penting gitu_ ls dan up
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
1/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 1/12
penting gitu
SABTU, 26 MEI 2012
LS dan UP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Model pencairan dana bagi sebuah satker ada 2 jenis, yaitu melalui model uang
persediaan dan model langsung (LS) melalui KPPN. Melalui 2 model ini diharapkan
pencairan dana menjadi lebih lancar, dan setiap Satker diharapkan mengoptimalkan
pengeluaran-pengeluaran yang akan dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan
uang persediaan dan LS.
Strategi perencanaan pengeluaran menjadi hal yang harus diperhatikan mengingathanya ada dua model pencairan dana. Pengeluaran-pengeluaran sejak awal harus
disusun dan direncanakan akan menggunakan uang persediaan atau LS mengingat kedua
model pencairan ini mempunyai aturan-aturan tertentu yang bisa menjadi penentu
kelancaran atau malah sebaliknya ketika kita tidak memahami mekanisme pencairan
kedua model ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Uang Persediaan dan Tambahan Uang Persediaan
Uang persediaan (UP) adalah istilah baru yang muncul dalam Permendagri
No.13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. UP merupakan uang kas
yang ada di tangan bendahara pengeluaran, dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Hanya diberikan sekali dalam satu tahun anggaran
2. Diberikan pada awal tahun anggaran
3. Merupakan jumlah maksimal (pagu) uang yang dipegang oleh bendahara
pengeluaran
4. Untuk digunakan dalam melaksanakan pembayaran kegiatan-kegiatan yang bersifat
swakelola
5. Bersifat revolving (adanya pengisian kembali jika telah terpakai) dan
6. Besarannya tergantung pada kebijakan daerah (biasanya dinyatakan dalam Surat
Keputusan Kepala Daerah).
UP dalam Permendagri No.13/2006
2012 (2)
Mei (2)
LS dan UP
BAB IIPEMBAHASAN2.1Pengertian
APBDAngg aranPe nda pat. ..
ARSIP BLOG
catatan-hendra
Lihat profil lengkapku
MENGENAI SAYA
1 Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk
https://www.blogger.com/https://www.blogger.com/home#createhttps://www.blogger.com/next-blog?navBar=true&blogID=499060486607118769https://www.blogger.com/https://www.blogger.com/profile/10285573890119000027https://www.blogger.com/profile/10285573890119000027http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/bab-ii-pembahasan-2.htmlhttp://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.htmlhttp://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012_05_01_archive.htmlhttp://void%280%29/http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=2http://void%280%29/http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/ -
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
2/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 2/12
Pasal 1 angka 66 Permendagri No.13/2006 menyatakan bahwa SPP Uang
Persediaan (SPP-UP) adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat
dilakukan dengan pembayaran langsung.
Uang Persediaan merupakan uang muka kerja SKPD yang bersifat revolving.
Definisi ini merupakan implikasi dari dipilihnya sistem UYHD, sebuah sistem yang
mengadopsi sistem Imprest Fund dalam pengelolaan kas kecil. Dengan sistem tersebut,
bendahara sebagai pengelola kas diberikan uang muka kerja pada besaran tertentu, untuk
kemudian dipakai untuk membiayai kegiatan SKPD, dan jika jumlah telah berkurang
sampai batas tertentu dapat dimintakan penggantian sehingga jumlah uang akan kembali
pada nilai semula.
DOKUMEN
Mekanisme uang persediaan menggunakan dokumen sebagai berikut:
DPA SKPD sebagai dasar perhitungan
Per KDH yang menetapkan besaran UP untuk setiap SKPD
SPP UP
SPM
SP2D
ISU LAPANGAN
1. Beberapa kesulitan yang muncul diawali dengan kebingungan tentang bagaimana
menghitung besaran UP per SKPD. Pada dasarnya tidak ada pengaturan yang
spesifik tentang hal tersebut. Secara logis, perhitungan besaran UP diawali dengan
mengidentifikasi item2 dalam DPA yang akan dilaksanakan dengan cara LS.
Berarti sisanya direncanakan akan dibiayai dengan menggunakan mekanisme
uang persediaan. Kemudian, dilakukan proyeksi berapa kali bendahara yang
bersangkutan akan melakukan SPJ. Jika 12 kali, maka jumlah tadi dibagi 12. Jika
20 kali, maka dibagi 20.
2. Bagi Kas Daerah, UP merupakan pengeluran. Bagi SKPD, merupakanpenerimaan. Namun dalam sudut pandang Pemda, UP hanya merupakan
reklasifikasi kas semata. Jadi, dokumen penatausahaan TIDAK perlu
mencantumkan kode rekening belanja yang menandakan adanya pembebanan
belanja APBD.
3. Penggantian UP yang telah digunakan menggunakan GU. Penggantian tersebut
tidak dipicu berdasarkan waktu, tetapi dipicu berdasarkan kondisi (jumlah)
keberadaan UP itu sendiri. Dengan demikian permintaan GU tidak harus
menunggu sebulan atau periode waktu tertentu, namun tergantung pada
kebutuhan.
