kasus portofolio-etik dan medikolegal fix

Upload: bimanda-rizki-nurhidayat

Post on 10-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    1/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 1

    Kisah Bayi ED Yang Meninggal,

    Karena Tranfusi Darah Yang Terburu-buru

    Kupang - Malpraktik juga terjadi pada bayi ED yang masih berusia 10 bulan. Bayi

    ED merupakan anak dari pasangan Pendeta Johnson Dethan dan Many Lynn Dethan.

    Kejadian yang menimpa ED terjadi pada tanggal 9 Februari 2012. Waktu ED mengalami

    sakit. Setelah menunggu selama 1 hari, ED dibawa ke dokter oleh Johnson dan Many Lynn.

    Tapi, dokter yang memeriksa ED beranggapan kalau ED hanya terkena pilek dan flu biasa

    dan dokter memberikan ED obat yang ia racik sendiri.

    Walau pun sudah diberikan obat, ED belum juga sembuh. Bahkan, ada bercak darah

    keluar dari dubur atau anusnya. Selain itu juga, ED mengalami muntah-muntah. Karena

    anaknya yang tak kunjung sembuh, ED dibawa oleh Johnson ke dokter dan meminta dokter

    untuk memeriksa keadaan apa yang sebenarnya terjadi pada anaknya. Setelah diperiksa, ED

    dinyatakan terkena disentri oleh dokter tersebut. Karena ED tidak dapat meminum ASI dariibunya, Johnson dan istri mendesak dokter untuk membawa ED ke rumah sakit.

    Setelah mendapat izin dari dokter, Johnson membawa anaknya ke rumah sakit umum

    Kupang dan dilakukan pemeriksaan oleh dr. M. Dokter tersebut malah mengatakan kalau

    anaknya bukan disentri, tapi mengalami invaginasi. Ususnya masuk ke dalam usus. Lalu, ia

    membawa kembali anaknya ke dokter semula yang mengatakan kalau anaknya terkena

    disentri dan mengatakan kepada dokter tersebut kalau anaknya bukan disentri tapi invaginasi.

    Dokter itu lalu menelepon dokter bedah, dr. D, untuk memeriksa anaknya. Lalu dokter

    tersebut mengatakan kalau itu memang invaginasi.

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    2/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 2

    Yang lebih membuat Johnson kaget adalah dokter tersebut mengatakan kalau

    disentrilah yang menyebabkan invaginasi. Johnson sangat percaya apa yang dikatakan oleh

    dokter karena ia tidak mengerti prosedur kesehatan dan mengikuti apa yang dikatakan oleh

    dokter tersebut. Setelah melakukan cek laboratorium, ternyata tidak ada bakteri atau pun

    virus yang menunjukkan kalau anak itu terkena disentri. Pihak keluarga meminta agar

    anaknya dibawa ke Rumah Sakit Umum Kupang, tapi dokter malah menyarankan kalau

    anaknya melakukan operasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari Kupang.

    Istrinya sempat menanyakan apakah di rumah sakit tersebut ada ruang ICU nya atau

    tidak, dokter malah mengatakan kalau ia biasa melakukan hal itu. Pada saat di rumah sakit,

    anaknya harus melakukan pengecekkan darah karena harus segera dioperasi. Anehnya,

    menurut tes golongan darah di Labolatorium Prodia, anaknya memiliki darah dengan

    golongan B. Padahal, saat dicek di PMI golongan darah anaknya O.

    Pada tanggal 12 Februari 2012 dilakukanlah operasi. Tiba-tiba saja HB bayi ED turun

    dan membutuhkan transfusi dari. Namun, transfusi darah yang dilakukan oleh para suster

    dengan cara injeksi. Darah sebanyak 100 CC dimasukkan ke dalam vena anaknya dalam

    waktu yang cukup cepat hanya 15 menit. Padahal infus saja dilakukan harus pelan-pelan

    apalagi ini transfusi darah. Semuanya harus dilakukan pelan-pelan. Setelah selesai melakukan

    tindakan itu, mata anaknya terbalik. Dan ternyata benar, anaknya meninggal di tempat dan

    keluar darah dari mulut. Sangat disayangkan, tak ada dokter jaga di rumah sakit. Lalu ia

    berusaha menghubungi dokter rumah sakit tersebut.

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    3/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 3

    Omongan Dokter Saya sudah biasa melakukan operasi,

    Sering berakibat Fatal

    Untuk meyakinkan pasien, biasanya dokter sering mengeluarkan kalimat sakti "Saya

    sudah biasa melakukan itu". Tapi tak jarang kalimat itu sering berakibat fatal.

    "Saya sudah biasa kok melakukan operasi usus buntu, ibu pergi ke pasar pun ibu bisa kena

    usus buntu akut," kata seorang dokter bedah umum dr. D di Rumah Sakit Medika Permata

    Hijau yang berbicara ke Oti Puspa Dewi , ibunda Raihan (10 tahun) sebelum dilakukan

    Operasi usus buntu pada September 2012. Karena mendapat jaminan seperti itu, sang

    Ibu yang semula ragu akhirnya merelakan anaknya dioperasi usus buntu oleh sang dokter.

