strategi untuk melakukan turnaround pada public service pelajaran dari sektor privat

Upload: arestya-andini

Post on 16-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    1/19

    STRATEGI UNTUK MELAKUKANTURNAROUND

    PADAPUBLIC SERVICE

    Pelajaran dari sektor privat?

    Tjahjanulin Domai

    Abstraks

    Pembuat kebijakan nasional dan manajer pelayanan lokal berusaha menemukan

    strategi untuk memperbaiki kinerja organisasi publik yang gagal. Meski begitu,

    penelitian akademis tentangturnaround public servicebisa dijadikan panduan. Beberapa

    usaha substansial telah dilakukan untuk mencegah menurunnya sektor privat. Model

    prosesturnaround(berputar) ini diciptakan dari literatur, dan bukti tentang efektivitas

    beberapa strategiturnaroundakan dibahas. Bukti sektor privat menunjukkan bahwa

    rekoveri dari kegagalan memiliki keterkaitan dengan strategi retrenchment,

    repositioning, dan reorganization. Feasibilitas dan dampak strategi ini dalam sektor

    publik akan dievaluasi lebih jauh, dan pertanyaan penelitian tentangturnaroundpada

    public serviceakan dijawab lebih lanjut.

    Kata kunci:turnaroundorganisasi; sektor publik dan privat; strategipublic service.

    PENDAHULUAN

    Kebutuhan akan kinerja tinggidalam

    organisasi publik adalah sebuah tema sentral

    dan rekuren dalam kebijakan pemerintah dan

    penelitian akademis (Boyne, Farrell, Law,

    Powell dan Walker, 2003; Pollitt dan Bouckaert,

    2000). Dalam 20 tahun terakhir, program

    reformasi sektor publik yang berhubungan

    dengan manajemen publik baru telah banyakdilakukan (Ferlie, McLaughlin, dan Osborne,

    2002). Meski ada reformasi, atau mungkin

    karena reformasi tersebut, perhatian banyak

    diberikan pada kegagalan organisasi sektor

    publik (Goodsell, 1994; Meier dan Bohte, 2003).

    Contoh, pemerintah federal memperkenalkan

    No Child Left Behind Act, yang menjelaskan

    kegagalan dalam sekolah dan memberikan

    sangsi kepada pelaku (Nash, 2002). Pemerintah

    UK merasakan rendahnya kinerja organisasipublik seperti rumah sakit, sekolah, dan

    departemen pelayanan sosial (Audit

    Commission, 2002). Pemerintah dalam negara

    tersebut berusaha menemukan cara untuk

    menghasilkan turnaround organisasi,

    menghilangkan kesenjangan pelayanan antar

    kelompok klien, dan membawa yang

    terbelakang menuju standar pelayanan yang

    pernah dicapai oleh leader.

    Meski begitu, usaha untuk menghasilkan

    turnaroundpadapublic servicedilakukan tanpa

    teori komprehensif atau bukti kuat. Penelitiantentang topik kinerja organisasi dalam sektor

    publik sering dibatasi pada jumlah dan kualitas

    (Boyne, 2003a), sehingga tidak heran bahwa

    tindak lanjut dari buruknya organisasi kurang

    mendapat perhatian akademis. Andil dalam

    subyek ini banyak berasal dari praktisi

    daripada peneliti (Borins, 1998; Moore, 1995).

    Sebaliknya, ada tradisi lama untuk tulisan

    akademis tentangturnarounddi sektor privat.

    Studi sebelumnya dilakukan di pertengahan1970-an, dan persoalan yang dibahas tetap

    menjadi subyek analisis konseptual dan

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    2/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 2

    empiris (Barker, Patterson dan Mueller, 2001;

    Bruton, Ahlstrom dan Wan, 2003; Ketchen,

    1998). Dalam mempelajariturnaroundpada

    public service, tidak perlu mencermati literatur

    baru karena penelitian tentang ini sudah

    banyak dilakukan, begitu juga dengan konteksdan jurnal tentang manajemen publik.

    1.Tujuan Artikel

    Tujuan artikel ini adalah menemukan

    pelajaran yang dapat diambil dari sejumlah

    tulisan tentang rekoveri organisasi dalam

    sektor privat. Wawasan apa yang bisa

    diciptakan penelitian supaya kita tahu cara

    menganalisa dan melakukanturnaroundpadapublic service?

    Penting untuk disadari bahwa manajemen

    publik dan privat secara signifikan telah

    berbeda. Contohnya, organisasi publik

    umumnya lebih birokratik, manajer publik

    kurang punya wewenang terkait misi dan

    personel organisasi, dan staff dalam organisasi

    publik jarang termotivasi oleh insentif finansial

    (Nutt dan Backoff, 1993; Perry dan Rainey, 1988;

    Ring dan Perry, 1985; Wilson, 1989). Perbedaan

    tersebut berarti bahwa rekoveri dari kegagalan

    bisa sulit dicapai dalam sektor publik daripada

    sektor privat, khususnya jika turnaround

    membutuhkan fleksibilitas organisasi, otonomi

    manajerial, dan reward moneter untuk

    perubahan dalam perilaku dan kinerja. Lebih

    jauh, kadar kepublikan organisasi (Bozeman,

    1987) menjadi moderator penting bagi relevansi

    teori dan bukti sektor privat denganturnaroundpadapublic service. Persoalan ini, karena itu,

    perlu didalami pada beberapa point relevan,

    khususnya dalam analisis prosesturnaround

    dan strategiturnaround.

    2.Sistematika Artikel

    Dalam bagian pertama dari artikel,

    karakteristik umum dari studiturnaround

    dalam organisasi privat akan dideskripsikan

    secara ringkas. Bagian kedua artikelmenjelaskan konsep turnaroundorganisasi

    dalam detail, menunjukkan sebuah model

    prosesturnarounddalam sektor privat, dan

    mengevaluasi apakah model ini cocok dalam

    sektor publik. Dalam bagian ketiga, akan

    dijelaskan tiga strategi turnaroundyang

    digunakan oleh perusahaan privat, dan bukti

    empiris validitasnya akan dievaluasi. Strategi inadalah retrenchment (mendivestasi aset dan

    memotong biaya), repositioning (bergerak

    menuju pasar atau pelayanan baru), dan

    reorganization (merubah leadership dan

    susunan manajemen dari organisasi).

    Feasibilitas dan efektivitas potensial dari

    strategi dalam sektor publik akan dinilai lebih

    lanjut. Terakhir, implikasi teori dan praktek

    administrasi publik akan didiskusikan lebih

    lanjut.

    DESKRIPSI DAN ANALISIS ARTIKEL

    1.Penelitian Tentang TurnaroundDalam

    Sektor Privat

    Meskipun ada literatur tentangturnaround

    dalam sektor privat, banyak dari ini berisi

    preskripsi normatif dan cerita kesuksesan

    organisasi. Ada banyak cookbooks dan artikel

    dalam jurnal praktisioner yang memberikan

    saran bagi eksekutif tentang cara

    menyelamatkan perusahaan yang berada

    dalam kondisi stress. Sumber ini memberikan

    bukti yang sedikit serius tentang efektivitas

    strategiturnaroundyang berbeda. Sumber ini

    jarang didasarkan pada perbandingan antara

    perusahaan yang melakukan rekoveri dan yang

    tetap gagal, sehingga sulit memberitahukanapakah preskripsi memiliki validitas karena ini

    juga digunakan dalam perusahaan yang

    bangkrut.

    Proses pencarian berikut digunakan untuk

    mengidentifikasi studi yang berisi bukti yang

    lebih sistematik:

    A.Survey literatur dibatasi pada artikel

    jurnal sebagai kontrol kualitas kasar

    (dengan asumsi bahwa tulisan yang

    direview oleh rekan cenderung lulus darikriteria minimum akademis).

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    3/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 3

    B.Pencarian keywords dalam judul atau

    abstrak bisa dilakukan dalam database

    Web of Knowledge (http://www.wok.

    mimas.ac.uk) yang berisi content dari

    jurnal ilmu sosial terkenal di dunia dari

    tahun 1980 sampai seterusnya. Inimeliputi publikasi ekonomi, manajemen,

    ilmu politik, administrasi publik, dan

    sosiologi. Keywordsyang digunakan

    adalahturnaround,recovery,rejuvenation,

    danrenewal. Artikel jurnal lainnya perlu

    diketahui dengan melakukan snowballing

    dari sumber yang ada dalam pencarian

    web.

    C.Artikel yang dicari dengan proses ini

    kemudian dipilih untuk dianalisis jikaberisi bukti empiris tentang efektivitas

    strategiturnarounddan jika ini berisi

    upayaturnaroundyang sukses dan tidak

    sukses. Kriteria ini mengabaikan

    penelitian di satu organisasi saja (tidak

    ada studi longitudinal tentang beberapa

    upayaturnarounddalam organisasi yang

    sama).Proses pencarian ini menghasilkan 21 studi

    komparatif tentang kesuksesan dan kegagalan

    strategi turnaroundpada dua atau lebih

    organisasi dalam sektor privat (Tabel 1). Tidak

    ada studi yang membandingkan sukses dan

    tidaknya strategiturnarounddi dalam sektor

    publik. Beberapa cerita suksesturnaroundpada

    public serviceditemukan lewat pencarian

    literatur, dan ini bisa diperlihatkan dalam

    analisis efektivitas strategi berbeda di bagianketiga artikel.

