heat stroke

Upload: ika-krastanaya

Post on 09-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

heat stroke

TRANSCRIPT

Heat StressTekanan panas adalah ketika terdapat suatu pekerjaan yang berhunbungan dengan temperature udara yang tinggi, radiasi dari sumber panas, kelembaban udara yang tinggi, pajanan langsung dengan benda yang mengeluarkan panas, atau aktivitas fisik secara terus menerus yang mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan tekanan panas.[footnoteRef:2] Terjadinya tekanan panas adalah melalui kombinasi dari beberapa faktor (lingkungan pekerjaan dan pakaian) dan cenderung untuk meningkatkan suhu inti tubuh, detak jantung, denyut nadi, dan keringat. Dari definisi tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa tekanan panas merupakan kombinasi antara pajanan panas yang ditimbulkan oleh lingkungan dan panas yang dihasilkan dari aktifitas fisik manusia atau disebut juga dengan panas metabolik. Pajanan panas dipengaruhi oleh suhu udara kering, kelembaban, suhu basah, suhu global dan pergerakan udara atau angin. [2: NIOSH http://www.cdc.gov/niosh/topics/heatstress/ di unduh tanggal 18 Oktober 2014]

Terdapat beberapa penyakit yang berhubungan dengan tekanan panas yaitu heat syncope, heat cramp, heat exhaustion dan heat stroke, yang terakhir merupakan yang paling berat.Heat syncope adalah pingsan karena vasodilatasi perifer sekunder dengan suhu lingkungan yang tinggi. Heat cramp mengacu pada kram otot yang terjadi selama latihan di cuaca panas, yang berhubungan dengan defisiensi garam dan biasanya tidak berat. Namun, ada kasus yang dilaporkan seorang pemuda dengan pasca-latihan otot mengalami kram yang kemudian memenuhi kriteria laboratorium diagnostik untuk kerentanan terhadap hyperthermia ganas. Heat exhaustion terjadi ketika individu mengalami dehidrasi dan lemah. Mual dan muntah pun sering terjadi. Berkeringat berlebihan menyebabkan hilangnya sebagian besar air atau garam. Deplesi garam pada heat exhaustion biasanya terjadi ketika seseorang tidak dapat menyesuaikan diri pada iklim saat latihan dan hanya mengganti kehilangan air saja. Deplesi air pada heat exhaustion biasanya terlihat pada seseorang yang tidak mendapat asupan air yang memadai saat terpapar panas yang ekstrim. Apapun mekanismenya, seseorang bisa jatuh pada keadaan kolaps karena dehidrasi, deplesi garam dan hipovolemia. Heat exhaustion biasanya ditandai dengan keringat berlebihan, kelelahan, haus, kram otot biasanya pada perut,tangan atau kaki.Heat stroke adalah kondisi yang mengancam jiwa dimana suhu tubuh mencapai 400C atau lebih dan disfungsi sistem saraf yang menghasilkan delirium, kejang, atau koma. Heat stroke terjadi ketika suhu inti tubuh naik terhadap kegagalan sistem thermoregulasi. Suhu inti yang dimaksud adalah suhu rektal lebih dari 40,6C.Heat stroke dapat dibagi menjadi exertional heat stroke (EHS) dan non-exertional (klasik) heat stroke (NEHS). Exertional heat stroke, umumnya terjadi pada orang muda, orang yang sehat (misalnya, atlet, pemadam kebakaran, personil militer) yang terlibat dalam aktivitas fisik yang berat untuk jangka waktu lama dalam lingkungan yang panas. Non-exertional (klasik) heat stroke (NEHS) lebih sering mempengaruhi orang tua, orang-orang yang memiliki penyakit kronis, dan orang-orang yang sangat muda. Klasik NEHS terjadi selama gelombang panas lingkungan dan lebih umum pada daerah yang belum mengalami gelombang panas dalam bertahun-tahun. Kedua jenis heat stroke berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terutama jika terapi tertunda.[footnoteRef:3] [3: Grogan H dan Hopkins PM. Heat Stroke: Implication for Critical Care and Anesthesia. British Journal of Anesthesia. 2002; 88: 700-7]

