pat -

12
Latar Belakang Teori positif (PAT) berkembang karena ketidakpuasan terhadap teori normatif 1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris. 2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas. 3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam system perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien. Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empiric dan menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari. Apabila teori normatif menunjukkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu berdasar premis, norma atau standar, teori positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara empirik. Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut kesesuaiannya dengan observasi dengan dunia nyata. Teori akuntansi positif Teori akuntansi positif mengemukakan proposisi-proposisi deskripsi tentang praktik- praktik akuntansi dalam dunia nyata, misalnya: 1. karakteristik entitas yang memilih untuk menerapkan metoda akuntansi tertentu; dan

Upload: gumulya-sonny-marcel-kusuma

Post on 26-Sep-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

positive accounting theory

TRANSCRIPT

  • Latar Belakang

    Teori positif (PAT) berkembang karena ketidakpuasan terhadap teori normatif

    1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena

    didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya

    secara empiris.

    2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual

    daripada kemakmuran masyarakat luas.

    3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber

    daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam system

    perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat

    menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi

    secara efisien.

    Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori

    akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang

    kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman

    mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empiric dan

    menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari

    model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari. Apabila teori normatif

    menunjukkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu berdasar premis, norma atau standar, teori

    positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara empirik.

    Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut kesesuaiannya dengan observasi dengan dunia nyata.

    Teori akuntansi positif

    Teori akuntansi positif mengemukakan proposisi-proposisi deskripsi tentang praktik-

    praktik akuntansi dalam dunia nyata, misalnya:

    1. karakteristik entitas yang memilih untuk menerapkan metoda akuntansi tertentu; dan

  • 2. dampak penerapan standar akuntansi terhadap perilaku manusia atau entitas lain yang

    berkepentingan terhadap informasi akuntansi.

    Berbeda dengan teori akuntansi normatif, teori akuntansi positif mengemukakan proposisi-

    proposisi yang tidak bertujuan untuk menilai apakah standar akuntansi tertentu lebih baik atau

    lebih bermanfaat dibandingkan dengan standar akuntansi yang lain. Karena dasar penyusunan

    proposisinya adalah fakta (bukan value) yang diperoleh secara obyektif (bukan subyektif), dan

    dasar pengujian validitas proposisinya adalah Science (bukan art).

    Dikembangkan teori akuntansi positif yang dapat dikelompokkan menjadi dua tahap,

    yaitu:

    1. Penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal. Dalam tahap ini tidak dijelaskan tentang

    praktek akuntansi, tetapi dilakukan penelitian terhadap hubungan pengumuman laba

    dengan reaksi harga saham. Untuk melakukan penelitian dalam tahap ini digunakan

    Hipotesis Pasar Efisien (Efficiency Market Hyphothesis) (Scott,2000). Pasar modal

    efisien adalah pasar modal dimana harga surat-surat berharga yang diperdagangkn setiap

    waktu secara wajar dan merefleksikan semua informasi yang diketahui publik berkaitan

    dengan surat berharga dan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

    2. Penelitian dalam tahap kedua dilakukan untuk menjelaskan dan memprediksi praktek

    akuntansi antar perusahaan yang difokuskan pada alasan oportunistik dalam hal

    perusahaan memilih metode akuntansi tertentu, atau pada alasan efisiensi yaitu metode

    akuntansi dipilih untuk mengurangi biaya kontrak antara perusahaan dengan

    stakeholdernya. Alasan pertama yaitu perspektif oportunistik disebut ex-post yaitu

    pemilihan metode akuntansi dilakukan sesudah diketahui faktanya. Alasan kedua yaitu

    perpektif efisiensi disebut ex ante karena pemilihan metode akuntansi dilakukan sebelum

    faktanya diketahui. Penelitian dibidang ini menggunakan agency theory yang membahas

    tentang paradigm pengendalian (control).

    Teori akuntansi positif menggunakan asumsi sebagai berikut :

    1. Manajer, investor, kreditor, dan individu lain bersifat rasional dan berusaha

    memaksimumkan kepuasan.

