pengetahuan tentang prognosis untuk kontrol usus pada bayi baru lahir

7/25/2019 Pengetahuan Tentang Prognosis Untuk Kontrol Usus Pada Bayi Baru Lahir

1/14

GEJALA PENCERNAAN PADA ANAK DENGAN MALFORMASI ANOREKTAL.

STUDI BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN

Diajukan pada stase Bedah Anak

Tahap III

Oleh:

dr. Mosher Munda

Pembimbing:

dr. Edwin Basar! M."es! #p.B! #p.BAdr. A$riana Pet %ardani! #p.BA

dr. &udiuwono &aharjo! M#i. Med! #p.B! #p.BA

#ub Bagian Bedah Anak'" ()DIP * (P Dr. "A&IADI

#EMA&A)+,-/

GEJALA PENCERNAAN PADA ANAK DENGAN MALFORMASI ANOREKTAL.

1


2/14

STUDI BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN

Pengetahuan tentang prognosis untuk kontrol pencernaan pada bayi baru lahir dengan

malformasi anorectal (MAR) menjadi perhatian besar bagi orang tua dan penting untukperencanaan perawatan medis anak di masa depan. Fungsi usus pada anakanak dengan MAR

yang menjalani posterior sagital anorektal plasty (P!ARP) telah dijelaskan dalam banyak cara

menggunakan klasifikasi yang berbeda. keragaman ini telah membuat sulitnya melaporkan hasil

yang benar setelah P!ARP dan membandingkan hasil pada populasi pasien yang berbeda. "leh

karena itu# pada tahun $%%& dikembangkan klasifikasi 'rickenbeck . ni adalah cara

mengklasifikasikan subtipe dan hasil akhir pada anakanak dengan MAR serta telah digunakan

di beberapa laporan terbaru# sistem ini mampu memprediksi hasil dan

perbandingan antara kelompok. !ejauh ini subtipe dari MAR menurut klasifikasi 'rickenbeck

menjadi salah satu faktor yang paling penting untuk memprediksi hasil setelah P!ARP.

Menariknya# belum ada laporan sebelumnya yang menganalisis dianalisis hasil menurut jenis

kelamin.

1. Tujuan Penelitian

ujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan fungsi usus menurut

hasil follow up sistem 'rickenbeck pada anak laki laki dan perempuan umur *+$ th yang

menderita MAR. ujuan kedua adalah untuk menge,aluasi apakah inkontinesia feses dan

konstipasi lebih jarang pada anak yang lebih tua.

2. Baan !an Met"!e

2.1. Ana#$ana# !en%an &al'"(&a)i an"(e*tal

!emua anak yang baru lahir dengan MAR dirujuk kedua pusat bedah anak tersier di dua

negara selama periode dari -anuari +/ dan -anuari $%%%# sampai 0esember $%%/ termasuk

dalam penelitian ini. Populasi yang memenuhi syarat di kedua negara yakni memiliki kondisi

sosial ekonomi yang sama dengan layanan kesehatan gratis untuk penduduk. "perasi selalu

dilakukan oleh dua ahli bedah melakukan operasi# dan setidaknya salah satu dari mereka adalah

ahli bedah anak kolorektal. !ecara total# penelitian ini mengikutsertakan enam dokter bedah

kolorektal.

1asil penelitian diambil saat anak berumur *+$ tahun. 'riteria ekslusi antara lain2 anak

dengan stenosis anal# atresia rektum dan kloaka. Pasien yang menjalani operasi dicenter lain dan

2


3/14

mereka yang sudah pindah tempat tidak dimasukkan dalam penelitian. -umlah sampel masing

masing kelompok adalah 3% dan 4% anak. 0ari total +54 anak# &3 diantaranya anak perempuan

dan /+ adalah anak laki laki. Anak dengan MAR dikelompokkan menjadi beberapa subtype

menurut klasifikasi 'rickenbeck yang direkomendasikan oleh konferensi internasional

penanganan standar kasus malformasi anorektal.

2.2 Te#ni# "+e(a)i !anfollow up

'edua center pembedahan melakukan tindakan P!ARP menurut klasifikasi dr. Pena.

'ompleks spinkter anal dapat dilacak dengan stimulasi elektro miosimulasi.segmen rektum yang

mobile diletakkan ditengah kompleks sphinter ani.selanjutnya dibuat colostomy di,ersi pada

anak laki laki yang memiliki fistula rektourinari (tanpa fistel). !ering ditemui anak perempuan

dengan fisula ,estibuler dan tanpa fistel.