Heat stroke harus dipertimbangkan pada setiap orang yang mengalami hipertermia dan perubahan status mental. Titik kunci dalam membedakan heat stroke dari heat exhaustion adalah pada heat stroke terdapat disfungsi sistem saraf pusat tapi tidak dalam heat exhaustion. Gejala klasik yang muncul pada disfungsi sistem saraf pusat adalah kebingungan, delirium, ataksia, kejang, dan koma. Otak kecil paling sensitif terhadap panas, dan ataksia dapat menjadi tanda awal terjadinya kerusakan pada otak kecil.[footnoteRef:4] [4: Waters, TA. Heat illness: Tips for recognition and Treatment. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 2001; Vol.68. No 8]

Exertional heat stroke (EHS) ditandai dengan hipertermia, diaphoresis, dan perubahan sensorium. Sejumlah gejala (misalnya, kram perut dan otot, mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, dyspnea, kelemahan) biasanya mendahului heat stroke Sinkop dan hilangnya kesadaran juga harus tetap diobservasi sebelum didiagnosis sebagai EHS. Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena EHS misalnya infeksi virus sebelumnya, dehidrasi, kelelahan, kegemukan, kurang tidur, kebugaran fisik yang buruk, dan kurangnya aklimatisasi. Meskipun kurangnya aklimatisasi merupakan faktor risiko untuk heat stroke, EHS juga dapat terjadi pada orang yang mampu menyesuaikan diri namun melakukan latihan yang cukup intens. EHS juga dapat terjadi karena meningkatnya aktivitas motorik karena penggunaan narkoba, seperti kokain dan amfetamin, dan sebagai komplikasi status epileptikus. Nonexertional heat stroke (NEHS) ditandai dengan hipertermia, anhidrosis, dan perubahan sensorium. Gejala SSP, mulai dari delusi, perilaku irasional, halusinasi, dan koma. Gejala SSP lainnya termasuk kejang, kelainan saraf kranial, disfungsi cerebellar, dan opisthotonos. Pasien dengan NEHS awalnya mungkin menunjukkan keadaan hiperdinamik peredaran darah, tetapi, pada kasus yang berat, dapat terjadi keadaan yang hipodinamik.[footnoteRef:5] [5: Helman, Robert S. Heat stroke, Medscape Guest Commentary. Avaliable at: http://emedicine.medscape.com/article/166320-overview. Accessed: October 18th 2014]

Untuk memahami pathogenesis dari heat stroke, respon sistemik dan selular untuk heat stress harus dipahami. Respon ini meliputi termoregulasi (dengan aklimasi), respon fase akut, dan respon yang melibatkan produksi heat shock protein. Kegagalan termoregulasi, respon fase akut yang berlebihan dan perubahan respon heat shock protein memiliki kontribusi perubahan heat stress menjadi heat stroke.

1. Kegagalan termoregulasiPanas tubuh diperoleh dari lingkungan dan diproduksi oleh metabolisme tubuh. Kelebihan panas dalam tubuh akan dikeluarkan untuk mempertahankan suhu tubuh 370C, proses tersebut disebut dengan termoregulasi. Kenaikan suhu darah kurang dari 1C akan mengaktifkan reseptor panas di perifer dan hipotalamus memberikan sinyal pada pusat hipotalamus,termoregulasi dan respon eferen dari pusat ini meningkatkan pengiriman darah panas ke permukaan tubuh. Aktifnya vasodilatasi kutan simpatik kemudian meningkat aliran darah dalam kulit hingga 8 liter per menit. Dengan peningkatan suhu dalam darah akan menginisiasikan keluarnya keringat. Keringat akan menguap dan menyebabkan permukaan tubuh menjadi dingin. Terbentuknya Gradien termal oleh evaporasi keringat sangat penting untuk transfer panas dari tubuh ke lingkungan. Peningkatan suhu juga menyebabkan takikardia, meningkatkan cardiac output, dan meningkatkan ventilasi menit.Kegagalan dalam meningkatkan cardiac output (karena kehilangan garam dan air, Penyakit cardiovaskular, obat dan lain sebagainya) meyebabkan terganggunya toleransi tubuh terhadap panas sehingga pelepasan panas terganggu dan jatuh pada keadaan heat stroke.2. Kegagalan aklimasiKegagalan proses penyesuaian diri secara fisik dan psikis terhadap lingkungan menyebabkan terganggunya pelepasan panas sehingga menyebabkan terjadinya heat stroke. Penurunan kemampuan aklimasi biasanya terjadi pada anak-anak, dewasa muda, orang tua, konsumsi diuretik dan hipokalemia.3. Respon fase akut yang berlebihanRespon fase akut untuk heat stress adalah reaksi kordinasi yang melibatkan sel-sel endotel, leukosit, dan sel epitel yang melindungi terhadap cedera jaringan dan untuk perbaikan jaringan. Latihan yang berat dapat menginduksi mediator inflamasi lokal dan sistemik. Ketidakseimbangan mediator inflamasi dan anti inflamasi dapat menyebabkan kerusakan sel.

