penyakit berbasis lingkungan oleh dwi ayu

Upload: ayu

Post on 11-Feb-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    1/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini.

    ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam

    10 besar penyakt di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.

    Menurut Profil Ditjen PP&PL thn 2006, 22,30% kematian bayi di Indonesia

    akibat pneumonia. sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun ketahun kian

    meningkat dimana pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk, lalu

    meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 347 per 1000

    penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut kembali meningkat

    menjadi 423 per 1000 penduduk.

    Menurut hasil survei mortalitas Subdit ISPA pada tahu 2005 di 10 provinsi

    diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi

    (22,3%) dan pada balita (23,6%). Diare, juga menjadi persoalan tersendiri

    dimana di tahun 2009 terjadi KLB diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22

    Kabupaten/kota dan 14 provinsi dengan angka kematian akibat diare (CFR) saat

    KLB 1,74%. Pada tahun 2007 angka kematian akibat TBC paru adalah 250 orang

    per hari. Prevalensi kecacingan pada anak SD di kabupaten terpilih pada tahun

    2009 sebesar 22,6%. Angka kesakitan DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    2/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 2

    penduduk dengan angka kematian 0,9%. Kejadian chikungunya pada tahun 2009

    dilaporkan sebanyak 83.533 kasus tanpa kematian. Jumlah kasus flu burung ditahun 2009 di indonesia sejumlah 21, menurun dibanding tahun 2008 sebanyak

    24 kasus namun angka kematiannya meningkat menjadi 90,48%.

    Menurut Pedoman Arah Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan Pada

    Tahun 2008 menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit menular yang

    berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB paru, malaria, diare,

    infeksi saluran pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis, Cacingan, Penyakit Kulit,

    Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk.. Pada tahun 2006,

    sekitar 55 kasus yang terkonfirmasi dan 45 meninggal (CFR 81,8%), sedangkan

    tahun 2007 - 12 Februari dinyatakan 9 kasus yang terkonfirmasi dan diantaranya

    6 meninggal (CFR 66,7%). Adapun hal - hal yang masih dijadikan tantangan yang

    perlu ditangani lebih baik oleh pemerintah yaitu terutama dalam hal survailans,

    penanganan pasien/penderita, penyediaan obat, sarana dan prasarana rumah

    sakit.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Dari latar belakang makalah telah dijelaskan bahwa penyakit berbasis

    lingkungan mencapai angka yang cukup tinggi untuk tingkat kematian pada

    penduduk Indonesia, untuk itu penulis mengambil perumusan masalah mengenai

    apa itu penyakit berbasis lingkungan? apakah faktor-faktor yang

    mempengaruhinya, penyebabnya dan bagaimana dampaknya terhadapkehidupan manusia juga bagaimana cara mengatasinya?

    1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

    Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakit berbasis lingkungan dan

    agar kita bisa mempelajari, mengatasi, menghindari bahkan mencegah terjadinya

    penyakit berbasis lingkungan.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    3/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 3

    BAB II PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

    2.1 DEFINISI

    2.1.1 PENYAKIT

    Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau

    morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi05)

    Penyakit merupakan suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang

    menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang

    dipengaruhinya. Penyakit merupakan respon tubuh akibat menurunnya energi

    dalam tubuh karena berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengeliminasi dan

    membuang racun.

    2.1.2 LINGKUNGAN

    Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati,

    nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara

    elemen-elemen di alam tersebut. (Sumirat96)

    Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan

    sumber daya alam seperti tanah, air, energy surya, mineral, serta flora dan fauna

    yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan yang terdiri dari komponen

    abiotik dan biotik.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Disfungsi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Disfungsi&action=edit&redlink=1
  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    4/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 4

    2.1.3 ABIOTIK DAN BIOTIK

    Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara,

    air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala

    sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-

    organisme (virus dan bakteri).

    2.1.4 AGENT DAN VEKTOR PENYAKIT

    Agent penyakit adalah zat, kekuatan, kehidupn mikro atau komponen

    lingkungan lain di alam yang fana ini, baik terukur maupun tidak terukur yng

    menjadi penyebab timbulnya gangguan fungsi atau kelainan morfologi pada

    spesies manusia atau binatang.

    Vektor merupakan binatang pembawa penyakit yang disebabkan oleh

    bakteri, ricketsia, virus, protozoa dan cacing, serta menjadi perantara penularan

    penyakit tersebut.

    2.1.5 PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

    Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa

    kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi

    manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

    2.2 FAKTOR MUNCULNYA PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

    Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnyasepakat bahwa kualitas

    kesehatan lingkungan adalah salah satu dari empat faktor yang mempengaruhi

    kesehatan manusia menurutH.L Blum yang merupakan faktor yang memberikan

    kontribusi terbesar terhadap pencapaian derajat kesehatan. Memang tidak selalu

    lingkungan menjadi faktor penyebab, melainkan juga sebagai penunjang, media

    transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada. Faktor yang

    menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain :

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    5/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 5

    o Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman

    Indonesia adalah salah satu

    negara yang kaya akan sumber

    daya air dimana ketersediaan air

    mencapai 15.500 meter kubik per

    kapita per tahun, jauh di atas

    ketersediaan air rata-rata di

    dunia yang hanya 8.000 meter

    kubik per tahun.Namun demikian, Indonesia masih saja mengalami persoalan air

    bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air

    bersih, sebagian besar yang memiliki akses mendapatkan air bersih dari penyalur

    air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam. Dari data Bappenas

    disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk dengan akses air minum

    yang aman adalah 47,63%. Sumber air minum yang disebut layak meliputi air

    ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung , mata air

    terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan

    dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak

    sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak

    1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap tahun) meninggal akibat air yang tidak aman

    dan kurangnya higienitas.

    o Akses sanitasi dasar yang layak

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    6/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 6

    Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan

    salah satu isu penting dalam menentukan kualitas sanitasi. Namun padakenyataannya dari data Susenas 2009, menunjukkan hampir 49% rakyat

    Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini berarti ada lebih dari 100 juta rakyat

    Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban yang tak

    berkualitas. Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan masih

    tingginya kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di Indonesia.

    o Penanganan sampah dan limbah

    Tahun 2010 diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per

    hari yang berarti 73 juta ton per tahun. Pengelolaan sampah yang belum tertata

    akan menimbulkan banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan

    dan serakan sampah, pencemaran lingkungan udara, tanah dan air, potensi

    pelepasan gas metan (CH4) yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan

    global, pendangkalan sungai yang berujung pada terjadinya banjir serta

    gangguan kesehatan seperti diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan, atau

    keracunan akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang

    tercemar zat beracun dari sampah.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    7/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 7

    o Vektor penyakit

    Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini

    dikarenakan vektor penyakit telah beradaptasi

    sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga

    kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi.

    Hal ini didukung faktor lain yang membuat

    perkembangbiakan vektor semakin pesat antara lain :

    perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan,

    industri dan pembangunan perumahan; sistem

    penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum

    menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan

    container untuk penyediaan air; sistem drainase

    permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat;

    sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi

    syarat, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam

    pengendalian vektor; pemanasan global yang

    meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan

    merupakan keadaan dan tempat hidup yang ideal untuk

    perkembang-biakan vektor penyakit.

    o Perilaku masyarakat

    Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat,

    menurut studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku

    masyarakat dalam mencuci tangan adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2)

    setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%, (4)

    sebelum memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6 %.

    Studi BHS lainnya terhadapperilaku pengelolaan air minum rumah tangga

    menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50

    % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.Menurut studi Indonesia

    Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47%

    masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun

    dan tempat terbuka.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    8/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 8

    2.3 AGENT PENYAKIT

    keberadaan agen penykit dalam tubuh manusia melalui perantara media

    transmisi penyakit yang seringkali kontak dengan manusia yaitu udara, air,

    pangan serangga serta manusia itu sendiri.

    A. bahan kimia toksik

    Bahan kimia merupakan komponen penting dalam tubuh manusia. Namun

    tidak semua zat kimia dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut Theophrastus

    philippus Auroleus Bombastus von Hoheinheim (1493-1541) mengatakan bahwa

    semua zat adalah racun, tidak ada satupun yang bukan racun. Dosis yang tepat

    itulah yang membedakan mana racun dan mana obat (krieger, 2001 dalam

    Abdurahman, 2010). Sebagai contoh Fe, atau zat besi dibtuhkan oleh manusia

    tetapi apabia berlebihan akan menimbulkan racun dan menimbulkan efek buruk

    bagi kesehatan manusia.

    Zat toksik adalah mempunyai sifat toksik. Bahan beracun dapat

    dikelompokan ke dalam organik dan anorganik

    Zat toksik organik :

    1. Berasal dari jasad hidup organisme

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    9/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 9

    2. Mengandung karbon, seringkali bermolekul besar yang dapat disintesis

    atau diisoliasi oleh alam.

    Zat toksik anorganik :

    1. Zat kimia spesifik

    2. Umumnya bermolekul kecil

    3. Zat toksik menurut sasaran

    B.Agent penyakit : fisik

    Gangguan fungsi atau kelainan morfologi pada organ atau jaringan tubuh

    lain seringkali berubh fungsi akibat keterpaparan manusia terhadap agen yang

    dikelompokan sebagai agen fisik.

    Contoh-contoh agent fisik yaitu :

    1. sinar ultraviolet

    2. sinar inframerah

    3. radioaktif

    4. radiasi suhu panas

    5. elektromagnetik

    6. radiasi pengion dan non pengion

    7. Cahaya dll

    Berbagai agen fisik ini dipancarkan dari sumbernya melalui pancaran atau

    radiasi dan dirambatkan melalui komponen lingkungan seperti benda padat dan

    padat cair. Suhu panas dapat dirambatkan melalui media, demikian pula

    kebisingan dan radiasi elektromagnetik. Sebuah yang tiba-tiba misalnya adalah

    sebuah energi yang tidak terkendali dan dengan menumpang media transmisi

    benda-benda tertentu menganai atau menabrak seseorang.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    10/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 10

    C. Agent penyakit mikroorganisme

    Mikroorganisme atau makhluk hidup memiliki ukurn sangat kecil dan

    berdasarkan ukuran dan sifat-sifat lainnya mikroogranisme dpat dikelompokan

    ke adalam 4 kelompok:

    1. Virus

    2. Bakteri

    3. Jamur

    4. Parasit

    Diantara mikroorganisme tersebut, virus merupakan makhluk terkecil yang

    dapat berkembang biak melalui penggandaan dirinya dalam waktu singkat

    didalam sel tubuh binatang, tumbuhan, ataupun manusia. Sebenarnya ada yang

    setengah makhluk dan setengah benda tidak hidup dan lebih kecil dari virus yang

    juga merupakan penyebab salah satu penyakit yang disebut prion, sejenis prion

    inilah yang menyebabkan penyakit madcow/sapi gila (Prof.Umar Fachmi

    Achmadi, dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan,Raja Grafindo Persada, Cet-

    1, Jakarta http://putraprabu.wordpress.com diakses pada hari rabu1 januari

    2012)

    2.4 VEKTOR PENYAKIT MENULAR

    Pencemaran karena vektor adalah terjadinya penularan penyakit melaluibinatang yang dapat jadi perantara penularan penyakit tertentu akibat kondisi

    pencemaran vektor penyakit, antara lain:

    1. Perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan, industri dan

    pembangunan perumahan yang mengakibarkan berkembang biaknya

    vektor penyakit

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    11/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 11

    2. Sistim penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum menjangkau

    seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container untukpenyediaan air.

