arsitektur rumah adat bugis, toraja dan minahasa - paper

Upload: nusantara-knowledge

Post on 20-Feb-2018

265 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    1/20

    ii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi. ii

    Pendahuluan.... 1

    1.1 Latar Belakang.............................................................................1

    1.2 Rumusan Masalah........................................................................2

    1.3 Tujuan..........................................................................................2

    1.4 Manfaat........................................................................................2

    Pembahasan. .3

    2.1 Sejarah Rumah Adat bugis............................................................3

    2.2 Sejarah Rumah Adat Toraja..........................................................8

    2.3 Sejarah Rumah Adat Minahasa....................................................13

    Penutup 16

    3.1 Kesimpulan...................................................................................16

    3.2 Saran.............................................................................................16

    Daftar Pustaka.. 17

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    2/20

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dewasa ini, pembangunan rumah adat sudah jarang ditemukan dikarenakan berbagai

    alasan, misalnya kesulitan memperoleh bahan kayu atau ada kayu tetapi harganya cukup

    mahal. Kayu menjadi sulit didapat karena hutan-hutan di Indonesia telah menjadi gundul

    akibat penebangan liar tanpa penanaman kembali. Selain itu, sistem pertanian tradisional

    yang selalu membakar lahan dan berpindah-pindah, juga mempercepat hancurnya hutan.

    Jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak, menyebabkan pengusaan lahan

    menjadi sempit untuk ditanami. Tanah luas hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu yang

    memiliki uang.

    Ada juga yang sengaja meruntuhkan rumah adat, karena hendak membangun rumah

    modern yang terbuat dari beton. Pemilik rumah merasa bahwa tinggal di dalam rumah adat

    sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Di lain sisi ada yang merasa bahwa rumah

    adat tidak nyaman dan merupakan kebiasaan manusia kuno yang belum mengenal

    modernisasi. Pandangan ini yang mempercepat laju kehancuran budaya dan pusaka

    masyarakat secara umum. Pandangan dan perilaku ini merupakan tanda-tanda kepunahan

    budaya suatu kelompok masyarakat. Sebab, perkembangan jaman ditandai dengan peralihan

    yang mengarah pada punahnya budaya.

    Ada juga rumah adat yang sengaja diruntuhkan atau dibiarkan rusak, lapuk dandengan sendirinya runtuh. Satu rumah yang dianggap sebagai pusaka atau harta warisan

    orangtua, sulit dibagi-bagikan kepada ahli waris, yaitu para putra pemilik rumah yang terdiri

    dari beberapa orang. Setelah orangtua meninggal dunia, maka persatuan diantara para putra

    semakin tidak ada. Muncul berbagai konflik pada pembagian harta warisan terutama rumah

    dan tanah. Tidak ada satu orang pun yang berani mengurus dan memelihara. Jadi warisan

    (pusaka) orangtua dibiarkan hancur, ditelantarkan. Kasus kasus seperti ini pun banyak

    ditemukan, rumah rumah warisan dibiarkan tanpa penghuni bagai rumah hantu dan

    akhirnya busuk di air hujan yang jatuh membasahi badan rumah karena atapnya sudah bolong

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    3/20

    2

    di sana-sini. Kondisi dan perilaku ini sangat tidak sesuai dalam konteks pelestarian budaya

    atau pusaka. Oleh karena itu untuk ke depannya kita perlu melestarikan rumah adat yang

    terdapat di Indonesia guna mempertahankan keanekaragaman budaya kita.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Bagaimana latar belakang sejarah, ciriciri, desain arsitektural, dan bagian -

    bagian dari Rumah Adat Bugis ?

    2. Bagaimana latar belakang sejarah, ciriciri, desain arsitektural, dan bagian -

    bagian dari Rumah Adat Toraja ?

    3. Bagaimana latar belakang sejarah, ciriciri, desain arsitektural, dan bagian

    bagian dari Rumah Adat Minahasa ?