Pada anak laki laki dan perempuan dengan fistel perianal2 bentuk insisi adalah 67 plasti.

Pasien anak lainnya dengan fistel perineal dilakukan tindakan cut back# dimana bagian tengah

saluran anal dicapai dengan insisi pada fistel tanpa membelah kedua spincter#yang selanjutnya

dilakukan dilatasi fistulla.

!emua anak diperiksa dalam anestesi umum# dua minggu setelah operasi. Program dilatasi

dilanjutkan jika diperlukan. !emua anak diperiksa untuk mendeteksi kelaianan kongenital

penyerta dengan memakai 8ray dan 9!: sacrum. raktus urinarius diperiksa dengan usg dan

sistography. -ika ditemukan gejalan tidak dapat ;A'

2., Met"!e

3


4/14

Penelitian ini berupa follow up klinis dan bersifat desriptif dan komparatif. nformasi

mengenai jenis subtipe MAR# kelainan penyerta dan gejala lainnya didapat dari follow up

tahunan pasien. Pencatatan gejala usus termasuk yang terdapat dalam medical record dan

database menggunakan skema follow up post operatif cara krickkenbeck. !esuai yang terdapat

dalam artikel asli2 hasil akhir diukur sebelum dilakukan tindakan pada usus. nkontinensia berat

dimasukkan dalam krickenbeck derajat $ dan 5

22.- Pe(itun%an )tati)ti#

es kruskal wallis dipakai untuk uji non parametrik berbasis peringkat. es fischer

dipakai untuk dua data yang independen. -ika hasil perhitungan statistik berbeda# maka hasil

akan dianalisa dengan cara post tes ahoc untuk mengurutkan gejala. Analisa komparasi antara

dua gejala memakai test fischer. %#%%+.


5/14

,. /a)il +enelitian

3 anak perempuan dan +% anak laki laki drop outdari penelitian.

-umlah sampel pada akhir penelitian adalah +$+ anak2 &% anak perempuan dan 4+ anak laki

laki (gbr +). Median umur masing masing kelompok adalah / tahun (*+$ th) (gbr +).

0istribusi antara kedua kelompok subgrup MAR menurut klasifikasi 'rickenbeck. -enis

kelamin dan umur tampak pada tabel $. 0istribusi subtipe MAR pada kelompok umur muda

dan tua tidak berbeda secara signifikan (p>%.5) (tabel $)

!ecara keseluruhan dilakukan operasi ulang pada 5 anak perempuan dan $ anak laki laki.

!emuanya memiliki fistula perineal.

1asil untuk anakanak dengan fistula perineal dioperasi dengan 67 plasty ( $

perempuan dan 5 lakilaki ) dan teknik cut back ( $ lakilaki ) secara statistik sama untuk

tiap jenis kelamin dibandingkan pada anak anak yang dilakukan P!ARP. idak ditemukan

perbedaan statistik antara kedua kelompok dalam hal pergerakan usus. (p>%.5)#

inkontinensia feses (>%.5) atau konstipasi (>%.5). (test propabilitas fischer# dua ekor).

!ehingga seluruh pasien dengan fistula perineal juga dianalisa.

5


6/14

Frekuensi dari masing masing kelainan pada kedua kelompok umur dan subtipe MAR

dirangkum dalam tabel 5.

,.1 Ge(a#an 0"lunte( u)u)

:erakan ,olunter usus secara statistik hampir sama pada kedua jenis kelamin. 0iantara

pasien dengan fistula perineal# ditemukan gerakan in,olunter usus sekitar 4 @ pada anakperempuan dibandingkan + @ pada anak laki laki. !ekitar 4& @ anak perempuan dengan

fistula ,estibuler memiliki gerakan ,olunter usus# dibandingkan dengan anak laki laki

dengan fistel rectouretra yang berkisar 55 @ (tabel *). Frekuensi tidak terdapatnya gerakan

,olunter usus jumlahnya sama pada anak perempuan dengan fistula perineal dan fistula

,estibuler. !edangkan pada anak laki laki gerakan in,olunter usus menghilang pada anak

dengan fistula rectouretra dibanding dengan fistula perineal (gbr $).

