penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no.-22-tahun-2009-tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan.pdf...
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-200 1/18
JURNAL ILMIAH
PENYELESAIAN KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA MATARAM DI
TINJAU DARI UU RI NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
Oleh :
ADI ARDIANSYAH
D1A 108 187
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2013
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-200 2/18
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
PENYELESAIAN KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA MATARAM
DITINJAU DARI UU RI NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
Menyetujui,
Elly kurniawati, SH.,MH
NIP. 1951 0407 197602 2001
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-200 3/18
PENYELESAIAN KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA MATARAM DI
TINJAU DARI UNDANG - UNDANG NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
ABSTRAK
ADI ARDIANSYAHD1A 108 187
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dalam pelaksanaannya memerlukan kesiapan mental dan moral dari
masyarakat pemakai jalan. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui dasar hukum
penyelesaian perkara Kasus kecelakaan Lalu Lintas dalam Undang-Undang No. 22 Tahun
2009 dan Untuk mengetahui bagaimana proses Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu Lintas.
Metode yang digunakan adalah Metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan
konseptual. Rumusan Masalah: 1). Apa Dasar Hukum Penyelesaian Perkara Kecelakaan
Lalu Lintas dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009? 2). Bagaimana Proses Penyelesaian
Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Polres Mataram? Hasil penelitian yakni Dasar hukum yangdi gunakan aparat penegak hukum dalam menyelesaikan perkara kecelakaan Lalu Lintas
adalah Pasal 273 s/d Pasal 316 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009. Proses penyelesaian
perkara dalam kasus kecelakaan Lalu Lintas dalam praktek dilakukan oleh para pihak
sendiri. Dalam hal penyelesaian perkara diluar pengadilan tugas polisi selaku penyidik dan
penegak hukum bertugas sebagai mediator dari masing-masing pihak. Saran Perlu diaturnya
mediasi penal dalam Undang-Undang No. 22 tahun 2009 mengingat mediasi merupakan alat
alternatif untuk penyelesaian perkara baik itu perkara perdata maupun perkara pidana.
Kata Kunci : Lalu Lintas. Kecelakaan. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009.
THE SETTLEMENT OF ROAD ACCIDENT CASE IN MATARAM CITY VIEWED
FROM THE LAW NO. 22 YEAR 2009 CONCERNING ROAD TRAFFIC ANDTRANSPORTATION
ABSTRACT
ADI ARDIANSYAH
D1A 108 187
The treatment the law No. 22 of 2009 about to run on traffic and transportation deet a
way, as regeguirement as ready mental and moril from society to run a way. The research of
the purpose to know principle law to finishing a matter to run on traffic accident in deet laws
No. 22 of 2009 and to as process finishing about the matter run a way.the mathod used ismathod approaching intruction and approach conceptual. Statement of problem: 1). What is
finishing law in about a matter run on traffic accident in deet the law No. 22 of 2009?
2). How is the process finishing a matter to run on traffic accident at Polres Mataram?
The scope of the research: the basic law used to and for cement agency to finishing a
matter to run on the traffic in deet regarding is article 273 up to article 316 of law No. 22 of
2009. The settlement process in the case of the road accident is aften self-handle practice by
the parties themselves.in term of out-of court case setllement, police function as a mediator
for each party. Suggestion: it is necessary existence about mediation of nafy information in
laws No. 22 of 2009 caused mediation is an alternative of instrument to finished case that is
civil suit and crime suit.Keywords : Traffic. Accident. Law No. 22 of 2009.