    1.3 Tujuan

    1. Mengetahui latar belakang sejarah, ciriciri, desain arsitektural, dan bagian

    bagian dari Rumah Adat Bugis

    2. Mengetahui latar belakang sejarah, ciriciri, desain arsitektural, dan bagian

    bagian dari Rumah Adat Toraja3. Mengetahui latar belakang sejarah, ciriciri, desain arsitektural, dan bagian

    bagian dari Rumah Adat Minahasa

    1.4 Manfaat

    Adapun Mannfaat yang Kita dapat dari pembuatan paper yang berjudul Arsitektur

    Rumah adat Bugis, Toraja Dan Minahasa antara lain :

    1. Kita dapat mengetahui sejarah lahirnya rumah adat istiadat itu sendiri.

    2. Mengetahui keanekaragaman budaya Indonesia dari segi Arsitektural.

    3. Menambah wawasan dalam hal kebudayaan Indonesia.

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    4/20

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Sejarah Rumah Adat Bugis

    Bentuk rumah adat Bugis ini amat unik. Rumah ini dikenali sebagai 'Saroja' atau

    'Balla Lompo' ataupun 'Bollo Lopo'. Dalam bahasa Bugis, 'Bolla' berarti rumah dan 'Lopo'

    berarti besar. Ke semua kayu yang digunakan untuk membuat rumah ini didatangkan khas

    dari Kalimantan Indonesia. Kayu Berlian ini dikatakan semakin baik apabila terjemur.

    Semakin panas semakin kuat.

    2.2.1 Bagian dan ciri dari Rumah Adat Bugis

    Dalam rumah adat Bugis ini terdapat beberapa

    ruang. Di bahagian hadapan rumah ini terdapat satu

    ruang dipanggil 'Tamping' yang digunakan untuk

    menyambut tamu. Di dalamruang ibu rumah, terdapat

    satu set meja makan yang usianya sezaman dengan

    rumah ini. Ukiran-ukiran pada pintu dan tingkap masih

    asli dan terpelihara. Semua ukiran ini dibuat dengan

    tangan. Pada bahagian belakang terdapatruang tengah

    rumah dan ruang "Kelek Anak". Ruang tengah rumah

    adalah untuk kegunaan penghuni rumah. Selain itu

    terdapat sebuahloteng di ruang tengah ini. Pada zaman

    dulu, apabila seorang gadis telah bertunang, si gadis

    dikehendaki tinggal di loteng hinggalah hari pernikahan. Makan minum, mandi dan

    sebagainya dihantarkan ke loteng ini. Di atas loteng ini terdapat banyak barang-barang lama

    yang disimpan sejak zaman datuk dan nenek penghuni.

    Di puncak bumbung rumah ini terdapat sebatang kayu yang dipanggil"tunjuk langit".

    Sementara di bahagian tepi sudut kaki bumbung ada bentuk ukiran kayu dipanggil "Salu

    Bayang". Ukiran ini melambangkan gambaran seekor ular atau naga yang kononnya menjadi

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    5/20

    4

    penunggu rumah ini. Kesemua ukiran yang indah-indah pada dinding rumah, tingkap, pintu

    dinding bilik dan juga sekeliling bumbung adalah ukiran tangan seorang tukang ukir yang

    mahir di datangkan dari Sulawesi. Rumah Bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan

    dengan rumah panggung dari suku yang lain (Sumatera dan Kalimantan). Bentuknya

    biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian

    depan yang orang Bugis menyebutnyalego - lego.

    2.1.2 Desain Arsitektural Rumah Adat Bugis

    Rumah adat Bugis memiliki

    desain dan ciri tersendiri. Berikut adalah

    bagian - bagiannya utamanya :

    1. Tiang utama (alliri), biasanya

    terdiri dari 4 batang setiap

    barisnya. Jumlahnya tergantung

    jumlah ruangan yang akan

    dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang

    alliri.

    2. Fadongko, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap

    barisnya.

    3. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri paling

    tengah tiap barisnya. Orang Bugis suka dengan arsitektur rumah yang memiliki

    kolong, karena konon, orang Bugis, jauh sebelum islam masuk ke tanah Bugis (tana

    ugi), orang Bugis memiliki kepercayaan bahwa alam semesta ini terdiri atas 3 bagian,yaitu : bagian atas (botting langi), bagian tengah (alang tengnga) dan bagian bawah

    (paratiwi). Mungkin itulah yang mengilhami orang Bugis (terutama yang tinggal di

    kampung) lebih suka dengan arsitektur rumah yang tinggi. Dan juga lebih kepada

    faktor keamanan dan kenyamanan. Aman, karena ular tidak dapat naik ke atas.

