makalah askep menginitis kelompok 6.docx
TRANSCRIPT
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 1/24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan
kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderitakerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.
Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita
di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 jutakematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000
kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan PasifikBarat.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseriameningitides. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae
(pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi dibawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk
menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek yaknisekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab
meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakitmenular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka,
menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien meninggal dunia akibatpenyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian
terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur komaketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi
pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasakarena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat
melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh
biasanya menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada
kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental.
Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakinparah setelah beberapa bulan.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 2/24
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk
mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnyapada mata kuliah keperawatan Neurobehavior II tentang asuhan
keperawatan klien dengan infeksi dan inflamasi system saraf pusat.
2. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar
mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan klien dengan
infeksi dan inflamasi system saraf pusat: Meningitis, mengetahui
penyebab, tanda dan gejala, komplikasi yang mungkin terjadi, serta
penatalaksanaan dari klien yang mengalami meningitis.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari meningitis.
2. Bagaimana penyebab terjadinya meningitis.
3. Bagaimana patofisiologi meningitis.
4. Apa saja tanda dan gejala dari meningitis.
5. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien meningitis.
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami meningitis.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 3/24
BAB II
ISI
KONSEP DASAR PENYAKIT
I. DESKRIPSI
Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medulla spinalis.
Selaput otak terdiri atas tiga lapisan dari luar kedalam yaitu duramater,arakhnoid, dan piamater. Duramater terdiri dari lapisan yang berfungsi
kecuali di dalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekatpada tulang dan terdapat sinus venosus.
Falks serebri adalah lapisan vertikel dura meter yang memisahkan
kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalahruang horizontal dari dura meter yang memisahkan lobus oksipitalis dari
serebellum. Arakhnoid merupakan membrane lembut yang bersatu ditempatnya dengan pia meter, diantaranya terdapat ruang subarachnoid
dimana terdapat arteri dan vena serebri dan dipenuhi oleh cairanserebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang
subarachnoid di sebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebellum dan medulla oblongata.
Pia meter merupakan membrane halus yang kaya akan pembuluh
darah kecil yang menyuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak.
Pia meter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan
otak dan seluruh medulla spinalis.
Secara singkat pengertian dari meningitis adalah radang pada
meningen/membrane (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla
spinalis.
II. ETIOLOGI
Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi:
1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutamameningokokus, pneumokokus, dan hasil influenza.
2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.
3. Organisme jamur.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 4/24
III. KLASIFIKASI
Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan factor penyebabnya:
1. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau
menyebabkan iritasi meningen yang di sebabkan oleh abses otak,ensefalitis, limfoma, leukemia, ataui darh di ruang subarachnoid.
2. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan olehorganism bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus
influenza.
3. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
Infeksi meningen umumnya dihubungkan dengan satu atau dua
jalan, yaitu melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari
infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui penekanan
langsung seperti didapat setelah cedera traumatic tulanh wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenic atau hasil
sekunder prosedur invasive (seperti lumbal pungsi) atau alat-alatinvasive (seperti alat pemantau TIK).
a. Meningitis virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut meningitis aseptis. Tipe inibiasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan
virus seperti gondok, herpes simpleks, dan herpes zooter. Eksudat yang
biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.
Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap virus bervariasi
bergantung padajenis sel yang terlibat.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 5/24
b. Meningitis bacterial
Meningitis bacterial adalah suatu keadaan ketika meningens atau
selaput dari otak mengalami peradangan akibat bakteri. Sampai saat ini,
bentuk paling signifiakan dari meningitis adalah tipe bacterial. Bakteri
paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria
meningitidis(meningitis meningokokus), streptococcus pneumonia (pada
dewasa), dan Haemophilus influenza (pada anak-anak dan dewasa
muda). Ketiga organisme ini menyebankan sekitar 75% kasus meningitis
bakteri. Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup
droplet dan secret dari hidung dan tenggorokan yang membawa kuman
(paling sering) atau infeksi dari orang lain. Akibatnyaa, banyak yang
tidak berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi menjadi pembawa
(carrier ). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram
negative yang terrjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yangmenjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami gangguan
respons imun.
IV. PATOFISIOLOGI
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan
piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel
bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler danseluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi
arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,
memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah
otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan
oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui
ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis
merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan
otak dan ventrikel.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan
diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan
medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 6/24
bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran
vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan
reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai
dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding
membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema
serebral dan peningkatan TIK.