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-200 4/18
I. PENDAHULUAN
Meningkatnya populasi kendaraan saat ini, antara lain disebabkan populasi
masyarakat itu sendiri yang selalu bartambah, apalagi di Nusa Tenggara Barat,
khususnya Kota Mataram yang setiap tahun penduduknya selalu bertambah dari berbagai
daerah, dimana sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa dan tidak sedikit dari
mereka yang menggunakan kendaraan pribadi. Rendahnya kesadaran masyarakat
terhadap ketertiban berlalu lintas di jalan, belum tersosialisasinya dengan baikpublic
safety awareness, lemahnya system pengawasan dan pengendalian transportasi baik di
jalan maupun di terminal, dan belum terciptanya manajemen keselamatan secara
komprehensif. Permasalahan operasional saat ini adalah tingginya korban meninggal
dunia yang mencapai 30.364 orang per tahun, luka berat 450.000 orang, luka ringan
2.100.000 orang dan kerusakan property sebanyak 13.515.000.1
Kecelakaan lalu lintas di jalan raya dapat menimpa siapa saja, bagi pejalan kaki,
maupun pengemudi kendaraan bermotor, semua pengguna jalan raya dapat mengalami
kecelakaan dalam berlalu lintas. Kecelakaan merupakan suatu yang tidak dapat dielakkan
oleh semua orang, sesuatu yang tidak diharapkan untuk terjadi namun dapat menimpa
siapa saja.
Masalah Lalu Lintas adalah masalah kita bersama, kehidupan lalu lintas akan
menyangkut berbagai aspek kehidupan berlalu lintas. Cita-cita untuk mewujudkan situasi
lalu lintas yang aman dan lancar, terdorong oleh pengalaman-pengalaman masalah dan
sekarang ini jumlah kecelakaan lalu lintas menimbulkan korban cukup besar.
Melihat tingkat kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat, maka diharapkan
profesionalisme Polisi khususnya Polisi Lalu Lintas dalam menjalankan tugas dan
1http//www.anakUi.com/2009/07/15, 21 Oktober2009, 10.40
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-200 5/18
kewenangannya, sehingga hal tersebut menjadi dambaan semua bangsa di dunia,
termasuk Indonesia, karena peran yang dimainkannya sangat komprehensif mencakup
perannya sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, pengayom dan pelayan
masyarakat, dan sebagai penegak hukum..
Rumusan masalah : 1) Apa Dasar Hukum Penyelesaian Perkara Kecelakaan Lalu
Lintas dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009?; 2) Bagaimana Proses Penyelesaian
Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Polres Mataram?
Tujuan penelitian ini adalah :1) Untuk mengetahui dasar hukum penyelesaian
perkara Kasus kecelakaan Lalu Lintas dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009? 2)
Untuk mengetahui bagaimana proses Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu Lintas.
Manfaat penelitian Secara teoritis, Dapat memberikan masukan bagi
perkembangan Ilmu Hukum khususnya dalam Undang-undang Lalu Lintas.Secara
Akademis penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
tingkat Strata satu (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Mataram. Secara praktis : a)
Dapat dijadikan pedoman maupun literature atau kajian tertentu untuk memahami
penyelesaian perkara Dalam Kasus Kecelakaan Lalu Lintas; b) Ikut mensosialisasikan
kepada masyarakat pada umumnya dan kepada akademisi mengenai proses penyelesaian
perkara kasus kecelakaan Lalu Lintas. Metode yang di gunakan: 1). Pendekatan
peraturan perundangundangan, menelaah peraturan perundangundangan sesuai dengan
permasalahan yang diangkat. 2). Pendekatan Sosiologis yaitu merupakan pendekatan
yang mengkaji literature atau kepustakaan dan pandangan para ahli hukum sesuai dengan
permasalahan yang diteliti untuk mendapatkan jawaban yang logis. 3). Metode Kualitatif
yaitu metode penelitian yang menggunakan data yang menggambarkan sesuatu ucapan
perilaku serta sikap dari berbagai kelompok orang sebagai objek penelitian mengenai
keadaan sosial masyarakat.
