analisa water based mud dengan aditif barit dan kcl berdasarkan analisa toksisitas: pengujian tclp...
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
1/181
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA WATER BASED MUDDENGAN ADITIF BARIT DAN KCL
BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP DAN LC50
96JAM
SKRIPSI
NISA LOGANA MIRANTI
1006760506
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
2/181
UNIVERSITAS INDONESIA
WATER BASED MUD ANALYSIS WITH BARITE AND KCL AS
ADDITIVES BASED ON TOXICITY ANALYSIS: TCLP AND LC50 96
HOURS TESTS
FINAL REPORT
NISA LOGANA MIRANTI
1006760506
FACULTY OF ENGINEERING
ENVIRONMENTAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
3/181
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA WATER BASED MUDDENGAN ADITIF BARIT DAN KCL
BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS : PENGUJIAN TCLP DAN
LC50 96JAM
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sajana
NISA LOGANA MIRANTI
1006760506
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
174/FT.TL01/SKRIP/7/2014
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
4/181
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
WATER BASED MUD ANALYSIS WITH BARITE AND KCL AS
ADDITIVES BASED ON TOXICITY ANALYSIS: TCLP AND LC50 96
HOURS TESTS
FINAL REPORT
Proposed as one of the requirement to obtain a Bachelors degree
NISA LOGANA MIRANTI
1006760506
FACULTY OF ENGINEERING
ENVIRONMENTAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
174/FT.TL01/SKRIP/7/2014
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
5/181
Universita Indonesia
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
6/181
Universita Indonesia
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
7/181
Universita Indonesia
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
8/181
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
9/181
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, bantuan, kasih
sayang, dan rahmat serta segala kebetulan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik
Lingkungan pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah mendukung
pengerjaan skripsi ini:
a. Allah SWT yang telah memberikan ujian serta kelancaran dalam proses
penyelesaian seminar dan skripsi ini;
b.
Dr. Ir. Setyo Sarwanto Moersidik, DEA. dan Dr. Cindy Rianti Priadi, S.T.,M.Sc. selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan selama proses
pengerjaan seminar dan skripsi ini;
c. Ir. Panca Wahyudi, M.T., selaku pembimbing dari PPPTMGB Lemigas
yang sudah mempercayakan topik skripsi ini kepada saya dan memberikan
arahan, bimbingan, dan bantuan selama pengerjaan seminar dan skripsi ini;
d. Dr. Ir. Gabriel Soedarmini Boedi Andari M.Eng. dan Prof. Dr. Ir. Djoko M.
Hartono S.E., M.Eng., selaku dosen penguji sidang seminar dan skripsi yang
telah memberikan masukan, kritik, dan saran demi kebaikan pengerjaan
seminar dan skripsi ini;
e. Dr. Nyoman Suwartha, S.T., M.T., M.Agr selaku pembimbing akademik
yang sudah menyempatkan waktu dan tenaganya untuk membimbing dan
membantu saya selama perkuliahan berlangsung;
f. Hasto Widodo, M.Sc. dan Tuti Martini selaku orang tua serta Nina Akhata
S.Si dan Nita Akhsana S.Si selaku kedua kakak, yang telah mendoakan,
memberikan dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini berlangsung
hingga selesai;
g.
Para dosen pengajar dan staff program studi Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Indonesia;
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
10/181
Universitas Indonesia
h.
Para pegawai dan staff Departemen Eksploitasi PPPTMGB Lemigas,
terkhususnya Pak Entong Suryadi yang telah membuka kesempatan ini
untuk saya, Pak Bambang dan Bu Ami yang telah membantu penelitian
saya, mentor mentor saya Kak Chandra, Kak Ai, dan Kak Herry serta staff
Lab LC50 (Pak Arif dan Mas Angga) yang telah sabar menunggu,
membantu, dan mendukung penelitian ini;
i. Fadiel Evan Marastio atas seluruh kebetulan, kesabaran, doa, dukungan,
waktu, penjelasan, dan semua referensi yang telah diberikan selama
pengerjaan seminar dan skripsi ini.I owe you much;
j. Muliadi Halim Wijaya S.T. dan Gregory F. Saragih S.T. selaku senior yang
telah membina dari awal hingga sekarang, Niknik Bestar S.T, M.T. dan
Ingen Augdiga Sidauruk S.T. selaku konsultan selama perkuliahanberlangsung;
k. Anissa Septi N dan Rangga Detria Wala yang telah menjadi sahabat terbaik
dan memberikan semangat serta dukungan moril;
l. Teman teman Teknik Lingkungan dan Teknik Sipil, Departemen Teknik
Sipil Universitas Indonesia angkatan 2010 atas perjuangan, kebersamaan,
dan kekompakkannya;
m. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan makalah skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan
manfaat bagi dunia pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Akhir kata,
penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan seluruh pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini.
Thanks for helping me in my first masterpiece.
Depok, 2014
Nisa Logana Miranti
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
11/181
Universita Indonesia
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
12/181
Universita Indonesia
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
13/181
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Nisa Logana Miranti
Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul : Analisa Water Based Mud dengan Aditif Barit dan KCl
Berdasarkan Analisa Toksisitas: Pengujian TCLP dan LC50 96 jam
Lumpur bor berbasis air dengan aditif Barit (B) dan KCl (K) berpotensi
toksik, sehingga Lemigas berupaya melakukan pencegahan berdasarkan pengujian
TCLP dan LC50 96jam terhadap Penaeus monodon. Kondisi uji disesuaikan
pada Sumur Bangau #1 di Sesulu PSC, Selat Makassar. Dengan kombinasi Bmin,
Bmax, Kmin, dan Kmax, konsentrasi Cu pada setiap formula (Bmin-Kmin: 26,17
ppm; Bmin-Kmax: 39,74 ppm; Bmax-Kmin: 21,47 ppm; Bmax-Kmax: 31,7 ppm)
dan Pb pada Bmin-Kmin (9,369 ppm) melewati baku mutu lingkungan. LC50
Formula Bmin-Kmin memenuhi baku mutu lingkungan (44.058 ppm), sedangkanFormula Bmax-Kmax tidak memenuhi baku mutu lingkungan (13.269 ppm). Hal
ini dipengaruhi oleh komposisi logam berat, toksisitas KCl, dan kondisi
lingkungan. WBM jenis ini lebih baik digunakan pada pengeboran off-shore.
Kata Kunci : Water Based Mud, Limbah Lumpur Bor, Cutting, TCLP,
LC50 96 jam, Logam Berat, Toksisitas, Penaeus monodon, Environmental Risk
Assessment, Barit, KCl.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
14/181
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Nisa Logana Miranti
Study Program/Course : Environmental Engineering
Title : Water Based Mud Analysis with Barite and KCl as
Additives Based on Toxicity Analysis: TCLP and LC50 96 hours Tests
Water based mud with Barite (B) and KCl (K) as additives have toxicity
potential, therefore Lemigas performed testing prevention effort based on TCLP
and LC50 96 hours on Penaeus monodon. Testing condition environment was
adapted to Sumur Bangau #1 at Sesulu PSC, Makassar Strait. Cu concentration in
Bmin, Bmax, Kmin, and Kmax combinations (Bmin-Kmin: 26,17 ppm; Bmin-
Kmax: 39,74 ppm; Bmax-Kmin: 21,47 ppm; Bmax-Kmax: 31,7 ppm) and Pb in
Bmin-Kmin (9,369 ppm) are above the threshold. LC50 Bmin-Kmin Formulafulfill the threshold (44.058 ppm) while Bmax-Kmax Formula did not (13.269
ppm). It is influenced by heavy metals composition, KCl toxicity, and
environmental condition. This type of WBM is better used in off-shore drilling
operation.
Keywords : Water Based Mud, Used Drilling Mud, Cutting, TCLP, LC50
96 hours, Heavy Metals, Toxicity, Penaeus monodon, Environmental Risk
Assessment, Barite, KCl
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
15/181
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
AAA AAA AA ....... EO! BOOKMAK NO DEFINED.
A A ........................ EO! BOOKMAK NO DEFINED.
AAA AA .............................. EO! BOOKMAK NO DEFINED.
A A ........................................................................
AA AA ..........................................................................................
AAA AAA A BA A A
A AAD ............................. EO! BOOKMAK NO DEFINED.
A A A BCA ACADC
........................................................................................................
ABA .........................................................................................................
ABAC .....................................................................................................
DAA ....................................................................................................
DAA AB ..............................................................................................
DAA ABA .......................................................................................
DAA A ............................................................................................
DAA AA ......................................................................................
