laporan kasus preeklampsia berat nas

Upload: nasfk

Post on 11-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    1/28

    LAPORAN KASUS

    PREEKLAMPSIA BERAT

    OLEH :

    Nasrullah

    H1A 004 039

    PEMBIMBING :

    dr. H. Doddy Ario Kumboyo, SpOG (K)

    Dalam Rangka Mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya

    Di Lab/SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSU Mataram

    2008

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    2/28

    KATA PENGANTAR

    Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNyalah

    sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

    Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari Lab/

    SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/

    RSU Mataram. Dalam penyusunan laporan yang berjudul Preeklampsia Berat ini penulis

    memperoleh bimbingan, petunjuk serta bantuan moral dari berbagai pihak.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:

    1. Dr. H. Doddy Ario Kumboyo, SpOG (K), selaku Dosen Pembimbing laporan kasus ini.

    2. Dr. Edi P. Wibowo, SpOG, selaku kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSU

    Mataram

    3. Dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku Koordinator Pendidikan Bagian/ SMF Kebidanan dan

    Kandungan RSU Mataram

    4. Dr. A. Rusdhy H. Hamid, SpOG selaku supervisor

    5. Dr. Gede Made Punarbawa, SpOG selaku supervisor

    6. Rekan-rekan dokter muda7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan

    masukan, bantuan dan informasi dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.

    Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran

    yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan

    kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis

    dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai dokter.

    Mataram, November 2008

    Penulis

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    3/28

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang

    terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal

    setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan

    persalinan. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan

    nifas. Begitu juga dengan kematian anak, di Indonesia setiap 20 menit anak usia di bawah 5

    tahun meninggal. Dengan kata lain 30.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta

    anak balita meninggal setiap tahun. Sekitar 99 % dari kematian ibu dan balita terjadi di negara

    miskin, terutama di Afrika dan Asia Selatan. Di Indonesia angka kematian anak balita

    menurun 15 % dalam 15 tahun, dari 79 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1988

    menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup pada kurun waktu 1998-2002 (Survei Demografi

    Kesehatan Indonesia 2002/2003). Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di negara maju

    seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2005). Sebagian besar

    kematian perempuan disebabkan komplikasi karena kehamilan dan persalinan, termasuk

    perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi dan persalinan lama (Anonim,

    2005).

    Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan

    penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia. Wahdi,

    dkk (2000) mendapatkan angka kematian ibu akibat preeklampsia/ eklampsia di RSUP Dr.

    Kariadi Semarang selama tahun 1996-1998 sebanyak 10 kasus (48%). Data ini sebanding

    dengan dokumen WHO (18 September 1989) yang menyatakan bahwa penyebab langsung

    kematian terbanyak adalah preeklampsia/eklampsia, perdarahan, infeksi dan penyebab tak

    langsung adalah anemia, penyakit jantung. Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    4/28

    merupakan pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan

    seksama. Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mencari

    tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting dalam usaha pencegahan,

    disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain (Sudinaya, 2003).

    Insiden preeklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras dan

    etnis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga faktor lingkungan.

    Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado meningkatkan insiden

    preeklampsia. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita dengan sosio ekonominya

    lebih maju jarang terkena preeklampsia (Cunningham, 2003). Preeklampsia lebih sering

    terjadi pada primigravida dibandingkan multigravida. Faktor risiko lain yang menjadi

    predisposisi terjadinya preeklampsia meliputi hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan,

    diabetes, penyakit ginjal, penyakit autoimun seperti Lupus, usia ibu yang terlalu muda atau

    yang terlalu tua dan riwayat preeklampsia dalam keluarga (George, 2007).

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    5/28

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Preeklampsia

    Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya

    perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan

    tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005).

    Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat pada

    umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan

    kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai

    preeklampsia yang berat (George, 2007).

    2.2 Epidemiologi Preeklampsia

    2.2.1 Insiden Preeklampsia

    Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang

    mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, perbedaan kriteria dalam

    penentuan diagnosis dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-

    10% (Triatmojo, 2003), Sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian

    preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000 kelahiran) (Dawn C

    Jung, 2007). Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan

    multigravida, terutama primigravida muda, Sudinaya (2000) mendapatkan angka kejadian

    preeklampsia dan eklamsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari

    1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan

    preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklamsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama

    dijumpai pada usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    6/28

    merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2005). Peningkatan

    kejadian preeklampsia pada usia > 35 tahun mungkin disebabkan karena adanya hipertensi

    kronik yang tidak terdiagnosa dengan superimposed PIH (Deborah E Campbell, 2006).

