wilayah administrasi

Upload: mell

Post on 10-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    1/24

    Wilayah Administrasi

    Secara geografis wilayah Kota Balikpapan berada antara 1,0 LS - 1,5 LS dan 116,5 BT - 117,5

    yang luasnya sekitar 50.330,57 Ha atau sekitar 503,3 Kmdengan batas-batas sebagai berikut

    :

    o Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai.o Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Makassar.o Sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar.o Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pasir.

    Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 1996, maka

    sejak 24 Pebruari 1997 Kota Balikpapan resmi dimekarkan dari 3 (tiga) Kecamatan menjadi 5

    (lima) Kecamatan yaitu :

    1.Kecamatan Balikpapan Timur

    2.Kecamatan Balikpapan Selatan

    3.Kecamatan Balikpapan Tengah

    4.Kecamatan Balikpapan Utara

    5.Kecamatan Balikpapan Barat

    Sehubungan dengan pemekaran wilayah kecamatan tersebut, maka melalui Keputusan

    Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur No. 19 Tahun 1996, maka sejak tanggal

    15 Oktober 1996 ditetapkan 7 (tujuh) kelurahan persiapan menjadi kelurahan definitif dan padatanggal 17 Mei 1996 ditetapkan pula melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

    Kalimantan Timur perubahan status Desa Manggar Baru menjadi Kelurahan Manggar Baru

    secara definitif. Dengan demikian maka pada saat ini wilayah Kota Balikpapan terdiri dari 27

    (dua puluh tujuh) Kelurahan yaitu :

    1. Manggar 11. Gunung Sari Ilir 21. Baru Ilir2. Manggar Baru 12. Gunung Sari Ulu 22. Margo Mulyo3. Lamaru 13. Mekar Sari 23. Marga Sari4. Teritip 14. Karang Rejo 24. Baru Tengah5. Prapatan 15. Sumber Rejo 25. Baru Ulu6. Klandasan Ulu 16. Karang Jati 26. Kariangau

    7. Klandasan Ilir 17. Gunung Samarinda 27. BAtu Ampar8. Damai 18. Muara Rapak9. Gunung Bahagia 19. Batu Ampar10. Sepinggan 20. Karang Joang

    Dari 27 kelurahan tersebut terdapat 369 RW dan 1.143 RT. Ini berarti bahwa jumlah RWsebelum dan sesudah pemekaran tidak berubah sedangkan RT mengalami penambahan

    sebanyak 62 buah sehingga berubah dari jumlah 1.081 menjadi 1.143 buah RT.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    2/24

    Untuk jelasnya, letak geografis Kota Balikpapan dapat dilihat pada peta (1), sedang jumlah

    kelurahan berikut RW dan RTnya baik sebelum dan sesudah pemekaran serta luasnya dapat

    dilihat pada tabel (1.) berikut :

    TOPOGRAFI

    Keadaan Topografi Kota Balikpapan adalah sekitar 85% terdiri dari daerah

    berbukit-bukit dan hanya sekitar 15% merupakan daerah-daerah datar yangsempit dan terletak di daerah sepanjang pantai dan daerah diantara perbukitan.

    Struktur tanah di Kota Balikpapan ini terdiri atas tanah podsolik merah kuning,

    tanah aluvial dan pasir kwarsa. Diantara ketiga jenis yang paling banyak terdapat

    di daerah ini adalah jenis tanah podsolik merah kuning yang mempunyai tingkatkesuburan yang rendah disebabkan karena lapisan topsolinya yang tipis dan

    batuannya muda sehingga tanahnya bersifat labil dan terdapat pada daerahperbukitan yang mempunyai kemiringan diatas 15%, apabila curah hujannya

    tinggi akan mengakibatkan tanah tersebut nudah merosot dan terkikis karena

    erosi, sehinga daerah ini kurang memungkinkan untuk dapat dikembangkantanaman pertanian pangan tetapi lebih cocok untuk pengembangan tanaman

    keras/perkebunan.

    Sedangkan sebagian kecil lainnya daerah ini terdiri dari tanah alluvial yang

    mempunyai tingkat kesuburan yang relatif baik dan pasir kwarsa sebagai bahandasar pembuatan kaca. Kondisi Iklim Kota Balikpapan pada tahun 1990 adalah

    sebagai berikut :a. Suhu udara minimum rata-rata 24,4Cb. Suhu udara maksimum rata-rata 30,5c. Kelembaban udara rata-rata 85%

    d. Kecepatan angin rata-rata 0,6 knots

    e. Tekanan udara rata-rata 1.009,8 milibarf. Curah hujan rata-rata setiap bulan pada tahun 1989 adalah 169,4

    mm, sedangkan rata-rata hari hujan perbulan adalah 12,3 hari

    Sungai

    Kota Balikpapan memiliki sungai sebanyak 19 buah, yang mana sebagian darisungai-sungai ini mempunyai peranan penting disamping sebagai sumber kebutuhan

    air baku untuk keperluan air minum penduduk juga berfungsi sebagai sarana

    transportasi. Sungai-sungai yang mempunyai peranan penting dan penggunaanyadapat dilihat di tabel 2 dibawah ini :

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    3/24

    Tabel 2 : Sungai-sungai dan Penggunaanya di Kota Balikpapan

    No Nama Penggunaan Keterangan

    1 Sungai KlandasanBesar

    Sumber Air BakuPDAM

    Debit 50 150

    Lt/detik2 Sungai Wain Sumber Air Baku

    Pertamina

    Debit 165 Lt/detik

    3 Sungai Teritip Pengairan /Bendungan

    --

    4 Sungai Somber Transportasi(Dermaga Ferry)

    --

    5 Waduk Manggar Sumber Air Baku Debit 500 Lt/detik

    Sumber : Bappeda Kota Balikpapan

    Wilayah

    1. Luas Wilayah dan Kecamatan

    Dengan ditetapkan dan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

    1996 tanggal 16 Juni 1996 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 1987

    tentang penetapan Batas Wilayah Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai, Kabupaten Pasir,

    maka secara administrasi Kotamadya Daerah Tingkat II Balikpapan mempunyai luas

    wilayah seluas 503.3057 km2yang terbagi atas 5 Kecamatan yaitu :

    a) Kecamatan Balikpapan Utara

    b) Kecamatan Balikpapan Barat

    c) Kecamatan Balikpapan Timur

    d) Kecamatan Balikpapan Selatan

    e) Kecamatan Balikpapan Tengah

    2. Letak dan Batas Wilayah

    Kota Balikpapan merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur dengan posisi

    diantara 1 derajat LU1.5 derajat LS dan diantara 116,5 derajat BT117 derajat

    BT dengan batas-batas sebagai berikut :

    a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai

    b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makasar

    c) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar

    d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasir

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    4/24

    KEMAMPUAN TANAH

    Ketinggian Tempat

    Kota Balikpapan umumnya berbukit-bukit dan

    hanya sebagian yang landai yakni didaerahsepanjang pantai serta daerah-daerah yang

    berada diantara perbukitan yang setempat-

    setempat berupa dataran yang sempit.

