industri sanitasi

Upload: intan-shabrina

Post on 09-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    1/21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Ilmu SanitasiaManusia selalu berusaha mengubah lingkungannya dengan cara-cara

    tertentu agar menghasilkan kondisi yang paling menguntungkan baginya. Salah

    satunya berusaha menghasilkan kondisi yang saniter bagi lingkungannya. Usaha-

    usaha ini dihimpun manusia dan dijadikan ilmu sanitasi (sanitary science).

    Ehlers dan Steele (1958) mendefinisikan sanitasi sebagai pencegahan

    penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

    yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Secara luas ilmu

    sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut yang akan membantu

    dalam memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan yang baik

    pada manusia. Untuk mempraktekkan ilmu ini, maka seseorang harus mengubah

    segala sesuatu dalam lingkungan yang dapat secara langsung atau tidak langsung

    membahayakan terhadap kehidupan manusia. Dalam arti luas, juga mencakup

    kesehatan masyarakat (taman, gedung-gedung umum, sekolah , restoran dan

    lingkungan lainnya). Sanitasi akan membantu melestarikan hubungan ekologik

    yang seimbang.

    Sanitasi mempunyai dua prinsip, yaitu

    1. MembersihkanMenghilangkan mikroba yang berasal dari sisa makanan dan tanah

    yang mungkin dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan

    mikroba.

    2. SanitasiMenggunakan zat kimia dan atau metode fisika untuk menghilangkan

    sebagaimana besar mikroorganisme yang tertinggal pada permukaan

    alat dan mesin pengolah makanan.

    2.2 Sejarah SabunSabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu. Sekitar

    tahun 2800 SM para ahli arkeologi dari kota Babylonia kuno menemukan bejana

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    2/21

    dari tanah liat yang didalamnya terdapat sabun. Pada tahun yang sama yaitu

    sekitar tahun 2800 SM, orang Mesir kuno sudah mandi dengan menggunakan

    sabun. Hal ini diketahui dari dokumen Ebers Papyrus tentang orang Mesir, yaitu

    tahun 1500 SM yang mengatakan bahwa sabun yang mereka pakai pada saat itu

    berasal dari campuran minyak hewan dan minyak tumbuhan dengan campuran

    garam. Mereka menggunakan sabun selain untuk mandi juga untuk perawatan

    kulit.

    Pabrik sabun pertama kali berdiri pada abad ke-7 di negara Eropa (Italia,

    Spanyol, dan Perancis). Dalam proses pembuatannya mereka dijaga ketat oleh

    tentara, karena formulanya di anggap rahasia. Kemudian sekitar tahun 1608

    pembuatan sabun dikembangkan oleh negara Amerika.

    Sabun pertama kali dipatenkan pada tahun 1791 oleh seorang kimiawan dari

    Perancis yang bernama Nicholas Leblanc. Dimana pada saat itu Leblanc membuat

    sabun dari soda abu (atau nama kimianya Natrium Karbonat) dari garam. Setelah

    Leblanc berhasil membuat sabun dari soda abu, lalu teman Leblanc yang berasal

    dari negara Perancis membuat sabun dari lemak, gliserin dan asam lemak.

    Setelah itu seorang ahli kimia berkebangsaan Belgia, bernama Ernest

    Solvay membuat sabun secara modern dengan proses amonia. Pada abad ke -19

    sabun menjadi barang yang mahal, sehingga dikenakan pajak yang tinggi.

    Kemudian setelah pajak untuk memproduksi sabun dan biaya produksi sabun

    semakin murah, sabun menjadi suatu hal yang umum bagi masyarakat karena

    produksi sabun semakin meningkat dan berkembang. Setelah itu pada tahun

    1970an sabun cair ditemukan.

    2.3 Klasifikasi SabunSabun diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

    Sabun cairDibuat dari minyak kelapa jernih dan alkali yang digunakan KOH.

    Bentuknya cair dan tidak mengental pada suhu kamar (Lubis, 2003).