Kepada setiap satuan kerja dapat diberikan Uang Persediaan. Untuk mengelola
uang persediaan bagi satuan kerja di lingkungan kementrian Negara/lembaga, sebelumdiberlakukannya ketentuan dan atau dilakukannya pengangkatan pejabat fungsional
Bendahara, Menteri/Pimpinan lembaga pengeluaran pada kementrian/lembaga atau
satuan kerja yang dipimpinnya. Untuk membantu pengelolaan uang persediaan pada
kantor / satuan kerja dilingkungan kementrian/lembaga, apabila diperlukan kepala satuan
kerja dapat menunjuk pemegang uang muka.
Dalam pelaksanaan tugasnya pemegang uang muka bertanggung jawab kepada
bendahara pengeluaran. Bendahara pengeluaran dapat membagi uang persediaan
kepada beberapa PUM. Apabila diantara PUM telah merealisasikan penggunaan UPnya
sekurang-kurangnya 75% Kuasa PA/pejabat yang ditunjuk dapat mengajukan SPM-GUP
bagiPUM berkenaan tanpa menunggu realisasi PUM lain yan belum mencapai 75%.
Mengenai prosedur uang persediaan diatur sebagai berikut:
1 PA/kuasa PA menerbitkan SPMUP berdasarkan DIPA atas permintaan
Bendahara pengeluaran yang dibebankan pada MAK transito kode kegiatan untuk
rupiah murni 0000.0000.825111, pinjaman luar negeri 9999.9999.825112, dan
PNBP 0000. 0000. 825113.
2 Berdasarkan SPMUP, KPPN menerbitkan SP2D untuk rekening Bendahara
-
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
3/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 3/12
Pengeluaran yangditunjuk dalam SPM-UP.
3 Penggunaan Uang Persediaan menjadi tanggungjawab Bendahara
pengeluaran.
4 Bendahara P engeluaran melakukan pengisisan kembali Uang Persediaan
setelah Uang Persediaan digunakan (revolving ) sepanjang masih tersedia pagu
dana dalam DIPA.
5 Bagi Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa PUM, dalam
pengajuan SPM-UP diwajibkan melampirkan daftar rincian yang menyatakan
jumlah uang yang dikelola oleh masing-masing PUM.
6 Sisa uang persediaan yang ada di Bendahara Pengeluaran pada akhir
tahunanggaran harus disetorkan kembali ke rekening kas Negara selambat-
lambatnyatanggal 31 Desember tahun anggaran berkenaan. Setoran sisa uang
persediaandimaksud, oleh KPPN dibukukan sebagai pengembalian uang
persediaan sesuaimata anggaran yang ditetapkan.
7 Uang persediaan dapat diberikan dalam batas-batas sebagai berikut :
a. Uang persediaan dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran
belanja barang pada klasifikasi belanja 5211, 5212, 5221, 5231, 5241, dan
5811.
b. Diluar ketentuan butir a, dapat diberikan pengecualian untuk DIPA pusatoleh Dirjen Perbendaharaan dan untuk DIPA pusat yang kegiatannya
berlokasi didaerah serta DIPA yang ditetapkan oleh kepala Kanwil DJPBN
oleh Kepala Kanwil DJPBN setempat.
c. UP dapat diberikan setinggi-tingginya :
1) 1/12 (satu per dua belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi
belanja yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp 50 juta
untuk pagu sampai dengan Rp 900 juta.
2) 1/18 (satu per delapan belas) dari pagu DIPA menurut kualifikasi
belanja yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp 100 juta
untuk pagu diatas Rp 900 juta sampai dengan Rp 2.400 juta atau
Rp 2,4 miliar.
3) 1/24 (satu per dua puluh empat) dari pagu DIPA menurut klasifikasi
belanja yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp 200 juta
untuk pagu diatas RP 2,4 miliar.
d. Perubahan besaran UP diluar sebagaimana dimaksud butir c ditetapkan
oleh Dirjen Perbendaharaan.
e. Pengisian kembali UP sebagaimana dimaksud butir c dapat diberikan
apabila UPtelah dipergunakan sekurang-kurangnya 75% dari dana UP
yang diterima.
f. Dalam hal penggunaan UP belum mencapai 75%, sedangkan satker/SKS
ybsmemerlukan pendanaan melebihi sisa dana yang tersedia, satker/SKSdimaksuddapat mengajukan TUP.
g. Pemberian TUP diatur sebagai berikut:
1) Kepala KPPN dapat memberikan TUP sampai dengan jumlah
RP 200 juta untuk klarifikasi belanja yang diperbolehkan
diberi UP bagi instansi dalam wilayah pembayaran KPPN
bersangkutan.