V. MANIFESTASI KLINIS
a. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
b. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,
dan koma.
c. Iritasi meningen mengakibatkan:
- Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
- Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
- Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut
dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah padasalah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita
yang berlawanan.
d. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibateksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa danbradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan
penurunan tingkat kesadaran.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 7/24
f. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
g. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-
tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata.
VI. KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal
bilateral)
4. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan
perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempatbekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis.
Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi:
Pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke
ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin
generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar
pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Obat anti-infeksi
(meningitis tuberkulosa):
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 8/24
Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg
selama 1 setengah tahun.
Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
Sefalosporin generasi ketiga
Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:
Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital
5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 9/24
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan meningitis meliputi: anamnesis riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic, dan pengkajianpsikososial (pada anak perlu dikaji dampak hospitalisasi).
a. Anamnesis, meliputi:
- Identitas klien, antara lain: nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan,
agama, pendidikan, dsb.
- Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua
membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
panas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
- Riwayat Penyakit Saat Ini
Factor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahhui
jenis kuman penyebab. Disisi harus ditanya dengan jelas tentang gejalayang timbul sepertyi kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambahburuk. Pada pengkajiian klien meningitis, biasanya didapatkan keluhan
yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK.
Keluhan gejala awaal tersebut biasanya sakit kepala dan demam.Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan
sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggiselama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian
untuk dilakukan pengkajian lebih mandalam, bagaiman sifat timbulnyakejang, stilus apa yang sering menimbulkan kejang, dan tindakan apa
yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejangtersebut.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguanmemori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang
terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula responsindividu etrhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan peilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidakresponsive, dan koma. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 10/24
riwayat selama menjalani perawatn di RS, pernahkah menjalani
tindakan invasife yang memungkinkan masuknya kuman ke meningen
terutama melalui pembuluh darah.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan henoglobinopatis lain, tinbadak bedah
saraf, riwayat trauma kepala, dan adanya pengaruh immunologis pada
masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada klien
terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani
pengobatan obat antituberkulosis yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberkulosa. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obatkortikosteroid,
pemakaian jenis-jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensipemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian.
Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayatpenyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh
dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
- Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi
yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Sebagian besar
pangkajian ini dapat diselesaikan melalui interasi menyeluruh dengan
klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan member pernyataan
dan tetap melakukan pengawasan sepanjang waktu untuk menentukan
kelayakan ekspresi emosi dan pikiran. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klienterhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengauhnya dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah
ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (ganngguan
citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara
sadar bias digunakan klien selama masa stress meliputi kemampuan
klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telahdiketahui dan perubahan perilaku akibat stress.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 11/24
Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini
memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya
perawatan dan pengobatan mmemerlukan dana yang tidak sedikit.
Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis
dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gayahidup individu. Persfektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua
masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis
dalam hubungannya dengan peran social klien dan rencana pelayanan
yang akan mendukung adaftasi pada gangguan neurologis didalam
system dukungan individu.
Pada pengkajian klien anak, perlu diperhatikan dampak
hospitalisasi pada anak dan family center. Anak dengan meningitis
sangat rentan terhadap tindakan invasive yang sering dilakukan untuk
mengurangi keluhan stress anak dan menyebabkan anak stress dankurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan medis.
Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat mengoservasianak-anak bermain atau selama berinteraksi dengan orang tua. Anak-
anak sering kali tidak mampu untuk mengekspresikan perasaan merekadan cenderung untuk memperlihatkan masalah mereka melalui tingkah
laku.
b. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamneesis yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan
secara per system B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan
keluhan-keluha dari klien.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa TTV. Pada klien
meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih darunormal, yaitu 38-41
0 C, dimulai dari fase sistemik. Kemerahan, panas,
kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan
proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat
pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan
dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai peningkatan
frekuensi pernafasan sering berrhubungan dengan peningkatan laju
metabolism umum dan adanya infeksi pada system pernafasan sebelum
mengalami meningitis. Tekanan darah biasanya normal atau meningkat
karena tanda-tanda peningkatan TIK.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 12/24
B1 (BREATHING)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
otot bantu nafas, dan peningkatan prekuensi pernapasan yang seringdidapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya gangguan pada
system pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat
deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi fpeura massif
(jarang terjadi pada klien dengan meningitis). Auskultasi bunyi nafas
tambahan sepetti ronkhi pada kien dengan meningitis tuberkulosa
dengan penyebaran primer dari paru.
