01 konsep penceritaan

Upload: agni-putri-raraswulan

Post on 17-Feb-2018

318 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    1/22

    kadehara

    2010

    Kusen Dony Hermansyah

    SinemaGorengan Indonesia

    1/1/2010

    BENTUK FILM :KONSEP PENCERITAAN

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    2/22

    kusen_dony_hermansyah

    BENTUK I :

    SIGNIFIKANSI BENTUK FILM

    Bentuk dipahami sebagai sesuatu yang menjadi sumber keteraturan, kesatuan dan

    identitas sebuah objek. Dari bentuk ini segalal sesuatu bisa menjadi tertib dan mudah

    dimengerti. Begitu pula dengan film, sebagai sebuah produk tentu saja memiliki bentuknya

    sendiri dan dengan bentuk ini pula film kemudian menjadi mudah untuk dipahami oleh

    pembuat dan penontonnya, termasuk para kriktikus. Pada sebuah film, yang dikategorikan

    sebagai bentuk adalah penceritaannya dan sebelum bebicara jauh mengenai bentuk film, maka

    harus diketahui terlebih dahulu apa yang menjadi dasar pemikiran bentuk film ini perlu ada,

    dengan catatan bahwa pembahasan bentuk ini dilihat dari sudut pandang penontonnya.

    1.

    Bentuk Film Sebagai Sistem

    Bila mengenal teori sistem, maka bentuk film merupakan salah satu yang

    menggunakannya sebab terdiri dari unsurunsur yang memiliki hubungan secara organik.

    Unsurunsur itu adalah cerita, plot, ruang, waktu, karakter, hubungan sebabakibat dan

    lain sebagainya. Setiap unsur memiliki fungsinya masingmasing dan saling bergantung

    antara satu unsur dengan unsur yang lainnya, sehingga kesatuan (fungsi dan saling

    ketergantungan) dari unsurunsur itulah yang disebut dengan sistem. Dengan kata lain, bila

    salah satu unsur itu hilang, maka bentuk film akan terganggu ataupun tidak bisa berjalan

    sesuai yang diharapkan. Kita ambil contoh, apabila menonton sebuah film yang yang tidak

    memiliki cerita, pastinya kita bingung untuk bisa menyimpulkan apa yang sudah dilihat.

    Contoh lain, sebuah film yang tidak memiliki karakter, maka kita sebagai penonton akanbingung mengidentifikasi sosok yang akan kita ikuti di dalam film. Oleh karena itu

    kesadaran bahwa unsurunsur itu saling berkaitan menjadi sangat penting bagi para

    pembuat film.

    2. Bentuk Film Dan Isi Film

    Bentuk merupakan sesuatu yang berpola dan bersifat tetap, sedangkan isi adalah

    sesuatu bisa berubah dan selalu mengikuti bentuknya. Bila diibaratkan bentuk adalah

    ember, gelas ataupun botol, maka isinya bisa bermacammacam baik air, minyak, pasir,

    gula dan sebagainya. Misalnya air yang akan mengikuti bentuk embernya, gelas atau

    botolnya.

    Begitu pula dengan cerita, kita bisa menggunakan cerita yang sama persis secara isi

    namun bila dikemas dengan bentuk yang berbeda maka cerita tersebut akan memiliki kesan

    yang berbeda pula. Bayangkan bila kita punya cerita percintaan antara Kiara dan Dondi,

    biasanya urutan waktu yang digunakan adalah linear dan progresif (maju ke depan). Tetapi

    bayangkan kalau ceritanya dimulai dari mereka menjadi sepasang kekasih sampai berakhir

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    3/22

    kusen_dony_hermansyah

    saat awal mereka berkenalan, artinya urutan waktunya berjalan mundur. Secara isi bisa jadi

    sama persis, namun secara bentuk waktunya berjalan mundur maka kesan yang ditangkap

    penonton akan berbeda.

    3.

    Konvensi Dan Pengalaman

    Jumlah film yang diproduksi di bumi ini tentunya sudah jutaan atau mungin sudah

    milyaran. Untuk mengakses tontonan film juga relatif bukan hal yang sulit. Penonton

    film tentunya akan terbiasa disuguhkan sesuatu baik secara bentuk maupun isi dan karena

    sudah terbiasa menonton film dengan bentuk, isi ataupun pola tertentu maka hal tersebut

    akhirnya melekat kuat di benak penontonnya. Selain itu penonton juga punya pengalaman

    dari kehidupan seharihari mereka yang terus dijalani dan tentunya sudah menjadi

    kebiasaan bahkan menjadi budaya. Informasi yang dikenali dari menonton film dan

    kehidupan seharihari mereka inilah yang akhirnya menjadi konvensi dan pengalaman

    tersebut yang akhirnya bisa melibatkan penilaian masyarakat terhadap film yang sedangditonton.

    Contoh kecil yang teradi dalam film Bendera karya Nan Achnas, kedua tokoh di

    dalam film itu tinggal di dekat stasiun kereta api dan mereka terbiasa melintasi rel kereta

    ketika menuju sekolah. Selain itu merka digambarkan juga bukan anak kuper, sehingga

    saat mereka berhasil naik kereta listrik saat mengejar bendera dan pulangnya justru tidak

    naik kereta listrik lagi menjadikan adegan ini aneh. Dikarenakan umumnya anakanak yang

    tinggal di dekat stasiun kereta api sangat mengenal bagaimana harus naik kereta api tanpa

    membayar terutama dengan sistem perkeretaapian di Jakarta yang sangat ruwet. Bagi

    penonton yang tidak mengenal dunia kereta api mungkin permasalahan di atas dianggap

    lumrah, namun bagi yang terbiasa hidup di sekitaran kereta api dan stasiun, maka hal

    tersebut sangatlah janggal.

    Dalam membuat film memang kita tidak bisa mengakomodasi seluruh konvensi yang

    ada di dunia ini, tetapi setidaknya seorang pembuat film harus pada tingkatan paham akan

    permasalahan yang diangkat, jangan sampai unsurunsur yang dimasukkan di dalamnya

    terasa janggal, sebab bagaimanapun pendekatan realism memang dibutuhkan agar

    membuat penonton percaya.

    4.

