bab 1-konsep dasar akuntansi forensik

6
 MODUL  AK UNTA NS I F OR ENS I K D AN F R AUD A UD I TI NG BAB 1 KONSEP DASAR AKUNTANSI FORENSIK Mempelajari Akuntansi forensik adalah sebuah proses yang unik terutama dikarenakan oleh sifat dasar ilmu akuntansi forensik itu sendiri. Berbagai literatur baik dari dalam maupun luar negeri telah ditulis sebagai upaya untuk memberikan gambaran tantang apa dan bagaimana akuntansi forensik itu sebenarnya. Namun demikian, muncul berbagai kebingungan terutama terkait dengan perbedaaan dari pandangan para penulis literatur    literatur tersebut dalam menggambarkan proses    proses yang ada dalam akuntansi forensik. Adalah suatu hal yang umum apabila seseorang mempelajari ilmu akuntansi keuangan atau audit atas laporan keuangan maka salah satu standar kompetensi yang digunakan untuk mengukur penguasaan ilmu yang dipelajari adalah standar akuntansi dan standar audit yang  berlaku misalnya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan atau professional Akuntan Publik( SPAP). Dengan kata lain akuntansi keuangan adalah ilmu yang “rule –   based” yang mekanisme  pelaksanaannya harus d ilakukan sesuai den gan aturan yang berlaku. Di sisi lain, ilmu ak untansi forensik sendiri adalah ilmu yang didesain untuk dapat selalu menyesuaikan dengan  permasalahan yang ada atau dengan kata lain bersifat “problem    based”. Sifat “problem    based” inilah yang menjadikan ilmu akuntansi forensik selalu berubah mengikuti ruang dan waktu sejalan dengan perubahan permasalahan yang dihadapi. Karakter inilah yang menjadi penyebab mengapa isi dari buku   buku akuntansi forensik seringkali berbeda satu sama lain. Tiap penulis sering mempersepsikan problem yang dihadapi secara berbeda    beda dan akan menyarankan mekanisme penyelesaian yang walaupun ada kemiripan namun banyak juga perbedaannya. Bahkan dalam pemilihan nama dan istilahpun sering berbeda seperti misalnya “akuntansi forensik”, “akuntansi investigasi”, “  pemeriksaan kecurangan dan lain sebagainya. Karakter “problem –   based” dari ilmu akuntansi forensik menjadikan ilmu ini lebih fleksibel dalam mengikuti perkembangan jaman. Namun disisi lain ini juga menimbulkan

Upload: indri070589

Post on 10-Oct-2015

324 views

Category:

Documents


54 download

TRANSCRIPT

  • MODUL

    AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD AUDITING

    BAB 1

    KONSEP DASAR AKUNTANSI FORENSIK

    Mempelajari Akuntansi forensik adalah sebuah proses yang unik terutama dikarenakan

    oleh sifat dasar ilmu akuntansi forensik itu sendiri. Berbagai literatur baik dari dalam maupun

    luar negeri telah ditulis sebagai upaya untuk memberikan gambaran tantang apa dan bagaimana

    akuntansi forensik itu sebenarnya. Namun demikian, muncul berbagai kebingungan terutama

    terkait dengan perbedaaan dari pandangan para penulis literatur literatur tersebut dalam

    menggambarkan proses proses yang ada dalam akuntansi forensik.

    Adalah suatu hal yang umum apabila seseorang mempelajari ilmu akuntansi keuangan

    atau audit atas laporan keuangan maka salah satu standar kompetensi yang digunakan untuk

    mengukur penguasaan ilmu yang dipelajari adalah standar akuntansi dan standar audit yang

    berlaku misalnya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan atau professional Akuntan Publik(

    SPAP). Dengan kata lain akuntansi keuangan adalah ilmu yang rule based yang mekanisme

    pelaksanaannya harus dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. Di sisi lain, ilmu akuntansi

    forensik sendiri adalah ilmu yang didesain untuk dapat selalu menyesuaikan dengan

    permasalahan yang ada atau dengan kata lain bersifat problem based. Sifat problem

    based inilah yang menjadikan ilmu akuntansi forensik selalu berubah mengikuti ruang dan

    waktu sejalan dengan perubahan permasalahan yang dihadapi.

    Karakter inilah yang menjadi penyebab mengapa isi dari buku buku akuntansi forensik

    seringkali berbeda satu sama lain. Tiap penulis sering mempersepsikan problem yang dihadapi

    secara berbeda beda dan akan menyarankan mekanisme penyelesaian yang walaupun ada

    kemiripan namun banyak juga perbedaannya. Bahkan dalam pemilihan nama dan istilahpun

    sering berbeda seperti misalnya akuntansi forensik, akuntansi investigasi, pemeriksaan

    kecurangan dan lain sebagainya.