:br $. 1ilangnya gerakan peristaltik usus pada anak dengan MAR. Perbandingan

fistel perineal menurut jenis kelamin dengan subtipe MAR lainnya

1ilangnya gerakan ,olunter usus tidak signifikan pada kelompok umur yang lebih muda

dan lebih tua pada masing masing jenis kelamin (gbr 5)

6


7/14

:br 5. 1ilangnya gerakan peristaltik usus pada kelompok anak

MAR usia *4 th dan /+$ th. Perbandingan menurut jenis kelamin

,.2 In#"ntinen)ia

Angka kejadian inkontinensia sama untuk tiap jenis kelamin2 laki laki (*$ @) dan wanita (*/

@). Anak perempuan dengan fistula perineal memiliki angka kejadian inkontinensia lebih

tinggi dibanding anak laki laki dengan fistula perineal (*% ,s +% @). 1asil ini hampir sama pada

anak perempuan dengan fistel ,estibuler (&% @). Anak laki laki dengan fistel perineal memiliki

kemungkinan lebih sedikit inkontinesia dibandingkan anak laki laki dengan subtipe MAR

lainnya (tabel &).-ika membandingkan seluruh derajat inkontinensia pada anak perempuan (%5)2 tidak

ditemukan perbedaan mencolok diantara anak dengan fistel perineal maupun dengan fistel

,estibuler (p>%.5# kruskas wallis)

Pembandingan derajat inkontinesia (%5) pada anak laki laki menunjukkan bahwa pasien

dengan fistel perineal memiliki angka kejadian inkontinensia lebih sedikit dibanding subtype

MAR lainnya(p=%.%%+). sejalan dengan data ini# inkontinensia berat paling sering pada

7


8/14

kelompok dengan fistula recto uretra dan yang tanpa fistula dibandingkan dengan fistula

perineal. (gbr *)!ecara umum# kejadian inkontinensia berat pada pasien dengan fistula perineal lebih sering

pada anak perempuan dibanding dengan anak laki laki (gbr *)

:br *. nkontinensia berat pada anak MAR menurut krickenbeck derajat $ dan 5.

Pembandingan fistel perineal dengan subtipe MAR lainnya

Pre,elensi inkontinensia berat tidak berbeda pada kelompok umur lebih tua dan lebih muda#

baik pada anak laki laki maupun perempuan dengan MAR (gbr &)

:br &. nkontinensia berat menurut krickenbeck derajat $ dan 5 pada kelompok

umur *4 th dan /+$ th. Perbandingan MAR menurut umur pada setiap jenis kelamin.

,., K"n)ti+a)i'ejadian konstipasi lebih tinggi pada jenis kelamin wanita (3$@) dibandingkan dengan

laki laki (5&@). Angka ini tidak berbeda pada kelompok anak laki laki dan perempuan

dengan fistel perineal dan subtipe MAR lainnya (tabel 3). Anak perempuan dengan fistel

perineal lebih sering konstipasi dibanding dengan laki laki. Angka kejadian konstipasi

8


9/14

pada anak perempuan dengan fistula perineal dibandingkan dengan fistula ,estibuler

tidak jauh berbeda. (gbr 3)

:br 3. Frekuensi derajat konstipasi (+5) menurut krickenbeck pada anak MAR.

Perbandingan fistula perineal dengan kelompok MAR lainnya.

0erajat beratnya konstipasi (krickenbeck derajat %5) tidak jauh berbeda pada kelompok

fistula perineal dibanding subtipe MAR lainnya# baik pada anak laki laki maupun

perempuan. (p>%#5). Pre,elensi konstipasi derajat 5 (tidak dapat diatasi dengan diet atau

pencahar) tidak jauh berbeda pada anak laki laki dan perempuan dengan fistula perineal.

(p>%#5). ;egitu juga jika dibandingkan pada kelompok fistula perineal dengan subtipe

MAR lainnya pada seluruh jenis kelamin. (p>%.5)

Frekuensi konstipasi tidak jauh berbeda pada anak perempuan MAR usia muda

maupun yang lebih tua.


10/14

:br 4. 'ejadian konstipasi pada kelompok umur *4 th dan /+$ thpada anak dengan semua tipe MAR. Perbandingan menurut umur dan jenis kelamin

,.- Mal'"(&a)i )a*(al !iuun%#an !en%an %ejala u)u).

