proposal christianus s. ghoe

Post on 06-Oct-2015

229 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

newbie

TRANSCRIPT

PERBEDAAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI DESA XTAHUN 2015

PROPOSAL

Oleh:CHRISTIANUS S. GHOE100210011

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTENSERPONG2015

BAB 1PENDAHULUAN

1. 1.1 Latar BelakangImunisasi merupakan pencegahan primer terhadap penyakit infeksi yang paling efektif dan murah. Imunisasi bukan saja melindungi individu dari penyakit serius namun dapat juga menghindari tersebarnya penyakit menular. World Health Organization (WHO) dan UNICEF mencanangkan GIVS (Global Immunization Vision and Strategy) yaitu rancangan kerja 10 tahun untuk mencegah penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi. (Prayogo, 2009)Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh, 2008)Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit (Alimul, 2008). Lima imunisasi dasar lengkap untuk bayi usia di bawah 1 tahun yaitu Hepatitis B (HB) 0 pada usia 7 hari, BCG,polio 1 pada usia 1 bulan, DPT/HB 1, polio 2 pada usia 2 bulan, DPT/HB 2, polio 3 pada usia 3 bulan, DPT/HB 3, polio 4 pada usia 4 bulan, campak pada usia 9 bulan (Depkes, 2013)WHO mencatat sebanyak 4,5 juta dari 10,5 juta per tahun terjadi akibat penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan imunisasi, seperti pneumococus (28%), campak (21%), tetanus (18%). Virus penyebab diare (16%), hepatitis B (165%).Dari data WHO ini diperkirakan setidaknya 50 % angka kematian di Indonesia dicegah dengan imunisasi dan Indonesia termasuk 10 besar negara dengan jumlah terbesar anak tidak tervaksinasi (WHO, 2013) Di Indonesia cakupan imunisasi lengkap mengalami peningkatan. Cakupan imunisasi lengkap cenderung meningkat dari tahun 2007 (41,6%), 2010 (53,8%), dan 2013 (59,2%). Berdasarkan jenis imunisasi persentase tertinggi adalah BCG (87,6%) dan terendah adalah DPT-HB3 (75,6%). Papua mempunyai cakupan imunisasi terendah untuk semua jenis imunisasi, meliputi HB-0 (45,7%), BCG (59,4%), DPT-HB3 (75,6%), polio 4 (48,8%), dan campak (56,8%). Provinsi DI Yogyakarta mempunyai cakupan imunisasi tertinggi untuk jenis imunisasi dasar HB-0 (98,4%), BCG (98,9%), DPT-HB3 (95,1%), dan campak (98,1%) sedangkan cakupan imunisasi polio 4 tertinggi di Gorontalo (95,8%). (Riskesdas, 2013)Cakupan imunisasi di Provinsi Banten yaitu Imunisasi Hb-0 (76,9%), imunisasi BCG (83,6%), imunisasi DPT HB-3 (63,3%), imunisasi Polio-4 (64,0%), imunisasi Campak (66,7%). Terlihat bahwa cakupan paling tinggi adalah imunisasi BCG (83,6%) dan cakupan terendah adalah imunisasi Polio (64,0%) (Riskesdas, 2013)Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,hidung,telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo,2005, p:50). Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengamalan dan usia ( Notoatmodjo,2007).Menurut Nelson (2000) dalam (Lestari, 2012), penting bagi orang tua untuk mengetahui mengapa, kapan, dimana dan berapa kali anak harus diimunisasi. Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem perawatan kesehatan yaitu rendahnya kesadaran, tidak adanya kebutuhan masyarakat pada imunisasi, jalan masuk ke pelayanan imunisasi tidak akurat, melalaikan peluang untuk pemberian vaksin dan sumber yang akurat untuk kesehatan masyarakat. Program pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit pada anak tersebut tetapi juga memberi dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain, oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama Ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak. Menurut Ranuh (2005) dalam (Lestari, 2012), pengetahuan Ibu tentang imunisasi mempengaruhi terhadap pelaksanaan imunisasi, bila pengetahuan Ibu tentang imunisasi kurang, tidak merasa butuh atau sekedar ikut-ikutan tentunya pemberian imunisasi pada anak tidak sesuai dengan jadwal baik waktu maupun jaraknya. Apabila pengetahuan Ibu tentang pemberian imunisasi baik, diharapkan pemberian imunisasi bisa sesuai jadwal, sehingga program imunisasi memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi, akhirnya berdampak pada peningkatan status kesehatan dan sumber daya masyarakat di masa depan.

