karagenan_hans christian p. s._13.70.0013_e5_unika soegijapranata
Post on 21-Feb-2018
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
1/12
Acara V
EKSTRAKSI KARAGENAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun oleh:
Nama: Hans Christian P.S.
NIM: 13.70.0013
Kelompok: E5
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2015
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
2/12
1
1. MATERI METODE
1.1. Materi
1.1.1.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah blender, panci, kompor, pengaduk,
hot plate, glass beker, termometer, oven, pH meter, dan timbangan digital.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah rumput laut (Eucheuma cottonii),
isopropil alkohol (IPA), NaOH 0,1N, NaCl 10%, HCl 0,1 N serta aquades.
1.2. Metode
Rumput laut ditimbang sebanyak 40 gram
disiapkan air sebanyak 1 liter
dipotong kecil-kecil dan di-blender dengan ditambahkan sedikit
air
blender dibersihkan dengan menggunakan air
tepung rumput laut
tepung rumput laut direbus (diekstraksi) dalam air dan
dipanaskan pada suhu 80-90oC selama 1 jam
atur pH larutan menjadi pH 8 dengan menambahkan larutan HCl
0,1 N atau NaOH 0,1 N
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
3/12
2
hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan kain saring yang bersih dan
cairan filtratnya ditampung dalam gelas ukur besar
cairan filtrat ditambah larutan NaCl 10% sebanyak 5% dari volume filtrat
dipanaskan pada suhu 60oC
filtrat dituang ke wadah berisi cairan IPA sebanyak 2 kali volume filtrat
untuk diendapkan dengan cara diaduk selama 10-15 menit sehingga
terbentuk serat karagenan
endapan karagenan ditiriskan dan direndam dalam IPA sampai
diperoleh serat karagenan yang lebih kaku
serat karagenan dibentuk tipis-tipis dan diletakkan dalam wadah
tahan panas
dikeringkan dalam oven selama 12 jam pada suhu 50-60oC
serat karagenan kering ditimbang
diblender menjadi tepung karagenan
didihitung persen rendemen dengan rumus
% =
100%
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
4/12
3
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan ekstraksi karagenan dengan menggunakanEucheuma cottoniidapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Ekstraksi Karagenan
Kelompok Berat Basah
(gram)
Berat Kering
(gram)
%rendemen
E1 40 3,70 9,250
E2 40 3,36 8,400
E3 40 3,63 9,075
E4 40 3,84 9,600
E5 40 3,76 9,400
Pada Tabel 1, diketahui berat awal rumput laut yang digunakan oleh seluruh kelompok
kloter E seberat 40 gram. Pada data berat kering yang didapat terdapat perbedaan antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya. Berat kering dan persen rendemen terbesar
diperoleh kelompok E4 yaitu 3,84 gram dan 9,6% , sedangkan berat kering dan persen
rendemen terendah didapat pada karagenan kelompok E2 sebesar 3,36 gram dan 8,4%.
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
5/12
4
3. PEMBAHASAN
Seaweedadalah tumbuhan semu yang didapat dilaut yang mengandung banyak vitamin
(B1, B2, B6, B16, C, niasin) serta mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada aplikasi
industri pangan,seaweed dapat digunakan untuk diolah menjadi karagenan. Karagenan
adalah polisakarida linear yang tersusun dari unit-unit galaktosa dan 3,6-anhidro-D-
galaktosa. Karakteristik fisiokimia dan biokimia dari rumput laut memiliki sumber nutrisi
yang baik bagi tubuh manusia. Rumput laut mengandung komponen biokimia alami
seperti sodium alginat (Viswanathan & Thangaraju, 2014). Penggunaan karagenan dalam
bidang pangan berkaitan dengan thickening, stabilizing, kemampuan gelling,
meningkatkan tekstur, mengatur viskositas serta tekstur pada bahan pangan. Pereira &
Fred (2011), mengatakan bahwa rumput laut yang diolah menjadi karagenan dapat
menjadi penstabil yang baik untuk suspensi kokoa dalam susu coklat. Selain itu karagenan
juga dapat digunakan untuk mengatur viskositas serta tekstur dari pudding, serta dapat
dijadikan pengikat dan penstabil dalam industri olahan daging. Penggunaan karagenan
dalam industri tidak hanya dalam industri pangan saja melainkan dapat digunakan untuk
farmasi, kosmetik, dan bioteknologi (Campo et al., 2009). Menurut Muthezhilan et al.,
(2014) karagenan merupakan polisakarida yang dapat dijadikan lapisan antibiotik yang
berguna sebagai pelindung kemasan makanan dari mikroorganisme. Karagenan terbagi
dalam 5 kelompok besar yaitu kappa, nu, lambda, teta, dan iota yang dibedakan menurut
jenis alga, jumlah dan posisi gugus sulfat, serta keberadaan komponen 3-6
anhidrogalaktosa (Arajo et al., 2012).
