analisis real
DESCRIPTION
Buku ini ditulis dalam rangka pengadaan buku ajar mata kuliahAnalisis Real I dan II, yang merupakan mata kuliah wajib.Buku ini berisi materi yang diperuntukan bagi mahasiswayang telah mengambil mata Kalkulus I dan Kalkulus II. Topik-topik dalambuku ini sebenarnya sudah dikenal oleh mahasiswa yang telah mengambilkedua mata kuliah tersebut. Hanya saja, materi pada buku ini lebih abstrak,teoritis, dan mendalam. Materi pada buku ini merupakan materi dasar analisisreal. Analisis real merupakan alat yang esensial, baik di dalam berbagaicabang dari matematika maupun bidang ilmu-ilmu lain, seperti fisika, kimia,dan ekonomi. Mata kuliah Analisis I adalah gerbang menuju mata kuliah yanglebih lanjut, baik di dalam maupun di luar jurusan Matematika. Jika matakuliah ini dapat dipahami dengan baik maka mahasiswa mempunyai modalyang sangat berharga untuk memahami mata kuliah lain. Diharapkan, setelahmempelajari materi pada buku ini, mahasiswa mempunyai kedewasaandalam bermatematika, yang meliputi antara lain kemampuan berpikir secaradeduktif, logis, dan runtut, serta memiliki kemampuan menganalisis masalahdan mengomunikasikan penyelesaiannya secara akurat dan rigorous.Buku ini terdiri dari lima bab. Bab I membahas tentang aljabarhimpunan, fungsi, dan induksi matematika. Sebagaimana kita ketahui bahwamateri pada bab ini adalah materi penunjang pemahaman pada bab-babselanjutnya, maka diharapkan para pembaca dan pengajar tidakmengabaikan penyampaian bab I ini. Bab II membahas tentang himpunanbilangan real. Di dalamnya, dibicarakan tentang sifat aljabar (lapangan), sifatterurut, dan sifat kelengkapan dari himpunan bilangan real. Kemudian,dibahas tentang himpunan bagian dari himpunan bilangan real yang dikonstruksi berdasarkan sifat terurutnya, yang disebut sebagai interval.Dijelaskan pula tentang representasi desimal dari bilangan real danmenggunakannya untuk membuktikan Teorema Cantor. Selanjutnya, bab IIIberisi tentang barisan bilangan real, yang meliputi definisi dan sifat-sifatbarisan, Teorema Bolzano-Weierstrass, kriteria Cauchy, barisan divergen,dan sekilas tentang deret tak hingga. Kemudian, bab IV mendiskusikantentang definisi limit fungsi (termasuk limit sepihak, limit di tak hingga, danlimit tak hingga) dan sifat-sifatnya. Lalu, bab V membahas kekontinuan fungsi, yang meliputi definisi fungsi kontinu dan sifat-sifatnya, fungsi kontinu pada interval, kekontinuan seragam, serta fungsi monoton dan fungsi invers.Buku ini masih dalam proses pengembangan dan tentunya masih jauhdari sempurna. Untuk itu, penulis membuka diri terhadap saran dan kritik daripembaca, demi semakin baiknya buku ini sebagai buku ajar mata kuliah wajibAnalisis I.TRANSCRIPT
-
Bacaan Warga KSA
Pengantar Analisis Real Introduction to real analysis
Dikumpulkan dari berbagai sumber oleh: Abu Abdillah
KOMUNITAS STUDI ALKWARIZMI UNAAHA
2013
-
Komunitas Studi Al Khwarizmi Abu Abdillah ii
PERSEMBAHAN
Untuk bahan bacaan warga KSA (Komunitas Studi Al Khwarizmi).
Pesan
Janganlah kesibukan duniamu melalaikan untuk menuntut ilmu Agama,
ingatlah bahwa yang wajib ain bagi kalian adalah menuntut ilmu Agama.
-
Komunitas Studi Al Khwarizmi Abu Abdillah iii
KATA PENGANTAR
uku ini ditulis dalam rangka pengadaan buku ajar mata kuliah
Analisis Real I dan II, yang merupakan mata kuliah wajib.
Buku ini berisi materi yang diperuntukan bagi mahasiswa
yang telah mengambil mata Kalkulus I dan Kalkulus II. Topik-topik dalam
buku ini sebenarnya sudah dikenal oleh mahasiswa yang telah mengambil
kedua mata kuliah tersebut. Hanya saja, materi pada buku ini lebih abstrak,
teoritis, dan mendalam. Materi pada buku ini merupakan materi dasar analisis
real. Analisis real merupakan alat yang esensial, baik di dalam berbagai
cabang dari matematika maupun bidang ilmu-ilmu lain, seperti fisika, kimia,
dan ekonomi. Mata kuliah Analisis I adalah gerbang menuju mata kuliah yang
lebih lanjut, baik di dalam maupun di luar jurusan Matematika. Jika mata
kuliah ini dapat dipahami dengan baik maka mahasiswa mempunyai modal
yang sangat berharga untuk memahami mata kuliah lain. Diharapkan, setelah
mempelajari materi pada buku ini, mahasiswa mempunyai kedewasaan
dalam bermatematika, yang meliputi antara lain kemampuan berpikir secara
deduktif, logis, dan runtut, serta memiliki kemampuan menganalisis masalah
dan mengomunikasikan penyelesaiannya secara akurat dan rigorous.
Buku ini terdiri dari lima bab. Bab I membahas tentang aljabar
himpunan, fungsi, dan induksi matematika. Sebagaimana kita ketahui bahwa
materi pada bab ini adalah materi penunjang pemahaman pada bab-bab
selanjutnya, maka diharapkan para pembaca dan pengajar tidak
mengabaikan penyampaian bab I ini. Bab II membahas tentang himpunan
bilangan real. Di dalamnya, dibicarakan tentang sifat aljabar (lapangan), sifat
terurut, dan sifat kelengkapan dari himpunan bilangan real. Kemudian,
dibahas tentang himpunan bagian dari himpunan bilangan real yang
B
-
Komunitas Studi Al Khwarizmi Abu Abdillah iv
dikonstruksi berdasarkan sifat terurutnya, yang disebut sebagai interval.
Dijelaskan pula tentang representasi desimal dari bilangan real dan
menggunakannya untuk membuktikan Teorema Cantor. Selanjutnya, bab III
berisi tentang barisan bilangan real, yang meliputi definisi dan sifat-sifat
barisan, Teorema Bolzano-Weierstrass, kriteria Cauchy, barisan divergen,
dan sekilas tentang deret tak hingga. Kemudian, bab IV mendiskusikan
tentang definisi limit fungsi (termasuk limit sepihak, limit di tak hingga, dan
limit tak hingga) dan sifat-sifatnya. Lalu, bab V membahas kekontinuan fungsi,
yang meliputi definisi fungsi kontinu dan sifat-sifatnya, fungsi kontinu pada
interval, kekontinuan seragam, serta fungsi monoton dan fungsi invers.
Buku ini masih dalam proses pengembangan dan tentunya masih jauh
dari sempurna. Untuk itu, penulis membuka diri terhadap saran dan kritik dari
pembaca, demi semakin baiknya buku ini sebagai buku ajar mata kuliah wajib
Analisis I.
Unaaha, April 2013
Penulis,
Abu Abdillah
-
Komunitas Studi Al Khwarizmi Abu Abdillah v
DAFTAR ISI PERSEMBAHAN ............................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN
1.1 Aljabar Himpunan ........................................................... 1 1.2 Fungsi ............................................................................... 8 1.3. Induksi Matematika ......................................................... 17
BAB II HIMPUNAN BILANGAN REAL
2.1 Sifat Aljabar dari R .......................................................... 27 2.2 Sifat Terurut dari R ......................................................... 29
2.3. Sifat Kelengkapan dari R ............................................... 38 2.4. Interval ............................................................................. 48 2.5 Representasi Desimal dari Bilangan Real .................... 51
BAB III BARISAN BILANGAN REAL 3.1 Definisi Barisan Bilangan real ....................................... 54
3.2 Sifat-Sifat Barisan Bilangan Real .................................. 57 3.3 Teorema Bolzano-Weierstrass ....................................... 64 3.4 Kriteria Cauchy ............................................................... 65 3.5 Barisan Divergen ............................................................ 68
3.6 Deret Tak Hingga ............................................................ 71
BAB IV LIMIT FUNGSI
4.1 Titik Timbun ..................................................................... 80 4.2 Definisi Limit Fungsi ....................................................... 81 4.3 Teorema Limit Fungsi ..................................................... 84
-
Komunitas Studi Al Khwarizmi Abu Abdillah vi
BAB V KEKONTINUAN FUNGSI
5.1 Definisi Fungsi Kontinu .................................................. 89 5.2 Sifat-Sifat Fungsi Kontinu .............................................. 92
5.3 Fungsi Kontinu pada Interval ......................................... 94 5.4 Kekontinuan Seragam .................................................... 97 5.5 Fungsi Monoton dan Fungsi Invers ............................... 100
DAFTAR PUSTAKA
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 1
BAB I HIMPUNAN BILANGAN REAL
ada bab ini, kita akan membahas beberapa prasyarat yang diperlukan
untuk mempelajari analisis real. Bagian 1.1 dan 1.2 kita akan
mengulang sekilas tentang aljabar himpunan dan fungsi, yang
keduanya merupakan perkakas penting untuk semua cabang matematika.
Pada bagian selanjutnya yakni bagian 1.3 kita akan mengulas mengenai
induksi matematika. Sebagaimana kita ketahui bahwa induksi matematika
berhubungan dengan sifat dasar sistem bilangan asli yang akan sering kita
gunakan pada pembuktian beberapa masalah khusus dalam bab selanjutnya.
1.1 ALJABAR HIMPUNAN
Bila A menyatakan suatu himpunan, maka untuk suatu unsur x kita akan menuliskannya menjadi
Ax ,
untuk menyatakan x suatu unsur di A , x anggota A , atau x termuat di A ,
atau A memuat x . Selanjutnya bila kita ingin menyatakan bahwa x suatu
unsur yang bukan di A maka dapat kita tuliskan menjadi:
Ax ,
Selanjutnya bila A dan B keduanya adalah himpunan sehingga untuk setiap unsur Ax mengakibatkan Bx ( setiap unsur di A juga unsur di B ), maka
kita katakan A termuat di B , atau B memuat A , atau A suatu subhimpunan
dari B , dan kita menuliskannya dengan:
BA atau AB ,
Bila BA dan terdapat unsur di B yang bukan anggota A maka kita
katakan A subhimpunan sejati dari B .
P
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 2
1.1.1. Definisi Kesamaan Dua Himpunan
Dua buah himpunan A dan B dikatakan sama bila keduanya memuat unsur yang sama. Dengan kata lain untuk setiap unsur x anggota himpunan A
maka x juga merupakan anggota himpunan B , dan juga sebaliknya untuk setiap
unsur y anggota himpunan B maka y juga merupakan anggota himpunan A .
Selanjutnya kedua buah himpunan A dan B dikatakan sama maka kita menuliskannya dengan:
BA
Untuk menunjukkan bahwa BA , kita harus menunjukkan bahwa BA dan AB .
Suatu himpunan dapat ditulis dengan mendaftar anggota-anggotanya,
atau dengan menyatakan sifat keanggotaannya. Kata sifat keanggotaan
memang menimbulkan keragu-raguan, akan tetapi bila P menyatakan sifat keanggotaan (yang tak bias maknanya) maka suatu himpunan x yang
memenuhi P akan kita tuliskan dengan cara:
)(xPx
Notasi diatas kita baca: himpunan semua x yang memenuhi (sedemikian
sehingga) P . Bila perlu untuk menyatakan subhimpunan S yang memenuhi P , maka kita dapat menuliskannya dalam bentuk:
)(xPSx
Beberapa himpunan tertentu akan banyak digunakan dalam buku ini, dan
akan kita tuliskan dengan penulisan standar yakni sebagai berikut:
Himpunan bilangan asli, ,...3,2,1N
Himpunan bilangan bulat ,...2,2,1,1,0
Himpunan bilangan rasional
0,, nnmnmQ
Himpunan bilangan real, R
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 3
Contoh-contoh:
1. Himpunan 0232 xxx N , menyatakan himpunan bilangan asli yang memenuhi persamaan kuadrat 0232 xx . Karena yang memenuhi
hanya 1x dan 2x , maka himpunan tersebut dapat juga dituliskan
menjadi 2,1 .
