pembahasan asma
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
1/30
Kasus Asma
Ny.M, 35 tahun datang ke klinik anda dengan keluhan serangan akut asma sejak 2 jam
yang lalu. Sejak usia 8 tahun penderita didiagnosis menderita asma bronkial. Namun, akhir
akhir ini serangan asmanya sering kambuh, sekitar 2!"minggu.
#ada pemeriksaan $isik% penderita tampak sesak na$as, na$as 32 !"menit, nadi &''
!"menit, () &25"8' mm*g, paruparu% ronki ", +heeing -"-, lainlain dalam batas normal.
#ertanyaan%
&. Apa diagnosis pasien ini
2. /elaskan penggolongan obat tersebut dengan 0ontoh obat dan 0ara pemberiannya1
3. agaimana mekanisme kerja dari masingmasing golongan, dan apa e$ek samping
yang mungkin timbul kaitkan dengan 0ara pemberian41
. 6bat apakah yang akan anda berikan pada penderita tersebut /elaskan dosis dan 0ara
pemberiannya1
5. 7ntuk mengurangi beratnya gejala dan mengurangi kekambuhan serangan asma,
golongan obat apa yang diperlukan penderita
. /elaskan penggolongan obat tersebut, berikan 0ontoh obat dan 0ara pemberiannya
9. agaimana mekanisme kerja masingmasing golongan
8. /elaskan e$ek samping yang mungkin timbul kaitkan dengan 0ara pemberiannya41
1. APA DIAGNOSIS PADA PASIEN INI?
#asien ini didiagnosis sebagai serangan asma akut sedangberat pada asma persisten
ringan. )iagnosis asma akut sedangberat didasarkan pada $rekuensi na$as 32 !"menit dan
$rekuensi nadi &'' !"menit, sedangkan asma persisten ringan didasarkan kepada $rekuensi
serangan yang men0apai 2!"minggu.
Ada beberapa item untuk menilai derajat serangan asma, tetapi pada pasien ini hanya
dijumpai $rekuensi na$as dan $rekuensi nadi, oleh karena itu dengan data tersebut kami
menegakkan diagnosis serangan asma akut sedangberat. egitupun dengan diagnosis asma
persisten ringan ditegakkan berdasarkan $rekuensi serangan asma yang men0apai 2!"minggu.
1
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
2/30
Klasifikasi Serangan Asma Akut
Klasi$ikasi :;NA 2''
2
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
3/30
2. JELASKAN PENGGOLONGAN OBA E!SEB" DENGAN #ONO$ OBA
DAN #A!A PE%BE!IANN&A'
(. BAGAI%ANA %EKANIS%E KE!JA DA!I %ASING)%ASING GOLONGAN*
DAN APA E+EK SA%PING &ANG %"NGKIN I%B"L ,KAIKAN DENGAN
#A!A PE%BE!IAN-'
PELEGA ,RELIEVER-
1.AGONIS SELEKI+ !ESEPO! 2
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
4/30
Melalui akti>itas reseptor itas reseptor itas obat = obat ini terhadap reseptor
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
5/30
Nebules"solutio 2,5 mg"2 m, 5 mg"m
(ablet 2 mg, mg
Sirup & mg, 2 mg"5m
D/sis
;nhalasi % dosis de+asa 2'' m0g, 3 = kali"hari, dosis anak&''m0g, 3 = kali"hari,
6ral % dosis de+asa & = 2 mg, 3 = kali"hari, dosis anak ','5 mg"kg"bb"kali, 3 = "hari
erutalin
Se0iaan
;)( ',25 mg"semprot
(urbuheler ',25 mgB ',5mg"hirup
Caspule"solutio 5 mg " 2 m
(alt 2,5 mg
Sirup &,5B 2,5mg"5m
Suntikan subkutan atau injeksi intra>ena lambat.
D/sis
;)( % de+asa ',25 = ',5 mg, 3!"hr, dosis anak D&2ttahun4 ',25 mg 3kali"hari
6ral % dea+a &,5 = 2,5 mg 3 = kali"hari, dosis anak ','5 mg"kg""! 3!"hr
;njksi % 25'5'' mi0rograms sampai kali sehari. Anak 2&5 tahun &' mi0rogram"kg,
maksimal 3'' mi0rograms.
)ari berbagai bentuk sediaan yang ada, pemberian dalam bentuk inhalasi aerosol
0enderung lebih disukai karena selain e$eknya yang 0epat, e$ek samping yang ditimbulkan
lebih ke0il jika dibandingkan sediaan oral seperti tablet. entuk sediaan ini 0ukup e$ekti$
untuk mengatasi serangan asma ringan sampai sedang, dan pada dosis yang dianjurkan,
e$eknya mampu bertahan selama 35 jam. eberapa keuntungan penggunaan dalam bentuk
inhalasi aerosol, antara lain%
@$ek obat akan lebih 0epat terasa karena obat yang disemprotkan"dihisap langsung
masuk ke saluran na$as.
5
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
6/30
Karena langsung masuk ke saluran na$as, dosis obat yang dibutuhkan lebih ke0il jika
dibandingkan dengan sediaan oral.
@$ek samping yang ditimbulkan lebih ke0il dibandingkan sediaan oral karena dosis
yang digunakan juga lebih ke0il.Namun demikian, penggunaan inhalasi aerosol ini juga memiliki kelemahan yaitu ada
kemungkinan obat tertinggal di mulut dan gigi sehingga dosis obat yang masuk ke saluran
na$as menjadi lebih sedikit dari dosis yang seharusnya. 7ntuk memperbaiki penyampaian
obat ke saluran na$as, maka bisa digunakan alat yang disebutspacerpenghubung ujung alat
dengan mulut4.
2.%EILSANIN
(iga metilsantin penting adalah teo$ilin, teobromin, dan ka$ein. Sumber utamanya
terdapat di minuman teh, 0oklat, kopi4. Kepentingan teo$ilin sebagai agen terapeutik pada
pengobatan asma yang paling e$ekti$ sebagai agen adrenoseptor inhalasi pada asma akut
serta sebagai agen antiin$lamasi inhalasi pada asma kronik sudah mulai berkurang, tetapi
harga yang sangat murah merupakan keuntungan dari segi ekonomis pada pasien yang kurang
mampu. #reparat teo$ilin yang sering digunakan untuk tujuan terapeutik adalah amino$ilin,
kompleks teo$ilinatilenediamin4.
Mekanisme Kerja
#ada konsentrasi tinggi, se0ara in >itro obat ini menghambat beberapa enim
kelompok $os$odiesterase #)@4. Karena #)@ menghidrolisis nukleotida siklik,
penghambatan ini menghasilkan konsentrasi 0AM# intrasel yang lebih tinggi dan 0:M# di
beberapa jaringan. 0AM# berperan pada banyak $ungsi sel seperti stimulasi $ungsi jantung,
relaksasi otot polos, dan menurunkan sel imun dan in$lamasi. )ari berbagai bentuk #)@ yang
telah teridenti$ikasi, #)@ yang paling dipengaruhi kerjanya oleh metilsantin di otot polos
saluran na$as dan sel in$lamasi. #enghambatan #)@ di sel in$lamasi mengurangi pelepasan
sitokin dan kemokin sehingga menurunkan akti>asi dan migrasi sel imun.
+armak/0inamik
Metilsantin memiliki e$ek pada SS#, ginjal, jantung, dan otot rangka sebagaimana
pada otot polos. )ari ketiga agen, teo$ilin paling selekti$ bekerjan pada otot polos, sedangkan
ka$ein bere$ek pada SS#.