    3. Sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat

    sehingga menjadi tempat perindukan vektor

    4. Sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan

    sampah menjadi sarang vektor

    5. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian vektor

    penyakit secara kimia beresiko timbulnya keracunan dan pencemaran

    lingkungan serta resistensi vektor

    Beberapa jenis serangga merupakan vektor utama atau vektor penting dari

    penyakit-penyakit tropis di Indonesia. Nyamuk Anopheles merupakan vektor

    utama penyakit malaria, Aedes Aegypti adalah vektor utama penyakit demam

    berdarah, cikungunya dan demam kuning.

    Selain menyimpulkan bahwa serangga sebagai Vektor Penyakit Tropis di

    Indonesia, dan menurut regulasi kesehatan internasional dari WHO dan dikenal

    juga sebagai (Emerging Infectious Disease) dan pertama kali masuk ke Indonesia

    pada tahun 1910. Sementara, untuk penyakit Pes di Sulut sendiri belum pernah

    ditemukan (Anonim, 2003).

    Vektor penyakit kini telah semakin sulit diberantas. Hal ini dikarenakan

    vektor penyakit tersebut telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisilingkungan, sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi.

    Hal ini disimpulkan dari hasil penelitian para ahli di Institut Pertanian Bogor (IPB)

    Jakarta. Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan kesimpulan bahwa

    binatang pembawa agen penyakit, terutama nyamuk dan lalat, telah beradaptasi

    sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan

    hidup mereka pun semakin tinggi.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    12/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 12

    Menurut Projo Danoedoro (2003) Penyakit menular merupakan Penyakit

    yang terkait dengan kondisi lingkungan tidak hanya yang menular. Kondisilingkungan yang spesifik dapat memicu angka kejadian penyakit yang tinggi.

    Secara alami, wilayah gunung api biasanya miskin yodium. Daerah berbatuan

    kapur juga menyebabkan kandungan air tanahnya mempunyai kandungan kapur

    yang tinggi. Di pedalaman Kalimantan Timur, penulis pernah menjumpai air

    permukaan dengan kandungan logam berat kadmium yang cukup tinggi

    meskipun tidak terdapat kegiatan industri di sekitarnya.

    Faktor non-alami juga bisa memunculkan masalah kesehatan yang perlu

    dipahami risiko cakupan kewilayahannya. Penggunaan pestisida yang berlebihan

    di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS) akan mencemari air tanah dan terbawa

    sampai ke hilir. Jarak, arah angin, curah hujan, kemiringan lereng, gerakan air

    tanah, dan konsentrasi polutan industri sangat berpengaruh terhadap kesehatan

    penduduk di sekitar lokasi industri.

    Inderaja dan GIS dapat membantu mendefinisikan zona-zona dalam bentuk

    satuan pemetaan, memodelkan pola dan arah gerakan atau aliran pencemar.

    Dari sana kemudian dapat ditentukan wilayah-wilayah yang berisiko tercemar,

    dengan memperhatikan pola permukiman, kepadatan penduduk, pola aktivitas,

    dan pemanfaatan air tanahnya.

    Dengan memahami kompleksitas fenomena penyakit dalam ruang,

    sebenarnya perencanaan wilayah merupakan tugas yang sangat rumit. Pilihandalam perencanaan penggunaan lahan pertanian, misalnya, bukan lagi dalam

    konteks produktivitas pangan, erosi, banjir, dan kesejahteraan ekonomi petani.

    Di situ ada konsekuensi-konsekuensi kesehatan ketika pola tanam diubah karena

    menyangkut kontinuitas siklus hidup inang dan vektor pembawa penyakit. Upaya

    konservasi biodiversitas, seperti yang terjadi di Jerman, pun kadang-kadang tidak

    mudah dipertemukan dengan upaya eradikasi penyakit menular.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    13/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 13

    Perencanaan bidang kesehatan pun terbantu oleh inderaja dan SIG. Suplai

    obat tertentu lebih bisa difokuskan pada wilayah-wilayah dengan angka insidensipenyakit tertentu yang juga tinggi. Dengan demikian, kemubaziran suplai obat

    dan keterlambatan penanganan suatu kejadian luar biasa karena kurangnya obat

    bisa dihindari. Penentuan lokasi puskesmas dan pusat pelayanan kesehatan lain

    seyogianya tidak hanya bertumpu pada pusat-pusat kecamatan, melainkan juga

    akses penduduk ke lokasi yang direncanakan.

    Penyakit menular lain yang menjadi perhatian dalam pembangunan derajat

    kesehatan masyarakat di Indonesia adalah: tetanus neonatorum, campak, infeksi

    saluran pernapasan akut, diare, kusta, rabies, dan filariasis (Depkes 2004),

    (Bappenas 2005).

    Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain

    ditentukan oleh 3 faktor, yakni :

    a. Agen (penyebab penyakit)

    b. Host (induk semang)

    c. Route of transmission (jalannya penularan

    Agar supaya agen (vektor) atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup

    (survive) maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

    a. Berkembang biak

    b. Bergerak atau berpindah dari induk semang

    c. Mencapai induk semang barud. Menginfeksi induk semang baru tersebut.

    Kemampuan agen (vektor) penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan

    manusia adalah suatu faktor penting didalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit

    penyakit (penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri sehingga ia

    dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah reservoar yang diartikan sebagai

    berikut

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    14/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 14

    1) habitat dimana bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang.

    2) survival dimana bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat

    sehingga ia dapat tetap hidup. Reservoar tersebut dapat berupa

    manusia, binatang atau benda-benda mati.

    2.5 VEKTOR-VEKTOR BIOLOGIS DAN PENYAKIT YANG DI TIMBULKAN

    1. Nyamuk

    Penyakit yang dibawa oleh vektor nyamuk antara lain:

    a. Malaria

    Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk.

