cr decomp-cordis ray.docx
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
1/42
1
BAB I
INTERPRETASI KASUS
I.1 IDENTITAS
Nama : Ny. DSH
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 34 tahun 10 bulan
Alamat : Cibedung 01/03 Gajah Mekar kec.kutawaringin kab.Bandung
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Masuk Rumah sakit : 25 Oktober 2013
Tanggal pemeriksaan : 25 Oktober 2013
I.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak Napas
Anamnesis Tambahan:
Pasien mengeluh sesak napas Sejak 1 minggu SMRS. Pasien mengaku sesak napas
dirasakan sepanjang hari dan semakin hari semakin bertambah berat. Sesak saat beraktivitas
maupun saat istirahat. Pasien sering terbangun pada malam hari bahkan sampai tidak bisa tidur
karena sesak. Pasien mengaku tidur dalam keadaan duduk menggunakan 5-6 bantal karena sesak.
Keluhan sesak juga disertai dengan bengkak di kedua tungkai 1 minggu SMRS kemudian di ikuti
bengkak pada perut sejak 4 hari SMRS. Pasien menyangkal adanya bengkak pada kedua kelopak
mata setelah istirahat/bangun tidur.
Sesak tidak disertai bunyi mengi, nyeri dada, batuk, pilek,dan panas badan serta tidak
dipengaruhi oleh udara dingin atau debu. Pasien mengaku merasa mual, muntah, sakit kepala dan
lemah badan. Buang air kecil seperti air teh (1x) 2 hari yang lalu, sedikit-sedikit, dan nyeri diakui
pasien.
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
2/42
2
Riwayat merokok disangkal. Riwayat sakit dengan penyakit kuning disangkal. Riwayat
keluhan serupa sebelumnya disangkal. Riwayat sering pilek atau bersin pagi hari, gatal-gatal
disangkal. Riwayat alergi disangkal. Riwayat darah tinggi, kencing manis, sakit ginjal dan
penyakit jantung disangkal. Riwayat keluhan serupa pada anggota keluarga disangkal. Riwayat
darah tinggi, kencing manis, sakit ginjal dan penyakit jantung pada keluarga disangkal. Pasien
mengaku pernah di operasi Radikal Mastektomi di RSHS 3 tahun yang lalu dengan indikasi
kanker payudara sebelah kiri dan sudah menjalani kemoterapi sebanyak 1x.
Riwayat pengobatan karena keluhan ini diakui pasien 1 hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Pasien diberi obat 2 macam, namun tidak diketahui jenis obatnya. Pasien merasa tidak ada
perubahan dengan pemberian obat tersebut lalu pasien dibawa ke RSUD soreang.
I.3 PEMERIKSAAN FISIK
KESAN UMUM
a.
Keadaan umumKesan sakit : sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
b. Keadaan sirkulasiTekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit, regular, kuat, isi cukup
Heart rate : 96 x/menit, regular
Suhu : 36,5 C
c. Keadaan pernafasanFrekuensi : 32 x/menit, regular
Corak pernafasan : torakoabdominal
PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Kepala1. Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik2. Hidung : Pernafasan cuping hidung(-)3. Bibir : Sianosis(-), Mulut mencucu (-)4. Rongga leher :
Faring : tidak hiperemis
Tonsil : T1-T1 tenang
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
3/42
3
5. Leher : Kelenjar tiroid tidak ada kelainan, JVP Kelenjar getah bening tidak teraba
Trachea tidak ada deviasi
b.
ThoraksInspeksi
Bentuk umum : simetris, barrel chest(-)
Sela iga : tidak melebar
Pergerakan : tidak ada bagian yang tertinggal dan tidak ada retraksi
Iktus cordis : tidak terlihat
Palpasi
Vokal fremitus : kiri(N) kanan()
Mammae : sin(post RM)
Iktus kordis : teraba di 2 cm lateral linea midclavicularis sinistra pada
intercostalis space VI, tidak kuat angkat
Perkusi
Paru-paru : sonor kiri = kanan, redup pada thoraks dextra (basal)
Batas paru hati : Intercostalis space V dextra, peranjakan 2 cm
Cor
batas atas : intercostalis space III, linea parasternalis sinistra batas kiri : 2 cm lateral linea midclavicularis sinistra, intercostalis space VI batas kanan : linea sternalis dextra, intercostalis space V
Auskultasi
Paruparu
Suara pernafasan vesikuler Vokal resonans kiri = kanan, tidak menurun Suara tambahan ronkhi halus basah (+/+) di basal paru,
wheezing(-/-)
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
4/42
4
Cor
Bunyi jantung S1 dan S2 murni regular, S3 (-), S4 (-) Murmur (-), thrill(-)
Abdomen
Inspeksi
Bentuk cembung, sudut epigastrium > 90o, Retraksi epigastrium (-)
Palpasi
Dinding perut : lembut
NT/NL : (-)/(-)
Hepar : teraba 3 cm di bawah arcus costarum dan 4 cm di bawah
processus xiphoideus
Lien : tidak ada pembesaran
Ruang traube : kosong
Ginjal : tidak ada kelainan
Perkusi : pekak samping (+), pekak pindah (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
c. EkstremitasClubbing finger(-), sianosis (-), akral hangat, CRT
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
5/42
5
Glukosa sewaktu : 84 (180) mg/dL
Ureum : 14 (17-43) mg/dL
Kreatinin : 0,55 (0,6-1,2) mg/dL
I.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto toraks anteroposterior :
EKG :
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
6/42
6
I.6 DIAGNOSIS
- DCM DC kanan kiri Fc IV dengan efusi pleura dextra dd/ decopm/maligna
- CAP ec. Metastase
- CA Mammae sinitra post Radikal Mastektomi + kemoterapi
I.7 USULAN PEMERIKSAAN
Echocardiography
Cardiac angiography
Sidik perfusi miokard dengan Thallium-201
Tes Faal Paru
I.8 PENATALAKSANAAN
Umum
Edukasi : Bed Rest, pembatasan aktivitas, minum maksimal 500 cc/hari, diet rendah
lemak dan kolesterol
- O2 3-5 lt/m- D5% asnet
Khusus
Furosemide 1 x 2 amp (iv)
KSR 1x1 tab (p.o)
Captopril 3 x 6,25 mg (p.o)
Omeprazole 1x 20 mg ( p.o)
Paracetamol 3x500 mg (p.o) p.r.n
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
7/42
7
I.9 PROGNOSIS
Quo ad vitam dubia ad bonam
Quo ad functionam ad malam
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
8/42
8
BAB II
PEMBAHASAN
GAGAL JANTUNG
2.1DefinisiSindrom klinis dengan gejala sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat
aktivitas) dan tanda (edema & ronkhi) yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi
jantung yang menyebabkan seringnya pasien dirawat inap, menurunnya kualitas serta
harapan hidup.1,2
2.2EtiologiGagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi penting
untuk mengetahui penyebab gagal jantung, di Negara maju penyakit arteri koroner dan
hipertensi merupakan penyebab terbanyak, sedangkan di Negara berkembang yangmenjadi penyebab terbanyak adalah penyakit katup jantung dan penyakit jantung akibat
malnutrisi.7Secara garis besar penyebab terbanyak gagal jantung adalah penyakit jantung
koroner 60-75%, dengan penyebab penyakit jantung hipertensi 75%, penyakit katup
(10%) serta kardiomiopati dan sebab lain (10%).5
Faktor risiko seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat
berpengaruh pada perkembangan gagal jantung. Selain itu berat badan serta tingginya
rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL dikatakan sebagai faktor risiko independen
perkembangan gagal jantung.5
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama untuk terjadinya gagal
jantung. Perubahan gaya hidup dengan konsumsi makanan yang mengandung lemak, danbeberapa faktor yang mempengaruhi, sehingga angka kejadiannya semakin meningkat.
Hipertensi telah terbukti meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung pada
beberapa penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa
mekanisme, termasuk hipertropi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolic, meningkatkan risiko terjadinya infark
miokard dan memudahkan untuk terjadinya aritmia. Ekokardiografi yang menunjukkan
hipertropi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan perkembangan gagal jantung. Adanya
krisis hipertensi dapat menyebabkan timbulnya gagal jantung akut.5
Kardiomiopati merupakan penyakit otot jantung yang bukan disebabkan oleh
penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung kongenital, katup ataupun
penyakit perikardial. Kardiomiopati dibedakan menjadi empat kategori fungsional :
dilatasi (kongestif), hipertropik, restriktif, dan obliterasi. Kardiomiopati dilatasi
merupakan kelainan dilatasi pada ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel
kanan. Penyebabnya antara lain miokarditis virus, penyakit jaringan ikat seperti SLE, dan
poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertropik dapat merupakan penyakit keturunan
(autosomal dominant) meski secara sporadik masih memungkinkan. Ditandai adanya
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
9/42
9
kelainan pada serabut miokard dengan gambaran khas hipertropi septum yang asimetris
yang berhubungan dengan obstruksi outflow aorta (kardiomiopati hipertropik obstruktif).
Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan serta compliance ventrikel yang
buruk, tidak membesar dan dihubungkan dengan kelainan fungsi diastolik (relaksasi)
yang menghambat pengisian ventrikel. Kardiomiopati peripartum menyebabkan gagal
jantung akut.5,6
Penyakit katup sering disebabkan penyakit jantung rematik. Penyebab utama
terjadinya gagal jantung adalah regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regurgitasi mitral
dan aorta menyebabkan kelebihan beban (peningkatan beban awal) sedangkan stenosis
aorta menimbulkan beban tekanan (peningkatan beban akhir).7
Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan dihubungkan
dengan kelainan struktural termasuk hipertropi ventrikel kiri. Atrial fibrilasi dan gagal
jantung seringkali timbul bersamaan.7
Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung
akut maupun gagal jantung akibat aritmia. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapatmenyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot jantung alkohol). Alkohol
menyebabkan gagal jantung 2-3% dari kasus. Alkohol juga dapat menyebabkan
malnutrisi dan defisiensi tiamin. Obat-obatan juga dapat menyebabkan gagal jantung.
Obat kemoterapi seperti doksorubisin dan obat antivirus seperti zidofudin juga
dapat menyebabkan gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.7
2.3KlasifikasiTabel 1. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan NYHA
Kapasitas Fungsional Penilaian Objektif
Kelas 1 Pasien dengan penyakit jantung namun tanpa adanyaketerbatasan aktifitas fisik. Aktivitas sehari-hari tidak
menyebabkan lelah, nyeri dada, dyspnea, dan palpitasi
Kelas 2 Pasien dengan penyakit jantung dengan adanya sedikitketerbatasan aktifitas fisik. Nyaman saat beristirahat.
Aktivitas sehari-hari menyebabkan lelah, nyeri dada, dyspnea,
dan palpitasiKelas 3 Pasien dengan penyakit jantung dengan adanya keterbatasan
aktifitas fisik. Nyaman saat beristirahat. Aktivitas yang lebih
ringan dari aktivitas sehari-hari menyebabkan lelah, nyeri
dada, dyspnea, dan palpitasi
Kelas 4 Pasien dengan penyakit jantung dengan adanyaketidaknyamanan setiap melakukan aktifitas fisik. Gejala
gagal jantung dapat muncul saat beristirahat. Keluhan dan
ketidaknyamanan bertambah saat melakukan aktivitas fisik.
2.4PathogenesisGagal jantung dapat dilihat sebagai suatu kelainan progresif yang dimulai
setelah adanya index event atau kejadian penentu hal ini dapatberupa kerusakan otot
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
10/42
10
jantung, yang kemudian mengakibatkan berkurangnya miosit jantung yang berfungsi
baik, atau mengganggu kemampuan miokardium untuk menghasilkan daya. Hal ini pada
akhirnya mengakibatkan jantung tidak dapat berkontraksi secara normal. Kejadian
penentu yang dimaksud ini dapat memiliki onset yang tiba-tiba, seperti misalnya pada
kasus infark miokard akut (MI), atau memiliki onset yang gradual atau insidius, seperti
pada pasien dengan tekanan hemodinamik yang tinggi (pada hipertensi) atau overload
cairan (pada gagal ginjal), atau bisa pula herediter,seperti misalnya pada kasus dengan
kardiomiopati genetik. Pasien dengan gagal jantung pada akhirnya memiliki satu
kesamaan, yaitu penurunan kemampuan pompa jantung, terlepas dari berbagai penyebab
gagal jantung. Pada kebanyakan orang gagal jantung bisa asimtomatik atau
sedikit bergejala setelah terjadi penurunan fungsi jantung, atau menjadi bergejala setelah
disfungsi dialami dalam waktu yang lama. Tidak diketahui dengan pasti mengenai pasien
dengan disfungsi ventrikel kiri tetap asimtomatik, hal yang berpotensi mampu memberi
penjelasan mengenai hal ini adalah banyaknya mekanisme kompensasi yang akan
teraktivasi saat terjadi jejas jantung atau penurunan fungsi jantung yang tampaknya akanmengatur kemampuan fungsi ventrikel kiri dalam batas homeostatik/fisiologis,sehingga
kemampuan fungsional pasien dapat terjaga atau hanya menurun sedikit. Transisi pasien
dari gagal jantung asimtomatik ke gagal jantung yang simtomatik, aktivasi berkelanjutan
dari sistem sitokin dan neurohormonal akan mengakibatkan perubahan terminal pada
miokardium, hal ini dikenal dengan remodelling ventrikel kiri. Gagal jantung dimulai
setelah adanya index event yang menghasilkan penurunan pada kemampuan
pompa jantung. Seiring dengan penurunan pada kapasitas pompa jantung, beragam
mekanisme kompensasi diaktifkan termasuk sistem syaraf adrenergik, system renin
angiotensin, dan sistim sitokin. Pada jangka pendek hal ini dapat mengembalikan fungsi
jantung pada batas homoestatik sehingga pasien tetap asimtomatik. Namun denganaktivasi berkelanjutan mekanisme kompensasi ini dapat mengakibatkan kerusakan organ
terminal sekunder pada ventrikel, dengan remodelling ventrikel kiri yang memburuk dan
dekompensasi jantung. Sebagai akibatnya secara klinis pasien mengalami transisi dari
gagal jantung yang tidak bergejala ke gagal jantung yang bergejala.
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
11/42
11
Gambar 9. Patofisiologi Gagal Jantung
Dikutip dari: Mann DL4
Mekanisme Neurohormonal
Beberapa ahli menyarankan gagal jantung dilihat dalam suatu model
neurohormonal yaitu gagal jantung berkembang sebagai hasil ekspresi berlebihan suatu
molekul yang secara biologis aktif, yang dapat memberikan efek kerusakan jantung dan
sirkulasi.4,6,8
Seiring dengan progresi gagal jantung, masukan inhibisi dari reseptor arterial dan
kardiopulmoner terus menurun, dan masukan eksitasi meningkat. Akibatnya perubahan
keseimbangan ini terjadi peningkatan aktifitas pada sistem simpatis, berkurangnya
kemampuan sistem parasimpatik dan simpatik dalam mengontrol denyut jantung, dan
terganggunya regulasi reflek simpatis pada resistensi vaskular. Iskemia dinding anterior
juga memiliki efek tambahan pada eksitasi sistem saraf simpatik efferent.
Pengaturan mekanisme neurohormonal ini dapat bersifat adaptif ataupun
maladaptif. Sistem ini bersifat adaptif apabila sistem dapat memelihara tekanan perfusi
arteri selama terjadi penurunan curah jantung. Sistem ini menjadi maladaptif apabila
menimbulkan peningkatan hemodinamik melebihi batas ambang normal, menimbulkan
peningkatan kebutuhan oksigen, serta memicu timbulnya cedera sel miokard. Adapun
pengaturan neurohormonal sebagai berikut:
Sistem Saraf AdrenergikPasien dengan gagal jantung terjadi penurunan curah jantung. Hal ini
akan dikenali oleh baroreseptor di sinus caroticus dan arcus aorta, kemudian
dihantarkan ke medulla melalui nervus IX dan X,yang akan mengaktivasi sistem
saraf simpatis. Aktivasi system saraf simpatis ini akan menaikkan kadar
norepinefrin (NE). Hal ini akan meningkatkan frekuensi denyut jantung,
meningkatkankontraksi jantung serta vasokonstriksi arteri dan vena sistemik.8
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
12/42
12
Norepinefrin dapat meningkatkan kontraksi dan mempertahankan tekanan
darah, tetapi kebutuhan energi miokard menjadi lebih besar, yang dapat
menimbulkan iskemi jika tidak ada penyaluran O2 ke miokard. Dalam jangka
pendek aktivasi sistem adrenergic dapat sangat membantu, tetapi lambat laun
akan terjadi maladaptasi.8
Penderita dengan gagal jantung kronik akan terjadi penurunan konsentrasi
norepinefrin jantung; mekanismenya masih belum jelas, mungkin berhubungan
dengan exhaustion phenomenon yang berasal dari aktivasi sistem adrenergik
yang berlangsung lama.8
Keterangan: Ach:asetilkolin, SSP=Susunan Syaraf Pusat, E=epinephrine, Na+=Natrium,
NE=norepinephrine.
Gambar 10. Mekanisme aktivasi sistem syaraf simpatik dan parasimpatik pada gagal
jantung.
