fraktur patella dan sh adis.docx
Post on 08-Feb-2018
446 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
1/25
Case Report Session
FRAKTUR PATELA DAN
FRAKTUR SALTER-HARRIS
Oleh:
Sagung Adi Sresti Mahayana 0910313193
Pembimbing:
dr. Erinaldi, M.Kes, Sp.OT
BAGIAN ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
BUKITTINGGI
2014
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
2/25
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi Patela
Patela terdiri dari os sesamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga, berada di
dalam tendon m. quadriceps femoris. Dalam keadaan otot relaksasi, maka patela dapat
digerakkan ke samping, sedikit ke kranial dan ke caudal.
Patela mempunyai fasies anterior dan fasies articularis; fasies articularis lateralis
bentuknya lebih besar daripada fasies articularis medialis. Margo superior atau basis patelae
berada di bagian proximal dan apex patelae berada di bagian distal. Margo medialis dan margo
lateralis bertemu membentuk apex patelae.
Gambar 1. Anatomi patela
Artikulasio Genu
Artikulasio genu dibentuk oleh ujung distal kondilus femoris dengan ujung proximal
kondilus tibiae dan dengan fasies dorsalis patela. Permukaan persendian dari kondilus femoris
yang berhadapan dengan tibia berbentuk konveks, bentuk fasies artikulus pada ujung kondilus
tibiae datar dan dilengkapi dengan suatu fibrokartilago, yang dinamakan meniskus. Meniskus
terdiri dari meniskus lateralis dan meniskus medialis.
Kapsula artikularis lebih kuat di bagian dorsal. Di bagian anterior dibentuk oleh tendon
m. quadriceps femoris, yang melekat pada tepi kranial patela dan ligamentum patelae yang
melekat pada tepi kaudal patela dan pada tubberositas tibiae. Pada setiap sisi patela, kapsula
artikularis terdiri dari retinakulum patelae mediale at laterale, yang merupakan perluasan dari
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
3/25
m.vastus medialis dan m.vastus lateralis. Retinakulum laterale diperkuat oleh serabut-serabut
dari traktus iliotibialis. Pada kontraksi m.quadriceps femoris, kapsula artikularis dibagian
anterior dan ligamentum patelae menjadi tegang. Ligamentum kapsulare pada sisi artikulasio
genus meluas (melekat) dari kondilus femoris sampai di kondilus tibiae.
Ligamentum kolateral tibiale (medial) berbentuk datar dan berada pada bagian medial
kapsula artikularis. Di bagian kranial, ligamentum ini melekat pada epikondilus medialis
femoris, dan di sebelah kaudalis berbentuk lebar, melekat pada kondilus medialis tibiae dan pada
bagian kranial korpus tubiae. Serabut-serabut bagian profunda melekat pada tepi luar meniskus
medialis.
Ligamentum kolateral fibulare (lateral) terletak terpisah dari kapsula artikularis,
berbentuk tali bulat dan meluas dari epikondilus lateralis femoris menuju sisi lateral kapitulum
fibula. Bagian posterior kapsula artikularis melekat pada bagian kranial kondilus femoris dan
fossa interkondiloidea femoris dan pada bagian proximal tibia. Suatu perluasan dari kapsula
artikularis, yang dinamakan ligamentum popliteum arkuatum, melekat pada kapitulum fibulae.
Bagian sentral dari kapsula artikularis diperkuat oleh ligamentum popliteum obliquum, yang
merupakan perluasan dari tendon m.semimembranosus, dan arahnya kranio-lateral, melekat pada
kondilus lateralis tibiae. Bagian tepi dari fasies posterior kapsula artikularis tipis dan ditutupi
oleh kaput medial dan kaput lateral m.gastroknemius.
