draft disertasi gea bab ii fin
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
1/197
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan dan Putusan Hakim
Suatu peraturan perundang-undangan memiliki karakteristik: Pertama, umum
dan komprehensif. Kedua, universal, artinya diciptakan untuk menghadapi peristiwa-
peristiwa yang akan datang yang belum jelas bentuk konkritnya. Dengan kata lain, tidak
dirumuskan untuk mengatasi peristiwa tertentu saja. Ketiga, memiliki kekuatan untuk
memperbaiki diri sendiridengan mencantum-kan ketentuan yang memungkinkan untuk
dilakukannya perubahan. Di sisi lain, ada pengadilan sebagai lembaga yang berfungsi
menyelenggarakan proses peradilan dalam menerima, memeriksa dan mengadili
sengketa masyarakat, yang tugas-tugasnya diwakili oleh hakim. arena itu kepercayaanmasyarakat terhadap hukum serta institusi peradilan ditentukan oleh kredibilitas dan
profesionalitas hakim dalam menyelesaikan sengketa serta menegakkan keadilan.!
"erdapat beberapa asas yang tujuannya agar undang-undang mempunyai
dampak positif. #rtinya agar undang-undang mencapai tujuannya, sehingga efektif. #sas-
asas tersebut antara lain: Pertama, undang-undang tidak berlaku surut, artinya undang-
undang hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang di-sebut di dalam undang-undang
itu, serta terjadi setelah undang-undang dinyatakan berlaku. Kedua, undang-undang yang
dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, ber-kedudukan lebih tinggi pula.
Ketiga, undang-undang yang bersifat khusus melumpuhkan undang-undang
yang bersifat umum, jika pembuatnya sama. #rtinya, terhadap peristiwa khusus wajib
diberlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa itu, walau dapat pula
diberlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa yang lebih luas atau umum,
yang juga dapat mencakup peristiwa khusus tadi. Keempat, undang-undang yang berlaku
belakangan, membatalkan undang-undang yang ber-laku terdahulu. #rtinya, undang-
undang yang lebih dahulu berlaku di mana diatur mengenai suatu hal tertentu, tidak
berlaku lagi jika ada undang-undang baru yang berlaku belakangan yang mengatur pula
hal yang sama, meski makna atau tujuan-nya berlainan atau berlawanan dengan undang-
undang lama.
Kelima, undang-undang tidak dapat diganggu gugat. Keenam, undang-undang
merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraaan spiritual dan materiel bagi
masyarakat maupun pribadi, melalui pelestarian ataupun inovasi.$Dengan demikian dapat
ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa gangguan ter-hadap penegakan hukum yang
berasal dari undang-undang mungkin disebabkan: pertama, tidak diikutinya asas-asas
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
2/197
berlakunya undang-undang+ kedua, belum adanya peraturan pelaksana yang sangat
dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang+ danatau ketiga, ketidakjelasan arti kata-
kata dalam undang-undang yang mengakibatkan kesimpangsiuran interpretasi serta
implementasi.
#dil& tidak termasuk pengertian hakiki suatu tata hukum, tidak berarti suatu tata
hukum dapat dibentuk begitu saja. 'emang jelas bahwa suatu tata hukum harus dibentuk
dengan tujuan keadilan. /leh sebab itu diterima juga bahwa pembentukan suatu tata
hukum berpedoman pada prinsip-prinsip umum tertentu, yakni prinsip-prinsip yang
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut di-ambil dari keyakinan-keyakinan yang hidup
dalam masyarakat tentang suatu ke-hidupan yang adil dan baik.) 'engapa sifat adil
dianggap bagian konstitutif hukum0 #lasannya, bahwa hukum dipandang sebagai bagian
tugas etis manusia. #rtinya, manusia wajib membentuk suatu hidup bersama yang baikdengan mengaturnya secara adil. 'aka, menurut kesadaran keadilan yang timbul secara
spontan dalam hati manusia bahwa hukum merupakan pernyataan keadilan. 1ukum yang
tidak adil, bukan hukum.2 1akikat hukum adalah membawa aturan yang adil dalam
masyarakat. Semua arti lain menunjuk ke arah ini sebagai arti dasar segala hukum.3
Roeslan Saleh sebagaimana dikutip Satjipto Rahadjo menyatakan bahwa
hakim diharapkan senantiasa menempatkan diri dalam hukum, sehingga hukum baginya
merupakan hakikat dari hidupnya. 1akim tidak boleh menganggap hukum sebagai
rangkaian larangan dan perintah yang akan mengurangi ke-merdekaannya, melainkan
sebaliknya, hukum harus menjadi sesuatu yang mengisi kemerdekaannya. 1ukum bukan
semata-mata undang-undang, tetapi juga hukum yang muncul dalam putusan hakim dan
kebiasaan dalam masyarakat. (ndang-undang memang penting dalam negara hukum,
akan tetapi bukan segalanya dan proses memberi keadilan kepada masyarakat tidak
begitu saja berakhir melalui kelahiran pasal-pasal undang-undang.4Di 5ndonesia seorang
$ Soerjono Soekanto, $**$, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PenegakanHukum, %ajawali 6ers, 7akarta, hlm. 4-8.
Ibid., hlm. !$.
)"heo 1uijbers, !882, Filsafat Hukum, 6ustaka 9ilsafat, ogyakarta, hlm. 38.
2Ibid., hlm. 4).
3%oscoe 6ound, !8;$, Pengantar Filsafat Hukum, ttp., 7akarta, hlm. $!.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
3/197
hakim harus meng-indahkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.;Di lain pihak hakim
dituntut untuk mengindahkan undang-undang yang berlaku, karena itu tidaklah cukup se-
orang hakim hanya memupuk rasa keadilan sosial yang tinggi. 1akim harus menjatuhkan
putusan dengan mempertimbangkan dan menaati peraturan per-undangan yang berlaku.
=amun kiranya kemungkinan mencari keadilan dalam rangka undang-undang yang
berlaku, masih cukup besar juga.81akim dapat menempuh macam-macam jalan, antara
lain:
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
4/197
semata, sedangkan memahami undang-undang merupakan proses berpikir
reflektif yang menunjukkan upaya untuk tidak sekadar ber-henti pada hal-hal
yang bersifat harfiah semata, namun berusaha menemu-kan upaya untuk tidak
sekadar berhenti pada hal-hal yang bersifat harfiah semata, namun berusaha
menemukan makna yang tersirat yang justru tidak tampak dari bunyi pasal
tersebut. Cara berpikir reflektif yang selalu mengaitkan antara konsep dan
operasionalisasi yang akan menghasilkan penilaian yang objektif itu merupakan
tugas yang memakan waktu dan pikiran yang barangkali kurang sesuai bagi
mereka yang terbiasa dengan budaya instan.
6emikir reaktif melihat suatu peristiwa hukum dan menghubungkannya dengan
pasal-pasal dalam peraturan perundangan dengan lebih menitik-beratkan pada
penemuan jawaban terhadap apa& hukumnya dan bagai-mana& menerapkannyadalam peristiwa konkrit tersebut dengan mengapa&, yakni konsepasas yang
mendasarinya. emudian, berupaya bagaimana& menerapkannya dalam
peristiwa konkrit, sesuai dengan pesan yang termuat dalam konsepasas yang
mendasarinya, yang secara umum bertujuan untuk memberikan jaminan keadilan
bagi setiap orang. "ampaknya pertanyaan mengapa& ini cenderung dihindari.
6adahal, wacana moral dan etika justru kaitannya dengan pemahaman tentang
konsepasas yang tersembunyi di balik suatu pasal.!)
7ika bunyi suatu pasal diinterpretasikan secara objektif dan tidak melulu dari segi
gramatikal saja, maka titik temu antara yang formal dan substansial akan tercapai. 7ustru
dalam hal-hal yang bersifat substansial inilah dikandung pesan keadilan, itikad baik, dan
sebagainya. 6ilihan antara cara berpikir reaktif dan reflektif kadang tidak mudah. Balau
seorang cenderung berpikir reflektif, belum tentu konsekuen dalam tindakan selanjutnya,
karena suatu pengambilan keputusan kadang pertimbangan non-yuridis menjadi lebih
dominan. 5nilah yang kemudian menimbulkan reaksi dalam masyarakat. 'ewujudkan
kreativitas berpikir dan ber-tindak konsekuen dengan memadukan nalar dan nurani
memerlukan sikap mental tertentu. Setidaknya, menurut aria S!"!Sumardjono, dapat
disederhanakan dengan terpenuhinya empat persyaratan yang disingkat )C&, yakni:
pertama, comprehension, yang berarti pemahaman tentang peraturan perundangan, baik
ter-surat maupun tersirat+ kedua, competence, yang berarti mempunyai kewenangan
bertindak+ ketiga, courage, yakni keberanian bertindak konsekuen dengan pemahaman
dan sesuai kewenangan+ dan keempat, compassion, artinya tindakan itu dilandasi empati,
yakni kepedulian terhadap nasib orang lain. Dari keempat syarat itu tampaknya courage
atau keberanian yang paling sulit dipenuhi. %isiko disebut sebagai orang kontroversial,
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
5/197
kadang tidak menyenangkan. "etapi jika di-maksudkan untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran, hal ini berarti bahwa pendapat yang salah kaprah itulah yang harus
diluruskan.!2
A! Hakim dan Keadilan
R#$S%AN SA%$H sebagaimana dikutip SATJIPT# RAHA&J# menyatakan bahwa
hakim diharapkan senantiasa menempatkan diri dalam hukum, sehingga hukum baginya
merupakan hakikat dari hidupnya. 1akim tidak boleh menganggap hukum sebagai
rangkaian larangan dan perintah yang akan mengurangi kemerdekaannya, melainkan
sebaliknya, hukum harus menjadi sesuatu yang mengisi kemerdekaannya. 1ukum bukan
semata-mata undang-undang, tetapi juga hukum yang muncul dalam putusan hakim dan
kebiasaan dalam masyarakat. (ndang-undang memang penting dalam negara hukum,akan tetapi bukan segalanya dan proses memberi keadilan kepada masyarakat tidak
begitu saja berakhir melalui kelahiran pasal-pasal undang-undang.!3Di 5ndonesia seorang
hakim harus mengindahkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.!4Di lain pihak hakim
dituntut untuk mengindahkan undang-undang yang berlaku, karena itu tidaklah cukup
seorang hakim hanya memupuk rasa keadilan sosial yang tinggi. 1akim harus
menjatuhkan putusan dengan mempertimbangkan dan menaati peraturan perundangan
yang berlaku. =amun kiranya kemungkinan mencari keadilan dalam rangka undang-
undang yang berlaku, masih cukup besar juga.!;
agasan ini pantas
ditumbuhkembangkan karena saat ini sudah mendesak perlunya upaya mendudukkan
!2Ibid., hlm. !8$-!8.
!3Satjipto %ahardjo, 5ndonesia
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
6/197
citra hukum dalam posisinya yang sejati.$*Sebagian besar sarjana hukum menerima&
bunyi suatu pasal undang-undang apa adanya. Dengan kata lain, hanya membaca&,
bukan memahami, meminjam istilah SATJIPT# RAHAR&J#, bertindak bagai mesin
belaka&.$!