    Sabun lunakDibuat dari minyak kelapa/ minyak kelapa sawit dan minyak tumbuhan

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    3/21

    yang tidak jernih dan menggunakan alkali KOH. Bentuknya seperti pasta

    dan sangat mudah larut (Lubis, 2003).

    Sabun kerasDibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan

    dengan proses hidrogenasi. Asam lemaknya jenuh dan mempunyai BM

    tinggi. Alkali yang dipakai NaOH dan sukar larut dalam air (Lubis, 2003).

    Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan sabun keras dan lunak

    NO JENIS SABUN KELEBIHAN KEKURANGAN

    1. Sabun keras

    (sabun batang)

    1. Harganya relatif lebihmurah dibandingkan

    sabun cair

    2. Lebih diminatimasyarakat karena

    harganya yang murah

    1.Produk sabun batang tidakmudah larutn dalam air

    2.Busanya lebih sedikitdibandingkan sabun cair

    3.Dilihat dari segi kesehatankurang (kontaminasi

    terhadap kuman kurang

    dapat dihindari), karena

    dipakai banyak orang.

    2. Sabun lunak

    ( Sabun Cair)

    1. Dilihat dari segikesehatan baik,

    karena kontaminasi

    terhadap kuman bias

    dihindari) karena

    pemakaian sabun

    tidak seperti sabun

    batang.

    2. Lebih banyak busa,sehingga klebih hemat

    penggunannya.

    3. Sabun cair mudahlarut dalam air.

    1.Harganya lebih mahal,jika dibandingkan dengan

    sabun batang.

    2.Kurang diminati olehmasyarakat kalangan

    bawah.

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    4/21

    2.4 Sifatsifat sabun Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan

    dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

    CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH-

    Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih,peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat

    menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

    CH3(CH2)16COONa + CaSO4 NaSO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

    Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimiakoloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran

    yang bersifat polar maupun nonpolar. Molekul sabun memiliki rantai hydrogen

    CH(CH)yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air)

    dan larut dalam zat organik. Sedangkan COONasebagai kepala yang bertindak

    sebagai hidrofilik (suka air) (Bairley,AE. 1950).

    2.5 Prinsip Kerja SabunSabun termasuk salah satu jenis senyawa yang molekul-molekulnya

    mempunyai dua ujung yang berbeda ketika beinteraksi dengan air. Sifat sabun

    yang terdiri atas bagian kepala hidrofilik dan bagian ekor hidrofobik,

    menyebabkan sabun dapat mengangkat kotoran dari badan dan pakaian. Kejadian

    ini tidak lepas dari gaya tarik menarik molekul. Gaya tarik antara dua molekul

    polar (gaya tarik dipol-dipol) yang menyebabkan larutan polar larut dalam larutan

    polar. Molekul polar mempunyai dipol yang permanen sehingga menginduksi

    awan elektron non polar sehingga terbentuk dipol terinduksi, maka larutan

    nonpolar dapat larut dalam non polar. Hal tersebut dapat menjelaskan proses yang

    terjadi saat kita mencuci pakaian. Saat pencucian pakaian, air yang merupakan

    senyawa polar menginduksi awan elektron sabun sehingga dapat membantu

    larutnya asam lemak yang juga Fmerupakan senyawa non polar. Minyak

    berangsur- angsur terpisah dari serat pakaian dan terbungkus dalam misel yang

    menjerat minyak didalamnya. Misel mengemulsikan minyak dan

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    5/21

    mempertahankannya dalam suspensi sehinggga dapat terbawa oleh air bilasan

    (Brady, 1999). Maka dari itu, bila kita mencuci pakaian dengan menggunakan

    sabun atau detergen, lemak yang menempel pada pakaian akan larut bersama

    sabun dengan bantuan air.

