nasehat untuk saudara muslim tentang melafadzkan niat dalam sholat.doc

Upload: robiatul-adawiyah

Post on 19-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 NASEHAT UNTUK SAUDARA MUSLIM TENTANG MELAFADZKAN NIAT DALAM SHOLAT.doc

    1/12

    NASEHAT UNTUK SAUDARA MUSLIM TENTANG MELAFADZKAN NIAT

    DALAM SHOLAT

    Nabi dan Para Sahabat adalah Manusia yang Paling Amanah dalam

    Mengambil Ilmu, Menerapkan, dan Mengajarkannya

    Nabi kita Muhammadshollallahu alaihi wasallam adalah manusia yang

    paling bersemangat untuk menyampaikan kebaikan kepada umatnya.

    !"# $%&

    '("

    )*&

    +

    Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari jenis kalian, yang

    berat dirasakan olehnya hal-hal yang menyengsarakan kalian, dan ia sangat

    bersemangat (untuk kebaikan) kalian, yang ia memiliki sifat pengasih dan

    penyayang kepada orang-orang yang beriman (Q.S atTaubah:128)

    Semua kebaikan yang datang dari Allah terkait ibadah dan keselamatan di

    akhirat, telah beliau jelaskan kepada umat, melalui murid langsung beliau:

    para Sahabat Nabiridhwanullahi alaihim ajmain.

    Para Sahabat Nabi adalah manusia terbaik yang dipilih Allah untuk menjadi

    murid Nabi, yang mengambil ilmu langsung dari Nabi kemudian

    menyebarkan kepada manusia yang lain setelahnya. Para Sahabat Nabi

    adalah orang-orang pilihan untuk menemani Nabi dalam berjuang

    menegakkan agama Allah.

    , -./+ , 532/&1 4- 3#$0&1 $2 0&1 706 89

    :

    ;

    3 -

    2/&1 4

    ,

    &1 5

    3

    ,

    &1

    *

    5/3

    R&1 7` 7

    &1 x

    B(`1 jOB ` HNO&! Z&( x )& 71 F)*H#5/3

    R&1 -1

    Z

    &( L

    [

    %&1 1h

    I }

    Y

    +

    >

    ;1

    , f:

    &

    +)& B+ x +&:L+ 1hI HNO&1 53 f&1 9-12&( wHN; +`#*3 d&( w| +%2 B/%$ ;BN & +%2

    E6&1 HN; S$%/1 ;O/&1 HN )#|& 5 E6&1

    Perkataan Abu Abdillah az-Zubairiy bahwasanya tidaklah mencukupi hingga

    menggabungkan antara niat hati dengan melafadzkan dengan lisan karena

    asy-Syafii rahimahullah berkata tentang haji: Jika seseorang meniatkan haji

    atau Umroh maka itu sudah mencukupi meskipun tidak melafadzkannya.

    Tidaklah seperti sholat yang tidak sah kecuali dengan mengucapkan.

    Sahabat kami menyatakan: Ucapan ini salah. Bukanlah maksud asy-Syafii

    mengucapkan dalam sholat itu adalah ini (mengucapkan niat), tapi

    maksudnya adalah takbir. Jika dia melafadzkan dengan lisannya tapi tidak

    meniatkan dengan hatinya, maka tidak sah sholatnya berdasarkan Ijma.

    Jika ia berniat dengan hatinya sholat Dzhuhur sedangkan pada lisannya

    sholat Ashar, maka yang terjadi adalah sholat Dzhuhur (al-Majmu syarhul

    Muhadzdzab (3/277)).

    Hal yang semakin memperjelas bahwa justru al-Imam asy-Syafii

    rahimahullahmenganggap niat adalah amalan hati dan tidak perlu - bahkan

    tidak mungkin- diucapkan, adalah pernyataan beliau dalam Kitab al-Umm:

    B 770&1 m2 08 M0C&1 )` FB )C&10%B ` Mn%0&1 n2)` B7 +/9$ ` B%0&1 n$02

  • 7/23/2019 NASEHAT UNTUK SAUDARA MUSLIM TENTANG MELAFADZKAN NIAT DALAM SHOLAT.doc

    10/12

    Niat itu tidak bisa menggantikan takbir. Tidak sah niat kecuali dilakukan

    bersamaan dengan takbir. Tidak mendahului takbir, tidak pula setelah takbir

    (al-Umm (2/224)).

