makalah askep menginitis kelompok 6.docx

24
BAB I PENDAHULUAN  A. LATAR BELAKANG Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.  Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.  Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus  pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.  Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan.  

Upload: nindinindy1836

Post on 10-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 1/24

BAB I 

PENDAHULUAN 

 A.  LATAR BELAKANG 

Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan

kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderitakerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental. 

Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita

di seluruh dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 jutakematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000

kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan PasifikBarat. 

 Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus

 pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseriameningitides. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae

(pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi dibawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk

menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek yaknisekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab

meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakitmenular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka,

menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien meninggal dunia akibatpenyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian

terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur komaketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi

pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasakarena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat

melawan bakteri tersebut. 

Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh

biasanya menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada

kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental.

Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakinparah setelah beberapa bulan. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 2/24

 

B.  TUJUAN 

1. TUJUAN UMUM 

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk

mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnyapada mata kuliah keperawatan Neurobehavior II tentang asuhan

keperawatan klien dengan infeksi dan inflamasi system saraf pusat. 

2. TUJUAN KHUSUS 

Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar

mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan klien dengan

infeksi dan inflamasi system saraf pusat: Meningitis, mengetahui

penyebab, tanda dan gejala, komplikasi yang mungkin terjadi, serta

penatalaksanaan dari klien yang mengalami meningitis. 

C.  RUMUSAN MASALAH 

1.  Apa pengertian dari meningitis. 

2. Bagaimana penyebab terjadinya meningitis. 

3. Bagaimana patofisiologi meningitis. 

4.  Apa saja tanda dan gejala dari meningitis. 

5. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien meningitis. 

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami meningitis. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 3/24

BAB II 

ISI 

KONSEP DASAR PENYAKIT 

I.  DESKRIPSI 

Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medulla spinalis.

Selaput otak terdiri atas tiga lapisan dari luar kedalam yaitu duramater,arakhnoid, dan piamater. Duramater terdiri dari lapisan yang berfungsi

kecuali di dalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekatpada tulang dan terdapat sinus venosus. 

Falks serebri adalah lapisan vertikel dura meter yang memisahkan

kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalahruang horizontal dari dura meter yang memisahkan lobus oksipitalis dari

serebellum. Arakhnoid merupakan membrane lembut yang bersatu ditempatnya dengan pia meter, diantaranya terdapat ruang subarachnoid

dimana terdapat arteri dan vena serebri dan dipenuhi oleh cairanserebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang

subarachnoid di sebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebellum dan medulla oblongata. 

Pia meter merupakan membrane halus yang kaya akan pembuluh

darah kecil yang menyuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak.

Pia meter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan

otak dan seluruh medulla spinalis. 

Secara singkat pengertian dari meningitis adalah radang pada

meningen/membrane (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla

spinalis. 

II.  ETIOLOGI 

Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi: 

1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutamameningokokus, pneumokokus, dan hasil influenza. 

2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi. 

3. Organisme jamur. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 4/24

 

III.  KLASIFIKASI 

Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan factor penyebabnya: 

1.  Asepsis 

Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau

menyebabkan iritasi meningen yang di sebabkan oleh abses otak,ensefalitis, limfoma, leukemia, ataui darh di ruang subarachnoid. 

2. Sepsis 

Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan olehorganism bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus

influenza. 

3. Tuberkulosa 

Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel. 

Infeksi meningen umumnya dihubungkan dengan satu atau dua

 jalan, yaitu melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari

infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui penekanan

langsung seperti didapat setelah cedera traumatic tulanh wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus merupakan iatrogenic atau hasil

sekunder prosedur invasive (seperti lumbal pungsi) atau alat-alatinvasive (seperti alat pemantau TIK). 

a. Meningitis virus 

Tipe dari meningitis ini sering disebut meningitis aseptis. Tipe inibiasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan

virus seperti gondok, herpes simpleks, dan herpes zooter. Eksudat yang

biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis

virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.

Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak.

Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap virus bervariasi

bergantung padajenis sel yang terlibat. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 5/24

b. Meningitis bacterial 

Meningitis bacterial adalah suatu keadaan ketika meningens atau

selaput dari otak mengalami peradangan akibat bakteri. Sampai saat ini,

bentuk paling signifiakan dari meningitis adalah tipe bacterial. Bakteri

paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria

meningitidis(meningitis meningokokus), streptococcus pneumonia (pada

dewasa), dan Haemophilus influenza (pada anak-anak dan dewasa

muda). Ketiga organisme ini menyebankan sekitar 75% kasus meningitis

bakteri. Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup

droplet dan secret dari hidung dan tenggorokan yang membawa kuman

(paling sering) atau infeksi dari orang lain. Akibatnyaa, banyak yang

tidak berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi menjadi pembawa

(carrier ). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram

negative yang terrjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yangmenjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami gangguan

respons imun. 

IV.  PATOFISIOLOGI 

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan

piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel

bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler danseluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi

arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan

subarachnoid. 

Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,

memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah

otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan

oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena

hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui

ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis

merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan

otak dan ventrikel. 

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan

diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan

medula spinalis bagian atas.

Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis

media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 6/24

bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran

vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan

saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;

semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. 

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan

reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat

menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan

serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,

vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai

dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding

membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan

perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan

permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema

serebral dan peningkatan TIK. 

V.  MANIFESTASI KLINIS 

a. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering) 

b. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,

dan koma. 

c.  Iritasi meningen mengakibatkan: 

- Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami

kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher. 

- Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam

keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan

sempurna. 

- Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut

dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah padasalah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita

yang berlawanan. 

d. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya. 

e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibateksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan

karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa danbradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan

penurunan tingkat kesadaran. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 7/24

f.  Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal. 

g. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-

tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati

intravaskuler diseminata. 

VI.  KOMPLIKASI 

1.  Hidrosefalus obstruktif  

2.  MeningococcL Septicemia (mengingocemia) 

3.  Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal

bilateral) 

4.  SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone) 

5.  Efusi subdural 

6.  Kejang 

7.  Edema dan herniasi serebral 

8.  Cerebral palsy 

9.  Gangguan mental 

10. Gangguan belajar  

VII.  PENATALAKSANAAN MEDIS 

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan

perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempatbekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis.

Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi: 

Pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke

ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan

perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin

generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar

pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Obat anti-infeksi

(meningitis tuberkulosa): 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 8/24

  Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg

selama 1 setengah tahun. 

  Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun. 

  Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3bulan. 

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial): 

  Sefalosporin generasi ketiga 

   Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari 

  Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari. 

Pengobatan simtomatis: 

   Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6

mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital

5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari. 

   Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis. 

   Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan

untuk mengobati edema serebri. 

  Pemenuhan oksigenasi dengan O2. 

  Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian

tambahan volume cairan intravena. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 9/24

 ASUHAN KEPERAWATAN 

 A.  PENGKAJIAN 

Pengkajian keperawatan meningitis meliputi: anamnesis riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic, dan pengkajianpsikososial (pada anak perlu dikaji dampak hospitalisasi). 

a.  Anamnesis, meliputi: 

-  Identitas klien, antara lain: nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan,

agama, pendidikan, dsb. 

-  Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua

membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah

panas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. 

-  Riwayat Penyakit Saat Ini  

Factor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahhui

 jenis kuman penyebab. Disisi harus ditanya dengan jelas tentang gejalayang timbul sepertyi kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambahburuk. Pada pengkajiian klien meningitis, biasanya didapatkan keluhan

yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. 

Keluhan gejala awaal tersebut biasanya sakit kepala dan demam.Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan

sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggiselama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian

untuk dilakukan pengkajian lebih mandalam, bagaiman sifat timbulnyakejang, stilus apa yang sering menimbulkan kejang, dan tindakan apa

yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejangtersebut. 

 Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran

dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguanmemori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang

terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula responsindividu etrhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan peilaku juga

umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidakresponsive, dan koma. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 10/24

riwayat selama menjalani perawatn di RS, pernahkah menjalani

tindakan invasife yang memungkinkan masuknya kuman ke meningen

terutama melalui pembuluh darah. 