  • 2. Manajer memiliki kebebasan untuk memilih metode akuntansi yang memaksimumkan

    kepuasan mereka atau mengubah kebijakan produksi, investasi dan pendanaan

    perusahaan untuk memaksimukan kepuasan mereka.

    3. Manajer mengambil tindakan yang memaksimumkan nilai perusahaan.

    Aliran positif beranggapan bahwa antara kekuasaan dan politik sebagai sesuatu yang

    tetap dan sistem sosial dalam organisasi terdiri dari fenomena empiris konkrit dan bebas nilai

    (tidak tergantung) pada manajer dan karyawan yang bekerja. Kemudian Positivist menganggap

    dirinya sebagai pengamat yang netral, obyektif dan bebas nilai dari fenomena akuntansi yang

    diamati. Teori akuntansi positif juga dibangun berdasarkan asumsi asumsi tentang the nature

    of human society. Diasumsikan bahwa manusia selalu menentukan tujuan terlebih dahulu

    sebelum memilih untuk melakukan suatu aksi. Dalam hal ini manusia memiliki "a single

    superordinate goal" yaitu "utility maximization"' asumsi ini muncul dalam teori agensi

    akuntansi. Menurut teori ini seorang agen (manajer) akan selalu menyukai untuk bekerja sedikit

    dari pada banyak, sementara pemilik (principal) berharap memaksimumkan pengembalian

    investasinya.

    Sistem ekonomi kapitalis merupakan landasan yang kuat untuk berkembangnya akuntansi

    positif. Rasyid (1997) menyatakan bahwa hubungan antara teori dan praktek dalam akuntansi

    positif dengan adanya suatu means-end dichotomy, yaitu keterpisahan antara dunia teori dan

    praktek. Asumsi ini akibat logis dari asumsi ontologis (asumsi tentang obyek penelitian) yaitu

    pertanyaan tentang keberadaan suatu obyek penelitian dan realita sosial. Peneliti harus dapat

    meyakinkan dirinya tentang keberadaan sesuatu yang sedang dipelajari atau diteliti, apakah real

    ita sosial yang akan diteliti merupakan suatu obyek yang konkrit atau merupakan suatu konsep.

    Implikasinya dalam dunia akuntansi adalah bahwa akuntansi dan akuntan menyediakan

    informasi seefisien dan seefektif mungkin, sementara bagaimana manajer menggunakannya

    tidaklah menjadi perhatian akuntan dan akuntansi.

  • Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan

    akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986):

    1. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan

    spesifik

    2. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi

    3. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi

    4. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam

    memprediksi pilihan akuntansi

    5. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta

    penjelasan terhadap fenomena

    Hipotesis dalam teori akuntansi positif

    Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watt & Zimmerman (1986) dalam

    bentuk "oportunistik" yang sering diinterpretasikan, yaitu :

    1. Hipotesis rencana bonus (Plan Bonus Hypothesis),

    Manajer seringkali berperilaku seiring dengan bonus yang diberikan. Oleh karena itu

    manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar target laba terpenuhi. Tindakan

    manajemen laba membuat pelaporan laba cenderung optimis atau tidak konservatif,

    sehingga earning conservatism menjadi rendah.

    2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Convenat Hypothesis),

    Debt covenant hypothesis memprediksikan bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan

    aset untuk mengurangi biaya renegosiasi kontrak utang ketika perusahaan memutuskan

    perjanjian utangnya. Keinginan manajer untuk meningkatkan laba dan aset juga

    dikarenakan kreditor akan lebih menyukai perusahaan yang mempunyai cukup aset untuk

    menutup hutang-hutangnya. Dalam debt covenant hypothesis, tingkat konservatisme

    dalam pelaporan laba akan berkurang karena manajer cenderung akan menaikkan laba

    agar ia memperoleh potential loan dari kreditor.