    Nyaman, karena angin bertiup sepoi-sepoi, meskipun udara panas.

    Bagian - bagian sebagai ciri dari rumah Bugis ini sebagai berikut :

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    6/20

    5

    1. Rakkeang, adalah bagian diatas langit - langit ( eternit ). Dahulu biasanya digunakan

    untuk menyimpan padi yang baru di panen.

    2. Ale Bola, adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada titik

    sentral yang bernama pusat rumah ( posi bola ).

    3. Awa Bola, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah dengan tanah.

    Yang lebih menarik sebenarnya dari rumah Bugis ini adalah bahwa rumah ini dapat

    berdiri bahkan tanpa perlu satu paku pun. Semuanya murni menggunakan kayu. Dan uniknya

    lagi adalah rumah ini dapat di angkat/dipindah.

    Rumah adat Bugis memiliki Timpa' Laja' di atapnya. Jika rumah tersebut adalah rumah

    panggung yang megah, atau rumah seorang raja, tidak akan disebut rumah adat jika tidakmemiliki Timpa' Laja' di atapnya. Sangat khas, karena dengannya kita dapat mengetahui

    status sosial pemiliknya dalam masyarakat. Sudah menjadi peraturan -yang tidak tertulis-

    bahwa semakin tinggi status sosial seseorang, maka timpa' laja' rumahnya semakin banyak.

    Timpa' laja' adalah susunan atap tambahan di bagian depan atap pelana rumah adat Bugis.

    Tersusun rapi secara vertikal, yang jumlahnya adalah merupakan gambaran status sosial sang

    pemiliknya.

    Rumah Bugis sebenarnya tahan gempa dan banjir. Karena Rumah Bugis yang sebenarnya

    menggunakan parelepang (fattoppo dan fadongko) yang tidak disambung. Karena struktur

    kayu yang tidak disambung dapat meredam getaran hingga getaran yang frekuensinya tinggi.

    Namun sekarang mencari kayu yang sangat panjang sangatlah sulit, sehingga parelepang

    diganti dengan pattolo (ukurannya lebih kecil). Kalau rumah dikampung tidak menggunakan

    pattolo semuanya parelepang dan tidak ada yang disambung. Panjang rumah 19 meter berarti

    parelepangnya juga panjangnya 19 meter (tidak disambung) begitu juga dengan lebarnya

    yang 17 meter. Untuk atap menggunakan material daun nipa, sirap atau seng. Tiang kolong

    berjumlah 20 tiang (4 baris x 5 tiang), 30 tiang (5 baris x 6 tiang), 42 tiang (6 baris x 7 tiang).

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    7/20

    6

    2.1.3 Gambar Rumah Bugis

    Gambar lama Rumah Bugis sewaktu

    masih berbumbungkan atap nipah

    Bumbung rumah ini telah digantikan

    dengan seng pada 1993

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    8/20

    7

    Seni ukiran yang halus bertukangkan tangan

    terdapat di segenap ruang dalam rumah.

    Kedudukan rumah dari tepi jalan besar Parit

    Jawa - Batu Pahat

    Peralatan dan barangan lama yang antik masih

    berkeadaan baik di letakkan di atas loteng

    rumah ini.

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    9/20

    8

    2.2 Sejarah Rumah Adat Toraja

    Di Tana Toraja terdapat 3 desa adat yaitu, Palawa (kompleks desa adat terbesar),

    Kete Kesu (desa adat terindah), dan Siguntu (desa adat yang berukuran sedang). Secara

    umum jejeran lumbung/alang berada di utara jejeran bangunan induk/tongkonan. Jejeran

    rumah induk dan jejeran lumbung berhadapan membentuk halaman pemersatu di tengah.

    Kuburan berada di belakang/selatan deretan rumah induk. Rumah tertua (rumah induk dan

    lumbung) berada di barat dan berturut-turut ke arah timur yang lebih baru dari sebelumnya.

    Deretan rumah induk dipandang sebagai unsur I, deretan lumbung sebagai unsur II, halaman

    terbuka (antara deretan rumah induk dan deretan lumbung) sebagai unsur III, dan unsur IV

    adalah tempat pemakaman.

