paper identifikasi reservoir dari petrografis

Upload: maria-mawar

Post on 13-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    1/12

    IDENTIFIKASI PETROGRAFIS BATUGAMPING DAERAH BULUBULUSEBAGAI RESERVOIR HIDROKARBON

    Oleh

    Pagindhu Yudha Ginting (D61109277)Teknik Geologi

    Universitas HasanuddinAbstrak

    Secara administrative, penelitian dilakukan pada Daerah BulubuluKecamatan Mallawa Kabupaten Maros. Metode penelitian dilakukan dalambeberapa tahapan yaitu studi pustaka, pengambilan data lapangan, dan analisapetrografis. Fokus penelitian yaitu untuk mengetahui porositas serta lingkunganpengendapan batugamping Daerah Bulubulu secara pengamatan petrografisuntuk mengetahui kelayakan sebagai batuan reservoir hidrokarbon. Dari analisa

    petrografis yang dilakukan, batugamping Daerah Bulubulu memiliki porositasintergranular dengan lingkungan pengendapan inner neritic. Berdasarkan hasilpenelitian, kualitas batugamping Daerah Bulubulu tidak sesuai sebagai batuanreservoir hidrokarbon.

    1. Pendahuluan

    Ruang lingkup dari usaha inovatif untuk mengatasi beberapa kendaladalam penyediaan energy di Indonesia menjadi sebuah topic kajian yang utamauntuk masa sekarang. Perlu diadakan lebih banyak studi penelitian untukmenyediakan sumber daya energy yang dapat mencukupi kebutuhan

    masyarakat. Salah satu sumber energy yang membutuhkan perhatian adalahenergy hidrokarbon.

    Diperlukan partisipasi aktifdari komponen masyarakat intelektual dalammemberikan solusi atas permasalahan tersebut. Dalamu saha untukmenemukan cadangan sumber daya energy hidrokarbon, salah satunya ialahdengan melihat karakteristik petrografi batuan pada suatu daerah.

    Analisis sayatan tipis petrografi termasuk scanning electron microscope(SEM) dan difraksi sinar-X (XRD) atas perconto batuan inti-bor sebagai metodeutama yang dipakai, kemudian hasilnya dikombinasikan dengan data deskripsi

    megaskopis batuan reservoir, log dan test sumur. Analisis petrografi merupakansalah satu metode analisis yang akurat dan relatif cepat dengan biaya yangkompetitif serta hasilnya dapat diaplikasikan baik di bidang geologi maupunteknik reservoir / produksi.

    1.1. Petrografi Batuan Sedimen

    Terbentuk dari proses sedimentasi. Di dalam proses sedimentasiberlangsung proses erosi, transportasi, sedimentasi dan litifikasi. Batuanvulkanik tidak termasuk di dalam kelompok batuan sedimen, karena dihasilkanlangsung dari aktivitas gunungapi, tidak ada proses erosi. Terdiri dari:

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    2/12

    Batuan sedimen klastik; didiskripsi berdasarkan komposisi dan fraksibutirannya

    Batuan sedimen non-klastik --- menyesuaikan dengan kondisibatuannya

    Batuan sedimen klastik fragmental Struktur sedimen:Masif : tidak dijumpai struktur yang lain dalam >40 cmGradasi : diameter butir fining up (menghalus ke atas(, dan

    gradasi terbalik jika diameter butir coarsing up(mengasar ke atas)

    Berlapis : memiliki struktur perlapisan >2 cmLaminasi : perlapisan dengan tebal lapisan < 2 cmSilangsiur : struktur lapisan saling memotong dengan lapisan yang

    lain, jika tebal silangsiur

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    3/12

    Foto sayatan tipis batugamping kalkarenit pada nikol silang

    Foto sayatan tipis batugamping Ooid pada nikol silang

    Foto sayatan tipis batugamping pada nikol silang

    1.2. Porositas Batuan Karbonat

    Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan volumetotal batuan (dinyatakan dalam persen). Porositas dapat diuji denganmeneteskan cairan (air) ke dalam batuan. Istilah yang dipakai adalah porositas

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    4/12

    baik (batuan menyerap air), porositas sedang (diantara baik-buruk), danporositas buruk (batuan tidak menyerap air).