BAB 1 .............................................................................................................. 1
DAA ............................................................................................... 1
1.2 LAA BELAKANG PEMAALAHAN ................................................................. 1
1.3 PEMAN MAALAH ............................................................................... 3
1.4 JAN PENELIIAN .................................................................................... 4
1.5 MANFAA PENELIIAN ................................................................................. 4
1.6 BAAAN MAALAH .................................................................................... 4
1.7 MEODE PENELIIAN ................................................................................... 5
1.8 IEMAIKA PENLIAN .............................................................................. 6
BAB 2 .............................................................................................................. 8
AA AA ........................................................................................ 8
2.1 LMP PEMBOAN ................................................................................... 8
2.1.1 ............................................................ 8
2.1.2 ............................. ..................................... 11
2.1.3 () ................................................................ 14
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
16/181
Universitas Indonesia
2.1.4 ......................... 16
2.2 LOGAM BEA ......................................................................................... 18
2.2.1
......................................................................... 18
2.2.2 ..................................... 242.3 OKIIA .............................................................................................. 25
2.3.1 ........................................................................ 25
2.3.2 ................................................... 26
2.4 PENGJIAN KADA LOGAM BEA PADA LMP PEMBOAN............................ 28
2.5 PENGJIAN OKIIA AK PADA LMP PEMBOAN................................... 29
2.6 PENELIIAN EDAHL ............................................................................. 31
BAB 3 ............................................................................................................ 62
D A ............................................................................. 62
3.1 PENDEKAAN PENELIIAN ........................................................................... 62
3.2 AK DAN EMPA PENELIIAN................................................................ 64
3.3 AIABEL PENELIIAN ................................................................................ 66
3.4 PENGMPLAN DAA ................................................................................ 67
3.5 DEAIN PENELIIAN ................................................................................... 67
3.6 POED PENELIIAN .............................................................................. 69
3.6.1 .......................................................................... 69
3.7 ANALIA HAIL ......................................................................................... 71
BAB 4 ............................................................................................................ 73
A DA BAAA .............................................................................. 73
4.1 PENGJIAN CLPPADA BMFAE LINDI........................... 73
4.1.1 ........................................... 73
4.1.2 ........................................ 74
4.1.3 ............................................. 75
4.1.4
................................................................................................... 89
4.2 PENGJIAN LC50ELAK JI OKIIA AK BM ...................................... 94
4.2.1 ........................................... 94
4.2.2 .......................................... 984.2.3 5096
101
4.3 ENIONMENAL IK AEMEN........................................................... 115
4.3.1 ......................................................................... 116
4.3.2 ............................................................... 117
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
17/181
Universitas Indonesia
4.3.2.1 P (C) .................... ................................... 118
4.3.2.2 P (P) ........................................................... 118
4.3.2.3 P P (A) .......... ................................ ................... 119
4.3.2.4 P K K (KC) .............................................. 119
4.3.3 .................................................................... 1194.3.4 ....................................................................... 121
BAB 5 .......................................................................................................... 125
A DA AA ............................................................................ 125
5.1 KEIMPLAN ......................................................................................... 125
5.2 AAN ................................................................................................. 126
DAA AA ........................................................................................ 128
AA ................................................................................................... 134
LAMPIAN 1:HAIL PENGJIAN CLP ................................................................... 134
LAMPIAN 2:HAIL PENGJIAN LC5096JAM ....................................................... 136
LAMPIAN 3:POED PENGJIAN .................................................................... 138
....................................................... 138
................................ 139
LAMPIAN 4:DOKMENAI PENELIIAN ............................................................... 143
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
18/181
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
AB 2.1 BA C A BA BA ...................... 28
AB 2.2 A DAA ADA A AC DA C50ADA B A AA A ............................... 33
AB 3.1. .......................................................................... 65
AB 3.2. BA C A BA BA ..................... 66
AB 3.3. AAB ...................................................................... 67
AB 3.4 B CA
A C ............................................................................... 70
AB 3.5 B CA
A C50 96 A .................................................................. 70
AB 4.1. BA A B BDAAA D BA DA
C ADA ADA A BAA .......................................... 73
AB 4.2. A B ....................................................... 74
AB 4.3. C DA A A A AA C 75
AB 4.4 A A A BA C DA A
B ................................................................................................... 76
AB 4.5 A A A BA C DA A
BA .................................................................................................. 76
AB 4.6 A A A BA C DA A
BA .................................................................................................. 77
AB 4.7 A A A BA C DA A
BAA ................................................................................................. 77
AB 4.8 BADA A C DA BA A
D .45 A 2006 ............................................................... 78
AB 4.9
ADA 25
C () BDAAA AA .............. 85
AB 4.10. BADA DAA C B C A
A .................................................................................... 92
AB 4.11. BADA DAA C BA
AA B C A .................................................. 93
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
19/181
Universitas Indonesia
AB 4.12 A B A DAA ADA
A A DA ....................................................................... 99
AB 4.13 AA A A ADA BA A
BAA #1, A AAA ...................................................................... 99
AB 4.14 A BA ................................................................ 100
AB 4.15 D A DA C50 96 A ........................ 106
AB 4.16 AA DA A ADA DA C50 96 A ...... 107
AB 4.17 A AA A C50 96 A ............... 110
AB 4.18 A C50 96 A DA D B AA ..... 111
AB 4.19 A C50 96 A DA
..................................................................................................... 112
AB 4.20 A BA BA BDAAA A C50....... 112
AB 4.21 A BDAAA ............................ 121
A DA A A DAA DA C50 96 A .......... 140
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
20/181
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
ABA 2.1 AA BA ............................................... 8
ABA 3.1 BAA A A ........................................................... 63
ABA 3.2 DAA A DA A DAA
A (BA AA A A A ) ................ 68
ABA 3.3 (AA) DAA A DA A ....................... 69
ABA 4.1 DAA BAA ..................................................... 80
ABA 4.2 DAA B ......................................................... 81
ABA 4.3 DAA A .......................................................... 82
ABA 4.4. DAA (A) A. (B) BA. (C) AD. (D)
. () . () . () . ......................................... 84
ABA 4.5. BAA A D BAA A ADA BA 6
A B A DA ....................................................... 114
ABA 4.6 BAA DA BAA A ADA
BA 2 A B A DA ............................................. 114
ABA 4.7 /
.................................................................................................................... 116
ABA 4.8 A BA AA BA B DA
...................................................................................................... 121
ABA 4.9 A AA AAA ADA D A .... 123
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
21/181
Universitas Indonesia
DAFTAR GRAFIK
A 4.1. BADA A ADA A
C ADA B BA ..................................................................... 90
A 4.2. BADA A ADA A ADA B BA ........................................................................................ 90
A 4.3. BADA A ADA A C ADA
B BA .................................................................................................. 91
A 4.4. BADA A ADA A BAA
ADA B BA ........................................................................................ 91
A 4.5 A A D A BAA AA 96
A AAA A B A 1 .................................... 101
A 4.6 A A D A BAA AA 96
A AAA A B A 2 .................................... 102
A 4.7 A A D A BAA AA 96
A AAA A BAA A 1 .................................. 102
A 4.8 A A D A BAA AA 96
A AAA A BAA A 2 .................................. 103
A 4.9 A A ADA A B
C5096 A ................................................................................................. 104
A 4.10 ADA A B C5096 A ..................... 105
A 4.11 A A ADA A BAA
C5096 A ............................................................................................ 105
A 4.12 ADA A BAA C5096 A ................... 106
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
22/181
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
AAS :Atomic Absorption Spectrometer
Ag : PerakAs : Arsenik
B3 : Bahan Beracun dan Berbahaya
Ba : Barium
Barit : Barium Sulfat
Cd : Kadmium
CH3COOH : Asam Asetat
CMC : Carboxymethylcellulose
Co : Kobalt
Cr : Kromium
ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral
HCl : Asam Klorida
Hg : Merkuri
HNO3 : Asam Nitrat
ICP - OES : Inductively Coupled Plasma Optical Emission
Spectrometry
KCl : Kalium Klorida
LC50 :Lethal Concentracion50%
MARS :Microwave Accelerated Reaction System
NaOH : Natrium Hidroksida
Ni : Nikel
OBF : Oil Based Drilling Fluid
OBM : Oil Based Mud
PAC LV : Polyanionic Cellulose Low Viscosity
Pb : Timbel
Permen : Peraturan Menteri
PHPA : Partially Hydrolized Polyacrylamide
PP : Peraturan Pemerintahan
ppm :part per million
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
23/181
Universitas Indonesia
PPPTMGB : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak
dan Gas Bumi
RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan
RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan
SBF : Synthetic Based Drilling Fluid
Se : Selenium
S-OBM : Synthetic Oil Based Mud
TCLP : Toxicity Characteristic Leaching Procedure
USEPA : United States Environmental Protection Agency
WBF : Water Based Drilling Fluid
WBM : Water Based Mud
Zn : ZinkP : mortalitas terkoreksi (%)
Pi : mortalitas hasil pengamatan
c : mortalitas pada media kontrol
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
24/181
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang Permasalahan
Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting untuk digunakan di
dalam proses pemboran, hal ini dikarenakan lumpur ini dapat menentukan
kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan, dan biaya pemboran itu sendiri.
Terdapat tiga macam lumpur bor yang digunakan pada kegiatan pemboran, yaitu
Water Based Mud (WBM), Oil Based Mud (OBM), dan Synthetic Oil Based Mud
(S-OBM) (Rubiandini, 2011). Berdasarkan US EPA (1999) lumpur pemboran
atau lumpur sirkulasi diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu (1) water
based drilling fluid (WBF) merupakan lumpur pemboran konvensional denganbasis air; (2) oil based drilling fluid (OBF) diesel, mineral, atau beberapa
minyak lain sebagai fase kontinu; dan (3) synthetic based drilling fluid (SBF)
material sintetis seperti polyester dan sari tanaman yang digunakan sebaga fase
kontinu.
Dalam menciptakan sifat lumpur bor yang baik dalam pengerjaan
pemboran, terdapat susunan aditif yang ditambahkan. (Mahto dan Sharma, 2004).
Namun, dalam aditif aditif tersebut terkandung beberapa logam berat yang
berdampak buruk pada lingkungan (Smith dkk, 1999) dalam (Ossai dkk, 2010).
Untuk itu di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 045 tahun 2006
tentang Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur, dan Serbuk Bor pada
Kegiatan Pengeboran Minyak dan Gas Bumi, sebelum lumpur bor digunakan,
harus diadakan uji LC50-96 jam dan/atau uji TCLP (Toxicity Characeristic
Leaching Procedure) untuk mengetahui kadar toksisitas dan kandungan logam
berat yang terdapat pada lumpur tersebut. Tidak hanya sebelum lumpur bor
digunakan, tetapi setelah lumpur bor tersebut menjadi limbah sesuai dengan Pasal
7 dan 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, guna menentukan limbah
tersebut termasuk limbah B3 atau tidak, perlu dilakukan uji TCLP dan/atau uji
karakteristik serta uji toksikologi (LD50). Menurut lampiran
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
25/181
2
Universitas Indonesia
dari PP No. 18/99 lumpur bor bekas dan cutting pemboran termasuk ke dalam
limbah B3 berdasarkan sumber kegiatan eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan
panas bumi yang disebabkan oleh bahan organik, bahan yang terkontaminasi
minyak, logam berat, dan merkuri.
Menurut beberapa penelitian terdahulu dikatakan bahwa terdapatnya
kadar logam berat di limbah lumpur bor dan serbuk bor serta lokasi pemboran
merupakan akibat dari pemakaian susunan aditif tertentu atau memang lokasi
tersebut telah terpapar logam berat secara alamiah. Berdasarkan buku Amoco
Production Company Drilling Fluids Manual,cara untuk meminimalisir dampak
lingkungan pada saat pekerjaan pemboran yaitu dengan pandai memilih zat aditif
dan fluida lumpur bor. Menurut Burden dkk (2013) dalam memilih sistem lumpur
agar ramah lingkungan terhadap fluida dengan kemampuan teknis yang sama,salah satunya harus dilihat dari dampak tiap komponen penyusunnya dan rangkum
penggunaannya serta dampak limbah dari sistemnya. Kemudian pertimbangkan
ekspansi atau reduksi volume limbah yang dihasilkan akibat penggunaannya pada
sistem. Menurut Effendi dkk (2011), untuk menyempurnakan penelitian toksisitas
limbah pengeboran minyak selain dengan melakukan uji toksisitas LC50 adalah
dengan melakukan uji TCLP untuk mengetahui karakteristik dari limbah terutama
logam berat.