    Topografi wilayah ini merupakan perbukitan

    bergelombang dengan kemiringan rata - rata(10 - 15 ) dengan perbedaan antara puncak

    bukit dan lembah rata-rata kurang dari 100

    meter Ketinggian wilayah ini dari permukaan

    laut berkisar antar 0 - 80 m.

    Untuk mengetahui keadaan luas daerah

    berdasarkan ketinggian tempat dalam wilayahKota Balikpapan dapat dilihat pada tabel

    berikut :

    Tabel 2 : Luas Daerah Berdasarkan Ketinggian Tempat Yang Dirinci Pada Tiap

    Kecamatan di Kota Balikpapan.N0 Luas Wilayah ( Ha ) Ketinggian ( dp1/Ha )

    0 - 10 M 10 - 20 M > 20 MA Balikpapan

    Timur13.715,80 9.690,30 3.525,50 --

    1. Manggar 3.525,50 -- 3.525,50 --

    2. ManggarBaru 383,60 383,60 -- --3. Lamaru 4.855,50 4.355,50 -- --4. Teritib 4.951,20 4.951,20 -- --

    B BalikpapanSelatan

    4.795,57 31,00 47,82 4.771,25

    1.

    Perapatan314,12 -- -- 314,12

    2. Telaga

    Sari253,48 -- -- 253,48

    3.

    KelandasanUlu

    89,00 31,00 47,82 64,68

    4.KelandasanIlir

    143,50 -- -- 143,50

    5. Damai 601,75 -- -- 601,756. GunungBahagia

    891,72 -- -- 891,72

    7.

    Sepinggan2.502,00 -- -- 2.502

    C BalikpapanTengah

    1.107,38 114,10 -- 993,28

    1. Gn. SariIlir

    114,10 114,10 -- --

    2. Gn. Sari 182,52 -- -- 182,52

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    5/24

    Ulu3. MekarSari

    128,66 -- -- 128,66

    4. KarangRejo

    120,50 -- -- 120,50

    5. SumberRejo

    220,50 -- -- 220,50

    6. KarangJati.

    341,10 -- -- 241,50

    D BalikpapanUtara

    13.216,62 1.515,70 1.912,52 --

    1. Gn.Samarinda

    573,80 -- 573,80 --

    2. MuaraRapak

    352,72 -- 352,72 --

    3. BatuAmpar

    2,980,70 1.515,70 986,00 --

    4. KarangJoang

    9.309,40 -- -- --

    E BalikpapanBarat

    17.995,20 25,48 -- 17,969,72

    1. Baru Ilir 58,90 -- -- 58,902. MargoMulyo

    184,53 -- -- 57,043. MargaSari

    66,50 25,48 -- 70,00

    4. BaruTengah

    57,04 -- -- 184,53

    5. Baru Ulu 95,48 -- -- 66,506.Kariangau

    17.532,75 -- -- 17.532,75

    KotaBalikpapan

    50.830,57 11.376,58 5.485,84 23.734,25

    Pemerintah Kota Balikpapan, Jl.Jend. Sudirman No. 1

    Telp. 0542 - 421500, 421600, 423864, Fax. 425412 - 733711Email : [email protected]

    Lereng / Kemiringan Tanah

    Lereng didefinisikan sebagai hasil beda ketinggian antara dua tempat(kedudukan) dengan jarak datarnya yang dinyatakan dalam persen, oleh karena

    suatu wilayah dapat dikelaskan berdasarkan lereng. Di Kota Balikpapan, luas

    wilayah berdasarkan kelas lereng adalah sebagai berikut :

    1. 0 - 2 % = 6.976 Ha

    2. 2 - 15 % = 5.709 Ha

    3. 15 - 40 % = 12.394 Ha

    4. > 40 % = 18.171 Ha

    Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Balikpapanmempunyai kelas lereng > 40 % yakni seluas 18.171 Ha. Tingkat

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    6/24

    kemiringan/lereng tanah diatas 40% inilah merupakan salah satu kendala bagi

    pengembangan fisik kota. Hal ini terutama berkaitan dengan tingkat kestabilan

    lereng dan tatanan keseimbangan debet air permukaan.Kemiringan ini dampak pada topografi Balikpapan yanghampir selurunnya

    berbukit (85%), terutama dibagian utara wilayah kota. Untuk mengetahui lokasi

    secara lebih jelas mengenai tingkat kelerengan ini dapat dilihat pada peta berikutini.

    Kedalaman Efektif Tanah / Sedimen Tanah.Kedalaman tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar

    tanaman, selain itu juga menentukan jumlah unsur hara dan air yang dapatdiserap tanaman. Kedalaman efektif tanah adalah suatu kedalaman yang diukur

    dari permukaan tanah sampai pada lapisan kedap air, yakni ; lapisan pasir,

    kerikil, batu lignit. Ini sangat ditentukan dari tingkat pelapukan humus yang ada

    dipermukaan dan jenis batuan induk yang melapuk menjadi soil.Penyebaran kedalaman sedimen tanah di Kota Balikpapan dapat dikelompokkan

    dalam 3 kelas yaitu :

    Kedalaman efektif antara 30 Cm sampai 60 Cm, seluas + 50% dariluas wilayah kota.

    Kedalaman efektif diatas 60 - 90 Cm, seluas + 40% dari luas wilayahkota.

    Kedalaman efektif diatas 90 Cm, seluas + 10% dari luas wilayahkota.

    Lahan Kritis

    Jumlah lahan di Kota Balikpapan yang bisa dikategorikan lahan kritis selama

    tahun 1999 atau awal tahun 2000 termasuk cukup luasyaitu sekitar 82,3 Ha.

    Lahan kritis tersebut terdapat di Kecamatan Balikpapan Selatan. Dari hasilpemantauan dan inventarisasi pada bulan Januari 2000 tercatat + 20 lokasi yang

    tersebar di Kelurahan Sepinggan dan Damai. Sedangkan untuk Kecamatan

    lainnya relatif masih kecil.

    Untuk mengetahui jumlah dan luasan lahan kritis yang ada di Kota Balikpapan

    dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

    Dari tabel di atas memperlihatkan pengolahan lahan menjadi lahan kritis,

    disebabkan karena lahan tersebut tidak dikelola lagi akibat kurang biaya/ krisis

    dan kurang tegasnya Pemerintah Daerah (Instansi terkait) dalam mengambilkeputusan dan pengawasan terhadap izin pembukaan lahan.

