analisa water based mud dengan aditif barit dan kcl berdasarkan analisa toksisitas: pengujian tclp...

Upload: nisa-logana-miranti

Post on 23-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    1/181

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISA WATER BASED MUDDENGAN ADITIF BARIT DAN KCL

    BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP DAN LC50

    96JAM

    SKRIPSI

    NISA LOGANA MIRANTI

    1006760506

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2014

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    2/181

    UNIVERSITAS INDONESIA

    WATER BASED MUD ANALYSIS WITH BARITE AND KCL AS

    ADDITIVES BASED ON TOXICITY ANALYSIS: TCLP AND LC50 96

    HOURS TESTS

    FINAL REPORT

    NISA LOGANA MIRANTI

    1006760506

    FACULTY OF ENGINEERING

    ENVIRONMENTAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2014

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    3/181

    Universitas Indonesia

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISA WATER BASED MUDDENGAN ADITIF BARIT DAN KCL

    BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS : PENGUJIAN TCLP DAN

    LC50 96JAM

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sajana

    NISA LOGANA MIRANTI

    1006760506

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2014

    174/FT.TL01/SKRIP/7/2014

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    4/181

    Universitas Indonesia

    UNIVERSITAS INDONESIA

    WATER BASED MUD ANALYSIS WITH BARITE AND KCL AS

    ADDITIVES BASED ON TOXICITY ANALYSIS: TCLP AND LC50 96

    HOURS TESTS

    FINAL REPORT

    Proposed as one of the requirement to obtain a Bachelors degree

    NISA LOGANA MIRANTI

    1006760506

    FACULTY OF ENGINEERING

    ENVIRONMENTAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2014

    174/FT.TL01/SKRIP/7/2014

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    5/181

    Universita Indonesia

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    6/181

    Universita Indonesia

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    7/181

    Universita Indonesia

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    8/181

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    9/181

    Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, bantuan, kasih

    sayang, dan rahmat serta segala kebetulan-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah

    satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik

    Lingkungan pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penulis ingin

    mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah mendukung

    pengerjaan skripsi ini:

    a. Allah SWT yang telah memberikan ujian serta kelancaran dalam proses

    penyelesaian seminar dan skripsi ini;

    b.

    Dr. Ir. Setyo Sarwanto Moersidik, DEA. dan Dr. Cindy Rianti Priadi, S.T.,M.Sc. selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu, tenaga,

    dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan selama proses

    pengerjaan seminar dan skripsi ini;

    c. Ir. Panca Wahyudi, M.T., selaku pembimbing dari PPPTMGB Lemigas

    yang sudah mempercayakan topik skripsi ini kepada saya dan memberikan

    arahan, bimbingan, dan bantuan selama pengerjaan seminar dan skripsi ini;

    d. Dr. Ir. Gabriel Soedarmini Boedi Andari M.Eng. dan Prof. Dr. Ir. Djoko M.

    Hartono S.E., M.Eng., selaku dosen penguji sidang seminar dan skripsi yang

    telah memberikan masukan, kritik, dan saran demi kebaikan pengerjaan

    seminar dan skripsi ini;

    e. Dr. Nyoman Suwartha, S.T., M.T., M.Agr selaku pembimbing akademik

    yang sudah menyempatkan waktu dan tenaganya untuk membimbing dan

    membantu saya selama perkuliahan berlangsung;

    f. Hasto Widodo, M.Sc. dan Tuti Martini selaku orang tua serta Nina Akhata

    S.Si dan Nita Akhsana S.Si selaku kedua kakak, yang telah mendoakan,

    memberikan dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini berlangsung

    hingga selesai;

    g.

    Para dosen pengajar dan staff program studi Teknik Lingkungan Fakultas

    Teknik Universitas Indonesia;

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    10/181

    Universitas Indonesia

    h.

    Para pegawai dan staff Departemen Eksploitasi PPPTMGB Lemigas,

    terkhususnya Pak Entong Suryadi yang telah membuka kesempatan ini

    untuk saya, Pak Bambang dan Bu Ami yang telah membantu penelitian

    saya, mentor mentor saya Kak Chandra, Kak Ai, dan Kak Herry serta staff

    Lab LC50 (Pak Arif dan Mas Angga) yang telah sabar menunggu,

    membantu, dan mendukung penelitian ini;

    i. Fadiel Evan Marastio atas seluruh kebetulan, kesabaran, doa, dukungan,

    waktu, penjelasan, dan semua referensi yang telah diberikan selama

    pengerjaan seminar dan skripsi ini.I owe you much;

    j. Muliadi Halim Wijaya S.T. dan Gregory F. Saragih S.T. selaku senior yang

    telah membina dari awal hingga sekarang, Niknik Bestar S.T, M.T. dan

    Ingen Augdiga Sidauruk S.T. selaku konsultan selama perkuliahanberlangsung;

    k. Anissa Septi N dan Rangga Detria Wala yang telah menjadi sahabat terbaik

    dan memberikan semangat serta dukungan moril;

    l. Teman teman Teknik Lingkungan dan Teknik Sipil, Departemen Teknik

    Sipil Universitas Indonesia angkatan 2010 atas perjuangan, kebersamaan,

    dan kekompakkannya;

    m. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan makalah skripsi ini

    baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan

    manfaat bagi dunia pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Akhir kata,

    penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan seluruh pihak

    yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.

    Thanks for helping me in my first masterpiece.

    Depok, 2014

    Nisa Logana Miranti

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    11/181

    Universita Indonesia

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    12/181

    Universita Indonesia

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    13/181

    Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Nisa Logana Miranti

    Program Studi : Teknik Lingkungan

    Judul : Analisa Water Based Mud dengan Aditif Barit dan KCl

    Berdasarkan Analisa Toksisitas: Pengujian TCLP dan LC50 96 jam

    Lumpur bor berbasis air dengan aditif Barit (B) dan KCl (K) berpotensi

    toksik, sehingga Lemigas berupaya melakukan pencegahan berdasarkan pengujian

    TCLP dan LC50 96jam terhadap Penaeus monodon. Kondisi uji disesuaikan

    pada Sumur Bangau #1 di Sesulu PSC, Selat Makassar. Dengan kombinasi Bmin,

    Bmax, Kmin, dan Kmax, konsentrasi Cu pada setiap formula (Bmin-Kmin: 26,17

    ppm; Bmin-Kmax: 39,74 ppm; Bmax-Kmin: 21,47 ppm; Bmax-Kmax: 31,7 ppm)

    dan Pb pada Bmin-Kmin (9,369 ppm) melewati baku mutu lingkungan. LC50

    Formula Bmin-Kmin memenuhi baku mutu lingkungan (44.058 ppm), sedangkanFormula Bmax-Kmax tidak memenuhi baku mutu lingkungan (13.269 ppm). Hal

    ini dipengaruhi oleh komposisi logam berat, toksisitas KCl, dan kondisi

    lingkungan. WBM jenis ini lebih baik digunakan pada pengeboran off-shore.

    Kata Kunci : Water Based Mud, Limbah Lumpur Bor, Cutting, TCLP,

    LC50 96 jam, Logam Berat, Toksisitas, Penaeus monodon, Environmental Risk

    Assessment, Barit, KCl.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    14/181

    Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Nisa Logana Miranti

    Study Program/Course : Environmental Engineering

    Title : Water Based Mud Analysis with Barite and KCl as

    Additives Based on Toxicity Analysis: TCLP and LC50 96 hours Tests

    Water based mud with Barite (B) and KCl (K) as additives have toxicity

    potential, therefore Lemigas performed testing prevention effort based on TCLP

    and LC50 96 hours on Penaeus monodon. Testing condition environment was

    adapted to Sumur Bangau #1 at Sesulu PSC, Makassar Strait. Cu concentration in

    Bmin, Bmax, Kmin, and Kmax combinations (Bmin-Kmin: 26,17 ppm; Bmin-

    Kmax: 39,74 ppm; Bmax-Kmin: 21,47 ppm; Bmax-Kmax: 31,7 ppm) and Pb in

    Bmin-Kmin (9,369 ppm) are above the threshold. LC50 Bmin-Kmin Formulafulfill the threshold (44.058 ppm) while Bmax-Kmax Formula did not (13.269

    ppm). It is influenced by heavy metals composition, KCl toxicity, and

    environmental condition. This type of WBM is better used in off-shore drilling

    operation.

    Keywords : Water Based Mud, Used Drilling Mud, Cutting, TCLP, LC50

    96 hours, Heavy Metals, Toxicity, Penaeus monodon, Environmental Risk

    Assessment, Barite, KCl

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    15/181

    Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    AAA AAA AA ....... EO! BOOKMAK NO DEFINED.

    A A ........................ EO! BOOKMAK NO DEFINED.

    AAA AA .............................. EO! BOOKMAK NO DEFINED.

    A A ........................................................................

    AA AA ..........................................................................................

    AAA AAA A BA A A

    A AAD ............................. EO! BOOKMAK NO DEFINED.

    A A A BCA ACADC

    ........................................................................................................

    ABA .........................................................................................................

    ABAC .....................................................................................................

    DAA ....................................................................................................

    DAA AB ..............................................................................................

    DAA ABA .......................................................................................

    DAA A ............................................................................................

    DAA AA ......................................................................................