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
4/25
Gambar 2.Artikulasio genu
Ligamentum cruciatum terdiri atas sepasang ligamentum yang sangat kuat, melekat pada
tibia dan fibula, berada di dalam kapsula artikularis, tetapi tetap berada di sbagian superfisial dari
membrana sinovial. Ligamentum ini diberikan nama yang sesuai dengan tempat origonya pada
tibia. Ligametum cruciatum anterius melekat di sebelah ventral eminentia interkondiloidea tibia,
di antara kedua buah meniskus, dan menuju kepada fasies medialis kondilus lateralis femoris
serta mengadakan perlekatan di tempat ini. Ligamentum cruciatum posterior melekat pada tepi
posterior permukaan ujung proximal tibia, berada di antara kedua meniskus, berjalan ke ventral
melekat pada fecies lateralis kondilus medialis femoris.
Meniskus medialis dan meniskus lateralis adalah dua buah fibrokartilago yang berbentuk
cresentic (setengah lingkaran), melekat pada facies kranialis ujung proximal tibia. Pada
penampang melintang, meniskus berbentuk segitiga. Meniskus medialis bentuknya lebih besar
daripada meniskus lateralis, dengan bagian yang terbuka meliputi kaki huruf C meniskus
lateralis.
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
5/25
Inervasi
Inervasi patela berasal dari tiga sumber, yaitu:
1.N. femoralis, melalui ramus muskularis yang menuju ke m.vastus medialis;2.Ramus genikularis, cabang dari n.tibialis dan n.peroneus communis (n.ischiadicus);3.N.obturatorius yang memberikan cabang-cabang yang mengikuti arteria femoralis
menuju ke fossa poplitea.
1.2 Epidemiologi
Fraktur patela cukup jarang terjadi, angka kejadiannya mencapai 1 % dari semua fraktur
yang ada. Kejadian tertinggi terutama ditemukan pada usia 20 sampai 50 tahun dimana laki-laki
2 kali lebih sering mengalami fraktur patela daripada perempuan. Lokasi os patela yang berada
pada daerah subkutan membuatnya rentan terhadap cedera. Fraktur dapat terjadi akibat dari gaya
tekan seperti pukulan langsung, kekuatan dari tarikan mendadak seperti yang terjadi dengan
hiperfleksi lutut, atau karena keduanya. Berbagai pola fraktur yang terjadi, tergantung pada
mekanisme cederanya. Berdasarkan pola frakturnya, fraktur patela dibagi atas fraktur transversal,
apex, basal, comminuted, vertikal, dan osteochondral. Sedangkan berdasarkan pola
penyimpangan tulangnya dibagi atas displaceddan non-displaced.
1.3 EtiologiFraktur patela dapat disebabkan oleh tekanan langsung atau tidak langsung. Jatuh
terpeleset misalnya dapat menyebabkan terjadinya kontakrsi dari m.quadriceps femoris sebagai
upaya untuk mempertahankan keseimbangan sehingga memungkinkan terjadinya fraktur.
Kegagalan dari os patela menahan beban tarikan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur
transverse patela yang berhubungan dengan robeknya retinaculum medial dan lateral. Benturan
langsung pada patela dapat menyebabkan terjadinya fraktur longitudinal, stellata, atau
comminuted.
1.4 Patofisiologi
Dapat disebabkan trauma langsung atau tak langsung. Trauma tak langsung disebabkan
karena tarikan yang sangat kuat dari muskulus quadriseps yang membentuk musculotendenineus
melekat pada patela. Hal ini sering disertai pada penderita yang jatuh, dimana tungkai bawah
menyentuh tanah terlebih dahulu dan musculus quadrisep kontraksi secara keras untuk
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
6/25
mempertahankan kestabilan lutut.
Pada trauma yang tak langsung biasanya garis patahnya transversal atau avulsi ujung atau
ujung bawah dari patela. Fraktur langsung disebabkan penderita jatuh dalam posisi lutut fleksi
dimana patela terbentur dengan lantai. Karena di atas patela hanya terdapat subkutis dan kutis
mudah dimengerti dengan benturan tersebut, tulang patela mudah patah. Biasanya jenis patahnya
kominutiva (stelata). Pada jenis patah ini,biasanya medial dan lateral quadriceps expansion tidak
ikut robek. Hal ini menyebabkan penderita masih dapat melakukan gerakan ekstensi lutut
melawan gravitasi.