    Tapi setelah operasi itu, si anak tak pernah sadar lagi hingga sekarang atau sudah koma

    selama 3 bulan. Begitu juga yang terjadi pada bayi ED asal Kupang, Nusa Tenggara Timur.

    Ketika bayi perempuan berusia 10 bulan itu sakit pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari

    Kupang mengatakan si bayi harus dilakukan operasi invaginasi.

    Namun orangtua ED yang bernama Johnson Dethan dan Marilynn Dethan

    menyangsikan kemampuan rumah sakit dan bertanya apakah ada ruang ICU. "Memang disini

    ada ruang ICU kok sampai berani ambil tindakan operasi". Lalu si dokter menjawab 'Sudah

    biasa kok dilakukan operasi'," cerita Johnson di gedung DPR, ketika rapat dengar pendapat

    dengan Komisi IX, Selasa (15/1/2013).

    Karena sudah diyakinkan biasa melakukan operasi akhirnya orangtua ED

    mempercayakan anaknya dioperasi. Tapi yang terjadi kemudian si anak kekurangan darah

    dan ketika dilakukan transfusi prosesnya sangat cepat. Untuk darah 100 CC dimasukkan ke

    dalam vena bayi ED dalam waktu yang cukup cepat hanya 15 menit akibatnya ED meninggal

    dunia. Dalam pertemuan tersebut pihak DPR berharap agar rumah sakit lebih hati-hati dan

    bertanggungjawab atas proses yang tidak sesuai standar. DPR juga melihat jika terbuktimalpraktik harusnya rumah sakit itu bertanggung jawab. Salah seorang anggota DPR sempat

    mengingatkan agar dokter jangan sesumbar dengan mengatakan Saya sudah biasa

    melakukan itu. Karena jika berakibat fatal, pernyataan itu akan selalu dipegang pihak

    keluarga sebagai bukti keluarga rela dokter melakukan tindakan karena sudah biasa.

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    4/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 4

    Salah Transfusi Darah, Bayi WNA Tewas di NTT

    Kasus ini sudah dilaporkan ke Kedutaan Besar Kanada di Indonesia

    VIVAnews - Komisi Nasional Perlindungan Anak menginvestigasi dugaan malpraktek Elija

    Dethan (10 bulan), balita berkebangsaan Kanada di RS Dedari Kupang, yang meninggal

    Senin 12 Februari 2012 lalu. Kasus ini sudah dilaporkan ke Kedutaan Besar Kanada di

    Indonesia. "Kedutaan memantau kasus ini. Sebenarnya Kedutaan akan mengambil alih

    penangananya namun karena Mabes Polri sudah menurunkan tim sehingga kedutaan hanya

    memantau," kata Johnson Dethan, orangtua korban dalam keterangan pers di Kupang, NTT,

    Sabtu 18 Februari 2012. Dalam keterangan pers ini dihadiri kedua orangtua korban, Johnson

    Dethan dan Marilin Dethan Deboer, Pengurus Yayasan Lembaga Perlindungan Anak, danKetua Komnas Perlindungan Anak Indonesia, Aris Merdeka Sirait. Menurut Johnson, bila

    dalam penyelidikan keluarga tidak mendapatkan keadilan maka pemerintah Kanada akan

    mengambil langkah diplomasi yang lebih serius. Dia menuturkan, anaknya meninggal dunia

    beberapa menit setelah mendapat transfusi darah dari petugas medis di Rumah Sakit Ibu dan

    Anak (RSIA) Dedari Kupang, Senin malam.

    Keluarga didampingi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) telah

    melaporkan manajemen rumah sakit ke Polres Kupang Kota. Hasil pemeriksaan tim medis

    awal, anaknya menderita penyakit disentri sehingga harus dioperasi.

    "Anak saya kemudian dibawa ke RS Dedari untuk menjalani operasi Selasa siang. Setelah

    operasi, anak saya membaik. Namun setelah transfusi darah, berselang 2 sampai 5 menit anak

    saya kejang-kejang lalu meninggal," kata Johnson. "RS melakukan transfusi darah karena

    alasan anak saya HB-nya hanya 7,5," kata dia.

    Sementara, Aris Merdeka Sirait mengatakan hasil investigasi sementara

    membuktikan, korban meningal dunia karena adanya perbedaan golongan darah saat

    transfusi. "Diduga ada kesalahan transfusi darah yang berdampak pada tewasnya korban,"

    kata Aris. Hasil pemeriksaan laboraorium Prodia Kupang, golongan darah korban O, tetapi

    hasil pemeriksaan RS Dedari golongan darah korban B. "Komnas mendesak agar izin RS

    Dedari Kupang ditinjau kembali karena kelalaian yang mengakibatkan orang lain meninggal

    dunia," lanjutnya. Dokter forensik Mabes Polri, Ajun Komisaris Besar Polisi Adang Asyar

    yang dihubungi terpisah mengatakan, hasil otopsi baru akan diberitahukan keluarga pekan

    depan. Otopsi akan disampaikan setelah sejumlah organ tubuh termasuk darah korban diteliti

    di laboraturium forensik Mabes Polri Jakarta.

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    5/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 5

    Sementara, pemilik RS Dedari Kupang, Sahadewa mengatakan, pihaknya

    menyerahkan kasus tersebut ke aparat kepolisian. Namun, dia membantah telah melakukan

    malpraktek, "Karena malpraktek harus penuhi empat unsur yakni kesengajaan, kerugian,

    hubungan langsung dan prosedur. Belum bisa dikatakan kasus ini adalah malpraktek," kata

    Sahadewa.

