makalah preeklamsia

Upload: cici-masta

Post on 10-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 MAKALAH PREEKLAMSIA

    1/8

    MAKALAH PREEKLAMSIAPREEKLAMPSIA

    BAB IPENDAHULUAN

    Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan merupakan salah

    satu dari tiga rangkaian penyakit yang mematikan, selain perdarahan dan infeksi, dan juga

    banyak memberikan kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001,

    menurutNational Center for Health Statistics, hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada

    150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, Berg dan kawan-kawan (2003) melaporkan

    bahwa hampir 16% dari 3.201 kematian yang berhubungan dengan kehamilan di Amerika

    Serikat dari tahun 1991 - 1997 adalah akibat dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang

    berhubungan dengan kehamila.

    Meskipun telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapadekade, hipertensiyang dapat menyebabkan atau

    memperburuk kehamilan tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan. Secara umum,

    preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan proteinuria yang terjadi pada

    kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling

    sering terjadi pada primigravida. Jika timbul pada multigravida biasanya ada faktor

    predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun

    dan sebab lainnya.

    Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan

    berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada sirkulasi

    uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-kasus berat. Kematianjanin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau

    vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara

    berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam

    kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan

    kerusakan endorgan lainnya.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian Preeklampsia

    Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg

    setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih

    awal terjadi.

    Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi

    penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa

    nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.

    Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan,

    preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum

    kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda

  • 7/22/2019 MAKALAH PREEKLAMSIA

    2/8

    dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak

    sama.

    B. Etiologi Preeklampsia

    Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Secara teoritik

    urutan urutan gejala yang timbul pada preeklamsi ialah edema, hipertensi, dan terakhir

    proteinuri. Sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap

    bukan preeklamsi.

    Dari gejala tersebut timbur hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling

    penting. Namun, penderita serinhkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah

    mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka

    penyakit ini sudah cukup lanjut.

    C. Faktor Risiko Preeklamsia

    Kehamilan pertama

    Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia

    Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

    Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

    Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan

    darah tinggi)

    Kehamilan kembar

    D. Gambaran Klinis Preeklampsia

    a. Gejala subjektif

    Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini

    sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia

    akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah

    meningkat.

    b. Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik

    30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90mmHg.

    Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai

    kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikardia, takipnu, edema

    paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak.

    E. Patofisiologi Preeklampsia

    Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada

    sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia.

    Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap

    berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan

    vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi

    sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis

    ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar

    dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskular, meningkatnya

  • 7/22/2019 MAKALAH PREEKLAMSIA

    3/8

    cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati

    menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan

    pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim. Perubahan pada organ-

    organ:

    1) Perubahan kardiovaskuler.

    Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan

    eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload

    jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya

    secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan

    onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang

    ektravaskular terutama paru.

    2) Metabolisme air dan elektrolit

    Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahuipenyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklampsia

    dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik.

    Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang

    diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali

    tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata

    pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas

    normal

    3) Mata

    Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapatterjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu

    indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda preeklampsia

    berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini

    disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri

    atau di dalam retina.

    4) Otak

    Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks

    serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan.

    5) Uterus

    Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga

    terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada

    preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap

    rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.

    6) Paru-paru

    Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru

    yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau

    abses paru.

  • 7/22/2019 MAKALAH PREEKLAMSIA

    4/8

    F. Diagnosis Preeklampsia

    Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan

    laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua

    golongan yaitu;

    1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

    Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan

    sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.

    Proteinuria kuantitatif 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter

    ataumidstream.

    2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:

    Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

    Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.

    Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.

    Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.