    Tabel 1

    Ringkasan BuktiTurnaround

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    4/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 4

    Studi empiris tentang turnaround

    dalam sektor privat lebih bersifat

    kuantitatif daripada kualitatif. Sekitar 17

    studi menemukan sampel organisasi

    menengah sampai besar (N = 32-260)

    dalam sebuah situasi turnaround,

    mengikuti perubahan dalam kinerja disetiap waktu, dan melakukan evaluasi

    statistik apakah strategi berbeda bisa

    sukses atau gagal. Metodologi yang sama

    digunakan oleh empat studi yang

    memeriksa strategi turnarounddalam

    sampel kecil antara 2 dan 9 organisasi

    gagal dan mengambil kesimpulan berbasis

    interpretasi kualitatif daripada uji statistik

    formal. Akibat dari pembaruan metode

    kuantitatif dan kualitatif adalah bahwasulit menggunakan teknik meta-analitik

    konvensional kepada studiturnaround.

    Jumlah studi bisa dikatakan masih terlalu

    sedikit untuk menghasilkan perbandingan

    hasil menurut industri, periode atau

    ukuran organisasi. Meski begitu, perlu

    diperhatikan bahwa semua studi berusaha

    mengontrol karakteristik eksternal (yaitu

    industri, lokasi geografi) dan internal(yaitu ukuran, umur) dari perusahaan

    yang dianalisis. Kesimpulannya, karena

    itu, berupa efek strategiturnaroundketika

    beberapa variabel berlaku konstan. Ini bisa

    diketahui lewat interpretasi atau seleksi

    sampel dalam studi kualitatif (Barr,

    Stimpert dan Huff, 1992, untuk

    menganalisa kinerja relatif dari dua

    perusahaan kereta api dalam wilayah

    geografi sama dan pasar niche).Salah satu karakteristik akhir dari studi

    adalah bahwa 17 dari 21 studi dilakukan di

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    5/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service

    Performance

    Time

    (1)

    (2)

    (3) (4) 5(a) (6) 7(b)

    continued failure

    Corrective section and recoveryTurnaround

    (7a)

    Turnaround situationSearc for ne! strate"ies

    5(b) so #esca$e% strate"y found

    Selection of ne! strate"y&m$lementation of ne! strate"y

    7(c)

    terminal decline

    5

    United States. Ada kemungkinan bahwa

    strategiturnaroundberbeda bekerja dalam

    konteks nasional, politik, dan budaya berbeda

    (Bruton dkk, 2003). Jika begitu, relevansi pola

    bukti dengan organisasi publik bisa lebih besar

    di United States daripada di lain tempat.

    2.Model ProsesTurnaround

    Tidak ada model prosesturnarounddi

    dalam sektor publik. Studi kasus tentang

    turnaroundyang sukses adalah akun historis

    deskriptif tentang kejadian dan aksi yang

    berhubungan dengan peningkatan dalam

    kinerjapublic service(Contino dan Lorusso,

    1982; Decker dan Paulson, 1988; Stephens,1988). Studi ini memberikan beberapa hint

    tentang tahapan atau elemen rekoveri. Tujuan

    dari bagian artikel ini adalah menghasilkan

    sebuah model generik tentang proses

    turnarounddari penelitian sektor privat dan

    mengevaluasi apakah model ini bisa digunakan

    di dalam organisasi publik.

    Literatur tentang penurunan organisasi dan

    rekoveri dalam sektor privat berisi banyak

    model implisit prosesturnaround. Model ini

    menunjukkan bahwa proses ini diawali dengan

    sebuah penurunan dalam kinerja, diikuti

    dengan rekognisi sebuah krisis, pencarian dan

    seleksi sebuah strategi baru, dan hasil yang

    berupa rekoveri atau kebangkrutan, yang

    ditentukan oleh sukses atau gagalnya strategi

    (McKiernan, 2002; Pearce dan Robbins, 1993).

    Model generik dari prosesturnaroundbisa

    disaring dari beberapa model tahapan

    penurunan dan rekoveri dalam organisasi

    privat (Chowdhury, 2002). Model ini, yang

    berisi setidaknya tujuh tahap terpisah,ditunjukkan di Gambar 1. Model ini adalah

    penyederhanaan dari sebuah proses yang di

    dalam organisasi terlihat kacau dan kompleks.

    Banyak dari tahapan ini terjadi pada waktu

    yang sama, dan beberapa di antaranya

    dipendekkan untuk sementara, sedangkan

    lainnya diperpanjang. Lebih jauh, tahapan ini

    bisa berkaitan lewat loop feedback, dan

    dampaknya terhadap kinerja cenderung

    interaktif, bukan terpisah (Arogyaswamy,Barker, dan Yasai-Ardekani, 1995). Ini adalah

    sebuah kerangka konseptual yang berguna

    untuk mengidentifikasi tahapan penting dalam

    proses penurunan dan rekoveri. Sifat setiap

    tahapan dalam model, dan relevansinya

    dengan organisasi publik, perlu didiskusikan.

    3.Awal Penurunan

    Penurunan kinerja dalam organisasi privat

    biasanya berhubungan dengan kurangnya

    kesesuaian antara sebuah organisasi dan

    lingkungannya (Weitzel dan Jonsonn, 1989).

    Perubahan dalam kondisi eksternal, seperti

    perubahan dalam kebutuhan konsumen atau

    penggunaan teknologi baru dari perusahaan

    Gambar 1. Tahap-TahapTurnaroundOrganisasi

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    6/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 6

    rival, bisa membuat sebuah perusahaan

    kehilangan pendapatan dan segmen pasar.

    Bahkan dalam lingkungan stabil sekali pun,

    sebuah organisasi bisa menjadi tidak efisien

    atau tidak efektif karena leadership yang burukatau kurangnya perhatian kepada kebutuhan

    konsumen. Awal penurunan dalam organisasi

    publik memiliki sumber internal dan eksternal

    yang sama (Durham dan Smith, 1982;

    McCurdy, 1991). Meski begitu, dalam sektor

    publik, kejutan eksternal yang mendestabilkan

    kinerja cenderung bersifat politik sekaligus

    ekonomi. Perubahan dalam disposisi ideologi

    kelompok penguasa di level federal atau negara

    bagian menimbulkan imposisi tujuan danprioritas baru ke pihak service provider. Light

    (1997) menggambarkan cara empat pasang

    reformasi disiramkan ke organisasi publik,

    dan menyisakan beberapa kebangkitan

    kebutuhan yang kontradiktif. Persoalan

    kebijakan bisa naik dan turun, dan organisasi

    yang lambat meresponnya dianggap berkinerja

    buruk (Carmines dan Stimson, 1989). Sumber

    penurunan internal bisa berbeda antara sektor

    publik dan privat. Contoh, organisasi publik

    bisa cenderung bermasalah dengan kemacetan

    birokratik dan red tape (Boyne, 2002; H. Rainey

    dan Bozeman, 2000). Lebih jauh, Downs (1967)

    berpendapat bahwa siklus hidup birokrasi

    publik ditunjukkan oleh sebuah hubungan

    positif antara umur dan perilaku konservatif,

    yang menunjukkan bahwa liability of oldness

    bisa lebih menonjol dalam sektor publik

    daripada sektor privat.

    4.Tindakan Korektif Untuk Mencegah

    Sebuah SituasiTurnaround

    Banyak penurunan kinerja bersifat

    sementara dan tidak membutuhkan aksi cepat

    untukturnaround. Dalam literatur manajemen

    privat, banyak dikatakan bahwa perusahaan

    yang terbaik pun bisa mengalami gejolak

    dalam level kesuksesan komersialnya (Miller,1994). Ini berarti bahwa periode kegagalan

    yang pendek adalah prakondisi dari sukses

    jangka panjang karena ini menghasilkan

    pembelajaran organisasi, yang selanjutnya

    mengawali kinerja yang tinggi (Donaldson,

    1999; Sitkin, 1992). Karena itu, tahap kedua

    yang ditunjukkan di Gambar 1 adalah sebuahpelarian diri dari penurunan sementara lewat

    aksi korektif yang diambil organisasi. Di

    beberapa kondisi, tindakan tersebut jarang

    diambil dalam sektor privat, tapi yang sering

    digunakan adalah menunggu selesainya siklus

    penurunan dalam sebuah industri (konstruksi).

    Penelitian yang mempelajari karakteristik

    organisasi self-correcting yang melibatkan

    kebutuhan turnaroundpadapublic service

    jelasnya memiliki arti penting untuk teori danpraktek.