    Macam-macam porositas berdasarkan waktu terbentuknya : Porositas Primer : terbentuk pada saat diendapkan-diagenesis awal,

    contoh interkristalin, intagranular Porositas Sekunder : terbentuk selama diagenesis lanjut mesogenesis-

    telogenesis, contoh porositas yang terbentuk akibat retakan/fracturing,pengkerutan/shrinkage, dan pelarutan (butiran, semen, matriks)

    Choquete and Pray (1970) mengklasifikasikan porositas batuan karbonatberdasarkan tiga kelompok yaitu tipe fabric selective, tipe not fabric selectivedan tipe fabric selective or not.

    Tipe-tipe porositas karbonat (Choquete and Pray, 1970)

    Dapat dilakukan perkiraan secara visual dengan menggunakan peragavisual. Penentuan ini bersifat semi kuantitatif dan dipergunakan suatu skalasebagai berikut :

    0 5% dapat di abaikan (negligible)5 10 % buruk (poor)10 15% cukup (fair)15 20 % baik (good)20 25% sangat baik (very good)25% istimewa (excellent)

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    5/12

    Pemeriksaan secara mikroskopi untuk jenis porositas dapat pula dilakukansecara kualitatif. Antara lain ialah jenis :

    1) Antar butir (intergranuler), yang berarti bahwa pori pori yang didapat

    di antara butir

    butir.2) Antar Kristal (interkristalin), dimana pori pori berada di atara kristal

    kristal.3) Celah dan rekah, yaitu rongga terdapat di antara celah celah.4) Bintik bintik jarum (point point porosity), berarti bahwa pori pori

    merupakan bintik bintik terpisah pisah, tanpa kelihatanbersambungan.

    5) Ketat (thigt), yang berarti butir butir berdekatan dan kompaksehingga pori pori kecil sekali dan hamper tidak ada porositas.

    6) Padat (dense), berarti batuan sangat kecil sehingga hamper tidak adaporositas.

    7) Growing (vugular), yang berarti rongga

    rongga besar berdiameterbeberapa mili dan kelihatan sekali bentuk bentuknya tidak beraturan,sehingga porositas besar.

    8) Bergua gua (cavernous), yang berarti rongga rongga besar sekalimalahan berupa gua gua, sehingga porositas sangat besar.

    2. Metode

    Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :1. Studi Pustaka

    Tahap meliputi studi tentang geologi regional dan referensi lain yangberkaitan dengan satuan batuan yang terdapat di daerah penelitiansecara regional.

    2. Pengambilan Data LapanganDilakukan pengambilan data lapangan pada lokasi penelitian yangsecara administrative terletak di Daerah Bulubulu Kecamatan MallawaKabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun kegiatan dalamtahapan ini yaitu pengambilan sampel batuan, pencatatan datalapangan, pengukuran data lapangan, serta dokumentasi stasiunpengamatan.

    3. Analisa PetrografisTahap ini dilakukan dengan mengambil beberapa sampel batuan yangkemudian dibuat sebagai sampel pengamatan petrografis. Adapunsampel petrografis batuan yaitu stasiun pengamatan nomor 7, 19, 21,31, dan 41.

    3. Hasil dan Pembahasan

    Dari beberapa tahapan penelitian yang telah dilakukan, dapat diperolehbeberapa informasi pada daerah penelitian berupa :

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    6/12

    3.1. Stratigrafi Daerah Penelitian

    Pengelompokan dan penamaan satuan batuan pada daerah penelitiandidasarkan atas litostatigrafi tidak resmi dan litodemik dengan bersendikan

    pada ciri litologi, dominasi batuan, keseragaman gejala litologi, hubunganstratigrafi antara batuan yang satu dengan batuan yang lain, serta hubungantektonik batuan, sehingga dapat disebandingkan baik secara vertikal maupunlateral dan dapat dipetakan dalam 1 : 25000 (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

    Berdasarkan pengelompokan dan penamaan satuan batuan berdasarkanatas litostratigrafi tidak resmi dan litodemik, maka daerah penelitian dibagi atasenam satuan batuan, dari muda sampai yang tertua terdiri dari :

    1. Satuan intrusi granodiorit2. Satuan andesit porfiri3. Satuan tufa4. Satuan basal porfiri

    5. Satuan batugamping6. Satuan batupasir

    Adapun satuan yang dijadikan objek penulisan adalah satuanbatugamping.

