analisa pidana pendemo

Upload: koperasi-sukmajaya

Post on 22-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    1/34

    BAB II

    BENTUK TINDAK PIDANA AKSI UNJUK RASA YANG ANARKHIS

    A. Aturan Hukum Terkait Dengan Unjuk Rasa

    Salah satu dari 10 prinsip dasar demokrasi Pancasila yang dianut oleh

    negara Indonesia adalah demokrasi yang berkedaulatan rakyat, yaitu demokrasi di

    mana kepentingan rakyat harus diutamakan oleh wakil-wakil rakyat, rakyat juga

    dididik untuk ikut bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa atau demonstrasi

    merupakan bagian dari implementasi prinsip dasar tersebut, oleh karena itu

    kebebasan mendapat di muka umum dijamin oleh:

    1. Undang-Undang Dasar 1954 (Amandemen IV)

    -

    Pasal 28, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran

    dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-

    undang.

    -

    Pasal 28 E Ayat 3, Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,

    berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

    2. Ketetapan MPR No. XVV/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 19.

    Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan

    mengeluarkan pendapat.

    3. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di

    Muka Umum Pasal 2.

    Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan

    pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab demokrasi dalam

    17

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    2/34

    kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Undang-undang ini

    mengatur tentang:

    a.Konsep Dasar dan Asas

    Konsep dasarnya adalah:

    -

    Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara.

    - Unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh

    seorang atau lebih, untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan

    dan sebagainya secara demonstratif dimuka umum berdasarkan UU

    Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat

    di Muka Umum.

    - Pawai adalah cara penyampaian pendapat dengan arak-arakan di jalan

    umum.

    -

    Mimbar bebas adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum

    secara bebas dan terbuka tanpa tema tertentu.

    Asasnya adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban, musyawarah

    mufakat, kepastian hukum dan keadilan, proposionalitas, serta asas

    manfaat.

    b.

    Hak dan Kewajiban:

    Hak dan kewajiban warga negara adalah:

    - Mengeluarkan pikiran secara bebas.

    - Memperoleh perlindungan hukum.

    - Menghormati hak-hak kebebasan orang lain.

    - Menghormati aturan-atauran moral umum yang dihormati.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    3/34

    - Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    - Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum.

    - Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

    Hak dan kewajiban aparatur negara adalah:

    - Melindungi Hak Asasi Manusia.

    - Menghargai asas legalitas.

    - Menghargai prinsip praduga tak bersalah.

    - Menyelengarakan pengamanan.

    c. Bentuk-bentuk Penyampaian Pendapat

    - Unjuk rasa atau demonstrasi.

    - Pawai.

    -

    Rapat umum.

    - Mimbar bebas.

    d. Tata Cara Pemberitahuan Kegiatan

    -

    Penyampain pendapat di muka umum dalam bentuk unjuk rasa atau

    demonstrasi, pawai, rapat umum dan mimbar bebas wajib

    diberitahukan secara tertulis kepada Polri. Pemberitahuan

    disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin atau penangung

    jawab kelompok. Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana di atas,

    tidak berlaku bagi kegiatan-kegiatan ilmiah di dalam kampus dan

    kegiatan keagamaan.

    - Pemberitahuan dilakukan selambat-lambatnya 3x24 ( tiga kali dua

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    4/34

    puluh empat) jam sebelum kegiatan dimulai dan telah diterima oleh

    Polri setempat.

    e. Surat Pemberitahuan

    Surat pemberitahuan ini mencakup:

    -

    Maksud dan tujuan.

    - Tempat, lokasi, dan rute.

    - Waktu dan lama.

    - Bentuk.

    - Penangung jawab.

    - Nama dan alamat organisasi, kelompok, atau perorangan.

    - Alat peraga yang digunakan.

    - Jumlah peserta.

    f.

    Tanggung Jawab Polri

    Setelah menerima surat pemberitahuan akan adanya aksi unjuk rasa, Polri

    wajib:

    -

    Bertangung jawab dan memberikan perlindungan keamanan terhadap

    pelaku atau peserta unjuk rasa.

    -

    Bertangungjawab menyelengarakan pengamanan untuk menjamin

    keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan prosedur yang berlaku.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    5/34

    B. Bentuk Kejahatan Unjuk Rasa Yang Anarkhis

    Membicarakan bentuk kejahatan penghasutan terhadap aksi unjuk rasa

    yang berakibat anarkhis maka pokok permasalahan yang terlebih dahulu harus

    diketahui adalah keberadaan delik penghasutan itu sendiri.

    Pasal 160 KUHP berbunyi sebagai berikut:

    Barang siapa di muka umum dengan lisan atau dengan tulisan menghasut

    supaya melakukan pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau

    tidak menuruti, baik ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan yang

    diberikan berdasarkan ketentuan undang-undang diancam dengan pidana penjara

    paling lama enam tahun, denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,00 (empat ribu

    lima ratus rupiah).

    Meskipun tidak ada penjelasan resmi terhadap makna kata menghasut,

    namun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tindakan penghasutan adalah suatu

    perwujudan untuk membangkitkan hati orang supaya marah (untuk melawan atau

    memberontak19, atau menurut Blacks Law Dictionaryedisi ke-8 halaman 1.262

    dengan menggunakan padanan kata menghasut dengan provocation diartikan

    sebagai, something(such as word or action) that affects a persons reason and

    self-control, esp. causing the person to commit a crime impulsively.20

    Sejalan dengan itu, R. Soesilo dalam komentarnya terhadap Pasal 160

    KUHP, menjelaskan:

    19Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit, halaman 392.20 Zain Al Ahmad, Delik Penghasutan Dengan Lisan (Pasal 160 KUHP) - Otokritik

    Terhadap Pemahaman Berdasarkan Komentar R. Soesilo,

    http://catatansangpengadil.blogspot.com/2010/11/delik-penghasutan-dengan-lisan-Pasal.html,Diakses tanggal 13 Mei 2012.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    6/34

    Menghasut artinya mendorong, mengajak, membangkitkan atau membakar

    semangat orang supaya berbuat sesuatu. Dalam kata menghasut tersimpul sifat

    dengan sengaja. Menghasut itu lebih keras dari pada memikat atau membujuk,

    yang tersebut dalam Pasal 55 akan tetapi bukan memaksa. Orang memaksa orang

    lain untuk berbuat sesuatu itu itu bukan berarti menghasut. Cara menghasut orang

    itu rupa-rupa, misalnya dengan cara yang langsung, seperti: Seranglah polisi yang

    tidak adil itu, bunuhlah dan ambil senjatanya ditujukan terhadap seorang pegawai

    polisi yang sedang menjalankan pekerjaannya yang sah. Dapat pula secara tidak

    langsung, seperti: Lebih baik, andaikata polisi yang tidak adil itu dapat diserang,

    dibunuh, dan diambil senjatanya.Mungkin pula dalam bentuk pertanyaan, seperti:

    Saudara-saudara apakah polisi yang tidak adil itu kamu biarkan saja, apakah tidak

    kamu serang, bunuh dan ambil senjatanya.21

    Sampai di sini, berdasarkan penjelasan R. Soesilo tersebut dikaitkan dengan

    pengertian menghasut dalam kamus dan bunyi Pasal 160 KUHP di atas, diperoleh

    pemahaman bahwa: Yang dimaksud dengan menghasut dengan lisan dalam Pasal

    160 KUHP adalah peristiwa dimana penghasut mengeluarkan kata-kata atau

    kalimat-kalimat yang berisi saran, anjuran atau perintah di muka umum, agar si

    terhasut melakukan perbuatan yang dilarang oleh hukum.