B2 (BLOOD)
Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan pada klienmeningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami
renjatan (syok). Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% klien denganmeningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia: demam
tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajahdan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravascular
desiminata (disseminated intravascular coagulation-DIC). Kematian
mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
B3 (BRAIN)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada system lainnya.
a. Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran kliien merupakan parameter yang palingmendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap lingkunganadalah indicator paling sensitive untuk disfungsi system persarafan.
Beberapa system digunakan untuk membuat peringkat perubahandalam kewasspadaan dan kesadaran.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya
berkisar pada tingkat latergi, stupor, dan semikomatosa. Apabila kliensudah mengalimi koma maka penilaian GCS sangat penting untuk
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 13/24
menilai tingkat kasadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau
pembarian asuhan keparawatan.
b. Fungsi serebri
Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,
nilai gaya bicara klien dan observasi ekspesi wajah dan aktifitas motorik
yang pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
c. Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis
supuratif disertai abses serebri dan efusi ssubdural yang menyebabkan
terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.
Saraf III,IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klienmeningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya yanpa
kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu
kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reksi pupil akan
didapatkan. Dengan alas an yang tidak diketahui, klien meningitis
mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap
cahaya.
Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajahsimetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usuha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan
kaku kuduk (rigiditas nukal).
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 14/24
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
d. System motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada
meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.
e. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum
atau periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks patologisakan didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma.
Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.
f. Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada
keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama
pada anak dengan meningitis disertai peningkatan suhu tubuh yang
tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan denganmeningitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
g. System sensorik
Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan
sensasi raba, nyeri, dan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal
dipermukaan tubuh. Sensasi proprioseptif dan diskriminatif normal.
Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang berhubungan dengan
peningkatan TIK. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudatpurulen dan edema serebri terdiri atas perubahan karakteristik tanda-
tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak
teratur, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran
Adanya ruang merupakan salah satu cirri yang menyolok pada
meningitis meningokokal (neisseria meningitis). Sekitar setengah dari
semua kloien dengan tipe meningitis, mengalami lesi-lesi pada kulit
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 15/24
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 16/24
PENGKAJIAN PADA ANAK
Pengkajian pada anak sedikit berbeda dengan klien dewasa, hal ini
disebabkan pengkajian anamnesis lebih banyak dengan orang tua dan
pemeriksaan fisik berbeda karena belum sempurnanya organ
pertumbuhan terutama pada neonatus.
Pengkajian yang didapatkan pada anak bergantung pada usia anak
dan luasnya penyebaran infeksi di meningen. Hal lainnya yang
bmempengaruhi klinis pada anak adalah tipe organism yang menginvasi
meningen dan seberapa besar keektifan pemberian terapi, dalam hal ini
adalah jenis antibiotic yang di pakai sangat berpengruh terhadap gejala
klinis pada anak. Untuk memudahkan penilaian klinis, gejala meningitis
pada anak dibagi menjadi tiga meliputi anak, bayi, dan neonatus.
Pada anak, manifestasi klinisnya adalah timbul sakit secara tiba-
tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-
kejang. Anak menjadi cepat rewel dan agitasi serta dapat berkembang
menjadi fotobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau
mengantuk, stupor, dan koma. Gejala atau gangguan pada pernapasan
atau gangguan gastrointestinal seperti sesak nafas,muntah, dan diare.
Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada kepala jika difleksiakan,
kaku leher, tanda krenig dan brudzinski (+). Akibat perfusi yang tidak
optimal biasanya memberikan tanda klinis seperti kulit dingin dansianosis. Gejala lainnya yang lebih sfesipik seperti petekia/purpura pada
kulit sering didapatkan apabila anak mengalami infeksi meningokokus
(meningokoksemia), keluarnya cairan dari telinga merupakan gejalakhas pada anak yang mengalami meningitis pneumokokus dan sinus
dermal kongenital terutama disebabkan oleh infeksi E.colli.