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
7/197
tertentu. Setidaknya, menurut ARIAS!"! SUAR&J#N#, dapat disederhanakan dengan
terpenuhinya empat persyaratan yang disingkat )C&, yakni: pertama, comprehension,
yang berarti pemahaman tentang peraturan perundangan, baik tersurat maupun tersirat+
kedua, competence, yang berarti mempunyai kewenangan bertindak+ ketiga, courage,
yakni keberanian bertindak konsekuen dengan pemahaman dan sesuai kewenangan+ dan
keempat, compassion, artinya tindakan itu dilandasi empati, yakni kepedulian terhadap
nasib orang lain.Dari keempat syarat itu, tampaknya keberanianE ?courage@ yang paling
sulit dipenuhi. %isiko disebut sebagai orang kontroversial, kadang tidak menyenangkan.
"etapi jika dimaksudkan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, hal ini berarti bahwa
pendapat yang salah kaprah itulah yang harus diluruskan.$
PRINSIP &ASAR K$KUASAAN K$HAKIAN(ndang-(ndang Dasar =egara %epublik 5ndonesia "ahun !8)2 menegaskan bahwa
5ndonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu
prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
ekuasaan kehakiman yang merdeka dapat dikatakan sebagai suatu refleksi
dari '(ni)ersal *eclaration of Human &ights+, dan 'International #o)enant on #i)il and
Political &ights+,F!)Gyang di dalamnya diatur mengenai ,independent and impartial
judiciary,. Di dalam (ni)ersal *eclaration of Human &ights, dinyatakan dalam%rticle
.,/)ery one is entitled in full e0uality to a fair and public hearing by in independent and
impartial tribunal in the determination of his rights and obligations and of any criminal
charge against him1. Setiap orang berhak dalam persamaan sepenuhnya didengarkan
suaranya di muka umum dan secara adil oleh pengadilan yang merdeka dan tidak
memihak, dalam hal menetapkan hak-hak dan kewajibannya dan dalam setiap tuntutan
pidana yang ditujukan kepadanya.F!2GDi dalam International #o)enant on #i)il and Political
&ights, dalam%rticle 2dinyatakan, , in the determination of any criminal charge against
him or of his rights and obligations in a suit at law e)eryone shall be entitled to a fair and
public hearing by a competent independent and impartial tribunal established by law1.
(nsur-unsur yang dapat ditarik dari rumusan di atas yakni menghendaki: ?i@
adanya suatu peradilan 3tribunal4yang ditetapkan oleh suatu perundang-undangan+ ?ii@
peradilan itu harus independent, tidak memihak 3impartial4dan competent+ dan ?iii@
peradilan diselenggarakan secara jujur 3fair trial4dan pemeriksaan secara terbuka 3public
hearing4. Semua unsur-unsur tersebut tercantum dalam penjelasan 6asal $) dan $2 ((D
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
8/197
!8)2 sebelum perubahan dan diimplementasikan dalam(ndang-undang =omor !) "ahun
!84* jo. (ndang-undang =omor 2 "ahun !888, seperti telah dicabut dan digantikan
dengan (ndang-undang =omor ) "ahun $**), tentang ekuasaan ehakiman.
Dari konsep negara hukum seperti digariskan dalam konstitusi 6asal ! ayat ?@
((D !8)2, maka dalam rangka melaksanakan 6asal $) ((D !8)2, harus secara tegas
melarang kekuasaan pemerintahan negara atau eksekutif untuk membatasi dan
mengurangi wewenang kekuasaan kehakiman yang merdeka atau hakim yang bebas
dalam proses peradilan yang telah dijamin oleh konstitusi tersebut.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
9/197
wewenang yudisial bersifat tidak mutlak, karena tugas hakim adalah untuk menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan 6ancasila, sehingga putusannya mencerminkan rasa
keadilan rakyat 5ndonesia.
ekuasaan kehakiman yang merdeka bukan berarti bahwa kekuasaan kehakiman
dapat dilaksanakan sebebas-bebasnya tanpa rambu-rambu pengawasan, oleh karena
dalam aspek beracara di pengadilan dikenal adanya asas umum untuk berperkara yang
baik 3general principles of proper justice4F$*Gdan peraturan-peraturan yang bersifat
prosedural atau hukum acara yang membuka kemungkinan diajukannya berbagai upaya
hukum. Dengan demikian dalam hal fungsi kehakiman adalah keseluruhan rangkaian
kegiatan berupa mengadili suatu perkara sengketa yang individual konkret dan dalam
kaitannya dengan konsep kekuasaan kehakiman yang merdeka, yang dalam konteks
hukum meliputi wewenang, otoritas, hak dan kewajiban, maka kekuasaan kehakimandapat diartikan sebagai kekuasaan, hak dan kewajiban untuk menentukan apa dan
bagaimana norma hukum terhadap kasus konflik-individual-konkret yang diajukan
kepadanya, maka kekuasaan kehakiman terikat pada peraturan-peraturan yang bersifat
prosedural yang disebut 1ukum #cara. ekuasaan kehakiman yang merdeka yaitu
terwujud dalam kebebasan hakim dalam proses peradilan, dan kebebasan hakim dalam
menjalankan kewenangannya ini, ada rambu-rambu aturan hukum formal dan hukum
material, serta norma-norma tidak tertulis yang disebut asas umum penyelenggaraan
peradilan yang baik 3general principles of proper justice4!F$!GDengan kata lain, kekuasaan
peradilan terikat pada aturan hukum material dan peraturan-peraturan yang bersifat
prosedural yakni hukum acara. Dengan demikian aturan hukum material dan peraturan-
peraturan yang bersifat prosedural, dapat dikatakan sebagai batas normatif terhadap
kebebasan kekuasaan peradilan atau kebebasan hakim dalam proses peradilan.
ekuasaan kehakiman merupakan suatu mandat kekuasaan negara yang
dilimpahkan kepada kekuasaan kehakiman. 'andat kekuasaan negara untuk sepenuhnya
mewujudkan hukum dasar yang terdapat dalam rechtsideeuntuk diwujudkan dalam suatu
keputusan hukum yang individual dan konkret, untuk diterapkan pada suatu perkara
hukum yang juga individual konkret.F$$GDengan perkataan lain, kekuasaan kehakiman
dapat diartikan sebagai kewenangan dan kewajiban untuk menentukan apa dan
bagaimana norma hukum terhadap kasus konflik-individual-konkret yang diajukan
kepadanya dengan memperhatikan hukum dasar negara.F$GDengan demikian dalam
sistem hukum nasional yang berlaku, penyelesaian hukum dalam perkara yang individual
konkret hanya ada pada satu tangan yaitu pada kekuasaan kehakiman. 1al demikian
berlaku tidak saja untuk perkara-perkara konkret yang berkaitan dengan persengketaan
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
10/197
Dari uraian di atas, dapat diambil simpulan pengertian bahwa dalam kekuasaan
kehakiman yang merdeka terkandung tujuan atau konsep dasar, yaitu:
?!@Sebagai bagian dari sistem pemisahan kekuasaan 3separation of power4atau
pembagian kekuasaan3distribution of power4di antara badan-badan penyelenggara
negara.
?$@ Sebagai bagian dari upaya untuk menjamin dan melindungi kebebasan rakyat.
?@ (ntuk mencegah kemungkinan tindakan sewenang-wenang dari pemerintah.
?)@Sebagai suatu 'conditio sine 0uanon+bagi terwujudnya negara hukumdan
pengendalian atas jalannya pemerintahan negara.
P#TR$T PR#'$SI#NA%IS$ HAKI &A%A PUTUSAN
hakim dan peradilan merupakan dua unsur yang begitu penting bagiperkembangan bangsa dan negara serta masyarakat kita ke depan.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
11/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
12/197
sebagaimana yang ) 'ustafa #bdullah, 6engembangan 5ntegritas dan 6rofesionalisme
1akim. 6rofesionalisme hakim dapat dilihat dari, antara lain, aspek-aspek penguasaan
ilmu hukum, kemampuan berpikir yuridis, kemahiran yuridis, kesadaran serta komitmen
profesional. 3 1al ini sejalan dengan
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
13/197
cara menggunakan rujukan tersebut dalam pertimbangan-pertimbangan hukumnya.
husus dalam putusan pidana, kemahiran yuridis dalam membuat putusan juga dapat
dilihat dari penetapan hakim dalam menentukan vonis bagi terdakwa dibandingkan
dengan tuntutan yang diajukan 76(. eempat, kesadaran serta komitmen profesional
yang mencakup upaya penumbuhan sikap, kepekaan dan kesadaran etik profesional,
khususnya berkenaan dengan pembebanan profesi hukum sebagai profesi yang
berorientasi pada upaya mewujudkan keadilan dalam masyarakat serta profesi hukum
sebagai profesi yang terhormat ?officium nobile@. riteria ini akan dilihat dari indikator
berupa ada tidaknya pendampingan penasihat hukum ?advokat@, khususnya dalam
perkara pidana. indikator kepekaan hakim terhadap penumbuhan dan pengembangan
sikap serta kesadaran etik profesionalnya, dengan orientasi pada upaya mewujudkan
keadilan dalam masyarakat. (ntuk mengetahui kedudukan putusan hakimyang olehSudikno 'ertokusumo diartikan sebagai Msuatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai
pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan
untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak&8
dalam sistem hukum 5ndonesia, teori %eine %echtslehre ?the pure theory of law, teori
hukum murni@ 1ans elsen bisa dijadikan sebagai landasan. "eori murni tentang hukum
ini memandang hukum sebagai kaidah yang dijadikan objek ilmu hukum. 'eskipun diakui
bahwa hukum dipengaruhi oleh faktor-faktor politis, sosiologis, filosofis dan sebagainya,
tercermin dalam ideologi =egara %epublik 5ndonesia, 6ancasila, khususnya sila kelima:
eadilan sosial bagi seluruh rakyat 5ndonesia&. Sila ini mengandung pengertian bahwa
keadilan meliputi pemenuhan tuntutan-tuntutan hakiki bagi kehidupan material dan
spiritual manusia, yaitu bagi seluruh rakyat 5ndonesia secara merata berdasarkan asas
kekeluargaan. Sila tersebut menjabarkan keadilan dalam pengertian tata sosial
masyarakat, sehingga yang lebih ditekankan adalah pengertian kesejahteraan rakyat.
IN&$P$N&$NSI K$KUASAAN K$HAKIAN
5ndependensi kekuasan kehakiman tercantum dalam pasal $) ayat ?!@
(ndang(ndang Dasar !8)2 #mandemen etiga ?tahun !888@ yang berbunyi: ekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan&. 5ndependensi kekuasaan kehakiman di
5ndonesia adalah kebebasan atau kemerdekaan hakim untuk menjalankan tugasnya
menyelenggarakan peradilan secara tidak memihak, semata-mata berdasarkan fakta dan
hukum, tanpa pembatasan, pengaruh, bujukan, tekanan atau intervensi langsung maupun
tidak langsung, dari pihak mana pun danatau untuk alasan apa pun, demi tujuan keadilan
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
14/197
terhadap pengaruh sesama hakim atau koleganya+ b. 5ndependensi substantif, yaitu
independensi hakim terhadap kekuasaan mana pun, baik ketika memutuskan suatu
perkara maupun ketika menjalankan tugas dan kedudukannya sebagai hakim.