2. Terkadang formula dapat pula digunakan untuk menyingkat penulisan
himpunan. Sebagai contoh himpunan bilangan genap positif sering dituliskan
dengan cara Nxx2 , dari pada kita menuliskannya
NN xxyy ,2 .
Operasi Himpunan
Pada bagian ini kita akan mendefinisikan aturan untuk membangun
(mengkonstruksi) himpunan baru dari himpunan yang sudah ada.
1.1.2. Definisi
a. Bila A dan B keduanya adalah himpunan, maka irisan (interseksi) dari A dan B dituliskan dengan BA , merupakan himpunan yang unsur-unsurnya adalah anggota himpunan A dan juga merupakan anggota himpunan B .
BxAxxBA dan
b. Gabungan dari himpunan A dan B adalah himpunan yang unsurnya paling tidak termuat di salah satu dari himpunan A atau B . Gabungan dari himpunan A dan B dituliskan dengan BA .
BxAxxBA atau
1.1.3. Definisi
Himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut dengan himpunan kosong,
dituliskan dengan atau . Bila himpunan A dan B dua himpunan yang tidak mempunyai unsur bersama (yaitu, BA ), maka A dan B dikatakan saling asing atau disjoin.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 4
1.1.4. Teorema
Misalkan BA, dan C sebarang himpunan, maka:
a) AAAAAA , Idempoten
b) ABBAABBA , Komutatif
c) CBACBACBACBA , Asosiatif
d) CABACBACABACBA ,
Distributif.
Bukti teorema diatas diserahkan kepada pembaca!
Dimungkinkan juga untuk menunjukkan bahwa bila nAAA ,...,, 21
merupakan koleksi himpunan, maka terdapat sebuah himpunan, maka terdapat
sebuah himpunan A yang memuat unsur yang merupakan unsur semua
himpunan njA j ,...,2,1, ; dan terdapat sebuah himpunan B yang unsurnya
paling tidak unsur dari suatu njA j ,...,2,1, . Dengan menanggalkan kurung,
kita tuliskan dengan
nAAAA ...21
nBBBB ...21
Untuk mempersingkat penulisan, A dan B di atas sering dituliskan dengan
n
jjAA
1
n
jjAB
1
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 5
1.1.5. Definisi
Misalkan A dan B suatu himpunan, maka komplemen dari B relatif terhadap A , dituliskan dengan BA \ (baca A minus B ) adalah himpunan yang unsur-
unsurnya adalah semua unsur di A tetapi bukan anggota B . Dibeberapa buku
ditulis menggunakan notasi BA atau A B .
BxanAxxBA d\
Seringkali A tidak dinyatakan secara eksplisit, karena sudah
dimengerti/disepakati. Dalam situasi begini BA \ sering dituliskan dengan AC .
1.1.6. Teorema
Misalkan CBA ,, sebarang himpunan, maka )\()\()(\ CABACBA ,
)\()\()(\ CABACBA .
Bukti:
Kita akan membuktikan kesamaan pertama dan meninggalkan bagian kedua
pada pembaca sebagai bahan latihan.
Untuk menunjukkan )\()\()(\ CABACBA , berarti yang harus
ditunjukkan adalah: )\()\()(\ CABACBA dan
)\()\()(\ CABACBA
Akan ditunjukkan )\()\()(\ CABACBA
Ambil sebarang )(\ CBAx , maka Ax dan CBx , ini berarti bahwa x di A tetapi x bukan unsur B atau C , karenanya x di A tetapi
x tidak di B dan x di A tetapi x tidak di C , sehingga dapat dituliskan
BAx \ dan CAx \ , hal ini berarti bahwa CABAx \\ , sehingga terbuktilah bahwa )\()\()(\ CABACBA
Akan ditunjukkan )\()\()(\ CABACBA
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 6
Ambil sebarang )\()\( CABAy , maka BAy \ dan CAy \ , maka Ay tetapi By dan Ay tetapi Cy . Jadi Ay tetapi bukan
anggota dari B atau C . Akibatnya Ay dan CBy , ini berarti
)(\ CBAy , sehingga terbukti bahwa )\()\()(\ CABACBA .
Dari dua bukti diatas dapat disimpulkan bahwa
)\()\()(\ CABACBA .
Produk (hasil kali) kartesius
Berikut ini kita definisikan produk kartesius yang akan kita gunakan pada
pembahasan tentang fungsi pada bagian selanjutnya.
1.1.7. Definisi
Bila A dan B keduanya adalah himpunan-himpunan tak kosong, maka produk kartesius dari A dan B yang selanjutnya akan kita tuliskan menggunakan notasi
BA adalah himpunan pasangan berurut ba, dengan Aa dan Bb
BbanAabaBA d,
Sehingga bila 3,2,1A dan 5,4B , maka
5,3,4,3,5,2,4,2,5,1,4,1 BA
Latihan 1.1.
1. Gambarkan diagram yang menyatakan masing-masing himpunan pada
Teorema 1.1.4
2. Buktikan teorema 1.1.4.
3. Buktikan bahwa BA jika dan hanya jika ABA .
4. Tunjukkan bahwa himpunan D yang unsur-unsurnya merupakan unsur dari
tepat satu himpunan A atau B diberikan oleh ABBAD \\ .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 7
Himpunan D ini sering disebut selisih simetris dari A dan B . Nyatakan dalam diagram.
5. Tunjukkan bahwa selisih simetris D pada soal nomor 4, juga diberikan oleh:
BABAD \
6. Jika BA tunjukkan BAAB \\
7. Diberikan himpunan A dan B , tunjukkan bahwa BA dan BA \ saling
asing dan bahwa BABAA \ .
8. Diberikan sebarang himpunan A dan B , tunjukkan BAABA \\ .
9. Bila nAAA ,...,, 21 suatu koleksi himpunan, dan E sebarang himpunan,
tunjukkan bahwa n
jj
n
jj AEAE
11
, dan n
jj
n
jj AEAE
11
.
10. Mengacu pada soal nomor 9 tunjukkan bahwa n
jj
n
jj AEAE
11
, dan
n
jj
n
jj AEAE
11
.
11. Mengacu pada soal nomor 9 buktikan hukum de morgan
n
j
n
jjj AEAE
1 1
\\
, n
jj
n
jj AEAE
11
\\
Catatan bila jAE \ dituliskan dengan jAC , maka kesamaan diatas mempunyai bentuk
n
jj
n
jj AA
11
CC , n
jj
n
jj AA
11
CC
12. Misalkan J suatu himpunan dan untuk setiap Jj , jA termuat di E .
Tunjukkan bahwa
Jj
jJj
j AA
CC , Jj
jJj
j AA
CC
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 8
13. Bila 1B dan 2B subhimpunan dari B dan 21 BBB tunjukkan bahwa
21 BABABA
1.2 FUNGSI
Pada bagian ini kita akan membahas gagasan fundamental suatu fungsi atau pemetaan. Selanjutnya akan kita ketahui bahwa fungsi merupakan suatu jenis khusus dari himpunan, walaupun terdapat visualisasi lain yang sering lebih
bersifat sugesti. Pada bagian terakhir ini kita akan banyak membahas mengenai
jenis-jenis fungsi, tetapi sedikit lebih abstrak dibandingkan bagian ini.
Bagi matematikawan abad terdahulu kata fungsi biasanya berarti
formula tertentu, seperti
532 xxxf
yang bersesuaian dengan masing-masing bilangan real x dan bilangan lain
xf . Mungkin juga seseorang memunculkan kontroversi, apakah nilai mutlak
xxh
dari suatu bilangan real merupakan fungsi sejati atau bukan. Selain itu definisi
x diberikan pula yakni:
0,0,
xxxx
xbilabila
Dengan berkembangnya matematika, semakin jelas bahwa diperlukan definisi
fungsi yang lebih umum. Juga semakin penting untuk kita membedakan fungsi
sendiri dengan nilai fungsi itu. Disini akan mendefinisikan suatu fungsi dan hal ini
akan kita lakukan dalam dua tahap.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 9
Definisi pertama:
suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan
korespodensi yang memasangkan masing-masing unsur x di A secara tunggal
dengan unsur xf di B .
Definisi di atas mungkin saja tidak jelas, dikarenakan tidak jelasnya
makna frase aturan korespondensi. Untuk mengatasi hal ini kita akan mendefinisikan fungsi dengan menggunakan himpunan seperti yang telah
dibahas pada bagian sebelumnya.
Berikut ini adalah definisi yang mungkin saja dapat membuat kita
kehilangan kandungan intuitif dari definisi terdahulu, tetapi kita dapatkan
kejelasan.
Ide dasar pendefinisian berikut ini adalah memikirkan gambar dari suatu
fungsi; yaitu, suatu korelasi dari pasangan berurut. Bila kita perhatikan tidak
setiap koleksi pasangan berurut merupakan gambar suatu fungsi, karena sekali
unsur pertama dalam pasangan berurut diambil, unsur keduanya ditentukan
secara tunggal.
Gambar 1.1 Gambar grafik sebuah fungsi
1.2.1. Definisi
Misalkan A dan B himpunan, suatu fungsi dari A ke B adalah
himpunan pasangan berurut di f di BA sedemikian sehingga untuk masing-
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 10
masing Aa terdapat Bb yang tunggal dengan fbaba ',,, , maka 'bb . Himpunan A dari unsur-unsur pertama dari f disebut daerah asal
domain dari f , dan dituliskan fD . Sedangkan unsur-unsur dari B yang
menjadi unsur kedua di f disebut range dari f dan dituliskan dengan fR . Notasi
BAf :
Menunjukkan bahwa f suatu fungsi dari A ke B ; akan sering kita
katakan bahwa f suatu pemetaan dari A ke B atau f memetakan dari A ke
dalam B . Bila fba , , sering ditulis dengan:
afb
Pembatasan dan Perluasan Fungsi
Bila f suatu fungsi dengan domain fD dan 1D suatu subhimpunan
dari fD , sehing kali bermanfaat untuk mendefinisikan fungsi baru 1f dengan
domain 1D dan xfxf 1 untuk setiap 1Dx . Fungsi 1f ini disebut
pembatasan fungsi f pada 1D . Sehingga menurut definisi 1.2.1, kita
mempunyai
11 , Dafbaf
Terkadang kita tuliskan 11 Dff untuk menyatakan pembatasan
fungsi f pada himpunan 1D .
Konstruksi yang serupa untuk gagasan perluasan. Bila suatu fungsi g
dengan domain gD dan gDD 2 , maka sebarang fungsi 2g dengan
domain 2D sedemikian sehingga xgxg 2 untuk setiap gDx disebut
perluasan g pada himpunan 2D .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 11
Bayangan Langsung dan Bayangan Invers
1.2.2. Definisi
Misalkan BAf : suatu fungsi dengan domain A dan range B . Bila E
subhimpunan A , maka bayangan langsung dari E terhadap f adalah
subhimpunan Ef dari A yang diberikan oleh
ExxfEf :
Bila H subhimpunan B , maka bayangan invers dari H terhadap f adalah
subhimpunan Hf 1 dari A , yang diberikan oleh
HxfAxHf :1
Jadi bila diberikan himpunan ,AE maka titik By 1 di bayangan langsung
Ef jika dan hanya jika terdapat paling tidak sebuah titik Ex 1 sedemikian
sehingga 11 xfy . Secara sama bila diberikan BH , titik Ax 2 di dalam
bayangan invers Hf 1 jika dan hanya jika 2xfy di .H
1.2.3. Contoh
a. Misalkan RRf : didefinisikan dengan 2xxf . Bayangan langsung
himpunan 20 xxE adalah himpunan 40 yyEf . Bila
40 yyG , maka bayangan invers G adalah himpunan
221 xxGf . Jadi EEff 1 .