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    6/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 6

    Topik: Etik

    Tanggal (kasus): 12 Februari 2012 Persenter: dr. Bimanda Rizki Nurhidayat

    Tangal presentasi: Pendamping: dr. Yuliawaty Soetio

    dr. Sofie Giantari

    Tempat presentasi:

    Obyektif presentasi:

    Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Dugaan adanya malpraktik yang dilakukan oleh Paramedis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari

    Kupangakibat adanya kelalaian dan tidak hati-hati dalam melaksanakan tindakan tranfusi darah sebelum

    operasi yang menyebabkan anak meninggal dunia.

    Tujuan: mempelajari dan menyikapi masalah etik yang dapat terjadi terkait dengan kejadian pasca tranfusidarah

    Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus AuditCara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail PosData pasien: Nama: Bayi ED usia 10 bulan No registrasi: -

    Nama klinik: Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari Kupang Telp: - Terdaftar sejak: -

    Data utama untuk bahan diskusi:

    Kasus

    9 Februari 2012

    Anak bernama bayi ED usia 10 bulan, anak dari pasangan Pendeta Johnson Dethan dan Many

    Lynn Dethan mengalami sakit.

    10 Februari 2012

    Bayi ED oleh orang tuanya dibawa ke dokter dan setelah diperiksa, kemudian oleh dokter

    dinyatakan bahwa pasien hanya mengalami batuk dan flu lalu diberi obat.

    11 Februari 2012

    Bayi ED belum juga sembuh, bahkan, ada bercak darah keluar dari dubur atau anusnya.

    Selain itu juga, bayi ED mengalami muntah-muntah. Karena tidak ada perubahan pasien dibawa

    ke dokter lagi, dan dilakukan pemeriksaan. Kemudian oleh dokter, bayi ED dinyatakan mengalami

    disentri dan orang tua pasien mendesak dokter membawa ke RS karena tidak bisa meminum ASI

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    7/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 7

    dari ibunya. Setelah mendapat izin dari dokter, Johnson membawa anaknya ke rumah sakit umum

    Kupang dan dilakukan pemeriksaan oleh dr. M. Dokter tersebut malah mengatakan kalau anaknya

    bukan disentri, tapi mengalami invaginasi. Ususnya masuk ke dalam usus. Lalu, ia membawa

    kembali anaknya ke dokter semula yang mengatakan kalau anaknya terkena disentri dan

    mengatakan kepada dokter tersebut kalau anaknya bukan disentri tapi invaginasi. Dokter itu lalu

    menelepon dokter spesialis bedah yang bernama dr. D, untuk konsultasi dan memeriksa anaknya.

    Lalu dokter tersebut mengatakan kalau itu memang invaginasi.

    Yang lebih membuat Johnson kaget adalah dokter tersebut mengatakan kalau disentrilah yang

    menyebabkan invaginasi. Johnson sangat percaya apa yang dikatakan oleh dokter karena ia tidak

    mengerti prosedur kesehatan dan mengikuti apa yang dikatakan oleh dokter tersebut. Setelah

    melakukan cek laboratorium, ternyata tidak ada bakteri atau pun virus yang menunjukkan kalau

    anak itu terkena disentri.

    Pihak keluarga meminta agar anaknya dibawa ke Rumah Sakit Umum Kupang, tapi dokter

    malah menyarankan kalau anaknya melakukan operasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Dedari

    Kupang.. Pada saat di rumah sakit, anaknya harus melakukan pengecekkan darah karena harus

    segera dioperasi. Anehnya, menurut tes golongan darah di Prodia, anaknya memiliki darah dengan

    golongan B. Padahal, saat dicek di PMI golongan darah anaknya O.

    12 Februari 2012

    Bayi ED akan menjalani operasi. Kemudian tiba-tiba saja HB bayi ED turun dan

    membutuhkan transfusi dari. Namun, transfusi darah yang dilakukan oleh para suster dengan cara

    injeksi. Darah sebanyak 100 CC dimasukkan ke dalam vena anaknya dalam waktu yang cukup

    cepat hanya 15 menit. Setelah selesai melakukan tindakan itu, mata anaknya tiba-tiba terbalik dan

    keluar darah dari hidung, lalu tidak sadarkan diri, kemudian beberapa saat kemudian bayi ED

    dinyatakan meninggal dunia.

    16 Februari 2012

    Komisi Nasional Perlindungan Anak menginvestigasi dugaan malpraktek Elija Dethan (10 bulan),

    balita berkebangsaan Kanada di RS Dedari Kupang, yang meninggal Senin 12 Februari 2012 lalu.

    Kasus ini sudah dilaporkan ke Kedutaan Besar Kanada di Indonesia.