Menurut Zhou et al., (2008) jenis karagenan yang sering digunakan adalah jenis
karagenan kappa, iota, dan lambda. Hal tersebut dikarenakan ketiga jenis karagenantersebut sudah terbukti aman untuk dikonsumsi. Van de Velde et al., (2002), mengatakan
bahwa karagenan kappa didapat dari spesies Eucheuma cottonii, karagenan jenis iota
dapat diperoleh dalam spesiesEucheuma spinosum, sedangkan karagenan jenis lambda
didapat dari spesies Gigartina dan Chondrus. Bahan baku yang digunakan pada
praktikum karagenan kloter E adalah rumput laut spesies Eucheuma cottonii. Spesies
tersebut diketahui dapat menghasilkan karagenan jenis kappa yang merupakan karagenan
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
6/12
5
pembetuk gel paling kuat. Hal tersebut dikarenakan adanya ion kalium dalam spesies
Eucheuma cottonii(Aslan, 1998).
Pada praktikum pembuatan karagenan ini, digunakan metode metode ekstraksi untuk
mendapatkan karagenan yang diinginkan. Terdapat beberapa langkah kerja dalam
pembuatan karagenan dari rumput laut. Pertama tama rumput laut siap pakai jenis
Eucheuma cottoniiditimbang sebanyak 40 gram kemudian diblender. Menurut Arpah
(1993), tujuan dari proses tersebut adalah untuk memperluas permukaan rumput laut
sehingga akan mempermudah dan mempercepat proses ekstraksi yang dilakukan.
Selanjutnya rumput laut yang telah halus diekstraksi dengan cara direbus dalam air
bersuhu 80-90C selama 1 jam. Perebusan rumput laut berguna untuk melarutkan
karagenan larut air sehingga larutan dapat dikentalkan. Ketika perebusan berlangsung,
larutan diaduk sesekali. Menurut Fachruddin (1997), pengadukan berguna untuk
mencegah gosongnya larutan karagenan sehingga didapatkan ekstrak karagenan yang
baik.
Selanjutnya larutan didiamkan hingga suhu 30C lalu dibuat menjadi pH 8 dengan
dengan penambahan HCl atau NaOH 0,1 N. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Winarno
(1990) yang mengatakan jika larutan ekstrak rumput laut memiliki pH yang rendah, maka
kekuatan gel dari karagenan yang diproduksi akan melemah. Glicksman (1983),
menambahkan bahwa pada pH rendah (3,5) karagenan akan terhidrolisis yang akan
mengakibatkan ikatan glikosidiknya rusak. pH netral (8-8,5) pada karagenan akan
membuat stabilitias gel dari karagenan dalam kondisi yang optimal. Hasil ekstraksi
kemudian disaring dengan kain saring. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan larutan
dengan bahan pengotor maupun partikel padatan yang mungkin ada dalam larutan (Earle,1969). Hasil penyaringan diukur volumenya kemudian ditempatkan dalam wadah berupa
panci. lalu filtratnya ditampung dalam wadah serta diukur volumenya. Setelah itu, filtrat
diberi tambahan larutan NaCl 10% sebanyak 5% dari volume filtrat yang didapat
kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 60C. Menurut Mappiratu (2009),
penambahan NaCl berguna untuk memaksimalkan kerja reaksi dari NaCl untuk
mengendapkan karagenan. Langkah selanjutnya filtrat dituang ke dalam wadah berisi
larutan IPA (isopropyl alcohol). Larutan lalu diaduk terus-menerus hingga endapan
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
7/12
6
karagenan terbentuk pada pengaduk. Larutan IPA yang mengandung alkohol berguna
untuk memurnikan karagenan dan mengendapkan karagenan dengan membentuk serat
serat karagenan atau dengan kata lain memterpresipitasi karagenan yang terkandung
dalam larutan (Prasetyowati et al., 2008).
Endapan karagenan yang didapat lalu direndam kembali dalam larutan IPA yang baru
hingga diperoleh serat karagenan yang lebih kaku. Menurut Yasita & Rachmawati (2006),
perendaman kembali dengan cairan IPA berfungsi untuk mengurangi kadar air yang
masih terdapat dalam endapan karagenan sehingga dapat diperoleh serat karagenan yang
lebih kaku. Mustapha et al., (2011) mengatakan bahwa selain larutan IPA, dapat juga
menggunakan larutan KCl yang dapat mengubah struktur dari coilmenjadi helix yang
dapat membuat karagenan yang terbentuk lebih stabil. Hal tersebut dikarenakan adanya
komponen kalium dalam KCl yang dapat mempercepat reaksi dengan karagenan kappa.