  • 3. Hipotesis biaya proses politik (Politic Process Hypothesis),

    Dalam political cost hypothesis, perusahaan besar diprediksikan lebih sensitive terhadap

    adanya biaya politik daripada perusahaan kecil. Biaya politik sendiri timbul dari adanya

    konflik kepentingan antara manajer dengan pemerintah, dimana perusahaan dianggap ikut

    bertanggung jawab atas kepentingan sosial masyarakat. Salah satu kebijakan pemerintah

    yang untuk hal tersebut adalah kewajiban membayar pajak. Semakin besar tingkat

    pendapatan atau penjualan perusahaan membuat semakin tinggi pula pajak yang harus

    dibayar. Oleh karena itu, untuk menghindari tingginya pajak manajemen akan cenderung

    untuk melaporkan laba yang rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi pelaporan

    laba yang konservatif.

    Riset Yang Mendukung Teori Akuntansi Positif

    Banyak periset yang telah membuktikan ketiga hipotesis yang dikemukakan oleh Watt &

    Zimmerman , adapun periset-periset tersebut adalah Scott (2000):

    1. Healy,1985 dengan hipotesis perencanaan bonus, yang menghasilkan bukti para manajer

    yang mendasarkan bonusnya pada income netto dilaporkan secara sistematis

    menggunakan kebijakan akuntansi accrual untuk pelaporan pendapatannya sehingga

    dapat memaksimalkan bonus.

    2. Sweeney,1994 dengan hipotesis perjanjian hutang, dihasilkan bukti bahwa perusahaan

    sering melanggar perjanjian hutang dalam bentuk pemeliharaan modal kerja dan ekuitas

    pemegang saham.

    3. Jones,1991 mengkaji perubahan perusahaan untuk menurunkan income netto yang

    dilaporkan untuk keringanan impor. Pemberian keringan impor pada perusahaan tidak

    adil karena dipengaruhi oleh kompetisi asing, sebagian merupakan keputusan politik..

    4. Lev (1979) dalam hipotesis bonus debt convenant adanya kecenderungan manajer

    menjadi opportunistik dengan menyelamatkan bonus dan mengabaikan perubahan debt

    convenant ketika effisiensi pasar yang diharapkan bereaksi negatif.

  • Riset yang Mengkritik Teori Akuntansi Positif

    Sejak tahun 1982 banyak artikel yang mengkritik dan mengevaluasi teori akuntansi positif yang

    telah dipublikasikan. Dalam hal ini para kritikus biasanya dikelompokkan menjadi tiga

    kelompok, yaitu:

    1. Kritik tentang teknik atau metode penelitian. Dalam hal ini dinyatakan bahwa tulisan

    tentang akuntansi positif yang sudah disurvey gagal untuk mendiskripsikan model dari

    multi person/manusia secara keseluruhan sama untuk multi period/masa secara

    keseluruhan dan lemah dalam kedua strategi.

    2. Kritik tentang filosofi lebih banyak didasarkan pada penekanan bahwa Watts &

    Zimmerman memberi batasan positif/normatif. Watts & Zimmerman tidak bersandar

    pada filsafat argumen-argumen ilmu pengetahuan lainnya dalam tulisan pertama mereka

    untuk mendukung metodologi yang sedang mereka kembangkan.

    3. Kritik tentang penelitian akuntansi yang didasarkan ekonomi.

    a. Metodologinya individu, digambarkan bahwa setiap fenomena sosial sebagai

    konsekuensi pembuatan keputusan oleh individu. Singkatnya individu membuat

    keputusan tetapi tidak melaksanakan.

    b. Pendekatan neokiasik dengan memakslmalkan hipotesisnya karena asumsi atau

    anggapan maksimallsasi adalah hanya salah satu dart banyak asumsi yang

    diperlukan dalam teori neokiasik, dlbawah klalm ini bahwa setlap individu

    membuat keputusan, subyeknya diberi batasan yang secara eksklusif

    memaksimalkan manfaat dart masing-masing personel.

  • Pembahasan Jurnal

    Towards a Positive Theory of the Determination of Accounting Standards.

    Ross. L. Watts and Jerold L. Zimmerman

    The Accounting Review. Vol. L.111. No. 1.

