02 makalah tugas akhir_pbl 2_hg 2

27
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2 http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 1/27 1 PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA Disusun Sebagai Tugas Semester Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B Dosen Pengampu: Ir. Nusyirwan Radjab, M.M. Oleh: Home Group 2 Agnes Lazuardi 1406621052 Chintya Veronika Hatcellya 1406621071 Lisa Irsanty Zulkarnain 1406620661 Monica Renata Goldi Rumawas 1406620674 Rahska Ag Zubir 1406619956 Reno Abdul Karim Koestoer 1406621411 Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B  –  7 Paralel Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Upload: samuel-lazuardi

Post on 19-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 1/27

1

PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA

Disusun Sebagai Tugas Semester

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B

Dosen Pengampu: Ir. Nusyirwan Radjab, M.M.

Oleh:

Home Group 2

Agnes Lazuardi 1406621052

Chintya Veronika Hatcellya 1406621071

Lisa Irsanty Zulkarnain 1406620661

Monica Renata Goldi Rumawas 1406620674

Rahska Ag Zubir 1406619956

Reno Abdul Karim Koestoer 1406621411

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B  –  7 Paralel

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

Page 2: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 2/27

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada kami sehingga kami mampu

mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas akhir

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B.

Penurunan tanah di kota-kota besar seperti di wilayah DKI Jakarta menjadi isu

yang hangat diperbincangkan beberapa tahun belakangan ini. Meskipun

mekanisme alam dapat menyebabkan penurunan tanah namun perilaku

manusialah yang menjadi faktor utama terjadinya fenomena penurunan tanah

tersebut sehingga pada akhirnya hal tersebut akan menimbulkan efek negatif baik

 bagi lingukungan maupun manusia.

Oleh karena itu, untuk mengatasi penurunan tanah itu perlu adanya perubahan

 perilaku manusia sehingga pola hidup yang tercipta dapat mendukung restorasi

tanah. Selain itu, aplikasi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan sains

 juga perlu diimplementasikan untuk membantu baik warga DKI Jakarta maupun

warga yang mengalami fenomena penurunan tanah ini sehingga fase selanjutnya

dapat dihambat dan dampak negatif dapat dikurangi demi kelangsungan hidup

manusia dan makhluk hidup lainnya.

Dalam mengerjakan makalah ini, kami ingin berterima kasih kepada dosen

kami, Ir. Nusyirwan Radjab, M.M, yang telah berperan sebagai pembimbing dan

fasilitator dalam setiap diskusi kami. Tanpa bimbingan beliau, kami tidak akan

mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun makalah ini. Namun,

sebagai manusia kami juga menyadari bahwa kami penuh dengan keterbatasan.

Makalah yang telah kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenaitu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terhadap makalah

kami. Segala masukan akan kami terima dengan hati terbuka sehingga kami

senantiasa dapat memperbaiki kinerja kami dalam karya-karya kami selanjutnya.

Depok, 24 Mei 2015

Penulis

Page 3: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 3/27

3

PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA

Oleh: Home Group 2

ABSTRAK

Fenomena penurunan muka tanah (land subsidence) hampir terjadi di seluruh

dunia, termasuk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan

Semarang. Penurunan tanah di Jakarta diduga disebabkan oleh ekstraksi air tanah

yang berlebihan serta diakibatkan pula oleh beban (loading ) bangunan, kompaksi

alamiah dan juga proses tektonik. Secara umum banyak metode untuk memantau

 penurunan muka tanah seperti: GPS (Global Positioning System), InSAR

( Interferometry Syntetic Aperture Radar ), metode sipat datar, dan gayaberat

( gravity). Penurunan muka tanah memberikan dampak negatif secara langsung di

sekitar wilayah terdampak, seperti menyebabkan banjir dan rob (tidal flooding ) didaerah pantai (coastal zone), kerusakan pada gedung-gedung dan rumah-rumah,

serta infrastruktur seperti jembatan dan jalan, bahkan dapat menyebabkan

meledaknya pipa gas. Penurunan muka tanah juga mempunyai implikasi terhadap

kehidupan sosial seperti berkurangnya kualitas hidup dan lingkungan (kondisi

sanitasi dan kesehatan) di wilayah terdampak. Penurunan muka tanah juga

merupakan salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi

yang cukup besar. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

 bahwa gerakan terintegrasi dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan muka

tanah itu sendiri.

Kata kunci: akibat, air tanah, ekstraksi, kerugian, penyebab, penurunan,

 permukaan tanah, sebab, solusi.

Page 4: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 4/27

4

DAFTAR ISI

COVER  ............................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR  ........................................................................................ 2

ABSTRAK ........................................................................................................... 3

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 6

1.1  Latar Belakang .................................................................................. 6

1.2  Rumusan Masalah ............................................................................. 7

1.3  Tujuan Penulisan ............................................................................... 7

BAB II ISI ........................................................................................................... 8

2.1. 

Pengertian Penurunan Permukaan Tanah Menurut Para Ahli ........... 8

2.2.  Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Permukaan Tanah ... 8

2.2.1.  Faktor Alami ......................................................................... 8

2.2.2.  Faktor Manusia ...................................................................... 10

2.2.2.1.Pengambilan Air Tanah yang Berlebihan ................. 10

2.2.2.2.Kegiatan Pertambangan ............................................ 11

2.2.2.3.Pendirian Bangunan .................................................. 12

2.2.3. 

Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Menurut

Armi Susandi ......................................................................... 13

2.3.  Akibat dan Dampak yang Ditimbulkan dari Penurunan Permukaan

Tanah ................................................................................................. 14

2.3.1.  Banjir dan Rob ...................................................................... 14

2.3.2.  Kerusakan Infrastruktur ......................................................... 15

2.3.3.  Kerugian Ekonomi ................................................................ 15

2.4. 