2) Permintaan TUP diatas Rp 200 juta untk klarifikasi belanja yang
diperbolehkan diberi UP harus mendapat dispensasi dari
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
8 Syarat untuk mengajukan Tambahan UP :
a. Untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak/tidak dapat tidak ditunda
b. Digunakan paling lama satu bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan.
c. Apabila tidak habis digunakan dalam satu bulan sisa dana yang ada pada
bendahara, harus disetor ke Rekening kas Negara
-
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
4/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 4/12
d. Apabila ketentuan pada butir c tidak dipenuhi kepada satker yang
bersangkutan tidak dapat lagi diberikan TUP sepanjang sisa tahun anggaran
berkenaan.
e. Pengecualian terhadap butir diputuskan oleh Kepala Kanwil Ditjen
Perbendaharaan atas usul Kepala KPPN.
9 Dalam mengajukan permintaan TUP bendahara pengeluaran wajib
menyampaikan :
a. Rincian Rencana Penggunaan Dana untuk kebutuhan mendesak dan riil serta
rincian sisa dana MAK yang dimintakan TUP.
b. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir.
c. Surat Pernyataan bahwa kegiatan yang dibiayai tersebut tidak dapat
dilaksanakan/dibayar melalui penerbitan SPM-LS.
10 SPM-UP/Tambahan UP diterbitkan dengan menggunakan kode kegiatan untuk
rupiah murni 0000.0000.825111, pinjaman luar negeri 9999.9999.825112, dan
PNBP 0000.0000.825113.
11 Penggantian UP, diajukan ke KPPN dengan SPM-GUP dengan SPM-
GUP,dilampiri SPTB, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SSP) yang dilegalisir oleh
Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk, untuk transaksi yang
menurut ketentuan harus dipungut PPN dan PPh.
12 Pembayaran yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada satu
rekanan tidak boleh melebihi Rp 10 juta kecuali untuk pembayaran honor.
Model pembayaran dengan LS
Mekanisme pembayaran langsung (LS), yaitu mekanisme pembayaran dari
Bendahara Umum Negara (KPPN)/Negara kepada rekanan atau pihak ketiga. Mekanisme
pembayaran LS tidak hanya untuk melakukan pembayaran dengan menggunakan sistem
kontrak saja, tetapi dapat dikembangkan untuk pembayaran langsung kepada pihak
ketiga/rekanan tanpa melalui ikatan pekerjaan dengan sistem kontrak, seperti pembayaran
honor atau untuk pengadaan barang dan jasa sampai dengan Rp 50 juta sesuai dengan
keppres 80 tahun 2003 yang mengatur mekanisme tata cara pengadaan barang/jasapemerintah.
Mekanisme pembayaran LS merupakan mekanisme pembayaran yang utama di
mana dalam rangka pencairan APBN, seharusnya lebih menekankan pada prinsip-prinsip
pembayaran LS ketimbang menggunakan mekanisme UP. Keuntungan yang dapat kita
peroleh yaitu terjaminnya dilakukan pembayaran dalam rangka APBN oleh Negara kepada
pihak ketiga/rekanan selaku penyedia barang/jasa pemerintah. Dan optimalnya
penggunaan uang Negara. karena dapat mengurangi idle cash money pada bendahara
pengeluaran, sehingga dapat digunakan secara optimal oleh BUN dalam rangka
manajemen kas.
Mekanisme Pembayaran UP
Uang persediaan merupakan uang muka kerja dengan jumlah tertentu yangbersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada bendahara pengeluaran hanya untuk
membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung. Terminologi uang persediaan tersebut telah melewati beberapa kali
perubahan nama dan besaran jumlah. Sejak diperkenalkan pertama kali dengan nama
Uang Untuk DiPertanggungjawabkan (UUDP), kemudian mengalami perubahan menjadi
Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD) pada tahun 1990, dan terakhir pada
tahun 2005 menjadi Uang Persediaan (UP) yang dikenal sekarang ini.
Uang persediaan yang diberikan kepada bendahara pengeluaran merupakan uang
muka kerja dari Bendahara Umum Negara (BUN) atau Kuasa BUN yang belum
membebani anggaran (Transito) yang harus dipertanggungjawabkan.
a. Kondisi Sekarang
Saat ini, UP diberikan kepada bendahara pengeluaran oleh BUN/Kuasa BUN
untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari perkantoran (kelompok akun 52
dan 58) dan biaya administrasi kegiatan pada kelompok belanja modal (kelompok akun 53)
yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
-
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
5/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 5/12
UP dapat diberikan setinggi-tingginya :
1. 1/12 (satu per duabelas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang
diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 50.000.000,- untuk pagu sampai
dengan Rp. 900.000.000,-
2. 1/18 (satu per delapanbelas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja
yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp.100.000.000,- untuk pagu
diatas Rp. 900.000.000,- sampai dengan Rp. 2.400.000.000,-
3. 1/24 (satu per dua puluh empat) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja
yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp.200.000.000,- untuk pagu
diatas Rp. 2.400.000.000,-
Pembayaran yang dapat dilakukan oleh bendahara pengeluaran kepada satu
rekanan/pihak ketiga tidak boleh melebihi Rp 10 juta kecuali untuk pembayaran honor dan
perjalanan dinas.