Susunan Sara$ #usat %
6
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
7/30
#ada dosis rendah dan sedang, metilsantin khususnya ka$ein menyebabkan
perangsangan SS#. #emberian ka$ein 8525' mg &3 0angkir kopi4 menyebabkan perasaan
tidak begitu mengantuk, tidak begitu lelah, dan daya pikirnya lebih jernih dan 0epat tetapi
kemampuan dalam pekerjaan yang butuh koordinasi otot halus berkurang pada indi>idu
yang sensiti>e4. @$ek samping teo$ilin 25' mg atau lebih pada pengobatan asma bron0hial
mirip dengan gejala perangsangan ka$ein terhadap SS#.
ila dosis ditinggikan, akan menyebabkan gugup, gelisah, insomnia, tremor,
hiperestesi, kejang $okal atau kejang umum. Kejang akibat teo$ilin ternyata lebih kuat
dibandingkan ka$ein. Kejang sering terjadi bila kadar teo$ilin darah 5'E lebih tinggi daripada
kadar terapi &'2' Fg"ml4, gejala kejang ini kadangkadang re$rakter terhadap obat
antikon>ulsi.
Metilsantin merangsang pusat na$as terutama terlihat pada keadaan patologis tertentu
misalnya perna$asan ?heyne Stokes, dll.
@$ek kardio>askular
Metilsantin memiliki e$ek kronotropik positi$ dan inotropik positi$. #ada konsentrasi
rendah, e$ek ini dihasilkan oleh inhibisi reseptor adenosine presinaps di sara$ simpatis
sehingga meningkatkan pelapasankatekolamin di ujung sara$. Konsentrasi yang lebih tinggi
G &'mol", 2 mg"4 berkaitan dengan inhibisi #)@ dan peningkatan 0AM# sehingga terjadi
in$lu! kalsium. #ada konsentrasi yang sangat tinggi G&''mol"4, pengambilan kasium oleh
reti0ulum sarkplasmik diganggu.
@$ek klinik metilsantin pada $ungsi KH ber>ariasi antar indi>idu. Kebiasaan
Konsumsi kopi dan metilsatin lain bisa menyebabkan sedikit takikardi, peningkatan 0urah
jantung dan resistensi peri$er, sedikit kenaikan tekanan darah. #ada imdi>idu sensiti>e,
konsumsi beberapa gelas kopi dapat menyebabkan aritmia. #ada dosis besar, agen ini
merelaksasikan otot polos pembuluh darah ke0uali pada pembuluh darah serebral.
@$ek Saluran ?erna % Metilsantin Merangsang Sekresi Asam ambung )an @nim
pen0ernaan.
@$ek :injal% (eo$ilin merupakan diureti0 lemah.
@$ek pada otot polosB @$ek terpenting santin adalah relaksasi otot polos bronkus
bronkodilator4, terutama bila otot bronkus dalam keadaan konstriksi se0ara
eksperimental akibat histamine atau se0ara klinis pada pasien asma bron0hial.
7
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
8/30
@$ek pada otot rangka% )alam kadar terapi, ka$ein dan teo$ilin ternyata dapat
memperbaiki kontraktilitas dan mengurangi kelelahan otot dia$ragma pada orang normal
maupun pasien ?6#).
+armak/kinetik
Metilsantin 0epat diabsorpsi setelah pemberian oral, re0tal atau parenteral. Sediaan
bentuk 0air atau tablet tidak bersalut akan diabsorpso se0ara 0epat dan lengkap. Absorpsi juga
berlangsung lengkap untuk beberapa jenis sediaan lepas lambat. Absorpsi teo$ilin dalam
bentuk garam yang mudah larut, misalnya teo$ilin Na gilisinat atau teo$ilin kolin tidak lebih
baik. Sediaan teo$ilin parenteral atau re0tal ternyata tetap menimbulkan keluhan nyeri saluran
0erna, mual dan muntah. Cupanya gejala ini berhubungan dengan kadar teo$ilin dalam
plasma. Keluhan saluran 0erna yang disebabkan oleh iritasi setempat dapat dihindarkan
dengan pemberian obat bersama makanan tetapi akan terjadi penurunan absorpsi teo$ilin.
)alam keadaan perut kosong, sediaan teo$ilin oral dapat menghasilkan kadar pun0ak plasma
dalam +aktu 2 jam sedangkan ka$ein dalam +aktu & jam. Saat ini tersedia teo$ilin lepas
lambat yang dibuat sedemikan rupa agar dosis teo$ilin dapat diberikan dengan inter>al 8,&2
atau 2 jam.
Metilsantin didistribusikan ke sluruh tubuh, mele+ati plasenta dan masuk ke air susu
ibu. Hd ka$ein dan teo$ilin adalah antara '' dan '' ml"kgB pada bayi premature nilai ini
lebih tinggi. )alam kadar terapi, ikatan teo$ilin dengan protein kirakira 'E tetapi pada bayi
baru lahir dan pada pasien sirosis hati ikatan protein ini lebih rendah 'E4. @liminasi
metilsantin terutama melalui metabolism dalam hati. Sebagian besar diekskresi bersama urin
dalam bentuk asam metilurat atau metil!antin. Kurang dari 2'E teo$ilin dan 5E ka$ein akan
ditemukan di urin dalam bentuk utuh. Iaktu paruh plasma ka$ein antara 39 jam, nilai ini
akan menjadi 2 kali lipat pada +anita hamil tua atau pengguna pil kontrasepsi jangka
panjang. Sedangkan +aktu paruh plasma teo$ilin pada orang de+asa 8J jam dan pada anak
muda kirakira 3,5 jam. #ada pasien sirosis hati atau edema paru akut, ke0epatan eliminasi
sangat ber>ariasi dan berlangsung lebih lambat.
In0ikasi
Asma bron0hial%
8
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
9/30
Senya+a teo$ilin merupakan salah satu obat yang diperlukan pada serangan
asma yang berlangsung lama status asmatikus4. )alam mengatasi status asmatikus
diperlukan berbagai tindakan termasuk penggunaan oksigen, aspirasi mu0us bronkus,
pemberian obat simpatomimetik, bronkodilator, ekspektoran dan sedati>e. Selain itu
teo$ilin digunakan sebagai pro$ilaksis terhadap serangan asma.
#ada pasien asma, diperlukan kadar terapi teo$ilin sedikitnya 58 Fg"ml,
sedangkan e$ek toksik mulai terlihat pada kadar &5Fg"ml dan lebih sering di atas 2'
Fg"ml. karena itu pada pengobatan asma diusahakan kadar teo$ilin dipertahankan
kirakira &'Fg"ml. 7ntuk mengatasi episode spasme bronkus hebat dan status
asmatikus, perlu diberikan amino$ilin ;H dengan dosis muat loading dose4
mg"kg yang ekui>alen dengan teo$ilin 5mg"kg. 6bat ini diberikan se0arain$use selama 2'' menit. ila belum ter0apai e$ek terapi dan tidak terdapat tanda
intoksikasi, maka dapat ditambahkan dosis 3mg"kg dengan in$use perlahanlahan.
Selanjutnya e$ek yang optimal dapat dipertahankan dengan pemberian in$use
amino$ilin ',5mg"kg"jam untuk de+asa normal dan bukan perokok. Anak D &2
tahun dan orang de+asa perokok memerlukan dosis lebih tinggi yaitu ',8
',Jmg"kg"jam. (anpa mengetahui kadar obat dalam plasma, pemberian in$use
tidak boleh melebihi jam.
)osis a+al teo$ilin oral bagi orang de+asa adalah ''mg"hari, yang dapat
ditambahkan 25E dengan inter>al 3 hari sehingga di0apai dosis maksimum kirakira
&3mg"kg"hari pada orang de+asa dan 2mg"kg"hari pada anak umur &J tahun.
Sebagai petunjuk penyesuaian dosis harus diperhatikan gejala intoksikasi yaitu mual,
muntah, sakit kepalaB respon klinik dan kadar teo$ilin dalam plasma.
Kombinasi dengan agonis 2adrenergik misalnya metaproterenol atau
terbutalin ternyata meningkatkan e$ek bronkodilatasi teo$ilin sehingga dapat
digunakan dosis dengan risiko e$ek samping yang lebih ke0il.
Kera0unan teo$ilin biasanya terjadi pada pemberian obat berulang se0ara oral
maupun parenteral. Amino$ilin ;H harus disuntikan perlahanlahan selama 2''
menit untuk menghindari gejala kera0unan akut kadar di plasma G 2' Fg"ml4
misalnya sakit kepala, mual, muntah, hipotensi dan nyeri prekrodial, takikardi, gelisah
hebat, agitasi dan muntah.