    Surfaktan adalah prinsip kerja dari setiap deterjen, yang jika dilarutkan kedalam

    cairan cenderung memekat pada permukaan cairan tersebut. Kesanggupan ini

    disebabkan sifat fisiokimia yang dualistik, yaitu mempunyai bagian yang senang

    pada pelarut (hidofilik) dan bagian yang tidak senang pada pelarut (hidrofobik).

    Jika pelarutnya air, maka surfaktan akan berada di batas antara air dan yang

    dilarutkan dan tegak lurus terhadap batas tersebut dengan bagian yang bersifat

    hidrofilik berada dalam air.

    2.6 Syarat mutu sabun mandiSyarat mutu sabun mandi menurut Standar Nasional Indonesia 06-3235-

    1994 dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Syarat Mutu Sabun Mandi Acuan SNI 06- 3235-1994

    NO URAIAN SATUAN TIPE I TIPE II SUPERFAT

    1. Kadar air % Maks.

    15

    Mak .15 Mak.15

    2. Jumlah asam lemak % >70 6470 >70

    3. Alkali bebas

    Dihitungsebagai NaOH

    Dihitungsebagai KOH

    %

    %

    Maks.

    0,1

    Maks.

    0,14

    Maks.

    0,1

    Maks.

    0,14

    Maks. 0,1

    Maks. 0,14

    4. Asam lemak bebas

    k netral

    % < 2,5 < 2,5 2,57,5

    5. Minyak mineral - negatif negatif negatif

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    6/21

    2.7 Reaksi SaponifikasiReaksi saponifikasi merupakan hidrolisis basa suatu ester dengan alkali

    (NaOH, KOH). Reaksi saponifikasi ini biasanya menghasilkan sabun dan gliserin.

    Pada umumnya, asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan

    sedikit busa. Reaksi saponifikasi dengan menggunakan natrium hidroksida

    (NaOH) adalah sebagai berikut:

    CH2O2C(CH2)16CH2CH2OH

    CHO2CH2(CH2)16CH3

    CH2O2C(CH2)16CH2CH2OH

    + 3 NaOHKalor

    Tristearin

    H2C

    HC

    OH

    OH

    H2C OH

    Gliserol

    + 3 CH3(CH2)16CO-Na+

    Sodium Stearat (sabun Na)

    Dan reaksi saponifikasi dengan menggunakan KOH adalah sebagai berikut:

    H2C O

    HC

    C

    O

    H2C OH

    O

    H2C

    C

    O

    H2C OH

    O C

    O

    H2C OH

    + 3KOH

    Triasilgliserida

    H2C

    HC

    OH

    OH

    H2C OH

    Gliserol

    +

    R1COO-K+

    R2COO-K

    +

    R3COO -K+

    Sabun Kalium

    Gambar II.8: Reaksi Saponifikasi

    Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai

    produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk

    samping juga memiliki nilai jual. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih

    mudah larut dan memiliki sruktur sabun yang lebih keras. Ketidakuntungan sabun

    muncul bila digunakan dalam air sadah, yang mengandung kation-kation logam

    tertentu, seperti Ca, Mg, Fe, kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam

    natrium atau kalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi garam-

    garam karboksilat yang tidak larut (Sastrohamidjojo, 2005).

    Pada reaksi di atas, bahan baku utama yang dibutuhkan untuk pembuatan

    sabun adalah minyak hewani atau minyak sayur (minyak zaitun, minyak kelapa,

    dan lain-lain) dan basa alkali, yaitu natrium hidroksida untuk pembuatan sabun

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    7/21

    padat atau kalium hidroksida untuk pembuatan sabun cair. Reaksi antara lemak

    dan alkali menghasilkan sabun dan gliserol. Dalam reaksinya, tidak semua alkali

    bereaksi dengan lemak, sehingga terkadang produk sabun bersifat sangat basa.