Dikutip dari : Floras JS9
Sistem Renin Angiotensin AldosteronCurah jantung yang menurun, akan terjadi aktivasi sistem renin-
angiotensin aldosteron. Beberapa mekanisme seperti hipoperfusi renal,
berkurangnya natrium terfiltrasi yang mencapai makula densa tubulus distal, dan
meningkatnya stimulasi simpatis ginjal, memicu peningkatan pelepasan renin dari
apparatus juxtaglomerular. Renin memecah empat asam amino dari
angiotensinogen I, dan Angiotensin -converting enzyme akan melepaskan dua
asam amino dari angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II berikatan
dengan 2 protein G menjadi angiotensin tipe 1 (AT1) dan tipe 2 (AT2). Proses
rennin angiotensin aldosteron ini dapat tergambar pada Gambar 2.2. Aktivasi
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
13/42
13
reseptor AT1 akan mengakibatkan vasokonstriksi, pertumbuhan sel, sekresi
aldosteron dan pelepasan katekolamin, sementara AT2 akan menyebabkan
vasodilatasi, inhibisi pertumbuhan sel, natriuresis dan pelepasan bradikinin.8
Gambar 11. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron.
Dikutip dari: Weber KT dkk.10
Angiotensin II mempunyai beberapa aksi penting dalam mempertahankansirkulasi homeostasis dalam jangka pendek, namun jika terjadi ekspresi lama dan
berlebihan akan masuk ke keadaan maladaptif yang dapat menyebabkan fibrosis
pada jantung, ginjal dan organ lain. Selain itu, juga akan mengakibatkan
peningkatan pelepasan NE dan menstimulasi korteks adrenal zona glomerulosa
untuk memproduksi aldosteron.8
Aldosteron memiliki efek suportif jangka pendek terhadap sirkulasi
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium. Akan tetapi jika berlangsung relatif
lama akan menimbulkan efek berbahaya, yaitu memicu hipertrofi dan fibrosis
vaskuler dan miokardium, yang berakibat berkurangnya compliance vaskuler dan
meningkatnya kekakuan ventrikel. Di samping itu aldosteron memicu disfungsi
sel endotel, disfungsi baroreseptor, dan inhibisi uptake norepinefrin yang akan
memperberat gagal jantung. Mekanisme aksi aldosteron pada sistem
kardiovaskuler nampaknya melibatkan stres oksidatif dengan hasil akhir inflamasi
pada jaringan.8
Stres Oksidatif
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
14/42
14
Pada pasien gagal jantung terdapat peningkatan kadar reactive oxygen
species (ROS). Peningkatan ini dapat diakibatkan oleh rangsangan dari
ketegangan miokardium, stimulasi neurohormonal (angiotensin II, aldosteron,
agonis alfa adrenergik, endothelin-1) maupun sitokin inflamasi (tumor necrosis
factor,interleukin-1). Efek ROS ini memicu stimulasi hipertrofi miosit, proliferasi
fibroblast dan sintesis collagen. ROS juga akan mempengaruhi sirkulasi perifer
dengan cara menurunkan bioavailabilitas NO.8,11
BradikininPenelitian menunjukkan bahwa bradikinin berperan penting dalam
pengaturan tonus pembuluh darah. Bradikinin akan berikatan dengan reseptor B1
dan B2. Sebagian besar efek bradikinin diperantarai lewat ikatan dengan reseptor
B2. Ikatan dengan reseptor B2 ini akan menimbulkan vasodilatasi pembuluh
darah. Pemecahan bradikinin akan dipicu oleh ACE.8,11
Remodeling Ventrikel KiriModel neurohormonal yang telah dijelaskan di atas gagal menjelaskan
progresivitas gagal jantung. Remodeling ventrikel kiri yang progresif
berhubungan langsung dengan bertambah buruknya kemampuan ventrikel kiri di
kemudian hari. Proses remodeling mempunyai efek penting pada miosit jantung,
perubahan volume miosit dan komponen nonmiosit pada miokard serta geometri
dan arsitektur ruangan ventrikel kiri.8,11
Proses remodeling jantung ini dapat
dijelaskan pada gambar 12. Remodeling berawal dari adanya beban jantung yang
mengakibatkan meningkatkan rangsangan pada otot jantung. Keadaan jantung
yang overload dengan tekanan yang tinggi, misalnya pada hipertensi atau stenosis
aorta, mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik yang secara parallel
menigkatkan tekanan pada sarkomer dan pelebaran pada miosit jantung, yang
menghasilkan hipertrofi konsentrik. Jika beban jantung didominasi dengan
peningkatan volume ventrikel, sehingga meningkatkan tekanan pada diastolik,
yang kemudian secara seri pada sarkomer dan kemudian terjadi pemanjangan
pada miosit jantung dan dilatasi ventrikel kiri yang mengakibatkan hipertrofi
eksentrik.8
Homeostasis kalsium merupakan hal yang penting dalam perkembangan
gagal jantung. Hal ini diperlukan dalam kontraksi dan relaksasi jantung. Jalur
kalsium tipe L merupakan jalur kalsium pada jantung yang paling penting. Jalur
ini akan terbuka saat depolarisasi membran sewaktu fase upstrokepotensial aksi.
Akibatnya terjadi influk kalsium kedalam sel yang menyebabkan fase plateudan
meningkatnya kadar kalsium dalam sitosol. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya penurunan mRNA dan kadar protein serta meningkatnya proses fosforilasi
pada jalur ini. Kedua kondisi ini menyebabkan abnormalitas pada influks kalsium
dan mempengaruhi pelepasan kalsium oleh retikulum sarkoplasma dimana hal ini
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
15/42
15
akan menurunkan kecepatan pengambilan kalsium sehingga menyebabkan
konstraksi dan pengisian jantung menurun.8,11
Kontraksi dan relaksasi jantung merupakan interaksi yang tergantung
pada energi yang memerlukan pemasukan kalsium dalam sitosol. Proses
kontraksi-eksitasi merupakan proses yang menghubungkan depolarisasi membran
plasma dengan pelepasan kalsium ke dalam sitosol, sehingga dapat berikatan
dengan troponin C. Saluran ion kalsium dan natrium pada membran plasma
berperan dalam memulai proses kontraksi-eksitasi. Proses membuka dan menutup
saluran kedua ion ini yang akan menjaga potensial membran.8,11
Pada kondisi gagal jantung terjadi abnormalitas pada pompa ion dan
saluran ion yang menjaga proses kontraksi-eksitasi. Perpindahan isoform yang
terjadi akan mengganti miosin ATPase yang tinggi dan mempengaruhi struktur
membran sehingga mengakibatkan penurunan dalam pompa kalsium ATPase.
Selain itu, adanya kebutuhan energi juga menyebabkan gangguan pada proses
kontraksi-eksitasi pada gagal jantung.
8,11
Kematian sel miokard merupakan indikator prognosis buruk pada gagal
jantung. Baik apoptosis dan nekrosis akan menyebabkan kematian sel pada gagal
jantung. Apoptosis terjadi sebagai konsekuensi dari adanya luka pada sel,
peningkatan permeabilitas mitokondria dan jumlah kalsium yang berlebih.
Apoptosis dapat berkembang menjadi nekrosis yang kemudian menjadi fibrosis.
Hal-hal ini memperburuk gagal jantung.8,11
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
16/42
16
Gambar 12. Pola remodelling jantung yang terjadi karena respon terhadap hemodinamik
berlebih.
Dikutip dari: Hunter JJ12
2.5Manifestasi klinisDispnea atau perasaan sulit bernafas, adalah manifestasi gagal jantung yang
paling umum. Penyebab dari sesak ini kemungkinan besar multifaktorial, mekanisme
yang paling penting adalah kongesti paru, yang diakibatkan oleh akumulasi cairan pada
jaringan intertisial atau intraalveolar alveolus. Hal tersebut mengakibatkan teraktivasinya
reseptor juxtacapiler J yang menstimulasi pernafasan pendek dan dangkal yang menjadi
karakteristik cardiac dypnea. Faktor lain yang dapat memberikan kontribusi pada
timbulnya sesak antara lain adalah complianceparu, meningkatnya tahanan jalan nafas,
kelelahan otot respiratoir dan diagfragma, dan anemia. Keluhan sesak bisa jadi semakin
berkurang dengan mulai timbulnya gagal jantung kanan dan regurgitasi trikuspid.8
Ortopnu didefinisikan sebagai sesak nafas yang terjadi pada saat tidur mendatar,
dan biasanya merupakan menisfestasi lanjut dari gagal jantung dibandingkan sesak saat
aktivitas.8 Gejala ortopnu biasanya menjadi lebih ringan dengan duduk atau dengan
menggunakan bantal tambahan. Ortopnu diakibatkan oleh redistribusi cairan dari
sirkulasi splanchnic dan ekstrimitas bawah kedalam sirkulasi sentral saat posisi tidur
yang mengakibatkan meningkatnya tekanan kapiler paru. Batuk-batuk pada malam hari
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
17/42
17
adalah salah satu manisfestasi proses ini, dan seringkali terlewatkan sebagai gejala gagal
jantung. Walau orthopnea merupakan gejala yang relatif spesifik untuk gagal jantung,
keluhan ini dapat pula dialami pada pasien paru dengan obesitas abdomen atau ascites,
dan pada pasien paru dengan mekanik kelainan paru yang memberat pada posisi tidur.4,8
Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) adalah episode akut sesak nafas dan batuk
yang umumnya terjadi pada malam hari dan membangunkan pasien dari tidurnya,
biasanya terjadi 1 hingga 3 jam setelah pasien tertidur. Manisfestasi PND antara lain
batuk atau mengi, umumnya diakibatkan oleh meningkatnya tekanan pada arteri
bronchialis yang mengakibatkan kompresi jalan nafas,disertai edema pada intersitial paru
yang mengakibatkan meningkatnya resistensi jalan nafas. Keluhan orthopnea dapat
berkurang dengan duduk tegak pada sisi tempat tidur dengan kaki menggantung, pada
pasien dengan keluhan PND, keluhan batuk dan mengi yang menyertai seringkali tidak
menghilang, walau sudah mengambil posisi tersebut. Gejala PND relatif spesifik untuk
gagal jantung. Cardiac Asthma(asma cardiale) berhubungan erat dengan timbulnya PND,
yang ditandai dengan timbulnya wheezing sekunder akibat bronchospasme, hal ini harusdibedakan dengan asma primer dan penyebab pulmoner wheezing lainnya.