9
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
10/30
Kejang lokal atau umum dapat pula terjadi, kadangkadang tanpa didahului
gejala kera0unan.
?6#)
Apnea pada bayi prematur
Sediaan% oral kapsul"kapsul lunak &3'mg, tab &5'mg, tab salut selaput lepas lambat
&25mg, 25'mg, 3''mg, sirup5'mg"5ml, &3'mg"&5ml, &5'mg"&5ml. Kombinasi tetap
dengan e$edrin untuk asma bron0hial4. ;H% garam teo$ilin amp &'ml, 2mg"ml4.
(.KO!IKOSE!OID
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian
korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik A?(*4 yang
dilepaskan oleh kelenjar hipo$isis, atau atas angiotensin ;;. *ormon ini berperan pada banyak
sistem $isiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan
tubuh, dan pengaturan in$lamasi, metabolisme karbohidrat, peme0ahan protein, kadar
elektrolit darah, serta tingkah laku&.
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas akti>itas biologis yang
menonjol darinya, yakni glukokortikoid 0ontohnya kortisol4 yang berperan mengendalikanmetabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersi$at anti in$lamasi dengan 0ara
menghambat pelepasan $os$olipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosino$il. Kelompok
lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid 0ontohnya aldosteron4, yang ber$ungsi
mengatur kadar elektrolit dan air, dengan 0ara penahanan garam di ginjal. eberapa
kortikosteroid menunjukkan kedua jenis akti>itas tersebut dalam beberapa derajat, dan
lainnya hanya mengeluarkan satu jenis e$ek.
*ormon kortikosteroid dihasilkan dari kolesterol di korteks kelenjar adrenal yang
terletak di atas ginjal. Ceaksi pembentukannya dikatalisis oleh enim golongan sitokrom
#5'.
)alam bidang $armasi, obatobatan yang disintesis sehingga memiliki e$ek seperti
hormon kortikosteroid alami memiliki man$aat yang 0ukup penting. )eksametason dan
turunannya tergolong glukokortikoid, sedangkan prednison dan turunannya memiliki kerja
mineralokortikoid disamping kerja glukokortikoid.
Penggunaan Klinis
10
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
11/30
Kortikosteroid merupakan obat yang sangat banyak dan luas dipakai dalam dunia
kedokteran terutama golongan glukokortikoid. :lukokortikoid sintetik digunakan pada
pengobatan nyeri sendi, arteritis temporal, dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatitis, systemi0
lupus erythematosus, in$lammatory bo+el disease, serta sar0oidosis. Selain sediaan oral,
terdapat pula sediaan dalam bentuk obat luar untuk pengobatan kulit, mata, dan juga
in$lammatory bo+el disease. Kortikosteroid juga digunakan sebagai terapi penunjang untuk
mengobati mual, dikombinasikan dengan antagonis 5*(3 misalnya ondansetron42.
aik kortikosteroid alami maupun sintetik digunakan untuk diagnosis dan pengobatan
kelainan $ungsi adrenal. *ormon ini juga sering digunakan dalam dosis lebih besar untuk
pengobatan berbagai kelainan peradangan dan imunologi.
#enggunaan glukokortikoid pada pengobatan gangguan $ungsi adrenal biasanya
diberikan pada keadaan insu$isiensi atau hiper$ungsi dari adrenokortikal. Keadaan
insu$isiensi adrenokortikal dapat berupa akut maupun kronis penyakit Addison4 yang
ditandai dengan hiperpigmentasi, lemah, kelelahan, berat badan menurun, hipotensi, dan
tidak ada kemampuan untuk memelihara kadar gula darah selama puasa. 7ntuk keadaan
hiper$ungsi adrenokortikal misalnya terjadi pada hiperplasia adrenal kongenital, sindrom
0husing, atau aldosteronisme.
:lukokortikoid dapat pula digunakan untuk tujuan diagnostik dari sindrom 0husing.
)engan tes supresi deksametason, obat ini diberikan sejumlah & mg per oral pada jam &&
malam, dan sampel plasma diambil pada pagi hari. #ada indi>idu normal, konsentrasi kortisol
biasanya kurang dari 5 Fg"dl, sedangkan pada sindrom 0husing kadarnya biasanya lebih besar
daripada &' Fg"dl. Namun hasil ini tidak dapat diper0aya pada keadaan depresi, ansietas,
penyakit, dan kondisi stress yang lain.
Selain itu, maturasi paruparu pada janin diatur oleh sekresi kortisol janin. ;bu dengan
pengobatan glukokortikoid dalam dosis besar akan dapat menurunkan insiden sindrom ga+at
na$as pada bayi yang dilahirkan se0ara prematur.
Kortisol dan analog sintetiknya berguna dalam pengobatan berbagai kelompok
penyakit yang tidak berhubungan dengan kelainan $ungsi adrenal. Kegunaan kortikosteroid
pada kelainan ini merupakan kemampuannya untuk menekan respon peradangan dan respon
imun. #ada keadaan yang respons peradangan atau respon imunnya penting untuk
mengendalikan proses patologi, terapi dengan kortikosteroid mungkin berbahaya tetapi
dibenarkan untuk men0egah timbulnya kerusakan yang tak dapat diperbaiki akibat respon
peradangan jika digunakan bersama dengan terapi spesi$ik untuk proses penyakitnya2
.
11
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
12/30
Penggunaan k/rtik/ster/i0 0alam menangani asma r/n34ial 0an en5akit saluran
naas.
Kortikosteroid saat ini diberikan segera pada serangan akut pasien asma bron0hial
maupun kronik untuk mengatasi serangan se0ara 0epat reaksi radang yang ternyata selalu
terjadi pada saat serangan asma. :lukokortikoid tidak se0ara langsung bere$ek sebagai
bronkodilator. (etapi sebagai anti inlamasi obat ini bekerja sekaligus menghambat produksi
sitokin dan kemokin, menghambat sintesis eikosanoid, mengahambat peningkatan baso$il,
eosino$il, dan lekosit lain di jaringan paru dan menurunkan permeabilitas >as0ular, sehingga
saat ini kortikosteroid adalah obat paling e$ekti untuk asma bron0hial. #engobatan sistemik
berisiko tinggi untuk timbulnya e$ek samping serius, penemuan glukokortikoid inhalasi
merupakan kemajuan besar dalam terapi asma karena obat langsung sampai ke target organ
sehingga sangat e$ekti$ sedangkan risiko e$ek samping sistemik sangat rendah. Saat ini ada 5
preparat yang berbentuk inhalasi yaitu beklometason dipropionat, triamnisolon asetonid,
$lunisolid, budesonid, $lutikason propionate.
#asien yang dianggap perlu ditangani dengan terapi inhalasi kortikosteroid adalah
pasien asma yang memerlukan 2 adrenergik agonis kali atau lebih dalam satu minggu.
#ada status asmatikus atau asma kronis yang berat, glukokortikoid dosis besar harus
segera diberikan, metal prednisolon = Na suksinat '&'' mg setiap jam dapat diberikan
se0ara ;H. ila gejala mereda, dapat diikuti pemberiaan prednisone oral '' mg"hari. )osis
diturunkan bertahap sampai hari ke &' terapi dapat dihentikan.
@ksaserbasi akut asma dapat diatasi dengan prednisone 3' mg, 2 kali sehari selama 5
hari kemudian bila masih perlu terapi dapat diperpanjang & minggu dengan dosis yang lebih
rendah. ila pemberian obat anti asma lain memberikan respons yang baik, kortikosteroid
dapat dihentikan dengan 0ara yang benar.
+armak/0inamik k/rtik/ster/i0
#ada +aktu memasuki jaringan, glukokortikoid berdi$usi atau ditranspor menembus
sel membran dan terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik glukokortikoid heatsho0k
protein kompleks. *eat sho0k protein dilepaskan dan kemudian kompleks hormon reseptor
ditranspor ke dalam inti, dimana akan berinteraksi dengan respon unsur respon
glukokortikoid pada berbagai gen dan protein pengatur yang lain dan merangsang atau
menghambat ekspresinya. #ada keadaan tanpa adanya hormon, protein reseptor dihambat dari
ikatannya dengan )NAB jadi hormon ini tidak menghambat kerja reseptor pada )NA.