    5.SituasiTurnaround

    Organisasi yang gagal merespon masalah

    kinerja lewat aksi korektif, atau yang

    mengambil aksi yang tidak efektif, cenderung

    mengalami situasiturnaround. Ini adalah tahap

    ketiga yang ditunjukkan di Gambar 1. Ini lebih

    dari sekadar gejolak jangka pendek dalam

    kesuksesan komersial. Sebuah perusahaan

    dalam situasiturnaroundmenghadapi sebuah

    pilihan antara perubahan stratejik yang

    menghasilkan rekoveri dan persistensi stratejik

    yang menghasilkan kegagalan. Persistensi

    stratejik ini berarti kematian perusahaan, baik

    lewat takeover oleh perusahaan lain atau

    kebangkrutan (Slatter, 1984). Sebuah situasi

    turnarounddidefinisikan oleh Hambrick (1985)

    sebagai ketika kinerja bisnis secara persistendi bawah beberapa level minimum. Ini

    menimbulkan tiga pertanyaan tentang

    pengukuran situasiturnarounddalam sektor

    publik. Pertama, apa yang dimaksud kinerja?

    Kedua, periode apa yang menunjukkan kinerja

    yang buruk secara persisten? Ketiga, siapa yang

    mendefinisikan level minimumnya?

    Penelitian tentangturnarounddalam sektor

    privat menjawab pertanyaan pertama dan

    kedua secara eksplisit dan memberikanjawaban implisit bagi pertanyaan ketiga.

    Kinerja perusahaan diukur dalam studi empiris

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    7/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 7

    turnaround lewat beberapa indikator

    kesuksesan finansial (yaitu profitabilitas,

    tingkat return investasi; Winn, 1993). Ukuran

    ini mengabaikan kriteria kinerja penting dalam

    sektor privat seperti tanggungjawab sosial

    korporat, kesejahteraan staff, dan dampaknyaterhadap lingkungan. Dalam sektor publik,

    definisi dan pengukuran kinerja terkesan lebih

    kompleks. Agensi publik sering memiliki

    banyak tujuan yang bermuatan politis (H.

    Rainey, 2003). Stakeholder berbeda sering

    menggunakan kriteria berbeda untuk kinerja,

    dan bahkan ketika menggunakan kriteria yang

    sama, stakeholder cenderung menggunakan

    bobot berbeda (Boyne, 2003b). Karena itu,

    untuk mengetahui apakah organisasi publikberada dalam situasiturnaroundharus melihat

    dimensi kinerja yang digunakan (seperti

    efisiensi, efektivitas, ekuitas) dan persepsi

    kepentingan relatifnya. Perspektif politik ini

    menunjukkan bahwa kegagalanpublic service

    bisa terjadi ketika stakeholder kunci merasa

    tidak puas karena keberadaan organisasinya

    sebagai satu entitas terancam. Bentuk yang

    kurang ekstrim dari kegagalan adalah ketika

    kelompok dominan mentoleransi kelanjutan

    sebuah organisasi tapi memaksakan pergantian

    leadernya.

    Konsep kinerja buruk yang persisten

    digunakan dalam studi empiristurnaround

    perusahaan pada waktu 2 sampai 4 tahun

    (Lohrke dan Bedeian, 1998). Ini tercermin

    dalam keyakinan bahwa kesuksesan atau

    kegagalan harus dinilai dalam tahun finansial

    keseluruhan, bukan berbasis return finasialkuartal (atau periode yang lebih pendek seperti

    trend mingguan dalam harga pasar saham).

    Fokus terhadap kinerja tahunan (dan

    setidaknya 2 tahun dengan hasil buruk) juga

    dikatakan relevan bagi beberapa organisasi

    publik. Hasil ujian sekolah biasanya

    dipublikasikan secara tahunan, sehingga

    kegagalan persisten dalam sektor pendidikan

    bisa dinilai selama 2 tahunan (seperti legislasi

    No Child Left Behind). Apakah ini terbilanglama untuk menilai kinerja buruk masih

    diperdebatkan (Nash, 2002). Meski begitu,

    banyakpublic service, periode yang berisi

    kegagalan persisten jauh lebih elastis. Contoh,

    sebuah departemen di rumah sakit yang

    memiliki tingkat kematian tinggi dalam bedah

    rutin selama beberapa minggu bisa berada

    dalam situasi turnaround. Sebuah agensipelayanan sosial yang gagal melindungi

    sejumlah anak bisa mengalami kegagalan

    persisten, baik itu dalam jangka pendek atau

    jangka panjang. Periodisitas kegagalan

    persisten dalam sektor publik ditentukan oleh

    sifat pelayanan yang diberikan dan frekuensi

    pengumpulan, monitor, dan publikasi data

    kinerja.

    Pertanyaan siapa yang menilai level kinerja

    yang minimum didiskusikan secara ringkasdalam literatur organisasi privat. Asumsi

    implisit dalam sejumlah studi kegagalan dan

    rekoveri perusahaan adalah bahwa leader

    organisasi berusaha mengidentifikasi sebuah

    krisis dalam kinerja, baik menurut catatan

    sebelumnya atau menurut return finansial yang

    diterima oleh pesaingnya (Short, Palmer dan

    Stimpert, 1998). Beberapa studi mengetahui

    peran yang dimainkan institusi pemberi

    pinjaman dan stakeholder lain dalam

    mengidentifikasi sebuah situasiturnaround

    (Arogyaswamy dkk, 1995; Grinyer, Mayes, dan

    McKIernan, 1988). Penilaian eksternal tentang

    kegagalan kinerja ini menitikberatkan pada

    tatanan akuntabilitas yang kompleks. Sukses

    atau gagal cenderung dinilai oleh lembaga

    tinggi yang memberikan sumberdaya legal,

    finansial atau lainnya ke provider jasa.

    Prosedur untuk mendefinisikan kegagalandalam organisasi publik menggunakan

    campuran formula dan penilaian diskresi.

    Rejim No Child Left Behind mendefinisikan

    kegagalan sekolah berdasar perubahan dalam

    hasil ujian dan gap antara hasil kelompok etnis

    berbeda. Karena negara bagian bisa memilih

    tes dan benchmark yang berbeda, sekolah

    dengan hasil identik bisa gagal di satu negara

    bagian tapi lulus di negara bagian lain.

    Pendekatan kepada identifikasi organisasi yanggagal di Inggris lebih didasarkan pada

    penilaian daripada formula. Kinerja organisasi

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    8/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service '

    dalam fungsi seperti pendidikan dan

    pelayanan sosial dievaluasi oleh inspektorat

    nasional yang mengunjungi lembaga lokal.

    Meski inspektorat ini mempertimbangkan hasil

    indikator kinerja, mereka punya wewenang

    untuk menentukan penilaian akhirnya (Bache,2003).

    6.Pencarian Strategi Baru

    Leader sebuah organisasi dalam sebuah

    situasi turnaroundcenderung merekognisi,

    cepat atau lambat, bahwa wacana aksi baru

    jelasnya dibutuhkan untuk mencegah

    penurunan. Manajer senior dalam beberapa

    organisasi, meski begitu, menunjukkanperilaku yang dideskripsikan sebagai rigiditas

    ancaman: sebuah krisis yang menimbulkan

    dependensi pada strategi tertentu (Staw,

    Sanderlands, dan Dutton, 1981). Ini membuat

    stakeholder yang kuat bisa memasukkan tim

    eksekutif berbeda yang jelasnya menggunakan

    strategi baru (Miller, 1994).

    Literatur banyak menjelaskan formulasi

    strategi dalam organisasi privat (Mintzberg,

    Ahlstrand dan Lampel, 1998). Yang

    mengejutkan, beberapa model atau konsep dari

    penelitian tentang proses strategi telah

    digunakan dalam penelitian empiris tentang

    turnaround(Shook, 1998). Pencarian strategi

    turnaroundharus analitik atau inkremental dan

    intuitif? Apakah ini harus sentralis dan sekretif

    atau desentralis dan partisipatif? Studi tentang

    turnarounddalam sektor privat menghasilkan

    sedikit pelajaran bagi peneliti atau praktisimanajemen publik. Hanya satu point penting

    yang muncul dari literatur perusahaan privat:

    Aksi harus cepat dilakukan untuk

    menyelamatkan perusahaan yang gagal, dan

    perlu waktu yang tepat untuk melakukan itu

    sebelum mempertimbangkan kesempatan

    kedua (Hambrick, 1985). Ini menghasilkan

    proses strategi kompresi yang meniadakan

    analisis dan partisipasi ekstensif. Dalam sektor

    publik, lembaga yang bervisi danberpandangan politis cenderung mendapatkan

    tekanan untuk secara cepat menghasilkan

    rencana rekoveri. Organisasi yang tidak

    tertekan sebaliknya bisa jadi menggunakan

    prosedur yang lebih analitik dan konsultatif

    dalam merumuskan sebuah strategiturnaround.

    7.Sebuah Strategi Baru ?