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-200 6/18
Tehnik Pengumpulan Data Dikarenakan penelitian ini penelitian hukum Empiris,
maka alat pengumpul data dilakukan melalui studi dokumen yaitu untuk memperoleh
data primer, skunder dan tersier dengan cara penelusuran data-data kepustakaan,
melakukan Studi mengenai penyelesaian perkara dalam kasus kecelakaan lalu lintas dan
melakukan wawancara kepada responden untuk mengetahui penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas dalam praktek.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interpretasi yaitu
penafsiran hukum berdasarkan bahan hukum yang terkumpul atau diperoleh dari
peraturan perundang-undangan, hasil wawancara dengan deduktif berupa pemaparan
suatu permasalahan ataupun proses berpikir yang dimulai dari menelaah normanorma
secara umum yang diikuti dengan penerapan hukum dan diakhiri dengan kesimpulan
yang bersifat khusus. Terhadap bahan hukum yang tidak jelas dilakukan interpretasi
bahan hukum dengan menggunakan:
Penafsiran Gramatikal yaitu penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang
undangan sesuai dengan permasalahan yang diangkat.2. Penafsiran Teleologis yaitu
metode yang memusatkan perhatian pada persoalan apa yang hendak dicapai oleh norma
yang ada didalam permasalahan yang di angkat.3. Penafsiran Futuristik yaitu penafsiran
hukum yang dilakukan dengan cara merujuk pada suatu Rancangan Undang-Undang ius
constituandum yang sudah mendapat persetujuan bersama, namun belum disahkan secara
formil atau belum mendapat persetujuan namun dapat merujuk pada nilai-nilai yang pasti
lolos dalam Rancangan Undang-Undang. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis interpretasi yaitu penafsiran hukum berdasarkan bahan hukum yang
terkumpul atau diperoleh dari peraturan perundang-undangan, hasil wawancara dengan
deduktif berupa pemaparan suatu permasalahan ataupun proses berpikir yang dimulai
dari menelaah norma norma secara umum yang diikuti dengan penerapan hukum dan
diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat khusus.
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-200 7/18
II. PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Penyelesaian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas dalam Undang-
Undang No. 22 Tahun 2009.
1. Ketentuan-Ketentuan Pidana Pelanggaran Lalu Lintas.
Masalah kecelakaan Lalu Lintas sudah diatur didalam Undang- Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, Sebagaimana yang
tertuang didalam Ketentuan Pidana BAB XX Pasal 273 s/d 316. Tidak sedikit
kecelakaan Lalu Lintas terjadi karena pengemudi tidak mentaati rambu-rambu lalu
lintas atau marka jalan, tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM), kendaraannya
tidak memenuhi persyaratan laik jalan atau si pengemudi tidak mampu
mengemudikan kendaraannya dengan wajar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kepolisian Resort Mataram (Polres
Mataram) dari tahun 2011 hingga Januari s/d September 2012 terkait dengan
penyelesaian perkara LAKA Lantas bahwa di tahun 2011 Jumlah kasus LAKA Lantas
yang ditangani oleh Kepolisian Resort Mataram sebanyak 341 kasus. Untuk perkara
yang di P-21 (Pemberitahuan bahwa hasil penyidikan sudah lengkap) sebanyak 10
kasus, yang di SP3 (Surat perintah penghentian penyidikan) sebanyak 33 kasus, TLG
(Tilang) sebanyak 161 kasus, dan ADR (Alternative Dispute Resolution) sebanyak 90
kasus.
Tahun 2012 terhitung dari Januari hingga 29 September 2012, Jumlah kasus
LAKA Lantas yang ditangani oleh Kepolisian Resort Mataram sebanyak 161 kasus.
Untuk perkara yang di P-21 kan sebanyak 1 kasus,yang di SP3 kan sebanyak 16
kasus, TLG sebanyak 46 kasus, dan ADR sebanyak 56 kasus. Berdasarkan fakta
tersebut, bahwa perkara kecelakaan lalu lintas banyak yang terjadi, akan tetapi tidak
sampai dijadikan perkara yang diajukan ke Pengadilan. Antara tersangka dan keluarga
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-200 8/18
korban sudah terjadi perdamaian atau peristiwanya sama sekali tidak diproses oleh
Polisi namun yang jelas untuk menanggulanginya dalam arti membuat orang taat pada
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, lebih-lebih di kota berkembang seperti
Mataram, Seharusnya kalau jumlah perkara tilang yang diputus oleh Pengadilan
Negeri Mataram tersebut banyak, berarti ketaatan masyarakat terhadap Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 masih kurang, Kecelakaan Lalu Lintas jumlahnya
akan tinggi. Padahal jika masalahnya hanya soal terjadinya perdamaian antara
tersangka dengan keluarga korban, tidak akan mengurangi jumlah perkara kecelakaan
lalu lintas yang sampai ke Pengadilan sampai begitu besar.