    Watts dan Zimmerman mengembangkan teori akuntansi positif dalam menetapkan

    standar akuntansi. Teori ini diyakini akan membantu untuk memahami mengenai sumber tekanan

    yang mempengaruhi proses pembuatan standar akuntansi. Penelitian ini memfokuskan pada

    biaya dan keuntungan dari standar akuntansi terhadap manajemen sehingga memberikan

    pemahaman mengenai insentif manajemen untuk mendukung atau menentang beragam standar.

    Manajemen memainkan peranan penting dalam penetapan standar sehingga teori positif sejalan

    dengan penelitian ini.

    Dalam teori akuntansi positif diasumsikan bahwa individu berperilaku untuk

    memaksimalkan kebutuhan mereka. Dampak yang jelas dari asumsi ini adalah pihak manajemen

    melakukan lobi dalam standar akuntansi didasarkan pada kepentingannya sendiri dan sejalan

    juga dengan kepentingan pemegang saham.

    Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan manajemen

    1. Pajak

    Prosedur akuntansi keuangan yang diusulkan mempengaruhi hukum pajak yang akan

    datang, sehingga perilaku lobi manajemen dipengaruhi oleh dampak hukum pajak yang

    akan datang.

    2. Kebijakan

    Apabila ada kemungkinan suatu suku bunga (yang akan mempengaruhi aliran kas)

    meningkat (baik sementara maupun tetap) sebagai hasil dari perubahan standar akuntansi,

    maka pihak manajemen melakukan lobi agar standar akuntansi tidak menuntun ke arah

    turunnya suku bunga.

    3. Biaya Politis

    Dalam biaya politis ini adalah biaya persatuan buruh yang dipengaruhi melalui

    peningkatan permintaan karena laba perusahaan yang dilaporkan besar. Tingkat

    pentingnya biaya politis tergantung pada ukuran perusahaan.

    4. Biaya Informasi Produksi (Contohnya biaya pembukuan)

  • Perubahan standar akuntansi memerlukan suatu biaya. Perubahan standar akuntansi dapat

    mengakibatkan perubahan metode akuntansi yang mengakibatkan meningkatnya biaya

    pembukuan perusahaan (termasuk biaya gaji akuntan sebagai kompensasi adanya

    tambahan pelatihan).

    5. Rencana Kompensasi Manajemen

    Komponen utama dari kompensasi manajemen adalah rencana pendapatan bonus yang

    didasarkan pada pendapatan akuntansi. Oleh karena itu, perubahan pada standar

    akuntansi akan meningkatkan laba yang dilaporkan perusahaan dan akan menghasilkan

    pendapatan bonus yang besar pula.

    Berdasarkan standar akuntansi yang diusulkan, posisi manajemen tergantung pada ukuran

    perusahaan (yang akan berdampak pada biaya politis) dan apakah standar yang diusulkan

    tersebut akan meningkatkan atau menurunkan penghasilan yang dilaporkan perusahan.

    Keuntungan atau biaya atas usulan standar akuntansi diharapkan akan bervariasi terhadap

    ukuran perusahaan. Hubungan ini timbul karena dua alasan, yaitu

    1. pentingnya perubahan pendapatan perusahaan yang dilaporkan mungkin akan berdampak

    besar bagi perusahaan besar

    2. perubahan pendapatan atas tingkat kepentingan tersebut, mengakibatkan keuntungan atau

    biaya akan bervariasi tergantung ukuran perusahaan.

    Perusahaan menghitung pendapatan mereka berdasarkan persamaan berikut:

    Pendapatan = Biaya Operasional + Depresiasi + Pajak + r

    r adalah tingkat suku bunga pengembalian yang diharapkan atas suatu investasi.

    Pada tanggal 15 Februari 1974, FASB mengeluarkan isu untuk didiskusikan tentang

    Pelaporan Dampak Perubahan Tingkat Harga terhadap Laporan Keuangan (GPLA). Seratus tiga

    puluh tiga (133) perusahaan akuntansi, perusahaan umum, industri, dan pemerintah memberikan

    komentar tertulis mengenai hal tersebut. Watts dan Zimmerman mengasumsikan bahwa

    dokumen-dokumen tersebut mengindikasikan posisi dari manajemen perusahaan.