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    7/12

    3.2. Satuan Batugamping

    Pembahasan tentang satuan batugamping pada daerah penelitianmeliputi uraian mengenai dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri

    litologi meliputi karakteristik megaskopis dan petrografis, hubungan stratigrafidengan satuan batuan lainnya.

    3.2.1. Dasar Penamaan

    Dasar penamaan satuan batugamping yaitu berdasarkan padalitostratigrafi tidak resmi yang berdasarkan atas ciri litologi, kandungan mineral,dan penyebaran yang mendominasi pada satuan batuan ini secara lateral sertadapat terpetakan dalam sekala peta 1: 25.000.

    Penamaan dilakukan dengan dua cara yaitu penamaan batuan secaramegaskopis dengan menentukan secara langsung ciri fisik dan komposisimaterial yang dapat teramati oleh mata. Cara yang kedua adalah denganmenggunakan mikroskop polarisasi pada sayatan tipis batuan, sehingga dapatdiamati komposisi mineral beserta sifat optik batuan secara spesifik, kemudianpenamaan batuan menggunakan klasifikasi batugamping Dunham (1962).

    Litologi yang menyusun satuan ini yaitu batugamping. Lokasipenyebaran satuan batuan ini yaitu hampir mendominasi dari keseluruhanlokasi penelitian mulai dari daerah Desa Lappasabila hingga Tatumpung.

    3.2.2. Penyebaran dan Ketebalan

    Penyebaran satuan ini menempati sekitar 69,41 % dari luas keseluruhandaerah penelitian atau sekitar 28.44 km. Berada pada daerah desaLappasabila hingga ke desa Tatumpung. Dengan jurus perlapisan relatifUtaratimurlaut Selatanbaratdaya selatan dengan kemiringan dip relatif 14 -24.

    Berdasarkan hasil perhitungan ketebalan pada penampang geologi C D dengan mengukur batas bawah dan batas atas lapisan pada penampanggeologi maka diperoleh ketebalan satuan batugamping ini + 1000 meter.

    3.2.3. Ciri litologi

    Litologi batugamping ini dijumpai pada daerah Bilabilae, Bancee,Lappasabila, Jampue, Bulubulu dan Tatumpung. Ciri fisik batugamping tersebutberupa warna segar abu - abu kecoklatan hingga putih, warna pada saat lapukyaitu coklat. Tekstur grain support, ukuran butir pasir sedang hingga pasirhalus, komposisi kimia karbonat. Struktur berlapis. Nama batuan Batugamping.

    Dari hasil analisa petrografis sayatan pada stasiun 19 memperlihatkanwarna pada nikol silang coklat kehitaman, pada nikol sejajar coklat kekuningan,tekstur grain support, struktur berlapis, komposisi material berupa grain(skeletal grain) terdiri atas fosil foraminifera, berupa fosil planktonik dan fosil

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    8/12

    bentonik (65 %) dan mud (35%). Nama batuan grainstone (Dunham, 1962dalam Tucker dan Wright,1990)

    Foto

    A B C D E F G H I J A B C D E F G H I J

    1 1 1

    2 2 2

    3 3 3

    4 4 4

    5 5 5

    6 6 6

    //Nikol XNikol

    Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)

    Komposisi MineralCompotition of Mineral

    JumlahAmount

    (%)

    Keterangan optic mineralDescription of Optical Mineralogy

    Grain (3E, 1H, 5B) 65Berwarna kuning sampai transparan pada nikol sejajar terdiridari fosil foraminifera besar dan foraminifera, ukuran butir 0,012,5 mm.

    Mud(1B) 35Nikol sejajar berwarna coklat kehitaman, dengan ukuran lebihkecil dari 0.01 mmNikol sejajar tidak berw

    Foto dan Deskripsi petrografis sampel batuan pada stasiun pengamatan sampel

    nomor 19.

    Foto Kenampakan litologi batugamping pada stasiun 9 di daerah Bulubulu. Difotorelatif ke arah Tenggara.