    Penelitian empiris tentang perusahaan

    privat berkonsentrasi pada tahapan proses

    turnaround. Sebagian besar studi menfokuskan

    pada sifat strategi baru yang digunakan dan

    dampaknya terhadap kinerja selanjutnya.

    Strategi yang telah diperiksa, dan efeknya

    terhadapturnaround, direview dalam section

    ketiga. Untuk saat ini, yang harus

    dipertimbangkan adalah bahwa studi empiristurnaroundberasumsi bahwa setiap perusahaan

    gagal bisa kembali kepada jalur kesuksesan

    komersial. Dengan menggunakan strategi yang

    tepat, pastinya tidak ada organisasi privat yang

    kalah.

    Asumsi ini ditentang dalam Gambar 1,

    yang memecah Tahap 5 prosesturnaround

    menjadi dua. Meski tahapan ini berisi diskoveri

    sebuah strategi baru dan lebih baik, ada

    kemungkinan bahwa tidak ada strategi escape

    karena beberapa target tidak dapat dicapai.

    Menurut Hargrove dan Glidewell (1990),

    beberapa jabatan dalam sektor publik masuk

    ke tingkat ekstrim dimensi yang dianggap

    tidak memungkinkan. Dalam hal ini,

    organisasi dikatakan mengalami penurunan

    terminal atau tergelincir ke dalam posisi

    kegagalan permanen. Tulisan Meyer dan

    Zucker (1989) tentang fenomena tersebut masihdiabaikan dalam usaha empiris tentang strategi

    turnaround. Mereka berpendapat bahwa banyak

    organisasi masih memiliki kinerja buruk dalam

    waktu lama, dan tanpa memiliki prospek

    peningkatan. Ini terjadi karena reformasi yang

    dibutuhkan untuk menghasilkan turnaround

    telah terhambat oleh kelompok yang takut

    dengan resiko strategi baru. Intinya, kelompok

    seperti konsumen, suplaier, dan staff lebih suka

    organisasi yang berkinerja buruk daripadayang berumur pendek. Penggunaan sebuah

    strategi escape, dengan kata lain, terhambat

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    9/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service

    oleh resistansi terhadap perubahan stratejik.

    Meyer dan Zucker mengatakan bahwa:

    Orang yang dependen terhadap organisasi

    memiliki beberapa alternatif dan karena itu,

    bisa mengambil keuntungan dari kinerjanya.

    Selain itu, semakin kecil alternatif, semakindependen aktornya, dan karena itu, ada

    motivasi lebih besar untuk melestarikan

    organisasi apapun kinerjanya.

    Karena organisasi publik cenderung menjadi

    monopolist daripada organisasi privat,

    organisasi tersebut sering menggunakan

    strategi escape yang sulit digunakan dan

    karena itu menimbulkan kegagalan permanen.

    Proses turnaround, dengan kata lain, sering

    berhenti di tahapan ini dalam sektor publikdaripada sektor privat. Leader organisasi harus

    mengenali strategi escape yang harus layak

    teknis, bukan layak politis.

    8.Implementasi Strategi Baru

    Beberapa topik di beberapa dekade banyak

    dibicarakan dalam bentuk buku dan artikel

    jurnal dalam literatur sektor privat, antara lain

    manajemen perubahan. Area penelitian ini bisa

    dibilang besar, tapi terpisah dari literatur

    implementasi kebijakan dalam sektor publik

    (Stewart dan Kringas, 2003). Meski begitu,

    studiturnaroundtetap terpisah dari derasnya

    penelitian manajemen. Implementasi strategi,

    seperti formulasi strategi, adalah sebuah kotak

    hitam dalam penelitian tentangturnarounddi

    perusahaan privat yang dituliskan di Tabel 1.

    Studi empiris menghubungkan strategi

    turnaroundsecara langsung dengan kinerja

    organisasi tanpa mempertimbangkan apakah

    gaya implementasi berbeda bisa memediasi

    hubungan antara variabelnya. Perusahaan

    privat memiliki struktur perintah dan kontrol

    yang mencegah munculnya deviasi antara

    strategi yang diinginkan dan yang dijalankan.

    Cara strategi baru dijalankan adalah sebuah

    determinan penting dari suksesnya organisasi(H. Rainey, 2003) dan menjadi elemen sentral

    dari sebuah model validturnaroundpadapublic

    service.

    9.Hasil StrategiTurnaround

    Tahap akhir di Gambar 1 berisi tiga efekstrategi turnaround. Yang pertama adalah

    penurunan terminal yang menimbulkan

    hilangnya organisasi sebagai entitas (meski

    beberapa bagiannya hidup dalam satu atau

    beberapa usaha bisnis). Penurunan terminal

    bisa terjadi karena sebuah strategi buruk telah

    dipilih atau karena strategi yang baik

    dijalankan dengan buruk. Dalam sektor publik,

    organisasi jarang dihapuskan (Kaufman, 1976).

    Merger dengan lembaga pemerintah lain,disagregasi menjadi unit kecil, atau privatisasi

    bisa menunjukkan ketidakpuasan stakeholder

    besar dengan kinerja baru (Lewis, 2002; Peters

    dan Hogwood, 1988). Hasil potensial kedua

    dari proses turnaroundadalah persistensi

    kinerja buruk karena gagalnya strategi baru,

    tapi kelompok dominan dalam organisasi dan

    lingkungannya tetap berkeyakinan bahwa

    sebuah penyelamatan perlu dilakukan. Dalam

    kasus ini, Tahap 4 atau 6 bisa dilakukan.

    Strategi baru bisa menciptakan turnaround

    dalam kinerja organisasi. Beberapa skala waktu

    dan kriteria untuk menilai kesuksesan

    turnaroundtelah digunakan dalam studi

    perusahaan privat. Umumnya, meski begitu,

    benchmark relevan digunakan sebagai upaya

    kembali ke level kesuksesan komersial yang

    telah dicapai sebelum awal kemerosotan. Ini

    biasa diukur selama 2 sampai 4 tahun. Sepertihalnya penurunan dan kinerja minimum yang

    menjadi interpretasi politik dalam sektor

    publik, begitu jugaturnaround. Dengan melihat

    kekuatan politik yang ada, beberapa organisasi

    hanya membutuhkan sedikit peningkatan

    kinerja supaya dikatakan sukses, sedangkan

    lainnya harus menghadapi banyak hambatan

    STRATEGITURNAROUNDEFEKTIF: TEORI

    DAN BUKTI

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    10/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 1

    Dalam section ini, hubungan antara Tahap

    5a dan 7 di dalam Gambar 1 akan didiskusikan

    secara detail. Ini adalah hubungan empiris

    yang diuji dalam studiturnarounddalam sektor

    privat: Apa dampak strategi turnaround

    berbeda terhadap hasil organisasi? Meskiskema klasifikasi tunggal strategiturnaround

    tidak dominan dalam penelitian sektor privat,

    ada kemungkinan untuk mengemukakan tiga

    strategi generik yang diperiksa dalam studi

    empiristurnaroundretrenchment, repositioning

    danreorganization. Kategori konseptual ini (atau

    label yang sama) digunakan dalam sebagian

    besar studi yang menguji efek pendekatan

    berbeda kepadaturnaround(Hoffman, 1989;

    Lohrke dan Bedeian, 1998). Interpretasi inidibutuhkan untuk menyesuaikan variabel dan

    bukti, sehingga perlu diketahui bahwa

    penilaian berbeda bisa menimbulkan pola

    bukti yang sedikit berbeda.

    1. Retrenchment

    Respon stratejik kepada kegagalan

    organisasi berupa pengurangan skup atau

    ukuran organisasi. Dalam sektor privat,

    emphasisnya adalah mengurangi bagian bisnis

    yang tidak produktif dan tidak berprofit. Ini

    bisa mengarahkan sumberdaya investasi ke

    dalam area yang menghasilkan kinerja tinggi.

    Menurut Robbins dan Pearce (1992), Sebagian

    besar praktisi beranggapan bahwa kita jarang

    bisa mencapai sebuahturnaroundtanpa periode

    retrenchment terencana. Strategiturnaround

    bisa berisi jalan keluar dari pasar dimanaperusahaan berkinerja buruk atau ada

    kontraksi aktivitas dalam sebuah pasar akibat

    dijualnya aset atau berkurangnya skala operasi,

    yang tujuannya adalah meningkatkan efisiensi.

    Dalam sektor publik, ini berupa substitusi

    kapital untuk pekerja sebuah strategi yang

    sering dilakukan dalam pengumpulan sampah

    lokal untuk mengurangi biaya. Strategi

    retrenchment sektor publik lainnya adalah

    melakukan kontrak luar dengan providerpelayanan eksternal yang diharapkan lebih

    efisien.

