pat -
DESCRIPTION
positive accounting theoryTRANSCRIPT
-
Latar Belakang
Teori positif (PAT) berkembang karena ketidakpuasan terhadap teori normatif
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena
didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya
secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual
daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber
daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam system
perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat
menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi
secara efisien.
Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori
akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang
kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman
mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empiric dan
menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari
model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari. Apabila teori normatif
menunjukkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu berdasar premis, norma atau standar, teori
positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara empirik.
Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut kesesuaiannya dengan observasi dengan dunia nyata.
Teori akuntansi positif
Teori akuntansi positif mengemukakan proposisi-proposisi deskripsi tentang praktik-
praktik akuntansi dalam dunia nyata, misalnya:
1. karakteristik entitas yang memilih untuk menerapkan metoda akuntansi tertentu; dan
-
2. dampak penerapan standar akuntansi terhadap perilaku manusia atau entitas lain yang
berkepentingan terhadap informasi akuntansi.
Berbeda dengan teori akuntansi normatif, teori akuntansi positif mengemukakan proposisi-
proposisi yang tidak bertujuan untuk menilai apakah standar akuntansi tertentu lebih baik atau
lebih bermanfaat dibandingkan dengan standar akuntansi yang lain. Karena dasar penyusunan
proposisinya adalah fakta (bukan value) yang diperoleh secara obyektif (bukan subyektif), dan
dasar pengujian validitas proposisinya adalah Science (bukan art).
Dikembangkan teori akuntansi positif yang dapat dikelompokkan menjadi dua tahap,
yaitu:
1. Penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal. Dalam tahap ini tidak dijelaskan tentang
praktek akuntansi, tetapi dilakukan penelitian terhadap hubungan pengumuman laba
dengan reaksi harga saham. Untuk melakukan penelitian dalam tahap ini digunakan
Hipotesis Pasar Efisien (Efficiency Market Hyphothesis) (Scott,2000). Pasar modal
efisien adalah pasar modal dimana harga surat-surat berharga yang diperdagangkn setiap
waktu secara wajar dan merefleksikan semua informasi yang diketahui publik berkaitan
dengan surat berharga dan Capital Asset Pricing Model (CAPM).
2. Penelitian dalam tahap kedua dilakukan untuk menjelaskan dan memprediksi praktek
akuntansi antar perusahaan yang difokuskan pada alasan oportunistik dalam hal
perusahaan memilih metode akuntansi tertentu, atau pada alasan efisiensi yaitu metode
akuntansi dipilih untuk mengurangi biaya kontrak antara perusahaan dengan
stakeholdernya. Alasan pertama yaitu perspektif oportunistik disebut ex-post yaitu
pemilihan metode akuntansi dilakukan sesudah diketahui faktanya. Alasan kedua yaitu
perpektif efisiensi disebut ex ante karena pemilihan metode akuntansi dilakukan sebelum
faktanya diketahui. Penelitian dibidang ini menggunakan agency theory yang membahas
tentang paradigm pengendalian (control).
Teori akuntansi positif menggunakan asumsi sebagai berikut :
1. Manajer, investor, kreditor, dan individu lain bersifat rasional dan berusaha
memaksimumkan kepuasan.
-
2. Manajer memiliki kebebasan untuk memilih metode akuntansi yang memaksimumkan
kepuasan mereka atau mengubah kebijakan produksi, investasi dan pendanaan
perusahaan untuk memaksimukan kepuasan mereka.
3. Manajer mengambil tindakan yang memaksimumkan nilai perusahaan.
Aliran positif beranggapan bahwa antara kekuasaan dan politik sebagai sesuatu yang
tetap dan sistem sosial dalam organisasi terdiri dari fenomena empiris konkrit dan bebas nilai
(tidak tergantung) pada manajer dan karyawan yang bekerja. Kemudian Positivist menganggap
dirinya sebagai pengamat yang netral, obyektif dan bebas nilai dari fenomena akuntansi yang
diamati. Teori akuntansi positif juga dibangun berdasarkan asumsi asumsi tentang the nature
of human society. Diasumsikan bahwa manusia selalu menentukan tujuan terlebih dahulu
sebelum memilih untuk melakukan suatu aksi. Dalam hal ini manusia memiliki "a single
superordinate goal" yaitu "utility maximization"' asumsi ini muncul dalam teori agensi
akuntansi. Menurut teori ini seorang agen (manajer) akan selalu menyukai untuk bekerja sedikit
dari pada banyak, sementara pemilik (principal) berharap memaksimumkan pengembalian
investasinya.