    R. Soesilo melanjutkan komentarnya yaitu:

    Menghasut itu dapat dilakukan baik dengan lisan maupun dengan tulisan.

    Apabila dilakukan dengan lisan, maka kejahatan itu menjadi selesai, jika kata-kata

    yang bersifat menghasut itu telah diucapkan, sehingga suatu percobaan pada delik

    21R. Soesilo, Op.Cit, halaman 136.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    7/34

    ini tidak mungkin terjadi. Lain halnya, apabila hasutan itu dilakukan dengan

    tulisan. Karangan yang sifatnya menghasut harus ditulis dahulu, kemudian tulisan

    itu disiarkan atau dipertontonkan pada publik, dan haruslah delik itu dianggap

    selesai. Orang yang hanya baru menulis karangan itu, belum merupakan percobaan

    pada delik ini. Jika tulisan itu selesai dan ia bertindak untuk menyiarkan atau

    mempertontonkan tulisan tersebut, tetapi belum sampai berhasil lalu digagalkan,

    maka orang itu telah melakukan percobaan yang dapat dihukum. Dalam arti kata

    tulisan itu tidak termasuk suatu gambar, karena gambar yang bersifat menghasut

    sukar dipikirkan.22

    Selanjutnya R. Soesilo berkomentar:

    Orang hanya dapat dihukum, apabila hasutan itu dilakukan di tempat

    umum, tempat yang didatangi publik atau dimana publik dapat mendengar. Tidak

    perlu, bahwa penghasut itu harus berdiri di tepi jalan raya misalnya, akan tetapi

    yang disyaratkan ialah, bahwa di tempat itu ada orang banyak. Tidak

    mengurangkan syarat bahwa harus di tempat umum dan ada orang banyak, maka

    hasutan itu bisa terjadi meskipun hanya ditujukan pada satu orang. Orang yang

    menghasut di tengah alun-alun yang kosong dan tidak ada orang sama sekali yang

    mendengarkan itu, tidak dapat dihukum. Orang menghasut dalam rapat umum

    dapat dihukum demikian pula di gedung bioskop, meskipun masuknya dengan

    karcis, karena itu adalah tempat umum, sebaliknya menghasut dalam pembicaraan

    yang bersifat kita sama kita (onder onsjes vertrouwelijk) itu tidak dapat dihukum.

    Jika menghasut itu dilakukan dengan tulisan, misalnya surat selebaran, majalah,

    22Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    8/34

    panflet dan sebagainya, maka surat-surat itu harus tersiar luas atau ditempelkan

    (dipertontonkan) di tempat yang dapat dibaca oleh orang banyak. Jika hanya

    tersiar pada satu dua orang saja atau hanya ditempelkan di tempat yang tidak dapat

    dilihat oleh orang banyak itu tidak masuk dalam delik ini.23

    Adapun pemahaman yang didapatkan dari komentar R. Soesilo dimaksud

    yaitu sebagai berikut: bahwa menghasut dengan lisan merupakan kejahatan selesai

    jika kata-kata yang bersifat menghasut itu telah diucapkan, jadi tidak soal bila apa

    yang dihasutkan tersebut tidak betul-betul dilakukan oleh si terhasut (delik formil).

    Tidak mungkin terjadi suatu percobaan dalam kejahatan ini. Kata-kata

    yang bersifat menghasut itu harus diucapkan di tempat yang ada orang lain di situ

    dan ucapan tersebut bersifat terbuka walaupun di tempat itu hanya ada 1 (satu)

    orang saja. Jadi bukan bersifat pembicaraan kita sama kita yang bersifat tertutup.

    Maksud hasutan ditujukan supaya orang melakukan perbuatan yang dapat

    dihukum dan tidak disyaratkan si penghasut harus mengerti apa isi hasutannya,

    cukup jika dapat dibuktikan isi hasutan tersebut ditujukan agar orang melanggar

    hukum.

    Dari pemahaman di atas, maka dapat dikatakan terdapat 2 (dua) syarat

    terjadinya perbuatan menghasut secara lisan dalam Pasal 160 KUHP adalah:

    1. Kata-kata berisi hasutan diucapkan di tempat umum dan ditujukan kepada

    orang lain yang ada di situ.

    2. Kata-kata yang diucapkan tersebut berisi ajakan untuk melakukan perbuatan

    yang dapat dipidana.

    23Ibid, halaman 136-137.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    9/34

    Kemudian dengan metode otokritik dipertanyakan keadaan tentang syarat

    terjadinya perbuatan menghasut dengan lisan dengan mengemukakan pertanyaan

    sebagai berikut: Bagaimana jika orang lain sebagai mana dimaksud dalam

    simpulan angka 1 (satu) di atas, ada di situ karena niat yang sama dengan isi

    hasutan. Misalnya: A dan B berada di tempat yang sama. A berada di tempat itu

    karena ingin membunuh Polisi C dengan perencanaan dan persiapan yang matang

    (perbuatan persiapan telah terjadi). Lalu B meneriakan kata-kata Ayo, bunuh polisi

    itu, ditujukan kepada Polisi C yang ada di situ. Apakah B dapat dianggap

    melakukan penghasutan?

    Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu akan dikemukakan

    hal-hal sebagai berikut:

    1. Tentang kualifikasi delik

    Dalam ilmu hukum pidana, kualifikasi delik dapat dibagi menjadi dua

    bagian besar, yaitu delik formil dan delik materiil. Delik formil ialah delik yang

    dalam perumusannya hanya menitikberatkan pada suatu perbuatan yang

    dilarang/diancam pidana oleh undang-undang, tanpa perlu melihat ada tidaknya

    akibatnya dari perbuatan itu. Sementara delik materiil dalam perumusannya, lebih

    menekankan pada terjadinya akibat dari suatu perbuatan pidana.

    Sebagaimana disebutkan di atas, R. Soesilo menggolongkan delik

    penghasutan sebagai delik formil, hal ini dapat dilihat dari penjelasannya yang

    pada pokoknya menganggap seseorang cukup telah dapat dianggap melakukan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    10/34

    penghasutan walaupun isi dari kata-kata hasutan yang diucapkannya tidak betul-

    betul dilakukan oleh orang yang terhasut.24

    Mahkamah Konstitusi dalam Putusan No. Nomor: 7/PUU-VII/2009,

    menegaskan bahwa: "... dalam penerapannya, Pasal a quo(baca: Pasal 160 KUHP)

    harus ditafsirkan sebagai delik materiil dan bukan sebagai delik formil. Hal ini

    berarti, penjelasan R. Soesilo sepanjang mengenai kualifikasi delik dalam Pasal

    160 KUHP tidak dapat diterapkan lagi, sehingga persyaratan terjadinya perbuatan

    penghasutan dalam Pasal 160 KUHP bertambah satu syarat sejalan dengan sifat

    delik materiil yaitu: Akibat dari perbuatan penghasutan itu harus benar-benar

    terjadi, yakni: si terhasut melakukan isi hasutan. 25

    2. Tentang Asas Culpabilitas

    Asas culpabilitasyaitu asas tiada pidana tanpa kesalahan (afwijzigheid van

    alle schuld) sebagaimana terkandung dalam Pasal 6 ayat (2) UU No. 48 Tahun

    2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu:

    Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat

    pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa

    seseorang yang dianggap dapat bertanggungjawab, telah bersalah atas perbuatan

    yang didakwakan atas dirinya.