    Penambahan asam, misalnya asam sitrat dapat menetralkan kelebihan alkali yang

    tertinggal selama pembuatan sabun. Dalam reaksi pembuatan sabun, senyawa

    gliserol juga terbentuk. Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling sederhana,

    dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik Gliserol merupakan

    komponen yang menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol

    juga berfungsi untuk mengikat minyak (kotoran), karena struktur gliserol

    menyerupai struktur molekul minyak. Serta adanya penambahan bahan aktif pada

    pembuatan sabun yang dapat berupa ekstrak bahan alam, yang memberi warna

    dan aroma pada sabun.

    2.8 Pembuatan Sabun dalam Industria) Saponifikasi Lemak Netral

    Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan

    tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalis dengan sendirinya

    pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses

    emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi.

    Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk

    memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,

    yang beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi

    reaksi.Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave.Temperatur

    campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke

    separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali

    yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan menggunakan larutan

    alkali pencuci dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali

    yang digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi memisahkan sisa- sisa larutan

    alkali dari sabun. Sabun murni (60 - 63% TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke

    vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran (78 - 82%

    TFM) yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    8/21

    b) Pengeringan SabunSabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni)

    yang umumnya dikeringkan dengan vakumspray dryer. Kandungan air pada

    sabun dikurangi dari 30 35% pada sabun murni menjadi 8 18% pada sabun

    butiran atau lempengan. Jenis jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal

    hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan

    sabun. Operasi vakumspray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun

    murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang

    mengalir pada bagian luar pipa. Sabun yang sudah dipanaskan terlebih dahulu

    disemprotkan di atas dinding ruang vakum melalui mulut pipa yang

    berputar.Lapisan tipis sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan

    pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh

    diplodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer

    dengan multi sistem, yang merupakan versi pengembangan dari dryer sistem

    tunggal, memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih

    efisien daripada dryer sistem tunggal.

    c) Netralisasi Asam LemakReaksi asam basa antara asam-asam lemak dengan alkali untuk

    menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan

    alkali.

    RCOOH + NaOH RCOONa + H2O

    Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan

    terlebih dahulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktanreaktan tersebut

    mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian

    pada tahap ini, kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi

    kembali hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh

    suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemuadian

    dikeringkan dengan vakum spray dryeruntuk menghasilkan sabun butiran yang

    siap untuk diolah menjadi sabun batangan.

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    9/21

    d) Penyempurnaan SabunDalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan

    dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya ke dalam mixer(amalgamator).

    Campuran sabun ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengolah

    campuran tersebut menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut

    kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata

    pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan-potongan terpisah yang dicetak

    melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan

    bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan

    sabun batangan tersebut merupakan tahap akhir penyelesaian pembuatan sabun

    (Luis, S. 1994).

    Tabel 2.2 Spesifikasi mutu sabun dari bahan baku RBDPS

    Komponen/Parameter Nilai

    Asam lemak 99,88%

    Air (moisture) 0,1% (maks)

    Impurities (non fatty matter) 0,02% (maks)

    Titer oC 40

    Iodine value 55

    Acid value 255-270

    Saponification value 190-202

    Color, gardner, max 1

    2.9 Jenis-jenis SabunSaat ini, telah ditemukan berbagai macam jenis bahan baku sabun antara

    lain dari daun-daun, akar, kacang-kacangan atau biji-bijian yang bisa digunakan

    untuk membentuk sabun yang mudah larut dan membawa kotoran dari pakaian.

    Yaitu dengan memakai dasar material yang disebut sebagai saponin yang

    mengandung pentasiklis triterpena asam karboksilat, seperti asam olenoat atau

    asam ursolat, zat kimia berkombinasi. Saponin lebih dikenal sebagai sabun. Sabun

    merupakan garam logam alkali (Na) dengan asam lemak dan minyak dari bahan

    alam yang disebut trigliserida. Lemak dan minyak mempunyai dua jenis ikatan,

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    10/21

    yaitu ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh dengan atom karbon 8-12 yang diberikatan

    dengan gliserin. Secara umum, reaksi antara kaustik dengan gliserol menghasilkan

    gliserol dan sabun yang disebut saponifikasi. Setiap minyak dan lemak

    mengandung asam-asam lemak yang berbeda -beda. Perbedaan tersebut

    menyebabkan sabun yang terbentuk mempunyai sifat yang berbeda. Minyak

    dengan kandungan asam lemak rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan

    menghasilkan sabun cair. Sedangkan rantai panjang dan jenuh menghasilkan

    sabun yang tidak larut pada suhu kamar.

    Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau

    lemak alami. Surfaktan mempunyi struktur bipolar. Bagian kepala bersifat

    hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu

    mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan pakaian. Selain itu, pada

    larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah melewati

    konsenterasi kritik misel (KKM). (Lehninger, 1982)

    Untuk kualitas sabun, salah satunya di tentukan oleh pengotor yang

    terdapat pada lemak atau minyak yang dipakai. Pengotor itu antara lain berupa

    hasil samping hidrilis minyak atau lemak, protein, partikulat, vitamin, pigmen,

    senyawa fosfat dan sterol. Selain itu hasil degradasi minyak selama penyimpanan

    akan mempengaruhi bau dan warna sabun. Salah satu kelemahan adalah pada air

    keras sabun akan mengendap sebagai lard. Air keras adalah air yang mengandung

    ion dari Mg, Ca dan Fe. Namun kelemahan ini bisa diatasi dengan menambahkan

    ion fosfat atau karbonat sehingga ion ion ini akan mengikat Ca dan Mg

    pembentuk garam. Untuk memperoleh sabun yang berfungsi khusus, perlu

    ditambahkan zat aditif, antaralain : gliserol, pewarna, aroma, pengkelat dan

    antioksidan, penghalus, serta aditif kulit (skin aditif).

    Adapun Jenis-jenis sabun & fungsinya adalah sebagai berikut:

    1. Sabun transparan ( Transparant Soap)Sabun tembus pandang ini tampilannya jernih dan cenderung memiliki kadar

    yang ringan. Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat sukar

    mengering.

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    11/21

    2. Castile SoapSabun yang memakai nama suatu daerah di Spanyol ini memakai olive oil

    untuk formulanya. Sabun ini aman dikonsumsi karena tidak memakai lemak

    hewani sama sekali.

    3. Deodorant SoapSabun ini bersifat sangat aktif digunakan untuk menghilang aroma tak sedap

    pada bagian tubuh. Tidak dianjurkan digunakan untuk kulit wajah karena

    memiliki kandungan yang cukup keras yang dapat menyebabkan kulit teriritasi.

    4. Acne Soap.Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada jerawat.

    Seringkali sabun jerawat ini mengakibatkan kulit kering bila pemakaiannya

    dibarengi dengan penggunaan produk anti-acne lain. Maka kulit akan sangat

    teriritasi, sehingga akan lebih baik jika memberi pelembab atau clarning lotion

    setelah menggunakan Acne Soap.

    5. Cosmetic SoapatauBar Cleanser.Sabun ini biasanya dijual di gerai-gerai kecantikan. Harganya jauh lebih mahal

    dari sabun-sabun biasa, karena di dalamnya terdapat formula khusus seperti

    pemutih. Cosmetic soap biasanya memfokuskan formulanya untuk memberi

    hasil tertentu, seperti pada whitening facial soap danfirming facial soap.

    6. Superfatted SoapSabun memiliki kandungan minyak dan lemak lebih banyak sehingga membuat

    terasa lembut dan kenyal. Sabun ini sangat cocok digunakan untuk kulit kering

    karena dalamnya terdapat kandungan gliserin, petroleum dan beeswax yang

    dapat melindungi mencegah kulit dan iritasi serta jerawat.

    7. Oatmeal SoapHasil penelitian, mengatakan bahwa sabun yang terbuat dari gandum ini

    mempunyai kandungan anti iritasi. Dibandingkan sabun lain, sabun gandum ini

    lebih baik dalam menyerap minyak menghaluskan kulit kering dan sensitif.