4,11
Edema pulmoner diakibatkan oleh transudasi carian kedalam rongga alveolar
sebagai akibat meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler paru secara akut sekunder akibat
menurunnya fungsi jantung atau meningkatnya volume intravaskular. Manisfestasi edema
paru dapat berupa batuk atau sesak yang progresif. Edema paru pada gagal jantung yang
berat dapat bermanifestasi sebagai sesak berat disertai dahak yang disertai darah. Jika
tidak diterapi secara cepat, edema pulmoner akut dapat mematikan.4,11
Respirasi cheyne-stokes atau dikenal pula sebagai respirasi periodik atau siklik,
adalah temuan umum pada gagal jantung yang berat, dan umumnya dihubungkan dengan
kardiak output yang rendah. Respirasi cheyne-stokes disebabkan oleh berkurangnyasensitifitas pusat respirasi terhadap kadar PCO2 arteri. Terdapat fase apnea, dimana PO2
arteri jatuh dan PCO2arteri meningkat. Perubahan pada gas darah arteri ini menstimulasi
pusat nafas yang terdepresi dan mengakibatkan hiperventiasi dan hipokapni, yang diikuti
kembali dengan munculnya apnea. Respirasi cheyne-stokes dapat dicermati oleh pasien
atau keluarga pasien sebagai sesak nafas berat atau periode henti nafas sesaat.4,11
Batuk nonproduktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama dalam posisi
berbaring.4
Pasien dengan gagal jantung juga dapat muncul dengan gejala gastrointestinal.
Anorexia, nausea, dan rasa cepat kenyang yang dihubungkan dengan nyeri abdominal
dan kembung adalah gejala yang sering ditemukan, dan bisa jadi berhubungan dengan
edema dari dinding usus dan/atau kongesti hati. Kongesti dari hati dan pelebaran kapsula
hati dapat mengakibatkan nyeri pada kuadran kanan atas.
Gejela serebral seperti kebingungan, disorientasi, gangguan tidur dan emosi dapat
diamati pada pasien dengan gagal jantung berat, terutama pada pasien lanjut usia dengan
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
18/42
18
arteriosklerosis serebral dan berkurangnya perfusi serebral. Nocturia juga umum
ditemukan dan dapat memperberat keluhan insomnia.11
2.6Diagnosis Anamnesis
Gejala kardinal gagal jantung adalah sesak nafas, intoleransi saat aktivitas, dan
lelah.8,11
Keluhan lelah secara tradisional dianggap diakibatkan oleh rendahnya
kardiak outputpada gagal jantung, abnormalitas pada otot skeletal dan komorbiditas
non-kardiak lainnya seperti anemia dapat pula memberikan kontribusi. Gagal jantung
pada tahap awal, sesak hanya dialami saat pasien beraktivitas berat, seiring dengan
semakin beratnya gagal jantung, sesak terjadi pada aktivitas yang semakin ringan dan
akhirnya dialami pada saat istirahat.8
Walau orthopneadanparoxysmal nocturnal dyspeu relatif spesifik untuk gagal
jantung, gejala tersebut tidak sensitif untuk diagnosis gagal jantung. Banyak orang
dengan gagal jantung tidak memiliki gejala ini pada anamnesa.Kriteria Framingham adalah kriteria epidemiologi yang telah digunakan secara
luas. Diagnosis gagal jantung mensyaratkan minimal dua kriteria mayor atau satu
kriteria mayor disertai dua kriteria minor. Kriteria minor dapat diterima jika kriteria
minor tersebut tidak berhubungan dengan kondisi medis yang lain seperti hipertensi
pulmonal, PPOK, sirosis hati, atau sindroma nefrotik.8 Kriteria mayor dan minor dari
Framingham untuk gagal jantung dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Framingham untuk Gagal Jantung
Kriteria Mayor:Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea
Distensi vena leher
Ralesparu
Kardiomegali pada hasil rontgen
Edema paru akut
S3 gallop
Peningkatan tekanan vena pusat > 16 cmH2O pada atrium kanan
Hepatojugular reflux
Penurunan berat badan 4,5 kg dalam kurun waktu 5 hari sebagai respon
pengobatan gagal jantung
Kriteria Minor:
Edema pergelangan kaki bilateral
Batuk pada malam hari
Dyspnea on ordinary exertion
Hepatomegali
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
19/42
19
Efusi pleura
Takikardi 120x/menit
Dikutip dari: Mann DL4
Pemeriksaan fisikKeadaan umum dan tanda vital
Pada gagal jantung ringan atau sedang, pasien bisa tampak tidak memiliki
keluhan, kecuali merasa tidak nyaman saat berbaring datar selama lebih dari beberapa
menit. Pada pasien dengan gagal jantung yang lebih berat, pasien bisa memiliki upaya
nafas yang berat dan bisa kesulitan untuk menyelesaikan kata-kata akibat sesak.
Tekanan darah sistolik bisa normal atau tinggi, tapi pada umumnya berkurang pada
gagal jantung lanjut karena fungsi LV yang sangat menurun. Tekanan nadi bisa
berkurang, dikarenakan berkurangnya stroke volume, dan tekanan diastolik arteri bisa
meningkat sebagai akibat vasokontriksi sistemik. Sinus tachycardia adalah gejala non
spesifik yang diakibatkan oleh aktivitas simpatis yang meningkat. Vasokontriksi
perifer mengakibatkan ekstrimitas perifer menjadi lebih dingin dan sianosis dari bibir
dan ujung jari juga diakibatkan oleh aktivitas simpatis yang berlebihan.11
Pemeriksaan vena jugularis dan leher
Pemeriksaan vena jugularis memberikan perkiraan tekanan pada atrium
kanan, dan secara tidak langsung tekanan pada atrium kiri. Pemeriksaan tekanan vena
jugularis dinilai terbaik saat pasien tidur dengan kepala diangkat dengan sudut 45o.
Tekanan vena jugularis dihitung dengan satuan sentimeter H2O (normalnya kurang
dari 8 cm), dengan memperkirakan tinggi kolom darah vena jugularis diatas angulussternalis dalam centimeter dan menambahkan 5 cm (pada postur apapun). Pada tahap
awal gagal jantung, tekanan vena jugularis bisa normal saat istirahat, tapi dapat secara
abnormal meningkat saat diberikan tekanan yang cukup lama pada abdomen (refluk
hepatojugular positif). Giant V wave menandakan keberadaan regurgitasi katup
trikuspid.4
Pemeriksaan paru
Pulmonary Crackles (ronkhi atau krepitasi) dihasilkan oleh transudasi cairan
dari rongga intravaskular kedalam alveoli. Pada pasien dengan edema paru, ronki
dapat didengar pada kedua lapang paru dan dapat disertai dengan wheezing
ekspiratoar (asma kardiale). Jika ditemukan pada pasien tanpa penyakit paru, ronkhi
spesifik untuk gagal jantung. Walau demikian harus ditekankan bahwa ronkhi
seringkali tidak ditemukan pada pasien dengan gagal jantung kronik, bahkan ketika
pulmonary capilary wedge pressure kurang dari 20 mmHg, hal ini karena pasien
sudah beradaptasi dan drainase sistem limfatik cairan rongga alveolar sudah
meningkat. Efusi pleura timbul sebagai akibat meningkatnya tekanan sistem kapiler
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
20/42
20
pleura, hasilnya adalah transudasi cairan kedalam rongga pleura. Karena vena pada
pleura bermuara pada vena sistemik dan pulmoner, effusi pleura paling sering terjadi
pada kegagalan kedua ventrikel (biventricular failure).Walau effusi pleura biasanya
ditemukan bilateral, angka kejadian pada rongga pleura kanan lebih sering daripada
yang kiri.4Timbulnya ronkhi yang disebabkan oleh transudasi cairan paru adalah cirri
khas gagal jantung; ronki pada awalnya terdengar dibagian bawah paru-paru karena
pengaruh gaya gravitasi.