    Pengharapan Dalam Bentuk Film

    Memiliki konvensi di kepalanya, maka penonton akan selalu mencoba menebakadegan selanjutnya yang akan disuguhkan oleh pembuat film. Oleh karena itu sebaiknya

    pembuat film selalu punya jurus pamungkasnya, sebab kalau tebakan penonton selalu

    benar, maka tentu saja akan membuat kecewa

    Contohnya dalam sebuah adegan film yang menceritakan tentang anak yang

    mencari ibunya di sebuah pasar karena terpisah saat ibunya berbelanja. Biasanya penonton

    akan dituntun dengan rangkaian adegan sebagai berikut :

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    4/22

    kusen_dony_hermansyah

    1. Anak mencari ibunya di lorong x.

    2. Ibu terus berjalan ke depan

    3.

    Anak mencari ibunya di lorong z, sampai kemudian dia melihat sesosok perempuan yangberpakaian mirip dengan ibunya.

    4. Saat mendekati perempuan tersebut dan menggandeng tangannya, ternyata dia

    bukanlah ibunya.

    5. Sang ibu tetap tidak sadar

    Adegan 1, 2 dan 3 biasanya sudah bisa ditebak dan diantisipasi penonton sehingga untuk

    mengecoh perhatiannya agar tebakan itu tidak selalu benar, maka pada adegan 4 penonton

    ditipu dengan menghadirkan orang yang bukan ibunya.

    Kalau mau dibuat semacam rumus dan pembuat filmnya hendak mengikuti pikiran

    penonton, misalkan adegan 1 dan 3 itu bisa dilambangkan dengan huruf A dan adegan 2

    dilambangkan dengan huruf B, maka rangkaiannya adalah A, B, A Bila anak menemukan

    ibunya sesuai pengharapan penonton, maka adegan 4 akan masuk kumpulan B yang

    menjadikan rumusnya A, B, A, B Sedangkan pada adegan di atas, anak justru tertipu oleh

    pakaian yang mirip dengan ibunya sehingga pembuat filmnya justru mengecoh

    penontonnya sehingga rangkaiannya menjadi A, B, A, C . dimana huruf C melambangkan

    adegan 4 yang mengecoh tebakan penonton.

    Memang rangkaian adegan tidak selalu diarahkan begitu, sebab pembuat film

    sesekali bisa saja membuat tebakan penontonnya benar, namun sekali lagi kalau tebakan

    penonton selalu benar maka justru akan membuat penontonnya bosan sebab tidak ada lagi

    kejutan (surprise) yang mereka dapatkan di dalam film tersebut.

    5.

    Bentuk Film Dan Rasa

    Bagaimanapun, bentuk film harus bisa dirasakan oleh penontonnya, sehingga

    berbicara tentang rasa maka hal itu terdiri dari dua aspek yaitu rasa yang dialami tokoh dan

    rasa yang diterima oleh penonton. Sesuatu yang dirasakan tokoh tentu saja seperti sedih,

    senang, jatuh cinta dan sebagainya. Rasa ini secara umum harus bisa dirasakan juga oleh

    penontonnya, namun apa yang dirasakan penonton tidak selalu harus dirasakan oleh tokoh

    dalam filmnya. Misalnya penonton bisa merasa cemas ketika tokoh hendak dipukul dari

    belakang, padahal pada adegan itu sang tokoh sedang melakukan rutinitasnya (sedang tidakmengalami rasa apapun) atau contoh lain misalnya tokoh yang sedang dikejar hantu,

    menemukan tempat persembunyian yang dianggapnya aman, namun ternyata tempat itu

    justru sarang hantu tersebut.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    5/22

    kusen_dony_hermansyah

    6.

    Bentuk Film Dan Makna

    Bentuk film juga harus memiliki ataupun mengandung makna tertentu, sehingga

    informasi yang diterima oleh penonton menjadi lebih bernilai. Artinya tidak sekedarbernilai saat berlaku di film saja. Makna dalam bentuk film dibedakan menjadi :

    - Referential Meaning

    Makna yang muncul dari referensi yang ada. Dalam film yang berhubungan dengan

    sejarah ada beberapa hal yang menjadi catatannya, misalnya dalam film Gie karya Riri

    Riza, orang kaya pada masa itu banyak yang menggunakan Holden, maka secara

    referential meaningmobil tersebut adalah mobil mewah.

    - Explicit Meaning

    Makna yang terlihat dan terdengar secara gambling dan lugas di layar, misalnya tokohyang memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya berarti dia sedang makan, ataupun

    memasukan benda cair ke mulutnya berarti dia minum.

    - Implicit Meaning

    Makna yang ada dibenak penonton, sebab makna yang sebenarnya adalah yang tersirat.

    Misalnya ada tokoh antagonis yang memasukkan racun ke gelas minuman yang kemudian

    diminum oleh tokoh protagonis. Secara eksplisit tokoh protagonis itu sedanga minum dari

    sesuatu sebuah gelas, sedangkan secara implisit tokoh protagonis itu sedang dibunuh.

    - Symptomatic Meaning

    Makna terakhir ini terjadi karena kesimpulan penonton terhadap apa yang dilihat dan

    didengar di layar bioskop. Kesimpilan yang sering kita dengar adalah apa yang disebut

    dengan pesan moral, padahal yang dimaksud dengan symptomatic meaning ini secara

    lebih luas adalah ideologi yang dibawa penonton setelah menonton sebuah film.

    Misalnya dalam film Finding Nemomemiliki makna ideologis bahwa kasih orang tua akan

    selalu ada bagi anaknya walaupun melewati samudera luas.

    7.

    Evaluasi

    Unsur terakhir dari urgensi adanya bentuk dari sebuah film adalah adanya evaluasi

    yang dilakukan penonton terhadap film yang dilihatnya. Penilaian paling sederhana olehpenonton adalah film yang dilihatnya dianggap baik atau buruk karena beberapa

    pertimbangan :

    - Kriteria Realistik

    Kriteria ini merupakan aspek yang paling sering di mana penonton merasa bahwa film

    yang dilihatnya dianggap bagus karena memenuhi kriteria realistik atau memenuhi

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    6/22

    kusen_dony_hermansyah

    pendekatan realisme yang cenderung sempurna. Filmfilm yang biasanya mengandung

    aspek ini seperti Gie, Stoned dan Welcome To Sarajevo yang cenderung bertipe Doku-

    Drama. Namun begitu tidak selalu film dengan tipe Doku-Drama sebab bisa saja

    walaupun fiksi juga bisa terlihat aspek realistiknya misalnya film American Presidentyang

    sangat detil dalam mengahdirkan seluruh aspek yang berkaitan dengan Gedung Putih dan

    tempat peristirahatan Camp David.