    18 Februari 2012

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    8/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 8

    Diadakan keterangan pers yang dihadiri kedua orang tua korban, Johnson Dethan dan Marilin

    Dethan Deboer, Pengurus Yayasan Lembaga Perlindungan Anak, dan Ketua Komnas

    Perlindungan Anak Indonesia, Aris Merdeka Sirait, kemudian diberikan keterangan bahwa,

    "Kedutaan memantau kasus ini. Sebenarnya Kedutaan akan mengambil alih penangananya namun

    karena Mabes Polri sudah menurunkan tim sehingga kedutaan hanya memantau," kata Johnson

    Dethan, orangtua korban dalam keterangan pers di Kupang, NTT. Menurut Johnson, bila dalam

    penyelidikan keluarga tidak mendapatkan keadilan maka pemerintah Kanada akan mengambil

    langkah diplomasi yang lebih serius.

    Keluarga didampingi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) telah melaporkanmanajemen rumah sakit ke Polres Kupang Kota.

    Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia, Aris Merdeka Sirait mengatakan hasilinvestigasi sementara membuktikan, korban meningal dunia karena adanya perbedaan

    golongan darah saat transfusi. Hasil pemeriksaan laboraorium Prodia Kupang, golongan

    darah korban O, tetapi hasil pemeriksaan RS Dedari golongan darah korban B.

    Dokter forensik Mabes Polri, Ajun Komisaris Besar Polisi Adang Asyar menyatakanbahwa hasil otopsi baru akan di informasikan kepada pihak keluarga secepatnya. Otopsi

    akan disampaikan setelah sejumlah organ tubuh termasuk darah korban diteliti di

    laboraturium forensik Mabes Polri Jakarta.

    Pemilik RS Ibu dan Anak Dedari Kupang, Sahadewa mengatakan, pihaknya menyerahkankasus tersebut ke aparat kepolisian. Namun, dia membantah telah melakukan

    malpraktek, dengan mengatakan bahwa, "Karena malpraktek harus penuhi empat unsur

    yakni kesengajaan, kerugian, hubungan langsung dan prosedur. Belum bisa dikatakan

    kasus ini adalah malpraktek,"

    Tinjauan Pustaka

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    9/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 9

    A. Tranfusi DarahDefinisi Transfusi Darah

    Transfusi darah telah menjadi faktor utama dalam memperbaiki dan mempertahankan

    kualitas hidup bagi pasien-pasien penderita kanker, gangguan hematologi, dan cedera yang

    berhubungan dengan trauma dan pasien-pasien yang telah menjalani prosedur bedah mayor.

    Transfusi darah mencakup pemberian infus seluruh darah atau suatu komponen darah dari satu

    individu (donor) ke individu lain (resipien) meskipun transfuse darah penting untuk

    mengembalikan homeostasis, transfusi darah dapat membahayakan. Banyak komplikasi dapat

    ditimbulkan oleh terapi komponen darah, contohnya reaksi heolitik akut yang kemungkinan

    mematikan, penularan penyakit infeksi (hepatitis, AIDS) dan reaksi demam. Kebanyakan

    reaksi transfusi yang mengancam hidup diakibatkan oleh identifikasi pasien yang tidak benar

    atau pembuatan label sampel darah atau komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan

    pemberian darah yang tidak inkompatibel. Pemantauan pasien yang menerima darah dan

    komponen darah dan pemberian produk-produk ini adalah tanggung jawab keperawatan.

    Komponen darah harus diberikan oleh personel yang kompeten, berpengalaman, dan dilatih

    dengan baik dan mengikuti pedoman organisasi dan badan-badan yang telah diakreditasi

    dalam memberikan terapi komponen darah.

    Prosedur Transfusi Darah

    Untuk mencegah kemungkinan kontaminasi pada specimen darah, digunakan

    praprosedur dan prosedur yang steril, terampil dan teliti. Berikut ini adalah tahapannya :

    Praprosedur

    1. Periksa kembali apakah pasien telah menandatangani inform consent.2. Teliti apakah golongan darah pasien telah sesuai.3. Lakukan konfirmasi bahwa transfusi darah memang telah diresepkan.4. Jelaskan prosedur kepada pasien.5. Saat menerima darah atau komponen darah

    a. Periksa ulang label dengan perawat lain untuk meyakinkan bahwa golonganABO dan RH nya sesuai dengan catatan.

    b. Periksa adanya gelembung darah dan adanya warna yang abnormaldanpengkabutan.

    Gelembung udara menunjukan adanya pertumbuhan bakteri .

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    10/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 10

    Warna abnormal dan pengkabutan menunjukan hemolisis.c. Periksa jumlah dan jenis darah donor sesuai dengan catatan resipien.

    6. Periksa identitas pasien dengan menanyakan nama pasien dan memeriksa gelangidentitas.

    7. Periksa ulang jumlah kebutuhan dan jenis resipien.8. Periksa suhu, denyut nadi, respirasi dan tekanan darah pasien sebagai dasar

    perbandingan tanda-tanda vital selanjutnya.

    Prosedur

    1. Pakai sarung tangan yang dianjurkan oleh universalprecaution yang menyatakanbahwa sarung tangan harus dikenakan saat prosedur yang memungkinkan kontak

    dengan darah atau cairan tubuh lainnya.

    2. Catatlah tanda vital sebelum memulai transfusi.3. Jangan sekali-sekali menambahkan obat kedalam darah atau produk lain.4. Yakinkan bahwa darah sudah harus diberikan dalam 30menit setelah dikeluarkan dari

    pendingin.