  • Pengujian dilakukan untuk memprediksi apakah ada hubungan positif antara ukuran aset

    dan dokumen perusahaan dengan penurunan pendapatan. Perusahaan yang membuat dokumen

    dikelompokkan berdasarkan perubahan pendapatan bersih serta diurutkan berdasarkan ukuran

    aset. Dari dua puluh enam (26) perusahaan dengan pendapatan yang menurun, delapan (8)

    perusahaan menyatakan sependapat dengan GPLA dan delapan belas (18) perusahaan

    menyatakan tidak sependapat. Delapan (8) perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar

    yang mendukung prediksi peneliti.

    Berdasarkan tabel dalam penelitian ini didapatlah 18 perusahaan menyatakan persetujuan

    atas tingkat perubahan harga dan 34 menyatakan ketidaksetujuan. Dalam melaporkan pengujian,

    Watts dan Zimmerman menggunakan ukuran aset sebagai cerminan ukuran perusahaan.

    Berdasarkan model penelitian, kedua peneliti membuat prediksi terhadap hubungan antara

    ukuran aset dan laporan perusahaan dalam merespon GPLA.

    Peneliti memfokuskan pertanyaan mengapa perusahaan mau mengeluarkan sumber daya

    untuk menentukan penentuan standar akuntansi. Jawaban yang mungkin atas pertanyaan ini

    dibuktikan dengan adanya pengaruh pemerintah, yaitu jika perusahaan memiliki kontrak dengan

    pemerintah, akan mempengaruhi cashflow dimasa depan.

    Salah satu faktor yang terpenting dalam menjelaskan perilaku manajemen dalam

    pemilihan GPLA adalah ukuran perusahaan. Pada perusahaan berskala besar akan menggunakan

  • GPLA jika penghasilannya menurun. Hasil penelitian menunjukkan konsistensi dengan dampak

    dari model penelitian termasuk asumsi yang dibentuk peneliti bahwa faktor kompensasi

    manajemen didominasi oleh pertimbangan politik dan pajak. Temuan penulis, dengan ekstensi

    awal dari hasil ini, cenderung untuk mengkonfirmasi penurunan risiko sistematis sebagai ukuran

    perusahaan yang meningkat dan sebagai biaya campur tangan pemerintah meningkat

    Dalam jurnal Meythi dan Sheffie Teresa berjudul Historical Cost dan General Price

    Level Accounting: Analisis Relevansi Indikator Keuangan pun dibahas mengenai pentingnya

    penggunaan GPLA karena memberikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan.

    Dalam jurnal ini didapat kesimpulan mengenai Perbedaan yang signifikan antara indikator

    keuangan berdasarkan laporan keuangan Historical Cost dengan indikator keuangan berdasarkan

    General Price Level Accounting pada periode inflasi. Setelah dilakukan pengujian pada lima

    belas rasio keuangan, ternyata menghasilkan dua belas rasio yang signifikan. Hal ini

    membuktikan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan antara indikator

    keuangan Historical Cost dengan indikator keuangan General Price Level Accounting. Keadaan

    ini menyebabkan laporan keuangan Historical Cost menjadi kurang relevan untuk dianalisis

    sehingga perlu dibuat laporan keuangan berdasarkan General Price Level Accounting.

    Sama dengan jurnal Meythi dan Sheffie Teresa, Jurnal David Sukardi Kodrat berjudul

    Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode Historical Cost Accounting dan

    General Price Level Accounting pada masa inflasi menghasilkan hal yang sama yaitu

    menunjukkan bahwa laporan keuangan berdasarkan GPLA lebih interpretatif dan lebih relevan

    karena kelemahan yang mendasar dari konsep Historical Cost Accounting adalah asumsi bahwa

    nilai uang stabil atau dengan kata lain perubahan nilai dalam unit moneter tidak material.