5ndependensi individual meletakkan hakim sebagai titik sentral dari seluruh pengertian
independensi, yaitu kebebasan dari segala pengaruh dari luar dalam bentuk apa pun.
ewenangan hakim yang sangat besar itu menuntut tanggung jawab yang tinggi,
sehingga putusan pengadilan yang dibuka dengan kalimat Demi eadilan berdasarkan
etuhanan ang 'aha Nsa& mengandung arti bahwa kewajiban menegakkan kebenaran
dan keadilan itu wajib dipertanggungjawabkan secara horiJontal kepada semua manusia,
dan secara vertikal dipertanggungjawabkan kepada "uhan ang 'aha Nsa.!3
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
15/197
pembebanan profesi hukum sebagai profesi yang berorientasi pada upaya mewujudkan
keadilan dalam masyarakat serta profesi hukum sebagai profesi yang terhormat ?officium
nobile@. esadaran serta komitmen profesional hakim ini dapat dilihat, antara lain, dari ?a@
pendampingan penasihat hukum ?advokat@ dan ?b@ adanya kesalahan pengetikan.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
16/197
demikian tata kelakuan adalah nilai-nilai moral?moral )alues@ yang menyetujui perilaku
atau tindakan tertentu dan melarang perilakutindakan yang lain karena adanya keyakinan
bahwa dengan demikian maka kesejahteraan bersama akan terlindungi. Dengan demikian
terkandung juga nilai-nilai keman(aatan?utilitas@. =ilai-nilai moral inilah yang menjadi
muatan dari keadilan sebagai moral justice. Dalam pengertian yang lain, nilai-nilai moral
dan nilai-nilai kemanfaatan ini terkandung dalam sebuah term: moral justice.
Sementara itu ada kecenderungan kuat beberapa tata kelakuan diformulasikan
dalam hukum-hukum masyarakat, sebagai kaidah-kaidah hukum yang mengatur apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan ataupun prosedur apa yang harus dilalui, di mana sanksi-
sanksi yang dijatuhkan masyarakat bagi individu yang tidak bisa menyesuaikan diri adalah
tegas. 9ormulasi atas nilai-nilai hukum ini bertujuan untuk menimbulkankepastian
hukum, yang menjadikan sebagai muatan keadilan dari sisi legal justice.Dengan demikian, sebagaimana ditegaskan 6rofesor %adin, bagaimanapun juga
hukum itu berkaitan dengan kemanusiaan. 5a mengakui bahwa hukum ada hubungannya
dengan keadilan atau setidak-tidaknya dengan humanitas dan pengampunan ?clemency@.
F4G
1ukum sebagai kaidah pembatas dalam bertindak dan bertingkah laku
sosial merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. 'asyarakat menciptakan hukum
untuk menghindari dan menyelesaikan pertentangan yang timbul antar anggota
masyarakat. Dengan demikian 1ukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. "iada
hukum tanpa masyarakat.
6engadilan melalui putusan-putusan 1akim berperan menstransformasikan
gagasan-gagasan yang bersumber pada nilai-nilai moral yang bersifat abstrak ke dalam
peristiwa konkret, sehingga putusan hakim mentransformasikan asas-asas yang abstrak
menjadi kaidah hukum yang kongkret.
'entransformasikan gagasan-gagasan keadilan ke dalam suatu peristiwa
kongkret sesungguhnya bukan perbuatan yang mudah. 7ika sekedar memasukkan atau
memsubsumsikan suatu peristiwa ke dalam peraturan perundang-undangan secara
sillogisme formil maka keadilan ?output@ yang dicapai adalah keadilan hukum ?legal
justice@. Sesuai ajaran hukum positivisme, keadaan demikian dipandang telah memenuhi
rasa keadilan.
. (ndang-undang adalah hasil dari lembaga legislatif, sehingga undang-undang
dipandang sudah adil, dengan demikian putusan 1akim yang telah sejalan dengan bunyi
undang-undang dipandang telah memenuhi rasa keadilan karena telah sesuai
dengan kepastian hukum.
http://pn-sleman.go.id/index.php/artikel-topmenu-91/34-hukum-umum#_ftn7http://pn-sleman.go.id/index.php/artikel-topmenu-91/34-hukum-umum#_ftn7 -
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
17/197
diupayakan, yakni suatu keadilan )ang su*stanti(?subtantial justice@. Keadilan
moral?moral justice@ lebih ideal daripada sekedar legal justice. onkretisasi subtantial
justicehanya mungkin tercapai bilamana 1akim memahami kenyataan sosial yang terjadi
di masyarakat.
Dalam hal ini, yang perlu diperdalam adalah kemampuan profesional dalam
menggali dan menjabarkan proses penegakan hukum atas suatu peristiwa atau kasus
yang konkret. Setidaknya aspek-aspek penegakan hukum oleh 1akim sebagai berikut:
a. Penerapan hukum?rechts fassing@, yakni memasukkan atau mensubsumsikan
fakta ?premis minor@ ke dalam peraturan (ndang-undang ?premis mayor@ secara
silogisme formil untuk selanjutnya ditarik konklusi mana yang benar mana yang salah
sebagaimana dianut oleh aliran positivisme+ atau
b. merupakan penerapan hukum tetapi dengan dasar anggapan bahwa (( itu tidakselalu lengkap sempurna, akan tetapi (( tersebut memiliki kekuatan ekspansi logis
atau jangkauan menurut logika, dalam hal demikian 1akim mempergunakan metode
interpretasi (uturistik, yakni memproyeksikan pada (( yang akan datang+ atau
c. dengan pem*entukan hukum?recht)orming@. Dalam hal ini (( diposisikan
sekunder sebagai arah dan jiwa aspirasi masyarakat. 1ukum kebiasaan digunakan
sebagai sumber hukum yang utama+ atau
d. sebagai pen+iptaan hukum?rechts shepping@. Dalam hal ini 1akim bebas dari
ikatan (( dan bebas mempertimbangkan kepentingan masyarakat, sehingga dapat
dijelmakan ketentraman dan harmonis yang dinamis+ atau
e. Sebagai hakekat penemuan hukum?rechts )inding@ yang merupakan karya logis
rasionil ?vide: ajaran 6aul Scholten@.
1akim dituntut untuk tidak semata-mata terkungkung dalam tradisi hukum
tersebut, tetapi lebih daripada itu dengan selalu menajamkan pertimbangan-pertimbangan
putusannya dengan menggunakan pendekatan filosofis, sosiologis, dan yuridis dikaitkan
dengan realitas sosial yang berlaku sesuai dengan konteks ruang dan waktu.
einginan-keinginan masyarakat akan suatu keadilan mungkin tidak sesuai
dengan apa yang ada di dalam (( ataupun peraturan. (ntuk itulah 1akim harus benar-
benar memahami yang tersembunyi& di dalam setiap peristiwa hukum yang konkret.
Dengan demikian putusan 1akim harus mengacu pada tujuan hukum, yakni
untuk apa hukum ditegakkan di dalam masyarakat. 'engenai hal ini, ,usta Rad*ru+h
menyatakan bahwa ada tiga aspek yang menjadi tujuan hukum, yakni:
!. eadilan+
$. emanfaatan+
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
18/197
Dengan demikian tampaklah bahwa sebenarnya prioritas utama yang hendak dituju
hukum adalah secara material untuk mencapai keadilan, kemudian untuk memenuhi
kemanfaatan masyarakat ?asas utilitas@, baru secara formilnya adalah untuk memenuhi
kepastian hukum.
7adi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan 1akim dalam memutus perkara adalah:
!. bahwa putusan tersebut sesuai dengan perasaan keadilan yang tumbuh di dalam
masyarakat+$. prediksi atas dampak sosial yang timbul yang diakibatkan dari putusannya
tersebut, dalam hal ini yang dituju adalah bahwa putusan tersebut secara makro-
sosial membawa kemanfaatan pada tata masyarakat secara kontekstual+. bahwa putusan tersebut masih dalam koridor hukum yang berlaku atau sesuai
dengan kepastian hukum ?recht :ekerheid@.
Sejalan dengan skala prioritas tujuan hukum tersebut, maka nilai-nilai keadilan
yang harus dijadikan acuan oleh 1akim dalam memutus perkara seharusnya adalah
keadilan moral ?moral justice@ atau keadilan substantif ?substanti)e justice@ sebagai bentuk
keadilan yang paling mendalam dan paling menyentuh substansi tujuan, dan tidak
sekedar semata-mata mempertimbangkan pada keadilan hukum ?legal justice@ saja.
Dalam hal terjadi ketidak sesuaian antara legal justicedengan substanti)e
justice, maka disinilah dituntut peran 1akim untuk memfungsikan hukum sebagai alat
reka)asa sosial?law as a tools of social engineering@ sebagaimana yang diproposisikan
%oscoe 6ound, sehingga 1akim dengan kewenangan legal mandatory&-nya harus berani
mengadakan pembaharuan hukum atas suatu kasus yang sedang dihadapinya. 7adi
dengan tetap mengacu pada sistem hukum nasional, maka pembaharuan hukum yang
dilakukan tersebut tetap mengacu pada kewenangan 1akim secara in concreto. Sedang
secara in abstractoadalah wewenangnya parlemen.
Hakim dan kesetaraan gender
6engambilan eputusan eputusan bersifat kompleks, terdapat banyak faktor
yang mempengaruhinya. 9aktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain: a. 9isik
didasarkan pada rasa yang dialami tubuh seperi rasa sakit, tidak nyaman atau nikmat. #da
kecenderungan menghindari tingkah laku yang (niversitas Sumatera (tara menimbulkan
rasa tidak senang atau sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan b.
Nmosional didasarkan oleh perasaan dan sikap. /rang akan bereaksi pada suatu situasi
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
19/197
keterampilan individual dan kemampuan melaksanakannya. Seseorang akan menilai
potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuan dalam bertindak e. 5nterpersonal
didasarkan pada pengaruh jaringan-jaringan sosial yang ada. 1ubungan antara satu
orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual f. Struktur didasarkan
pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Aingkungan mungkin memberikan hasil yang
mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu 7enis-jenis pengambilan
keputusan ?Saraswati dan 1akim, $**$@.
K$A&I%AN ,$N&$R PR#,R$SI' &IHUBUN,KAN &$N,AN T$#RI
K$A&I%AN
Teori Keadilan Aristoteles
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
20/197
perpetua )oluntas ius suum cui0ue tribuendi
yang ajeg dan menetap untuk memberikan masing-masingbagiannya.Dengan
demikian keadilan tidak boleh dipandang sama arti dengan penyamara taan,
karena keadilan bukan berarti tiap-tiap orang memperoleh bagian yang
sama. 6endapat #ristoteles juga memunculkan adanya dua macam keadilan
yaitu keadilan distributief dan keadilan commutatief eadilan distributief ialah
keadilan yang memberikan kepada tiap-tiap orang jatah menurut jasanya. 5a
tidak menuntut supaya tiap-tiap orang mendapat bagian yang sama
banyaknya, bukan persamaan melainkan kesebandingan. eadilan commutatief
ialah keadilan yang memberikan pada setiap orang sama banyaknya dengan
tidak mengingat jasa-jasa perseorangan.$3 'emberikan kepada masing-masing
bagiannya itu memang pada satu pihak memberikan kepada masing-masinghak-hak yang sama yang apabila tidak diperhitungkan perbedaan-perbedaan
yang beraneka ragam dalam kenyataan. 'emberikan masing-masing bagl.an
yang sama harus diartikan memberikan kepada masing-masing yang sama
dengan kesadaran dan dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang
ada dalam kenyataan. Dalam kaitannya dengan 7emyataan #ristoteles menurut
penulis jika dihubungkan dengan lisertasi yang berjudul O6enerapan 6rinsip
eadilan dalam 6eraturan 6erundang-undangan dan 6utusan 1akim pada 6erkara
ekerasan terhadap 5stri Ditinjau dari "eori hukum progresif ?Studi kasus di Daerah
5stimewa ogyakarta, membangun prinsip keadilan gender yang progresif@& ini maka
keadilan..dalam hal ini keadilan gender progresif, sangat tepat untuk menjawab
kebutuhan tentang keadilan yang sebenamya. keadilan substansial tidak
mengenal sama rasa sebagaimana teori keadilan yang disampaikan #ristoteles.
eadilan substansial dalam hal ini keadilan gender progresif, mengutamakan
keseimbangan antar para pihak. eseimbangan inilah yang diharapkan dapat
terbentuk di antara para pihak untuk nengembalikan kondisi sosial sebagaimana
sebelum terjadinya tindak pidana. Dalam keadilan substansial tidak mengenal
sama rasa yang ada adalah keseimbangan.