    Dalam redaksi kalimat yang lain, al-Imam asy-Syafii rahimahullah

    menyatakan:

    ` +/2, `( 9$ &12 53 )1G8n| ;BNJika takbiratul ihram, meniatkan sholat saat takbir. Bukan setelahnya, bukan

    pula sebelumnya (disebutkan dalam Mukhtashar, dinukil anNawawy dalam

    kitab al-Majmu syarhul Muhadzdzab(3/277)).

    Dalam redaksi kalimat lain yang dinukil al-Ghozaliy, al-Imam asy-Syafii

    rahimahullahmenyatakan:

    9$/+ `( ` ,2 |&1 m2Berniat bersamaan dengan takbir. Tidak sebelumnya tidak juga setelahnya(disebutkan anNawawy dalam al-Majmu syarhul Muhadzdzab (3/277)).

    Al-Imam asy-Syafii dalam kalimat di atas menjelaskan bahwa niat

    semestinya bersamaan dengan takbir. Tidak bisa mendahului takbir dan

    tidak pula setelahnya. Jadi, niat dalam hati, bersamaan dengan

    mengucapkan takbir. Bagaimana bisa melafadzkan niat pada saat lisan

    sibuk dengan bertakbir?!

    Namun, al-Imam anNawawyrahimahullahsetelah menyebutkan perbedaan

    pendapat Ulama Syafiiyyah dalam masalah itu cenderung pada pendapatbahwa hal itu (apa yang diucapkan al-Imam asy-Syafii itu) tidaklah wajib.

    Yang penting niat bergandengan dengan takbir, apakah mendahului takbir

    atau tidak mendahului takbir, yang penting niat menyertai hingga

    berakhirnya ucapan takbir (al-Majmu syarhul Muhadzdzab (3/277)).

    Kesalahan Mengqiyaskan Ibadah Sholat dengan Haji

    Jika ada yang menyatakan bahwa melafadzkan niat dalam sholat adalah

    mengqiyaskan dengan mengucapkan talbiyyah dalam ibadah haji danumroh, maka ini adalah sisi pendalilan qiyas yang tidak pada tempatnya.

    Qiyas memang adalah salah satu pendalilan dalam Fiqh. Namun, harus

    terpenuhi kaidah-kaidahnya dengan tepat.

    Bagaimana bisa mengqiyaskan sholat dengan haji padahal perintah sholat

    datang terlebih dahulu sebelum perintah haji? Telah dipahami bahwa

    perintah sholat diturunkan pada saat Isra Miraj saat Nabi masih di

    Makkah dan itu sebelum hijrah ke Madinah (artinya sebelum tahun 1

    hijriyah). Sedangkan perintah haji diturunkan pada akhir tahun 9 Hijriah.

    Nabishollallahu alaihi wasallambaru bisa berhaji di tahun 10 Hijriah.

  • 7/23/2019 NASEHAT UNTUK SAUDARA MUSLIM TENTANG MELAFADZKAN NIAT DALAM SHOLAT.doc

    11/12

    Lalu, kalau memang benar melafadzkan niat dalam sholat rujukannya

    adalah haji, berarti antara tahun 1 sampai 9 Hijriah apakah sholat Nabi dan

    para Sahabatnya tidak melafadzkan, sedangkan setelah turun perintah haji

    baru melafadzkan?! Suatu hal yang aneh.

    Mestinya kalau mau diqiyaskan, haji diqiyaskan dengan sholat. Bukannya

    sholat diqiyaskan dengan haji. Karena perintah sholat turun terlebih dahulu

    dari perintah haji.

    Keburukan-keburukan yang Timbul Jika Melafadzkan Niat

    Sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad

    shollallahu alaihi wasallam.Apa yang beliau ajarkan adalah yang terbaik

    bagi umatnya. Sesuatu hal terkait ibadah yang tidak beliau kerjakan,

    padahal sangat memungkinkan untuk dikerjakan di masa beliau tanpa adapenghalang, maka meninggalkannya adalah kebaikan.