Ketentuan yang mengatur Kelompok akun yang dapat dibayarkan dengan UP,
besaran UP yang diberikan kepada bendahara pengeluaran dan batasan pembayaran
dengan UP di luar ketentuan tersebut di atas ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
UP yang dikelola bendahara pengeluaran dilakukan pengisian kembali oleh
BUN/Kuasa BUN apabila dana UP telah dipergunakan sekurang-kurangnya 75% daridana UP yang diterima dan diajukan pertanggungjawabannya oleh satker kepada Kuasa
BUN dengan SPM GU.
Dalam hal satker membutuhkan pendanaan melebihi sisa dana UP yang dikelola,
satker dapat mengajukan permintaan Tambahan UP kepada BUN/Kuasa BUN.
Kenyataan yang terjadi saat ini adalah :
Masih banyak satker yang mengajukan tambahan UP dengan angka
yang signifikan untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-
hari mencapai angka milyaran rupiah. Pada pelaksaannya terdapat
pembayaran untuk fotocopi dan bahan untuk berbagai kegiatan dengan
nilai kurang dari Rp 10 juta, akan tetapi bila dikumulatifkan mencapai
nilai puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah.
Masih terdapat satker yang mengajukan dispensasi penggunaan UP
untuk melakukan pembayaran melebihi nilai Rp 10 juta, contoh satker
A yang mengajukan dispensasi ke Kantor Pusat (TA 2009) untuk
melakukan pembayaran bahan bakar untuk kegiatan pelatihan yang
melebihi UP Rp 10 juta. Pada pelaksanaannya dispensasi tersebut
digunakan untuk melakukan pembayaran bahan bakar dengan nilai
milyaran rupiah.
Bendahara pengeluaran lebih senang melakukan pembayaran melalui mekanisme
UP dengan berbagai alasan tertentu, dibandingkan melalui mekanisme pembayaran LS.
Padahal prinsip pembayaran utama adalah, seyogyanya mekanisme pembayaran dalam
rangka APBN menggunakan mekanisme pembayaran LS.
Kondisi yang terjadi selama ini seperti diuraikan di atas, dapat meningkatkan idle
cash money pada bendahara pengeluaran yang bertolak belakang dengan prinsip-prinsip
manajemen kas, dan memperpanjang rantai proses pembayaran kepada pihak
ketiga/rekanan karena harus melalui bendahara pengeluaran terlebih dahulu, mengajukan
dispensasi TUP, sehingga memerlukan waktu yang cukup relatif lama.
Mekanisme pembayaran UP sebagai salah satu mekanisme pembayaran APBN
masih tetap dibutuhkan. Penggunaan istilah penggunaan UP untuk kegiatan operasional
sehari-hari perkantoran tidak lagi digunakan, mengingat dalam pengelompokaan akun
sekarang terdapat belanja operasional dan non operasional yang dapat dilaksanakan
dengan UP. Penggunaan UP dibatasi hanya untuk pengeluaran yang kecil dengan
batasan tertentu yang memang sulit bila dilakukan dengan mekanisme pembayaran LS.
Kebiasaan bendahara pengeluaran menggunakan mekanisme pembayaran UP
dalam melakukan pembayaran pengeluaran APBN dapat dikurangi dengan memberikan
kemudahan persyaratan pembayaran dan pencairan dana melalui mekanisme LS.
-
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
6/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 6/12
Mekanisme pembayaran LS merupakan mekanisme pembayaran utama dalam
rangka penyaluran APBN. Mekanisme pembayaran ini dapat dikategorikan menjadi 3
bagian
1. Pembayaran LS dengan melakukan ikatan perjanjian berbentuk Surat
Perintah Kerja/SPK (nilai pengadaan mulai Rp 5 jt s.d 50 Juta) dan kontrak
(nilai pengadaan di atas Rp 50 Juta) sesuai mekanisme pengadaan
barang/jasa sebagaimana diatur dalam Keppres 80 tahun 2003.
2. Pembayaran LS seperti pembayaran belanja pegawai (kelompok akun 51).
3. Pembayaran LS dalam rangka pengadaan barang/jasa yang dilakukan tanpa
adanya ikatan perjanjian berbentuk SPK dan kontrak dengan nilai
pengadaan kurang dari Rp 5 juta, pembayaran Honor, dan biaya perjalanan.
Pembayaran menggunakan mekanisme LS pada bagian 1 dilampiri dengan kontrak,
berita acara pembayaran, berita acara serah terima barang, kuitansi. Pembayaran
menggunakan mekanisme pada bagian 2 melampirkan SK dan daftar pembayaran.
Pembayaran pada bagian 3 untuk pembayaran pengadaan dengan nilai kurang Rp 5 juta
cukup melampirkan kuitansi, sedangkan untuk pembayaran honor dan biaya perjaldin
dengan SK, surat tugas dan daftar pembayaran.
