cbd os erosi kornea-od makula kornea-ods kat.immatur_olinda_01.208.5743

Upload: daniella-miller

Post on 08-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    1/24

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. R Umur : 63 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Karangwuni, Pringsurat Temanggung Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    B. ANAMNESISAnamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 31 Januari 2013

    jam 10.30 WIB.

    Keluhan UtamaMata kiri terasa nyeri ngganjel dan kemeng.

    Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke poli mata untuk memeriksakan mata kirinya.

    Mata kiri dirasakan ngganjel dan kemeng sejak tadi pagi setelah

    kecolok lidi. Sejak itu mata kiri dirasakan nyrocos, tidak kabur, tidak

    mual ataupun muntah, tidak silau jika melihat cahaya terang, tidak

    melihat pelangi disekitar lampu, tidak sakit kepala, tidak cekot-cekot

    dan tidak merasa pandangan seperti berjalan di sebuah lorong. Pasien

    mengaku belum diberi obat apapun untuk mengurangi keluhannya

    tersebut.

    Pasien merasa lebih nyaman membaca dengan menggunakan

    kacamata, akan tetapi pasien merasa lebih jelas melihat pada malam

    hari dibandingkan dengan siang hari.

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    2/24

    2

    Riwayat Penyakit Dahuluo Sebelumnya pasien tidak pernah sakit seperti inio Riwayat Hipertensi disangkalo Riwayat Diabetes Mellitus disangkalo Riwayat trauma tumpul mata kanan saat kelas 2 SD diakuio Riwayat alergi disangkalo Riwayat menggunakan kaca mata disangkalo Riwayat menggunakan lensa kontak disangkalo Asthma, penyakit jantung dari kecil, alergi, riwayat penyakit

    menular seksual disangkal.

    o Riwayat operasi daerah orbita disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluargao Riwayat keluarga menderita penyakit darah tinggi dan kencing

    manis disangkal.

    o Riwayat keluarga menderita penyakit pada mata disangkal.

    Riwayat Sosial EkonomiKesan ekonomi cukup.

    C. PEMERIKSAAN FISIKStatus Umum

    Kesadaran : Compos mentis Aktivitas : Normoaktif Kooperatif : Kooperatif Status gizi : Baik

    Vital Sign

    TD : 110/90 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 16 x/menit Suhu : 36,50C

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    3/24

    3

    Status Ophthalmicus

    Oculus Dexter Oculus Sinister

    No. Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister

    1. Visus 6/30S + 2.00

    6/12

    NBC

    Add S + 3.00

    6/20S + 2.00

    6/12

    NBC

    Add S + 3.00

    2. Bulbus Okuli Baik ke segala arah Baik ke segala arah

    3. Palpebra

    Edema (-) (-)

    Hematom (-) (-)

    Hiperemi (-) (-)

    Entropion / Ektropion(-) (-)

    Blefarospasme (-) (-)

    Nyeri tekan (-) (-)

    Konjungtiva palpebra (-) (-)

    Folikel (-) (-)

    Cooble Stone (-) (-)

    erosi

    makula

    Katarak

    imatur

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    4/24

    4

    4. Konjungtiva

    Injeksi Konjungtiva (-) (-)

    Injeksi Siliar (-) (-)

    Sekret (-) (-)

    Bangunan patologis (-) (-)

    Perdarahan sub konjungtiva (-) (-)

    5. Kornea

    Kejernihan

    Jernih

    Tampak erosi, 3 mm

    di perifer pada jam

    11tidak menutupi pupil

    Infiltrat (-) (-)

    Keratic precipitates (-) (-)

    Ulkus (-) (-)

    Sikatrik (+) macula di perifer

    arah jam 2, tidak

    menutupi pupil

    (-)

    Pannus (-) (-)

    6. COA

    Kejernihan Jernih Jernih

    Kedalaman Cukup Cukup

    Isi (Hifema / Hipopion) (-) (-)

    7. Iris

    Kripte (+) (+)

    Sinekia (-) (-)