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan jantung, walau penting, seringkali tidak dapat memberikan
informasi yang berguna mengenai beratnya gagal jantung. Jika terdapat kardiomegali,
titik impulse maksimal (ictus cordis) biasanya tergeser kebawah intercostal space
(ICS) ke V, dan kesamping (lateral) linea midclavicularis. Hipertrofi ventrikel kiri
yang berat mengakibatkan pulsasi prekodial (ictus) teraba lebih lama (kuat angkat).
Pemeriksaan pulsasi prekordial ini tidak cukup untuk mengevaluasi beratnyadisfungsi ventrikel kiri. Pada beberapa pasien, bunyi jantung ketiga dapat didengar
dan teraba pada apex.8
Pada pasien dengan ventrikel kanan yang membesar dan mengalami hipertrofi
dapat memiliki impulse yang kuat dan lebih lama sepanjang sistole pada parasternal
kiri (right ventricular heave).Bunyi jantung ketiga (gallop) umum ditemukan pada
pasien dengan volume overload yang mengalami tachycardia dan tachypnea, dan
seringkali menunjukkan kompensasi hemodinamik yang berat. Bunyi jantung
keempat bukan indikator spesifik gagal jantung, tapi biasanya ada pada pasien dengan
disfungsi diastolik. Murmur regurgitasi mitral dan trikuspid umumnya ditemukan
pada pasien dengan gagal jantung yang lanjut.4
Pemeriksaan abdomen dan ekstremitas
Hepatomegali adalah tanda yang penting tapi tidak umum pada pasien dengan
gagal jantung. Jika memang ada, hati yang membesar seringkali teraba lunak dan
dapat berpulsasi saat sistol jika terdapat regurgitasi katup trikuspid. Ascites dapat
timbul sebagai akibat transudasi karena tingginya tekanan pada vena hepatik dan
sistem vena yang berfungsi dalam drainase peritenium.4
Jaundice dapat juga ditemukan dan merupakan tanda gagal jantung stadium
lanjut, biasanya kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. Ikterik pada gagal
jantung diakibatkan terganggunya fungsi hepar sekunder akibat kongesti (bendungan)
hepar dan hipoksia hepatoselular.4
Edema perifer adalah manisfestasi kardinal gagal jantung, hal ini walau
demikian tidaklah spesifik dan biasanya tidak terdapat pada pasien yang telah
mendapat diuretik. Edema perifer pada pasien gagal jantung biasanya simetris,
beratnya tergantung pada gagal jantung yang terjadi, dan paling sering terjadi sekitar
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
21/42
21
pergelangan kaki dan daerah pretibial pada pasien yang masih beraktivitas. Pada
pasien tirah baring, edema dapat ditemukan pada sakrum dan skrotum. Edema yang
berlangsung lama dihubungkan dengan kulit yang mengeras dan pigmentasi yang
bertambah.4
Kakeksia kardiak
Pada gagal jantung kronis yang berat, dapat ditemukan riwayat penurunan
berat badan dan kakeksia. Walau mekanisme kakeksia tidak sepenuhnya dimengerti,
kemungkinan besar faktor penyebabnya adalah multifaktorial, termasuk didalamnya
adalah meningkatnya basal metabolik rate, anorexia, nausea, dan muntah-muntah
yang diakibatkan oleh hematomegali dan rasa penuh di abdomen, meningkatnya
konsentrasi sitokin pro-inflamasi yang bersirkulasi, dan terganggunya absorpsi pada
saluran cerna akibat kongesti vena intestinal. Jika terdapat kakeksia maka prognosis
gagal jantung akan semakin memburuk.4
Pemeriksaan penunjango EKG
EKG harus dilakukan pada setiap pasien suspek gagal jantung. Perubahan
pada EKG umum terjadi pada pasien-pasien ini. Berikut kelainan EKG
yang sering ditemukan.15
Tabel 3. EKG abnormal yang umum pada pasien gagal jantung
Dikutip dari: Dickstain dkk.15
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
22/42
22
o Chest X-RayCXR merupakan komponen yang esensial dalam diagnosis gagal
jantung. Melalui CXR dapat dinilai kongestri pulmoner, dan penyebab
terjadinya dispnea.
CXR berguna untuk mendeteksi kardiomegali, kongesti pulmoner,
akumulasi cairan pleura, dan dapat memperlihatkan adanya penyakit pada
paru-paru atau infeksi yang menyebabkan atau berkontribusi dalam
terjadinya dispnea.15
Tabel 4. Abnormalitas CXR yang umum pada gagal jantung
Dikutip dari: Dickstain dkk.15
o Pemeriksaan laboratoriumEvaluasi pemeriksaan rutin untuk pasien suspek gagal jantung
termasuk hitung darah lengkap, eletrolit, kreatinin, perkiraan GFR, gula
darah sewaktu, tes fungsi hati, dan urin lengkap. Anemia ringan,
hiponatremia, hiperkalemia, dan menurunnya fungsi ginjal umum
ditemukan.
Konsentrasi natriuretic peptid merupakan biomarker yang berguna
dalam diagnosis gagal jantung dan dalam manajemen gagal jantung
kronik. Konsentrasi yang normal menyingkirkan gagal jantung sebagai
penyebab dari gejala. Pengukuran B-type natriuretic peptide (BNP) dan N-
terminal pro-BNP (NT-BNP) merupakan salah satu alat diagnosis dan
manajemen gagal jantung. Mereka meningkat dalam keadaan distress
dinding miokardium. Kondisi lain yang berhubungan dengan peningkatan
nilai BNP dan NT-BNP termasuk hipertrofi ventrikel kiri, takikardia,
overload ventrikel kanan, IM, hipoksemia, disfungsi renal, usia lanjut,
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
23/42
23
sirosis hati, sepsis dan infeksi. Obesitas dan pengobatan dapat
menurunkan kadar natriuretic peptide.
Troponin I atau T sebaiknya diperiksa pada suspek gagal jantung
jika manifestasi klinis menunjukkan sindrom koroner akut. Peningkatan
kadar troponin menunjukkan nekrosis miosit. Peningkatan troponin juga
terlihat pada miokarditis akut. Peningkatan ringan ditemukan pada gagal
ginjal berat atau pada episode dekompensasi gagal jantung pada pasien
tanpa manifestasi infark miokard dan pada keadaan sepsis. Peningkatan
troponin memiliki nilai prognostik kuat terutama jika disertai peningkatan
natriuretic peptide.15
Tabel 5. Pemeriksaan lab pada gagal jantung
Dikutip dari: Dickstain dkk.15
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
24/42
24
o ECGKonfirmasi diagnosis gagal jantung dengan ekokardiografi bersifat wajib
dan harus dilakukan sesaat stelah timbulnya kecurigaan gagal jantung.15
Tabel 6. Kelainan yang sering ditemukan pada ekokardiografi
Dikutip dari: Dickstain dkk.15
2.7Tatalaksana Terapi non farmakologis
Perawatan mandiri mempunyai andil dalam keberhasilan pengobatan
gagal jantung dan dapat memberi dampak yang bermakna pada keluhan-keluhan
pasien, kapasitas fungsional, morbiditas dan prognosis. Perawatan mandiri dapat
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan
stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dandeteksi dini gejala-gejala perburukan. Untuk bisa merawat dirinya pasien perlu
diberi pelatihan baik oleh dokter atau perawat terlatih.
Beberapa hal yang perlu dianjurkan kepada pasien dalam mengubah gaya
hidup pasien untuk mengurangi progresivitas penyakit
o Berhenti merokoko Menimbang berat badan setiap hari
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
25/42
25
o Mengurangi asupan garamo Menjaga berat badan tetap idealo Membatasi alkohol dan cairano Olahraga13
Terapi farmakologisPengobatan gagal jantung dengan farmakologis, secara garis besar
bertujuan mengatasi permaslahan preload, dengan menurunkan preload,
meningkatkan kontraktilitas juga menurunkan afterload. Pemilihan terapi
farmakologis ini tergantung pada penyebabnya. Selama bertahun-tahun, obat
golongan diuretik dan digoksin digunakan dalam terapi gagal jantung. Obat-obat
ini mengatasi gejala dan meningkatkan kualitas hidup, namun belum terbukti
menurunkan angka mortalitas. Setelah ditemukan obat yang dapat mempengaruhi
sistem neurohumoral, RAAS dan sistem saraf simpatik, barulah morbiditas dan
mortalitas pasien gagal jantung membaik.8
Angiotensin convert ing enzyme inhibitor(ACEI)
Pasien dengan tidak ada kontra indikasi maupun pasien yang masih
toleran terhadap ACE Inhibitor (ACEI), ACEI harus digunakan pada semua
pasien dengan gagal jantung yang simtomatik dan LVEF < 40%. Terapi dengan
ACEI memperbaiki fungsi ventrikel dan kesejahteraan pasien, menurunkan angka
masuk rumah sakit untuk perburukan gagal jantung dan meningkatkan angka
keselamatan. Pada pasien yang menjalani perawatan terapi dengan ACEI harus
dimulai sebelum pasien pulang rawat.Dosis awal ACEI dengan target pada dosis
dapat dilihat pada Tabel 7. KELAS REKOMENDASI I, TINGKAT BUKTI A.