    Karakter problem based dari ilmu akuntansi forensik menjadikan ilmu ini lebih

    fleksibel dalam mengikuti perkembangan jaman. Namun disisi lain ini juga menimbulkan

  • MODUL

    AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD AUDITING

    tantangan dalam pelaksanaannya terutama terkait dengan evaluasi hasil kerja seorang akuntan

    forensik. Jika seorang auditor eksternal biasa dinilai kinerjanya dari kesesuaian hasil kerjanya

    dengan ketentuan/standar yang berlaku maka hal ini seringkali menjadi sulit bagi akuntan

    forensik dikarenakan akuntansi forensik tidak memiliki standar universal how to yang setara

    dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) ataupun Standar Profesional Akuntan Publik

    (SPAP). Suatu audit forensik umunya dilakukan dengan guideline yang dikembangkan untuk

    satu atau sekelompok permasalahan khusus dan untuk dipraktekan di lingkungan tertentu.

    Intinya, prosedur akuntansi forensik dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan

    dari para praktisinya. Di Indonesia, walaupun pemberitaan tentang kasus kecurangan sering

    difokuskan pada kasus korupsi di lingkungan instansi pemerintah, kenyataannya masih banyak

    kasus kasus kecurangan yang lain yang menuntut pendekatan yang berbeda ketika dilakukan

    audit forensik.

    Sifat problem based dari akuntansi forensik ini juga memunculkan tantangan dalam

    pengembangan sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang ini melalui jalur

    pendidikan. Dalam dunia pendidikan tinggi, sudah banyak perguruan tinggi yang

    mengintegrasikan akuntansi forensik ke dalam kurikulumnya. Namun demikian ketiadaan acuan

    how to adalah suatu tantangan tersendiri dalam proses pendidikan akuntansi forensik. Para

    pengajar dituntut untuk dapat memberikan materi pengajaran yang up to date yang sesuai dengan

    tuntutan kondisi saat ini. Konsekuensinya adalah bahwa kurikulum akuntansi forensik

    hendaknya senantiasa direview dan direvisi mengikuti perubahan kondisi dan situasi.

    Pada prinsipnya, proses audit forensik adalah suatu proses menemukan jawaban dari satu

    atau sekelompok pertanyaan, mirip seperti proses penelitian. Audit forensik dianggap berhasil

    jika telah dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang ditetapkan di awal proses. Pertanyaan

    yang dimaksud seringkali terkait dengan aspek What, Who, Why, Where, When dan

    How dari suatu tindak kecurangan.

    Audit forensik adalah suatu proses yang sangat penting yang tidak dapat diawali secara

    sembarangan. Proses awal audit forensik biasa disebut predication dimana pihak-pihak yang

  • MODUL

    AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD AUDITING

    berkompeten mempunyai keyakinan bahwa berdasarkan informasi awal yang telah ada maka

    akuntansi forensik layak untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, dasar memutuskan untuk

    mengawali audit forensik bukanlah berdasar prasangka semata malainkan fakta fakta awal

    yang didukung oleh bukti yang memadai.

    Walaupun sering dikategorikan sebagai bagian dari ilmu akuntansi, dalam prakteknya akuntansi

    forensik sering mengadopsi bagian dari berbagai ilmu yang lain seperti misalnya, hukum,

    teknologi informasi, kriminologi dan psikologi. Sifat multidisiplin ilmu akuntansi forensik sangat

    erat kaitannya dengan sifat problem based nya dimana banyak aspek permasalahan yang tidak

    bisa diselesaikan dengan hanya menggunakan pengetahuan akuntansi saja, sehingga dibutuhkan

    pengetahuan pengetahuan yang lain untuk mendukungnya. Oleh karena itu walaupun sering

    dianggap sebuah spesialisasi bidang akuntansi, terkait beragamnya permasalahan yang dihadapi,

    akuntansi forensik sebenarnya mempunyai sub- sub spesialisasi yang sangat banyak. Beberapa

    sub-spesialisasi yang paling dikenal adalah: anti - corruption, anti money laundering, counter-

    terrorist financing, dsb.

    Proses pencarian jawaban dalam proses audit forensik tidak mengacu pada satu standar

    teknis yang universal melainkan menggunakan prosedur - prosedur yang menyesuaikan dengan

    kebutuhan di lapangan. Tiap - tiap lembaga yang berkompeten di bidang akuntansi forensik

    umumnya mempunyai Standard Operating Procedure (SOP) masing - masing yang mengatur

    tata cara pelaksanaan audit forensik di lingkungan profesinya masing - masing. Prosedur

    prosedur audit forensik tersebut umumnya disusun berdasarkan praktek praktek baik (best

    practice) yang pernah dilakukan sebelumnya. Buku ini akan membahas kaidah kaidah umum

    akuntansi forensik berdasarkan best practice yang ada. Kaidah kaidah tersebut diharapkan

    dapat dikembangkan dan digunakan baik di lingkungan pemerintah maupun swasta.