Beberapa kejadian tindak pidana di dalam masyarakat sering diakhiri dengan
perdamaian yang dilakukan oleh korban dan pelaku. Hal demikian merupakan
kenyataan yang hidup dan ada di masyarakat. Mengapa demikian, Romli Atmasasmita
mengungkapkan secara jelas masalah perdamaian sebagai berikut:2
Menurut
ketentuan hukum pidana yang berlaku sesungguhnya perdamaian tidak dibenarkan.
Hal ini karena perdamaian pihak korban dan pelaku dalam suatu tindak pidana
bertentangan dengan hukum pidana positif, melanggar dan bahkan merupakan
penyimpangan terhadap maksud dan tujuan hukum pidana yaitu kebenaran secara
materiil.3
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan telah mengatur atau memuat ketentuan pidana. Pelanggaran dalam hal
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka-luka
berat juga terkait dengan Pasal 359 dan Pasal 360 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
2 Romli Atmasasmita, Aspek Hukum Perdamaian Dalam Pelanggaran Lalu Lintas,Jakarta, Rineka
Cipta. 2001.Hal.24.3
Ramdlon Naning,Menggairahkan Kesadaran Hukum dan Disiplin Penegak Hukum Dalam LaluLintas, Mandar Maju, Bandung, 1990, hlm.32.
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-200 9/18
Perkara kecelakaan Lalu Lintas banyak terjadi tetapi tidak sampai dijadikan
perkara atau diajukan ke Pengadilan, antara pelaku dan keluarga korban sudah terjadi
perdamaian. Bentuk perdamaian diantara pihak korban dan pelaku adalah melalui
pemberian santunan atau uang sekedar duka oleh pelaku kepada korban atau ahli
warisnya, merupakan usaha sekedar turut berduka atas kecelakaan yang menimpa
korban dan dengan harapan pelaku mendapat keringanan hukuman jika pelaku
diajukan ke persidangan.
2. Aspek Hukum Perdamaian Pihak Korban dan Pelaku.
Hukum pidana positif di Indonesia masih menempatkan ganti rugi bagi korban
sebagai salah satu syarat dari pidana lepas bersyarat, belum menempatkannya sebagai
suatu pidana yang menjadi tambahan, apalagi sebagai pidana yang berdiri sendiri
disamping pidana pokok lainnya. Hal tersebut menunjukkan beberapa fakta, yakni:1)
Pengaturan hukum tentang masalah korban di Indonesia menuntut suatu proses
perjuangan yang gigih dan berkesinambungan; 2) Perhatian, persepsi dan sikap
masyarakat maupun pemerintah di Indonesia terhadap masalah korban tindak pidana
belum sepenuhnya membudaya, Bahkan belum sepenuhnya melembaga. Disisi lain
kejadian-kejadian tindak pidana di masyarakat sering menunjukan bahwa perhatian
terhadap masalah korban tindak pidana memerlukan perhatian yang serius baik dari
masyarakat, pemerintah dan lembaga-lembaga sosial lainnya.4
Penegak hukum harus mengabaikan tindakan-tindakan para pihak (korban dan
pelaku) yang tidak dibenarkan hukum, dengan demikian, jelaslah bahwa perdamaian
pihak korban dan pelaku dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau mendapat luka- luka, tidak dibenarkan oleh hukum
(pidana) positif. Pemberian santunan (uang duka) dari pelaku kepada korban atau ahli
4 Ibid, hal 49
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-20 10/18
warisnya bukan merupakan penyelesaian akhir menurut hukum, santunan tersebut
boleh diberikan hanyalah sebagai rasa kemanusiaan (turut berduka cita kepada
keluarga korban) dan bagi pelaku mungkin dapat berharap bahwa santunan yang telah
diberikannya itu dapat meringankan hukuman yang telah akan dijatuhkan oleh hakim
kepadanya.