Pada bayi, manifestasi klinis biasanya tampak pada anak umur 3
bulan sampai 2 tahun dan sering ditemukan adanya demam, nafsu
makan menurun, muntah, rewel, mudah lelah, kejang-kejang, dan
menangis meraung-raung. Tanda khas dikepala adalah fontanelmenonjol. Kaku kuduk merupakan tanda meningitis pada anak,
sedangkan tanda-tanda brutzinski dan krenig dapat terjadi namun
lambat atau ada pada kasus meningitis tahap lanjut.
Pada neonatus, biasanya masih sukar untuk diketahui karena
manifestasi klinisnya tidak jelas dan tidak spesifik, namun pada
beberapa keadaan gejalanya mempunyai kemiripan dengan anak yang
lebih besar, neonatus biasanya menolak untuk makan, kemampuan
untuk menetek buruk, gangguan GI berupa muntah dan kadang-kadangada diare. Tonus otot lemah, pergerakan dan kekuatan menangis
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 17/24
melemah. Pada kasus lanjut terjadi hipotermia atau demam, ikterus,
rewel, mengantuk, kejang-kejang, frekuensi napas tidak teratur/apnea,
sianosis, penurunan berat badan, tanda fontanel menonjol mungkin ada
atau tidak. Leher fleksibel, yaitu tidak didapatkan adanya kaku kuduk.
Pada fase yang lebih berat terjadi kolaps kardiovaskuler, kejang, danapnea biasanya terjadi bila tidak diobati atau tidak dilakukan tindakan
yang cepat.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic rutin pada klien meningitis meliputi
laboratorium klinik rutin (Hb, leukosit,LED, trombosit, retikulosit, glukosa)
pemeriksaan faal hemostatis diperlukan untuk mengetahui sacera awaladanya DIC. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk
mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama
hiponatremia.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalahanalisis cairan otak. Lumbal pungsi tidak bisa dikerjakan pada klien
dengan peningkatan TIK. Analisis cairan otak diperiksa untukmengetahui jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Kadar glukosa
darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 darinilai serum glukosa dan pada klien meningitis kadar glukosa cairan
otaknya menurun dari nilai normal.
Untuk lebih spesifik mengetahui jennies mikroba, maka organism
penyebab infeksi dapat diidentifikasi melalui kultur kuman pada cairan
serebrospinal dan darah. Counter immune elektrophoresis (CIE)
digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairantubuh, umumnya cairan serebrospinal dan urine.
Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis klien meliputi foto
Rontgen paru, CT scan kepala. CT scan dilakukan untuk menentukan
adanya edema serebri atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya
normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangandan edema pada otak dan selaput otak.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 18/24
2. Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume
intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebri.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi secret, penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat
kesadaran.
4. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan perubahan
tingkat kesadaran, defresi pusat nafas diotak.
5. Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan infeksi
meningokokus.
6. Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.
7. Hipertemia yang berhubungan dengan inflamasi pada meningen danpeningkatan metabolism umum.
8. Risiko tinggi deficit cairan tubuh yang berhubungan dengan muntah dan
demam.
9. Risiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan kektidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
10. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan adanya kejang berulang,
fiksasi kurang optimal.
11. Gangguan aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan
fisik umum.
12. Risiko tinggi koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan
dengan prognosis penyakit, perubahan psiko-sosial, perubahan perspsikognitif, perubahan actual dalam strukltur dan fungsi, ketidakberdayaan,
dan merasa tidak ada harapan.
13. Cemas yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit danperubahan kesehatan.
C. INTERVENSI
Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
peradangan dan edema pada otak dan selaput otak. Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi
perfusi jaringa otak meningkat.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 19/24
Criteria hasil: Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar,
disorientasi negative, konsentrasi baik, perfusi jaringan dan
oksigenassi baik, TTV dalam batas normal, dan syok dapat
dihindari.
Intervensi Rasional Anjurkan klien berbaring
minimal 4-6 jam setelah
lumbal pungsi.
Monitor tanda-tandapeningkatan tekanan
intracranial selamaperjalanan penyakit (nadi
lambat, TD meningkat,kesadaran menurun, nafas
ireguler, refleks pupilmenurun, kelemahan).
Monitor TTV dan neurologis
tiap 5-30 menit. Catat dan
laporkan segera perubahan-
perubahan tekanan intra-
cranial ke dokter.
Hindari posisi tungkai ditekukatau gerakan-gerakan klien,
anjurkan untuk tirah baring.