Teori Keadilan Sosial
eadilan sosial adalah keadilan yang berhubungan dengan pembagian
nikmat dan beban dari suatu kerjasama social khususnya yang disebut negara.
arena itu, dalam literatur keadilan sosial sering juga disebut keadilan distr butif.
26#rief =ugroho, Dyah 1apsari 6rananingrum. Ketidak %dilan dalamPerjanjian7ual-8eli =ayur dalam7umal 5lmu 1ukum Qol !* =o $ September $**4
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
21/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
22/197
mengatur kembali kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi sehingga dapat
memberi keuntungan yang bersifat timbal batik 3reciprocal benefitsB bagi setiap
orang, baik mereka yang berasal dari kelompok beruntung maupun tidak
beruntung.$8
7ohn %awls telah menyempumakan prinsip-prinsip keadilannya menjadi
sebagai berikut: Pertama setiap orang memiliki klaim yang sama untuk
memenuhi hak-hak dan kemerdekaankemerdekaan dasarnya yang kompatibel
dan sama jenisnya untuk semua orang, serta kemerdekaan berpolitik yang
sama dijamin dengan nilai-nilai yang adil+ Kedua ketidaksamaan sosial dan
ekonomi dapat dipenuhi atas dasar dua kondisi, yaitu: ?a@ melekat untuk
jabatan-jabatan dan posisi-posisi yang dibuka bagi semua orang di bawah
kondisi adanya persamaan kesempatan yang adil+ dan ?b@kemanfaatansebesar-besarnya bagi anggota-anggota masyarakat yang paling tidak
diuntungkan.*
6rinsip keadilan yang dikemukakan oleh %awls di atas tentu
berbeda dengan pandangan utilitarianisme sebagaimana yang dikemukakan
oleh 1ume,
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
23/197
hanya apabila menguntungkan semua pihak.!
'enurut 'artha =ussbaum, %awls sering dikritik karena asumsinya
bahwa orang itu mementi..lgkan dirinya sendiri, tidak bcrhubungan dengan yang
lain, tidak peduli. ritik. tersebut berdasarkan kesalahpahaman bahwa para
pihak yang dilukiskan dalam posisi awal adalah seluruh orang, sementara bukan
itu yang sebenamya dimaksudkan itu merupakan bagian moral yang
diprihatinkan.%awls berpandangan bahwa orang akan mengetahui lebih baik apa
yang diperlukan untuk bersikap adil jika dibuat model dalam cara ini daripada
mencoba membayangkan diri sencT.iri untuk membuat penilaian yang adil dan
simpatik dengan informasi yang lengkap.$
Dimulai dengan gagasan dasar mengenai rasa adil 3fairness4 %alws
berpandangan bahwa semua pihak akan minta prioritas yang kuat untukkemerdekaan-kemerdekaan dasar, karena mereka tidak mau menanggung risiko
untuk hal-hal penting, misalnya kebebasan beragam dalam kedudukannya di
masyarakat. 7ohn %alws juga menyampaikan argumentasi yang lebih
kontroversial, yaitu bahwa para pihak akan lebih menyukai distribusi kebajikan
dasar yang hanya memberikan toleransi terhadap ketidaksamaan 3ine0ualities4
apabila ketidaksamaan itu dapat menaikkan tingkat dari yang paling tidak mampu
3*ifference Principle4!CC
'enyikapi apa yang disampaikan %alws,rnenurut penulis jika
dihubungkan dengan disertasi yang berjudulO 6enerapan 6rinsip eadilan
dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim pada perkara
kekerasan terhadap istri ditinjau dari teori hukum progresif ?studi kasus di
daerah istimewa yogyakarta, membangun prinsip keadilan gender yang
progresif@& ini, masih ada kekurangannya karena tidak dicitakan tujuan akhir
dari keadilan.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
24/197
untuk menyelesaikan perkara secara adil. Selama ini keadilan menjadi
monopoli aparat penegak hukurn tanpa memberikan kesernpatan kepada
masyarakat untuk rnewujudkan keadilan. Di 5ndonesia eadilan sosial menjadi
salah satu sila dalam 6ancasila yaitu sila elirna. eadilan sosial sangatlah
luas karena mencakup kesejahteraan dan hak seluruh warga negara.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
25/197
*! Studi Hukum Kritis .Critical Legal Studies/
Studi 1ukum ritis ?#ritical @egal =tudiesCAS@ adalah teori yang berisi
penentangan terhadap norma-norma dan standar-standar di dalam teori dan praktik yang
selama ini telah diterima.) 'enurut '!0! Adji Samekto, yang dimaksud adalah norma-
norma dan standar hukum yang didasarkan pada premis-premis doktrin liberal-legal
justice. 6enganut studi hukum kritis percaya bahwa logika-logika dan struktur hukum
muncul dari adanya power relationshipdalam masyarakat. eberadaan hukum adalah
untuk mendukung ?support@ kepentingan-kepentingan atau kelas dalam masyarakat yang
membentuk hukum tersebut. Dalam kerangka pemikiran ini maka mereka yang kaya dan
kuat, menggunakan hukum sebagai instrumen untuk melakukan penekanan-penekanan
?oppression@ kepada masyarakat sebagai cara untuk mempertahankan kedudukannya.2
5de dasar CAS ialah pemikiran bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dari politik dan
hukum tidaklah netral dan bebas nilai. Dengan kata lain, dalam perspektif CAS, hukum di
dalam pembuatannya hingga pemberlakuannya selalu mengandung keberpihakan-
keberpihakan.3
CAS memiliki beberapa karakteristik umum sebagai berikut:pertama, mengkritik
hukum yang berlaku yang nyatanya memihak dan sama sekali tidak netral+ kedua,
mengkritik hukum yang sarat dan dominan dengan ideologi+ ketiga, mempunyai komitmen
besar terhadap kebebasan individual dengan batas-batas tertentu, karena CAS banyak
berhubungan dengan emansipasi kemanusiaan+ keempat, kurang mempercayai bentuk-
bentuk kebenaran yang abstrak dan pengetahuan yang objektif, hal ini disebabkan CAS
menolak keras doktrin-doktrin positivisme hukum+ kelima, menolak antara teori dan
praktik, dan menolak per-bedaan teori dan praktik, serta menolak perbedaan antara fakta
dan nilai yang me-rupakan karakteristik dari paham liberal, tetapi lebih berorientasi pada
teori yang memiliki pengaruh terhadap transformasi sosial praktis. 6ada prinsipnya CAS
menolak anggapan ahli hukum tradisional yang mengatakan bahwa hukum itu objektif dan
netral. Di samping itu, para penganut CAS mengajukan pandangan sebagai berikut:
Hukum mencari legitimasi yang salah, yaitu dengan jalan mistifikasi, pro-sedur hukum
yang berbelit-belit, dan bahasa yang sulit dipahami, yang ke-semuanya itu merupakan alat
pemikat, sehingga pihak yang lemah percaya bahwa hukum itu netral.
)9.U. #dji Samekto, $**;, 7ustice ;ot For %ll$ Kritik terhadap Hukum Moderndalam Perspektif =tudi Hukum Kritis, >enta 6ress, ogyakarta, hlm. !*).
29.U. #dji Samekto, $**2, =tudi Hukum Kritis$ Kritik terhadap Hukum Modern,6". Citra #ditya
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
26/197
Hukum dibelenggu oleh kontradiksi-kontradiksiCAS percaya bahwa se-tiap kesimpulan
hukum yang dibuat selalu terdapat sisi sebaliknya, se-hingga kesimpulan tersebut hanya
merupakan pengakuan terhadap ke-kuasaan. Dalam hal ini, hakim akan memihak kepada
salah satu pihak ?yang kuat@ yang dengan sendirinya akan menekan pihak yang lemah.
5idak mengenal prinsip-prinsip dasar dalam hukum#hli hukum tradisional percaya
bahwa prinsip yang mendasari setiap hukum adalah pemikiran yang rasional&. #kan tetapi
menurut penganut CAS, pemikiran rasional merupakan ciptaan masyarakat juga, yang
merupakan pengakuan terhadap kekuasaan. arena itu, tidak ada kesimpulan hukum
yang valid yang diambil dengan jalan deduktif maupun verifikasi empiris.
Hukum tidak netral6ara penganut CAS berpendapat bahwa hukum tidak netral, dan
hakim hanya berpura-pura atau percaya secara naif memutus-kan berdasarkan undang-
undang, yurisprudensi atau prinsip-prinsip ke-adilan. 6adahal, mereka selalu dapat dandipengaruhi oleh ideologi, legitimasi, dan mistifikasi yang dianutnya untuk memperkuat
kelas dominan.
7adi, pada pokoknya tujuan CAS adalah untuk menghilangkan halangan atau kendala-
kendala yang dialami individu-individu yang berasal dari struktur sosial dan kelas dalam
masyarakat. Dengan hilangnya kendala-kendala tersebut diharap-kan individu-individu
dapat memberdayakan diri untuk mengembangkan definisi baru tentang eksistensinya
serta dapat secara bebas mengekspresikan pendapat.4
CAS tidak mengemukakan pandangannya tentang keadilan, melainkan hanya
sebatas mengkritisi kelemahan-kelemahan yang melekat pada setiap konsep dan teori
keadilan yang ada, termasuk keadilan yang diyakini oleh masyarakat.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
27/197
dibangun oleh Frankfurt =chool ?maJhab 9ranfrut@ pada awalnya dilatarbelakangi tradisi
pemikiran kritis yang dibangun ar1,)* yang kemudian dikembangkan lagi oleh
penganutnya yang disebut kelompok pemikir =eo-'arIian. Dengan demikian, akar dari
CAS sebenarnya adalah teori-teori ar1yang direinterpretasikan.)!'enurut ar1, faktor
yang menentukan sejarah di dunia ini bukanlah politik atau ideologi, melainkan ekonomi.