Teknik Pemantauan Penurunan Permukaan Tanah ........................... 152.4.1

 

Menggunakan Metode GPS ................................................... 16

2.4.2  Menggunakan Metode Sipat Datar ........................................ 17

2.4.2.1. Jenis Peralatan Sipat Datar ....................................... 17

2.5 

Data dan Analisis Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta ...... 18

2.5.1  Fakta Penelitian Penurunan Muka Tanah di DKI Jakarta ..... 19

2.5.1.1. Fakta Penelitian Hasanudin Z. Abidin ...................... 19

2.5.1.2. Fakta Penelitian Ramdhan dan Hutasoit ................... 20

Page 5: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 5/27

5

2.6  Solusi dan Upaya untuk Mengatasi Masalah Penurunan Permukaan

Tanah ................................................................................................. 20

2.6.1 

Peraturan Pemerintah ............................................................. 20

2.6.1.2. Mengatasi Masalah Kependudukan .......................... 22

2.6.1.3. Solusi Lain dari Pemerintah ..................................... 23

2.6.2 

Perilaku Masyarakat .............................................................. 23

2.7. Kendala yang Dihadapi dalam Mengatasi Masalah Penurunan

Permukaan Tanah .............................................................................. 24

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 25

3.1 Kesimpulan .......................... ............................................................ 25

3.2 Saran .................................................................................................. 26

REFERENSI ....................................................................................................... 26

Page 6: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 6/27

6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penurunan tanah atau biasa yang disebut dengan land subsidence merupakan

suatu fenomena alam yang banyak terjadi di kota  –  kota besar yang berlokasi di

sekitar pantai atau dataran aluvial, seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya.

Proses atau gerakan turunnya permukaan tanah telah banyak terjadi di berbagai

wilayah di dunia terutama dikota-kota besar yang berlokasi dikawasan pantai atau

dataran aluvial (endapan lepas yang bergerak ke tempat lain atau tidak berada di

sekitar batuan induk dimana berukuran butiran berupa pasir dan lempung).

Penurunan tanah berhubungan dengan fenomena  –   fenomena alam dan

lingkungan yang dibangun manuasia seperti terjadinya banjir, intrusi air laut,

 perubahan aliran sungai, dan penataan konstruksi bangunan yang notabene

 bersifat destruktif.

Subsidence  adalah gerakan permukaan (biasanya, permukaan bumi) karena

 bergeser ke bawah relatif terhadap datum seperti permukaan laut. Kebalikan dari

 penurunan yang mengangkat, yang menghasilkan peningkatan elevasi. Penurunantanah menjadi perhatian ahli geologi, insinyur geoteknik dan surveyor.

Subsidence  sering menyebabkan masalah besar, di mana pembubaran kapur

oleh aliran cairan di bawah permukaan menyebabkan penciptaan void . Jika atap

kekosongan ini menjadi terlalu lemah, maka atap tersebut dapat runtuh dan batu

atasnya dan bumi akan jatuh ke dalam ruang, menyebabkan penurunan di

 permukaan.

Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang pengertian, proses,

faktor-faktor penyebab, dampak, dan akibat dari penurunan permukaan tanah yang

terjadi di DKI Jakarta ini. Selain itu, akan diulas pula beberapa teknik pemantauan

dan solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi dampak negatif dari

 penurunan permukaan tanah yang ada di DKI Jakarta tersebut. Penulis berharap

agar pembaca lebih memahami faktor-faktor pemicu penurunan permukaan tanah

di DKI Jakarta, sehingga para pembaca mempunyai kesadaran diri untuk turut

Page 7: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 7/27

7

 berperan serta dalam mencegah penurunan permukaan tanah dan menjaga baik

DKI Jakarta maupun bumi di mana tempat kita tinggal.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.  Apa pengertian dari penurunan permukaan tanah?

2. 

Apa faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan permukaan tanah?

3.  Apa dampak dan akibat yang ditimbulkan dari terjadinya penurunan

 permukaan tanah?

4.  Apa saja teknik pemantauan yang dapat digunakan untuk memantau dan

mengetahui mengenai penurunan permukaan tanah?

5. 

Apa solusi dan upaya yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah

 penurunan permukaan tanah?

6.  Apa kendala yang dihadapai dalam mengatasi masalah penurunan permukana

tanah?

1.3. TUJUAN PENULISAN

1.  Untuk mengetahui pengertian dari penurunan permukaan tanah

2. 

Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan permukaan

tanah

3.  Untuk mengetahui dampak dan akibat yang ditimbulkan dari terjadinya

 penurunan permukaan tanah

4.  Untuk mengetahui teknik pemantauan yang dapat digunakan untuk memantau

dan mengetahui mengenai penurunan permukaan tanah

5.  Untuk mengetahui solusi dan upaya yang dapat diberikan untuk mengatasi

masalah penurunan permukaan tanah6.

 

Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatasi masalah

 penurunan permukaan tanah

Page 8: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 8/27

8

BAB II

ISI

2.1. PENGERTIAN PENURUNAN PERMUKAAN TANAH MENURUT

PARA AHLI

Menurut Marfai (2006), penurunan permukaan tanah atau land subsidence

merupakan suatu proses gerakan penurunan muka tanah yang didasarkan atas

suatu datum tertentu (kerangka referensi geodesi) di mana terdapat berbagai

macam variabel penyebabnya. Menurut penelitian Hasanudin Z Abidin, Ketua

Kelompok Keilmuan Geodesi ITB, penurunan permukaan tanah atau subsiden di

Jakarta telah terpantau sejak tahun 1982.

Secara umum informasi tentang karakteristik dan pola land subsidence 

(penurunan tanah) di wilayah Jakarta akan sangat bermanfaat dalam proses

 perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan yang berkelanjutan di

wilayah Jakarta. Karena data dan informasi tentang penurunan muka tanah akan

sangat bermanfaat bagi aspek- aspek pembangunan seperti untuk perencanaan

tata ruang (di atas maupun di bawah permukaan tanah), perencanaan

 pembangunan sarana/prasarana, pelestarian lingkungan, pengendalian dan pengambilan airtanah, pengendalian intrusi air laut, serta perlindungan masyarakat

(linmas) dari dampak penurunan tanah (seperti terjadinya banjir); maka sudah

sewajarnya bahwa informasi tentang karakteristik penurunan tanah ini perlu

diketahui dengan sebaik-baiknya dan kalau bisa sedini mungkin. Dengan kata

lain, fenomena penurunan permukaan tanah perlu dipelajari dan dipantau secara

 berkesinambungan.

2.2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN

PERMUKAAN TANAH

2.2.1. Faktor Alami

Penurunan tanah alami terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang

luas atau terjadi secara lokal yaitu hanya sebagian kecil permukaan tanah. Hal

ini biasanya disebabkan oleh adanya rongga di bawah permukaan tanah,

 biasanya terjadi didaerah yang berkapur (Whittaker and Reddish, 1989).

Page 9: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 9/27

9

Berbagai penyebab terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan

menjadi:

1. 

Siklus geologi.