-  Riwayat Penyakit Dahulu 

Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan

adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi

pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,

mastoiditis, anemia sel sabit dan henoglobinopatis lain, tinbadak bedah

saraf, riwayat trauma kepala, dan adanya pengaruh immunologis pada

masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada klien

terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani

pengobatan obat antituberkulosis yang sangat berguna untuk

mengidentifikasi meningitis tuberkulosa. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obatkortikosteroid,

pemakaian jenis-jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensipemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian.

Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayatpenyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh

dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. 

-  Pengkajian Psiko-sosio-spiritual  

Pengkajian psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi

yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas

mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Sebagian besar

pangkajian ini dapat diselesaikan melalui interasi menyeluruh dengan

klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan member pernyataan

dan tetap melakukan pengawasan sepanjang waktu untuk menentukan

kelayakan ekspresi emosi dan pikiran. Pengkajian mekanisme koping

yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klienterhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam

keluarga dan masyarakat serta respons atau pengauhnya dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah

ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan akan

kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas

secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (ganngguan

citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara

sadar bias digunakan klien selama masa stress meliputi kemampuan

klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telahdiketahui dan perubahan perilaku akibat stress. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 11/24

Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini

memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya

perawatan dan pengobatan mmemerlukan dana yang tidak sedikit.

Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis

dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gayahidup individu. Persfektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua

masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis

dalam hubungannya dengan peran social klien dan rencana pelayanan

yang akan mendukung adaftasi pada gangguan neurologis didalam

system dukungan individu. 

Pada pengkajian klien anak, perlu diperhatikan dampak

hospitalisasi pada anak dan family center. Anak dengan meningitis

sangat rentan terhadap tindakan invasive yang sering dilakukan untuk

mengurangi keluhan stress anak dan menyebabkan anak stress dankurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan medis.

Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat mengoservasianak-anak bermain atau selama berinteraksi dengan orang tua. Anak-

anak sering kali tidak mampu untuk mengekspresikan perasaan merekadan cenderung untuk memperlihatkan masalah mereka melalui tingkah

laku. 

b.  Pemeriksaan Fisik 

Setelah melakukan anamneesis yang mengarah pada keluhan-

keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data

dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan

secara per system B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan

keluhan-keluha dari klien. 

Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa TTV. Pada klien

meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih darunormal, yaitu 38-41

0 C, dimulai dari fase sistemik. Kemerahan, panas,

kulit kering, berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan

proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat

pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan

dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila disertai peningkatan

frekuensi pernafasan sering berrhubungan dengan peningkatan laju

metabolism umum dan adanya infeksi pada system pernafasan sebelum

mengalami meningitis. Tekanan darah biasanya normal atau meningkat

karena tanda-tanda peningkatan TIK. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 12/24

 

 B1 (BREATHING) 

Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan

otot bantu nafas, dan peningkatan prekuensi pernapasan yang seringdidapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya gangguan pada

system pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat

deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi fpeura massif

(jarang terjadi pada klien dengan meningitis). Auskultasi bunyi nafas

tambahan sepetti ronkhi pada kien dengan meningitis tuberkulosa

dengan penyebaran primer dari paru. 

 B2 (BLOOD) 

Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan pada klienmeningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami

renjatan (syok). Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% klien denganmeningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia: demam

tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajahdan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravascular

desiminata (disseminated intravascular coagulation-DIC). Kematian

mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi. 

 B3 (BRAIN) 

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada system lainnya. 

a. Tingkat kesadaran 

Kualitas kesadaran kliien merupakan parameter yang palingmendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan

pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap lingkunganadalah indicator paling sensitive untuk disfungsi system persarafan.

Beberapa system digunakan untuk membuat peringkat perubahandalam kewasspadaan dan kesadaran. 

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya

berkisar pada tingkat latergi, stupor, dan semikomatosa. Apabila kliensudah mengalimi koma maka penilaian GCS sangat penting untuk

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 13/24

menilai tingkat kasadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau

pembarian asuhan keparawatan. 

b. Fungsi serebri 

Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,

nilai gaya bicara klien dan observasi ekspesi wajah dan aktifitas motorik

yang pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien

mengalami perubahan. 

c. Pemeriksaan saraf cranial 

Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan

fungsi penciuman tidak ada kelainan. 

Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.

Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis

supuratif disertai abses serebri dan efusi ssubdural yang menyebabkan

terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama. 