    Banyaknya pengusaha dan perorangan yang membuka lahan untuk perumahan

    menyebabkan terjadinya beberapa kerusakan sarana dan prasarana yangdibangun oleh pemerintah serta menimbulkan banjir dibeberapa kawasan akibat

    pendangkalan saluran/draninase, baik primer, sekunder maupun tersier.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    7/24

    Daerah Aliran Sungai (DAS) dan DrainaseDaerah Aliran Sungai atau DAS merupakan suatu Topografi Devide (Pemisah

    Topografi) yang mengalirkan air kedalam dua atau lebih drainase. Pengertianlain DAS adalah sebagai suatu kesatuan wilayah tata air yang juga merupakan

    ekosistem, dimana keadaan, tindakan dan pengaruh yang berlaku pada salah satu

    unsur atau bagian didalamnya akan mempengaruhi kumpulan unsur atau wilayahsecara keseluruhan.Pesatnya pembangunan Kota Balikpapan yang kurang memperhatikan fungsi

    suatu ekosistem, maka banyak pula permasalahan lingkungan yang timbul,

    diantaranya adalah dari segi tata lingkungan maupun pegendalian banjir, sertasistem drainase lingkungan. Seperti adanya perubahan fungsi Daerah Aliran

    Sungai (DAS) Ampal, sering mengakibatkan banjir di sepnajang Sungai Ampal /

    Sungai Klandasan Besar.

    Untuk lebih jelasnya Panjang sungai besar yang ada di Kota Balikpapan adalahsebagai berikut :

    1.Sungai Ampal / Sungai Klandasan Besar, panjangnya 55.680,7 m.

    2.Sungai Wain, panjangnya 18.300 m.

    3.Sungai Manggar Baru, panjangnya 15.000 m.

    4.Sungai Manggar Kecil, panjangnya 9.500 m.

    5.Sungai Sepinggan, panjangnya 4.900 m.

    6.Sungai Dam, panjangnya 4.500 m.

    7. Sungai Klandasan kecil, panjangnya 2.100 m.

    Bardasarkan hasil penelitian DAS Sungai Ampal / Sungai Klandasan Besar,

    keadaan topografi di DAS Sungai Ampal / Sungai Klandasan Besar beragam,

    yang paling tinggi mencapai kontur 100 meter diatas permukaan laut, berupabukit-bukit yang berupa hutan haterogen, berupa hutan lindung, perumahan dan

    kebun rakyat, dengan kondisi yang berbukit-bukit itu dan sebagian lembah-

    lembah berupa cekungan dan hanya sedikit daerah yang datar. Maka saat hujanlebat air permukaan cenderung mengalir kearah lembah-lembah yang berupatandon, yang pada akhirnya sebagai daerah tampungan air hujan yang semakin

    luas berupa rawa-rawa karena alur sungai yang berfungsi untuk mengalirkan air

    tidak bisa menampung air lagi.Mengingat pada DAS tersebut prasarana yang ada saat ini belum tertata dengan

    baik dan sebagian telah berubah menjadi lahan perumahan sehingga

    mengakibatkan terjadinya banjir / genangan pada daerah Karang Rejo dan

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    8/24

    sekitarnya sampai ke kampung Damai, kondisi drainase di sepanjang DAS

    Sungai Ampal pada saat ini sebagian masih merupakan drainase alam yang tidak

    beraturan dan bermender.Secara keseluruhan , DAS Ampal terdiri atas saluran-saluran dan beberapa sub

    daerah aliran sungai yang menyertainya , yakni :

    N0 Nama SUb DAS Luas ( Km ) Panjang Sungai ( M )1 ASAK il 2.219 1.7852 ASAK i2 3.478 5.4103 ASAT g 7.707 16.156,84 ASAK al 7.053 22.2055 SA Hilir 6.075 10.123,5

    DAS Ampal 26.533 55.680,3

    Dan pada masing-masing Sub Das, terdapat :

    1. Drainase Mayor : Yaitu batang induk Sungai Ampal dan Klandasan yangmelintasi Kelurahan-Kelurahan Gunung Sari Ilir, Karang Rejo, Gunung

    Samarinda, dan Batu Ampar. Keseluruhan Drainase Mayor ini bermuaradilaut Makassar.

    2. Drainase Primer : Umumnya juga merupakan alamiah berupa sungai keciloulet drainase primer menuju drainase mayor.

    3. Drainase Sekunder : Umumnya merupakan saluran dan sebagian saluran

    almiah dan bermuara disaluran primer.

    4. Drainase Tersier : Outlet drainase ini pada saluran sekunder.

    5. Drainase Lingkungan : Outlet drainase ini pada saluran sekunder.

    Drainase Kota.Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh dimulaidari tahap perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta ditunjang

    dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat.

    Peningkatan pemahaman mengenai drainase kepada pihak yang terlibat baikpelaksana maupun yang perlu dilakukan secara kesinambungan agar penanganan

    drainase dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

    Berdasarkan klasifikasi drainase dan tingkat kejenuhan tanah yang dihubungkan

    dengan kecepatan meresapnya (infiltrasi) air permukaan tanah, maka daerahBalikpapan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :

    1. Daerah yang tidak pernah tergenang seluas 32.875 Ha atau sekitar 65 %

    dari luas wilayah Balikpapan.2. Daerah yang tergenang periodik seluas 83 HA atau 0,16 % dari luas

    wilayah, disamping itu terdapat pula daerah yang selalu tergenang apabila

    musim penghujan yaitu pada daerah sekitar sungai dan dataran rendah

    lainnya.3. Berdasarkan status pengalirannya maka drainase Kotamadya Balikpapan

    terdiri atas :

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    9/24

    o Drainase Primer adalah drainase utama dimana ia berfungsi sebagaidaerah tumpahan air dari drainase sekunder dan drainase tersier sebelum

    ke laut. Drainase Primer juga merupakan aliran-aliran sungai utama yangada di Balikpapan. Drainase Primer yang ada di Kota Balikpapan adalah

    Sungai Klandasan Besar, Sungai Klandasan Kecil, Sungai Manggar

    Besar, Sungai Manggar Kecil, Sungai Batakan, Sungai Sepinggan,Sungai Pandan Sari, Sungai Somber dan Sungai Wain.

    o Drainase Sekunder adalah wadah pengaliran dari drainase tersier sebelumke drainase Primer. Drainase sekunder tersebut dapat berupa anak-anak

    sungai dari drainase primer.

    o Drainase Tersier adalah drainase yang merupakan wadah pengaliran yangumumnya merupakan saluran pembuangan limbah rumah tangga yang

    berada di lingkungan pemukiman maupun perkotaan.

    Tabel 5 : Panjang Drainase Kota Balikpapan.

    N0 Saluran Tercatat( m ) BerdasarkanPeta ( m ) Program Yang DiLaksanakan ( m ) Kekurangan( m )

    1 Primer 14.543 32.319 9.935 4.96

    2 Sekunder 30.316 35.841 10.485 16.171

    3 Tersier 20.690 453.765 18.505 2.188

    GEOLOGI

    Formasi geologi Kota Balikpapan terdiri dari Meosin Atas dan Alluvial UndakTerumbu Koral. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa Meosin Atas

    mencapai luas 20.937 Ha, dan Alluvial Undak Terumbu Koral mencapai luas31.743 Ha.

    Jenis batuan yang ada terdiri dari endapan permukaan dan batuan sedimen dan

    gunung api. Endapan permukaan berupa endapan alluvium, terdiri dari kerikil,pasir, lempung dan lumpur, umumnya tersebar disepanjang pantai timur di

    sekitar Tanah Grogot, Teluk Adang dan Teluk Balikpapan. Sedangkan jenis

    batuan sedimen dan gunung api, terdiri dari tiga formasi batuan yaitu Formasi

    Pulau Balang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru.