    Adapun tentang ajaran kesalahan (schuld) yang dikenal dalam ilmu

    hukum pidana yaitu kesalahan (schuld) terdiri atas kesengajaan (dolus/opzet) atau

    24R. Soesilo, Op.Cit, halaman 136.25

    R. Sugandhi, 1980, KUHP dan Penjelasannya, Jakarta: Usaha Nasional, halaman 122..

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    11/34

    kealpaan (culpa). Yang dimaksud dengan kesengajaan (dolus/opzet) ialah

    perbuatan yang dikehendaki dan si pelaku menginsafi akan akibat dari perbuatan

    itu. Sedangkan yang dimaksud dengan kealpaan (culpa) adalah sikap tidak hati-hati

    dalam melakukan suatu perbuatan sehingga menimbulkan akibat yang dilarang

    oleh undang-undang di samping dapat menduga akibat dari perbuatan itu adalah

    hal yang terlarang. 26

    Kesengajaan (dolus/opzet) mempunyai 3 (tiga) bentuk yaitu:

    a. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk).

    b. Kesengajaan dengan keinsyafan pasti (opzet als zekerheidsbewustzijn)

    dan

    c.

    Kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan (dolus eventualis),

    sedangkan kealpaan (culpa) dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu

    kealpaan dengan kesadaran (bewuste schuld) dan kealpaan tanpa

    kesadaran (onbewuste schuld).27

    Pokok komentar R. Soesilo sebagaimana disebutkan di atas, yang pada

    pokoknya menegaskan: tidak disyaratkan si penghasut harus mengerti apa isi

    hasutannya, cukup jika dapat dibuktikan isi hasutan tersebut ditujukan agar orang

    melanggar hukum, jelas menabrak asas culpabilitas ini sehingga perlu diluruskan.

    Penambahan satu syarat lagi untuk menyatakan seseorang bersalah

    melakukan delik penghasutan yaitu: Orang yang menghasut tersebut harus

    melakukannya dengan sengaja.

    26Ibid.27PAF Lamintang, 1997,Dasar-DAsar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya

    Bakti, halaman 158.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    12/34

    Selanjutnya akan dijawab pertanyaan tersebut di atas berdasarkan

    pemahaman yang telah disebutkan di muka dan dikaitkan dengan logika sebab-

    akibat dalam ilmu hukum pidana serta pengertian "menghasut" dalam kamus,

    yaitu: Tidak logis jika B dikatakan menghasut, karena keberadaan si A di situ,

    dimana si A sebagai satu-satunya orang yang mendengar ucapan itu memang

    berniat ingin membunuh Polisi C. Ada atau tidaknya ucapan si B, si A telah

    melakukan perbuatan persiapan untuk membunuh atau hampir pasti dia akan

    membunuh Polisi C. Jadi, dalam contoh kasus ini, si B tidak dapat dipersalahkan

    melakukan perbuatan menghasut.

    Berdasarkan alasan di atas, dianggap perlu penambahan satu syarat lagi

    yaitu syarat: Keberadaan orang lain yang ada di situ tidak mempunyai niat yang

    sama dengan isi hasutan.

    Dari uraian pembahasan tersebut maka dapat dikatakan bentuk kejahatan

    penghasutan terhadap aksi unjuk rasa yang berakibat anarkhis adalah meliputi:

    1. Menghasut yang diucapkan di tempat umum dan ditujukan kepada orang lain

    yang ada di situ.

    2. Keberadaan orang lain yang ada di situ tidak mempunyai niat yang sama

    dengan isi hasutan.

    3. Kata-kata yang diucapkan tersebut berisi ajakan untuk melakukan perbuatan

    yang dapat dipidana.

    4.

    Isi hasutan harus benar-benar dilakukan oleh orang yang terhasut.

    5.

    Adanya unsur kesengajaan pada diri pelaku penghasutan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    13/34

    Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh R. Soesilo yaitu:

    Maksud suatu hasutan itu harus ditujukan supaya:

    1. Dilakukan sesuatu peristiwa pidana (pelanggaran atau kejahatan), semua

    perbuatan yang diancam dengan hukuman.

    2. Melawan pada kekuasaan umum dengan kekerasa, yang diartikan dengan

    kekuasaan umum yaitu semua orang yang ditugaskan menjalankan

    kekuasaan pemerintah, dimana termasuk semua bagian dari organisasi

    pemerintah pusat atau daerah.

    3. Jangan mau menurut peraturan undang-undang, yang diartikan dengan

    peraturan undang-undang yaitu semua peraturan yang dibuat oleh

    kekuasaan legislatif, baik dari pemerintah pusat maupun daerah.4. Jangan mau menurut perintah yang sah yang diberikan menurut undang-

    undang, perintah itu harus syah dan diberikan menurut undang-undang,

    jadi kalau diberikan oleh pembesar yang tidak berhak untuk memberikan

    perintah itu, maka tidak termasuk dalam Pasal ini.28

    Pendapat di atas didukung pula oleh S.R. Sianturi yang mengatakan:

    Ada empat macam tindakan/perbuatan yang dihasutkan:

    1. Menghasut supaya melakukan suatu tindak pidana.

    2. Menghasut supaya melakukan suatu perbuatan kekerasan kepada

    penguasa umum.

    3. Menghasut supaya tidak mematuhi suatu peraturan perundang-undangan.

    4. Menghasut supaya tidak mematuhi suatu perintah jabatan yang diberikan

    berdasarkan peraturan perundangan.29

    Pembahasan berikut ini akan diuraikan tentang kasus yang diajukan dalam

    penelitian ini yaitu Putusan Mahkamah Agung No. 470.K/Pid/1995, yaitu:

    Kasus posisi:

    1. Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (S.B.S.I) Cabang Medan terdiri dari : Amosi

    28R. Soesilo, Op.Cit, halaman 137.29S.R. Sianturi, 1983, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, Jakarta: Alumni AHM

    PTHM, Halaman 307..

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    14/34

    Telaumbanua sebagai Ketua Umum, dengan Saniman Lafoa sebagai sekretariat

    serta Bendahara Hayati, di bawah nauangan SBSI pusat dipimpin oleh ketua

    umum : Muchtar Pakpahan.

    2. Amosi sebagai Ketua SBSI Cabang Medan adalah penggerak organisasinya. Ia

    banyak mengetahui masalah-masalah yang sedang dihadapi buruh saat ini.

    Amosi juga mengerti akan hak-hak para buruh yang mestinya diterima dari

    para pengusaha, namun masih belum terpenuhi.

    3. Diantara cabang-cabang SBSI di daerah, maka SBSI Medan termasuk yang

    paling aktif mengadakan kegiatan SBSI. Salah satu kegiatan SBSI adalah

    melakukan pengukuhan kepada buruh tentang hak-hak yang seharusnya

    diperoleh. Dalam kegiatan tersebut. Amosi memberikan pengarahan dengan

    materi mengenai perburuhan, termasuk tentang Undang-Undang

    Ketenagakerjaan dan pelaksanaannya.