    - Kriteria Moral

    Kriteria ini berkaitan erat dengan symptomatic meaning pada bahasan sebelumnya, di

    mana penonton merasa sebuah film yang dilihat dianggap baik atau buruk karena nilai

    moralnya yang tinggi maupun rendah. Misalnya film Laskar Pelangiyang banyak disukai

    karena aspek perjuangan dari anakanak SD Muhammadiyah di Belitung itu sangatlah

    mulia dan tinggi sehingga mampu memberi contoh dan dapat mempengaruhi

    penontonnya. Namun aspek moral tidak selalu bernilai tinggi sebab ada juga yang

    dianggap bernilai rendah seperti film Boyz N The Hood karya John Singleton yang justru

    memicu perang genk di Amerika setelah film tersebut diedarkan.

    - Kriteria Kompleksitas

    Terkadang penonton merasa bahwa film yang baru ditontonnya bagus karena ceritanya

    yang rumit dan tidak mudah ditebak seperti yang dilakukan Alejandro Gonzlez Irritu

    dalam filmnya seperti Amores Perros (2000), 21 Grams (2003) dan Babel(2006), ataupun

    seperti film Crash(2006) yang dibuat Paul Haggis. Kedua sutradara tersebut menggunakan

    kerumitan dalam bentuk multiplot, artinya dalam film yang dibuatnya ada beberapa plot

    utama. Film jenis lain yang mengumbar kerumitan adalah misalnya Saw (2004) karya

    James Wan, di mana penonton diajak masuk ke dalam tekateki yang pada akhrinya diberi

    kejutan yang sangat tidak diduga siapa dalang dari semua penyanderaan.

    - Kriteria Originalitas

    Kriteria terakhir adalah originalitas, film Waltz With Bashir (2008) karya Ari Folman

    mengetengahkan sebuah penceritaan yang umumnya digunakan dalam dokumenter,

    namun tipe film yang dipilihnya adalah animasi. Bisa juga seperti film karya Tim Burton,

    seperti Corpse Bride (2005) dan Nightmare Before Christmast (1994) yang distutradarai

    oleh Henry Selick, di mana yang diceritakan justru dunia hantu yang berusaha masuk ke

    dunia manusia namun tidak tahu caranya sehingga terjadi konflik di dalamnya.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    7/22

    kusen_dony_hermansyah

    BAGIAN II :

    PRINSIP-PRINSIP BENTUK FILM

    1.

    Fungsi Bentuk

    Bentuk berfungsi sebagai anatomi dari cerita film mudah dipahami oleh

    penontonnya. Dikarenakan yang hendak disampaikan kepada penontonnya adalah pesan

    atau informasi, maka fungsi lain dari bentuk adalah sebagai tempat bergulirnya cerita,

    artinya dengan adanya bentuk maka cerita dapat berjalan dan diharapkan pesan sampai di

    benak penontonnya.

    2.

    Kemiripan / Pengulangan Dan Perbedaan / Variasi

    Permasalahannya, informasi atau pesan yang disampaikan kepada penonton sangat

    banyak, sehingga penonton akan mudah lupa pesan apa saja yang sudah disampaikan dan

    apa tujuan tokoh dalam cerita film. Supaya penonton selalu ingat dengan selalu tujuan

    tokoh, maka pesan yang disampaikan haruslah selalu diulang, namun tentu saja ada caranya

    yaitu dengan menggunakan metode duplikasi dan bukan repetisi. Metode repetisi adalah

    pengulangan atau informasi adegan dalam sebuah film yang cara penyajiannya dibuat sama

    persis. Sedangkan metode duplikasi adalah pengulangan adegan atau informasi dalam

    sebuah film yang cara penyajiannya dibuat berbeda atau bisa juga menggunakan repetisi

    namun kandungan dramatiknya ditingkatkan.

    Untuk lebih jelasnya ada contoh sederhana, yaitu bila dalam sebuah film ada tokoh

    yang ingin ditunjukkan kebaikkannya sehingga penonton bisa bersimpati, maka pembuat

    filmnya harus memperlihatkan beberapa adegan yang dapat menguatkan karakter tokoh

    tersebut, misalnya pada adegan 1 dia menolong orang tua, pada adegan 3 dia tidak marah

    ketika ada seorang yang menghinanya, pada adegan ke 7 dia ikut memberikan sedekah

    kepada anak jalanan dan seterusnya. Adeganadegan di atas merupakan metode duplikasi

    di mana inti dari penyajiannya adalah menunjukkan kebaikan hati tokohnya.

    Tetapi mengapa metode duplikasi lebih disarankan dibanding repetisi, sebab selain

    penonton bisa melihat perbedaan dari tiap adegan juga untuk memberikan variasi adegan

    agar penonton tidak merasa jenuh. Penonton bisa jadi merasa dibodohi bila apa yangsudah disampaikan sebelumnya, diperlihatkan lagi pada adeganadegan selanjutnya.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    8/22

    kusen_dony_hermansyah

    3.

    Pengembangan Cerita

    Pengembangan cerita wajib dilakukan oleh pembuat film, gunanya agar penonton

    tidak merasa alurnya berputar disitu-situ saja yang bisa membuat mereka meninggalkan

    bioskop. Terutama pada bagian eksposisi di mana permasalahan sang tokoh dipaparkan

    sehingga penontonnya bisa mengetahui lebih detil apa saja yang membuat tujuannyaberubah.

    4.

    Kesatuan / Ketidaksatuan

    Sekali lagi bahwa bentuk film (cerita) adalah sebuah sistem, sehingga harus

    diingatkan lagi bahwa bentuk film tampak sebagai kesatuan yang utuh sehingga hubungan

    antar unsurnya jelas. Dikarenakan ketidaksatuan menyebabkan penonton akan kecewa

    ataupun bingung dengan penceritaannya. Misalnya, film Pink Floyd : The Wall(1981) karya

    Alan Parker, di mana untuk bisa memahami ceritanya harus membaca lirik lagu dari album

    The Wall(1979) karya band Pink Floyd, sehingga penonton yang tidak membaca lirik lagusebelumnya maka akan sangat bingung dengan cerita film tersebut, sebab alurnya maju

    mundur tanpa panduan yang jelas.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    9/22

    kusen_dony_hermansyah

    BAGIAN III :

    KLASIFIKASI BENTUK FILM

    Klasifikasi dalam film ada beberapa, baik yang disebut bentuk, jenis ( genre), tipe dan

    sebagainya. Dalam Film Art : An Introduction, David Bordwell membagi klasifikasi bentuk

    menjadi :

    A.