Pengajuan pencairan dana kepada kuasa BUN (KPPN) dapat dipertimbangkan agar
cukup melampirkan SPM-LS, SKTJM (surat keterangan tanggung jawab mutlak), SPTB,
dan dilampiri daftar rekening penyedia jasa/rekanan/pihak ketiga/pegawai.
Pembayaran menggunakan mekanisme LS pada bagian 1 dan 3 di atas tidak dibatasi
pada prinsip 1 SPM, 1 rekanan tetapi 1 SPM dimungkinkan untuk beberapa rekanan/pihak
ketiga dengan menggunakan daftar rekening pihak ketiga terlampir.
b. Identifikasi Mekanisme Pembayaran Sejak Awal
Dalam penyusunan DIPA, satker diwajibkan menyusun rencana penarikabn dana
pada halaman III. Satker diwajibkan mengelompokkan pengeluaran-pengeluaran negara
ke dalam 2 kelompok 1) pembayaran yang dilakukan dengan kontraktual sebagaimana
diatur dalam keppres 80 tahun 2003 dan 2) pembayaran yang dilakukan non kontraktual.
Satker juga seharusnya diwajibkan menentukan mekanisme pembayaran dengan UP atau
LS dengan menginventarisir kelompok-kelompok pengeluaran.
Contoh
untuk belanja pegawai diwajibkan dengan mekanisme LS
untuk pembayaran honor dan perjalanan dinas yang sudah diyakini
besaran dan penerimanya diwajibkan menggunakan mekanisme LS
pengadaan barang/jasa berbentuk fisik dengan nilai di atas 5 juta
diwajibkan menggunakan mekanisme LS.
Untuk menghasilkan rencana penarikan dana diawali dari penyusunan jadwal
pelaksanaan kegiatan dan tentunya melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa
melalui mekanisme pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur dalam Keppres 80 tahun
2003.
Efektifitas penyusunan rencana penarikan dana akan menghasilkan besaran
pengeluaran APBN yang dapat dilakukan dengan mekanisme UP dan LS.
2.2 PROSEDUR PENCAIRAN DANA
Prosedur pencairan dana pada suatu satker ada dua jenis, yaItu melalui
mekanisme uang persediaan (UP) dan mekanisme dengan pembayaran Langsung (LS).
Uang persediaan dapat diberikan untuk belanja barang pada klasifikasi belanja 5211,5212, 5221, 5231, 5241, dan 5811. Besarnya UP yang dapat diberikan tergantung dari
jumlah belanja yang dapat dimintakan UP. Bendahara Pegeluaran melakukan pengisian
kembali Uang Persediaan setelah Uang Persediaan digunakan (revolving) sepanjang
masih tersedia pagu dalam DIPA. Pengisian kembali UP dapat diberikan apabila UP telah
dipergunakan sekurang-kurang 75% dari dana UP yang diterima.
-
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
7/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 7/12
Bendahara mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk penerbitan
SPM dibuat dengan menggunakan format lampiran 1 Perdirjen No. 66/PB/2005 dan
kelengkapan persyaratannya diatur sebagai berikut:
1. SPP-UP (Uang Persediaan)
Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk,
menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS.
2. SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan)
a. Rincian rencana penggunaan dana Tambahan Uang Persediaan dari Kuasa Pengguna
Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.
b. Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran, atau pejabat yang ditunjuk bahwa:
1) Dana Tambahan UP tersebut akan digunakan untuk keperluan mendesak
dan akan habis digunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak
tanggal diterbitkan SP2D
2) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan ke Rekening Kas Negara
3) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara
langsung.
c. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir.
3. SPP-GUP (Penggantian Uang Persediaan)
a. Kuitansi/tanda bukti pembayaran
b.
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlakc. Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau
pejabat yang ditunjuk.
4. Pengadaan Tanah
Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan melalui
mekanisme pembayaran langsung (LS), kecauli tidak mungkin dilaksanakan melalui
mekanisme LS, maka dapat dilakukan melalui UP/TUP. Jika menggunakan LS
persyaratan yang harus Pengaturan mekanisme pembayaran adalah sebagai berikut:
a. Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah untuk tanah yang luasnya lebih dari satu
hektar di kabupaten/kota
b. Fotokopi bukti kepemilikan tanah
c. Kuitansi
d. SPPT PBB tahun transaksi
e. Surat persetujuan harga
f. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak
sedang dalam anggunan
g. Pelepasan/penyerahan hak atas tanah/akta jual beli di hadapan PPAT
h. SSP PPH final atas pelepasan hak
i. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).