    Terdapat 400 spesies nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan

    malaria (contoh, merupakan vektor) secara alami. Anopheles gambiae adalah

    paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria (contoh.

    Plasmodium falciparum) dalam kawasan endemikdi Afrika, sedangkan Anopheles

    sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.

    Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium

    spdengan gejala demam, anemia dan spleomagali.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    15/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 15

    Empat jenis plasmodium yaitu:

    Plasmodium vivax, penyakit malaria tertina

    Plasmodium malariae, malaria kuartana

    Plasmodium Facifarum, malaria tropika

    Plasmodium ovale, malariaovale

    Upaya pencegahan antara lain , menghindari gigitan nyamuk, pengobatan

    penderita untuk menghilangkan sumber penular dan pembrantasan nyamuk dan

    larva.

    Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa seperti malaria,

    penyakit filaria seperti kaki gajah, dan penyakit bawaan virus seperti demam

    kuning,demam berdarah dengue, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil Barat

    disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan pada

    tahun 2003 telah merebak ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.

    b. Demam Berdarah

    Nyamuk Aedes aegypti adalah vector penyakit demam berdarah (DBD)

    yangmerupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang cukup

    meresahkan karena tingkat kematian akibat penyakit ini cukup tinggi. Sampai

    saat ini, penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat

    yang utama. Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DBD terutama

    pada musim penghujan. Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina

    pada tahun 1953. Sedangkan penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan

    di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada

    tahun 1972.

    Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dengan tipe DEN 1 s/d 4. Virus

    tersebut termasuk dalam grup B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    16/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 16

    type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus yang

    banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe DEN 1 & 3.

    Gejala-gejala DBD sendiri adalah antara lain, Demam tinggi (38-40 C) yang

    berlangsung 2 sampai 7 hari sakit kepala rasa sakit yang sangat besar pada otot &

    persendian bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah

    pendarahan pada hidung & gusi mudah timbul memar pada kulit shock yang

    ditandai oleh rasa sakit pada perut, mual, muntah, jatuhnya tekanan darah,

    pucat, rasa dingin yang tinggi terkadang disertai pendarahan dalam tubuh.

    Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes

    albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari

    penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil &

    Ethiopia & sering menggigit manusia pada waktu pagi & siang.

    Orang yang berisiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang

    berusia di bawah 15 tahun, & sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta

    daerah kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, & muncul pada

    musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam

    serta perilaku manusia.

    Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di

    Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit

    penyakit DBD, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk vektor penularnya

    sudah tersebar luas di seluruh Indonesia. Sehingga tidaklah aneh apabila kita

    sering kali melihat pemberitaaan di media massa tentang adanya berita

    berjangkitnya penyakit DBD di berbagai wilayah Indonesia hampir di sepanjang

    waktu dalam satu tahun.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    17/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 17

    c. Elephantiasis (Kaki Gajah)

    Wucheria sp. adalah Golongan nematoda

    yang dapat menyebabkan penyakit

    elephantiasis dengan gejala peradangan dan

    penyumbatan saluran getah bening serta

    disertai dengan demam. Vektor berupa

    nyamuk jenis culex fatigans, aedes aegypty

    dananopheles sp. Upaya pendegahan dengan

    menghindari gigitan, pemberantasan nyamuk dan pengobatan penderita.

    Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit,

    disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya

    pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang

    nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta

    adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

    Upik Kusumawati, peneliti Parasitologi dan Entimologi Kesehatan IPB

    menyatakan bahwa Nyamuk pembawa virus demam berdarah kini tidak cuma

    senang bertelur di genangan air bersih, tapi juga selokan yang kotor. Berdasarkan

    kajian eksperimental yang dilakukan di laboratorium IPB, Upik Kusumawati

    menjelaskan, didapati bahwa nyamuk Aides Aegepty bisa tetap bertelur di

    habitat buatan yang terpolusi dengan detergen dan kaporit.

    Hal ini teruji dengan percobaan denan wahana air yang kondisinya mirip

    dengan limbah air di lapangan seperti air selokan. Dan ternyata nyamuk Aides

    juga mau bertelur di tempat seperti itu.

    Pemahaman umum tentang demam berdarah sebelumnya adalah nyamuk

    membawa agen penyakit yakni Aides Aegepty hanya bertelur di air tergenang

    yang bersih seperti tempat penampungan air bersih di rumah-rumah, Namun

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    18/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 18

    sepertinya vektor penyakit sudah beradaptasi, sehingga mereka kini bisa hidup di

    lingkungan yang terpolusi.

    2. Lalat

    Lalat adalah Vektor Mekanis

    dan Biologi. Guru Besar Fakultas

    Kedokteran Hewan Bidang Ilmu

    Penyakit Hewan, Universitas

    Gadjah Mada, Prof R Wasito MSc

    menjelaskan bahwa lalat memang

    vektor (pembawa) virus flu

    burung. Bahkan, ujarnya, lalat ada

    kemungkinan berfungsi sebagai vektor mekanis dan vektor biologi dari virus

    Avian influenza (AI) ini. Vektor mekanis, maksudnya lalat bisa membawa virus AI

    ke mana-mana sedangkan vektor biologi maksudnya virus ini bisa masuk ke

    tubuh lalat dan berkembang di tubuh lalat.

    Lebih lanjut dijelaskan bahwa di lokasi yang pernah terkena wabah flu

    burung yaitu di daerah Makassar dan Karanganyar ditemukan virus AI pada lalat

    yang diteliti. Di dalam lalat tersebut dilakukan pemeriksaan lipoprotein dan

    antigen untuk mengetahui tipe dan subtipenya ternyata, ditemukan H5N1 dan

    cukup banyak pada lalat tersebut.