'ejadian malformasi sacral pada laki laki ($/ @) dan perempuan ($5 @) hampir sama. Pada

anak laki laki dan perempuan dengan fistula perineal (+4 @ dan @) atau antara anak

perempuan dengan fistula ,estibuler (*&@) dan anak laki laki dengan fistel rectouretra

(5+@) (gbr /)

:br /. Frekuensi malformasi sacral (@) pada berbagai subtipe MAR.

10


11/14

,. Di)#u)i

emuan paling utama dalam penelitian ini adalah bahwa anak perempuan dengan fistula

perineal memiliki outcome lebih jelek dibandingkan dengan anak laki laki. Anak

perempuan dengan fistula perineal memiliki outcome yang sama dengan mereka dengan

fistula ,estibuler. !ebagai akibatnya# jenis kelamin anak dengan fistula perineal merupakan

faktor penentu prognosis post operatif

1anya sedikit literatur yang membahas pengaruh jenis kelamin terhadap hasil akhir post

operatif P!ARP pada pasien dengan fistula perineal. 9mumnya pasien dengan fistula

perineal tidak dibedakan menurut jenis kelamin. 1al ini bertolak belakang dengan penelitian

kami yang menganalisis hubungan jenis kelamin pada MAR dengan fistel perineal.

Anomali sacralis pada beberapa penelitian sebelumnya dihubungkan dengan hasil akhir

kontrol usus pasien MAR. Menariknya# pada saat ini malformasi sakral tidak berhubungan

hasil akhir pada anak perempuan dengan MAR# jumlah keseluruhan anak laki laki dan

perempuan dengan MAR atau fistel perineal. "leh karena itu# perbedaan dalam jenis

kelamin pada hasil akhir fungsi pada fistel perineal tidak dapat disamakan dengan

malformasi sacral atau sindroma lainnya.!angat sulit menyimpulkan alasan dibalik perbedaan jenis kelamin ini. !ecara anatomis#

seharusnya tidak ada perbedaan dalam malformasi anorektal. Maka sangat disayangkan jika

teknik operasinya berbeda. Perlu diketahui# diseksi terbatas rectum pada anak perempuan

karena alasan agar tidak merobek ,agina# bisa menyebabkan rectoplasty yang tidak komplit.

!pekulasi lainnya menyangkut jenis kelamin pada gejala usus adalah malformasi

anorektalpada anak perempuan jarang dibicarakan dalam keluarga. 1al ini menyebabkan

gagalnya penanganan gangguan cerna# yang mana dimasa mendatang bisa berpengaruh pada

11


12/14

kontrol usus. 0iharapkan ada penelitian lain yang fokus pada pengaruh perbedaan jenis

kelamin tersebut.0ikarenakan belum ada penelitian lainnya yang memisahkan jenis kelamin laki laki dan

perempuan dengan fistel perineal# maka bukan mustahil mencari perbandingan hasil akhir

antara anak perempuan dengan fistel perineal dengan fistel ,estibuler. !aat ini frekuensi

malformasi sacral dan kelainan lainnya lebih tinggi pada anak perempuan dengan fistel

,estibuler dibanding dengan fistel perineal. Meskipun berbeda# namun hasil akhir dalam hal

inkontinensia dan konstipasi adalah sama. Mengingat jumlah pasien pada masing masing

kelompok relatif sedikit maka diperlukan penelitian lebih lanjut.anpa memisahkan jenis kelamin pada fistel perineal# penelitian terdahulu telah

menggunakan sistem follow up krickenbeck untuk menilai hasil akhir pasien pasca operasi

P!ARP. !atu pada penelitian multicenter dan lainnya berupa penelitian satu sentra.

Pendistribusian subtype MAR yang sama ditemukan pada dua penelitian sebelumnya.


13/14

dalam hal beratnya gejala. !alah satu alasan perbedaan hasil mungkin karena umur anak laki

laki berbeda pada kedua penelitian. !ebagai akibatnya# penelitian kami menunjukkan

konstipasi lebih jarang pada anak laki laki yang lebih tua.

!atu potensi bias ditemukan pada data fistel perineal yang dioperasi dengan cut back dan

67 plasty.


14/14

dan perempuan dengan fistula perineal memiliki prognosis yang berbeda. !edangkan anak

perempuan dengan fistel perineal dan fistel ,estibuler memiliki outcome yang sama.

14

pengetahuan tentang prognosis untuk kontrol usus pada bayi baru lahir

Documents