Disatu pihak kita mempunyai GGff 1 . Tetapi bila 11 yyH , maka kita peroleh HxxHff 101
b. Misalkan BAf : , dan G , H subhimpunan dari B kita akan tunjukkan
bahwa HfGfHGf 111
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 12
Pada buku ini kita akan bahas HfGfHGf 111 dan meninggalkan yang sebaliknya yakni
HfGfHGf 111 sebagai latihan bagi pembaca.
i. Akan dibuktikan HfGfHGf 111
Ambil sebarang HGfx 1 , ini berarti bahwa HGxf , hal
ini mengakibatkan Gxf dan Hxf , sehingga ini mengakibatkan
Gfx 1 dan Hfx 1 , karena itu HfGfx 11 bukti selesai.
ii. Bukti sebaliknya diserahkan pada pembaca.
Sifat-sifat Fungsi
1.2.4. Definisi
Suatu fungsi BAf : dikatakan injektif atau satu-satu bila untuk
setiap Axx 21, demikian sehingga 21 xx mengakibatkan 21 xfxf . Bila f satu-satu, kita katakan f suatu injeksi.
Secara ekivalen, f injektif jika dan hanya jika 21 xfxf
mengakibatkan 21 xx untuk setiap Axx 21, .
1.2.5. Definisi
Suatu fungsi BAf : dikatakan surjektif atau memetakan A pada B
bila BAf . Bila f surjektif, maka kita sebut f suatu surjeksi.
Secara ekivalen, BAf : surjektif bila BfR , yaitu untuk setiap
By terdapat Ax sedemikian sehingga yxf .
Dalam pendefinisian fungsi, penting untuk menentukan domain dan
himpunan dimana nilainya diambil. Sekali hal ini ditentukan, maka dapat
menanyakan apakah fungsi tersebut surjektif atau tidak.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 13
1.2.6. Definisi
Suatu fungsi BAf : dikatakan bijektif bila bersifat injektif dan
surjektif. Bila suatu fungsi f bijektif, kita sebut f suatu bijeksi.
Fungsi-Fungsi Invers
Bila BAf : suatu fungsi dari A ke B , (karenanya, subhimpunan
khusus dari BA ), maka pasangan berurut AB diperoleh dengan saling
menukar unsur pertama dan kedua di f . Secara umum hasil penukaran tersebut
bukanlah fungsi. Tetapi bila f injektif, maka penukaran ini menghasilkan fungsi
yang disebut invers dari f .
1.2.7. Definisi
Misalkan BAf : suatu fungsi injektif dengan domain A dan fR di
B . Bila fbaABabg ,, , maka g suatu fungsi injektif dengan fRgD dan range A . Fungsi g disebut fungsi invers dari f dan dituliskan
.1f
Dalam penulisan fungsi yang standar, fungsi 1f berelasi dengan f
sebagai berikut: yfx 1 jika dan hanya jika xfy .
1.2.8. Contoh
Suatu fungsi 1
x
xxf dengan 1 xRxfD bersifat injektif
(buktikan f suatu injeksi untuk latihan pembaca). Selanjutnya kita akan peroleh
invers dari f adalah dirinya sendiri (bukti diserahkan pada pembaca)
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 14
Fungsi Komposisi
Sering kita ingin mengkomposisikan dua buah fungsi dengan mencari
xf terlebih dahulu, kemudian menggunakan g untuk memperoleh xfg ,
akan tetapi hal ini bisa dilakukan bila xf ada didalam domain g . Jadi kita
harus mengasumsikan bahwa gDfR
1.2.9. Definisi
Untuk fungsi BAf : dan CBg : , komposisi fg adalah fungsi
dari A ke C yang didefinisikan dengan xfgxfg untuk setiap Ax .
1.2.10. Teorema
Bila BAf : dan CBg : fungsi dan H suatu subhimpunan dari C .
Maka HfgHfgHgf 11111 .
1.2.11. Teorema
Bila BAf : dan CBg : keduanya bersifat injektif, maka
komposisi fg juga bersifat injektif.
(Bukti teorema diberikan sebagai latihan bagi pembaca)
Barisan
Fungsi dengan sebagai domain memainkan aturan yang sangat
khusus dalam analisis, yang akan kita perkenalkan daalam konsep barisan
berikut ini.
1.2.12. Definisi
Suatu barisan dalam himpunan S adalah suatu fungsi yang domannya
himpunan bilangan asli dan rangenya termuat di S .
Untuk barisan SX : , nilai X di n sering ditulis dengan nx
daripada nx , dan nilainya sering kita sebut suku ke- n barisan tersebut. Barisan
itu sendiri sering dituliskan dengan nxn atau lebih sederhana dengan nx .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 15
Sebagai contoh, barisan di R yang dituliskan dengan nn sama artinya dengan fungsi RX : dengan nnX .
Penting sekali untuk membedakan antara barisan nxn dengan
nilainya nxn , yang merupakan subhimpunan dari S . Suku barisan harus dipandang mempunyai urutan yang diinduksi dari urutan bilangan asli,
sedangkan range dari barisan hanya merupakan subhimpunan dari S . Sebagai
contoh, suku-suku dari barisan nn1 berganti-ganti 1 dan 1 , tetapi range dari barisan tersebut adalah 1,1 , memuat dua unsur dari R
Latihan 1.2.
1. Misalkan 11 xRxBA dan subhimpunan R dari R , apakah himpunan ini fungsi?
2. Misalkan f fungsi fungsi pada R yang didefinisikan dengan 2xxf , dan
01 xRxE dan 10 xRxF tunjukkan bahwa
0 FE dan 0 FEf . Sementara 10 xRyFfEf . Disini FEf adalah subhimpunan sejati dari FfEf . Apa yang terjadi bila 0 dibuang dari E dan F ?
3. Bila E dan F seperti soal nomor 2. Tentukan FE \ dan FfEf \ dan
tunjukkan bahwa FfEfFEf \\ salah!
4. Tunjukkan bahwa bila BAf : dan E , F subhimpunan dari A , maka
FfEfFEf dan FfEfFEf .
5. Tunjukkan bila BAf : , dan G , H subhimpunan dari B , maka
HfGfHGf 111 dan HfGfHGf 111
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 16
6. Misalkan f didefinisikan dengan Rxx
xxf
,12
. Tunjukkan bahwa
f bijektif dari R pada 11: yy .
7. Untuk Rba , dengan ba , tentukan bijeksi dari bxaxA pada
10 yyB .
8. Tunjukkan bahwa bila BAf : bersifat injektif dari AE , maka
EEff 1 . Berikan suatu contoh untuk menunjukkan kesamaan tidak dipenuhi bila f tidak injektif.
9. Tunjukkan bahwa bila BAf : bersifat surjektif, dan BH , maka
HHff 1 . Berikan satu contoh untuk menunjukkan kesamaan tidak dipenuhi bila f tidak surjektif.
10. Buktikan bila BAf : suatu injeksi, maka Rbaabf ,,1 suatu
fungsi dengan domain fR . Kemudian buktikan bahwa 1f injektif dan f
invers dari 1f .
11. Misalkan BAf : injektif, tunjukkan bahwa xxff 1 untuk setiap
fDx dan yyff 1 untuk setiap fRy .
12. Berikan contoh dua buah fungsi BAf : , BAf : dari BAf : pada
BAf : sehingga BAf : , tetapi BAf :
13. Buktikan teorema 1.2.10 dan 1.2.11
14. Misalkan gf , fungsi dan xxfg untuk semua x di fD . Tunjukkan
bahwa f injektif dan fDfR dan gDgR .
15. Misalkan gf , fungsi dan dan xxfg untuk semua x di fD dan
ygf untuk semua y di gD . buktikan bahwa 1 fg
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 17
1.3 INDUKSI MATEMATIKA
Induksi matematika merupakan metode pembuktian penting yang akan
sering digunakan dalam buku ini. Metode ini digunakan untuk menguji kebenaran
suatu pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Walaupun
kegunaannya terbatas pada masalah tertentu, tetapi induksi matematika sangat
dibutuhkan disemua cabang matematika. Karena banyak bukti induksi
matematika sangat diperlukan disemua cabang matematika. Karena banyak bukti
induksi mengikuti urutan formal argumen yang sama, kita akan sering
menyebutkan hasilnya mengikuti induksi matematika dan meninggalkan bukti
lengkapnya kepada pembaca. Dalam bagian ini kita akan membahas prinsip
induksi matematika dan memberi beberapa contoh untuk mengilustrasikan
bagaimana proses bukti induksi.
Kita akan mengasumsikan kebiasaan (pembaca) dengan himpunan
bilangan asli
,...3,2,1 Dengan operasi matematika penjumlahan dan perkalian seperti biasa dan
dengan arti suatu bilangan kurang dari bilangan lain. Kita juga akan
mengasumsikan sifat fundamental dari berikut ini
1.3.1. Sifat urutan dengan baik di
Setiap subhimpunan tak kosong dari mempunyai unsur terkecil.
Pernyataan yang lebih detail dari sifat ini sebagai berikut: bila S sub
himpunan dari dan S , maka terdapat unsur Sm sedemikian sehingga
km untuk setiap Sk .
Dengan berdasar sifat urutan dengan baik, kita akan menurunkan suatu
versi prinsip induksi matematika yang dinyatakan dalam suku-suku subhimpunan
dari . Sifat yang dideskripsikan dalam versi ini kadang-kadang mengikuti
turunan sifat .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 18
1.3.2. Prinsip Induksi Matematika
Misalkan S sub himpunan dari yang mempunyai sifat:
i. S1
ii. Jika Sk , maka Sk 1 .
Maka S Bukti:
Andaikan S . Maka S\ . Karenanya berdasar sifat urutan dengan baik,
maka S\ mempunyai unsur terkecil, sebut m . Karena S1 , maka 1m .
Karena itu 1m dengan 1m juga bilangan asli. Karena mm 1 dan m
unsur terkecil di SN \ , maka 1m haruslah di S .
Sekarang kita gunakan hipotesis (2) terhadap unsur 1 mk di S , yang
berakibat mmk 111 di S . Kesimpulan ini kontradiksi dengan pernyataan bahwa m tidak di S . Karena m diperoleh dengan pengandaian
S\ tidak kosong, kita dipaksa pada kesimpulan bahwa S\ kosong. Karena
itu kita telah buktikan bahwa S .
Prinsip induksi matematika sering dinyatakan dalam kerangka sifat atay
pernyataan tentang bilangan asli. Bila nP berarti pernyataan tentang n ,
maka nP benar untuk beberapa nilai n , tetapi belum tentu benar untuk yang
lain. Sebagai contoh, bila nP pernyataan nn 2 , maka 1P benar,
sementara nP salah untuk semua 1n , Nn dalam konteks ini prinsip induksi matematika dapat dirumuskan sebagai berikut:
Untuk setiap n , misalkan nP pernyataan tentang n , misalkan bahwa
a) 1P benar
b) Jika kP benar, maka 1kP benar.
Maka nP benar untuk semua n . Dalam kaitannya dengan versi induksi matematika terdahulu yang
diberikan pada 1.3.2, dibuat misalkan benarnPnS maka kondisi (1) dan (2) pada 1.3.2 berturut-turut tepat bersesuaian dengan (a) dan (b). Kesimpulan
S bersesuaian dengan kesimpulan bahwa nP benar untuk semua n .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 19
Dalam (b) asumsi jika kP benar disebut hipotesis induksi. Disini, kita
tidak memandang pada benar salahnya kP , tetapi hanya pada validitas
implikasi jika kP benar, maka 1kP benar.