Tinggikan sedikit kepala klien
dengan hati-hati, cegah
gerakan yang tiba-tiba dan
tidak perlu dari kepala dan
leher, hindari fleksi leher.
Mencegah nyeri kepala yang
menyertai perubahan tekanan
intracranial.
Mendeteksi tanda-tanda syok.
Perubahan-perubahan ini
manandakan ada perubahan
tekanan intracranial dan penting
untuk intervensi awal.
Mencegah peningkatan tekananintracranial.
Mengurangi tekananintracranial.
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 20/24
Bantu seluruh aktivitas dan
gerakan-gerakan klien.
Anjurkan klien untukmenghembuskan nafas
dalam bila miring dan
bergerak ditempat tidur.
Cegah posisi fleksi pada lutut.
Sesuaikan dan atur waktuprosedur perawatan dengan
periode reelaxsasi; hidarirangsangan lingkungan yang
tidak perlu.
Beri penjelasan kepada kliententang keadaa n lingkungan.
Evaluasi selama masapenyembuhan terhadap
gangguan motorik, sensorik
dan intelektual.
Kolaborasi pemberian steroid
osmotic.
Mencegah keregangan otot
yang dapat menimbulkan
peningkatan tekanan
intracranial.
Mencegah eksitasi yangmerangsang otak yang sudah
iritasi dan dapat menimbulkankejang.
Mengurangi disorientasi dan
untuk klarifikasi persefsi
sensorik yang terganggu.
Untuk merujuk ke rehabilitasi.
Menurunkan tekanan
intracranial.
Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatanvolume intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 21/24
serebri. Tujuan: tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu3x24 jam. Kriterria hasil: Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyerikepala, mual-mual dan muntah, GCS: 4,5,6, tidak terdapat papil
edema, TTV dalam batas normal. Intervensi Rasional
Kaji factor penyebab dari
situasi/keadaan
individu/penyebab
koma/penurunan perfusi
jaringan dan kemungkinan
penyebab peningkatan TIK.
Pertahankan kepala/leher
pada posisi yang netral,usahakan dengan sedikit
bantal. Hindari penggunaan
bantal yang tinggi padakepala.
Berikan periode istirahatantara perawatan dan batasi
lamanya prosedur.
Berikan cairan intravenasesuai indikasi.
Panas merupakan reflex dari
hipotalamus. Peningkatan
kebutuhan metabolism dan
oksigen akan menunjang
peningkatan TIK.
Perubahan kepala pada satusisi dapat menimbulkan
penekanan pada vena jugularis,dan menghambat aliran darah
ke otak sehingga TIKmeningkat.
Memberikan suasana yang
tenang dapat mengurangi
respon psikologis dan
memberikan istirahat untuk
mempertahankan TIK yangrendah.
Mengurangi edema serebral,
peningkatan minimum pada
minimum pada pembuluh darah,
tekanan darah, dan TIK. Duretik digunakan pada fase
akutuntuk mengalirkan air dari
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 22/24
Berikan obat osmosis diuretic:
manitol, furoscide.
Berikan steroid:
dexamethason, methylprednisone
Berikan analgesic narkotik:
kodein.
sel otak dan mengurangi edema
serebral dan TIK.
Untuk menurunkan inflamasidan mengurangi edema
jaringan.
Mengurangi nyeri
Hindari konfrantasi Konfrontasi dapatmeningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama, danmungkin memperlambat
penyembuhan
Mulai melakukan tindakkan
untuk mengurangi kecemasan.
Beri lingkungan yang tenang
dan suasana penuh istirahat
Mengurangi rangsangan
eksternal yang tidak perlu
Orientasikan klien terhadap
prosedur rutin dan aktivitas
yang diharapkan Orientasi dapat menurunkan
kecemasan
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 23/24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Meningitis adalah radang pada meningen/membrane (selaput) yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis.
Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi: Bakteri, Virus, Organisme
jamur.
Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan factor penyebabnya: Asepsis,
Sepsis, Tuberkulosa
Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian meliputi: anamnesa: identitas klien, keluhan utama, riwayatpenyakit, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan diagnostic.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua
membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalahpanas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan gejala yang muncul saat
pengkajian dilakukan.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga
bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua
mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya. Saran kami,
lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.
Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan
yang menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari
7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 24/24
segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih
baik.