1.5 Klasifikasi
Tidak ada klasifikasi yang komprehensif untuk menjelaskan semua jenis fraktur patela.
Secara umum, fraktur patela dikategorikan berdasarkan tingkat pergeserannya dan konfigurasi
garis fraktur, tetapi sistem ini mungkin gagal untuk menilai tingkat cedera permukaan artikular,
yang secara signifikan mempengaruhi dampak dari fraktur.
Klasifikasi fraktur patela dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Klasifikasi fraktur patela
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
7/25
Gambar 3. Klasifikasi fraktur patela
1.6 Diagnosis
Anamnesa
Pasien biasanya datang dengan rasa sakit di lutut yang terkena. Dari anamnesa
didapatkan pukulan langsung ke lutut, jatuh, atau kombinasi keduanya. Bagian permukaannya
lecet dan bisa juga didapatkan ecchymosis di anterior lutut. Dapat juga ditemukan vulnus disertai
dengan fraktur terbuka.
Pemeriksaan Fisik
- Kelemahan dalam mengekstensikan kaki melawan gravitasi.- Sebagai akibat dari rasa sakit yang terkait dengan cedera dan hemarthrosis, pasien
mungkin tidak dapat melakukan ekstensitungkai.- Nyeri tekan atau nyeri saat digerakkan- Oedema- Pada fraktur patela dengan displaced ditemukan celah pada patela dan fragmen patela.
Pada fraktur non displacedtidak ditemukan kelainan pada palpasi.
- Pada perabaan ditemukan patela mengambang (floating patella)
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
8/25
Pemeriksaan Penunjang
- Foto Rontgent genu AP, Lateral dan Axis Dengan proyeksi AP dan lateral sudah cukup untuk melihat adanya fraktur patela Proyeksi sky-line view kadang-kadang untuk memeriksa adanya fraktur patela
incomplete
- CT Scan dan MRI
1.6 Tatalaksana
Penanganan fraktur patela didasarkan pada morfologi frakturnya. Pemilihan penanganan
yang ada meliputi tindakan nonoperatif, tension band wiring, lag screw fixation, patelektomi
parsial, patelektomi parsial dikombinasikan dengan tension band wiring, dan patelektomi total.
Tabel 2. Tatalaksana fraktur patela
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
9/25
Tindakan konservatif
Tindakan konservatif dilakukan pada fraktur patela yang non displaced. Bila terjadi
haemarthrosis dilakukan punksi terlebih dahulu. Kemudian dilakukan imobilisasi dengan
pemasangan gips dan pangkal paha sampai pergelangan kaki. Posisi lutut dalam fleksi sedikit (5o
- 10o). Pemasangan gips ini dipertahankan selama 6 minggu.
Tindakan operatif
Pada fraktur transversal dilakukan reposisi, difiksasi dengan teknik tension band wiring.
Bila jenis fraktur comminutive dilakukan rekronstruksi fragmennya dengan K-wire terlebih
dahulu, selanjutnya dilakukan tension band wiring. Bila fragmen terlalu kecil sehingga tidak
mungkin untuk dilakukan rekronstruksi, dilakukan patelektomi. Patelektomi memiliki
komplikasi yaitu lemahnya ekspansi m. quadriceps femoris.
1.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah terjadinya:
- Kondromalasia pada patela- Artrosis degeneratif- Malunion dan Non-union- Sindrom Kompartemen- Infeksi- Cedera neurovaskular
1.8 Fraktur Salter-Harris
Piringan pertumbuhan, juga disebut sebagai piringan epiphyseal atau fisis adalah area
jaringan pertumbuhan didekat ujung tulang panjang anak-anak atau remaja. Tiap tulang panjang
mempunyai sedikitnya dua piringanan pertumbuhan yaitu pada masing-masing ujungnya.
Piringan pertumbuhan menentukan panjang dan ukuran tulang dewasa pada masa yang akan
datang. Jika pertumbuhan telah lengkap, kadang-kadang selama masa remaja piringan
pertumbuhan tertutup dan digantikan oleh tulang padat.