12
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
13/30
#erbedaan kerja glukokortikoid pada berbagai jaringan dianggap dipengaruhi oleh protein
spesi$ik jaringan lain yang juga harus terikat pada gen untuk menimbulkan ekspresi unsur
respons glukokortikoid utama.
Selain itu, glukokortikoid mempunyai beberapa e$ek penghambatan umpan balik yang
terjadi terlalu 0epat untuk dijelaskan oleh ekspresi gen. @$ek ini mungkin diperantarai oleh
mekanisme nontranskripsi3.
Efek Saming K/rtik/ster/i0
Man$aat yang diperoleh dari penggunaan glukokortikoid sangat ber>ariasi. *arus
dipertimbangkan dengan hatihati pada setiap penderita terhadap banyaknya e$ek pada setiap
bagian organism ini. @$ek utama yang tidak diinginkan dari glukokortikoidnya dan
menimbulkan gambaran klinik sindrom 0ushing iatrogenik.
Sindrom 0ushing iatrogenik disebabkan oleh pemberian glukokortikoid jangka
panjang dalam dosis $armakologik untuk alasan yang ber>ariasi. Sindrom ?ushing iatrogeni0
dijumpai pada penderita arthritis rheumatoid, asma, lim$oma, dan gangguan kulit umum yang
menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen anti in$lamasi.
;atrogeni0 ?ushingLs syndrome, diinduksikan dengan pemberian glukokortikoid atau
steroid lain seperti megesterol yang mengikat reseptor glukokortikoid, dibedakan oleh
penemuan $isik dari hiper$ungsi adrenokortikal endogen. #erbedaan dapat dibuat,
bagaimanapun, dengan mengukur kadar kortisol urine dalam keadaan basalB pada sindrom
iatrogenik pada kadar ini merupakan rendah se0ara sekunder akibat penekanan dari aksis
adrenal pituitari. Keparahan dari iatrogeni0 ?ushingLs syndrome terkait dengan dosis steroid
total, steroid paruh hidup biologis, dan lama terapi.
Kortikosteroid dapat mempengaruhi selsel melalui reseptorreseptor
glukokortikoidnya dengan mekanisme kerja sebagai berikut% kortikosteroid berdi$usi ke
dalam sel mele+ati membran sl dan selanjutnya berikatan dengan reseptor. Kompleks
kortikosteroidreseptor masuk ke dalam nukleus dalam bentuk akti$, dan akan mengikat )NA
serta meningkatkan sintesis messenger CNA mCNA4. Messenger CNA ini akan
menimbulkan sintesis protein yang baru. #rotein baru ini akan menghambat $ungsi selsel
lim$oid dengan penghambatan uptake glukosa3.
Sehubungan dengan pengaruh kortikosteroid ini kita kenal dua golongan spesies yaitu
golongan yang resisten dan sensiti$ terhadap kortikosteroid. Spesies yang resisten terhadap
kortikosteroid adalah manusia dan kera sedangkan yang sensiti$ adalah tikus dan kelin0i.
13
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
14/30
Apabila kortikosteroid diberikan kepada golongan resisten akan menyebabkan
lim$ositopeni akibat redistribusi lim$osit ke luar sirkulasi darah menuju organorgan lim$oid
lainnya terutama sumsum tulang. Cedistribusi ini lebih banyak mempengaruhi lim$osit(
daripada lim$osit. Mekanisme yang mendasari terjadinya redistribusi lim$osit belum
diketahui se0ara pasti. Se0ara teoritis lim$ositopeni dapat terjadi melalui dua mekanisme
yaitu% migrasi hebat keluar dari pembuluh darah dan blok peri$er. Mekanisme blok peri$er ini
ditunjang oleh penemuan bah+a akti$itas $isik pada orang normal menyebabkan lim$ositosis
akibat mobilisasi 0adangan peri$er, tetapi hal ini tidak ditemukan setelah pemberian
kortikosteroid. im$ositopeni akan men0apai pun0aknya jam setelah pemberian 2' mg
prednison intra>ena dan kembali ke nilai normal setelah 2 jam. erat dan lamanya
lim$ositopeni tidak berbeda apabila dosis prednison ditingkatkan sampai ' mg atau 8' mg.
#engaruh kortikosteroid yang terpenting pada manusia adalah penghambatan
akumulasi makro$ag dan netro$il di tempat radang. Selain itu kortikosteroid juga
menyebabkan berkurangnya akti$itas makro$ag baik yang beredar dalam darah monosit4
maupun yang ter$iksir dalam jaringan sel Kup$$er4. #engaruh tersebut diperkirakan akibat
penghambatan kerja $aktor$aktor lim$okin yang dilepaskan oleh sel( sensiti$ pada
makro$ag, karena tempat kerja kortikosteroid diperkirakan pada membran makro$ag.
#enghambatan akumulasi netro$il di tempat radang adalah akibat kerja kortikosteroid
mengurangi daya lekat netro$il pada dinding endotel pembuluh darah, bukan akibat
penghambatan kemotaksis yang hanya dapat dihambat oleh kortikosteroid pada kadar
supra$armakologik.
eonard melaporkan bah+a pemberian &' mg prednison per oral pada orang sehat
sudah 0ukup untuk meningkatkan netro$il dan menurunkan jumlah lim$osit, monosit dan
eosino$il dalam darah, sesuai dengan yang dilaporkan oleh Saa>edra)elgado dkk yang
menggunakan 35=9' mg prednison per oral. Kepustakaan lain melaporkan bah+a
kortikosteroid mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap distribusi netro$il.
Kortikosteroid meningkatkan pelepasan netro$il muda dari sumsum tulang ke sirkulasi. )i
samping itu kortikosteroid juga meningkatkan masa paruh netro$il dalam sirkulasi.
Kombinasi kedua pengaruh ini menyebabkan terjadinya netro$ilia, +alaupun $ungsi
bakterisidanya menurun. *asil akhir pengaruh kortikosteroid adalah menghambat migrasi dan
akumulasi netro$il pada daerah radang. Mungkin pengaruh kortikosteroid pada makro$ag dan
netro$il inilah yang menyebabkan peningkatan kejadian in$eksi pada penggunaan
kortikosteroid setiap hari2
.
14
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
15/30
#enggunaan kortikosteroid selang sehari telah dapat mengembalikan akumulasi
netro$il pada hari bebas pemberian obat, tetapi akumulasi makro$ag pada hari tersebut masih
rendah. *al ini menunjukkan bah+a makro$ag lebih sensiti$ daripada netro$il terhadap
pengaruh antiin$lamasi kortikosteroid. )ilaporkan pula bah+a penggunaan kortikosteroid
selang sehari tidak disertai peningkatan angka in$eksi. Kortikosteroid mungkin juga
mengurangi pelepasan enimenim lisosom, tetapi hanya sedikit mempengaruhi stabilitas
membran lisosom pada kadar $armakologik.
Kortikosteroid mempunyai pengaruh terhadap akti$itas biologik komplemen.
#engaruh tersebut berupa penghambatan $iksasi ?3b terhadap reseptornya pada $agosit
mononuklear, dan penghambatan pengaruh ?3a, ?5a dan ?59 pada lekosit #MN. #engaruh
nonspesi$ik ini hanya terjadi pada pemberian kortikosteroid dosis tinggi. *al ini telah
dibuktikan se0ara in>itro dengan pemberian metilprednisolon dosis 3' mg"kgbb. ;ntra>ena
atau se0ara in>i>o dengan hidrokortison dosis &2' mg"kgbb intra>ena.
Kepustakaan lain melaporkan bah+a kortikosteroid topikal juga berpengaruh terhadap
sistem imun. #engaruh tersebut berupa atro$i kulit sehingga kulit tampak tipis, mengkilat dan
keriput seperti kertas sigaret. *al ini dapat memperberat dan mempermudah terjadinya
in$eksi oleh karena terjadi gangguan mekanisme pertahanan kulit. eberapa e$ek samping
lain yang mungkin terjadi adalah diabetes melitus, osteoporosis, gangguan psikologik dan
hipertensi.