    Bentuk Naratif

    Bentuk naratif merupakan sebuah bentuk penceritaan yang peristiwanya memiliki

    hubungan sebab akibat yang jelas dan terjadi dalam ruang serta waktu yang jelas pula.

    Dikarenakan penceritaan dalam film didasari oleh sastra dan drama, maka bagaimanapun

    juga selain adanya story, tentunya penceritaan itu terbagi lagi menjadi plot. Selain naratif didalam film memiliki struktur yang berbeda dengan sastra (roman) maupun drama, yaitu

    setidaknya ada dua struktur besar, Struktur Hollywood Klasik (dikenal di Indonesia dengan

    Struktur 3 Babak) dan lawannya, StrukturArt Cinema Naration.

    B. Bentuk Non-Naratif

    Bentuk ini bukannya tidak bercerita, hanya saja cara menceritakannya berbeda

    dengan nartif yang seperti orang mendongeng, maka cara bercerita non-naratif ini sangat

    beragam. Setidaknya ada empat cara bercerita dalam bentuk ini :

    -

    Categorical

    Film dibuat kategori agar dapat dikumpulkan per sub-temanya. Bordwell mengibaratkan

    cara ini seperti memasuki supermarket dimana setiap barang akan dikategorikan

    menurut jenisnya dan bukan merknya. Banyak film dokumenter yang masuk dalam

    wilayah ini, misalnya film dokumenter musik, film behind the scenedan sebagainya.

    - Rethorical

    Film ini memiliki persuasi yang kuat untuk mempengaruhi penonton sehingga kesan

    propaganda melekat erat dalam bentuk ini. Film yang banyak menggunakan metode ini

    adalah film iklan dan dokumenter propaganda, seperti film dokumenter dari jenis

    company profileataupun dokumenter yang dibuat oleh Leni Refensthal (Triumph of the

    Wheel, Day of FreedomdanOlympia) dan Frank Cappra (Why We Fight ?).

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    10/22

    kusen_dony_hermansyah

    - Abstract

    Penceritaan film ini mengikuti sebuah usaha untuk mengeluarkan suatu ekpresi paling

    dalam dari pembuatnya. Umumnya sulit untuk dicerna oleh penonton, namun karena

    didasari oleh kebebasan berekspresi sehingga sering permasalahan penonton tidak lagi

    menjadi yang utama. Film eksperimental atau sekarang dikenal dengan video artadalah

    contoh dari film dengan bentuk abstrak, seperti film-film dari Hans Richter, WalterRuttman, Luis Bunnuel dll. Selain itu juga ada beberapa video musik menggunakan

    bentuk ini.

    - Associational

    Film-film dalam bentuk ini sekilas mirip dengan bentuk abstrak, namun sesungguhnya

    sangatlah berbeda. Film bentuk ini biasanya menggunakan gambar-gambar yang tidak

    memiliki hubungan ruang, waktu ataupun peristiwa, namun memiliki tujuan yang sama

    untuk mengarah pada sau tema atau sub-tema penceritaan. Dokumenter dengan jenis

    association picture story menggunakan bentuk ini, seperti karya Man With A Movie

    Camera (Dziga Vertov), Powwaqqatsi (Geodfrey Regio), Baraka (Ron Fricke),

    menggunakan juga video musik.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    11/22

    kusen_dony_hermansyah

    BAGIAN IV :

    PRINSIP KONSTRUKSI CERITA

    DALAM FILM NARATIF

    1.

    Plot Dan Cerita(Story)

    Bayangkan bila sebuah peristiwa yang berlangsung berharihari disuguhkan kepada

    penonton seluruhnya, mungkin tidak ada seorangpun yang mau menonton film. Oleh karena

    itu agar masyarakat berkenan menonton film yang dibuat, maka peristiwaperistiwa penting

    saja yang dipilih oleh pembuat filmnya disajikan dengan ringkas. Bagianbagian ringkas dan

    terpilih inilah yang disebut dengan plot, namun apa yang harus disajikan kepada penonton

    yaitu sesuatu yang nantinya terlihat dan terdengar penonton.Akan tetapi rangkaian peristiwaperistiwa yang disusun nantinya harus terbayang

    oleh penonton sebagai kesatuan dari sebuah cerita utuh, sehingga harus ada upaya dari

    pembuatnya untuk selalu menjaga keutuhannya. Konstruksi imajiner penonton dari

    rangkaian peristiwa yang ditontonnya inilah yang disebut dengan story(cerita).

    Kita ambil contoh yang sederhana, dalam film Titanic(1997) karya James Cameron di

    mana seharusnya berlangsung beberapa hari, namun berbagai macam peristiwa yang terjadi

    di kapal itu, kemudian harus dipilih oleh sutradaranya dan yang ahirnya dipilih adalah

    peristiwa percintaan sepasang pemudapemudi yang akhirnya menyaksikan kapal Titanic

    menabrak karang hingga akhirnya turut tenggelam bersama. Pada akhirnya story (cerita)

    tenggelamnya kapal itu terkonstrusksi di benak penonton secara utuh bersama percintaan

    sepasang kekasih tersebut.

    2.Sebab-Akibat

    Setiap peristiwa yang dipilih harus saling memiliki hubungan sebab-akibat yang jelas,

    sebab hal inilah yang bisa membuat penonton menkonstruksi seluruh peristiwa yang

    diperlihatkan. Bahkan dalam buku Teknik Menulis SkenarioFilm Cerita, Misbach Yusa Biran

    dikatakan bahwa sebuah peristiwa dikatakan sebuah plot bila ada hubungan sebabakibat,

    contohnya dalam kalimat ratu menangis, raja mati. Kalimat tersebut bukanlah sebuah plot

    karena tidak memiliki hubungan sebabakibat yang jelas. Seharusnya ditulis ratu menangiskarena raja mati yang akhirnya membuat kalimatnya jauh lebih jelas.

    Dalam film dokumenter, film animasi dan film eksperimental tidak harus atau tidak

    selalu memiliki hubungan sebabakibat yang jelas, dikarenakan kebutuhan tipe film di atas

    berbeda dari kebutuhan film cerita.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    12/22

    kusen_dony_hermansyah

    3.