Pasien yang harus mendapatkan ACEI :
o LVEF < 40%, walaupun tidak ada gejala.o Pasien gagal jantung disertai dengan regurgitasi
Kontraindikasi yang patut diingat antara lain :
o Riwayat adanya angioedemao Stenosis bilateral arteri renaliso Konsentrasi serum kalsium > 5.0 mmol/Lo Serum kreatinin > 220 mmol/L (>2.5 mg/dl)o Stenosis aorta berat
Cara pemberian ACEI :
o Periksa fungsi renal dan elektrolit serum.o Pertimbangkan meningkatkan dosis setelah 24 jam
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
26/42
26
o Jangan meningkatkan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal atauhiperkalemia
o Sangat umum untuk meningkatkan dosis secara perlahan tapimeningkatkan secara cepat sangat mungkin pada pasien yang dimonitoring
ketat.
Tabel 7. Obat obat Gagal Jantung dengan Dosis Awal dan Target Dosis
yang diinginkan
Dikutip dari: Dickstain dkk.15
Kemungkinan yang dihadapi saat memberikan ACEI :
o Perburukan fungsi renal peningkatan urea dan kreatinin saat diberikanACEI adalah sesuatu yang diharapkan, dan tidak dianggap penting secara
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
27/42
27
klinis kecuali jika peningkatanya cepat dan bermakna. Periksa obat-obatan
nefrotoxic yang mungkin diberikan bersamaan seperti obat anti inflamasi
non steroid (OAINS). Jika diperlukan turunkan dosis ACEI atau jangan
teruskan. Jika terdapat peningkatan kreatinin lebih dari 50% dari baseline
atau hingga konsentrasi absolut 265 mmol/L (~3 mg/dL). Jika konsentrasi
kreatinine meningkat hingga 310 mmol/L (~3.5 mg/dL) atau diatasnya
stop ACEI secepatnya dan monitor kimia darah secara erat.
o Hiperkalemia periksa penggunaan agen lain yang dapat menyebabkanhiperkalemia, misalnya suplementasi kalsium, diuretik hemat kalsium, dan
hentikan penggunaannya. Jika kadar kalsium meningkat diatas 5.5
mmol/L, turunkan dosis ACEI setengahnya dan monitor kima darah secara
erat. Jika kalisum naik diatas 6 mmol/L stop penggunaan ACEI
secepatnya dan monitor kimia darah secara erat.
o Hipotensi simtomatik (misal : pusing) adalah hal yang umum terjadi halini seringkali membaik seiring waktu, dan pasien perlu diyakinkan. Jika
mengganggu pertimbangkan untuk mengurangi dosis diuretik dan agen
hipotensif lainnya (kecuali ARB/ -bloker/antagonis aldosteron).
Hipotensi asimtomatik tidak memerlukan intervensi.
Angiotensin receptor blocker(ARB)
Pada pasien dengan tanpa kontraindikasi dan tidak toleran dengan ACE,
ARB direkomendasikan pada pasien dengan gagal jantung dan LVEF < 40% yang
tetap simtomatik walau sudah mendapatkan terapi optimal dengan ACEI dan BB,
kecuali telah mendapat antagonis aldosteron. Terapi dengan ARB memperbaiki
fungsi ventrikel dan kejahteraan pasien dan mengurangi hospitalisasi untuk
perburukan gagal jantung. (Kelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti A).
Pemberian ARB mengurangi risiko kematian karena penyebab
kardiovaskular. Kelas Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti B. ARB direkomendasikan
sebagai alternatif pada pasein yang intoleran terhadap ACEI. Pada pasien-pasienini pemberian ARB mengurangi risiko kematian akibat kardiovaskular atau
perlunya perawatan akibat perburukan gagal jantung. Pada pasien yang dirawat,
terapi dengan ARB harus dimulai sebelum pasien dipulangkan.Kelas
Rekomendasi I, Tingkat Bukti B.14
Pengobatan dengan ARB meningkatkan fungsi ventrikel dan kesehatan
pasien dan menurunkan angka masuk rumah sakit akibat perburukan gagal
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
28/42
28
jantung.Angiotensin Reseptor Blockerdirekomendasikan sebagai pilihan lain pada
pasien yang tidak toleran terhadap ACEI.14
Pasien yang harus mendapatkan ARB :
o Left ventrikular ejection fraction(LVEF)< 40%o Sebagai pilihan lain pada pasien dengan gejala ringan sampai berat (kelas
fungsional II-IV NYHA) yang tidak toleran terhadap ACEI.
o Pasien dengan gejala menetap (kelas fungsionaal II-IV NYHA) walaupunsudah mendapatkan pengobatan dengan ACEI dan beta bloker.
Memulai pemberian ARB:
o Periksa fungsi ginjal dan elektrolit serumo Pertimbangkan meningkatkan dosis setelah 24 jam.o Jangan meningkatkan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal atau
hiperkalemia
Sangat umum untuk meningkatkan dosis secara perlahan tapi meningkatkansecara cepat sangat mungkin pada pasien yang monitoring ketat.
-bloker/ penghambat sekat-
Alasan penggunaan beta bloker(BB) pada pasien gagal jantung adalah
adanya gejala takikardi dan tingginya kadar katekolamin yang dapat
memperburuk kondisi gagal jantung. Pasien dengan kontraindikasi atau tidak
ditoleransi, BB harus diberikan pada pasien gagal jantung yang simtomatik, dan
dengan LVEF < 40%. BB meningkatkan fungsi ventrikel dan kesejahtraan pasien,
mengurangi kejadian rawat akibat perburukan gagal jantung, dan meningkatkan
keselamatan. Jika memungkinkan pada pasien yang menjalani perawatan, terapiBB harus dimulai secara hati-hati sebelum pasien dipulangkan. Kelas
Rekomendasi I, Tingkat Bukti A.
Manfaat beta bloker dalam gagal jantung melalui:
o Mengurangi detak jantung : memperlambat fase pengisian diastoliksehingga memperbaiki perfusi miokard.
o Meningkatkan LVEFo Menurunkan tekanan baji kapiler pulmonal
Pasien yang harus mendapat BB:
o LVEF < 40%o Gejala gagal jantung sedang-berat (NYHA kelas fungsional II-IV), pasien
dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri setelah kejadian infark miokard.
o Dosis optimal untuk ACEI dan/atau ARB (dan aldosterone antagonis jikadiindikasikan).
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
29/42
29
o Pasien harus secara klinis stabil (tidak terdapat perubahan dosis diuresis).Inisiasi terapi sebelum pulang rawat memungkinkan untuk diberikan pada
pasien yang baru saja masuk rawat karena GJA, selama pasien telah
membaik dengan terapi lainnya, tidak tergantung pada obat inotropik
intravenous, dan dapat diobservasi di rumah sakit setidaknya 24 jam
setelah dimulainya terapi BB.
Kontraindikasi :
o Asthma (COPD bukan kontranindikasi).o AV blok derajat II atau III, sick sinus syndrome (tanpa keberadaan
pacemaker), sinus bradikardi (
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
30/42
30
Hal yang harus dicermati pada pemberian diuretik :
o Diuretik dan ACEI/ARB/atau antagonis aldosteron dapat meningkatanrisiko hipotensi dan disfungsi ginjal, terutama jika digunakan bersamaan.
o Pasein dengan menggunakan ACEI/ARB/antagonis aldosteron digunakanbersamaan dengan diuretik, penggantian kalium biasanya tidak
dibutuhkan.
o Hiperkalemia yang berat dapat terjadi jika diuretik hemat kalsiumtermasuk antagonis aldosteon digunakan bersamaan dengan ACEI/ARB.
Penggunaan diuretik antagonis non-aldosteron harus dihindari. Kombinasi
dari antagonis aldosteron dan ACEI/ARB hanya boleh diberikan pada
supervisi yang cermat.
Penggunaan diuretik pada gagal jantung :
o Periksa selalu fungsi ginjal dan serum elektrolit.o
Kebayakan pasien diresepkan loop diuretik dibandingkan thiazid karenaefektivitasnya yang lebih tinggi dalam memicu diuresis dan natriuresis.
o Selalu mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan hingga terrdapatperbaikan klinis dari segi tanda dan gejala gagal jantung. Jenis dan dosis
pemberian dapat dilihat pada tabel 8.
o Dosis harus disesuaikan, terutama setelah berat badan kering normal telahtercapai, hindari risiko disfungsi ginjal dan dehidrasi. Upayakan untuk
mencapai hal ini dengan menggunakan dosis diuretik serendah mungkin.
Keadaan yang mungkin terjadi pada penggunaan diuretik dapat dilihat
pada tabel 8.
o Penyesuaian dosis sendiri oleh pasien berdasarkan pengukuran berat badanharian dan tanda-tanda klinis lainnya dari retensi cairan harus selalu
disokong pada pasien gagal jantung rawat jalan. Untuk mencapai hal ini
diperlukan edukasi pasien.