@$ek samping lain yang 0ukup serius meliputi perkembangan ulkus peptikum dan
komplikasinya. :ambaran klinik yang menyertai kelainan lain, terutama in$eksi bakteri dan
jamur, dapat diselubungi oleh kortikosteroid, dan penderita harus dia+asi dengan teliti untuk
menghindari ke0elakaan serius bila digunakan dosis tinggi. eberapa penderita mengalami
miopati, yang si$atnya belum diketahui. rekuensi terjadinya miopati lebih besar pada
penderita yang diobati dengan triamnisolon. #enggunaan obat ini maupun metilprednisolon
berhubungan dengan timbulnya mual, pusing dan penurunan berat badan pada beberapa
penderita.
#sikosis juga dapat terjadi, terutama pada penderita yang mendapat dosis besar
kortikosteroid. (erapi jangka lama dapat menimbulkan perkembangan katarak subkapsular
posterior. *al ini ditunjukkan dengan pemeriksaan slitlamp periodik pada penderita ini. iasa
terjadi peningkatan tekanan intraokular, dan mungkin menyebabkan glaukoma. /uga terjadi
hipertensi intrakranial jinak. #ada dosis 5 mg"m2"hari atau lebih, dapat terjadi retardasi
pertumbuhan pada anakanak.
15
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
16/30
/ika diberikan dalam jumlah lebih besar dari jumlah $isiologi, steroid seperti kortison
dan hidrokortison yang mempunyai e$ek mineralokortikoid selain e$ek glukokortikoid, dapat
menyebabkan retensi natrium dan 0airan serta hilangnya kalium. #ada penderita dengan
$ungsi kardio>askular dan ginjal normal, hal ini dapat menimbulkan alkalosis hipokloremik
hipokalemik, dan akhirnya peningkatan tekanan darah. #ada penderita hiponatremia, penyakit
ginjal, atau penyakit hati, dapat terjadi edema. #ada penderita penyakit jantung, tingkat
retensi natrium yang sedikit saja dapat menyebabkan gagal jantung kongesti$.
Penanganan Efek Saming K/rtik/ster/i0
#enanganan yang disarankan untuk saat ini pada penderita yang mendapatkan e$ek
samping kortikosteroid adalah dengan melakukan penurunan konsumsi dosis kortikosteroid
se0ara perlahanlahan tapering o$$4. /ika timbul diabetes, diobati dengan diet dan insulin.
Sering penderita yang resisten dengan insulin, namun jarang berkembang menjadi
ketoasidosis. #ada umumnya penderita yang diobati dengan kortikosteroid seharusnya diberi
diet protein tinggi, dan peningkatan pemberian kalium serta rendah natrium seharusnya
digunakan apabila diperlukan5.
6.AGEN ANI%"SKA!INIK7ANIKOLINE!GIK
%ekanisme Ker8a
Antagonis muskarinik berkompetiti$ menghambat e$ek asetilkolin di reseptor
muskarinik reseptor M34.)i saluran na$as, A0h dilepaskan dari ujung sara$ ner>us >agus dan
antagonis muskarinik memblok kontraksi otot polos saluran na$as dan peningkatan sekresi
mu0us yang terjadi sebagai respon akti>itas >agal.
In0ikasi
Agen antimuskarinik adalah bronkodilator e$ekti$. Atropine ;H menyebabkan
bronkodilatasi pada dosis yang lebih rendah daripada dosis yang meningkatkan $rekuensi
jantung. ;pratropium bromide A(C6H@N(4 dapat diberikan dalam dosis tinggi se0ara
inhalasi karena sedikit sekali yang diabsorpsi ke sirkulasi dan tidak bisa menembus SS#.
Ialaupun agen antimuskarinik sedikit kurang e$ekti$ dibandingkan agen < agonis
dalam mengembalikan bronkospasme asma, penambahan ipratropium metereddose
inhalers4 meningkatkan bronkodilatasi yang dihasilkan oleh nebulisasi albuterol
?6M;H@N(4 pada asma akut berat.
16
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
17/30
@$ek bronkodilatasi tidak see$ekti$ ial4
$or nebuliation
Nasal spray% 2&, 2 m0g"spray
OBA APAKA$ &ANG AKAN SA"DA!A BE!IKAN PADA PENDE!IA
E!SEB"? JELASKAN DOSIS DAN #A!A PE%BE!IANN&A'
erdasarkan #edoman )iagnosis dan #enatalaksanaan Asma di ;ndonesia tahun 2'',
pengobatan terbaik untuk serangan asma sedang adalah nebulisasi agonis beta2 kerja
singkat. )an obat alternati$ yang dapat diberikan adalah agonis beta2 subkutan, amino$ilin
;H dan adrenalin &"&''' ',3 ml subkutan. erikut beberapa pertimbangan penggunaan obat di
atas%
6bat
serangan
asma
@$$i0a0y Sa$ety Suitability ?ost
Salbutamol --- --- -- --
(erbutalin --- --- --- -
#rokaterol - ---
enoterol - ---
Amino$ilin
;H
-- -
Adrenalin SK -- - --- --- lebih
murah4
erdasarkan pertimbangan di atas, maka obat yang diberikan pada pasien ini adalah
nebulisasi salbutamol dengan dosis ',5 mg setiap kali pemberian. 6bat diberikan setiap 2'
menit dalam satu jam. Setelah itu dilakukan penilaian respon obat untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
17
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
18/30
9. "N"K %ENG"!ANGI BE!AN&A GEJALA DAN %ENG"!ANGI
KEKA%B"$AN SE!ANGAN AS%A* GOLONGAN OBA APA &ANG
DIPE!L"KAN PENDE!IA ?
:. JELASKAN PENGGOLONGAN OBA E!SEB"* BE!IKAN #ONO$ OB
DAN #A!A PE%BE!IANN&A'
;. BAGAI%ANA %EKANIS%E KE!JA %ASING2 GOLONGAN?
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
19/30
Metilsantin
Agonis beta2 kerja lama, inhalasi
Agonis beta2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiers
Antihistamin generasi ke dua antagonis *&4
ainlain
!ute emerian me0ikasi
Medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai 0ara yaitu inhalasi, oral dan parenteral
subkutan, intramuskular, intra>ena4. Kelebihan pemberian medikasi langsung ke jalan napas
inhalasi4 adalah %
lebih e$ekti$ untuk dapat men0apai konsentrasi tinggi di jalan napas
e$ek sistemik minimal atau dihindarkan
beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi pada
pemberian oral antikolinergik dan kromolin4. Iaktu kerja bronkodilator adalah lebih
0epat bila diberikan inhalasi daripada oral.
Ma0amma0am 0ara pemberian obat inhalasi ;nhalasi dosis terukur ;)(4" metered-dose inhalerM);4
;)( dengan alat antu spa0er4
Breath-actuated M!
ry po"der inhaler )#;4
(urbuhaler
Nebuliser
1.GL"KOKO!IKOSE!OID IN$ALASI
Adalah medikasi jangka panjang yang paling e$ekti$ untuk mengontrol asma. erbagai
penelitian menunjukkan penggunaan steroid inhalasi menghasilkan perbaikan $aal paru,
menurunkan hiperesponsi$ jalan napas, mengurangi gejala, mengurangi $rekuensi dan berat
serangan dan memperbaiki kualiti hidup ,ukti A-.Steroid inhalasi adalah pilihan bagi
pengobatan asma persisten ringan sampai berat4. Steroid inhalasi ditoleransi dengan baik
dan aman pada dosis yang direkomendasikan.
