ulil-lbm 5 mata
Post on 12-Apr-2018
298 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 1/22
Step 7
1. Macam macam trauma mata?berdasarkan penyebabnya
Klasifikasi Trauma Okuli
Menurut BETT klasifikasi trauma okuli dapat digambarkan menurut bagan berikut:
Bagan 1. Klasifikasi Trauma Okuli Menurut BETT5
Menurut klasifikasi BETT trauma okuli dibedakan menjadi closed globe dan open globe.
Closed globe adalah trauma yang hanya menembus sebagian kornea, sedangkan open globe adalah
trauma yang menembus seluruh kornea hingga masuk lebih dalam lagi. Selanjutnya closed globe injury dibedakan menjadi contusio dan lamellar laceration. Sedangkan open globe injury dibedakan
menjadi rupture dan laceration yang dibedakan lagi menjadi penetrating, IOFB, dan perforating.5
Sumber lain menyatakan klasifikasi trauma okuli sebagai berikut:
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 2/22
Bagan 2. Skema diagram alur mengenai trauma okuli
Menurut skema diatas, secara garis besar trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma
okuli non perforans dan perforans, yang keduanya memiliki potensi menimbulkan ruptur pada
perlukaan kornea, iris dan pupil. Trauma tumpul mampu menimbulkan trauma okuli non perforans
yang dapat menimbulkan komplikasi sepanjang bagian mata yang terkena (bisa meliputi mulai dari
bagian kornea hingga retina).
Selain berdasarkan efek perforasi yang ditimbulkan trauma okuli juga juga bisa diklasifikasikan
berdasarkan penyebabnya yaitu:
Trauma tumpul (contusio okuli) (non perforans)
Trauma tajam (perforans)
Trauma Radiasi
- Trauma radiasi sinar inframerah
- Trauma radiasi sinar ultraviolet
- Trauma radiasi sinar X dan sinart terionisasi
Trauma Kimia - Trauma asam
- Trauma basa
Trauma okuli non perforans akibat benda tumpul dimana benda tersebut dapat mengenai
mata dengan keras (kencang) ataupun lambat, mampu menimbulkan efek atau komplikasi jaringan
seperti pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita
secara terpisah atau menjadi gabungan satu kejadian trauma jaringan mata.
Manifestasi Trauma Okuli
Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain 6,7,8 :
1. Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya
Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya kelopak mata atau
perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma tembus caian humor akueus dapat
keluar dari mata.
2. Memar pada sekitar mata
Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra. Hematoma pada
palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur basis kranii.
3. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak
Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertamaterhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di segmen anterior maupun
segmen posterior bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau retina dan avulsi
nervus optikus.
4. Penglihatan ganda
Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena robeknya pangkal
iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak bulat. Hal ini dapat menyebabkan
penglihatan ganda pada pasien.
5. Mata bewarna merah
Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan pericorneal injection
(PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral. Hal ini dapat pula ditemui pada
trauma mata dengan perdarahan subkonjungtiva.
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 3/22
6. Nyeri dan rasa menyengat pada mata
Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada palpebra. Peningkatan
tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri pada mata.
7. Sakit kepala
Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga menimbulkan nyeri
kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat menyebabkan sakit kepala.
8. Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata
Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun segmen anterior
mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan mengganjal. Jika terdapat benda asing hal
ini dapat menyebabkan peningkatan produksi air mata sebagai salah satu mekanisme
perlindungan pada mata.
9. Fotopobia
Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama adanya benda
asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea, benda asing pada segmen anterior
bola mata menyebabkan jalur sinar yang masuk ke dalam mata menjadi tidak teratur, hal inimenimbulkan silau pada pasien. Penyebab lain fotopobia pada pasien trauma mata adalah
lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat mengecil dan cenderung
melebar sehingga banyak sinar yang masuk ke dalam mata.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa manifestasi klinis yang dapat muncul
akibat trauma benda tumpul pada okuli diantaranya antara lain:
1. Hematoma palpebra
Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah
kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma palpebra merupakan
kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul okuli. Bila perdarahan terletak lebih dalam
dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam ( racoon eye) yang
sedang dipakai, terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis
kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita
melalui fisura orbita. Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk
menghentikan perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan
kompres hangat pada palpebra.2,6,7
2. Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik (edema) pada
setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul. Bila palpebra terbuka dan konjungtiva secara
langsung terekspose dengan dunia luar tanpa dapat mengedip maka keadaan ini telah dapat
mengakibatkan edema pada konjungtiva. Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan
palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva.2,6,7
3. Hematoma subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat
dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh
darah ini bisa akibat dari batuk rejan, trauma tumpul atau pada keadaan pembuluh darah
yang mudah pecah. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam
penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi
bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.2,6,7
4. Edema kornea
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 4/22
Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya
pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea dapat terlihat keruh.