1.2 Rumusan MasalahBerkaitan dengan uraian diatas maka peneliti perlu untuk meneliti Perbedaan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Balita di Desa X tahun 2015

1.3 Pertanyaan Penelitian1.3.1 Bagiamana tingkat pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar di Desa X tahun 20151.3.2 Bagaimana kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa X tahun 20151.3.3 Bagaimana perbedaan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa X tahun 2015

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui perbedaan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan kelengkapan imunsasi dasar pada balita di Desa X Tahun 2015

1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.4.1 1.4.2 Tujuan Khusus1.4.2.1 Mengetahui tingkat pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar di Desa X tahun 20151.4.2.2 Mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa X tahun 20151.4.2.3 Mengetahui perbedaan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa X tahun 2015

1.5 Manfaat Penelitian1.5.1 Bagi ilmu pengetahuanMenambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai perbedaan tingkat pengetahuan Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar dan dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

1.5.2 Bagi profesi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu keperawatan dan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan profesionalisme dalam memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien dan masyarakat.

1.5.3 Bagi lokasi penelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam memberikan perencanaan, pemantauan, evaluasi dan memberikan informasi kepada Ibu tentang pentingnya kelengkapan imunisasi dasar pada balita.

1.5.4 Bagi penelitian selanjutnyaHasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dan bahan pembanding bagi penelitian selanjutnya. Serta dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman bagi Ibu bahwa imunisasi dasar sangat penting dan memiliki banyak manfaat.

BAB 2LANDASAN TEORI

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian PengetahuanPengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera pengelihatan (mata). (Notoadmodjo, 2010)Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat dengan pendidikan, dimana diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah. Pengetahuan seseorang tentang sebuah objek mengandung dua aspek,yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi dan Wawan,2010)

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

2.1.2.1 Faktor Internala. PendidikanPendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.(Notoatmodjo,2007)b. PekerjaanPekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.(Nursalam,2003)c. UsiaUsia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.(Nursalam,2003). Sedangkan menurut Hurlock(1998) semakin cukup umur,tingkat kematangan dan kekuatan, seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

2.1.2.2 Faktor Eksternala. Faktor LingkunganLingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.(nursalam,2003)b. Sosial BudayaKebudayaan setempat dan kebiasaan keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.(Notoatmodjo,2007)

2 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 Cara Memperoleh PengetahuanMenurut (Notoatmodjo,2010) cara memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokan menjadi dua yakni:

2.1.3.1 Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah1) Cara Coba Salah(trial and error)Metode ini telah digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah, terutama bagi mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.2) Secara KebetulanPenemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.3) Cara Kekuasaan atau OtoritasDalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaanyang dilakukan orang,tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.4) Berdasarkan Pengalaman PribadiPengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.5) InduksiInduksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir induksi berasal dari hasil pengamatan indera atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.

2.1.3.2 Cara Ilmiah dalam Memperoleh PengetahuanCara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-nula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengobservasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal meliputi :1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dialkukan pengamatan2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yakni gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu

2.1.4 Tingkat PengetahuanPengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,yaitu(notoatmodjo,2010) :1) Tahu (know)Tahu diartikan sebagai mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.2) Memhami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.3) Aplikasi (application)Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. 4) Analisis (analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguanaan kata kerja, seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis)Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan dan menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.6) Evaluasi (evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

2.1 Imunisasi

2.1.1 Pengertian ImunisasiImunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Alimul, 2008).Imunisasi adalah memasukan mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan (dalam bentuk vaksin) atau dengan bentuk racun yang sudah dilemahkan dengan panas atau bahan kimia ke dalam tubuh bayi yang akan membuat antibodi yang sama dengan antibodi yang akan diproduksi jika ia sungguh terkena penyakit tersebut. (Priyono, 2010)Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. (Supartini, 2004)

2.1.2 Tujuan ImunisasiProgram imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.(notoatmodjo,1997:39).Tujuan dari pemberian imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat dan kematian (Dick.George,1992:26) (Rukiyah & Yulianti, 2012)

2.1.3 Manfaat ImunisasiManfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit, cacat dan kematian. Sedangkan mnfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman disekitarnya. (Rukiyah & Yulianti, 2012)Menurut (Atikah,2010) dalam (Saragih, 2011) manfaat imunisasi adalah :2.1.3.1 Untuk AnakMencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.2.1.3.2 Untuk KeluargaMenghilangkan kecemasan dan psikologi psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalankan masa kanak-kanak yang nyaman.2.1.3.3 Untuk NegaraMemperbaikai tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