    4. Penyuluhan-penyuluhan yang diberikan SBSI nyatanya menarik perhatian dan

    keikut sertaan buruh di Medan. Kegiatan SBSI Medan selalu dihadiri oleh

    banyak buruh. Bukan hanya anggota sBSI saja, para simpatisan juga hadir

    dalam kegiatan-kegiatan SBSI yang dilakukan secara berkala. Pada separuh

    pertama tahun 1994, SBSI memberikan pengarahan pada buruh, berturut-turut

    pada bulan Pebruari, Maret, tanggal 3, 4, 10, 12, 13 April. Kegiatan SBSI

    dilakukan di rumah para buruh atau kantor Sekretariat SBSI Cabang Medan

    Jalan Mangaan III Benteng Medan. Para buruh Medan memang mempunyai

    beberapa masalah yang belum diselesaikan secara tuntas, baik oleh pihak

    perusahaan maupun oleh Pemerintah daerah setempat. Bagi mereka masalah-

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    15/34

    masalah yang harus segera diselesaikan itu antara lain :

    a.

    Kenaikan upah buruh dari Rp. 3.000, - perhari menjadi Rp. 7.000,-

    b. Kebebasan berorganisasi

    c. Kematian Rusli rekan kerja mereka

    d.

    Pencabutan surat Menaker No. 1 tahun 1994.

    5. Pengarahan yang diberikan amosi agaknya menyulut emosi, para buruh

    merencanakan unjuk rasa untuk merealisasikan pembicaraan yang telah

    dilakukan. Sebagai langkah awal, amosi dan rekan pengurus SBSI Cabang

    Medan lainnya menyebarkan lembaran pamplet seruan mogok kepada buruh di

    Kawasan Industri Medan, selebaran selebaran itu diperoleh dari DPP SBSI di

    Jakarta.

    6. Pada hari yang telah ditentukan tanggal 14 April 1994, sekitar 20.000 orang

    buruh berkumpul di depan Kantor Gubernur Sumut. Mereka ingin

    menyampaikan dan membicarakan persoalan-persoalan yang belum

    diselesaikan. Tetapi aparat Pemda tidak menanggapinya. Melihat kenyataan itu,

    Amosi menyuruh para buruh untuk membubarkan diri Pulanglah kalaian

    dengan tenang seru Amosi. Pengunjuk rasa memang menuruti seruan itu.

    Namun diperjalanan pulang, para buruh tidak dapat mengendalikan

    kekecewaannya. Emosi mereka kembali memuncak, dan tindakan mereka

    benar-benar sulit untuk dikontrol. Kantor pabrik yang terletak di jalan yang

    dilalui, sepanjang perjalanan pulang menjadi sasaran kemarahan mereka.

    Mereka melempari bangunan-bangunan itu dengan batu tanpa ada perintah dari

    Pimpinan mereka. Namun demikian aparat keamanan telah mengetahui siapa

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    16/34

    pimpinan SBSI yang memprakarsai mogok dan unjuk rasa para buruh tersebut.

    Polisi setempat menangkap para pengurus SBSI Cabang Medan, termasuk

    Amosi Talaumbanua. Mereka diperiksa dan diajukan ke pengadilan Negeri

    Medan dalam berkas perkara secara terpisah.

    7.

    Jaksa Penuntut Umum mengajukan Amosi sebagai terdakwa di Pengadilan

    Negeri Medan dan didakwa melakukan perbuatan pidana sebagai berikut:

    I. Kesatu:

    Primair : ex Pasal 160 jo. Pasal 55 ayat (1) ke- 1e , KUH Pidana.

    Secara lisan atau dengan tulisan di depan umum menghasut untuk melakukan

    sesuatu perbuatan yang dapat dihukum; melawab para kekuasaan umum

    dengan kekerasan, dan seterusnya,

    dst, seterusnya,

    ..dst, .

    (Seruan mogok dan unjuk rasa, dst ..).

    Subsidair: Ex Pasal 161 ayat (1) jo Pasal 55 ayat (1) ke 1e KUH Pidana.

    menyebarluaskan, mempertunjukkan secara terbuka, menempelkan sesuatu

    tulisan yang berisi hasutan untuk melakukan suatu perbuatan yang dapat

    dihukum, .dst, dst .

    II. Kedua :

    Ex Pasal 170 ayat (1). Jo Pasal 55 (1) ke-2e KUH Pidana Secara terbuka dan

    secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap manusia atau barang

    ..dst, dst .

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    17/34

    Jaksa Penuntut Umum dalam reguitoirnya yang diajukan di persidangan

    Pengadilan Negeri Medan menuntut agar supaya hakim menyatakan :

    a. Terdakwa AMOSI TALAUMBANUA, bersalah melakukan delik: secara

    bersama-sama menghasut orang lain dengan lisan atau tulisan agar

    melakukan perbuatan yang dapat dihukum ex Pasal 160. 55 (1) ke.1e

    KUH Pidana dalam dakwaan kesatu primair.

    b.

    Menuntut hukuman penjara satu tahun dan enam bulan dan dikurangi

    selama berada dalam tahanan sementara.

    c.

    Dan seterusnya, .. dt, dst,

    PENGADILAN NEGERI:

    1. Hakim pertama yang mengadili perkara ini memberikan pertimbangan sebagai

    berikut :

    2.

    Mejelis akan mempertimbangkan Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUH Pidana. Menurut

    Pasal tersebut, sebagai pembuat (dadaer) sesuatu perbuatan pidana antara lain

    adalah mereka yang melakukan yang menyuruh lakukan dan yang turut serta

    melakukan perbuatan.

    3.

    Menurut putusan Mahkamah Agung No. 111.7K.Pid/1990, tanggal 30/II/1990

    untuk dapat dikualifikasikan sebagai turut serta melakukan perbuatan pidana

    dalam arti bersama-sama melakukan, sedikitnya harus ada 2 orang, yaitu orang

    yang melakukan perbuatan pidana itu. Dalam hal ini kedua orang itu semuanya

    melakukan perbuatan pelaksanaan yaitu melakukan nasir dari perbuatan

    pidana.

    4.

    Selain itu. Putusan HR No. 1047 tanggal 29/6/1936 yang dalam prakteknya

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    18/34

    tetap digunakan menyatakan : bahwa suatu perbuatan yang dilakukan bersama-

    sama adalah turut serta melakukan dapat terjadi jika dua atau lebih melakukan

    secara bersama-sama suatu perbuatan yang dapat dilakukan. Sedang dengan

    perbuatan masing-masing saja, maksud itu tidak akan sampai.

    5.

    Dipersidangan telah terbukti, baik terdakwa maupun saksi-saksi Saniman

    Lafao; Risman L; fatiwanolo ; Hayati (berkas perkara terpisah), sebagai

    pengurus SBSI, telah memberikan pengarahan tentang hak-hak dan kewajiban

    kaum buruh serta hak mogok buruh, jika masalah dengan pengusaha tidak ada

    penyelesaian. Terutama tentang kenaikan upah. Apalagi jika dihubungkan

    dengan seruan mogok /unjuk rasa dari Ketua Umum SBSI, Muchtar

    Pakpahan dan sekretaris Umum SBSI, disepakati untuk diperbanyak dan

    disebarluaskan kepada buruh pada setiap kegiatan pemogokan kaum buruh di

    unit-unit semua perusahaan masing-masing terdakwa secara bergiliran bersama

    saksi-saksi tersebut, telah mendampingi buruh yang mogok. Demikian pula

    pada peristiwa unjuk rasa tanggal 14 4 1994, menurut Terdakwa, kegiatan

    buruh selalu ada hubungannya dengan organisasi buruh SBSI.

    6.

    Dari uraian tersebut telah terbukti bahwa antara terdakwa dengan saksi-saksi

    saniman, Riswan, Fatiwanolo dan Hayati bekerjasama dalam melaksanakan

    perbuatan pelaksanaan sehingga terjadi unjuk rasa.