Setelah pengerjaan pemboran, ditemukan tingginya kandungan logam
berat dan toksisitas yang tinggi pada limbah lumpur bor dan/atau cuttingsehingga
dibutuhkan biaya pengolahan yang cukup tinggi untuk hal tersebut. Berdasarkan
hal tersebut, PPPTMGB Lemigas ingin melakukan upaya pencegahan pencemaran
dengan membuat lumpur bor berbasis air atau Water Based Mud (WBM) yang
ramah lingkungan dengan prioritas aditif Barit dan KCl. Atas diskusi dengan
pihak yang bersangkutan, penelitian ini dilakukan dengan menyeleksi bahan-
bahan penyusun yang terdiri dari lumpur dan beberapa zat aditif untuk dijadikan
WBM yang ramah lingkungan dilihat dari segi kadar logam berat dan
toksisitasnya. Penelitian ini akan ditinjau dengan menggunakan uji Microwave
Accelerated Reaction System (MARS) untuk mengukur kadar total logam berat
(yang akan dilakukan oleh tim penelitian), uji TCLP untuk mengukur kadar logam
berat pada fase lindi after hot-rolled WBM (WBM yang telah dikondisikan
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
26/181
3
Universitas Indonesia
dengan tekanan dan temperatur pada pengerjaan pengeboran), dan untuk
pengujian toksisitas akut akan menggunakan LC50-96 jam. Pada penelitian ini
lumpur bor yang digunakan adalah WBM dikarenakan WBM merupakan lumpur
bor yang paling banyak digunakan di Indonesia dan ramah lingkungan
dikarenakan berbasis air. Lumpur bor diidentifikasi dapat mengontaminasi
lingkungan dikarenakan pada saat pengerjaan pemboran terdapat interaksi dengan
tanah dan pada saat pembuangan dan penyimpanan cutting di mud pit terdapat
interaksi dengan tanah dan badan air. Dengan kadar logam berat dan toksisitas
yang tinggi dapat menyebabkan kesehatan makhluk hidup terganggu dan akan
lebih parah jika dikonsumsi oleh manusia. Sebagai contoh logam kadmium yang
beresiko tinggi terhadap pembuluh darah dan dapat terakumulasi pada tubuh
khususnya hati dan ginjal (Mursyidin, 2006). Penelitian ini dilakukan karenaterjadi permasalahan akan kadar logam berat dan toksisitas lainnya pada saat
pembuangan limbah lumpur bor dan cutting setelah pengerjaan pemboran telah
selesai dilaksanakan. Pihak Lemigas menyelenggarakan penelitian ini dengan
kerangka berfikir melakukan pencegahan dahulu untuk meminimalisir pengolahan
limbah B3 dan dampak lingkungan.
1.3 Perumusan Masalah
a.
Berapa kandungan logam berat (As, Ba, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Se, Ag, Zn)
pada WBM yang telah dikondisikan pada temperatur dan tekanan sesuai
pengerjaan pemboran atau after hot-rolled WBM dalam fase lindi dengan
uji TCLP (sesuai dengan Permen ESDM No. 45/2006)?
b. Berapa konsentrasi LC50 96 jam selaku parameter toksisitas pada after
hot-rolled WBM?
c. Apa faktor faktor yang menyebabkan toksisitas pada WBM?
d. Bagaimana dampak dan pemaparan terhadap lingkungan yang dapat terjadi
dilihat dari hasil uji TCLP dan LC50 96 jam pada after hot-rolled WBM?
e. Apa kombinasi WBM yang dapat dijadikan WBM ramah lingkungan sesuai
dengan hasil dan analisa penelitian?
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
27/181
4
Universitas Indonesia
1.4 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kandungan logam berat pada WBM yang telah dikondisikan
pada temperatur dan tekanan sesuai pengerjaan pemboran atau after hot-
rolledWBM dalam fase lindi dengan uji TCLP
b. Mengetahui konsentrasi LC50 96 jam pada after hot-rolled WBM selaku
parameter toksisitas
c. Menganalisa faktor faktor yang menyebabkan toksisitas pada WBM
d. Memprediksi dampak dan pemaparan terhadap lingkungan dari hasil uji
TCLP dan LC50 96 jam pada after hot-rolled WBM
e. Menghasilkan kombinasi WBM yang dapat dijadikan WBM ramah
lingkungan sesuai dengan hasil dan analisa penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
a. Memberikan referensi untuk pembuatan lumpur bor WBM yang ramah
lingkungan
b. Dapat dijadikan sebagai sumber referensi jika terdapat penelitian
selanjutnya dengan memeriksa faktor faktor selain logam berat dan
toksisitas yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan
c. Dapat dijadikan sebagai sumber referensi jika terdapat penelitian
selanjutnya dengan menjadikan treatmentsebagai tema dalam menurunkan
logam berat dan/atau toksisitas pada WBM
d. Dapat dijadikan referensi untuk menyeleksi bahan penyusun WBM yang
ramah lingkungan dari vendoratau supplierterkait
1.6 Batasan Masalah
a. Bahan penyusun WBM disediakan oleh Lemigas
b. Men-scale down sampel bahan penyusun guna pemeriksaan kandungan
logam berat dalam skala laboratorium
c. Dalam mengukur kandungan logam berat WBM dalam fase lindi
menggunakan uji TCLP
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
28/181
5
Universitas Indonesia
d.
Dalam mengukur kandungan logam berat menggunakan bantuan analisa
multi-elemen ICP - OES (Inductively CoupledPlasma Optical Emission
Spectrometry)
e. Dalam mengukur toksisitas pada WBM menggunakan uji LC50 96 jam
f. Kandungan yang akan diuji pada WBM dalam fase lindi adalah logam berat
(As, Ba, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Se, Ag, Zn)
g. Binatang uji yang digunakan pada LC50-96 jam adalah Penaeus monodon
atau benur udang windu
h.
Pengondisian after hot-rolled WBM dalam temperatur dan tekanan tertentu
dengan menggunakan hot-rollpada skala laboratorium yang dilakukan oleh
tim penelitian
i.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Eksploitasi Lemigas
1.7 Metode Penelitian
a. Studi literatur (buku, jurnal, browsing, dan sumber ilmiah lainnya) untuk
memenuhi sumber referensi sesuai dengan topik terkait
b. Pengkajian sampel bahan penyusun WBM skala laboratorium
c. Meneliti kandungan logam berat dalam fase air lindi pada setiap sampel
variasi WBM dengan uji TCLP
d.
Meneliti kadar logam berat menggunakan alat ICP - OES dengan multi
elemen
e. Meneliti toksisitas pada variasi WBM dengan uji LC50-96 jam
f. Meneliti kandungan logam berat dan toksisitas pada WBM setelah dicampur
dan dikondisikan pada skala laboratorium
g. Memprediksi dampak lingkungan yang terjadi sesuai dengan literatur dan
penelitian terdahulu berdasarkan hasil uji
h. Menganalisa faktor faktor yang mendasari hasil uji
i.
Melakukan analisis terhadap data yang diperoleh dari penelitian di
laboratorium kemudian dibandingkan dengan literatur dan peraturan yang
ada
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
29/181
6
Universitas Indonesia
1.8 Sistematika Penulisan
Penelitian mengenai pengujian TCLP dan LC50pada WBM yang ramah
lingkungan akan dibahas dalam beberapa bagian. Berikut penjelasan dari bagian-
bagian yang akan dibahas :
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan akan berisi tentang latar belakang penelitian ini
dilakukan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian tinjauan pustaka akan berisi tentang tinjauan singkat atas
beberapa dasar teori yang diambil dari bahan pustaka atau literatur, baik berupa
hasil penelitian terdahulu, buku teks maupun jurnal ilmiah. Selain itu, dalambagian ini juga berisi tentang perspektif teoritik dengan menguraikan kerangka
konsep ataupun teori mengenai perbandingan pengukuran kandungan logam berat
secara keseluruhan dan lindinya. Begitu juga dengan tinjauan pustaka akan uji
toksisitas akut serta dampak yang terjadi pada binatang uji.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bagian metode penelitian akan berisi tentang aspek yang terkait
dengan pelaksanaan penelitian berdasarkan pendekatan penelitian yang digunkana
peneliti dan berisi tentang metode yang akan digunakan dalam penulisan skripsi.
Hal ini berisi tentang penelitian yang dilakukan, langkah-langkah pengambilan
data, cara pengolahan data, langkah-langkah analisis data, langkah-langkah
pemecahan masalah, dan pemilihan studi literatur.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian hasil dan pembahasan akan berisi tentang data-data yang
telah terkumpul saat melakukan penelitian. Data-data tersebut harus dipilih
berdasarkan relevansinya terhadap tujuan yang ingin dicapai. Data-data yang telah
dikumpulkan saat penelitian kemudian dianalisis pada bab ini. Setelah dianalisis,
data-data tersebut kemudian dibahas sesuai dengan konteks topik, peraturan, dan
literatur yang ada.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
30/181
7
Universitas Indonesia
Pada bagian ini berisi tentang kesimpulan yang diambil berdasarkan
tujuan penelitian, studi literatur, dan analisa. Pada bab ini juga terdapat saran yang
diberikan oleh penulis yang berkaitan dengan penelitian.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
31/181
8
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lumpur Pemboran
2.1.1Pengertian Lumpur Pemboran
Menurut Permen ESDM No. 045 tahun 2006, lumpur bor adalah fluida
yang dipakai dalam pengeboran yang terdiri dari bahan dasar atau bahan aditif,
atau hasil campuran bahan dasar dan bahan aditif.
Menurut Reis (1996) lumpur pemboran memiliki tujuan umum untuk
mengangkat cutting dari lubang pemboran dan membawanya ke permukaan.
Selain itu juga dapat membantu mengendalikan sumur dan mencegah blowout.