    BAB 1 .............................................................................................................. 1

    DAA ............................................................................................... 1

    1.2 LAA BELAKANG PEMAALAHAN ................................................................. 1

    1.3 PEMAN MAALAH ............................................................................... 3

    1.4 JAN PENELIIAN .................................................................................... 4

    1.5 MANFAA PENELIIAN ................................................................................. 4

    1.6 BAAAN MAALAH .................................................................................... 4

    1.7 MEODE PENELIIAN ................................................................................... 5

    1.8 IEMAIKA PENLIAN .............................................................................. 6

    BAB 2 .............................................................................................................. 8

    AA AA ........................................................................................ 8

    2.1 LMP PEMBOAN ................................................................................... 8

    2.1.1 ............................................................ 8

    2.1.2 ............................. ..................................... 11

    2.1.3 () ................................................................ 14

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    16/181

    Universitas Indonesia

    2.1.4 ......................... 16

    2.2 LOGAM BEA ......................................................................................... 18

    2.2.1

    ......................................................................... 18

    2.2.2 ..................................... 242.3 OKIIA .............................................................................................. 25

    2.3.1 ........................................................................ 25

    2.3.2 ................................................... 26

    2.4 PENGJIAN KADA LOGAM BEA PADA LMP PEMBOAN............................ 28

    2.5 PENGJIAN OKIIA AK PADA LMP PEMBOAN................................... 29

    2.6 PENELIIAN EDAHL ............................................................................. 31

    BAB 3 ............................................................................................................ 62

    D A ............................................................................. 62

    3.1 PENDEKAAN PENELIIAN ........................................................................... 62

    3.2 AK DAN EMPA PENELIIAN................................................................ 64

    3.3 AIABEL PENELIIAN ................................................................................ 66

    3.4 PENGMPLAN DAA ................................................................................ 67

    3.5 DEAIN PENELIIAN ................................................................................... 67

    3.6 POED PENELIIAN .............................................................................. 69

    3.6.1 .......................................................................... 69

    3.7 ANALIA HAIL ......................................................................................... 71

    BAB 4 ............................................................................................................ 73

    A DA BAAA .............................................................................. 73

    4.1 PENGJIAN CLPPADA BMFAE LINDI........................... 73

    4.1.1 ........................................... 73

    4.1.2 ........................................ 74

    4.1.3 ............................................. 75

    4.1.4

    ................................................................................................... 89

    4.2 PENGJIAN LC50ELAK JI OKIIA AK BM ...................................... 94

    4.2.1 ........................................... 94

    4.2.2 .......................................... 984.2.3 5096

    101

    4.3 ENIONMENAL IK AEMEN........................................................... 115

    4.3.1 ......................................................................... 116

    4.3.2 ............................................................... 117

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    17/181

    Universitas Indonesia

    4.3.2.1 P (C) .................... ................................... 118

    4.3.2.2 P (P) ........................................................... 118

    4.3.2.3 P P (A) .......... ................................ ................... 119

    4.3.2.4 P K K (KC) .............................................. 119

    4.3.3 .................................................................... 1194.3.4 ....................................................................... 121

    BAB 5 .......................................................................................................... 125

    A DA AA ............................................................................ 125

    5.1 KEIMPLAN ......................................................................................... 125

    5.2 AAN ................................................................................................. 126

    DAA AA ........................................................................................ 128

    AA ................................................................................................... 134

    LAMPIAN 1:HAIL PENGJIAN CLP ................................................................... 134

    LAMPIAN 2:HAIL PENGJIAN LC5096JAM ....................................................... 136

    LAMPIAN 3:POED PENGJIAN .................................................................... 138

    ....................................................... 138

    ................................ 139

    LAMPIAN 4:DOKMENAI PENELIIAN ............................................................... 143

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    18/181

    Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    AB 2.1 BA C A BA BA ...................... 28

    AB 2.2 A DAA ADA A AC DA C50ADA B A AA A ............................... 33

    AB 3.1. .......................................................................... 65

    AB 3.2. BA C A BA BA ..................... 66

    AB 3.3. AAB ...................................................................... 67

    AB 3.4 B CA

    A C ............................................................................... 70

    AB 3.5 B CA

    A C50 96 A .................................................................. 70

    AB 4.1. BA A B BDAAA D BA DA

    C ADA ADA A BAA .......................................... 73

    AB 4.2. A B ....................................................... 74

    AB 4.3. C DA A A A AA C 75

    AB 4.4 A A A BA C DA A

    B ................................................................................................... 76

    AB 4.5 A A A BA C DA A

    BA .................................................................................................. 76

    AB 4.6 A A A BA C DA A

    BA .................................................................................................. 77

    AB 4.7 A A A BA C DA A

    BAA ................................................................................................. 77

    AB 4.8 BADA A C DA BA A

    D .45 A 2006 ............................................................... 78

    AB 4.9

    ADA 25

    C () BDAAA AA .............. 85

    AB 4.10. BADA DAA C B C A

    A .................................................................................... 92

    AB 4.11. BADA DAA C BA

    AA B C A .................................................. 93

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    19/181

    Universitas Indonesia

    AB 4.12 A B A DAA ADA

    A A DA ....................................................................... 99

    AB 4.13 AA A A ADA BA A

    BAA #1, A AAA ...................................................................... 99

    AB 4.14 A BA ................................................................ 100

    AB 4.15 D A DA C50 96 A ........................ 106

    AB 4.16 AA DA A ADA DA C50 96 A ...... 107

    AB 4.17 A AA A C50 96 A ............... 110

    AB 4.18 A C50 96 A DA D B AA ..... 111

    AB 4.19 A C50 96 A DA

    ..................................................................................................... 112

    AB 4.20 A BA BA BDAAA A C50....... 112

    AB 4.21 A BDAAA ............................ 121

    A DA A A DAA DA C50 96 A .......... 140

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    20/181

    Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    ABA 2.1 AA BA ............................................... 8

    ABA 3.1 BAA A A ........................................................... 63

    ABA 3.2 DAA A DA A DAA

    A (BA AA A A A ) ................ 68

    ABA 3.3 (AA) DAA A DA A ....................... 69

    ABA 4.1 DAA BAA ..................................................... 80

    ABA 4.2 DAA B ......................................................... 81

    ABA 4.3 DAA A .......................................................... 82

    ABA 4.4. DAA (A) A. (B) BA. (C) AD. (D)

    . () . () . () . ......................................... 84

    ABA 4.5. BAA A D BAA A ADA BA 6

    A B A DA ....................................................... 114

    ABA 4.6 BAA DA BAA A ADA

    BA 2 A B A DA ............................................. 114

    ABA 4.7 /

    .................................................................................................................... 116

    ABA 4.8 A BA AA BA B DA

    ...................................................................................................... 121

    ABA 4.9 A AA AAA ADA D A .... 123

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    21/181

    Universitas Indonesia

    DAFTAR GRAFIK

    A 4.1. BADA A ADA A

    C ADA B BA ..................................................................... 90

    A 4.2. BADA A ADA A ADA B BA ........................................................................................ 90

    A 4.3. BADA A ADA A C ADA

    B BA .................................................................................................. 91

    A 4.4. BADA A ADA A BAA

    ADA B BA ........................................................................................ 91

    A 4.5 A A D A BAA AA 96

    A AAA A B A 1 .................................... 101

    A 4.6 A A D A BAA AA 96

    A AAA A B A 2 .................................... 102

    A 4.7 A A D A BAA AA 96

    A AAA A BAA A 1 .................................. 102

    A 4.8 A A D A BAA AA 96

    A AAA A BAA A 2 .................................. 103

    A 4.9 A A ADA A B

    C5096 A ................................................................................................. 104

    A 4.10 ADA A B C5096 A ..................... 105

    A 4.11 A A ADA A BAA

    C5096 A ............................................................................................ 105

    A 4.12 ADA A BAA C5096 A ................... 106

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    22/181

    Universitas Indonesia

    DAFTAR SINGKATAN

    AAS :Atomic Absorption Spectrometer

    Ag : PerakAs : Arsenik

    B3 : Bahan Beracun dan Berbahaya

    Ba : Barium

    Barit : Barium Sulfat

    Cd : Kadmium

    CH3COOH : Asam Asetat

    CMC : Carboxymethylcellulose

    Co : Kobalt

    Cr : Kromium

    ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral

    HCl : Asam Klorida

    Hg : Merkuri

    HNO3 : Asam Nitrat

    ICP - OES : Inductively Coupled Plasma Optical Emission

    Spectrometry

    KCl : Kalium Klorida

    LC50 :Lethal Concentracion50%

    MARS :Microwave Accelerated Reaction System

    NaOH : Natrium Hidroksida

    Ni : Nikel

    OBF : Oil Based Drilling Fluid

    OBM : Oil Based Mud

    PAC LV : Polyanionic Cellulose Low Viscosity

    Pb : Timbel

    Permen : Peraturan Menteri

    PHPA : Partially Hydrolized Polyacrylamide

    PP : Peraturan Pemerintahan

    ppm :part per million

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    23/181

    Universitas Indonesia

    PPPTMGB : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak

    dan Gas Bumi

    RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan

    RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan

    SBF : Synthetic Based Drilling Fluid

    Se : Selenium

    S-OBM : Synthetic Oil Based Mud

    TCLP : Toxicity Characteristic Leaching Procedure

    USEPA : United States Environmental Protection Agency

    WBF : Water Based Drilling Fluid

    WBM : Water Based Mud

    Zn : ZinkP : mortalitas terkoreksi (%)

    Pi : mortalitas hasil pengamatan

    c : mortalitas pada media kontrol

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    24/181

    1

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.2 Latar Belakang Permasalahan

    Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting untuk digunakan di

    dalam proses pemboran, hal ini dikarenakan lumpur ini dapat menentukan

    kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan, dan biaya pemboran itu sendiri.

    Terdapat tiga macam lumpur bor yang digunakan pada kegiatan pemboran, yaitu

    Water Based Mud (WBM), Oil Based Mud (OBM), dan Synthetic Oil Based Mud

    (S-OBM) (Rubiandini, 2011). Berdasarkan US EPA (1999) lumpur pemboran

    atau lumpur sirkulasi diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu (1) water

    based drilling fluid (WBF) merupakan lumpur pemboran konvensional denganbasis air; (2) oil based drilling fluid (OBF) diesel, mineral, atau beberapa

    minyak lain sebagai fase kontinu; dan (3) synthetic based drilling fluid (SBF)

    material sintetis seperti polyester dan sari tanaman yang digunakan sebaga fase

    kontinu.

    Dalam menciptakan sifat lumpur bor yang baik dalam pengerjaan

    pemboran, terdapat susunan aditif yang ditambahkan. (Mahto dan Sharma, 2004).

    Namun, dalam aditif aditif tersebut terkandung beberapa logam berat yang

    berdampak buruk pada lingkungan (Smith dkk, 1999) dalam (Ossai dkk, 2010).

    Untuk itu di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 045 tahun 2006

    tentang Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur, dan Serbuk Bor pada

    Kegiatan Pengeboran Minyak dan Gas Bumi, sebelum lumpur bor digunakan,

    harus diadakan uji LC50-96 jam dan/atau uji TCLP (Toxicity Characeristic

    Leaching Procedure) untuk mengetahui kadar toksisitas dan kandungan logam

    berat yang terdapat pada lumpur tersebut. Tidak hanya sebelum lumpur bor

    digunakan, tetapi setelah lumpur bor tersebut menjadi limbah sesuai dengan Pasal

    7 dan 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang

    Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, guna menentukan limbah

    tersebut termasuk limbah B3 atau tidak, perlu dilakukan uji TCLP dan/atau uji

    karakteristik serta uji toksikologi (LD50). Menurut lampiran

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    25/181

    2

    Universitas Indonesia

    dari PP No. 18/99 lumpur bor bekas dan cutting pemboran termasuk ke dalam

    limbah B3 berdasarkan sumber kegiatan eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan

    panas bumi yang disebabkan oleh bahan organik, bahan yang terkontaminasi

    minyak, logam berat, dan merkuri.