    Terdapat edema paru dan sianosis

    Trombositopeni

    Gangguan fungsi hati

    Pertumbuhan janin terhambat

    G. Penatalaksanaan Preeklampsia

    Diagnosis dini, supervisi medikal yang ketat, waktu persalinan merupakan

    persyaratan yang mutlak dalam penatalaksanaan preeklamsi. Persalinan merupakanpengobatan yang utama. Setelah diagnosis ditegakkan, penatalaksanaan selanjutnya harus

    berdasarkan evaluasi awal terhadap kesejahteraan ibu dan janin. Berdasarkan hal ini,

    keputusan dalam penatalaksanaan dapat ditegakkan, yaitu apakah hospitalisasi, ekspektatif

    atau terminasi kehamilan serta harus memperhitungkan beratnya penyakit, keadaan ibu dan

    janin, dan usia kehamilan. Tujuan utama pengambilan strategi penatalaksanaan adalah

    keselamatan ibu dan kelahiran janin hidup yang tidak memerlukan perawatan neonatal lebih

    lanjut dan lama.

    Penatalaksanaa pada preeklamsi dibagi berdasarkan beratnya preeklamsi, yaitu :

    1. Preeklamsi ringan

    Pada preeklamsi ringan, observasi ketat harus dilakukan untuk mengawasi perjalananpenyakit karena penyakit ini dapat memburuk sewaktu-waktu. Adanya gejala seperti sakit

    kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan dan proteinuri meningkatkan risiko terjadinya

    eklamsi dan solusio plasenta. Pasien-pasien dengan gejala seperti ini memerlukan observasi

    ketat yang dilakukan di rumah sakit. Pasien harus diobservasi tekanan darahnya setiap 4 jam,

    pemeriksaan klirens kreatinin dan protein total seminggu 2 kali, tes fungsi hati, asam urat,

    elektrolit, dan serum albumin setiap minggu. Pada pasien preeklamsi berat, pemeriksaan

    fungsi pembekuan seperti protrombin time, partial tromboplastin time, fibrinogen, dan hitung

    trombosit. Perkiraan berat badan janin diperoleh melalui USG saat masuk rumah sakit dan

    setiap 2 minggu. Perawatan jalan dipertimbangkan bila ketaatan pasien baik, hipertensi

    ringan, dan keadaan janin baik. Penatalaksanaan terhadap ibu meliputi observasi ketattekanan darah, berat badan, ekskresi protein pada urin 24 jam, dan hitung trombosit begitu

  • 7/22/2019 MAKALAH PREEKLAMSIA

    5/8

    pula keadaan janin (pemeriksaan denyut jantung janin 2x seminggu). Sebagai tambahan, ibu

    harus diberitahu mengenai gejala pemburukan penyakit, seperti nyeri kepala, nyeri

    epigastrium, dan gangguan penglihatan. Bila ada tanda-tanda progresi penyakit, hospitalisasi

    diperlukan. Pasien yang dirawat di rumah sakit dibuat senyaman mungkin. Ada persetujuan

    umum tentang induksi persalinan pada preeklamsi ringan dan keadaan servik yang matang

    (skor Bishop >6) untuk menghindari komplikasi maternal dan janin. Akan tetapi ada pula

    yang tidak menganjurkan penatalaksanaan preeklamsi ringan pada kehamilan muda. Saat ini

    tidak ada ketentuan mengenai tirah baring, hospitalisasi yang lama, penggunaan obat anti

    hipertensi dan profilaksis anti konvulsan. Tirah baring umumnya direkomendasikan terhadap

    preeklamsi ringan. Keuntungan dari tirah baring adalah mengurangi edema, peningkatan

    pertumbuhan janin, pencegahan ke arah preeklamsi berat, dan meningkatkan outcomejanin.

