analisis keruangan kesesuaian lahan untuk permukiman di kabupaten bandung dan bandung barat

Upload: hery-setiawan-purnawali

Post on 26-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    1/12

    190Analisis Keruangan Kesesuaian ... (Masri)

    ANALISIS KERUANGAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMANDI KABUPATEN BANDUNG DAN BANDUNG BARAT

    Spatial Analysis of Land Suitability for Housing in Bandung and West BandungDistrict

    Rina Marina Masri

    Program Studi Teknik Sipil Fakultas Pendidikan Teknologi dan KejuruanUniversitas Pendidikan Indonesia Bandung

    E-mail: [email protected]

    ABSTRACT

    Theobjectives of research are: to evaluateland suitability for housingbased on soil characteristics; and

    to proposepolicy on thesustainablehousingdevelopment in Bandungand West Land BandungDis-

    trict. Themethod used in the spatial analysis is descriptivemethod based on several i.e. on data

    description of a case, circumstances, attitudes, relationships or a systemof thought that becametheobject of research. Theresult of research as follows: 41.76% at finezoneresidential lands, 44.81%

    at moderatezoneresidential good lands. Result of analysis givealternatives policies as set up the

    standardization thebuildingcoverageratio, limited theconservation area to residential lands and

    others, increasingtheconservation fundingfor decreasingnatural accident disaster as flood, landslides

    etc.

    Keywords:Spatial analysis, environmental degradation, residential, Bandung and West

    Bandung district

    ABSTRAK

    Tujuan dari penelitian ini: mengevaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman berdasarkan

    karakteristik lahan serta mengusulkan kebijakan terkait pembangunan permukiman berkelanjutan

    di Kabupaten Bandungdan BandungBarat. Metodeyangdigunakan dalamanalisis spaatial adalah

    metodedeskriptif berdasarkan beberapa data antara lain: deskripsi kasus, lingkungan, perilaku,

    hubungan atau sistemkepercayaan yangmenjadi objek dari penelitian ini. Hasil dari penelitian iniantara lain: 41,76% wilayah permukiman berada pada lahan dengan kategori bagus, 44,81%

    berada pada kelas sedang, dan 13,43% pada kelas buruk. Hasil analisis memberikan alternatif

    kebijakan sebagai bentuk standardisasi dari rasio tutupan bangunan, pembatasan area konservasi

    dari lahan permukiman dan laan lainnya, meningkatkan dana konservasi dan mengurangi bencana

    alamseperti banjir, longsorlahan, dan sebagainya.

    Kata kunci:analisis spatial, degradasi lingkungan, dan permukiman

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    2/12

    Forum Geografi, Vol. 26, No. 2, Desember 2012: 190 - 201191

    dan desain struktur bangunan yang benaryang mempertimbangkan kondisi tanahpendukungnya.

    Oleh karena seringnya terjadi keruntuhanbangunan pada tanah-tanah bertekstur liatmaka beban yang diperbolehkan palingtinggi adalah sepertiga dari kekuatan tanahtersebut (Jumikis, 1962). Pengerutan tanah

    yang banyak mengandung liat tipe 2:1 telahbanyak menyebabkan kerusakan padapondasi bangunan yang ringan (Jumikis,1962). Kerusakan dari bangunan ditunjuk-kan oleh lantai bagian tengah yangterangkat dan retakan pada tembok, yang

    disebabkan oleh pengembangan danpengerutan tanah yang banyak mengandungliat monmorilonit. Untuk menghindariadanya kerusakan bangunan yang disebab-kan oleh pengerutan tanah, hendaknyapondasi dibangun lebih dalam atau sampaipada kedalaman batuan sehingga tidakterjadi proses pengerutan tanah.