B. Proses penyelesaian Perkara Dalam Kasus Kecelakaan Lalu Lintas.
Respon masyarakat dalam pengertian menilai kinerja Polisi ataupun
keterlibatannya secara langsung terhadap kasus Laka Lantas paling tampak dalam
penyelesaian perkara hingga munculnya SPPP (Surat Perintah Penghentian
Penyidikan). Terhadap Proses Penyelesaian Perkara, baik pada tahap penyusunan
perkara ke Jaksa Penuntut, Penghentian Penyidikan, Berita Acara Penyidikan Cepat
maupun Tilang., terhadap kinerja Polisi, seharusnya semua kasus Laka Lantas dapat
diproses dengan tepat dan sesuai dengan kualitas kasusnya, sehingga Polisi kelak
tepat dalam memilah-milah setiap perkara, perkara mana yang harus masuk ke Jaksa
Penuntut Umum, SPPP (Surat Perintah Penghentian Penyidikan), BPAC (Berita
Penyidikan Acara Cepat) dan Tilang.
Khusus yang berkaitan dengan SPPP, peran Polisi sebagai mediator dalam
penyelesaian perkara Laka Lantas menjadi menarik untuk dianalisa. Landasan hukum
bagi Polisi dalam menetapkan suatu perkara masuk kategori SPPP adalah Pasal 16
UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, bahwa Dalam
rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di
bidang proses Pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk. h
mengadakan penghentian penyidikan.
Landasan hukum, Kepolisian dalam upaya penyelesaian perkara melalui
Mediasi Penal ada dalam Pasal 18 UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-20 11/18
Republik Indonesia, bahwa Untuk kepentingan umum, pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak
menurut penilaiannya sendiri.
Tugas utama Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut Pasal 13 UU No. 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai berikut:a)
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b) Menegakkan hukum; dan c)
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam
Pasal 14 huruf k UU No. 2 Tahun 2002 lebih ditegaskan, bahwa memberikan
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkup tugas
kepolisian.
Penyelidikan adalah serangakaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang di duga sebagai tindak pidana guna menemukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang di atur dalam undang-
undang. Sedangkan Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal
menurut hukum untuk mencari serta mengupulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka.
Pada prinsipnya setiap perkara Lalu lintas yang sampai menimbulkan korban
meninggal dunia adalah merupakan perkara pidana dan harus diselesaikan melalui
pengadilan. Adapun yang dimaksud penyelesaian diluar sidang pengadilan adalah
penyelesaian perkara secara kekeluargaan yaitu antara pelaku dengan keluarga korban
untuk melakukan perdamaian.
Dalam praktek sehari-hari Polisi sebagai penyidik khususnya dalam
menangani perkara lalu-lintas yang menyebabkan luka luka maupun meninggal
dunia pada diri orang lain dapat menerima penyelesaiannya dilakukan diluar
pengadilan meskipun perkara tersebut termasuk delik biasa. Hal ini timbul karena
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-20 12/18
undang-undang tidak dapat menampung semua perbuatan yang ada dimasyarakat.
Penyelesaian perkara pidana lalu lintas ada yang penyelesaiannya dilakukan diluar
pengadilan yang menyangkut kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan meninggalnya
korban yaitu penyelesaian perkara antara pihak pihak yang terlibat tanpa melalui
pengadilan.