Sistem ekonomi kapitalis merupakan landasan yang kuat untuk berkembangnya akuntansi
positif. Rasyid (1997) menyatakan bahwa hubungan antara teori dan praktek dalam akuntansi
positif dengan adanya suatu means-end dichotomy, yaitu keterpisahan antara dunia teori dan
praktek. Asumsi ini akibat logis dari asumsi ontologis (asumsi tentang obyek penelitian) yaitu
pertanyaan tentang keberadaan suatu obyek penelitian dan realita sosial. Peneliti harus dapat
meyakinkan dirinya tentang keberadaan sesuatu yang sedang dipelajari atau diteliti, apakah real
ita sosial yang akan diteliti merupakan suatu obyek yang konkrit atau merupakan suatu konsep.
Implikasinya dalam dunia akuntansi adalah bahwa akuntansi dan akuntan menyediakan
informasi seefisien dan seefektif mungkin, sementara bagaimana manajer menggunakannya
tidaklah menjadi perhatian akuntan dan akuntansi.
-
Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan
akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986):
1. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan
spesifik
2. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi
3. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi
4. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan akuntansi
5. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta
penjelasan terhadap fenomena
Hipotesis dalam teori akuntansi positif
Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watt & Zimmerman (1986) dalam
bentuk "oportunistik" yang sering diinterpretasikan, yaitu :
1. Hipotesis rencana bonus (Plan Bonus Hypothesis),
Manajer seringkali berperilaku seiring dengan bonus yang diberikan. Oleh karena itu
manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar target laba terpenuhi. Tindakan
manajemen laba membuat pelaporan laba cenderung optimis atau tidak konservatif,
sehingga earning conservatism menjadi rendah.
2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Convenat Hypothesis),
Debt covenant hypothesis memprediksikan bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan
aset untuk mengurangi biaya renegosiasi kontrak utang ketika perusahaan memutuskan
perjanjian utangnya. Keinginan manajer untuk meningkatkan laba dan aset juga
dikarenakan kreditor akan lebih menyukai perusahaan yang mempunyai cukup aset untuk
menutup hutang-hutangnya. Dalam debt covenant hypothesis, tingkat konservatisme
dalam pelaporan laba akan berkurang karena manajer cenderung akan menaikkan laba
agar ia memperoleh potential loan dari kreditor.
-
3. Hipotesis biaya proses politik (Politic Process Hypothesis),
Dalam political cost hypothesis, perusahaan besar diprediksikan lebih sensitive terhadap
adanya biaya politik daripada perusahaan kecil. Biaya politik sendiri timbul dari adanya
konflik kepentingan antara manajer dengan pemerintah, dimana perusahaan dianggap ikut
bertanggung jawab atas kepentingan sosial masyarakat. Salah satu kebijakan pemerintah
yang untuk hal tersebut adalah kewajiban membayar pajak. Semakin besar tingkat
pendapatan atau penjualan perusahaan membuat semakin tinggi pula pajak yang harus
dibayar. Oleh karena itu, untuk menghindari tingginya pajak manajemen akan cenderung
untuk melaporkan laba yang rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi pelaporan
laba yang konservatif.
Riset Yang Mendukung Teori Akuntansi Positif
Banyak periset yang telah membuktikan ketiga hipotesis yang dikemukakan oleh Watt &
Zimmerman , adapun periset-periset tersebut adalah Scott (2000):
1. Healy,1985 dengan hipotesis perencanaan bonus, yang menghasilkan bukti para manajer
yang mendasarkan bonusnya pada income netto dilaporkan secara sistematis
menggunakan kebijakan akuntansi accrual untuk pelaporan pendapatannya sehingga
dapat memaksimalkan bonus.
2. Sweeney,1994 dengan hipotesis perjanjian hutang, dihasilkan bukti bahwa perusahaan
sering melanggar perjanjian hutang dalam bentuk pemeliharaan modal kerja dan ekuitas
pemegang saham.
3. Jones,1991 mengkaji perubahan perusahaan untuk menurunkan income netto yang
dilaporkan untuk keringanan impor. Pemberian keringan impor pada perusahaan tidak
adil karena dipengaruhi oleh kompetisi asing, sebagian merupakan keputusan politik..
4. Lev (1979) dalam hipotesis bonus debt convenant adanya kecenderungan manajer
menjadi opportunistik dengan menyelamatkan bonus dan mengabaikan perubahan debt
convenant ketika effisiensi pasar yang diharapkan bereaksi negatif.