19
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
20/30
:lukokortikoid tidak se0ara langsung bere$ek sebagai bronkodilator. (etapi sebagai
antiin$lamasi obat ini bekerja sekaligus menghambat produksi sitokin dan kemokin,
menghambat sintesis eikosanoid, menghambat peningkatan baso$il, eosino$il, dan leukosit
lain di jaringan paru dan menurunkan permeabilitas >askular. #enemuan glukokortikoid
inhalasi merupakan kemajuan besar dalam terapi asma karena obat langsung sampai ke target
organ sehingga sangat e$ekti$ sedangkan resiko e$ek samping sistemik sangat rendah.
a4 @$ek pada paruparu
Steroid tidak memiliki e$ek langsung pada otot polos saluran na$as. (etapi, glukokortikoid
inhalasi menurunkan jumlah dan akti>itas selsel yan terlibat dalam in$lamasi saluran na$as
makro$ag, eosino$il, dan lim$osit (. ;nhalasi steroid yang berkepanjangan mengurangi
hiperesponsi>isitas otot polos saluran na$as terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan bronkokonstriksi, seperti alergen, iritan, udara dingin, dan akti>itas $isik.
Steroid antiin$lamasi mengurangi in$lamasi dengan menghilangkan edema mukosa,
menurunkan permeabilitas kapiler, dan menghambat penglepasan leukotrien. Ceakti>itas
bronkial sangat kurang.
b4 armakokinetik
-6batobat inhalasi
#erkembangan steroid inhalasi telah sangat mengurangi kebutuhan akan
pengobatan kortikosteroid sistemik.
- Steroid sistemik
#asien dengan eksaserbasi asma berat status asmatikus4 mungkin memerlukan
pemberian metilprednisolon intra>ena atau prednison oral. )osis besar harus
segera diberikan % metil prednisolonNasuksinat '&'' mg setiap jam dapat
diberikan se0ara intra>ena. ila gejala mereda, dapat diikuti pemberian prednison
oral '' mg"hari. )osis siturunkan bertahap sampai hari kesepuluh, terapi dapat
dihentikan. (erapi nonsteroid dapat diberikan setelah keadaan mereda.
- Spa0ers
Suatu ruang dengan >olume besar yang dilekatkan pada metered dose inhaler dan
digunakan untuk mengurangi timbunan obat dalam mulut. Cuangan ini berguna
untuk mengurangi ke0epatan gerakan aerosol yang disemprotkan sebelum masukke dalam mulut, dan memungkinkan partikel obat yang besar terkumpul didalam
20
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
21/30
alatnya. ebih ke0il dan lebih rendah ke0epatan gerakan partikel obat lebih ke0il
kemungkinan untuk terkumpul didalam mulut dan lebih memungkinkan obat
men0apai jaringan saluran napas yang menjadi tujuannya. Spa0ers memperbaiki
penghantaran glukokortikoid inhalasi dan sebenarnya dianjurkan untuk digunakan
oleh semua pasien. berkumur setelah menghirup obat ini dan juga mengurangi
absorbsi sistemik dan kemungkinan timbul kandidiasis oro$aring.
04 @$ek samping
:lukokortikoid oral atau parenteral mempunyai berbagai e$ek samping yang serius.
Namun glukokortikoid inhalasi terutama jika digunakan bersama spa0ers memiliki
sedikit e$ek samping sistemik. Kandidiasis oropharingeal kadangkadang disebut
thrush, mungkin menjadi masalah bagi pasien yang menghirup glukokortikoid,
terutama pada pasien dengan penekanan imun. Spa0ers mengurangi masalah
penekanan adrenal dengan mengurangi jumlah glukokortikoid yang terkumpul dalam
oropharing.
eberapa glukokortikosteroid berbeda potensi dan bioa>ailibiti setelah inhalasi, pada
tabel && dapat dilihat kesamaan potensi dari beberapa glukokortikosteroid berdasarkan
perbedaan tersebut.
Kur>a dosisrespons steroid inhalasi adalah relati$ datar, yang berarti meningkatkan
dosis steroid tidak akan banyak menghasilkan man$aat untuk mengontrol asma gejala, $aal
21
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
22/30
paru, hiperesponsi$ jalan napas4, tetapi bahkan meningkatkan risiko e$ek samping. Sehingga,
apabila dengan steroid inhalasi tidak dapat men0apai asma terkontrol +alau dosis sudah
sesuai dengan derajat berat asma4 maka dianjurkan untuk menambahkan obat pengontrol
lainnya daripada meningkatkan dosis steroid inhalasi tersebut ,ukti A-.
@$ek samping steroid inhalasi adalah e$ek samping lokal seperti kandidiasis oro$aring,
dis$onia dan batuk karena iritasi saluran napas atas. Semua e$ek samping tersebut dapat
di0egah dengan penggunaanspacer, atau men0u0i mulut dengan berkumurkumur dan
membuang keluar setelah inhalasi. Absorpsi sistemik tidak dapat dielakkan, terjadi melalui
absorpsi obat di paru. Cisiko terjadi e$ek samping sistemik bergantung kepada dosis dan
potensi obat yang berkaitan dengan bio>ailibiliti, absorpsi di usus, metabolisme di hati $irst
pass metabolism4, +aktu paruh berkaitan dengan absorpsi di paru dan ususB sehingga masing
masing obat steroid inhalasi berbeda kemungkinannya untuk menimbulkan e$ek sistemik.
#enelitian menunjukkan budesonid dan $lutikason propionate mempunyai e$ek sistemik yang
rendah dibandingkan beklometason dipropionat dan triamsinolon. Cisiko e$ek sistemik juga
bergantung sistem penghantaran. #enggunaanspacerdapat
menurunkan bioa>ailabiliti sistemik dan mengurangi e$ek samping sistemik untuk semua
glukokortikosteroid inhalasi. (idak ada data yang menunjukkan terjadi tuberkulosis paru
pada penderita asma malnutrisi dengan steroid inhalasi, atau terjadi gangguan metabolisme
kalsium dan densiti tulang.
2.GL"KOKO!IKOSE!OID SISE%IK
?ara pemberian melalui oral atau parenteral. Kemungkinan digunakan sebagai
pengontrol pada keadaan asma persisten berat setiap hari atau selang sehari4, tetapi
penggunaannya terbatas mengingat risiko e$ek sistemik. *arus selalu diingat indeks terapi
e$ek" e$ek samping4, steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada steroid oral jangka
panjang. /angka panjang lebih e$ekti$ menggunakan steroid inhalasi daripada steroid oral
selang sehari. /ika steroid oral terpaksa harus diberikan misalnya pada keadaan asma
persisten berat yang dalam terapi maksimal belum terkontrol +alau telah menggunakan
paduan pengoabatn sesuai berat asma4, maka dibutuhkan steroid oral selama jangka +aktu
tertentu. *al itu terjadi juga pada steroid dependen. )i ;ndonesia, steroid oral jangka panjang
terpaksa diberikan apabila penderita asma persisten sedangberat tetapi tidak mampu untuk
membeli steroid inhalasi, maka dianjurkan pemberiannya mempertimbangkan berbagai hal di
22
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
23/30
ba+ah ini untuk mengurangi e$ek samping sistemik. eberapa hal yang harus
dipertimbangkan saat memberi steroid oral %
:unakan prednison, prednisolon, atau metilprednisolon karena mempunyai e$ek
mineralokortikoid minimal, +aktu paruh pendek dan e$ek striae pada otot minimal entuk oral, bukan parenteral
#enggunaan selang sehari atau sekali sehari pagi hari
@$ek samping sistemik penggunaan glukokortikosteroid oral" parenteral jangka panjang
adalah osteoporosis, hipertensi, diabetes, supresi aksis adrenal pituitari hipotalamus, katarak,
glaukoma, obesiti, penipisan kulit, striae dan kelemahan otot. #erhatian dan super>isi ketat
dianjurkan pada pemberian steroid oral pada penderita asma dengan penyakit lain sepertituberkulosis paru, in$eksi parasit, osteoporosis, glaukoma, diabetes, depresi berat dan tukak
lambung. :lukokortikosteroid oral juga meningkatkan risiko in$eksi herpes oster. #ada
keadaan in$eksi >irus herpes atau >arisela, maka glukokortikosteroid sistemik harus
dihentikan.