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan
neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea.2,6,7
5. Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan
oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal.
Dalam waktu singkat epitel sekitar dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel
tersebut. Erosi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewatu mata
dan kelopak mata digerakkan. Pola tanda goresan vertikal di kornea mengisyaratkan adanya
benda asing tertanam di permukaan konjungtiva tarsalis di kelopak mata atas. Pemakaian
berlebihan lensa kontak menimbulkan edema kornea.Pada erosi pasien akan merasa sakit
sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair,
fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh.
Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila diberi fuorosein akanberwarna hijau .
2,3,6,7
Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan
menghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena
dapat menambah kerusakan epitel, yang lebih tepatnya jangan pernah memberi larutan
anestetik topikal kepada pasien untuk dipakai berulang setelah cedera kornea, karena hal ini
dapat memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat
menyebabkan pembentukan jaringan parut kornea permanen. Erosi yang kecil biasanya akan
tertutup kembali setelah 48 jam.1,3,9
Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal. Epitel akan
sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea sebagai
sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea. Umumnya membrane basal yang rusak akan
kembali normal setelah 6 minggu. Permukaan kornea perlu diberi pelumas untuk membentuk
membran basal kornea. Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun
untuk mengurangi gejala radang uvea yang mungkn timbul. Antibiotik dapat diberikan dalam
bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat pertumbuhan epitel baru dan mencegah
infeksi skunder. Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada
kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya. 1,6,7
6. Iridoplegia
Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul pada
uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar melihat
dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan pengaturan
masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil
dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.3,6,7
7. Iridodialisa
Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk
pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang. Saat mata kita berkontak dengan
benda asing, maka mata akan bereaksi dengan menutup kelopak mata dan mata memutar ke
atas. Ini alasannya mengapa titik cedera yang paling sering terjadi adalah pada temporal
bawah pada mata. Pada daerah inilah iris sering terlihat seperti peripheral iris tears(iridodialisis). Saat mata tertekan maka iris perifer akan robek pada akarnya dan meninggalkan
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 5/22
crescentic gap yang berwarna hitam tetapi reflek fundus masih dapat diobservasi.10
Hal ini
mudah terjadi karena bagian iris yang berdekatan dengan badan silier gampang robek. Lubang
pupil pada pangkal iris tersebut merupakan lubang permanen karena iris tidak mempunyai
kemampuan regenerasi.1
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil
menjadi berubah. Perubahan bentuk pupil maupun perubahan ukuran pupil akibat trauma
tumpul tidak banyak mengganggu tajam penglihatan penderita. Pasien akan melihat ganda
dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis
terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien
sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.1,3,4
8. Hifema
Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan (camera okuli anterior/COA) yang
dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Trauma tumpul sering merobek pembuluh-pembuluh darah iris atau badan siliar dan merusak
sudut kamera okuli anterior. Darah di dalam cairan dapat membentuk suatu lapisan yangdapat terlihat (hifema). Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular tersumbat oleh
fibrin dan sel atau apabila pembentukan bekuan darah menyebabkan sumbatan pupil. 1,3,4
Hifema dibagi dalam 4 grade berdasarkan tampilan klinisnya11
:
1. grade I: menutupi < 1/3 COA (Camera Okuli Anterior)
2. grade II: menutupi 1/3-1/2 COA
3. grade III: menutupi 1/2-3/4 COA
4. grade IV: menutupi 3/4-seluruh COA
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan
pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian
bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-
kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Tanda-tanda klinis lain berupa tekanan intraokuli
(TIO) normal/meningkat/menurun, bentuk pupil normal/midriasis/lonjong, pelebaran
pembuluh darah perikornea, kadang diikuti erosi kornea.6,7,11
9. Iridosiklitis
Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post
trauma. Pada mata akan terlihat mata merah, akbat danya darah yang berada di dalam bilik
mata depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang mengakibatkan
visus menurun. Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa
fundus dengan midriatika.