    Dampak retrenchment terhadap rekoveri

    telah dianalisis dalam 18 studi empiris

    turnaroundorganisasi dalam sektor privat

    (Tabel 1). Dari studi ini, 12 studi menemukan

    bahwa divestasi aset dan/atau pengurangan

    biaya memiliki keterkaitan dengan peningkatansignifikan dalam kinerja perusahaan yang

    gagal. Sebaliknya, 6 studi tidak menemukan

    hubungan antara retrenchment dan rekoveri.

    Penjelasan tentang kesenjangan antara hasil

    studi berbeda adalah bahwa beberapa studi

    mempelajari retrenchment sebagai sebuah

    strategi terpisah, sedangkan lainnya

    menganggapnya sebagai tahap awal dalam

    sebuah prosesturnaround(Arogyaswamy dkk,

    1995). Bukti empiris ini tidak menunjukkanperbedaan antara peran potensial pengurangan

    dalam skup dan ukuran organisasi. Bukti ini

    tidak menjelaskan apakah retrenchment

    mendalam melemahkan kelayakan sebuah

    strategirepositioningkonkuren atausubsequent.

    Tapi, perlu diketahui bahwa studi tidak

    menemukan hubungan negatif antara

    retrenchment dan rekoveri. Terlebih lagi,

    dampak strategiturnaroundini terlihat netral di

    beberapa kondisi.

    2. Repositioning

    Meski retrenchment bisa dipandang

    sebagai strategi efisiensi, repositioning adalah

    sebuah strategi entrepreneurial yang

    menitikberatkan pada pertumbuhan dan

    inovasi (Schendel dan Patton, 1976). Respon

    kepada kegagalan ini melibatkan sebuah

    definisi baru tentang misi dan aktivitas inti darisebuah organisasi dengan menjadi lebih

    dominan dalam pasar atau dengan

    mendiversifikasi menjadi pasar dan produk

    baru.

    Dampak repositioning terhadap

    turnarounddalam sektor privat diinvestigasi

    dalam 12 studi empiris. Dua studi menemukan

    bahwa strategi ini tidak menciptakan

    perbedaan dengan prospek rekoveri finansial.

    Dari 10 studi sisanya, 9 studi memberikan buktibahwa repositioning memiliki dampak positif

    terhadap kinerja perusahaan, dan 1 studi

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    11/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 11

    menemukan bahwa strategi ini memiliki

    dampak negatif terhadap rekoveri. Meski

    begitu, studi ini didasarkan pada sebuah

    ukuran repositioning yang sempit investasi

    kapital baru (Schendel dan Patton, 1976).

    Karena itu, pola umum dari bukti yang adaterkesan konsisten dengan pandangan bahwa

    repositioning cenderung menghasilkan

    turnarounddaripada stagnasi atau penurunan

    lebih jauh.

    3. Reorganization

    Istilah ini digunakan dalam studi

    turnaroundsebagai deskripsi luas berbagai

    perubahan dalam manajemen internal sebuahorganisasi. Tujuan reorganization adalah

    mendukung strategi retrenchment atau

    repositioning atau meningkatkan implementasi

    strategi yang ada tanpa perubahan dalam

    ukuran atau posisi pasar sebuah perusahaan.

    Reorganization bisa melibatkan perubahan

    dalam sistem perencanaan, kondisi

    desentralisasi, gaya manajemen sumberdaya

    manusia, atau budaya organisasi. Bentuk

    reorganization yang sering dijelaskan dalam

    literatur tentang turnaroundsektor privat

    adalah pergantian chief executive atau tim

    manajemen senior. Ada pendapat bahwa ini

    adalah sebuah kondisi yang dibutuhkan untuk

    tindak lanjut penurunan perusahaan (Mueller

    dan Barker, 1997). Menurut Slatter (1984),

    Manajemen yang ada jarang mampu

    mengambil aksi drastis yang dibutuhkan untuk

    menghasilkan sebuahturnaround. Lebih jauh,penunjukan manajer atas yang baru bisa

    menjadi sinyal yang penting bahwa organisasi

    yang gagal menunjukkan keseriusan dalam

    rekoveri.

    Sembilan studi empiris mempelajari

    dampak reorganizationterhadap turnaround

    dalam sektor privat. Enam dari studi

    menemukan bahwa strategi ini menghasilkan

    tindak lanjut terhadap penurunan organisasi.

    Dua studi tidak menemukan perbedaan, dansatu studi sisanya menunjukkan bahwa strategi

    ini berdampak negatif kepadaturnaround. Perlu

    diketahui bahwa studi yang terakhir (Barr dkk,

    1992) didasarkan pada kondisi perusahaan

    leadership hanya di dua perusahaan, sehingga

    studi ini tidak representatif bagi gambaran

    keseluruhan tentang akibat pendekatan ini

    kepadaturnaroundorganisasi.

    IMPLIKASI BAGI ORGANISASI PUBLIK

    Ada dua pertanyaan yang terkait dengan

    penerapan strategiturnarounddi organisasi

    publik. Apakah penggunaan tersebut

    dikatakan layak, dan apakah implementasinya

    dikatakan efektif? Wawasan awal tentang

    persoalan ini bisa didapatkan dari studi kasus

    akademis tentangturnaroundpadapublic servicedalam organisasi. Teknik pencarian

    sebelumnya bisa digunakan di sini. Cerita dari

    praktisi heroik dalam arenaturnaroundharus

    diabaikan dari analisis. Prosedur pencarian

    berisi lima artikel jurnal yang mendeskripsikan

    cerita suksesturnaround. Basis empiris yang

    kecil ini didukung oleh tiga studi kasus lainnya

    (Moore, 1995; G. Rainey dan Rainey, 1986)

    untuk memberikan sampel total strategi

    turnarounddalam delapan organisasi publik

    (semua di United States). Penting untuk

    diketahui bahwa semua studi ini tidak

    menggunakan tiga R, yaitu retrenchment,

    repositioning, dan reorganization, sebagai

    kerangka konseptual analisis. Karena itu, tidak

    ada perbedaan menonjol dalam strategi untuk

    turnaround.

    Tabel 2 memperlihatkan bahwa sebuah

    strategiretrenchmentdigunakan dalam limadari delapan organisasi. Ini berisi potongan

    level input (staff dan perlengkapan) dan

    pengurangan suplai pelayanan (jumlah

    perumahan yang disediakan Boston Housing

    Authority). Karena itu, penyusutan organisasi

    dan suplai pelayanannya adalah sebuah

    strategiturnaroundyang layak dilakukan di

    beberapa organisasi publik, meski jika aksi

    tersebut sering berhadapan dengan resistansi

    politik dari staff dan klien. Studi kasus ini tidakmenggunakan strategi retrenchment sebagai

    cara exit pasar. Sebagian besar organisasi

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    12/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 12

    publik punya kewajiban hukum untuk

    memberikan pelayanan tertentu dan tidak

    dapat melepaskan diri dari pasar geografi

    tertentu (seperti penyediaan pekerjaan sosial

    dalam area buruk). Karena itu, meski

    retrenchment dikatakan layak teknis dan politis

    dalam sektor publik, ada kecenderungan ini

    berisi set substrategi yang lebih terbatas

    daripada di dalam sektor privat. Apakah ini

    memberikan dampak terbatas pada rekoveri

    masih perlu dijelaskan lebih lanjut.

    Tabel 2

    Strategies Used in Public service Turnaround Success Stories

    Study Organization Retrenchment Repositioning Reorganization

    Contino and

    Lorusso (1982)

    Bureau of Motor

    Equipment, New York

    City (NYC),

    Department of

    Sanitation

    Cut in expenditure

    on overtime;

    reduction in

    overstocking or

    materials

    In-sourcing of

    manufacture of

    replacement parts.

    New direction; new

    senior management

    team; more

    performance

    management; more

    staff participation

    G. Rainey and

    Rainey (1986)

    Social Security

    Administration

    (Bureau of Retirement

    and Survivals

    Insurance)

    New director; change in

    formal organizational

    structure; more staff

    participation

    Holzer (1988) Solid waste collection,

    NYC Department of

    Sanitation

    Reduction in

    staffing

    More performance

    management; more

    staff participation

    Decker and

    Paulson (1988)

    Jacksonville Electric

    Authority

    Efficiency savings

    (source

    unspecified)

    New chief executive;

    more performance

    management

    Stephens (1988) Alabama Division of

    Rehabilitation andCrippled Children

    Service

    New secretary of

    transportation; newsenior management

    team; change in formal

    organization structure;

    more strategic

    planning

    Poister (1988) Pennsylvania Department

    of Transportation

    Reduction in

    staffing

    Change in balance of

    activities; better

    stakeholder

    management

    New chief executive; new

    senior management

    team; decentralization

    Moore (1995) Boston Housing

    Authority

    Houston Police

    Department

    Reduction in

    housing stock

    Change in mission;

    better stakeholder

    management

    Change in mission;better stakeholder

    Management

    New chief of police;

    decentralization of

    budgeting; more

    strategic planning

    Repositioning dilakukan oleh empat

    organisasi yang ada dalam Tabel 2. Dalam tiga

    kasus tersebut, fokus strategi repositioning

    adalah pada perubahan prioritas organisasi

    dalam sebuah pasar. Contoh, Boston Housing

    Authority berusaha menarik lebih banyak

    penyewa yang sudah bekerja, dan Houston

    Police Department berusaha lebih responsif

    kepada kebutuhan kelompok minoritas

    (Moore, 1995). Satu organisasi, yaitu Bureau of

    Motor Equipment di New York City,

    menggunakan strategi repositioning dengan

    memperluas cakupan operasi: Dihadapkan

    dengan suplaier komponen kendaraan yang

    tidak layak dan mahal, biro melakukan kontrak

    untuk fungsi ini dan mulai membuat

    komponennya sendiri (Contino dan Lorusso,

    1982). Tidak ada organisasi di dalam studi

    kasus yang menggunakan strategi

    repositioning yang lebih radikal dengan

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    13/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 13

    bergerak ke pasar yang sepenuhnya baru.