    8.Natural Soap.Sabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap seperti vitamin, ekstrak

    buah, minyak nabati, ekstrak bunga, aloe veradan essential oil. Cocok untuk

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    12/21

    semua jenis kulit dan kemungkinan membahayakan kulit sangat kecil.

    2.10 Bahan-bahan Utama2.10.1 Bahan Dasar Pembuatan Sabun

    1. Lemak dan minyakLemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah

    trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi

    dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam

    lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam

    stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran

    trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan

    natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan

    ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang

    digunakan. Komposisi asam asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun

    dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai

    yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat

    iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon

    membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar

    bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi

    bila terkena udara. Alasan alasan diatas, faktor ekonomis, dan daya jual

    menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas.

    Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih

    rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga

    sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada

    temperatur tinggi.

    Jenis-jenis Minyak atau Lemak atau lemak yang digunakan dalam proses

    pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan

    ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan

    mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai

    dalam proses pembuatan sabun di antaranya :

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    13/21

    1)TallowTallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri

    pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari

    warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan

    saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan

    dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan

    dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling

    banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallowberkisar antara 0,75-7,0 %.

    Titer pada tallow umumnya di atas 40C. Tallow dengan titer di bawah 40C

    dikenal dengan namagrease.

    2)LardLard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak

    tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~

    40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial

    terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari

    lardberwarna putih dan mudah berbusa.

    3)Palm Oil (minyak kelapa sawit)Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak

    kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa

    sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid

    sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus

    dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit

    akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai

    bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan

    lainnya.

    4)Coconut Oil (minyak kelapa)Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam

    industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh

    melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki

    kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sehingga minyak

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    14/21

    kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa

    juga mempunyai kandungan asma lemak kaproat, aprilat dan kaprat.

    5)Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit

    memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga

    dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki

    kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih

    rendah daripada minyak kelapa.

    6)Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-

    asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan

    asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.

    7)Marine OilMarine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil

    memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus

    dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.

    8)Castor Oil (minyak jarak)Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun

    transparan.

    9)Olive oil (minyak zaitun)Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan

    kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak

    zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.

    10) Campuran minyak dan lemak

    Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari

    campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur

    dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi.

    Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan asam miristat yang

    tinggi dan membuat sabun mudah larut dalam air dan berbusa. Kandungan

    stearate dan palmitat yang tinggi dari Tallowakan memperkeras tekstur dari sabun

    (Lubis, 2003)

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    15/21

    3. AlkaliJenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,

    KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal

    dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak

    digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam

    pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu

    soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan

    asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

    Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut

    dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan

    sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan

    air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat

    mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun

    industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali

    yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk

    mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

    4. Bahan Baku PendukungBahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan

    sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai

    sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl

    (garam) dan bahan-bahan aditif.

    1)NaClNaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.

    Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang

    terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang

    digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (Kristal). NaCl

    digunakan untuk memisahkan produk sabun dsan gliserin. Gliserin tidak

    mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan

    sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalium, dan magnesium agar

    diperoleh sabun yang berkualitas (Lubis, 2003).

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    16/21

    2)Bahan aditif.Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang

    bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik

    konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Pewarna, dan Parfum.

    PewarnaBahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar

    memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun

    membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna warna sabun itu

    terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.

    ParfumParfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan

    besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun

    secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum

    akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan

    berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat

    parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g

    parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam

    dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai

    aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma

    kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yang

    ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen

    lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan

    harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang

    digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan

    spring flower (Lubis, 2003).

