila pekerjaan itu tidak dapat

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    9/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN

    PELATIHAN

    KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA

    L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4

    INDONESIA

    dihindarkan berhubungan dengan kepentingan atau kesejahteraan

    (pasaI7). Malam hart, ialah waktu antarajam 18.00 sampai 06.00.

    umum

    b. Orang wanita tidak boleh menjalankan p k ~ n di dalam tambang, lubang di

    dalam tanah

    atau

    tempat

    lain

    untuk mengambil logam

    dan

    bahan-bahan lain

    dari dalam tanah (pasal 8 .

    c.

    Orang wanita tidak

    boleh

    menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi

    kesehatan atau keselamatannya. demikian pula

    p e k e ~ a a n

    yang menurut sifat,

    tempat dan keadaannya berbahaya

    bagi

    kesusilaannya (pasal 9).

    Disamping itu. pasal13 memuat pula ketentuan yang khusus ditujukan

    bagi

    orang

    wanita. yaitu mengenai haid

    dan

    melahirkan.

    2.

    Undang-undang Uap Stoom Ordonantie, STBL No.

    225

    Tahun 1930)

    Undang-undang Keselamatan

    merupakan undang-undang pokok

    yang mengatur keselamatan

    k e ~ a

    secara umum dan bersifat nasional. Disamping

    undang-undang keselamatan k e ~ a yang mengatur secara umum, masih terdapat

    peraturan-peraturan keselamatan

    k e ~ a

    yang mengatur secara khusus atau dikenal

    dengan azas

    Lex

    Specialist. Peraturan tersebut antara lain Undang-undang dan

    Peraturan Uap

    tahun

    1930.

    Peraturan yang bersifat khusus tersebut dikeluarkan lebih dahulu dari

    Undang-undang Keselamatan

    e ~ a hal

    tersebut dimungkinkan apabila kita

    melihat daripada penjelasan Undang-undang Keselamatan Kerja dan historis

    peraturan terse

    but.

    3.

    Undang-undang Timah Putih Kering Loodwit Ordonantie, STBL

    No.

    509

    Tahun 1931)

    Mengatur tentang larangan membuat, memasukkan, menyimpan atau

    menjual timah putih kering kecuali untuk keperluan

    i1miah

    dan pengobatan atau

    dengan ijin dari pemerintah.

    4.

    Undang-undang Petasan, STBL

    No. 143,

    Tahun

    932 jo

    STBL No.

    10

    Tahun

    1933

    Mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukkan untuk

    kegembiraan/keramaian kecuali untuk keperluan pemertntah. Yang diatur dalam

    undang-undang ini termasuk ketentuan tentang :

    pemasukan dari luar negeri

    pembuatan dan perdagangan

    petasan berbahaya

    persediaan/penyimpanan

    dan

    memasang petasan berbahaya.

    5.

    Undang-undang ReI Industri Industrie Baan Ordonan

    tie,

    STBL No.

    595

    Tahun

    1938

    Undang-undang

    ini mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan

    jalan

    rei

    guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan,

    kerajinan dan perdagangan. Materi

    yang

    diatur termasuk ganti

    rugi

    guna

    pemakaian bidanq tanah

    dan

    jalan-jalan

    raya,

    pemakaian jalan rei industrt untuk

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    10/54

    lfMBAGA PENDIDIKAN PEL TIH N

    KESELAMATAN,

    KESEHATAN KERJA &

    L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4

    -INDONESIA

    pihak lain, pengangkutan lewatjalan

    rei

    industri, persilangan dan persinggungan,

    perubahanpadajalanraya,pengawasan.

    6.

    Undang-undang

    No. 1

    Tahun

    1961

    tentang Memberfakukan Perpu

    No.

    1

    Tahun 1961 menjadi Undang-undang.

    Undang-undang ini mengatur tentang pembungkusan, penandaan dan

    penanganandalammenjual

    dan

    menghasilkanbarang.Tujuandart padaperaturan

    iniadalahuntukmelindungikepentinganrnasyarakatdalam

    hal:

    Kesehatandan keselamatan rakyat(masyarakat)

    Keselamatan dankeselamatanmodal

    Mutudansusunanbarang

    Perkembanganduniaperdagangan

    dan

    industri

    Kelancaranpembangunan

    Kearnanannegara

    7. Undang-undang NO 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi fLO

    No.

    120

    mengenai Higiene dafam Pemiagaan dan Kantor-kantor.

    Konvensiini

    ber1aku

    bagi:

    a. Badan-badanperniagaan

    b. Badan, lembaga

    dan

    kantor pemberi jasa dimana pekerja-pekerjanya

    terutamamelakukanpekerjaankantor.

    c. Setiap bagian dari badan, lembaga atau kantor pemberi jasa dimana

    pekerjanya terutama melakukan pekerjaan dagang'atau kantor, sejauh

    merekatidaktundukpada undang-undangatauperaturanatau ketentuan

    ketentuan lain yang bersifat nasional ten

    tang

    higiene dalam industri,

    pertambangan,pengangkutan atau pertanian.

    Materiyang diaturdalamKonvensiini meliputikebersihan,ventilasi, suhu,

    penerangan,ergonomi,persediaanairminum,tempatcucidansanitair,tempat

    mengganti

    dan

    menyimpan pakaian, penggunaan alat perlindungan diri,

    kebisingansertagetaran

    dan

    sebagainya.

    8. Undang-undang NO.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosiaf Tenaga Kerja.

    Dikeluarkannya undang-undangtersebut dimaksudkanuntukmemberikan

    perlindungan jaminan sosial kepada

    setiaptenaga

    kerja melalui mekanisme

    asuransi.

    Ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja dalam undang-undang ini

    meliputi:

    a. JaminanKecelakaan Kerja

    b.

    JaminanKematian

    c. JaminanHari

    Tua

    d. JaminanPemeliharaanKesehatan

    II

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    11/54

    LEMBAGA

    PENDIDIKAN &

    PELATI"AN

    KESELAMATAN,

    KESEHATAN

    KERJA & L1NGKUNGAN

    LPZK3L

    AZK4

    INDONESIA

    Tempat adalah tempat dilakukannya p e k e ~ n bagi sesuatu usaha,

    dimana terdapat tenaga

    k e ~

    yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja

    di

    tempat

    itu.

    Tempat

    keQa

    tersebut mencakup semua tempat kegiatan usaha baik

    yang

    bersifat ekonomis maupun sosial.

    Tempat

    k e ~

    yang bersifat

    sosial

    seperti :

    a. bengkel tempat untuk pelajaran praktek ;

    b.

    tempat rekreasi ;

    c.

    rumah sakit ;

    d. tempat ibadah ;

    e. tempat berbelanja ;

    f. pusat hiburan.

    Tenaga

    k e ~

    yang

    b e k e ~

    disana, diartikan sebagai pekerja maupun tidak

    tetap atau yang bekerja pada waktu-waktu tertentu, misalnya : rumah pompa, gardu

    transformator dan sebagainya yang tenaga kerjanya memasuki ruangan tersebut

    hanya sernentara untuk mengadakan pengendalian, mengoperasikan instalasi,

    menyetel, dan lain sebagainya maupun

    yang

    bekerja secara terus-menerus.

    Bahaya kerja adalah sumber

    bahaya

    yang ditetapkan secara terperinci dalam

    Bab II pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Perincian

    sumber bahaya dikaitkan dengan :

    a. keadaan perlengkapan dan peralatan ;

    b.

    lingkungan

    k e ~

    ;

    c.

    sifat pekerjaan ;

    d. cara k e ~ ;

    e. proses produksi.

    Maten keselamatan

    dan

    kesehatan kerja yang diatur dalam ruang Iingkup

    UU

    No. 1

    tahun

    1970 adalah keselamatan

    dan

    kesehatan kerja yang bertalian dengan

    mesin, peralatan, landasan tempat kerja

    dan

    lingkungan kerja, serta cara mencegah

    terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada

    sumber-sumber produksi sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

    Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam pasal 3 dan 4

    mulai dari tahap perencanaan, perbuatan dan pemakaian terhadap barang, produk

    teknis

    dan

    aparat produksi yang mengandung

    dan

    dapat menimbulkan bahaya

    kecelakaan.

    Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja

    untuk

    a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

    b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

    c. Mencegah

    dan

    mengurangi bahaya peledakan ;

    d. Memberi kesempatan

    atau

    jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

    kejadian-kejadian lain yang berbahaya ;

    e. Memberi oertolonaan oada kecelakaan :

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    12/54

    @

    LEMB G PENDIDlK N & PEL nH N

    J ? ~

    KESELAMATAN,

    KESEHATAN KERJA

    & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 -INDONESIA

    f.

    Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja ;

    g. Meneegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban,

    debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,

    euaea,

    sinar atau radiasi, suara

    dan getaran ;

    h. Meneegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat

    k e ~ a

    baik pisik maupun

    psikis, peracunan, infeksi dan penularan ;

    i.

    Memperoleh penerangan yang

    cUkup

    dan sesuai ;

    j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik ;

    k.

    Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

    I.

    Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

    m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat k e ~ a Iingkungan, eara dan

    proses kerjanya;

    n. Mengamankan dan memperlanear pengangkutan orang, binatang, tanaman atau

    barang;

    o. Mengamankan

    dan

    memelihara segala jenis bangunan;

    p. Mengamankan

    dan

    meITloerlanear pekerjaan bongkar muat,

    per1akuan

    dan

    penyimpanan barang;

    q. Meneegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

    r. Menyesuaikan

    dan

    menyempumakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

    kecelakaannya menjadi bertambah tinggi;

    *

    Pengawasan

    Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah unit

    organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan

    pasal

    10 UU

    No. 14 tahun 1969 dan pasal 5 ayat

    (a) UU

    NO.1 tahun 1970. Seeara

    operasional dilakukan oleh Pegawai Pengawasan Ketenagakerjaan berfungsi untuk :

    1. Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan hukum mengenai

    .keselamatan dan kesehatan kerja.

    2. Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga

    kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan seeara efektif dari

    peraturan-peraturan yang ada.

    3. Melaporkan kepada yang berwenang dalam

    hal

    ini Menteri Tenaga tentang

    kekurangan-kekurangan atau penyimpangan yang disebabkan karena hal-hal yang

    tidak secara tegas diatur dalam peraturan perundangan atau berfungsi sebagai

    pendeteksi terhadap masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja di

    lapangan.

    Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para Pegawai

    Pengawas dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dapat dijalankan

    sebaik-baiknya. Untuk

    itu

    diperlukan tenaga pengawas yang cukup besar jumlahnya

    dan bermutu dafam arti mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis dalam bidang

    spesialisasi yang berimeka ragain dan berpengalaman di bidangnya.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    13/54

    @ LEMBAGA PENDIDIKANO PELATIHAN

    ~ ~ ~

    KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA

    & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 -INDONESIA

    Untuk mendapatkan tenaga yang demikian tidaklah mudah dan sangat sulit

    apabila hanya mengandalkan dari Departemen Tenaga Kerja sendiri.

    Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi oleh pegawai

    teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri,

    maka

    Menteri Tenaga Kerja dapat

    mengangkat tenaga-tenaga ahlidari luar Departemen Tenaga

    Kerja

    maupun swasta

    sebagai

    ahli

    K3

    seperti dimaksud dalam pasal1

    ayat (6)

    UU

    No.

    tahun

    1970.

    Dengan sistem

    ini

    maka terdapat desentralisasi pelaksanaan pengawasan

    keselamatan dan kesehatan

    k e ~

    tetapi kebijaksanaan nasional tetap berada, dan

    menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin pelaksanaan

    Undang-undang Keselamatan

    Kerja

    dapat berjalan secara serasi dan merata di

    seluruh wilayah hukum Indonesia.

    Dalam pasal 6 diatur tentang tata cara banding yang dapat ditempuh apabila

    terdapat pihak-pihak yang merasa dirugikan atau tidak dapat menerima putusan

    Direktur dalam hal keselamatan

    dan

    kesehatan kerja. Panitia banding adalah panitia

    teknis yang anggotanya terdiri

    dari

    ahli-ahli dalam bidang yang diperlukan. Tata cara,

    susunan anggota,

    tugas

    dan lain-lain ditentukan oleh Menteri Tenaga Kerja.

    Untuk pengawasan yang dilakukan oleh petugas Departemen Tenaga Kerja

    dalam

    hal ini

    Pengawas Ketenagakerjaan

    maka

    pengusaha harus membayar retribusi

    seperti yang diatur dalam pasal7.

    Agar setiap tenaga kerja mendapatkan jaminan terhadap kesehatannya yang

    mungkin dapat diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan kerja yang bertalian

    dengan jabatannya

    dan

    untuk tetap menjaga efisiensi dan produktivitas kerja, maka

    diwajibkan untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap setiap tenaga

    k e ~

    baik

    secara awal maupun berkala.

    ewajiban Manajemen Pengusaha) adafah :

    1.

    Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental

    dan

    kemampuan fisik dari tenaga

    kerja yang akan diterimanya maupun yang akan dipindahkan sesuai dengan

    sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

    2.

    Memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya secara

    berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan disetujui oleh Direktur.

    3.

    Menunjukkan

    dan

    menjelaskan kepada setiap

    tenaga

    kerja

    baru

    tentang :

    .a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat

    kerjanya.

    b. Semua pengamanan

    dan

    alat-alat perfindungan yang diharuskan dalam

    tempat kerjanya.

    c.

    Alat-alat perlindungan diri

    bag;

    tenaga

    kerja

    yang

    bersangkutan.

    d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

    4. Hanya dapat m e m p e k e ~ k n tenaga kerja

    yang

    bersangkutan setelah

    ia

    yakin

    bahwa tenaga

    kerja

    tersebut

    telah

    memahami syarat-syarat tersebut diatas.

    5.

    Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja

    yang

    berada di

    bawah

    pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan

    dan

    kebakaran serta peningkatan

    keselamatan

    dan

    kesehatan

    k e ~ dan

    juga dalam pemberian pertolongan

    pertama pada kecelakaan.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    14/54

    @

    MBAGA

    PENDIDIKAN PELAnHAN

    @ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA L1NGKUNGAN

    lP2K3l A2K4 -INDONESIA

    Selain dari itu di

    daram

    pasal

    11

    menyebutkan bahwa, daftar jenis penyaKlt

    yang timbul karena hubungan kerja serta perubahannya ditetapkan dengan

    Keputusan Presiden. Tentang jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dijelaskan

    bahwa :

    Pemeliharaan

    kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas

    tenaga

    k e ~

    sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan

    upaya kesehatan

    di

    bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena upaya

    penyembuhan

    memer1ukan

    dana yang tidak sedikit

    dan

    memberatkan jika

    dibebankan kepada perorangan,

    rnaka

    sudah selayaknya diupayakan

    penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga

    k e ~

    Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan

    kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan

    (preventif). penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehablitatif). Dengan demikian

    diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga k e ~ yang optimal sebagai

    patensi

    yang

    produktif bagi pembangunan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

    selain untuk

    e n g k e ~ yang bersangkutan juga untuk keluarganya.

    9.

    Undang-undang NO.4 tahun

    982

    tentang Lingkungan Hidup.

    Dengan

    dikeluarkannya Undang-undang

    No.

    4 tahun 1982 tentang

    Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan' Lingkungan Hidup dan Peraturan

    Pemerintah

    No.

    29 tahun 1986 tentang Analisa Dampak lingkungan sebagai

    peraturan pelaksanaan Undang-undang No.4 tahun 1982, maka pembuangan

    bah

    an

    beracun dan berbahaya menjadi makin penting karena masalah atau proses

    yang terjadi di dalam perusahaan

    akan

    memberikan d m p ~ k di dalam

    pembuangan limbah

    yang

    kemungkinan dapat menimbulkan pencemaran

    lingkungan.

    Dari

    segi peraturan perundangan sebetulnya sudah banyak instansi

    teknis yang mengatur penanganan bahan-bahan yang berbahaya dan beracun di

    dalam perusahaanJindustri.

    10. Peraturan Pemerintah

    No. 7 Tahun 973

    tentang Pengawasan atas

    Peredaran Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.

    Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan untuk melindungi keselamatan

    manusia, sumber-sumber kekayaan perairan, fauna dan flora alami serta untuk

    menghindari kontaminasi lingkungan oleh pestisida.

    Hal-hal yang secara langsung maupun tidak langsung menyangkut

    keselamatan dan kesehatan manusia diatur oleh Menteri Kesehatan dan Menteri

    Tenaga

    sesuai dengan bidang dan wewenang masing-masing (pasal1

    0).

    11.

    Peraturan Pemerintah

    No.

    11

    Tahun

    975

    tentang eselamatan

    Kerja

    terhadap Radiasi.

    Dalam peraturan ini terdapat

    satu Bab

    khusus yang mengatur kesehatan

    tenaga

    kerja.

    meliputi :

    a.

    Pemeriksaan kesehatan calon pekerja dan

    p e k e ~

    radiasi dilakukan

    satiJ

    kafi

    dalam setahun. Apabila dipandang perlu. pemeriksaan dapat dilakukan

    sewaktu-waktu.

    PemeriksacJn

    secara teliti dan menyeluruh harus dilakukan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    15/54

    @ LEMBAGAPENDIDIKAN&

    PELATINAN i ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

    KESELAMATAN, KESEHATANKERJA

    L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4-INDONESIA

    kepada pekerja radiasi yang memutuskan hubungan kerja (PHK) dengan

    instalasi atom.

    b. Keharusan mempunyai Kartu Kesehatan (pasal11 dan 12)

    c. Penukaran tugas pekerjaan I mutasi (pasal 13).

    Untuk mengawasi ditaatinya peraturan-peraturan keselamatan kelja

    terhadap radiasi, perlu ditunjuk Ahli Proteksi oleh instansi yang berwenang (pasal

    7, ayat 1).Ahli Proteksi Radiasi diwajibkan memberi laporan kepada instansi yang

    berwenang dan Menteri Tenaga

    secara berkala (pasal 7, ayat 2).