    Ketiadaan organisasi ini mencerminkan

    batasan pada otonomi organisasi publik

    batasan hukum menyulitkan otoritas jalan raya

    untuk menyediakan rumah sakit atau otoritas

    distrik sekolah untuk membangun perumahanrakyat, dan batasan geografi yang menghambat

    entry pasar oleh pihak negara bagian atau

    lokalitas ke dalam wilayah di dekatnya

    (Wechsler dan Backoff, 1986). Karena itu,

    seperti retrenchment, repositioning cenderung

    berisi set strategi sempit dalam sektor publik

    daripada sektor privat, dan bisa memiliki

    dampak yang kecil terhadapturnaround.

    Strategiturnaroundyang paling populer

    dalam studi kasus sektor publik adalahreorganizaton. Delapan cerita sukses ini berisi

    dua bentuk perubahan organisasi. Luas atau

    tidaknya strategi rekoveri bisa mencerminkan

    batasan penggunaan retrenchment dan

    repositioning. Dengan tidak adanya kebebasan

    untuk keluar dari pasar yang sulit atau

    memasuki pasar yang menjanjikan, maka

    strategi default dalam sektor publik adalah

    reorganization (Boyne dan Walker, 2004).

    Strategiturnaroundpada enam studi kasus

    berisi pengangkatan manajer atas yang baru,

    dan bentuk reorganization dalam tiga kasus

    disertai dengan pergantian tim manajemen

    senior keseluruhan. Strategi reorganization lain

    yang sering digunakan adalah sistem

    manajemen kinerja baru (kejelasan target yang

    lebih besar dan memonitor kemajuan ke arah

    itu) dan desentralisasi kekuasaan. Emphasis

    pada reorganization saja, meski begitu, tidakcukup menghasilkan turnaround: Mungkin,

    strategi ini malah bisa berjalan baik ketika

    digabungkan dengan retrenchment dan/atau

    repositioning. Efek interaktif dari strategi

    turnaroundbelum banyak dibicarakan dalam

    cerita suksespublic service.

    Bukti dari studi kasus tentangturnaround

    padapublic servicemenunjukkan bahwa tiga R

    ini dikatakan layak dalam sektor publik, tapi

    strategi yang paling banyak digunakan adalahreorganization di kalangan internal. Semua

    peneliti studi kasus ini berkesimpulan bahwa

    strategi yang dideskripsikan bisa dikatakan

    sukses, tapi masih sulit menilai apakah

    interpretasinya valid tidak ada perbandingan

    dengan upayaturnaroundyang tidak sukses.

    Yang bisa dikatakan adalah bahwa bukti dari

    cerita suksespublic servicebisa dikatakansebanding dengan bukti organisasi privat.

    Penelitian tentang sektor publik dikatakan

    konsisten dengan, tapi tidak secara langsung

    mendukung, pandangan bahwa retrenchment,

    repositioning, dan reorganization cenderung

    menimbulkan turnaround. Ada pendapat

    bahwa dampak strategi ini pada rekoveripublic

    servicedari kegagalan sepertinya perlu

    diselidiki lebih jauh.

    KESIMPULAN

    Kinerja sektor publik di ekonomi maju

    seperti United Kingdom dan United States

    terganggu oleh kegagalan organisasi. Meski

    jikapublic servicesecara umum dikatakan

    membaik, beberapa kelompok klien dan area

    geografi tertentu masih menerima deal yang

    kasar. Karena itu, penting untuk memahami

    prosesturnaroundorganisasi dan menemukan

    strategi yang bisa menghasilkan hasil bagus.

    Persoalan ini, meski begitu, tidak tercantum

    dalam agenda peneliti administrasi publik.

    Dalam artikel ini, upaya awal dilakukan untuk

    menindaklanjuti defisiensi yang ada dengan

    mereview studiturnarounddi sektor privat dan

    mengambil pelajaran tentang penelitian

    akademis dan praktek manajemen.

    Batasan utama dari penelitian ini adalahbahwa model prosesturnarounddan tipologi

    strategi turnarounddapat dihasilkan dari

    literatur sektor privat. Model proses ini berisi

    tujuh tahap, dari awal penurunan sampai

    rekoveri atau kegagalan. Tipologi ini berisi tiga

    strategiturnaround:retrenchment, repositioning,

    danreorganization. Model dan tipologi yang ada

    masih perlu diperbaiki dan dikembangkan

    untuk diterapkan dalam organisasi publik,

    sekaligus menghasilkan platform untukpenelitian lebih jauh. Persoalan penelitian yang

    patut ditindaklanjuti adalah karakteristik

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    14/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 14

    tahapan prosesturnarounddalam sektor publik

    (seperti, Mengapa penurunan ini terjadi?

    Bagaimana strategi rekoveri bisa

    diformulasikan?), variasi dalam tahapan antar

    konteks institusi (seperti pelayanan dan level

    pemerintah berbeda), kadar strategiturnaround,dan hubungan antara gaya implementasi

    strategi dan rekoveri dari kegagalan. Untuk

    secara sistematik menginvestigasi pertanyaan

    ini, kita perlu menindaklanjutinya dari kasus

    tunggal menuju studi N besar yang berisi

    upaya turnaroundyang sukses dan tidak

    sukses. Ini akan mendukung bukti statistik

    baru bahwa manajemen lebih mengurusi

    kinerjapublic service(Meier dan OToole, 2001,

    2002; OToole dan Meier, 2003) danmenunjukkan apakah dan bagaimana

    manajemen bisa membuat perbedaan dalam

    konteksturnaroundorganisasi.

    Implikasi besarnya bagi manajer publik

    adalah bahwa ada strategiturnaroundyang

    bukan hanya feasible tapi juga memiliki

    beberapa prospek kesuksesan. Kombinasi

    retrenchment,repositioning, dan reorganization

    cenderung menimbulkan rekoveri daripada

    kegagalan yang berlanjut. Penting untuk tidak

    menggunakan bukti ini secara lebih jauh.

    Bentuk strategi apa yang harus digunakan,

    bagaimana ini digabungkan dan

    diimplementasikan, dan dalam kondisi apa ini

    bisa menjadi pertanyaan besar tentang

    turnaroundpadapublic serviceyang harus segera

    dijawab.

    IMPLIKASI STRATEGITURNAROUNDDI

    INDONESIA DALAM PELAYANAN PUBLIK

    1.KonsepTurnaround

    Dalam literatur manajemen strategik istilah

    Turn-around disebut juga sebagai

    retrenchment atau strategi reorganisasi (David

    F. A, 2006).

    Lebih lanjut dikatakan bahwaretrenchment

    terjadi ketika suatu organisasimengelompokkan ulang melalui pengurangan

    aset dan biaya untuk membalikan penjualan

    dan laba yang menurun.

    Retrenchmentdidesain untuk memperkuat

    kompetensi dasar organisasi yang unik. Selama

    retrenchment, penyusunan strategi bekerja

    dengan sumber daya yang terbatas danmenghadapi tekanan dari pemegang saham,

    karyawan dan media.

    Retrenchmentdapat melibatkan penjualan

    tanah dan gedung untuk meningkatkan kas,

    memotong lini produk, menutup bisnis yang

    labanya sangat tipis, menutup pabrik yang tua

    dan kuno, mengotomasi proses, mengurangi

    jumlah karyawan dan menetapkan sistem

    kontrol pengeluaran. Sebagai contoh: Lord &

    Taylor, devisi May Department Stores, menutup32 dari 86 tokonya di tahun 2003 dan memecat

    3.700 karyawan sebagai bagian dari strategi

    retrenchment. Penutupan toko mewakili 19

    persen dari penjualan divisi dan 3 persen dari

    penjualan korporasi Gateway Computer

    Company menggunakan strategiretrenchment

    untuk menutup dua pabrik dan 80 tokonya di

    tahun 2003 untuk bertahan terhadap Dell

    Computer, pesaingnya.

    2.Repositioning

    Memposisikan kembali dalam menentukan

    keinginan dan kebutuhan konsumen.

    Kesalahan yang fatal adalah mengasumsikan

    perusahaan tahu benar apa keinginan dan

    ekspektasi konsumen.