    5. Bila darah harus dihangatkan, maka hangatkanlah dalam penghangat darah in-linedengan system pemantauan. Dan darah tidak boleh dihangatkan dalam air atau oven

    microwave.

    6. Gunakan jarum ukuran 19 atau lebih pada vena.7. Gunakan selang khusus yang memiliki filter darah untuk menyaring bekuan fibrin dan

    bahan partikel lainnya.

    8. Jangan melubangi kantung darah.9. Untuk 15 menit pertama, berikan transfusi secara perlahan-tidak lebih dari 5 ml/menit.10.Lakukan observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping.11.Apabila tidak terjadi efek samping dalam 15 menit, naikkan kecepatan aliran kecuali

    jika pasien beresiko tinggi mengalami kelebihan sirkulasi.

    12.Observasi pasien sesering mungkin selama pemberian transfusi.a. Lakukan pemantuan ketat selama 15-30 menit ntuk mendeteksi adanya tanda

    reaksi atau kelebihan beban sirkulasi.

    b. Lakukan pemantauan tanda vita dengan interval teratur.13.Perhatikan bahwa waktu pemberian tidak melebihi jam karena akan terjadi peningkatan

    resiko poliferasi bakteri.

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    11/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 11

    14.Siagalah terhadap adanya tanda reaksi samping :a. Kelebihan beban sirkulasi.

    b. Sepsis.c. Reaksi febris.d. Reaksi alergi atau anafilaktik.e. Reaksi hemolitik akut.

    Resiko Tranfusi Darah

    Risiko transfusi darah sebagai akibat langsung transfusi merupakan bagian situasi klinis

    yang kompleks. Jika suatu operasi dinyatakan potensial menyelamatkan nyawa hanya bila

    didukung dengan transfusi darah, maka keuntungan dilakukannya transfusi jauh lebih tinggi

    daripada risikonya. Sebaliknya, transfusi yang dilakukan pasca bedah pada pasien yang stabil

    hanya memberikan sedikit keuntungan klinis atau sama sekali tidak menguntungkan. Dalam

    hal ini, risiko akibat transfusi yang didapat mungkin tidak sesuai dengan keuntungannya.

    Risiko transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat, reaksi lambat, penularan penyakit

    infeksi dan risiko transfusi masif.

    a. Reaksi AkutReaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah

    transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi

    yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan

    rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai

    dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada

    pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria, demam,

    takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-

    berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein,

    trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.

    Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di

    sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea.

    Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun 20% tekanan darah

    sistolik), takikardia (naik 20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas. Reaksi ini

    disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan

    cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.

    Hemolisis intravaskular akut

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    12/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 12

    Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkompatibilitas sel

    darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang

    inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah

    dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka akan

    semakin meningkatkan risiko.

    Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat

    kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke tabung yang

    belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian memeriksa

    identitas pasien sebelum transfusi. Selain itu penyebab lainnya adalah adanya antibodi dalam

    plasma pasien melawan antigen golongan darah lain (selain golongan darah ABO) dari darah

    yang ditransfusikan, seperti sistem Idd, Kell atau Duffy.

    Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul dalam beberapa menit awal transfusi,

    kadang-kadang timbul jika telah diberikan kurang dari 10 ml. Jika pasien tidak sadar atau

    dalam anestesia, hipotensi atau perdarahan yang tidak terkontrol mungkin merupakan satu-

    satunya tanda inkompatibilitas transfusi. Pengawasan pasien dilakukan sejak awal transfusi

    dari setiap unit darah.

    Kelebihan cairan

    Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini dapat terjadi bila

    terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu cepat, atau penurunan fungsi ginjal.

    Kelebihan cairan terutama terjadi pada pasien dengan anemia kronik dan memiliki penyakit

    dasar kardiovaskular.

    Reaksi anafilaksis

    Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma merupakan

    salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada resipien tertentu. Selain itu,

    defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat. Hal itu dapat disebabkan

    produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini terjadi dalam beberapa menit awal

    transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa

    demam. Anafilaksis dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif.

    Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute lung inju ry= TRALI)

    Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung antibodi yang melawan

    leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul dalam 1-4 jam sejak awal transfusi,

    dengan gambaran foto toraks kesuraman yang difus. Tidak ada terapi spesifik, namun

    diperlukan bantuan pernapasan di ruang rawat intensif.

    b. Reaksi Lambat

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    13/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 13

    Reaksi hemolitik lambat

    Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala dan tanda

    demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang berat dan

    mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi. Pencegahan dilakukan

    dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma pasien dan

    pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi tersebut.

    Purpura pasca transfusi

    Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial

    membahayakan pada transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal ini disebabkan adanya

    antibodi langsung yang melawan antigen spesifik trombosit pada resipien. Lebih banyak terjadi

    pada wanita. Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia

    berat akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila hitung trombosit

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    14/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 14

    hepatitis B dan virus human T-cell lymphotropic (HTLV). Model ini berdasarkan fakta bahwa

    penularan penyakit terutama timbul pada saat window period (periode segera setelah infeksi

    dimana darah donor sudah infeksius tetapi hasil skrining masih negatif).