(.AGONIS BEA)2 KE!JA LA%A
:olongan 2 agonis meliputi % metaproterenol orsiprenalin4, salbutamol albuterol4,
terbutalin, $enoterol, $ormoterol yang mempunyai +aktu kerja lama, G &2 jam4, prokaterol,
salmeterol, pirbuterol, bitolterol, isoetarin, dan ritodrin. #ada dosis ke0il, kerja obatobat ini
pada reseptor 2 jauh lebih kuat daripada kerjanya pada reseptor &. (etapi bila dosisnya di
tinggikan, selekti>itasnya ini akan hilang, misalnya pada pasien asma salbutamol kirakira
sama kuat dengan isoproterenol sebagai bronkodilator bila diberikan sebagai aerosol4, tetapi
jauh lebih lemah dari isoproterenol sebagai stimulasi jantung. (etapi bila dosis salbutamol di
tinggikan &' kali lipat, diperoleh e$ek stimulasi jantung yang menyamai e$ek isoproterenol.
Melalui akti>itas reseptor 2, obatobat ini menimbulkan relaksasi otot polos bronkus,
meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan
memodulasi penglepasan mediator dari sel mast dan baso$il, relaksasi uterus, dan pembuluh
darah otot rangka. Akti>asi reseptor & yang menghasilkan stimulasi jantung, oleh dosis
yang sama, jauh lebih lemah. 6batobta ini hanya akan menimbulkan sedikit perubahan
tekanan darah, dikembangkan terutama untuk pengobatan asma bronkial. Selekti>itas obat
obat ini terhadap reseptor 2 tidak sama untuk setiap obat, misalnya metaproterenol, kurang
selekti$ dibandingkan dengan salbutamol. Kenyataannya pada pemberian jangka lama,
23
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
24/30
mempunyai e$ek antiin$lamasi +alau ke0il. ;nhalasi agonis beta2 kerja lama yang diberikan
jangka lama mempunyai e$ek protekti$ terhadap rangsang bronkokonstriktor. #emberian
inhalasi agonis beta2 kerja lama, menghasilkan e$ek bronkodilatasi lebih baik dibandingkan
preparat oral.
#erannya dalam terapi sebagai pengontrol bersama dengan glukokortikosteroid
inhalasi dibuktikan oleh berbagai penelitian, inhalasi agonis beta2 kerja lama sebaiknya
diberikan ketika dosis standar glukokortikosteroid inhalasi gagal mengontrol dan, sebelum
meningkatkan dosis glukokortikosteroid inhalasi tersebut ,ukti A-. Karena pengobatan
jangka lama dengan agonis beta2 kerja lama tidak mengubah in$lamasi yang sudah ada,
maka sebaiknya selalu dikombinasikan dengan glukokortikosteroid inhalasi ,ukti A-.
#enambahan agonis beta2 kerja lama inhalasi pada pengobatan harian dengan
glukokortikosteroid inhalasi, memperbaiki gejala, menurunkan asma malam, memperbaiki
$aal paru, menurunkan kebutuhan agonis beta2 kerja singkat pelega4 dan menurunkan
$rekuensi serangan asma ,ukti A-. erbagai studi menunjukkan bah+a penambahan agonis
beta2 kerja lama inhalasi salmeterol atau $ormoterol4 pada asma yang tidak terkontrol
dengan glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah atau tinggi, akan memperbaiki $aal paru dan
gejala serta mengontrol asma lebih baik daripada meningkatkan dosis glukokortikosteroid
inhalasi 2 kali lipat ,ukti A-. erbagai penelitian juga menunjukkan bah+a memberikanglukokortikosteroid kombinasi dengan agonis beta2 kerja lama dalam satu kemasan inhalasi
adalah sama e$ekti$nya dengan memberikan keduanya dalam kemasan inhalasi yang
terpisah ,uktiB4B hanya kombinasi dalam satu kemasan $i!ed 0ombination4 inhaler lebih
nyaman untuk penderita, dosis yang diberikan masingmasing lebih ke0il, meningkatkan
kepatuhan, dan harganya lebih murah daripada diberikan dosis yang ditentukan masing
masing lebih ke0il dalam 2 kemasan obat yang terpisah.
Agonis beta2 kerja lama inhalasi dapat memberikan e$ek samping sistemik
rangsangan kardio>askular, tremor otot rangka dan hipokalemia4 yang lebih sedikit atau
24
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
25/30
jarang daripada pemberian oral. entuk oral juga dapat mengontrol asma, yang beredar
di ;ndonesia adalah salbutamol lepas lambat, prokaterol dan bambuterol. Mekanisme kerja
dan perannya dalam terapi sama saja dengan bentuk inhalasi agonis beta2 kerja lama, hanya
e$ek sampingnya lebih banyak. @$ek samping berupa rangsangan kardio>askular, ansieti dan
tremor otot rangka.
6.OBA)OBA DENGAN %ASA KE!JA PANJANG =
Salmetereol ialah suatu analog kimia+i albuterol tetapi berbeda dengan memiliki
0in0in samping lipo$ilik yang panjang yang meningkatkan a$initas obat untuk adrenoreseptor
. Salmeterol memiliki masa kerja panjang, memungkinkan bronkodilatasi paling sedikit &2
jam. Salmeterol memiliki a+itan kerja yang lambat dan tidak dapat dipakai untuk serangan
asma yang akut.obat ini hanya diresepkan untuk pemberian dengan inter>al teratur dan tidak
untuk menghilangkan gejala. Seperti yang lainnya dari kelompok obatobatan ini, salmeterol
bukanlah suatu substitusi untuk terapi antiin$lamasi.
+armak/kinetik
6bat golongan 2 agonis, selain e$ekti$ pada pemberian oral, juga diabsorpsi dengan
baik dan 0epat pada pemberian sebagai aerosol. 6batobat ini bukan katekolamin, maka
resistensi terhadap ?6M(, ke0uali isoetarin yang merupakan katekolamin. (erbutalin
merupakan satusatunya 2 agonis yang mempunyai sediaan parenteral untuk pengobatan
darurat status asmatikus. ormoterol dan salmeterol mempunyai masa kerja yang panjang
&2 jam4 sehingga disebut longa0ting 2 agonist AA4.
Efek saming
@$ek samping yang dapat timbul berupa % tremor, rasa gugup, kha+atir, takikardia,
palpitasi, nyeri kepala, mual dan muntah terutama pada pemberian oral. @$ek samping
sistemik ini jarang terjadi pada pemberian inhalasi. ;n$us ritodrin, terbutalin, $enoterol, atau
2agonis lainnya untuk menunda kelahiran prematur menimbulkan e$ek samping berupa
takikardia, hiperglikemia, hipokalemia, edema paru bila hidrasi berlebihan4, dan lainlain
pada sang ibu, sedangkan bayinya akan mengalami hipoglikemia.
9.SODI"% K!O%OGLIKA
25
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
26/30
Sodium kromoglikat merupakan obat antiin$lamasi nonsteroid yang merupakan sel
mast stabilier, 0ara kerjanya dengan menghambat antigen = triggered degranulasi sel mast
dan pengeluaran mediator kimia seperti histamin. Serta menekan antibody dependent
cytotoxicitydari neutro$il dan eosino$il serta menghambat degranulasi baso$il dan eosino$il.
6bat ini menghambat respon terhadap allergen seperti obat @;, namun tidak menyebabkan
bronkodilatasi dan menghambat bronkospasme serta mengurangi e$ek hiperreakti>itas
bronkus. Agen ini e$ekti$ hanya jika diberikan dalam bentuk sediaan inhalasi berupa solusio
nebulier.
#emakaian sodium kromoglikat jangka panjang &2 minggu atau lebih4 akan
mengurangi respon jalan napas yang berlebihan pada penderita asma bron0hial, sedangkan
pemakaian jangka pendek minggu atau kurang4 akan menghambat peningkatan reakti>itas
bronkus selama musim Oserbuk bungaP.
Kegunaan sodium kromoglikat se0ara klinik adalah % &4 meningkatkan $ungsi paru
dengan 0ara mengurangi >ariasi diurnal, sehingga serangan sesak pada dini hari berkurangB
24 mengurangi penggunaan obat = obatan bronkodilatorB 34 mengurangi serangan asma pada
penderita dengan exercise-induced asthma# @$ek sodium kromoglikat akan lebih baik pada
penderita dengan usia yang lebih muda, onset serangan pertama pada usia diba+ah tahun,
telah menderita asma lebih dari 5 tahun dan menderita asma 0ampuran.