    2.11 Deskripsi Proses

    Proses Saponifikasi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap proses, yaitu:

    1. Tahap persiapan umpan

    2. Tahap reaksi Saponifikasi Trigliserida

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    17/21

    3. Tahap pengeringan danFinishing sabun

    2.11.1 Tahap persiapan umpan

    Umpan terdiri dari RBDPS ( Refined Bleached Deodorized Palm Stearin)

    dan NaOH. BDPS di masukkan kedalam tangki yang dilengkapi dengan pemanas,

    dipanaskan terlebih dahulu menggunakan Steam sampai suhu 900C sebelum

    dipompa ke dalam reaktor. Sedangkan NaOH dilarutkan dalam air proses yang

    bersuhu 300C sampai konsentrasi masing masing 50% massa. RBDPS dan

    campuran larutan NaOH kemudian dipompakan ke dalam reaktor.

    2.11.2 Tahap reaksi Saponifikasi Trigliserida

    RBDPS, dan campuran larutan NaOH dipompakan masuk kedalam reaktor

    (tangki pencampur) yang diberi jaket pemanas untuk di panaskan sampai suhu

    90oCuntuk dihomogenkan dan sekaligus bereaksi membentuk sabun dan air.

    Lebih dari 99,5% lemak / minyak berhasil disaponifikasi pada proses ini dengan

    waktu tinggal 1,8 jam dan kondisi operasi 90oC tekanan 1 atm (Spitz,1995). Hasil

    reaksi kemudian dipompakan ke unit pemisah separator yang bekerja dengan

    prinsip perbedaan densitas. Pada unit ini akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan

    sabun pada bagian atas dan lapisan Impurities pada bagian bawah. Impurities

    terdiri dari gliserol, sisa alkali dan air yang secara keseluruhan membentuk

    lapisan yang lebih berat dari sabun sehingga berada pada lapisan bagian bawah di

    dalam pemisah statis. Proses selanjutnya adalah penambahan aditif dan

    pengeringan sabun dalam unit pengeringan ( dryer). Zat aditif yang ditambahkan

    adalah gliserin, yang berfungsi sebagai pelembut dan pelembab pada kulit, EDTA

    yang berfungsi sebagai surfaktan pada sabun (pembersih dan pemutih) yang dapat

    mengangkat kotoran pada kulit. Dan Pewangi ( Essential) yang berfungsi untuk

    memberikan kesegaran dan keharuman pada sabun. Zat tambahan ini

    dicampurkan dalam Tangki Pencampur yang dilengkapi oleh jaket pemanas untuk

    menjaga sabun tetap cair (suhu tetap) dan campuran homogen. Jumlah aditif yang

    ditambahkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang diinginkan seperti pada tabel

    2.2.

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    18/21

    Tabel 2.2 Spesifikasi mutu sabun dari bahan baku RBDPS

    Komponen/Parameter Nilai

    Asam lemak 99,88%

    Air (moisture) 0,1% (maks)

    Impurities (non fatty matter) 0,02% (maks)

    Titer oC 40

    Iodine value 55

    Acid value 255-270

    Saponification value 190-202

    Color, gardner, max 1

    Tahap berikutnya adalah proses pengeringan sabun. Kandungan air dalam sabun

    biasanya diturunkan dari 3035% ke 8 18% (Riegel, 1985). Unit pengeringan

    sabun ini biasanya berupa unit vakumspray chamber.

    2.11.3 Tahap Pengeringan danFinishing Sabun

    Pengeringan sabun dilakukan dalam unit vakum Spray Chamber.

    Campuran sabun cair dari Tangki Pencampur dipompa ke unit Flash Drum,

    dimana sabun mengalami proses Flash pada 1 atm sehingga dihasilkan uap air

    jenuh bersuhu 100oC yang terpisah dari sabun dan keluar melalui bagian atas

    Flash Drum. Kandungan air dalam sabun yang keluar dari bagian bawah Flash

    Drum direncanakan tinggal 18% sebelum dikeringkan lebih lanjut dalam vakum

    dryer. Sabun kemudian ditransfer keunit vakum Spray Chamber. Kondisi vakum

    dihasilkan dengan menggunakan pompa vakum. Dari unit pengeringan ini sabun

    yang dihasilkan berupa serpihan (flake) dan dengan bantuan Conveyor dikirim ke

    unit Finishing yang terdiri dari satuan mesin pembentukan sabun batang dan

    disebut Bar SoapFinishing Machine (BSFM). Dari unit ini sabun ditransfer ke

    unit penyimpanan dengan bantuan Conveyor untuk penimbunan sementara

    sebelum dijual.