    Skrining

    Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari donor

    kepada resipien. Untuk mengurangi potensi transmisi penyakit melalui transfusi darah,

    diperlukan serangkaian skrining terhadap faktor-faktor risiko yang dimulai dari riwayat medis

    sampai beberapa tes spesifik. Tujuan utama skrining adalah untuk memastikan agar persediaan

    darah yang ada sedapat mungkin bebas dari penyebab infeksi dengan cara melacaknya sebelum

    darah tersebut ditransfusikan.

    Saat ini, terdapat tiga jenis utama skrining yang tersedia untuk melacak penyebab

    infeksi,yaitu uji Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA/EIA), uji aglutinasi partikel,

    dan uji cepat khusus (Rapid Test). Dalam mempertimbangkan berbagai pengujian, perlu

    disadari data yang berkaitan dengan sensitivitas dan spesifitas masing-masing pengujian.

    Sensitivitas adalah suatu kemungkinan adanya hasil tes yang akan menjadi reaktif pada

    seorang individu yang terinfeksi, oleh karena itu sensitivitas pada suatu pengujian adalah

    kemampuannya untuk melacak sampel positif yang selemah mungkin.Spesifisitas adalah suatu

    kemungkinan adanya suatu hasil tes yang akan menjadi non-reaktif pada seorang individu yang

    tidak terinfeksi, oleh karena itu spesifitas suatu pengujian adalah kemampuannya untuk

    melacak hasil positif non-spesifik atau palsu.

    ELISA (sering diganti dengan singkatan EIA) merupakan metode skrining yang paling

    kompleks, tersedia dalam berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk deteksi baik antigen

    maupun antibodi. Bentuk pengujian yang paling sederhana dan paling umum digunakan adalah

    dengan memanfaatkan antigen virus yang menangkap antibodi spesifik yang berada dalam

    sampel tes. Skrining untuk antigen dilakukan dengan menggunakan EIA sandwich. Perbedaan

    antara skrining antigen dan antibodi adalah bahwa skrining antigen menggunakan suatu

    sandwich antibodi-antigen-antibodi, tidak seperti skrining antibodi yang mencakup sandwich

    antigen-antibodi-antigen (konjugat).

    Pengujian aglutinasi partikel melacak adanya antibodi spesifik dengan aglutinasi partikel

    yang dilapisi dengan antigen yang berkaitan. Aglutinasi partikel telah berkembang dari

    hemaglutinasi, yang menggantikan sel darah merah pembawa (karier) dengan partikel

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    15/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 15

    pembawa (karier) yang dibuat dari gelatin atau lateks, prinsipnya sama untuk hemaglutinasi

    dan pengujian untuk aglutinasi partikel. Salah satu manfaat utama tipe pengujian ini adalah

    tidak diperlukannya peralatan mahal. Pengujian ini tidak memiliki sejumlah tahap yang

    berbeda, tidak memerlukan peralatan mencuci dan dapat dibaca secara visual.

    Pengujian cepat khusus (specialized rapid test) bersifat sederhana dan biasanya cepat

    dilakukan. Tipe ini menggabungkan kesederhanaan pengujian aglutinasi partikel dengan

    teknologi EIA. Hasil pengujian dinyatakan dalam terminologi reaktif dan non-reaktif yang

    ditentukan berdasarkan suatu nilai cut-offyang sudah ditentukan. Untuk hasil yang tidak dapat

    diklasifikasikan secara jelas dinamakan samar-samar (equivocal).

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    16/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 16

    Hukum Dunia Kedokteran

    Dengan berlakunya UU No. 29 TaHun 2004

    tentang Praktik Kedokteran (pasal 64, 66 dan 67)

    1. Putusan MKDKIPutusan MKDKI dapat berupa:

    1. Dinyatakan tidak bersalah2. Pemberian sanksi disiplin

    a. Peringatan tertulisb. Rekomendasi pencabutan tanda registrasi atau surat ijin praktikc. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan

    2. Jalur Penanganan Kasus1. Jalur Non Litigasi

    (Penyelesaian diluar pengadilan)

    - Negosiasi- Mediasi- KonsiliasiJika anak sakitlanjutkan dengan pengobatan gratis

    ETIK ORGANISASI PROFESI

    HUKUM

    KASUS

    PELAYANAN

    KESEHATAN

    DISIPLIN

    ADMINISTRASI PERDATA PIDANA

    MAJELIS KEHORMATAN

    DISIPLIN KEDOKTERAN

    INDONESIA

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    17/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 17

    Jika anak cacat atau meninggalsantunan (tali asih, bukan pengakuan bersalah)

    2. Jalur Litigasi- Pidana- Perdata

    3. Perlindungan Hukum- Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai

    dengan profesinya (Pasal 27 ayat (1) UndangUndang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan)

    - Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak memperolehperlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standard profesi dan

    Standard Prosedur Operasional (Pasal 50 huruf a UndangUndang No. 29 tahun 2004 tentang

    praktik kedokteran)

    - Barang siapa melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan Undang Undang tidakboleh dihukum (Pasal 50 KUHP)

    - Barang siapa melakukan perbuatan untuk menjalankan perintah jabatan yang diberikan olehkuasa yang berhak akan itu, tidak boleh dihukum (pasal 50 ayat (1) KUHP)

    - Pelaksana perlu dilengkapi dengan surat tugas

    4. Komunikasi Efektif Dokter PasienKomunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua

    pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan

    pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter

    dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negative

    dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien

    pun percaya sepenuhnya kepada dokter.

    Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa

    tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat

    dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien

    percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. Kurtz

    (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi

    efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan

    pasien (tidak hanya ingin sembuh).

    Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan

    pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    18/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 18

    pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien. Namun disadari

    bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untuk melakukannya. Dalam

    kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum

    menjadi prioritas. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter

    guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui pemahaman

    tentang hal-hal penting dalam pengembangan komunikasi dokter pasien diharapkan terjadi

    perubahan sikap dalam hubungan dokter-pasien.

    Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan

    proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada

    pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998). Menurut Kurzt

    (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan:

    Disease centered communication style atau doctor centered communication Style.o Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,

    termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan

    gejala-gejala.

    Illness centered communication style atau patient centered communicationstyle.o Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara

    individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,

    kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang

    dipikirkannya.

    Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan

    pasien,patient centered communication stylesebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari

    pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien

    pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya

    menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan

    apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan

    dilatih. Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication

    in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini

    dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut:

    1) Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician cognitivecapacity to understand patients needs),

    2) Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective sensitivity topatients feelings),

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    19/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 19

    3) Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien(a behavioral ability to convey empathy to patient).

    Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan

    dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels.Berikut adalah

    contoh aplikasi empati tersebut:

    - Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasieno Mengacuhkan pendapat pasieno Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti

    Kalau stress ya, mengapa datang ke sini? Atau Ya, lebih baik operasi saja

    sekarang.

    - Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil laluo A ha, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan

    alat, dan lain-lain

    - Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implicito Pasien, Pusing saya ini membuat saya sulit bekerjao Dokter, Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?

    - Level 3: Dokter menghargai pendapat pasieno Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih

    jauh apa yang membuat Anda stres?

    - Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasieno Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk

    menyempatkan berolah raga

    - Level 5:Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience)dengan pasien.

    o Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasienpernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka

    sangat, sangat, khawatir

    Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien

    tentang penyakitnya, secara eksplisit.

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    20/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 20

    Sumber : Schermerhorn, Hunt & Osborn (1994)

    5. Kewajiban dan Hak PasienUndang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Paragraf 7 mengatur

    kewajiban dan hak pasien sebagai berikut:

    Kewajiban Pasien

    1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

    Hak Pasien

    1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain (second opinion)3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;4. Menolak tindakan medis; dan5. Mendapatkan isi rekam medis

    Kewajiban dan Hak Dokter

    Sebagaimana lazimnya suatu perikatan, perjanjian medik pun memberikan hak dan

    kewajiban bagi dokter. Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

    Kedokteran, hak dan kewajiban dokter atau dokter gigi terdapat dalam paragraf 6, yaitu;Kewajiban Dokter/Dokter Gigi

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    21/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 21

    1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar proseduroperasional serta kebutuhan medis pasien;

    2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian ataukemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau

    pengobatan;

    3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelahpasien meninggal dunia;

    4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin adaorang lain yang bertugas mampu melakukannya;

    5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran ataukedokteran gigi.

    Hak Dokter/Dokter Gigi

    1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai denganstandar profesi dan standar prosedur operasional;

    2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar proseduroperasional;

    3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan4. Menerima imbalan jasa.

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    22/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 22

    Analisa Kasus

    Kasus yang terjadi diatas adalah akibat tidak adanya komunikasi efektif antara keluarga

    pasien dan pihak paramedis. Pasien kemungkinan kurang mendapatkan hak untuk mendapatkaninformasi mengenai prosedur tranfusi darah dan resiko yang terjadi akibat tranfusi darah.

    Kemudian dari informasi yang ada, kemungkinan pihak paramedis tidak melakukan praprosedur

    dan prosedur tranfusi darah dengan baik dan benar.

    Pada kasus ini juga terjadi perbedaan pemeriksaan golongan darah saat sebelum tranfusi

    darah yaitu tes golongan darah di Labolatorium Prodia, bayi ED memiliki darah dengan golongan

    B. Kemudian, saat dicek di PMI golongan darah anaknya O. Seharusnya saat terjadi perbedaan

    pada pemeriksaan golongan darah ini pihak paramedis harus melakukan pemeriksaan ulang

    golongan darah karena ini bisa berakibat fatal saat dilakukan tranfusi darah bila golongan

    darahnya berbeda dan terjadi resiko cepat saat dilakukan tranfusi darah. Kemudian bisa dilakukan

    skrining sebelum tranfusi darah bila ada cukup waktu untuk mengurangi resiko saat dilakukan

    tranfusi darah.

    Sebelum melakukan tranfusi darah diharapkan paramedis mengkomunikasikan selengkap

    lengkapnya mengenai:

    a. Prosedur tranfusi darah dan pendatanganan inform consentb. Penjelasan mengenai resiko tranfusi darah

    Praprosedur yang harus dilakukan sebelum tranfusi darah:

    a. Saat menerima darah atau komponen darah Periksa ulang label dengan perawat lain untukmeyakinkan bahwa golongan ABO dan RH nya sesuai dengan catatan.

    b. Periksa adanya gelembung darah dan adanya warna yang abnormaldan pengkabutan.