Penurunan muka tanah terkait dengan siklus geologi. Proses  –  

 proses yang terlihat dalam siklus geologi adalah: pelapukan

(denuation), pengendapan (deposition), dan pergerakan kerak bumi

(crustal movement ). Adapun keterkaitannya yaitu pelapukan bisa

disebabkan oleh air seperti pelapukan batuan karena erosi baik secara

mekanis maupun kimia, oleh perubahan temperature yang

mengakibatkan terurainya permukaan batuan, oleh angin terutama di

daerah yang kering dan gersang karena pengaruh glacial dan oleh

gelombang yang biasanya terjadi di daerah pantai (abrasi).

2.  Sedimentasi daerah cekungan ( sedimentary basin).

Biasanya daerah cekungan terdapat di daerah  –   daerah tektonik

lempeng terutama di dekat perbatasan lempeng. Sedimen yang

terkumpul di cekungan semakin lama semakin banyak dan

menimbulkan beban yang bekerja semakin meningkat, kemudian

 proses kompaksi sedimen tersebut menyebabkan terjadinya penurunan

 pada permukaan tanah. Sebagian besar penurunan muka tanah akibat

faktor ini adalah:

a.  Adanya gaya berat dari beban yang ditimbulkan oleh endapan dan

 juga ditambah dengan air menyebabkan kelenturan pada lapisan

kerak bumi.

 b.  Aktivitas internal yang menyebabkan naiknya temperature kerak

 bumi dan kemudian mengembang menyebabkan kenaikan pada permukaan pada permukaan tanah. Setelah itu proses erosi dan

 pendinginan kembali menyebabkan penurunan muka tanah.

c.  Karakteristik deformasi dari lapisan tanah yang berkaitan dengan

tekanan –  tekanan yang ada

3. Adanya rongga di bawah permukaan tanah sehingga atap rongga runtuh

dan hasil runtuhan atap rongga membentuk lubang yang disebut sink hole.

Page 10: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 10/27

10

4. Adanya aktifitas vulkanik dan tektonik. Konsolidasi alamiah lapisan

tanah.

5. Gaya-gaya tektonik.

Karena adanya gaya teknonis yang menyebabkan getaran dan

 pergerakan lapisan kulit bumi/tanah yang juga dapat menyebabkan

terjadinya penurunan muka tanah. Menurut Haartman yang dimaksud

dengan tenaga tektonisme adalah dislokasi yang terjadi pada batuan di

dalam bumi. Dislokasi adalah perubahan posisi atau letak dari komplek

 batuan, baik yang mengakibatkan putusnya hubungan antar batuan atau

tidak. Umumnya bentuk hasil kerja dari tektonisme adalah berupa

lipatan dan patahan. Tektonisme terbagi dua hal, yaitu gerak

Epirogenesa dan gerak Orogenesa.

Epirogenesa adalah pergeseran kulit bumi yang berlangsung dalam

waktu yang lama, gerakannya lambat, dan meliputi daerah yang luas.

Epirogenesa positif adalah gerakan yang ditimbulkan menuju ke

dalam bumi atau penurunan. Penyebabnya adalah tambahan beban,

misalnya adanya sedimen yang sangat tebal dan sebagainya, sehingga

lautan seakan-akan naik.

6. Ekstraksi gas dan minyak bumi.

7. Ekstraksi lumpur.

8. Patahan kerak bumi.

9. Konstraksi panas bumi di lapisan litosfer.

2.2.2. Faktor Manusia

Penurunan tanah paling sering disebabkan oleh aktivitas manusia, berikut

adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan penurunan tanah:2.2.2.1. Pengambilan Air Tanah yang Berlebihan

Bagi kebanyakan masyarakat terutama di kawasan industri air tanah

merupakan pilihan yang paling disukai sebagai sumber kebutuhan air. Hal

ini berkaitan dengan kenyataan bahwa pada musim kemarau jumlah air

 permukaan (sungai, danau, dan waduk) menyusut drastis dan sering diikuti

dengan menurunnya kualitas air sampai pada tingkat layak dikonsumsi.

Berbeda dengan gerakan air permukaan, gerakan air tanah jauh lebih

Page 11: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 11/27

11

lambat dari pada air permukaan sehingga air tanah yang dapat

dimanfaatkan masih tersedia dalam jumlah cukup besar, bahkan selama

musim kemarau berlangsung.

Pengambilan air tanah secara berlebihan mengakibatkan penurunan

tanah karena pemakaian sumur dalam. Dengan meningkatnya kebutuhan,

 baik untuk keperluan industri, pertanian, kebutuhan rumah tangga,

 perhotelan, perkantoran, pengambilan air tanah mengalami peningkatan

dari tahun ketahun. Konsekuensi yang dirasakan dalam bentuk penurunan

tinggi permukaan air tanah yang pada gilirannya dapat menyebabkan

terjadinya penurunan tanah (land subsidence).

2.2.2.2. Kegiatan Pertambangan

Kegiatan penambangan dapat menimbulkan penurunan tanah seperti

 penambangan bahan galian baik padat seperti: batu bara, dan cair ataupun

gas seperti: gas alam dan minyak bumi. Beberapa jenis penambangan dan

khususnya metode yang sengaja menyebabkan kekosongan diekstraksi

akan menghasilkan penurunan permukaan.

Pertambangan akan menyebabkan  subsidence  diinduksi relatif

diprediksi dalam, manifestasi besarnya dan luasnya. Pertambangan akibat

 penurunan hampir selalu sangat lokal ke permukaan di atas area

ditambang, ditambah margin sekitar luar. Besarnya vertikal penurunan itu

sendiri biasanya tidak menyebabkan masalah, kecuali dalam kasus

drainase (termasuk drainase alami) - melainkan adalah tekan permukaan

terkait dan  strain  tarik, kelengkungan, miring dan perpindahan horisontal

yang merupakan penyebab kerusakan terburuk untuk lingkungan alam,

 bangunan dan infrastruktur.Dimana kegiatan pertambangan direncanakan, pertambangan akibat

 penurunan dapat berhasil dikelola jika ada kerjasama dari semua

 stakeholder . Hal ini dicapai melalui kombinasi dari perencanaan tambang

yang cermat, mengambil langkah-langkah pencegahan, dan melaksanakan

 perbaikan pasca-tambang.

Page 12: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 12/27

12

2.2.2.3. Pendirian Bangunan

Tanah memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah

dapat menjadi pondasi pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari

 bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan. Penambahan

 bangunan di atas permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan di

 bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan

adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara

dari dalam pori, dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan

tanah yang bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya

menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah.