    Di samping itu, preklamsia juga dipengaruhi oleh paritas. Surjadi, dkk (1999)

    mendapatkan angka kejadian dari 30 sampel pasien preeklampsia di RSU Dr. Hasan Sadikin

    Bandung paling banyak terjadi pada ibu dengan paritas 1-3 yaitu sebanyak 19 kasus dan juga

    paling banyak terjadi pada usia kehamilan diatas 37 minggu yaitu sebanyak 18 kasus.

    Wanita dengan kehamilan kembar bila dibandingkan dengan kehamilan tunggal, maka

    memperlihatkan insiden hipertensi gestasional (13 % : 6 %) dan preeklampsia (13 % : 5 %)

    yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan kehamilan kembar

    memperlihatkan prognosis neonatus yang lebih buruk daripada wanita dengan kehamilan

    tunggal (Cunningham, 2003).

    2.2.2 Faktor Risiko Preeklampsia

    Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia,

    tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya

    preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;

    1) Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat

    keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.

    2) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking

    antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia

    Perkembangan preklamsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan

    kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.

    3) Kegemukan

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    7/28

    4) Kehamilan ganda. Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai bayi

    kembar atau lebih.

    5) Riwayat penyakit tertentu. Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu

    sebelumnya, memiliki risiko terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi

    hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerati seperti reumatik

    arthritis atau lupus.

    2.3 Etiologi Preeklampsia

    Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori

    yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu

    disebut penyakit teori; namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.

    Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori iskemia plasenta.

    Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini

    (Rustam, 1998).

    Adapun teori-teori tersebut adalah ;

    1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan

    Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga

    sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan

    pada kehamilan normal prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit

    bertambah sehingga timbul vasokonstrikso generalisata dan sekresi aldosteron menurun.

    Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi

    dan penurunan volume plasma (Y. Joko, 2002).

    2) Peran Faktor Imunologis

    Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I terjadi

    pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    8/28

    preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat

    diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.

    3) Peran Faktor Genetik

    Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada anak dari ibu

    yang menderita preeklampsia.

    4) Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus

    5) Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan

    vasodilatasi dari pembuluh darah (Joanne, 2006).

    6) Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki

    peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui

    dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan

    dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah

    dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai

    dengan kemajuan kehamilan (Drajat koerniawan, ).

    2.4 Patofisiologi Preeklampsia

    Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada

    sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia

    (Cunningham, 2003). Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan

    respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat

    menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat

    mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan

    kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan

    proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan

    peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    9/28

    intavaskular, meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.

    Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark

    plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian

    janin dalam rahim (Michael, 2005).

    Perubahan pada organ-organ :

    1) Perubahan kardiovaskuler.

    Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan

    eklamsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload

    jantung akibat hipertensi,preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya

    secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan

    onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang

    ektravaskular terutama paru (Cunningham, 2003).

    2) Metabolisme air dan elektrolit

    Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklamsia tidak diketahui

    penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklampsia

    dan eklamsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik.

    Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang

    diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan

    kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan

    perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam

    serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo, 2005 ).

    3) Mata

    Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi

    ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi

    untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda preklamsia berat

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    10/28

    yang mengarah pada eklamsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini

    disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri

    atau didalam retina (Rustam, 1998).

    4) Otak

    Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks

    serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo, 2005).

    5) Uterus

    Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga

    terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada

    preeklampsia dan eklamsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap

    rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.

    6) Paru-paru

    Kematian ibu pada preeklampsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang

    menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau

    abses paru (Rustam, 1998).

    2.5 Gambaran Klinis Preeklampsia

    2.5.1 Gejala subjektif

    Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,

    penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini

    sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa

    eklamsia akan timbul. Tekanan darahpun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria

    bertambah meningkat (Trijatmo, 2005).

    Pemeriksaan fisik

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    11/28

    Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30

    mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg.

    Tekanan darah pada preklamsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai

    kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikarda, takipnu, edema

    paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak (Michael,

    2005).

    2.6 Diagnosis Preeklampsia

    Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan

    laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi 2

    golongan yaitu;

    1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

    a) Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau

    kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat

    tekanan darah normal.

    b) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter

    atau midstearm.

    2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:

    a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

    b) Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+

    c) Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

    d) Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.

    e) Terdapat edema paru dan sianosis

    f) Trombositopeni

    g) Gangguan fungsi hati

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    12/28

    h) Pertumbuhan janin terhambat (Lanak, 2004).