    Hasil riset dan studi menentukan

    perbedaan yang besar antara definisi pelayanandan peringkat tingkat kepentingan berbagai

    aktivitas menurut konsumen dengan

    bagaimana produsen mengartikan makna

    pelayanan tersebut.

    Banyak perusahaan yang berhasil karena

    bisa memperkecil kesenjangan antara apa yang

    dilihat konsumen dengan apa yang dipikirkan

    oleh produsen dari suatu pelayanan yang baik.

    Apa yang diyakini konsumen sebagai

    pelayanan yang baik seharusnya lebih pentingketimbang apa yang diinginkan oleh produsen.

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    15/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 15

    3.Reorganization

    Bentuk reorganization yang sering

    dijelaskan dalam literatur tentang turn-around

    sektor privat adalah pergantianchief executive

    atau tim manajemen senior. Tujuanreorganization adalah mendukung strategi

    retrenchment dan reposition. Reorganization

    bisa melibatkan perubahan dalam sistem

    perencanaan, kondisi desentralisasi, gaya

    manajemen, sumberdaya manusia atau budaya

    organisasi.

    4.Berdasarkan hasil riset dan studi tentang

    ketiga strategi tersebut. Implikasi bagi

    organisasi publik dalam pelayanan publikdi Indonesia dapat digambarkan sebagai

    berikut:

    Pertama, disadari bahwa manajemen publik

    dan privat secara signifikan berbeda.

    Contohnya organisasi publik umumnya lebih

    birokratik, manajer publik kurang punya

    wewenang terkait misi dan personal organisasi.

    Staf dalam organisasi publik jarang termotivasi

    oleh insentif finansial. Berdasarkan perbedaan

    tersebut berarti bahwa rekoveri dari kegagalan

    bisa sulit dicapai dalam organisasi publik

    daripada organisasi privat, khususnya jika

    strategi turn-around membutuhkan fleksibilitas

    organisasi, otonomi manajerial, dan reward

    moneter untuk perubahan dalam perilaku dan

    kinerja.

    Di Indonesia penjualan aset negara ataupun

    penutupan suatu Usaha Negara/ Daerah,

    Lembaga Negara, Badan, Dinas, Kantor danUnit Pelaksanaan Teknis tidak otomatis dapat

    dilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan

    pendirian dan pembentukannya ada yang

    berdasarkan undang-undang, peraturan

    pemerintah, keputusan Presiden, keputusan

    Menteri, dan berdasarkan juga pada peraturan

    daerah atau keputusan Gubernur, Bupati dan

    Walikota.

    Contoh penjualan aset negara seperti PLN,

    TELKOM, PT. INDOSAT, PT. PERTAMINA,harus mendapatkan persetujuan dari Dewan

    Perwakilan Rakyat dan di daerah oleh Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah untuk perusahaan

    Daerah (PDAM, PD. Pasar).

    Kedua,public servicedi Indonesia sangat

    beragam yang pada umumnya bersifat

    monopoli, seperti pelayanan administrasi (KTP,

    Kartu Keluarga), pelayanan jasa (pendidikandasar, kesehatan masyarakat) dan barang

    (PDAM) yang semuanya dikelola oleh

    pemerintah baik pemerintah pusat atau

    pemerintah daerah, sehingga untuk membuat,

    memadukan persepsi sesuai dengan kehendak

    pasar, komitmen atau masyarakat pada

    umumnya sangat sulit, termasuk juga

    katerbatasan kemampuan pemerintah dalam

    memberikan pelayanan. Namun ada usaha

    pemerintah dalam memberikan danmeningkatkan pelayanan kepada masyarakat

    melaluiCitizen Charater.

    Ketiga, dari ketiga strategiturnaroundyang

    memungkinkan pengaruh yang besar terhadap

    organisasi publik dalampublic serviceadalah

    strategi reorganisasi. Hal ini nampak dalam

    usaha pemerintah dalam meningkatkan kinerja

    public service, yaitu pemerintah telah

    melakukan reorganisasi institusinya melalui

    Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tahun 1997

    No. 503/125/PUOD, tentang pembentukan

    pelayanan terpadu satu atap termasuk juga

    Industri Mengeri Dalam Negeri No. 25 tahun

    1998 tentang Pelayanan Terpadu Satu atap.

    Kemudian pemerintah menerbitkan Peraturan

    Menteri Dalam Negeri No. 24 tahun 2006

    tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan

    Terpadu Satu Pintu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arogyaswamy, K., Barker, V., & Yasai-Ardekani,

    M. (1995). Firm turnarounds: An integrative

    two-stage model.Journal of Management

    Studies, 32,493-525.

    Audit Commission. (2002).A force for change:

    Central government intervention in failing local

    government services. London: HMSO.

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    16/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 16

    Bache, I. (2003). Not everything that matters is

    measurable and not everything that is

    measurable matters: How and why local

    education authorities fail. Local

    Government Studies, 29(4), 76-94.

    Barker, V., & Mone, M. (1994). Retrenchment:

    Cause ofturnaroundor consequence of

    decline?Strategic Management Journal, 15,

    395-405.

    Barker, V, Mone, M., Mueller, G., & Freeman, S.

    (1998). Does it add up? An empirical study

    of the value of downsizing for firm

    turnaround. In D. Ketchen (Ed.),Turnaround

    research: Past accomplishments and future

    challenges(pp. 57-82). London: JAI.

    Barker, V., Patterson, R, & Mueller, G. (2001).

    Organizational causes and strategic

    consequences of the extent of top

    management team replacement during

    turnaroundattempts.Journal of Management

    Studies, 38,235-269.

    Barr, P, Stimpert, J., & Huff, A. (1992). Cognitive

    change, strategic action and organizational

    renewal.Strategic Management Journal, 13, 15-

    36.

    Borins, S. (1998).Innovating with integrity.

    Washington, DC: Georgetown University

    Press.

    Boyne, G. A. (2002). Public and private

    management: Whats the difference?Journal

    of Management Studies, 39,97-122.

    Boyne, G. A. (2003a). Sources ofpublic serviceimprovement: A critical review and research

    agenda.Journal of Public Administration

    Research and Theory, 13, 367-394.

    Boyne, G. A. (2003b). What ispublic service

    improvement?Public Administration, 81, 211 -

    228.

    Boyne, G. A., Farrell, C., Law, J., Powell, M., &

    Walker, R. (2003). Evaluating public

    management reforms: Principles and practice.Buckingham, UK: Open University Press.

    Boyne, G. A., & Walker, R. (2004). Strategy

    content andpublic serviceorganizations.

    Journal of Public Administration Research and

    Theory, 14, 231-252.

    Bozeman, B. (1987).All organizations are public.

    San Francisco: Jossey-Bass.

    Bruton, G., Ahlstrom, D., & Wan, J. (2003).

    Turnaroundin east Asian firms: Evidence

    from ethnic overseas Chinese communities.

    Strategic Management Journal, 24, 519-540.

    Bruton, G., & Wan, J. (1994). Operating

    turnarounds and high technology firms.

    Journal of High Technology Management

    Research, 5, 261-278.Carmines, E., & Stimson, J. (1989).Issue

    evolution. Princeton, NJ: Princeton University

    Press.

    Chowdhury, S. (2002).Turnaround: A stage

    theory perspective.Canadian Journal of

    Administrative Sciences, 19, 249-266.

    Chowdbury, S., & Lang, J. (1994).Turnaround

    actions, contingency influences and

    profitability: The case for slack and capitalintensity.Canadian Journal of Administrative

    Sciences, 11 205-213.

    Chowdhury, S., & Lang, J. (1996).Turnaroundin

    small firms: An assessment of efficiency

    strategies.Journal of Business Research, 46,

    169-178.

    Contino, R., & Lorusso, R. (1982). The theory z

    turnaroundof a public agency.Public

    Administration Review, 42, 56-72.

    Dawley, D., Hoffman, J., & Lamont, B. (2002).

    Choice situation, refocusing and post

    bankruptcy performance.Journal of

    Management, 28, 695-717.

    Decker, J., & Paulson, S. (1988). Performance

    improvement in a public utility.Public

    Productivity Review, 11 (3), 51-65.

    Donaldson, L. (1999). Performance drivenorganizational change. London: Sage.

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    17/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 17

    Downs, A. (1967).Inside bureaucracy. Boston:

    Little, Brown.

    Durham, J., & Smith, H. (1982). Toward a

    general theory of organizational

    deterioration.Administration & Society, 14,

    373-400.

    Evans, J., & Green, C. (2000). Marketing

    strategy, constituent influence, and resource

    allocation: An application of the miles and

    snow typology to closely held firms in

    Chapter 11 bankruptcy.Journal of Business

    Research, 50, 225-23 1.

    Ferlie, E., McLaughlin, K., & Osborne, S. (Eds.).

    (2002). The new public management:Current trends and future prospects. London:

    Routledge.

    Goodsell, C. (1994).The case for bureaucracy.