    12.

    Peraturan Pemerintah

    No.

    9 Tahun 973 tentang Pengaturan dan

    Pengawasan Kesefamatan Ketja Dibidang Pertambangan.

    Dalam peraturan

    in;

    diatur tentang Keselamatan Kerja di bidang

    pertambangan sehubungan dengan dikeluarkannya Undang-undang Keselamatan

    Kerja NO.1 Tahun 1970. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut Menteri

    Pertambangan berwenang rnelakukan pengawasan atas keselamatan kerja dalam

    bidang pertambangan dengan berpedoman pada Undang-undang No. 1 Tahun

    1970 beserta peraturan pelaksanaannya. Da/am pelaksanaan tugasnya dilakukan

    kerjasama dengan petugas dari Oepartemen Tenaga Kerja baik di tingkat Pusat

    maupun daerah.

    Pengawasan keselamatan kerja tersebut tidak termasuk untuk

    pengawasan terhadap ketel uap yang diatur dalam Undang-undang Uap tahun

    1930 (STBLNo.225, 1930).

    13.

    Peraturan Pemerintah

    No.

    Tahun 979 Tentang Kesefamatan Kerja Pada

    Pemumian Dan Pengolahan Minyak dan Gas

    Bumi.

    .

    Dalam peraturan ini diatur tentang tata usaha dan pengawasan

    keselamatan kerja atas pekerjaan serta pelaksanaan pemumian dan pengolahan

    minyak dan gas bumi. Peraturan ini merupakan pelaksanaan daripada Undang

    undang Keselamatan Kerja

    NO.1

    Tahun 1970 dan PP. No. 19 Tahun 1973.

    14.

    Peraturan Pemerintah

    No.

    4 Tahun 993 Tentang Penyefenggaraan Program

    Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

    Oidalam peraturan ini peranan dokter penguji kesehatan kelja .dan dokter

    penasehat banyak menentukan derajat kecacatan serta dafam upaya pelayanan

    kesehatan kelja.

    15. Keputusan Presiden

    No.

    22 tahun 993 tentang Penyakit Yang Timbuf Karena

    Hubungan Kerja.

    Oi dalam peraturan ini tercantum daftar berbagai jenis penyakit yang ada

    kaitannya dengan hubungan kelja.

    2. Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara

    No 1

    Tahun 1970

    Undang-undang Keselamatan Kelja, Lembaran Negara. Nomor 1 tahun

    1970

    adalah

    Undang-undang keselamatan kerja yang berlaku secara nasional di

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    16/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN

    & PELATIHAN

    KESELAMATAN

    KESEHATAN

    KERJA & L1NGKUNGAN

    f -== . : y LP2K3L A2K4. INDONESIA

    seluruh wilayah hukum Republik Indonesia dan merupakan induk dari segala

    peraturan keselamatan kerja

    yang

    berada

    di

    bawahnya. Meskipun judulnya disebut

    dengan Undang-undang Keselamatan sesuai buny; pasal

    18

    namun materi

    yang .diatur termasuk masalah kesehatan k e ~

    Setelah bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, sudah barang tentu dasar

    filosofi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan k e ~ seperti tercermin di dalam

    peraturan perundangan yang lama tidak sesuai lagi dengan falsafah Negera Republik

    Indonesia yaitu Pancasila.

    Pada tahun 1970 berhasil dikeluarkan Undang-Undang No. I tahun 1970

    tentang Keselamatan Kerja

    yang

    merupakan penggantian VR.

    1910

    dengan beberapa

    perubahan mendasar, antara lain:

    1. Bersifat lebih preventif

    2.

    Memperluas

    ruang

    lingkup

    3.

    Tidak hanya menitik beratkan pengamanan terhadap alat produksi.

    *

    Ujuan

    Pada dasarnya Undang-Undang No. I tahun 1970 tidak menghendaki sikap

    kuratif atau korektif atas kecelakaan kerja, melainkan menentukan bahwa kecelakaan

    kerja itu harus dicegah jangan sampai terjadi, dan Iingkungan kerja harus memenuhi

    syarat-syarat kesehatan. Jadi, jelaskah

    bahwa

    usaha-usaha peningkatan keselamatan

    dan kesehatan k e ~ lebih diutamakan daripada penanggulangan.

    Secara

    umum

    kecelakaan selalu diartikan sebagai

    'kejadian yang tidak diduga

    sebelumnya .

    Sebenamya, setiap

    k e c e l k n k e ~

    dapat diramalkan atau diduga

    dan

    semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyarata n. Oleh karena itu,

    kewajiban berbuat secara selamat, dan mengatur perala serta per1engkapan produksi

    sesuai standar yang diwajibkan

    oleh UU

    adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya

    kecelakaan.

    H.W. Heinrich dalam bukunya The Accident Prevent mengungkapkan bahwa

    80 kecelakaan disebabkan oleh perbuatan

    yang

    tidak aman (unsafe act)

    dan

    hanya

    20 o[eh kondisi yang tidak aman (unsafe condition), dengan demikian dapat

    disimpulkan setiap karyawan diwajibkan untuk memelihara keselamatan dan

    kesehatan

    k e ~

    secara maksimal rnelalui perilaku

    yang

    aman.

    Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh :

    1.

    Kekurangan pengetahuan, keterampilan,

    dan

    sikap ;

    2. Keletihan atau kebosanan ;

    3.

    Cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomis ;

    4. Gangguan psikologis ;

    5.

    Pengaruh sosial-psikologis.

    Penyakit akibat

    k e ~

    disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

    I Faktor bioloqis;

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    17/54

    @ LEMB G

    PENDIDIK N

    PEl TiH N

    q l\ KESELAMATAN,

    KESEHATAN

    KERJA & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 INDONESIA

    2. Faktor kirnia termasuk debu dan uap logam ;

    3.

    Faktor fisik terinasuk kebisingan/getaran, radiasi, penerangan, suhu dan

    kelembaban ;

    4.

    Faktor psikologis karena tekanan mental/stress.

    Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya da am

    melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

    produktivitas nasional ...

    Kutipan di atas adalah konsiderans Undang-undang No. 1/1970 yang

    bersumber dan pasal

    27

    ayat (2) UUD 1945 dan oleh sebab itu seluruh faktor

    penyebab kecelakaan

    k e ~ dan

    penyakit akibat kerja di tempat kerja wajib

    ditanggulangi oIeh pengusaha sebelum membawa korban jiwa.

    TUjuan dan sasaran daripada Undang-undang Keselamatan seperti pada

    pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-undang No. I tahun 1970, maka

    dapat diketahui antara

    lain

    1. Agar tenaga kerja

    dan

    setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu

    dalam keadaan selamat dan sehat. .

    2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.

    3. Agar proses produksi dapat berajalan secara lancar tanpa hambatan apapun.

    Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan termasuk

    kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi.

    Oleb karena

    itu

    setiap usaha keselarnatan

    dan

    kesehatan k e ~ tidak lain

    adalah pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja untuk

    kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional.

    *

    Ruang Lingkup

    Undang-undang Kesefamatan Kerja ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang

    didalamnya terdapat tiga unsur, yaitu :

    1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha sosial;

    2. Adanya tenaga kerja yang e k e ~ di dalamnya baik secara terus menerus maupun

    hanya sewaktu-waktu;

    3. Adanya sUmber bahaya.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    18/54

    @

    LEMBAGA PENDIDIKAN

    PELATIHAN

    KESELAMATAN,

    KESEHATAN

    KERJA & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4

    -INDONESIA

    6. Memenuhi

    dan

    mentaati semua syarat dan ketentuan yang bertaku

    bagi

    usaha

    dan

    tempat ketia yang dijalankannya.

    7.

    Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat ketia yang dipimpinnya pada

    pejabat Yang ditunjuk

    oIeh

    Menteri Tenaga Kerja, sesuai dengan tata cara

    pelaporan

    dan

    pemeriksaan kecelakaan yang telah ditentukan.

    8.

    Secara tertulis menempatkan dalam tempat ketia yang dipimpinnya, semua syarat

    keselamatan, ketia

    yang

    diwajibkan, sehelai undang-undang keselamatan ketia

    dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat ketia

    yang

    bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut

    petunjuk pegawai pengawas atau ahli

    k ~ l m t n

    kerja.

    9.

    Memasang dalam tempat ketia

    yang

    dipimpinannya, semua gambar keselamatan

    kerja. Yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat

    yang mudah dilihat terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli

    keselamatan ketia.

    10. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan

    pada tenaga kerja

    yang

    berada

    di

    bawah pimpinannya.

    Dan

    menyediakan

    bagi

    setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan

    petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pegawai pengawas atau ahli

    keselamatan kerja.

    Kewajiban dan hak tenaga kerja adalah

    1. Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/Ahli K3.

    2.

    Mem.akai

    alat-alat pelindung diri.

    3.