UP/TUP
a. Pengadaan tanah yang luasnya kurang dari satu hektar dilengkapi persyaratan
daftar nominative pemilik tanah yang ditandatangani oleh kuasa PA.
b. Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari satu hektar dilakukandengan bantuan panitia
pengadaan tanah di kabupaten/kota setempat dan dilengkapi dengan
daftar nominative pemilih tanah dan beasaran harga tanah yang ditandatangani oleh
kuasa PA dan diketahui oleh Panitia Pengadaan Tanah (PPT).
c. Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melalui UP/TUP harus
terlebih dahulu mendapat ijin dispensasi dari kantor pusat DitjenPBN/Kanwil Ditjen PBN
sedangkan besaran uangnya harus mendapat dispensasi UP/TUP sesuai ketentuan yang
berlaku.
5. LS untuk pembayaran gaji, lembur dan honor/vakasi
a. Pembayaran Gaji Induk/susulan gaji/kekurangan gaji/gaji terusan/uang duka
wafat dilengkapi dengan Daftar Gaji Induk/susulan gaji/ ekutrangan gaji/gaji
terusan/uang duka wafat, SK CPNS, SK naik pangkat, SK jabatan, KGB,
SuratPernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan,
SuratPernyataan Pelaksanaan Tugas, Daftar Keluarga (KP4), kopi Surat Nikah,
-
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
8/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 8/12
kopi Akte Kelahiran, Surat Keterangan Penghentian Pembayaran, Daftar potongan
Sewa Rumah Dinas, Surat Keterangan Masih Sekolah/Kuliah, Surat Pindah,
Surat Kematian, SSP PPh pasal 21. Kelengkapan tersebut harus sesuai
peruntukannya.
b. Pembayaran lembur dilengkapi dengan Daftar Pembayaran Perhitungan Lembur
yang sudah ditandatangani oleh Kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara
Pengeluaran Satker/SKS ybs, surat perintah kerja lembur, daftar hadir kerja, daftar
kerja lembur dan SSP PPh pasal 21.
c.
Pembayaran Honor/vakasi dilengkapi dengan SK tentang pemberian honorvakasi, daftar pembayaran perhitungan honor/vakasi yang ditandatangani oleh
kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran ybs dan SSP PPh
pasal 21.
6. LS non Belanja Pegawai :
a. Pembayaran Pengadaan barang dan jasa :
1) Kontrak/SPK yang mencantmkan nomor rekening rekanan
2) Surat pernyataan kuasa PA mengenai penetapan rekanan
3) Berita acara penyelesaian pekerjaan
4) Berita acara serah terima pekerjaan
5) Berita acara pembayaran
6) Kuitansi yang disetujui oleh kuasa PA atau pejabat yang ditunjuk
7) Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani WP
8) Jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan Bank atau lembaga
keuangan non bank.
9) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya
sebagian atau seluruhnya bersumber daripinjaman/hibah luar negeri
10) Ringkasan kontrak untuk rupiah murni dan untuk PHLN Berita Acara pada
butir 3), 4) dan 5) dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap 5 dan
disampaikan kepada :
a) Asli dan satu tembusan untuk penerbit SPM
b) Masig-masing satu tembusan untuk para pihak yang membuat kontrak
c) Satu tembusan untuk pejabat pelaksana pemeriksaan pekerjaan
b. Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listrik, Telepon dan Air) :
1) Bukti tagihan daya dan jasa
2) No. rekening pihak ketiga (PLN, Telkom,PDAM,dll).Dalam hal pembayaran
langganan daya dan jasa belum dapat dilakukan secara langsung, satker/SKS
ybs dapat melakukan pembayaran dengan UP.Tunggakan langganan daya dan
jasa tahun anggaran sebelumnya dapat dibayarkan oleh satker/SKS setelah
mendapat dispensasi/persetujuan terlebih dahulu dari Kanwil Ditjen PBN
sepanjang dananya tersedia dalam DIPA berkenaan.
c. Pembayaran Belanja Pejalanan Dinas Pembayaran biaya perjalanan dinas harus
dilengkapi dengan daftar nominatif pejabat yang akan melakukan perjalanan
dinas, yang berisi antara lain:
a) Informasi mengenai data pejabat (Nama, pangkat/Golongan),
b) tujuan,
c) tanggal keberangkatan,
d) lama perjalanan dinas, dan
e) biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat.
-
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
9/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 9/12
Daftar normatif tersebut harus ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
memerintahkan perjalanan dinas, dan disahkan oleh pejabat yang berwenang di KPPN.
Pembayaran dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran Satker/SKS ybs kepada para
pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas.