10. Subluksasi Lensa
Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian zonula
zinii ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinii yang rapuh (sindrom
Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Akibat pegangan
lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan menjadi
lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan sehingga bisa
mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.
11. Luksasi Lensa Anterior
Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa
masuk ke dalam bilik mata depan. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak.Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif akut yang disebabkan karena lensa terletak di bilik
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 6/22
mata depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata.
Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris
terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.
12. Luksasi Lensa Posterior
Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa
jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah fundus okuli. Pasien akan
mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu kampus.
Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.
13. Edema Retina dan Koroid
Terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul.
Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan
koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul
mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien
akan menurun. Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan
normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurangakibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel.
14. Ablasi Retina
Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya
pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Pada pasien akan terdapat
keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada
pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna abu-abu
dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.
15. Ruptur Koroid
Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di
sekitar papil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur koroid. Bila
ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi penurunan
ketajaman penglihatan.
16. Avulsi papil saraf optik
Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisa diakibatkan
karena trauma tumpul. Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang
sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan
fungsi retina dan saraf optiknya (Ilyas, 2003; Jack J, 2005).
17. Katarak traumatik
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul
terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Katarak traumatik paling sering disebabkan
oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Pada trauma
tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa
menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak
(imprinting) yang disebut cincin Vossius. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang
lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga
bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan
terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik
mata depan. 3,4
Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akanbercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 7/22
fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa
sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bila epitel
lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elsching.3,4
Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi pada
anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah
ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder.1 Pada katarak
trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang.
Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya maka segera dilakukan
ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada
beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi
tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis atau salah
letak lensa.3,4
Gambar 2a. Manifestasi Trauma Okuli
Gambar 2b. Manifestasi trauma Okuli
Trauma kimia : asam dan basa
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 8/22
Trauma radiasi : UV dan infrared
2. Kenapa setelah terkena kock matanya kabur?
3. Mengapa bias terjadi hifema /1/3 inferior?
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah
di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah
iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah yang
terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah yang
terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan.
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul
dibawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan
iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Gaya-gaya kontusif sering merobek pembuluh darah di iris dan merusak sudut bilik matadepan. Darah di dalam aqueous dapat membentuk suatu lapisan yang dapat terlihat (hifema).
Glaukoma akut terjadi bila anyaman trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel atau bila pembentukan
bekuan darah menimbulkan bokade pupil.
2.3. Klasifikasi
a) Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:
1. Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan pecahnya
pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior bola mata.
2. Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).
3. Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga pembuluh darah
pecah.
4. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).
5. Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).
b) Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu:
1. Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.
2. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
c) Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) :
1. Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)
2. Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)
3. Grade III : darah mengisi hampir total COA (14%)
4. Grade IV : darah memenuhi seluruh COA (8%)
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 9/22
2.4. EtiologiHifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu,
peluru senapan angin, dan lain-lain. Selain itu, hifema juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur
operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya
tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).
Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan
jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan
koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan
perdarahan. Pendarahan yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari
badan ciliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil. Perdarahan di dalambola mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini karena gaya
berat akan berada di bagian terendah.
2.5. Patofisiologi
Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan
perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut
dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena
adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan
siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar.
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 10/22
Mekanisme Perdarahan akibat Trauma Tumpul Mata
Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa
menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau
badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi
dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak
dalam ruang COA, mengotori permukaan dalam kornea.Perdarahan pada bilik mata depan mengakibatkan teraktivasinya mekanisme hemostasis
dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan fibrin
merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan perdarahan. Bekuan darah ini
dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya berlangsung
hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata
depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin
akan memecah fibrin, sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi. Produk hasil
degradasi bekuan darah, bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik
mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral.
Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer.
Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari
ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat daripada yang primer. Oleh karena itu
seseorang dengan hifema harus dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi
karena resorpsi daribekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat
waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.
Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah merah
melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris.
Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema
dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderinini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan
disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti.
Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma.
Adanya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis yang berhubungan.
Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini menunjukkan terpisahnya
serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85 % pasien
hifema dan berkaitan dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari. Iritis traumatik,
dengan sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada keadaan
ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan. Perubahan pada kornea dapat
dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan
midriasis dapat ditemukan pada 10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis,
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 11/22
iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn. Kelainan pada segmen posterior
dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan robekan), dan ruptur
koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peninggian tekanan intraokular.