    Pengambilan sampel lalat, jelasnya, dilakukan di tiga wilayah yaitu

    Makassar, Karananyar, dan Tuban. Tetapi, di Tuban hasilnya negatif. Penelitian

    bermula dari keheranan Wasito ketika masih menjadi Dirjen Bina Produksi

    Deptan.

    Menurutnya pada tahun 2003 dan 2004 di Makassar tidak ada kasus flu

    burung, tetapi pada Maret tahun 2005, tiba-tiba ada wabah flu burung yang

    mematikan ayam-ayam di Makassar. Padahal, lanjutnya, lalu lintas peternakan

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    19/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 19

    sudah ketat. Pemikiran saya kemungkinan karena adanya burung yang terkena

    flu burung yang bermigrasi dari negara tetangga atau dari provinsi lain,paparnya.

    Kemudian, Guru Besar FKH UGM, Prof Hastari dan ahli Virologi Amerika

    Prof, Roger K Maes mengatakan kemungkinan ada vektor lain yang menyebarkan

    flu burung, tutur ahli Patologi ini. Akhirnya mereka bertiga mencari kantong-

    kantong lalat di Makassar, Karanganyar, dan Tuban pada bulan Maret-Mei 2005.

    Ternyata, cukup banyak lalat yang mengandung virus Avian Influenza di

    enam lokasi di daerah Makassar dan Karanganyar. Setelah itu, kami mengajukan

    proporsal ke Departemen Pertanian dan Alhamdulillah disetujui. Sehingga,

    sampai sekarang kami masih mengumpulkan lalat-lalat dari hampir di seluruh

    provinsi di Indonesia.

    Dari enam lokasi tadi, diambil sampel lalat sebanyak 100 mg (sekitar lima

    sampai enam ekor lalat) dari setipa lokasi. Lalu, diambil darahnya dan dibawa ke

    laboratorium FKH UGM (Siswono, 2005).

    Jenis penyakit dengan lalat sebagai vektor antara lain:

    a. Estamoeba dysenteriae

    Entamorba hestolyca adalah Organisme yang dapat menyebabkan penyakit

    pada manusia, kucing, anjing dan babi. Vektornya adalah musca domestica (lalat

    rumah) dan kecoa. Penularan terjadi karena makanan atau minuman yang

    terkontaminasi oleh kista yang dibawa oleh vektor.

    Gejala yang dapat ditmbulkan antara lain; sering buang air besar, fesesnya

    sedikit-sedikit dengan lendir dan darah, dan biasanya disertai rasa sakit diperut

    (kram perut), dan biasanya tidak demam.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    20/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 20

    Upaya pencegahannya dengan perbaikan sanitasi lingkungan, dan

    pencegahan kontaminasi makanan, pembasmian vektor serta perbaikan carapembuangan kotoran yang baik serta cuci tangan setelah defakasi.

    b. Penyakit kala-azhar

    penyakit kala-azhar adalah penyakit yang disebabkan oleh Golongan

    protozoa yaitu laishmania donovani. Vektornya adalah lalat penghisap darah

    pheblotomus sp.Gejalanya antara lain; deman tinggi, menggigil, muntah-muntah.

    Terjadi pengurusan badan dan hepar bengkak. Bila tidak diobati menyebabkan

    kematian. dan upaya pencegahannya adalah dengan pencegahan penderita,

    menghilangkan sampah yang busuk (tempat perkembang biakan lalat), dan

    menghindari gigitan.

    c. Penyakit leishmaniasis

    Penyakit leishmaniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh

    Golongan protozoa yaitu laishmania tropica. Vektornya adalah lalat penghisap

    darahpheblotomuss. Gejalanya adalah terjadinya kupula ditempat gigitan, kulit

    tertutupi kerak dan keluarnya exudate yang lengket serta terjadinya kerusakan

    jaringan. Upaya pencegahan dengan penutupan kulit dan pemberantasan

    serangga.

    d. Penyakit mucocutaneus

    penyakit mucocutaneus merupakan penyakit yang disebabkan oleh

    golongan protozoa yaitu laishmania braziliensis. Vektornya adalah lalat

    penghisap darahpheblotomus sp. Gejalanya adalah terjadinya papula berwarna

    merah pada tempat gigitan dan terjadinya perubahan bentuk pada permukaan

    yang digigit.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    21/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 21

    e. Sleeping sickness (penyakit tidur)

    Sleeping sickness merupakan penyakit yang disebabkan oleh golongan

    protozoatrypanosoma gambiense. Vektornya adalah lalat glossina sp. Gejala

    meliputi tiga fase, yaitu fase (1) dimana Trypanosoma gambiense berada dalam

    tubuh, fase (2) dimana berada dalam jaringan dan fase (3) berada dalam susunan

    syaraf.

    Fase (1) dengan gejala rasa gatal pada tempat gigitan dan diikuti demam,

    sakit kepal, menggil dan kehilangan nafsu makan. Fase (2) dengan gejala

    pembengkakan kelenjar getah bening, liver, sakit kepala, sakit sendi-sendi, lamah

    dan ruam dikulit. Fase (3) dengan gejala lemah, malas, tubuh kaku dan tidur

    dengan tidak terkendali.

    f. Penyakit onchocerca volvulus

    Penyakit ini disebabakan oleh Cacing onchocerca volvulus. vektornya

    adalah lalat penghisap darah (simulum sp). Penyakit yang ditimbulkan adalah

    radang pada tempat gigitan dan diikuti dengan adanya tonjolan. Perkembangan

    nodula sangat lambat dan dalam waktu 3-4 tahun hanya mencapai ukuran 2-3

    cm. Bila infeksi tonjolan mengenai mata menyebabkan kebutaan. Upaya

    pendegahan dengan menghindari gigitan, pemberantasan nyamuk dan

    pengobatan penderita.

    g. Calabar (calabar swelling).

    penyakit calabar (calabar swelling). Merupakan penyakit yang sebabkan

    oleh cacing loa-loa. Vektor cacing ini adalah lalat tabanid genus chrysops.