7. SPP untuk PNBP
a. UP/TUP untk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP lainnya.
b. UP dapat diberikan kepada Satker pengguna sebesar 20% dari pagu dana
PNBP pada DIPA maksimal sebesar Rp 500 juta, dengan melampirkan
Daftar Realisasi Pendapatan dan Penggunaan Dana DIPA (PNBP) tahun
anggaran sebelumnya. Apabila UP tidak mencukupi dapat mengajukan
TUP debesar kebutuhan riil satu bulan dengan memperhatikan
maksimum pencairan (MP).
c. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimum sesuai formula
sebagai berikut : MP = (PPP x JS) = JPS
d. MP = Maksimum Pencairan Dana
e. PPP = Proporsi Pagu Pengeluran terhadap Pendapatan
f. JS = Jumlah setoran
g. JPS = Jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir
yang diterbitkan.
h. Dalam pengajuan SPM-TUP/GUP/LS PNBP ke KPPN, Satker pengguna
harus melampirkan Daftar perhitungan Jumlah MP
i. Untuk satker pengguna yang setorannya dilakukan secara terpusat,
pencairan dana diatur secara khusus dengan surat edaran Dirjen PBN tanpamelampirkanSSBP
j. Untuk satker pengguna yang menyetorkan pada masing-masing unit (tidak
terpusat), pencairan dana harus melampirkan bukti setoran (SSBP) yang telah
dikonfirmasi olah KPPN
k. Besaran PPP untuk masing-masing satker pengguna diatur berdasarkan
surat keputusan Menteri Keuangan yang berlaku
l. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui
pagu PNBP satker ybs dalam DIPA.
m.
Pertanggungjawaban penggunaan dana UP/TUP PNBP oleh kuasa PA,dilaku
kan dengan mengajukan SPM setempat cukup dengan melampirkan SPTB.
n. Khusus perguruan tinggi negeri selaku pengguna PNBP (non BHMN), sisa
dana PNBP yang disetorkan pada akhir tahun anggaran ke rekening kas
Negara dapat dicairkan kembali maksimal sebesar jumlah yang sama pada
awal tahun anggaran berikutnya mendahului diterimanya DIPA dan
merupakan bagian dari target PNBP yang tercantum dalam DIPA tahun
anggaran berikutnya.
o. Sisa dana PNBP dari satker pengguna diluar butir I, yang disetorkan ke
rekening kas Negara pada akhir tahun anggaran merupakan bagian realisasi
penerimaan PNBP tahun anggaran berikutnya dan dapat dipergunakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan setelah diterimanya DIPA.
p. Sisa UP/TUP dana PNBP sampai akhir tahun anggaran yang tidak
disetorkan kerekening kas Negara, akan diperhitungkan pada saat pengajuan
pencairan danaUP tahun anggaran berikutnya.
q.
Untuk keseragaman dalam pembukuan system akuntansi, maka penyetoranP
NBP agar menggunakan formulir SSBP.
-
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
10/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 10/12
Diposkan oleh catatan-hendra di 04.17
BAB III
PENUTUP3.1 Kesimpulan
Model pencairan dana bagi sebuah satker ada 2 jenis, yaitu melalui model uang
persediaan dan model langsung (LS) melalui KPPN. Kepada setiap satuan kerja dapat
diberikan Uang Persediaan. Uang persediaan dapat diberikan untuk pengeluaran-
pengeluaran belanja barang pada klasifikasi belanja 5211, 5212, 5221, 5231, 5241, dan
5811. Besarnya UP yang dapat diberikan Tergantung dari jumlah belanja yang dapat
dimintakan UP. Bendahara Pengeluaran melakukan pengisisan kembali Uang Persediaan
setelah Uang Persediaan digunakan (revolving ) sepanjang masih tersedia pagu dana
dalam DIPA. Pengisian kembali UP dapat diberikan apabila UP telah dipergunakan
sekurang-kurangnya 75% dari dana UP yang diterima.Dalam hal penggunaan UP belum
mencapai 75%, sedangkan satker/SKS ybs memerlukan pendanaan melebihi sisa dana
yang tersedia, satker/SKS dimaksud dapat mengajukan TUP. Syarat untuk mengajukan
Tambahan UP :
1. Untuk memenuhi kebutuhan yang sangatmendesak/tidak dapat tidak ditunda
2. Digunakan paling lama satu bulan sejaktanggal SP2D diterbitkan.
3. Apabila tidak habis digunakan dalam satubulan sisa dana yang ada pada
bendahara, harus disetor ke Rekening kas Negara
Pembayaran dengan menggunakan model LS artinya pembayaran melalui
transfer dari rekening kas Negara ke rekening bank penerima setelah memenuhi
persyaratan yg diharuskan. Pembayaran dengan menggunakan model LS biasa
dilakukan untuk:
1. Pengadaan Tanah
2. LS untuk pembayaran gaji, lembur dan honor/vakasi
3. LS non Belanja Pegawai, yaitu :
Pembayaran Pengadaan barang dan jasa,Pembayaran Biaya Langganan Daya da
n Jasa (Listrik, Telepon dan Air), dan Pembayaran Belanja Pejalanan Dinas.