-
Riset yang Mengkritik Teori Akuntansi Positif
Sejak tahun 1982 banyak artikel yang mengkritik dan mengevaluasi teori akuntansi positif yang
telah dipublikasikan. Dalam hal ini para kritikus biasanya dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Kritik tentang teknik atau metode penelitian. Dalam hal ini dinyatakan bahwa tulisan
tentang akuntansi positif yang sudah disurvey gagal untuk mendiskripsikan model dari
multi person/manusia secara keseluruhan sama untuk multi period/masa secara
keseluruhan dan lemah dalam kedua strategi.
2. Kritik tentang filosofi lebih banyak didasarkan pada penekanan bahwa Watts &
Zimmerman memberi batasan positif/normatif. Watts & Zimmerman tidak bersandar
pada filsafat argumen-argumen ilmu pengetahuan lainnya dalam tulisan pertama mereka
untuk mendukung metodologi yang sedang mereka kembangkan.
3. Kritik tentang penelitian akuntansi yang didasarkan ekonomi.
a. Metodologinya individu, digambarkan bahwa setiap fenomena sosial sebagai
konsekuensi pembuatan keputusan oleh individu. Singkatnya individu membuat
keputusan tetapi tidak melaksanakan.
b. Pendekatan neokiasik dengan memakslmalkan hipotesisnya karena asumsi atau
anggapan maksimallsasi adalah hanya salah satu dart banyak asumsi yang
diperlukan dalam teori neokiasik, dlbawah klalm ini bahwa setlap individu
membuat keputusan, subyeknya diberi batasan yang secara eksklusif
memaksimalkan manfaat dart masing-masing personel.
-
Pembahasan Jurnal
Towards a Positive Theory of the Determination of Accounting Standards.
Ross. L. Watts and Jerold L. Zimmerman
The Accounting Review. Vol. L.111. No. 1.
Watts dan Zimmerman mengembangkan teori akuntansi positif dalam menetapkan
standar akuntansi. Teori ini diyakini akan membantu untuk memahami mengenai sumber tekanan
yang mempengaruhi proses pembuatan standar akuntansi. Penelitian ini memfokuskan pada
biaya dan keuntungan dari standar akuntansi terhadap manajemen sehingga memberikan
pemahaman mengenai insentif manajemen untuk mendukung atau menentang beragam standar.
Manajemen memainkan peranan penting dalam penetapan standar sehingga teori positif sejalan
dengan penelitian ini.
Dalam teori akuntansi positif diasumsikan bahwa individu berperilaku untuk
memaksimalkan kebutuhan mereka. Dampak yang jelas dari asumsi ini adalah pihak manajemen
melakukan lobi dalam standar akuntansi didasarkan pada kepentingannya sendiri dan sejalan
juga dengan kepentingan pemegang saham.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan manajemen
1. Pajak
Prosedur akuntansi keuangan yang diusulkan mempengaruhi hukum pajak yang akan
datang, sehingga perilaku lobi manajemen dipengaruhi oleh dampak hukum pajak yang
akan datang.
2. Kebijakan
Apabila ada kemungkinan suatu suku bunga (yang akan mempengaruhi aliran kas)
meningkat (baik sementara maupun tetap) sebagai hasil dari perubahan standar akuntansi,
maka pihak manajemen melakukan lobi agar standar akuntansi tidak menuntun ke arah
turunnya suku bunga.
3. Biaya Politis
Dalam biaya politis ini adalah biaya persatuan buruh yang dipengaruhi melalui
peningkatan permintaan karena laba perusahaan yang dilaporkan besar. Tingkat
pentingnya biaya politis tergantung pada ukuran perusahaan.
4. Biaya Informasi Produksi (Contohnya biaya pembukuan)
-
Perubahan standar akuntansi memerlukan suatu biaya. Perubahan standar akuntansi dapat
mengakibatkan perubahan metode akuntansi yang mengakibatkan meningkatnya biaya
pembukuan perusahaan (termasuk biaya gaji akuntan sebagai kompensasi adanya
tambahan pelatihan).
5. Rencana Kompensasi Manajemen
Komponen utama dari kompensasi manajemen adalah rencana pendapatan bonus yang
didasarkan pada pendapatan akuntansi. Oleh karena itu, perubahan pada standar
akuntansi akan meningkatkan laba yang dilaporkan perusahaan dan akan menghasilkan
pendapatan bonus yang besar pula.