    Kondisi yang mendesak untuk melakukan penerapan metode General Price Level Accounting

    adalah: (1) tingkat inflasi yang tinggi dan (2) penilaian aset perusahaan.

    Dalam Jurnal Tatang Ary Gumanti berjudul Pilihan-Pilihan Akuntansi dalam Aplikasi

    Teori Akuntansi Positif pun membahas mengenai jurnal Watts dan Zimmerman yang

    menemukan bukti yang signifikan bahwa ukuran perusahaan merupakan faktor utama yang

  • menyebabkan munculnya upaya lobi terhadap otoritas akuntansi standard (standard setting

    bodies) oleh manajer perusahaan. Perusahaan besar (big company) yang dalam banyak hal

    mudah menjadi sorotan public (politically sensitive corporation) memiliki dorongan yang kuat

    untuk melakukan lobi bilamana ada suatu peruaturan akuntansi baru yang dapat mempengaruhi

    kinerja keuangannya dalam jangka panjang. Disamping itu, perusahaan besar juga memiliki

    dorongan yang kuat untuk tidak terlalu menonjolkan keuntungan (reported income) karena

    kekuatiran munculnya tudingan mendapatkan fasilitas khusus atau monopoli. Bukti empiris

    cenderung mendukung hipotesis bahwa perusahaan besar akan memilih metode akuntansi yang

    menurunkan laba (income decreasing)

    Kesimpulan

    Konsep positive accounting theory (PAT) atau teori akuntansi positif diperkenalkan

    dalam literatur akuntansi disekitar tahun 1960an, sebelumnya literatur akuntansi hanya

    membahas hal-hal yang normatif. PAT ini menjadi penting bagi pengambil-keputusan karena

    dapat menyajikan penjelasan dan prediksi serta konsekwensi dari sebuah kebijakan akuntansi

    yang diterapkan. Dengan menguasai suatu teori bukan berarti semua menjadi terprediksi dengan

    sederhana. Karena terkadang teori tidak mempertimbangkan semua faktor yang ada dalam dunia

    nyata.

    Dibandingkan dengan pembahasan jurnal Watts Zimmerman dengan jurnal Meythi dan

    David Sukardi Kodrat, memberikan gambaran mengenai penyebab pemilihan GPLA untuk

    informasi tambahan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal Watt Zimmerman menyatakan

    adanya kepentingan manajemen yang mengambil keputusan penggunaan GPLA jika penghasilan

    menurun, sedangkan dalam jurnal Meythi dan Sheffie Teresa menyatakan perlunya GPLA saat

    terjadi perubahan rasio yang sangat signifikan saat inflasi karena informasi ini dapat membantu

    dalam pengambilan keputusan karena di Indonesia secara keseluruhan memiliki tingkat inflasi

    yang tinggi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ary, Tatang Gumanti. 2002. Pilihan-Pilihan Akuntansi dalam Aplikasi Teori Akuntansi

    Positif. JAAI Volume 6, no.1, Januari 2002

    Januarti, Indira. 2004. Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif. Jurnal Akuntansi &

    Auditing vol 01/ no.01/ November 2004

    Meythi dan Sheffie Teresa. 2012. Historical Cost dan General Price Level Accounting: Analisis

    Relevansi Indikator Keuangan. Jurnal Akuntansi, Volume 4, Nomor 2, November

    2012, hal. 115-134

    Riduwan, Akhmad. 2007.Teori Akuntansi: dari Normatif ke Positif, Isu Bebas Nilai, hingga

    Mitos dan Wacana Redefinisi Akuntansi. TEMA, Volume b, No1, Maret 2007

    Watts, Ross L., and Zimmerman, Jerold L., 1978. Towards a Positive Theory of the

    Determination of Accounting Standards. The Accounting Review, LIII (1).

    Sukardi, David Kodrat. 2006. Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode

    Historical Cost Accounting dan General Price Level Accounting pada masa inflasi.

    Jurnal akuntansi dan keuangan, vol. 8, no. 2, Nopember 2006: 78-91