    2.7 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat

    Penanganan umum.

    a) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik

    diantara 90-100 mmHg

    b) Pasang infus RL

    c) Ukur keseimbangan cairan, jangan sapai terjadi overload

    d) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria

    e) Jika jumlah urin < 30 ml perjam:

    Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam

    Pantau kemungkinan edema paru

    f) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan

    kematian ibu dan janin

    g) Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam

    h) Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru.

    Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan

    dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg intravena

    i) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi

    sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati (Abdul bari, 2001).

    Antikonvulsan. Pada kasus preeklampsia yang berat dan eklampsia, magnesium sulfat yang

    diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang yang efektif tanpa menimbulkan depresi

    susunan syaraf pusat baik bagi ibu maupun janinnya. Obat ini dapat diberikan secara

    intravena melalui infus kuntinu atau intramuskular dengan injeksi intermiten.

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    13/28

    Infus intravena kontinu;

    a) Berikan dosis bolus 4 6 gram MgSO4 yang diencerkan dalam 100 ml cairan dan

    diberikan dalam 15-20 menit

    b) Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam dalam 100 ml cairan intravena

    c) Ukur kadar MgSO4 pada 4-6 jam setelah pemberian dan disesuaikan kecepatan infus

    untuk mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEg/l (4,8-8,4 mg/l)

    d) MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.

    Injeksi intamuskular intermiten:

    a) Berikan 4 gram MgSO4 sebagai larutan 20% secara intavena dengan kecepatan tidak

    melebihi 1 g/manit

    b) Lanjutkan segera dengan 10 gram MgSO4 50%, sebagian (5%) disuntikan dalam-

    dalam di kuadran lateral atas bokong (penambahan 1 ml lidokain 2 % dapat

    mengurangi nyeri). Apabila kejang menetap setelah 15 menit, berikan MgSO4 sampai

    2 gram dalam bentuk larutan 20% secara intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1

    g/menit. Apabila wanita tersebut bertubuh besar, MgSo4 dapat diberikan samapi 4

    gram perlahan.

    c) Setiap 4 jam sesudahnya, berikan 5 gram larutan MgSO4 50% yang disuntikan dalam-

    dalam ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-kanan, tetapi setelah dipastikan

    bahwa:

    Reflek patela (+)

    Tidak terdapat depresi pernapasan

    Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml

    d) MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.

    e) Siapkan antidotum

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    14/28

    Jika terjadi henti napas

    Berikan bantuan dengan ventilator

    Berikan kalsium glukonat 2 g (20 ml dalam larutan 10%) secara intravena

    perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.

    Antihipertensi.

    a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan selama 5

    menit sampai tekanan darah turun

    b) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 intamuskular

    setiap 2 jam

    c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:

    Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.

    Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak membaik

    dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan samapi 20 mg intravena

    (Cunningham, 2003).

    Persalinan.

    a) Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam.

    b) Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa:

    Tidak terdapat koagulapati

    Anestesi yang aman/ terpilih adalah anastesia umum. Jangan lakukan anastesia

    lokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan dengan hipotensi

    c) Jika anestesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan

    persalinan pervaginam.

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    15/28

    Jika servik matang, lakukan induksi dengan aksitosin 2-5 IU dalam 500 ml

    dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin (Abdul bari, 2001).

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    16/28

    BAB IIILAPORAN KASUS

    I. IDENTITAS

    Nama : Nyonya Hd

    Umur : 22 tahun

    Agama : Islam

    Suku/Bangsa : Sasak

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Nama Suami : Tuan Pr

    Suku/Bangsa : Sasak

    Pendidikan : SMP

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Status : Nikah ~ 13 tahun

    Alamat : Pagutan

    MRS : 15 Oktober 2008 pukul 03.00 WITA

    II. ANAMNESIS :

    Keluhan Utama : Keluar air dari jalan lahir

    Penderita kiriman Puskesmas Tanjung Karang dengan keluhan sakit perut hilang

    timbul sejak pukul 00.00 WITA (15/10/2008) dan keluar air dari jalan lahir sejak pukul 00.30

    WITA (15/10/2008), keluar air tiba-tiba, berwarna jernih dan tidak berbau. Penderita tidak

    mengeluhkan nyeri perut, dan tidak ada riwayat keluar darah dan lendir sebelumnya.

    Penderita tidak mengeluhkan pusing, mual/ muntah (-), nyeri epigastrium (-), pandangankabur (-), kejang (-). Pada kehamilan sebelumnya menurut penderita, tekanan darahnya dalam

    batas normal. Gerakan anak masih dirasakan.