    Mentaati syarat-syarat

    K3

    yang diwajibkan.

    4. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat

    K3

    yang diwajibkan.

    5.

    Menyatakan keberatan terhadap peketiaan dimana syarat-syarat

    K3

    dan alat-alat

    pelindung diri tidak menjamin keselarnatannya.

    * ar igsi

    Ancaman hukuman dari pada pelanggaran

    UU NO.1

    Tahun 1970 merupakan ancaman

    pidana dengan hukuman kurungan selama-Iamanya 3 bulan atau denda

    setinggi-tingginya Rp. 100.000,

    3. Peraturan Pelaksanaan

    Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan VR 1910 tetap berlaku

    berdasarkan pasal 17 sepanjang

    tidak

    bertentangan dengan Undang-Undang

    Keselamatan

    Kerja.

    Peraturan tersebut berupa Peraturan Khusus sebagai berikut :

    Peraturan Khusus AA Untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

    Peraturan Khusus BB Tentang lnstalasi-instalasi Listrik (dicabut)

    Peraturan Khusus t Keselamatan kerja di Pabrik Gula Putih.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    19/54

    @

    LEMB G PENDIDIK N

    &PEL flH N

    l

    KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA

    &L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4

    INDONESIA

    PeraturanKhusus

    DO

    Bejana-bejana Berisi Udara Penggerak Motor Bakar

    (dicabut)

    PeraturanKhusus

    EE Perusahaan-perusahaan, Pabrik-pabrtk dan

    Bengkel-bengkel dimana Bahanyang mudahterbakar

    dibuat,dipergunakandandikeringkan

    B.

    Dasar

    ukum

    1. KeselamatandanKesehatan

    (K3)KonstruksiBangunan

    a.

    Undang-UndangDasar1945

    b.

    Undang-undang

    No.

    1/1970tentang Keselamatan

    c.

    Peraturan Mentert Tenaga

    No. 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi

    Bangunan.

    Terdiridart; 19Bab,

    106

    Pasal

    1) Bab

    I

    KetentuanUmum

    2) BabII Tempat danalat-alatkerja

    3 Bab

    III

    Perancah

    4 BabIV Tangga

    dan

    tanggarumah

    5) BabV Alat-alatangkat

    6

    Bab

    VI

    Kabelbaja,tambang,rantaidanperalatanbantu

    7) BabVII Mesin-mesin

    8) BabVIII Peralatan Konstruksi Bangunan

    9) Bab

    IX

    Konstruksi

    di

    bawahtanah

    10) Bab

    X

    Penggalian

    11)Bab

    XI

    e k e ~ a a n memancang

    12)Bab

    XII

    Pekerjaanbeton

    13)BabXIII Penggalian

    14) BabXIV Pekerjaanmemancang

    15)BabXV

    e k e ~ a a n

    beton

    16)BabXVI

    e k e ~ a a n

    lainnya

    17)BabXVII Pembongkaran

    18) BabXVIII Penggunaan perlengkapan Penyelamatan dan

    Penindungandiri

    19) BabXIX Ketentuanperalihan

    20)Bab

    XX

    Ketentuanlain-lain

    21)Bab

    XXI

    Ketentuanhukuman

    22)BabXXII

    Penutup.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    20/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN

    & PELATIHAN

    KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA

    & L1NGKUNGAN

    t -==-cy LP2K3L A2K4 INDONESIA

    d. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga

    K e ~ a dan

    Menteri Pekerjaan

    Umum No. Kep.174/Men/1986. NO.1 04/Kpts/1986

    1) 8 (delapan) pasal

    2) Buku Pedoman Pelaksanaan tentang Keselamatan dan Kesehatan

    K e ~ a

    pada tempat Kegiatan Konstruksi.

    2.

    Instalasi Listrik, Petir

    dan

    Lift

    ,

    Listrik, lift maupun petir

    adalah

    merupakan bentuk dan sumber bahaya

    yang perlu dikendalikan sebagaimana diamanatkan dalam UU No.1 Tahun 1970.

    Pasal-pasal dalam Undang-undang

    No. 1 tahun 1970

    yang

    berkaitan

    dengan batasan ruang Iingkup, tujuan, metoda K3 Iistrik perlu difahami secara

    baik.

    Dari ketentuan-ketentuan dasar tersebut di atas, lebih lanjut ditetapkan

    pengaturan secara teknis mengacu sesuai perkembangan teknologi. Standar

    teknik perencanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan

    pemeriksaan/pengujian instalasi Iistrik, adalah mengikuti perkembangan

    penerbitan Peraturan Umum

    lnstalasi Listrik (PUlL). Edisi PUlL yang terbaru

    adalah "PUlL 2000" sebagai generasi

    ke

    lima.

    Sejarah PUlL berawal dari sejak jaman Belanda bemama AVE 1938

    d i t e ~ e m a h k a n

    dan disempumakan menjadi PUlL 1964, disempurnakan menjadi

    PUlL 1977, selanjutnya direvisi menjadi PUlL 1987 (SNI - 225 - 1987), dan

    terakhir PUlL 2000 (SNI

    04

    - 0225 - 2000). Sejak AVE 1938 sudah menjadi

    bag ian dari Standar

    K3

    listrik, yang terakhir PUlL 2000 ditetapkan dengan

    Keputusan Menteri Tenaga

    K e ~ a dan

    Transmigrasi No Kep.75/Men/2002.

    PUlL berdiri sendiri adalah standar yang bersifat netral, sebagai panduan

    yang tidak mengikat secara hukum. Biasanya standar digunakan sebagai rujukan

    dalam suatu kontrak k e ~ a antara kontraktor/instalatir dengan pemberi k e ~ a

    Oleh karena PUlL telahditetapkan

    diber1akukan

    secara utuh dengan

    Peraturan

    dan

    Keputusan Menteri, maka semua persyaratan teknis maupun

    administratif, menjadi bersifat wajib.

    Dalam PUlL juga memuat persyaratan khusus instalasi listrik untuk

    pesawat lift dan persyaratan instalasi proteksi bahaya sambaran petir. Ketentuan

    secara lebih teknis Lift

    dan

    proteksi bahaya sambaran petir masing-masing diatur

    dalam peraturan tersendiri yaitu :

    1. Permenaker No Per 02/Men/1989, mengatur persyaratan mengenai instalasi

    penyalur petir.

    2.

    Permenaker No Per 03/Men/1999, mengatur persyaratan rnengenai lift.

    3.

    Kepmenaker No

    Kep

    407/M/BW/1999

    mengatur lebih lanjut tentang

    kompetensi teknisi lift.

    4. Keputusan Dirjen Binawas No Kep.311/BW/2002, mengatur lebih lanjut

    mengenai Sertifikasi Kompetensi

    K3

    bagi teknisi Iistrik.

    Ruang Iingkup obyek pengawasan lift adalah yang dipasang di setiap tempat

    k e ~ a

    Sedangkan jenis yang diatur dalam Permen 03/99 adalah lift untuk mengangkut

    orang dan barang.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    21/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN &PELATIHAN

    KESELAMATAN,

    KESEHATAN

    KERJA

    &

    L1NGKUNGAN

    ~ ~ LP2K3L A2K4 -INDONESIA

    3. KeselamatandanKesehatanPenanggulanganKebakaran

    Sasaran obyektif K3 penanggulangan kebakaran sebagaimana dirumuskan

    dalamUndang-undangNO.1Tahun1970ayat(3)al :

    Mencegah,mengurangidan memadamkankebakaran;

    Memberi kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada kejadian

    kebakaran

    Mengendalikanpenyebaranasap,panasdangas

    Strategi teknis penanggulangan kebakaran lebih lanjut dijabarkan dengan

    peraturanperundangandanstandaL

    Pengendalianenergi ;

    Perencanaansistemproteksikebakaranakti fmaupunpasif;

    Perencanaansistemmanajemenpenanggulangankebakaran.

    Penanggulangankebakaran

    a

    Undang-undangNo1

    Th

    1970tentangKeselamatanKerja

    b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja

    No

    Per 04/Men/1980 Tentang Syarat

    syaratpemasangandanPemeliharaanAlatPemadamApiRingan.

    c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1983 Tentang Instalasi

    AlaramKebakaranOtomatik

    d PeraturanKhusus

    e) PeraturanKhususK

    f PeraturanMe nteriTenagaKerjaNo Per04/Men/1987TentangP2K3

    g)

    PElraturan

    MenteriTenagaKerjaNo Per05/Men/1996TentangSMK3

    h) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep 186/Men/1999 Tentang Unit

    PenanggulanganKebakaran

    di

    tempatkerja

    i InstruksiMenteriTenagaKerja RI No.

    Ins.

    1I/MiBW/1997.

    4. KeselamatandanKesehatanKerja Mekanik

    a) PeraturanMenteriTenagaKerjaNo.04/Men/1985tentangpesawattenaga

    danproduksi

    b) PeraturanMenteriTenagaKerja No. 05/Men/1985tentangpesawatangkut

    danangkut

    c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/Men/1989 tentang kwalitas dan

    syarat-syaratoperator

    keran

    angkat.