    Aktivitas pembangunan perumahan dilapangan yang cenderung tidak memper-hatikan kondisi normatif fisik lingkunganmenimbulkan gagasan peneliti untukmerancang model evaluasi dan pe-rencanaan penggunaan lahan bagiperumahan. Gagasan yang diajukan adalahaplikasi Sistem Informasi Geografis untukzonasi kesesuaian lahan bagi perumahan,

    yaitu suatu sistem yang mampumengaitkan database keruangan dengandatabase tekstualnya yang sesuai untuk

    keperluan analisis spasial / keruangan(Aronoff, 1989). Sistem InformasiGeografis ini memiliki karakteristik yaitulebih akurat datanya, lebih mudahanalisisnya dan lebih luwes perolehankeluarannya. Fauzi dkk (2009)mengemukakan, pemanfaatan SistemInformasi Geografis (SIG) menjanjikanpengelolaan sumber daya dan pembuatanmodel terutama model kuantitatf menjadi

    lebih mudah dan sederhana. SIG

    PENDAHULUAN

    Tekanan jumlah penduduk terhadap lahanmerupakan salah satu masalah bagi sumber

    daya alam dan lingkungan. KabupatenBandung dan Bandung Barat memilikijumlah penduduk sebanyak 5.527.153orang (Database SIAK Provinsi Jawa Barat,2011) dengan luas lahan permukimanhanya 28.719 ha (9,2 %) dengan kawasanbudidaya seluas 227.013 ha (72,88 %) sertakawasan lindung seluas 84.462 ha (27,12%). Salah satu masalah yang ditimbulkanadalah adanya deviasi penentuan lokasiperumahan. Lokasi perumahan selain

    memenuhi syarat kelayakan fisik, jugaharus mempertimbangkan kelayakanekonomis dan ekologis. Fenomenameningkatnya deviasi lokasi untukperumahan memberikan konsekuensiterhadap pemerintah untuk memperolehcara penyediaan dan pembangunanperumahan berkelanjutan (Masri, 2008).Lokasi perumahan seharusnya mempunyaikondisi geologi dan topografi yang dapat

    menjamin keamanan permukiman. Selainharus mempunyai tingkat kemantapan dankestabilan yang tinggi juga harus mem-punyai tingkat kelerengan yang rendah(maksimal adalah 15%), tidak berada dibawah permukaan air setempat (Jayadinata,1999).

    Herina (2006) mengemukakan bahwakegagalan pondasi bangunan yangdisebabkan berkurangnya daya dukung

    tanah akibat getaran gempa adalahperistiwa pencairan tanah. Masalah utamadari pelumpuran tanah yang harus diatasiadalah kenaikan tekanan air pori tanahkarena tidak dapat terdrainase. Jika tekananair pori ini sudah menyamai tegangan totaltanah, tanah akan kehilangan kekuatannyasehingga tidak mampu lagi mendukungstruktur bangunan di atasnya. Upayapengendaliannya antara lain dengan meng-

    upayakan peningkatan kestabilan tanah

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    3/12

    192Analisis Keruangan Kesesuaian ... (Masri)

    merupakan suatu cara yang efisien untukmengetahui karakteristik lahan suatuwilayah dan pengembangannya.

    Zonasi kesesuaian lahan perumahanmemanfaatkan data pokok pembangunanKabupaten Bandung dan Bandung Baratmengenai karakteristik eksisting berupapeta dan data statistik yang bersifat spasialmaupun tekstual. Kesesuaian lahan untukperumahan atau tempat tinggal yaitukesesuaian lokasi bangunan gedung denganbeban tidak lebih dari tiga lantai.Penentuan kelas suatu lahan untuk tempattinggal didasarkan pada kemampuan lahan

    sebagai penopang pondasi. Sifat lahan yangberpengaruh adalah daya dukung tanah dansifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadapbiaya penggalian dan konstruksi. Sifat-sifatlahan seperti kerapatan (density), kebasahan(wetness), bahaya banjir, plastisitas, teksturdan potensi mengembang-mengerutnyatanah berpengaruh terhadap daya dukungtanah. Sedangkan biaya penggalian tanahuntuk pondasi dipengaruhi oleh tata air

    tanah, lereng, kedalaman tanah sampaihamparan batuan dan keadaan batu dipermukaan (USDA, 1971; Hardjowigeno,1999).