    Hari pertama haid terakhir : penderita lupa namun menurut pengakuan penderita umur

    kehamilannya cukup 9 bulan.

    Selama kehamilannya penderita memeriksa kehamilannya ke Puskesmas 4x, terakhir tanggal

    22 Agustus 2008. Pemeriksaan USG belum pernah dilakukan. Selama pemeriksaan kehamilan

    dikatakan keadaan janinnya sehat dan tekanan darahnya dalam batas normal.

    02.00 WITA (15/10/2008 di PKM Tanjung Karang)

    0

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    17/28

    Letak kepala, Masuk PAP 4/5, TFU=35 cm, TBJ = 3.720 gram

    His (+) 1-2x/10 ~ 25, DJJ (+) 12.11.12 (140x/mnt)

    VT : 1 jari longgar, effacement 10 %, ketuban (-) jernih, teraba kepala denom belum jelas,

    penurunan H I, tidak teraba bagian kecil/tali pusat janin

    02.30 Rujuk RSU Mataram

    Riwayat Persalinan : 1. , lahir spontan, dukun, 12 thn

    2. , lahir spontan, dukun, 6 thn

    3. Ini

    Riwayat Perkawinan : Penderita menikah 1 kali dan telah berlangsung 13 tahun

    Riwayat Kontrasepsi:

    Penderita mengakui pernah menggunakan kontrasepsi jenis suntikan 3 bulan, terakhir

    spiral, stop 1 tahun yang lalu. Rencana penggunaan kontrasepsi MOW/ steril.

    Riwayat Penyakit Terdahulu:

    Penderita mengaku tidak memiliki riwayat penyakit yang kronis ataupun berat seperti:

    HDK, PE-E, DM, asma, hipertensi, kelainan jantung, penyakit paru, dan penyakit berat

    lainnya.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Status Generalis

    Keadaan Umum : Baik

    Kesadaran : E4V5M6

    BB : 58 kg

    TB : 155 cm

    TD : 160/110 mmHg

    Nadi : 88 x/menitRespirasi : 20 x/menit

    T rectal : 36,8 0C

    Mata : anemis -/-, ikterus -/-

    Thorax : Cor : S1 S2 tunggal, Reguler, Mur (-), Gal (-)

    Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Whez -/-

    Abdomen : membesar sesuai status obstetri

    Ekstremitas : edema (-)Refleks patella : +/+

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    18/28

    Abdomen :

    Leopold I : teraba bagian lunak (bokong)

    Leopold II : teraba bagian punggung di perut kanan (puka)

    Leopold III : teraba bagian bulat, keras (kepala)

    Leopold IV : letak kepala, masuk PAP 4/5

    Tinggi Fundus Uteri (TFU): 36 cm, Taksiran Berat Janin (TBJ) : 3.875 gram

    His: (positif) 2 x /10 menit selama 30 detik

    Denyut Jantung Janin (DJJ) : 12.12.12 (144 x/menit)

    Pemeriksaan Dalam Vagina (03.15 WITA)

    VT : Pembukaan () 2 cm, effacement 25 %, ketuban (-) jernih, teraba kepalasutura sagitalis melintang, penurunan H I+, tidak teraba bagian kecil/tali pusat janin.

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Laboratorium : DL, UL dan HbsAg

    Hb : 11,3 g%, Leukosit : 14.900/mm3

    Trombosit : 247.000/mm3, Hematokrit : 35,7

    HbsAg : (-), Proteinuria (++)

    V. DIAGNOSIS

    03.00 G3P2A0H2 A/T/H dengan HDK + inpartu kala I fase laten + Riwayat keluar air

    04.00 G3P2A0H2 A/T/H dengan PEB + inpartu kala I fase laten + Riwayat keluar air

    VI. PENATALAKSANAAN

    Observasi kesra Ibu dan Janin

    Cek Laboratorium : Darah Lengkap (DL), HbSAg, Urine Lengkap (UL)

    Pemberian Antibiotik : Tes Ampicilin dan Injeksi Ampicilin 1 gram IV

    Lapor Supervisor

    - Usul : pemberian MgSO4 40% 15 cc dalam 500 cc larutan RL (drip 28

    tetes/ menit) dan MgSO4 40% 4 g IV (bolus) dan Nifedipin 3 x 10 mg.