    Waktu

    A. Urutan Waktu (Temporal Order)

    Waktu dalam kehidupan manusia adalah waktu yang berjalan linear progresif dan

    tidak terinterupsi atau tidak terpenggal. Film mencoba menerjemahkan bentuk waktu inike dalam rangkaian gambar serta suara dalam urutannya. Akan tetapi dengan adanya

    material film (seluloid) urutan waktu itu justru memungkinkan untuk dibolak-balik sesuai

    dengan keinginan pembuatnya sehingga kita bisa menyisipkan waktu lampau (flash back)

    atau waktu yang akan datang (flash forward). Contohnya, bila kita meminjam tanda

    Alphabetic maka kita dapat mengurutkan waktu dalam film seperti :

    LINEAR : A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N ....dst

    Bila waktu yang berjalan seharusnya linear namun karena diantara M dan N sertaR dan S disisipkan peristiwa pada waktu lampau (A,B,C dan D,E,F,G) maka adegan masa

    lampau tersebut disebutflash back.

    K, L, M, A, B, C, N, O, P, Q, R, D, E, F, G, S, T, U, V....dst

    Flash Back Flash Back

    Bila waktu yang berjalan seharusnya linear namun karena diantara C dan D serta G

    dan H disisipkan peristiwa masa mendatang (K,L,M dan S,T,U,V) maka adegan masa

    datang tersebut disebutflash forward.

    A, B, C, K, L, M, D, E, F, G, S, T, U, V, H, I, J....dst

    Flash Forward Flash Forward

    B.

    Durasi Waktu (Temporal Duration)

    Durasi Dalam Layar (Screen Duration)

    Ini adalah masa putar sebuah film, misalnya pada film Titanic durasinya 3 jam, film

    Nagabonar Jadi Duaberdurasi 2 jam dan lain sebagainya.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    13/22

    kusen_dony_hermansyah

    Durasi Penceritaan (Story Duration)

    Durasi penceritaan ini sama dengan real time pada dimensi waktu yaitu Durasi

    peristiwa yang berlangsung dalam film. Misalnya film Titanic, story duration-nya

    berlangsung 80 tahun, lalu film Nagabonar Jadi Dua,story duration-nya 3 bulan dll.

    Durasi Plot (Plot Duration)Durasi plot adalah penggunaan time elipsisdengan sangat teliti karena berhubungan

    dengan kualitas peristiwa yang dipilih, jangan sampai kebanyakan (seperti film Janji

    Joni) atau terlalu sedikit. Penjumlahan durasi tiap plot inilah yang disebut dengan

    durasi plot.

    Scene Kamar

    Scene Ruang Tamu Plot Rumah

    Scene Dapur

    Scene Ruang Kerja

    Scene Ruang Sekretaris Plot Kantor

    Jadi bila mau dihitung dan diperkirakan, durasi yang harus diperhatikan oleh para

    pembuat film ini bila diperinci kirakira seperti dalam film Braveheart(1995) karya Mel

    Gibson, di mana peristiwa yang berlansung kurang lebih 30 tahun (story duration)

    diringkas menjadi sekitar 2 tahun (plot duration) yang diceritakan dalam waktu 177 menit

    / 3 Jam (screen duration).

    C. Frekuensi Waktu (Temporal Frequency)

    Frekuensi berhubungan dengan adanya kemungkinan waktu yang diulang ditampak di dalam film. Yang paling sederhana adalah mengulang shot-shot yang sudah

    pernah kita gunakan sehingga terjadi pengulangan waktu. Misalnya pada film V For

    Vendettatokoh V yang terbakar muncul sebagai flashbacksang dokter, kemudian shot

    tersebut muncul lagi saat tokoh perempuan bebas dari ujian V.

    Frekuensi waktu yang jauh lebih kompleks pernah digunakan pada film Babel(2006)

    karya Alejandro Gonzlez Irritu, yaitu ketika adegan sang bapak menelpon anak sambil

    menangis. Pada plot kedua, dalam adegan yang ditunjukkan hanya anak yang sedang

    menerima telpon ditemani pembantunya. Sedangkan pada plot lain adegan yang

    ditunjukkan adalah si bapak yang sedang menelpon anak yang ada di belahan bumi lain.

    4.

    Space

    A. Story Space

    Bila storyadalah konstruksi imajiner penonton dari rangkaian peristiwa yang disajikan,

    maka ruang besar / utuh yang terkonstruksi secara imajiner di benak penonton

    merupakan story space(ruang cerita).

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    14/22

    kusen_dony_hermansyah

    B. Screen Space

    Ruang dalam film yang hanya diperlihatkan di layar adalah screen space, jadi segala

    macam actiondan unsur visual yang terlihat di layar pasti terjadi dalam screen space.

    C. Plot Space

    Akan tetapi apa yang terlihat di layar bisa jadi merupakan bagian dari ruang yang lebihbesar di mana tokoh melakukan action. Ruang yang lebih besar inilah yang disebut

    denganplot space.

    Dalam film Titanicmisalnya peristiwanya terjadi di sebuah kapal besar yang berlayar

    di samudera (story space) di mana kapal tersebut memiliki ruangruang seperti gudang

    kapal, lorong, kabin penumpang dan sebagainya (plot space) dan kedua tokoh diperlihatkan

    sempat berada di buritan, sebuah mobil di gudang kapal, di bagian kamar si perempuan dan

    sebagainya yang diperlihatkan kepada penonton (screen space).

    5.

    Opening, Closing & Pola Pengembangan Cerita.

    A. Opening(Permulaan)

    Setiap film harus memiliki adegan pembuka (opening) yang fungsinya untuk

    memperkenalkan setting (ruang dan waktu), tokoh dan masalah utamanya kepada

    penonton. Bayangkan bila tibatiba penonton disuguhi permasalahan yang mereka

    tidak tahu awalnya seperti apa, orangorang yang berkonflik siapa, mengapa mereka

    berkonflik, masalahnya apa dan sebagainya yang menyebabkan penonton harus meraba

    apa yang mereka lihat. Tentu saja hal tersebut bisa membuat penonton frustasi

    sehingga opening memang harus dihadirkan secara sistematis dan terstruktur agarpenonton dapat mengenali satu persatu dari mulai tokohnya, peristiwa itu terjadi

    dimana dan kapan serta permasalahannya apa.