Pendirian bangunan dapat mengakibatkan penurunan tanah. Terutama

di kota-kota besar. Bangunan  –  bangunan, gedung  –  gedung perkantoran

 pencakar langit yang terletak di kota  –   kota besar dapat menimbulkan

 penurunan tanah. Contohnya kota Jakarta dibangun di atas sedimen yang

terdiri dari lempung terkonsolidasi, lumpur, gambut, dan pasir sangat

rentan terhadap penurunan. Daerah seperti yang umum di daerah delta,

dimana sungai mengalir ke lautan, di sepanjang dataran banjir yang

 berdekatan dengan sungai, dan di tanah rawa pesisir. Dalam pengaturan

tersebut,  subsidence  adalah proses alami sedimen disimpan oleh sungai

dan lautan terkubur, dan berat yang melapisi, baru disimpan sedimen,

compacts sedimen dan mereda materi.

Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh adanya beban-beban

 berat diatasnya seperti struktur bangunan sehingga lapisan-lapisan tanah

dibawahnya mengalami kompaksi/konsolidasi. Penurunan muka tanah inisering juga disebut dengan settlement . Berat bangunan akan menyebabkan

tekanan pada tanah dasar yang menyebar dan semakin kebawah semakin

kecil. Secara umum penurunan tanah akibat pembebanan dapat dibagi ke

dalam tiga jenis, yaitu:

a) Penurunan seketika (penurunan elastis)

Terjadi pada saat beban diberikan dan diterima oleh air pori,

sehingga timbul tegangan air pori pada tanah berpermeabilitas rendah:

Page 13: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 13/27

13

untuk sementara tidak ada air pori yang yang terdisipasikan (tanah

dalam kondisi undrained), tanah akan terdeformasi tanpa mengalami

 perubahan volume, sehingga deformasi vertikal (penurunan) akan

diikuti pengembangan ke arah lateral.

 b) Penurunan konsolidasi (primer)

Terjadi bersamaan dengan terdispersinya air pori, akibat penurunan

yang terjadi disertai dengan perubahan volume; tegangan air pori

diteruskan ke partikel tanah menjadi tegangan efektit tanah; kecepatan

terjadinya konsolidasi tergantung kecepatan keluarnya air pori yang

merupakan fungsi permeabilitas tanah dan batas-batas drainase.

c) Penurunan sekunder dan penurunan jangka panjang

Terjadi setelah seluruh tegangan air pori terdisipasi dan tegangan

efektif tanah konstan; deformasi ini terjadi akibat efek rangkak

(drained creep).

2.2.3. Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Menurut Armi

Susandi, Dosen dan Peneliti Program Studi Meteorologi ITB

1. Struktur tanah

Tanah yang bersifat aluvial yang terbentuk dari akumulasi endapan

tanah dari dataran tinggi yang terbawa oleh aliran sungai membentuk

struktur tanah aluvial.

Tanah aluvial tergolong tanah yang kurang stabil untuk menopang

 beban-beban berat seperti jalan raya untuk jalur muatan kendaraan berat

dan gedung-gedung bertingkat.

2.  Proses alami

a. 

Intrusi air laut mengakibatkan pelapukan tanah b.

 

Temperatur tinggi menyebabkan tanah meremah menjadi butiran

halus

c.  Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah lapuk melumer

menjadi kehilangan daya untuk menahan beban.

Page 14: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 14/27

14

3. Pengambilan air tanah yang intensif

a. Pemukiman

Meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan peningkatan

 pemukiman di satu wilayah. Kebutuhan akan air bersih pun ikut

meningkat.

 b. Industri

Eksploitasi air untuk industri mengganggu kestabilan air tanah.

Pengambilan air tanah dalam jumlah besar tanpa diiringi dengan

 penyerapan tanah menyebabkan konsentrasi air tanah berkurang

sehingga menciptakan rongga-rongga.

4. Beban-beban seperti gedung-gedung bertingkat dan jalan raya

sebagai jalur muatan kendaraan berat menambah ketidakstabilan tanah.

2.3. AKIBAT DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI

PENURUNAN PERMUKAAN TANAH

Penurunan permukaan tanah di Jakarta membawa beberapa dampak negatif,

yaitu:

2.3.1. 

Banjir dan Rob

Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah di Jakarta adalah

 banjir. Banjir yang terjadi di Jakarta kian tahun kian meningkat. Banjir yang

terjadi pada tahun 2007 lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia

dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Banjir

 pada tahun tersebut mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta

terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik

lokasi banjir. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karenaterseret arus, tersengat listrik, atau sakit.

Selain banjir yang terjadi akibat curah hujan yang tinggi, banjir rob juga

sering terjadi di Jakarta. Banjir rob merupakan banjir yang secara umum

disebabkan oleh naiknya permukaan air laut akibat air pasang. Di Jakarta,

terutama Jakarta Utara, banjir rob selain karena air pasang, penurunan

 permukaan tanah dan efek pemanasan global (menyebabkan permukaan air

Page 15: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 15/27

15

laut naik) juga turut memperparah keadaan. Tercatat terdapat 27 titik di

Jakarta Utara yang menjadi titik rawan terjadinya banjir rob.

2.3.2.  Kerusakan Infrastruktur

Penurunan tanah di Jakarta pertama kali diketahui oleh ilmuan yaitu pada

tahun 1978, saat keretakan muncul di jembatan sarinah, di jalan M.H Thamrin.

Setelah diteliti, keretakan tersebut terjadi ternyata akibat penurunan

 permukaan tanah.

Selain itu, pada 16 September 2010, jembatan di jalan R.E. Martadinata,

Jakarta Utara ambles. Hal ini setelah diteliti, diakibatkan oleh penurunan

 permukaan tanah Jakarta.

Lalu kerusakan infrastruktur yang selanjutnya adalah perubahan elevasi

dan kemiringan sungai, kanal, dan saluran air, kerusakan jembatan, jalan,

kereta api, badai saluran, selokan sanitasi, saluran, dan tanggul, kerusakan

 bangunan swasta dan publik, kegagalan casing baik dari kekuatan yang

dihasilkan oleh pemadatan halus bahan dalam sistem akuifer.

2.3.3.  Kerugian Ekonomi

Kerusakan infrastruktur serta banjir yang melanda Jakarta juga turut

mempengaruhi aspek perekonomian. Dari banjir Jakarta pada tahun 2007,

kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah,

diperkirakan 4,3 triliun rupiah.