2.6. Penegakan Diagnosis
Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema.
Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA (dapat diperiksa dengan flashlight),
kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva
dan pericorneal, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar), penglihatan ganda, blefarospasme, edema
palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic,
disorientasi atau somnolen.
Hifema pada 1/3 bilik mata depan Hifema pada ½ bilik mata depan
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair. Penglihatan pasien
akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila
jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah COA,dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang COA. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil
tetap dilatasi (midriasis), dapat terjadi pewarnaan darah (blood staining) pada kornea, anisokor
pupil.
Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus karena darah mengganggu media
refraksi. Darah yang mengisi kamera okuli ini secara langsung dapat mengakibatkan tekanan
intraokuler meningkat akibat bertambahnya isi kamera anterior oleh darah. Kenaikan tekanan
intraokuler ini disebut glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa
darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor aqueous yang
berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan
mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.
Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan ketajaman penglihatan: menggunakan kartu mata Snellen; visus dapat menurun
akibat kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan retina.
b) Lapangan pandang: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler, glaukoma.
c) Pengukuran tonografi: mengkaji tekanan intra okuler.
d) Slit Lamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal contact, aqueous
flare, dan synechia posterior.
e) Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler.
f) Tes provokatif: digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila TIO normal atau meningkat
ringan.
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 12/22
2.7. Penatalaksanaan
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila perjalanan penyakit tidak berjalan demikian
maka sebaiknya penderita dirujuk. Walaupun perawatan penderita hifema traumatik ini masih
banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.
3) Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi.
4) Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.5) Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatik hifema
pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu perawatan dengan cara konservatif/tanpa
operasi, dan perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.
Perawatan Konservatif/Tanpa Operasi
1. Tirah baring (bed rest total )
Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat (diberi alasbantal) dengan elevasi kepala 30º - 45
o(posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan darah
pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada banyak
pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus
dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa
dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi
timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari
mengingat kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih pada
anak-anak, sehingga kalau perlu harus diikat tangan dan kakinya ke tempat tidur dan pengawasan
dilakukan dengan sabar.
2. Bebat mata
Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di antara para
ahli. Penggunaan bebat mata pada mata yang terkena trauma yaitu untuk mengurangi pergerakan
bola mata yang sakit.
3. Pemakaian obat-obatan
Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatik hifema tidaklah mutlak, tapi
cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan
komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti :
Koagulansia
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral, berguna
untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya : Anaroxil, Adona AC, Coagulen,
Transamin, vit K dan vit C. Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti
fibrinolitik (di pasaran obat ini dikenal sebagai transamine/ transamic acid) sehingga bekuan
darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki
diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat
dihindarkan. Pemberiannya 4 kali 250 mg dan hanya kira-kira 5 hari jangan melewati satu
minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan COA dan terjadinya glaukoma
juga imbibisio kornea. Selama pemberiannya jangan lupa pengukuran tekanan intra okular.
Midriatika Miotika
Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan midriatika ataumiotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri.
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 13/22
Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan
mengistirahatkan perdarahan. Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan komplikasi
iridiocyclitis. Akhirnya beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian midriatika dan
miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi
perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja.
Ocular Hypotensive Drug
Semua para ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara oral sebanyak
3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler. Bahkan Gombos dan
Yasuna menganjurkan juga pemakaian intravena urea, manitol dan gliserin untuk menurunkan
tekanan intraokuler, walaupun ditegaskan bahwa cara ini tidak rutin. Pada hifema yang penuh
dengan kenaikan tekanan intra okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam. Bila tekanan
intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal, lakukan parasentesa yaitu
pengeluaran drah melalui sayatan di kornea Bila tekanan intra okular turun sampai normal,
diamox terus diberikan dan dievaluasi setiap hari. Bila tetap normal tekanan intra okularnya dan
darahnya masih ada sampai hari ke 5-9 lakukan juga parasentesa. Kortikosteroid dan Antibiotika
Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan
perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotika.