    Gelaja penyakit ini adalah pembengkakan jaringan adan terjadi benjolan

    sebesar telur ayam. Upaya pendegahan dengan menghindari gigitan,

    pemberantasan serangga dan pengobatan penderita.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    22/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 22

    3. Burung/Angsa

    Burung merupakan

    hawan kelas aves yang memiliki

    potensi sebagai vekor penyakit,

    hal ini disebabkan burung

    memiliki kemampuan untuk

    berimigrasi dari suatu tempat

    ke tempat lain. Sehingga

    kemungkinan burung membawa

    bibit penyakit yang dapat berupa virus (virus flu burung) ataupun bakteri.

    Mengingat, burung-burung tersebut biasanya tersebar di pantai laut Pulau Jawa

    dan daerah lain yang banyak persediaan makanan burung.

    a. Flu Asiatik

    Flu Asiatik, 18891890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di

    Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk dan

    daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan menyerang

    Amerika Utara pada bulan Desember 1889, Amerika Selatan pada FebruariApril

    1890, India pada FebruariMaret 1890, dan Australia pada MaretApril 1890.

    Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan mempunyai laju

    serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi.

    b. Flu Spanyol

    Flu Spanyol, 19181919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di

    basis pelatihan militer AS di Fort Riley, Kansas, pada bulan Oktober 1918 wabah

    ini sudah menyebar menjadi pandemi di semua benua. Wabah ini sangat

    mematikan dan sangat cepat menyebar (pada bulan Mei 1918 di Spanyol,

    delapan juta orang terinfeksi wabah ini), berhenti hampir secepat mulainya, dan

    baru benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan, 25 juta

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    23/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 23

    orang tewas; diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia

    sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di India,500.000 di Amerika Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah

    tersebut baru-baru ini diselidiki di Centers for Disease Control and Prevention,

    AS, dengan meneliti jenazah yang terawetkan di lapisan es (permafrost) Alaska.

    Virus tersebut diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.

    c. Flu Hongkong

    Flu Hong Kong, 19681969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini

    dideteksi pertama kali di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban

    adalah antara 750.000 dan dua juta jiwa di seluruh dunia.

    d. Flu burung (Flu Asia)

    Flu Asia, 19571958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada

    awal Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    24/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 24

    sama. Wabah tersebut merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe

    H2N2 dan memakan korban sebanyak satu sampai empat juta orang.

    Pada Februari 2004, virus flu burung dideteksi pada babi di Vietnam,

    sehingga meningkatkan kekhawatiran akan munculnya galur virus baru. Yang

    ditakutkan adalah bahwa jika virus flu burung bergabung dengan virus flu

    manusia (yang terdapat pada babi maupun manusia), subtipe virus baru yang

    terbentuk akan sangat menular dan mematikan pada manusia. Subtipe virus

    semacam itu dapat menyebabkan wabah global influensa yang serupa dengan flu

    Spanyol ataupun pandemi lebih kecil seperti flu Hong Kong.

    Pada bulan Oktober 2005, kasus flu burung (dari galur mematikan H5N1)

    ditemukan diTurki setelah memakan sejumlah korban jiwa di berbagai negara

    (termasuk Indonesia) sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003. Namun

    demikian, pada akhir Oktober 2005 hanya 67 orang meninggal akibat H5N1; hal

    ini tidak serupa dengan pandemi-pandemi influensa yang pernah terjadi.

    e. Psitacosis

    Walaupun belum ada laporan tentang kasus penyakit Psittacosis yang

    diderita oleh manusia tetapi penyakit yang disebarkan oleh burung paruh

    bengkok (nuri dan kakatua) ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan.

    Penularannya bisa lewat kotoran burung yang kemudian terhirup oleh manusia.

    Gejala klinik yang ditimbulkan antara lain adalah gangguan pernafasan

    mulai dari sesak nafas sampai peradangan pada saluran pernafasan, diare,

    tremor serta kelemahan pada anggota gerak. Kondisi akan semakin parah bila

    penderita dalam kondisi stress dan makanan yang kekurangan gizi.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    25/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 25

    4. Mamalia piaraan

    Hewan yang banyak digemari dan

    dipelihara oleh banyak orang ternyata dapat

    menularkan penyakit melalui gigitan,

    cakaran, sehingga perlu diwaspadai bagi

    pamelihara memelihara satwa, karena

    barangkali satwa itu terinveksi penyakit

    (vector penyakit) dan berisiko melakukan penularan pada manusia. Jenis-jenis

    penyakit yang disebabkan oleh satwa antara lain:

    a. Hepatitis

    Satwa primata (bangsa kera dan

    monyet) dapat menularkan penyakit

    hepatitis melalui gigitan atau cakaran.

    Hati-hati memelihara primata, karena

    barangkali primata itu terinveksi

    hepatitis dan sekali dia menggigit anda

    maka anda berisiko tertular hepatitis.

    Di seluruh dunia diperkirakan 2 milyar manusia telah terinfeksi penyakit

    hepatitis. Dua juta orang meninggal tiap tahunnya atau tiap menitnya ada 4

    orang meninggal akibat kasus penyakit tersebut. Kecepatan penularan penyakit

    hepatitis 4 kali lebih cepat dari penyakit HIV. Penularan penularan penyakit

    hepatitis ini melalui aliran darah, plasenta bayi bagi ibu yang mengandung serta

    cairan tubuh seperti sperma, vagina, dan air liur.