Saraf III,IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klienmeningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya yanpa

kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu

kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reksi pupil akan

didapatkan. Dengan alas an yang tidak diketahui, klien meningitis

mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap

cahaya. 

Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis

pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan. 

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajahsimetris. 

Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. 

Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik. 

Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan

trapezius. Adanya usuha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan

kaku kuduk (rigiditas nukal). 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 14/24

Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak

ada fasikulasi. Indra pengecapan normal. 

d. System motorik 

Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada

meningitis tahap lanjut mengalami perubahan. 

e. Pemeriksaan refleks

Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum

atau periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks patologisakan didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma.

 Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN. 

f.  Gerakan involunter  

Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan distonia. Pada

keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama

pada anak dengan meningitis disertai peningkatan suhu tubuh yang

tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan denganmeningitis. Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. 

g. System sensorik 

Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan

sensasi raba, nyeri, dan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal

dipermukaan tubuh. Sensasi proprioseptif dan diskriminatif normal. 

Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang berhubungan dengan

peningkatan TIK. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudatpurulen dan edema serebri terdiri atas perubahan karakteristik tanda-

tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak

teratur, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran 

 Adanya ruang merupakan salah satu cirri yang menyolok pada

meningitis meningokokal (neisseria meningitis). Sekitar setengah dari

semua kloien dengan tipe meningitis, mengalami lesi-lesi pada kulit

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 15/24

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 16/24

PENGKAJIAN PADA ANAK 

Pengkajian pada anak sedikit berbeda dengan klien dewasa, hal ini

disebabkan pengkajian anamnesis lebih banyak dengan orang tua dan

pemeriksaan fisik berbeda karena belum sempurnanya organ

pertumbuhan terutama pada neonatus. 

Pengkajian yang didapatkan pada anak bergantung pada usia anak

dan luasnya penyebaran infeksi di meningen. Hal lainnya yang

bmempengaruhi klinis pada anak adalah tipe organism yang menginvasi

meningen dan seberapa besar keektifan pemberian terapi, dalam hal ini

adalah jenis antibiotic yang di pakai sangat berpengruh terhadap gejala

klinis pada anak. Untuk memudahkan penilaian klinis, gejala meningitis

pada anak dibagi menjadi tiga meliputi anak, bayi, dan neonatus. 

Pada anak, manifestasi klinisnya adalah timbul sakit secara tiba-

tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-

kejang. Anak menjadi cepat rewel dan agitasi serta dapat berkembang

menjadi fotobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau

mengantuk, stupor, dan koma. Gejala atau gangguan pada pernapasan

atau gangguan gastrointestinal seperti sesak nafas,muntah, dan diare.

Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada kepala jika difleksiakan,

kaku leher, tanda krenig dan brudzinski (+). Akibat perfusi yang tidak

optimal biasanya memberikan tanda klinis seperti kulit dingin dansianosis. Gejala lainnya yang lebih sfesipik seperti petekia/purpura pada

kulit sering didapatkan apabila anak mengalami infeksi meningokokus

(meningokoksemia), keluarnya cairan dari telinga merupakan gejalakhas pada anak yang mengalami meningitis pneumokokus dan sinus

dermal kongenital terutama disebabkan oleh infeksi E.colli. 

Pada bayi, manifestasi klinis biasanya tampak pada anak umur 3

bulan sampai 2 tahun dan sering ditemukan adanya demam, nafsu

makan menurun, muntah, rewel, mudah lelah, kejang-kejang, dan

menangis meraung-raung. Tanda khas dikepala adalah fontanelmenonjol. Kaku kuduk merupakan tanda meningitis pada anak,

sedangkan tanda-tanda brutzinski dan krenig dapat terjadi namun

lambat atau ada pada kasus meningitis tahap lanjut. 

Pada neonatus, biasanya masih sukar untuk diketahui karena

manifestasi klinisnya tidak jelas dan tidak spesifik, namun pada

beberapa keadaan gejalanya mempunyai kemiripan dengan anak yang

lebih besar, neonatus biasanya menolak untuk makan, kemampuan

untuk menetek buruk, gangguan GI berupa muntah dan kadang-kadangada diare. Tonus otot lemah, pergerakan dan kekuatan menangis

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 17/24

melemah. Pada kasus lanjut terjadi hipotermia atau demam, ikterus,

rewel, mengantuk, kejang-kejang, frekuensi napas tidak teratur/apnea,

sianosis, penurunan berat badan, tanda fontanel menonjol mungkin ada

atau tidak. Leher fleksibel, yaitu tidak didapatkan adanya kaku kuduk.