2.1.4 Jenis ImunisasiMenurut (Schwartz, 2004) imunisasi dibagi atas 2 :1) Imunisasi aktifPemberian satu atau lebih antigen agen yang infeksius pada individu untuk merangsang sistem imun untuk memproduksi antibodi yang akan mencegah infeksi.2) Imunisasi pasifPemindahan antibodi yang telah dibentuk yang dihasilkan oleh host lain. Menurut (Campbell, 2004) imunisasi dibagi atas 2 :1) Imunisasi aktifKekebalan tubuh yang didapat secara alamiah.2) Imunisasi PasifAntibodi dapat ditransfer dari satu individu ke individu yang lain.

2.1.5 Macam-macam imunisasi

1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)Tuberkulosis disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru paling sering menyerang paru-paru tetapi dapat juga menyerang organ-organ lain seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis dan lain-lain. Respon imunitas seluler terjadi beberapa minggu (2-12 minggu) setelah terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis yang dapat ditunjukan dengan uji tuberkulin.(Dewi, 2010)Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat. Karena terjadinya penyaki TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walau sudah dilakukan imunisasi BCG. Pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier (pada seluruh lapang paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan. Tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 bulan atau 3 bulan. Cara pemberian imunisasi BCG melalui intra dermal, dan efek sampig yang dapat terjadi adalah ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi lymphadenitis regionalis, dan reaksi panas. (Hidayat, 2007)

Kejadian Ikutan Pasca imunisasi (KIPI)Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus lokal superfisial di 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus yang biasanya tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dala, maka parut akan tertarik ke dalam (retracted).

Kontraindikasi :Tenaga kesehatan tidak dianjurkan untuk melakukan imunisasi BCG, jika ditemukan hal-hal berikut :1. Reaksi uji tuberkulin > 5mm2. Anak menderita gizi buruk3. Anak menderita demam tinggi4. Anak menderita infeksi kulit yang luas(Dewi, 2010)

2. Imunisasi hepatitis BDisebabkan oleh virus Hepatitis B. Penyakit ini sangat menular dan disebabkan oleh virus yang menimbulkan peradangan pada hati. Pada bayi respon imun alami tidak dapat membersihkan virus dari dalam tubuh. (Rukiyah & Yulianti, 2012)Imunisasi Hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak tiga kali dengan interval satu bulan dan lima bulan. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan dan cara pemberian imunisasi hepatitis B melalui intra muskular.Kelima imunisasi diatas merupakan imunisasi yang diwajibkan pemerintah kepada anak Indonesia. (Hidayat, 2007). Penyuntikan diberikan secara intramuskular di daerah deltoid atau paha anterolateral (Dewi, 2010).

Kejadian Ikutan Pasca ImunisasiEfek samping yang terjadi pasca imunisasi Hepatitis B berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan nyeri sendi maupun otot. (Dewi, 2010)

Kontraindikasi:Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontraindikasi absolut terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B, kecuali pada Ibu hamil. (Dewi, 2010)

3. Imunisasi DPT (Diphteri,Pertusis,Tetanus)DifteriAdalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Diphteriae adalah suatu basil gram positif. Seorang anak yang teronfeksi basil difteri pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein seluler sehingga menyebabkan destruksi jaringan setempat lalu terjadilah suatu keadaan dimana selaput/membran menyumbat jalan nafas. (Dewi, 2010)Difteri dimulai dengan gangguan tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernafasan dengan terhambatnya saluran pernafasan oleh karena terjadi selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan nafas, sehingga dapat menyebabkan kematian. (Rukiyah & Yulianti, 2012)Untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan dan saat masuk sekolah dalam dosis 0,5 ml. Pemberian suntikan melalui intramuskular. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah panas, rasa sakit di daerah suntikan, peradangan dan kejang-kejang. (Dewi, 2010)

PertusisPertusis atau batuk rejan/batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Borditella pertusis. Toksin yang dihasilkan kuman yang melekat pada bulu getar saluran pernapasan atas akan melumpuhkan bulu getar tersebut hingga menyebabkan gangguan aliran sekret saluran napas dan berpotensi menyebabkan pneumonia. Penumpukan lendir dalam saluran napas akibat kegagalan aliran bulu getar yang lumpuh dan berakibat pada terjadinya batuk paroksimal tanpa inspirasi yang diakhiri dengan bunyi whoop. (Dewi, 2010) . Menurut (Rukiyah & Yulianti, 2012) penderita yang batuk keras secara terus-menerus, membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan otak. Efek sampingnya adalah kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi. Terkadang juga ditemukan demam ringan dan hiperpireksia (1%). Ketika terjadi hiperpireksia anak menjadi sering gelisah dan menangis terus-menerus selama beberapa jam pasca suntikan dan tekadang ditemukan kejang sehubungan dengan demam yang terjadi. Kejadian ikutan yang paling serius adlah terjadinya ensefalopati akut atau reaksi anafilaksis. (Dewi, 2010)

TetanusTetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium tetani. Kuman ini banyak tersebar di kotoran, debu jalanan, feses kuda, domba, anjing, kucing, tikus dan lainnya. Kuman ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka dan dalam suasana anaerob, kemudian memproduksi toksin lalu disebarkan melalui darah dan limfa. Toksin ini kemudian akan menempel pada reseptor di sistem saraf. Gejala utama penyakit ini timbul akibat toksi tetanus yang mempengaruhi pelepasan neurotransmiter, yang berakibat penghambatan impuls inhibisi, sehingga terjadi kontraksi serta saptisitas otot yang terkontrol, kejang-kejang, dan gangguan sistem saraf otonom. Untuk vaksin TT dosis yang diberikan adalah 0,5 ml dan disuntikan intramuskular di otot deltoid, paha, bokong. (Dewi, 2010)

4. Imunisasi PolioPenyakit polio disebabkan oleh virus poliomyelitis pada medula spinalis yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan. (Dewi, 2010)Kandungan vaksin polio adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan interval pemberian 4 minggu. Cara pemberian imunisasi polio melalui mulut. (Alimul A. A., 2008)Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing, diare ringan dan nyeri otot. Vaksinasi polio tidak dianjurkan diberikan pada keadaan ketika seseorang sedang demam (>38,5 C), muntah, diare, sedang dalam pengobatan obat penurun daya tahan tubuh, kanker, penderita HIV, dan alergi pada vaksin polio. OPV tidak diberikan pada bayi yang masih di rumah sakit karena OPV berisi virus polio yang dilemahkan dan vaksin jenis ini bisa dieksresikan melalui tinja selama 6 minggu, sehingga bisa membahayakan bayi lain (Suharjo B, 2010) . Pemberian polio 1 pada saat bayi masih di rumah sakit atau rumah bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat dikeluarkan melalui tinja (Rukiyah & Yulianti, 2012).

5. CampakCampak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara atau kontak langsung dengan penderita. Gejala-gejalanya adalah demam,batuk, pilek, dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan dan diberikan pada anak usia sembilan bulan atau lebih. (Rukiyah & Yulianti, 2012)Kandungan vaksin campak adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan dan efek sampinya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas. (Alimul A. A., 2008)Berbeda dengan infeksi alami, demam karena gejala KIPI tidak tinggi, walaupun peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam, ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke-7 dan ke-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari (Dewi, 2010). Kontraindikasi :Kontraindikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, dan sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau kontak dengan darah (Dewi, 2010).

2 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 2.1.6 Jadwal Imunisasi

Jenis VaksinUmur Pemberian Vaksin

BulanTahun

Lhari12345691215182435678101218

Hepatitis B123

Polio 012345

BCG1 kali

HiB1234

PCV1234

Rotavirus123

InfluenzaUlangan 1 kali tiap tahun

Campak 123

MMR12

TifoidUlangan tiap 3 tahun

Hepatitis A2 kali, interval 6-12 bulan

Varicela1 kali

HPV3 kali

DTP123456 td7 td

(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014)

Keterangan:VaksinKeterangan

Hepatitis BPaling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K. Bayi lahir dari Ibu HbsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.

PolioPada saat lahir atau pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral. Selanjutnya untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV

BCGPemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.

DTPVaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td, dibooster setiap 10 tahun.

Campak Vaksin campak kedua tidak perlu diberikan pada umur 24 bulan, apabila MMR sudah diberikan pada umur 15 bulan

PneumokokusApabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan, pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu booster 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau maksimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup 1 kali

Rotavirus Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis 1 diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelumumur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2 dan ke-3, 4-10 minggu. Dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).

Varisela Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.

Influenza Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali ( primary immunization) pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6-

top related