Proses penyelesaian tersebut dilakukan oleh para pihak sendiri karena masing-
masing pihak sepakat untuk menyelesaikan tanpa melalui proses yang berbelit-belit
dan memakan waktu yang lama, adapun hal ini terjadi karena pengadilan akan
mempelajari buktibukti yang ada guna mencari kebenaran dan keadilan yang dapat
diterima kedua belah pihak. Sebagaimana penyelesaian perkara diluar pengadilan
tersebut diatas tugas polisi selaku penyidik dan penegak hukum bertugas sebagai
penengah dari masing-masing pihak dan apabila masing -masing pihak sudah ada
kesepakatan mengenai penggantian biaya apabila sebelum meninggal korban terlebih
dahulu dirawat dirumah sakit, menanggung biaya pemakaman, selamatan sampai
dengan selesai dan memberikan sejumlah uang sebagai uang duka dan setelah itu
membuat surat pernyataan yang berisi telah selesainya perkara tersebut dan tidak ada
penuntutan kembali dari masing-masing pihak, maka perkara tersebut oleh polisi
dinyatakan selesai.
Terjadinya peristiwa kecelakaan Lalu Lintas yang menyebabkan meninggal
dunia pada umumnya tidak ada unsur kesengajaan dan yang ada unsur kealpaan.
Antara pelaku dan pihak keluarga korban biasanya saling menyadari sehingga dalam
menyelesaikan perkara mereka memilih diluar pengadilan atau dengan cara damai.
Jadi secara ringkas bentuk penyelesaian perkara Lalu Lintas diluar pengadilan dengan
cara damai maksudnya antara pelaku dan pihak keluarga korban sepakat setelah
mengadakan musyawarah untuk menyelesaikan perkara secara kekeluargan.
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-20 13/18
Polisi Lalu Lintas sebagai penyidik dalam menangani perkara kecelakaan
lalulintas harus melihat dahulu sebab-sebab terjadinya kecelakaan Lalu Lintas
tersebut, sehingga dapat tidaknya perkara tersebut diselesaikan diluar pengadilan atau
harus melalui pengadilan. Polisi dalam menentukan kriteria tersebut harus mempunyai
dasar keahlian khusus dibidang lalulintas karena polisi tersebut dalam menangani
perkara tersebut harus dapat menyelesaikan dengan baik dan adil..
Mediasi penal oleh Kepolisian merupakan implementasi seluruh aturan yang
dikemukakan dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Pasal-pasalnya dikemukakan di atas). Mediasi penal oleh Kepolisian
tersirat respon masyarakat terhadap kinerja Polisi dalam menangani kasus Laka
lantas, karena lembaga mediasi penal ini justru merupakan upaya positif Polisi dalam
menyelesaikan kasus Laka lantas melalui jalur di luar pengadilan / Alternative
Dispute Resolution (ADR).5
Dalam proses mediasi, Polisi berperan sebagai mediator antara pelaku dengan
korban/anggota keluarga korban Laka lantas. Mediator menyediakan formulir
pernyataan kepada korban/wakilnya untuk tidak melakukan upaya penuntutan perkara
karena segala sesuatu yang disepakati dalam formulir tersebut telah dipenuhi.
Kesepakatan antara lain mengenai, uang ganti rugi/santunan korban, uang untuk
proses pemakaman, selamatan dan sebagainya. Disaksikan oleh mediator (Polisi)
sebagai pihak ke tiga, formulir pernyataan tersebut menjadi dasar mediator untuk
menerbitkan SPPP.6
Lembaga Kepolisian mempunyai kewenangan untuk menentukan apakah
suatu perbuatan diteruskan atau tidak diteruskan dalam proses peradilan pidana
dengan alasan-alasan tertentu. Dalam perkara lalu lintas seperti dalam kecelakaan lalu