Setelah itu, serat karagenan kemudian direntangkan dalam bentuk lembaran tipis - tipis
lalu dikeringkan dalam oven selama 12 jam pada suhu 50-60C. Tujuan dari proses
pengovenan adalah agar diperoleh karagenan yang kering sehingga dapat dibuat menjadi
bentuk bubuk (Prasetyowati et al., 2008). Karagenan kering kemudian dihaluskan untuk
mendapatkan tepung karagenan. % rendemen yang diperoleh kemudian dihitung dengan
rumus.
Dari hasil pengamatan, didapati berat kering dan % rendemen yang didapat tiap kelompok
berbedabeda walaupun menggunakan berat basah yang sama yaitu 40 gram. Hasil berat
kering yang diperoleh memiliki rentang dari 3,36 sampai 3,84, sedangkan persen
rendemen yang diperoleh berada dalam rentang 8,4% hingga 9,6%. Menurut Basma et
al., (2009), perbedaan hasil berat kering yang diperoleh dipengaruhi oleh suhu dan lawawaktu yang diekstraksi. Selain itu jenis pelarut, perbandingan bahan baku dengan volume
pelarut yang digunakan, dan cara pengadukan. Dapat disimpulkan bahwa hasil
pengamatan antar kelompok dapat berbeda karena adanya perbedaan besar kecilnya api
yang digunakan untuk pemanasan dan ekstraksi yang berbeda antar tiap kelompok.
Dengan semakin tingginya berat kering dan persen rendemen yang diperoleh akan
membuat kualitas karagenan yang dihasilkan semakin baik. Pembentukan gel pada
karagenan disebabkan karena adanya rantai tiga dimensi dari rantai polimer yang
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
8/12
7
bergabung. Terbentuknya struktur dari reaksi tersebut akan mempengaruhi kekuatan gel
dari karagenan. Alga yang mempnyai usia lebih lama akan memiliki kadar 3,6-
anhidrogalaktosa yang tinggi yang akan mempercepat ekstraski dan membentuk %
rendemen yang labih tinggi (Yolanda et al, 2007).
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
9/12
8
4. KESIMPULAN
Karagenan adalah suatu polisakarida linear yang didapat dengan proses ekstraksi
spesies alga sepertiEucheuma cottonii.
Karagenan dapat digunakan untuk thickening agent, emulsifier, gelling agent, dan
untuk memperbaiki tekstur dari suatu produk pangan.
Pembuatan karagenan dilakukan dengan metode ekstraksi.
Penghalusan rumput laut yang digunakan bertujuan agar luas permukaan meningkat
sehingga kontak dengan pelarut semakin baik yang akan mempercepat proses
ekstraksi.
Perebusan bertujuan agar karagenan larut air (hidrokoloid) dapat dihilangkan.
Pengadukan akan menjaga karagenan agar tidak gosong sehingga diperoeh karagenan
yang baik.
Netralisasi berguna untuk mempertahankan stabilitas karagenan.
Penyaringan berguna agar dapat memisahkan filtrat dari residu maupun pengotor.
NaCl dan larutan IPA berfungsi untuk membantu mengendapkan karagenan.
Karagenan akan stabil pada pH antara 8 8,5.
Perendaman ulang dengan larutan IPA berfungsi untuk meminimalkan kadar air
dalam karagenan sehingga diperoleh serat karagenan yang lebih kaku.
Pengovenan bertujuan untuk mengeringkan serat karagenan agar dapat diolah
menjadi bentuk bubuk.
Faktorfaktor yang berperan dalam % rendemen karagenan yang dihasilkan meliputi
jenis pelarut yang digunakan, perbandingan berat bahan baku dengan volume pelarut,
metode pengadukan dan ekstraksi, ukuran padatan yang diekstrak, suhu ekstraksi,
serta larutan yang digunakan untuk mengendapkan karagenan.
Semarang, 4 November 2015
Praktikan Asisten Dosen
-
Ignatius Dicky A. W.
Hans Christian P.S.
13.70.0013
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
10/12
9
5. DAFTAR PUSTAKA
Araujo, I. W. F. de; Jose A. G. R.; Edfranck de S. O. V.; Gabriela A. de P.; Ticiana de B.
L. and Norma M. B. B. (2012). Iota-Carrageenans from Solieria filiformis(Rhodhophyta) and Their Effects in The Inflammation and Coagulation. Maringa,
v. 34, n. 2, p. 127-135. Universidade Federal do Ceara. Brazil.