    - Advice supervisor: usul ACC

    Pasang Dawer Catheter (DC) pemantauan produksi urine perjam

    Evaluasi 4 jam lagi

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    19/28

    Ny. Hd, 22 tahun Pagutan MRS : 15 Oktober 2008/ 03.00 WITA

    Os kiriman PKM Tanjung Karang

    dengan keluhan sakit perut hilang timbul

    sejak pukul 00.00 WITA (15/10/2008)

    dan keluar air dari jalan lahir sejak pukul

    00.30 WITA (15/10/2008). Penderita

    tidak mengeluh nyeri perut dan tidak ada

    riwayat keluar darah dan lendir

    sebelumnya. Os tidak mengeluh pusing,

    mual/ muntah (-), nyeri epigastrium (-),

    pandangan kabur (-), kejang (-).Gerakan

    janin (+)

    02.00 WITA (15/10/2008 di PKM

    Tanjung Karang)

    TD: 140/90 mmHg, Nadi: 84 x/menit,

    Respirasi: 24 x/menit, T: 36,5 0C

    Letak kepala, Masuk PAP 4/5, TFU=35

    cm, TBJ = 3.720 gram

    His (+) 1-2x/10 ~ 25, DJJ (+) 12.11.12

    (140x/mnt)

    VT : 1 jari longgar, effacement 10 %,

    ketuban (-) jernih, teraba kepala denom

    belum jelas, penurunan H I, tidak teraba

    bagian kecil/tali pusat janin

    02.30 Rujuk RSU Mataram

    Riwayat Persalinan:

    Status Generalis

    KU : baik, Kesadaran : E4V5M6

    TD : 160/110 mmHg, FN : 88 x/menit

    FP : 20 x/menit, T : 36,80C

    Mata : anemis -/-, ikterus -/-

    Thorax :

    - Cor : S1 S2 tunggal, Reg, Mur (-),

    Gal (-)

    - Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Whez -/-

    Abdomen: membesar sesuai status

    obstetri

    Ekstremitas: edema (-)

    Refleks patella: +/+

    Status Obstetri

    L1 = bokong

    L2 = puka

    L3 = kepala

    L4 = kepala msk PAP 4/5

    TFU : 36 cm, TBJ : 3.875 gram

    His : (+) 2x/10~30

    DJJ : (+) 12.12.12 (144 x/menit)

    VT : 2 cm, eff 25%, ket (-) jernih,

    teraba kepala sutura sagitalis melintang,

    HI+, tidak teraba bagian kecil/ tali

    G3P2A0H2 A/T/H dengan HDK +

    inpartu kala I fase laten + riwayat

    keluar air

    Observasi kesra Ibu dan Janin

    Cek Laboratorium : Darah Lengkap

    (DL), HbSAg, Urine Lengkap (UL)

    Pemberian Antibiotik : Tes

    Ampicilin dan Injeksi Ampicilin 1

    gram IV

    Evaluasi 4 jam lagi

    -

    19

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    20/28

    1. , lahir spontan, dukun, 12 thn

    2. , lahir spontan, dukun, 6 thn

    3. Ini

    Riwayat KB: suntikan 3 bulan, terakhir

    spiral stop ~ 1 tahun yll

    RencanaKB: Steril.

    RPD: tidak pernah menderita HDK,

    PE-E, DM, asma, hipertensi, kelainan

    jantung, penyakit paru, dan penyakit

    berat lainnya

    pusat janin

    04.00 Hasil Laboratorium :

    Hb : 11,3 g%

    Leukosit : 14.900/mm3

    Trombosit : 247.000/mm3

    Hematokrit : 35,7

    HbsAg : (-)

    Proteinuria (++)

    G3P2A0H2 A/T/H dengan PEB +

    inpartu kala I fase laten + riwayat

    keluar air

    Lapor Supervisor, usul : pemberian

    MgSO4 40% 15 cc dalam 500 cc

    larutan RL (drip 28 tetes/ menit) dan

    MgSO4 40% 4 g IV (bolus) dan

    Nifedipin 3 x 10 mg

    Advice : usul ACC

    Minum Nifedipin 1 tab

    Pasang Douer Cateter (DC)

    05.00 TD : 150/100 mmHg, FN : 88 x/menit

    FP : 20 x/menit

    His : (+) 2-3 x/10~35

    DJJ : (+) 148x/menit

    UT : 10 cc/ jam06.00 TD : 150/100 mmHg, FN : 80 x/menit

    FP : 22 x/menit, T : 36,90C

    20

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    21/28

    His : (+) 2-3 x/10~35

    DJJ : (+) 148x/menit

    UT : 70 cc/ jam07.00

    Os mengatakan sakit perut bertambah

    sering

    TD : 145/90 mmHg, FN : 90 x/menit

    FP : 20 x/menit

    His : (+) 3x/10~ 40

    DJJ : (+) 140x/menit

    UT : 120 cc/ jam

    VT : 6 cm, eff 50%, ket (-), denom uuk

    kiri depan, teraba kepala HII, ttb

    bagian kecil/ tali pusat.