    5.

    Keselamatan danKesehatan

    Kerja

    KapBejanaTekan

    a) Undang-UndangUap

    Tahun

    1930

    b) PeraturanUapTahun1930

    c) PeraturanMenteriTenagaKerjaNo.01/Men/1982tentangbejanatekan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    22/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN

    &PELATIHAN

    KESELAMATAN,

    KESEHATAN KERJA &

    L1NGKUNGAN

    1 f == > f LP2K3L A2K4 -INDONESIA

    b) Peraturan MenteriTenaga Kerja No. 02/Men/1982 tentang klasifikasi juru

    las

    c) Peraturan Menteri

    No.

    01/Men/1988 tentang k1asifikasi dan syarat-syarat

    OperatorPesawatUap.

    6. KesehatanKerja

    Undang-Undang

    1. Undang-undangNO.1 tahun

    1970

    tentangKeselamatanKerja

    Syarat-syarat keselamatan

    kerja

    sesuai dengan Bab III pasal 3 dalam

    peraturan perundangan ini menunjukkan bahwa 50% dart syarat-syarat

    terSebutadalahsyarat-syaratkesehatan kerja, yaitu:

    .:. memberipertolonganpadakecelakaan;

    .:. memberialat-alatperlindungandiripadapara pekerja;

    .:. mencegah dan mengendalikan timbul

    atau

    menyebarluasnya suhu,

    kelembaban,debu, kotoran,asap, uap, gas, hembusanangin, cuaca,

    sinaratau radiasi,suara

    dan

    getaran;

    .:. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

    physikmaupunpsykis,peracunan,infeksidanpenularan;

    .:. memperolehpeneranganyang cukupdan sesuai;

    .:. menyelenggarakansuhudan lembabudarayang baik;

    .:. menyelenggarakanpenyegaranudarayang cukup;

    .:. memeliharakebersihan,kesehatandanketertiban;

    .:. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan

    caradan proseskerjanya.

    Oi

    dalampasal8menyebutkankewajibanpengusahauntuk:

    a.

    Memeriksakan kesehatanbadan,kondisimentaldankemampuan fisikdari

    tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan dipindahkan,

    sesuaidengansifatpekerjaan

    yang

    akandiberikankepadanya;

    b.

    Memeriksakan kesehatandarisemua tenaga keljayang beradadibawah

    pimpinannya secara berkala

    pada

    dokter yang ditunjuk oleh pengusaha

    dandibenarkanolehOirektur.

    2.

    Undang-undangNO.3tahun1992 tentangJaminanSosialTenagaKerja.

    Pasal

    ayat(1)menyatakan

    ruang

    Iingkupprogrammeliputi:

    a. JaminanKecelakaanKerja

    b. JaminanKematian

    c. JaminanHan

    Tua

    d.

    JaminanPemeliharaanKesehatan

    PelaksanaanProgramJaminanSosial TenagaKerja

    ini

    akandijabarkan

    di

    dalamperaturanpelaksanaandari Undang-undangini.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    23/54

    LEMBAGA

    PENDIDIKAN

    &

    PELATIHAN

    >t== y KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA &

    L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4

    INDONESIA

    PERATURAN PEMERINTAH DAN KEPRES

    1. Peraturan Pemerintah nomor

    14

    tahun

    1993

    tentang Jamsostek.

    Di

    dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai ketentuan

    penyelenggaraan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

    2. Keputusan Presiden RI. Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang

    Timbul Karena Hubungan

    K e ~ a

    Di dalam Keputusan Presiden ini diatur mengenai penyakit-penyakit yang

    timbul karena hUbungan k e ~ a

    dan

    mendapat kompensasi dari Jamsostek.

    PERATURAN MENTERI

    1. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 tahun 1964 tentang Syarat

    Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat K e ~ a

    Oi

    dalam Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan antara lain tentang :

    .:. Menghindarkan bahaya keracunan,

    .:. Penularan penyakit, atau timbulnya penyakit,

    .:. Memajukan kebersihan dan ketertiban,

    .:. Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup,

    .:. Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang tidak

    menyenangkan,

    .:. Penanggulangan sampah,

    .:. Persyaratan kakus

    (We),

    .:. Kebutuhan locker (tempat penyimpanan pakaian),

    .:. OIl.

    2.

    Peraturan Menteri Tenaga

    K e ~ a

    Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per

    01/Men/1976 tentang Kewajiban

    Latihan

    Hyperkes Bagi Dolder

    Perusahaan.

    Kewajiban dari perusahaan untuk mengirimkan setiap dokter

    perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hiperkes.

    3.

    Peraturan Menteri Tenaga

    K e ~ a

    Dan

    Transmigrasi Nomor

    Per-O Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan,

    Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Para Medis Perusahaan.

    Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan

    untuk mengirimkan tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan

    Hiperkes.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    24/54

    EMB G PENDIDIK N

    PEL nH N

    @ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 -

    INDONESIA

    4. Pennenkaker

    No.

    02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga

    dalam Penyelenggaraan Keselamatan e ~ a

    Memuat ketentuan dan tujuan mengenai pemeriksaan kesehatan tenaga

    kerja awaf (sebelum kerja), berkala (periodik) dan khusus.

    5. Pennenkakertrans No.

    Per.

    01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor

    Penyakit Akibat .

    :.

    Penyakit akibat k e ~ a harus dilaporkan secara tertulis

    .:.

    Paling lama 2 x 24 jam

    .:. Melakukan usaha-usaha preventif

    .:.

    Menyediakan alat pelindung diri.

    6. Pennenakertrans No.

    Per.

    03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan

    Kerja.

    Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu lembaga

    K3

    yang ada

    di perusahaan, sebagai sarana perlindungan tenaga

    k e ~ a

    terhadap setiap

    gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.

    Karena itu, Pelayanan Kesehatan Kerja merupakan lembaga K3 yang

    sangat strategis untuk dikembangkan, dalam rangka meningkatkan derajat

    kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, meningkatkan kuafitas sumber

    daya manusia, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas

    nasional.

    Pelayanan Kesehatan (PKK) adalah sarana penerapan upaya

    kesehatan kerja yang bersifat komprehensif, meliputi upaya promotif,

    preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sesuai dengan kaidah perlindungan yang

    universal, PKK lebih mengutamakan upaya-upaya pro motif dan preventif,

    disamping tetap melaksanakan upaya kuratif dan rehabilitatif.

    Oalam Peraturan Menteri ini disebutlcan bahwa tujuan PKK adalah:

    a) Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik

    fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan

    tenaga kerja.

    b) Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang

    timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.

    c) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan

    kemampuan fisik tenaga k e ~ a

    d} Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehablitasi bagi tenaga

    kerja yang menderita sakit.

    7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1998 tentang

    Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Oengan

    Manfaat Lebih Baik Oari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar

    Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

    Oi

    dalam peraturan ini memuat ketentuan kewajiban mengikutsertakan

    semua tenaga kerja dalam jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek,

    apabila belum melaksanakan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat

    lebih baik dari program dasar Jamsostek. Penyelenggaraan Peineliharaan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    25/54

    @ LEMBAGAPENOIOIKAN'P ATIHAN ~ M I ~ ~ ~ I D ~ ~ ~ m l

    _ ~ : :

    KESELAMATAN,

    KESEHATAN KERJA &

    L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 -INDONESIA

    Kesehatan

    yang

    telah disetujui

    oleh

    Kepala Kantor Wilayah Departemen

    Tenaga K e ~ a tidak boleh meniadakan pelayanan kesehatan

    k e ~ a

    yang

    telah ada

    di

    perusahaan dan harus memanfaatkan untuk meningkatkan

    penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan.

    KEPUTUSAN MENTERI

    1. Keputusan M e n ~ r i Tenaga Kerja Nomer 33 Tahun 1989 Tentang

    Diagnosa

    dan

    Pelaporan Penyakit Akibat K e ~ a

    Dlagnosa penyakit akibat

    k e ~ a

    dapat ditemukan atau didiagnosa sewaktu

    melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga

    k e ~ a

    dan sewaktu

    penyelenggaraan pelayanan kesehatan

    kerja.

    Setelah penyakit akibat

    kerja didiagnosa harus dilaporkan dalam

    waktu

    2 x 24 jam.

    SURAT EDARAN

    DAN

    INSTRUKSI MENTERI

    1. Surat Edaran Menteri Tenaga K e ~ a No. SE 01/Men/1979 tentang

    Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.

    Surat d a ~ a n ini berisi anjuran kepada semua perusahaan untuk:

    .:.

    Menyediakan ruang makan untuk perusahaan yang mempekerjakan

    buruh antara 50 - 200 orang .

    :. Menyediakan kantin untuk perusahaan

    yang m m p k ~ k n

    lebih dari

    200 orang.

    :. Mengacu pelaksanaannya dengan PMP

    NO.7

    tahun 1964 khususnya

    yang tennaktub dalam pasal 8.

    2.

    Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang Pengujian

    Hepatitis B Oalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.