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
10/25
1.9 Patofisiologi
Gambaran histologis dari fisis sangat penting untuk memahami prognosis patah physeal.
Lapisan germinal tulang rawan berada diatas epiphisis dan menguraikan nutrisi dari bejana
epiphyseal. Sel tulang rawan tumbuh dari epifisis menuju metaphysis, yang kemudian terjadi
degeneratif, fragmentasi dan mengalami hipertrofi. Fragmentasi sel kemudian termineralisasi. Ini
merupakan zona pengerasan sementara yang membentuk pembatas metaphyseal, dan bukan
tulang rawan.
Neovaskularisasi terjadi dari metaphysic menuju epifisis. Sel endothelial berubah
menjadi osteoablast dan menggunakan puing-puing sel yang mengalami degeneratif untuk
membentuk tulang muda primer. Tulang muda ini secara progresif dibentuk kembali menjadi
tulang dewasa dan pembentukan ini kemudian menjadi tulang harversian dewasa. Kerusakan
baik pada saluran vaskular epiphyseal maupun metaphyseal menggangu pertumbuhan tulang,
akan tetapi kerusakan lapisan tulang rawan munkin tidak signifikan jika permukaannya tidak
terganggu dan saluran vaskular ke tulang rawan tidak terganggu secara permanent. Jika kedua
dasar vaskular saling bersentuhan, fisis tersebut tertutup dan tidak ada lagi pertumbuhan tulang
berikutnya yang terjadi.
Daerah piringan epiphyseal merupakan bagian tulang rawan yang mengeras, dan jika
terjadi fraktur yang melibatkan piringan epiphyseal, biasanya garis pemisah berjalan melintang
melalui lapisan hipertrofik atau lapisan kapur pada lempeng pertumbuhan, dan sering masuk
kedalam metafisis pada salah satu tepi dan mencakup bibir segitiga dari tulang. Ini tidak
memberikan banyak efek terhadap pertumbuhan longitudinal yang terjadi dalam lapisan germinal
fisis dan lapisan fisis yang sedang berkembang biak.
Tetapi kalau fraktur melintasi lapisan sel reproduksi pada lempeng dapat mengakibatkan
penulangan prematur pada bagian yang mengalami cedera dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan tulang. Selain itu suplai darah piringan epiphyseal yang masuk dari permukaan
epiphyseal dapat kehilangan pasokan darahnya sehingga dapat mengakibatkan piringan tersebut
menjadi nekrotis dan tidak tumbuh lagi. Pada beberapa tempat suplai darah pada epiphyseal tidak
rusak pada saat terjadi luka karena pada epiphyseal femoral proximal dan epiphyseal radial
proximal pembuluh darah mengalir melalui leher tulang dan memotong sekeliling epiphyseal.
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
11/25
1.10 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur piringan epiphyseal Salter Haris berdasarkan pada mekanisme fraktur
dan juga hubungan garis patahan terhadap sel tumbuh piringan epiphyseal, selain itu, ini
berkaitan dengan metode perawatan dan juga prognosis luka yang berhubungan dengan
gangguan pertumbuhan.
Gambar 4. Klasifikasi fraktur Salter-Harris
Fraktur Salter-Harris Tipe I
Terdapat pemisahan total epifisis sepanjang tulang tanpa patah tulang, sel piringan
epiphyseal yang tumbuh masih melekat pada epifisis. Jenis luka ini akibat gaya gunting, lebih
umum terjadi pada bayi yang baru lahir ( dari luka kelahiran ) dan pada anak-anak yang masih
muda dimana piringan epiphyseal masih relative tebal.
Fraktur Salter-Harris Tipe II
Garis pemisah patah tulang memanjang sepanjang piringan epiphyseal hingga jarak
tertentu dan kemudian keluar melalui bagian metaphysis sehingga mengakibatkan fragmentasi
metaphyseal berbentuk triangular. Sel tumbuh pada piringan tersebut masih melekat pada
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
12/25
epifisis. Jenis fraktur ini, akibat dari gaya gunting dan tekuk, basanya terjadi pada anak-anak
yang lebih besar dimana piringan epiphyseal relatif tipis. Periosteum tersobek pada sisi cembung
angulasi tersebut tetapi melekat pada sisi cekung sehingga engsel periosteal utuh dan selalu
berada pada sisi potongan mataphyseal.