    B. Closing(Penutup)

    Penutup (closure) juga dibutuhkan oleh penonton, sebab film yang tidak selesai

    juga akan membuat penontonnya frustasi, selain mereka juga menginginkan untuk bisa

    mendapatkan kesimpulan terhadap cerita yang disajikan. Pada filmfilm Holywood,

    Mandarin dan Bollywood, closingharus berakhir bahagia (happy ending) dan pada film

    film Eropa selain happy endingada juga yang berakhir sedih (unhappy ending), berakhir

    terbuka (open ending) di mana penonton menyimpulkan sendiri akhirnya, ataupun

    berakhir tokoh utamanya kalah dan menjadi salah (loser story).

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    15/22

    kusen_dony_hermansyah

    C. Pola Perkembangan Cerita (Paparan Pada Bagian Pertengahan)

    Dalam memasukkan peristiwa / adegan ke dalam cerita biasanya pembuat film

    akan membuat pola agar mudah dicerna oleh penontonnya. Pola tersebut biasanya

    dibuat dengan cara penyampaian secara berulang, jelas dan variatif, sehingga pesan /

    informasi yang diberikan kepada penonton tidak membingungkan. Selain itu ikatankausalitas (sebabakibat) akan tetap dijaga karena kesatuan dan perkembangan cerita

    juga ditentukan oleh hal ini.

    PERMULAAN PERTENGAHAN PENUTUP

    Dalam permulaan ini umumnya

    akan diperkenalkan :

    - tokoh utama (protagonis dan

    antagonis)

    -masalah utama

    -ruang dan waktu peristiwa

    Paparan terhadap usaha tokoh

    protagonis menyelesaikan masalah,

    tentu saja di dalamnya pasti ada :

    - konflik

    - pengembangan masalah

    - konfrontasi antara protagonis dan

    antagonis

    Tokoh protagonis harus

    menyelesaikan masalahnya

    sehingga dalam bagian ini akan

    berisi :

    - konfrontasi akhir (klimaks)

    - resolusi

    - tujuan

    - anti-klimaks

    6.Aliran Informasi Cerita

    A. Jangkauan Informasi Penceritaan

    Jangkauan informasi penceritaan yang ingin disampaikan bisa bersifat sempit

    ataupun luas. Informasi yang bersifat sempit salah satunya dari kehidupan seharihari

    tokohnya, misalnya kebiasaan minum, bagaimana dia berjalan, tempat makan siang dan

    sebagainya.Akan tetapi dari informasi yang bersifat sempit itu juga bisa dikumpulkan hingga

    menjadi luas, seperti dalam film A Few Good Men (1992) karya Rob Reiner, di mana

    diceritakan dari awal para pengacara tertuduh mengumpulkan satu per satu bukti yang

    sederhana, seperti adanya perintah dengan Kode Merah ataupun korban tidak mem-

    packing barangnya sebelum dimutasi, hingga pada akhirnya diketahui bahwa yang

    memberi perintah adalah Kolonel Nathan Jessep. Dalam hal ini informasiinformasi kecil

    itu akhirnya bisa menguak sebuah kejahatan politik pada golongan militer.

    Selain mengumpulkan informasi yang bersifat sempit yang akhirnya menjadi

    luas, namun pembuat film juga bisa langsung memberikan informasi yang bersifat luas

    yang berkenaan dengan masalah sejarah, politik, ekonomi. Bisa dicontohkan dengan

    film JFK (1991) karya Oliver Stone yang lebih banyak memaparkan informasi teori

    konspirasi dari para politikus dan pejabat pemerintahan yang berkaitan dengan masalah

    perdagangan senjata serta pengucuran dana untuk perang di Vietnam yang ditentang

    oleh John F. Kennedy.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    16/22

    kusen_dony_hermansyah

    B. Kedalaman Informasi Penceritaan

    Pembuat film bisa mengontrol informasi yang akan disampaikan kepada

    penontonnya, caranya dengan memberikan informasi yang banyak sekaligus ataupun

    sedikit demi sedikit. Misalnya, adegan seseorang yang diserang di dalam rumahnya oleh

    perampok, di mana bila penonton tidak diberi informasi terlebih dahulu maka ketikatokoh diserang penonton akan mendapatkan kejutan (surprise), sedangkan bila

    penonton telah diberi informasi orang yang akan menyerang tokohnya, maka penonton

    malah bisa mendapatkan ketegangan di dalamnya (suspense).

    Dalam melakukan pengontrolan informasi pembuat film harus cermat sebab

    apabila informasi yang diberikan dibatasi, maka memungkinkan penonton mendapat

    kejutan, akan tetapi bila terlalu lama di tahan penyelesaiannya maka bisa penonton

    frustasi. Sedangkan bila pembuat film terlalu bebas memberikan informasi kepada

    penonton, maka alur cerita akan mudah ditebak yang akan membuat penontonnya

    merasa bosan.

    Pengontrolan informasi juga bisa dilakukan dari aspek kedalamannya. Para

    pembuat filmterutama pembuat film pemulapaling sering menggunakan kedalaman

    informasi yang bersifat ketat (restricted), di mana informasi yang diberikan penonton

    terikat pada satu karakter / tokoh saja, seperti dalam film District9(2009) karya Neill

    Blomkamp yang mengikat hampir seluruh informasinya kapada tokoh Wikus Van Der

    Merwe ataupun dalam film Home Alone (1990) karya Chris Columbus di mana tokoh

    yang diikuti adalah Kevin McCallister dari mulai sering ributnya dia dengan saudara

    saudaranya, lalu tertinggal di rumah hingga mengalahkan penjahat. Restricted

    information, dengan kata lain bahwa penonton disuguhi adegan / informasi yang tidak

    memungkinkan mereka menerka di luar kemungkinan yang ada.

    Sedangkan lawannya yaitu kedalaman informasi yang longgar (unrestricted),

    penonton diberi pilihan dalam menerka peristiwa yang akan terjadi sebab pembuatfilmnya memberikan informasi tidak hanya dari satu tokoh, seperti dalam film

    Independence Day (1996) karya Roland Emmerich di mana informasi satu per satu

    diberikan dari banyak tokoh seperti dari kapten penerbang, Steven Hiller; ilmuwan,

    David Levinson; presiden Amerika Serikat, Thomas J. Whitemore dan lain sebagainya.

    Dengan kata lain unrestricted information ini membuat penonton bisa mendapatkan

    informasi dari banyak pihak (omniscient narration).

    C. Pencerita (Narrator)

    Narratorsecara sederhana diartikan sebagai pembawa cerita dan dalam sebuahfilm umumnya dilekatkan pada tokoh utamanya yang tentu saja seorang manusia.