    Implementasi model zonasi keruangandalam bentuk digital menurut Roberts(1988), memungkinkan para peneliti danperencana untuk melakukan simulasimelalui modifikasi analisis statistika nilai-nilai tema yang dijadikan sebagai masukan

    untuk analisis spasial (keruangan). Zonasikesesuaian lahan untuk perumahan dapatdisajikan berupa tampilan peta-peta digi-tal dengan penuh warna atau dalam bentuktabel-tabel lokasi zona kesesuaian lahanuntuk perumahan berdasarkan batas-batasadministrasi desa atau kecamatan.

    Analisis keruangan untuk mengetahui polazonasi kesesuaian lahan perumahan secarakhusus bertujuan untuk: (1) memperoleh

    peta zonasi kesesuaian lahan perumahandengan mempertimbangkan pembangunanberkelanjutan yaitu pembangunan yangmelestarikan aspek lingkungan, sosial dan

    ekonomi, (2) Mengevaluasi lokasi pe-rumahan eksisting berdasarkan kesesuai-an lahan untuk perumahan, (3) menjadimasukan bagi kebijakan yang akurat daritemuan penelitian sebagai naskahakademik untuk menyusun peraturan danperundangan baru bagi konservasi lahan.

    Marwasta D (2004), mengemukakan bahwakondisi pola permukiman di suatu kotasangat tergantung pada bagaimanapemerintah kota mampu mengelola agihanfasilitas dan utilitas umum sehingga dapatdiakses secara adil dan merata oleh seluruhmasyarakat yang tinggal di kota.

    Keluaran yang diharapkan dari penelitianini adalah suatu zonasi kawasan perumahan

    yang berwawasan lingkungan dandiharapkan dapat dijadikan masukan dalampengambilan kebijakan pada tingkat

    wilayah Kabupaten. Zonasi kawasanperumahan akan memberikan informasilebih lanjut mengenai daya dukunglingkungan dan penyimpangan pe-manfaatan lahan serta dapat dijadikansebagai dasar evaluasi dan perencanaanpembangunan, program perbaikanlingkungan, pengembangan wilayah sertapengambilan kebijakan.

    Manfaat atau kegunaan dari analisiskeruangan untuk kawasan perumahanadalah sebagai acuan model zonasikawasan perumahan yang berwawasanlingkungan yang memudahkan paraperencana, masyarakat dan para pengambilkeputusan dalam merencanakan, mem-bangun dan memantau kegiatan pem-bangunan perumahan dan memantaukegiatan pembangunan perumahan dilapangan.

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    4/12

    Forum Geografi, Vol. 26, No. 2, Desember 2012: 190 - 201193

    METODE PENELITIAN

    Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah metode deskriptif yaitu peneliti-

    an yang didasarkan atas data deskripsi suatukasus, keadaan, sikap, hubungan atau suatusistem pemikiran yang menjadi objekpenelitian. Metode deskriptif merupakanpenelitian yang dicirikan oleh penelitianpada satu unit atau kasus saja tetapi lebihmendetail atau mendalam (Arikunto, 2002).Unit objek penelitian dapat ber-bentuksuatu kelompok orang atau masyarakattertentu suatu desa atau permukiman.

    Model yang dikembangkan dalam peneliti-an analisis keruangan adalah model empirikatau relasional yaitu suatu model yangmenjelaskan mengenai keterkaitan antarabeberapa variabel bebas terhadap satu

    variabel terikat yang diimplementasi-kanmelalui model sistem informasi geografisberbasis komputer. Menurut Prahasta (2009),Hasil analisis spasial yang dilakukan olehSIG dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat

    (teknis) bagi suatu pengambilan keputusanatau pembuatan suatu kebijakan.

    Variabel penelitian analisis keruanganmemiliki 10 buah variabel, yaitu tiga buah

    variabel terikat zona kawasan perumahandan tujuh variabel bebas. Variabel bebaspenelitian terdiri dari : zona drainase, zonabanjir, zona lereng permukaan, zonatekstur tanah, zona batuan, zona jenisefektif tanah dan zona erosi.

    Objek penelitian zonasi kawasan pe-rumahan di Kabupaten Bandung danKawasan Bandung Barat adalah kondisiwilayah Kabupatan Bandung dan KawasanBandung Barat. Kondisi aktual wilayahKabupaten Bandung dan KawasanBandung Barat dikumpulkan data spasialdan tektualnya untuk dianalisis bagikepentingan zonasi kawasan perumahan.