5 Roeslan Saleh, Mr, Segi Lain Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.Hal.14.6 Ibid.hal.21.
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-20 14/18
lintas, apabila hanya menimbulkan kerugian yang kecil atau luka yang kecil biasanya
diselesaikan dengan mediasi di antara pelaku dan korban, dan pihak kepolisian
sebagai saksi atas kesepakatan yang dicapai, perkara tidak diteruskan atas dasar
kesepakatan bersama antara pelaku dan korban. Namun demikian jika kecelakaan
akibat kelalaian tersebut menimbulkan kerugian yang besar seperti, nyawa maka
mediasi tidak dapat dilakukan, adapun pembayaran ganti kerugian berupa biaya
rumah sakit dan penguburan jenazah korban hanya sebagai salah satu pertimbangan
yang nantinya digunakan oleh hakim dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa.7
Dengan demikian kesepakatan mengganti kerugian tidak menghapuskan
tindak pidananya, karena pelaku tetap saja disidik dan diproses dalam sistem
peradilan pidana. Selanjutnya dikatakan bahwa proses mediasi penal yang dilakukan
oleh lembaga kepolisian dalam tindak pidana tertentu, bukanlah bentuk diskresi
kepolisian, karena dalam diskresi kepolisian keputusan yang diambil justru
bertentangan dengan peraturan sehingga melalui pertimbangan yang sangat banyak
dan strategis untuk kepentingan orang banyak. Di sini pun peran polisi bukan sebagai
mediator, melainkan hanya sebagai saksi yang menyaksikan diselesaikannya perkara
pidana tersebut melalui kesepakatan perdamaian.8
Dalam mediasi ini pihak korban dapat meminta ganti kerugian kepada pelaku,
namun demikian apabila terjadi kesepakatan dari pihak korban dan pelaku untuk
mengganti kerugian, kesepakatannya tidak menghilangkan penuntutan, sehingga
proses peradilan tetap berjalan sebagaimana mestinya, dan kesepakatan ganti kerugian
hanya bersifat sebagai pertimbangan jaksa dalam mengadakan penuntutan, keputusan
tetap di tangan hakim. Mediasi penal di sini hanya bersifat memperingan tuntutan,
oleh karena belum ada undang-undang yang mengatur pelaksanaan mediasi beserta
7 Ibid.hal.23.8 Djoko Prakoso, Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakarta, 1987.Hal 6.
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-20 15/18
kekuatan hukum dari akte kesepakatan hasil mediasi penal. Jadi pelaku tetap dipidana
akan tetapi pidananya diperingan.
Sementara itu dalam menangani kasus tindak pidana yang masuk ke dalam
katagori 'delik biasa', seperti kasus-kasus yang mengandung unsur kelalaian seperti
dalam Pasal 359 KUHP (karena kelalaiannya menyebabkan matinya orang lain),
maka dapat dilakukan mediasi di mana korban dapat meminta ganti kerugian kepada
pelaku dengan sebuah akta kesepakatan bahwa telah dilakukan pembayaran ganti
kerugian kepada korban.
Namun demikian meskipun telah dilakukan kesepakatan mengganti kerugian
kepada korban, proses penuntutan terhadap pelaku tindak pidana tetap dilakukan,
dengan alasan kejaksaan bekerja berdasarkan aturan normatifnya, selama belum ada
aturan yang mengatur kedudukan mediasi penal dalam penuntutan berarti kasus tetap
diproses, namun karena telah dilakukan pembayaran ganti kerugian, alasan tersebut
hanya menjadi salah satu alasan pertimbangan Jaksa Penuntut untuk memperingan
maksimum tuntutan.9
9 Indarti, Erlyn.Diskresi Polisi. Semarang : Lembaga Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.Hal.25
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-20 16/18
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah di kemukakan penyusun pada BAB sebelumnya
maka dapat di simpulkan :1) Dasar hukum penyelesaian perkaran kecelakaan Lalu Lintas
adalah terdapat dalam pasal 273 s/d 316 Undang-Undang N0. 22 Tahun 2009.; a. Jenis
kecelakaan Lalu Lintas(1) Kecelakaan Lalu Lintas ringan; (2) Kecelakaan lalu Lintas
sedang; (3) Kecelakaan Lalu Lintas berat; 2) Proses penyelesaian perkara dalam kasus
kecelakaan Lalu Lintas di Polres Mataram dari tahun 2011 himgga januari s/d September
2012. Jumlah kasus kecelakaan Lalu Lintas yang ditangani oleh Kepolisian Resort
Mataram sebanyak 341 kasus. Untuk perkara yang diP-21 (Pemberitahuan bahwa hasil
penyidikan sudah lengkap) sebanyak 10 kasus, yang di SP3 (Surat perintah penghentian
penyidikan) sebanyak 33 kasus, TLG (Tilang) sebanyak 161 kasus, dan ADR
(Alternative Dispute Resolution) sebanyak 90 kasus, dan yang di Lidik 46 kasus. Tahun
2012 terhitung dari Januari hingga 29 September 2012, Jumlah kasus LAKA Lantas yang
ditangani oleh Kepolisian Resort Mataram sebanyak 161 kasus. Untuk perkara yang di P-
21 sebanyak 1 kasus, yang di SP3 sebanyak 16 kasus, TLG (Tilang) sebanyak 46 kasus,
ADR sebanyak 56 kasus, Lidik 6 kasus dan yang di Sidik sebanyak 15 kasus.