    Pengujian Hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga

    k e ~ a

    tidak

    boleh digunakan untuk menentukan fit atau unfit terhadap tenaga

    k e ~ a

    3.

    Surat Edaran Dirjen Binawas

    No.

    SE. 86/BW/1989 tentang Perusahaan

    Catering

    Yang

    Mengelola Makanan Bagi Tenaga

    K e ~ a

    Surat

    Edaran

    ini mengatur kewajiban perusahaan cateringd

    yang

    mengelola makanan

    bagi

    tenaga kerja untuk :

    .:. Mendapat rekomendasi dari Kandepnaker setempat

    .:.

    Rekomendasi diberikan berdasarkan persyaratan kesehatan hygiene

    dan sanitasi.

    c. Ruang ingkup

    1.

    K3

    Konstruksi Bangunan

    a.

    Perencanaan Proyek

    b. Pelaksanaan Fisik Proyek

    1) Pekerjaan panggilan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    26/54

    @

    LEMB G

    PENDIDIK N &

    PEL nH N

    KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA

    & L1NGKUNGAN

    LP2K3L

    A2K4

    INDONESIA

    2)

    e k e ~ n

    pondasi

    3) Pekerjaan konstruksi beton

    4)

    e k e ~ n

    konstruksi baja

    5) Pekerjaan finishing

    c. Serah Terima Proyek

    d. Pemeliharaan Konstruksi

    2. K3 Instalasi Listrik,

    Lift

    dan Petir

    a. K3 listrik tersirat dalam Bab II Pasal 2 ayat

    (2)

    huruf q UU

    1170

    yaitu

    tertulis :

    di setiap tempat dimana dibangkitkan diubah dikumpulkan

    disimpan dibagi-bagikan atau disalurkan listrik gas, minyak atau air.

    Dari ketentuan tersebut dapat digambarkan ruang lingkup K3 listrik, yaitu

    mulai dari pembangkitan, jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi

    (TET), Tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah (TM) dan jaringan

    distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai dengan setiap tempat

    pemanfaatannya, khususnya tempat kerja.

    Pusat

    Jaringan

    Para

    Pembangkit

    T E T T T T M T R

    Pelanggan

    b. Memperhatikan Pasal 3 ayat (1) huruf q

    UU

    1/70

    tertulis

    oengan

    peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat K3 untuk mencegah

    terkena a/iran listrik berbahaya.

    C.

    Menurut ketentuan PUlL 2000 listrik yang berbahaya adalah Iistrik yang

    memiliki tegangan lebih dari 25 Volt di tempat lembab atau 50 Volt di

    tempat yang normal.

    d. Ruang Iingkup obyek sistem proteksi petir sesuai Permenaker No Per-

    02/Men/1989 adalah yang dipasang

    di

    setiap tempat k e ~ hanya untuk .

    konvensional dan sistem elektro statik dan hanya mengatur perlindungan

    sambaran langsung.

    Sambaran langsung adalah pelepasan muatan Iistrik dan awan ke bumi

    melalui obyek yang tertinggi. Obyek yang dilalui arus petir tadi adalah

    tersambar petir secara langsung, selanjutnya akan menyebar ke bumi ke

    segala arah hingga netral. Obyek yang tersambar dan dialiri arus dan

    tegangan petir akan merasakan pengaruh secara langsung yaitu suhu

    yang sangat tinggi bisa mencapai 30.000 ee tegangan dan kuat arus yang

    tinggi dapat mengakibatkan kerusakan secara fisiko

    Penyebaran arus dan teganan petir di dalam bumi akan menyebar ke

    berbagai penjuru. Kemungkinan dari itu dapat dirasakan oleh grounding

    instalasi listrik pada bangunan itu sehingga penghantar bumi bertegangan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    27/54

    @

    LEMBAGA

    PENDIDIKAN

    PElATIHAN

    ~ ~ ~ \ KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA

    & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 -INDONESIA

    Kesehatan yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen

    Tenaga tidak boleh meniadakan pelayanan kesehatan

    k e ~ a yang

    telah ada di perusahaan dan harus memanfaatkan untuk meningkatkan

    . penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan.

    KEPUTUSAN MENTERI

    1. Keputusan e n t ~ r i Tenaga Kerja Nomor 33 Tahun 1989 Tentang

    Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat e ~ a

    Dlagnosa penyakitakibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosa sewaktu

    melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga

    k e ~ a

    dan sewaktu

    penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja. Setelah penyakit akibat

    kerja didiagnosa harus dilaporkan dalam waktu 2 x 24 jam.

    SURAT EDARAN DAN INSTRUKSI MENTERI

    1. Surat Edaran Menteri Tenaga No. SE.01/Men/1979 tentang

    Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.

    Surat Edaran ini berisi anjuran kepada semua perusahaan untuk:

    .:. Menyediakan ruang makan untuk perusahaan yang mempekerjakan

    buruh antara 50 - 200 orang.

    :. Menyediakan kantin untuk perusahaan yang m m p k ~ k n lebih dari

    200 orang.

    :. Mengacu pelaksanaannya dengan PMP NO.7 tahun 1964 khususnya

    yang termaktub dalam pasal

    8.

    2.

    Surat Edaran Dirjen Binavvas No. SE.

    07 BW 1997

    tentang Pengujian

    Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.

    Pengujian Hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja tidak

    boleh digunakan untuk menentukan fit atau unfit terhadap tenaga kerja. .

    3. Surat Edaran Dirjen Binavvas No. SE. 86 BW 1989 tentang Perusahaan

    Catering Yang Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja.

    Surat Edaran ini mengatur kewajiban perusahaan cateringd yang

    mengelola makanan bagi tenaga k e ~ a untuk :

    .:. Mendapat rekomendasi dari Kandepnaker setempat

    .:. Rekomendasi diberikan berdasarkan persyaratan kesehatan hygiene

    dan sanitasi.

    C. Ruang ingkup

    1.

    K3

    Konstruksi Bangunan

    a. Perencanaan Proyek

    b.

    Pelaksanaan Fisik Proyek

    1) Pekerjaan panggilan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    28/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

    KESELAMATAN,

    KESEHATAN KERJA &

    L1NGKUNGAN

    ~ ~ > j LP2K3L A2K4 INDONESIA

    2) P e k e ~ a a n pondasi

    3) Pekerjaan konstruksi beton

    4)

    P e k e ~ a a n

    konstruksi baja

    5) Pekerjaan finishing

    c.

    Serah Terima Proyek

    d.

    Pemeliharaan Konstruksi

    2.

    K3 Instalasi Listrik,

    Lift

    dan Petir

    a.

    K3 listrik tersirat dalam Bab

    II

    Pasal 2 ayat (2) huruf q

    UU 1170

    yaitu

    tertulis : di setiap tempat dimana dibangkitkan diubah dikumpufkan

    disimpan dibagi-bagikan atau disafurkan fistrik gas minyak atau air.

    Dari ketentuan tersebut dapat digambarkan ruang lingkup

    K3

    listrik, yaitu

    mulai dari pembangkitan, jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi

    (TET), Tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah (TM) dan jaringan

    distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai dengan setiap tempat

    pemanfaatannya, khususnya tempat kerja.

    Pus at

    Jaringan

    .

    Para

    Pembangkit

    T T - IT - TM -

    TR

    Pelanggan

    b.

    Memperhatikan Pasal 3 ayat (1) huruf q

    UU

    1/70 tertulis Oengan

    peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat K3 untuk

    mencega.1J

    terkena afiran listrik berbahaya.

    c.

    Menurut ketentuan PUlL 2000 listrik yang berbahaya adalah listrik yang

    memiHki

    tegangan lebih dari

    25

    Volt di tempat lembab atau 50 Volt di

    tempat yang normal.

    d. Ruang lingkup obyek sistem proteksi petir sesuai Permenaker No Per-

    02/Men/1989 adalah yang dipasang di setiap tempat kerja, hanya untuk

    konvensional dan sistem elektro statik dan hanya mengatur perlindungan

    sambaran langsung.

    Sambaran langsung adalah pelepasan muatan listrik dari awan ke bumi

    melalui obyek yang tertinggi. Obyek yang dilalui arus petir tadi adalah

    tersambar petir secara langsung, selanjutnya akan menyebar ke bumi ke

    segala arah hingga netral. Obyek yang tersambar dan dialiri arus dan

    tegangan petir akan merasakan pengaruh secara langsung yaitu suhu

    yang sangat tinggi bisa mencapai 30.000 cC tegangan dan kuat arus yang

    tinggi dapat mengakibatkan kerusakan secara fisiko

    Penyebaran arus dan teganan petir di dalam bumi akan menyebar ke

    berbagai penjuru. Kemungkinan dari

    itu

    dapat dirasakan oleh grounding

    instalasi Iistrik pada bangunan itu sehingga penghantar bumi bertegangan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    29/54

    @ LEMBAGA PENDIDIKAN

    PEL TIH N

    KESELAMATAN

    KESEHATAN KERJA

    & lINGKUNGAN

    lP2K3l A2K4

    -INDONESIA

    petir yang akibatnya terjadi beda potensial

    pad

    a jaringan instalasi listrik

    R,

    S, T bertegangan 220 V sedangkan penghantar pengaman dan

    penghantar netral bertegangan petir. Ini

    yang

    disebut dengan sambaran

    tidak langsung yang dapat merusak peralatan Iistrik dan peralatan

    elektronik yang ada di dalam bangunan itu. Peraturan Menteri Tenaga

    Kerja

    No

    Per-02/Men/1989 tidak mengatur syarat-syarat sistem proteksi

    sambaran petir tidak langsung.

    e.