    7. Unjuk rasa tersebut menimbulkan kerusuhan dan pelemparan batu terhadap

    perusahaan-perusahaan dan rumah-rumah penduduk. Karenanya, Pasal 55 ayat

    (1) ke 1 KUH Pidana terpenuhi dalam perbuatan terdakwa.

    8. Selanjutnya, Mejelis membertimbangkan unsur pertama Pasal 160 jo. Pasal 55

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    19/34

    ayat (1) ke 1 KUH Pidana.

    9.

    Dipersidangan diperoleh fajta bahwa sebelum terjadinya unjuk rasa para buruh,

    dilakukan pertemuan setiap hari. Pertemuan itu dihadiri oleh 50 100 buruh,

    baik di rumah terdakwa maupun di kantor cabang SBSI Medan. Terdakwa

    memberikan penjelasan, pengarahan, tentang hak-hak buruh, diantaranya

    tentang upah dan hak mogok jika permasalahan dengan pengusaha tidak ada

    penyelesaian. Tempat pertemuan adalah di rumah Terdakwa di Jalan Mangaan

    III Lorong Benteng No. 106 Medan dan di Kantor SBSI di jalan Tapian Nauli

    III No. 116 Medan. Tempat itu didatangi buruh berserta simpatisan-simpatisan

    SBSI (umum) atau orang banyak dapat mendengar pengarahan terdakwa.

    Fakta-fakta tersebut memenuhi unsur pertama Pasal 160 KUH Pidana.

    10.Mengenai unsur kedua, pengarahan-pengarahan yang diberikan kepada para

    buruh serta para simpatisan SBSI oleh Terdakwa adalah secara lisan. Oleh

    karenanya unsur tersebut terpenuhi.

    11.Untuk unsur ketiga, diperoleh fakta-fakta bahwa terdakwa bersama-sama

    pengurus SBSI cabang Medan lainnya seperti tersebut pada pertimbangan

    unsur ke satu telah memperbanyak seruan mogok/unjuk rasa dari PP SBSI

    kepada para buruh serta simpatisan SBSI. Seruan mogok tersebut berisi

    tuntutan bahwa upah minimum untuk hidup layak adalah 173.500/bulan atau

    rp. 7.000/hari. Tuntutan tersebut diberlakukan mulai 1-4-1994. Sehubungan

    dengan seruan mogok tersebut, terdakwa beserta pengurus SBSI cabang Medan

    lainnya, hampir tiap hari memberikan pengarahan pada para buruh tentang hak-

    hak mereka. Diantaranya tentang upah dan hak buruh untuk mogok jika tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    20/34

    ada penyelesaian.

    12.

    Terdakwa beserta pengurus SBSI bergantian mendampingi buruh yang mogok

    di perusahaannya. Menurut terdakwa setiap kegiatan buruh selalu ada

    hubungannya dengan SBSI. Pengarahan-pengarahan pada buruh diberikan

    sejak awal, setiap hari, hingga tanggal 1241994. Karena pengarahan-

    pengarahan tersebut buruh melakukan unjuk rasa yang diikuti kurang lebih

    20.000 orang tanpa izin. Terdakwa selaku ketua sBSI cabang Medan tidak

    mencegah/membiarkan unjuk rasa tanggal 1441994.

    13.Fakta-fakta tersebut menurut Pengadilan termasuk dalam kwalifikasi perbuatan

    menghasut, supaya tidak menuruti ketentuan undang-undang maupun perintah

    jabatan yang diberikan berdasarkan undang-undang.

    14.Sekalipun Pasal 160 KUH Pidana tidak mencantumkan kata sengaja, namun

    menurut azas hukum pidana, setiap perbuatan pidana harus dilakukan dengan

    kesengajaan, kecuali, terhadap perbuatan yang dilakukan karena lalai.

    15.Hakekatnya unsur kesengajaan dalam Pasal tersebut telah terkandung dalam

    awalan me pada kata menghasut, Oleh karenanya, unsur sengaja harus

    dibuktikan dalam perbuatan terdakwa.

    16.

    Oleh karena undang-undang tidak memberikan pengertian tentang kesengajaan,

    maka doktrin dan jurisprudensi tentang kesengajaan, maka doktrin dan

    jurisprudensi memberikan arti sebagai dikehendaki dan diketahui sehingga

    dalam paraktek dikenal adanya teori kehendak dan teori pengetahuan.

    17.Pengadilan cenderung akan menerapkan teori kehendak (Will Theory) dalam

    perkara ini, Di persidangan, ternyata bahwa keberadaan SBSI di Medan tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    21/34

    diakui oleh Pemerintah, sehingga SBSI dilarang melakukan kegiatan kepala

    kantor Sosial Politik Pemda Tingkat II Medan, telah memberikan

    penjelasan/peringatan kepada terdakwa, agar SBSI tidak melakukan kegiatan.

    Namun terdakwa malah memberikan pengarahan-pengarahan pada kaum buruh

    dan mendukung untuk mengadakan unjuk rasa. Selaku Ketua SBSI Cabang

    Medan, terdakwa membiarkan, tidak mencegah rencana diadakannya unjuk

    rasa kaum buruh. Terdakwa telah mendampingi kaum buruh ketika melakukan

    unjuk rasa.

    Dari fakta-fakta tersebut Pengadilan berkeyakinan bahwa Perbuatan menghasut,

    telah dilakukan terdakwa dengan sengaja. Perbuatan terdakwa telah memenuhi

    unsur ketiga Pasal 160 jo Pasal 55 (1) KUH Pidana. Oleh karenanya, terdakwa

    terbukti dengan sah dan meyakinkan bersalah melakukan dakwaan kesatu Primair :

    Pasal 160 jo. Pasal 55 (1) ke 1 KUH Pidana. Dengan terbuktinya dakwaan ke 1

    Primair, maka dakwaan selebihnya tidak perlu dibuktikan lagi selain alasan-alasan

    yuridis, Pengadilan juga mempertim-bangkan faktor keadaan.

    Yang Memberatkan:

    -

    Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat

    - Terdakwa tidak menyesali perbuatannya

    - Terdakwa melakukan kegiatan-kegiatan organisasinya sekalipun telah dilarang

    oleh Pemerintah yang bersangkutan

    Yang Meringankan:

    -

    Terdakwa belum pernah dihukum

    -

    Terdakwa sopan di dalam persidangan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    22/34

    - Atas dasar pertimbangan tersebut Pengadilan Negeri Medan memutuskan :

    -

    Menyatakan terdakwa: Amosi Talaumbanua sebagaimana tersebut di atas

    menurut bukti-bukti yang sah dan meyakinkan terang bersalah telah melakukan

    perbuatan pidana : Menghasut yang dilakukan secara bersama-sama .

    -

    Menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa selama 1 satu tahun 3 (tiga)

    bulan

    - Menetapkan pidana itu dikurangkan seluruhnya dengan masa terdakwa berada

    dalam tahanan

    - Dan seterusnya, dan seterusnya, dst

    PENGADILAN TINGGI

    - Terdakwa Amosi Telaumbauna menyatakan banding putusan Pengadilan

    Negeri Medan. Dalam memori banding yang diajukannya, terdakwa mohon

    agar dapat dibebaskan dari segala dakwaan maupun tuntutan hukum. Unjuk

    rasa yang terjadi bukan kehendak Terdakwa, tetapi kehendak buruh yang hak-

    haknya dilanggar oleh Pengusaha.