    Gelembung udara menunjukan adanya pertumbuhan bakteri . Warna abnormal dan pengkabutan menunjukan hemolisis.

    c. Periksa jumlah dan jenis darah donor sesuai dengan catatan resipien.d. Periksa identitas pasien dengan menanyakan nama pasien dan memeriksa gelang identitas.e. Periksa ulang jumlah kebutuhan dan jenis resipien.f. Periksa suhu, denyut nadi, respirasi dan tekanan darah pasien sebagai dasar perbandingan

    tanda-tanda vital selanjutnya.

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    23/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN - PROBOLINGGO 23

    Prosedur saat melakukan tranfusi darah:

    1. Pakai sarung tangan yang dianjurkan oleh universalprecaution yang menyatakanbahwa sarung tangan harus dikenakan saat prosedur yang memungkinkan kontak

    dengan darah atau cairan tubuh lainnya.

    2. Catatlah tanda vital sebelum memulai transfusi.3. Jangan sekali-sekali menambahkan obat kedalam darah atau produk lain.4. Yakinkan bahwa darah sudah harus diberikan dalam 30menit setelah dikeluarkan dari

    pendingin.

    5. Bila darah harus dihangatkan, maka hangatkanlah dalam penghangat darah in-linedengan system pemantauan. Dan darah tidak boleh dihangatkan dalam air atau oven

    microwave.

    6. Gunakan jarum ukuran 19 atau lebih pada vena.7. Gunakan selang khusus yang memiliki filter darah untuk menyaring bekuan fibrin dan

    bahan partikel lainnya.

    8. Jangan melubangi kantung darah.9. Untuk 15 menit pertama, berikan transfusi secara perlahan-tidak lebih dari 5 ml/menit.10.Lakukan observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping.11.Apabila tidak terjadi efek samping dalam 15 menit, naikkan kecepatan aliran kecuali

    jika pasien beresiko tinggi mengalami kelebihan sirkulasi.

    Pada poin-poin diatas (yang berwarna merah) pihak paramedis diduga tidak melakukan

    prosedur tranfusi darah dengan baik dan benar, yaitu pada kasus ini pihak paramedis

    melakukan transfusi darah dengan cara injeksi, lalu darah sebanyak 100 CC dimasukkan ke

    dalam vena anaknya dalam waktu yang cukup cepat dalam waktu 15 menit.

    Pada kesalahan prosedur inilah terjadi reaksi pada bayi ED yang kemungkinan mengalami

    syok anafilaktik yaitu mengalami kejang dan muntah darah lalu kemudian meninggal dunia

    setelah dilakukan tranfusi darah melalui injeksi intravena secara cepat dalam waktu 15 menit

    tersebut.

    Seharusnya pada kasus ini pihak paramedis bisa melakukan praprosedur dan prosedur

    dengan baik dan benar sebelum tranfusi darah dan fakta yang ada pada kasus ini yaitu:

    Perbedaan pemeriksaan golongan darah bayi ED yang tidak diperhatikan dengan baik Kemungkinan adanya kesalahan prosedur saat melakukan tranfusi darah yang

    dilakukan oleh pihak paramedis

  • 7/22/2019 Kasus Portofolio-Etik Dan Medikolegal Fix

    24/24

    PORTOFOLIO DOKTER INTERNSHIP KASUS ETIK December 4, 2013

    RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN PROBOLINGGO 24

    Kesimpulan

    1.Perlu selalu diterapkan hubungan dokter atau pihak paramedis dan pasien dengan baik2.Hak pasien untuk mendapatkan informasi sebelum dilakukan tindakan medis, baik diminta

    maupun tidak diminta.

    3.Penjelasan tindakan kedokteran sekurang - kurangnya mencakup:- Tata cara tindakan kedokteran- Tujuan dilakukan- Alternative tindakan dan resiko- Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

    4.Perlunya dilakukan upaya non litigasi seperti mediasi, rekonsiliasi dan negoisasi jikaditemukan sebuah kasus medik.

    5.Dilakukan pendampingan saat terjadi kasus karena keluarga pasien dianggap awamterhadap kejadian yang terjadi.

    Daftar Pustaka:

    1. McFarland JG. Perioperative blood transfusion: indications and options. Chest1999;115:113S-21S.

    2. Office of Medical Applications of Research, National Institutes of Health. Perioperative redblood cell transfusion. JAMA 1988;260:2700-3.

    3. WHO. The clinical use of blood: handbook. Geneva, 2002. Didapat dariURL:http://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/Handbook.

    pdf.

    4. Carma, L. Bylund & Gregory Makoul, Patient Education & Counseling 48 (2002) 207-2165. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.6. Konsil Kedokteran Indonesia. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Yogyakarta. 20067. Schermerhorn, Hunt & Osborn (1994), Managing Organizational Behavior, 5th ed, John

    Wiley & Sons, Inc, Canada, pp 562 - 578

    Hasil pembelajaran:

    1. Dapat menerapkan komunikasi efektif antara dokter pasien2. Dapat menyikapi dengan baik terhadap kasus etik - medik3. Dapat meminimalisir dan mengantisipasi terjadinya resiko tranfusi darah

    Catatan:

    http://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/Handbook.pdfhttp://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/Handbook.pdfhttp://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/Handbook.pdfhttp://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/Handbook.pdf