    Menurut beberapa penelitian terdahulu dikatakan bahwa terdapatnya

    kadar logam berat di limbah lumpur bor dan serbuk bor serta lokasi pemboran

    merupakan akibat dari pemakaian susunan aditif tertentu atau memang lokasi

    tersebut telah terpapar logam berat secara alamiah. Berdasarkan buku Amoco

    Production Company Drilling Fluids Manual,cara untuk meminimalisir dampak

    lingkungan pada saat pekerjaan pemboran yaitu dengan pandai memilih zat aditif

    dan fluida lumpur bor. Menurut Burden dkk (2013) dalam memilih sistem lumpur

    agar ramah lingkungan terhadap fluida dengan kemampuan teknis yang sama,salah satunya harus dilihat dari dampak tiap komponen penyusunnya dan rangkum

    penggunaannya serta dampak limbah dari sistemnya. Kemudian pertimbangkan

    ekspansi atau reduksi volume limbah yang dihasilkan akibat penggunaannya pada

    sistem. Menurut Effendi dkk (2011), untuk menyempurnakan penelitian toksisitas

    limbah pengeboran minyak selain dengan melakukan uji toksisitas LC50 adalah

    dengan melakukan uji TCLP untuk mengetahui karakteristik dari limbah terutama

    logam berat.

    Setelah pengerjaan pemboran, ditemukan tingginya kandungan logam

    berat dan toksisitas yang tinggi pada limbah lumpur bor dan/atau cuttingsehingga

    dibutuhkan biaya pengolahan yang cukup tinggi untuk hal tersebut. Berdasarkan

    hal tersebut, PPPTMGB Lemigas ingin melakukan upaya pencegahan pencemaran

    dengan membuat lumpur bor berbasis air atau Water Based Mud (WBM) yang

    ramah lingkungan dengan prioritas aditif Barit dan KCl. Atas diskusi dengan

    pihak yang bersangkutan, penelitian ini dilakukan dengan menyeleksi bahan-

    bahan penyusun yang terdiri dari lumpur dan beberapa zat aditif untuk dijadikan

    WBM yang ramah lingkungan dilihat dari segi kadar logam berat dan

    toksisitasnya. Penelitian ini akan ditinjau dengan menggunakan uji Microwave

    Accelerated Reaction System (MARS) untuk mengukur kadar total logam berat

    (yang akan dilakukan oleh tim penelitian), uji TCLP untuk mengukur kadar logam

    berat pada fase lindi after hot-rolled WBM (WBM yang telah dikondisikan

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    26/181

    3

    Universitas Indonesia

    dengan tekanan dan temperatur pada pengerjaan pengeboran), dan untuk

    pengujian toksisitas akut akan menggunakan LC50-96 jam. Pada penelitian ini

    lumpur bor yang digunakan adalah WBM dikarenakan WBM merupakan lumpur

    bor yang paling banyak digunakan di Indonesia dan ramah lingkungan

    dikarenakan berbasis air. Lumpur bor diidentifikasi dapat mengontaminasi

    lingkungan dikarenakan pada saat pengerjaan pemboran terdapat interaksi dengan

    tanah dan pada saat pembuangan dan penyimpanan cutting di mud pit terdapat

    interaksi dengan tanah dan badan air. Dengan kadar logam berat dan toksisitas

    yang tinggi dapat menyebabkan kesehatan makhluk hidup terganggu dan akan

    lebih parah jika dikonsumsi oleh manusia. Sebagai contoh logam kadmium yang

    beresiko tinggi terhadap pembuluh darah dan dapat terakumulasi pada tubuh

    khususnya hati dan ginjal (Mursyidin, 2006). Penelitian ini dilakukan karenaterjadi permasalahan akan kadar logam berat dan toksisitas lainnya pada saat

    pembuangan limbah lumpur bor dan cutting setelah pengerjaan pemboran telah

    selesai dilaksanakan. Pihak Lemigas menyelenggarakan penelitian ini dengan

    kerangka berfikir melakukan pencegahan dahulu untuk meminimalisir pengolahan

    limbah B3 dan dampak lingkungan.

    1.3 Perumusan Masalah

    a.

    Berapa kandungan logam berat (As, Ba, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Se, Ag, Zn)

    pada WBM yang telah dikondisikan pada temperatur dan tekanan sesuai

    pengerjaan pemboran atau after hot-rolled WBM dalam fase lindi dengan

    uji TCLP (sesuai dengan Permen ESDM No. 45/2006)?

    b. Berapa konsentrasi LC50 96 jam selaku parameter toksisitas pada after

    hot-rolled WBM?

    c. Apa faktor faktor yang menyebabkan toksisitas pada WBM?

    d. Bagaimana dampak dan pemaparan terhadap lingkungan yang dapat terjadi

    dilihat dari hasil uji TCLP dan LC50 96 jam pada after hot-rolled WBM?

    e. Apa kombinasi WBM yang dapat dijadikan WBM ramah lingkungan sesuai

    dengan hasil dan analisa penelitian?

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    27/181

    4

    Universitas Indonesia

    1.4 Tujuan Penelitian

    a. Mengetahui kandungan logam berat pada WBM yang telah dikondisikan

    pada temperatur dan tekanan sesuai pengerjaan pemboran atau after hot-

    rolledWBM dalam fase lindi dengan uji TCLP

    b. Mengetahui konsentrasi LC50 96 jam pada after hot-rolled WBM selaku

    parameter toksisitas

    c. Menganalisa faktor faktor yang menyebabkan toksisitas pada WBM

    d. Memprediksi dampak dan pemaparan terhadap lingkungan dari hasil uji

    TCLP dan LC50 96 jam pada after hot-rolled WBM

    e. Menghasilkan kombinasi WBM yang dapat dijadikan WBM ramah

    lingkungan sesuai dengan hasil dan analisa penelitian

    1.5 Manfaat Penelitian

    a. Memberikan referensi untuk pembuatan lumpur bor WBM yang ramah

    lingkungan

    b. Dapat dijadikan sebagai sumber referensi jika terdapat penelitian

    selanjutnya dengan memeriksa faktor faktor selain logam berat dan

    toksisitas yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan

    c. Dapat dijadikan sebagai sumber referensi jika terdapat penelitian

    selanjutnya dengan menjadikan treatmentsebagai tema dalam menurunkan

    logam berat dan/atau toksisitas pada WBM

    d. Dapat dijadikan referensi untuk menyeleksi bahan penyusun WBM yang

    ramah lingkungan dari vendoratau supplierterkait

    1.6 Batasan Masalah

    a. Bahan penyusun WBM disediakan oleh Lemigas

    b. Men-scale down sampel bahan penyusun guna pemeriksaan kandungan

    logam berat dalam skala laboratorium

    c. Dalam mengukur kandungan logam berat WBM dalam fase lindi

    menggunakan uji TCLP

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    28/181

    5

    Universitas Indonesia

    d.

    Dalam mengukur kandungan logam berat menggunakan bantuan analisa

    multi-elemen ICP - OES (Inductively CoupledPlasma Optical Emission

    Spectrometry)

    e. Dalam mengukur toksisitas pada WBM menggunakan uji LC50 96 jam

    f. Kandungan yang akan diuji pada WBM dalam fase lindi adalah logam berat

    (As, Ba, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Se, Ag, Zn)

    g. Binatang uji yang digunakan pada LC50-96 jam adalah Penaeus monodon

    atau benur udang windu

    h.

    Pengondisian after hot-rolled WBM dalam temperatur dan tekanan tertentu

    dengan menggunakan hot-rollpada skala laboratorium yang dilakukan oleh

    tim penelitian

    i.

    Penelitian dilakukan di Laboratorium Eksploitasi Lemigas

    1.7 Metode Penelitian

    a. Studi literatur (buku, jurnal, browsing, dan sumber ilmiah lainnya) untuk

    memenuhi sumber referensi sesuai dengan topik terkait

    b. Pengkajian sampel bahan penyusun WBM skala laboratorium

    c. Meneliti kandungan logam berat dalam fase air lindi pada setiap sampel

    variasi WBM dengan uji TCLP

    d.

    Meneliti kadar logam berat menggunakan alat ICP - OES dengan multi

    elemen

    e. Meneliti toksisitas pada variasi WBM dengan uji LC50-96 jam

    f. Meneliti kandungan logam berat dan toksisitas pada WBM setelah dicampur

    dan dikondisikan pada skala laboratorium

    g. Memprediksi dampak lingkungan yang terjadi sesuai dengan literatur dan

    penelitian terdahulu berdasarkan hasil uji

    h. Menganalisa faktor faktor yang mendasari hasil uji

    i.

    Melakukan analisis terhadap data yang diperoleh dari penelitian di

    laboratorium kemudian dibandingkan dengan literatur dan peraturan yang

    ada

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    29/181

    6

    Universitas Indonesia

    1.8 Sistematika Penulisan

    Penelitian mengenai pengujian TCLP dan LC50pada WBM yang ramah

    lingkungan akan dibahas dalam beberapa bagian. Berikut penjelasan dari bagian-

    bagian yang akan dibahas :

    BAB 1 PENDAHULUAN

    Pada bagian pendahuluan akan berisi tentang latar belakang penelitian ini

    dilakukan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

    masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bagian tinjauan pustaka akan berisi tentang tinjauan singkat atas

    beberapa dasar teori yang diambil dari bahan pustaka atau literatur, baik berupa

    hasil penelitian terdahulu, buku teks maupun jurnal ilmiah. Selain itu, dalambagian ini juga berisi tentang perspektif teoritik dengan menguraikan kerangka

    konsep ataupun teori mengenai perbandingan pengukuran kandungan logam berat

    secara keseluruhan dan lindinya. Begitu juga dengan tinjauan pustaka akan uji

    toksisitas akut serta dampak yang terjadi pada binatang uji.

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    Pada bagian metode penelitian akan berisi tentang aspek yang terkait

    dengan pelaksanaan penelitian berdasarkan pendekatan penelitian yang digunkana

    peneliti dan berisi tentang metode yang akan digunakan dalam penulisan skripsi.

    Hal ini berisi tentang penelitian yang dilakukan, langkah-langkah pengambilan

    data, cara pengolahan data, langkah-langkah analisis data, langkah-langkah

    pemecahan masalah, dan pemilihan studi literatur.

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bagian hasil dan pembahasan akan berisi tentang data-data yang

    telah terkumpul saat melakukan penelitian. Data-data tersebut harus dipilih

    berdasarkan relevansinya terhadap tujuan yang ingin dicapai. Data-data yang telah

    dikumpulkan saat penelitian kemudian dianalisis pada bab ini. Setelah dianalisis,

    data-data tersebut kemudian dibahas sesuai dengan konteks topik, peraturan, dan

    literatur yang ada.

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    30/181

    7

    Universitas Indonesia

    Pada bagian ini berisi tentang kesimpulan yang diambil berdasarkan

    tujuan penelitian, studi literatur, dan analisa. Pada bab ini juga terdapat saran yang

    diberikan oleh penulis yang berkaitan dengan penelitian.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    31/181

    8

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Lumpur Pemboran

    2.1.1Pengertian Lumpur Pemboran

    Menurut Permen ESDM No. 045 tahun 2006, lumpur bor adalah fluida

    yang dipakai dalam pengeboran yang terdiri dari bahan dasar atau bahan aditif,

    atau hasil campuran bahan dasar dan bahan aditif.