2.4. TEKNIK PEMANTAUAN PENURUNAN PERMUKAAN TANAH

Studi karakteristik penurunan muka tanah diperlukan dalam penentuan pola

dan laju penurunan muka tanah. Hal ini diperlukan untuk penataan dan

 perencanaan wilayah dimana membutuhkan stabilitas wilayah dalam penempatanlokasi pembangunan dan pusat aktivitas pembangunan. Untuk itu diperlukan suatu

sistem pemantauan dan pengukuran penurunan muka tanah baik secara spasial

maupun non-spasial secara berkala untuk mendapatkan pengetahuan suatu

wilayah secara vertikal secara baik.

Pengetahuan suatu wilayah secara vertikal sangat dibutuhkan untuk

menunjang pembangunan infrastruktur seperti: pembangunan gedung-gedung,

 pembangunan pelabuhan, pembangunan pemukiman serta pemanfaatan ruang

Page 16: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 16/27

16

dibawah permukaan tanah. Pemantauan titik-titik kontrol vertikal (tinggi) secara

 periodik pada lokasi-lokasi yang ditentukan akan menghasilkan nilai turunnya

 permukaan tanah sebagai akibat pengaruh deformasi vertikal pada permukaan

tanah yang direpresentasikan melalui perubahan tinggi titik-titik kontrol vertikal.

Pada prinsipnya, penurunan tanah dari suatu wilayah dapat dipantau dengan

menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis (e.g.

 pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan

 piezometer yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan

metode geoteknik, maupun metode-metode geodetik seperti survei sipat datar

(leveling ), survei gaya berat mikro, survei GPS (Global Positioning System), dan

InSAR ( Interferometric Synthetic Aperture Radar ).

2.4.1. Teknik Pemantauan Penurunan Permukaan Tanah dengan

Menggunakan Global Positioning System

GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan

 pada pengamatan satelit-satelit Global Positioning System (Abidin, 2000;

Hofmann-Wellenhof et al., 1997). Prinsip studi penurunah tanah dengan

metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di

 beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik untuk ditentukan koordinatnya

secara teliti dengan menggunakan metode survei GPS. Dengan mempelajari

 pola dan kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik tersebut dari survei

yang satu ke survei berikutnya, maka karakteristik penurunan tanah akan dapat

dihitung dan dipelajari lebih lanjut.

GPS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi (dua

komponen horisontal dan satu komponen vertikal). Jadi disamping

memberikan informasi tentang besarnya penurunan muka tanah, GPS jugasekaligus memberikan informasi tentang pergerakan tanah dalam arah

horisontal.

GPS memberikan nilai vektor pergerakan dan penurunan tanah dalam

suatu sistem koordinat referensi yang tunggal. Dengan itu maka GPS dapat

digunakan untuk memantau pergerakan suatu wilayah secara regional secara

efektif dan efisien.

Page 17: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 17/27

17

GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat presisi

sampai beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara spasial

maupun temporal. Dengan tingkat presisi yang tinggi dan konsisten ini maka

diharapkan besarnya pergerakan dan penurunan tanah yang kecil sekalipun

akan dapat terdeteksi dengan baik.

GPS dapat dimanfaatkan secara kontinyu tanpa tergantung waktu (siang

maupun malam), dalam segala kondisi cuaca. Dengan karakteristik semacam

ini maka pelaksanaan survei GPS untuk pemantauan pergerakan dan

 penurunan muka tanah dapat dilaksanakan secara efektif dan fleksibel.

Pemantauan penurunan tanah di wilayah DKI Jakarta menggunakan

teknologi satelit GPS telah dilasanakan secara periodik sejak tahun 1997

sampai dengan akhir tahun 2005 oleh KK Geodesi bekerjasama dengan

BAKOSURTANAL dan Pemda DKI, dimana survei pengukurannya telah

dilakukan sebanyak 5 periode pengamatan. Dari hasil pengolahan data survey

GPS memang diperoleh informasi mengenai adanya penurunan tanah di

wilayah Jakarta, dimana daerah Jakarta utara merupakan wilayah yang cukup

signifikan terjadi penurunan tanah. Besarnya penurunan tanah diwilayah

Jakarta selama lima periode ini rata – rata berkisar antara beberapa centimeter

sampai beberapa belas centimeter, dan di daerah tertentu ada yang mencapai

 beberapa puluh centimeter.

2.4.2. Teknik Pemantauan Penurunan Permukaan Tanah dengan Metode

Sipat Datar

Pengukuran menyipat datar mempunyai maksud untuk menentukan beda

tinggi antara titik-titik pada permukaan bumi. Sebagai acuan penentuan tinggi

titik-titik tersebut digunakan muka air laut rata-rata (MSL) atau tinggi lokal.2.4.2.1. Jenis Peralatan Sipat Datar

Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi dalam

empat macam utama:

a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap

ditempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar

dengan sumbu ke satu sebagai sumber putar.

Page 18: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 18/27

18

 b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan

ditempatkan pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat

diputar dengan sumbu ke satu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar

dengan suatu sumbu yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu

 putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat

diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.

c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu

mekanis, tetapi nivo tidak diletakkan pada teropong, melainkan

ditempatkan di bawah, lepas dari teropong. Teropong dapat diangkat

dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.

d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat di angkat dari

 bagian bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian

 bawah dengan landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo

ditempatkan di teropong.

2.5. DATA DAN ANALISIS PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI

JAKARTA

Salah satu penyebab turunnya tanah di Jakarta adalah eksploitasi air tanah

yang berlebih. Sejak awal abad ke-20, penduduk Jakarta memanfaatkan air tanah

untuk memenuhi kebutuhan mereka, kebutuhan air minum, maupun kebutuhan

industri pabrik. Namun seiring waktu, kebutuhan air meningkat, sehingga

 pemanfaatan air tanah pun juga meningkat. Peningkatan pemanfaatan air tanah

menyebabkan turunnya tanah di Jakarta.