5nilah yang kemudian menjadi dasar ajarannya. 5tulah sebabnya ar1 memusatkan
perhatian-nya pada ilmu ekonomi, khususnya ekonomi kapitalistik serta pengaruhnya ter-
hadap kehidupan sosial masyarakat. "eori besar yang dibangun oleh Karl ar1adalah
utilitarianisme yang pada garis besarnya menyatakan bahwa setiap perilaku sebenarnya
diarahkan untuk kepentingan tertentu. 6ermasalahnnya adalah apakah ada keadilan ?atau
setidaknya keseimbangan@ dalam mewujudkan kepentingan itu, karena di dalam
masyarakat terdapat ketidaksamaan kelas yang menimbulkan dominasi politik, ekonomi,dan ideologi yang dilakukan oleh kelas masyarakat yang lebih tinggi ?borjuis@ terhadap
kelas yang rendah ?proletar@.)$
"eori-teori kritis ?critical theory@ bukan sekadar kontemplasi pasif, me-lainkan
bersifat emansipatoris. Dikatakan bersifat emansipatis karena bukan sekadar hendak
mendeskripsikan gejala sosial sebagaimana tampak dalam dunia indrawi, melainkan juga
bermaksud membangkitkan kesadaran baru untuk melihat realita di balik yang tampak
secara indrawi. Joe %! Kin+heloedan 6eter %! +%arensebagaimana dikutip '!0! Adji
Samekto, menyebutkan teori-teori kritis juga bermaksud untuk melakukan transformasi
bentuk-bentuk apatisme ?ke-masabodohan@ maupun kesalahpahaman yang sejalan
dengan waktu telah mem-bentuk sesuatu yang fenomena yang dianggap nyata.)Senada
dengan itu adalah 2i+toria Smith $kstrand et! al. yang mengatakan:
)*"okoh materilisme historis yang utama Karl ar1lahir di "rier, 7erman tahun
!;!; dari suatu keluarga ahudi terkemuka. Sesudah studi hukum dan filsafat di
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
28/197
#ritical @egal =tudies was born of a social mo)ement but ne)er e)ol)ed into or
directly attached itself to one! From its beginning #@= was subject to a series of
internal and eDternal pressures which reflected a distinct and real anDiety about
the role of legal education in eDposing and o)erhauling legal institutions and the
law itself! #@= was )iewed as an attack on the legal academy!&))
6ada kesempatan lain, 2i+toria Smith $kstrandet! al. mengemukakan:
%s #@= scholars ha)e noted the law is embedded with ideology itself and
cannot be
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
29/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
30/197
Dalam kaitannya dengan hukum, 9A" memiliki pemikiran utama yang
memberikan penekanan pada kelompok kontemporer seperti ;ational "rgani:ation for
9omen, dengan menyatakan bahwa subordinasi perempuan berakar dari serangkaian
hambatan berdasarkan adat kebiasaan dan hambatan hukum yang membatasi masuknya
serta keberhasilan perempuan pada apa yang disebut sebagai dunia publik. Sebagai
akibat dari proses peminggiran yang ber-asumsi perempuan tidak secerdas laki-laki,
sehingga potensi yang sesungguhnya dari perempuan tidak terpenuhi. 'etode kajian
hukum feminis menurut Barlettberakar pada epistemologi yang memfokuskan pada tiga
faktor: Pertama, menanyakan kepada perempuanE tentang apa yang perlu diungkapkan,
yang biasanya hanya bersikap diamE dan terlarang. 1arus dilihat apakah hukum mem-beri
implikasi gender dan tidak mengekalkan subordinasi perempuan. Kedua, metode ini
mengutamakan alasan praktis feminisE yang meliputi beberapa aspek deduktif logis, tetapidimasukan dalam pertimbangan pengalaman-pengalaman unik dan menekan.
6endekatan ini tidak hanya dalam satu dimensi fenomena, te-tapi menyoroti sebagai
dilema multiperspektif, kontradiksi dan inkonsistenE. Ketiga, munculnya kesadaran.
"ujuannya adalah untuk penguatan individu dan kelompok dan tidak untuk dendam
pribadi. 1al ini diperoleh karena pengalaman konkrit dari tekanan, refleksi diri dan proses
berteori.2*
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
31/197
sebagai superordinat dalam kerangka hubungan dengan perempuan yang dijadikan
sebagai subordinatnya.
6atriarkhi menurut
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
32/197
pembangunan tanpa mempersoalkan hak serta kepentingan mereka yang dinilai tidak adil,
sedangkan feminisme memandang perempuan memiliki aktifitas dan inisiatif sendiri untuk
memperjuangkan hak dan kepentingan tersebut dalam berbagai gerakan.
Dalam membahas masalah feminisme, terlebih dahulu harus dipahami konsep
seks dan konsep gender. 9akih ?!884:4-8@ menjelaskan kedua konsep tersebut sebagai
berikut. 6engertian seks atau jenis kelamin merupakan pensyifatan atau pembagian dua
jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin
tertentu. Seks atau jenis kelamin secara permanen tidak berubah dan merupakan
ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan "uhan atau kodrat.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
33/197
ketimpangan gender.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
34/197
penindasan terhadap perempuan terjadi di semua kelas. =amun, berbeda dengan
feminisme radikal yang menganggap perbedaan biologis sebagai sumber ketidak adilan
terhadap perempuan tidak semata-mata disebabkan oleh perbedaan biologis, tetapi lebih
disebabkan oleh penilaian dan anggapan akibat konstruksi sosial terhadap perbedaan
tersebut.
Sejalan dengan hal-hal di atas, Sofia dan Sugihastuti ?$**:$3@ menyimpulkan
bahwa munculnya ide-ide feminis berangkat dari kenyataan bahwa munculnya ide-ide
feminis berangkat dari kenyataan bahwa konstruksi sosial gender yang ada mendorong
citra perempuan masih belum dapat memenuhi cita-cita persamaan hak antara laik-laki
dan perempuan. esadaran akan ketimpangan struktur, sistem dan tradisi dalam
masyarakat kemudian melahirkan kritik feminis feminis yang termanifestasi dalam
berbagai bentuk ekspresi, baik melalui sikap, penulisan artikel, novel maupun melaluimedia lain. Semua ini dilakukan dalam rangka mentransformasikan gagasan atau
pandangan sosial masyarakat.
ritik feminis dalam kesusastraan dikenal sebagai kritik sastra feminis. oder
?Sugiastuti dan Suharto, $**$:2@ menyebutkan bahwa kritik sastra feminis bukan berarti
bahwa pengkritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, atau kritik tentang
pengarang perempuan.
Dalam kritik sastra feminis, yang tidak dapat disingkirkan adalah jiwa analisanya,
yakni analisa gender. #da lima konsep analisis gender yang digunakan sebagai dasar
analisi ?Sugihastuti dan Suharto, $**$:$-$)@. 6ertama, perbedaan gender ialah
perbedaan dari atribut-atribut sosial, karakteristik, perilaku, penampilan, cara berpakaian,
harapan , peranan, dan sebagainya yang dirumuskan untuk perseorangan menurut
ketentuan kelahiran. edua, kesenjangan gender ialah, perbedaan dalam hak berpolitik,
memberikan suara, dan bersikap antara laki-laki dan perempuan. etiga genderJation
ialah pengacauan konsep pada upaya menempatkan jenis kelamin pada pusat perhatian
identitas diri dan pandangan diri terhadap orang lain. e empat, identitas gender ialah
gambaran tentang jenis kelamin yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan oleh tokoh yang
bersangkutan. 1al ini menimbulkan perbedaan perilaku sesuai dengan karakteristik
biologis. elima, gender role, ialah peranan perempuan atau peranan laki-laki yang
diaplikasikan secara nyata.
teori (eminis dan kondisi di Indonesia
9ilsafat hukum feminis menjadi bagian penting dalam mewujudkan keadilan
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
35/197
sebagaimana dikutip oleh niken savitri, pengetahuan bukan dating dari apa yang kita
pelajari dari kehidupan kita, akan tetapi, dari sesuatu yang telah ada menurut otoritas-
otoritas tersebut, maka bahasa kita tidak dapat diterjemahkan dan dimengerti, dan
kekerasan yang kita alami tidak dapat ditanggapi. onsep gender adalah pembagian
peran, kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh
masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut
norma-norma, adat-istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. 5ndonesia adalah
negara berdasarkan 6ancasila, namun keadilan sosial belum merupakan asas utama
dalam pembentukan hukum di 5ndonesia. eadilan sosial masih jauh dari harapan
sebenarnya, dimana dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan belum dipandang
sebagai suatu asas hukum.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
36/197
keilmuanya@ tetapi masih banyak masyarakat yang belum memahami dengan benar istilah
tersebut. (ntuk itu, tidak ada salahnya jika mengulas sebentar sejarah perbedaan gender
antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan terjadi melalui proses yang sangat
panjang dan dibentuk oleh beberapa sebab, seperti kondisi sosial budaya, kondisi
keagamaan dan kondisi kenegaraan.
ondisi sosial budaya dan agama menjadi elemen yang sangat mempengaruhi
adanya pembahasan gender yang sosial budaya masyarakat eropa yang bersifat
individualisme semakin memperkuat faham ini berkembang pesat disaping teknologi
informasi sangat mudah dijumpai dan digunakan di daerah ini juga masyarakatnya yang
mempunyai hasrat yang tinggi dalam membahas sesuatu yang baru, sedangkan
masyarakat dunia di belahan timur masih kental dengan budaya komunal dengan budaya
komunal di mana masyarakatnya masih sering berpatokan, taklit secara buta dengan sangtokoh tersebut, mereka belum berani berbeda dengan pandangan sang tokoh.
etidak sinkronan pemahaman gender dengan sosial budaya, kebudayaan dan
sistem kenegaraan membuat adanya perbedaan gender sering dianggap menjadi
ketentuan "uhan yang bersifat kodrati atau seolah-olah bersifat biologis yang tidak dapat
diubah lagi. 1al inilah yang sebenarnya bisa menyebabkan awal terjadinya ketidak adilan
gender di tengah-tengah masyarakat.
.3hurin Tsuro))a!!!/
1ukum progresif memang masih berupa wacana tapi kehadiranya terasa sangat
dibutuhkan oleh masyarakat yang sudah mengalami krisis kepercayaan terhadap hukum
yang berlaku sekarang ini. Dengan pendekatan yang komprehensif dan multidisipliner
Satjipto %ahardjo menggagas teori ini sebagai bentuk keprihatinan terhadap
perkembangan teori hukum yang kurang di 5ndonesia .
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
37/197
sebatas studi tentang peraturan, tapi juga melihat efek dan bekerjanya hukum. e empat,
hukum alam yang memandang hukum tidak terlepas dari nilai-nilai moral yang bersifat
transendental. elima, studi hukum kritis, dimana madJhab ini tidak puas dengan hukum
modern karena hukum modern sarat dengan prosedur dan secara tidak lansung mengenai
masyarakat. 6engaitan hukum progresif dengan kelima teori hukum ini beralasan karena
dinamika yang telah mengemuka tentu mengalami perubahan yang signifikan. esadaran
hukum sebagai sebuah proses untuk terus menjadi melahirkan kesadaran baru bahwa
hukum terus menerus mencari jati diri.
7ika dikaitkan dengan judul 7ika 6enerapan 6rinsip eadilan dalam
peraturan perundang-undangan dan putusan hakim pada perkara kekerasan
terhadap istri ditinjau dari teori hukum progresif ?studi kasus di daerah istimewa
yogyakarta, membangun prinsip keadilan gender yang progresif@&, maka konsepteori hukum feminis jika diterapkan secara kaku akan kurang sesuai dengan kondisi
masyarakat dan sistem hukum yang ada di 5ndonesia, karena teori hukum feminis terlahir
dari negara barat yang itu sangat berbeda kondisi sosial budaya masyarakat yang ada di
5ndonesia juga sistem hukum yang berbeda pula.