    Menurut Reis (1996) lumpur pemboran memiliki tujuan umum untuk

    mengangkat cutting dari lubang pemboran dan membawanya ke permukaan.

    Selain itu juga dapat membantu mengendalikan sumur dan mencegah blowout.

    Menurut Sadiq dkk (2004) pemboran menggunakan lumpur bor untukmelumasi drill bit, mengendalikan tekanan lubang pemboran, dan membersihkan

    cuttingbatuan untuk keluar dari sumur.

    Menurut Amoco Coorporation (1975) lumpur pemboran diklasifikasikan

    menjadi pneumatic, berbahan dasar minyak, dan berbahan dasar air. Berikut

    adalah klasifikasi turunan dari bahan dasar tersebut.

    Gambar 2.1 Klasifikasi Lumpur Pemboran

    Sumber : Amoco Coorporation, 1975

    L

    D

    M

    H

    P

    G

    L

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    32/181

    9

    Universitas Indonesia

    Menurut Rubiandini (2011), lumpur pemboran merupakan lumpur yang

    berguna mengangkat serpih pemboran (cutting) yang terdiri dari empat komponen

    atau fase, yaitu :

    a. Fase cair

    Dapat berupa minyak atau air, namun 75% lumpur pemboran menggunakan

    air. Untuk air sendiri dapat dibagi menjadi dua macam yaitu air tawar dan

    air asin. Untuk istilah lumpur bor berbasis minyak digunakan bila komposisi

    minyaknya lebih dari 95%.

    b.

    Reactive Solids

    Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk membentuk koloid. Dalam

    hal ini bentonit akan menghisap air tawar dan nantinya akan membentuk

    lumpur.c. Inert Solids

    Padatan ini tidak bereaksi, biasanya berupa barit (BaSO4) yang digunakan

    untuk menaikkan densitas lumpur, ataupun galena atau bijih besi.Inert solid

    ini dapat juga berasal dari formasi yang dibor dan terbawa lumpur yang

    secara tidak sengaja memberikan kenaikan densitas lumpur dan perlu

    dibuang secepat mungkin.

    d. Fase kimia

    Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk

    mengendalikan sifat sifat lumpur, misalnya dispersi atau flokulasi. Banyak

    sekali zat kimia yang digunakan untuk menurunkan viskositas, mengurangi

    kehilangan air, dan mengendalikan fase koloid. Zat zat kimia ini bereaksi

    dan memengaruhi linkgungan sistem lumpur tersebut, misalnya dengan

    menetralisir muatan muatan listrik tanah, menyebabkan dispersi, dan lain

    lain.

    Menurut Zaba dan Doherty (1970) dalam Rubiandini (2011) untuk

    klasifikasi lumpur bor dibagi berdasarkan fasa fluidanya yaitu air (water base),

    minyak (oil base), dan gas. Berikut jenis jenisnya.

    Fresh Water Muds(lumpur air tawar)

    o Spud

    o Natural atau native

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    33/181

    10

    Universitas Indonesia

    o Bentonite treated

    o Fosfat treated

    o Koloid Organik treated

    o Alkalin tannate treated

    o Lumpur Kalsium

    Salt Water Muds (air asin)

    o Air asin tak jenuh

    o Air asin jenuh

    o Kalium silikat

    Minyak Dalam Emulsi Air

    o Air tawar

    o

    Air asin Oil Base

    Gaseous Drilling Fluids

    o Udara atau gas alam

    o Lumpur yang diaerasi

    Berdasarkan US EPA (1999) lumpur pemboran atau lumpur sirkulasi

    diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu (1) water based drilling fluid (WBF)

    merupakan lumpur pemboran konvensional dengan basis air; (2) oil based

    drilling fluid (OBF) diesel, mineral, atau beberapa minyak lain sebagai fase

    kontinu; dan (3) synthetic based drilling fluid (SBF) material sintetis seperti

    polyester dan sari tanaman yang digunakan sebaga fase kontinu.

    Menurut Barrett dkk (2005) lumpur pemboran adalah fluida atau lumpur

    yang digunakan untuk pengoperasian pemboran dimana fluida tersebut

    bersirkulasi atau dipompa dari permukaan, turun ke drill string, menuju ke bit,

    dan kembali ke permukaan melalui annulus. Berdasarkan fluida dasarnya, lumpur

    bor dibagi menjadi tiga macam yaitu gas : udara dan nitrogen; larutan : gasifikasi-

    foam, energized, tanah, polimer, emulsi; dan non larutan : minyak atau sintetis

    semua minyak, invert emulsion.

    Lumpur bor melumasi drill string, membawa serbuk bor dari lubang

    pemboran, mengendalikan tekanan internal dan menstabilisasi sumur, serta

    terkandung 5 25% dari limbah lumpur bor. Terdapat tiga jenis lumpur pemboran

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    34/181

    11

    Universitas Indonesia

    yaitu OBM, WBM, dan synthetic-based. Dalam OMB fluida yang mendominai

    adalah minyak mineral, dalam synthetic mudyang mendominasi adalah ester, eter,

    asetil atau olefin, kemudian WBM yang mendominasi adalah air tawar atau air

    asin. (Neff, 2005) dalam (Trannum dkk, 2009).

    Lumpur pemboran bisa dikatakan darah dari industri pengeboran

    dikarenakan memegang peranan terbesar dalam pengerjaan pengeboran (Coussot

    dkk, 2004) dalam (Meng, 2012). Fungsi dari lumpur pemboran ini adalah

    mengendapakn dan membawa serbuk bor, mendinginkan dan membersihkan

    peralatan pemboran serta memelihara stabilitas dari lubang bor (Caenn dan

    Chillingar, 1996; Darley dan Gray, 1988; Luckham dan Rossi, 1999; Menezes

    dkk, 2010) dalam(Meng, 2012).

    2.1.2Aditif Lumpur Pemboran

    Menurut Azar dkk (2007) aditif lumpur pemboran dapt dikelompokkan

    ke dalam tujuh kategori, yaitu

    Viscosifiers

    Bentonite

    Attapulgite

    Polimer

    Pereduksi Viskositas

    o Fosfat

    o Tannates

    o Lignit

    o Lignosulfonat

    o Natrium poluakrilat

    Agen Pemberat

    o Barit

    o

    Besi oksida

    o Kalsium karbonat

    o Garam terlarut

    o Galena

    Pereduksi Kehilangan Fluida

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    35/181

    12

    Universitas Indonesia

    o Bentonite

    o Starch

    o Polimer

    Pengemulsi

    Material Pelepas Sirkulasi

    o Kulit walnut

    o Fibrous

    o Cellophane flakes

    o Diesel/bentonit

    Aditif Spesial

    o Flokulan

    o

    Bahan kimiawi pengendali korosio Defoamers

    o Aditif pengendali pH

    Menurut Neff (2005) dalam Trannum (2009) dalam lumpur pemboran

    terdapat penambahan aditif, lumpur tersebut mengandung agen pemberat, tanah

    atau polimer organik, berbagai macam garam anorganik, padatan inert, dan aditif

    organik. Barit (BaSO4) merupakan agen pemberat yang paling banyak dan paling

    sering digunakan. Yang tidak kalah sering adalah ilminite (FeTiO3) yang paling

    sedikit mengontaminasi seperti merkuri, timbel, dan kadmium digunakan untuk

    mengganti barit.

    Menurut Rubiandini (2011) ada beberapa aditif lumpur pemboran sesuai

    dengan jenis fluida lumpur bor tersebut. Untuk WBM, aditif yang digunakan

    dibagi berdasarkan fungsinya yaitu sebagai berikut :

    a. Fluid Loss Control

    Aditif ini berguna untuk menjaga integritas lubang dan mengurangi

    kehilangan fluida dalam sebuah formasi. Macam macam bahan aditifnya

    yaitu : Wyoming bentonit, Starch, Sodium Carboxymethylcellulose(CMC),

    Acrylonitrite (Cypan), Polimer X-C, Ben-Ex, Lignins, Tannins,

    Lignosulfonate, Minyak Diesel, Thermex, Resinex, Natrium karboksil Metil

    Selulosa, dan Baranex

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    36/181

    13

    Universitas Indonesia

    b.

    Thinner(Pengencer)

    Macam macam bahan aditif dari pengencer ini adalah dispersan, air,

    Fosfat, Lignin, Tannin, Lignosulfonate, XP-20, Spersene, dan CC-16.

    c. Bahan bahan pemberat

    Material pemberat adalah bahan yang memiliki specific gravity tinggi yang

    ditambahkan ke dalam cairan untuk menaikkan densitas fluida dan

    digunakan untuk mengendalikan tekanan formasi. Macam macam bahan

    pemberat antara lain Barit (Barium Sulfat), Galena, Kalsium Karbonat, dan

    Larutan Garam.

    d. Pengatur pH

    Untuk beberapa aditif memiliki pH yang rendah untuk itu perlu

    ditambahkan bahan bahan yang akan merubah pH sistem lumpur karenapada umumnya aditif secara alamiah bersifat asam, maka jarang yang

    memiliki pH tinggi. Secara umum, ada tiga macam pengatur pH, yaitu

    Natrium hidroksida, Kalium hidorksida, dan Kalsium hidroksida.

    Untuk bahan aditif di OBM terdapat beberapa macam bentuk yaitu bahan

    dasar minyak itu sendiri bisa berupa minyak diesel atau minyak mentah, air dalam

    fase emulsi 5 50%, emulsifier, agen pengendali filtrasi, agen suspense dan agen

    jel, clays-organiphillic, dan kalsium klorida.