    Kebanyakan film cerita memilih narator model ini karena jauh lebih mudah

    menggunakannya. Selain informasinya langsung dibawa oleh para narrator-nya,

    penonton juga bisa dengan mudah mencerna informasi apa saja yang akan

    didapatkannya. Contoh film ini sangatlah banyak, seperti film Laskar Pelangi (2008)

    karya Riri Riza yang menjadikan Ikal sebagai narratornya atau filmJagad X Code(2009)

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    17/22

    kusen_dony_hermansyah

    karya Herwin Novianto yang memasang tokoh Jagad sebagai narrator-nya, walaupun

    dalam film tersebut dia tidak sendiri (kemanamana selalu bersama para sahabatnya).

    Narratordalam sebuah film tidak selalu berhubungan dengan cerita tersebut,

    artinya bisa saja dia berada di luar cerita, contohnya narratordalam film dokumenter

    yang suaranya sering disebut dengan Voice of God. Namun ada yang unik dari film

    seperti Million Dollar Hotel (2000) karya Wim Wenders, di mana narrator-nya adalahtokoh sudah meninggal dunia, yaitu Tom-Tom. Akan tetapi narrator juga bisa selain

    manusia (noncharacter narrator) terutama bila tipe film yang digunakan adalah animasi

    seperti Beauty and the Beast (1991), Nightmare Before Christmast (1993) ataupun

    Finding Nemo(2003).

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    18/22

    kusen_dony_hermansyah

    BAGIAN V :

    STRUKTUR NARATIF FILM

    Pada awal pembahasan sudah disinggung bahwa bentuk film pasti akan menggunakan

    pola agar ceritanya mudah diikuti oleh penonton. Pola yang digunakan secara utuh akan

    berwujud struktur di mana fungsinya untuk meletakkan adeganadegan yang diinginkan oleh

    pembuatnya. Dalam dunia perfilman struktur cerita yang dikenal bisa dibedakan menjadi dua

    besar yaitu :

    1.

    Struktur Hollywood Klasik

    A. Karakter

    Struktur ini di Indonesia dikenal dengan struktur tiga babak (threeact structure), di

    mana setiap film memiliki satu karakter / tokoh utama yang sering disebut dengan tokoh

    protagonis. Karakter ini berfungsi sebagai agen sebabakibat. Sedangkan karakter lain juga

    akan dihadirkan yang berfungsi sebagai pembantu atau bahkan menjadi penghambat action

    tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya. Karakter yang membantu ini disebut karakter

    pembantu, sedangkan karakter yang menghambat sering disebut sebagai tokoh antagonis.

    Tentu saja para karakter tersebut akan berada dalam ruang dan waktu (setting) yang

    pasti serta memiliki peristiwa yang jelas. Misalnya peristiwa pencopetan di bus kota yang

    melalui Jl. Kuningan pada siang hari pada tanggal 21 Desember 2012. Dengan adanya para

    karakter di atas maka konflik dalam film bisa dimunculkan.Karakter utama sendiri (tokoh protagonis) dalam peristiwa yang dipaparkan harus

    memiliki tujuan (goal), kebutuhan (need) dan hasrat (desire). Dalam film romansa goal

    tokohnya adalah mendapatkan pujaan hatinya kembali, dalam film detektif tentu saja

    menangkap penjahat ataupun menggagalkan tindakan kriminal, dalam film superherogoal-

    nya untuk mengalahkan penjahatnya ataupun dalam film adventureseperti Indiana Jones :

    The Last Crusadeyang tujuan tokohnya adalah mendapatkan cawan yang digunakan Yesus

    Kristus untuk meminum anggur. Oleh karena itu tujuan (goal) dari tokoh bisa berupa materi

    seperti dalam film Indiana Jones ataupun bisa juga abstrak seperti mengalahkan penjahat,

    menrebut hati kekasih dan sebagainya.

    Sedangkan kebutuhan (need) tokoh berada dalam setiap peristiwa yang bersifat

    kongkrit misalnya dalam film Memento di mana tokohnya selalu memotret apa yangdikerjakannya agar selalu ingat apa yang dikerjakannya. Juga yang dilakukan David Fincher

    dalam film The Game (1997) di mana tokohnya Nicholas Van Orton harus menyelesaikan

    tekateki melalui bendabenda yang didapatkannya seperti kunci, grafiti di dinding

    rumahnya dan sebagainya.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    19/22

    kusen_dony_hermansyah

    Yang terakhir adalah hasrat (desire) yaitu sebuah keinginan untuk mendapatkan

    sesuatu yang abstrak dan yang paling sederhana adalah menyelesaikan permasalahan yang

    sedang dihadapi tokohnya, misalnya dalam film Speed (1994) karya Jean de Bont, di mana

    hasratnya adalah bagaimana menyelematkan penumpang bus yang di dalamnya ada bom.

    B.

    SettingYang Jelas

    Setting adalah ruang dan waktu di mana tokohnya berada dan peristiwanya itu

    terjadi. Membahas ruang dalam Struktur Hollywood Klasik, maka pembuat film harus bisa

    memperlihatkan secara kongkrit dan jelas, misalnya dapur, ruang tamu, taman dan

    sebagainya di mana ruangruang itu haruslah jelas artinya jangan sampai ada unsur visual

    yang mengganggunya, misalnya di dapur tibatiba ada perangkat kosmetik yang tertata rapi,

    ataupun di ruang tamu ada pajangan penggorengan, cobek dan sebagainya.

    Untuk membahas waktu juga melibatkan unsur visualnya terutama pencahayaan

    (lighting), namun secara sederhana dalam sebuah film penonton harus dapat menangkap

    dengan jelas kapan peristiwa itu terjadi, misalnya siang, malam, senja atau pagi. Bisa juga

    dengan waktu yang lebih spesifik seperti tahun, bulan, tanggal, jam, menit dan detik

    sehingga penonton bisa mengidentifikasi waktunya dengan sangat lugas.

    Dua aspek (karakter dan setting) di atas ditambah dengan pemasalahan utama, biasanya akan

    muncul dari awal film dengan wujud pembukaan (opening) di mana nantinya akan terus

    berkembang seiring perkembangan cerita yang disajikan kepada penonton.