    8. Pupil

    Diameter 3 mm 3 mm

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    5/24

    5

    Reflek pupil (+) (+)

    Bentuk Bulat Bulat

    9. Lensa

    Kejernihan Keruh Keruh

    Iris shadow (+) (+)

    10. Corpus Vitreum

    Kejernihan Sulit dinilai Sulit dinilai

    11. Fundus Refleks + Suram + Suram

    12. Funduskopi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

    13. TIO N N

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANGFluoresin Testdidapatkan defek pada kornea

    E. DIAGNOSA BANDINGI. Oculus Dexter

    a. OD makula, dipertahankan karena gambaran sikatrik padakornea terlihat tanpa menggunakan penyinaran/ slitlamp.

    b. OD nebula, disingkirkan karena gambaran sikatrik padakornea, tidak terlihat jika tanpa penyinaran/ slitlamp.

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    6/24

    6

    c. OD leukoma, disingkirkan karena gambaran sikatrik padakornea tidak terlihat dari kejauhan dan tidak terlihat tanpa

    menggunakan kaca pembesar/ slit lamp.

    II. Oculus Sinistera. OS erosi kornea, dipertahankan karena ada riwayat trauma

    (kecolok lidi).

    b. OS infiltrate kornea, disingkirkan karena tidak ada riwayatradang atau inflamasi.

    III. Oculus DexterSinistera. ODS Katarak Imatur, dipertahankan karena dari hasil

    anamnesis didapatkan mata merah (-), cekot-cekot (-), iris

    shadow (+), melihat pelangi disekitar lampu (-), pusing (-)

    dan belum pernah diobati. Pada pemeriksaan fisik

    didapatkan lensa keruh, TIO normal, dan COA cukup.

    b. ODS Katarak Insipien, disingkirkan karena dari hasilpemeriksaan didapatkan kekeruhan telah menutupi sebagian

    lensa (+), iris shadow (+) dan COA dangkal.

    c. ODS Katarak Matur, disingkirkan karena dari hasilpemeriksaan didapatkan hanya sebagian lensa yang

    mengalami kekeruhan, selain itu didapatkan pula iris

    shadow (+) dan COA dangkal.

    d. ODS Katarak Hipermatur , disingkirkan karena dari hasilpemeriksaan didapatkan lensa keruh (+) namun tidak

    bersifat masif, iris shadow (+) dan COA dangkal.

    F. DIAGNOSAOD Makula Kornea

    OS Erosi Kornea

    ODS Katarak Imatur dan Presbiopia

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    7/24

    7

    G. TERAPI Topikal

    o Cendo Lyteers ED BT I 3 dd gtt I ODS

    OraloNeurodex no. X

    0 01

    o Vit. E no. X 0 01

    H. EDUKASIa. Menjaga kebersihan mata.

    b. Meminum obat secara teratur sesuai resep dokter.c. Kontrol secara teratur.d. Mata kiri perlu ditutup menggunakan kassa untuk menghindari

    adanya infeksi atau kotoran yang masuk.

    e. Menjelaskan bahwa visusnya berkurang disebabkan karena adanyakekeruhan pada lensa mata pasien

    f. Memberi penjelasan bahwa kekeruhan yang ada pada lensa semakinlama akan semakin berat seiring berjalannya waktu, sehingga

    penurunan visus dapat terus terjadi.

    I. PROGNOSAOculus Dexter Oculus Sinister

    Quo ad visam : dubia ad bonam dubia ad bonam

    Quo ad sanam : bonam bonam

    Quo ad functionam : dubia ad bonam dubia ad bonam

    Quo ad vitam : bonam bonam

    Quo ad kosmetikam: bonam dubia ad bonam

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    8/24

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    EROSI KORNEA

    Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat

    diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa

    cedera pada membrane basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat

    bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut.

    Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea

    yang mempunyai serat sensible yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme,

    l;akrimasi, fotofobiaa, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang

    keruh.

    Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi

    pwarnaan fluorescein akan berwarna hijau. Pada erosi kornea perlu diperhatikan

    adalah adanya infeksi yang akan timbul kemudian.

    Anastesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan danmenghilanhkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati bila memakai obat anatetik

    topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat

    menambah kerusakan epitel.

    Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk

    mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spectrum luas

    Neosporin, kloramfenikol, dan sulfetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang

    mengakibatkan spasme silia makan diberikan sikloplegik aksi-[endek seperti

    tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam.

    Erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam.

    Erosi Kornea Rekuren

    Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membrane basal atau

    tukak metherpetik. Epitel yang menutup kornea akan mudah lepas kembali

    diwaktu bangun pagi. Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat

    bertahan pada defek epitel kornea. Sukarnya epitel menutupi kornea diakibatkan

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    9/24

    9

    oleh terjadinya pelepasan membrane basal epitel kornea tempat duduknay sel

    basal epitel kornea. Biasanya membrane basal yang rusak akan kembali normal

    setelah 6 minggu.

    Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga

    regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membrane basal kornea.

    Pengobatan biasanya dengan memberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa

    sakit atau untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul.

    Antibiotic diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat

    tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi

    infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan

    sembuh dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotic dengan kombinasi

    steroid. Pemakaian lensa kontak pada pasien dengan erosi rekuren sangat

    bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak

    dipengaruhi kedipan kelopak mata.

    SIKATRIK KORNEA

    Sikatrik kornea adalah suatu jaringan parut pada kornea yang

    mengakibatkan permukaan kornea iregular. Sikatrik merupakan suatu bentuk

    penyembuhan luka pada kornea, baik akibat peradangan maupun trauma

    Nebula

    Penyembuhan akibat keratitis superfisialis. Kerusakan kornea padamembrana Bowman sampai 1/3 stroma

    Pada pemeriksaan terlihat seperti kabut di kornea, hanya dapat dilihat dikamar gelap dengan focal ilumination dan bantuan kaca pembesar

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    10/24

    10

    Makula

    Penyembuhan akibat ulkus kornea. Kerusakan kornea pada 1/3 stromasampai 2/3 ketebalan stroma

    Pada pemeriksaan terlihat putih di kornea, dapat dilihat di kamar denganfocal ilumination / batere tanpa bantuan kaca pembesar

    Leukoma

    Penyembuhan akibat ulkus kornea Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan stroma. Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan. Apabila ulkus kornea sampai tembus ke endotel, akan terjadi perforasi,

    dengan tanda

    Iris prolaps, COA dangkal, TIO menurun. Sembuh menjadi lekoma adheren (lekoma disertai sinekhia anterior)

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    11/24

    11

    Terganggunya faktor yang menyebabkan kejernihan tersebut, seperti

    tersebut diatas terganggu dapat menimbulkan kekeruhan kornea. Menurunnya

    tingkat kejernihan atau kekeruhan dapat bersifat sementara atau menetap atau

    selemanya. Kekeruhan kornea dapat disebabkan karena kornea terluka, misalnya:

    karena trauma, infeksi oleh bakteri, jamur atau virus, atau terjadi reaksi penolakan

    tubuh atau autoimun, atau akibat kelainan bawaan yaitu terdapat penumpukan

    material abnormal, kerusakan endotel akibat kenaikan tekanan bola mata, bahkan

    komplikasi tindakan bedah. Penurunan kejernihan kornea dapat menimbulkan

    gangguan penglihatan, mulai dari rasa silau sampai terjadi penurunan ketajaman

    penglihatan sampai kebutaan. Sebagian penderita yang terganggu penglihatannya

    atau kebutaan akibat kerusakan kornea masih dapat dipulihkan kembali

    penglihatannya dengan tindakan pencangkokan (transplantasi) kornea, dalam

    istilah kedokteran disebut KERATOPLASTI.

    Transplantasi Kornea

    Pencangkokan kornea dilakukan dengan cara mengangkat kornea penderita yang

    keruh dan menggantinya dengan kornea donor yang masih jernih.