    Batasan area tidak hanya bersifat bebas

    ekologis saja yang ditonjolkan tetapi jugabatas administrasi sampai tingkat desasehingga hasil analisis dapat diimple-mentasikan di lapangan baik untuk

    kegiatan perencanaan maupun pemantauanhasil-hasil pembangunan.

    Jenis data yang dikumpulkan terdiri daridua jenis, yaitu data spasial berupa peta-peta data pokok pembangunan KabupatenBandung berskala 1: 100.000 dan datastatistik Kabupaten Bandung danKawasan Bandung Barat berdasarkan batasadministrasi kecamatan tahun 2000.

    Data spasial peta-peta tematik: petadrainase, peta banjir, peta lereng permuka-an, peta tekstur tanah, peta batuan, peta

    jenis tanah dan peta erosi dikumpulkan dariBadan Perencanaan Daerah (Bappeda)Kabupaten Bandung hasil interpretasi citrasatelit oleh Badan Koordinasi Survei danPemetaan Nasional (Bakosurtanal) yangdikonversikan menjadi data vektor digitalformat AutoCAD dan Arcview. Data statistik

    dikumpulkan dari Bappeda KabupatenBandung hasil survei statistik Biro PusatStatistik (BPS) Kabupaten Bandung.

    Tahapan analisis keruangan untuk menge-tahui pola zonasi kesesuaian lahanperumahan: 1) Identifikasi kebutuhanpengguna untuk memperoleh zonasikawasan perumahan berwawasan lingkung-an, 2) Studi pustaka kriteria kawasan pe-rumahan yang berwawasan lingkungan

    tertera pada Tabel 1.

    Ketujuh parameter tersebut di atasmerupakan faktor yang berpengaruhterhadap kelayakan fisik lahan untuktempat tinggal (gedung). Pembobotan padamasing-masing tema mengacu padapengaruh secara langsung terhadapkonstruksi pondasi bangunan (Nakazawa,1984 ; Chapin 1995). (1) Pembuatan model

    konseptual untuk pemasukan data,

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    5/12

    194Analisis Keruangan Kesesuaian ... (Masri)

    pemrosesan data dan pengeluaran hasilanalisis;

    Model konseptual input data indeks

    kelayakan fisik menggunakan persamaan:Indeks Kelayakan Fisik (IKF) =

    TwTr + LwLr + DwDr + JwJr + EwEr +BwBr + OwOr ..(Chapin, 1995)

    dimana :

    w = bobot; r = nilai interval (rating) ;

    T = Tekstur tanah; L = Lereng ;

    D = Drainase tanah; J = Jenis Tanah;

    E = Erosi; B = Batuan; O = Banjir

    (2) Pengumpulan data dari lapangan danmengelompokkan data berdasarkan jenisresolusi datanya, (3) Pembuatan modelfungsional untuk pemasukan data,pemrosesan data dan pengeluaran hasilanalisis.

    Model fungsional input data meliputi: (a)Tekstur tanah berhubungan denganterdapatnya mineral liat yang terkandung

    dalam tanah. Tanah yang mengandung liattipe 2 : 1 yang tinggi menyebabkan

    terjadinya retakan (craking ) dimusimkemarau (Tabel 2). Curamnya lerengmerupakan faktor yang menentukan dalamkegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan

    untuk meratakan tanah tersebut. Haltersebut menentukan banyaknya tanah

    yang harus digali di atas lereng danditimbunkan ke bagian bawah lereng (Tabel3). (b) Drainase berhubungan dengantimbulnya bahaya genangan air, ataukemungkinan timbulnya kerusakanterhadap konstruksi-konstruksi dibawahtanah karena tata air tanah yang buruk(Tabel 4).(c) Jenis efektif tanah adalah

    tebalnya lapisan tanah dari permukaantanah sampai bahan induk atau kedalamansampai suatu lapisan dimana perakar-antanaman tidak lagi dapat menembus-nya.Lapisan tersebut dapat berupa liat yangkeras. Kedalaman efektif 0-10 cm terlaludangkal untuk usaha pertanian, sedangkankedalaman 10-30 cm masih memungkinkanuntuk tanaman semusim. Tanamansemusim cukup baik jika diusahakan padatanah-tanah dengan kedalaman 30-60 cm,tetapi tanaman tahunan masih kurang baik.Tanaman semusim baik sekali jika