4. Mengapa dikompres dingin?
5. Mengapa pasien di rawat inap dg kepala lebih tinggi?
Penatalaksanaan Trauma Okuli
Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai
pasien mendapat anestesi umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat sikloplegik atau
antiobiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraocular yang terpajan. Berikan
antibiotik parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung Fox (atau sepertiga bagian bawah
corong kertas) pada mata. Analgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus harus diberikan sesuai
kebutuhan, dengan restriksi makan dan minum. Induksi anestesi umum jangan menggunakan obat-
obat penghambat depolarisasi neuromuskular, karena dapat meningkatkan secara transient tekanan
di dalam bola mata sehingga mengingkatkan kecenderungan herniasi isi intraocular. Anak juga lebih
baik diperiksa awal dengan bantuan anestesi umum yang bekerja singkat.1,12
Pada cedera yang berat, ahli oftalmologi harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya
kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan
mata lengkap. Perlu diperhatikan bahwa pemberian anestetik topical, zat warna, dan obat lain yang
diberikan ke mata yang cedera harus steril . Tetrakain dan fluoresens tersedia dalam satuan-satuan
dosis individual yang steril.1,10
Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan
rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah
kerusakan epitel, yang lebih tepatnya jangan pernah memberi larutan anesteik topikal kepada
pasien untuk dipakai berulang setelah cedera kornea, karena hal ini dapat memperlambat
penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat menyebabkan pembentukan jaringan
parut kornea permanen. 1,3,4
Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegahterjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 14/22
sufasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan
sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida.3,4
Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman serta lebih tertutup pada
pasien, maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan
tertutup kembali setelah 48 jam.1
1. Hifema
Penanganan awal pada pasien hifema yaitu dengan merawat pasien dengan tidur di tempat
tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala (semi fowler), diberi koagulansia (antifibrinolitik
oral/injeksi) dan mata ditutup. Pada pasien yang gelisah dapat diberikan obat penenang.3,4,10
Pasien
yang jelas memperlihatkan hifema yang mengisi lebih dari 5% kamera anterior diharuskan bertirah
baring dan harus diberikan tetes steroid dan sikloplegik pada mata yang sakit selama 5 hari. Mata
diperiksa secara berkala untuk mencari adanya perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah
di kornea akibat pigmen besi. Perdarahan ulang terjadi pada 16-20% kasus dalam 2-3 hari. Penyulit
ini memiliki resiko tinggi menimbulkan glaukoma dan perwarnaan kornea. Beberapa penelitian
mengisyaratkan bahwa penggunaan asam aminokaproat oral untuk menstabilkan pembentukanbekuan darah menurunkan resiko perdarahan ulang. Dosisnya adalah 100 mg/kg setiap 4 jam sampai
maksimum 30 g/h selama 5 hari. Apabila timbul glaukoma, maka penatalaksanaan mencakup
pemberian timolol 0,25% atau 0,5% dua kali sehari, asetazolamide 250 mg per oral empat kali sehari
dan obat hiperosmotik (manitol, gliserol, sorbitol).1
Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat
kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut di bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran
cairan mata.3
Hifema harus dievakuasi secara bedah apabila tekanan intraokular tetap tinggi (>35 mmHg
selama 7 hari atau 50 mmHg selama 5 hari) untuk menghindari kerusakan syaraf optikus dan
perwarnaan kornea. Apabila pasien mengidap hemoglobinopati, maka besar kemungkinan cepat
terjadi atrofi optikus glaukomatosa dan pengeluaran bekuan darah secara bedah harus
dipertimbangkan lebih awal. Instrumen-instrumen vitrektomi digunakan untuk mengeluarkan
bekuan di sentral dan lavase kamera anterior. Dimasukkan tonggak irigasi dan probe mekanis di
sebelah anterior limbus melalui bagian kornea yang jernih untuk menghindari kerusakan iris dan
lensa. Tidak dilakukan usaha untuk mengeluarkan bekuan dari sudut kamera anterior atau dari
jaringan iris. Kemudian dilakukan iridektomi perifer. Cara lain untuk membersihkan kamera anterior
adalah dengan evakuasi viskoelastik. Dibuat sebuah insisi kecil di limbus untuk menyuntikkan bahan
viskoelasti, dan dan sebuah insisi yang lebih besar 180 derajat berlawanan agar hifema dapat
didorong keluar. Glaukoma dapat timbul belakangan setelah beberapa bulan atau tahun akibat
penyempitan sudut. Dengan sedikit perkecualian, bercak darah di kornea akan hilang secara
perlahan dalam periode sampai setahun.1
Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan
hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma skunder, hifema penuh dan berwarna
hitam atau setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema berkurang.Kadang-kadang sesudah
hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut
hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang. Zat besi
di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat
menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan. Hifema spontan pada anak sebaiknya dipikirkan
kemungkinan leukimia dan retinoblastoma. 3,4
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanahdari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut: dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 15/22
kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka
koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan
dibilas dengan garam fisiologik. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit.3,4
2. Iridoplegia
Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada
pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk terjadinya kelelahan sfingter dan diberi
roboransia. Untuk mencegah silau sebaiknya pasien memakai kacamata gelap, atau mata yang sakit
diperban.3,4
3. Luksasi Lensa posterior
Pada luksasi lensa posterior, mata akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia.
Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 Dioptri untuk melihat jauh, bilik mata depan dalam
dan iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada pada polus superior dapat menimbulkan
komplikasi akibat degenarasi lensa, yaitu berupa glaukoma fakolitik dan uveitis fakotoksik. Bila
luksasi lensa telah menimbulkan komplikasi sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa.
6. Kemungkinan komplikasi dari kondisi pasien?Kebutaan (bahas lengkap)
A. PENGERTIAN
Buta adalah suatu keadaan dimana seorang tidak dapat menjalankan pekerjaan-
pekerjaan yang memerlukan penglihatannya sebagai hal esensial sebagai mana
orang sehat (WHO dan UNICEF)
B. ETIOLOGI
Cataract adalah penyebab utama dari kebutaan, dengan trakoma, lepra,
onkonserkahasis, dan xeroftalmia (keadaan selaput ikat mata yang keringkarena kekurangan vitamin A kadang-kadang sampai selaput bening
rusak).
Trakoma adalah radang selaput ikat mata yang bersifat menular yang
disebabkan oleh mikroorganisme chylamidia dan juga ditandai dengan
butir-butir kecil sehingga selaput ikat tampak kasar.
Ketuaan (Umur), proses penuaan.
Retinopati diabetes.
Gangguan degenerasi retina herediter .
Defisiensi Vitamin A
C. KRITERIA KEBUTAAN
WHO menggolongkan kebutaan meliputi:
1. Tajam penglihatan kurang dari 3/60
2. Lapang pandangan kurang dari 20
3. Tajam penglihatan dapat lebih baik dari 3/60
4. Masih mengenal warna
5. . Masih mengenal warna yang dilihat
6. Terdapatnya cacat penglihatan dilihat dari segi sosial.
D. PATOFISIOLOGI
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 16/22
Gangguan penglihatan terdiri dari kesalahan refraksi dengan lensa sampai dengan
kebutaan total. Dimana seseorang tidak dapat lagi menerima cahaya, untuk
maksud yang legal kebutaan di defenisikan secara tepat untuk menentukan
macam-macam bantuan yang diperlukan. Pada pasien dengan kebutaan, yang
mana dapat diakibatkan karena glaukoma dan diabetes melitus (DM), Glaukomadapat diturunkan atau dapat merupakan penyulit. Kalainan utama adalah akibat
kelainan makula (bintik kuning), penyakit retina (selaput jala), yang merupakan
bagian dalam mata yang menerima rangsangan sinar untuk dapat dilihat
mengalami degenerasi yang akan mengakibatkan kerusakan penglihatan sentral.
E. PENATALAKSANAAN
Kebutaan adalah suatu hal yang tidak dapat diperbaiki secara medis, namun
terdapat 2 tipe alat bantu yang memperbaiki penglihatan untuk dapat melakukan
pekerjaan yaitu optikal dan nonoptikal:
1. Alat optik, seperti lensa atau gabungan lensa untuk membuat pembesaran
seperti :
Lensa kontak, untuk gangguan penglihatan akibat kornea yang
ireguler.
Lensa kontak teleskopik, sistem lensa kontak dapat diubah menjadi
sistem teleskopik (sistem lensa kontak teleskopik).
Lensa kontak dengan lubang kecil (pinhole), berguna pada ieregular,
kekeruhan pada kornea, pupil yang melebar terus (iridiolegia), pupil
distrosi, koloboma iris, dan aniridia.
Kacamata pembesar, biasanya kekuatan lensa konveks-konveks atau plano konveks yang berkekuatan +4 -+20.00
Loupe, loupe memakai lensa sferis
Lensa pembesar binocular
Kacamata berlubang kecil, memperbaiki penglihatan pada mata dengan
fungsi mecula masih baik.