    Mengingat sebagian besar lahan di Kota Balikpapan berjenis podsolik merah

    kuning dan pasir kwarsa dan bertekstur kasar serta ikatan batuan yang lemah,disebabkan tanah tersebut dibentuk dari jenis batuan yang berumur relatif muda.

    Sedangkan sifat tanahnya sangat mudah tererosi dan jenuh akan air. Sedangkan

    pembentukan jenis-jenis tanah ditentukan oleh beberapa faktor batuan induk,topografi, umur, iklim dan vegetasi/biologi serta pengaruh faktor lainnya,

    sehingga mengalami proses lebih lanjut secara terus menerus.

    Jenis tanah yang terdapat di Kota Balikpapan adalah sebagai berikut :

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    10/24

    Alluvial, terdiri dari material pasir, lempung dan lumpur yangterbentuk dalam lingkungan sungai dan pantai. Jenis tanah ini menempati

    kira-kira seluas 5% dari wilayah Kota Balikpapan. Pada jenis tanahAlluvial ini tersedia minimal cukup unsur hara yang berguna bagi

    tumbuh-tumbuhan namun sebagian besar tanah ini dipengaruhi oleh

    unsur bahan induk sehingga menjadikan kurang subur bagi lahanpertanian.

    Podsolik Merah Kuning, jenis tanah ini menempati wilayah KotaBalikpapan sekitar 80%, keadaan tekstur tanah liat, porositas jelek dan

    mudah larut bersama air.

    Tanah Pasir, sekitar 15% dari wilayah Kota Balikpapan, tanah pasirini mengandung kuarsa, lempung serta serpih dengan sisipan napal dan

    batu bara, berwarna kecoklatan agak kelabu, porositas baik, rapuh dan

    tingkat erosi sangat tinggi.

    Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah

    dalam suatu massa tanah yaitu partikel pasir, debu dan liat. Kasar halusnyatekstur tanah dalam suatu wilayah penggolongan tanah tersebut. Tekstur tanah

    dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kerapatan infiltrasi, penetrasi dan

    kemampuan pengikatan/sementasi oleh air tanah. Apabila tekstur tanah halusmaka tanah tersebut sangat sulit meluluskan air dan apabila tekstur tanah

    tersebut kasar akan mudah meluluskan air.

    Kawasan Hutan Lindung / Reboisasi

    Dalam kebijaksanaan penataan ruang yang tertuang dalam Pola DasarPembangunan Kota Balikpapan disebutkan bahwa arah kebijaksanaan pokok

    tentang pemanfaatan ruang, sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan sosial

    ekonomi masyarakat Kota Balikpapan, berasaskan pembangunan berkelanjutandan berwawasan lingkungan guna mewujudkan keterkaitan keseimbangan antar

    wilayah. Kebijaksanaan lain menetapkan hutan lindung/kawasan lindung sebagai

    daerah konservasi lahan kritis yang didasarkan pada kelestarian lingkungan.

    Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

    melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang mencakup sumber

    daya alam, sumber daya buatan guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

    Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat-sifat

    wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan guna kepentinganhidro-orologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan kesuburan tanah.

    Faktor-faktor yang duperhatikan dan diperhitungkan didalam penetapan

    perlunya hutan lindung didalam suatu wilayah adalah lereng lapangan, jenistanah menurut kepekaannya terhadap erosi dan intensitas hujan dari wilayah

    yang bersangkutan.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    11/24

    Hutan lindung Sungai Wain adalah hutan dataran rendah di Kalimanntan Timur

    sekitar 15 kilometer sebelah utara Balikpapan. Kawasan hutan ini mulai

    ditetapkan sebagai hutan tutupan oleh Sultan dari Kerajaan Kutai tahun 1934.Kemudian pada tahun 1983 area didalam Sungai Wain seluas 3.925 Ha

    dinyatakan sebagai hutan lindung oleh Menteri Pertanian. Pada tahun 1988

    Menteri kehutanan menunjuk area lainnya di Sungai Wain yaitu seluas 6.100 Hasebagai hutan lindung sehingga secara keseluruhan luas hutan lindung SungaiWain yang ditunjuk sebagai hutan lindung adalah 10.025 Ha.

    Dalam pengelolaan hutan lindung/kawasan lindung indikasi penyimpangan dan

    pemanfaatan lahan yang terjadi diwilayah Kota Balikpapan, tidak saja terjadi

    pada sektor kawasan kota dan sepanjang jalur pergerakan utama kota atau pada

    kawasan budidaya akan tetapi juga terjadi pada kawasan hinterland kotakhususnya pada kawasan non budidaya (kawasan lindung) yang dialih fungsikan

    menjadi kawasan budidaya. Hal tersebut terjadi pada sebagian kawasan hutan

    lindung daerah Kota Balikpapan. Baik hutan lindung Sungai Wain maupun

    hutan lindung DAS Manggar. Di kedua kawasan ini mengalami perambahan danpenebangan liar oleh kelompok masyarakat, hal tersebut dikhawatirkan akan

    terus merosot kualitas dan daya dukungnya jika tidak segera diamankan untukkepentingan bersama.

    Hutan lindung Manggar (DAS) terletak pada koordinat 116o 52' 00' - 166o 56'

    60' Bujur Timur dan 01o 05' - 01o 12' 00' Lintang Selatan membentang danberbatasan langsung dengan tepi jalan sepanjang jalur Soekarno - Hatta dari

    Km.20 hingga kilometer 25 yang juga merupakan jalur utama transportasi darat

    Balikpapan ke Samarinda. Sedangkan secara administratif hutan lindung DASManggar terletak pada wilayah Kelurahan Karang Joang Kecamatan Balikpapan

    Utara.

    Luas hutan manggar (DAS) berdasarkan SK Menteri Kehutanan seluas 4.999 Ha

    atau 9,8 % dari wilayah Kota Balikpapan dari luas wilayah Kota Balikpapansecara keseluruhan. Berdasarkan laporan Tim Penelitian dari Penyusunan

    Rencana Penetapan Hutan Lindung Sei Manggar dan Sungai Wain sebagai

    sumber air baku PDAM Balikpapan dan Pertamina. Sedangkan jumlah pendudukyang bermukim di Sei Manggar kurang lebih 400 KK, sedangkan jumlah

    penduduk di kawasan hutan lindung Sungai Wain + 147 KK yang bermukim.

    Pada umumnya mata pencaharian penduduk yang bermukim di kawasan hutanlindung kawasan Manggar (DAS) adalah bertani (Sawah, ladang) dan berkebun

    (kebun campuran).

    Berdasarkan kebijaksanaan yang tertuang didalam Rencana Umum Tata RuangWilayah (RTRW) Kota Balikpapan, peruntukan lokasi perencanaan adalah

    sebagai hutan lindung yang berfungsi selain untuk melestarikan sumber daya ada

    juga berfungsi sebagai daerah tangkapan air (cathment area) bagi kebutuhan airbaku PDAM dan sebagai daerah penyangga Kota Balikpapan. Namun hasil

    pengamatan dilapangan saat ini pada kawasan hutan lindung tersebut telah

    terdapat permukiman penduduk, kawasan pertanian, perkebunan dan peternakan

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    12/24

    serta perambahan dan penembangan liar yang terus berlangsung, akan

    menyebabkan peralihan fungsi pada kawasan tersebut.