    Medikasi anti hipertensi tidak diperlukan kecuali tekanan darah melonjak dan usia kehamilan

    30 minggu atau kurang. Pemakaian sedatif dahulu digunakan, tatapi sekarang tidak dipakai

    lagi karena mempengaruhi denyut jantung istirahat janin dan karena salah satunya yaitu

    fenobarbital mengganggu faktor pembekuan yang tergantung vitamin K dalam janin.Sebanyak 3 penelitian acak menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan tirah baring baik di

    rumah maupun di rumah sakit walaupun tirah baring di rumah menurunkan lamanya waktu di

    rumah sakit. Sebuah penelitian menyatakan adanya progresi penyakit ke arah eklamsi dan

    persalinan prematur pada pasien yang tirah baring di rumah. Namun, tidak ada penelitian

    yang mengevaluasi eklamsi, solusio plasenta, dan kematian janin. Pada 10 penelitian acak

    yang mengevaluasi pengobatan pada wanita dengan preeklamsi ringan menunjukkan bahwa

    efek pengobatan terhadap lamanya kehamilan, pertumbuhan janin, dan insidensi persalinan

    preterm bervariasi antar penelitian. Oleh karena itu tidak terdapat keuntungan yang jelas

    terhadap pengobatan preeklamsi ringan.

    Pengamatan terhadap keadaan janin dilakukan seminggu 2 kali dengan NST dan USGterhadap volume cairan amnion. Hasil NST non reaktif memerlukan konfirmasi lebih lanjut

    dengan profil biofisik dan oksitosin challenge test. Amniosentesis untuk mengetahui rasio

    lesitin:sfingomielin (L:S ratio) tidak umum dilakukan karena persalinan awal akibat indikasi

    ibu, tetapi dapat berguna untuk mengetahui tingkat kematangan janin. Pemberian

    kortikosteroid dilakukan untuk mematangkan paru janin jika persalinan diperkirakan

    berlangsung 2-7 hari lagi. Jika terdapat pemburukan penyakit preeklamsi, maka monitor

    terhadap janin dilakukan secara berkelanjutan karena adanya bahaya solusio plasenta dan

    insufisiensi uteroplasenter.

    2. Preeklamsi berat

    Tujuan penatalaksanaan pada preeklamsi berat adalah mencegah konvulsi, mengontroltekanan darah maternal, dan menentukan persalinan. Persalinan merupakan terapi definitif

    jika preeklamsi berat terjadi di atas 36 minggu atau terdapat tanda paru janin sudah matang

    atau terjadi bahaya terhadap janin. Jika terjadi persalinan sebelum usia kehamilan 36 minggu,

    ibu dikirim ke rumah sakit besar untuk mendapatkan NICU yang baik.

    Pada preeklamsi berat, perjalanan penyakit dapat memburuk dengan progresif

    sehingga menyebabkan pemburukan pada ibu dan janin. Oleh karena itu persalinan segera

    direkomendasikan tanpa memperhatikan usia kehamilan. Persalinan segera diindikasikan bila

    terdapat gejala impendingeklamsi, disfungsi multiorgan, atau gawat janin atau ketika

    preeklamsi terjadi sesudah usia kehamilan 34 minggu. Pada kehamilan muda, bagaimana pun

    juga, penundaan terminasi kehamilan dengan pengawasan ketat dilakukan untuk

  • 7/22/2019 MAKALAH PREEKLAMSIA

    6/8

    meningkatkan keselamatan neonatal dan menurunkan morbiditas neonatal jangka pendek dan

    jangka panjang.

    Pada 3 penelitian klinis baru-baru ini, penatalaksanaan secara konservatif pada wanita

    dengan preeklamsi berat yang belum aterm dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas

    neonatal. Namun, karena hanya 116 wanita yang menjalani terapi konservatif pada penelitian

    ini dan karena terapi seperti itu mengundang risiko bagi ibu dan janin, penatalaksanaan

    konservatif hanya dikerjakan pada pusat neonatal kelas 3 dan melaksanakan observasi bagi

    ibu dan janin. Semua wanita dengan usia kehamilan 40 minggu yang menderita preeklamsi

    ringan harus memulai persalinan. Pada usia kehamilan 38 minggu, wanita dengan preeklamsi

    ringan dan keadaan serviks yang sesuai harus diinduksi. Setiap wanita dengan usia kehamilan

    32-34 minggu dengan preeklamsi berat harus dipertimbangkan persalinan dan janin

    sebaiknya diberi kortikosteroid. Pada pasien dengan usia kehamilan 23-32 minggu yang

    menderita preeklamsi berat, persalinan dapat ditunda dalam usaha untuk menurunkan

    morbiditas dan mortalitas perinatal. Jika usia kehamilan < 23 minggu, pasien harus diinduksi

    persalinan untuk terminasi kehamilan.