Pada fase yang lebih berat terjadi kolaps kardiovaskuler, kejang, danapnea biasanya terjadi bila tidak diobati atau tidak dilakukan tindakan

yang cepat. 

c.  Pemeriksaan Diagnostik 

Pemeriksaan diagnostic rutin pada klien meningitis meliputi

laboratorium klinik rutin (Hb, leukosit,LED, trombosit, retikulosit, glukosa)

pemeriksaan faal hemostatis diperlukan untuk mengetahui sacera awaladanya DIC. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk

mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama

hiponatremia. 

Pemeriksaan laboratorium 

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalahanalisis cairan otak. Lumbal pungsi tidak bisa dikerjakan pada klien

dengan peningkatan TIK. Analisis cairan otak diperiksa untukmengetahui jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Kadar glukosa

darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 darinilai serum glukosa dan pada klien meningitis kadar glukosa cairan

otaknya menurun dari nilai normal. 

Untuk lebih spesifik mengetahui jennies mikroba, maka organism

penyebab infeksi dapat diidentifikasi melalui kultur kuman pada cairan

serebrospinal dan darah. Counter immune elektrophoresis (CIE)

digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairantubuh, umumnya cairan serebrospinal dan urine. 

Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis klien meliputi foto

Rontgen paru, CT scan kepala. CT scan dilakukan untuk menentukan

adanya edema serebri atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya

normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. 

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN 

1.  Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangandan edema pada otak dan selaput otak. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 18/24

2.  Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume

intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebri. 

3.  Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

akumulasi secret, penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat

kesadaran. 

4.  Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan perubahan

tingkat kesadaran, defresi pusat nafas diotak. 

5.  Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan infeksi

meningokokus. 

6.  Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak. 

7.  Hipertemia yang berhubungan dengan inflamasi pada meningen danpeningkatan metabolism umum. 

8.  Risiko tinggi deficit cairan tubuh yang berhubungan dengan muntah dan

demam. 

9.  Risiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan

dengan kektidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik. 

10. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan adanya kejang berulang,

fiksasi kurang optimal. 

11. Gangguan aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan

fisik umum. 

12. Risiko tinggi koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan

dengan prognosis penyakit, perubahan psiko-sosial, perubahan perspsikognitif, perubahan actual dalam strukltur dan fungsi, ketidakberdayaan,

dan merasa tidak ada harapan. 

13. Cemas yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit danperubahan kesehatan. 

C.  INTERVENSI 

Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan

peradangan dan edema pada otak dan selaput otak. Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi

perfusi jaringa otak meningkat. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 19/24

Criteria hasil: Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar,

disorientasi negative, konsentrasi baik, perfusi jaringan dan

oksigenassi baik, TTV dalam batas normal, dan syok dapat

dihindari. 

Intervensi  Rasional  Anjurkan klien berbaring

minimal 4-6 jam setelah

lumbal pungsi. 

Monitor tanda-tandapeningkatan tekanan

intracranial selamaperjalanan penyakit (nadi

lambat, TD meningkat,kesadaran menurun, nafas

ireguler, refleks pupilmenurun, kelemahan). 

Monitor TTV dan neurologis

tiap 5-30 menit. Catat dan

laporkan segera perubahan-

perubahan tekanan intra-

cranial ke dokter. 

Hindari posisi tungkai ditekukatau gerakan-gerakan klien,

anjurkan untuk tirah baring. 

Tinggikan sedikit kepala klien

dengan hati-hati, cegah

gerakan yang tiba-tiba dan

tidak perlu dari kepala dan

leher, hindari fleksi leher. 

Mencegah nyeri kepala yang

menyertai perubahan tekanan

intracranial. 

Mendeteksi tanda-tanda syok. 

Perubahan-perubahan ini

manandakan ada perubahan

tekanan intracranial dan penting

untuk intervensi awal. 

Mencegah peningkatan tekananintracranial. 