Fraktur Salter-Harris Tipe III
Patah tulang tersebut adalah intra-articular, mamanjang dari permukaan sambungan
hingga bagian dalam piringan epiphyseal dan kemudian sepanjang piringan tersebut hingga
sekelilingnya. Jenis fraktur yang tidak umum ini disebabkan oleh gaya gunting intra artikular dan
biasanya terbatas pada epifisis tibia distal.
Fraktur Salter-Harris Tipe IV
Patah tulang yang intra-articular, mamanjang dari permukaan sambungan malalui epifisis
memotong ketebalan piringan epiphyseal dan melalui bagian metaphysic. Contoh yang paling
umum dari fraktur tipe IV ini adalah patah tulang condyle lateral tulang lengan bagian atas.
Fraktur Salter-Harris Tipe V
Fraktur yang relatif kurang umum ini diakibatkan oleh gaya tekan yang keras yang terjadi
pada epifisis menuju ke piringan epiphyseal. Tidak ada fraktur yang kelihatan tetapi lempeng
pertumbuhan remuk dan ini mungkin mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Seperti juga
yang terjadi pada daerah lutut dan pergelangan kaki.
1.11 Manifestasi Klinis
Fraktur ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan dan
biasanya ditemukan pada masa bayi atau diantara usia 10-12 tahun. Defomitas biasanya sedikit
sekali, tetapi setiap cedera pada anak yang diikuti dengan rasa nyeri dan nyeri tekan di dekat
sendi harus dicurigai, dan pemeriksaan dengan sinar X penting dilakukan.
Sinar X fisis sendiri bersifat radiolusen dan penulangn epipisis mungkin belum lengkap,
ini membuat sulit mengatakan apakah ujung tulang telah rusak atau mengalami deformasi. Lebih
muda si anak lebih kecil bagian epifisis yang kelihatan sehingga lebih sukar menegakkan
diagnosis maka perbandingan dengan sisi yang normal dapat sangat membantu. Tanda-tanda
yang memberi petunjuk adalah pelebaran dari celah fisis , ketidaksesuaian sendi atau miringnya
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
13/25
poros epifisis. Kalau terdapat pergeseran yang nyata diagnosinya jelas, tapi fraktur tipe IV
sekalipun mula-mula dapat sedikit pergeserannya sehingga garis fraktur sulit dilihat dan kalau
terdapat kecurigaan yang sedikitpun mengenai adanya fraktur fisis, pemeriksaan ulang sinar X
setelah 4 atau 5 hari perlu dilakukan.
1.12 Tatalaksana
Fraktur yang tidak bergeser dapat diterapi dengan membebat bagian itu dalam gips atau
suatu slab gips yang ketat selama 2-4 minggu (tergantung tempat cedera dan anak umur itu).
Tetapi pada fraktur tipe 3 dan tipe 4 yang tak bergeser, pemeriksaan sinar X setelah 4 hari dan
sekali lagi sekitar 10 hari kemudian wajib dilakukan agar pergeseran yang terjadi belakangan
tidak terlewatkan.
Pada tipe I reduksi tertutup tidak sulit karena perlekatan periosteal utuh disekitar
lingkarannya dan kemudian dibebat dengan erat selama 5-6 minggu. Prognosis untuk masa yang
akan datang sangat dipengaruhi oleh suplai darah pada epifisis, dimana biasanya pada tempat
selain epifisis femoral femoral proximal dan epifisis radial proximal.
Pada tipe II reduksi tertutup relatif mudah didapatkan begitu juga dengan perawatannya
karena engsel periosteal utuh dan potongan metaphysis terlindung selama reduksi. Prognosis
selama perkembangan yang sempurna dengan suplai darah pada epifisis adalah baik, yang
hampir selalu berada pada tempat dimana fraktur type II terjadi.