    Tabel 1. Kriteria Nilai Parameter Kesesuaian Lahan untuk Tempat Tinggal

    Sumber: USDA,1971;Hardjowigeno, S.. 1999

    N Sifat Tana Kesesuaian Laha

    Baik Sedang Buruk

    1. Drainas D0- D1 D1- D2 D3 D4

    2. Banji O0 O0 O1 O4

    3. Ler n L0- L1 L2 L3 5

    4. Tekstur Tana T3 T2 T1

    5. Kerikil / Batuan B0 B1 B2 B3

    6. Jenis Efektif Tanah K3 K2 K0 K1

    7. Erosi E0 E1 E2 E3

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    6/12

    Forum Geografi, Vol. 26, No. 2, Desember 2012: 190 - 201195

    Tabel 2. Tekstur Tanah (Lapisan Atas, Lapisan Bawah)

    Sumber: Hasil analisis

    Tekstrur Tanah Bobot (B) Nilai (N) B x

    T1 Halus 1 1 1

    T2 Sedang 2 2

    T3 Kasar

    Kemiringan Lereng Bobot (B) Nilai (N) B x N

    L0 0% - 3% (datar) 1 6 6

    L1 >3% - 8% (landai/ berombak) 1 5

    L2 >8%-15% (agakmiring/ bergelombang) 1 4 4

    L >15% - 25% (miring / berbukit 1 3

    L4 >25% - 40% (agak curam) 1 2 2

    L >40 % (curam) 1 1 1

    Tabel 3. Kelas Kemiringan Lereng

    Sumber: Hasil analisis

    diusahakan pada tanah berkedalamanefektif lebih dari 60 cm, Pada kedalaman60-90 cm tanaman tahunan sudah cukupbaik, yang paling baik untuk tanaman

    tahunan jika kedalam-an efektif tanahlebih dari 90 cm (Talkurputraet al., 1996).(Tabel 5). (d) Erosi adalah perpindahanpartikel tanah dari satu tempat ke tempatlain disebabkan adanya aliran permukaan(Kartasapoetra, 2000). Faktor yang

    mempengaruhi erosi adalah curah hujan,keadaan tanah, panjang dan sudut lereng,

    vegetasi serta konservasi yang diterapkan.Lahan yang ber-vegetasi rapat, datar dengan

    curah hujan yang rendah mempunyaitingkat erosi jauh lebih rendah jikadibanding-kan dengan lahan curam, tidakbervegetasi dan mempunyai curah hujantinggi (Tabel 6). (e) Adanya hamparanbatuan pada kedalaman 2 meter atau

    Drainase Bobot (B) Nilai (N) B x N

    D0 Baik 1 5 5

    D1 Agak baik 1 4 4

    D2 Agak buruk 1 3 3

    D3 Buruk 1 2 2

    D4 Sangat buruk 1 1 1

    Tabel 4. Kelas Drainase

    Sumber: Hasil analisis

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    7/12

    196Analisis Keruangan Kesesuaian ... (Masri)

    Tabel 5. Jenis Efektif Tanah

    Tabel 6. Keadaan Erosi

    Drainase Bobot (B) Nilai (N) B x N

    D0 Baik 1 5 5D1 Agak bai 4

    D2 Agak buru 3D3 Buruk 2 2

    D4 Sangat buruk 1 1 1

    Sumber: Hasil analisis

    Sumber: Hasil analisis

    Keadaan erosi Bobot (B) Nilai B x N

    E0 Tidak peka 1 4 4

    E1 Agak pek 1 3 3

    E2 Pek 1 2 2

    E3 Sangat pek 1 1 1

    kurang, berpengaruh terhadap pembangun-an konstruksi yang memerlukan penggaliantanah yang tidak terlalu dalam (Tabel 7).(f) Frekuensi banjir yang terbagi dalam

    berapa kelas yaitu : dalam periode satutahun tanah tidak pernah tertutup banjiruntuk waktu lebih dari 24 jam (O0); banjir

    yang menutupi tanah lebih dari 24 jamterjadinya tidak teratur dalam periode

    kurang dari satu bulan (O1); selama waktusatu bulan dalam setahun tanah secatateratur tertutup banjir untuk jangka waktulebih dari 24 jam (O2); selama waktu 2-5

    bulan dalam setahun, secara teratur selaludilanda banjir yang lamanya lebih dari 24

    jam (O3); selama waktu enam bulan ataulebih tanah selalu banjir secara teratur yanglamanya lebih dari 24 jam (O4). (Tabel8).