Mengurangi tekananintracranial. 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 20/24

 Bantu seluruh aktivitas dan

gerakan-gerakan klien.

 Anjurkan klien untukmenghembuskan nafas

dalam bila miring dan

bergerak ditempat tidur.

Cegah posisi fleksi pada lutut. 

Sesuaikan dan atur waktuprosedur perawatan dengan

periode reelaxsasi; hidarirangsangan lingkungan yang

tidak perlu. 

Beri penjelasan kepada kliententang keadaa n lingkungan. 

Evaluasi selama masapenyembuhan terhadap

gangguan motorik, sensorik

dan intelektual. 

Kolaborasi pemberian steroid

osmotic. 

Mencegah keregangan otot

yang dapat menimbulkan

peningkatan tekanan

intracranial. 

Mencegah eksitasi yangmerangsang otak yang sudah

iritasi dan dapat menimbulkankejang. 

Mengurangi disorientasi dan

untuk klarifikasi persefsi

sensorik yang terganggu. 

Untuk merujuk ke rehabilitasi. 

Menurunkan tekanan

intracranial. 

Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatanvolume intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 21/24

serebri. Tujuan: tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu3x24 jam. Kriterria hasil: Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyerikepala, mual-mual dan muntah, GCS: 4,5,6, tidak terdapat papil

edema, TTV dalam batas normal. Intervensi  Rasional 

Kaji factor penyebab dari

situasi/keadaan

individu/penyebab

koma/penurunan perfusi

 jaringan dan kemungkinan

penyebab peningkatan TIK. 

Pertahankan kepala/leher

pada posisi yang netral,usahakan dengan sedikit

bantal. Hindari penggunaan

bantal yang tinggi padakepala. 

Berikan periode istirahatantara perawatan dan batasi

lamanya prosedur. 

Berikan cairan intravenasesuai indikasi. 

Panas merupakan reflex dari

hipotalamus. Peningkatan

kebutuhan metabolism dan

oksigen akan menunjang

peningkatan TIK. 

Perubahan kepala pada satusisi dapat menimbulkan

penekanan pada vena jugularis,dan menghambat aliran darah

ke otak sehingga TIKmeningkat. 

Memberikan suasana yang

tenang dapat mengurangi

respon psikologis dan

memberikan istirahat untuk

mempertahankan TIK yangrendah. 

Mengurangi edema serebral,

peningkatan minimum pada

minimum pada pembuluh darah,

tekanan darah, dan TIK. Duretik digunakan pada fase

akutuntuk mengalirkan air dari

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 22/24

Berikan obat osmosis diuretic:

manitol, furoscide. 

Berikan steroid:

dexamethason, methylprednisone 

Berikan analgesic narkotik:

kodein. 

sel otak dan mengurangi edema

serebral dan TIK. 

Untuk menurunkan inflamasidan mengurangi edema

 jaringan. 

Mengurangi nyeri 

Hindari konfrantasi  Konfrontasi dapatmeningkatkan rasa marah,

menurunkan kerja sama, danmungkin memperlambat

penyembuhan 

Mulai melakukan tindakkan

untuk mengurangi kecemasan.

Beri lingkungan yang tenang

dan suasana penuh istirahat 

Mengurangi rangsangan

eksternal yang tidak perlu 

Orientasikan klien terhadap

prosedur rutin dan aktivitas

yang diharapkan Orientasi dapat menurunkan

kecemasan 

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 23/24

 

BAB III 

PENUTUP 

 A.  KESIMPULAN 

 Meningitis adalah radang pada meningen/membrane (selaput) yang

mengelilingi otak dan medulla spinalis. 

 Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi: Bakteri, Virus, Organisme

 jamur. 

 Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan factor penyebabnya: Asepsis,

Sepsis, Tuberkulosa 

  Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi. 

 Pengkajian meliputi: anamnesa: identitas klien, keluhan utama, riwayatpenyakit, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan diagnostic. 

 Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua

membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalahpanas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. 

 Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan gejala yang muncul saat

pengkajian dilakukan. 

B.  SARAN 

Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga

bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua

mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya. Saran kami,

lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan. 

Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan

yang menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari

7/22/2019 makalah askep menginitis kelompok 6.docx

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-askep-menginitis-kelompok-6docx 24/24

segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih

baik.