Penanganan pada tipe III membutuhkan reduksi anatomis yang sempurna. Dapat
dilakukan usaha untuk mencapai hasil ini dengan manipulasi secara pelan-pelan dibawah
anestesi umum, kalau ini berhasil tungkai ditahan dengan gips selama 4-8 minggu. Kalau tidak
dapat direduksi dengan tepat dengan manipulasi tertutup, reduksi terbuka biasanya dibutuhkan
segera untuk mengembalikan permukaan sambungan normal yang sempurna. Tungkai kemudian
dibebat selama 4-6 minggu, tetapi diperlukan waktu selama itu lagi sebelum anak siap untuk
melanjutkan aktivitas tanpa batasan. Prognosis untuk pertumbuhan adalah suplai darah yang baik
yang diberikan pada bagian epifisis yang terpisah.
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
14/25
Penanganan tipe IV yaitu reduksi terbuka dan fiksasi internal dengan kawat Kirschner
diperlukan dimana tidak hanya untuk mengembalikan permukaan sambungan normal tetapi juga
untuk mendapatkan pengembalian posisi piringan epiphyseal, kecuali jika permukaan patah
piringan epiphyseal dibiarkan tereduksi maka penyembuhan patahan tulang terjadi sepanjang
piringan tersebut dan selanjutnya memberikan pertumbuhan longitudinal yang tidak mungkin.
Prognosis untuk pertumbuhan pada tipe IV ini buruk kecuali jika reduksi sempurna dicapai dan
terjaga.
Karena epifisis tersebut biasanya tidak tergeser, diagnosis fraktur tipe V sulit untuk
dilakukan. Beban ringan harus diabaikan paling tidak tiga minggu dengan harapan untuk
menjaga tekanan selanjutnya pada epiphyseal. Prognosis fraktur tipe V kurang diperhatikan
karena gangguan pertumbuhan hampir tidak terlihat.
Dari penanganan diatas dapat dikatakan bahwa luka yang melibatkan piringan epiphyseal
harus dirawat dengan hati-hati dan secepatnya. Fraktur tipe I dan II hampir dapat selalu dirawat
dengan reduksi tertutup. Fraktur tipe III biasanya membutuhkan reduksi terbuka dan tipe IV
selalu membutuhkan reduksi terbuka dan fiksasi internal. Periode immobilisasi yang dibutuhkan
pada fraktur tipe I, II, dan III hanya setengah dari yang dibutuhkan untuk patah tulang
mataphysis pada tulang yang sama pada anak dengan usia yang sama. Selanjutnya perlu diteliti
secara klinis dan radiologi dengan cemat dalam interval yang teratur paling tidak satu tahun dan
kadang lebih untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan.
1.13 Prognosis
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memperkirakan prognosis fraktur piringan
epiphyseal pada anak antara lain:
Tipe fraktur
Prognosis untuk masing-masing dari kelima tipe klasifikasi fraktur piringan epiphyseal telah
dibahas diatas.
Usia anak
Anak dengan usia yang lebih muda pada saat mengalami fraktur akan mempunyai gannguan
pertumbuhan yang lebih besar.
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
15/25
Suplai darah pada epifisis
Gangguan suplai darah pada epifisis berhubungan dengan prognosis jelek.
Metode Reduksi
Manipulasi yang sangat besar pada epifisis yang tergeser dapat merusakan piringan epiphyseal
tersebut dan oleh karenanya dapat meningkatkan gangguan pertumbuhan.
Luka terbuka atau tertutup
Fraktur piringan epiphyseal terbuka dapat mengakibatkan infeksi yang pada akhirnya akan
merusak piringan tersebut dan mengakibatkan berhentinya proses pertumbuhan sebelum
waktunya.