    2.2.1 Bagian dan ciri dari Rumah Adat Toraja

    Tongkonan berupa rumah panggung dari kayu, dimana kolong di bawah rumah

    biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Atap tongkonan berbentuk perahu, melengkung

    hiperbolik, terbuat dari bamboo yang melambangkan asal-usul orang Toraja yang tiba di

    Sulawesi dengan naik perahu dari Cina. Ujung depan dan belakang menjorok keluar semakin

    mengecil disebutlonga. Perbandingan badan bangunan danlonga 1 : 1,4.

    Di bagian depan rumah, di bawah atap yang menjulang tinggi, dipasang tanduk-

    tanduk kerbau. Jumlah tanduk kerbau ini melambangkan jumlah upacara penguburan yang

    pernah dilakukan oleh keluarga pemilik tongkonan. Di sisi kiri rumah (menghadap ke arah

    barat) dipasang rahang kerbau yang pernah di sembelih, sedangkan di sisi kanan (menghadap

    ke arah timur) dipasang rahang babi.

    Badan bangunan berbentuk segi empat panjang. Sisi terpendek berada di utara selatan

    dengan ukuran 3 - 4 m x 810 m. Perbandingan lebar x panjang bervariasi antara 1:2, 1:2,

    1:5. Untuk konstruksi tiang kolong, kolom dan balok dari kayu membentuk elemen horizontal

    dan vertical, dengan lambang ikatan antara manusia dan alam. Di antara tiang kolong, yaitu

    tengah agak ke belakang ada ariri posi (tonggak pusat) dihias dengan ukiran dengan ukuran

    22 x 22 cm atau 20 x 20 cm. Balok, kolom, atap hingga detail kontruksi tidak ditutup-

    tutupi. Penyambungan dilakukan dengan system ikat (rotan) dan jepit. Untuk balok-balok

    digunakan pasak (pen).

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    10/20

    9

    Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut alang. Tiang-tiang

    lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem/banga yang licin, sehingga tikus tidak

    dapat naik ke dalam lumbung. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain

    bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.

    Dalam paham orang Toraja, tongkonan dianggap sebagai ibu, sedangkan alang adalah

    sebagai bapak. Tongkonan berfungsi untuk rumah tinggal, kegiatan sosial, upacara adat,

    serta membina kekerabatan. Pada kolong bagian depan terdapat teras disebuttangdo.

    Bagian dalam rumah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah,dan

    selatan. Ruangan di bagian utara disebut tangalok, berfungsi sebagai ruang tamu, tempat

    anak-anak tidur, juga tempat meletakkan sesaji. Ruangan bagian tengah disebut Sali,

    berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga, tempat meletakkan orang mati, juga

    dapur. Adapun ruangan sebelah selatan disebut sumbung, merupakan ruangan untuk kepala

    keluarga. Ruangan sebelah selatan ini juga dianggap sebagai sumber penyakit.

    Mayat orang mati tidak langsung dikuburkan, tetapi disimpan di tongkonan. Sebelum

    dilakukan upacara penguburan, mayat tersebut dianggap sebagai orang sakit. Supaya tidak

    busuk, mayat dibalsem dengan ramuan tradisional semacam formalin, yang terbuat dari daun

    sirih dan getah pisang. Jika akan dilakukan upacara penguburan, mayat terlebih dulu

    disimpan di lumbung padi selama 3 hari. Peti mati tradisional Toraja disebuterong,berbentuk babi untuk perempuan dan kerbau untuk laki-laki. Untuk bangsawan,

    erong dibuat berbentuk rumah adat.

    Pada tongkonan terdapat papan berwarna merah yang menopang bangunan dengan

    bentuknya bak perahu kerajaan cina, guratan pisau rajut merajut di atas papan benwarna

    merah membentuk ukiran sebagai pertanda status sosial pemilik bangunan, ditambah lagi

    oleh deretan tanduk kerbau yang terpasang/digantung di depan rumah, semakin menambah

    keunikan bangunan yang terbuat dari kayu tersebut. Bentuk bangunan unik yang dapat

    dijumpai dihampir setiap pekarangan rumah masyarakat Toraja ini, lebih dikenal dengan

    sebutan nama Tongkonan. Konon kata Tongkonan berasal dari istilah "tongkon" yang berarti

    duduk, dahulu rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan

    kehidupan sosial budaya masyarakat Tana Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh

    perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana

    Toraja. Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

    pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan peraturan keluarga dan

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    11/20

    10

    kegotongroyongan, pusat dinamisator, motivator dan stabilisator sosial. Oleh karena

    Tongkonan mempunyai kewajiban sosial dan budaya yang juga

    bertingkat-tingkat dimasyarakat, maka dikenal beberapa jenis tongkonan,

    antara lain, yaitu:

    1. Tongkonan Layuk atau Tongkonan Pesio' Aluk, yaitu Tongkonan tempat

    menciptakan dan menyusun aturan-aturan sosial keagamaan.