    Orang yang terkena hepatitis, hatinya akan rusak. Perutnya tampak

    membesar, muntah, diare dan kulit berwarna kekuningan. Fungsi hati yang

    menyaring racun telah hancur oleh virus ini, akibatnya kematian mengancam

    penderita hepatitis.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    26/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 26

    b. Tuberculosa (TBC)

    Satwa yang punya potensi besar menularkan penyakit TBC ke manusia

    adalah primata, misalnya orangutan, owa dan siamang. TBC adalah penyakit yang

    menyebabkan kematian terbesar kedua di Indonesia. Gejala yang ditimbulkan

    antara lain gangguan pernafasan seperti sesak nafas, batuk sampai berdarah,

    badan tampak kurus kering dan lemah. Penularan penyakit ini sangat cepat

    karena ditularkan melalui saluran pernafasan.

    Selain manusia satwapun dapat terinfeksi dan menularkan penyakit TBC

    melalui kotorannya. Jika kotoran satwa yang terinveksi itu terhirup oleh manusia

    maka membuka peluang manusia akan terinveksi juga penyakit TBC. Penyakit

    Tuberculosis bersifat menahun atau berjalan kronis, sehingga gejala klinisnya

    baru muncul jika sudah parah.

    c. Rabies

    Penyakit mematikan yang

    disebabkan oleh virus ini dikenal juga

    sebagai penyakit anjing gila. Penyakit

    yang menyerang susunan syaraf pusat

    ini dapat ditularkan ke manusia lewat

    gigitan satwa. Kasus gigitan hewan

    penyebar rabies adalah anjing (90%), kucing (3%), kera (3%) dan satwa lain (1%).

    Gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi rabies pertama-tama adalah tingkah

    laku yang abnormal dan sangat sensitif (mudah marah), kelumpuhan dan

    kekejangan pada anggota gerak. Penderita akan mati karena kesulitan untuk

    bernafas dan menelan dalam kurun waktu 2-10 hari.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    27/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 27

    d. Herpes

    Adanya pelepuhan kulit di

    seluruh tubuh merupakan gejala

    awal yang ditimbulkan bila

    terinfeksi virus herpes. Virus ini bisa

    berakibat kematian bagi bangsa

    primata. Manusia dapat tertular

    dari gigitan atau cakaran satwa

    yang mengandung virus tersebut.

    Penderita penyakit ini akan

    mengalami dehidrasi akibat pelepuhan kulit dan akhirnya kematian akan

    menjemputnya. Hati-hati jika memelihara primata seperti monyet, lutung, owa,

    siamang, orangutan, dan lain-lain.

    e. Toxoplasmosis

    Penyakit ini ditakuti oleh kaum

    wanita karena menyebabkan

    kemandulan atau selalu keguguran

    bila mengandung. Bayi yang lahir

    dengan kondisi cacatpun juga dapat

    di sebabkan oleh penyakit ini.

    Penyakit Toxoplasmosis disebarkanoleh satwa bangsa kucing, misalnya

    kucing hutan, harimau atau juga kucing rumahan.

    Penularan kepada manusia melalui empat cara yaitu: secara tidak sengaja

    menelan makanan atau minuman yang telah tercemar Toxoplasama, memakan

    makanan yang berasal dari daging yang mengandung parasit Toxopalsma dan

    tidak dimasak secara sempurna/setengah matang. Penularan lain adalah infeksi

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    28/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 28

    penyakit yang ditularkan melalui placenta bayi dalam kandungan bagi ibu yang

    mengandung. Cara penularan terakhir adalah melalui transfusi darah.

    f. Salmonellosis

    Satwa yang bisa menularkan penyakit salmonella ini antara lain primata,

    iguana, ular, dan burung. Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui

    makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan bila

    terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran pencernaan

    sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita akan mengalami diare, sari

    makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga

    penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan oleh bakteri

    Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang

    sedang hamilpun dapat mengalami keguguran.

    2.6 VEKTOR NON BIOLOIS DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKAN

    1. PES

    Plague of Justinian (wabah

    Justinian), dimulai tahun 541,

    merupakan wabah pes bubonik

    yang pertama tercatat dalam

    sejarah. Wabah ini dimulai di

    Mesir dan merebak sampai

    Konstantinopel pada musim semi

    tahun berikutnya, serta (menurut

    catatan Procopius dari Bizantium)

    pada puncaknya menewaskan 10.000 orang setiap hari dan mungkin 40 persen

    dari penduduk kota tersebut. Wabah tersebut terus berlanjut dan memakan

    korban sampai seperempat populasi manusia di Mediterania timur.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    29/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 29

    The Black Death, dimulai tahun 1300-an. Delapan abad setelah wabah

    terakhir, pes bubonik merebak kembali di Eropa. Setelah mulai berjangkit di Asia,wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa barat pada tahun 1348

    (mungkin oleh para pedagangItalia yang mengungsi dari perang di Crimea), dan

    menewaskan dua puluh juta orang Eropa dalam waktu enam tahun, yaitu

    seperempat dari seluruh populasi atau bahkan sampai separuh populasi di

    daerah perkotaan yang paling parah dijangkiti.

    2. Kolera

    pandemi pertama, 18161826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada

    daerah anak benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada

    tahun 1820. Penyebarannya sampai ke Tiongkok dan Laut Kaspia sebelum

    akhirnya berkurang. Pandemi kedua (18291851) mencapai Eropa, London pada

    tahun 1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir

    Pasifik Amerika Utara pada tahun 1834. Pandemi ketiga(18521860) terutama

    menyerang Rusia, memakan korban lebih dari sejuta jiwa. Pandemi keempat

    (18631875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika. Pandemi keenam (1899

    1923) sedikit mempengaruhi Eropa karena kemajuan kesehatan masyarakat,

    namun Rusia kembali terserang secara parah. Pandemi ketujuh dimulai di

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    30/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 30

    Indonesia pada tahun 1961, disebut kolera El Tor (atau Eltor) sesuai dengan

    nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963,India pada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.