4. Perubahan respon heat shock proteinHampir semua sel memberikan respon terhadap pemanasan mendadak dengan memproduksi heat-shock protein atau stress protein. Ekspresi heat-shock protein dikontrol pada tingkat transkripsi gen.Penghambatan sintesis heat-shock protein baik pada tingkat gen-transkripsi atau dikirimkan melalui antibodi spesifik yang menyebabkan sel menjadi sangat sensitif terhadap stress panas walaupun dengan kadar yang kecil.Penatalaksanaan Prinsip dari penatalaksanaan heat stroke adalah melakukan pendinginan tubuh dengan cara mempercepat transfer panas dari kulit ke lingkungan tanpa menekan aliran darah ke kulit. Hal ini di lakukan dengan cara memperbesar temperatur gradien antara kulit dan lingkungan (konduksi) atau dengan memperbesar gradien tekanan penguapan air antara kulit dan lingkungan (evaporasi) dan juga meningkatkan laju aliran udara ke kulit (konveksi).Penatalaksanaan pasien dengan heat stroke dapat di bagi menjadi : 1. Penatalaksanaan di luar rumah sakitKorban harus di pindahkan ke tempat yang lebih sejuk dan seluruh pakaiannya dilepaskankan. Penurunan suhu tubuh harus di lakukan dengan menggunakan apapun yang tersedia (misalnya pasien dapat di percikan air dan tingkatkan penguapan dengan membuka jendela dan pintu atau dengan menggunakan kipas angin). Lakukan juga resusitasi (ABC), bila memungkinkan, oksigen harus diberikan dan pemasangan infus intravena menggunakan cairan kristaloid juga dilakukan. Apabila tersedia kantong es, letakkan pada leher ,ketiak dan selangkangan.Pemijatan pada kulit juga dilakukan untuk mencegah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah kulit akibat pendinginan yang agresif. Bawa segera ke rumah sakit karena ini merupakan suatu kegawatdaruratan.2. Penatalaksanaan di rumah sakitPendinginan terhadap pasien harus dilakukan secara agresif ketika diagnosis sudah ditegakan. Monitor suhu pada kulit dan rectal, central venous pressure, dan elektrolit. Terdapat beberapa metode pendinginan untuk menurunkan suhu tubuh pasien. Metode yang paling efektif dalam menurunkan suhu tubuh pasien secara tepat adalah kombinasi antara pengeluaran panas secara evaporasi dan konveksi yaitu dengan menggunakan body cooling units atau metode sederhana serupa dengan menjaga kulit pasien tetap lembab dengan memercikan air hangat ke tubuh pasien dan membuat tubuh pasien terpapar aliran udara yang baik (bisa digunakan kipas angin).Apabila metode tersebut gagal untuk menurunkan suhu inti tubuh dibawah 400C dalam 30 menit, maka harus dilakukan metode yang lain, yaitu iced-peritoneal lavage (memasukkan 2 L larutan saline 0,9 % yang didinginkan ke dalam rongga peritoneal dan kemudian dikeluarkan setelah 30 menit).Pencegahan Untuk mencegah kedua jenis heat stroke, seseorang harus dapat menyesuaikan diri sendiri terhadap cuaca panas, dianjurkan juga untuk memilih waktu beraktivitas diluar ruangan pada cuaca yang tidak terlalu panas, mengurangi tingkat aktivitas fisik, meminum banyak air selama melakukan aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam dan menghabiskan lebih banyak waktu di tempat yang memiliki fasilitas penyejuk ruangan. Anak-anak tidak boleh dibiarkan tanpa pengawasan dalam cuaca panas, terutama di dalam mobil.[footnoteRef:6] [6: Bouchama A dan Knochel JP. Heat Stroke. The New England Journal of Medicine. 2002; Vol.346,No.2]

Prognosis Morbiditas dan mortalitas dari heat stroke terkait dengan durasi elevasi suhu. Jika terapi tertunda, tingkat kematian dapat mencapai 80%, namun dengan diagnosa dini dan pendinginan langsung, tingkat kematian dapat dikurangi sampai 10%.