    Satu hal yang menjadi kualifikasi utama seorang akuntan forensik adalah kemampuan

    untuk menjelaskan hal hal yang rumit menjadi mudah untuk dipahami yang biasanya akan

    terlihat dari proses penyusunan laporan investigasinya. Terkait dengan masalah kecurangan

    (fraud), dalam prakteknya tujuan akuntansi forensik seringkali difokuskan pada pembuktian

  • MODUL

    AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD AUDITING

    benar tidaknya sebuah tuduhan (prove or disprove of allegation). Untuk dapat melaksanakan

    proses ini dengan sistematis maka akuntan forensik dapat menggunakan kerangka investigasi

    atau investigation framework sebagai acuan (lihat contoh di bawah ini).

    Sumber: Diadaptasi dari ACFE, 2011

    Kerangka investigasi seperti ini sangat penting fungsinya dalam pelaksanaan audit

    forensik terutama ketika seorang akuntan forensik harus menjelaskan proses investigasi yang

    telah dia lakukan di pengadilan sebagai seorang saksi ahli. Dalam kerangka tersebut diatas,

    proses investigasi diawali dengan identifikasi red flags atau tanda tanda kecurangan misalnya

    dari laporan atau informasi baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Setelah semua red flags

    diidentifikasi dan tahapan predication dilalui, maka audit forensik dapat dilaksanakan.

  • MODUL

    AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD AUDITING

    Secara prinsip, proses pencarian jawaban dalam audit forensik dimulai dengan

    menentukan terlebih dahulu pertanyaan apa yang perlu dijawab. Dari pertanyaan tersebut maka

    akan dirumuskan hipotesis yang akan diuji terkait dengan pertanyaan tersebut. Hipotesis

    umumnya dirumuskan dengan menggunakan pendekatan worst case scenario yaitu dengan

    mengasumsikan kemungkinan terburuk seperti misalnya seseorang dalam organisasi telah

    menerima suap. Kemudian dengan menggunakan pendekatan what if scenario akuntan forensik

    akan mencari fakta untuk membuktikan atau menolak dugaan tersebut. Hasil investigasi

    kemudian akan dituangkan dalam sebuah laporan yang akan dibaca oleh pihak pihak yang

    berkepentingan seperti misalnya Board of Directors, shareholders, hakim, jaksa, masyarakat dan

    media massa dan lain-lain.

    Satu sisi penting dari akuntansi forensik adalah aspek pencegahan kecurangan dimana

    seorang akuntan forensik dapat juga memberikan jasa assessment terhadap pengendalian internal

    di suatu organisasi untuk mengidentifikasi dan meminimalisir resiko kecurangan yang ada.

    Berdasarkan penelitian ACFE, setengah dari kasus kasus kecurangan di dunia kerugiannya

    tidak bisa dikembalikan. Ini menunjukkan arti pentingnya aspek pencegahan kecurangan.

    Dengan menganalogikan kecurangan sebagai sebuah penyakit maka mencegah lebih baik

    daripada mengobati. Dalam prakteknya pencegahan kecurangan adalah tanggung jawab semua

    komponen organisasi. Dalam sebuah negara, maka tanggung jawab pemberantasan kecurangan

    seperti misalnya korupsi, penyuapan dan lain sebagainya adalah tanggung jawab seluruh lapisan

    masyarakat.

    Seperti yang akan dibahas lebih lanjut di buku ini, salah satu faktor penting penyebab

    kecurangan adalah "rasionalisasi" yang merupakan suatu bentuk pembenaran terhadap tindak

    kecurangan yang dilakukan oleh pelaku. Penelitian membuktikan bahwa proses terbentuknya

    rasionalisasi kecurangan bukanlah proses yang instan. Rasionalisasi terbentuk sejak seorang

    manusia masih kecil mulai dari lingkungan keluarga kemudian sekolah dan akhirnya perguruan

    tinggi. Tiap - tiap lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap pola pikir para generasi muda

    yang yang akan terbawa sampai ketika mereka menjadi para profesional di bidangnya.

  • MODUL

    AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD AUDITING

    Aspek perilaku manusia sendiri menjadi komponen penting dalam proses audit forensik.

    Seperti yang terlihat pada gambar kerangka investigasi diatas, akuntan/auditor forensik mulai

    menganalisa perilaku pelaku kecurangan sejak sebelum akuntansi resmi laksanakan dengan

    melihat pada red flags yang berupa behavioral symptoms. Contoh analisa perilaku yang biasa

    dilakukan adalah analisa gaya hidup dan analisa kedekatan dengan vendor dan pelanggan. Dalam

    proses pengumpulan bukti pun teknik analisa perilaku juga digunakan dalam wawancara

    investigatif melalui pengamatan terhadap pernyataan verbal, bahasa tubuh dan juga ekspresi

    wajah.

    Diharapkan dengan berkembangnya ilmu akuntansi forensik di Indonesia maka akan

    menjadi sebuah solusi bagi permasalahan kecurangan yang selama ini sering terjadi seperti

    misalnya korupsi, penyuapan dan lain sebagainya. Akuntansi forensik diharapkan tidak hanya

    berguna dalam proses penyelidikan namun juga dapat menjadi suatu sarana untuk pencegahan

    kecurangan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.