1.3.3. Contoh
a. Untuk setiap Nn , jumlah n pertama bilangan asli diberikan oleh
121...21 nnn
Untuk membuktikan kesamaan ini, kita misalkan S himpunan n ,
sehingga kesamaan tersebut benar. Kita harus membuktikan kondisi (1) dan
(2) pada 1.3.2 dipenuhi.
i. Bila 1n , maka kita mempunyai 11.1.211:1 P , jadi 1P benar
ii. Bila kP kita asumsikan benar yakni
1.21...21 kkk
Bila kita tambahkan pada kedua ruas dengan 1k ,maka menjadi:
11.211...21 kkkkk
11211...21
kkkk
12211...21 kkkk
21211...21 kkkk
111211...21 kkkk
Dari persamaan terakhir kita ketahui bahwa karena kP berimplikasi pada
akibat 1kP bernilai benar, sehingga terbukti bahwa:
121...21 nnn , untuk setiap n
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 20
b. Untuk setiap n , jumlah kuadrat dari n bilangan pertama asli adalah sebagai berikut:
6
121...21 222 nnnn
Untuk membuktikan formula diatas, maka pertama-tama kita buktikan
kebenaran formula diatas untuk 1n , selanjutnya jika benar untuk kn ,
maka akan dibuktikan benar pula untuk 1 kn
i. Bila 1n , maka kita mempunyai 166
611.21111:1 P , jadi
1P benar
ii. Bila kP kita asumsikan benar yakni
6121...21 222 kkkk
Bila kita tambahkan pada kedua ruas dengan 21k ,maka menjadi:
22222 16
1211...21 kkkkkk
16
1211...21 2222 kkkkkk
6
661211...21 2222 kkkkkk
666211...21
22222 kkkkkk
667211...21
22222 kkkkk
667211...21
22222 kkkkk
6
32211...21 2222 kkkkk
6
1121111...21 2222 kkkkk
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 21
Hasil terakhir memiliki arti bahwa 1kP bernilai benar sebagai implikasi
dari kP yang bernilai benar, mengikuti induksi matematika, maka validitas formula diatas berlaku untuk setiap n
c. Diberikan ba, , kita akan buktikan pernyataan ba adalah faktor dari nn ba untuk setiap n .
Pertama-tama kita akan melihat untuk 1n , maka kita ketahui bahwa
pernyataan matematika bernilai benar karena ba adalah faktor dari
baba 11 . Selanjutnya asumsikan bahwa pernyataan juga bernilai benar untuk kn ,
sehingga ba adalah faktor dari kk ba . Selanjutnya perhatikan bahwa:
1111 kkkkkk babababa babbaaba kkkkk 11
Berdasarkan hipotesis maka kita ketahui bahwa ba faktor dari kk baa , selain itu kita ketahui bahwa ba adalah faktor dari bab k , sehingga
dari sini kita simpulkan bahwa ba adalah faktor dari 11 kk ba . Dengan induksi matematika dapat kita simpulkan bahwa ba adalah faktor dari
nn ba untuk setiap n d. Untuk setiap n buktikanlah bahwa ketaksamaan berikut benar
!12 nn
Untuk membuktikan, pertama kita lihat untuk 1n yakni 2!1121 bernilai benar.
Selanjutnya kita asumsikan bahwa !12 kk . Dengan menggunakan fakta 22 k , diperoleh:
!11!2!1.2!122.22 1 kkkkkkk
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 22
Jadi, bila ketaksamaan tersebut berlaku untuk k , maka berlaku pula untuk
1k . Karenanya dengan induksi matematika, kita simpulkan bahwa
ketaksamaan tersebut benar untuk setiap n .
e. Bila Rr , 1r dan n , maka
rrrrr
nn
11...1
12
Ini merupakan jumlah n suku deret geometri. Untuk membuktikan kesamaan
diatas, kita misalkan 1n , maka kita mempunyai r
rr
1
112
, jadi formula
diatas benar untuk 1n . Selanjutnya kita asumsikan benar untuk kn ,
sehingga r
rrrrk
k
11...1
12 benar. Selanjutnya pada kedua ruas
kita tambahkan 1kr , sehingga menjadi:
11
12
11...1
kk
kk rr
rrrrr
r
rrrr
rr
rrr
rrrrrr
kkkkkkkk
11
111
11
11...1
22111112
rrrrrr
kkk
11...1
1112
Hasil terakhir memiliki arti formula tersebut juga berlaku untuk 1 kn ,
sehingga mengikuti prinsip induksi matematika, maka formula tersebut benar
untuk setiap n . Pada sekolah menengah kita sudah diajarkan membuktikan kesamaan diatas
tanpa menggunakan induksi matematika yakni:
Misalkan nn rrrS ...12 , maka 12 ... nnn rrrrrS ,
122 ......1 nnnnn rrrrrrrrSS 111 nn rSr
rrS
n
n
11 1
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 23
f. Penggunaan prinsip induksi matematika secara ceroboh dapat menghasilkan
kesimpulan yang salah. Pembaca diharapkan mencari kesalahan pada
Bukti Teorema berikut. Bila n sebarang bilangan asli dan bila maksimum dari dua bilangan
asli p dan q adalah n , maka qp . (akibatnya bila p dan q dua bilangan
asli sebarang, maka qp ).
Bukti:
Misalkan S sub himpunan dari bilangan asli sehingga pernyataan tersebut
benar. maka S1 , karena qp, di dan maksimumnya 1. Maka maksimum
1p dan 1q adalah k , karenanya 11 qp , karena Sk , dari sini
kita simpulkan qp . Jadi Sk 1 dan kita simpulkan bahwa pernyataan tersebut benar untuk setiap n .
g. Terdapat juga beberapa pernyataan yang benar untuk beberapa bilangan asli,
tetapi tidak untuk semua. Sebagai contoh formula 412 nnnP
memberikan bilangan prima untuk 41,...,3,2,1n . Tetapi, 1P bukan bilangan prima.
Prinsip induksi matematika memiliki bentuk dalam versi lain yang kadang-
kadang sangat berguna. Sering disebut prinsip induksi kuat, walaupun
sebenarnya ekivalen dengan versi terdahulu.
1.3.4. Prinsip Induksi Kuat.
Misalkan S sub himpunan sedemikian hingga S1 , dan bila Sk ,...,2,1
maka Sk 1 . Maka S .
Bukti ekivalensi prinsip induksi kuat dengan prinsip induksi matematika
diserahkan pada pembaca sebagai bahan latihan.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 24
Latihan 1.3.
Buktikan bahwa yang berikut ini berlaku untuk semua n
1. 111...
3.21
2.11
nn
nn
2. 2
333 121...21
nnn
3. 2
11...321 122 nnn
4. nn 53 dapat dibagi 6
5. 152 n dapat dibagi 8
6. 145 nn dapat dibagi 16.
7. Buktikan bahwa jumlah pangkat tiga dari bilangan asli berurutan,
2,1, nnn habis dibagi 9.
8. Buktikan bahwa nn 2 untuk semua n
9. Tentukan suatu formula untuk jumlah
12121...
5.31
3.11
nn
Dan buktikan dugaan tersebut dengan menggunakan induksi matematika.
(dugaan terhadap pernyataan matematika, sebelum dibuktikan sering disebut
Conjecture)
10. Tentukan suatu formula untuk jumlah n buah bilangan ganjil pertama
12...31 n
Kemudian buktikan dugaan tersebut dengan menggunakan induksi
matematika
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 25
11. Buktikan variasi dari 1.3.2 berikut: misalkan S subhimpunan tak kosong dari
sedemikian sehingga untuk suatu 0n berlaku (a) Sn 0 , dan (b) bila
0k dan Sk , maka Sk 1 . Maka S memuat himpunan 0nnn .
12. Buktikan bahwa !2 nn Untuk setiap 4n , n (lihat latihan 11).
13. Buktikan bahwa 2232 nn untuk setiap 5n , n (lihat latihan 11).
14. Untuk bilangan asli yang mana nn 22 ? Buktikan pernyataanmu (lihat latihan 11)
15. Buktikan bahwa nn
1...2
11
1 untuk setiap n .
16. Misalkan S sub himpunan dari N sedemikian sehingga (a) Sk 2 untuk
setiap Nk , dan (b) bila Sk , dan 2k , maka Sk 1 . Buktikan
S .
17. Misalkan barisan nx didefinisikan sebagai berikut: 11 x , 22 x , dan
nnn xxx 12 21
untuk Nn . Gunakan prinsip induksi kuat 1.3.4. untuk
menunjukkan 21 nx untuk setiap n .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 26
BAB II HIMPUNAN BILANGAN REAL
ab ini menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dengan
sistem bilangan real sebagai suatu sistem matematika yang
memiliki sifat-sifat sebagai suatu lapangan yang terurut dan lengkap.
Yang dimaksud dengan sistem bilangan real sebagai suatu lapangan di sini
adalah bahwa pada himpunan semua bilangan real R yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian berlaku sifat-sifat aljabar dari lapangan. Sifat
terurut dari R berkaitan dengan konsep kepositifan dan ketidaksamaan antara dua bilangan real, sedangkan sifatnya yang lengkap berkaitan dengan konsep
supremum atau batas atas terkecil. Teorema-teorema dasar dalam kalkulus
elementer, seperti Teorema Eksistensi Titik Maksimum dan Minimum, Teorema
Nilai Tengah, Teorema Rolle, Teorema Nilai Rata-Rata, dan sebagainya,
didasarkan atas sifat kelengkapan dari R ini. Sifat ini berkaitan erat dengan konsep limit dan kekontinuan. Dapat dikatakan bahwa sifat kelengkapan dari R mempunyai peran yang sangat besar di dalam analisis real.
Bab ini terdiri dari beberapa sub bab. Sub bab 2.1 membahas sifat lapangan dari
R . Sub bab 2.2 menjelaskan sifat terurut dari R , dan di dalamnya dibahas juga tentang konsep nilai mutlak. Pada sub bab 2.3 didiskusikan tentang sifat
kelengkapan dari R . Pada sub bab ini dibahas mengenai sifat Archimedean dan sifat kerapatan dari himpunan bilangan rasional. Selanjutnya, sub bab 2.4,
menjelaskan tentang interval, sebagai suatu himpunan bagian dari R yang dikonstruksi berdasarkan sifat terurut dari R . Yang terakhir, sub bab 2.5 membahas tentang representasi desimal dari bilangan real. Pada sub bab ini,
juga dipaparkan bagaimana membuktikan Teorema Cantor dengan
menggunakan konsep representasi desimal dari bilangan real ini. Teorema
Cantor mengatakan bahwa himpunan R merupakan himpunan yang tak terhitung (uncountable).
B
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 27
2.1 Sifat Aljabar dari R
Sifat 2.1 (Sifat Aljabar dari R ). Pada himpunan bilangan real R yang dilengkapi operasi penjumlahan ( ) dan operasi perkalian ( ) berlaku sifat-sifat,
terhadap operasi penjumlahan :
T1. a b b a untuk setiap Rba,
T2. a b c a b c untuk setiap Rcba ,,
T3. Terdapat elemen R0 sedemikian sehingga 0 0a a a untuk setiap
Ra
T4. Terdapat elemen R a sedemikian sehingga 0a a a a untuk
setiap Ra terhadap operasi perkalian :
K1. a b b a untuk setiap Rba,
K2. a b c a b c untuk setiap Rcba ,,
K3. Terdapat elemen R1 sedemikian sehingga 1 1a a a untuk setiap
a
K4. Terdapat elemen Ra/1 sedemikian sehingga 1/ 1/ 1a a a a
untuk setiap Ra , dan
D. a b c a b a c dan b c a b a c a untuk setiap Rcba ,, .
Sifat T1 dan K1 merupakan sifat komutatif, sifat T2 dan K2 merupakan sifat
asosiatif, sifat T3 dan K3 menunjukkan eksistensi elemen identitas, dan sifat T4
dan K4 menunjukkan eksistensi elemen invers, berturut-turut masing-masing
terhadap operasi penjumlahan dan perkalian. Yang terakhir, sifat D merupakan
sifat distributif perkalian atas penjumlahan. Sifat T1-T4, K1-K4, dan D yang
dipenuhi oleh semua elemen di R , menjadikan R dipandang sebagai suatu lapangan.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 28
Terkait dengan elemen identitas 0 (terhadap operasi penjumlahan) dan 1
(terhadap operasi perkalian), kita memiliki fakta bahwa kedua elemen ini
merupakan elemen yang unik atau tunggal. Selain itu, perkalian setiap elemen di
R dengan elemen 0 hasilnya adalah 0. Fakta-fakta ini, secara formal matematis, dapat direpresentasikan dalam teorema berikut ini.