4! Teori Keadilan enurut Hukum Islam
eadilan hanya bisa dipahami jika ia diposisikan sebagai keadaan yang
hendak diwujudkan oleh hukum. (paya untuk mewujudkan keadilan dalam
hukum tersebut merupakan proses yang dinamis yang memakan banyak waktu.
(paya ini seringkali juga didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung
dalam kerangka umum tatanan politik untuk mengaktualisasikannya.2!
'embahas mengenai keadilan, harus diketahui terlebih dahulu makna dari
kata OadilO itu sendiri. #dil merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh
manusia dalam rangka menegakkan kebenaran kepada siapa pun tanpa kecuali
walaupun akan merugikan dirinya sendiri.2$Secara etimologis OadilO 3al-Eadl4 berarti
tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan yang satu dengan yang
lain, sedangkan secara terminologis adil berarti mempersamakan sesuatu yang
lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran sehingga sesuatu itu menjadi
2!!Carl 7oachim 9riedrich, "p!#it! 1lm $8
2$ Aihat. #bdul #Jis Dahlan.?et al@.!883. /nsiklopedia Hukum Islam!7akarta: 5chtiar
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
38/197
tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. #dil juga berarti berpihak
atau berpegang kepada kebenaran.2
ata Eadl dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak $; kali dalam al-
Xuran. ata Eadl sendiri disebutkan ! kali, yakni pada Surat al-
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
39/197
seseorang harus menetapkan putusan dengan adil sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh#llah SB", tidak memihak kecuali kepada kebenaran dan tidak
pula menjatuhkan sanksi kecuali kepada yang melanggar, tidak menganiaya
walaupun lawannya dan tidak pula memihak kepada temannya.22/leh karenanya
tugas seorang yang telah diberi amanat untuk memberikan keadilan pada
nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada #llah SB".
eadilan dalam 5slam merupakan perbuatan yang paling takwa atau
keinsyafan ketuhanan dalam diri manusia. eadilan tidak hanya merupakan dasar
dari masyarakat muslim yang sejati, sebagaimana di masa lampau dan
seharusnya di masa mendatang. Dalam 5slam, antara keimanan dan keadilan
tidak terpisah. /rang yang imannya benar dan berfungsidengan baik akan selalu
berlaku adil terhadap sesamanya. 1al ini tergambar dengan sangat jelas dalamSurat al-'aidah ayat ; sebagai berikut:
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
40/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
41/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
42/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
43/197
menyebabkan beberapa perbedaan dan penyimpangan dalam aliran-aliran
hukum klasik.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
44/197
melahirkan dua sistem hukum otonom, yakni %nglo-Muhammadan law dan *roit
musulman %lgerien! 6ada akhimya, penerimaan ide-ide politik
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
45/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
46/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
47/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
48/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
49/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
50/197
6ara sarjana hukum dengan paradigma legal-positivisme percaya bahwa hukum
adalah sebuah mekanisme untuk mendistribusikan keadilan dari negara kepada
masyarakat. 1al yang digolongkan sebagai hukum itu termasuk juga berbagai produk
hukum, dan kebijakan yang lahir dari lembaga legislatif yang otoritatif. Sayangnya, dalam
praktik ketatanegaraan 5ndonesia, hal ini bertentangan dengan realita dan akal sehat
rakyat. 'asyarakat dipaksa untuk percaya bahwa berbagai produk hukum dan kebijakan
itu adalah demi kepentingan segenap masyarakat, meskipun kenyataannya masyarakat
justru dirugikan.
5dealnya, prinsip persamaan di hadapan hukum ?e0uality before the law@, dalam
praktik, baru efektif bila setiap orang memiliki akses yang sama kepada sumber daya dan
keadilan.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
51/197
yang dapat memberikan jawaban pertanyaan di atas. Dengan demikian akan dapat
dihasilkan identifikasi masalah dan rekomendasi terhadap upaya pembaharuan hukum.
(jian terhadap kasus pengalaman perempuan akan menunjukkan bahwa ternyata pada
tataran substansial masih banyak produk hukum nasional yang mengandung pasal-pasal
yang berimplikasi merugikan perempuan. 6engalaman perempuan sering diabaikan, tidak
diperhitungkan, dan luput dari pembahasan dan pemikiran dalam perumusan berbagai
peraturan perundangan dan kebijakan. Dengan demikian, sebenarnya kendala
perempuan untuk mendapatkan keadilan dapat ditelusuri sejak dari proses perumusan
hukum sampai praktik pelaksanaannya.
/bjektivitas dan netralitas hukum kembali dapat dipertanyakan bila kita melihat,
misalnya, bagaimana perempuan ditempatkan dalam (ndang-(ndang perkawinan kita
?(ndang-(ndang =omor ! "ahun !84) tentang 6erkawinan@. Dalam 6asal ayat ?!@(ndang-(ndang 6erkawinan dikatakan bahwa perkawinan 5ndonesia berasas monogami.
=amun dalam pasal yang sama, ayatnya berbeda, 6asal ayat ?$@, segera dikatakan
bahwa suami dapat menikah lagi asal disetujui oleh pengadilan dengan sejumlah syarat
yang seolah-olah berat. #lasan suami untuk dapat menikah lagi, dianggap wajar, dan tidak
dipertanyakan, bagaimanakah sekiranya alasan yang sama diajukan oleh istri, bisakah dia
juga menikah lagi0 6ertanyaan ini tidak dimaksudkan sebagai tuntutan agar istri juga
diperkenankan untuk melakukan poligami, tetapi akan ditunjukkan betapa standar ganda
telah diterapkan dalam undang-undang tersebut.
"erkait penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, ada pula
onvensi 6erserikatan
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
52/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
53/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
54/197
sosial, budaya dan sipil. onvensi mendorong diberlakukannya 6eraturan 6erundang-
undangan =asional yang melarang diskriminasi dan mengadopsi tindakan-tindakan
khusus sementara untuk mempercepat kesetaraan de factoantara laki-laki dan
perempuan, termasuk merubah praktik kebiasaan dan budaya yang didasarkan
pada inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau peran steritipe untuk laki-
laki dan perempuan, ujarnya.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
55/197
bangsa 5ndonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat istiadat,kebudayaan dan nilai-
nilai religious.43
Sila eadilan Sosial
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
56/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
57/197
a. hukum yang dibuat di 5ndonesia haruslah bertujuan mem bangun
dan menjamin integrasi negara dan bangsa 5ndonesia baik secara teori
maupun ideologi+b. hukum yang dibuat di 5ndonesia haruslah didasarkan pada demokrasi
dan nomokrasisekaligus+c. hukum yang dibuat di 5ndonesia harus ditujukan untuk membangun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat 5ndonesia+d. hukum yang dibuat di 5ndonesia haruslah didasarkan pada toleransi
beragama yang berkeadaban yakni hukum yang tidak
mengistimewakan atau mendiskriminasi kelompok tertentu berdasar
besar atau kecilnya pemelukan agama.
eadilan Sosial adalah sila kelima dalam 6ancasila. Sila kelima ini
tidak lain merupakan ujung harapan dari semua sila lainnya. Sila pertama
sampai dengan sila keempat saling berkaitan satu sama lain. etuha..!.an ang 'aha
Nsa, emanusiaan ang #dil dan
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
58/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
59/197
Diskurus kesetaraan gender yang selalu digaungkan oleh kaum progresif,
menurut hemat penulis dilatar-belakangi oleh dua permasalahan utama ?grand problem@.
6ertama adalah problem historis, yaitu adanya persinggungan dan persentuhan antara
5slam dan peradaban arab serta agama-agama sebelumnya. Sedangkan yang kedua
adalah penafsiran teks-teks agama yang bersifat subjektif-tekstualis. problem yang
pertama adalah problem historis. 5slam, 6roblem yang kedua adalah model tafsir ayat-ayat
keagamaan yang cenderung subjektif-tekstualis.
Bacana kesetaraan gender terus menerus digaungkan oleh kalangan yang
menganggap bahwa telah terjadi kekeliruan terhadap interpretasi ayat gender. etidak
setaraan gender ?gender ineKuality@ yang selama ini telah melembaga dalam kehidupan
mereka dan didukung oleh ajaran-ajaran keagamaan yang ditafsirkan oleh kalangan
secara subjektif oleh kalangan yang terjebak pada pandangan subjektifnya terhadap ayat-ayat gender yang pada akhirnya melahirkan interpretasi-interpretasi yang bias gender,
yang tentunya produk tafsir tersebut sangat merugikan kaum wanita.
'enghadapi problem subjektifitas dalam penafsiran teks-teks keagamaan,
beberapa kalangan progresif menawarkan solusijalan keluar sebagai jembatan untuk
menuju produk tafsir yang tidak bias gender, tentunya dengan pendekatan metodologi
penafsiran teks-teks keagamaan secara kontekstual.
%iffat 1assan, sebagai kaum progresif dan tokoh yang sangat kental dengan
gaungan& kesetaraan gendernya, mencoba merekonstruksi metodologi penafsiran ayat-
ayat gender.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
60/197
isinya saling bertentangan, bahkan pengertian-pengertian itu saling mengukuhkan dan
membentuk satu system nilai yang utuh. hal ini digunakan %iffat untuk menilai seluruh
sumber nilai lainnya. Ketiga, prinsip etik dijadikan sebagai verifikasi terhadap hasil
penafsiran itu, artinya suatu penafsiran dianggap sah dan benar ketika sejalan dengan
prinsip etik dan nilai-nilai keadilan?)alues of justice@ dan sebaliknya penafsiran itu batal
dengan sendirinya jika mengabaikan dan bertentangan dengan etika dan nilai-nilai
keadilan tadi;).
bagaimana tolok ukur keadilan itu sendiri0 'enurut #bdul 'ustaKim setidaknya
terdapat empat kriteria keadilan, yaitu !@ tidak ada jenis kelamin yang tersubordinasi oleh
yang lain, $@ tidak ada marginalisasi terhadap jenis kelamin dengan mengurangi atau
menutup kesempatan, @ bebas dari stereotype yang sebenarnya hanya mitos, dan )@
tidak ada yang menanggung beban lebih berat dari yang lain.;2
esan umum dari rekonstruksi metodoliogi intertretasi yang ditawarkan %iffat
1assan adalah pandangan bahwa dialektika antara teks dan konteks dimana teks itu
diturunkan. 'enurut %iffat, adalah tidak mungkin untuk mengartikan kata-kata #rab tanpa
mempertimbangkan dan mengetahui sejarah dan konteksnya.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
61/197
bahasa yang sama dan struktur sintaksis yang digunakan dalam al-XurEan, )@ berpegang
teguh pada prinsip-prinsip dasar al-Xuran, dan 2@ dalam konteks al-XurEan sebagai
word)iew atau pandangan hidup.;3 6erpaduan kelima teks ini akan meminimalisir
subjektifitas dan mendekatkan hasil pembacaan kepada maksud teks yang sebenarnya.