Peningkatan pemanfaatan air tanah di Jakarta terjadi karena beberapa faktor,

yaitu urbanisasi dan padatnya penduduk Jakarta, serta aktivitas industri.Populasi penduduk Jakarta pada tahun 2010 adalah 9.558.198 penduduk

(Badan Pusat Statistik, 2010). Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar

1,49% tiap tahunnya, maka diperkirakan populasi penduduk DKI Jakarta pada

tahun 2015 adalah sebesar 10.291.822 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar

15.500 jiwa/km2.  Populasi penduduk yang 10,2 juta merupakan populasi

 penduduk saat akhir minggu. Pada kenyataanya, populasi penduduk Jakarta saat

hari kerja berkisar antara 13-15 juta. Penduduk. 2,5  –  3,5 juta penduduk tersebut

Page 19: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 19/27

19

 berasal dari kota di sekitar Jakarta (Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, atau

 bahkan Bandung) yang bekerja di Jakarta. Penduduk Jakarta yang besar ini

meningkatkan pengonsumsian air tanah. Untuk air minum saja, penduduk Jakarta

hanya menggunakan 30% air yang berada di permukaan, selebihnya pemenuhan

kebutuhan air diambil dari air tanah.

Selain itu, pertumbuhan penduduk Jakarta juga meningkatkan pertumbuhan

aktivitas industri di Jakarta. Aktivitas industri di Jakarta sangat bergantung

dengan air tanah, karena infrastruktur untuk mendapatkan air dari sumber lain

tidak terpenuhi. Berdasarkan data, hanya sekitar 3,5 juta meter kubik air bersih

dari sumber air permukaan yang digunakan untuk kebutuhan industri. Angka

tersebut hanya memenuhi 1% kebutuhan air industri. Jadi, selebihnya didapat dari

eksploitasi air tanah.

Peningkatan penggunaan air tanah oleh aktivitas manusia ini mengakibatkan

 persediaan air tanah berkurang sehingga permukaan tanah turun. Hal inilah yang

menyebabkan mengapa Jakarta kini sering tertimpa banjir.

2.5.1. Fakta Penelitian Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh sejumlah ahli dan pakar

menyatakan bahwa telah terjadi penurunan permukaan tanah di Jakarta.

Perkiraan rata-rata penurunan tanah untuk periode Desember 1997 sampai

dengan September 2005 adalah 1  –   10 cm/tahun dan mencapai 15  –   20

cm/tahun. Penurunan tanah rata rata terbesar terjadi di barat laut Jakarta. Dari

observasi periode 1982 –  1991, penurunan permukaan tanah tertinggi terjadi di

Cengkareng dan Jakarta Utara dengan 8,5 cm/tahun. Di periode 1997  –  1999,

 penurunan tanah tertinggi terjadi di Daan Mogot, daerah barat laut Jakarta

dengan 31,9 cm/tahun.2.5.1.1. Fakta Penelitian Hasanudin Z. Abidin, Ketua Kelompok

Keilmuan Geodesi ITB

Pengukuran penurunan permukaan tanah menggunakan metode sipat

datar menunjukkan subsiden berkisar 20 sampai 200 cm dan terjadi dalam

kurun waktu tahun 1982 hingga tahun 1997.

Dalam kurun waktu tahun 1997 hingga tahun 2007, dengan

menggunakan metode survei  global positioning system (GPS), penurunan

Page 20: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 20/27

20

terus berlangsung. Di Jakarta Utara dan Jakarta Barat diketahui laju

 penurunannya tergolong paling tinggi, yaitu 10-15 cm per tahun. Angka

tersebut menunjukan penurunan tanah di Jakarta masih terus berlangsung.

2.5.1.2. Fakta Penelitian Ramdhan dan Hutasoit Tahun 2007

Penurunan permukaan tanah di Jakarta dalam kurun waktu 1991-1997

lebih besar dibandingkan dengan tahun 1982-1991. Hal ini dipengaruhi

 penurunan muka air tanah di akuifer menegah dan akuifer dalam.

Kontribusi pengambilan air tanah terhadap penurunan permukaan tanah

17,5 persen. Menurut peneltian yang dilakukan 15 tahun lalu, lapisan

tanah di Jakarta terdiri dari endapan kuarter setebal 200 hingga 300 meter.

2.6. SOLUSI DAN UPAYA UNTUK MENGATASI MASALAH

PENURUNAN PERMUKAAN TANAH

Masyarakat yang terutama menjadi bagian dari warga DKI Jakarta, tentunya

memiliki peran penting dalam terjadinya penurunan permukaan tanah di DKI

Jakarta. Pada awalnyapun mayoritas penyebab penurunan permukaan tanah

tersebut terjadi karena perilaku manusia yang tidak mencintai dan merawat

lingkungan ini sebagaimana mestinya. Oleh karena itu untuk mengatasinya, perlu

 juga melakukan gerakan yang terintegrasi untuk mengubah pola pikir dan pola

hidup manusia agar dampak buruk dari penurunan permukaan tanah tersebut dapat

diminimalisasi baik dalam segi dampak maupun penyebarannya.

2.6.1  Solusi yang Dapat Dilakukan oleh Pihak Pemerintah

Dalam mengatasi penurunan permukaan tanah, pemerintah memiliki peran

yang besar. Peraturan  –  peraturan, hukum, undang-undang, dsb yang dimiliki

suatu daerah dapat berpengaruh untuk lingkungan tersebut.2.6.1.1. Peraturan Pemerintah 

1.  Pembatasan eksploitasi air tanah sesuai Perda No.10 tahun 1998.

Untuk bisa menghentikan ektrasksi (moratorium), pemerintah perlu

segera dan segera menyediakan air bersih perpipaan yang dapat

memenuhi hampir seluruh kebutuhan air bersih perkotaan di DKI

Jakarta ini. Ada beberapa langkah agar dapat menyediakan air

 bersih yang cukup tanpa mengekstraksi air dalam tanah yaitu

Page 21: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 21/27

21

dengan memanfaatkan 13 sungai yang melewati Jakarta, sayangnya

semua sungai itu dijadikan tempat pembuangan limbah oleh

masyarakat sekitar. Bersihkan sungai, lakukan penyuluhan pada

masyarakat sekitar akan pentingnya sungai di lingkungan mereka,

lalu akan tercipta sumber air yang minimal dapat digunakan untuk

keperluan mandi, dll. Namun jika pengelolaan sungai yang baik

dapat dibuat adanya air bersih yang pelayananya prima tingkat

kebocorannya rendah, kualitasnya benar-benar air minum,

harganya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Ini bisa

memecahkan banyak masalah, yang pertama bisa menjaga agar air

tanah tetap berada dalam tanah, lalu membuat sumber air yang

murah dan sehat bayangkan jika hal ini terealisasikan maka tidak

 perlu lagi mengimpor air dari daerah luar Jakarta ini berarti

menghemat biaya produksi dan transportasi, lalu yang tak kalah

 penting juga membuat kota Jakarta lebih indah dan sehat.