    - Hakim Tinggi yang mengadili perkara ini, menganggap pertimbangan Hakim

    Pertama telah tepat dan benar sehingga disetujui dan dijadikan pertimbangan

    Pengadilan Tinggi. Namun Pengadilan Tinggi menganggap pidana yang

    dijatuhkan terlalu ringan, tidak sesuai dengan rasa keadilan. Selain mengingat

    hal-hal yang meringankan dan memberatkan sebagaimana dikemukakan oleh

    Hakim Pertama. Pengadilan Tinggi memperhatikan fakta bahwa unjuk rasa

    yang dipimpin Terdakwa menimbulkan keresahan dalam masyarakat yang

    menjurus dalam perbuatan rasialis.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    23/34

    Perbuatan terdakwa menimbulkan kerugian harta benda dan jatuhnya korban.

    -

    Pengadilan Tinggi akan menjatuhkan pidana penjara untuk memenuhi tujuan

    pemindanaan yang bersifat korektif preventif dan edukatif. Selebihnya,

    Pengadilan Tinggi menguatkan putusan hakim Pertama.

    - Pengadilan tinggi memperbaiki amar putusan pengadilan Negeri Medan

    mengenai pidana yang dijatuhkan terhadap Terdakwa dengan amar putusan

    yang pada pokoknya sebagai berikut :

    MENGADILI

    - Memperbaiki putusan pengadilan Negeri Medan yang dimohon banding,

    sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan, sehingga amarnya sebagai berikut :

    - Menghukum terdakwa oleh karena itu dengan hukuman penjara 3 (tiga) tahun.

    - Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa di kurangkan masa

    seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

    - Memerintahkan Terdakwa tetap ditahan dalam rumah tahanan negara.

    Menguatkan putusan Pengadilan Negeri tersebut yang selebihnya.

    Menghukum Terdakwa lagi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat

    banding sebesar Rp. 1.000 (seribu rupiah),-

    MAHKAMAH AGUNG RI:

    - Terdakwa, Amosi menolak putusan Pengadilan Tinggi dan mengajukan

    permohonan kasasi dengan alasan kasasi sebagai berikut:

    1. Dalam putusannya, Pengadilan Tinggi tidak memuat hal-hal yang

    memberatkan dan meringankan terdakwa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    24/34

    2. Pengadilan tinggi memperberat hukuman, tanpa pertimbangan yang cukup.

    3.

    Pengadilan Tinggi menyatakan terdakwa terbukti melanggar Pasal 160 jo.

    55 (1) KUH Pidana, tidak ada saksi atau bukti bahwa Terdakwa menghasut

    buruh untuk melakukan perbuatan pidana atau melawan kekuasaan hukum

    dengan kekerasan, atau menghasut buruh untuk melanggar undang-undang.

    Para saksi menerangkan bahwa terdakwa hanya menjelaskan hak dan

    kewajiban buruh dalam pertemuan tersebut. Pada waktu terjadi unjuk rasa

    terdakwa menyuruh pengunjuk rasa pulang, setelah delegasi diterima

    gubernur.

    4. Petimbangan pengadilan Tinggi yang menjatuhkan terdakwa menimbulkan

    keresahan dalam masyarakat tidak berdasarkan fakta hukum. Yang dituntut

    buruh hanya kenaikan upah, kebebasan berorganisasi, masalah-masalah

    kematian buruh Rusli, dan penyelesaian PHK buruh persoalan tersebut

    adalah hak buruh yang seharusnya diterima.

    5. Judex facti tidak secara jelas menguraikan perbuatan Terdakwa yang

    melawan hukum, perintah yang sah yang mana yang terdakwa tidak turuti

    atau terdakwa menganjurkan kaum buruh untuk tidak mentaatinya.

    6.

    Judex facti salah menafsirkan pengertian mogok dan unjuk rasa

    dalam hubungannya dengan menghasut , mogok adalah tindakan pasip,

    sehingga seruan mogok tidak dapat dikualifikasikan sebagai menghasut

    unjuk rasa.

    7. Mahkamah Agung stelah memeriksa perkara ini dalam putusan kasasi

    memberikan pertimbangan hukum yang pokoknya sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    25/34

    a. Keberatan tersebut, tidak dapat dibenarkan, Pengadilan Tinggi tidak

    salah menerapkan hukum.

    b. Keberatan tersebut juga tidak dapat dibenarkan, keberatan tersebut

    mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang

    suatu kenyataan, keberatan demikian tidak dapat dipertimbangkan dalam

    pemeriksaan ditingkat kasasi. Di tingkat kasasi pemeriksaan hanya

    berkenaan dengan tidak diterapkan suatu peraturan hukum atau

    peraturan hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya, atau apakah

    cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang

    dan apakah pengadilan telah melampaui batas wewenangnya,

    sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 253 KUHAP.

    d. Dan 5. Keberatan ini dapat dibenarkan, namun hanya sebagai alasan

    perbaikan pertimbangan, bahwa dengan menghasut dalam Pasal 160

    KUH Pidana dimaksud: berupaya agar orang melakukan sesuatu yang

    tidak diperbolehkan.

    Pasal 1 dan 2 Undang-Undang No. 22 tahun 1957 membolehkan buruh

    untuk secara kolektif menghentikan/memperlambat jalannya pekerjaan. Namun

    untuk itu ditentukan tata cara pengawasan pelaksanaannya, termasuk kewajiban

    Pengusaha atau pejabat tata usha negara setempat yang tugasnya antara lain

    memelihara dan bertanggungjawab atas rust en orde ketertiban umum dalam

    daerah wewenangnya. Tata cara tersebut antara lain pemberitahuan kepada pihak

    pengusaha dan Ketua P4D setempat (Pasal 6 ayat (1) yang dewasa ini dilakukan

    berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    26/34

    Nomor 9 Tahun I998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka

    Umum, yang berbunyi:

    - Tidak dilakukannya hal itu, istilah kini mogok liar diancam dengan pidana

    Pasal 26

    - Untuk melakukan arak-arakan dijalanan umum, dalam perkara ini sebagai

    unjuk rasa harus juga dengan izin dari Pengusaha setempat (polisi atau

    pejabat Tata Usaha Negara yang ditunjuk).

    - Tidak dilakukannya hal itu diancam dengan pidana Pasal 510 KUH Pidana.

    Tindak pidana yang dimaksud adalah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 26

    Undang-Undang No. 22 Tahun 1957 dan Pasal 510 KUH Pidana.

    - Ad 2 dan ad 4. Keberatan ini dapat dibenarkan karena Pengadilan Tinggi telah

    menjatuhkan pidana yang jauh lebih berat dari pidana yang dijatuhkan

    Pengadilan Negeri. Bahkan dua kali lebih berat dari pidana yang dituntut

    jaksa/Penuntut Umum tanpa pertimbangan yang cukup.

    - Keresahan telah dipertimbangkan oleh Pengadilan Negeri sebagai hal yang

    memberatkan. Untuk pidana tersebut seharusnya diperhatikan pidana yang

    diancam terhadap tindak pidana yang dihasut untuk dilakukan tersebut.

    Ternyata tidak dipertimbangkan tindak pidan tersebut, diancam dengan pidana

    penjara 3 (tiga) bulan atau denda Rp. 10.000,- maupun denda Rp. 15.000,-

    - Namun demikian, Terdakwa yang menganggap dirinya sebagai pemimpin,

    dapat diharapkan bahkan dipercaya mengantisipasi akibat dari unjuk rasa

    tersebut, berdasarkan situasi dan kondisi setempat yang tidak dapat disamakan

    dengan situasi dan kondisi di Jawa. peristiwa-peristiwa sebagai buntut dari

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    27/34

    unjuk rasa itu seharusnya telah dapat diperhitungkan kemungkinannya

    walaupun tidak terbukti sengaja dimaksudkan, harus dianggap termasuk hal-hal

    yang memberatkan, sebagaimana pertimbangan Pengadilan Negeri.