    Tabel Pemanfaatan Lahan

    Berdasrakan hasil survey dari inventarisasi yang dilakukan oleh Sub BIPHUTBalikpapan dapat disimpulkan kondisi hutan lindung DAS Manggar yang

    potensial sudah tidak ada, hanya yang masih tampak adalah seperti semak dan

    belukar dan padang ilalang. Hal ini disebabkan adanya kegiatan perladanganyang dilakukan oleh masyarakat setempat secara liar. Untuk lebih jelasnya

    pemanfaatan lahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 8 : Pemanfaatan Lahan Eksisting Pada Kawasan Hutan Lindung DAS Manggar

    N0 Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

    1 Pemukiman 12,74 0,25

    2 Sawah 3,92 0,07

    3 Tegalan/Ladang 111,72 2,234 Perkebunan 23,52 0,47

    5 Kebun Campuran 86,24 1,72

    6 Alang-Alang 598,88 11,98

    7 Semak Belukar 3.618,65 72,38

    8 Penghijauan 125,44 2,50

    9 Daerah Genangan 319,62 6,29

    10 Taman 13,72 0,27

    Total : 4.913,45 100

    Sumber : Tim Penelitian Unmul Samarinda.

    Hutan lindung Sungai Wain terletak di Kalimantan Timur, arah timur laut

    Balikpapan, antara Km.15 - 24 dekat jalan utama dari Balikpapan menujuSamarinda (166o 47' - 166o 55' BT, 01o 02' 60 - 01o 10' LS). Kawasan ini

    mencakup areal seluas 10.025 Ha. Hutan lindung Sungai Wain dibatasi oleh

    lokasi hutan PT. INHUTANI I Batu Ampar disebelah utara.Batas sebelah barat

    kira-kira 1 - 2 Km dari Teluk Balikpapan, yang dipengaruhi oleh pasang surut airlaut yang langsung berhubungan dnegan Selat Sulawesi dan dibatasi oleh hutan

    Mangrove (Bakau) yang tidak dilindungi. Disebelah Selatan dan bagian sebelah

    Timur kawasan cadangan hayat ini dibatasi oleh lahan pertanian berskala kecil.

    Pada batas sebelah timur laut dibatasi oleh jalan utama dari Balikpapan menuju

    Samarinda antara Km.20 -24 dengan jarak sepanjang 4Km.

    Tabel Penggunaan Lahan

    Kedudukan geografis, karakteristik geologis, kelangkaaan daerah dengan tipe-

    tipe hutan yang berbeda dan wilayah disekitarnya yang berkaitan dengan

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    13/24

    sejumlah nilai-nilai serta fungsi hutan lindung Sungai Wain (HL Sungai Wain).

    Nilai-nilai tersebut meliputi aspek ekonomi, sosial, pelestarian (konsevasi) dan

    aspek ilmiah. Berdasarkan hasil survey Departemen Kehutanan dan TropenbosKalimantan Proyek Wanariset Samboja terhadap hutan lindung Sungai Wain

    bahwa pemanfaatan lahannya adalah sebagai berikut ini.

    Tabel 9 : Penggunaan Lahan Pada Hutan Lindung Sungai Wain.

    Pemanfaatan

    LahanLuas

    (Ha)%

    Hutan Primer 5000,47 49,88

    Beluber Bekas Ladang 4307,74 42,97

    Belukar Rawa 501,00 5,00

    Hutan Mangrove 29,79 0,29

    Ladang 186,00 1,08

    Total : 10,025 100

    Sumber : Dephut - Wanariset Samboja

    Berdasarkan dari tabel tersebut diatas yang menduduki urutan yang masih utamaadalah hutan primer, belukar bebas ladang, masing-masing mendapat 49,88%

    dan 42,97%, sedangkan hutan mangrove untuk hutan lindung Sungai Wain yang

    terdapat ditabel tersebut sangat sedikit, tapi hal ini disebabkan oleh

    perambahan/penebang liar khususnya pada kawasan Sungai Wain kiri dan kanandan terdapat pula banyaknya petambak-petambak liar mungkin ini yang

    menyebabkan hutan mangrove (bakau) hanya 0,29 % dari jumlah keseluruhan

    luas hutan lindung Sungai Wain.

    Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka upaya memaksimalkan fungsikawasan hutan lindung DAS Manggar, tercermin beberapa permasalahan

    sebagai berikut ini :

    1. Terjadinya perambahan dan okurasi dan pengalihan fungsi lahan olehmasyarakat, sebagian lahan dialihkan untuk perkebunan, pertanian dan

    peternakan.

    2. Belum ada batas penegasan hutan lindung dan kawasan penyangga

    (buffer zone) secara fisik dilapangan, serta masyarakat belum tahu persis

    keberadaan dan fungsi hutan lindung tersebut.

    3. Belum ada jalan inspeksi dan masyarakat yang bermukim disana

    berbatasan langsung dengan hutan lindung tersebut, jalan inspeksitersebut untuk pengawasan dan pengendalian, karena penduduk yang

    berada ditempat tersebut secara sporadis sehingga akan rawan kebakaran

    hutannya.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    14/24

    4. Akibat musim hujan erosi terjadi dilihat dari aliran permukaan (run off).

    Pada musim kemarau lahan dikawasan tersebut kering dan rawan akan

    kebakaran hutan.

    Program Pengamanan Kawasan Hutan Lindung

    Arahan kebijaksanaan penyusunan rencana penataan kawasan lindung DAS

    Manggar dapat diuraikan sebagai berikut :

    1. Mencegah pemanfaatan lahan yang kurang menguntungkan.

    2. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya secara spasial.

    3. Mencegah benturan-benturan pemanfaatan lahan yang bertentangandengan peruntukan dan daya dukung lahan kawasan pencemaran.

    4. Menyusun konsep penataan kawasan yang lebih teknis sebagai acuanpenataan kawasan tersebut baik untuk saat sekarang maupun dimasa

    yang akan datang.

    5. Melestarikan dan menciptakan kawasan hutan lindung yang sehat

    sehingga secarafungsional dapat berfungsi maksimal, sesuai dengan

    fungsi peruntukannya dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatdisekitar kawasan hutan lindung tersebut.

    Konsep Dasar Perencanaan

    Konsep dasar perencanaan penataan kawasan hutan lindung kawasan DASManggar berdasarkan arahan kebijaksanaan konsep dasar penataan perlu

    diarahkan kegiatannya sebagai berikut :

    1. Penataan kawasan permukiman, Penataan kawasan permukiman

    diupayakan dapat menampung seluruh aktivitas penduduk, agar

    masyarakat tetap mempunyai mata pencaharian dalam kawasan yang

    tertata serta mudah dalam pengawasannya. Relokasi permukiman initetap memperhatikan kepentingan penduduk yang akan menempati

    hunian yang baru sehingga diperlukan pengaturan penggunaan lahan

    yang dapat digunakan untuk hunian, lahan pertanian, dan penyangga

    hutan lindung.