    3. HIV

    HIVvirus penyebab AIDSdapat dianggap

    sebagai suatu pandemi, namun saat ini paling meluas di

    Afrika bagian selatan dan timur. Virus tersebut ditemukan

    terbatas pada sebagian kecil populasi pada negara-negara

    lain, dan menyebar dengan lambat di negara-negara

    tersebut. Pandemi yang dikhawatirkan dapat benar-benar

    berbahaya adalah pandemi yang mirip dengan HIV, yaitu penyakit yang terus-

    menerus berevolusi.

    4. SARS

    wabah sindrom pernapasan

    akut parah (SARS) melanda dunia,

    dan penyebarannya relatif cepat.

    Ketika upaya penangkalan dan

    pengobatannya secara medis masih

    berlangsung, penyakit ini terus

    berkembang seiring dengan migrasi

    manusia antarnegara. Penyakit

    menular semacam ini tidak mengenal batas teritori administratif.

    wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) melanda dunia, dan

    penyebarannya relatif cepat. Ketika upaya penangkalan dan pengobatannya

    secara medis masih berlangsung, penyakit ini terus berkembang seiring dengan

    migrasi manusia antarnegara. Penyakit menular semacam ini tidak mengenal

    batas teritori administratif.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    31/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 31

    sebenarnya bukan hanya SARS saja yang fenomena penyebarannya

    menarik perhatian kalangan yang bergelut dengan informasi keruangan(geoinformasi). Hampir semua gejala epidemiologis dalam lingkup regional telah

    menarik perhatian para ahli geografi dan perencana wilayah sehingga kerja sama

    dengan para ahli kesehatan diperlukan dalam pengembangan wilayah dan

    pembangunan kesehatan masyarakat.

    Pada tahun 2003, terdapat kekhawatiran bahwa SARS, suatu bentuk baru

    pneumonia yang sangat menular, dapat menjadi suatu pandemi.

    Selain itu, terdapat catatan pandemi influensa tiap 2040 tahun dengan

    tingkat keparahan berbeda-beda

    2.7 PARADIGMA KESEHATAN LINGKUNGAN

    Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu

    diketahui perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita

    dapat melakukan intervensi secara cepat dan tepat.

    source : Ahmadi,2005

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    32/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 32

    Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan

    menjadi 4 (empat) simpul, yakni :

    Simpul 1: Sumber Penyakit

    Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent

    penyakit. Agent penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat

    menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun

    melalui perantara.

    Beberapa contoh agent penyakit:

    Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll

    Agent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,

    Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll

    Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll

    Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,

    Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karna dapat

    memindahkan agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikena sebagai

    media transmisi adalah:

    - Udara

    - Air

    - Makanan

    - Binatang

    - Manusia / secara langsung

    Simpul 3: Penduduk

    Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara

    lain:

    - Perilaku

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    33/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 33

    - Status gizi

    - Pengetahuan- dll

    2.8 UPAYA MEMINIMALISIR PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

    Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya

    penyakit berbasis lingkungan, diantaranya :

    (1) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui

    Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan

    kualitas air, dan Pembinaan kelompok pemakai air.

    (2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan

    jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan

    tempat pengelolaan sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum

    (TTU) meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang

    dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum,

    salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.

    (3) Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan

    lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.

    (4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk

    melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat

    penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan

    penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit

    bawaan makanan.

    (5) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah

    bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi

    puskesmas, melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang

    mungkin menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik.

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    34/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 34

    2.9 UPAYA PENANGGULANGAN WABAH

    Upaya penanggulangan wabah meliputi:

    1. penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk

    mengenal sifat-sifat penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan

    wabah,

    2. pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk

    tindakan karantina,

    3. pencegahan dan pengebalan yaitu tindakan yang dilakukan untuk

    memberikan perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi

    mempunyai risiko terkena penyakit,

    4. pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat berupa

    bakteri, virus dan lain-lain,

    5. penanganan jenazah akibat wabah,

    6. penyuluhan kepada masyarakat

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    35/36

    Penyakit Berbasis Lingkungan Page 35

    BAB III PENUTUP

    3.1 KRITIK DAN SARAN

    Penulis sadar akan ketidak sempurnaan makalah yang telah dibuat ini.

    untuk membenahi agar kedepannya pembuatan makalah lebih baik dari ini, jika

    pembaca memiliki kritik dan saran bisa menyampaikan langsung kepada penulis

    atau mengirimkannya langsung ke e-mail pribadi penulis

    [email protected].

  • 7/23/2019 Penyakit Berbasis Lingkungan Oleh Dwi Ayu

    36/36

    DAFTAR PUSTAKA

    http://anjaswulan.blogspot.com/2012/02/penyakit-berbasis-lingkungan.html

    http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_content&view=

    article&id=403:jenis-jenis-agent-penyakit-berbasis-

    lingkungan&catid=39:kesehatan&Itemid=15

    http://biostatistik.fkm.ui.ac.id/node/83

    http://ciptakarya.pu.go.id/sanimas/berita-142-klinik-sanitasi-integrasi-menangani-

    penyakit-berbasis-lingkungan.html

    http://imindah.blogspot.com/2011/05/penyakit-berbasis-lingkungan.html

    http://jiniaricute.wordpress.com/2008/05/27/vektor-penyakit-menular/

    http://mitaunair-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-70309-Gudang%20Rongsokan-

    PENYAKIT%20BERBASIS%20LINGKUNGAN.html

    http://putraprabu.wordpress.com/2008/10/10/penyakit-berbasis-lingkungan/

    http://sanitasibersih.blogspot.com/2010/05/klinik-sanitasi-integrasi-menangani.html

    http://www.sanitasi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=592:potret-buram-sanitasi-kita&catid=55:berita&Itemid=125