    Menurut Amoco Coorporation (1975) aditif lumpur pemboran

    diklasifikasikan berdasarkan jenis lumpur bornya. Hal ini dikarenakan masing

    masing aditif dapat menempati fungsi ganda atau bahkan lebih dari dua dan

    Amoco memberikan keterangan aditif yang utama harus digunakan pada jenis

    jenis lumpur bor yang telah diklasifikasikan, sebagai contoh WBM jenis KCl-

    Polimer (KCl-PHPA). Lumpur ini memiliki susunan aditif yang penting untuk

    ditambahkan yaitu prehidrasi bentonit sebagai viscosifier dan pengendalian

    filtrasi, Kalium Klorida sebagai sumber penghambat dari ion K+, Natrium

    hidroksida sebagai pengendali alkalinitas dan sumber dari ion K+, Starch sebagai

    pengendali filtrasi, PAC sebagai pengendali filtrasi, lignosulfonat sebagai

    deflokulan, dan Lignit sebagai pengendali filtrasi dalam kondisi tekanan tinggi

    dengan temperatur yang tinggi.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    37/181

    14

    Universitas Indonesia

    2.1.3

    Water Based Mud (WBM)

    Menurut Amoco Coorporation (1975), WBM merupakan lumpur bor

    yang paling banyak digunakan dalam pengerjaan pemboran. WBM mudah untuk

    dibuat, mengeluarkan biaya yang murah dalam pemeliharaan, dan dapat

    diformulasikan untuk menutup kebanyakan permasalahan pemboran. WBM

    dibagi lagi menjadi tiga subklasifikasi, yaitu non-inhibitive, inhibitive, dan

    polimer.

    a. Non-Inhibitive

    Untuk formasi yang tidak menghasilkan swellingpada tanahnya, lumpur bor

    untuk menembus formasi ini hanya dibutuhkan tanah liat atau bentonit

    komersil dengan natrium hidroksida atau kapus. Dapat juga terdiri dari

    deflokulan dan/atau dispersan seperti lignit, lignosulfonar, atau fosfat.b. Inhibitive

    Lumpur bor ini untuk menembus formasi yang mudah swelling, untuk itu

    memberikan kontribusi pencegahan dengan terkandungnya kation seperti

    Natriu (Na+), Kalsium (Ca

    2+), dan Kalium (K

    +). Umumnya K

    + atau Ca

    2+,

    atau kombinasi dari kedianya, menghasilakn pencegahan yang sangat baik

    untuk dispersi tanah. Sistem ini biasnaya digunakan pada pemboran tanah

    yang mudah terhidrasi dan pasir yang mengandung tanah yang mudah

    terhidrasi.Dikarenakan sumber dari kation sebagain besarnya adalah garam,

    pembuangannya menjadi perhatian yang besar bagi lingkungan.

    c. Polimer

    Fluida polimer terdiri dari polimer yang memiliki keberagaman dalam

    pengaplikasiannya. Fluida ini terdiri dari polimer yang berfungsi untuk

    mengentalkan, polimer untuk mengendalikan filtrasi, polimer untuk

    deflokulasi, polimer untuk menjaga kestabilan temperatur tinggi, dan lain

    lain. Fluida polimer ini umumnya hanya mengandung jumlah bentonit yang

    sedikit untuk membentuk viskositas. Pengentalan umumnya dilakukan oleh

    polimer yang memiliki berat tinggi seperti PHPA, PAC, polimer XC, dll.

    Menurut Rubiandini (2011) WBM dibagi menjadi beberapa macam

    klasifikasi lagi yaitu lumpur air tawar, lumpur air asin, dan lumpur emulsi.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    38/181

    15

    Universitas Indonesia

    Lumpur Air Tawar

    Merupakan lumpur yang fase cairnya adalah air tawar dengan kadar garam

    yang kurang dari 10.000 ppm (jika ada). Lumpur ini terdiri dari lumpur

    spud, lumpur alami, lumpur bentonite-treated, lumpur fosfat-treated,

    lumpur koloid organik treated, redmud, dan lumpur kalsium

    Lumpur Air Asin

    Lumpur ini digunakan terutama untuk member salt dome atau lapisan

    berformasi garam dan kadang kadang jika terdapat aliran air garam yang

    terbor. Filtrate loss-nya besar dan mud cake-nya juga tebal jika

    ditambahkan koloid organik, pH lumpurnya juga dibawah 8, karena itu

    perlu adanya pencegahan untuk menahan terjadinya fermentasi pada starch.

    Lumpur ini terdiri dari lumpur air asin tak jenuh, lumpur air asin jenuh, danlumpur natrium silikat.

    Lumpur Emulsi

    Pada lumpur ini minyak sebagai fase emulsi dan air sebagai fase kontinu.

    Jika baik pembuatannya maka filtratnya hanyalah air. Keuntungan dari

    pemakaian lumpur ini adalah bit yang tahan lama, tingkat penetrasi

    meningkat, mengurangi korosi pada drill string, perbaikan pada sifat

    lumpur, dan mengurangi ballingpada drill string.

    WBM dipertimbangkan tidak berbahaya dan dampak lingkungan tidak

    terdapat pada pengeboran lebih dari 100 m (Neff dkk, 1987; Daan dan Mulder,

    1996; Montagna dan Harper, 1996; Currie dan Isaac, 2005; Zuvo dkk, 2005;

    Trannum dkk, 2006) dalam (Trannum dkk, 2009). Kebanyakan pemboran yang

    terjadi di laut utara, Gulf meksiko dan pengeboran offshorelainnya menggunakan

    WBM (Neff dkk, 2000; OGP, 2003; Neff, 2005; Frost dkk, 2006) dalam

    (Trannum dkk, 2009). Hal ini dikarenakan kontennya yang rendah bahan organik

    dan rendah toksisitasnya, dampak serbuk bor dari WBM diasumsikan merupakan

    dampak fisik dari sedimentasi (Davies dan Kingston, 1992; Hyland dkk, 1994;

    Currie dan Isaac, 2005) dalam (Trannum dkk, 2009). WMB ramah lingkungan

    merupakan WBM yang tidak berbahaya dan memiliki dampak lingkungan yang

    rendah jika digunakan dalam pengerjaan pengeboran dan dibuang ke lingkungan.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    39/181

    16

    Universitas Indonesia

    2.1.4

    Kontaminasi Lingkungan Akibat Lumpur Pemboran

    Pencemaran lingkungan akibat produksi minyak dan gas terjadi akibat

    tindakan yang disengaja dan tidak sengaja. Pencemaran yang disengaja dapat

    terjadi akibat pembuangan serbuk bor, lumpur pemboran berbasis air dan minyak,

    fluida dari drill stem testdan pengujian produksi, bubur semen, produksi stimulasi

    asam pemisahan residu, efluen limbah cair, limbah minyak mesin, pembakaran

    gas, dan lain lain Sementara polusi yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh

    kebocoran pipa, vessel, tangki bahan bakar, oil blow out, pengaruh gas alam, dan

    lain lain.(Ossai dkk, 2010).

    Komposisi lumpur pemboran harus diperhatikan dari sudut pandang

    dampak lingkungan, hal ini didasari pada Pulgati dkk (2008) yang menyatakan

    bahwa aktivitas pemboran dibagi menjadi tiga fase berdasarkan fluida yangdigunakan. Fase pertama terdiri dari penggunaan air dan juga diketahui sebagai

    fase riserless. Fase kedua, penggunaan lumpur bor berbasis air, bahan utamanya

    adalah air yang dicampur dengan bentonite dan aditif, seperti barium sulfat. Fase

    ketiga, tipe III NAF (non-aqueous fluid) digunakan trace-to-ngligible konten

    hidrokarbon aromatik. Kemudian, serbuk bor dengan fase NAF dibuang setelah

    padatannya dipisahkan dari fluida pemboran. Perlu diperhatikan serbuk bor

    dengan lumpur bor berbasis air lebih mudah larut dan mudah terdispersi. Dari

    kutipan ini ditunjukkan bahwa jika serbuk bor mengandung logam berat dengan

    konsentrasi berlebih dari ambang batas dan dibuang langsung ke lokasi

    pembuangan akan mudah terlarut ke dalam tanah ataupun badan air.

    Menurut Santos dkk (2008) dalamPulgati dkk (2008), keberadaan aditif

    di dasar laut sesuai dengan indikator pemboran, seperti barium dan serbuk bor,

    menggambarkan situasi pembauran antara efek dari perbedaan pemboran. Hal ini

    menunjukkan bahwa barium (logam berat yang diatur konsentrasinya) yang

    terdapat di aditif lumpur pemboran dapat mengontaminasi media pemboran yaitu

    tanah pada kedalaman tertentu. Hal ini berarti juga dapat terjadi pada pemboran di

    dekat aquifer systemdan dapat mencemari air tanah.

    Logam berat terdapat pada lumpur dan dapat mengontaminasi lokasi

    pemboran serta lokasi pembuangan limbah lumpur bor jika barit digunakan.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    40/181

    17

    Universitas Indonesia

    Untuk itu konsentrasinya harus dipantau dan dikendalikan selama pembuangan

    dan material terkait harus digunakan secukupnya (Burden, 2013).

    Setelah dibuang dari pengoperasian pemboran, serbuk bor yang

    mengandung lumpur dan material pemberat akan berakhir di dasar laut di mana

    beberapa logam akan bergerak menuju pori pori air dan menghasilkan resiko

    untuk organisme yang hidup di dalam atau dekat dengan permukaan sedimen

    tersebut. (Ruus dkk, 2005) dalam(Schaaning dkk, 2010).

    Beberapa alasan yang menyebabkan konsentrasi pori air terkontaminasi

    tidak hanya bergantung dengan konsentrasi kontaminan logam dalam agen

    pemberat, tetapi juga dipengaruhi oleh tipe dan kualitas dari mineral yang

    terkandung dan lingkungan di sekitarnya (Reuber dkk, 1987) dalam (Schaaning

    dkk, 2010)Jika ilminite (FeTiO3) tereduksi dalam lingkungan yang anoksik dari

    pengolahan serbuk bor, akan menyebabkan pergerakan yang lebih tinggi dari

    logam berat lainnya. (Skrabal dan Terry, 2002) dalam (Schaaning dkk, 2010).

    Hasil dari penelitian yang dilakukan Schaaning dkk (2010) indikasi yang

    ditemukan adalah keberadaan biologis dari Ba dan Ti lebih sedikit disbanding

    dengan yang diprediksi oleh pengambilan contoh secara tradisional dikarenakan

    kompleksasi atau formasi koloid. Indikasi juga ditemukan bahwa dalam sedimen

    dengan peningkatan aktivitas pada bakteri pereduksi sulfat, ilminite (mineral)

    akan bereaksi dengan hidrogen sulfida untuk meningkatkan keberadaan biologis

    dari logam berat Cd dan Cu. Hal ini menunjukkan bahwa kadar logam berat di

    lokasi pemboran tidak selamanya disebabkan dari lumpur pemboran, tetapi

    memang secara alamiah lokasi tersebut terpapar logam berat untuk kasus ini dari

    mineral yang terkandung di lokasi tersebut.

    Kontaminasi lingkungan yang terjadi akibat lumpur pemboran bisa juga

    terjadi pada saat limbah lumpur bor disimpan dalam mud pithal ini ditunjukkan

    dalam RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok dari Pertamina, yaitu Pertamina

    menggunakan lumpur bor berbahan dasar air atau WBM dan lumpur bor berbahan

    dasar minyak sintetik (crude palm oil) sehingga kedua jenis lumpur tersebut

    dikategorikan sebagai lumpur non-toksik. Penggunaan lumpur non toksik ini juga

    mengurangi kemungkinan pencemaran air tanah apabila terjadi limpasan air hujan

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    41/181

    18

    Universitas Indonesia

    dari mud pit. Kemudian sumber dampak dari kegiatan operasi pemboran terhadap

    kualitas air yang terjadi pada tahap operasi yaitu salah satunya berasal dari

    kegiatan limbah pemboran berupa air bekas pemboran, lumpur sisa pemboran, dan

    serbuk bor.