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    Lift

    Membuat, memasang, memakak pesawat lift dan perubahan teknis

    maupun administrasi.

    3.

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penanggulangan Kebakaran.

    a.

    Tindakan pencegahan agar tidak terjadi kebakaran dengan cara

    mengeliminir atau mengendalikan berbagai bentuk perwujudan energi

    yang digunakan hendaknya diprioritaskan pada masalah yang paling

    menonjol dalam statistik penyebab kebakaran.

    b. Upaya mengurangi tingkat keparahan risiko kerugian yang terjadi maupun

    jatuhnya korban jiwa, dengan eara melokalisasi atau kompartemenisasi

    agar api, asap dan gas tidak mudah meluas

    ke

    bagian yang lain.

    c. Penyediaan / instalasi proteksi kebakaran seperti sistim deteksi / alarm

    kebakaran dan alat pemadam api ringan, hydrant, springkler atau instalasi

    khusus yang handal dan mandiri melalui perencanaan, pemasangan

    dan

    pemeliharaan.

    d. Tersedianya sarana jalan untuk menyelamatkan diri yang aman, lancar

    dan memadai sesuai jumlah orang dan bentuk konstruksi bangunan. .

    e.

    Terbentuknya organisasi tanggap darurat untuk menanggulangi bila terjadi

    bahaya kebakaran.

    4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mekanik

    a.

    Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan, penggunaan atau

    pengoperasian dan pemeliharaan pesawat tenaga dan produksi.

    b.

    Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan, penggunaan atau

    pengoperasian dan pemeliharaan pesawat angkat dan angkut.

    c.

    Operator yang mengoperasikanperalatan

    pada

    a dan

    b.

    5.

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja Uap bejana tekan

    a. Perencanaan, pembuatan, pernasangan atau perakitan, modifikasi atau

    reparasi dan pemeliharaan pesawat uap dan bejana tekan.

    b. Operator yang mengoperasikan peralatan tersebut.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    30/54

    EMB G

    PENDIDIK N PEt lIH N

    v @

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    31/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN

    & PELATIHAN

    KESELAMATAN KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

    LP2K3L

    A2K4 -INDONESIA

    BAB 3

    PERATURAN DAN PERUNDANG

    UNDANGAN JASA KONSTRUKSI

    3.1. KEBUTUHAN PP UNTUK PENGATURAN JASA KONSTRUKSI

    UU JASA

    KONSTRUKSI

    MATERI MUATAN PP

    KETENTUANPERATURAN

    PERUNDANGUNDANGAN YANG

    HARUS DIINTEGRASIKAN

    KEDALAM PP

    PPJ

    UU

    No. 11/67 Pertambangan

    Bab 1 Kelentuan Umum

    (tentang usaha

    &

    peran

    UU No. 15/85Ketenagalistrikan

    masyarakatjasa konstruksi)

    Bab

    " asas

    &

    tujuan

    Pasal7

    Jenis usaha, benluk usaha,

    UU

    No. 1/95 Perseroan Terbatas

    bid.

    Usaha

    Pasal10 Perizinan usaha, klasifikasi UU No. 12/97 hak cipta

    & kualifikasi Usaha, sertifikasi

    UU

    No. 13/2003 e t e n g k e ~ n

    keahlian & keterampilan (Pengganti

    UU

    No

    25

    /1997)

    Bab III

    Usaha Jasa Konstruksi Pasal 34 Ketentuan mengenai forum

    UU No. 23/97 Pengelolaan

    dan lembaga

    lingkungan Hidup

    Pasal42

    (3) Tatalaksana &

    UU

    No. 24/92 Penataan uang

    penerapan sanksi

    UU

    No.1170 Keselamatan kerja

    PP II

    Bab

    IV

    Pengikatan

    p e k e ~ n

    (tentang penyelenggaraan jakons.) UU No. 3/92 Jamsostek

    Konstruksi Ps.21 tata cara pemilihan penyedia UU No.5/99 Larangan praktek

    jasa, Penyiapan dohmen pemilihan Monopoli

    &

    Persaingan

    dan

    dokumen Penawaran, Penetapan usaha tidak sehat

    penyedia jasa

    Pasal22

    (3) Kontrak UU No.8/99 Per1indungan

    k e ~ kontruksi Konsumen

    UU No. 22/99 Pemerinlah

    Daerah

    UU No. 1/87 Pemerintah Daerah

    UU No. Pemerintah Daerah

    Bab V Penyelenggaraan Pek. Pasal23 (4) Penyelenggaraan pekerjaan

    Konstruksi Kontruksi

    Bab

    VI Kegagalan bangunan Pasal25 Kegagalan bangunan

    Uangka waktu, penilai ahli, tanggung jawab)

    Bab VII Peran masyarakat

    Pasal42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi

    PP

    III

    (Tentang penyelenggaran pembinaan

    jasa

    konstruksi)

    Bab

    IX

    Penyelesaian sengketa

    Bab

    X

    Sanksi

    Pasal35 (1) Ketentuan mengenai pembinaan

    Bab XI

    Ketentuan Peralihan

    Pasal 35 (5) Tugas pembinaan oleh pemerintah

    Bersama dengan mayarakatjasa konstruksi

    Bab

    XII Ketentuan Penutup Pasal 42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    32/54

    lEMBAGA PENDIDIKAN &

    PElATIHAN

    KESELAMATAN,

    KESEHATAN

    KERJ & lINGKUNGAN

    f = = ~ : y

    lP2K3l

    A2K4.INDONESIA

    3.2. UNDANG-UNDANG

    NO.

    18 TAHUN 1999, TENTANG JASA

    KONSTRUKSI

    3.2.1. DASAR PERTIMBANGAN

    N SION l

    1. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan

    makmur yang merata meterial dan spiritual berdasarkan pancasila dan

    undang-undang dasar

    1945.

    2. Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi,

    social dan budaya yang mempunyai peran penting dalam pencapaian

    berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan

    nasional.

    3.

    Berbagai peraturan perundang-undangan

    yang

    berlaku belum

    berorientasi:

    a. Baik kepada kepentingan pengembangan jasa konstruksi, sesuai

    dengan karakteristiknya yang mengakibatkan kurang

    berkembangnya iklim usaha yang mendukung peningkatan daya

    saing secara optimal

    b.

    Maupun bagi kepentingan masyarakat.

    3.2.2. PERTIMBANGAN (Dari Sisi Dunia Jasa Konstruksi)

    1. KONOISI YANG ADA

    a.

    Belum terwujudnya mutu produk. waktu pelaksanaan

    dan

    efisiensi pemanfaatan sumber daya.

    b. Rendahnya tingkat kepatuhan pengguna jasa dan penyedia jasa.

    c. Belum terwujudnya kesejajaran kedudukan antara pengguna

    jasa

    dan

    penyedia jasa dalam

    hal

    hak

    dan

    kewajiban.

    d.

    Belum terwujudnya secara optimal kemitraan yang sinergis baik

    antar BUJK maupun antara BUJK dan masyarakat.

    2.

    MAKSUD

    a. Tertib usaha jasa konstruksi

    b. Pemberdayaan jasa konstruksi nasional untuk:

    1.

    Mengembangkan kemampuan

    2.

    Meningkatkan produktivitas saing

    3.

    Menumbuhkan daya saing

    c. Kedudukan yang adil dan serasi antara pengguna jasa dan

    Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

    d. Kemitraan sinergis dalam Jasa Konstruksi. .

    3.

    JENIS USAHA

    a.

    Usaha Perencanaan

    b.

    Usaha Pelaksanaan

    c. Usaha Pengawasan

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    33/54

    @ LEM AGA PENDIDIKAN & PEL TIN N

    i : ~ ~ ~

    KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

    LP2K3L

    A2K4

    -INDONESIA

    4. BENTUK USAHA

    a.

    Orang Perseorangan

    b. Badan Usaha

    5. BIDANG USAHA

    a.

    Arsitektural

    b.

    Sipil

    c.

    Mekanikal

    d. Elektrinal

    e. Tata Ungkungan

    6. PERSYARATAN PERSONIL

    a.

    Perencana, Pengawas, Tenaga Tertentu: memiliki sertifikat

    keahlian

    b. Tenaga Teknik:

    c. memiliki sertifikat ketrampilan, dan keahlian

    7. PERSYARATAN USAHA

    a. Memiliki izin usaha

    b.