Menurut Sadiq dkk (2004) pemboran menggunakan lumpur bor untukmelumasi drill bit, mengendalikan tekanan lubang pemboran, dan membersihkan
cuttingbatuan untuk keluar dari sumur.
Menurut Amoco Coorporation (1975) lumpur pemboran diklasifikasikan
menjadi pneumatic, berbahan dasar minyak, dan berbahan dasar air. Berikut
adalah klasifikasi turunan dari bahan dasar tersebut.
Gambar 2.1 Klasifikasi Lumpur Pemboran
Sumber : Amoco Coorporation, 1975
L
D
M
H
P
G
L
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
32/181
9
Universitas Indonesia
Menurut Rubiandini (2011), lumpur pemboran merupakan lumpur yang
berguna mengangkat serpih pemboran (cutting) yang terdiri dari empat komponen
atau fase, yaitu :
a. Fase cair
Dapat berupa minyak atau air, namun 75% lumpur pemboran menggunakan
air. Untuk air sendiri dapat dibagi menjadi dua macam yaitu air tawar dan
air asin. Untuk istilah lumpur bor berbasis minyak digunakan bila komposisi
minyaknya lebih dari 95%.
b.
Reactive Solids
Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk membentuk koloid. Dalam
hal ini bentonit akan menghisap air tawar dan nantinya akan membentuk
lumpur.c. Inert Solids
Padatan ini tidak bereaksi, biasanya berupa barit (BaSO4) yang digunakan
untuk menaikkan densitas lumpur, ataupun galena atau bijih besi.Inert solid
ini dapat juga berasal dari formasi yang dibor dan terbawa lumpur yang
secara tidak sengaja memberikan kenaikan densitas lumpur dan perlu
dibuang secepat mungkin.
d. Fase kimia
Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk
mengendalikan sifat sifat lumpur, misalnya dispersi atau flokulasi. Banyak
sekali zat kimia yang digunakan untuk menurunkan viskositas, mengurangi
kehilangan air, dan mengendalikan fase koloid. Zat zat kimia ini bereaksi
dan memengaruhi linkgungan sistem lumpur tersebut, misalnya dengan
menetralisir muatan muatan listrik tanah, menyebabkan dispersi, dan lain
lain.
Menurut Zaba dan Doherty (1970) dalam Rubiandini (2011) untuk
klasifikasi lumpur bor dibagi berdasarkan fasa fluidanya yaitu air (water base),
minyak (oil base), dan gas. Berikut jenis jenisnya.
Fresh Water Muds(lumpur air tawar)
o Spud
o Natural atau native
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
33/181
10
Universitas Indonesia
o Bentonite treated
o Fosfat treated
o Koloid Organik treated
o Alkalin tannate treated
o Lumpur Kalsium
Salt Water Muds (air asin)
o Air asin tak jenuh
o Air asin jenuh
o Kalium silikat
Minyak Dalam Emulsi Air
o Air tawar
o
Air asin Oil Base
Gaseous Drilling Fluids
o Udara atau gas alam
o Lumpur yang diaerasi
Berdasarkan US EPA (1999) lumpur pemboran atau lumpur sirkulasi
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu (1) water based drilling fluid (WBF)
merupakan lumpur pemboran konvensional dengan basis air; (2) oil based
drilling fluid (OBF) diesel, mineral, atau beberapa minyak lain sebagai fase
kontinu; dan (3) synthetic based drilling fluid (SBF) material sintetis seperti
polyester dan sari tanaman yang digunakan sebaga fase kontinu.
Menurut Barrett dkk (2005) lumpur pemboran adalah fluida atau lumpur
yang digunakan untuk pengoperasian pemboran dimana fluida tersebut
bersirkulasi atau dipompa dari permukaan, turun ke drill string, menuju ke bit,
dan kembali ke permukaan melalui annulus. Berdasarkan fluida dasarnya, lumpur
bor dibagi menjadi tiga macam yaitu gas : udara dan nitrogen; larutan : gasifikasi-
foam, energized, tanah, polimer, emulsi; dan non larutan : minyak atau sintetis
semua minyak, invert emulsion.
Lumpur bor melumasi drill string, membawa serbuk bor dari lubang
pemboran, mengendalikan tekanan internal dan menstabilisasi sumur, serta
terkandung 5 25% dari limbah lumpur bor. Terdapat tiga jenis lumpur pemboran
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
34/181
11
Universitas Indonesia
yaitu OBM, WBM, dan synthetic-based. Dalam OMB fluida yang mendominai
adalah minyak mineral, dalam synthetic mudyang mendominasi adalah ester, eter,
asetil atau olefin, kemudian WBM yang mendominasi adalah air tawar atau air
asin. (Neff, 2005) dalam (Trannum dkk, 2009).
Lumpur pemboran bisa dikatakan darah dari industri pengeboran
dikarenakan memegang peranan terbesar dalam pengerjaan pengeboran (Coussot
dkk, 2004) dalam (Meng, 2012). Fungsi dari lumpur pemboran ini adalah
mengendapakn dan membawa serbuk bor, mendinginkan dan membersihkan
peralatan pemboran serta memelihara stabilitas dari lubang bor (Caenn dan
Chillingar, 1996; Darley dan Gray, 1988; Luckham dan Rossi, 1999; Menezes
dkk, 2010) dalam(Meng, 2012).
2.1.2Aditif Lumpur Pemboran
Menurut Azar dkk (2007) aditif lumpur pemboran dapt dikelompokkan
ke dalam tujuh kategori, yaitu
Viscosifiers
Bentonite
Attapulgite
Polimer
Pereduksi Viskositas
o Fosfat
o Tannates
o Lignit
o Lignosulfonat
o Natrium poluakrilat
Agen Pemberat
o Barit
o
Besi oksida
o Kalsium karbonat
o Garam terlarut
o Galena
Pereduksi Kehilangan Fluida
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
35/181
12
Universitas Indonesia
o Bentonite
o Starch
o Polimer
Pengemulsi
Material Pelepas Sirkulasi
o Kulit walnut
o Fibrous
o Cellophane flakes
o Diesel/bentonit
Aditif Spesial
o Flokulan
o
Bahan kimiawi pengendali korosio Defoamers
o Aditif pengendali pH
Menurut Neff (2005) dalam Trannum (2009) dalam lumpur pemboran
terdapat penambahan aditif, lumpur tersebut mengandung agen pemberat, tanah
atau polimer organik, berbagai macam garam anorganik, padatan inert, dan aditif
organik. Barit (BaSO4) merupakan agen pemberat yang paling banyak dan paling
sering digunakan. Yang tidak kalah sering adalah ilminite (FeTiO3) yang paling
sedikit mengontaminasi seperti merkuri, timbel, dan kadmium digunakan untuk
mengganti barit.
Menurut Rubiandini (2011) ada beberapa aditif lumpur pemboran sesuai
dengan jenis fluida lumpur bor tersebut. Untuk WBM, aditif yang digunakan
dibagi berdasarkan fungsinya yaitu sebagai berikut :
a. Fluid Loss Control
Aditif ini berguna untuk menjaga integritas lubang dan mengurangi
kehilangan fluida dalam sebuah formasi. Macam macam bahan aditifnya
yaitu : Wyoming bentonit, Starch, Sodium Carboxymethylcellulose(CMC),
Acrylonitrite (Cypan), Polimer X-C, Ben-Ex, Lignins, Tannins,
Lignosulfonate, Minyak Diesel, Thermex, Resinex, Natrium karboksil Metil
Selulosa, dan Baranex
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
36/181
13
Universitas Indonesia
b.
Thinner(Pengencer)
Macam macam bahan aditif dari pengencer ini adalah dispersan, air,
Fosfat, Lignin, Tannin, Lignosulfonate, XP-20, Spersene, dan CC-16.
c. Bahan bahan pemberat
Material pemberat adalah bahan yang memiliki specific gravity tinggi yang
ditambahkan ke dalam cairan untuk menaikkan densitas fluida dan
digunakan untuk mengendalikan tekanan formasi. Macam macam bahan
pemberat antara lain Barit (Barium Sulfat), Galena, Kalsium Karbonat, dan
Larutan Garam.
d. Pengatur pH
Untuk beberapa aditif memiliki pH yang rendah untuk itu perlu
ditambahkan bahan bahan yang akan merubah pH sistem lumpur karenapada umumnya aditif secara alamiah bersifat asam, maka jarang yang
memiliki pH tinggi. Secara umum, ada tiga macam pengatur pH, yaitu
Natrium hidroksida, Kalium hidorksida, dan Kalsium hidroksida.
Untuk bahan aditif di OBM terdapat beberapa macam bentuk yaitu bahan
dasar minyak itu sendiri bisa berupa minyak diesel atau minyak mentah, air dalam
fase emulsi 5 50%, emulsifier, agen pengendali filtrasi, agen suspense dan agen
jel, clays-organiphillic, dan kalsium klorida.
Menurut Amoco Coorporation (1975) aditif lumpur pemboran
diklasifikasikan berdasarkan jenis lumpur bornya. Hal ini dikarenakan masing
masing aditif dapat menempati fungsi ganda atau bahkan lebih dari dua dan
Amoco memberikan keterangan aditif yang utama harus digunakan pada jenis
jenis lumpur bor yang telah diklasifikasikan, sebagai contoh WBM jenis KCl-
Polimer (KCl-PHPA). Lumpur ini memiliki susunan aditif yang penting untuk
ditambahkan yaitu prehidrasi bentonit sebagai viscosifier dan pengendalian
filtrasi, Kalium Klorida sebagai sumber penghambat dari ion K+, Natrium
hidroksida sebagai pengendali alkalinitas dan sumber dari ion K+, Starch sebagai
pengendali filtrasi, PAC sebagai pengendali filtrasi, lignosulfonat sebagai
deflokulan, dan Lignit sebagai pengendali filtrasi dalam kondisi tekanan tinggi
dengan temperatur yang tinggi.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
37/181
14
Universitas Indonesia
2.1.3
Water Based Mud (WBM)
Menurut Amoco Coorporation (1975), WBM merupakan lumpur bor
yang paling banyak digunakan dalam pengerjaan pemboran. WBM mudah untuk
dibuat, mengeluarkan biaya yang murah dalam pemeliharaan, dan dapat
diformulasikan untuk menutup kebanyakan permasalahan pemboran. WBM
dibagi lagi menjadi tiga subklasifikasi, yaitu non-inhibitive, inhibitive, dan
polimer.