Teorema 2.2.
a. Jika Raz, dan z a a maka 0z .
b. Jika u b b dengan Rbu, dan 0b maka 1.u
c. 0 0a untuk setiap Ra . Bukti. a. Berdasarkan sifat T3, T4, T2, dan hipotesis z a a ,
0 0z z z a a z a a a a . b. Berdasarkan sifat K1, K2, K3, dan hipotesis u b b , 0b ,
1 1/ 1/ 1/ 1u u u b b u b b b b . c. Berdasarkan sifat K3, D, dan T3,
0 1 0 1 0 1a a a a a a a .
Berdasarkan a., diperoleh bahwa 0 0a .
Selain fakta di atas, kita juga memiliki fakta berikut ini.
Teorema 2.3.
a. Jika Rba, , 0a , dan 1a b maka 1/b a .
b. Jika 0a b maka 0a atau 0b . Bukti.
a. Berdasarkan sifat K3, K4, K2, dan hipotesis 0a , dan 1a b ,
1 1/ 1/ 1 1/ 1/b b b a a b a a a a .
b. Andaikan 0a dan 0b . Akibatnya, 1/ 1a b a b . Berdasarkan hipotesis, yaitu 0a b , dan Teorema 2.2.c., kita memiliki bahwa
1/ 0 1/ 0a b a b a b ,
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 29
Terjadi kontradiksi di sini, yaitu antara pernyataan 1/ 1a b a b dan
1/ 0a b a b . Dengan demikian, haruslah bahwa 0a atau 0b .
Teorema 2.3.a. mengatakan bahwa eksistensi invers dari suatu elemen di R adalah unik. Sedangkan Teorema 2.3.b. mengandung arti bahwa perkalian dua
elemen tak nol di R tidaklah mungkin menghasilkan elemen nol.
Di dalam himpunan bilangan real R dikenal pula operasi lain, yaitu operasi pengurangan ( ) dan pembagian (:). Jika Rba, maka operasi pengurangan
didefinisikan dengan :a b a b sedangkan operasi pembagian
didefinisikan dengan : : 1/a b a b , 0b .
2.2 SIFAT TERURUT DARI R
Seperti yang telah disinggung pada pendahuluan bab ini, sifat terurut dari R berkaitan dengan konsep kepositifan dan ketidaksamaan antara dua bilangan
real. Seperti apa kedua konsep tersebut? Di sini, kita akan membahasnya.
Terlebih dahulu kita akan membahas konsep kepositifannya.
Sifat 2.4 (Sifat Kepositifan). Terdapat himpunan bagian tak kosong dari R ,
yang dinamakan himpunan bilangan real positif R , yang memenuhi sifat-sifat :
a. Jika Rba, maka Rba .
b. Jika Rba, maka Rba .
c. Jika Ra maka salah satu diantara tiga hal, yaitu Ra , 0a , dan Ra , pasti terpenuhi.
Sifat 2.4.c. disebut juga sebagai sifat Trichotomy. Sifat ini mengatakan bahwa R dibangun oleh tiga buah himpunan yang disjoin. Tiga buah himpunan tersebut
adalah himpunan Raa : yang merupakan himpunan bilangan real negatif, himpunan 0 , dan himpunan bilangan real positif R . Himpunan Raa :
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 30
bisa juga dituliskan dengan R . Jika Ra maka 0a dan a dikatakan
sebagai bilangan real positif. Jika 0Ra maka 0a dan a dikatakan
sebagai bilangan real nonnegatif. Jika Ra maka 0a dan a dikatakan
sebagai bilangan real negatif. Jika 0Ra maka 0a dan a dikatakan sebagai bilangan real nonpositif.
Penjumlahan k buah suku elemen 1 menghasilkan bilangan k . Himpunan
bilangan k yang dikonstruksi dengan cara demikian disebut sebagai himpunan
bilangan asli, dinotasikan dengan N . Himpunan N ini merupakan himpunan
bagian dari himpunan R . Himpunan ini memiliki sifat fundamental, yakni bahwa setiap himpunan bagian tak kosong dari N memiliki elemen terkecil. Sifat yang demikian disebut sebagai sifat well-ordering dari N .
Selanjutnya, jika kita ambil sembarang Nk maka Nk . Gabungan
himpunan N , 0 , dan : Nk k membentuk suatu himpunan yang disebut
sebagai himpunan bilangan bulat, dinotasikan dengan Z . Himpunan bilangan asli N disebut juga sebagai himpunan bilangan bulat positif, dinotasikan dengan
Z , sedangkan himpunan : Zk k disebut juga himpunan bilangan bulat
negatif, dinotasikan dengan Z .
Dari himpunan Z , kita bisa mengonstruksi bilangan dalam bentuk /m n , dengan 0n . Bilangan real yang dapat direpresentasikan dalam bentuk yang demikian
disebut sebagai bilangan rasional. Sebaliknya, bilangan real yang tidak dapat
direpresentasikan dalam bentuk itu disebut sebagai bilangan irasional. Himpunan
bilangan rasional dinotasikan dengan Q . Dapat dikatakan bahwa himpunan bilangan real R merupakan gabungan dua himpunan disjoin, himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irasional. Bilangan 2 dan 0 merupakan contoh
bilangan-bilangan rasional, dan dapat ditunjukkan bahwa 2 , akar dari
persamaan 2 2x , merupakan contoh bilangan irasional (lihat Bartle-Sherbert [1]).
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 31
Sekarang, kita sampai kepada penjelasan tentang konsep ketidaksamaan antara
dua bilangan real, sebagai salah satu konsep yang berkaitan dengan sifat terurut
dari R .
Definisi 2.5. Misalkan Rba, .
a. Jika Rba maka a b atau b a .
b. Jika 0 Rba maka a b atau b a .
Sifat Trichotomy dari R mengakibatkan bahwa untuk sembarang Rba,
berlaku salah satu dari a b , a b , atau a b . Selain itu, dapat ditunjukkan
bahwa jika a b dan a b maka a b . Dari sifat terurut, dapat juga diperoleh fakta-fakta berikut ini.
Teorema 2.6. Misalkan Rcba ,, .
a. Jika a b dan b c maka a c .
b. Jika a b maka a c b c .
c. Jika a b dan 0c maka ac bc . Jika a b dan 0c maka ac bc .
d. Jika 0ab maka 0a dan 0b , atau 0a dan 0b .
e. Jika 0ab maka 0a dan 0b , atau 0a dan 0b .
Bukti Teorema 2.6.a-2.6.b menggunakan definisi 2.5 dan Teorema 2.6.d-2.6.e
menggunakan sifat Trichotomy. Bukti Teorema tersebut ditinggalkan sebagai
latihan bagi para pembaca.
Jika kita mengambil sembarang 0a maka 12 0a dan 120 a a . Hal ini
mengandung arti setiap kita mengambil bilangan positif pasti selalu didapat
bilangan positif lain yang lebih kecil daripadanya. Dengan kata lain, tidak terdapat
bilangan positif yang terkecil. Pernyataan ini merupakan maksud dari teorema
berikut ini.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 32
Teorema 2.7. Jika Ra dan 0 a untuk setiap 0 maka 0a .
Bukti. Andaikan 0a . Pilih 12 a . Kita peroleh 0 a . Pernyataan ini
kontradiksi dengan hipotesis bahwa 0 a untuk setiap 0 . Dengan
demikian, haruslah bahwa 0a . Sebelumnya kita telah dikenalkan dengan bilangan real nonnegatif, yaitu elemen
dari himpunan 0R . Jika 0a atau 0a maka jelas bahwa 0Ra .
Jika 0a tentunya 0a , sehingga 0 Ra . Berdasarkan hal tersebut, akan didefinisikan apa yang disebut sebagai nilai mutlak dari suatu bilangan real.
Nilai mutlak ini akan me-nonnegatif-kan bilangan-bilangan real.
Definisi 2.8 (Nilai Mutlak). Nilai mutlak dari bilangan real a , dinotasikan dengan
a , didefinisikan dengan
, 0:
, 0.a a
aa a
Dari Definisi 2.8 tersebut tampak bahwa 0a atau a adalah bilangan
nonnegatif untuk setiap bilangan real a . Sebagai contoh, 1 1 , 0 0 , dan
2 2 .
Nilai mutlak dari bilangan-bilangan real ini memiliki sifat-sifat tertentu, di
antaranya seperti yang tertuang dalam fakta berikut ini.
Teorema 2.9.
a. ab a b untuk setiap Rba, .
b. Misalkan 0c dan Ra , a c jika dan hanya jika c a c .
c. Misalkan 0c dan Ra , a c jika dan hanya jika a c atau a c .
Bukti.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 33
a. Jika 0a atau 0b maka 0 0ab dan 0a b . Jika , 0a b maka
0ab , a a , dan b b , sehingga ab ab dan a b ab . Jika 0a
dan 0b maka 0ab , a a , dan b b , sehingga ab ab dan
a b a b ab . Untuk kasus 0a dan 0b , penyelesaiannya serupa
dengan kasus sebelumnya.
b. Misalkan a c . Untuk 0a , kita peroleh a a c , sehingga didapat
0 a c . Untuk 0a , kita peroleh a a c atau a c , sehingga
didapat 0c a . Dengan menggabungkan hasil dari kedua kasus tersebut, kita peroleh c a c .
Untuk sebaliknya, misalkan c a c . Hal tersebut mengandung arti c a dan a c . Dengan kata lain, a c dan a c . Lebih sederhana, yang
demikian dapat dituliskan sebagai a c .
c. Misalkan a c . Untuk 0a , kita peroleh a a c . Untuk 0a , kita
peroleh a a c atau a c . Dengan menggabungkan hasil dari kedua
kasus tersebut, kita peroleh a c atau a c .
Untuk sebaliknya, jika a c atau a c maka a c atau a c . Dengan
kata lain, a c .
Perhatikan kembali sifat nilai mutlak yang terdapat pada Teorema 2.9. Untuk
yang bagian a., jika a b maka 2 2a a a a . Untuk bagian b., jika c a
maka a a a .
Selanjutnya, kita sampai kepada sifat nilai mutlak yang lain, yang dinamakan
dengan Ketidaksamaan Segitiga. Ketidaksamaan ini mempunyai kegunaan yang
sangat luas di dalam matematika, khususnya di dalam kajian analisis dan aljabar.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 34
Teorema 2.10 (Ketidaksamaan Segitiga). Jika Rba, maka a b a b
dan kesamaan terjadi atau a b a b jika a kb , dengan 0k .
Bukti. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, jika Rba, maka dapat
diperoleh bahwa a a a dan b b b . Jika kedua ketidaksamaan ini
kita jumlahkan maka a b a b a b atau a b a b . Bukti untuk pernyataan berikutnya ditinggalkan sebagai latihan bagi para pembaca.
Lebih jauh, sebagai konsekuensi dari Teorema 2.10, kita memiliki akibat berikut
ini.
Akibat 2.11. Jika Rba, maka a b a b dan a b a b .