Pembesaran sistem jauh dengan sistem optik
Kacamata teleskopik, bentuk kombinasi lensa konveks dan lensa
konkaf yang terpisah akan terjadi penyebaran sinar, sehingga terjadi
memperbesar penglihatan. Sclip on, lensa yang dijepitkan atau clip on merupakan kacamata
teleskopik atau pin hole yang dijepit pada kacamata biasa.
2. Pembesaran melihat dekat dengan sistem nonoptik :
Mendekatkan mata
Huruf diperbesar
Sistem Proyeksi
Closed-circuid televisi (CCTV), memperbayangan pada layar Televisi
3. Alat penolong lain
Membaca dan steno dengan huruf Braile.
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 17/22
Teknik nonoptik yang paling sederhana adalah dengan mendekatkan benda
yang akan dilihat. Meletakkan dekat sekali (1 meter) pada layar Televisi,
tidak akan merusak mata.
Penerangan yang benar adlah perlu pada penglihatan lemah (low vision).
Pada keadaan ini sinar dengan intensitas tinggi dengan tangan yang dapatdiatur dan berguna.
Lensa obsertif berguna untuk mengurangi silau.
Proses sampai rehabilitasinya??
Katarak traumatic
Glaucoma sekunder
7. Contoh obat anti perdarahan?
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis merupakan prosespenghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.
Obat haemostatik ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerahyang luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai denganpatogenesis perdarahan.
Dalam proses hemostasis berperan faktor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi),trombosit (agregasi), dan faktor pembekuan darah
Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu :
1. aktivasi tromboplastin
2. pembentukan trombin dari protrombin
3. pembentukan fibrin dari fibrinogen
Dalam proses ini diperlukan faktor-faktor pembekuan darah yang hingga kini dikenal 15faktor pembekuan darah (faktor IV-Ca++ , faktor VIII-anti hemofilik, faktor IX-tromboplastinplasma, ..........dst)
Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan darah dandapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis dan diobati.Defisiensi atau factor pembekuan darah dapat diatasidengan memberikan factor yang kurang yang berupa konsentrat darahmanusia. Perdarahan dapat pula dihentikan dengan memberikan obat yang dapatmeningkatkan factor-faktor pembentukan darah misalnya vitamin K atau yang menghambatmekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaprot.
Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu :
1. Obat hemostatik lokal2. Obat hemostatik sistemik.
Hemostatik Lokal
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 18/22
Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan mekanisme hemostatiknya. 1. Hemostatik serap
Mekanisme kerja : Menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau
memberikan jala serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung padapermukaan yang berdarah . Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akanpecah dan membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah. Indikasi :Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal daripemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikanperdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar. Contoh obat : Ø Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida )
Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnyaakan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran
yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaankain kasa. Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6 jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapatmengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang padapatah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi,selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangkapanjang.
Ø Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah dibasahi dengan tekanan sedikitdapat menutupi dengan baik permukaan yang berdarah.
2. AstringenMekanisme kerja :Zat ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan dapatdihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini dinamakan juga stypic. Indikasi :Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local.
Contoh Obat : Antara lain feri kloida, nitras argenti, asam tanat.
3. Koagulan
Mekanisme kerja :Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatis dengan 2cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombindan secara langsung menggumpalkan fibrinogen. Contoh Obat :Russell’s viper venom yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan dapat digunakanumpamanya untuk alveolkus gigi yang berdarah pada pasien hemofilia. Untuk tujuan inikapas dibasahi dengan larutan segar 0,1% dan ditekankan pada alveolus sehabisekstrasi gigi, zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal.Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segara menimbulkan bahaya emboli.
4. VasokonstriktorMekanisme Kerja :
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 19/22
Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi , dapat digunakan untuk menghentikanperdarahan kapiler suatu permukaan. Cara pemakaian :
Penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan larutan 1:1000 tersebut pada permukaan yang berdarah.
Hemostatik sistemik
Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikandengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua faktor pembekuandarah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain transfusi ialah perbaikanvolume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan defisiensi faktor pembekuan darah tertentudapat diatasi dengan mengganti/ memberikan faktor pembekuan yang kurang.