a. Non-Inhibitive
Untuk formasi yang tidak menghasilkan swellingpada tanahnya, lumpur bor
untuk menembus formasi ini hanya dibutuhkan tanah liat atau bentonit
komersil dengan natrium hidroksida atau kapus. Dapat juga terdiri dari
deflokulan dan/atau dispersan seperti lignit, lignosulfonar, atau fosfat.b. Inhibitive
Lumpur bor ini untuk menembus formasi yang mudah swelling, untuk itu
memberikan kontribusi pencegahan dengan terkandungnya kation seperti
Natriu (Na+), Kalsium (Ca
2+), dan Kalium (K
+). Umumnya K
+ atau Ca
2+,
atau kombinasi dari kedianya, menghasilakn pencegahan yang sangat baik
untuk dispersi tanah. Sistem ini biasnaya digunakan pada pemboran tanah
yang mudah terhidrasi dan pasir yang mengandung tanah yang mudah
terhidrasi.Dikarenakan sumber dari kation sebagain besarnya adalah garam,
pembuangannya menjadi perhatian yang besar bagi lingkungan.
c. Polimer
Fluida polimer terdiri dari polimer yang memiliki keberagaman dalam
pengaplikasiannya. Fluida ini terdiri dari polimer yang berfungsi untuk
mengentalkan, polimer untuk mengendalikan filtrasi, polimer untuk
deflokulasi, polimer untuk menjaga kestabilan temperatur tinggi, dan lain
lain. Fluida polimer ini umumnya hanya mengandung jumlah bentonit yang
sedikit untuk membentuk viskositas. Pengentalan umumnya dilakukan oleh
polimer yang memiliki berat tinggi seperti PHPA, PAC, polimer XC, dll.
Menurut Rubiandini (2011) WBM dibagi menjadi beberapa macam
klasifikasi lagi yaitu lumpur air tawar, lumpur air asin, dan lumpur emulsi.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
38/181
15
Universitas Indonesia
Lumpur Air Tawar
Merupakan lumpur yang fase cairnya adalah air tawar dengan kadar garam
yang kurang dari 10.000 ppm (jika ada). Lumpur ini terdiri dari lumpur
spud, lumpur alami, lumpur bentonite-treated, lumpur fosfat-treated,
lumpur koloid organik treated, redmud, dan lumpur kalsium
Lumpur Air Asin
Lumpur ini digunakan terutama untuk member salt dome atau lapisan
berformasi garam dan kadang kadang jika terdapat aliran air garam yang
terbor. Filtrate loss-nya besar dan mud cake-nya juga tebal jika
ditambahkan koloid organik, pH lumpurnya juga dibawah 8, karena itu
perlu adanya pencegahan untuk menahan terjadinya fermentasi pada starch.
Lumpur ini terdiri dari lumpur air asin tak jenuh, lumpur air asin jenuh, danlumpur natrium silikat.
Lumpur Emulsi
Pada lumpur ini minyak sebagai fase emulsi dan air sebagai fase kontinu.
Jika baik pembuatannya maka filtratnya hanyalah air. Keuntungan dari
pemakaian lumpur ini adalah bit yang tahan lama, tingkat penetrasi
meningkat, mengurangi korosi pada drill string, perbaikan pada sifat
lumpur, dan mengurangi ballingpada drill string.
WBM dipertimbangkan tidak berbahaya dan dampak lingkungan tidak
terdapat pada pengeboran lebih dari 100 m (Neff dkk, 1987; Daan dan Mulder,
1996; Montagna dan Harper, 1996; Currie dan Isaac, 2005; Zuvo dkk, 2005;
Trannum dkk, 2006) dalam (Trannum dkk, 2009). Kebanyakan pemboran yang
terjadi di laut utara, Gulf meksiko dan pengeboran offshorelainnya menggunakan
WBM (Neff dkk, 2000; OGP, 2003; Neff, 2005; Frost dkk, 2006) dalam
(Trannum dkk, 2009). Hal ini dikarenakan kontennya yang rendah bahan organik
dan rendah toksisitasnya, dampak serbuk bor dari WBM diasumsikan merupakan
dampak fisik dari sedimentasi (Davies dan Kingston, 1992; Hyland dkk, 1994;
Currie dan Isaac, 2005) dalam (Trannum dkk, 2009). WMB ramah lingkungan
merupakan WBM yang tidak berbahaya dan memiliki dampak lingkungan yang
rendah jika digunakan dalam pengerjaan pengeboran dan dibuang ke lingkungan.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
39/181
16
Universitas Indonesia
2.1.4
Kontaminasi Lingkungan Akibat Lumpur Pemboran
Pencemaran lingkungan akibat produksi minyak dan gas terjadi akibat
tindakan yang disengaja dan tidak sengaja. Pencemaran yang disengaja dapat
terjadi akibat pembuangan serbuk bor, lumpur pemboran berbasis air dan minyak,
fluida dari drill stem testdan pengujian produksi, bubur semen, produksi stimulasi
asam pemisahan residu, efluen limbah cair, limbah minyak mesin, pembakaran
gas, dan lain lain Sementara polusi yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh
kebocoran pipa, vessel, tangki bahan bakar, oil blow out, pengaruh gas alam, dan
lain lain.(Ossai dkk, 2010).
Komposisi lumpur pemboran harus diperhatikan dari sudut pandang
dampak lingkungan, hal ini didasari pada Pulgati dkk (2008) yang menyatakan
bahwa aktivitas pemboran dibagi menjadi tiga fase berdasarkan fluida yangdigunakan. Fase pertama terdiri dari penggunaan air dan juga diketahui sebagai
fase riserless. Fase kedua, penggunaan lumpur bor berbasis air, bahan utamanya
adalah air yang dicampur dengan bentonite dan aditif, seperti barium sulfat. Fase
ketiga, tipe III NAF (non-aqueous fluid) digunakan trace-to-ngligible konten
hidrokarbon aromatik. Kemudian, serbuk bor dengan fase NAF dibuang setelah
padatannya dipisahkan dari fluida pemboran. Perlu diperhatikan serbuk bor
dengan lumpur bor berbasis air lebih mudah larut dan mudah terdispersi. Dari
kutipan ini ditunjukkan bahwa jika serbuk bor mengandung logam berat dengan
konsentrasi berlebih dari ambang batas dan dibuang langsung ke lokasi
pembuangan akan mudah terlarut ke dalam tanah ataupun badan air.
Menurut Santos dkk (2008) dalamPulgati dkk (2008), keberadaan aditif
di dasar laut sesuai dengan indikator pemboran, seperti barium dan serbuk bor,
menggambarkan situasi pembauran antara efek dari perbedaan pemboran. Hal ini
menunjukkan bahwa barium (logam berat yang diatur konsentrasinya) yang
terdapat di aditif lumpur pemboran dapat mengontaminasi media pemboran yaitu
tanah pada kedalaman tertentu. Hal ini berarti juga dapat terjadi pada pemboran di
dekat aquifer systemdan dapat mencemari air tanah.
Logam berat terdapat pada lumpur dan dapat mengontaminasi lokasi
pemboran serta lokasi pembuangan limbah lumpur bor jika barit digunakan.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
40/181
17
Universitas Indonesia
Untuk itu konsentrasinya harus dipantau dan dikendalikan selama pembuangan
dan material terkait harus digunakan secukupnya (Burden, 2013).
Setelah dibuang dari pengoperasian pemboran, serbuk bor yang
mengandung lumpur dan material pemberat akan berakhir di dasar laut di mana
beberapa logam akan bergerak menuju pori pori air dan menghasilkan resiko
untuk organisme yang hidup di dalam atau dekat dengan permukaan sedimen
tersebut. (Ruus dkk, 2005) dalam(Schaaning dkk, 2010).
Beberapa alasan yang menyebabkan konsentrasi pori air terkontaminasi
tidak hanya bergantung dengan konsentrasi kontaminan logam dalam agen
pemberat, tetapi juga dipengaruhi oleh tipe dan kualitas dari mineral yang
terkandung dan lingkungan di sekitarnya (Reuber dkk, 1987) dalam (Schaaning
dkk, 2010)Jika ilminite (FeTiO3) tereduksi dalam lingkungan yang anoksik dari
pengolahan serbuk bor, akan menyebabkan pergerakan yang lebih tinggi dari
logam berat lainnya. (Skrabal dan Terry, 2002) dalam (Schaaning dkk, 2010).
Hasil dari penelitian yang dilakukan Schaaning dkk (2010) indikasi yang
ditemukan adalah keberadaan biologis dari Ba dan Ti lebih sedikit disbanding
dengan yang diprediksi oleh pengambilan contoh secara tradisional dikarenakan
kompleksasi atau formasi koloid. Indikasi juga ditemukan bahwa dalam sedimen
dengan peningkatan aktivitas pada bakteri pereduksi sulfat, ilminite (mineral)
akan bereaksi dengan hidrogen sulfida untuk meningkatkan keberadaan biologis
dari logam berat Cd dan Cu. Hal ini menunjukkan bahwa kadar logam berat di
lokasi pemboran tidak selamanya disebabkan dari lumpur pemboran, tetapi
memang secara alamiah lokasi tersebut terpapar logam berat untuk kasus ini dari
mineral yang terkandung di lokasi tersebut.
Kontaminasi lingkungan yang terjadi akibat lumpur pemboran bisa juga
terjadi pada saat limbah lumpur bor disimpan dalam mud pithal ini ditunjukkan
dalam RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok dari Pertamina, yaitu Pertamina
menggunakan lumpur bor berbahan dasar air atau WBM dan lumpur bor berbahan
dasar minyak sintetik (crude palm oil) sehingga kedua jenis lumpur tersebut
dikategorikan sebagai lumpur non-toksik. Penggunaan lumpur non toksik ini juga
mengurangi kemungkinan pencemaran air tanah apabila terjadi limpasan air hujan
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
41/181
18
Universitas Indonesia
dari mud pit. Kemudian sumber dampak dari kegiatan operasi pemboran terhadap
kualitas air yang terjadi pada tahap operasi yaitu salah satunya berasal dari
kegiatan limbah pemboran berupa air bekas pemboran, lumpur sisa pemboran, dan
serbuk bor.