Bukti. Perhatikan bahwa a a b b . Dengan menggunakan ketidaksamaan
segitiga, a a b b a b b atau a b a b . Dengan cara yang
serupa dapat kita peroleh bahwa b b a a a b a . Akibatnya,
b a a b atau a b a b . Akhirnya, kita memiliki
a b a b a b atau a b a b .
Selanjutnya, perhatikan bahwa a b a b a b a b ,
berdasarkan ketidaksamaan segitiga.
Selanjutnya, kita akan melihat bagaimana konsep terurut dari R ini diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah-masalah ketidaksamaan.
Contoh 2.12. Tentukan himpunan penyelesaian dari ketidaksamaan 4 2 6x . Penyelesaian. Perhatikan bahwa
4 2 4 2 6 4 2 2 6 2 4 8 2x x x x x .
Tampak bahwa ketidaksamaan 4 2 6x dipenuhi oleh semua
: 2x x x .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 35
Contoh 2.13. Cari semua penyelesaian dari ketidaksamaan 2 6x x . Penyelesaian. Perhatikan bahwa
2 26 6 0 2 3 0x x x x x x .
Darinya kita peroleh bahwa 2 0x dan 3 0x , atau 2 0x dan 3 0x .
Untuk kasus yang pertama kita dapatkan 2x dan 3x , atau dengan kata
lain 2 3x . Untuk kasus yang kedua kita peroleh bahwa 2x dan 3x . Perhatikan bahwa pada kasus kedua tersebut tidak ada nilai x yang
memenuhinya. Dengan demikian, ketidaksamaan 2 6x x dipenuhi oleh
semua 32: xxx R .
Contoh 2.14. Selidiki apakah ketidaksamaan
2 22 3xx
memiliki penyelesaian.
Penyelesaian. Perhatikan bahwa
2 2 2 32 3 82 0 02 3 2 3 2 3
x xx xx x x
.
Yang demikian berarti 3 8 0x dan 2 3 0x , atau 3 8 0x dan
2 3 0x . Untuk kasus yang pertama kita peroleh 8 / 3x dan 3/ 2x . Namun hal itu tidak mungkin terjadi, artinya tidak ada x yang memenuhi. Untuk
kasus yang kedua kita peroleh 8 / 3x dan 3 / 2x , atau dengan kata lain
8 / 3 3 / 2x . Jadi ketidaksamaan
2 22 3xx
memiliki penyelesaian, dan himpunan semua penyelesaiannya adalah
2/33/8: xx R .
Contoh 2.15. Cari himpunan penyelesaian dari 2 1 5x .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 36
Penyelesaian. Berdasarkan Teorema 1.9.b., 5 2 1 5x atau 6 2 4x .
Darinya kita peroleh 3 2x . Jadi himpunan penyelesaiannya adalah
23: xx R
Bisa juga ketidaksamaan tersebut diselesaikan dengan cara lain. Perhatikan
bahwa
2 1, 1/ 2
2 12 1 , 1/ 2.
x xx
x x
jika jika
Penyelesaiannya dibagi menjadi dua kasus, yaitu :
Kasus I, /x 1 2 .
Kita peroleh 2 1 2 1 5x x . Akibatnya, 2 4x atau 2x . Pada kasus ini,
himpunan penyelesaian dari 2 1 5x adalah
22/1:2:2/1: xxxxxx RRR l. Kasus II, /x 1 2 .
Kita peroleh 2 1 2 1 2 1 5x x x . Akibatnya, 2 6x atau 3x .
Pada kasus ini, himpunan penyelesaian dari 2 1 5x adalah
2/13:3:2/1: xxxxxx RRR .
Penyelesaian seluruhnya dari 2 1 5x adalah himpunan penyelesaian kasus I
digabung dengan himpunan penyelesaian kasus II. Akibatnya, kita dapatkan
himpunan penyelesaian keseluruhan dari 2 1 5x adalah
23: xx R .
Contoh 2.17. Tentukan himpunan penyelesaian dari 1 2x x .
Penyelesaian. Sebelum melangkah jauh di dalam menyelesaikan ketidaksamaan tersebut, perhatikan bahwa
, 0, 0 jika jika
x xx
x x
dan
1, 11
1 , 1. jika jika
x xx
x x
Penyelesaiannya kita bagi menjadi tiga kasus terlebih dahulu, yaitu :
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 37
Kasus I, x 1 .
Kita peroleh x x dan 1 1 1x x x . Akibatnya,
1 1 2x x x x atau 2 3x atau 3/ 2x . Pada kasus ini,
himpunan penyelesaian dari 1 2x x adalah
12/3:1:2/3: xxxxxx RRR . Kasus II, x 1 0 .
Kita peroleh x x dan 1 1x x . Akibatnya, 1 1 2x x x x
atau 1 2 . Ketidaksamaan 1 2 dipenuhi oleh semua Rx . Untuk kasus II,
himpunan penyelesaian dari 1 2x x adalah
01:01: xxxxx RRR . Kasus III, x 0 .
Kita peroleh x x dan 1 1x x . Akibatnya, 1 1 2x x x x atau
2 1x atau 1/ 2x . Untuk kasus III, himpunan penyelesaian dari 1 2x x
adalah
2/10:2/1:0: xxxxxx RRR . Dengan menggabungkan himpunan penyelesaian untuk kasus I, kasus II, dan
kasus III, diperoleh seluruh nilai Rx yang memenuhi ketidaksamaan
1 2.x x , yaitu 2/12/3: xx R .
Contoh 2.18. Selidiki apakah ketidaksamaan 3 2 4x x memiliki
penyelesaian.
Penyelesaian. Sebelum melangkah jauh di dalam menyelesaikan ketidaksamaan tersebut, perhatikan bahwa
3, 3
33 , 3.
jika jika
x xx
x x
dan
2, 2
22 , 2.
jika jika
x xx
x x
Penyelesaiannya kita bagi menjadi tiga kasus terlebih dahulu, yaitu :
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 38
Kasus I, x 2 .
Kita peroleh 3 3 3x x x dan 2 2 2x x x . Akibatnya,
3 2 3 2 4x x x x atau 2 3x atau 3 / 2x . Untuk kasus
ini, kita tidak mempunyai penyelesaian dari 3 2 4x x karena
2:2/3: xxxx RR .
Kasus II, x 2 3 .
Kita peroleh 3 3 3x x x dan 2 2x x . Akibatnya,
3 2 3 2 4x x x x atau 5 4 . Pernyataan ini merupakan
sesuatu yang mustahil. Jadi untuk kasus ini, kita tidak mempunyai penyelesaian.
Kasus III, x 3 .
Kita peroleh 3 3x x dan 2 2x x . Akibatnya,
3 2 3 2 4x x x x atau 2 5x atau 5 / 2x . Untuk kasus ini,
kita tidak mempunyai penyelesaian dari 3 2 4x x karena
2/5:3: xxxx RR .
Secara keseluruhan, kita tidak memiliki solusi untuk ketidaksamaan
3 2 4x x .
2.3 SIFAT KELENGKAPAN DARI R
Pada subbab ini kita akan membahas sifat ketiga dari R , yaitu sifat kelengkapan. Seperti yang telah dikatakan pada pendahuluan bab ini, sifat kelengkapan
berkaitan dengan konsep supremum atau batas atas terkecil. Untuk itu, kita akan
bahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan batas atas dari suatu
himpunan bilangan real, dan kebalikannya, yaitu batas bawahnya.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 39
Definisi 2.19. Misalkan X adalah himpunan bagian tak kosong dari R . a. Himpunan X dikatakan terbatas atas jika terdapat Ra sedemikian
sehingga a x , untuk setiap x X . Bilangan real a yang demikian disebut
sebagai batas atas dari X . b. Himpunan X dikatakan terbatas bawah jika terdapat Rb sedemikian
sehingga b x , untuk setiap x X . Bilangan real b yang demikian disebut
sebagai batas bawah dari X . c. Himpunan X dikatakan terbatas jika X terbatas atas dan terbatas bawah.
Himpunan X dikatakan tidak terbatas jika X tidak terbatas atas atau tidak terbatas bawah.
Sebagai contoh, perhatikan himpunan 0: xx R . Setiap elemen pada
himpunan 0: bb R merupakan batas bawah dari 0: xx R . Setiap
kita mengambil elemen 0: xxx R maka selalu kita dapatkan bahwa
1x x , sedangkan 0:1 xxx R . Yang demikian mengandung arti bahwa tidak ada Ra sedemikian sehingga a x , untuk setiap
0: xxx R . Jadi himpunan 0: xx R terbatas bawah tetapi tidak terbatas atas, atau juga dapat dikatakan bahwa himpunan tersebut tidak terbatas.
Contoh lain, pandang himpunan 1: xx R . Himpunan 1: aa R
merupakan koleksi semua batas atas dari 1: xx R . Tidak ada Rb
sedemikian sehingga b x , untuk semua 1: xxx R , karena setiap kita
mengambil 1: xxx R maka selalu dapat kita peroleh bahwa 1x x ,
sedangkan 1:1 xxx R . Akibatnya, himpunan 1: xx R tidak
mempunyai batas bawah. Jadi himpunan 1: xx R terbatas atas tetapi tidak terbatas bawah, atau juga dapat dikatakan bahwa himpunan tersebut tidak
terbatas.
Berdasarkan paparan sebelumnya, himpunan 10: xx R memiliki batas atas dan batas bawah, atau dengan kata lain himpunan tersebut merupakan
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 40
himpunan terbatas. Dari batas-batas bawahnya, kita dapat memilih batas bawah
yang terbesar, yaitu elemen 0. Sedangkan dari batas-batas atasnya, kita dapat
memilih batas atas yang terkecil, yaitu elemen 1. Berikut ini adalah definisi
secara formal dari batas atas terkecil, disebut supremum, dan batas bawah
terbesar, disebut infimum, dari suatu himpunan bilangan real.
Definisi 2.20. Misalkan X adalah himpunan bagian tak kosong dari R . a. Misalkan X terbatas atas. Elemen Ra dikatakan supremum dari X jika
memenuhi syarat-syarat :
(1) a adalah batas atas dari X
(2) a v , untuk setiap v , batas atas dari X .
b. Misalkan X terbatas bawah. Elemen Rb dikatakan infimum dari X jika
memenuhi syarat-syarat :
(1) b adalah batas bawah dari X
(2) b w , untuk setiap w , batas bawah dari X .
Selanjutnya, mungkin timbul pertanyaan, apakah perbedaan antara supremum
(infimum) dengan maksimum (minimum)? Contoh sebelumnya tentang himpunan
10: xx R , bisa menjadi ilustrasi untuk menjelaskan hal ini. Himpunan
10: xx R tidaklah mempunyai minimum dan maksimum, karena tidak
ada 10:, xxMm R sedemikian sehingga m x dan M x , untuk
setiap 10: xxx R . Sedangkan untuk supremum dan infimum,
himpunan 10: xx R memilikinya, yaitu 1 dan 0, masing-masing secara berurutan. Elemen minimum dan maksimum haruslah elemen dari himpunan
yang bersangkutan, tetapi elemen infimum dan supremum tidaklah harus
demikian. Jadi elemen infimum dan supremum bisa termasuk atau tidak
termasuk ke dalam himpunan yang bersangkutan. Himpunan 10: xx R memiliki infimum dan supremum, yaitu elemen 1 dan 0, yang termasuk ke dalam
himpunan 10: xx R .
Selanjutnya, kita akan memberikan formulasi lain dari definisi supremum dan
infimum pada definisi 2.20. Kita mulai dengan definisi supremum. Elemen a
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 41
adalah batas atas dari X ekuivalen dengan a x , untuk setiap x X .