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    9/12

    Batugamping bioklastik, yang tidak menunjukkan perlapisan dijumpaipada stasiun daerah Bilabilae dan sebagian pada daerah Jampue danLappasabila. Ciri fisik litologi berupa warna segar putih kecoklatan, warna lapukcoklat, Tekstur bioklastik, komposisi kimia karbonat. Struktur tidak berlapis.

    Nama batuan batugamping bioklastik.

    Kenampakan petrografis litologi ini berdasarkan analisis petrografis padasayatan tipis stasiun 21 terlihat warna nikol silang coklat tua kehitaman, nikolsejajar cokelat, tekstur bioklastik, struktur tidak berlapis, dengan komposisimaterial berupa skeletal grain, terdiri atas fosil foraminifera makro dan alga (65%) dan mud(lumpur karbonat) (35%) Nama batuan yaitu grainstone (Dunham,1962 dalam Tucker dan Wright, 1990).

    Foto Kenampakan singkapan batugamping bioklastik pada stasiun 14,

    daerah Bulubulu difoto relatif ke arah Baratlaut.

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    10/12

    Foto

    A B C D E F G H I J A B C D E F G H I J

    1 1 1

    2 2 2

    3 3 3

    4 4 4

    5 5 5

    6 6 6

    //Nikol XNikol

    Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)

    Komposisi MineralCompotition of Mineral

    JumlahAmount

    (%)

    Keterangan optic mineralDescription of Optical Mineralogy

    Grain (2F, 4B, 6A) 65Berwarna kuning sampai transparan pada nikol sejajar terdiridari fosil foraminifera dan alga, ukuran butir 0,3 2 mm.

    Mud 35Nikol sejajar berwarna coklat kehitaman, dengan ukuran lebihkecil dari 0.02 mm.

    Foto dan Deskripsi petrografis sampel batuan pada stasiun pengamatan sampelnomor 21

    3.2.4. Hubungan Stratigrafi

    Hubungan stratigrafi satuan batugamping dengan satuan batuan yangada di bawahnya berupa satuan batupasir yaitu selaras, sedangkan satuanbatuan yang ada di atasnya berupa satuan tufa yaitu kontak ketidakselarasan.

    3.3. Identifikasi Porositas

    Berdasarkan karakteristik mikroskopis pada sampel yang telah diamati,dapat diinterpretasikan bahwa porositas batuan termasuk pada intergranularporosity. Dimana dari sayatan tipis sampel batuan dapat diamati komposisibatuan terdiri dari mud dan grain yang menyusun tubuh batuan. Adapun grainyang menyusun tubuh batuan terdiri dari skeletal grain seperti.

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    11/12

    3.4. Identifikasi Lingkungan Pengendapan

    Penentuan lingkungan pengendapan satuan batugamping ini didasarkanpada kandungan fosil foraminifera yang diamati melalui pengamatanpetrografis. Kandungan fosil foraminiferanya yaitu Spiroloculina toddaeBermudez, Textularia barnetti Bermudez Textularia schencki Cushman andValentine (Gambar 3.3).

    Tabel Penentuan lingkungan pengendapan satuan batugamping menurut

    Bandy (1967) dalam Pringgoprawiro & Kapid (2000)

    Berdasarkan analisa kandungan fosil secara petrografis pada sampelbatuan, dapat diidentifikasikan bahwa satuan batugamping pada daerahpenelitian terbentuk pada lingkungan inner neritic (Bandy (1967) dalamPringgoprawiro & Kapid (2000)).

    4. Kesimpulan

    Setelah dilakukan beberapa tahapan dalam penelitian batugamping didaerah penelitian, dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :

    - Satuan batugamping pada daerah penelitian termasuk pada kelompokbatugamping bioklastik dengan nama grainstone (Dunham, 1962 dalamTucker dan Wright, 1990) dengan didasarkan analisis petrografis padabeberapa sayatan tipin sampel batuan.

    Gambar Kenampakan fosil foraminifera bentonik pada mikroskop polarisasiyang dijumpai pada satuan batugamping Spiroloculina toddaeBermudez (a), Textularia barnetti Bermudez (b), Textularia schenckiCushman and Valentine (c).