    Tujuan obyektif utama penatalaksanaan wanita dengan preeklamsi berat adalah mencegah

    terjadinya komplikasi serebral seperti ensefalopati dan perdarahan. Ibu hamil harus diberikan

    magnesium sulfat dalam waktu 24 jam setelah diagnosis dibuat. Tekanan darah dikontrol

    dengan medikasi dan pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Batasan terapi

    biasanya bertumpu pada tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih tinggi. Beberapa ahli

    menganjurkan mulai terapi pada tekanan diastolik 105 mmHg , sedangkan yang lainnya

    menggunakan batasan tekanan arteri rata-rata > 125 mmHg. Tujuan dari terapi adalah

    menjaga tekanan arteri rata-rata dibawah 126 mmHg (tetapi tidak lebih rendah dari 105

    mmHg) dan tekanan diastolik < 105 mmHg (tetapi tidak lebih rendah dari 90 mmHg). Terapi

    inisial pilihan pada wanita dengan preeklamsi berat selama peripartum adalah hidralazinsecara IV dosis 5 mg bolus. Dosis tersebut dapat diulangi bila perlu setiap 20 menit sampai

    total 20 mg. Bila dengan dosis tersebut hidralazin tidak menghasilkan perbaikan yang

    diinginkan, atau jika ibu mengalami efek samping seperti takikardi, sakit kepala, atau mual,

    labetalol (20 mg IV) atau nifedipin (10 mg oral) dapat diberikan. Akan tetapi adanya efek

    fetal distres terhadap terapi dengan hidralazin, beberapa peneliti merekomendasikan

    penggunaan obat lain dalam terapi preeklamsi berat. Pada 9 penelitian acak yang

    membandingkan hidralazin dengan obat lain, hanya satu penelitian yang menyebutkan efek

    samping dan kegagalan terapi lebih sering didapatkan pada hidralazin.

    Bila ditemukan masalah setelah persalinan dalam mengontrol hipertensi berat dan jika

    hidralazin intra vena telah diberikan berulang kali pada awal puerperium, maka regimen obatlain dapat digunakan. Setelah pengukuran tekanan darah mendekati normal, maka pemberian

    hidralazin dihentikan. Jika hipertensi kembali muncul pada wanita post partum, labetalol oral

    atau diuretik thiazide dapat diberikan selama masih diperlukan.

    Pemberian cairan infus dianjurkan ringer laktat sebanyak 60-125 ml perjam kecuali

    terdapat kehilangan cairan lewat muntah, diare, diaforesis, atau kehilangan darah selama

    persalinan. Oliguri merupakan hal yang biasa terjadi pada preeklamsi dan eklamsi

    dikarenakan pembuluh darah maternal mengalami konstriksi (vasospasme) sehingga

    pemberian cairan dapat lebih banyak. Pengontrolan perlu dilakukan secara rasional karena

    pada wanita eklamsi telah ada cairan ekstraselular yang banyak yang tidak terbagi dengan

    benar antara cairan intravaskular dan ekstravaskular. Infus dengan cairan yang banyak dapat

  • 7/22/2019 MAKALAH PREEKLAMSIA

    7/8

    menambah hebat maldistribusi cairan tersebut sehingga meninggikan risiko terjadinya edema

    pulmonal atau edema otak.