Permasalah lingkungan akibat proses pengerjaan pemboran baik minyak
dan gas yang harus diperhatikan adalah produksi limbah, potensi proses dalam
memengaruhi lingkungan, mekanisme dan alur migrasi atau perpindahan limbah,
jalan efektif untuk mengatur limbah, metode pengolahan untuk mereduksi
volumenya dan/atau toksisitas, metode pembuangan, metode remediasi untuk
lokasi yang terkontaminasi, dan peraturan yang mengikat. (Reis, 1996).
2.2
Logam Berat2.2.1Jenis Logam Berat yang Diperhatikan dan Dampaknya Terhadap
Lingkungan dan Kesehatan
Menurut Lacatusu dkk (1999) dalam Ossai dkk (2010) menyatakan
bahwa peningkatan logam berat di tanah yang diakibatkan dari aktivitas
pengeboran dapat menipiskan tanah, mengganggu aktivitas mikrobiologi,
degradasi bahan organik, degradasi struktur tanah, erosi berkelanjutan, dan tanah
longsor. Kilicel (1999) dalamOssai dkk (2010) menyatakan bahwa logam berat
ini akan diabsorbsi oleh akar tanaman di dalam tanah dan akan berdampak pada
kesehatan manusia lewat rantai makanan.
Logam seperti timbel, arsenik, merkuri, kadmium, dan barium jika
terlarut masuk ke dalam air tawar atau tanah akan berbahaya apalagi juga masuk
ke dalam pencernaan binatang dan rantai makanan. Pada saat dikonsumsi dengan
konsentrasi tertentu, logam berat dapat mengganggu kesehatan pada manusia dan
binatang. Untuk itu alur dari penyebaran logam berat ini sangat penting untuk
dipantau di lingkungan (Burden, 2013). Konsentrasi logam berat yang masih
diperbolehkan untuk diminum untuk beberapa jenis biasanya berada di bawah
0,01 mg/L. (Reis, 1996)
a.
Arsenik (As)
Menurut Athar dan Vohora (1995) absorpsi arsenik bergantung pada jenis
komponennya, kelarutannya, dan bentuk fisiknya. Pada saat menghirup
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
42/181
19
Universitas Indonesia
nafas biasanya bahan yang terhirup mengandung arsenik anorganik. Setelah
diabsorpsi 95 99% dari arsenik akan mengikat globin dari hemoglobin di
dalam eritrocytes. Kemudian diangkut ke jaringan dan fluida tubuh dalam
24 jam. Hal ini akan menghancurkan tulang, rambut, kuku, dan kulit.
Menurut Reis (1996) pemaparan arsenik yang kronis dapat memicu
kelelahan, anoreksia, bronchitis, gangguan gastrointestinal, peripheral
neuropathy, gangguan pada kulit, dan kerusakan pada hati, jantung, syaraf,
serta ginjal. Paparan arsenic di obat, makanan, dan air dapat juga
membentuk kanker kulit dan paru paru umumnya dikarenakan terjadi
interaksi langsung. Tetapi pada dosis yang rendah dapat menstimulasi
pertumbuhan tanaman. Arsenik juga dapat mempengaruhi embrio dan larva
dari ikan dan invertebrata.b. Barium (Ba)
Barium yang berkaitan dengan penggunaan lumpur bor bukanlah berbentuk
barium yang secara alamiah terdapat di alam. Pada kasus ini barium telah
termodifikasi (Pulgati, F.H dkk, 2008).
Ion Barium merupakan racun otot yang menyebabkan stimulasi dan
kelumpuhan. Garam barium terlarut dapat mengiritasi kulit dan membran
mucus. Di binatang BaO dan BaCO menyebabkan kelumpuhan. Ba juga
beracun untuk kebanyakan tanaman. Ion Barium memiliki sifat fisik yang
kebalikan dari kalium, yaitu menggganggu sel vital yang digunakan oleh
kalium. (Reis, 1996)
c. Kadmium (Cd)
Menurut Wang dkk (2009) kadmium merupakan logam putih keperakan,
tetapi merupakan logam pudar. Kadmium ditemukan di alam dalam bentuk
bijih. Kadmium digunakan untuk electroplating, cat pigmen, plastik, baterai
perak-kadmium, dan operasi pelapisan. Konsentrasi kadmium di air tawar
yang tidak berpolusi umumnya kurang dari 0,001 mg/L, konsentrasi
kadmium di air laut rata rata 0,00015 mg/L. Penyerapan kadmium akan
terakumulasi di renal cortex dan hati. Pankreas, tiroid, empedu, dan testis
dapat juga mengandung kadmium dalam konsentrasi tinggi.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
43/181
20
Universitas Indonesia
Menurut Logan dan Traina (1993) dalamReis (1996) pemaparan kadmium
secara berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal, anemia, patah tulang,
kencing batu, osteomalacia, memperlambat pertumbuhan, pulmonary
emphysema, dan sakit punggung serta nyeri sendi. Terdapat juga indikasi
karsinogenik jika paparannya terjadi dalam proses menelan.
d. Kromium (Cr)
Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) tingkat toksisitas
kromium bergantung dengan valensi bahan kimiawi dan konsentrasinya.
Pada konsentrasi yang rendah kromium merupakan bahan yang penting dan
baik untuk dikonsumsi. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, Cr6+
dapat
menjadi toksik, sementara Cr3+
relatif tidak toksik. Cr6+
dapat menyebabkan
iritasi pada sistem pernapasan, asma, dan kerusakan pada ginjal sertabeberapa ada yang karsinogenik.
Menurut Wang (2009) kromium dijadikan elemen yang berbahaya pada saat
ditemukan. Cr6+
dipertimbangkan mengakibatkan kematian pada dosis lebih
dari 3 gram terhadap manusia dewasa. Penghirupan Cr6+
secara berulang
dapat menyebabkan perforasi pada nasal septum dan kulit bernanah.
e. Tembaga (Cu)
Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) penghirupan debu
tembaga menyebabkan gangguan pada paru paru dan gastrointestinal. Hal
ini dapat memengaruhi hati dan iritas pada kulit dan membran mucus.
Menurut Joseph, Konrad, dan Kundig (1998) tembaga berada secara
alamiah dengan konsentrasi rata rata sekitar 50 ppm di kerak bumi.
Tembaga hadir sebagai elemen yang penting pada tanaman tingkat tinggi
dan binatang serta merupakan salah satu elemen kimiawi yang mengandung
mineral. Semua tanah mengandung tembaga, di beberapa kasus total
kandungannya sangat rendah jadi kandungan tembaga tersebut tidak
mencukupi untuk kesehatn panen dan pertumbuhan tanaman. Potensi
toksisitas dari tembaga yang terkandung dalam air minum sangatlah rendah.
Pembatasan konsentrasi tembaga pada air minum berdasarkan rasa yang
diciptakan dari air minum tersebut. Defisiensi tembaga dapat menyebabkan
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
44/181
21
Universitas Indonesia
keterlambatan pertumbuhan, kehilangan rambut dan pigmen kulit, merusak
sel darah, dan dapat menyebabkan kematian akibat serangan jantung.
f. Kobalt (Co)
Menurut Logan dan Traina (1993) dalamReis (1996) logam ini baik untuk
alga biru-hijau dan beberapa bakteri, jamur, dan alga hijau, namun terdapat
sedikit bukti atas kepentingannya terhadap tanaman tingkat tinggi. Manusia
normal menggunakannya 0,002 mg/hari dengan tingkat toksik 500 mg/hari.
Debu logam kobalt lebih beracun disbanding garam dalam sistem
pernapasan. Konsentrasi yang tinggi menyebabkan dermatitis, serangan
jantung, dan kerusakan pada hati serta ginjal.
Menurut Athar dan Vohora (1995) Kebanyakn komponen koblat memiliki
valensi 2 atau 3. Biasnaya kobalt masuk ke dalam pencernaan dalam antukyang kompleks dan metalloenzymes. Rute masuknya kobalt ke dalam tubuh
manusia yaitu dengan sistem pernafasan, oral, kulit, dan membran mucus
yang tidak dilindungi. Kobalt dapat menghambat respirasi sel dan enzim
pada siklus asam sitrun.
g. Timbel (Pb)
Menurut Wang dkk (2009) timbel adalah logam yang dapat menahan korosi
dan memiliki titik leleh rendah (327oC). Timbel biasanya terdapat di air
ledeng sebagai hasil pelarutan dari sumber alamiah atau sistem plumbing
yang mengandung timbel di pipa. Timbel bisa diabsorbsi oleh badan
manusia melalui pernafasan, penelanan, kontak kulit, atau transfer via
plasenta. Untuk timbel anorganik merupakan racun metabolis dan
penghambat enzim. Untuk timbel organik lebih berbahaya dibanding
anorganik. Racun timbel menyerang sistem syaraf sebagai fokusan paparan
utamanya.
Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) pemaparan toksik
secara berulang dalam waktu yang panjang akan memengaruhi hemotologi,
neurologi, dan sistem renal yang dapat mengakibatkan kerusakan otak,
tertawa terbahak bahak, sikap yang tidak normal, dan kematian. Terdapat
juga sifat karsinogenik dalam bahan ini. Beberapa tumbuhan terhambat
pertumbuhannya pada konsentrasi 10 ppm.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
45/181
22
Universitas Indonesia
h.
Merkuri (Hg)
Menurut Wang dkk (2009) merkuri merupakan logam putih keperakan yang
meleleh pada suhu -38,9oC. Merkuri terdapat di kerak bumi yang berada
pada konsentrasi rata rata 0,08 mg/kg. Merkuri digunakan dalam
persiapan pengerjaan gigi, thermometer, fluorescent, lampu ultraviolet, dan
pengolahan air. Absorpsi merkuri melalui penelanan dapat diabaikan,
kurang dari 0,01% dari dosisi merkuri yang terabsorbsi oleh binatang.
Merkuri bisa meningkat di dalam darah, untuk dosisi 100 500 g akan
menyebabkan stomatitis dan diare.
Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) pemaparan kronis
terhadap merkuri menyebabkan kelelahan, anoreksia, dan gangguan pada
fungsi gastrointestinal. Dengan pemaparan yang tinggi, tremor pada jari,kelopak mata, bibir, dan seluruh badan. Merkuri dapat membuat kerusakan
pada sistem syaraf, ginjal, dan hati, namun tidak terdapat bukti bahwa
merkuri bersifat karsinogenik. Subtoksik telah diteliti pada mikroflora di
konsentrasi 0,1 ppm.
i. Selenium (Se)
Menurut Haygarth dalam Frankenberger dan Benson (1994) selenium
digunakan kebanyakn di industri kaca untuk menetralisir pewarnaan
dikarenakan besi oksida dan dapat juga digunakan untuk mewarnai merah
pada kaca. Selenium merupakan antioksidan yang dapat berguna bagi tinta,
mineral dan minyak sayur, serta pelumas. Pengonsumsian Se secara berlebih
dapat menyebabkan malnutrisi, anemia, cardiomyopathy, hipertensi,
serangan jantung, alkohol kirosis, kista, infertil, kanker, arthritis, tegang
otot, dan sklerosis. Selenium juga dapat memengaruhi kematian embrio dan
anomaly eksternal yang dapat merbah mata, paruh, sayap, lengan, dan kaki.
Abnormal pada otak, jantung, dan otot juga pernah diteliti.
j.
Perak (Ag)
Menurut Purcell dan Peters (1998) dalam Wright dan Welbourn (2002)
perak digunakan untuk manufaktur banyak produk seperti koin, perhiasan,
ornament, sterlingware, baterai, dan cermin. Perak juga erdapat pada film
fotografi dan kertas, air minum, desinfektan, perak nitrat, perak iodide,
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
46/181
23
Universitas Indonesia
solder, gabungan logam, dan kontak eletrik. Perak terdapat secara alamiah
di sistem badan air kaena tekanannya dalam bentuk yang tidak larut dan
juga berakumulai di endapan. Perak berada di kerak bumi dalam konsentrasi
0,1 mg/kg. Manusia dapat terpapar perak dari udara dan menelan bahan
yang mengandung perak seperti manakan dan minum dari sendok atau alat
makan dan minum lain yang berasal dari perak. Perak dapat keluar di feses,
urin, dan presipitasi tetapi dapat berakumulasi di tulang dan rambut.
Pengaruh perak pada manusia yang paling signifikan adalah argyria
(memutihnya kulit) yang sering digunakan pada kosmetik dan tidak
beracun. Toksisitas perak di sistem perairan berhubugnan dengan aktivitas
ion bebas Ag+. Ion ini aktif dan menyebabkan kerusakan pada organisme air
dengan mengikat mereka di tempat tertentu atau pada insangnya. Toksisitasperak yaitu kematian, produtivitas yang menurun, dan perubahan reproduksi
telah didemonstrasikan di laboratorium terhadap tanaman dan binatang.
k. Nikel (Ni)
Menurut Sarkar (2002) nikel dalam atmosfer meningkat dikarenakan
sumber antropogenik seperti pembakaran residu dan bahan bakar minyak,
pengilangan logam nikel, insinerasi limbah perkotaan, produksi baja,
produksi gabungan logam nikel, dan pembakaran batu bara. Pemapran nikel
ke dalam tubuh manusia bisa lewat konsumsi makanan, pernafasan, kontak
kulit, dan iatrogenic. Penelanan makanan yang mengandung nikel
diestimasi dalam rentang 70 g 300 g.
Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) pemaparan nikel
dapat menyebabkan kulit sensitive dan reaksi alergi pada pernapasan. Bahan
ini juga dapat menyebabkan kanker paru paru dan rongga hidung, tetapi
sifat karsinogenik dari proses penelanan belum bisa dibuktikan.
l. Zinc (Zn)
Menurut Logan dan Traina (1993) dalam Reis (1996) penghirupan zinc
oksida dapat menyebabkan influenza. Pemaparan dalam konsentrasi yang
tinggi dapat memengaruhi paru paru. Tidak terdapat bukti bahwa zinc
bersifat karsinogenik. Zinc merupakan elemen yang penting bagi
metabolism manusia dan sangat dibutuhkan dalam konsentrasi yang rendah.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
47/181
24
Universitas Indonesia
Namun menjadi toksik pada tanaman jika konsentrasinya melebihi 400 ppm
dan menyebabkan kematian pada ikan dan binatang air lainnya pada
konsentrasi 1,0 ppm.
2.2.2Logam Berat pada Aditif Lumpur Pemboran
Menurut Smith dkk (1999) dalam Ossai, dkk (2010) menyatakan bahwa
beberapa logam berat seperti timbel, vanadium, arsenik, tembaga, zinc, nikel,
besi, dan mangan adalah bagian dari minyak mentah dan terkadang digunakan
sebagai aditif lumpur pemboran.
Burden (2013) menyatakan bahwa elemen logam yang dapat ditemukan
secara alami dengan presentase yang kecil pada mined mineraldigunakan dalam
aditif lumpur pemboran, contohnya barit sebagai agen pemberat dalam lumpurpemboran.
Menurut Bieler dkk (1993) biasanya lumpur polimer menggunakan barit
sebagai agen pemberat. Pada kasus ini barit akan diteliti konten logam beratnya
dan dalam lumpur bor ini terdapat juga kadmium dan merkuri yang belum
dimurnikan. Aditif dasar pada lumpur ini adalah barit, sebagian hydrolyzd
polyacrylamide polimer, xanthan gum, karboksimetilselulosa atau starch, dan
NaOH. Logam berat terdapat pada formasi solid pemboran dan secara alamiah
terdapat pada material yang digunakan sebagai aditif lumpur. Kromium
lignosulfonat adalah kontributor buatan manusia terbesar dalam segi logam berat
pada lumpur pemboran. Di kebanyakan pemboran, formasi pemboran solid atau
barit sebagai agen pemberat merupakan kontributor terbesar untuk total logam
berat dikarenakan volumenya paling besar dari komposisi penyusunnya.
Menurut Mulyono dkk (1996) konsentrasi logam berat tertinggi dalam
lumpur pemboran baikfresh mudmaupun used mudadalah Cr, kemudian Zn, Cu,
lalu Hg. Jika dibandingkan dengan konsentrasi logam berat di lokasi
pemborannya, semua sample lumpur memiliki konsentrasi logam berat yang lebih
tinggi dibandingkan lokasi.
Menurut Treffry (2003), bukti yang mendukung bahwa Hg yang terdapat
pada lumpur pemboran yang mengandung barit adalah : (1) terdapat logam suldifa
dengan kelarutan rendah, (2) terdeteksi terpisah ke dalam air laut, dan (3) terdapat
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
48/181
25
Universitas Indonesia
batasan keberadaan dalam organisme air laut. Dilaporkan bahwa konsentrasi Hg
di barit berada dalam rentang 0,05 31 g/g.
Logam berat yang terkandung di dalam limbah lumpur bor yang
digunakan dalam pemboran offshore biasanya akan terkombinasi cepat secara
alamiah dengan sulfat yang terdapat di laut untuk membentuk sulfat yang tidak
mudah larut dan akan terjadi presipitasi untuk mengendap di dasar laut. Proses ini
membuat logam berat menjadi tidak dapat diakses untuk bioakumulasi atau
dikonsumsi. (Amoco Coorporation, 1975)
Menurut Candler dkk (1990) dalam Reis (1996) kandungan logam berat
biasanya ditemukan dalam aditif lumpur pemboran walaupun dalam konsentrasi
yang rendah. Jenis logam berat yang terdapat adalah arsenik, kadmium, barit yang
biasanya mengandung kadmium dan merkuri yang tinggi.
2.3 Toksisitas
2.3.1Pengertian Toksisitas
Menurut Masyur (2004) toksisitas didefinisikan sebagai suatu
kemampuan yang melekat pada satu zat kimia untuk membuat pengaruh yang
merugikan pada organisme organisme hidup.
Bahan kimia yang bersifat toksik masuk ke lingkungan dengan berbagai
macam aktivitas manusia termasuk penambangan, peleburan, pengilangan,
manufaktur, penggunaan, dan pembuangan produk Produk alamiah dari
organisme itu sendiri sudah mencapai tingkat toksik di ekosistem. (Wright dan
Welbourn, 2002)
Menurut Singh (2005) tingkat toksisitas dari logam di tanah dapat
dikarenakan sifat tanahnya atau dikarenakan pertanian, manufaktur,
penambangan, dan prosedur pembuangan limbah. Toksisitas logam merupakan
hal yang penting dalam pembatasan penanaman di banyak tanah asam yang
memiliki pH dibawah 5,0. Toksisitas logam di kebanyakan panen terganggu
dengan temperatur yang tinggi. Namun menurut Shaw (1995) dalam Singh (2002)
toksisitas relatif dari logam berat selain dari sifat tanah dan spesies tanamannya,
juga bergantung pada umur tanamannya.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
49/181
26
Universitas Indonesia
Toksisitas adalah potensi merusak dari suatu zat kimia. Istilah ini lebih
menyatakan kualitatif daripada kuantitatif. Kerusakan ini ditentukan oleh faktor
jumlah zat kimia yang mengenai/masuk/diabsorpsi ke dalam tubuh (keparahan
pemaran atau dosis). Sedangkan toksikologi linkgungan berhubungan dengan
dampak zat kimia yang berpotensi merugikan, yang muncul sebagai polutan
lingkungan sebagai polutan lingkungan bagi organisme hidup. (Munaf, 2008)
Toksisitas didefinisikan sebagai segala hal yang memiliki efek berbahaya
dari zat kimia atau obat pada organisme target. (Amiria, 2008)
2.3.2Toksisitas pada Lumpur Pemboran
Menurut Bleler (1990) lumpur berbasis garam biasanya dipilih untuk
pengeboran yang dalam karena salinitasnya yang tinggi dapat menekan formasihidrasi. Namun menurut Burden dkk (2013) pada KCl-PHPA Polimer Mudsyang
diperhatikan dampak lingkungannya adalah KCl. Hal ini dikarenakan fluida akan
mengandung salinitas yang sangat tinggi. Klorida tidak dapat terdegradasi secara
biologis di lingkungan karena penggunaannya sebagai nutrient untuk tanaman
sangat kecil. Pelepasan lumpur dengan ion K+yang tinggi dapat membunuh ikan.
Tingkat dampak terhadap lingkungan ini dikarenakan konduktivitas listrik yang
tinggi dari fluida dan potensinya yang rendah dalam biodegradasi dari ion pada
saat masuk ke lingkungan.
Bahan bahan kimia yang digunakan dalam produksi pengeboran
(biasanya terkandung dalam aditif) dapat juga memengaruhi lingkungan.