2.  Pemberian pajak yang tinggi terhadap hotel atau bangunan lainnya

yang hanya menggunakan air tanah sebagai pemasok air bersihnya.

3. 

Mewajibkan membuat sumur resapan air hujan sesuai SK

Gubernur Prov. DKI Jakarta No. 68 Tahun 2005 tanggal 8 Juni

2005

4.  Memperketat pelaksanaan pembangunan di kawasan Kota

Administrasi jakarta Utara dengan menjaga kesesuaian rencana

arahan intensitas bangunan yang berlaku di Kota Administrasi

Jakarta Utara (Perda 6 Tahun 1999)

5. 

Menambah area ruang terbuka hijau dengan pembelian lahan untukterbuka hijau, peremajaan kawasan, penetapan kewajiban

 pengembang untuk mnyediakan ruang terbuka hijau, dan

 pemanfaatan ruang terbuka hijau privat secara optimal. Dengan

membangun daerah daerah resapan air, contohnya ruang terbuka

hijau. Sekali lagi hal ini tidak hanya berdampak pada kandungan

air tanah yang menjaga permukaan tanah Jakarta saja, tapi juga ini

sangat berguna untuk menjaga kualitas udara, kesehatan dan

Page 22: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 22/27

22

tempat bermain untuk anak-anak. Lalu jika keterbatasan lahan, bisa

dibuat kebijakan bahwa setiap rumah minimal memiliki atau

menyisakan beberapa meter dari rumahnya agar dijadikan tempat

resapan air hujan atau sumur biopori. Buatlah lubang-lubang

 biopori di taman atau di sekitar rumah. Lubang ini membantu

mempercepat proses penyerapan air ke dalam tanah, sehingga

dapat mengurangi jumlah air yang menguap bebas ke alam.

Walaupun sedikit tapi andaikan setiap rumah melakukannya maka

 jika dikalkulasi akan berdampak sangat besar.

6.  Pelestarian hutan mangrove di daerah Angke Kapuk dan Muara

Angke sebagai kawasan hutan lindung yang juga berfungsi sebagai

 pencegah intrusi air laut. (Pasal 126 Raperda RTRW 2010-2030)

7.  Pemanfaatan ruang kawasan perumahan vertikal untuk menjamin

 pelestarian lingkungan hidup serta pembangunan rumah susun

sederhana yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau yang

 berfungsi ekologis dan sosial (Pasal 137).

8.  Pembatasan perkembangan area industri yang ada di Penjaringan,

Kelapa Gading dan Cilincing, mengembangkan area industri ke

Marunda, Cilincing. (Pasal 146)

2.6.1.2. Solusi yang Dilakukan Pemerintah Mengatasi Masalah

Kependudukan

Hal lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah mengalokasikan

sumber daya manusia yang sudah terlalu padat di DKI Jakarta dengan

melakukan pengendalian kepadatan penduduk, di antaranya:

1. 

Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untukmembatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan

massal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.

2.  Penetapan Undang Undang untuk membatasi batas umur

 perkawinan. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi

 jumlah angka kelahiran yang tinggi.

3.  Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan. Dengan

semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang

Page 23: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 23/27

23

tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara

sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.

Pendidikan juga mempunyai fungsi laten untuk menunda usia

 perkawinan.

4.  Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi.

Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki

kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju

 pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk

dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.

2.6.1.3. Solusi Lain yang Dapat Dilakukan Oleh Pemerintah

1. Penggunaan yang maksimal terhadap air kiriman dari wilayah

dataran tinggi, seperti Bogor dan daerah sekitarnya.

2. Merubah air laut menjadi air tawar. Hal ini sudah di lakukan di

negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab.

2.6.2 Perilaku Masyarakat

Perilaku warga DKI Jakarta dan kesadaran dari dalam diri sendiri

merupakan faktor utama dalam mengatasi penurunan permukaan tanah di DKI

Jakarta. Peraturan, pengetahuan, maupun fasilitas yang ada tidak akan

 bermanfaat tanpa kesadaran dari dalam diri tiap warganya. Melakukan

 penghematan akan penggunaan air tanah, misalnya bisa memakai air yang

sudah dipakai untuk menyiram kloset seperti di Jepang, jika mungkin

mandilah dengan menggunakan  shower   karena meminimalisasi penggunaan

air. Lalu gunakanlah kloset yang mengunakan dua sistem pembilasan air,

setiap sistem pembilasan bekerja sesuai dengan volume air yang dikeluarkan,

 bila kloset hanya digunakan untuk buang air kecil, gunakan pembilasandengan volume kecil yang tentunya lebih hemat konsumsi air, gunakan air

 bekas cucian sayuran dan buah untuk menyiram tanaman. Selain hemat, air

 bekas cucian sayur, buah dan daging ternyata bisa menyuburkan tanaman.dan

 banyak hal lain yang dapat dilakukan guna menghemat air tanah yang dipakai.

Page 24: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 24/27

24

2.7. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM MENGATASI PENURUNAN

PERMUKAAN TANAH

Meskipun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah membuat dan menerapkan

Undang-Undang dan Perda untuk mengatasi masalah penurunan permukaan

tanah, ada beberapa kendala dalam pelaksanannya. Beberapa kendala yang

dihadapi dalma mengatasi penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta adalah:

1.  Tidak sesuainya pembuatan sumur resapan pada daerah Jakarta Utara

karena tingginya muka air tanah.

2.  Keterbatasannya penyediaan air bersih sehingga menyebabkan masyarakat

cenderung untuk melakukan penyedotan air tanah.

3. 

Masih ada masyarakat yang mengeksploitasi air tanah secara ilegal baik

untuk kebutuhan pribadi maupun industri.

4.  Masih adanya peruntukan RTH yang dimanfaatkan untuk kegiatan non

RTH secara ilegal.

5. 

Ketersedian lahan yang semakin menipis ditambah dengan menigkatnya

aktivitas ekonomi di Jakarta Utara yang menyebabkan harga tanah

semakin tinggi.

6. 

Masih terdapatnya mis-informasi dan mis-persepsi mengenai ruang

terbuaka hijau yang mengakibatkan partisipasi masyarakat tidak optimal.

7.  Rendahnya pengendalian kewajiban penyediaan fasilitas sosial dan

fasilitas umum untuk ruang terbuka hijau.