    2. Penataan dan Penanaman Buffer Zone, Penataan dan Penanaman padadaerah Buffer zone atau kawasan penyangga dimaksudkan untuk lebih

    menjamin keamanan dan kelestarian fungsi hutan. Penanaman dilakukan

    pada area seluas kurang lebih 1000 Ha. Jenis tanaman yang ditanam padakawasan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis tanaman yang ada.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    15/24

    3. Pembuatan Jalan Inspeksi, Pembuatan jalan inpeksi/pendekat

    dimaksudkan untuk lebih mempertinggi tingkat aksesibilitas ke kawasan,

    dalam rangka pengawasan dan pemeliharaan inspeksi diupayakan dapatakses yang tinggi terhadap daerah-daerah yang rawan, dengan lebar jalan

    + 3 meter.

    4. Relokasi Penduduk, Relokasi penduduk dilakukan terhadap kurang

    lebih 400 Kepala Keluarga yang bermukim pada kawasan hutan lindung

    DAS Manggar terutama yang bermukim pada sekitar Waduk Manggar.

    5. Reboisasi, Reboisasi dilakukan pada daerah hutan lindung yang telah

    kritis/tandus, jenis tanaman disesuaikan dengan kebutuhan dan jenistanaman yang ada.

    6. Pembuatan sumur resapan, dimaksudkan untuk mengurangi aliran atas(run up) pada saat musim hujan. Sumur resapan dibuat sebanyak 6 buah

    yang ditempatkan pada beberapa bagian kawasan yang dianggap rawanerosi.

    7. Penyuluhan, Peyuluhan dimaksudkan untuk masyarakat baik yang

    bermukim pada lokasi masing-masing hutan lindung maupun pendudukyang bermukim disekitar lokasi masing-masing hutan lindung.Penyuluhan dimaksudkan agar masyarakat tersebut lebih mengetahui

    tentang keberadaan serta peran atau fungsi hutan lindung.

    8. Pembuatan Pagar Pembatas, Pembuatan pagar pembatas dilakukan

    terhadap masing-masing lokasi hutan lindung agar batas masing-masing

    hutan lindung terhadap kawasan sekitarnya lebih nyata, sehinggamasyarakat tahu persis batas antara kawasan lindung dan kawasan budi

    daya, sekaligus untuk lebih menjamin keamanan dan kelestarian

    kawasan.

    9. Pembuatan Ilaran Api, Pembuatan ilaran api dilakukan terhadap

    kawasan hutan lindung, dimaksudkan untuk membatasi gerak api jikaterjadi kebakaran. Sebagai media pembatas diupayakan produktif dengan

    kriteria jenis pohon rendah, tidak mudah terbakar, memberikan hasil

    (buah) yang disesuaikan dengan jenis tanah pada kawasan.

    Wilayah

    1. Luas Wilayah dan Kecamatan

    Dengan ditetapkan dan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

    1996 tanggal 16 Juni 1996 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 1987

    tentang penetapan Batas Wilayah Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai, Kabupaten Pasir,

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    16/24

    maka secara administrasi Kotamadya Daerah Tingkat II Balikpapan mempunyai luas

    wilayah seluas 503.3057 km2yang terbagi atas 5 Kecamatan yaitu :

    a) Kecamatan Balikpapan Utara

    b) Kecamatan Balikpapan Barat

    c) Kecamatan Balikpapan Timur

    d) Kecamatan Balikpapan Selatan

    e) Kecamatan Balikpapan Tengah

    2. Letak dan Batas Wilayah

    Kota Balikpapan merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur dengan posisi

    diantara 1 derajat LU1.5 derajat LS dan diantara 116,5 derajat BT117 derajatBT dengan batas-batas sebagai berikut :

    a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai

    b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makasar

    c) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar

    d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasir

    Iklim

    Wilayah Kalimantan Timur yang dibelah garis khatulistiwa memiliki iklim tropik basah,

    termasuk diantaranya adalah Kota Balikpapan. Curah hujan cukup tinggi terjadi merata di

    hampir sepanjang tahun, meskipun sebenarnya terdapat dua musim, yaitu : musim penghujandan musim kemarau. Musim penghujan biasa terjadi antara bulan Mei sampai dengan Oktober,

    sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan November sampai dengan bulan April.

    Terjadinya dua musim ini terjadi sebagai pengaruh dari angin muson yang bertiup dari daerah

    khatulistiwa. Angin Muson Barat bertiup dari Australia terjadi pada rentang November - April,

    bersifat kering sehingga membawa musim kemarau. Sedangkan angin Muson Timur terjadi

    pada rentang Mei - Oktober bertiup dari Samudera Pasifik yang membawa uap air dan jatuh di

    wilayah Indonesia sebagai hujan. Pada bulan-bulan tertentu terjadi musim peralihan antaramusim penghujan dan musim kemarau.

    Suhu dan Kelembaban

    Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari

    permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum daerah Balikpapan beriklim panas

    dengan suhu udara sepanjang tahun relatif stabil, berkisar antara 22,7C sampai dengan 34,6C.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    17/24

    Sedangkan kelembaban udaranya berada pada kisaran kelembaban sedang - tinggi yaitu

    berkisar antara 81% - 89%.

    Curah Hujan dan Keadaan Angin

    Curah hujan di Kota Balikpapan beragam tiap bulannya. Rata-rata curah hujan tertinggi selamatahun 2006 terjadi di bulan Juni 133,4 mm dan terendah pada bulan Oktober 9,0 mm.

    Keadaan angin di Kota Balikpapan pada tahun 2006 dipantau dari Stasiun Badan Meteorologi

    dan Geofisika Kota Balikpapan menunjukkan bahwa kecepatan angin berkisar antara 5,00 knot

    sampai 9,00 knot. Kecepatan angin paling tinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    18/24

    Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    Pengelolaan lingkungan dalam rangkaian studi AMDAL disebut rencana pengelolaanlingkungan yang didefinisikan sebagai dokumen yang mengandung upaya penanganan dampak

    penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha atau kegiatan.

    Begitu pentingnya pengelolaan lingkungan yang langsung berhubungan dengan lingkunganmasyarakat dan lingkungan alam di sekitar kegiatan sehingga pengelolaan lingkungan harus

    ditinjau dari berbagai aspek seperti aspek legal, aspek hukum pidana, dan aspek kegiatan

    pembangunan itu sendiri. Dengan demikian dasar pengelolaan lingkungan yang cukup rincisehingga melaksanakan pengelolaan lingkungan selalu serius.

    Lingkup pengelolaan lingkungan mendasari pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Dalam

    perencanaan pengelolaan lingkungan ada beberapa hal yang perlu dipahami, yaitu: pemilihan

    teknologi, ketahanan peralatan produksi dan pengelolaan lingkungan, dan penyediaan SDM.Pada pengelolaan lingkungan dilakukan dengan pendekatan teknologi, ekonomi, institusi.