#ada dasarnya obat ini tidak menyebabkan toksisitas, batuk dan mengi dilaporkan
setelah penggunaan obat ini dalam bentuk inhaler dan bau yang kurang enak, dan sering
menyebabkan iritasi topikal. 6bat ini diindikasikan sebagai pro$ilaksis dari asma persisten
sedang pada anak dan pada de+asa tanpa memperhatikan etiologinya. @$ekti>itas obat ini
hampir sama dengan teo$ilin atau antagonis leukotrien untuk mengobati asma persisten . obat
ini tidak e$ekti$ seperti kostikosteroid inhalasi untuk mengontrol asma persisten. (idak ada
diantara keduanya yang e$ekti$ seperti inhalasi beta 2 agonis untuk men0egah @;, namun
dapat digunakan untuk konyugasi pada pasien yang ridak respon sempurna terhadap beta 2
agonis inhalasi. Kontraindikasi dari obat ini adalah pada pasien yang mempunyai
hipersensiti>itas pada obat ini.
)osis a+al adalah 3 kali &' mg sehari, rumatan adalah 2 kali sehari. )osis untuk anak
kali 5 mg"hari. entuk sediaan yang ada dipasaran yaitu oral inhaler, solusio nasal
mengandung 'mg"ml dalam sediaan &3 ataupun 2 ml, o$talmik solusio terdapat E
kromolin dalam &'ml. Sebagian besar pasien diberikan & = 2 minggu, namun dapat diberikan
lebih lama untuk mendapatkan keuntungan maksimal. #asien harus dia+ali dengan
26
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
27/30
pemberian sebanyak kali sehari dan dapat diturunjan $rejuensinya menjadi 3 kali sehari.
*asil obat ini baru terlihat setelah = minggu penggunaan, tetapi pada beberapa orang
e$eknya & = 2 minggu.
?ara penggunaan pada inhalasi aerosol, yaitu dengan mengo0ok terlebih dahulu
obatnya, kemudian saat melakukan inspirasi dalam, masukkan mouthpiecediantara kedua
bibir hingga maksimal kemudian tekan katup canisternyasebanyak satu kali. /ika diberikan
bersamaan dengan bronkodilator aerosol spray seperti albuterol, maka bronkodilator
digunakan terlebih dahulu dan 5 menit sesudahnya baru menggunakan kromolin.
Sebagian ke0i kromolin mele+ati sa+ar plasenta, namun pada penelitian kepada
he+an tidak ada e$ek pada $etusnya. elum ada interaksi obat yang dilaporkan pada
penggunaan kromolin dengan obat lainnya.
:.NEDOK!O%IL
Sodium nedokromil tidak baik diserap didalam saluran gastrointestinal, hanya &'E
dosis inhalasi diabsorbsi oleh paru = paru. Absorbsinya pula kurang baik setelah pemakaian
topi0al untuk mata. Sodium nodokromil diekskresikan dalam bentuk utuh di urin dan $eses.
Iaktu paruhnya antara & = 3.3 jam.
Sodium nedokromil memiliki kemampuan antiin$lamasi &' kali lebih besar
dibanding sodium kromoglikat. Ialau belum jelas betul, nedokromil menghambat akti>asi
dan pelepasan mediator dari beberapa sel in$lamasi. /uga sebagai pen0egahan begitu asma
timbul.
Kontraindikasi dari obat ini adalah pada pasien yang mempunyai hipersensiti>itas
pada obat ini. @$ek samping yang ditimbulkan yaitu bau yang kurang enak, batuk 9E4,
$aringitis, rhinitis, in$eksi saluran napas atas, bronkospasme serta nyeri kepala E4 setelah
penggunaan nodokromil.
Sebagian besar pasien diberikan & = 2 minggu, namun dapat diberikan lebih lama
untuk mendapatkan keuntungan maksimal. #asien harus dia+ali dengan pemberian sebanyak
kali sehari dan dapat diturunjan $rejuensinya menjadi 2 kali sehari
;.LEUKOTRIENE MODIFIERS
27
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
28/30
6bat ini merupakan antiasma yang relati$ baru dan pemberiannya melalui oral.
Mekanisme kerjanya menghambat 5lipoksigenase sehingga memblok sintesis semua
leukotrin 0ontohnya ileuton4 atau memblok reseptorreseptor leukotrien sisteinil pada sel
target 0ontohnya montelukas, pranlukas, a$irlukas4. Mekanisme kerja tersebut
menghasilkan e$ek bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen,
sul$urdioksida dan exercise. Selain bersi$at bronkodilator, juga mempunyai e$ek
antiin$lamasi. erbagai studi menunjukkan bah+a penambahan leukotriene modifiersdapat
menurunkan kebutuhan dosis glukokortikosteroid inhalasi penderita asma persisten sedang
sampai berat, mengontrol asma pada penderita dengan asma yang tidak terkontrol +alau
dengan glukokortikosteroid inhalasi ,ukti B-. )iketahui sebagai terapi tambahan
tersebut, leukotriene modifiers tidak see$ekti$ agonis beta2 kerja lama ,ukti B-.Kelebihan
obat ini adalah preparatnya dalam bentuk tablet oral4 sehingga mudah diberikan. #enderita
dengan aspirin induced asthma menunjukkan respons yang baik dengan
pengobatan leukotriene modifiers#
Saat ini yang beredar di ;ndonesia adalah a$irlukas antagonis reseptor leukotrien
sisteinil4. @$ek samping jarang ditemukan. Qileuton dihubungkan dengan toksik hati,
sehingga monitor $ungsi hati dianjurkan apabila diberikan terapi ileuton.
KESI%P"LAN
28
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
29/30
7ntuk penatalaksanaan serangan asma akut sedangberat pada pasien ini diberikan
nebulisasi salbutamol dengan dosis ',5 mg setiap kali pemberian. 6bat diberikan setiap 2'
menit dalam satu jam. Setelah itu dilakukan penilaian respon obat untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
7ntuk pengontrol pada pasien ini diberikan steroid inhalasi yaitu budesonide 2''
m0g"kali yang diberikan 2!"hari. Adapun pertimbangan pemberiannya adalah sebagai berikut%
6bat e$$i0a0y sa$ety suitability ?ost
a. :lukokortikoid
inhalasi asma
persisten ringan
sedang4
@! % budesonid
b. :lukortikosteroid
sistemik asma
persisten berat4
0. Agonis 2 agonis
kerja panjang
@!% Salmeterol,
$ormoterol
d. Metilsantin
@!% (eo$ilin
---
--
--
--
---
--
--
--
-
-
--
-
--
---
-
--
DA+A! P"SAKA
29
-
7/22/2019 Pembahasan Asma
30/30
&. )orland, I.A.N. 2''24. Kamus Kedokteran )orland, 2Jthed. @:?, /akarta.
2. Katung, .:. &JJ94. armakologi )asar dan Klinik. @:?, /akarta.
3. :oodman R :ilman. 2''4 (he #harma0ologi0al asis 6$ (herapeuti0s &&thed.
M0:ra+*ill, Ne+ ork.
. Ierner, C. 2''54. A massage therapistLs guide to #athology. 3rd edition. ippin0ott
Iilliams R Iilkins, #ennsyl>ania, 7SA.
5. S0h+a, M. I. 2''54. #edoman Klinis #ediatri. @:?, /akarta.
. )ipiro.
9. :lobal ;nitiati>e $or Asthma, National *eart, ung and lood ;nstitute 2''3.
8. #erhimpunan )okter #aru ;ndonesia2''4. #edoman )iagnosis dan #enatalaksanaan
Asma di ;ndonesia. alai #enerbit K7;. /akarta.
J. )epartemen armakologi dan (erapeutik K7;. armakologi dan (erapi. @disi 5.
2''9. /akarta.
4n> u f/r= eam +armak/l/gi +K)"I +K)"IN serta semua 5ang turut memantu
0alam emuatan 0an en5usunan La/ran kasus ini sem/ga ermanfaat agi kita
semua. Amin