    - Kualifikasi tindak pidna yang terbukti, perlu diperbaiki karena secara

    bersama-sama adalah bukan unsur Pasal 160 KUH Pidana.

    - Dengan pertimbangan tersebut, Mahkamah Agung berpendirian bahwa putusan

    Pengadilan Tinggi Medan, tidak dapat dipertahankan lagi, karenanya harus

    dibatalkan sepanjang mengenai pidana yang dijatuhkan.

    - Mahkamah Agung menyetujui pertimbangan Pengadilan Negeri tentang

    perbuatan Terdakwa yang terbukti, serta barang bukti, menjadikannya sebagai

    pertimbangan Mahkamah Agung sendiri.

    - Berdasarkan alasan-alasan yuridis tersebut, mahkamah Agung memberikan

    putusan yang amarnya sebagai berikut :

    Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun I998

    Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum, yang berbunyi:

    (1)Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 9 wajib diberitahukan secara tertulis kepada Polri.

    (2)Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    disampaikan oleh yang bersangkutan pemimpin, alau penanggungjawab

    kelompok.(3)Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selambat-

    lambatnya 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat ) jam sebelum kegiatan

    dimulai telah diterima oleh Polri setempat.

    (4)Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak

    berlaku bagi kegiatan ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan.

    MENGADILI:

    Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 18 Pebruari 1995 No.

    204/Pid/1994 PT Medan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    28/34

    Mengadili Sendiri :

    -

    Menyatakan Amosi Telaumbauna, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

    melakukan tindak pidana: Dimuka Umum Dengan Tulisan Menghasut Supaya

    Melakukan Perbuatan Pidana.

    - Menghukum terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu)

    tahun, 3 (tiga) bulan.

    -

    Dan seterusnya dan seterusnya

    Dari uraian di atas maka jelas dapat dilihat bahwa Mahkamah Agung juga

    sependapat dengan uraian bahwa salah satu bentuk kejahatan penghasutan aksi

    unjuk rasa dalam Putusan Mahkamah Agung No. 470.K/Pid/195 adalah dimuka

    umum dengan tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan pidana. Sehingga

    dengan demikian dapat dikatakan bentuk kejahatan penghasutan aksi unjuk rasa

    yang berakibat anarkhis adalah adanya kegiatan terpidana berupa menghasut

    dengan tulisan supaya pihak-pihak tertentu yang terlibat dalam kasus unjuk rasa

    tersebut melakukan perbuatan pidana, seperti mengancam buruh lain yang tidak

    ingin berunjuk rasa, atau melakukan tindak pidana lainnya seperti merusak sarana

    prasarana umum.

    C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Unjuk Rasa Yang Berakibat

    Anarkhis

    Unjuk rasa atau demonstrasi selalu mengiringi perjalanan bangsa Indonesia

    mulai sebelum Indonesia merdeka, Orde lama, Orde baru hingga era Reformasi,

    bahkan beralihnya Orde lama ke era Reformasi adalah hasil perjuangan dari para

    demonstran, demo pada masa ini adalah demo terbesar sepanjang sejarah

    berdirinya Indonesia, bahkan hingga di warnai dengan insiden penembakan oleh

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    29/34

    aparat, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, namun akhirnya perjuangan

    itupun berhasil dan hasil perjuangan itu adalah era reformasi.

    Mulai era reformasi hingga sekarang unjuk rasa masih tetap bermunculan,

    unjuk rasa sesalu muncul ketika ada permasalahan yang muncul. Sebagai negara

    yang demokrasi pelaksanaan unjuk rasa tentunya di anggap sebuah hal yang wajar,

    karena dalam demokrasi Negara harus mengakui, melaksanakan serta melindungi

    adanya Hak Azasi Manusia (HAM). HAM sendiri terdiri atas beberapa macam,

    salah satunya adalah hak untuk mengemukakan pendapat yang diatur dalam

    Undang-undang Dasr 1945 Pasal 28 yang berbunyi bahwa kemerdekaan

    berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan

    ditetapkan dengan undang-undang

    Unjuk rasa merupakan salah satu perwujudan dari hak untuk mengeluarkan

    pendapat, unjuk rasa masih dianggap sah apabila masih berada pada alur yang

    benar, berjalan tertib, tidak menggunakan kekerasan atau anarkisme serta tidak

    melanggar peraturan yang ada. Akan tetapi tidak demikian dengan unjuk rasa yang

    terjadi dewasa ini, masyarakat seolah menganggap unjuk rasa sebagai wahana atau

    tempat untuk menghina, mencaci dan memaki para lawan politik, atau pihak yang

    tidak sependapat dan para pejabat pemerintahan lainnya.

    Menurut Amien Rais, aksi demo dengan membawa kerbau merupakan

    tindakan tidak bermoral (amoral). Orang demo bawa kerbau, dan menyatakan ini

    cocok dengan tokoh ini. Hal ini sudah tidak bermoral.30

    Lebih lanjut mengenai kemerdekaan mengemukakan pendapat diatur

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    30/34

    Dalam UU No. 9 tahun 1998, namun kebebasan bukan diartikan bebas sebebas-

    bebasnya, atau bebas tanpa batas, pengungkapan pendapat harus tetap

    menghormati hak-hak orang lain, menghormati dan mematuhi aturan yang berlaku,

    menjaga ketertiban serta menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa, tetapi

    demonstrasi yang terjadi sepertinya tidak memperdulikan semua itu.

    Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya tindakan anarkis

    dalam unjuk rasa:

    1.

    Sikap para demonstran yang menganggap pendapat mereka paling benar dan

    harus dituruti.

    Hal ini bisa kita lihat dalam pelaksanaan unjuk rasa/demonstrasi, para

    demonstran menganggap bahwa aspirasi atau pendapat yang mereka suarakan

    merupakan merupakan aspirasi yang benar, mereka juga menganggap bahwa

    aspirasi yang mereka suarakan merupakan aspirasi yang mewakili suara hati

    seluruh rakyat Indonesia, dengan dasar itulah mereka mengaggap bahwa apa yang

    mereka pikirkan, apa yang mereka ucapkan dan apa yang mereka lakukan

    merupakan hal yang benar dan mereka menginginkan agar apa yang mereka

    suarakan bisa terrealisasikan.

    Dengan dasar kebenaran ini maka dalam pelaksanaan unjuk rasa para

    demonstran bukan hanya sekedar mengemukakan pendapat namun lebih mengarah

    pada memaksakan pendapat, sehingga untuk meksakan kehendaknya ini mereka

    melakukan tindakan anarkis. Jadi tindakan anarkis yang dilakukan merupakan

    wujud dari pemaksaan kehendak, dengan harapan agar kehendak atau aspirasi

    yang mereka suarakan diperhatikan.

    30 Setetes Ilmu, Anarkisme Dalam Demonstrasi,http://setetesilmublog.blogspot.com/2010/05/anarkisme-dalam-demonstrasi.html, Diakses tanggal

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    31/34

    2.

    Suasana panas, sesak dan penat akan membuat para demonstran cenderung

    mudah terpancing emosi.