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
31/42
31
Tabel 8. Diuretik yang umum diberikan pada gagal jantung dan dosis hariannya
Keterangan:
*Dosis harus disesuaikan dengan volume status / berat badan pasien , dengan pertimbangan dosis
yang besar dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan ototoksisitas.
** Jangan menggunakan thiazid jika eGFR < 30mL/menit, kecuali diresepkan dengan loop
diuretic
Dikutip dari: Dickstain dkk.15
Tabel 9. Keadaan yang mungkin terjadi pada pemberian diuretik jangkapanjang, dan tindakan yang disarankan
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
32/42
32
Dikutip dari: Dickstain dkk.15
Antagonis aldosteron
Antagonis aldosteron menurunkan angka masuk rumah sakit untukperburukan gagal jantung dan meningkatkan angka keselamatan jika ditambahkan
pada terapi yang sudah ada, termasuk dengan ACEI.
Pasien yang seharusnya mendapat antagonis aldosteron :
o LVEF < 35%o Gejala gagal jantung sedang- berat ( kelas fungsional III-IV NYHA)o Dosis optimal BB dan ACEI atau ARB
Memulai pemberian spironolakton :
o Periksa fungsi ginjal dan elektrolit serumo Pertimbangkan peningkatan dosis setelah 4-8 minggu. Jangan
meningkatkan dosis jika terjadi penurunan fungsi ginjal atau hiperkalemia.
Hydralazin dan Isosorbid dinitrat
Pada pasien simtomatik dengan LVEF < 40%, kombinasi dari
Hidralizine-ISDN dapat digunakan sebagai alternatif jika terdapat intoleransi baik
oleh ACEI dan ARB. Penambahan kombinasi H-ISDN harus dipertimbangkan
pada pasien dengan gejala yang persisten walau sudah diterapi dengan ACEI, BB,
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
33/42
33
dan ARB atau Aldosteron Antagonis.Terapi dengan H-ISDN pada pasien-pasien
ini dapat mengurangi risiko kematian.7
Kelas Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti B
Mengurangi angka kembali rawat untuk perburukan gagal jantung.Kelas
Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti B
Memperbaiki fungsi ventrikel dan kemampuan latihan.Kelas Rekomendasi IIa,
Tingkat Bukti A
Pasien yang harus mendapatkan hidralizin dan ISDN berdasarkan banyak uji
klinis adalah :
o Sebagai alternatif ACEI/ARB ketika keduanya tidak dapat ditoleransi.o Sebagai terapi tambahan terhdap ACEI jika ARB atau antagonis
aldosteron tidak dapat ditoleransi.
o Manfaat pengobatan secara lebih jelas ditemukan pada keturunan afrika-amerika.
Kontraindikasinya anatara lain hipotensi simtomatik, sindroma lupus, gagal ginjal
berat (pengurangan dosis mungkin dibutuhkan).Cara pemberian hidralizin dan ISDN pada gagal jantung :
o Dosis awalan : hidralizin 37.5 mg dan ISDN 20 mg tiga kali sehari.o Pertimbangkan untuk menaikan titrasi setelah 2-4 minggu, jangan
dinaikan bila terdapat hipotensi simtomatik.
o Jika dapat ditoleransi, upayakan untuk mencapai target dosis yangdigunakan pada banyak uji klinis- yaitu hidralizine 75 mg dan ISDN 40
mg tiga kali sehari, atau jika tidak dapat ditoleransi hingga dosis maksimal
tertoleransi.
Kemungkinanan efek samping yang dapat timbul :
o Hipotensi ortostatik (pusing) seringkali membaik seiring waktu,pertimbangkan untuk mengurangi dosis obat yang dapat menyebabkan
hipotensi (kecuali ACEI/ARN/BB/Antagonis aldosteron). Hipotensi yang
asimtomatik tidak membutuhkan intervensi.
o Artralgia, nyeri sendi atau bengkak, perikarditis/pleuritis, ruam ataudemam pikirkan sindroma mirip lupus akibat obat, cek antinuclear
antibodies (ANA), jangan teruskan H-ISDN.
Glikosida jantung (Digoxin)
Pada pasien gagal jantung simtomatik dan atrial fibrilasi, digoxin dapatdigunakan untuk mengurangi kecepatan irama ventrikel. Pada pasien dengan AF
dan LVEF < 40% digoxin dapat pula diberikan bersamaan dengan BB untuk
mengontrol tekanan darah.Kelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti C
Pada pasien sinus ritme dengan gagal jantung simtomatik dan LVEF 80x/menit,dan saat aktivitas > 110-120x/ menit harus mendapatkan digoksin.
o Pasien dengan irama sinus dan disfungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF 95% (90% pada pasien
dengan COPD). Harus hati-hati pada pasien COPD agar jangan sampai terjadi
hiperkapnia. Rekomendasi Kelas I, Tingkat Bukti C
Ventilasi Non-Invasif
Ventilasi non infasif (VNI) adalah semua modalitas yang membantu
ventilasi tanpa menggunakan tube endotrakeal, hal ini misalnya dapat dicapai
dengan masker yang menutupi seluruh wajah. Pada tiga meta-analisis dilaporkan
bahwa aplikasi dini VNI pada edema pulmoner akut kardiogenik mengurangi
kemungkinan perlunya intubasi dan menurunkan mortalitas jangka pendek. Walau
demikian pada, 3CPO, sebuah uji klinis acak yang besar VNI ditemukan
memperbaiki parameter klinis saja, dan tidak menurunkan mortalitas.
Ventilasi dengan tekanan akhir respirasi positif (PEEP) harus dipikirkansedini mungkin pada pasien dengan edema paru kardiogenik akut dan semua
pasien dengan GJA hipertensif karena dapat memperbaiki parameter klinis
termasuk keluhan sesak. Harus digunakan secara berhati-hati pada shock
kardiogenik dan gagal jantung kanan.Kelas Rekomendasi IIa, Tingkat Bukti B
Kontraindikasi :
o Pasien yang tidak dapat bekerjasama (pasien yang tidak sadar, gangguankognitif berat, atau cemas)
o Pasien yang membutuhkan intubasi endotraheal karena hipoksia progresifyang mengancam jiwa.
o Harus hati-hati pada pasien dengan obstruksi jalan nafas kronis.Bagaimana memberikan NVI :
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
36/42
36
o Inisiasi : berikan PEEP 5-7.5 cmH2O harus diberikan pada mulanya dandititrasi hingga didapat respon klinis hingga 10cmH2O, pengiriman FiO2
harus > 0.40.
o Durasi : biasanya tiap 30 menit/jam hingga sesak pasien dan saturasioksigen meningkat tanpa tekanan airway positif kontinyu (CPAP)
Potensi Efek Samping :
o Perburukan gagal jantung kanano Mengeringnya membran mukosa pada penggunaan jangka panjang.o Hiperkapniao Timbulnya rasa cemas atau klausrofobiao Pneumothoraxo Aspirasi
Morfin
Morfin dan analognya pada GJA harus dipertimbangkan pada stadium
awal terapi pasien yang masuk dengan gagal jantung berat, terutama bila disertai
dengan gelisah, sesak, cemas, atau nyeri dada.
Morfin mengurangi keluhan sesak dan gejala lain pada pasien dengan
GHA dan dapat membuat pasien lebih mau bekerjasama jika diberikan ventilasi
non invasif. Bukti yang menyokong penggunaan morfin pada GJA masih terbatas.
Dosis bolus intravena sebesar 2,5 5 dapat diberikan secepat mungkin
setelah dipasang akses intravena pada pasien dengan GJA. Dosis ini dapat diulangsesuai kebutuhan.
o Respirasi harus selalu dimonitor.o Keluhan mual umum ditemukan, terapi antiemetik mungkin dipertlukan.o Hati-hati pada pasien dengan hipotensi, bradikardi, blok Atrio-ventrikular
derajat tinggi, atau retensi CO2.
Diuretik
Pemberian diuretik secara intravena pada pasien dengan GJA
direkomendasikan bila terdapat gejala akibat kongesti dan overload cairan. Terapidan dosis penggunaan diuretik pada gagal jantung dapat dilihat pada tabel 10.