    Pada masa lalu, anestesi dengan cara epidural dan spinal dihindarkan pada wanita

    dengan preeklamsi dan eklamsi. Pertimbangan utama karena adanya hipotensi yang

    ditimbulkan akibat blokade simpatis. Ada juga pertimbangan lain yaitu pada keamanan janin

    karena blokade simpatis dapat menimbulkan ipotensi dan menurunkan perfusi plasenta.

    Ketika teknik analgesi telah mengalami kemajuan beberapa dekade ini, analgesi epidural

    digunakan untuk memperbaiki vasospasme dan menurunkan tekanan darah pada wanita

    penderita preeklamsi berat. Selain itu, klinisi yang lebih menyenangi anestesi epidural

    menyatakan bahwa pada anestesi umum dapat terjadi penigkatan tekanan darah tiba-tiba

    akibat stimulasi oleh intubasi trakea dan dapat menyebabkan edema pulmonal, edema

    serebral dan perdarahan intrakranial. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wallace dan

    kawan-kawan menunjukkan bahwa penggunaan anestesi baik metode anestesi umum maupun

    regional dapat digunakan pada persalinan dengan cara seksio sesarea pada wanita preeklamsi

    berat jika langkah-langkah dilakukan dengan pertimbangan yang hati-hati. Walaupun anestesiepidural dapat menurunkan tekanan darah, telah dibuktikan bahwa tidak ada keuntungan

    signifikan dalam mencegah hipertensi setelah persalinan. Kesimpulan yang dapat ditarik

    adalah anestesi epidural aman digunakan selama persalinan pada wanita dengan hipertensi

    dalam kehamilan, tetapi bukan merupakan terapi terhadap hipertensi.

    Indikasi persalinan pada preeklamsi dibagi menjadi 2, yaitu :

    a. Indikasi ibu

    - Usia kehamilan 38 minggu

    - Hitung trombosit < 100.000 sel/mm3

    - Kerusakan progresif fungsi hepar

    - Kerusakan progresif fungsi ginjal- Suspek solusio plasenta

    -Nyeri kepala hebat persisten atau gangguan penglihatan

    -Nyeri epigastrium hebat persisiten, nausea atau muntah

    b. Indikasi janin

    - IUGR berat

    - Hasil tes kesejahteraan janin yang non reassuring

    - Oligohidramnion.

  • 7/22/2019 MAKALAH PREEKLAMSIA

    8/8

    BAB III

    KESIMPULAN

    Faktor risiko pada preeklamsi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu faktor risiko

    maternal, faktor risiko medikal maternal, dan faktor risiko plasental atau fetal.

    Sebab potensial yang mungkin menjadi penyebab preeklamsi adalah invasi

    trofoblastik abnormal pembuluh darah uterus, intoleransi imunologis antara jaringan plasenta

    ibu dan janin, maladaptasi maternal pada perubahan kardiovaskular atau inflamasi dari

    kehamilan normal, faktor nutrisi, dan pengaruh genetik.

    Anti hipertensi diberikan bila tekanan diastol mencapai 110 mmHg. Tujuan

    utama pemberian obat anti hipertensi adalah menurunkan tekanan diastolik menjadi 90-100

    mmHg.

    DAFTAR PUSTAKA

    1.Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K,Hypertensive Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22, New

    York: McGraw-Hill, 2005 : 761-808

    2. Mariam siti, Makalah pre-eklampsia, 14 april 2013, diakses tanggal 27 juni

    20013 dari, http://sitimaryamhsb.makalah-pre-eklamsia.html

    3. Gopar adul, pdf.Preeklampsi, 12 mey 2012, diakses tanggal 27 juni 2013 dari,

    http://adulgopar.files.wordpress.com/preeklampsia.pdf

    4. Prawirohardjo S, Pre-eklampsia dan Eklampsia, dalam Ilmu Kebidanan, edisi

    ke-3, Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, penyunting, Jakarta : Yayasan

    Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005: 281-301