    Maka setiap hal-hal yang diada-adakan dalam ibadah pasti mengandung

    mudharat. Di antara keburukan-keburukan yang bisa timbul akibat

    melafadzkan niat adalah:

    1.Justru menambah was-was.

    Jika dikatakan bahwa melafadzkan niat salah satu tujuannya adalah

    menghilangkan was-was, namun kenyataan yang terjadi adalahmenambah was-was. Tidak sedikit orang yang ketika akan sholat, terus

    menerus mengulang ucapan niat kemudian bertakbir, mengulang niat

    lagi dan bertakbir lagi saat dirasa kurang mantap antara niat dengan

    takbirnya.

    2.Semakin menyulitkan kaum muslimin. Ada orang yang terhalangi untuk

    mengerjakan sholat tertentu karena beralasan tidak tahu/ tidak hafal

    niatnya. Karena mereka menghafal setiap sholat ada niatnya sendiri-

    sendiri. Lebih sulit lagi bagi yang bahasa aslinya bukan berbahasa Arab.

    3.Mengganggu sekitarnya.

    Terdapat kisah yang terjadi di masa Ibnul Qoyyim, disebutkan oleh

    beliau dalam kitabIghotsatul Lahaafaan. Bahwa seseorang yang akan

    sholat ada yang sering was-was. Ia terus mengulang lafadz niat dalam

    ucapannya sebelum takbir. Ia mengucapkan :Ushollii Usholli

    beberapa kali. Saat akan mengucapkan adaa-an,ia berupaya fasih-

    fasihkan hingga keliru menjadi terbaca adzaa-an.Sehingga, saat

    semestinya ia baca:Usholli sholaatan adaa-an lillahyang artinya aku

  • 7/23/2019 NASEHAT UNTUK SAUDARA MUSLIM TENTANG MELAFADZKAN NIAT DALAM SHOLAT.doc

    12/12

    niat sholat pada waktunya karena Allah menjadi terbaca:Ushollii

    sholaatan adzaa-an lillaahyang artinya: Aku niat sholat untuk

    mengganggu/ menyakiti Allah.

    Spontan, ketika mendengar itu satu orang di sampingnya menghentikan

    sholatnya dan segera berujar:Engkau tidak cukup hanya mengganggu

    Allah, bahkan juga Rasul, Malaikat, dan jamaah kaum muslimin

    (disarikan dari Ighotsatul Lahafaan (1/135)).

    4.Sesuatu hal yang percuma dan sia-sia, karena yang dinilai apakah yang

    di dalam hati. Kalau berbeda antara niat dalam hati dengan ucapan,

    maka yang ternilai adalah yang di dalam hati, sebagaimana penjelasan

    al-Imam anNawawiy di atas.

    5.Terhambat tidak segeramutaabaah(mengikuti gerakan) Imam.

    Jika seseorang mengucapkan niat, hal ini memperlambat gerakan

    takbiratul Ihram yang dilakukannya. Semestinya, saat Imam takbiratul

    Ihram, makmum bersegera mengikutinya. Saat Imam mengucapkan

    Allaahu Akbar, makmum segera mengikuti dengan mengucapkan

    Allaahu Akbar. Karena Nabishollallahu alaihi wasallambersabda:

    2C3)1 20! 1Ge3 + 0B)& n~

    1 L/# *08

    Seseorang dijadikan sebagai Imam untuk diikuti. Jika ia takbir maka

    bertakbirlah kalian (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)

    Yang sering terjadi, saat Imam sudah bertakbir, makmum masih baru

    mulai membacaUsholliIni mengurangi kesempurnaanmutabaah.

    Belum lagi jika ia datang saat Imam ruku, kemudian ia masih mulai

    denganusholli..sedangkan Imam hanya ruku dengan batas minimal

    thumaninah dan segera bangkit, maka ia telah melewatkan satu rokaat.

    Demikian nasehat yang bisa disampaikan dalam tulisan ini. Semoga Allah

    Subhaanahu Wa Taala senantiasa memberikan hidayahNya kepada segenap

    kaum muslimin.

    (Abu Utsman Kharisman)