Kebenaran pengisian dokumen tanda bukti pengeluaran meliputi kuitansi, Surat
Perintah Kerja (SPK), Surat perjanjian/Kontrak, Berita Acara Penyerahan Barang/
Pekerjaan, dan Berita Acara Pembayaran Bendaharawan pemerintah termasuk
bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di
luar negeri yang membayar gaji,upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran
lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan wajib melakukan pemungutan
pajak penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Besarnya pajak yang dipungut oleh
bendahara sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
+1 Rekomendasikan ini di Google
6 komentar:
kppn info 19 September 2014 00.44
Makasih infonya, untuk info tentang UP lainnya silahkan lihat di artikel ini Cara
menghitung UP
Balas
Yass er Alfhan 25 November 2014 04.06
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.com/2012/05/ls-dan-up.html?showComment=1416917209032#c7057854570108143326https://www.blogger.com/profile/09711275452293533467http://kppn-info.blogspot.com/http://catatan-hendrawantetro.blogspot.com/2012/05/ls-dan-up.html?showComment=1411112697020#c4861806906262093268https://www.blogger.com/profile/11458633268085824937https://www.blogger.com/share-post.g?blogID=499060486607118769&postID=7425533108566128701&target=pinteresthttps://www.blogger.com/share-post.g?blogID=499060486607118769&postID=7425533108566128701&target=facebookhttps://www.blogger.com/share-post.g?blogID=499060486607118769&postID=7425533108566128701&target=twitterhttps://www.blogger.com/share-post.g?blogID=499060486607118769&postID=7425533108566128701&target=bloghttps://www.blogger.com/share-post.g?blogID=499060486607118769&postID=7425533108566128701&target=emailhttp://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.htmlhttps://www.blogger.com/profile/10285573890119000027 -
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
11/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/ls-dan-up.html 11/12
Beri tahu saya
Keluar
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Unknown (Goo
Publikasikan Pratinjau
saya mau tanya bung admin...
Apaka h Pembay aran Hono r pad a Reken ing Belan ja Pega wai Pada suatu kegia tan
(Belanja Langsung) dapat dilakukan dengan LS ke Rekening Bendahara
Pengeluaran?... Terima Kasih Sebelumnya.
Balas
edyguard 15 Juli 2015 00.48
ini ngomongin APBN atau APBN to?
dari kepala sampai ekor nyinggung KPPN, perbendaharaan, bendahara umum
negara. Tapi di awal bab II kok yang dibahas SKPD, kas daerah dan permendagri?
Balas
yudy hermawan 11 September 2015 02.06
@mas edyguard: bener gak nyambung ....:)
Balas
KonselingMajene 15 Desember 2015 02.18
Salam..
di satker kami masih ada kegiatan yag akan dilaksanakan terkait dengan keguatan
siswa (sebut saja ldks dan latihan pramuka), bisakah dibayarkan ke rekening
bendahara melalui ls? uraian spm yang kami ajukan adalah pembayaran belanja
barang sesuai sk no xxxx tanggal xxxx.
mengingat uang persediaan yg sdh tidak mencukupi dan batas akhir up/tup sdh
lewat.
apakah belanja bahan terkait kegitan yg kami maksud yg jadi penybab tidak
bolehnya kegiatan kesiswaan tersebut melalui ls bendahara?
terima kasih
Balas
KonselingMajene 15 Desember 2015 02.18
Salam..
di satker kami masih ada kegiatan yag akan dilaksanakan terkait dengan keguatan
siswa (sebut saja ldks dan latihan pramuka), bisakah dibayarkan ke rekening
bendahara melalui ls? uraian spm yang kami ajukan adalah pembayaran belanja
barang sesuai sk no xxxx tanggal xxxx.
mengingat uang persediaan yg sdh tidak mencukupi dan batas akhir up/tup sdh
lewat.
apakah belanja bahan terkait kegitan yg kami maksud yg jadi penybab tidak
bolehnya kegiatan kesiswaan tersebut melalui ls bendahara?
terima kasih
Balas
http://catatan-hendrawantetro.blogspot.com/2012/05/ls-dan-up.html?showComment=1450174699080#c8178573527396968357https://www.blogger.com/profile/04451251569424584307http://catatan-hendrawantetro.blogspot.com/2012/05/ls-dan-up.html?showComment=1450174685105#c1796391317797964061https://www.blogger.com/profile/04451251569424584307http://catatan-hendrawantetro.blogspot.com/2012/05/ls-dan-up.html?showComment=1441962404663#c9182299467019895348https://www.blogger.com/profile/16009123219165455968http://catatan-hendrawantetro.blogspot.com/2012/05/ls-dan-up.html?showComment=1436946515666#c876585903602169568https://www.blogger.com/profile/16777476521708651435http://catatan-hendrawantetro.blogspot.com/logout?d=https://www.blogger.com/logout-redirect.g?blogID%3D499060486607118769%26postID%3D7425533108566128701 -
7/25/2019 Penting Gitu_ LS Dan UP
12/12
11/02/2016 penting gitu: LS dan UP
Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.
https://www.blogger.com/http://catatan-hendrawantetro.blogspot.com/feeds/7425533108566128701/comments/defaulthttp://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/http://catatan-hendrawantetro.blogspot.co.id/2012/05/bab-ii-pembahasan-2.html