Pernyataan a v , untuk setiap v , batas atas dari X , mengandung arti bahwa
jika z a maka z adalah bukan batas atas dari X . Jika z adalah bukan batas
atas dari X maka terdapat zx X sedemikian sehingga zx z . Jadi kita
mempunyai fakta bahwa jika z a maka terdapat zx X sedemikian
sehingga zx z . Selanjutnya, jika diberikan 0 maka a a . Dengan
menggunakan fakta sebelumnya, maka terdapat x X sedemikian sehingga
x a . Jadi kita memperoleh fakta baru, yang ekuivalen dengan fakta
sebelumnya, yaitu untuk setiap 0 terdapat x X sedemikian sehingga
x a . Dengan demikian kita memperoleh fakta-fakta yang ekuivalen
dengan definisi 2.20.
Teorema 2.21. Elemen Ra , batas atas dari X , himpunan bagian tak kosong
dari R , adalah supremum dari X jika dan hanya jika apabila z a maka
terdapat zx X sedemikian sehingga zx z .
Teorema 2.22. Elemen Ra , batas atas dari X , himpunan bagian tak kosong
dari R , adalah supremum dari X jika dan hanya jika untuk setiap 0
terdapat x X sedemikian sehingga x a .
Fakta-fakta serupa yang berkaitan dengan elemen infimum adalah sebagai
berikut.
Teorema 2.23. Elemen Rb , batas bawah dari X , himpunan bagian tak
kosong dari R , adalah infimum dari X jika dan hanya jika apabila z b maka
terdapat zx X sedemikian sehingga zx z .
Teorema 2.24. Elemen Rb , batas bawah dari X , himpunan bagian tak
kosong dari R , adalah infimum dari X jika dan hanya jika untuk setiap 0
terdapat x X sedemikian sehingga x b .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 42
Bukti Teorema 2.23 dan Teorema 2.24 ditinggalkan sebagai latihan bagi para
pembaca.
Selanjutnya, mungkin kita mempertanyakan apakah elemen supremum atau
infimum tunggal atau tidak. Mari kita kaji masalah ini. Misalkan Rvu, adalah
supremum dari himpunan yang terbatas atas U . Untuk menunjukkan bahwa
supremum dari U adalah tunggal, berarti kita harus menunjukkan bahwa u v . Untuk menunjukkannya, perhatikan bahwa u w dan v w , untuk setiap w ,
batas atas dari U . Karena u dan v juga batas atas dari U , kita memiliki u v
dan v u . Yang demikian berarti u v atau supremum dari U adalah tunggal. Dengan mudah, dapat pula kita tunjukkan bahwa infimum dari suatu himpunan
yang terbatas bawah juga tunggal.
Berdasarkan semua penjelasan pada subbab ini, kita mempunyai suatu aksioma
yang sangat esensial. Aksioma inilah yang dimaksud dengan sifat Kelengkapan
dari R , atau biasa juga disebut sifat supremum dari .
Aksioma 2.25 (Sifat Kelengkapan dari R ). Setiap himpunan bagian dari R yang terbatas atas memiliki supremum di R .
Aksioma tersebut mengatakan bahwa R , digambarkan sebagai himpunan titik-titik pada suatu garis, tidaklah berlubang. Sedangkan himpunan bilangan-
bilangan rasional Q , sebagai himpunan bagian dari R yang juga memenuhi
sifat aljabar (lapangan) dan terurut, memiliki lubang. Inilah yang membedakan
R dengan Q . Karena tidak berlubang inilah, R , selain merupakan lapangan
terurut, juga mempunyai sifat lengkap. Oleh karena itu, R disebut sebagai lapangan terurut yang lengkap. Penentuan supremum dari himpunan
2,0:: 2 tttT Q bisa dijadikan ilustrasi untuk menjelaskan terminologi lubang pada himpunan Q . Supremum dari QT yaitu 2 , yang merupakan
akar dari persamaan 2 2x , bukanlah bilangan rasional. Bilangan 2 ini
merupakan salah satu lubang pada Q . Maksudnya, supremum dari QT
adalah 2 yang bukan merupakan elemen dari Q . Sehingga dapat dikatakan
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 43
bahwa aksioma kelengkapan tidak berlaku pada Q . Tetapi jika kita bekerja pada
R , yang demikian tidak akan terjadi.
Sekarang, misalkan V adalah himpunan yang terbatas bawah, artinya terdapat
Rl sedemikian sehingga l x , untuk setiap x V . Darinya, kita memperoleh
bahwa l x , untuk setiap x V . Dengan demikian, himpunan :x x V
terbatas atas. Menurut Aksioma 2.25., himpunan :x x V memiliki
supremum. Misalkan s adalah supremum dari :x x V . Yang demikian
berarti s x , untuk setiap x V , dan s r , untuk setiap r , batas atas dari
:x x V . Darinya, kita memiliki s x , untuk setiap x V , dan s r ,
untuk setiap r , batas atas dari :x x V . Dapat ditunjukkan bahwa r batas
atas dari :x x V jika dan hanya jika r adalah batas bawah dari V . Jadi
kita memiliki s x , untuk setiap x V , dan s t , untuk setiap t , batas bawah
dari V , atau dengan kata lain, s adalah infimum dari himpunan V . Berdasarkan penjelasan tersebut, kita memiliki hal yang serupa dengan Aksioma
2.25, yaitu bahwa setiap himpunan bagian dari R yang terbatas bawah memiliki infimum di R .
Contoh 2.26. Tentukan supremum dari himpunan 1: xxS R . Penyelesaian. Kita klaim terlebih dahulu bahwa sup S , supremum dari S , adalah 1. Klaim kita benar jika dapat ditunjukkan bahwa :
1. Batas atas dari S adalah 1, atau 1x , untuk setiap x S .
2. 1v , untuk setiap v , batas atas dari S . Jelas bahwa 1 adalah batas atas dari S . Selanjutnya, misalkan 1v . Perhatikan
elemen 1/ 2 / 2v . Dapat ditunjukkan bahwa 1/ 2 / 2 1v v . Artinya, setiap
elemen 1v bukanlah batas atas dari S . Jelas bahwa v batas atas dari S jika
dan hanya jika 1v . Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa 1 merupakan batas
atas terkecil dari S . Dengan demikian, 1 merupakan supremum dari S .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 44
Selanjutnya, kita akan menggunakan Teorema 2.21 untuk menunjukkan 1 adalah
supremum dari S . Jika 1v , berdasarkan pembahasan tadi, dengan memilih
1/ 2 / 2vs v , kita peroleh bahwa vs S dan vv s . Jadi 1 merupakan
supremum dari S .
Kita akan coba cara lain untuk menunjukkan bahwa 1 merupakan supremum dari
S , seperti yang tertulis pada Teorema 2.22. Diberikan 0 . Di sini kita akan
memilih apakah ada s S sedemikian sehingga 1 s (pemilihan s yang
demikian tidaklah unik). Jika kita memilih 1 / 2s maka kita memperoleh apa
yang kita harapkan, karena jelas bahwa 1 / 2 1s , atau dengan kata lain
s S dan 1 1 / 2s . Yang demikian selalu mungkin untuk sembarang
0 yang diberikan. Jadi memang 1 adalah supremum dari S .
Contoh 2.27. Tentukan infimum dari 0: xxI R . Penyelesaian. Kita klaim terlebih dahulu bahwa inf I , infimum dari I , adalah 0. Klaim kita benar jika dapat ditunjukkan bahwa :
1. Batas bawah dari I adalah 0, atau 0 x , untuk setiap x I .
2. 0w , untuk setiap w , batas bawah dari I .
Jelas 0 merupakan batas bawah dari I . Berikutnya, misalkan 0w . Perhatikan
bahwa 0 / 2w w . Di sini / 2w I . Artinya, jika 0w maka w bukan batas
bawah dari I . Jelas bahwa 0w jika dan hanya jika w adalah batas bawah
dari I . Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa 0 adalah batas bawah terbesar dari I .
Berikutnya, kita akan menggunakan Teorema 2.23 untuk menunjukkan 0 adalah
infimum dari I . Misalkan 0w . Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dengan
memilih / 2wi w , kita peroleh bahwa wi I dan wi w . Akibatnya, 0 adalah
infimum dari I .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 45
Cara lain, adalah dengan menunjukkan seperti apa yang tercantum pada
Teorema 2.24. Diberikan 0 . Kita akan memilih apakah ada i I sedemikian
sehingga 0i . Jika / 2i maka i I dan i . Hal ini selalu
mungkin untuk sembarang 0 yang diberikan. Dengan demikian, 0 adalah
infimum dari I .
Contoh 2.28. Tunjukkan bahwa jika himpunan RS terbatas atas dan 0a
maka supremum dari : :aS as s S , sup aS a sup S .
Penyelesaian. Ada beberapa cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kita mulai dengan cara yang pertama, yaitu bahwa kita harus menunjukkan bahwa
a sup S adalah batas atas dari aS atau a sup S as , untuk setiap s S , dan
a sup S v , untuk setiap v , batas atas dari aS . Karena S adalah himpunan
yang terbatas atas, S mempunyai supremum, menurut sifat Kelengkapan dari R .
Karenanya, sup S s , untuk setiap s S . Karena 0a , a sup S as , untuk
setiap s S . Artinya, a sup S adalah batas atas dari aS . Akibatnya, aS memiliki supremum. Selanjutnya, misalkan w adalah sembarang batas atas dari
aS atau w as , untuk setiap s S . Karena 0a , kita peroleh bahwa /w a s ,
untuk setiap s S . Di sini /w a adalah batas atas dari S . Akibatnya,
/w a sup S atau w a sup S . Kita peroleh bahwa a sup S w , untuk setiap w ,
batas atas dari aS . Jadi sup aS a sup S .
Cara kedua untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan menunjukkan
bahwa a sup S adalah batas atas dari aS dan untuk setiap v a sup S terdapat
vs aS sedemikian sehingga vv s . Telah ditunjukkan bahwa a sup S adalah
batas atas dari aS . Sekarang, misalkan v a sup S . Karena 0a , /v a sup S .
Akibatnya, terdapat /v as S sedemikian sehingga // v av a s . Karenanya, kita
memperoleh /v av as . Di sini jelas bahwa /v aas aS . Dengan memilih /v v as as ,
kita mempunyai vs aS dan vv s . Jadi SaaS supsup .
Lebih jauh, kita akan melihat bagaimana sifat kelengkapan dari R ini digunakan untuk menunjukkan bahwa himpunan semua bilangan asli N tidak mempunyai
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 46
batas atas. Artinya tidak terdapat Rx sedemikian sehingga n x , untuk
setiap Nn , atau dengan kata lain jika diberikan Rx terdapat Nxn
sedemikian sehingga xn x .
Teorema 2.29 (Sifat Archimedean). Jika Rx maka terdapat Nxn
sedemikian sehingga xn x .
Bukti. Andaikan N memiliki batas atas atau terdapat Rx sedemikian
sehingga n x , untuk setiap Nn . Akibatnya, x adalah batas atas dari N .
Menurut sifat kelengkapan dari R , N memiliki supremum. Misalkan supremum
dari N itu adalah a . Perhatikan bahwa 1a a . Karena 1a jelas bukan batas
atas dari N , maka terdapat Nm sedemikian sehingga 1a m . Darinya kita
memiliki bahwa 1a m . Perhatikan bahwa N1m . Yang demikian
mengakibatkan bahwa a bukan batas atas dari N . Hal ini kontradiksi dengan
asumsi di awal bahwa a adalah supremum dari N , yang tiada lain juga
merupakan batas atasnya. Jadi himpunan N tidak memiliki batas atas atau Jika
Rx maka terdapat Nxn sedemikian sehingga xn x .
Sekarang, misalkan 0t . Kita peroleh bahwa 1/ 0t . Menurut sifat
Archimedean, terdapat Nn , yang bergantung pada 1/ t (bisa juga dikatakan
bergantung pada t ), sedemikian sehingga 1/n t , atau juga bisa ditulis sebagai
1/ n t . Berdasarkan pembahasan ini, kita memiliki akibat berikut.