    G3P2A0H2 A/T/H dengan PEB +

    inpartu kala I fase aktif + riwayat

    keluar air

    - Observasi kesra Ibu dan Janin

    - Evaluasi 4 jam lagi (kelola sesuai

    partograf WHO)

    08.00

    Os mengeluh sakit perut sering

    TD : 150/100 mmHg, FN : 86 x/menit

    FP : 20 x/menit

    His : (+) 3x/10~ 40

    DJJ : (+) 140x/menit

    UT : 110 cc/ jam09.00

    Os mengeluh sakit perut sering

    TD : 150/100 mmHg, FN : 80 x/menit

    FP : 20 x/menit, T : 36,80C

    His : (+) 3x/10~ 45

    DJJ : (+) 145x/menit

    UT : 130 cc/ jam

    10.00

    Os mengeluh sakit perut sering

    Os mengedan sendiri

    TD : 160/110 mmHg, FN : 78 x/menit

    FP : 22 x/menit

    His : (+) 3x/10~ 40

    DJJ : (+) 150x/menit

    UT : 170 cc (dibuang)

    Refleks patella +/+

    KIE ibu agar tidak mengedan

    MgSO4 kolf I habis

    Pemberian MgSO4 40% 15 cc kolf II

    21

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    22/28

    11.00

    Os mengeluh sakit perut sering

    Os mengedan sendiri

    TD : 160/110 mmHg, FN : 88 x/menit

    FP : 20 x/menit, T : 37,00C

    His : (+) 4x/10~ 45

    DJJ : (+) 152x/menit

    UT : 40 cc/ jam

    VT : 8 cm, portio oedem, ket (-) keruh,

    denom uuk kiri depan, teraba kepala

    caput (+) HII, ttb bagian kecil/ tali

    pusat janin.

    G3P2A0H2 A/T/H dengan PEB +

    inpartu kala I kasep + riwayat keluar

    air

    KIE ibu agar tidak mengedan

    Lapor Supervisor: Usul SC

    Advice : Siapkan SC

    Resusitasi IU:

    - Rehidrasi D5%:RL = 2:1

    - Pasang O2 5 lpm

    - Tidur posisi miring kiri

    Persiapan SC:

    - Injeksi Cefotaxim 2 gr IV

    - Cukur daerah operasi

    - DC terpasang12.30 Antar Pasien ke OK

    13.10 SC dimulai

    13.15

    13.19

    Kala II

    Kala III

    Lahir bayi , BB/PB :3300 gram/50

    cm, A-S : 6-8, caput (+)