    2. Tongkonan Pekaindoran atau Pekamberan atau Tongkonan kaparengngesan

    yaitu Tongkonan yang satu ini berfungsi sebagai tempat pengurus atau pengatur

    pemerintahan adat, berdasarkan aturan dari Tongkonan Pesio' Aluk.

    3. Tongkonan Batu A'riri yang berfungsi sebagai tongkonan penunjang.Tongkonan ini yang mengatur dan berperan dalam membina persatuan keluarga serta

    membina warisan tongkonan. Tongkonan merupakan peninggalan yang harus dan

    selalu dilestarikan, hampir seluruh Tongkonan di Tana Toraja sangat menarik untuk

    dikunjungi sehingga bisa mengetahui sejauh mana adat istiadat masyarakat Toraja,

    serta banyak sudah Tongkonan yang menjadi objek wisata.

    4. Tongkonan Barung-barung yaitu rumah pribadi. Setelah beberapa turunan

    (diwariskan), kemudian disebut Tongkonan Batu Ariri

    Pembangunan rumah tradisional Toraja dilakukan secara gotong royong, sesuai

    dengan kemampuan masing-masing keluarga. Latar belakang arsitektur rumah tradisional

    Toraja menyangkut falsafah kehidupan yang merupakan landasan dari perkembangan

    kebudayaan Toraja.

    Dalam pembangunannya ada hal-hal yang mengikat, yaitu:

    1. Aspek arsitektur dan konstruksi

    2. Aspek peranan dan fungsi rumah adat

    Rumah tradisional atau rumah adat yang disebut Tongkonan harus menghadap ke

    utara, letak pintu di bagian depan rumah, dengan keyakinan bumi dan langit merupakan satu

    kesatuan dan bumi dibagi dalam 4 penjuru, yaitu:

    1. Bagian utara disebutUlunna langi, yang paling mulia.

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    12/20

    11

    2. Bagian timur disebutMatallo, tempat metahari terbit, tempat asalnya kebahagiaan

    atau kehidupan.

    3. Bagian barat disebutMatampu, tempat metahari terbenam, lawan dari kebahagiaan

    atau kehidupan, yaitu kesusahan atau kematian.

    4. Bagian selatan disebut Pollona langi, sebagai lawan bagian yang mulia, tempat

    melepas segala sesuatu yang tidak baik.

    2.2.2 Desain Arsitektural Rumah Adat Toraja

    Bertolak pada falsafah kehidupan yang diambil dari ajaran Aluk Todolo, bangunan rumah

    adat mempunyai makna dan arti dalam semua proses kehidupan masyarakata Toraja, antara

    lain:

    1. Letak bangunan rumah yang membujur utara-selatan, dengan pintu terletak di sebelah

    utara.

    2. Pembagian ruangan yang mempunyai peranan dan fungsi tertentu.

    3. Perletakan jendela yang mempunyai makna dan fungsi masing-masing.

    4. Perletakan balok-balok kayu dengan arah tertentu, yaitu pokok di sebelah utara dan

    timur, ujungnya disebelah selatan atau utara.

    2.2.3 Gambar Rumah Adat Toraja Tongkonan

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    13/20

    12

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    14/20

    13

    2.3 Sejarah Rumah Adat Minahasa

    Minahasa secara etimologi berasal dari kata mina dan esa artinya mina=menjadi,

    esa=satu atau Maesa. Adapun suku Minahasa terdiri dari berbagai anak suku: Tonsea

    (meliputi Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung), anak suku Toulour (meliputi Kota

    Tondano, Kakas, Remboken, Eris, Lembean Timur dan Kombi), anak suku Tontemboan

    (meliputi Kabupaten Minahasa Selatan, dan sebagian Kabupaten Minahasa), anak suku

    Tombulu (meliputi Kota Tomohon, Sebagian Kabupaten Minahasa, dan Kota Manado), anak

    suku Panosakan dan Tonsawang, Tounpakewa (meliputi Kabupaten Minahasa Tenggara).