    Memiliki sertifikat, kJasifikasi, dan kualifikasi usaha

    c. Usaha orang perseorangan: memiljki sertifikat ketrampilan kerja

    dan sertifikat keahlian kerja

    8. TANGGUNG JAWAB PROFESI

    (Berlandaskan prinsiP):

    a. Keahlian sesuai kardah keilmuan

    b. Kepatuhan dan kejujuran intelektual

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    34/54

    lEMBAGA

    PENDIDIKAN &PElATIHAN

    KESELAMATAN

    KESEHATAN KERJ & llNGKUNGAN

    ~ = > I lP2K3l A2K4 INDONESIA

    "SANCTION"

    "REWARD"

    TANGGUNG

    JAWAB

    PROFESIONAL

    IMBAL

    KO E

    JASA

    ETIK

    PROFESI

    KEAHLIAN

    KETERAMPILAN

    REGISTRASI

    KUALIFIKASI

    KLASIFIKASI

    SERTIFlKASI

    3.2.3. PENGUS H N

    1. TATA HUBUNGAN TRANSAKSIONAL:

    a.

    Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

    b.

    Penyelenggaraan

    P e k e ~ a a n

    Konstruksi

    c. Pengaturan Kegagalan Bangunan

    2.

    PERLINDUNGAN PEKERJA:

    a. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    b.

    Jaminan Sosial

    Mengikuti:

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    35/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

    KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA

    & L1NGKUNGAN

    ~ : = J j

    LP2K3L

    A2K4

    -INDONESIA

    Uu 1/70 Keselamatan Kerja

    Uu 14/89 Kesehatan Kerja

    Uu 3/92 Jaminan Sosial

    3

    MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI

    a. Forum

    b Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)

    4

    PEMERINTAH

    a. Pembinaan (Pengaturan, Pemberdayaan Dan Pengawasan)

    3 2 4

    SISTEM TtK S T NG TUBUH

    1

    UU Terdiri Dari:

    a.

    12

    Bab

    b 6

    Pasal

    2.

    Bab

    I Ketentuan Umum

    3

    Bab : Asas Dan Tujuan

    4.

    Bab

    III: Usaha Jasa Kontruksi

    5. Bab IV:

    Pengikatan Pekerjaan Kontruksi

    6.

    Bab V

    Penyelenggaraan Pekerjaan Kontruksi

    7. Bab

    VI

    :

    Kegagalan Bangunan

    8. Bab VII: P e r ~ l n

    Masyarakat

    9. Babvlll: Pembinaan

    10.

    Bab

    IX: Penyelesaian Sengketa

    11.

    Bab

    X :

    Sangsi

    12.

    Bah

    XI:

    Ketentuan Peralihan

    13.

    Bab

    XII :

    Ketentuan Penutup

    abl

    Ketentuan mum

    Pengertian:

    Jasa Konstruksi

    Pekerjaan Konstruksi

    Pengguna Jasa

    Penyedia Jasa

    Kontrak Kerja Konstruksi

    Kegagalan Bangunan

    Forum

    Registrasi

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    36/54

    LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

    KESELAMATAN, KESEHATAN

    KERJA

    & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 -INDONESIA

    Bab

    sas Dan Tujuan

    2.1

    Asas

    Kejujuran Dan Keadilan

    Manfaat

    BAG!

    Keserasian

    KEPENTINGAN

    Keseimbangan

    MASY

    R K T

    Kemandirian

    BANGSA DAN

    Keterbukaan

    NEGARA

    Kemitraan

    Keamanan

    Dan

    Keselamatan

    2.2 TUjuan

    Memberikan Arah Pertumbuhan

    Dan

    Perkembangan Jasa Konstruksi

    Nasional

    Mewujudkan Tertib Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

    Yang

    Menjamin Kesetaraan Kedudukan Antara Pengguna Jasa Dan Penyedia

    Jasa Dan Dipenuhinya Ketentuan Yang Berlaku

    . Mewujudkan Peningkatan Peran Masyarakat

    PENJELASAN TENTANG 8 (DELAPAN) ASAS

    1. Asas kejujuran

    dan

    keadilan:

    2.

    ASAS MANFAAT:

    Kegiatan jasa konstruksi berdasarkan prinsip profesionalisme,

    efisiensi dan efektifitas untuk menjamin terwujudnya nilai tambah

    optimal bagi

    pihak

    pihak dan kepentingan nasional.

    3.

    ASAS KESERASIAN:

    Harmoni dalam interaksi antara pengguna dan penyedia jasa

    untuK menghasilkan produk yang berkualitas

    da

    bermanfaat tinggi

    serta berwawasan lingkungan.

    4. ASAS KEsEIMBANGAN:

    Berdasarkan

    pada

    prinsip keseimbangan antara kemampua

    penyedia jasa dan beban kerjanya.

    5. ASAS KEMANDIRIAN:

    Tumbuh dan berkembangnya daya saing jasa konstruksi nasioal.

    6. ASAS KETERBUKAAN:

    Tersedianya informasi yang dapat diakses oleh pihak yang

    berkepentingan dan masyarakat.

    7.

    ASAS KE MITRAAN:

    Hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka, timbal balik

    dan sinergis.

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    37/54

    @ LEMB G PENDIDIKAN. PEL TIH N

    { 0 . . : ~ KESELAMATAN,

    KESEHATAN KERJA

    & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4 INDONESIA

    8. ASAS KEAMANAN DAN KESELAMATAN:

    Terpenuhinya Tertib Penyelenggaraan, Keamanan Lingkungan

    Dan Keselamatan Kerja Serta Pemanfaatannya Dengan

    Memperhatikan Kepentingan Umum.

    B BIII

    US H J S KONSTRUKSI

    3.1 BAGIAN PERTAMA: JENIS, BENTUK DAN BIDANG USAHA

    a.

    JENIS USAHA

    Usaha perencanaan konstruksi

    Usaha pelaksanaan konstruksi

    Usaha pengawasan konstruksi

    b.

    BENTUK USAHA

    Usaha orang perseorangan

    Badan usaha (bukan

    bad

    an hukum dar. badan hukum/pt.

    &

    badan hukum asing yang dipersamakan

    c. BIDANG USAHA

    Pekerjaan arsitektural

    Pekerjaan sipil

    Pekerjaan mekanikal

    Pekerjaan elektrikal

    Pekerjaan tata lingkungan

    C

    T TAN

    PENGATURAN LEBIH RINCI TENTANG JENIS, BENTUK & BIDANG USAHA, DIURAIKAN

    DALAM P.P.

    3.2

    BAG AN

    KEDUA: PERSYARATAN USAHA, KEAHLIAN DAN KETERAMPILAN

    1. Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas

    konstruksi yang berbentuk badan usaha:

    Memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha

    Memiliki sertifikat, klasifikasi dan kualifikasi perusahaan

    2. Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang

    perseorangan:

    Memiliki sertifikat keahlian

    3. Pelaksana konstruksi orang perseorangan:

    Memiliki sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian

    kerja

    4. Orang perseorangan yang diperkerjakan oleh badan usaha

    sebagai perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau

    tenaga pelaksanan konstruksi tertentu harus memiliki sertifikat

    keahlian

  • 7/24/2019 Modul Undang-undang, Standar Peraturan K3

    38/54

    @ LIM'AGA PENDIDIKAN & PELATI AN

    KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

    LP2K3L A2K4

    -INDONESIA

    5. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang

    bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat

    keterampilan dan keahlian kerja

    3.3

    BAGIAN KETIGA: TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL

    Tanggung jawab perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan

    pengawas konstruksi terhadap hasil pekerjaannya dilandasi prinsip

    prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan dan kejujuran intelektual.

    Pemenuhan tanggung jawab tersebut dapat ditempuh melalui

    mekanisme pertanggung, sesuai peraturan perundang-undang.

    3.4 BAGIAN KEEMPAT: PENGEMBANGAN USAHA

    Usaha jasa konstruksi dikembangkan untuk mewujudkan struktur

    usaha yang kokoh dan efisien melalui kemitraan yang sinergis

    antara usaha yang besar, menengah dan kecil serta antara usaha

    yang bersifat umum, spesialis dan keterampilan tertentu.

    Untuk mengembangkan usaha jako diperlukan dukungan dari

    mitra usaha, antara lain melalui pendanaan ( perbankan dan

    non perbankan) dan pengembangan jenis pertanggungan

    (insurance risks sepert i professional indemnity & liability insurance

    serta construction all risk)

    B BN

    PENGIK T N PEKERJAAN KONSTRUKSI

    4.1 BAGIAN PERTAMA: PARA PIHAK (MASING-MASING MEMPUNYAI HAK & KEW lIB N

    SESUAI DENGAN FUNGSINYA)

    a. Penggunajasa

    b. Penyedia jasa

    perencana konstruksi }

    Perencana konstruksi prinsipnya terpisah

    Perencana konstruksi .

    c. Dalam hal tertentu, diperkenankan penggabungan fungsi-fungsi

    (perencanaan, pelaksanaan

    &

    pengawasan)

    Secara terintegrasi berdasarkan pertimbangan teknologi canggih, resiko

    tinggi