    Anarkisme dalam unjuk rasa juga bisa di sebabkan karena situasi ketika

    demo terjadi, umumnya dalam suatu demonstrasi memerlukan waktu yang tidak

    sebentar dan dilakukan di siang hari, suasana yang panas, sesak dan penat akan

    mudah membuat para demonstran untuk terpancing emosinya dan mudah marah.

    Ketika demonstrasi kondisi fisik dari para anggota juga pasti mengalami kelelahan,

    dengan kondisi ini jika dalam suasana yang panas atau hujan deras maka akan

    membuat para demonstran mudah marah, hal ini akan mengakibatkan tindakan

    anarkis, jika salah satu anggota demonstran melakukan tindakan anarkis maka

    anggota lain akan mudah tertular untuk melakukan tindakan yang serupa.

    3. Tidak ada perwakilan yang bersedia menanggapi dan berbicara dengan

    demonstran.

    Ketika ada niat untuk melakukan unjuk rasa, tentunya suatu kelompok atau

    pihak yang akan melakukan demonstrasi sudah mempunyai suatu pandangan,

    gagasan dan pemikiran yang mereka yakini kebenarannya, inilah yang nantinya

    akan mereka suarakan dengan harapan apa yang mereka suarakan bisa menjadi

    kenyataan, atau paling tidak mendapatkan tanggapan dari pihak yang mereka

    harapkan. Namun banyak kejadian ketika ada demonstrasi tidak ada satupun orang

    yang bersedia menemui para demonstran untuk berbicara dan member penjelasan,

    hal ini membuat para demonstran kecewa, marah sehingga melakukan berbagai

    tindakan anarkis sebagai luapan emosinya.

    4.

    Solidaritas yang tinggi antara para anggota demonstran.

    11 Mei 2012.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    32/34

    Dalam suatu demonstrasi umunya, para demonstran memiliki solidaritas

    yang sangat tinggi antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, jika salah

    satu anggota melakukan hal yang baik maka kemungkinan besar anggota yang lain

    akan melakukan hal yang sama, tetapi yang dalam demo selama ini bukanlah

    solidaritas yang baik, tetapi lebih mengarah pada solidaritas yang buruk, jika salah

    satu anggota berteriak SBY maling, maka yang lain juga akan melakukan hal yang

    sama.

    Salah satu hal yang menyebabkan tindakan anarkis dalam demonstrasi

    adalah kuatnya solidaritas antara demonstran satu dengan yang alainnya, tindakan

    anarkis awalnya hanya dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja, namun karena

    para demonstran mempunyai kesamaan visi, misi dan tujuan maka mereka

    mempunyai solidaritas yang tinggi. Jika salah seorang anggota melakukan

    tindakan anarkis maka anggota lain akan melakukan hal yang sama, jika salah

    seorang anggota di amankan oleh pihak kepolisian maka anggota yang lain akan

    berusaha menyelamatkan rekannya. Hal ini terkadang memicu kerusuhan antara

    demonstran dengan aparat kepolisian.

    5.

    Kerusuhan dalam demo memang sudah direncanakan

    Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan anarkis dalam unjuk rasa

    yaitu kerusuhan dalam unjuk rasa memang sudah direncanakan sebelumnya,

    kerusuhan ini biasanya dilakukan oleh lawan politik atau pihak-pihak lain yang

    tidak suka dengan pemeritahan yang sedang berjalan.

    Kasus seperti ini sering terjadi di Indonesia, yang paling hangat adalah

    kasus demonstrasi di Mojokerto, dalam demo di mojokerto beberapa waktu lalu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    33/34

    terjadi kerusuhan yang mengakibatkan kerugian hingga 1,4 M, demo ini

    disebabkan karena salah satu kandidat calon bupati tidak diloloskan menjadi calon

    bupati oleh KPU setempat. Akibatnya para pendukung bupati yang tidak lolos

    berdemo di depan KPU Mojokerto dan melakukan pengerusakan terhadap fasilitas

    Negara. Dalam demo ini hampir 100 orang di tahan, dari barang bukti yang

    berhasil di amankan oleh Polisi bisa di simpulkan bahwa kerusuhan memang sudah

    di rencanakan.31

    Kasus serupa juga terjadi pada tanggal 20 Mei 2008, pada saat itu terjadi

    demonstrasi anarkis dalam rangka kenaikan harga BBM yang berujung pada

    kerusuhan, dalam kerusuhan ini terjadi pembakaran Toyota Avansa di depan

    gedung DPR-RI, demo ini melibatkan sekitar 4000 orang. Dalam kasus ini Ferry

    Julianto di tuding sebagai dalang kerusuhan, Ferry telah merencanakan

    demonstrasi sebelumnya dan mengeluarkan biaya sebesar 14 juta rupiah. Dan

    akhirnya dia di jebloskan kedalam penjara.32

    Dalam demonsatrasi Century dan juga 100 hari pemerintahan SBY-

    Budiono, mungkin saja bila tindakan anarkis juga sudah direncanakan sebelumnya

    oleh pihak-pihak tertentu. Hal ini mungkin saja dilakukan oleh partai oposisi,

    karena partai oposisi selalu mengkritisi kebijakan pemerintahan SBY-Budiono.33

    Jika difikirkan dengan akal sehat kita, tidak mungkin pihak yang Pro dengan

    kebijakan pemerintah saat ini meneriaki SBY maling, Boediono maling dan Sri

    31Ibid.32

    Ibid.33Setetes Ilmu, Anarkisme Dalam Demonstrasi,

    http://setetesilmublog.blogspot.com/2010/05/anarkisme-dalam-demonstrasi.html, Diakses tanggal21 Mei 2012

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/24/2019 ANALISA PIDANA PENDEMO

    34/34

    Mulyani maling, bahkan hingga menyamakan SBY seperti kerbau. Tindakan

    seperti ini hanya mungkin dilakukan oleh lawan politik dari SBY yang berasal dari

    luar Partai Demokrat. Bisa partai oposisi yang selalu menguatkan kritikan dan juga

    kecaman terhadap pemerintah dan juga bisa juga dilakukan oleh partai mitra

    koalisi yang memang kecewa dengan sikap pemerintah. Yang jelas tindakan

    anarkis dalam demonstrasi 100 hari pemerintahan SBY-Boediono dan juga demo

    Centurydilakukan oleh pihak diluar partai Demokrat.

    6.

    Adanya provokasi

    Setiap unjuk rasa tentunya melibatkan banyak orang, hal ini membuat

    situasi sangat sulit untuk di kontrol dan di kendalikan, selain itu banyaknya

    demonstran juga sangat rawan dengan provokasi, baik provokasi dari dalam

    maupun dari luar, provokasi dari dalam biasanya dilakukan oleh salah satu anggota

    demonstran yang mempunyai kecenderungan prilaku menyimpang dalamkesehariannya, sehingga dimanapun orang tersebut berada maka akan ada potensi

    untuk rusuh akibat perilaku yang dilakukannya. Lalu provokasi juga mungkin

    dilakukan oleh pihak-pihak dari luar yang menginginkan suasana demo menjadi

    rusuh. Dalam suatu demonstrasi umumnya pihak atau

    Kelompok yang melakukan demo mempunyai visi dan misi yang sama,

    sehingga dengan kesamaan ini para demonstran cenderung memiliki solidaritas

    yang tinggi antar sesama anggota. Sehingga jika salah satu anggota melakukan

    tindakan anarkis maka anggota lain juga akan sangat mudah untuk mengikuti

    tindakan itu.