    Satu-satunya anak suku yang tidak mempunyai wilayah yang tegas yaitu anak suku Bantik

    (kecuali sebagian anak suku ini tersebar di perkampungan pantai utara dan barat Sulawesi

    Utara). Masing-masing anak suku mempunyai bahasa, kosa kata dan dialek yang berbeda-

    beda namun satu dengan yang lain dapat memahami arti kosa kata tertentu misalnya kata

    kawanua yang artinya sama asal kampung. Tanah Minahasa pada jaman purba disebut

    sebagai Tanah Malesung atau tanah yang berlembah dan bergelombang. Slogan Minahasa:

    "Si Tou Tumou Tou" yang artinya manusia hidup untuk memanusiakan manusia yang lain,

    dengan slogan perjuangan "I yayat u santi" yang artinya maju untuk membangun negeri.

    Selain Manado, Propinsi Sulawesi Utara juga memiliki lokasi eksotis lainnya. Sebut

    saja Kabupaten Minahasa yang syarat dengan situs menarik, peninggalan sejarah dan

    filosofinya. Salah satunya adalah proses pembuatan rumah adat tradisional Minahasa yang

    dikenal dengan sebutan Wale atau Bale, yang artinya tempat melakukan aktivitas dalam

    kehidupan berkeluarga. Ada pula Sabuwa, yaitu semacam rumah kecil untuk tempat

    peristirahatan, berteduh ketika hujan, memasak atau untuk menyimpan hasil panen sebelum

    dijual. Orientasi rumah menghadap ke arah yang ditentukan olehTonaas yang memperolah

    petunjuk dariEmpung Walian Wangko (Tuhan).

    2.3.1 Bagian dan Ciri Rumah adat Minahasa

    Karakteristik yang menjadi ciri khas rumah kayu Minahasa adalah dua buah tangga

    kembar di bagian depan rumah. 2 buah tangga kembar di samping kiri & kanan depan rumah,

    terletak segaris berlawanan. Jumlah anak tangga ganjil.

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    15/20

    14

    Selain itu, Ciri utama rumah tradisional ini berupa Rumah Panggung dengan 16 sampai 18

    tiang penyangga. Ornamen-ornamen dekoratif yang terdapat di rumah ini juga membuatnya

    menjadi sangat menarik dan indah.

    Beberapa abad lalu terdapat rumah tradisional

    keluarga besar yang dihuni oleh enam sampai sembilan

    keluarga. Masing-masing keluarga merupakan rumah

    tangga tersendiri dan mempunyai dapur atau mengurus

    ekonomi rumah tangga sendiri. Kini, jarang ditemui rumah

    adat besar seperti ini. Pada umumnya susunan rumah terdiri

    atas emperan (setup), ruang tamu (leloangan), ruang tengah

    (pores) dan kamar-kamar. Ruang paling depan (setup)

    berfungsi untuk menerima tamu terutama bila diadakan

    upacara keluarga, juga tempat makan tamu.

    Sementara itu, di bagian belakang rumah terdapat

    balai-balai yang berfungsi sebagai tempat menyimpan alat dapur dan alat makan, serta tempat

    mencuci. Bagian atas rumah atau loteng (soldor) berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil

    panen seperti jagung, padi dan hasil lainnya. Bagian bawah rumah (kolong) biasanya

    digunakan untuk gudang tempat menyimpan papan, balok, kayu, alat pertanian, gerobak dan

    hewan peliharaan. Ruang masak terpisah dari bangunan.

    Uniknya, rumah warga di Minahasa tak beratapkan genteng. Karena folosofi yang

    dianut adalah tak baik jika hidup di bawah tanah (genteng terbuat dari tanah). Rata-rata

    rumah mereka beratapkan seng, daun, atau elemen besi lainnya. Mereka beranggapan hanya

    orang meninggal saja yang bertempat tinggal di bawah tanah. Sekali pun ada yang beratapkan

    genteng, umumnya rumah tersebut milik kaum pendatang. Dan, lucunya banyak juga rumah

    orang Minahasa yang beratapkan seng namun didesain seperti genteng.