Page 25: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 25/27

25

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Penurunan permukaan tanah mengakibatkan retak-retak pada bangunan-

 bangunan rumah, dan seringnya terjadi banjir yang disebabkan oleh rob, di mana

akibat dari penurunan tersebut air laut tidak dapat kembali lagi ke laut. Penurunan

tanah terjadi diakibatkan oleh sifat tanah yang kohesif yang mengakibatkan tanah

sangat mudah sekali mengalami penurunan apabila dibebani, serta pengerjaan

konstruksi yang tergesa-gesa tanpa menunggu tercapainya derajat konsolidasi

yang aman dan tidak adanya penyelidikan geoteknik sebelum pengerjaan

konstruksi merupakan kesalahan fatal dalam pembangunan suatu bangunan.

Oleh karena itu butuh gerakan terintegrasi untuk mengatasi penurunan muka

tanah itu sendiri. Salah satunya adalah melalui implementasi teknologi yang kian

 berkembang, kita harus dapat menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi untuk mengatasi masalah-masalah geografi di Jakarta seperti penurunan

muka tanah sehingga dapat setidaknya meminimalisir efek negatifnya, baru

kemudian mencoba memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi. Selainmelalui teknologi, mengatasi penurunan muka tanah juga perlu dilakukan dengan

mengubah pola pikir, perilaku, serta pola hidup manusia yang selama ini kian

memperparah kondisi lingkungan.

Yang menarik dari proses penurunan muka tanah, selain telah mengakibatkan

 berbagai perubahan bentuk permukaan bumi dengan berbagai sumber kekayaan

alamnya, juga perlu disadari adanya proses yang berpotensi menjadi suatu

 bencana alam. Secara sadar ataupun tidak sadar, saat ini kita telah berada di

daerah berpotensi bencana. Untuk itu, pemahaman dan usaha - usaha manajemen

 bencana secara dini dan berkesinambungan perlu dilakukan, sehingga kita bisa

hidup nyaman, aman, dan sejahtera.

Page 26: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 26/27

26

3.2. SARAN

1.  Apabila mendirikan bangunan di atas tanah timbunan yang tinggi,

 pengurugannya harus dilakukan secara bertahap dan dipadatkan lapis demi

lapis, sehingga kepadatan tanah mencukupi dan derajat konsolidasi tanah yang

aman dapat tercapai.

2.  Sangat perlu dilakukan penyelidikan dan analisis geoteknik terlebih dahulu

sebelum mendirikan suatu bangunan untuk mengantisipasi bahaya penurunan,

karena penurunan yang besar dapat menyebabkan terjadinya kegagalan

struktur.

3. 

Pemerintah seharusnya lebih peka dan peduli terhadap kerusakan lingkunganterutama penurunan permukaan tanah ini. Penurunan yang terus terjadi dan

semakin meluas ini dapat dipantau dengan banyak metode pengukuran tanah,

salah satunya menggunakan Global Positioning System (GPS). Dengan

menggunakan GPS penurunan tanah bisa terpantau terus dan cepat

ditanggulangi.

REFERENSI 

1.  Abidin, H. Z., R. Djaja, D. Darmawan, S. Hadi, A. Akbar, H. Rajiyowiryono,

Y. Sudibyo, I. Meilano, M. A. Kusuma, J. Kahar, C. Subarya (2001b). " Land

Subsidence of Jakarta (Indonesia) and its Geodetic-Based Monitoring

System." Natural Hazards. Journal of the International Society of the

Preventation and Mitigation of Natural Hazards, Vol. 23, No. 2/3, March, pp.

365 –  387 

2. 

Abidin, H.Z., R. Djaja, H. Andreas, M. Gamal, Indonesia K. Hirose, Y.

Maruyama (2004). “Capabilities and Constraints of Geodetic Techniques for

 Monitoring Land Subsidence in the Urban Areas of Indonesia”. Geomatics

Research Australia. No.81, December, pp. 45-58.

3.  Abidin, H.Z., H. Andreas, M. Gamal, R. Djaja, D. Murdohardono, H.

Rajiyowiryono, M. Hen-drasto (2006). “Studying Landsubsidence of Bandung

 Basin (Indonesia) Using GPS Survey Method ”. Survey Review. Vol. 38, No.

299. January, pp.397-405.

Page 27: 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2

http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 27/27

27

4.  Braadbaart, O. and F. Braadbaart (1997). “ Policing the Urban Pumping Race:

 Industrial Groundwater Overexploitation in Indonesia”. World Development.

Vol. 25, No. 2, pp. 199-210.

5. 

Djaja R., J. Rais, H. Z Abidin and W. Kuntjoro (2004). “The Land Subsidence

of Jakarta Metropolitan Area”. Proceedings of the 3rd FIG Regional

Conference for Asia and the Pacific (in CD ROM), Jakarta, Indonesia,

October 3-7, Paper TS6.4 Engineering Surveys.

6.  Gumilar, I. and Abidin, H.Z. and Andreas, H. and Mahendra, A.D. and Sidiq,

T.P. and Gamal, M. (2007) STUDI POTENSI KERUGIAN EKONOMI

(ECONOMIC LOSSES) AKIBAT PENURUNAN MUKA TANAH.

Documentation Teknik Geodesi.

7.  Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) study, several reports a.o. Activity

Report: Land subsidence and adaptation / mitigation strategies, JCDS

Bridging Phase, Rien Dam, Deltares, 2012

8. 

John A. Church and Neil J. White. 2011. Sea-Level Rise from the Late 19th to

the Early 21st Century.

9.  Marfai, M.A., Sartohadi, J., Sudrajat, S., Budiani, S.R., dan Yulianto, F. 2006.

 Banjir Genangan di Kawasan Pesisir Akibat Kenaikan Muka Air Laut. Jurnal

 Kebencanaan Indonesia. Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada:

Yogyakarta.

10. Marsudi. 2011.  Prediksi Laju Amblesan Tanah di dataran Aluvial Semarang,

 Propinsi Jawa Tengah. Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung.

11. Projecting twenty-first century regional sea-level Changes, A.B.A.Slangen et

al, draft January 9, 2013, (Submitted) or Towards regional projections of

twenty-first century sea-level change based on IPCC SRES scenarios,A.B.A.Slangen et al., Clim Dyn, 38 (5-6), 2012

12. Taufiq. Nz. Agus. 2010.  Penyelidikan Konservasi Airtanah, Cekungan Air

Tanah Semarang  –  Demak.