    C.Perkembangan Cerita Yang Progresif

    Masalah utama dalam sebuah film harus bisa diinformasikan dengan jelas kepada

    penonton, sebab dari masalah utama inilah maka tokoh akan memiliki motif ( goal,need &desire) agar masalah yang menimpanya bisa diselesaikan. Akan tetapi ketika motif berjalan

    dengan adanya action dari tokoh protagonis, maka akan ada hambatan pasif (seperti

    bencana alam, gedung roboh dll) ataupun hambatan aktif (dari tokoh antagonis) yang

    membuatnya sulit menyelesaikan masalah.

    Titik temu antara motif dengan hambatan inilah yang disebut dengan konflik.

    Munculnya secara terusmenerus konflik (antara tokoh protagonis dengan antagonis) dalam

    peristiwa yang berjalan dalam cerita film harus memiliki peningkatan nilai dramatik yang

    membuat penonton semakin ingin melihat permasalahan tersebut selesai. Misalnya dalam

    filmfilm laga (silat), tokoh protagonisnya akan mengahadapi para pendekar dari yang hanya

    bisa sepuluh jurus sampai harus berhadapan dengan yang menguasai seratus jurus.Meningkatnya ujian yang dihadapi tokoh protagonis inilah justru yang akan membuat

    penonton semakin percaya dengan kemampuannya.

    Tentu saja perkembangan cerita ini tidak terlepas dari peristiwaperistiwa yang

    dihadirkan menggunakan pengulangan (dupikasi dan repetisi) dan juga variasi yang

    bertujuan agar penonton mendapatkan informasi yang meningkat bobotnya, juga

    penceritaan itu berjalan secara progresif. Selain itu unsur kausalitas (sebabakibat) harus

    tetap dipertahankan dalam cerita hingga akhir film, sebab hal ini pulalah yang mengikat.

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    20/22

    kusen_dony_hermansyah

    D.Penutup (Closure)

    Bila dalam sebuah film ada openingdan juga perkembangan ceritanya, pastilah film

    itu memiliki penutup (closure) yang dalam Struktur Hollywood Klasik haruslah berakhir

    bahagia (happy ending). Hal ini bertujuan agar penonton tidak kecewa dan juga tidak bolehmembawa persoalan film ketika keluar dari gedung bioskop. Itulah mengapa, terkadang

    setelah menonton film Hollywood banyak penonton yang merasa pesan moralnya hanya

    dirasakan saat berada di gedung bioskop, sedangkan ketika mereka keluar bioskop, pesan

    moral itu terlupakan begitu saja.

    E.Bagan Struktur Dramatik

    Ini adalah struktur standar yang digunakan dalam Struktur Hollywood Klasik.

    Penggunaannya sangatlah ketat, artinya tidak boleh ada satupun yang dilanggar atau

    terlewat. Opening(Babak I) berisikan pengenalan terhadap tokoh utama (tokoh protagonis,

    tokoh antagonis dan beberapa tokoh pembantu utama), ruang, waktu serta pemasalahan

    utamanya, bahkan menurut beberapa sumber Hollywood hanya memberi batas maksimal 20

    menit untuk menjabarkan adeganadegan openingdan semakin pendek dianggap semakin

    baik sebab memberikan kesempatan lebih luas kepada Babak II.

    Sebelum masuk ke tahap middle (Babak II) akan dimunculkan satu tahap pendek

    bernama point of attack (biasanya sebuah scene utuh) yang fungsinya adalah mengubahtujuan tokoh di awal, misalnya dalam film Gladiator (2000) karya Ridley Scott,point of attack

    muncul saat Maximus berhasil kabur dari eksekusi mati yang sedang dijalani. Dalam film

    Avatar (2009) karya James Cameron, point of attack-nya ketika menjalankan tugas

    pertamanya, Jack Sully (dalam wujud yang berbeda) ditinggal oleh kawankawannya di

    hutan dan harus bertahan hidup sampai esok paginya. Kemudian dia bertemu dengan Neytiri

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    21/22

    kusen_dony_hermansyah

    yang membawanya ke kelompoknya dan diizinkan untuk mempelajari kebiasaan suku

    tersebut dan dari titik inilah tujuan awal berubah.

    Pada Babak II, isinya adalah eksposisi / paparan dari permasalahan yang sudah

    berubah secara tujuan. Kebutuhan, hasrat dan tujuan tokoh protagonis untuk

    menyelesaikan masalah diperjelas serta dibuat secara mendetil bahkan grafiknya tidak linear

    menanjak dengan mulus. Setiap plot atau scene-nya akan memiliki tension(grafik menanjak)dan release (grafik menurun). Grafik itu akan terusmenerus seperti itu hingga mencapai

    puncaknya pada titik klimaks.

    Syarat-syarat di atas adalah mutlak, artinya tidak boleh ada satupun yang dirubahatau tidak digunakan di dalam film yang sedang dibuat, karena apabila ada satu syarat saja

    yang tidak dipakai, maka film tersebut akan masuk ke dalamArt Cinema Narration.

    2. Art Cinema Narration

    Art Cinema Narration merupakan lawan dari Struktur Hollywood Klasik, di mana

    seorang pembuat film bisa melanggar hanya satu syarat saja di atas atau bahkan seluruhnya.

    Misalnya, tokoh utamanya tidak satu orang, apalagi mereka bukan juga sebagai agen

    kausalitas. Misalnya tokoh Grigory Vukalinchuk dalam film Potemkin hanya sekedarmengantar cerita saja.

    Bisa juga perkembangan ceritanya tidak progresif (maju ke depan) seperti yang ada

    dalam film Mementoyang setiap adegannya berjalan mundur atau film Irreversibledi mana

    setiap sequenceberjalan mundur.

    Dalam beberapa film, seperti Un Chien Andalou(Luis Bunnuel), ceritanya justru sama

    sekali melanggar syarat-syarat dalam Struktur Hollywood Klasik sebab tokoh utamanya tidak

  • 7/23/2019 01 KONSEP PENCERITAAN

    22/22

    jelas, plot, cerita maupun perkembangan ceritanya juga sulit dicerna. Apalagi akhir ceritanya

    yang tidak jelas akan dibawa ke mana.

    FILM CERITA

    Film cerita pendek dan panjang pada dasarnya memiliki pondasi yang sama dalam

    penceritaan, hanya saja film cerita pendek umumnya hanya menceritakan 1 ide sederhana

    dan bisa saja menjadi liar sekali. Sedangkan film cerita panjang bisa menceritakan banyak

    hal sehingga konsentrasi penonton haruslah tetap dijaga.