    Tindakan ini dibedakan menjadi:

    Pencangkokan Kornea Lameler, hanya sebagian dilapisi kornea yang diganti oleh

    kornea donor. Tindakan ini dilakukan apabila lapisan endotel penderita masih

    dapat menjalankan fungsi pompanya dengan baik.

    Pencangkokan Kornea Tembus, dilakukan apabila seluruh lapisan kornea

    penderita diangkat dan digantikan dengan kornea donor.

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    12/24

    12

    Tujuan dan Indikasi dilakukan pencangkokan kornea dibagi menjadi:

    Indikasi Optik

    Bertujuan untuk memulihkan kemampuan penglihatan penderita secara optimal.

    Biasanya dilakukan pada kerusakan kornea yang minimal dan tanpa ada penyulit

    tindakan.

    Indikasi Terapeutik

    Dilakukan untuk menghilangkan keadaan patologik dijaringan kornea yang

    diperkirakan dapat merusak bola mata secara keseluruhan, misalnya karena

    infeksi bakteri atau jamur.

    Indikasi Tektonik

    Dilakukan untuk memperbaiki struktur jaringan kornea yang mengalami penipisan

    dan kerusakan yang mengancam keutuhan bola mata. Keadaan ini sering

    disebabkan oleh infeksi maupun trauma.

    Indikasi Kosmetik

    Tindakan ini dilakukan hanya untuk memulihkan kejernihan kornea, karena

    kemampuan penglihatan tidak dapat dipulihkan karena sistem saraf penglihatan

    terganggu.

    KATARAK IMMATUR

    1. DEFINISIKatarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

    lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak merupakan penyebab kebutaan

    di dunia saat ini yaitu setengah dari 45 juta kebutaan yang ada. 90% dari

    penderita katarak berada di negara berkembang seperti Indonesia, India

    dan lainnya.Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di

    Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan

    penglihatan (Ilyas, 2010).

    Katarak imatur adalah kekeruhan pada sebagian lensa. Katarak ini

    belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur akan

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    13/24

    13

    bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan

    lensa yang degeneratif. Pada keadaan ini lensa akan mencembung

    sehingga akan menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma

    sekunder (Ilyas, 2010).

    2. ETIOLOGIPenyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara

    pasti, diduga multifaktorial, diantaranya antara lain (James et al, 2006) :

    o Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik;o Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuatmempunyai

    efek buruk terhadap serabut-serabut lensa;

    o Faktor imunologiko Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,

    gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari,

    miopia tinggi;

    oGangguan metabolisme umum, yaitu Diabetes Mellitus, Galaktosemia,Hipokalsemia, Distrofi miotonik;

    o Trauma;o Pengobatan topikal jangka panjang, yaitu steroid dan klorpromazin.

    3. PATOFISIOLOGIDalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya

    keseimbangan antara protein yang dapat larut dan protein yang tidak dapat

    larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah

    protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa

    protein. Perubahan biokimiawi, fisik dan protein tersebut mengakibatkan

    jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang

    lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak.

    Terjadinya penumpukan cairan / degenerasi dan desintegrasi pada serabut

    tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    14/24

    14

    gangguan penglihatan. Dengan bertambah lanjut usia seseorang maka

    nukleus lensa mata akan menjadi lebih padat dan berkurang kandungan airnya,

    lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya (optic zone) sehingga

    kemampuan memfokuskan benda berkurang (Ilyas, 2010).

    4. MANIFESTASI KLINIKBerikut merupakan gejala-gejala yang dapat timbul pada penderita

    katarak (Faradila, 2009) :

    1) Gejala Subyektif :a. Bila kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya.

    b. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.c. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang

    disebabkan oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda

    yang dilihat penderita akan menyebabkan silau.

    d. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadikarena proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadicembung dan refraksi power mata meningkat, akibatnya bayangan

    jatuh di muka retina.