1. Faktor anti hemoflik(faktor VIII) dan cryoprecipitated anti HemophilicFactor
Indikasi
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan padapenderita hemofilia A ( defisienxi faktor VIII) yang sifatnya herediter dan padapenderita yang darahnya mengandung inhibitor factor VII
Efek samping
Cryoprecipitated antihemofilik factor mengandung fibrinogen dan protein plasma laindalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan konsentrat faktor IIIV, sehinggakemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yangdapat timbul pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemihemolitik,hiperfibrinogenemia,menggigil dan demam.
Cara pemakaian
Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanyadigunakan untuk mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia.Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis tunggal 15-20 unit/kg BB.
Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan lunak, diberikan dosistunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia sebelum operasi diperlukan kadaranti hemofilik sekurang – kurangnya 50% dari normal, dan pasca bedah diperlukankadar 20-25 % dari normal untuk 7-10 hari.
2. Kompleks Faktor X
Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil protein plasma laindan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau biladiperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 20/22
mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnyahepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia.
Efek samping
trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi hipersensivitas berat(shok anafilaksis).
Dosis
Kebutuhan tergantung dari keadaan penderita. Perlu dilakukan pemeriksaanpembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukandosis. 1 unit/KgBB meningkatkan aktivitas factor IX sebanyak 1,5%, selama fasepenyembuhan setelah operasi diperlukan kadar factor IX 25-30% dari normal
3. V itamin K
Mekanisme kerja : Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamik, tetapi padapenderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesisbeberapa faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai hemostatik,vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K harusmerangsang pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu. Indikasi : Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K. Efek samping : Pemberian filokuinon secara intravena yang terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahanpada muka, berkeringat,
bronkospasme, sianosis, sakit pada dada dan kadang menyababkankematian. Perhatian : Defisiensi vit. K dapat terjadi akibat gangguan absorbsi vit.K, berkurangnya bakteri yangmensintesis Vit. K pada usus dan pemakaian antikoagulan tertentu. Pada bayi baru lahirhipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena belum adanya bakteri yg mensintesisvit. K Sediaan : Tablet 5 mg vit. K (Kaywan) Dosis : 1-3 x sehariuntuk ibu menyusui untuk mencegah pendarahan pada bayinya
3-4 x sehari untuk pengobatan hipoprotrombinemia
4. Asam aminokaproat
Mekanisme kerja : Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen danpenghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/ fibrin danfaktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amikaproat dapat mengatasiperdarahan berat akibat fibrinolisisyang berlebihan. Indikasi : § Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan pembentukan thrombusyang mungkin bersifat fatal hanya digunakan untuk mengatasi perdarahan fibrinolisis
berlebihan
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 21/22
§ Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari kandungkemih. § Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dansesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena troma di dalam mulut. § Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek
trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen. Cara pemakaian : Dapat diberikan secara peroral dan IV Efek samping Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna konjungtiva, dan hidungtersumbat. Efk samping yang paling berbahaya ialah trombosis umum, karena itupenderita yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatik.
5. Asam Traneksamat (Kalnex)
Mekanisme Kerja :
Ø Sebagai anti plasmin, bekerja menghambat aktivitas dari aktivator plasminogendan plasmin
Ø Sebagai hemostatik, bekerja mencegah degradasi fibrin, meningkatkan agregasiplatelet
Ø Memperbaiki kerapuhan vaskular dan meningkatkan aktivitas factor koagulasi.
Indikasi
§ Hipermenorrhea
§ Pendarahan pada kehamilan dan pada pemasangan AKDR
§ Mengurangi pendarahan selama dan setelah operasi
Perhatian
Bila diberikan IV dianjurkan untuk menyuntikkan perlahan-lahan (10 ml / 1-2 menit)
Efek Samping
§ Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, sakit kepala, anoreksia
§ Gangguan penglihatan, gejala menghilang dengan pengurangan dosis ataupenghentian pengobatan
Sediaan : Kapsul 250 mg, 500 mg
Injeksi 5 ml/250 mg dan 5 ml/500 mg
6. Karbazokrom Na Sulfonat (ADONA)
Mekanisme Kerja :
Ø Menghambat peningkatan permeabilitas kapiler
Ø Meningkatkan resistensi kapiler
Indikasi
Ø Pendarahan disebabkan menurunnya resistensi kapiler dan meningkatnya
permeabilizas kapiler Ø Pendarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunan resistensi kapiler
7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata
http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 22/22
Ø Pendarahan otak
Sediaan : Tablet 10 mg/ Forte 30 mg
Injeksi 2 ml/10 mg dan 5 ml/25 mg
top related