Arpah. (1993). Pengawasan Mutu Pangan. Tarselo. Bandung.
Aslan, L. M. (1998). Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.
Basma, J., Sedayu, B. B., Utomo, B. S. B.(2009). Mutu semi refined carrageenan (SRC)
yang diproses menggunakan air limbah pengolahan SRC yang didaur ulang. JurnalPascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 4(1): 1-11.
Campo, V.L.; Kawano, D.F.; Silva Jnior, D.B.; & Ivone Carvalho, I. (2009).
Carrageenans: Biological Properties, Chemical Modifications and Structural
Analysis. Carbohydrate Polymers; 77:167-180.
Earle, R.L. (1969). Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya. Bogor.
Fachruddin, L. (1997). Membuat Aneka Selai. Kanisius. Yogyakarta.
Glicksman, M. (1983). Food Hydrocolloid Vol II. CRC Press, Inc. Boca Raton. Florida.
Mappiratu. (2009). Kajian Teknologi Pengolahan Karaginan Dari Rumput Laut
Eucheuma cottonii Skala Rumah Tangga. Media Litbang Sulteng; 2(1):1-6.
Mustapha, S.; H. Chandar; Z. Z. Abidin; R. Saghravani; and M. Y. Harun. (2011).
Production of Semi-Refined Carrageenan from Eucheuma cotonii. Journal of
Scientific & Industrial Reasearch. Vol. 70, pp. 865-870. Universty Putra Malaysia,
Serdang, Selangor. Malaysia.
Muthezhilan, R.; Kuzhandaivel J.; Ramachandran K.; and Ajmath J. H. (2014).
Endophytic Fungal Cellulase for Extraction of Carrageenan and its Use in
Antibiotics Amended Film Preparation.Biosciences Biotechnology Research Asia.
Vol. 11(Spl.Edn. 1), p. 307-312. AMET University, Kanathur, Chennai. India.
Pereira, L. and Fred van de Velde. (2011). Portuguese Carrageenophytes: Carrageenan
Composition and Geographic Distribution of Eight Species (Gigartinales,
Rhodophyta). Journal Homepage: www.elsevier.com/locate/carbpol. Carbohydrate
Polymers 84 (2011) 614-623. University of Coimbra, Apartado. Portugal.
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
11/12
10
Prasetyowati; Corrine Jasmine A.; & Devy Agustiawan. (2008). Pembuatan Tepung
Karaginan Dari Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Berdasarkan Perbedaan Metode
Pengendapan. Jurnal Teknik Kimia; 15(2):27-33.
Van de Velde, F.; Knutsen, S.H.; Usov, A.I.; Romella, H.S.; & Cerezo, A.S. (2002). 1H
and 13C High Resolution NMR Spectoscopy of Carrageenans: Aplication in
Research and Industry. Trend in Food Science and Technology; 13:73-92.
Viswanathan, S. dan Thangaraju N. (2014). Extraction of Sodium Alginate from Selected
Seaweeds and Their Psysiochemical and Biochemical Properties. International
Journal of Innovative Research in Science, Engineering, and Technology. Vol. 3,
Issue 4. ISSN: 2319-8753. University of Madras, Guindy Campus, Chennai. India.
Winarno, F.G. (1990). Teknologi Pengolahan Rumput Laut. PT.Gramedia PustakaUtama. Jakarta.
Yasita & Rachmawati. (2006). Optimasi Proses Ekstraksi Pada Pembuatan Karaginan
Dari Rumput LautEucheuma cottoniiUntuk Mencapai Foodgrade. Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Semarang.
Yolanda Freile-Pelegrn & Daniel Robledo.(2007).Carrageenan of Eucheuma isiforme
(Solieriaceae, Rhodophyta) from Nicaragua. DOI 10.1007/s10811-007-9270-8
Zhou, M.; Jian-She Ma; Jun Lil; Hai-ren Ye; Ke-xin Huang; & Xiao-wei Zhao. (2008).
A K-Carrageenan from a Newly Isolated Pseudoalteromonas-like Bacterium,
WZUC10. Biotechnology and Bioprocess Engineering; 13:545-551.
-
7/24/2019 Karagenan_Hans Christian P. S._13.70.0013_E5_UNIKA SOEGIJAPRANATA
12/12
11
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rumus :
% =
100%
Kelompok E1
% =3,70
40 100%
= 9,250%
Kelompok E2
% =3,36
40 100%
= 8,400%
Kelompok E3
% =3,63
40 100%
= 9,075%
Kelompok E4
% =3,84
40 100%
= 9,600%
Kelompok E5
% =3,76
40 100%
= 9,400%
6.2. Laporan Sementara
6.3. Diagram Alir
6.4. Abstrak Jurnal
top related