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
16/25
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. R
MR : 375593
Umur : 13 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Balingka
ANAMNESIS
Seorang laki-laki berusia 13 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi
pada tanggal 14 April 2014 dengan:
Keluhan Utama
Nyeri dan luka pada lutut kiri sejak 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit
Primary Survey
A : Paten
B : RR: 26 x/menit
C : HR: 82x/menit
D : Alert, GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor, refleks cahaya +/+
Secondary Survey
Nyeri dan luka pada lutut kiri sejak 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Awalnya osdibonceng dengan sepeda motor tanpa helm dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba motor
yang dinaiki os menabrak mobil didepannya sehingga os terjatuh dan lutut kiri
membentur aspal terlebih dahulu. Setelah kejadian os merasakan nyeri dan luka pada
lutut kiri.
Nyeri dan trauma ditempat lain tidak ada Pasien pingsan setelah kejadian dan sadar 30 menit setelahnya saat diangkut ke mobil
pertolongan
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
17/25
Mual dan muntah (-) Keluar darah dari telinga (-) hidung (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum dan Tanda Vital:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Frekuensi nadi : 82 x/menit
Frekuensi nafas : 26 x/menit
Suhu : Afebris
Status Generalis
Kepala
Bentuk : normocephal
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Wajah
Inspeksi : simetris
Mata
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : isokor d = 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
Telinga
Bentuk : tidak ada deformitas
Perdarahan : -/-
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
18/25
Hidung
Inspeksi : tidak ada deformitas dan perdarahan
Mulut dan Tenggorok
Inspeksi : tidak tampak sianosis dan hiperemis
Kelenjar Getah Bening
Inspeksi : tidak tampak pembesaran KGB
Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB
Paru
I : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Pa : fremitus kiri=kanan
Pe : sonor
A : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
I : iktus kordis tidak terlihat
Pa : iktus kordis teraba pada RIC V 1 jari medial LMCS
Pe : batas jantung dalam batas normal
A : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
I : distensi (-)
Pa : supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba
Pe : timpani
A : bising usus (+) normal
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
19/25
Status Lokalis
Regio Genu (S)
Look : Wound (+) ukura 10x5x1cm dasar tulang, pinggir ireguler, swelling (+), deformity (+)
Feel : Nyeri tekan (+), sensibilitas distal (+), pulsasi arteri dorsalis pedis (+), Refilling
capillary < 2
Move : ROM terbatas karena nyeri (+)
DIAGNOSIS KERJA
Fraktur patela (S) terbuka
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 12,7 g/dl
Ht : 35,8%
Leukosit : 13.900/mm3
Trombosit : 341.000/mm3
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
20/25
Radiologis
Terdapat diskontinuitas tulang inkomplit pada patela kiri
Terdapat diskontinuitas padaphyseal plateintraartikular meluas kegrowth plate undisplaced
tibia (S) - Salter-Harris tipe III
DIAGNOSIS
Fraktur patela (S) terbuka
Fraktur Salter Harris III proksimal tibia (S)
RENCANA TERAPI
Umum:
IVFD RL 20 tts/menit
Puasa sampai dengan OK
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
21/25
Debridement dan imobilisasi dengan kocher slab intraoperatif
Khusus:
Ceftriaxon 2x1 gram (iv)
Ketorolac drip 2x1
Ranitidin 2x50 mg (iv)
FOLLOW UP - 15/4/2014
S/ Nyeri (+)
O/ Regio genu (S)
Lookluka operasi tertutup verband efektif (+), rembesan (+), kocher slab efektif (+)
FeelNyeri tekan (+), distal neurovascular (+) normal, refilling capillary < 2
MoveROM terbatas
A/ Post debridement dan imobilisasi dengan kocher slab atas indikasi fraktur patela inkomplit (S)
dan fraktur Salter Harris III pada proksimal tibia (S)
Terapi
Umum:
IVFD RL 20 tts/menit
Puasa sampai BU (+) normaldiet MB
Ganti verband 1x/ hari
Khusus:
Ceftriaxon 2x1 gram (iv)
Ketorolac drip 2x1
Ranitidin 2x50 mg (iv)
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
22/25
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
23/25
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
24/25
-
7/22/2019 Fraktur Patella dan SH Adis.docx
25/25
top related