    Air ketuban hijau

    Plasenta implantasi di korpus anterior

    lahir spontan kesan lengkap

    Perdarahan 350 cc

    14.00

    Tidak ada keluhan

    KU : baik, Kes : E4V5M6

    TD : 100/70 mmHg, FN : 80 x/menit

    FP : 20 x/menit, T: 36,2 C

    UT: 120 cc, Lochia: 10 cc

    TFU : 2 jari bawah pusat

    Kontraksi uterus: baik

    Post SC Observasi kesra ibu

    Observasi perdarahan

    14.15

    Tidak ada keluhan

    KU : baik, Kes : E4V5M6

    TD : 100/80 mmHg, FN : 84 x/menit

    Post SC Observasi kesra ibu

    Observasi perdarahan

    22

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    23/28

    FP : 20 x/menit, T: 36,4 C

    Lochia 10 cc

    TFU : 2 jari bawah pusat

    Kontraksi uterus: baik14.30

    Tidak ada keluhan

    KU : baik, Kes : E4V5M6

    TD : 100/80 mmHg, FN : 76 x/menit

    FP : 18 x/menit, T: 36,6 C

    Lochia 10 cc

    TFU : 2 jari bawah pusat

    Kontraksi uterus: baik

    1 jam post SC Observasi kesra ibu

    Observasi perdarahan

    15.00

    Tidak ada keluhan

    KU : baik, Kes: E4V5M6

    TD : 100/80 mmHg, FN : 80 x/menit

    FP : 20 x/menit, T: 36,5 C

    UT: 200 cc, Lochia 20 cc

    TFU : 3 jari bawah pusat

    Kontraksi uterus: baik

    Post SC Observasi kesra ibu

    Observasi perdarahan

    15.30

    Tidak ada keluhan

    KU : baik, Kes: E4V5M6

    TD : 110/80 mmHg, FN : 84 x/menit

    FP : 22 x/menit, T: 36,6 C

    Lochia 40 cc

    TFU : 3 jari bawah pusat

    Kontraksi uterus: baik

    2 jam post SC Observasi kesra ibu

    Observasi perdarahan

    16/10/2008

    06.00 WITA

    Luka operasi terasa nyeri

    KU : baik, Kes: E4V5M6

    TD : 110/80 mmHg, FN : 88 x/menit

    FP : 20 x/menit, T: 36,9 C

    UT : 400 cc, Lochia 50 cc

    TFU : 3 jari bawah pusat

    1 hari post SC

    23

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    24/28

    Kontraksi uterus: baik

    Bayi masih di NICU

    Kondisi bayi baik

    T=36,0, RR=40x/mnt, DJ=140x/mnt

    Pasi =20 cc17/10/2008

    08.00 WITA

    Os boleh pulang

    KU baik, Kes: E4V5M6

    TD : 110/70 mmHg, FN : 80x/mnt

    FP :22x/mnt, T :37 C

    Kont Uterus : baik

    TFU :4 jr bwh pusat

    lochia : 20 cc

    Luka Operasi: kering, tidak tampak

    sekret keluar dari luka, tanda radang (-)

    Bayi sudah Rawat Gabung

    Kondisi bayi baik

    T=36,2, RR=44x/mnt, DJ=140x/mnt

    ASI (+)

    2 hari post SC Kontrol dan perawatan luka operasi di

    fasilitas kesehatan terdekat

    24

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    25/28

    Bab IVPEMBAHASAN

    Preeklampsia berat adalah timbulnya hipertensi 160/110 mmHg disertai

    proteinuria dan atau edema pada kehamilan setelah 20 minggu. Pada kasus ini ibu

    dikatakan mengalami preeklampsia berat karena mengalami hipertensi, yaitu tekanan

    darahnya sebesar 160/110 mmHg dan disertai proteinuria +3. Ibu tidak mengalami

    edema. Edema memang bukan lagi menjadi kriteria untuk mendiagnosis preeklampsia

    berat. Dalam kasus ini ibu telah hamil cukup bulan.

    Hipertensi terjadi sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tahanan perifer agar

    oksigenasi jaringan dapat tercukupi. Proteinuria terjadi karena pada preeklampsia

    permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat. Edema terjadi karena terjadipenimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial. Pada preeklampsia dijumpai

    kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi daripada kehamilan

    normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi

    air dan natrium. Pada preeklampsia terjadi perubahan pada ginjal yang disebabkan oleh

    aliran darah kedalam ginjal menurun sehingga mengakibatkan filtrasi glomerulus

    berkurang atau mengalami penurunan. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus

    arteriole ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun yang

    menyebabkan retensi garam dan juga retensi air.

    Tanda lain dari preeklampsia berat yang tidak dijumpai pada kasus ini adalah

    Oliguria, jumlah produksi urine < 500 cc / 24 jam yang disertai kenaikan kadar

    kreatinin darah. Hal ini terjadi karena pada preeklampsia filtrasi glomerulus dapat

    turun sampai 50% dari normal sehingga menyebabkan diuresis menurun; pada

    keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.

    Gangguan visus : mata berkunang-kunang karena terjadi vasospasme, edema/ ablatio

    retina. Hal ini dapat diketahui dengan oftalmoskop. Gangguan Serebral : kepala pusing dan sakit kepala karena vasospasme / edema otak

    dan adanya resistensi pembuluh darah dalam otak.

    Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen karena regangan

    selaput hati oleh perdarahan/ edema atau sakit akibat perubahan pada lambung.

    25

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    26/28

    Edema paru dan sianosis. Edema paru merupakan penyebab utama kematian pada

    penderita preeklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini terjadi sebagai akibat

    dekompensasio kordis kiri.

    Pertumbuhan janin terhambat ( IUGR )

    Terapi preeklampsia berat menggunakan MgSO4 40% 15 cc dalam 500 cc

    larutan RL (drip 28 tetes/ menit) dan MgSO4 40% 4 g IV (bolus) dalam kasus ini terbukti

    efektif dalam mencegah terjadinya kejang pada penderita. Pemberian Nifedipin 3x 10 mg

    peroral juga efektif pada pasien ini. Setelah bayi lahir keadaan tekanan darah pasien

    segera turun dan berada dalam keadaan normotensi (tekanan darah normal) sehingga

    pemberian MgSO4 tidak dilanjutkan.