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    19/21

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    20/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Produk sabun telah berkembang menjadi kebutuhan primer di masyarakat

    dunia saat ini. Produk tersebut dimanfaatkan setiap hari oleh semua kalangan

    masyarakat, baik kelas atas, menengah, maupun bawah. Fungsi utama sabun

    sebagai pembersih menjadikan sabun sebagai bahan penting dalam kehidupan.

    Berbagai jenis sabun ditawarkan dengan beragam bentuk mulai dari sabun cuci

    (krim dan bubuk), sabun mandi (padat dan cair), sabun tangan (cair) serta sabun

    pembersih peralatan rumah tangga (krim dan cair).

    Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau

    lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat

    hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu

    mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan pakaian. Selain itu, pada

    larutan surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah melewati

    konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik Misel. Sabun juga

    mengandung sekitar 25% gliserin. Gliserin bisa melembabkan dan melembutkan

    kulit, menyejukkan dan meminyaki sel-sel kulit juga.

    Sabun yang beredar di kalangan masyarakat banyak yang mengandung

    bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sehingga dari penelitian

    pembuatan formula sabun dengan metode saponifikasi kita dapat mempelajari

    bagaimana reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan sabun dari reaksi

    saponifikasi tersebut, serta memahami sifat dari sabun dan dapat membuat

    formula sabun yang aman untuk digunakan dalam kehidupan seharihari.

  • 7/22/2019 Industri Sanitasi

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Achyar, Dr. Ny. Lies Yul., 1986, Dasar-dasar Kosmetologi Kedokteran, Cermin

    Dunia Kedokteran No. 41, Jakarta: PT Kalbe Farma

    Afifuddin, Syaad., 2007, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Industri

    Sabun di Sumatera Utara,Jurnal MIPA Ekonomi, Mei 2007, vol. 2,No.

    2

    Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 1994, Standar Mutu Sabun Mandi, SNI

    06-3532-1994, Jakarta: Dewan Standar Nasional

    Bailey, AE., 1950, Industrial oil and Fat Product, New York: Intersholastic

    Publishing Inc

    Brady, James E., 1999, Kimia Universitas - Asas dan Struktur,Erlangga : Jakarta

    Fessenden, R. J. and Fessenden,J.S., 1990, Kimia Organik 3rd Edition, Penerbit

    Erlangga : Jakarta

    Jongko, 2009, Sabun Kecantikan: Teori dan Praktek Membuat Sabun Beauty di

    Rumah, Jakarta: Duraposita Chemistry

    Lubis, L. S., 2003, Sabun obat.http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-

    lely1.pdf. Tanggal akses, 20 februari 2014

    Perdana, Farid Kurnia dan Ibnu Hakim., 2008, Pembuatan Sabun Cair dari

    Minyak Jarak dan Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan PangsaPasar

    Soda Q, Semarang: Universitas Diponegoro Fakultas Teknik Jurusan

    Teknik Kimia

    Qisti, Rachmiati., 2009, Skripsi: Sifat Kimia Sabun Transparan dengan

    Penambahan Madu pada Konsentrasi Yang Berbeda,Bogor: Fakultas

    Peternakan Institut Pertanian Bogor

    Sastrohamidjojo, H., 2005, Kimia Organik (Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, &

    Protein), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

    Suryani, A.,(2008), Sintesis Alkil Poliglikosida (APG) Berbasis Alkohol Lemak

    dan Pati Sagu Untuk Formulasi Herbisida, J. Pascapanen, 5 (1), hal.

    10-20.