    2.3.2 Desain Arsitektural Rumah Adat Toraja

    Merupakan rumah panggung dengan 16-18 tiang penyangga, ukuran 80-200 cm,

    tinggi 1,5 - 2,5 m.

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    16/20

    15

    Merupakan rumah tradisional keluarga besar yang dihuni oleh 6 - 9 keluarga besar,

    dibangun secara gotong royong.

    Bahan material umumnya adalah kayu besi, linggua, jenis kayu cempaka utan atau

    pohon wasian/michelia celebia, jenis kayu nantu/palagium obtusifolium dan kayumaumbi/artocarpus

    dayphyla mig.

    Kayu besi digunakan untuk

    tiang, kayu cempaka untuk

    dinding dan lantai rumah,

    kayu nantu untuk rangka

    atap.

    Untuk masyarakat strata rendah menggunakan bamboo petung/bulu jawa untuk tiang,

    rangka atap dan nibong untuk lantai rumah, untuk dinding dipakai bamboo yang

    dipecah.

    Tangga dari akar pohon besar atau bamboo.

    Badan bangunan menggunakan konstruksi kayu dan system sambungan pen.

    Pembatas territorial adalah dengan merentangkan rotan atau tali ijuk dan

    menggantungkan tikar.

    Material konstruksi dinding terpasang horizontal.

    Material penutup atap berupa rumbia, atap seng. Tidak beratapkan genteng atau

    bahan-bahan yang terbuat dari tanah dengan kepercayaan orang meninggal saja yang

    bertempat tinggal di bawah tanah.

    Rangka atap adalah gabungan bentuk pelana dan limas, konstruksi kayu/bamboo

    batangan, diikat dengan tali ijuk pada usuk dari bamboo.

    Material bantalan bawah tempat berdirinya tiang-tiang kolong rumah adalah batu alas

    watulanei.

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    17/20

    16

    2.3.3 Gambar rumah Adat Minahasa

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    18/20

    17

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Rumah adat Bugis adalah suatu peninggalan budaya nusantara yang mengandung

    nilai-nilai arsitektur yang khas yang membedakan rumah adat Bugis dengan rumah adat

    lainnya di indonesia..Begitu pula rumah adat Toraja dan Minahasa yang memiliki

    karakteristik dan keunggulan nilai budaya tersendiri. Dengan demikian dapat dikatakan

    Bangsa Indonesia memilki keanekaragaman budaya dan arsitektur dalam rumah adat padamasingmasing daerah.

    3.2 Saran

    Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja, Minahasa membuat kita sadar bahwa di tanah

    air yang paling kita cintai ini yaitu indonesia banyak menyimpan nilai-nilai budaya dan

    arsitaektur yang harus kita lestarikan dan kita kembangkan,seperti arsitektur rumah adat

    Bugis, Toraja, dan Minahasa. Karena peninggalan kebudayaan dan arsitektur merupakan aset

    yang paling berharga bagi bangsa indonesia di masa kini dan masa akan datang. Bangsa yang

    baik adalah bangsa yang dapat melestarikan peninggalan kebudayaan bangsa itu sendiri.

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    19/20

    18

    Daftar Pustaka

    www.toraja-wikipedia, the free encyclopedia.htm

    www.rumah-adat-indonesia.html

    Tjahjono, Gunawan.Jakarta.2001.Indonesian Heritage:Architecture.Archipelago Press

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA

  • 7/24/2019 Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja Dan Minahasa - Paper

    20/20

    KATA PENGANTAR

    Om Swastyastu,

    Berkat waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, maka kami dapat menyusun paper

    ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Maksud dan tujuan kami menyusun paper yang

    berjudul Arsitektur Rumah Adat Bugis, Toraja dan Minahasa ini adalah untuk lebih

    mengangkat kembali bagaimana pentingnya atau hal hal apa saja yang terkandung dalam

    budaya arsitektur yang tekandung dalam rumah adat tersebut. Pada kesempatan ini kami juga

    ingin mengucapkan rasa terima kasih pada pihakpihak yang telah membantu kelancaran

    atas tersusunnya paper ini dengan baik. Kami menyadari paper ini memiliki banyak

    kekurangan maka kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untukmenyempurnakan paper ini.

    Om Santi Santi Santi Om.

    Badung, 21 Oktober 2008

    ARSITEKTUR RUMAH ADAT BUGIS, TORAJA & MINAHASA