    Permasalah lingkungan akibat proses pengerjaan pemboran baik minyak

    dan gas yang harus diperhatikan adalah produksi limbah, potensi proses dalam

    memengaruhi lingkungan, mekanisme dan alur migrasi atau perpindahan limbah,

    jalan efektif untuk mengatur limbah, metode pengolahan untuk mereduksi

    volumenya dan/atau toksisitas, metode pembuangan, metode remediasi untuk

    lokasi yang terkontaminasi, dan peraturan yang mengikat. (Reis, 1996).

    2.2

    Logam Berat2.2.1Jenis Logam Berat yang Diperhatikan dan Dampaknya Terhadap

    Lingkungan dan Kesehatan

    Menurut Lacatusu dkk (1999) dalam Ossai dkk (2010) menyatakan

    bahwa peningkatan logam berat di tanah yang diakibatkan dari aktivitas

    pengeboran dapat menipiskan tanah, mengganggu aktivitas mikrobiologi,

    degradasi bahan organik, degradasi struktur tanah, erosi berkelanjutan, dan tanah

    longsor. Kilicel (1999) dalamOssai dkk (2010) menyatakan bahwa logam berat

    ini akan diabsorbsi oleh akar tanaman di dalam tanah dan akan berdampak pada

    kesehatan manusia lewat rantai makanan.

    Logam seperti timbel, arsenik, merkuri, kadmium, dan barium jika

    terlarut masuk ke dalam air tawar atau tanah akan berbahaya apalagi juga masuk

    ke dalam pencernaan binatang dan rantai makanan. Pada saat dikonsumsi dengan

    konsentrasi tertentu, logam berat dapat mengganggu kesehatan pada manusia dan

    binatang. Untuk itu alur dari penyebaran logam berat ini sangat penting untuk

    dipantau di lingkungan (Burden, 2013). Konsentrasi logam berat yang masih

    diperbolehkan untuk diminum untuk beberapa jenis biasanya berada di bawah

    0,01 mg/L. (Reis, 1996)

    a.

    Arsenik (As)

    Menurut Athar dan Vohora (1995) absorpsi arsenik bergantung pada jenis

    komponennya, kelarutannya, dan bentuk fisiknya. Pada saat menghirup

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    42/181

    19

    Universitas Indonesia

    nafas biasanya bahan yang terhirup mengandung arsenik anorganik. Setelah

    diabsorpsi 95 99% dari arsenik akan mengikat globin dari hemoglobin di

    dalam eritrocytes. Kemudian diangkut ke jaringan dan fluida tubuh dalam

    24 jam. Hal ini akan menghancurkan tulang, rambut, kuku, dan kulit.

    Menurut Reis (1996) pemaparan arsenik yang kronis dapat memicu

    kelelahan, anoreksia, bronchitis, gangguan gastrointestinal, peripheral

    neuropathy, gangguan pada kulit, dan kerusakan pada hati, jantung, syaraf,

    serta ginjal. Paparan arsenic di obat, makanan, dan air dapat juga

    membentuk kanker kulit dan paru paru umumnya dikarenakan terjadi

    interaksi langsung. Tetapi pada dosis yang rendah dapat menstimulasi

    pertumbuhan tanaman. Arsenik juga dapat mempengaruhi embrio dan larva

    dari ikan dan invertebrata.b. Barium (Ba)

    Barium yang berkaitan dengan penggunaan lumpur bor bukanlah berbentuk

    barium yang secara alamiah terdapat di alam. Pada kasus ini barium telah

    termodifikasi (Pulgati, F.H dkk, 2008).

    Ion Barium merupakan racun otot yang menyebabkan stimulasi dan

    kelumpuhan. Garam barium terlarut dapat mengiritasi kulit dan membran

    mucus. Di binatang BaO dan BaCO menyebabkan kelumpuhan. Ba juga

    beracun untuk kebanyakan tanaman. Ion Barium memiliki sifat fisik yang

    kebalikan dari kalium, yaitu menggganggu sel vital yang digunakan oleh

    kalium. (Reis, 1996)

    c. Kadmium (Cd)

    Menurut Wang dkk (2009) kadmium merupakan logam putih keperakan,

    tetapi merupakan logam pudar. Kadmium ditemukan di alam dalam bentuk

    bijih. Kadmium digunakan untuk electroplating, cat pigmen, plastik, baterai

    perak-kadmium, dan operasi pelapisan. Konsentrasi kadmium di air tawar

    yang tidak berpolusi umumnya kurang dari 0,001 mg/L, konsentrasi

    kadmium di air laut rata rata 0,00015 mg/L. Penyerapan kadmium akan

    terakumulasi di renal cortex dan hati. Pankreas, tiroid, empedu, dan testis

    dapat juga mengandung kadmium dalam konsentrasi tinggi.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    43/181

    20

    Universitas Indonesia

    Menurut Logan dan Traina (1993) dalamReis (1996) pemaparan kadmium

    secara berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal, anemia, patah tulang,

    kencing batu, osteomalacia, memperlambat pertumbuhan, pulmonary

    emphysema, dan sakit punggung serta nyeri sendi. Terdapat juga indikasi

    karsinogenik jika paparannya terjadi dalam proses menelan.

    d. Kromium (Cr)

    Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) tingkat toksisitas

    kromium bergantung dengan valensi bahan kimiawi dan konsentrasinya.

    Pada konsentrasi yang rendah kromium merupakan bahan yang penting dan

    baik untuk dikonsumsi. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, Cr6+

    dapat

    menjadi toksik, sementara Cr3+

    relatif tidak toksik. Cr6+

    dapat menyebabkan

    iritasi pada sistem pernapasan, asma, dan kerusakan pada ginjal sertabeberapa ada yang karsinogenik.

    Menurut Wang (2009) kromium dijadikan elemen yang berbahaya pada saat

    ditemukan. Cr6+

    dipertimbangkan mengakibatkan kematian pada dosis lebih

    dari 3 gram terhadap manusia dewasa. Penghirupan Cr6+

    secara berulang

    dapat menyebabkan perforasi pada nasal septum dan kulit bernanah.

    e. Tembaga (Cu)

    Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) penghirupan debu

    tembaga menyebabkan gangguan pada paru paru dan gastrointestinal. Hal

    ini dapat memengaruhi hati dan iritas pada kulit dan membran mucus.

    Menurut Joseph, Konrad, dan Kundig (1998) tembaga berada secara

    alamiah dengan konsentrasi rata rata sekitar 50 ppm di kerak bumi.

    Tembaga hadir sebagai elemen yang penting pada tanaman tingkat tinggi

    dan binatang serta merupakan salah satu elemen kimiawi yang mengandung

    mineral. Semua tanah mengandung tembaga, di beberapa kasus total

    kandungannya sangat rendah jadi kandungan tembaga tersebut tidak

    mencukupi untuk kesehatn panen dan pertumbuhan tanaman. Potensi

    toksisitas dari tembaga yang terkandung dalam air minum sangatlah rendah.

    Pembatasan konsentrasi tembaga pada air minum berdasarkan rasa yang

    diciptakan dari air minum tersebut. Defisiensi tembaga dapat menyebabkan

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    44/181

    21

    Universitas Indonesia

    keterlambatan pertumbuhan, kehilangan rambut dan pigmen kulit, merusak

    sel darah, dan dapat menyebabkan kematian akibat serangan jantung.

    f. Kobalt (Co)

    Menurut Logan dan Traina (1993) dalamReis (1996) logam ini baik untuk

    alga biru-hijau dan beberapa bakteri, jamur, dan alga hijau, namun terdapat

    sedikit bukti atas kepentingannya terhadap tanaman tingkat tinggi. Manusia

    normal menggunakannya 0,002 mg/hari dengan tingkat toksik 500 mg/hari.

    Debu logam kobalt lebih beracun disbanding garam dalam sistem

    pernapasan. Konsentrasi yang tinggi menyebabkan dermatitis, serangan

    jantung, dan kerusakan pada hati serta ginjal.

    Menurut Athar dan Vohora (1995) Kebanyakn komponen koblat memiliki

    valensi 2 atau 3. Biasnaya kobalt masuk ke dalam pencernaan dalam antukyang kompleks dan metalloenzymes. Rute masuknya kobalt ke dalam tubuh

    manusia yaitu dengan sistem pernafasan, oral, kulit, dan membran mucus

    yang tidak dilindungi. Kobalt dapat menghambat respirasi sel dan enzim

    pada siklus asam sitrun.

    g. Timbel (Pb)

    Menurut Wang dkk (2009) timbel adalah logam yang dapat menahan korosi

    dan memiliki titik leleh rendah (327oC). Timbel biasanya terdapat di air

    ledeng sebagai hasil pelarutan dari sumber alamiah atau sistem plumbing

    yang mengandung timbel di pipa. Timbel bisa diabsorbsi oleh badan

    manusia melalui pernafasan, penelanan, kontak kulit, atau transfer via

    plasenta. Untuk timbel anorganik merupakan racun metabolis dan

    penghambat enzim. Untuk timbel organik lebih berbahaya dibanding

    anorganik. Racun timbel menyerang sistem syaraf sebagai fokusan paparan

    utamanya.

    Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) pemaparan toksik

    secara berulang dalam waktu yang panjang akan memengaruhi hemotologi,

    neurologi, dan sistem renal yang dapat mengakibatkan kerusakan otak,

    tertawa terbahak bahak, sikap yang tidak normal, dan kematian. Terdapat

    juga sifat karsinogenik dalam bahan ini. Beberapa tumbuhan terhambat

    pertumbuhannya pada konsentrasi 10 ppm.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    45/181

    22

    Universitas Indonesia

    h.

    Merkuri (Hg)

    Menurut Wang dkk (2009) merkuri merupakan logam putih keperakan yang

    meleleh pada suhu -38,9oC. Merkuri terdapat di kerak bumi yang berada

    pada konsentrasi rata rata 0,08 mg/kg. Merkuri digunakan dalam

    persiapan pengerjaan gigi, thermometer, fluorescent, lampu ultraviolet, dan

    pengolahan air. Absorpsi merkuri melalui penelanan dapat diabaikan,

    kurang dari 0,01% dari dosisi merkuri yang terabsorbsi oleh binatang.

    Merkuri bisa meningkat di dalam darah, untuk dosisi 100 500 g akan

    menyebabkan stomatitis dan diare.

    Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) pemaparan kronis

    terhadap merkuri menyebabkan kelelahan, anoreksia, dan gangguan pada

    fungsi gastrointestinal. Dengan pemaparan yang tinggi, tremor pada jari,kelopak mata, bibir, dan seluruh badan. Merkuri dapat membuat kerusakan

    pada sistem syaraf, ginjal, dan hati, namun tidak terdapat bukti bahwa

    merkuri bersifat karsinogenik. Subtoksik telah diteliti pada mikroflora di

    konsentrasi 0,1 ppm.

    i. Selenium (Se)

    Menurut Haygarth dalam Frankenberger dan Benson (1994) selenium

    digunakan kebanyakn di industri kaca untuk menetralisir pewarnaan

    dikarenakan besi oksida dan dapat juga digunakan untuk mewarnai merah

    pada kaca. Selenium merupakan antioksidan yang dapat berguna bagi tinta,

    mineral dan minyak sayur, serta pelumas. Pengonsumsian Se secara berlebih

    dapat menyebabkan malnutrisi, anemia, cardiomyopathy, hipertensi,

    serangan jantung, alkohol kirosis, kista, infertil, kanker, arthritis, tegang

    otot, dan sklerosis. Selenium juga dapat memengaruhi kematian embrio dan

    anomaly eksternal yang dapat merbah mata, paruh, sayap, lengan, dan kaki.

    Abnormal pada otak, jantung, dan otot juga pernah diteliti.

    j.

    Perak (Ag)

    Menurut Purcell dan Peters (1998) dalam Wright dan Welbourn (2002)

    perak digunakan untuk manufaktur banyak produk seperti koin, perhiasan,

    ornament, sterlingware, baterai, dan cermin. Perak juga erdapat pada film

    fotografi dan kertas, air minum, desinfektan, perak nitrat, perak iodide,

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    46/181

    23

    Universitas Indonesia

    solder, gabungan logam, dan kontak eletrik. Perak terdapat secara alamiah

    di sistem badan air kaena tekanannya dalam bentuk yang tidak larut dan

    juga berakumulai di endapan. Perak berada di kerak bumi dalam konsentrasi

    0,1 mg/kg. Manusia dapat terpapar perak dari udara dan menelan bahan

    yang mengandung perak seperti manakan dan minum dari sendok atau alat

    makan dan minum lain yang berasal dari perak. Perak dapat keluar di feses,

    urin, dan presipitasi tetapi dapat berakumulasi di tulang dan rambut.

    Pengaruh perak pada manusia yang paling signifikan adalah argyria

    (memutihnya kulit) yang sering digunakan pada kosmetik dan tidak

    beracun. Toksisitas perak di sistem perairan berhubugnan dengan aktivitas

    ion bebas Ag+. Ion ini aktif dan menyebabkan kerusakan pada organisme air

    dengan mengikat mereka di tempat tertentu atau pada insangnya. Toksisitasperak yaitu kematian, produtivitas yang menurun, dan perubahan reproduksi

    telah didemonstrasikan di laboratorium terhadap tanaman dan binatang.

    k. Nikel (Ni)

    Menurut Sarkar (2002) nikel dalam atmosfer meningkat dikarenakan

    sumber antropogenik seperti pembakaran residu dan bahan bakar minyak,

    pengilangan logam nikel, insinerasi limbah perkotaan, produksi baja,

    produksi gabungan logam nikel, dan pembakaran batu bara. Pemapran nikel

    ke dalam tubuh manusia bisa lewat konsumsi makanan, pernafasan, kontak

    kulit, dan iatrogenic. Penelanan makanan yang mengandung nikel

    diestimasi dalam rentang 70 g 300 g.

    Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) pemaparan nikel

    dapat menyebabkan kulit sensitive dan reaksi alergi pada pernapasan. Bahan

    ini juga dapat menyebabkan kanker paru paru dan rongga hidung, tetapi

    sifat karsinogenik dari proses penelanan belum bisa dibuktikan.

    l. Zinc (Zn)

    Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) penghirupan zinc

    oksida dapat menyebabkan influenza. Pemaparan dalam konsentrasi yang

    tinggi dapat memengaruhi paru paru. Tidak terdapat bukti bahwa zinc

    bersifat karsinogenik. Zinc merupakan elemen yang penting bagi

    metabolism manusia dan sangat dibutuhkan dalam konsentrasi yang rendah.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    47/181

    24

    Universitas Indonesia

    Namun menjadi toksik pada tanaman jika konsentrasinya melebihi 400 ppm

    dan menyebabkan kematian pada ikan dan binatang air lainnya pada

    konsentrasi 1,0 ppm.

    2.2.2Logam Berat pada Aditif Lumpur Pemboran

    Menurut Smith dkk (1999) dalam Ossai, dkk (2010) menyatakan bahwa

    beberapa logam berat seperti timbel, vanadium, arsenik, tembaga, zinc, nikel,

    besi, dan mangan adalah bagian dari minyak mentah dan terkadang digunakan

    sebagai aditif lumpur pemboran.

    Burden (2013) menyatakan bahwa elemen logam yang dapat ditemukan

    secara alami dengan presentase yang kecil pada mined mineraldigunakan dalam

    aditif lumpur pemboran, contohnya barit sebagai agen pemberat dalam lumpurpemboran.

    Menurut Bieler dkk (1993) biasanya lumpur polimer menggunakan barit

    sebagai agen pemberat. Pada kasus ini barit akan diteliti konten logam beratnya

    dan dalam lumpur bor ini terdapat juga kadmium dan merkuri yang belum

    dimurnikan. Aditif dasar pada lumpur ini adalah barit, sebagian hydrolyzd

    polyacrylamide polimer, xanthan gum, karboksimetilselulosa atau starch, dan

    NaOH. Logam berat terdapat pada formasi solid pemboran dan secara alamiah

    terdapat pada material yang digunakan sebagai aditif lumpur. Kromium

    lignosulfonat adalah kontributor buatan manusia terbesar dalam segi logam berat

    pada lumpur pemboran. Di kebanyakan pemboran, formasi pemboran solid atau

    barit sebagai agen pemberat merupakan kontributor terbesar untuk total logam

    berat dikarenakan volumenya paling besar dari komposisi penyusunnya.

    Menurut Mulyono dkk (1996) konsentrasi logam berat tertinggi dalam

    lumpur pemboran baikfresh mudmaupun used mudadalah Cr, kemudian Zn, Cu,

    lalu Hg. Jika dibandingkan dengan konsentrasi logam berat di lokasi

    pemborannya, semua sample lumpur memiliki konsentrasi logam berat yang lebih

    tinggi dibandingkan lokasi.

    Menurut Treffry (2003), bukti yang mendukung bahwa Hg yang terdapat

    pada lumpur pemboran yang mengandung barit adalah : (1) terdapat logam suldifa

    dengan kelarutan rendah, (2) terdeteksi terpisah ke dalam air laut, dan (3) terdapat

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    48/181

    25

    Universitas Indonesia

    batasan keberadaan dalam organisme air laut. Dilaporkan bahwa konsentrasi Hg

    di barit berada dalam rentang 0,05 31 g/g.

    Logam berat yang terkandung di dalam limbah lumpur bor yang

    digunakan dalam pemboran offshore biasanya akan terkombinasi cepat secara

    alamiah dengan sulfat yang terdapat di laut untuk membentuk sulfat yang tidak

    mudah larut dan akan terjadi presipitasi untuk mengendap di dasar laut. Proses ini

    membuat logam berat menjadi tidak dapat diakses untuk bioakumulasi atau

    dikonsumsi. (Amoco Coorporation, 1975)

    Menurut Candler dkk (1990) dalam Reis (1996) kandungan logam berat

    biasanya ditemukan dalam aditif lumpur pemboran walaupun dalam konsentrasi

    yang rendah. Jenis logam berat yang terdapat adalah arsenik, kadmium, barit yang

    biasanya mengandung kadmium dan merkuri yang tinggi.

    2.3 Toksisitas

    2.3.1Pengertian Toksisitas

    Menurut Masyur (2004) toksisitas didefinisikan sebagai suatu

    kemampuan yang melekat pada satu zat kimia untuk membuat pengaruh yang

    merugikan pada organisme organisme hidup.

    Bahan kimia yang bersifat toksik masuk ke lingkungan dengan berbagai

    macam aktivitas manusia termasuk penambangan, peleburan, pengilangan,

    manufaktur, penggunaan, dan pembuangan produk Produk alamiah dari

    organisme itu sendiri sudah mencapai tingkat toksik di ekosistem. (Wright dan

    Welbourn, 2002)

    Menurut Singh (2005) tingkat toksisitas dari logam di tanah dapat

    dikarenakan sifat tanahnya atau dikarenakan pertanian, manufaktur,

    penambangan, dan prosedur pembuangan limbah. Toksisitas logam merupakan

    hal yang penting dalam pembatasan penanaman di banyak tanah asam yang

    memiliki pH dibawah 5,0. Toksisitas logam di kebanyakan panen terganggu

    dengan temperatur yang tinggi. Namun menurut Shaw (1995) dalam Singh (2002)

    toksisitas relatif dari logam berat selain dari sifat tanah dan spesies tanamannya,

    juga bergantung pada umur tanamannya.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    49/181

    26

    Universitas Indonesia

    Toksisitas adalah potensi merusak dari suatu zat kimia. Istilah ini lebih

    menyatakan kualitatif daripada kuantitatif. Kerusakan ini ditentukan oleh faktor

    jumlah zat kimia yang mengenai/masuk/diabsorpsi ke dalam tubuh (keparahan

    pemaran atau dosis). Sedangkan toksikologi linkgungan berhubungan dengan

    dampak zat kimia yang berpotensi merugikan, yang muncul sebagai polutan

    lingkungan sebagai polutan lingkungan bagi organisme hidup. (Munaf, 2008)

    Toksisitas didefinisikan sebagai segala hal yang memiliki efek berbahaya

    dari zat kimia atau obat pada organisme target. (Amiria, 2008)

    2.3.2Toksisitas pada Lumpur Pemboran

    Menurut Bleler (1990) lumpur berbasis garam biasanya dipilih untuk

    pengeboran yang dalam karena salinitasnya yang tinggi dapat menekan formasihidrasi. Namun menurut Burden dkk (2013) pada KCl-PHPA Polimer Mudsyang

    diperhatikan dampak lingkungannya adalah KCl. Hal ini dikarenakan fluida akan

    mengandung salinitas yang sangat tinggi. Klorida tidak dapat terdegradasi secara

    biologis di lingkungan karena penggunaannya sebagai nutrient untuk tanaman

    sangat kecil. Pelepasan lumpur dengan ion K+yang tinggi dapat membunuh ikan.

    Tingkat dampak terhadap lingkungan ini dikarenakan konduktivitas listrik yang

    tinggi dari fluida dan potensinya yang rendah dalam biodegradasi dari ion pada

    saat masuk ke lingkungan.