    Tabel 7. Prosentase Kerikil/ Batuan

    Sumber: Hasil analisis

    Keadaan Erosi Bobot (B) Nilai B x N

    E0 Tidak peka 1 4 4E1 Agak pek 1 3 3

    E2 Pek 1 2 2

    E Sangat pek 1 1 1

    Kerikil/Batuan Bobot (B) Nilai (N) B x NB Tidak ada / sedikit (0%-15 % volume tanah) 1 4

    B1 Sedan (>15%-50% volume tanah ) 1 3 3B2 Banya (>50%-90% volume tanah) 1 2 2

    B3 Sangat Banyak (>90% volume tanah) 1 1 1

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    8/12

    Forum Geografi, Vol. 26, No. 2, Desember 2012: 190 - 201197

    Diagram alir tahapan analisis keruangankesesuaiaan lahan untuk perumahan dapatdilihat pada Gambar 1.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil yang diperoleh dari penelitian analisiskeruangan untuk kawasan perumahan diKabupaten Bandung dan Kawasan BandungBarat adalah berupa peta tematik dan tabel

    yang berisi mengenai luas kesesuaian lahanuntuk perumahan berikut dengan lokasitempat lahan berada. Lokasi lahan didasar-kan atas batas administrasi kecamatan dandesa tersaji pada Gambar 2. (1) Zonakawasan perumahan baik dengan nilai kelasantara 24 sampai dengan 29, terluasterdapat di Kecamatan Rancaekek seluas4.954,88 ha (99,49% dari luas total wilayahKecamatan Rancaekek) atau 12,38% dariluas total zonasi kawasan perumahan yangbaik di Kabupaten Bandung dan KawasanBandung Barat. Selanjutnya adalahKecamatan Majalaya seluas 4.322,88

    (93,44% dari luas total wilayah kecamatanMajalaya) atau 10,80% dari luas total zonakawasan perumahan baik. KecamatanBojong-soang berada seluas 3.008,32 ha(99,16% dari luas total wilayah kecamatanBojongsoang) atau 7,52% dari luas totalzona kawasan perumahan baik. (2) Zonakawasan perumahan sedang dengan nilaikelas antara 18 sampai 23, terluas terdapatdi Kecamatan Gununghalu seluas

    15.648,32 ha (55,16 % dari luas totalwilayah Kecamatan Gununghalu) atau11,73% dari luas total zona kawasanperumahan sedang. Selanjutnya adalahKecamatan Cipatat seluas 9.631,68 ha(78,39% dari luas total wilayah KecamatanCipatat) atau 7,22% dari luas total zonakawasan perumahan sedang. KecamatanPangalengan seluas 8.468,80 ha (36,45%dari luas total Wilayah KecamatanPangalengan) atau 6,34% dari luas zona

    kawasan perumahan. (3) Zona kawasanperumahan yang buruk dengan nilai antara12 sampai dengan 17 terluas terdapat diKecamatan Pasirjambu seluas 16.558,40

    ha (73,10% dari luas total wilayahkecamatan Pasirjambu) atau 13,31% dariluas total zona kawasan perumahan yangburuk di Kabupaten Bandung dan KawasanBandung Barat. Selanjutnya adalahKecamatan Pangalengan seluas 14.763,52ha (63,54% dari luas total wilayahkecamatan Pangalengan) atau 11,87% dariluas total zona kawasan perumahan yangburuk. Kecamatan Gununghalu seluas