Toksisitasnya harus diperhatikan meskipun bahan kimiawi yang biasanya
diaplikasikan di lapangan berada di bawah level toksik yang ditentukan. (Hudgins,
1992) dalam (Reis, 1996).
Banyak aditif yang digunakan dalam lumpur pemboran bisa
menghasilkan toksik dan sekarang sudah dibuat peraturannya. Untuk itu, banyak
aditif yang baru diformulasikan. (Clark, 1994) dalam (Reis, 1996).
Menurut Lal dan Thurber dalam Berrett dkk (2005) pengaturan yang
ketat di beberapa daerah terdapat pada penggunaan klorida nitrat, dan garam
kalium atau secara umumnya total konduktivitas listrik dari lumpur. Di lautan
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
50/181
27
Universitas Indonesia
utara, penggunaan PHPA juga tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan dapat
mengganggu lingkungan sekitarnya dan menyebabkan toksisitas meningkat.
Pulgati dkk (2008) menyatakan bahwa pada lokasi pemboran
penelitiannya terdapat konsentrasi kontaminan yang terdapat pada WBM yang
digunakan, hal ini menunjukkan terpengaruhnya lokasi pemboran terhadap aditif
WBM pada fase pemboran.
Menurut Lal dan Thurber dalamBarrett dkk (2005) beberapa komponen
di WBM menjadi diatur secara ketat atau dilarang di beberapa tempat. Material
yang mengandung krom, seperti krom lignosulfonat dilarang di banyak tempat
dikarenakan ada peraturan pemerintah yang mengatur hal tersebut.
Logam berat yang terdapat di pengeboran dan aktivitas produksi
perminyakan sangat berhubungan dengan perhatian lingkungan. Pada konsentrasiyang rendah, beberapa logam menjadi penting untuk kesehatan aktivitas sel.
Logam yang penting tersebut adalah krom, kobalt, tembaga, iodine, besi, mangan,
molybdenum, nikel, selenium, siikon, vanadium, dan zinc. (Valkovic, 1978)
dalam (Reis, 1996)
Menurut Whitton dan Sai (1981) dalam Hutagalung (1984) unsur logam
berat dalam jumlah yang berlebihan akan bersifat racun dan tergantung pada jenis,
kadar, efek sinergis antagonis serta bentuk fisika kimianya.
Menurut Reis (1996) dalam mengevaluasi dampak lingkungan dari
lumpur pemboran dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu bioassay dengan
menggunakan organisme lokasi dalam konsentrasi lumpur pemboran yang
berbeda dan pengukuran secara langsung terhadap dampak lingkungan dari
pembuangan lumpur pemboran tersebut.
Elevasi konsentrasi terhadap ion positif dan negatif dari garam seperti
kalsium klorida, kalium asetat, dan natrium klorida dapat memengaruhi
keseimbangan osmosis sel pada tanaman dan bakteri yang menyebabkan mereka
menjadi kekurangan nutrisi. Tanaman yang tumbuh di tanah yang mengandung
garam yang tinggi tidak akan tumbuh secara sehat dan akan menghasilkan daun
berwarna kuning dan coklat serta menghambat pertumbuhan. Konten ion dapat
diukur dengan konduktivitas listrik karena konduktansi antara ion negatif dan
positif yang terdapat di larutan tersebut memiliki konduktivitas listrik yang lebih
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
51/181
28
Universitas Indonesia
tinggi jika terdapat ion ion tersebut. Untuk ion nitrogen, fosfor, dan kalium
dapat dijadikan nutrisi oleh tumbuhan terkait, namun jika berlebih akan merusak
tanah dan menghambat penyerapan air. Untuk natrium, magnesium, dan klorida
merupakan ion yang sedikit dikonsumsi oleh organisme. Belum lagi ion ion ini
susah terdegradasi secara alami, untuk itu jika sudah terkandung dalam tanah atau
air susah untuk dihilangkan dan akan berdampak tidak baik bagi lingkungan.
(Burden, 2013).
2.4 Pengujian Kadar Logam Berat pada Lumpur Pemboran
Menurut Permen ESDM No. 45 tahun 2006 pengujian kadar logam berat
dibutuhkan untuk kegiatan pengeboran on-shore atau pengeboran di darat.
Pengujian yang dilakukan adalah uji TCLP pada limbah lumpur, berikut adalahperinciannya.
a. Uji TCLP dilakukan terhadap limbah lumpur dan serbuk bor untuk
menentukan persyaratan areal pembuangan limbah lumpur dan serbuk bor di
darat
b. Apabila angka TCLP untuk setiap parameter lebih kecil dari baku mutu
sebagaimana tercantum dalam lampiran II peraturan menteri ini, maka
serbuk bor diperkenankan untuk dibuang langsung di lokasi pengeboran,
kecuali di daerah sensitif
c.
Apabila angka parameter TCLP lebih besar atau sama dengan baku mutu
sebagaimana tercantum pada lampiran II peraturan menteri ini, maka
pembuangan serbuk bor wajib dilakukan pada tempat khusus yang memiliki
permeabilitas lebih besar atau sama dengan 10-5
cm/detik.
Untuk baku mutu TCLP logam berat adalah sebagai berikut
Tabel 2.1 Baku Mutu TCLP Logam Berat Limbah Lumpur
No. Nama Kimia Simbol Baku Mutu, mg/L
1 Arsen As 5,0
2 Barium Ba 100,0
3 Cadmium Cd 1,0
4 Chromium Cr 5,0
Sumber : Permen ESDM No. 45 Tahun 2006
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
52/181
29
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 (lanjutan) Baku Mutu TCLP Logam Berat Limbah Lumpur
No. Nama Kimia Simbol Baku Mutu, mg/L
5 Copper Cu 10,0
6 Lead Pb 5,0
7 Mercury Hg 0,2
8 Selenium Se 1,0
9 Silver Ag 5,0
10 Zinc Zn 50,0
Sumber : Permen ESDM No. 45 Tahun 2006
Dalam penelitian Ossai (2010), pengukuran logam berat pada sampel
tanah bekas lokasi pemboran yang terdapat di Akri dan Ebocha denganmenggunakanAtomic Absorption Spectrometer(AAS). Masing masing sampel
di-oven dalam 105o C selama 48 jam kemudian dilarutkan dengan HNO3
kemudian disaring dengan kertas saring Whatman no.41. Hasil ekstraksi tersebut
dianalisa kadar Pb, Zn, Ni, Fe, Mn, dan Cu.
Dalam penelitian Mulyono dkk (1996) penentuan total logam berat dapat
memberikan informasi terhadap kemungkinan terkandungnya logam berat pada
lumpur pemboran yang berasal dari serbuk bor. Analisa total logam berat tidak
memberi bentuk kimiawi yang dapat digunakan untuk estimasi pada efek biologis.
Dalam melakukan pengujian TCLP terdapat perbedaan pada saat diberikan asam
asetat yang biasa digunakan sebagai agen ekstraksi. Hal ini dapat memisahkan
padatan dengan cairan terutama pada kromium dan tembaga dalam sampel
lumpur.
2.5 Pengujian Toksisitas Akut pada Lumpur Pemboran
Menurut Reis (1996) toksisitas dari substansi bahan bahan pemboran
dilaporkan dalam konsentrasi substansi tersebut di dalam air yang menyebabkan
kematian setengah dari organisme yang terekspos dengan jangka waktu tertentu.
Waktu pemaparan untuk pengujian toksisitas biasanya 96 jam. Konsentrasi yang
dapat mematikan setengah dari populai organisme uji yang terpapar disebut LC50.
Konsentrasi yang tinggi dari LC50berarti konsentrasi tinggi dari substansi tersebut
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL BERDASARKAN ANALISA TOKSISITAS: PENGUJIAN TCLP
53/181
30
Universitas Indonesia
masih tidak begitu memengaruhi kematian organisme dan mengindikasi
rendahnya toksisitas. Toksisitas dari lumpur pengeboran disebabkan juga oleh
logam berat yang terdapat di interferensi perilaku enzim yang membatasi proses
biokimiawi di sel sel makhluk hidup. Hal ini dapat membuat kerusakan di hati,
ginjal, atau reproduksi, pembuatan darah, atau sistem syaraf.
Menurut Effendi dkk (2011) Untuk mengetahui efek limbah pengeboran
yang masuk ke badan perairan diperlukan suatu uji hayati (bioassay) selain uji
parameter fisik, kimia, maupun biologi. Data toksisitas dari bioassay akan
dijadikan sebagai bahan untuk merepresentasikan pengaruh material tersebut pada
makhluk hidup di perairan sekitarnya. Untuk perairan tawar biasanya digunakan
daphnia sebagai hewan uji. Untuk perairan laut lazimnya dipergunakan Brine
Shrimp (Artemia) sebagai hewan uji. Dari sini akan diperoleh nilai LC5096 jam,LC50 adalah konsenrasi yang dapat mematikan 50% jumlah populasi hewan uji
dalam waktu tertentu.
Masih menurut Reis (1996) dua tipe untuk pengukuran toksisitas yang
bisa digunakan adalah dosis dan konsentrasi. Dosis adalah konsentrasi dari
substansi yang telah diabsorbsi ke dalam jaringan dari spesies uji, sementara
konsentrasi adalah pengukuran konsentrasi dari substansi di linkgungan spesies
itu hidup. Pengukuran toksisitas yang menggunakan konsentrasi juga diikuti
dengan interval waktu pemaparan.
DalamAmerican Petroleum Institute(1981), bioassay pada organisme air
tawar memiliki Cr3+
dengan konsentrasi sekitar 1,0 mg/L pada campuran dan
tidak memberikan dampak mematikan setelah pemaparan lebih dari tiga bulan.
Nilai LC50selama tiga minggu denganDaphnia magniasebesar 2,0 mg/L. Tidak
terdapat mortalitas yang diobservasi pada Neanthes arenaceodentata pada
pemaparan tiga minggu oleh Cr3+
pada konsentrasi sampai 12,5 mg/L. Bioassay
pada organisme laut dengan Cr3+
, nilai LC50 96 jam nya sekitar 53 mg/L pada
ikan yang masih muda dan nilai LC100 24 jam sekitar 50 mg/L pada invertebrata.
Untuk perbandingannya nilai LC50 96 jam pada invertebrata oleh Cr6+
sekitar
3,0 mg/L.
-
7/24/2019 ANALISA WATER BASED MUD DENGAN ADITIF BARIT DAN KCL