Berdasarkan standar akuntansi yang diusulkan, posisi manajemen tergantung pada ukuran
perusahaan (yang akan berdampak pada biaya politis) dan apakah standar yang diusulkan
tersebut akan meningkatkan atau menurunkan penghasilan yang dilaporkan perusahan.
Keuntungan atau biaya atas usulan standar akuntansi diharapkan akan bervariasi terhadap
ukuran perusahaan. Hubungan ini timbul karena dua alasan, yaitu
1. pentingnya perubahan pendapatan perusahaan yang dilaporkan mungkin akan berdampak
besar bagi perusahaan besar
2. perubahan pendapatan atas tingkat kepentingan tersebut, mengakibatkan keuntungan atau
biaya akan bervariasi tergantung ukuran perusahaan.
Perusahaan menghitung pendapatan mereka berdasarkan persamaan berikut:
Pendapatan = Biaya Operasional + Depresiasi + Pajak + r
r adalah tingkat suku bunga pengembalian yang diharapkan atas suatu investasi.
Pada tanggal 15 Februari 1974, FASB mengeluarkan isu untuk didiskusikan tentang
Pelaporan Dampak Perubahan Tingkat Harga terhadap Laporan Keuangan (GPLA). Seratus tiga
puluh tiga (133) perusahaan akuntansi, perusahaan umum, industri, dan pemerintah memberikan
komentar tertulis mengenai hal tersebut. Watts dan Zimmerman mengasumsikan bahwa
dokumen-dokumen tersebut mengindikasikan posisi dari manajemen perusahaan.
-
Pengujian dilakukan untuk memprediksi apakah ada hubungan positif antara ukuran aset
dan dokumen perusahaan dengan penurunan pendapatan. Perusahaan yang membuat dokumen
dikelompokkan berdasarkan perubahan pendapatan bersih serta diurutkan berdasarkan ukuran
aset. Dari dua puluh enam (26) perusahaan dengan pendapatan yang menurun, delapan (8)
perusahaan menyatakan sependapat dengan GPLA dan delapan belas (18) perusahaan
menyatakan tidak sependapat. Delapan (8) perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar
yang mendukung prediksi peneliti.
Berdasarkan tabel dalam penelitian ini didapatlah 18 perusahaan menyatakan persetujuan
atas tingkat perubahan harga dan 34 menyatakan ketidaksetujuan. Dalam melaporkan pengujian,
Watts dan Zimmerman menggunakan ukuran aset sebagai cerminan ukuran perusahaan.
Berdasarkan model penelitian, kedua peneliti membuat prediksi terhadap hubungan antara
ukuran aset dan laporan perusahaan dalam merespon GPLA.
Peneliti memfokuskan pertanyaan mengapa perusahaan mau mengeluarkan sumber daya
untuk menentukan penentuan standar akuntansi. Jawaban yang mungkin atas pertanyaan ini
dibuktikan dengan adanya pengaruh pemerintah, yaitu jika perusahaan memiliki kontrak dengan
pemerintah, akan mempengaruhi cashflow dimasa depan.
Salah satu faktor yang terpenting dalam menjelaskan perilaku manajemen dalam
pemilihan GPLA adalah ukuran perusahaan. Pada perusahaan berskala besar akan menggunakan
-
GPLA jika penghasilannya menurun. Hasil penelitian menunjukkan konsistensi dengan dampak
dari model penelitian termasuk asumsi yang dibentuk peneliti bahwa faktor kompensasi
manajemen didominasi oleh pertimbangan politik dan pajak. Temuan penulis, dengan ekstensi
awal dari hasil ini, cenderung untuk mengkonfirmasi penurunan risiko sistematis sebagai ukuran
perusahaan yang meningkat dan sebagai biaya campur tangan pemerintah meningkat
Dalam jurnal Meythi dan Sheffie Teresa berjudul Historical Cost dan General Price
Level Accounting: Analisis Relevansi Indikator Keuangan pun dibahas mengenai pentingnya
penggunaan GPLA karena memberikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan.
Dalam jurnal ini didapat kesimpulan mengenai Perbedaan yang signifikan antara indikator
keuangan berdasarkan laporan keuangan Historical Cost dengan indikator keuangan berdasarkan
General Price Level Accounting pada periode inflasi. Setelah dilakukan pengujian pada lima
belas rasio keuangan, ternyata menghasilkan dua belas rasio yang signifikan. Hal ini
membuktikan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan antara indikator
keuangan Historical Cost dengan indikator keuangan General Price Level Accounting. Keadaan
ini menyebabkan laporan keuangan Historical Cost menjadi kurang relevan untuk dianalisis
sehingga perlu dibuat laporan keuangan berdasarkan General Price Level Accounting.