    12.715,84 ha (44,83% dari luas totalwilayah Kecamatan Gununghalu) atau10,22% dari luas total zona kawasanperumahan yang buruk. (4) Faktor kendalaterbesar di zona baik untuk perumahanadalah parameter drainase tanah yangsangat buruk, yaitu kondisi tanah dengantingkat bahaya genangan air yang tinggisehingga tanah menjadi agak jenuh air.Evaporasi akan terhambat pada bagiantengah dari bangunan karena tanah tertutupbangunan sehingga dapat menyebabkantanah dibagian tepi lebih cepat keringdaripada dibagian tengah bangunan. Hal inidapat menyebabkan perbedaan pengerutanmaupun kekuatan tanah sehingga seringterjadi penurunan pada bagian tengah danmenimbulkan keruntuhan. Untuk meng-hindari adanya kerusakan bangunan yangdisebabkan oleh pengerutan tanah,hendaknya pondasi dibangun lebih dalam

    atau sampai pada kedalaman batuansehingga tidak terjadi proses pengerutantanah.

    Faktor kendala terbesar di zona sedanguntuk perumahan selain parameterdrainase tanah juga parameter kemiringanlereng diatas 15%. Pembangunan perumah-an pada kemiringan lereng relatif curamtanpa dilakukan pengamanan lebih lanjutdapat menyebabkan tanah longsor.

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    9/12

    198Analisis Keruangan Kesesuaian ... (Masri)

    Sumber: hasil analisis

    Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Analisis Keruangan Kesesuaiaan Lahan untukPerumahan

    Banji Bobot (B) Nilai (N) B x

    00 Tidak perna 1

    01 Jaran 102 Kadan -kadang 103 Serin 1 2 2

    04 Sangat sering 1 1 1

    Tabel 8. Frekuensi Banjir

    Sumber: Hasil analisis

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    10/12

    Forum Geografi, Vol. 26, No. 2, Desember 2012: 190 - 201199

    Kelongsoran terjadi pada lereng denganmaterial tanah yang bersifat sensitifterhadap perubahan kondisi air tanah.Kelongsoran awal terjadi pada bagian

    bawah lereng dan akan menyebabkanketidakstabilan pada bagian lereng diatasnya. Kelongsoran lanjutan akan terjadi

    jika proses pembebanan, baik secaramekanik maupun adanya rembesan airhujan menyebabkan berkurangnya kuatgeser tanah sehingga stabilitas lereng dalamkondisi kritis. Hal ini dapat dihindari selainmembangun tembok penahan tanah adalahmengimplementasikan persyaratan teknis

    koefisien dasar bangunan sebesar 20 % dari

    luas tanah, membangun rumah konsep eco-architecture dan penanaman vegetasi padateras bangku atau teras tangga.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Hasil penelitian mengenai analisis keruang-an untuk kawasan perumahan di KabupatenBandung dan Kawasan Bandung Baratmemberikan kesimpulan: (1) KabupatenBandung dan Kawasan Bandung Baratmemiliki potensi besar untuk mengembang-kan kawasan perumahan karena dari hasilpenelitian menunjukkan bahwa zona

    Sumber: hasil analisis

    Gambar 2. Peta Kesesuaian Lahan untuk Perumahan dalam Format ArcView

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    11/12

    200Analisis Keruangan Kesesuaian ... (Masri)

    kawasan perumahan yang baik dan sedangmemiliki luas yang lebih besar yaitu39.992,96 ha dan 133.402,56 ha dibanding-kan luas zona kawasan perumahan yang

    buruk yaitu 124.327,04 ha. (2) Kecamatan-kecamatan yang dapat diprioritaskan untukdikembangkan sebagai kawasan perumah-an berwawasan lingkungan yaitu KecamatanRancaekek, Majalaya dan Bojongsoang.Sedangkan kecamatan-kecamatan yangharus dilindungi dari pembangunanperumahan adalah Kecamatan Pasirjambu,Pangalengan dan Gununghalu. (3) Kecamat-an-kecamatan yang akan dikembangkan

    sebagai kawasan perumahan harusdirancang dengan matang meliputiperencanaan jaringan jalan dan drainasenyaagar terhindar dari bencana banjir di masadepan, karena biasanya kawasan-kawasantersebut akan memiliki kepadatanpenduduk yang meningkat serta lerengpermukaannya yang relatif datar. (4)Konservasi lahan berdasarkan faktorkendala dapat berhasil dengan baik jikamemprioritaskan kebijakan: (1) Standarpenggunaan lahan perumahan per orang