    26

  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    27/28

    BAB IVDAFTAR PUSTAKA

    Anonim, (2005, 07 April), Make Every Mother and Child Count, Available from:

    http://pikas.bkkbn.go.id/news_detail.php?nid=4356 (Accesed: 2008, November

    20).

    Anaonim., (2006, october 31 Last updated), About Preeclampsia, Available from:

    http://www.preeklamsia.org/abaut.asp. (Accesed: 2008, November 20)

    Anonim, (2006, August), Preeclampsia, Eclampsia, and HELLP Syndrome, Available

    from: http://www.marchofdimes.com/pnhec/188 1054.asp. (Accesed: 2008,

    November 20)

    Anonim, (2007, January 24), Preeclampsia, Available from:

    htttp://www.mayoclinic.com/health/preeclamsia/DS00583/DSECTION=4 (Accesed:

    2008, November 20)

    Brooks, B.M., (2005, January 05 Last update), Pregnancy, Preeclampsia, Available

    from: http://www.emedicine.com/emerg/topic480.htm (Accesed: 2008, November

    20)

    Cunningham, F.G. et all, 2003, Williams Obstetrics, 21st ed, McGraw-Hill Companies.

    Mochtar, R., 1998, Toksemia Gravidarum, dalam: Sinopsis Obstetri, Jilid I edisi II, EGC,

    Jakarta.

    Musalli,G. & Linden, A. (2007), Preeclampsia, Available from:

    http://www.babycenter.com/refcap/pregnancy/pregcomplications/257.html#5.

    (Accesed: 2008, November 20).

    27

    http://pikas.bkkbn.go.id/news_detail.php?nid=4356http://www.preeklamsia.org/abaut.asphttp://www.preeklamsia.org/abaut.asphttp://www.marchofdimes.com/pnhec/188%201054.asphttp://www.marchofdimes.com/pnhec/188%201054.asphttp://www.emedicine.com/emerg/topic480.htmhttp://www.babycenter.com/refcap/pregnancy/pregcomplications/257.html#5http://pikas.bkkbn.go.id/news_detail.php?nid=4356http://www.preeklamsia.org/abaut.asphttp://www.marchofdimes.com/pnhec/188%201054.asphttp://www.emedicine.com/emerg/topic480.htmhttp://www.babycenter.com/refcap/pregnancy/pregcomplications/257.html#5
  • 7/23/2019 Laporan Kasus Preeklampsia Berat Nas

    28/28

    Rachimhadhi, T., 2005, pereklamsia dan Eklamsia, dalam: buku Ilmu Kebidanan,

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

    Saifuddin, B. A., 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

    Neonatal, JNNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan bina pustaka sarwono

    prawirohardjo, Jakarta.

    Sudinaya I.P., 2003, Insiden Preeklamsia-Eklamsia di Rumah Sakit Umum Tarakan

    Kalimantan Timur-Tahun 2000, Cermin Dunia Kedokteran, 139, 13-15.

    Surjadi, M.L. dkk, 1999, Perbandingan Rasio Ekskresi Kalsium/Kreatinin Dalam Urin

    Antara Penderita Preeklamsia Dan Kehamilan Normal, Majalah Obstetri Dan

    Ginekologi Indonesia, 23, 23-26.

    Suyono, Y.J., 2002,Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi, edisi 6, Hipokrates, Jakarta

    Tomasulo, P.J. & Lubetkin, D., (2006, March 15 Review date), Preeclamsia,

    Availablefrom:

    http://www.obgyn.health.ivillage.com/pregnancybacics/preeclamsia.cmf.

    Wagner, L., (2004), Diagnosis And Management Of Preeclampsia, Available:

    http://www.aafp.org/afp/20041215/2317.html. (Accesed: 2008, November 20)

    Wahdi. Dkk, 2000. Kematian Maternal Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 1996-

    1998, Majalah Obstetri Dan Ginekologi Indonesia, 24, 165-170.

    http://www.obgyn.health.ivillage.com/pregnancybacics/preeclamsia.cmfhttp://www.aafp.org/afp/20041215/2317.htmlhttp://www.obgyn.health.ivillage.com/pregnancybacics/preeclamsia.cmfhttp://www.aafp.org/afp/20041215/2317.html