B. SARAN
1) Perlu adanya pertimbangan alternatif ketika Undang-Undang No. 22 tahun 2009
dijadikan sebagai dasar hukum penyelesaian perkara kecelakaan lalu Lintas.
mengingat penyelesaian perkara didalam praktek sering ditemukan penyelesaiannya
diluar sidang pengadilan; 2) Perlu diaturnya mediasi penal dalam Undang-Undang
No.22 tahun 2009, mengingat mediasi merupakan alat alternatif untuk penyelesaian
perkara baik itu perkara perdata maupun perkara pidana.
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-20 17/18
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU :
Adi Andojo Soetjipto, Penerapan Undang-Undang Lalu lintas di Indonesia, Varia
Peradilan Nomor 124, IKAHI,
Chainur Arrasjid.Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. 2000, hlm.40
Daliyo, J.B, Pengantar Hukum Indonesia, Prehallindo, Jakarta, 1987
Djoko Prakoso, Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakarta,
1987.
Harahap, M. Yahya Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan
dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika,2006.
Indarti, Erlyn. Diskresi Polisi. Semarang : Lembaga Penerbit Universitas Diponegoro,
2000.
Jimly Asshiddiqie, Ali Safaat. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum. Sekjen dan
Kepaniteraan MK RI. Jakarta. 2006
Lamintang, P.A.F.Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung,:Citra Aditya Bakti,
1997)
Moeljatno,Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta : Rieneka Cipta, 2000), hal. 54.
----------------------------------------------, Liberty, Yogyakarta, 2000
Ramdlon Naning,Menggairahkan Kesadaran Hukum dan Disiplin Penegak Hukum
Dalam Lalu Lintas, Mandar Maju, Bandung, 1990
Romli Atmasasmita,Aspek Hukum Perdamaian Dalam Pelanggaran Lalu Lintas,Jakarta,
Rineka Cipta. 2001.
Romli Atmasasmita, "Teori dan Kapita Selekta Kriminalogi", Eresco, Bandung,1992.
Roeslan Saleh, Mr, Segi Lain Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.
Satjipto Rahardjo, 1987, Permasalahan Hukum Di Indonesia, Bandung, Alumni.
-
7/24/2019 PENYELESAIAN-KASUS-KECELAKAAN-LALU-LINTAS-DI-KOTA-MATARAM-DI-TINJAU-DARI-UU-RI-NO.-22-TAHUN-2009-TENT
http:///reader/full/penyelesaian-kasus-kecelakaan-lalu-lintas-di-kota-mataram-di-tinjau-dari-uu-ri-no-22-tahun-20 18/18
Soedikno Mertokusumo. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Liberty. Yogyakarta.
1991.
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan, CV. Rajawali, Jakarta,1982.
Soerjono Soekanto, "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum", Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1993.
Soerjono Soekanto, "Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum", Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1989,
Soerjono Soekanto, 1987, Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum, Jakarta, Bina Aksara.
--------------------------- Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Buku Satu. BalaiPustaka. Jakarta.1989,
-------------------------- Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Reg. No. 122
K/pid/1983 dan dalam Perkara Perdata Putusan Reg. No. 4010 K/pdt/1985
SITUS :
http//www.anakUi.com/2012/04/15,15 April 2012, 10.40