Dalam model penafsiran seperti itu tentu saja diperlukan ilmu-ilmu sosial sebagai
perangkatnya, seperti sejarah, sosiologi, bahkan ekonomi dan politik.
kedua metodologi yang ditawarkan oleh %iffat 1assan dan #mina Badud,
menurut hemat 6enulis memiliki kesamaan dan saling mendukung antara satu dan
lainnya. 5nti dari kedua tawaran metodologi interpretasi ayat-ayat gender adalah
historisasi hal-hal )ang partikularsebagaimana dikatakan oleh
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
62/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
63/197
Demokrasi sebagai sebuah gagasan yang percaya pada prinsip kebebasan, kesetaraan,
dan kedaulatan manusia untuk mengambil keputusan menyangkut urusan publik, secara
mendasar bisa dikatakan parallel dengan prinsip H prinsip dasar ajaran 5slam. #rtinya
pada dataran prinsipil antara 5slam dan demokrasi tidaklah bertentangan.
K$A&I%AN ,$N&$R 7AN, PR#,R$SI' .ditam*ah kriteria!!!/
ondisi saat ini, putusan pengadilan yang progresif masih bergantung pada
gerakan publik, argumentasi para pembela bagi orban"erdakwa dan jaksa yang mampu
memaparkan fakta hukum, memenuhi unsur dalam hukum pidana dan analisa gender.
=amun, argumentasi ini juga membutuhkan hati nurani hakim. Sehingga sistem haruslah
disusun guna membentuk nurani hakim progresif berani melakukan terobosan hukum.
Sehingga gambaran penegakan hukum mengenai pelaksanaan (ndang-(ndang =omor
$ "ahun $**) tentang 6enghapusan ekerasan dalam %umah "angga, sebagai berikut:
6utusan 6engadilan belum menunjukkan pertimbangan hukum merujuk pada the
#on)ention on the /limination of %ll Form of *iscrimination %gainst 9omen?CND#B@ dan
instrumen hukum internasional lainnya dalam memberikan keadilan dan mencegah
diskriminasi hukum+
6erempuan korban belum mendapatkan perlindungan hukum di lingkungan
peradilan. Balaupun sistem telah terbangun, sebagaimana diatur dalam (ndang-(ndang
=omor $ "ahun $**) tentang 6enghapusan ekerasan dalam %umah "angga dan S6',
implementasinya belum melibatkan seluruh #61 secara optimal.
#nalisa gender belum terintegrasi dalam pemeriksaan prosedural sehingga
sistem hukum belum mengakomodir perlindungan bagi korban+"idak ada keterkaitan antara peradilan umum dan peradilan agama, terutama
dalam penanganan kasus perceraian berdimensi kekerasan dalam rumah tangga yang
dihadapi perempuan muslim. Sehingga dimensi kekerasan dalam rumah tangga yang
muncul dalam perceraian tidak bisa langsung ditangani oleh peradilan umum.
6enegakan hukum di 5ndonesia saat ini, dinilai tidak mencerminkan keadilan dan tindak
berpihak pada masyarakat luas. Sorotan tajam ditujukan kepada aparat penegak hukum,
yaitu polisi, jaksa, hakim serta advokat, yang dipersalahkan sebagai penyebab
merosotnya kewibawaan hukum. (ndang-undang sebagai salah satu pedoman hakim
dalam memeriksa, mengadili dan menjatuhkan putusan, kadang kala belum ada, tidak
lengkap dan tidak jelas, sehingga hakim dituntut untuk menemukan, melengkapinya atau
i k j l k k t t h k d i li t ik ti
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
64/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
65/197
ciri tersebut karena konteks sejarahnya munculnya hukum modern dalam #onstitutional
=tate sebagai reaksi terhadap kekacauan& yang diakibatkan oleh sistem hukum era
sebelumnya yakni absolutisme. Sehingga pada awalnya memang model hukum modern
ini cukup efektif dalam upaya penertiban masyarakat. =amun dalam perkembangannya,
terutama di luar negara-negara Nropa ontinental, model hukum positif sebagai ciri hukum
modern semakin tidak ampuh& dalam mengatasi perkembangan kasus-kasus yang dipicu
oleh perubahan sosial akibat pesatnya kemajuan teknologi. /leh sebab itu negara-negara
maju seperti#merika Serikat mencoba untuk memformulasikan sistem hukumnya dengan
apa yang disebut anglo-american common law&. Sebab utama kegagalan model hukum
modern dalam mengantisipasi perubahan sosial akibat pesatnya teknologi di bidang
transportasi, komunikasi dan informasi adalah sifatnya yang cenderung otonom, sehingga
tidak fleksibel dan dengan sendirinya sulit untuk menjadi responsif terhadapperkembangan rasa keadilan. enyataan yang sangat tidak menguntungkan adalah
keberadaan hukum modern di 5ndonesia. #pabila dilihat dari latar belakang sejarahnya,
hukum modern yang dipaksakan& berlaku dalam politik pembangunan hukum 5ndonesia
sejak Paman olonialhingga 5ndonesia merdeka, adalah ibarat &benda asing& yang tidak
tumbuh secara alami seiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya 5ndonesia
?not de)eloped from within but imposed from outside@.
Secara spesifik proses pembuatan hukum positif di 5ndonesia belakangan ini
menunjukkan keadaan yang cenderung tidak semakin baik. 1al tersebut dapat diamati
dari beberapa indikator sebagai berikut:
! 6andangan pada umumnya mengemuka adalah rendahnya kapasitas dan kualitas
sumber daya manusia yang ada pada lembaga pembuat hukum positif di 5ndonesia
khususnya anggota Dewan 6erwakilan %akyat+
$ 6roses penyusunan sebuah produk perundang-undangan yang pada umumnya
memakan waktu yang sangat panjang dan biaya yang sangat mahal+
epentingan politik dan ekonomi yang masih sangat menonjol pada setiap proses
penyusunan produk perundang-undangan+
) 'asih kurangnya partisipasi publik pada proses penyusunan produk perundang-
undangan mulai dari draf rancangan undang-undang hingga pada pembahasan di
lembaga legislatif.
eadaan tersebut akan berimplikasi pada produk hukum positif ?peraturan perundang-
undangan@ di 5ndonesia yang berkualitas rendah, timpang, tidak mampu mewujudkan
keadilan substansial dan tidak memiliki kemampuan untuk merespon perkembangan
masyarakat ?termasuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi@. Sementara itu kuatnya
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
66/197
Kondisi penegakan hukum di Indonesia dari 8aktu ke 8aktu tampak tidak
semakin *aik! Hal terse*ut dapat dilihat dari *e*erapa indikator se*agai *erikut9
! ebijakan yang bersifat partikularistik sehingga menyebabkan kesulitan dalam
mewujudkan sistem peradilan terpadu+
$ uatnya pengaruh kekuatan politik dan ekonomi yang membuat lembaga- lembaga
peradilan tidak independen+
Sistem rekrutmen dan pembinaan sumber daya manusia ?khususnya aparatur
penegak hukum@ yang belum ideal+
) eterbatasan fasilitas pendukung proses penegakan hukum, termasuk sistem
kontraprestasi bagi aparatur penegak hukum dan akses peningkatan kapasitas diri+
2 urang berfungsinya mekanisme ontrol dalam penyelenggaraan peradilan.
eadaan demikian telah menyebabkan berbagai ketidakberdayaan& dalam prosespenegakan hukum. etidakberdayaan tersebut dapat berupa: ketidakberanian untuk
mengambil sikap atau pilihan tindakan yang secara formal bertentangan atau tidak ada
aturannya dalam undang-undang+ ketidakmampuan untuk secara kreatif menafsirkan
undang-undang dalam penyelesaian perkara baru yang belum ada aturannya+ dan
ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk membuat terobosan atau inovasi dalam
pemaknaan sebuah aturan dalam undang-undang untuk mewujudkan keadilan sesuai
dengan rasa keadilan masyarakat.
enyataan tentang kesuraman hukum di 5ndonesia, telah mendorong SATJIPT#
RAHAR&J# untuk menawarkan suatu konsep pemikiran hukum yang disebut hukum
progresif. 1ukum progresif di mulai dari asumsi dasar bahwa hukum adalah institusi yang
bertujuan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat
manusia bahagia, atau dengan perkataan lain, hukum progresif merupakan hukum yang
ingin melakukan pembebasan baik dalam cara berpikir maupun bertindak dalam hukum,
sehingga mampu membiarkan hukum itu mengalir saja untuk menuntaskan tugasnya
mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan. ehadiran gagasan 1ukum 6rogresif
merupakan harapan baru dalam memperbaiki keterpurukan penegakan hukum di
5ndonesia. >agasan hukum progresif bisa dipandang sebagai sarana untuk
mendayagunakan hukum dalam mewujudkan tujuan keadilan sosial dan kesejahteraan
masyarakat. Sejumlah praktisi mulai banyak yang tertarik pada aliran hukum progresif.
'ereka mengatakan prinsip-prinsip hukum progresif lebih operasional dari pada aliran
hukum yang lain ?misalnya aliran hukum kritis@. =amun demikian mereka menghendaki
terwujudnya kisi-kisi hukum progresif sebagai pedoman baku dalam menjalankan
profesinya.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
67/197
Dengan kebijaksanaan hukum progresif mengajak untuk memperhatikan faktor
perilaku manusia. /leh karena itu, hukum progresif menempatkan perpaduan antara
faktor peraturan dan perilaku penegak hukum di dalam masyarakat. Di sinilah arti penting
pemahaman gagasan hukum progresif, bahwa konsep hukum terbaik mesti diletakkan
dalam konteks keterpaduan yang bersifat utuh ?holistik@ dalam memahami problem-
problem kemanusiaan. Dengan demikian, gagasan hukum progresif tidak semata-mata
hanya memahami sistem hukum pada sifat yang dogmatik, selain itu juga aspek perilaku
sosial pada sifat yang empirik. Sehingga diharapkan melihat problem kemanusiaan secara
utuh berorientasi keadilan substantif. Salah satu masalah yang dihadapi bangsa ini adalah
tidak adanya kepastian hukum. agasan hukum progresif dipandang bertentangan dengan prinsip kepastian
hukum. 6emaknaan secara luas dipandang kaum positivis sebagai ketidaktertiban atau
kesewenangan.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
68/197
mungkin dilakukan adalah dengan melakukan gerakan internalisasi spirit hukum progresif
dalam pengembangan hukum baik dalam tataran keilmuan maupun tataran praktik.