    Terdapat 2 (dua) dokumen pengelolaan lingkungan yang dibedakan berdasarkan pada penting

    tidaknya dampak terhadap lingkungan.

    Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) disusunberdasarkan evaluasi dampak penting pada studi ANDAL. Sedangkan Upaya Pengelolaan

    Lingkungan (UPL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) disusun dari perkiraan dampakterhadap lingkungan tetapi bukan termasuk dampak penting.Kedua pengelolaan lingkungan dilakukan sesuai tahap pada pembangunan, yaitu prakonstruksi,

    konstruksi, dan operasi.

    1. Sumber peraturan dan perundangan mengenai lingkungan hidup dalam tingkat nasional,

    sektoral maupun regional/daerah dapat dijumpai.

    a. Nasional: UU 19945; Ketentuan MPR-RI, Keputusan Presiden, Undang-Undang Khusus;Peraturan Pemerintah.

    b. Sektoral: Peraturan Menteri; SK Menteri; Regional/Daerah

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak

    Lingkungan ditetapkan berdasarkan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dan telah diperbarui di dalam

    Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 yaitu terdiri dari:

    a. Bab I mengenai ketentuan umum yang terdiri dari pasal 1 sampai dengan pasal 6.

    b. Bab II mengenai Tata Laksana pada Bagian pertama adalah kerangka Acuan ANDAL, yaitu

    pada pasal 7.c. Bab II Bagian kedua mengenai Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana

    Pengelolaan Lingkungan karena (RKL) pemantauan lingkungan (RPL) yaitu dari pasal 8

    sampai dengan pasal 14.

    3. Bab II Bagian ketiga mengenai kadaluwarsa dan gugurnya keputusan persetujuan analisis

    dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan,

    yaitu dari Pasal 15 sampai dengan pasal 16.4. Bab II bagian ke empat mengenai Komisi AMDAL, yaitu dari pasal 17 sampai dengan Pasal

    19.

    5. Bab III, Pasal 20 sampai Pasal 21 mengenai pembinaan.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    19/24

    6. Bab IV, Pasal 22 sampai Pasal 25 mengenai pengawasan.

    7. Bab V, Pasal 26 sampai Pasal 28 mengenai pembiayaan.

    8. Bab VI Pada pasal 29 adalah ketentuan penutup.

    Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) diperlukan karena:

    a. setiap kegiatan/usaha manusia dan pembangunan akan menimbulkan perubahan lingkungan

    hidup sebagai hasil sampingan pembangunan;

    b. pembangunan adalah mutlak diperlukan untuk meningkatkan harkat derajat bangsa,meskipun ada hasil sampingannya yang dipengaruhi kualitas lingkungan hidup;

    c. AMDAL diperlukan agar kualitas lingkungan hidup tidak rusak karena adanya suatu

    kegiatan/usaha pembangunan;d. AMDAL harus dilakukan untuk proyek-proyek pembangunan yang akan menimbulkan

    dampak penting, karena undang-undang atau peraturan menghendaki demikian.

    2. Kegunaan AMDAL bagi masyarakat:

    Sebagai kajian kelayakan lingkungan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang prosesnyamelibatkan pihak-pihak yang berkepentingan, AMDAL sangat berguna dalam:

    a. memberikan informasi secara jelas mengenai suatu rencana usaha, berikut dampak-dampaklingkungan yang akan ditimbulkannya;

    b. menampung aspirasi, pengetahuan, dan pendapat penduduk, khususnya dalam masalah

    lingkungan, akan didirikannya rencana usaha tersebut;c. menampung informasi setempat yang berguna bagi pemrakarsa dan masyarakat dalam

    mengantisipasi dampak dan mengelola lingkungan.

    3. Kelayakan suatu kegiatan atas dasar penyaringan terhadap kelayakan teknologi, kelayakanlingkungan suatu keakraban sosial ekonomi.

    Kerangka Acuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (KA-AMDAL)

    1. Kerangka Acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan yang merupakanhasil pelingkupan (PP Nomor 51 Tahun 1993, Pasal 1). Pedoman Umum Penyusunan KA-

    ANDAL digunakan sebagai acuan bagi penyusunan Pedoman Teknis Penyusunan KA-ANDAL

    atau sebagai dasar penyusunan KA-ANDAL bilamana Pedoman Teknis Penyusunan KA-ANDAL usaha atau kegiatan yang bersangkutan belum ditetapkan.

    2. Pedoman Umum Penyusunan KA-ANDAL berlaku pula bagi keperluan penyusunanAMDAL Kegiatan Terpadu/Multisektor, AMDAL Kawasan dan AMDAL Regional.

    3. Tujuan KA-ANDAL adalah: merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL danmengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan biaya,

    tenaga, dan waktu yang tersedia.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    20/24

    4. Fungsi Dokumen KA-ANDAL adalah: Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi

    yang bertanggung jawab yang membidangi rencana usaha atau kegiatan, dan penyusun studi

    ANDAL tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan dan sebagai salahsatu bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL untuk mengevaluasi hasil studi ANDAL.

    5. Dasar Pertimbangan Penyusunan KA-ANDAL, yaitu adanya keanekaragaman, keterbatasansumber daya dan efisiensi dalam penyusunan KA-ANDAL perlu mengikuti diagram alir

    sehingga akhirnya dapat memberikan masukan yang diperlukan oleh perencana dan pengambil

    keputusan yaitu:

    a. Mengetahui pengumpulan data dan informasi tentang:

    1) Rencana usaha atau kegiatan.

    2) Rona lingkungan awal.

    b. Proyeksi perubahan rona lingkungan awal sebagai akibat adanya rencana usaha ataukegiatan.

    c. Penentuan dampak penting terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh rencana usaha ataukegiatan.

    d. Evaluasi dampak penting terhadap lingkungane. Rekomendasi/saran tindak untuk pengambil keputusan, perencana dan pengelola lingkungan

    berupa:

    1) Alternatif usaha atau kegiatan.

    2) Rencana Pengelolaan Lingkungan.

    3) Rencana Pemantauan Lingkungan

    Kegiatan Pembangunan yang Berdampak Pada Lingkungan

    Rencana kerja dan komponen suatu rencana kegiatan pembangunan merupakan deskripsi dari:

    1. Penentuan batas-batas lahan yang digunakan dan dapat memperlihatkan hubungannya

    dengan kegiatan lain sekitarnya.

    2. Hubungan antara lokasi rencana usaha atau kegiatan dengan jarak tersedianya sumber daya:air, energi, alam hayati, dan non hayati.

    3. Alternatif usaha atau kegiatan pembangunan berdasarkan studi kelayakan.

    4. Tata letak usaha kegiatan dilengkapi dengan peta yang berskala memadai yang memuat

    tentang letak bangunan dan struktur lainnya yang akan dibangun dalam lokasi rencana usahaatau kegiatan.