Kelas Rekomendasi I, Tingkat Bukti B
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
37/42
37
Tabel 10. Indikasi dan dosis penggunaan diuretik pada gagal jantung akut
Retensi
Cairan
Diuretik Dosis
Harian
(mg)
Catatan
Sedang Furosemide
Bumetanide
Torasemide
20-40
0.5-1
10-20
Oral atau IV tergantung dari gejala klinis
Titrasi dosis tergantung renspon klinis
Monitor K, Na, Kreatinin, Tekanan Darah
Berat Furosemide
Furosemide
drip
Bumetanide
Torasemide
40-100
5-40
mg/jam
1-4
20-100
I.V. tingkatkan dosis
Lebih baik efeknya dibandingkan IV dosis
tinggi
Oral atau IV
Oral
Refrakter
terhadaploop
diuretic
Tambahkan
HCT
Metolazone
Spironolakton
50-100
2.5-10
25-50
Kombinasi ini lebih baik dibandingkan dosis
loop diuretik yang sangat tinggiTebih poten jika Klirens Kreatinin
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
38/42
38
Vasodilator
Vasodilator direkomendasikan saat fase awal gagal jantung akut tanpa
adanya gejala hipotensi. Vasodilator akan mengurangi gejala kongesti pulmonal
tanpa mengganggu isi sekuncup atau peningkatan kebutuhan oksigen, terutama
pada pasien sindroma koroner akut. Indikasi vasodilator parenteral pada gagal
jantung akut sangat bermanfaat. Indikasi dan dosis pemberian vasodilator
parenteral pada gagal jantung akut dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 11. Indikasi dan dosis pemberian vasodilator pada gagal jantung akut
Vasodilator Indikasi Dosis
Efek-
samping
utama
Lainnya
Nitrogliserin
Kongesti
paru/edema,
TD>90 mmHg
Dimulai 10-20
mcg/menit, dinaikkan
hingga 200 mcg/menit
Hipotensi,
nyeri kepala
Toleransi jika
digunakan
terus-menerus
Isosorbide
Dinitrat
Kongesti
paru/edema,
TD>90 mmHg
Dimulai dengan 1
mg/jam, naikkan hingga
10 mg/jam
Hipotensi,
nyeri kepala
Toleransi jika
digunakan
terus-menerus
Nitroprusside
Kongesti pada
pasien Gagal
Jantung
Hipertensif
Dimuali dengan 0.3
mcg/kg/menit, naikkan
hingga 5 mch/kg/menit
Hipotensi,
toksisitas
isosianat
Sensitif
terhadap cahaya
Nesiritide
(banyak tidak
tersedia)
Kongesti paru /
edema dengan
TD>90 mmHg
Bolus 2 mcg/kg +
infusan 0.015-0.03
mcg/kg/menit
Hipotensi
Dikutip dari: Dickstain dkk.15
Pemberian obat-obatan inotropik atau vasokontrikor menjadi pilihan pada
pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil.
Nitrogliserin
Terapi nitrogliserin merupakan terapi kerja cepat yang efektif dan dapat
diprediksi hasilnya dalam mengurangi preload. Data menunjukkan bahwanitrogliserin intravena juga dapat mengurangi afteroload. Oleh karena itu,
nitrogliserin intravena merupakan terapi tunggal yang baik untuk pasien dengan
gagal jantung dekompensasi berat dengan edema paru yang besar.
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
39/42
39
Inotropik
Obat- obatan inotropik dipertimbangkan pada gagal jantung akut dengan lowoutput
states, adanya gejala dan tanda hipoperfusi dan kongesti disamping pemberian
vasodilator dan atau diuretik. Penggunaan obat inotropik dapat menyebabkan
peningkatan aritmia atrial dan ventrikular. Oleh karena itu pemantauan irama jantung
melalui EKG harus dilakukan. Dobutamin merupakan positif obat inotropik yang bekerja
melalui perangsangan receptor 1 untuk menghasilkan efek inotropik dan kronotropik
positif. Dopamin juga dapat merangsang reseptor adrenergic. Dopamin dosis rendah
dapat merangsang stimulasi reseptor dopaminergik dan mempunyai efek diuresis yang
terbatas. Dosis tinggi dopamin dapat digunakan untuk mempertahankan tekanan darah
dengan menimbulkan efek takikardi, aritmia dan stimulasi reseptor adrenergic yang
dapat mengakibatkan vasokonstriksi. Dopamin dosis rendah sering dikombinasikan
dengan dobutamin dosis tinggi. Penggunaan vasopresor (noradrenalin) tidak
direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pada gagal jantung. Dan hanya
diindikasikan pada syok kardiogenik ketika kombinasi dari inotropik dan fluid challengetest gagal dalam mengembalikan tekanan darah yang adekuat. Pasien dengan sepsis
dengan komplikasi gagal jantung akut dapat menggunakan vasopressor. Dosis obat obat
inotropik dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 12. Dosis obat- obatan inotropik pada gagal jantung akut.
Nama Obat Bolus Kecepatan Infusan
Dobutamine Tidak diberikan 2-20 mcg/kg/menit (+)
Dopamine Tidak diberikan
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
40/42
40
Vassopresor
Penggunaan vasopresor (norepinephrine) tidak direkomendasikan sebagai
pilihan terapi pertama dan hanya diindikasikan pada shock kardiogenik ketika
kombinasi dari agen inotropik dan tes penambahan cairan gagal mengembalikan
tekanan darah ke tekanan darah sistolik > 90 mmHg, dengan perfusi organ yang
cukup, walau telah terdapat perbaikan dari kardiak output. Pasien GJA dengan
penyulit sepsis kemungkinan besar membutuhkan vasopressor. Karena syok
kardiogenik biasanya dihubungkan dengan tingginya resistensi vaskular sistemik,
semua vasopressor harus digunakan secara berhati-hati dan dihentikan
pemberiannya secepat mungkin. Nor-adrenaline dapat digunakan bersamaan
dengan inotropik yang dibahas diatas, idealnya melalui akses vena sentral.
Epinephrine tidak direkomendasikan sebagai inotropik atau vasopressor
pada shock kardiogenik, kecuali terbatas pada terapi darurat pada henti
jantung.Kelas rekomendasi IIb, Tingkat Bukti C
Glikosida jantung
Pada GJA glikosida jantung menghasilkan peningkatan yang bermakna
pada kardiak output dan mengurangi tekanan pengisian. Dan dapat bermanfaat
untuk mengurangi respon ventrikel pada AF rapid.Kelas Rekomendasi IIb,
Tingkat Bukti C.
2.4. Prognosis
Prognosis gagal jantung bersifat kompleks. Beragamnya etiologi, umur,
komorbiditas, bervariasinya progress penyakit tiap individual, dan hasil harus
dipertimbangkan.9
Tabel 13. Kondisi yang berhubungan dengan prognosis gagal jantung yang buruk
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
41/42
41
Dikutip dari: Dickstain dkk. 10
-
7/22/2019 CR Decomp-cordis RAY.docx
42/42
Daftar Pustaka
1. M. panggabean, Marulam. Gagal Jantung. Dalam :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk (Editor). Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FK UI; 2009. p. 1583.
2. Mann DL. Heart Failure and Cor Pulmonale. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL,editor. Harrisons Principles of Internal Medicine. 17
thed. New York: Mc graw hill; 2008.
p. 1443.
3. Lip GYH, Gibbs CR, Beevers DG. ABC of heart failure: aetiology. BMJ 2000; 320:104-7.
4. Rodeheffer R. Cardiomyopathies in the adult (dilated, hypertrophic, and restrictive). In:Dec GW, editor. Heart Failure a Comprehensive Guide to Diagnosis and Treatment. New
York: Marcel Dekker; 2005. p.137-156.
5. Harbanu HM, Santoso A. Gagal Jantung. J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 BulanSeptember 2007. P.85-93.
6. Hess OM, Carrol JD. Clinical Assessment of Heart Failure. In: Libby P, Bonow RO, MannDL, Zipes DP, editor.Braunwalds Heart Disease. Philadelphia: Saunders; 2007. p. 561-
80.
7. Shah RV. Fifer MA. Heart Failure. In: Lilly LS, editor. Pathophysiology of Heart DiseaseA Collaborative Project of Medical Students and Faculty. 4th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins. 2007; p. 225-251.
8. http://www.mayoclinic.com/health/heart-failure/DS00061/DSECTION=lifestyle-and-home-remedies. Diakses pada 27/5/2013-11:17
9. Maisel AS, Krishnaswamy P, Nowak RM, et al: Rapid measurement of B-type natriureticpeptide in the emergency diagnosis of heart failure. N Engl J Med 2002; 347:161-167.
10.Dickstain A, Filippatos G, Cohen SA, et al. Guidelines for the diagnosis and treatment ofacute and chronic heart failure 2008. European Society Cardiology. European Heart Journal
(2008) 29. 2388-2442.
http://www.mayoclinic.com/health/heart-failure/DS00061/DSECTION=lifestyle-and-home-remedieshttp://www.mayoclinic.com/health/heart-failure/DS00061/DSECTION=lifestyle-and-home-remedieshttp://www.mayoclinic.com/health/heart-failure/DS00061/DSECTION=lifestyle-and-home-remedieshttp://www.mayoclinic.com/health/heart-failure/DS00061/DSECTION=lifestyle-and-home-remedieshttp://www.mayoclinic.com/health/heart-failure/DS00061/DSECTION=lifestyle-and-home-remedieshttp://www.mayoclinic.com/health/heart-failure/DS00061/DSECTION=lifestyle-and-home-remedieshttp://www.mayoclinic.com/health/heart-failure/DS00061/DSECTION=lifestyle-and-home-remedies