    2) Gejala Obyektif :a. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi.

    b. Jika mata diberi sinar dari samping: lensa tampak keruh keabu-abuan atau keputihan dengan latar hitam.

    c. Pada fundus reflex dengan opthalmoskop : kekeruhan tersebuttampak hitam dengan latar oranye. Dan pada stadium matur hanya

    didapatkan warna putih atau tampak kehitaman tanpa latar oranye,

    hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.

    d. Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudutkamera anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler

    meningkat, akibatnya terjadi glaukoma sekunder.

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    15/24

    15

    5. KLASIFIKASIKatarak senilis secara klinis dikenal dalam 4 stadium yaitu

    insipien, imatur, matur dan hipermatur.

    1) Katarak InsipienPada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-

    bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah

    jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior

    dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil

    dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang

    disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian

    lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama (Ilyas, 2010).

    2) Katarak ImaturPada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum

    mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian

    yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat

    meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Padakeadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan

    pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal

    sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan

    iris atau shadow test, maka akan terlihat bayangan iris pada lensa,

    sehingga hasil uji shadow test (+) (Ilyas, 2010).

    3) Katarak MaturPada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses

    degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air

    bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke

    ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal

    kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensayang keruh, sehingga uji

    bayangan iris negative (Ilyas, 2010).

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    16/24

    16

    4) Katarak HipermaturMerupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa

    yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul

    lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses

    katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang

    berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

    memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di

    korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji

    bayangan iris memberikan gambaran pseudo positif. Cairan / protein

    lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi

    dalam bola mata karena dianggap sebagai benda asing. Akibatnya

    dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui

    COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan /

    protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata

    (Ilyas, 2010).

    6. DIAGNOSISDiagnosis dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan

    pemeriksaan fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-

    kelainan harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang

    berefek terhadap mata dan perkembangan katarak (Setiohadi, 2006).

    Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai

    dengan ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan

    dekat. Ketika pasien mengeluh silau, harus diperiksa di kamar dengan

    cahaya terang (James et al,2006).

    Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat

    memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis

    penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan

    sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent

    relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus

    macula.

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    17/24

    17

    Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi

    opasitas lensa. Tapi dapat juga struktur okular lain (konjungtiva, kornea,

    iris, bilik mata depan) (James et al, 2006).

    Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus

    diperiksa hati-hati (James et al, 2006).

    Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah

    pemberian dilator pupil (James et al, 2006).

    Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa

    sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata

    sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur (Ilyas, 2010).

    Kepentingan ophthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari

    integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan

    retina dapat menilai gangguan penglihatan. (Ilyas, 2010).

    7. PENATALAKSANAANTidak ada satupun obat yang dapat diberikan untuk

    menyembuhkan katarak senilis. Penggunaan obat-obatan selama ini

    bertujuan untuk memperlambat penebalan katarak. Katarak hanya dapat

    diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak

    mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup

    dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan,

    makanan, atau kegiatan olahraga yang dapat menghindari atau

    menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Akan tetapi melindungi

    mata terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat memperlambat

    terjadinya gangguan katarak. Kacamata gelap atau kacamata reguler yang

    dapat menghalangi sinar ultraviolet (UV) sebaiknya digunakan ketika

    berada di ruangan terbuka pada siang hari (Setiohadi, 2006).

    Pengobatan katarak senil yang pernah dipakai adalah aldose

    reductase inhibitor, obat ini diketahui dapat menghambat konversi glukosa

    menjadi sorbitol, pengobatan sudah memperlihatkan hasil yang

    menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    18/24

    18

    katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang

    menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan

    antioksidan vitamin C dan E (Vaughan et al, 2010).

    Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi

    lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah

    berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini

    phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang

    digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi.

    Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa

    yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract

    ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang

    tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu

    ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi (Vaughan et al, 2010).

    1) Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

    kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophakedan dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior yang lebar.

    Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa

    subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak

    sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama

    populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien

    berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen

    hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini

    astigmatisme, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan

    (Khalilullah, 2010).

    2) Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

    pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa

    anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui

    robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    19/24

    19

    dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa

    intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra

    ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan

    prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah

    mengalami prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi

    retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk

    mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti

    prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini

    yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Khalilullah, 2010).

    3) PhakoemulsifikasiPhakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan

    memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang

    sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan

    digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO

    akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah

    lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan

    tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan

    pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan

    cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik ini bermanfaat

    pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.

    Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan

    incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa

    intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra

    okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu

    (James et al,2006).

    8. KOMPLIKASIAdapun komplikasi tindakan operatif katarak(Ilyas, 2010) :

    1) Hilangnya vitreous.2) Prolaps iris.3) Endoftalmitis.

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    20/24

    20

    4) Astigmatisma pasca operasi.5) Edema makular sistoid.6) Ablasio retina.7) Opasifikasi kapsul posterior.8) Glaukoma

    9. PROGNOSISDengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit

    menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%.

    Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa

    komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi

    menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis

    pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart (Khalilullah, 2010).

    PRESBIOPIA

    Definisi

    Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin

    meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan

    perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya

    elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi.

    Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita presbiopia.

    Diterangkan bahwa: terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia,

    sehingga kemampuan lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal

    tersebut menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat.

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    21/24

    21

    Etiologi

    Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:

    - Kelemahan otot akomodasi- Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis

    lensa

    Patofisiologi

    Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi

    mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan

    kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa

    menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi

    cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.

    Gejala Klinis

    oAkibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun,akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair

    dan sering terasa pedas.

    oKarena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh danpada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan

    cetakan kecil.

    oDalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderungmenegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga

    mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.

    oPresbiopia timbul pada umur 45 tahun untuk ras Kaukasia dan 35 tahun untukras lainnya.

    Pemeriksaan

    a. Alat- Kartu Snellen- Kartu baca dekat- Seuah set lensa coba

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    22/24

    22

    - Bingkai percobaana. Teknik

    - Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikankacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun

    astigmatismat)

    - Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)- Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat- Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai

    terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini

    ditentukan

    - Dilakukan pemeriksaan mata satu per satub. Nilai

    Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna

    merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca.

    Hubungan lensa adisi dan umur biasanya: 40 sampai 45 tahun1.0 dioptri

    45 sampai 50 tahun1.5 dioptri

    50 sampai 55 tahun2.0 dioptri

    55 sampai 60 tahun2.5 dioptri

    60 tahun3.0 dioptri

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    23/24

    23

    Penatalaksanaan

    Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur

    40 tahun (umur rata rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun

    diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50

    Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:

    1. Kacamata baca untuk melihat dekat saja2. Kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain3. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan

    sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah

    4. Kacamata progressive mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh,tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.

  • 7/22/2019 CBD OS Erosi Kornea-OD Makula Kornea-ODS Kat.immatur_Olinda_01.208.5743

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Faradila, N. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Pekanbaru : Faculty of

    Medicine University of Riau. Available at http://www.Files-of-

    DrsMed.tk

    Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. 205-216

    James, B., Chris C., Bron A. 2006.Lecture Notes : Oftamologi Edisi Kesembilan.

    Jakarta : Penerbit Erlangga.

    Khalilullah, S. A. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan Pada Katarak Senilis.

    available at www.emedicine.com/ last update 22 November 2010

    Miranti, A., Arjo SM., 2002. Deteksi dini glaukoma, Medisinal, Vol. III, Jakarta.

    Perhimpunan dokter spesialis mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk

    dokter umum dan mahasiswa kedokteran: edisi ke-2, Sagung Seto,

    Jakarta.

    Setiohadji, B., 2006. Community Opthalmology.,Cicendo Eye Hospital/Dept

    of Ophthalmology Medical Faculty of Padjadjaran University.

    Suhardjo et. Al. 2007. Ilmu Kesehatan Mata, Bagian Ilmu Penyakit Fakultas

    Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta : Fakultas

    Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

    Vaughan, D, Riordan-Eva P. Glaukoma. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14.Alih

    Bahasa: Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology. Jakarta: Widya

    Medika; 2010. 220-232.