Sama dengan jurnal Meythi dan Sheffie Teresa, Jurnal David Sukardi Kodrat berjudul
Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting dan
General Price Level Accounting pada masa inflasi menghasilkan hal yang sama yaitu
menunjukkan bahwa laporan keuangan berdasarkan GPLA lebih interpretatif dan lebih relevan
karena kelemahan yang mendasar dari konsep Historical Cost Accounting adalah asumsi bahwa
nilai uang stabil atau dengan kata lain perubahan nilai dalam unit moneter tidak material.
Kondisi yang mendesak untuk melakukan penerapan metode General Price Level Accounting
adalah: (1) tingkat inflasi yang tinggi dan (2) penilaian aset perusahaan.
Dalam Jurnal Tatang Ary Gumanti berjudul Pilihan-Pilihan Akuntansi dalam Aplikasi
Teori Akuntansi Positif pun membahas mengenai jurnal Watts dan Zimmerman yang
menemukan bukti yang signifikan bahwa ukuran perusahaan merupakan faktor utama yang
-
menyebabkan munculnya upaya lobi terhadap otoritas akuntansi standard (standard setting
bodies) oleh manajer perusahaan. Perusahaan besar (big company) yang dalam banyak hal
mudah menjadi sorotan public (politically sensitive corporation) memiliki dorongan yang kuat
untuk melakukan lobi bilamana ada suatu peruaturan akuntansi baru yang dapat mempengaruhi
kinerja keuangannya dalam jangka panjang. Disamping itu, perusahaan besar juga memiliki
dorongan yang kuat untuk tidak terlalu menonjolkan keuntungan (reported income) karena
kekuatiran munculnya tudingan mendapatkan fasilitas khusus atau monopoli. Bukti empiris
cenderung mendukung hipotesis bahwa perusahaan besar akan memilih metode akuntansi yang
menurunkan laba (income decreasing)
Kesimpulan
Konsep positive accounting theory (PAT) atau teori akuntansi positif diperkenalkan
dalam literatur akuntansi disekitar tahun 1960an, sebelumnya literatur akuntansi hanya
membahas hal-hal yang normatif. PAT ini menjadi penting bagi pengambil-keputusan karena
dapat menyajikan penjelasan dan prediksi serta konsekwensi dari sebuah kebijakan akuntansi
yang diterapkan. Dengan menguasai suatu teori bukan berarti semua menjadi terprediksi dengan
sederhana. Karena terkadang teori tidak mempertimbangkan semua faktor yang ada dalam dunia
nyata.
Dibandingkan dengan pembahasan jurnal Watts Zimmerman dengan jurnal Meythi dan
David Sukardi Kodrat, memberikan gambaran mengenai penyebab pemilihan GPLA untuk
informasi tambahan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal Watt Zimmerman menyatakan
adanya kepentingan manajemen yang mengambil keputusan penggunaan GPLA jika penghasilan
menurun, sedangkan dalam jurnal Meythi dan Sheffie Teresa menyatakan perlunya GPLA saat
terjadi perubahan rasio yang sangat signifikan saat inflasi karena informasi ini dapat membantu
dalam pengambilan keputusan karena di Indonesia secara keseluruhan memiliki tingkat inflasi
yang tinggi.
-
DAFTAR PUSTAKA
Ary, Tatang Gumanti. 2002. Pilihan-Pilihan Akuntansi dalam Aplikasi Teori Akuntansi
Positif. JAAI Volume 6, no.1, Januari 2002
Januarti, Indira. 2004. Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif. Jurnal Akuntansi &
Auditing vol 01/ no.01/ November 2004
Meythi dan Sheffie Teresa. 2012. Historical Cost dan General Price Level Accounting: Analisis
Relevansi Indikator Keuangan. Jurnal Akuntansi, Volume 4, Nomor 2, November
2012, hal. 115-134
Riduwan, Akhmad. 2007.Teori Akuntansi: dari Normatif ke Positif, Isu Bebas Nilai, hingga
Mitos dan Wacana Redefinisi Akuntansi. TEMA, Volume b, No1, Maret 2007
Watts, Ross L., and Zimmerman, Jerold L., 1978. Towards a Positive Theory of the
Determination of Accounting Standards. The Accounting Review, LIII (1).
Sukardi, David Kodrat. 2006. Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode
Historical Cost Accounting dan General Price Level Accounting pada masa inflasi.
Jurnal akuntansi dan keuangan, vol. 8, no. 2, Nopember 2006: 78-91