6enolakan atau pandangan keliru terhadap gagasan hukum progresif pada
umumnya disebabkan karena pemahaman yang tidak utuh terhadap konsep hukum
progresif. 6enjelasan yang lengkap dan bernas mengenai apa dan bagaimana hukum
progresif diharapkan bisa merubah cara pandang dan perilaku dalam berhukum. 5ni
merupakan tantangan tersendiri sebab tidak mudah menjelaskan konsep hukum progresif
yang utuh dalam waktu yang singkat. "idak kalah pentingnya adalah mengembangkan
hukum progresif dalam dunia praktik hukum. 1al ini bisa dilakukan dengan upaya
mendorong agar sikap, perilaku, cara bernalar serta cara bertindak dalam penerapan
hukum mengacu spirit dan prinsip-prinsip hukum progresif. "antangan yang harus
dihadapi tentu saja adalah sistem hukum 5ndonesia yang hingga kini masih didominasidoktrin positivisme. 9akta yang terjadi di 5ndonesia adalah kebanyakan penegak hukum
termasuk hakim dalam proses penegakan hukum belum dilandasi oleh pemikiran hukum
progresif melainkan dilandasi oleh pemikiran hukum positivistik-legalistik dengan
memandang hukum hanyalah berupa undang-undang dan semata-mata untuk mengejar
kepastian hukum, dengan mengorbankan keadilan sosial masyarakat.
eadilan merupakan konsep abstrak yang tidak mudah untuk dikonkritkan dalam
suatu rumusan yang dapat mendeskripsikan esensinya. SATJIPT# RAHAR&J#
mengidentifikasi definisi keadilan, antara lain:pertama, memberikan kepada setiap orang
yang seharusnya diterimanya+ kedua, memberikan kepada setiap orang yang menurut
aturan hukum menjadi haknya+ ketiga, kebajikan untuk memberikan hasil yang telah
menjadi bagiannya+ keempat, memberikan sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan
orang+ kelima, persamaan pribadi+ keenam, pemberian kemerdekaan kepada individu
untuk mengejar kemakmurannya+ ketujuh, pemberian peluang kepada setiap orang
mencari kebenaran+ dan kedelapan, memberikan sesuatu selayaknya. SU&IKN#
$RT#KUSU#mengemukakan keadilan sebagai penilaian terhadap perlakuan seseorang
terhadap yang lainnya dengan menggunakan norma tertentu sebagai parameternya.
;8
#dayang beranggapan, bahwa ukuran keadilan itu subjektif& dan relatif&. Subjektif karena
ditentukan oleh manusia yang berwenang memutuskannya tidak mungkin memiliki
;8 =urhasan 5smail $**4 Perkembangan Hukum Pertanahan Pendekatan
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
69/197
kesempurnaan absolut. %elatif karena bagi seseorang mungkin dirasakan sudah adil,
tetapi bagi orang yang lain belum tentu.
ARIAS!"! SUAR&J#N#menyatakan:
"idak mudah menentukan pilihan antara memutuskan sesuatu yang secara
formal memenuhi syarat ?keadilan formal@ namun tidak memenuhi keadilan
secara substansial atau mengutamakan terpenuhinya keadilan substansial
namun secara formal tidak memenuhi syarat.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
70/197
bermaJhab keadilan dalam suatu negara pun, menjadi kewajiban yang mestinya
dikedepankan. 6ersoalannya, itu tidaklah mudah. 6asalnya, upaya hakim menunjukkan
eksistensi keadilan mengalami proses di mana keadilan yang sebenarnya dibayang-
bayangi oleh moral, baik moral internal ?moral hakim@ maupun moral eksternal ?moral
penguasa atau masyarakat@ yang acapkali mempengaruhi suatu putusan.
Dalam hal moral internal, dimafhumi bahwa upaya untuk memposisikan fungsi
dan peran hakim yang bermoral, sering dihadapkan pada keinginan hakim sebagai sosok
manusia. 'estinya, ketika seseorang sudah menentukan pilihan menjadi hakim, nilai
moral harus, bahkan wajib melekat dalam diri seorang hakim agar hukum benar benar
menuju keadilan yang substantif. 'esti disadari, tugas hakim memang berat, karena tidak
sekadar mempertimbangkan kepentingan hukum an sich dalam memutus perkara,melainkan juga mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat agar terwujud adanya
kepastian hukum, sehingga hakim dituntut masyarakat berlaku adil. =amun, sebagai
manusia, hakim, dalam memutus suatu perkara, tidak mungkin memuaskan semua pihak.
endati begitu, hakim diharapkan menghasilkan putusan yang seadil-adilnya sesuai fakta
hukum di persidangan, yang didasari pada aturan dasar hukum yang jelas ?asas legalitas@,
serta disertai dengan hati nurani hakim.
7ika dikaitkan dengan judul 6enerapan 6rinsip eadilan dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan hakim pada perkara kekerasan terhadap
istri ditinjau dari teori hukum progresif ?studi kasus di daerah istimewa
yogyakarta, membangun prinsip keadilan gender yang progresif@&, maka konsep
keadilan gender progresif mempunyai gagasan sebagai sarana yang ideal untuk
mendayagunakan hukum dalam mewujudkan tujuan keadilan sosial dan kesejahteraanmasyarakat
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
71/197
dari subyektifitas penafsiran agama dan hakim, juga berarti berani bertindak konsekuen
dengan pemahaman sesuai kewenangan [email protected], 6roporsional, yakni menjamin
keterbukaan hukum tetapi juga membuka peluang menggunakan mekanisme non legal
?alternative dispute resolution@ atau dikenal alternative justice. e empat, berarti
penghormatan terhadap keberagaman dengan melihat konteks masyarakat 5ndonesia
yang pluralis di berbagai bidang kehidupan, termasuk budaya, agama, hukum adat dan
sebagainya, mengandung maksud juga pluralisme termasuk memahami ayat-ayat alKuran
secara historis bagi hal-hal yang bersifat partikular. elima, humanis dan tekstual, yaitu
kepedulian terhadap orang lain ?compation@ dan memahami hukum secara kontekstual
dengan pemaknaan yang sesuai hati nurani manusia serta pemahaman tentang
perundang-undangan baik secara tertulis maupun tersirat ?comprehention@ dalam arti
hukum diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia sehingga hukum adalah untuk manusiabukan sebaliknya manusia untuk hukum.
Kekerasan Terhadap Istri
,am*aran situasi kekerasan terhadap istri di &I7
ekerasan dalam rumah tangga terhadap istri di Daerah 5stimewa ogyakarta
telah berlangsung sejak lama namun karena tidak ada wadah untuk memberikan
perlindungan bagi korban maka kekerasan ini dulunya sangat jarang terdengar, namun
setelah adanya wadah untuk melindungi korban kekerasan terhadap ini seperti dinas
pemerintahan terkait dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, maka berita kekerasan
dalam rumah tangga terhadap istri ini baru terangkat ke permukaan.8#ngka kekerasan
dalam rumah tangga terhadap istri di Daerah 5stimewa ogyakarta dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan perempuan yang sebelumnya mengalamikekerasan, dulunya tidak mengerti bahwa perempuan itu dilindungi oleh payung hukum
(ndang-(ndang =omor $ "ahun $**) tentang 6enghapusan ekerasan dalam %umah
"angga, kemudian seiring berjalannya waktu perempuan-perempuan yang menjadi korban
kekerasan dalam rumah tangga ini telah cerdas sehingga memiliki pengetahuan akan hak-
haknya tentang jaminan perlindungan hukum yang diatur oleh (ndang-(ndang =omor $
"ahun $**) tentang 6enghapusan ekerasan dalam %umah "angga, sehingga korban,
dalam hal ini istri, mengadukan suaminya kepada pihak yang berwajib yang berakibat
meningkatnya jumlah kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri yang muncul ke
permukaan.8)
No! "ila)ah :;6; :;66 :;6: :;6< Januari- Jumlah
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
72/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
73/197
jenis kekerasan lainnya seperti kekerasan dalam pacaran, dan perkosaan masing-masing
! ?tiga puluh satu@ kasus dan $! ?dua puluh satu@ kasus.
Kategori Kasus(Case Categoty)
Tahun (Years) Jumlah
2009 2010 2011 2012 2013 Jan-Sep 2014
KTI #Wife Abuse$ 203 226 219 226 254 128 1%256
K&P #Dating Violence$ 28 43 40 28 14 14 167
P'K()AA* #Rape$ 28 31 43 29 44 17 192
P'!")'K) #Sexual Harassment$ 17 10 35 9 11 9 91
K&K #+amil, -iolence$ 6 10 9 11 2 4 42
Tra..ickin/ 1 1 1 0 1 0 4
!ain"lain 2 " " " 0 0 2
TOT! KS"S 285 321 347 303 326 172 1%754
Ta*el
Dari data "abel dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan
kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga pada tahun $**8 terdapat $* ?dua ratus
tiga@ kasus, pada tahun $*!* terdapat $$3 ?dua ratus dua puluh enam@ kasus, pada tahun
$*!! terdapat $!8 ?dua ratus sembilan belas@ kasus, pada tahun $*!$ terdapat $$3 ?dua
ratus dua puluh enam@ kasus, pada tahun $*! terdapat $23 ?dua ratus lima puluh enam@
kasus dan pada bulan 7anuari sampai dengan bulan September $*!) terdapat !$;
?seratus dua puluh delapan@ kasus. 7ika ditotal secara keseluruhan dari tahun $**8
sampai dengan tahun $*!) telah terjadi kasus kekerasan terhadap istri sebanyak !.$23
?seribu dua ratus lima puluh enam@ kasus.
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
74/197
1 6 2!
S'# Biraswastaawin
6sikis
)#9 6 $;
S' Biraswastaawin
6sikis
2'S 6 )
S! 5%"awin
6sikis
9ebruari
!
#S A 4
Diploma Swasta
awin
6sikis
$7# 6 )3
- 5%"awin
6sikis
'aret
!S 6 )$
S'N# 5%"awin
6sikis
$S' 6 3*
- Swastaawin
6sikis
SB A );
SA"# Swastaawin
6sikis
) NB 6 $2 - 'ahasiswa awin 6sikis
2DS 6 $4
S! 5%"awin
9isik,6sikis
#pril
!== 6 8
S! 6=Sawin
6sikis
$SB 6 )3
S'# Swastaawin
6sikis
%% 6 );
- aryawatiawin
6sikis
'ei!
B 6 *- -
awin6sikis
$=B 6 -
- -awin
Nkonomi,6sikis
D= 6 $)
- -awin
6sikis
7uni
!>>A 6 $8
S' Swastaawin
6sikis
$ #D 6 $) S'# - awin 6sikis
/ 6 $
S! 5%"awin
6sikis
)DN7 6 $2
S'# Swastaawin
9isik,6sikis
27# 6 $
S! -awin
7uli
!= 6 )$
S'6 Swastaawin
6sikis
$S" 6 8
D Swastaawin
6sikis
#gustus
!1B 6 8
S$ 6=Sawin
6sikis
September
! S! S t Nk i
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
75/197
D# 6 $8
SA"# Swastaawin
9isik,6sikis
Ta*el 4!&ata Kekerasan dalam Rumah Tangga :;64 %BH APIK 7og)akarta
7umlah data korban yang melakukan konsultasi terkait kekerasan dalam rumah
tangga pada bulan 7anuari hingga September tahun $*!) sebanyak $4 ?dua puluh tujuh@
kasus, namun sebenarnya data tersebut bukan merupakan data secara keseluruhan,
sebab jika ditotal secara keseluruhan maka angka tersebut akan meningkat karena
laporan atau konsultasi melalui telepon tidak dicatatkan dalam buku laporan untuk
didokumentasikan. #rtinya, tingkat kekerasan dalam rumah tangga di ogyakarta
sangatlah tinggi. ekerasan dalam rumah tangga menyita perhatian masyarakat dan
Aembaga
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
76/197
-
7/25/2019 Draft Disertasi Gea Bab II Fin
77/197
5stimewa ogyakarta@. Secara 6rosedur Standar 6elayanan di lembaga swadaya
masyarakat sebagai berikut:
! korban datang sendiri, dirujuk oleh rumah sakit atau 96, ((66# ataupun out
reacholeh internal lembaga swadaya masyarakat+
$ korban diterima oleh konsuler atau pendamping korban+
konseling awal+
) pengklasifikasian kondisi korban: kritis dan non-kritis+
2 jika korban melakukan penanganan medis, maka korban dirujukan ke rumah sakit+
3 mendamping