Akibat 2.30. Jika 0t maka terdapat Ntn sedemikian sehingga 0 1/ tn t
Selain Akibat 2.30, sifat Archimedean memilki konsekuensi lain, seperti yang
dinyatakan pada akibat berikut ini.
Akibat 2.31. Jika 0y maka terdapat Nyn sedemikian sehingga
1y yn y n .
Bukti. Misalkan mymE y :: N dengan Ry . Sifat Archimedean
menjamin bahwa himpunan yE tidaklah kosong. Karena yE himpunan bagian
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 47
dari N dan tidak kosong, maka menurut sifat well-ordering dari R , yE
mempunyai elemen terkecil. Misalkan elemen terkecil itu adalah yn . Karena yn
adalah elemen terkecil dari yE , maka 1y yn E atau yn y 1 . Dengan
demikian 1y yn y n .
Jika kita memiliki dua buah sembarang bilangan rasional yang berbeda, secara
intuitif kita akan mengatakan bahwa di antara keduanya juga terdapat bilangan
rasional yang lain dan jumlahnya bisa tak berhingga. Dengan kata lain, himpunan
semua bilangan rasional Q adalah himpunan yang rapat. Secara formal,
memang dapat dibuktikan bahwa Q memiliki sifat yang demikian.
Teorema 2.32. Jika Qyx, dan x y maka terdapat bilangan rasional r
sedemikian sehingga x r y .
Bukti. Misalkan 0x . Akibatnya, 0y . Menurut Akibat 2.30, terdapat Np
sedemikian sehingga 1/ p y . Bilangan rasional : 1/r p memenuhi x r y .
Berikutnya, misalkan 0x . Darinya, kita memiliki 0y x . Berdasarkan Akibat
2.30, terdapat Nm sedemikian sehingga 1/ m y x . Karenanya, 1 my mx
atau 1 mx my . Pandang 0mx . Menurut Akibat 2.31, terdapat Nn
sedemikan sehingga 1n mx n . Dari 1n mx kita memperoleh 1n mx ,
sehingga 1n mx my . Dari mx n kita memperoleh mx n my . Akibatnya,
/x n m y . Bilangan rasional : /r n m memenuhi x r y .
Terakhir, misalkan 0x atau 0x . Akibatnya, 0y x . Dengan cara serupa
seperti pada kasus 0x , kita bisa mendapatkan bilangan rasional r sedemikian sehingga x r y .
Kita juga memiliki fakta lain, yang analog dengan teorema 2.32, untuk himpunan
bilangan-bilangan irasional.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 48
Akibat 2.33. Jika Ryx, dan x y maka terdapat bilangan irasional z
sedemikian sehingga x z y .
Bukti. Dari hipotesis kita dapatkan bahwa R2/,2/ yx dan / 2 / 2x y .
Menurut Teorema 2.32, terdapat bilangan rasional 0r sedemikian sehingga
/ 2 / 2x r y atau 2x r y . Bilangan : 2z r merupakan bilangan
irasional dan memenuhi x z y .
2.4 INTERVAL
Pada subbab ini kita membahas suatu himpunan bagian dari R yang dikonstruksi berdasarkan sifat terurut dari R . Himpunan bagian ini dinamakan sebagai interval.
Definisi 2.34. Misalkan Rba, dengan a b .
a. Interval buka yang dibentuk dari elemen a dan b adalah himpunan
bxaxba ::, R . b. Interval tutup yang dibentuk dari elemen a dan b adalah himpunan
bxaxba ::, R . c. Interval setengah buka (atau setengah tutup) yang dibentuk dari elemen a
dan b adalah himpunan bxaxba ::, R atau bxaxba ::, R .
Semua jenis interval pada Definisi 2.34 merupakan himpunan yang terbatas dan
memiliki panjang interval yang didefinisikan sebagai b a . Jika a b maka
himpunan buka ,a a dan himpunan tutup ,a a a , yang dinamakan
dengan himpunan singleton. Elemen a dan b disebut titik ujung interval.
Selain interval terbatas, terdapat pula interval tak terbatas. Pada interval tak
terbatas ini, kita dikenalkan dengan simbol dan yang berkaitan dengan
ketak terbatasannya.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 49
Definisi 2.35. Misalkan Ra .
a. Interval buka tak terbatas adalah himpunan axxa ::, R atau
axxa ::, R .
b. Interval tutup tak terbatas adalah himpunan axxa ::, R atau axxa ::, R .
Himpunan bilangan real R merupakan himpunan yang tak terbatas dan dapat
dinotasikan dengan , . Perlu diperhatikan bahwa simbol atau
bukanlah bilangan real. Karenanya, dapat dikatakan bahwa R ini tidak mempunyai titik-titik ujung.
Teorema 2.36 (Karakterisasi Interval). Jika RS adalah himpunan yang
memuat paling sedikit dua elemen dan memiliki sifat :
jika Ryx, dan x y maka ,x y S ,
maka S merupakan suatu interval. Bukti. Kita akan membuktikannya untuk empat kasus.
Kasus I, S adalah himpunan terbatas.
Karena S himpunan terbatas maka S mempunyai infimum atau supremum.
Misalkan infimum dan supremum dari S adalah masing-masing, secara
berurutan, a dan b . Jika x S maka a x b . Karenanya, ,x a b .
Akibatnya, ,S a b .
Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa ,a b S . Misalkan ,z a b atau
a z b . Yang demikian berarti z bukan batas bawah dari S . Akibatnya,
terdapat zx S sedemikian sehingga zx z . Kita memperoleh pula bahwa z
bukan batas atas dari S . Itu artinya bahwa terdapat zy S sedemikian sehingga
zz y . Kita mendapatkan bahwa ,z zz x y . Karena menurut hipotesis,
,z zx y S , maka z S . Karena yang demikian berlaku untuk sembarang
,z a b , maka ,a b S .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 50
Jika ,a b S maka ,a b S . Karena telah diperoleh bahwa ,S a b , maka
,S a b . Jika ,a b S maka ,S a b cukup dinyatakan dengan ,S a b .
Karena ,a b S dan ,S a b , maka ,S a b . Jika a S dan b S maka
,S a b dan ,a b S masing-masing, secara berurutan, cukup dinyatakan
,S a b dan ,a b S . Akibatnya, kita memperoleh ,S a b . Jika a S dan
b S maka dapat ditunjukkan bahwa ,S a b .
Kasus II, S adalah himpunan yang terbatas atas tetapi tidak terbatas bawah.
Karena S terbatas atas, maka S mempunyai supremum. Misalkan supremum
dari S adalah b . Kita memperoleh bahwa x b , untuk setiap x S . Akibatnya,
,S b .
Berikutnya, kita akan menunjukkan bahwa ,b S . Misalkan ,z b
atau z b . Karena z bukan batas atas dari S , maka terdapat zy S
sedemikian sehingga zz y . Karena S tidak terbatas bawah, maka terdapat
zx S sedemikian sehingga zx z . Akibatnya, ,z zz x y . Karena menurut
hipotesis, ,z zx y S , maka z S . Yang demikian berlaku untuk sembarang
,z b . Karena itu, ,b S .
Jika b S maka ,b S dapat pula dinyatakan dengan ,b S .
Karena ,S b dan ,S b , maka ,S b . Jika b S maka
,S b cukup dinyatakan dengan ,S b Akibatnya, bersama dengan
,b S , kita memperoleh bahwa ,S a b .
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 51
Kasus III, S adalah himpunan yang tidak terbatas atas tetapi terbatas bawah. Dengan cara yang serupa, seperti pada kasus II, dapat ditunjukkan bahwa
,S a atau ,S a dengan a adalah infimum dari S .
Kasus IV, S adalah himpunan yang tidak terbatas.
Berdasarkan hipotasis, jelas bahwa RS . Selanjutnya, kita akan menunjukkan
bahwa SR . Misalkan Rz . Karena S tidak terbatas, maka z bukanlah
batas bawah dan batas atas dari S . Akibatnya, terdapat ,z zx y S sedemikian
sehingga zx z dan zz y . Darinya, kita memiliki ,z zz x y . Menurut hipotesis,
,z zx y S . Akibatnya, z S . Karena hal ini berlaku untuk sembarang Rz ,
maka SR . Dengan demikian, SR .
Jadi, secara keseluruhan, telah ditunjukkan bahwa S merupakan suatu interval
di R .
2.5 REPRESENTASI DESIMAL DARI BILANGAN REAL Semua bilangan real dapat dinyatakan dalam bentuk lain yang disebut sebagai
bentuk desimal. Misalkan 0,1x . Jika kita membagi interval 0,1 menjadi 10
sub interval yang sama panjangnya, maka 1 1/10, 1 /10x b b untuk suatu
1 0,1,2,...,9b . Jika kita membagi lagi interval 1 1/10, 1 /10b b menjadi 10
sub interval yang sama panjangnya, maka
2 21 2 1 2/10 /10 , /10 1 /10x b b b b untuk suatu 2 0,1, 2,...,9b . Jika
proses tersebut terus dilanjutkan maka kita akan memperoleh barisan nb
dengan 90 nb , untuk semua Nn , sedemikian sehingga x memenuhi
1 2 1 22 2
1... ...
10 10 10 10 10 10nn
n n
bbb b b bx
.
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 52
Representasi desimal dari 0,1x adalah 1 20, ... ...nb b b . Jika 1x dan NN
sedemikian sehingga 1N x N maka representasi desimal dari 1x adalah
1 2, ... ...nN b b b dengan 1 20, ... ...nb b b adalah representasi desimal dari 0,1x N .
Sebagai contoh, kita akan menentukan bentuk desimal dari 1/7. Jika 0,1 dibagi
menjadi 10 sub interval yang sama panjang maka 1/ 7 1/10, 1 1 /10 . Jika
1/10, 1 1 /10 dibagi menjadi 10 sub interval yang sama panjang maka
2 21/ 7 1/10 4 /10 ,1/10 4 1 /10 . Selanjutnya, akan kita peroleh
2 3 2 31/ 7 1/10 4 /10 2 /10 ,1/10 4 /10 2 1 /10 . Jika proses ini terus
dilanjutkan akan kita dapatkan bahwa 1/ 7 0,142857142857...142857... .
Representasi desimal dari suatu bilangan real adalah unik, kecuali bilangan-
bilangan real berbentuk /10nm dengan ,m n dan 1 10nm . Sebagai
contoh, representasi decimal dari 1/2 adalah 0,4999 atau 0,5000 (Coba
pembaca periksa mengapa yang demikian bisa terjadi). Contoh lain,
1/8=0,124999...=0,125000... .
Coba perhatikan kembali representasi decimal dari 1/7 yaitu
0,142857142857...142857... . Terdapat pengulangan deretan angka 142857 pada
representasi desimal dari 1/7. Representasi desimal yang demikian disebut
reperesentasi desimal periodik dengan periode 6p yang menunjukkan jumlah
deretan angka yang berulang. Dapat ditunjukkan bahwa bilangan real positif
adalah rasional jika dan hanya jika representasi desimalnya adalah periodik (lihat
Bartle-Sherbert [1]).
Dengan menggunakan representasi desimal dari bilangan real ini, kita akan
membuktikan Teorema Cantor yang mengatakan bahwa himpunan semua
bilangan real adalah tak terhitung (uncountable).
-
Mencintai ilmu adalah cara termudah untuk mempelajarinya (Abu Abdillah) 53
Teorema 2.37. Interval satuan 10::1,0 xx R adalah tak terhitung (uncountable).
Bukti. Andaikan interval 0,1 countable. Misalkan 1 20,1 , ,..., ,...nx x x .
Karena setiap elemen di 0,1 dapat dinyatakan dalam bentuk desimal, maka kita
dapat menyatakan bahwa
1 11 12 1
2 21 22 1
1 2
0, ... ...0, ... ...
0, ... ...
n
n
n n n nn
x b b bx b b b
x b b b
dengan 0 9