    Chatham, NJ: Chatham House.

    Grinyer, P., Mayes, D., & McKiernan, P. (1988).

    Sharpbenders. Oxford, UK: Basil Blackwell.

    Hambrick, D. (1985).Turnaroundstrategies. In

    W. Guth (Ed.),Handbook of business strategy

    (pp. 3-32). Boston: Warren, Gorham andLamont.

    Hambrick, D., & Schecter, S. (1983).Turnaround

    strategies for mature industrial-product

    business units.Academy of Management

    Journal, 26, 231-248.

    Hargrove, E., & Glidewell, J. (Eds.). (1990).

    Impossible jobs in public management.

    Lawrence: University Press of Kansas.

    Harker, M., & Sharma, B. (1999). Leadership

    and the company turnaroundprocess.

    Leadership and Organizational Development

    Journals, 31 (6), 36-47.

    Hoffman, R. (1989). Strategies of corporate

    turnaround: What do we know about them?

    Journal of General Management, 14, 46-66.

    Holzer, M. (1988). Productivity in, garbage out:

    Sanitation gains in New York.PublicProductivity Review, 11(3), 37-50.

    Kaufman, H. (1976).Are government

    organizations immortal ?Washington, DC:

    Brookings Institution.

    Ketchen, D. (Ed.). (1998).Turnaroundresearch:

    Past accomplishments and future challenges.

    London: JAI.

    Lewis, D. (2002).The politics of agency

    termination: Confronting the myth of

    agency mortality.Journal of Politics, 64, 89-

    107.

    Light, R (1997).The tides of reform. New Haven,

    CM Yale University Press.

    Lohrke, F., & Bedeian, A. (1998). Managerial

    responses to declining performance:Turnaroundinvestment strategies and critical

    contingencies. In D. Ketchen (Ed.),

    Turnaround research: Past accomplished and

    future challenges(pp. 3-20). London: JAI.

    McCurdy, H. (199 1). Organizational decline:

    NASA and the life cycle of bureaus.Public

    Administration Review, 51, 308-315.

    McKiernan, P. (2002).Turnarounds. In D.

    Faulkner & A. Campbell (Eds.),The Oxfordhandbook of strategy(pp. 267-318). Oxford,

    UK: Oxford University Press.

    Meier, K., & Bohte, J. (2003). Not with a bang,

    but a whimper: Explaining organizational

    failures.Administration & Society, 35, 1-18.

    Meier, K., & OToole, L. (200 1). Managerial

    strategies and behavior in networks: A

    model with evidence from U.S. public

    education.Journal of Public Administration

    Research and Theory, 11, 271-293.

    Meier, K., & OToole, L. (2002). Public

    management and organizational

    performance: The effect of managerial

    quality.Journal of Policy Analysis and

    Management, 21,629-643.

    Meyer, M., & Zucker, L. (1989).Permanently

    failing organizations. London: Sage.

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    18/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 1'

    Miller, D. (1994). What happens after success:

    The perils of excellence.Journal of

    Management Studies, 31, 325-358.

    Mintzberg, H., Ahlstrand, B., & Lampel, J.

    (1998).Strategy safari. London: Prentice Hall.

    Moore, M. (1995). Creating public value.

    Cambridge, MA: Harvard University Press.

    Mueller, G., & Barker, V. (1997). Upper echelons

    and board characteristics ofturnaroundand

    nonturnarounddeclining firms.Journal of

    Business Research,39, 119-134.

    Nash, D. (2002). Improving No Child Left

    Behind: Achieving excellence and equity in

    partnership with the states.Rutgers LawReview, 55, 239-270.

    Nutt, P, & Backoff, R. (1993). Organizational

    publicness and its implications for strategic

    management.Journal of Public Administration

    Research and Theory, 3, 209-23 1.

    ONeill, H. (1986a). An analysis of the

    turnaroundstrategy in commercial banking.

    Journal of Management Studies, 23,165-188.

    ONeill, H. (1986b).Turnaroundand recovery:

    What strategy do you need?Long Range

    Planning, 19 (l), 80-88.

    OToole, L., & Meier, K. (2003). Plus ca change:

    Public management, personnel stability and

    organizational performance.Journal of Public

    Administration Research and Theory, 13, 42-64.

    Pant, L. (1991). An investigation of industry and

    firm structural characteristics in corporateturnaround.Journal of Management Studies,

    28,623-643.

    Pearce, J., & Robbins, K. (1993). Toward

    improved theory and research on business

    turnaround.Journal of Management,19, 613-

    636.

    Pearce, J., & Robbins, K. (1994a).

    Entrepreneurial recovery strategies of small

    market share manufacturers.Journal ofBusiness Venturing, 9, 91-108.

    Pearce, J., & Robbins, K. (1994b). Retrenchment

    remains the foundation of business

    turnaround.Strategic Management Journal, 15,

    407-417.

    Perry, J., & Rainey, H. (1988). The public-private

    distinction in organization theory: A critique

    and research strategy.Academy of

    Management Review, 13, 182-201.

    Peters, B. G., & Hogwood, B. (1988).The death

    of immortality: Births, deaths and

    metamorphoses in the U.S. federal

    bureaucracy, 1933-1982.American Review of

    Public Administration, 18,119-133.

    Poister, T. (1988). Success stories in revitalizingpublic agencies.Public Productivity Review,

    11 (3), 27-36.

    Pollitt, C., & Bouckaert, G. (2000).Public

    management reform. Oxford, UK: Oxford

    University Press.

    Rainey, G., & Rainey, H. (1986). Breaching the

    hierarchical imperative: The modularization

    of the social security claims process. In D.

    Calista (Ed.),Bureaucratic and governmentalreform(pp. 171-195). London: JAI.

    Rainey, H. (2003).Understanding and managing

    public organizations(3rd ed-). San Francisco:

    Jossey-Bass.

    Rainey, H., & Bozeman, B. (2000). Comparing

    public and private organizations: Empirical

    research and the power of the a priori.

    Journal of Public Administration Research and

    Theory, 10, 447-469.

    Ring, P, & Perry, J. (1985). Strategic

    management in public and private

    organizations: Implications of distinctive

    contexts and constraints.Academy of

    Management Review, 10, 276286.

    Robbins, K., & Pearce, J. (1992).Turnaround:

    Retrenchment and recovery. Strategic

    Management Journal, 13, 287-309.

  • 7/23/2019 Strategi Untuk Melakukan Turnaround Pada Public Service Pelajaran Dari Sektor Privat

    19/19

    Strategi Untuk Melakukan Turnaround pada Public Service 1

    Schendel, D., & Patton, G. (1976). Corporate

    stagnation and turnaround.Journal of

    Economics and Business, 28, 236-24 1.

    Shook, C. (1998). Turning aroundturnaround

    research: The value of process in advancing

    knowledge. In D. Ketchen (Ed.),Turnaround

    research: Past accomplishments and future

    challenges(pp. 261-280). London: JAI.

    Short, J., Palmer, T, & Stimpert, L. (1998).

    Getting back on track: Performance referents

    affecting the turnaroundprocess. In D.

    Ketchen (Ed.),Turnaround research: Past

    accomplishments and future challenges(pp. 153-

    176). London: JAI.

    Sitkin, S. (1992). Learning through failure: The

    strategy of small losses. In B. Staw & L.

    Cummings (Eds.),Research in organizational

    behavior(Vol. 14, pp. 73-98). London: JAI.

    Slatter, S. (1984). Corporate recovery.

    Harmondsworth, UK: Penguin.

    Staw, B., Sanderlands, L., & Dutton, J. (1981).

    Threat rigidity effects in organizational

    behavior: A multilevel analysis.Administrative Science Quarterly, 26,501-524.

    Stephens, J. (1988).Turnaroundat the Alabama

    Rehabilitation Agency.Public Productivity

    Review, 11 (3),67-84.

    Stewart, J., & Kringas, P. (2003). Change

    management-strategy and values in six

    agencies from the Australianpublic service.

    Public Administration Review, 63, 675-688.

    Stopford, L, & Baden-Fuller, C. (1990).

    Corporate rejuvenation.Journal of

    Management Studies, 27, 399-415.

    Sudarsanam, S., & Lai, J. (2001). Corporate

    financial distress andturnaroundstrategies:

    An empirical analysis.British Journal of

    Management, 12, 183-200.

    Thietart, R. (1988). Success strategies for

    business that reform poorly.Interfaces, 18,32-

    45.

    Wechsler, B., & Backoff, R. (1986). Policy

    making and administration in state agencies:Strategic management approaches.Public

    Administration Review, 46, 321-327.

    Weitzel, W., & Jonsonn, E. (1989). Decline in

    organizations: A literature integration and

    extension.Administrative Science Quarterly,

    34, 91-109.

    Wilson, J. (1989).Bureaucracy. New York: Basic

    Books.

    Winn, J. (1993). Performance measures for

    corporate decline andturnaround.Journal of

    General Management, 19, 48-63.