    yang efisien, efektif tetapi optimal untuk

    menekan laju pembangunan perumahanserta laju limpasan air permukaan, (2)Pengendalian pemanfaatan lahan kawasanlindung yang ketat dari konversi lahan

    kawasan lindung menjadi lahan perumahanagar deviasi pemanfaatan lahan kawasanlindung dapat diantisipasi secara dini, (3)peningkatan pendapatan daerah melaluidana pembangunan untuk kegiatan yangdapat mengurangi bencana banjir danlongsor

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Tulisan ini bisa tersaji karena jasa dariDirektorat Penelitian dan Pengabdiankepada Masyarakat Direktorat JenderalPendidikan Tinggi (DP2M DIKTI), RektorUniversitas Pendidikan Indonesia, KetuaLPPM UPI, Dekan Fakultas PendidikanTeknologi dan Kejuruan, Ketua JurusanPendidikan Teknik Sipil serta KetuaLaboratorium Survey dan Pemetaan JPTSFPTK UPI yang telah menfasilitasi penulisdalam bentuk pendanaan yang memadai,memfasilitasi diskusi secara mendalamdengan instansi dan Dinas terkait.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. 2002.MetodePenelitian. CV Rajawali. Jakarta.

    Aronoff, S. 1989. GeographycInformation System, A Management Perspective. WDL PublicationOttawa, Canada.

    Biro Pusat Statistik Kabupaten dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung.2000.Kabupaten BandungdalamAngka 2000. BPS Kabupaten Bandung.

    Chapin, F.S. 1995. Urban LandusePlanning, University of Illinois Press. London.

    Fauzi, Y. Susilo, B. Mayasari, Z.M. 2009. Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir KotaBengkulu Melalui Perancangan Model Spatial dan Sistem Informasi Geografis (SIG).ForumGeografi.Vol. 23(2): 101-111

  • 7/25/2019 Analisis Keruangan Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Di Kabupaten Bandung Dan Bandung Barat

    12/12

    Forum Geografi, Vol. 26, No. 2, Desember 2012: 190 - 201201

    Hardjowigeno, S. Widiatmaka, A.S. Yogaswara. 1999.Kesesuaian Lahan dan PerencanaanTata Guna Tanah.Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

    Herina, S. 2006.Kegagalan Pondasi Bangunan Akibat Pencairan Tanah pada saat Kejadian Gempa.

    Jurnal Puskim I (3): 37-45. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Dep.Kimpraswil. Bandung.

    Jayadinata, J.T. 1999. Tata Guna Tanah dalamPerencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah.Penerbit ITB. Bandung.

    Jumikis, A.R. 1962. Soil Mechanic. Intensity Lines in Civil Engineering. Van Mostrand CompanyLtd. London.

    Kartasapoetra, A.G., 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT Rineka Cipta,Jakarta.

    Nakazawa, K dan S.Sosrodarsono. 1984.Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PradnyaParamita. Jakarta.

    Masri, R.M. 2008,Kajian Perubahan Tingkat Pelayanan Jalan dan Kualitas Udara di Zona TidakSesuai untuk Perumahan, Jurnal Puskim 3:115-128.

    Marwasta, D. 2004. Kajian Agihan Spasial Fasilitas dan Utilitas Perkotaan dan Pengaruhnyaterhadap Pola Permukiman di Kota Surakarta.ForumGeografi. Vol. 18 (1):1-13

    Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2011. Database SIAK Provinsi Jawa Barat Tahun 2011,

    [online], dari : www.jabarprov.go.id/ index.php/subMenu/75. [30 Desember 2012].Prahasta, E. 2002. SistemInformasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan

    Geomatika. Informatika. Bandung.

    Roberts, T.H. 1988.LandusePlanningInA. Catanese.Urban Planning, page 266-291. McGraw-Hill, Inc. New York.

    Talkurputra, M.N.D., 1996. Tata Guna Tanah, Program Pasca Sarjana, UNPAD,Bandung,