    5. Tahap pelaksanaan rencana usaha atau kegiatan pembangunan

    Ruang Lingkup Studi

    1. Dalam melaksanakan Studi AMDAL perlu membuat ruang lingkungan studinya. Pertama-

    tama harus ditentukan dahulu wilayah studinya/area studi yang kemudian melakukan

    pengamatan terhadap parameter lingkungan.

    2. Ruang lingkup wilayah studi ditetapkan berdasarkan pertimbangan ruang

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    21/24

    kegiatan/pembangunan dilaksanakan.

    3. Penentuan wilayah studi ditetapkan berdasarkan 4 pendekatan, yaitu pendekatan: teknis,

    ekosistem, atau dua teknis.4. Lingkungan terdiri dari komponen-komponen lingkungan dan setiap komponen lingkungan

    dibagi lagi menjadi parameter lingkungan. Parameter lingkungan sangat membantu dalam

    menganalisis suatu kegiatan pembangunan terhadap lingkungannya, yaitu antara lain untukmengetahui tingkat pencemaran terhadap lingkungan.

    Metode Analisis dalam Studi AMDALMetode Non-Matriks

    Beberapa metode pendukung yang dapat melengkapi analisis dampak lingkungan di antaranyaadalah metode bagan alir, metode overlay (penumpukan peta), metode cost and benefit, dan

    metode analisis sistem informasi.

    1. Metode bagan alir atau metode analisis jaringan (network analysis) menggambarkan bagan

    interaksi suatu sebab-akibat dampak yang akan terjadi pada suatu komponen lingkungan danbagaimana kondisinya setelah terkena dampak. Lewat bagan alir ini secara kronologis dapat

    dijabarkan interaksi sebab-akibat baik pada tingkat dampak primer, sekunder dan tersier.

    2. Metode overlay dapat menggambarkan wilayah-wilayah yang terkena dampak, sedangkanmetode analisis jaringan dapat menggambarkan hubungan sebab-akibat suatu kegiatan terhadapdampak.

    3. Metode cost and benefit ini merupakan pendekatan secara makro, karena manfaat proyek

    tidak terbatas pada wilayah di mana proyek itu berada, tetapi manfaat proyek, dapat dinikmati

    juga oleh wilayah-wilayah lainnya. Kelayakan proyek dinilai dari perbandingan cost and benefit

    yang berkisar dari 01. Proyek dikatakan layak bila perbandingan B/C di antara 0,6> 1.

    4. Metode analisis sistem jaringan merupakan metode yang menggabungkan metode antarafotogrametri dan cartogrametri. Kini metode tersebut banyak dimanfaatkan untuk Sistem

    Informasi Geografi (SIG) yang sangat mengandalkan kemajuan teknologi di bidang komputer.

    Metode Matriks

    Metode matriks adalah metode yang menggunakan daftar uji (checklist) dua dimensi, yaitudaftar horizontal yang memuat acuan kegiatan pembangunan yang potensial menimbulkan

    dampak dan daftar vertikal yang memuat daftar komponen lingkungan hidup yang mungkin

    terkena dampak.

    Beberapa metode matriks interaksi yang sangat terkenal antara lain: matrik interaksi Leopold,

    Fisher and Davies, Moore, Philips and Defilipi, Welch and Lewis, Lohani and Thank, Ad-hoc,dan checklist. Dari ketiga metode matriks yang sering digunakan pada studi AMDAL tersebut

    di atas dapat dirangkum sebagai berikut.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    22/24

    1. Metode Ad-Hoc merupakan metode yang sangat sederhana dan tidak menunjukkan

    keistimewaan di samping tidak mempunyai acuan tertentu sehingga hasilnya tidak konsisten

    antara satu penelitian dengan penelitian lainnya. Metode ini melibatkan suatu tim dalampendugaan dampak lingkungan menurut keahliannya masing-masing.

    2. Metode Checklist merupakan metode yang lebih baik dibandingkan dengan metode Ad-Hockarena telah ada susunan aktivitas kegiatan proyek dan komponen lingkungan. Metode ini telah

    berkembang dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.

    3. Metode Leopold merupakan metode matriks yang dapat memberikan informasi yang lebih

    lengkap. Metode matriks Leopold membagi aktivitas pembangunan yang berpotensi

    menimbulkan dampak menjadi 100 macam, dan komponen lingkungan hidup yang terkenadampak menjadi 88 macam. Matriks Leopold menggambarkan pula penilaian terhadap besar

    dan pentingnya suatu dampak. Metode ini mempunyai keuntungan maupun kesulitan dalam

    menganalisis dampak, oleh karena itu beberapa pakar memodifikasi metode matriks Leopold ini

    Teknik Identifikasi dan Pendugaan Dampak

    Melaksanakan identifikasi dampak merupakan tahap awal dalam analisis dampak lingkungan.

    Tahapan ini merupakan tahapan analisis yang penting dan sangat menentukan tahap-tahap

    analisis berikutnya. Bila tahap identifikasi dapat dilakukan dengan baik maka proses analisisberikutnya akan lebih mudah. Teknik yang digunakan dalam analisis identifikasi dampak dapatdilakukan dengan cara Analogies, profesional judgment, dan delphi. Adapun untuk kriteria

    untuk mengidentifikasi dampak penting dapat digunakan 7 (tujuh) kriteria dampak penting

    seperti yang tertuang dalam keputusan Kepala Bapedal RI Nomor 056 Tahun 1994.Pendugaan dampak sering diartikan dengan prakiraan dampak atau ramalan dampak atau

    prediksi dampak. Dampak yang diprakirakan adalah selisih kualitas lingkungan tanpa proyek

    (Qtp) dengan kualitas lingkungan dengan proyek (Qdp) atau Dampak = QtpQdp.

    1. Dampak positif bila Qdp > Qtp.

    2. Dampak negatif bila Qdp < Qtp.

    b. Tidak ada dampak bila Qdp = Qtp.

    Metode pendugaan diklasifikasikan menjadi 2 (dua) metode, yaitu metode formal dan metodeinformal, metode formal terdiri dari:

    1. model prakiraan cepat;2. model matematik;

    3. model fisik;

    4. model eksperimental.

    Sedangkan metode informal terdiri atas:

    1. penilaian para ahli;2. analogi.

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    23/24

    Evaluasi dampak dapat mencapai 2 (dua) sasaran yaitu:

    a. memberikan informasi tentang komponen apa saja yang terkena dampak dan seberapa besardampak itu terjadi;

    b. memberi bahan untuk mengambil keputusan terutama komponen apa saja yang terkena

    dampak.

    Untuk dapat menafsirkan atau menginterpretasikan suatu hasil evaluasi dampak, perlu suatu

    kriteria penafsiran atau interpretasi dampak menurut Fandeli (1992) kriteria tersebut didasarkanpada significancy, explicit criteria, uncertamity, risk, alternatifves, aggregation, dan public

    involvement.

    Metode evaluasi dampak yang digunakan di antaranya adalah overlay, matrik, cheklist,flowchart, atau bagan alur.

    Sumber Buku Pengantar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Karya Mimmim Arumi

    Wardiati

  • 7/22/2019 Wilayah Administrasi

    24/24