  • 7/23/2019 Paper Identifikasi Reservoir Dari Petrografis

    12/12

    - Berdasarkan kenampakan petrografis batuan, porositas yang dimilikitermasuk pada intergranular porosity pori-pori terletak diantara butiranyang tidak tertutupi oleh semen dan tubuh batuan secara umum tersusunoleh skeletal dan mud.

    - Batugamping pada daerah penelitian terbentuk pada lingkungan innerneritic yang didasarkan pada kandungan fosil melalui pengamatanpetrografis.

    - Berdasarkan pemetaan geologi permukaan yang dilakukan, sebagaireservoir hidrokarbon, batugamping pada daerah penelitian dapatdikategorikan sebagai reservoir yang tidak potensial berdasarkankarakteristik petrografis yang telah diamati. Terkait porositas danlingkungan pengendapan batugamping di daerah penelitian yang tidakmemenuhi kriteria sebagai reservoir yang baik bagi hidrokarbon.

    Referensi

    A. Ali, Syed. 1981. Sandstone Diagenesis Gulf Science and Technology,Pittsburgh, Pennsylvania

    Boggs, JR, Sam. 1995. Principle of Sedimentology and Stratigraphy. SecondEdition, Prentice-Hall, Inc, A Simon and Schuster Company, Upper SaddleRiver, New Jersey.

    http://budikhoironi.wordpress.com/2012/02/10/sifat-fisik-batuan-reservoir-porositas-dan-permeabilitas/

    https://www.academia.edu/2588784/FASIES_DAN_LINGKUNGAN_PENGENDAPAN_BATUAN_KARBONAT_FORMASI_PARIGI_DI_DAERAH_PALIMANAN_CIREBON

    http://nanangsugiarto.wordpress.com/2008/03/25/dasar-dasar-teknik-reservoir-

    2/

    http://budikhoironi.wordpress.com/2012/02/10/sifat-fisik-batuan-reservoir-porositas-dan-permeabilitas/http://budikhoironi.wordpress.com/2012/02/10/sifat-fisik-batuan-reservoir-porositas-dan-permeabilitas/https://www.academia.edu/2588784/FASIES_DAN_LINGKUNGAN_PENGENDAPAN_BATUAN_KARBONAT_FORMASI_PARIGI_DI_DAERAH_PALIMANAN_CIREBONhttps://www.academia.edu/2588784/FASIES_DAN_LINGKUNGAN_PENGENDAPAN_BATUAN_KARBONAT_FORMASI_PARIGI_DI_DAERAH_PALIMANAN_CIREBONhttps://www.academia.edu/2588784/FASIES_DAN_LINGKUNGAN_PENGENDAPAN_BATUAN_KARBONAT_FORMASI_PARIGI_DI_DAERAH_PALIMANAN_CIREBONhttp://nanangsugiarto.wordpress.com/2008/03/25/dasar-dasar-teknik-reservoir-2/http://nanangsugiarto.wordpress.com/2008/03/25/dasar-dasar-teknik-reservoir-2/http://nanangsugiarto.wordpress.com/2008/03/25/dasar-dasar-teknik-reservoir-2/http://nanangsugiarto.wordpress.com/2008/03/25/dasar-dasar-teknik-reservoir-2/https://www.academia.edu/2588784/FASIES_DAN_LINGKUNGAN_PENGENDAPAN_BATUAN_KARBONAT_FORMASI_PARIGI_DI_DAERAH_PALIMANAN_CIREBONhttps://www.academia.edu/2588784/FASIES_DAN_LINGKUNGAN_PENGENDAPAN_BATUAN_KARBONAT_FORMASI_PARIGI_DI_DAERAH_PALIMANAN_CIREBONhttps://www.academia.edu/2588784/FASIES_DAN_LINGKUNGAN_PENGENDAPAN_BATUAN_KARBONAT_FORMASI_PARIGI_DI_DAERAH_PALIMANAN_CIREBONhttp://budikhoironi.wordpress.com/2012/02/10/sifat-fisik-batuan-reservoir-porositas-dan-permeabilitas/http://budikhoironi.wordpress.com/2012/02/10/sifat-fisik-batuan-reservoir-porositas-dan-permeabilitas/