    Bahan bahan kimia yang digunakan dalam produksi pengeboran

    (biasanya terkandung dalam aditif) dapat juga memengaruhi lingkungan.

    Toksisitasnya harus diperhatikan meskipun bahan kimiawi yang biasanya

    diaplikasikan di lapangan berada di bawah level toksik yang ditentukan. (Hudgins,

    1992) dalam (Reis, 1996).

    Banyak aditif yang digunakan dalam lumpur pemboran bisa

    menghasilkan toksik dan sekarang sudah dibuat peraturannya. Untuk itu, banyak

    aditif yang baru diformulasikan. (Clark, 1994) dalam (Reis, 1996).

    Menurut Lal dan Thurber dalam Berrett dkk (2005) pengaturan yang

    ketat di beberapa daerah terdapat pada penggunaan klorida nitrat, dan garam

    kalium atau secara umumnya total konduktivitas listrik dari lumpur. Di lautan

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    50/181

    27

    Universitas Indonesia

    utara, penggunaan PHPA juga tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan dapat

    mengganggu lingkungan sekitarnya dan menyebabkan toksisitas meningkat.

    Pulgati dkk (2008) menyatakan bahwa pada lokasi pemboran

    penelitiannya terdapat konsentrasi kontaminan yang terdapat pada WBM yang

    digunakan, hal ini menunjukkan terpengaruhnya lokasi pemboran terhadap aditif

    WBM pada fase pemboran.

    Menurut Lal dan Thurber dalamBarrett dkk (2005) beberapa komponen

    di WBM menjadi diatur secara ketat atau dilarang di beberapa tempat. Material

    yang mengandung krom, seperti krom lignosulfonat dilarang di banyak tempat

    dikarenakan ada peraturan pemerintah yang mengatur hal tersebut.

    Logam berat yang terdapat di pengeboran dan aktivitas produksi

    perminyakan sangat berhubungan dengan perhatian lingkungan. Pada konsentrasiyang rendah, beberapa logam menjadi penting untuk kesehatan aktivitas sel.

    Logam yang penting tersebut adalah krom, kobalt, tembaga, iodine, besi, mangan,

    molybdenum, nikel, selenium, siikon, vanadium, dan zinc. (Valkovic, 1978)

    dalam (Reis, 1996)

    Menurut Whitton dan Sai (1981) dalam Hutagalung (1984) unsur logam

    berat dalam jumlah yang berlebihan akan bersifat racun dan tergantung pada jenis,

    kadar, efek sinergis antagonis serta bentuk fisika kimianya.

    Menurut Reis (1996) dalam mengevaluasi dampak lingkungan dari

    lumpur pemboran dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu bioassay dengan

    menggunakan organisme lokasi dalam konsentrasi lumpur pemboran yang

    berbeda dan pengukuran secara langsung terhadap dampak lingkungan dari

    pembuangan lumpur pemboran tersebut.

    Elevasi konsentrasi terhadap ion positif dan negatif dari garam seperti

    kalsium klorida, kalium asetat, dan natrium klorida dapat memengaruhi

    keseimbangan osmosis sel pada tanaman dan bakteri yang menyebabkan mereka

    menjadi kekurangan nutrisi. Tanaman yang tumbuh di tanah yang mengandung

    garam yang tinggi tidak akan tumbuh secara sehat dan akan menghasilkan daun

    berwarna kuning dan coklat serta menghambat pertumbuhan. Konten ion dapat

    diukur dengan konduktivitas listrik karena konduktansi antara ion negatif dan

    positif yang terdapat di larutan tersebut memiliki konduktivitas listrik yang lebih

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    51/181

    28

    Universitas Indonesia

    tinggi jika terdapat ion ion tersebut. Untuk ion nitrogen, fosfor, dan kalium

    dapat dijadikan nutrisi oleh tumbuhan terkait, namun jika berlebih akan merusak

    tanah dan menghambat penyerapan air. Untuk natrium, magnesium, dan klorida

    merupakan ion yang sedikit dikonsumsi oleh organisme. Belum lagi ion ion ini

    susah terdegradasi secara alami, untuk itu jika sudah terkandung dalam tanah atau

    air susah untuk dihilangkan dan akan berdampak tidak baik bagi lingkungan.

    (Burden, 2013).

    2.4 Pengujian Kadar Logam Berat pada Lumpur Pemboran

    Menurut Permen ESDM No. 45 tahun 2006 pengujian kadar logam berat

    dibutuhkan untuk kegiatan pengeboran on-shore atau pengeboran di darat.

    Pengujian yang dilakukan adalah uji TCLP pada limbah lumpur, berikut adalahperinciannya.

    a. Uji TCLP dilakukan terhadap limbah lumpur dan serbuk bor untuk

    menentukan persyaratan areal pembuangan limbah lumpur dan serbuk bor di

    darat

    b. Apabila angka TCLP untuk setiap parameter lebih kecil dari baku mutu

    sebagaimana tercantum dalam lampiran II peraturan menteri ini, maka

    serbuk bor diperkenankan untuk dibuang langsung di lokasi pengeboran,

    kecuali di daerah sensitif

    c.

    Apabila angka parameter TCLP lebih besar atau sama dengan baku mutu

    sebagaimana tercantum pada lampiran II peraturan menteri ini, maka

    pembuangan serbuk bor wajib dilakukan pada tempat khusus yang memiliki

    permeabilitas lebih besar atau sama dengan 10-5

    cm/detik.

    Untuk baku mutu TCLP logam berat adalah sebagai berikut

    Tabel 2.1 Baku Mutu TCLP Logam Berat Limbah Lumpur

    No. Nama Kimia Simbol Baku Mutu, mg/L

    1 Arsen As 5,0

    2 Barium Ba 100,0

    3 Cadmium Cd 1,0

    4 Chromium Cr 5,0

    Sumber : Permen ESDM No. 45 Tahun 2006

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    52/181

    29

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.1 (lanjutan) Baku Mutu TCLP Logam Berat Limbah Lumpur

    No. Nama Kimia Simbol Baku Mutu, mg/L

    5 Copper Cu 10,0

    6 Lead Pb 5,0

    7 Mercury Hg 0,2

    8 Selenium Se 1,0

    9 Silver Ag 5,0

    10 Zinc Zn 50,0

    Sumber : Permen ESDM No. 45 Tahun 2006

    Dalam penelitian Ossai (2010), pengukuran logam berat pada sampel

    tanah bekas lokasi pemboran yang terdapat di Akri dan Ebocha denganmenggunakanAtomic Absorption Spectrometer(AAS). Masing masing sampel

    di-oven dalam 105o C selama 48 jam kemudian dilarutkan dengan HNO3

    kemudian disaring dengan kertas saring Whatman no.41. Hasil ekstraksi tersebut

    dianalisa kadar Pb, Zn, Ni, Fe, Mn, dan Cu.

    Dalam penelitian Mulyono dkk (1996) penentuan total logam berat dapat

    memberikan informasi terhadap kemungkinan terkandungnya logam berat pada

    lumpur pemboran yang berasal dari serbuk bor. Analisa total logam berat tidak

    memberi bentuk kimiawi yang dapat digunakan untuk estimasi pada efek biologis.

    Dalam melakukan pengujian TCLP terdapat perbedaan pada saat diberikan asam

    asetat yang biasa digunakan sebagai agen ekstraksi. Hal ini dapat memisahkan

    padatan dengan cairan terutama pada kromium dan tembaga dalam sampel

    lumpur.

    2.5 Pengujian Toksisitas Akut pada Lumpur Pemboran

    Menurut Reis (1996) toksisitas dari substansi bahan bahan pemboran

    dilaporkan dalam konsentrasi substansi tersebut di dalam air yang menyebabkan

    kematian setengah dari organisme yang terekspos dengan jangka waktu tertentu.

    Waktu pemaparan untuk pengujian toksisitas biasanya 96 jam. Konsentrasi yang

    dapat mematikan setengah dari populai organisme uji yang terpapar disebut LC50.

    Konsentrasi yang tinggi dari LC50berarti konsentrasi tinggi dari substansi tersebut

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP

    53/181

    30

    Universitas Indonesia

    masih tidak begitu memengaruhi kematian organisme dan mengindikasi

    rendahnya toksisitas. Toksisitas dari lumpur pengeboran disebabkan juga oleh

    logam berat yang terdapat di interferensi perilaku enzim yang membatasi proses

    biokimiawi di sel sel makhluk hidup. Hal ini dapat membuat kerusakan di hati,

    ginjal, atau reproduksi, pembuatan darah, atau sistem syaraf.

    Menurut Effendi dkk (2011) Untuk mengetahui efek limbah pengeboran

    yang masuk ke badan perairan diperlukan suatu uji hayati (bioassay) selain uji

    parameter fisik, kimia, maupun biologi. Data toksisitas dari bioassay akan

    dijadikan sebagai bahan untuk merepresentasikan pengaruh material tersebut pada

    makhluk hidup di perairan sekitarnya. Untuk perairan tawar biasanya digunakan

    daphnia sebagai hewan uji. Untuk perairan laut lazimnya dipergunakan Brine

    Shrimp (Artemia) sebagai hewan uji. Dari sini akan diperoleh nilai LC5096 jam,LC50 adalah konsenrasi yang dapat mematikan 50% jumlah populasi hewan uji

    dalam waktu tertentu.

    Masih menurut Reis (1996) dua tipe untuk pengukuran toksisitas yang

    bisa digunakan adalah dosis dan konsentrasi. Dosis adalah konsentrasi dari

    substansi yang telah diabsorbsi ke dalam jaringan dari spesies uji, sementara

    konsentrasi adalah pengukuran konsentrasi dari substansi di linkgungan spesies

    itu hidup. Pengukuran toksisitas yang menggunakan konsentrasi juga diikuti

    dengan interval waktu pemaparan.

    DalamAmerican Petroleum Institute(1981), bioassay pada organisme air

    tawar memiliki Cr3+

    dengan konsentrasi sekitar 1,0 mg/L pada campuran dan

    tidak memberikan dampak mematikan setelah pemaparan lebih dari tiga bulan.

    Nilai LC50selama tiga minggu denganDaphnia magniasebesar 2,0 mg/L. Tidak

    terdapat mortalitas yang diobservasi pada Neanthes arenaceodentata pada

    pemaparan tiga minggu oleh Cr3+

    pada konsentrasi sampai 12,5 mg/L. Bioassay

    pada organisme laut dengan Cr3+

    , nilai LC50 96 jam nya sekitar 53 mg/L pada

    ikan yang masih muda dan nilai LC100 24 jam sekitar 50 mg/L pada invertebrata.

    Untuk perbandingannya nilai LC50 96 jam pada invertebrata oleh Cr6+

    sekitar

    3,0 mg/L.

  • 7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL