[buku] materi ajar amdal

Upload: rahadityo

Post on 14-Feb-2018

315 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    1/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    1

    MATERI AJAR

    ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN(AMDAL) SEBAGAI KELAYAKAN LINGKUNGAN

    DARI SUATU KEGIATAN BERDAMPAK

    Materi disiapkan dari berbagai rujukan dan hasil pelatihan untuk mahasiswa

    Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan

    Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

    Disiapkan dan dikumpulkan

    Oleh :

    SYAFRUDIN

    JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2013

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    2/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    2

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) telah berkembang di Indonesia

    hampir selama dua dekade, namun dalam rentang waktu yang panjang itu AMDAL masih

    belum memberi kontribusi yang tinggi bagi perlindungan lingkungan hidup. Mutu

    dokumen AMDAL yang dihasilkan dari waktu ke waktu memang mengalami perbaikan

    namun berlangsung dalam kecepatan yang amat lambat.

    Salah satu faktor yang dipandang turut memberi kontribusi terhadap hal tersebut adalah

    mutu kajian aspek AMDAL ( aspek sosial budaya kesehatan masyarakat, aspek fisik-

    kimia, serta aspek biologi. Dalam studi AMDAL, aspek tersebut cenderung belum dikaji

    sebagai satu kesatuan dan belum diarahkan secara sistematis. Bahkan berkembang

    persepsi bahwa kajian aspek AMDAL akan semakin bermutu bila jumlah sampel yang

    diukur semakin besar. Berkembangnya persepsi semacam ini jelas memprihatinkan.

    Oleh karena pembelajaraan akan AMDAL tidak hanya akan mempengaruhi kondisi

    pengelolaan lingkungan secara keseluruhan tapi juga akan memperparah keberadaa

    sumber daya alam yang ada.

    Mendasari situasi tersebut maka dirasa perlu dikembangkan pembelajaran AMDAL yang

    di dalamnya memuat tentang pendekatan, metode dan praktek-praktek kajian aspek yang

    relevan untuk penyusunan AMDAL didalam matakuliah rekayasa ilmu lingkungan .

    1.2. TAHAPAN KELAYAKAN PEMBANGUNAN

    Pembangunan suatu rencana kegiatan/usaha, atau lazimnya disebut proyek pembangunan,

    pada dasarnya menempuh serangkaian tahapan tertentu sebelum rencana kegiatan/usaha

    tersebut beroperasi secara penuh. Sehubungan dengan itu perencanaan pembangunan

    proyek yang dilakukan secara matang dan seksama diyakini akan memperkecil peluang

    resiko kegagalan, baik dari segi teknis maupun ekonomi.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    3/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    3

    Tahap-tahap pembangunan proyek, sejak perencanaan hingga tahap pasca operasi, pada

    dasarnya membentuk suatu siklus kegiatan yang satu sama lain saling terpaut. Tahapan

    dimaksud adalah:

    a. Tahap Perencanaan

    Tahap Rencana Umum (Master Plan)

    Tahap Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study)

    Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)

    Tahap Rencana Tapak (Site Plan)

    Tahap Rencana Rinci Rekayasa (Engineering Design)

    b. Tahap Konstruksi

    c. Tahap Operasi

    d. Tahap Audit dan Pasca Operasi.

    Ad.a Tahap Studi Kelayakan

    Tahap studi kelayakan merupakan tahap kritis karena pada tahap ini diputuskan

    kelayakan teknis dan ekonomis dari rencana kegiatan/usaha yang akan dibangun. Bila

    layak, maka perencanaan kegiatan/usaha dapat dilanjutkan ke tahap yang lebih rinci

    untuk kemudian direalisasikan. Bila sebaliknya, proyek dibatalkan atau dimodifikasi, atau

    ditunda untuk sementara waktu guna mencegah timbulnya kerugian finansial.

    Studi Kelayakan umumnya menelaah beberapa alternatif aspek teknis dari proyek yang

    akan dibangun, seperti:

    Alternatif lokasi proyek, misal: berlokasi dekat bahan baku atau berlokasi dekat

    konsumen/kota. Alternatif lokasi juga bisa berupa alternatif ruas jalan yang akan

    dibangun, misal: melalui daerah berbukit dengan jarak tempuh lebih singkat, atau

    melalui daerah datar dengan jarak tempuh lebih lama.

    Alternatif teknologi yang akan digunakan, misal: menggunakan teknologi hemat airnamun biaya investasi tinggi atau teknologi konsumtif air namun biaya investasi

    rendah.

    Alternatif yang paling layak dari segi teknis dan finansial adalah alternatif yang layak

    untuk diteruskan ke tahap perencanaan berikutnya.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    4/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    4

    Ad.b Tahap Rencana Tapak dan Rencana Rinci Rekayasa

    Setelah melalui tahap studi kelayakan, secara bertahap proyek menempuh tahap

    perencanaan yang lebih rinci guna meletakkan landasan yang kokoh bagi tahap

    konstruksi dan tahapan selanjutnya, yakni penyusunan rencana tapak kegiatan (site plan)

    dan rencana rinci rekayasa (engineering design).

    Pada tahap ini informasi tentang rona lingkungan hidup, seperti luas lahan milik

    penduduk yang akan diganti rugi, volume tanah yang akan di gusur-timbun, atau aliran

    sungai yang akan dialihkan, telah diperoleh dan mencapai tahap yang lebih rinci

    dibanding sebelumnya.

    Ad.c Tahap Konstruksi

    Pada tahap ini rencana rinci rekayasa yang telah disusun direalisasikan secara penuh.

    Kegiatan yang tergolong dalam tahap konstruksi antara lain adalah pembukaan lahan,

    pematangan lahan, pembangunan infra struktur (jalan, jembatan, jaringan listrik, telepon

    dan air), pembangunan gedung, fasilitas umum, dan lain sebagainya

    Ad.d Tahap Operasi

    Pada tahap ini proyek mulai dioperasikan atau diimplementasikan sesuai rencana.

    Beberapa proyek pembangunan ada yang menempuh tahap uji coba terlebih dahulu

    sebelum sampai pada tahap operasi penuh.

    Ad.e Tahap Audit dan Pasca Operasi

    Pada tahap ini kinerja teknis dan finansial dari kegiatan/usaha diaudit secara berkala

    untuk keperluan koreksi dan perbaikan manajemen. Kegiatan penting yang dilakukan saat

    kegiatan/usaha berakhir atau ditutup antara lain adalah pembersihan lokasi, penataan

    lansekap, dan perlindungan terhadap ancaman keselamatan manusia

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    5/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    5

    BAB II

    PENGERTIAN, LINGKUP & SIFAT KAJIAN

    ASPEKASPEK AMDAL

    2.1. ASPEK FISIK-KIMIA

    2.1.1. Pengertian Aspek Fisik-Kimia

    Pengertian aspek fisik kimia adalah Kajian aspek fisik- kimia AMDAL adalah analisis

    secara sistematik atas dampak atau konsekuensi perubahan fisik kimia dari lokasi rencana

    kegiatan dan sekitarnya akibat adanya kegiatan tersebut. Dalam penyusunan AMDAL,

    aspek fisik kimia adalah merupakan salah satu aspek yang dikaji disamping aspek sosial.

    Dalam AMDAL, dampak fisik-kimia dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi

    fisik-kimia dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without

    project).

    2.1.2. Lingkup Aspek Fisik-Kimia

    Komponen fisik-kimia yang ditelaah berkaitan dengan adanya kegiatan pembangunan

    misalnya meliputi :

    1. Iklim; mencakup tipe iklim, curah hujan, suhu udara, arah angin dominan,

    kecepatan angin, dan kelembaban.

    2. Fisiografi, mencakup morfologi, ketinggian dan kemiringan lahan.

    3. Geologi dan tanah, mencakup uraian tentang morfologi/batuan mineral, jenis dan

    sifat tanah, profil dan tingkat erosi, tingkat kelongsoran dan stabilitasnya.

    4. Hidrologi dan kualitas air, mencakup pola aliran air permukaan, debit air, debit

    banjir, tinggi muka air, genangan air, erosi dan sedimentasi serta kualitas air.

    5. Transportasi mencakup pengangkutan material dari quarry dan borrow area yang

    melewati lokasi suatu jaringan jalan.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    6/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    6

    6. Kualitas udara dan kebisingan, mencakup kadar CO, NO2, SO2, debu, dan tingkat

    bising.

    7. Perubahan Ruang, lahan dan tanah, sesuai dengan arahan konsep tata ruang yang

    ada..

    2.2. ASPEK BIOLOGI

    2.2.1. Pengertian Aspek Biologi

    Pengertian aspek biologi adalah Kajian aspek biologi AMDAL adalah analisis secara

    sistematik atas dampak atau konsekuensi perubahan biologi dari lokasi rencana kegiatan

    dan sekitarnya akibat adanya kegiatan tersebut. Dalam penyusunan AMDAL, aspek

    biologi adalah merupakan salah satu aspek yang dikaji disamping aspek social dan fisik-

    kimia..

    Dalam AMDAL, dampak biologi dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi

    biologi dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without project).

    2.2.2. Lingkup Aspek Fisik-Kimia

    Data primer aspek biologi yang dikumpulkan adalah biota darat (flora darat dan fauna

    darat) dan biota air (plankton dan benthos). Daerah studi biologi ditetapkan berdasarkan

    luas tapak proyek dan sekitarnya yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.

    Lokasi pengambilan sampel biota air disesuaikan dengan lokasi pengambilan sampel air

    fisik-kimia, sedangkan lokasi pengambilan biota darat disesuaikan dengan lokasi studi

    sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui

    pengukuran, pengambilan sampel, wawancara dengan metoda purposive random

    sampling yang ditentukan berdasarkan komunitas atau habitat yang berbeda.

    1. Biota darat meliputi flora dan fauna yang akan terkena proyek.

    2. Jenis tanaman dan hewan langka/dilindungi.

    3. Biota air (plankton dan benthos).

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    7/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    7

    Cara pelaksanaan pengambilan sampel/pengamatan komponen biotis adalah:

    Pengambilan Sampel Vegetasi/Flora Darat

    Lokasi pengambilan sampel vegetasi di 3 titik. Pengambilan sampel vegetasi dilakukan

    memakai sampling plotdengan transek utama mengikuti kondisi lapangan. Untuk jenis

    pohon, diambil petak sampel 10 m x 10 m, sedangkan herba dan rumput menggunakan

    ukuran 1 m x 1 m.

    Pengambilan Sampel Fauna

    Pengambilan sampel fauna dilakukan dengan metoda Index Point of Abundance (IPA)

    untuk mencatat populasi hewan. Biasanya digunakan untuk burung secara semi

    kuantitatif yaitu dengan menentukan tempat tertentu untuk keperluan perhitungan

    populasi hewan dan dilengkapi data informasi penduduk serta data monografi desa untuk

    hewan piaraan. Analisis data meliputi jumlah jenis, dominansi atau frekuensi keberadaan

    fauna. Lokasi pengambilan sampel fauna di 3 titik.

    Pengambilan Sampel Plankton

    Pengambilan sampel plankton dengan penyaringan air memakai plankton net No. 25,

    kemudian air yang tersaring dimasukkan botol dan ditambahkan larutan MAF 4% sebagai

    bahan pengawet. Lokasi pengambilan sampel plankton di 3 titik, yaitu di hulu Embung,

    lokasi Embung dan di hilir Embung (daerah irigasi).

    Pengambilan Sampel Benthos

    Pengambilan sampel mikrobenthos dengan memakai penyaringan lumpur di dasar

    perairan yang diambil dengan eijkman dredge/bottom sampler. Diameter saringannya 1

    mm. Mikrobenthos yang telah dipisahkan dari lumpur lalu dimasukkan dalam botol

    sampel, ditambahkan larutan MAF 10% dan rose bengal 20%. Lokasi pengambilan

    sampel benthos sama dengan lokasi pengambilan sampel plankton.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    8/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    8

    2.3. ASPEK SOSIAL

    2.3.1. Pengertian Aspek Sosial

    Kajian aspek sosial AMDAL adalah analisis secara sistematik atas dampak atau

    konsekuensi sosial dari rencana kegiatan atau usaha terhadap masyarakat sekitar dan

    sebaliknya. Dalam penyusunan AMDAL, aspek sosial merupakan salah satu aspek yang

    dikaji disamping aspek fisik, kimia, biologi dan kesehatan.

    Dalam AMDAL, dampak sosial dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi sosial

    dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without project).

    2.3.2. Lingkup Aspek Social

    Secara garis besar lingkup aspek sosial yang dikaji dalam AMDAL meliputi komponen-

    komponen sebagai berikut:

    a. komponen demografi,

    b. komponen ekonomi,

    c. komponen sosial dan budaya.

    Dalam batasan ini aspek kesehatan tidak termasuk dalam kajian aspek sosial AMDAL.

    Komponen sosial tersebut diidentifikasi lebih rinci, dideskripsikan, diprakirakan

    perubahannya, dan dievaluasi secara sistematis dalam dokumen Kerangka Acuan (KA),

    Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan

    Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

    Kajian aspek sosial AMDAL pada dasarnya dianalisis dengan melibatkan pakar ilmu

    sosial dengan menggunakan metode AMDAL dan metode-metode ilmu sosial.

    Perbedaannya, dengan penelitian ilmu-ilmu sosial konvensional, terletak pada sifat kajian

    aspek sosial AMDAL sebagai berikut ini.

    2.3.3. Sifat Kajian Sosial

    1) Berorientasi pada keputusan

    Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, peneliti sosial umumnya berkepentingan untuk

    menambah pengetahuan dan meningkatkan pema-haman tentang gejala-gejala atau

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    9/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    9

    dinamika sosial yang berkembang di masyarakat, tanpa memandang apakah pengetahuan

    tersebut akan bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau tidak.

    Adapun AMDAL, dengan muatan kajian aspek sosial di dalamnya, disusun dengan

    maksud untuk digunakan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan ataskelayakan lingkungan suatu rencana kegiatan atau usaha. Keputusan dimaksud adalah

    keputusan tentang dapat tidaknya suatu rencana kegiatan/usaha disetujui untuk dibangun

    dan dioperasikan berdasarkan kelayakannya dari sudut lingkungan hidup.

    Sehubungan dengan itu maka kajian aspek sosial (bersama dengan aspek lingkungan

    yang lain) secara umum diarahkan untuk dapat menjawab :

    Apakah dampak lingkungan yang bersifat negatif penting yang diakibatkan oleh

    proyek melampaui dampak positif penting yang dapat diterima oleh masyarakat?

    Alternatif kegiatan manakah dari rencana kegiatan/usaha tersebut yang lebih layak

    diterima dari segi lingkungan, termasuk dalam hal ini masyarakat sekitar?

    Adakah rencana kegiatan atau usaha yang akan dibangun mengubah secara

    fundamental sendi-sendi utama kehidupan masyarakat?

    Apakah perubahan fundamental tersebut dapat diterima oleh masyarakat?

    Secara lebih spesifik, kajian aspek sosial juga diarahkan untuk menjawab :

    Adakah kondisi-kondisi atau alternatif tertentu yang harus dimodifikasi dalam

    proyek agar dapat dipetik manfaat yang lebih besar bagi masyarakat? Semisal

    proyek membawa manfaat yang lebih besar kepada masyarakat karena proyek

    membangkitkan partisipasi seimbang dan adail antara laki-laki dan perempuan

    dalam pembangunan termasuk proses pengambilan keputusan.

    Dampak lingkungan yang bersifat negatif penting dapat dicegah, dikurangi dan

    dikendalikan?

    Sehubungan dengan itu, tingkat kedalaman dan keakurasian data dan informasi yang

    diperlukan untuk kajian aspek sosial AMDAL berbeda dengan penelitian ilmu-ilmu sosial

    umumnya. Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, aspek-aspek sosiologis yang tercipta

    karena jalinan hubungan sosial antara individu dengan kelompok dan antara kelompok

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    10/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    10

    dengan kelompok, dikaji tanpa mengikut-sertakan faktor lingkungan hidup manusia

    seperti lingkungan fisik, kimia dan biologi.

    Sementara dalam kajian aspek sosial AMDAL, keterkaitan kajian antara aspek sosial

    dengan aspek fisik, kimia, biologi dan kesehatan merupakan hal yang mutlak untukdibangun agar keputusan kelayakan lingkungan suatu proyek benar-benar telah

    mempertimbangkan berbagai aspek lingkungan hidup. Oleh karena itu tingkat kedalaman

    dan keakurasian data yang dibutuhkan oleh kajian aspek sosial AMDAL banyak

    ditentukan oleh tiga faktor berikut ini:

    Karakter dampak lingkungan yang diduga akan timbul (dampak sosial, fisik, kimia,

    biologi, kesehatan);

    Relevansi dan kecukupan data dan informasi untuk pengambilan keputusan atas

    kelayakan lingkungan dari proyek.

    2) Kajian yang bersifatantisipatori

    Mengingat AMDAL ditujukan untuk pengambilan keputusan atas layak tidaknya rencana

    kegiatan atau usaha yang akan dibangun dari segi lingkungan hidup, maka kajian aspek

    sosial AMDAL bersifat antisipatori, yakni mengantisipasi dampak atau konsekuensi

    sosial yang akan timbul sebagai akibat dari rencana kegiatan atau usaha.

    Bagi pakar ilmu-ilmu sosial kajian semacam ini merupakan suatu tantangan karena pada

    saat kajian dilakukan rencana kegiatan atau usaha masih berada pada tahap rancangan.

    Sehingga belum dapat diukur dampak sosial yang timbul sebagai akibat dari operasi

    proyek.

    3) Menggunakan pendekatan yang bersifat praktis

    Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, metode penelitian ditetapkan berdasarkan relevansi

    terhadap masalah yang dikaji (research questions), keahlian dan kepentingan peneliti.

    Faktor waktu dan kepentingan pihak lain relatif kurang mendapat perhatian.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    11/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    11

    Lain halnya dengan kajian aspek sosial AMDAL, metode yang digunakan dipilih

    berdasarkan relevansinya dengan lingkup dan karakter dampak sosial yang diteliti, serta

    ketersediaan waktu dan dana. Sehingga metode yang digunakan dalam kajian aspek

    sosial AMDAL mungkin tidak seelegan seperti yang digunakan dalam penelitian ilmu-

    ilmu sosial.

    Khusus mengenai faktor waktu, faktor ini merupakan pembatas utama bagi kajian aspek

    sosial AMDAL. Pihak pemrakarsa rencana kegiatan/usaha umumnya sangat

    berkepentingan memperoleh persetujuan atas proyek yang diajukannya sesegera

    mungkin. Sementara instansi yang berwenang, berdasarkan peraturan perundangan yang

    berlaku, juga mempunyai masa kerja yang terbatas untuk menilai kelayakan lingkungan

    suatu rencana kegiatan atau usaha.

    Oleh karena itu unsur kepraktisan dan waktu merupakan dua faktor penting yang

    senantiasa diperhitungkan dalam merancang dan menyelenggarakan kajian aspek sosial

    AMDAL.

    4) Sebagai bagian integral dari studi (AMDAL) yang bersifat holistik dan ekologis

    Dalam penyusunan AMDAL, dampak lingkungan suatu rencana kegiatan atau usaha

    dikaji dari berbagai aspek, seperti aspek fisik, kimia, biologi, sosial, maupun kesehatan.

    Berbagai aspek tersebut dikaji keterkaitan dan pola hubungannya satu sama lain sehingga

    diperoleh suatu hasil yang bersifat komprehensif atau holistik.

    Dalam studi AMDAL, salah satu alat analisis yang dipandang efektif untuk

    mengintegrasikan berbagai aspek atau dampak lingkungan yang saling ter-kait tersebut

    adalah dengan menggunakan pendekatan ekologi. Perspektif ekologi yang digunakan

    untuk ini adalah jalinan hubungan memangsa dan dimangsa sehingga membentuk

    jaring pangan (food web). Dalam studi AMDAL fenomena yang analog dengan jaring

    pangan tersebut adalah pola aliran dampak primer, sekunder, tersier dan selanjutnya

    sehingga membentuk suatu jaringan aliran dampak lingkungan (impacts web).

    Makna penting yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa, dalam konteks studi

    AMDAL kajian aspek sosial tidak boleh berdiri sendiri atau dikaji tanpa memperhatikan

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    12/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    12

    keterkaitannya dengan dengan aspek yang lain. Sehingga dalam kajian aspek sosial

    AMDAL, penting untuk diketahui terlebih dahulu dimana saja posisi dan apa saja aspek-

    aspek sosial yang terlibat di dalam jaringan aliran dampak (impacts web) yang terbentuk

    akibat rencana kegiatan atau usaha. Posisi dan aspek sosial yang dikaji ini dapat berbeda-

    beda dari suatu lokasi ke lokasi lain, atau dari suatu jenis proyek ke proyek yang lain.

    Digunakan pendekatan ekologis dalam studi AMDAL membawa implikasi bahwa anlisis

    jender ini akan dapat diketahui apkah laki-laki dan perempuan memperoleh manfaat

    yang adil dari hail pembangunn serta sejauh mana laki-laki dan perempuan berpartisipasi

    secara seimbang dan adil dalam proses pembangunan termasuk pengambilankeputusan.

    Sehingga dengan dengan adanya analisis jender ini dapt dihindari pengambilan yang

    kurang tepat berkenaan dengan kelayakan lingkungan proyek pembangunan khususnya

    dalam pengelolaan lingkungan.

    5) Menggunakan multi metode

    Mengingat pendekatan holistik dan ekologis merupakan ciri utama penyusunan AMDAL,

    maka peneliti aspek sosial AMDAL harus mampu melakukan dua hal berikut ini

    sekaligus:

    a. Sejauh mungkin hindari penggunaan satu metode untuk pengumpulan atau analisa

    data. Sebaiknya gunakan secara simultan berbagai metode ilmu-ilmu sosial agardiperoleh data dan informasi yang sahih. Sebagai contoh, untuk mengumpulkan

    data sikap penduduk asli terhadap pendatang, digunakan 3 metode sekaligus, yakni:

    wawancara, observasi secara visual, serta mendengar riwayat dan pandangan

    komunitas. Kombinasi metode semacam ini, atau yang dikenal pula sebagai metode

    triangulasi, penting untuk diterapkan mengingat terbatasnya waktu studi AMDAL.

    b. Peneliti harus mampu memanfaatkan beragam data dan informasi lingkungan

    yang diperoleh dari pakar lain (aspek fisik, kimia, biologi, kesehatan). Untuk

    selanjutnya diintegrasikan ke dalam analisis sehingga melengkapi dan memperkaya

    hasil kajian aspek sosial AMDAL. Pendekatan semacam ini tidak digunakan

    dalam penelitian ilmu-ilmu sosial konvensional, dimana para peneliti cenderung

    bekerja sendiri-sendiri atau bekerja dalam tim yang monodisiplin.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    13/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    13

    6) Evaluator kajian aspek AMDAL berasal dari berbagai profesi dan bidang

    keilmuan

    Dokumen AMDAL dievaluasi atau ditelaah oleh Komisi Pusat atau Daerah, yang

    anggotanya terdiri dari instansi yang berwenang, pakar bidang keahlian tertentu danwakil masyarakat yang ditunjuk atau diangkat untuk keperluan itu. Mereka ini berasal

    dari berbagai disiplin ilmu dan turut mengevaluasi kecukupan dan kualitas dari kajian

    aspek AMDAL. Bahkan sering dijumpai Tim Teknis Komisi Pusat atau Daerah yang

    bertugas mengevaluasi dokumen AMDAL, termasuk kajian aspek sosial AMDAL di

    dalamnya, berasal dari luar disiplin sosial misalnya..

    Lampiran 1. Keputusan Kepala Bapedal No. Nomor 299 Tahun 1996 tentang

    Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL.

    Daftar komponen, sub-komponen dan parameter sosial

    Komponen Parameter

    1. Demografi 1. Struktur penduduk

    a. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, jender,

    pekerjaan, pendidikan, agama.

    b. Kepadatan penduduk

    2. Perkembangan penduduk

    2.1. Pertumbuhan penduduk

    a. Angka kelahiran

    b. Angka kematian anak/balita

    c. Angka kematian

    d. Pola pertumbuhan

    2.2. Mobilitas penduduk

    a. Jumlah penduduk yang datang

    b. Jumlah penduduk yang keluar

    c. Pola perpindahan penduduk (sirkuler, permanen, komuter)

    3. Angkatan kerja

    a. Tingkat partisipasi tenaga kerja

    b. Angka/tingkat pengangguran

    2. Ekonomi 1. Ekonomi rumah tangga

    a. Tingkat pendapatan

    b. Pola pendapatan yang diperoleh dari berbagai sumber

    2. Sumber daya alam yang bernilai ekonomi

    a. Pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam

    b. Pola pemanfaatan sumber daya alam

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    14/116

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    15/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    15

    d. Kelompok atau individu yang dominan

    e. Pergeseran nilai kepemimpinan

    7. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan atau usaha

    8. Adaptasi ekologi.

    Sumber:

    Keputusan Kepala Bapedal No. Nomor 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial

    dalam AMDAL.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    16/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    16

    BAB III

    PELINGKUPAN

    PENGERTIAN, TUJUAN & MANFAAT PELINGKUPAN

    3.1. PENGERTIAN

    Armour (1986:31) berpendapat bahwa pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan

    semua pihak terkait seperti penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek,

    ahli teknis, dan perencana untuk mengiden-tifikasi concerns dan issues. Couch

    (1982:12) menambahkan bahwa pelingkupan memberikan masukan tentang aspek mana

    yang harus dikaji dengan mendalam dan aspek mana yang tidak perlu memperoleh

    perhatian seksama. Menurut Wolf (1983) pertanyaan yang harus dijawab dalam

    pelingkupan adalah seberapa besar masalahnya?

    Wolf, selanjutnya mengatakan bahwa ruang lingkup studi, yang dirumuskan melalui

    pelingkupan adalah:

    a) Mengidentifikasi isu utama atau main issues

    b) Menentukan wilayah studi

    c) Waktu berlangsungnya dampak (time boundary).

    Penentuan wilayah studi merupakan proses pengambilan daerah sampel. Isu utama

    menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang akan distudi. Sedang time

    boundary akan dipergunakan untuk memprakirakan berapa lama dampak akan

    berlangsung. Menurut Burdge et al (1998) tujuan dari pelingkupan adalah

    mengidentifikasi :

    a) Pengaruh wilayah primer dan sekunder

    b) Dampak sosial yang signifikan

    c) Pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)

    d) Metode penelitian, pengukuran dan sumber data

    e) Rencana kerja.

    Pendapat Burdge ini telah menyangkut isi Kerangka Acuan (K.A). Memang hasil

    pelingkupan dipergunakan sebagai dasar penyusunan ANDAL. Dari pendapat-pendapat

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    17/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    17

    diatas bisa dirangkum bahwa terdapat tiga aspek pelingkupan yakni: mengidentifikasi

    issues dan concerns, menentukan wilayah studi, dan menetapkan jangka waktu untuk

    memprakirakan berlangsungnya dampak (time frame).

    Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-229/11/1996, pelingkupan adalah prosesawal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting

    potensial yang timbul sebagai akibat rencana usaha atau kegiatan.

    3.2. TUJUAN PELINGKUPAN

    Tujuan pelingkupan adalah untuk :

    a) Menetapkan batas wilayah studi dan batas/horison waktu prakiraan dampak.

    b) Mengidentifikasi dampak penting dengan meniadakan hal-hal yang tidak/kurang

    penting, berdasarkan hasil diskusi dengan pemrakarsa, pakar, instansi pemerintah dan

    masyarakat.

    c) Menetapkan kedalaman studi ANDAL.

    d) Menetapkan lingkup dan rancangan studi ANDAL secara sistematis.

    e) Menelaah kegiatan atau usaha lain yang terkait dan berlokasi dekat dengan rencana

    usaha atau kegiatan untuk menghindari pembahasan yang landung (redundant).

    3.3. MANFAAT PELINGKUPANPelingkupan merupakan proses penting dalam penyusunan Kerangka Acuan. Bahkan

    dengan terbitnya Kepka Bapedal No. 08/2000 tentang Keterbukaan AMDAL dan

    Keterlibatan Masyarakat, kegiatan pelingkupan menjadi semakin penting untuk dilakukan

    karena aspirasi, pandangan dan sikap masyarakat setempat secara resmi mendapat tempat

    untuk diwadahi.

    Melalui proses pelingkupan dapat dihasilkan :

    a) Dampak penting terhadap lingkungan yang dipandang relevan untuk ditelaah secara

    mendalam dalam studi ANDAL dengan meniadakan hal-hal atau komponen

    lingkungan yang dipandang kurang atau penting ditelaah;

    b) Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan: batas proyek,

    batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    18/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    18

    c) Kedalaman studi ANDAL yang antara lain mencakup metoda yang digunakan,

    jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan

    sumberdaya yang tersedia (dana dan waktu).

    Semakin baik hasil pelingkupan semakin tegas dan jelas arah studi ANDAL yang akandilakukan.

    a) Penyusunan ANDAL dapat langsung diarahkan pada hal-hal yang menjadi pokok

    bahasan.

    b) Kemungkinan timbulnya konflik atau tertundanya kegiatan proyek dapat dihindari.

    c) Biaya, tenaga dan waktu untuk penyusunan ANDAL dapat dicurahkan lebih efektif

    dan efisien.

    d) Penyusunan ANDAL dapat lebih terarah.

    3.4. PROSES DAN METODE PELINGKUPAN

    Di Indonesia dikenal dua macam proses pelingkupan dalam rangka penyusunan dokumen

    KA ANDAL, yakni:

    a) Proses pelingkupan untuk menentukan komponen dampak penting dan isu-isu

    pokok lingkungan yang perlu ditelaah dalam ANDAL, RKL dan RPL (atau yang dikenal

    sebagai pelingkupan dampak penting)

    b) Proses pelingkupan untuk menetapkan wilayah studi yang akan digunakan untuk

    keperluan penyusunan ANDAL, RKL dan RPL (atau yang dikenal sebagai pelingkupan

    wilayah studi).

    Selain melalui literatur, kedua macam proses pelingkupan tersebut juga dapat dipelajari

    dalam Pedoman Umum Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL sebagaimana terdapat

    dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 1994, Lampiran I.

    Pelingkupan dampak penting dilakukan melalui serangkaian proses dengan tahapan

    sebagai berikut:

    a) Tahap identifikasi dampak potensial

    b) Tahap evaluasi dampak potensial

    c) Tahap pemusatan dampak penting

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    19/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    19

    Ad.a Tahap Identifikasi Dampak Potensial .

    Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap

    dampak lingkungan (primer, sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul

    sebagai akibat adanya rencana usaha atau kegiatan.

    Pada tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul

    tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan

    demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial

    tersebut merupakan dampak penting.

    Identifikasi dampak potensial dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode

    sebagai berikut (lihat pula Lampiran 1 sampai 5 yang terdapat pada Lembar Acuan

    Pembelajaran):

    a) Metode identifikasi dampak, yang meliputi:

    Daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif)

    Matrik interaksi sederhana

    Bagan alir (flowchart)

    b) Penelaahan pustaka (buku teks, dokumen AMDAL sejenis, dan laporan penelitian

    yang berhubungan dengan studi ANDAL yang dilakukan)

    c) Pengamatan lapangan. Metode ini dilaksanakan dalam bentuk: pengamatan ke calon

    lokasi proyek, diskusi dengan pemrakarsa kegiatan, pengamatan secara umum

    terhadap kondisi lingkungan, wawancara singkat dengan tokoh masyarakat dan

    aparat pemerintah.

    d) Analisis isi (content analysis). Metode ini digunakan untuk menangkap ataumengukur secara tidak langsung persepsi masyarakat terhadap kehadiran proyek,

    melalui media massa: koran, majalah, televisi, radio.

    e) Interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brain storming, dan lain-lain). Metode ini

    banyak digunakan dalam proses pelingkupan terutama sejak diterbitkannya

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    20/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    20

    Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat

    dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL. Pada Lembar Informasi 3

    dikemukakan lebih lanjut tentang hal ini.

    Ad.b Tahap Evaluasi Dampak Potensial Penting

    Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak

    potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar

    dampak penting hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara

    mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak penting ini disusun berdasarkan

    pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana

    usaha atau kegiatan, instansi yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada tahap ini

    daftar dampak penting hipotesis yang dihasilkan belum tertata secara sistematis.

    Tahap ini merupakan tahap yang kritis dalam proses pelingkupan karena untuk memilah

    dan menetapkan mana komponen lingkungan yang tergolong terkena dampak penting

    atau tidak --dari sederetan daftar dampak potensial yang telah teridentifikasi-- lebih

    bersifat subyektif. Sifat subyektif ini menjadi tidak terelakkan karena apa yang

    dipandang penting oleh suatu kelompok masyarakat di suatu daerah bisa berbeda dengan

    kelompok lain di daerah yang sama. Demikian pula apa yang dipandang penting oleh

    masyarakat bisa jadi berbeda dengan yang ada di benak pemerintah.

    Untuk mengurangi subyektivitas tentang ukuran penting tidaknya dampak, di Indonesia

    telah ditetapkan Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-056/1994 tentang Pedoman

    Mengenai Ukuran Dampak Penting. Pedoman ini memuat serangkaian kriteria tentang

    pada kondisi apa dan bagaimana suatu komponen lingkungan akan mengalami perubahan

    mendasar (dampak penting) akibat adanya rencana kegiatan/usaha.

    Selain itu dengan diterbitkannya Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000, yangantara lain mengatur tentang keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan dan

    penilaian dokumen Kerangka Acuan, penetapan atas penting tidaknya suatu komponen

    lingkungan terkena dampak tidak hanya menjadi lebih tajam dan relevan, tetapi juga

    mempunyai legitimasi.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    21/116

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    22/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    22

    3.5. PELINGKUPAN WILAYAH STUDI

    Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi

    ANDAL dengan mempertimbangkan: hasil pelingkupan dampak penting, keterbatasan

    sumberdaya, waktu dan tenaga.

    Dalam membatasi wilayah studi, peneliti harus mampu menentukan batas geografis studi

    sehingga ia bisa mengkonsentrasikan pada wilayah yang paling penting. Wilayah studi

    dapat berupa dukuh, desa, kecamatan atau kabupaten; atau dapat pula suatu Daerah

    Aliran Sungai, tergantung pada fenomena dampak lingkungan yang akan timbul.

    Untuk menentukan wilayah dampak diatas, beberapa informasi yang diperlukan antara

    lain:

    a) Lokasi dimana aktivitas rencana kegiatan/usaha akan dilakukan. Peta rencana lokasi

    kegiatan yang secara tematik menggambarkan pula situasi kondisi lingkungan fisik

    dan sosial penduduk akan merupakan informasi yang berharga untuk penetapan

    batas wilayah studi.

    b) Sebaran dampak misalnya seberapa jauh bising terdengar, kemana limbah cair

    dibuang. Informasi ini menggambarkan sejauh mana limbah atau emisi

    tertransportasi atau terbawa oleh media lingkungan ke sekitar rencana

    usaha/kegiatan. Informasi ini dapat diperoleh dari anggota tim fisik kimia yang

    didukung dengan review literatur.

    c) Batas komunitas sosial dari sudut pandang masyarakat yang bersangkutan. Batas

    komunitas sosial ini terutama diverifikasi oleh orang-orang yang dianggap

    mengenali dengan baik tatanan dan kehidupan sosial setempat (knowledgeable

    people). Adakalanya batas administratif tidak sama dengan batas sosiologis.

    Sebuah contoh, masyarakat di suatu dukuh secara administratif menjadi bagian dari

    kelurahan A, tetapi dalam kegiatan sehari-hari, penduduk di dukuh tersebut lebih

    banyak melakukan kontak (interaksi sosial) dengan penduduk dari kelurahan lain

    karena mempunyai ikatan kekerabatan.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    23/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    23

    d) Waktu, tenaga dan dana yang tersedia. Tersedianya waktu, dana dan tenaga akan

    mempengaruhi cakupan studi baik dalam artian banyaknya komponen yang akan

    dikaji dan luasnya wilayah studi.

    Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan atas batas-batas

    ruang sebagai berikut:

    a) Batas proyek

    b) Batas ekologis

    c) Batas sosial

    d) Batas administrative

    Ad. a. Batas Proyek

    Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha atau

    kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang

    rencana usaha atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan disekitarnya,

    termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana usaha atau kegiatan. Pada saat

    menentukan batas proyek ada beberapa aspek sosial yang perlu dipertimbangkan, yakni:

    a) Apakah di dalam batas proyek terdapat komunitas atau warga masyarakat yang

    mata pencaharian dan/atau pendapatan rumah tangganya berpotensi berubah secara

    mendasar akibat adanya rencana kegiatan/usaha?

    b) Apakah di dalam batas proyek ada komunitas atau warga masyarakat yang struktur

    sosial dan atau nilai-nilai sosial budaya yang dikandungnya berpotensi berubah

    secara mendasar akibat adanya rencana kegiatan/usaha? Struktur sosial yang

    dimaksud disini dapat berupa :

    Struktur perekonomian masyarakat setempat (pertanian, perkebunan,

    perikanan jasa dan sebagainya);

    Struktur kekerabatan;

    Struktur pemilikan atau penguasaan sumber daya alam baik yang bersifat

    formal maupun yang diakui/diatur oleh adat setempat (hak ulayat);

    Interaksi sosial yang terjalin dikalangan masyarakat setempat.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    24/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    24

    c) Apakah didalam batas proyek tersebut terdapat situs purbakala atau hal-hal lain

    yang berkaitan dengan kehidupan religi masyarakat setempat?

    Bila hal-hal tersebut dijumpai di dalam batas proyek, maka lokasi pemukiman atau lokasi

    kegiatan terpola dari komunitas atau kelompok masyarakat tersebut dapat dipandangsebagai batas sosial.

    ad. b. Batas Ekologi

    Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu

    rencana usaha atau kegiatan menurut media transportasi limbah atau emisi (air, udara,

    organisma), sehingga proses alami yang berlangsung didalam ruang tersebut berpotensi

    mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang disekitar

    rencana usaha atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas

    usaha atau kegiatan.

    Setelah batas ekologis ditetapkan, selanjutnya perlu diidentifikasi apakah di dalam batas

    ekologis tersebut terdapat potensi timbulnya dampak sosial dengan menelaah, antara lain:

    a) Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat

    yang kebutuhan domestiknya (rumah-tangga) seperti kebutuhan air bersih untukkonsumsi, mandi, cuci dan kakus, berpotensi terkena dampak penting akibat

    rencana kegiatan/usahal?

    b) Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat

    yang mata pencahariannya atau aktivitas sosial-ekonominya menjadi terhambat atau

    terganggu sebagai akibat pencemaran atau kerusakan yang akan timbul?

    c) Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat

    yang struktur sosial dan nilai-nilai sosial-budayanya berpotensi terkena dampakpenting akibat rencana usaha atau kegiatan?

    Bila hal-hal tersebut dijumpai di dalam batas ekologi, maka ruang atau lokasi kegiatan

    terpola dari komunitas atau warga masyarakat tersebut dapat dipandang sebagai batas

    sosial.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    25/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    25

    Ad.c. Batas Sosial

    Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang dimana secara langsung maupun tidak

    langsung kegiatan terpola atau kepentingan sosial, ekonomi dan budaya dari kelompok

    atau warga masyarakat sekitar proyek dan warga masyarakat pemerhati lingkungan,

    Pengertian tersebut merupakan perluasan atas pengertian batas sosial yang tercantum

    dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 299/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek

    Sosial dalam Penyusunan AMDAL. Dalam Keputusan tersebut dikemukakan bahwa

    batas sosial mengandung pengertian ruang disekitar rencana usaha atau kegiatan yang

    merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma

    dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan

    proses dinamika sosial atau kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami

    perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha atau kegiatan.

    Secara garis besar ada dua komunitas atau kelompok masyarakat yang yang dapat

    dijadikan dasar untuk penetapan batas sosial, yakni:

    a) Kelompok atau warga masyarakat yang terkena dampak proyek akibat:

    Pencemaran lingkungan yang tersebar melalui media air, udara, tanah atau

    biologi (organisma), dan/atau

    Proses sosial, kepentingan, manfaat sosial, ekonomi dan budaya yang telah

    ada sebelumnya mengalami perubahan.

    b) Kelompok atau warga masyarakat pemerhati lingkungan yang secara geografis

    tidak terkena pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh proyek, namun

    berkepentingan dengan timbulnya perubahan ekologi atau lingkungan hidup yang

    diakibatkan oleh proyek. Sebagai misal adalah organisasi-organisasi LSM yang

    bergerak di bidang lingkungan hidup yang bermukim jauh dari proyek namun

    melakukan protes sosial terhadap kegiatan proyek.

    Batas sosial untuk warga masyarakat yang terkena dampak umumnya dapat digambarkan

    secara spasial dalam peta dengan batas proyek dan batas ekologis, namun batas sosial

    bagi warga masyarakat pemerhati lingkungan umumnya tak dapat digambarkan di dalam

    peta batas wilayah studi. Walau tak dapat digambar di peta, kelompok atau warga

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    26/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    26

    masyarakat pemerhati lingkungan ini tetap harus dipandang sebagai batas sosial yang

    ditelaah dalam studi ANDAL.

    Skema di halaman berikut ini membantu mempermudah cara penetapan batas sosial

    dimaksud.

    Gambar : Diagaram alir Batas Sosial

    Bermukim di sekitar proyek

    Terkena pencemaran lingkunganyang tersebar melalui media air,udara dan biologi, dan/atau

    Proses sosial, kehidupan budaya/adat istiadat dan kepentingan sosialekonomi masyarakat berpotensiterkena dampak penting

    Warga yang Berkepentingan

    Warga masyarakat yang terkenadampak

    Warga masyarakatpemerhati lingkungan

    Komunitas/kelompok/lapisan sosialyang terkena dampak proyek

    Komunitas/kelompok/lapisan sosialyang terkena dampak proyek

    Komunitas atau kelompok pemerhatilingkungan

    Bermukim jauh dari proyek

    Tidak terkena pencemaranlingkungan

    Tidak punya kepentingan sosialdan ekonomi dengan wilayahsekitar proyek tetapi berkepen-tingan dengan perubahan ekologiatau lingkungan hidup yg terjadi

    Batas sosial tak dapat divisualisasikandi peta

    Batas sosial dapat divisualisasikandi peta

    Teta kan unit

    Bermukim di sekitar proyek

    Tidak terkena pencemaran lingkunganyang tersebar melalui media air, udaradan biologi

    Proses sosial, kehidupan budaya/adatistiadat dan kepentingan sosialekonomi masyarakat berpotensiterkena dampak penting

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    27/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    27

    Ad.d. Batas administrasi

    Yang dimaksud dengan batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara

    leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang tersebut dapat

    berupa batas administrasi pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber daya

    alam. Dengan memahami batas administrasi ini akan dapat diidentifikasi apa saja

    peraturan perundangan daerah atau sektor yang harus ditaati berkenaan dengan

    pengelolaan lingkungan hidup.

    Mengingat dampak lingkungan tersebar secara ekologis melalui media air atau udara,

    maka ada kemungkinan batas ekologi menyebar di dua atau lebih daerah administratif

    dan masing-masing memiliki peraturan perundangan pengelolaan lingkungan hidup yang

    berbeda.

    Batas wilayah studi ANDAL selanjutnya ditetapkan sebagai batas terluar dari

    himpunan batas proyek, batas ekologi, batas sosial dan batas administratif --atau

    dengan kata lain merupakan amalgamasi dari empat batas wilayah dimaksud-- plus

    ketersediaan dana, waktu dan tenaga.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    28/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    28

    Lampiran 1. Contoh Daftar Uji Sederhana Dampak Potensial yang

    Diakibatkan oleh Proyek Perhubungan (Carter, 1977)

    I. Tahap Perencanaan dan Desain

    1. Dampak dan tata guna tanah

    2. Dampak pada ketidakpastian kegiatan ekonomi

    3. Dampak pada perencanaan sektor lain

    4. Kecaman terhadap proyek

    II. Tahap Perancangan dan Desain

    1. Pemindahan penduduk

    2. Bising

    3. Erosi tanah dan kerusakan pada saluran drainase alam

    4. Pencemaran air

    5. Pencemaran udara (sebu, asap)

    6. Kerusakan pada habitat satwa lira

    7. Kerusakan pada taman, rekreasi dan obyek wisata

    8. Estetika

    III. Tahap Operasi

    A. Langsung

    1. Kebisingan

    2. Pencemaran udara

    3. Pencemaran air

    4. Sosial ekonomi

    5. Estetika

    B. Tidak Langsung

    1. Pola pengembangan wilayah

    2. Permintaan atas rumah dan fasilitas umum

    3. Dampak pemanfaatan ruang sekitar permukiman

    4. Dampak perbaikan/penambahan sarana pengangkutan

    5. Dampak pada gaya hidup

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    29/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    29

    Lampiran 2. Contoh Daftar Uji Kuesioner yang Dikembangkan oleh Bank Dunia,

    1974 (dalam Soemarwoto, 1997)

    PARIWISATA

    A. Lingkungan/kaitan dengan sumberdaya

    1. Konsekuensi lingkungan apakah yang diperkirakan akan terjadi karena

    perubahan pola tataguna lahan dan perpindahan penduduk sebagai akibat adanya

    atau/dan operasi proyek?

    2. Apakah proyek akan menyebabkan kedatangan banyak orang untuk mencari

    pekerjaan? Jika ya, masalah lingkungan/sosial apa yang diprakirakan akan

    terjadi?

    3. Apakah para wisatawan akan menciptakan kondisi yang membahayakan

    perlindungan atau pengelolaan aspek lingkungan alamiah yang penting?

    4. Apakah akan timbul kegiatan dan fasilitas yang tidak diingini di sekitar proyek?

    Bagaimana kegiatan ini akan ditangani?

    5. Peraturan apa yang berlaku, antara lain, perencanaan tataguna lahan, zonasi dan

    undang-undang, peraturan pemerintah, dan lain sebagainya, yang dapat

    menjamin tidak rusaknya nilai pariwisata?

    B. Rancangbangun proyek dan konstruksi

    1. Apakah rancangbangun proyek cocok dengan lingkungan alamiah? Apakah

    rancangbangun serasi dengan pemandangan dan sifat bentang alam?

    2. Apakah sifat khas daerah tersebut diperhatikan dalam rancangbangun proyek?

    3. Apakah akan terjadi kerusakan minimal pada lingkungan alamiah? Jikakerusakan tidak dapat dihindari, apakah tindakan akan diambil untuk

    memulihkannya lagi dan menanaminya kembali?

    4. Apakah akan terjadi masalah bau busuk, pencemaran udara dan/atau

    pembuangan limbah dari daerah perkotaan atau industri di dekatnya?

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    30/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    30

    C. Operasi

    1. Apakah ada kegiatan operasi yang akan menyebabkan kerusakan

    lingkungan atau sosial?

    2. Apakah rancangbangun pemasokan air dan pengelolaan limbah mencukupipersyaratan?

    3. Kemanakah limbah manusia akan dibuang dan apakah semua alternatif telah

    dipelajari?

    4. Jika direncanakan pembuangan ke laut, apakah penelitian biologi laut dan

    penelitian laut lainnya telah dilakukan untuk menjamin perlindungan biota laut

    dan garis pantai?

    5. Apakah akan terjadi masalah gangguan kesehatan dari insekta dan bagaimana

    insekta akan dikendalikan?

    6. Apakah sarana penyajian makanan dan para karyawannya akan diperiksa secara

    periodis untuk menjamin dipenuhinya persyaratan sanitasi dan kesehatan?

    7. Apakah ada penyakit endemis (misalnya malaria) di daerah tersebut yang akan

    memerlukan pengawasan dan pengendalian khusus?

    8. Apakah papan dan lampu nenon iklan, kebisingan, dan seterusnya diawasi dan

    dikendalikan?

    9. Apakah pesawat jet akan terbang di atas atau di dekat daerah proyek dan

    menyebabkan masalah kebisingan ?

    10. Apakah pantai akan terancam pencemaran oleh minyak dari kapal yang lewat

    atau pencemaran oleh limbah industri dan domestik?

    D. Faktor Sosial-Budaya

    4.1 Sudahkah dampak proyek dan kegiatan lain yang berkaitan dengan proyek terhadapkebudayaan dan pola hidup lokal dievaluasi?

    4.1Apakah dengan adanya operasi proyek akan menimbulkan kendala pada

    penduduk lokal dan disharmoni?

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    31/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    31

    4.1Apakah wisatawan/penduduk lokal akan diikutsertakan dalam proyek ataukah

    mereka akan dilarang untuk datang di daerah rekreasi yang semula mereka

    gunakan?

    4.1Jika tapak atau bangunan bersejarah, geologik atau arkeologik merupakan

    sebagian atau seluruh daya tarik proyek, apakah perlindungan atau

    pengelolaannya telah dikembangkan secukupnya?

    E. Aspek Kesehatan

    1. Apakah sarana dan tenaga pelayanan kesehatan yang sudah ada cukup untuk

    melayanikebutuhan yang meningkat?

    2. Apakah sarana dan tenaga tersebut memenuhi standar untuk melayani para

    wisatawan?

    3. Apakah sarana keadaan darurat (pemadam kebakaran, ambulans, SAR)

    mencukupi syarat?

    F. Pertimbangan jangka panjang

    1. Proyek lain apakah yang direncanakan di kemudian hari dan bagaimana interaksi

    proyek tersebut dengan proyek yang diusulkan?

    2. Apakah nilai pariwisata akan tetap penting di daerah tersebut ataukah ada

    keraguan nilai tersebut akan hilang atau dikorbankan untuk keperluan lain?

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    32/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    32

    Lampiran 3. Contoh Sebagian Daftar Uji Deskriptif untuk Analisis Pembangunan

    Lahan, Zonasi atau Rezonasi. (Schaeman, 1976 dalam Soemarwoto, 1977)

    Keterangan: Tabel ini hanya mencantumkan sebagian dari daftar uji Schaeman, yang dalamdaftar aslinya dimuat 47 faktor.

    Bidang dan Sub-bidangSumber informasi/teknik prakiraan

    Ukuran yang disarankan Alternatif ukuran

    I. EKONOMI LOKAL

    Neraca fiskal

    1. Perubahan netto dalam arus fiskal(pendapatan dikurangipengeluaran)

    Pendapatan : pendapatan keluarga yangdiperkirakan menurut jenis perumahan;nilai tambah pemilikan.

    Pengeluaran : analisis permintaanpelayanan baru; biaya yang dikeluarkan;kapasita yang ada menurut jenispelayanan.

    Lapangan pekerjaan

    2. Perubahan dalam persen danjumlah orang yang bekerja,menganggur, tidak bekerja

    penuh, menurut tingkatketerampilan.

    2a. Jumlah bersih lapanganpekerjaan baru jangka pendekdan jangka panjang yang

    tersedia untuk daerah setempat

    Langsung dari perusahaan baru; ataudiperkirakan dari luas bangunan, polapenduduk lokal, imigrasi yang

    diperkirakan, profil pengangguran yangada.

    Kekayaan

    3. Perubahan dalam nilai lahan Pemasokan dan permintaan lahan denganzone serupa, perubahan lingkungan dekat

    pemilikan.

    II LINGKUNGAN ALAM

    Kualitas udara

    Kesehatan

    4. Perubahan dalam kadar zatpencemar menurut frekuensikejadian dan jumlah orang yangterkena risiko.

    4a.

    4b.

    Perubahan dalam kadar zatpencemar relatif terhadap mutubaku.Perubahan dalam emisi zat

    pencemar relatif terhadap neracaemisi atau sasaran.

    Kadar ambien yang ada, emisi yang adadan diprakirakan di kemudian hari, modeldispensi, peta populasi.

    Gangguan

    5. Perubahan dalam kejadian

    gangguan visual (asap, kabut)atau gangguan alfaktoris (bau)

    dan jumlah orang yang terkena.

    5a. Perubahan dalam kementakan

    terjadinya atau perubahan dalamintensitas gangguan kualitas

    udara (penilaian kualitatif).

    Garis dasar bagi penduduk, proses

    industri yang diperkirakan akan terjadi,volume lalulintas.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    33/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    33

    Lampiran 4. Contoh Matrik Identifikasi Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan

    Penambangan Ganda di Perairan Pulau Bangka (PT. Timah Tbk, 1996)

    No. Komponen Lingkungan

    Kegiatan penambangan timah dan pasir laut

    Pengu-pasan

    tanah/pasir

    penutup

    Penge-rukan

    tanah/pasir& timah

    Pemisah-an tanah &

    pasir &pencucian

    timah

    Pemuatanpasir

    tailing ketongkang

    Mobilisasi& demo-

    bilisasipersonil

    Pemeliha-raan

    kebersih-an kapal

    keruk

    Perbaikan&

    perawatankapalkeruk

    A. FISIKKIMIA

    1. Arus perairan

    2. Pasang surut

    3. Gelombang

    4. Salinitas perairan

    5. Suhu perairan

    6. Batimetri

    7. Dinamika garis pantai

    8. Kualitas air laut

    B. BIOTA

    19. Vegetasi pantai/ mangrove

    10. Biota perairan

    11. Ekosistem perairan pantai

    C. SOSIAL EKONOMI DANBUDAYA

    12. Kepadatan danpertumbuhan penduduk

    13. Persebaran penduduk

    14. Peluang bekerja &berusaha

    15. Obyek wisata

    16. Kunjungan wisata

    17. Prasarana perhubungan

    18. Pemukiman penduduk

    19. Fasilitas umum

    20. Kesehatan masyarakat

    21. Adat istiadat

    22. Kelembagaan tradisional

    23. Akulturisasi dan asimilasi

    24. Perekonomian daerah

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    34/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    34

    25. Sikap terhadap PT. Timah

    Keterangan : ada dampak

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    35/116

    Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    35

    Lampiran 5. Contoh aplikasi Metode Bagan Alir Dampak pada Proyek Pengembangan Minyak Lepas Pantai

    Pembangunan Lapangan Minyak Lepas Pantai

    Sikap Masyarakat terhadapProyek Pengembangan Lapangan

    Minyak Lepas Pantai

    Perekonomian Lokal

    Kualitas Udaradan Kebisingan

    Struktur danInteraksi Sosial

    Kualitas Air

    Laut

    Kesempatan KerjaBentang Alam Hak UlayatArus

    Vegetasi

    Darat

    Vegetasi

    Laut

    Biota LautPendapatan setara beras(kg/jiwa/thn)

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    36/116

    3.5. KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PROSES PELINGKUPAN

    Keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL --termasuk dalam hal ini proses

    pelingkupan-- menurut Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 diatur sebagai

    berikut.

    Tahap Bentuk Keterlibatan Masyarakat

    Penyusunan KA 1) Warga masyarakat yang berkepentingan berhakmemberikan saran, pendapat dan/atau tanggapan

    terhadap dokumen KA ANDAL dalam forumkonsultasi yang diselenggarakan oleh pemrakarsa.

    2) Hasil dari konsultasi kepada masyarakat wajibdigunakan pemrakarsa sebagai bahan pertim-bangan

    dalam pelingkupan.

    Penilaian KA 1) Warga masyarakat terkena dampak berhak duduksebagai anggota Komisi Penilai AMDAL melalui

    wakil yang telah ditetapkan.

    2) Warga masyarakat yang berkepentingan dapatmenyampaikan saran, pendapat, dan tang-gapannya

    kepada instansi yang bertanggung jawab dan/ atau

    pemrakarsa dalam bentuk yang mudah

    didokumentasikan dan/atau tertulis, selambat-

    lambatnya 3 hari kerja sebelum rapat Komisi Penilai

    AMDAL.

    Penilaian ANDAL,

    RKL dan RPL1) Warga masyarakat terkena dampak berhak duduk

    sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL melalui

    wakil yang telah ditetapkan.

    2) Warga masyarakat yang berkepentingan dapatmenyampaikan saran, pendapat, dan tang-gapannya

    kepada instansi yang bertanggung jawab dan/atau

    pemrakarsa dalam bentuk yang mudahdidokumentasikan dan/atau tertulis, selambat-

    lambatnya 45 hari kerja setelah informasi jadwalrencana penilaian oleh Komisi Penilai AMDAL

    disebar-luaskan secara resmi.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    37/116

    BAB IV

    PENGERTIAN & LANGKAH PENYUSUNAN RONA LINGKUNGAN

    4.1. PENGERTIAN

    Penyusunan rona lingkungan merupakan upaya menggambarkan kondisi lingkungan di

    wilayah studi ANDAL, terutama aspek-aspek terkait yang menurut dokumen Kerangka

    Acuan (KA) terkena dampak penting dari rencana usaha atau kegiatan. Berkenaan

    dengan pengertian tersebut maka dalam penyusunan rona lingkungan perlu diperhatikan

    hal-hal berikut ini:

    a. Rona lingkungan yang disusun merupakan penjabaran dari komponen lingkungan

    yang ditelaah sebagaimana diamanatkan dalam dokumen KA.

    b. Contoh untuk komponen lingkungan sosial yang diteliti harus bersifat spesifik

    lokasi, sehingga tidak selalu seluruh komponen aspek sosial yang terdapat dalam

    Pedoman Umum Penyusunan AMDAL (Keputusan Menteri Negara LH Nomor 09

    Tahun 2000), dan yang terdapat dalam Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial

    AMDAL (Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299 Tahun 1994), diteliti untuk setiap

    usaha atau kegiatan wajib AMDAL.

    c. Rona lingkungan yang dikonstruksikan dalam ANDAL harus berkaitan dengan

    komponen lingkungannya yang diperkirakan akan terkena dampak penting. Hanya

    komponen yang berpotensi terkena dampak penting yang menjadi fokus dalam

    studi ANDAL. Contoh misalnya : dalam dokumen KA-ANDAL Kawasan Industri,

    teridentifikasi bahwa tingkat pendapatan, kesempatan kerja, tingkat kenyamanan,

    kesehatan masyarakat dan pola hubungan sosial berpotensi terkena dampak

    penting, maka hanya data yang berkaitan dengan komponen aspek sosial tersebut

    tersebut yang perlu dihimpun dan dianalisis.

    d. Rona lingkungan yang dikonstruksikan dalam ANDAL adalah yang terletak dalam

    lingkup wilayah studi sebagaimana diamanatkan dalam dokumen Kerangka Acuan

    (KA);

    e. Komponen lingkungan yang tertera pada dokumen KA dapat mengalami

    penambahan atau pengurangan sepanjang relevan dengan potensi dampak penting

    yang akan timbul dan terkait dengan dampak rencana kegiatan/usaha.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    38/116

    f. Pedoman Teknis, dokumen ANDAL kegiatan sejenis (untuk keperluan analogi),

    referensi (data statistik, peta, rujukan), dan pustaka lainnya, dapat digunakan

    sebagai alat bantu untuk penyusunan rona lingkungan.

    4.2. METODE PENGUMPULAN & METODE ANALISIS DATA

    4.2.1. METODE PENGUMPULAN DATA.

    Dampak penting aspek sosial dari suatu rencana usaha atau kegiatan pada umumnya tidak

    menyebar secara merata di seluruh kelompok dan lapisan masyarakat. Dengan demikian

    dalam menetapkan/memilih metode pengumpulan dan analisis data yang relevan, baik

    yang bersifat kuantitatif atau kualitatif, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut ini:

    a. Satuan analisis (rumah tangga, desa, kabupaten, propinsi) yang akan diukur.

    b. Ukuran-ukuran yang bersifat penting menurut pandangan masyarakat (emic)

    disekitar rencana usaha atau kegiatan;

    c. Ketersediaan dana, tenaga, waktu dan keahlian juga merupakan pertimbangan

    dalam memilih teknik pengumpulan data.

    d. Karakteristik sumber data. Ciri-ciri responden misalnya tingkat pendidikan, tingkat

    sosial ekonomi, jenis pekerjaan, homogen atau heterogen akan menentukan

    teknik pengumpulan data. Responden dengan tingkat pendidikan rendah dengan

    jenis pekerjaan petani atau nelayan akan cocok menggunakan wawancara

    langsung yang disertai pedoman pertanyaan atau kuesioner dari pada dengan

    kelompok diskusi terfokus.

    Beberapa metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penyusunan aspek

    sosial AMDAL diantaranya adalah:

    a. Wawancara

    b. Observasi/pengamatan lapangan

    c. Pengumpulan data sekunder

    d. Diskusi kelompok terarah

    e. Penilaian cepat pedesaan (rapid rural appraisal, RRA)

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    39/116

    Ad.a. Metoda Wawancara

    Ada dua macam metode wawancara, yakni, wawancara dengan kuesioner dan wawancara

    mendalam.

    Wawancara dengan kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara:

    a. Wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan

    Dalam studi dampak sosial, wawancara bebas bisa dilakukan pada waktu

    peninjauan dilapangan (pra survai) dimana peran peneliti menginventarisir issues

    dan concerns. Wawancara bebas demikian ini disebut pula sebagai metode walk

    and talk.

    b. Wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan

    Pedoman pertanyaan hanya digunakan sebagai panduan, sehingga jawaban dari

    responden atau nara sumber bersifat terbuka. Dalam studi aspek sosial AMDAL,

    wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaaan digunakan untuk

    menghimpun data dari para tokoh masyarakat atau pamong desa. Informasi yang

    dihimpun dari nara sumber itu merupakan informasi yang bersifat umum tentang

    lingkungan misalnya kondisi lingkungan (kondisi lingkungan fisik, bagaimana pola

    hubungan sosial masyarakat, tanggapan terhadap ide-ide baru dan sebagainya).

    Informasi tersebut biasanya lebih valid kalau dihimpun dari tokoh masyarakat dan

    pamong desa. Ada kemungkinan informasi dari masing-masing nara sumber akan

    berbeda, maka para peneliti yang harus pandai merekonsiliasi data.

    c. Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan

    Jenis wawancara ini banyak digunakan oleh peneliti sosial termasuk peneliti

    aspek sosial AMDAL yang menggunakan teknik kuesioner (survai). Menurut

    Irawati Singarimbun (1978:1) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

    wawancara dengan kuesioner ini, diantaranya adalah mutu daftar pertanyaan,

    kepribadian pewawancara, kemampuan pelaksana atau koordinator survai.

    Ketrampilan wawancara berkenaan dengan pendekatan yang dilakukan oleh

    pewawancara kepada nara sumber atau responden. Pendekatan yang baik adalah yang

    menggunakan bahasa responden. Pewawancara juga diharapkan mampu membawa diri

    yang tercermin dalam tutur kata, penampilan dan cara berpakaian. Penampilan

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    40/116

    pewawancara sebaiknya tidak menyolok. Hendaknya sesuai dengan tugasnya sebagai

    petugas lapangan penelitian.

    Penggunaan kuesioner didasari oleh suatu keyakinan bahwa responden atau nara

    sumber adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri sendiri.

    Kuesioner dibagi dalam dua kategori :

    a. Tidak langsung di mana kuesioner dibagikan pada responden. jika telah diisi

    lengkap, kuesioner dikirim kembali kepada peneliti atau si peneliti yang

    mengambilnya dari responden.

    b. Langsung dimana peneliti menggunakan kuesioner dan langsung mewawancari

    responden.

    Menurut jenis pertanyaannya, kuesioner dibagi kedalam kuesioner tertutup dan

    terbuka. Tertutup jika jawaban atas pertanyaan dalam kuesioner telah disiapkan dengan

    beberapa pilihan. Disebut terbuka, jika setiap butir pertanyaan belum disediakan

    jawaban. Responden dapat menyatakan pen-dapat sesuai dengan keyakinanya, lalu

    peneliti membuat kategori kemudian.

    Beberapa prinsip dalam menyusun pertanyaan dalam kuesioner:

    a. Pertanyaan harus jelas artinya mudah dipahami oleh responden dan tidak

    mengandung arti ganda,

    b. Pertanyaan harus pendek. Panjangnya pertanyaan akan membuat kesulitan

    mencerna dan mengingat tentang apa yang dimaksud,

    c. Jangan mengulang pertanyaan. Jika suatu pertanyaan telah diajukan pada satu

    bagian, sebaiknya tidak ditanyanyan pada bagian lain,

    d. Hindari istilah-istilah "bias" dalam pertanyaan. Sebaiknya disusun istilah-istilah

    baku yang banyak digunakan,

    e. Pertanyaan yang positif,

    f. Pertanyaan yang kongkrit, artinya tidak berbunga-bunga,

    g. Menempatkan pertanyaan-pertanyaan yang sensitif di akhir kuesioner. Hal ini

    dimaksudkan untuk membina rapport. Rapport adalah hubungan baik antara

    pewawancara dengan sumber data (responden).

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    41/116

    Dengan tetap menjaga rapportdan kesopanan, pewawancara yang baik adalah yang bisa

    mengungkap lebih dalam tentang informasi yang disampaikan responden, melalui :

    menggali terus pertanyaan untuk memperoleh data yang detail.

    pertanyaan yang tepat

    susun pertanyaan secara efektif tetapi juga estetik.

    Keunggulan dari metode wawancara yang dipandu dengan kuesioner ini antara adalah:

    a. Pewawancara dapat mengetahui apakah pertanyaan dapat dipahami oleh

    responden dan apakah jawaban yang diberikan responden relevan dengan

    pertanyaan,b. Pewawancara dapat menanyakan lebih lanjut tentang jawaban yang diberikan

    responden dalam rangka melakukanfurther investigation,

    c. Kehadiran pewawancara akan mempercepat penyelesaian jawaban atas kuesioner.

    Kelemahan wawancara langsung: responden cenderung menjawab seperti apa yang

    diinginkan oleh pewawancara. Contohnya, jika responden memiliki kesulitan menjawab

    pertanyaan tentang besarnya pendapatan, mereka cenderung menyerahkan saja

    jawabanya kepada pewawancara. Atau juga pertanyaan tentang seberapa besar tingkat

    kegotong-royongan masyarakat, responden akan menjawab sesuatu yang menyenangkan

    artinya responden tidak ingin diketahui tentang sesuatu yang kurang baik tentang

    lingkunganya.

    Wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang dianggap

    mengetahui tentang kondisi masyarakat setempat, dengan menggunakan pedomanpertanyaan. Dalam konteks aspek sosial AMDAL metode ini digunakan untuk menelaah

    secara mendalam suatu issu atau masalah tertentu di suatu kelompok atau golongan

    masyarakat tertentu secara mendalam. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan senantiasa

    diarahkan untuk menggali dan mendalami seputar issu atau masalah tertentu yang akan

    ditelaah. Sehingga dalam metode ini pertanyaan yang diajukan dapat terus berkembang

    dan pihak yang diwawancara dapat berkembang sesuai data dan informasi yang telah

    terkumpul, sampai pada tahap dipandang cukup oleh peneliti. Teknik ini disebut juga

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    42/116

    sebagai teknik bola saju bergelinding (snow balling techniques). Metode ini umumnya

    digunakan bersamaan dengan metode observasi-partisipasi.

    Ad.b. Observasi atau Pengamatan Langsung

    Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala

    yang diamati. Observasi yang dilakukan dalam studi aspek sosial AMDAL biasanya

    adalah observasi langsung dimana para peneliti, sembari mengadakan wawancara

    melakukan pengamatan tentang lingkungan secara umum dan lingkungan dari responden

    yang diwawancarai. Pengamatan juga dilakukan ketika peneliti melakukan pra-survai

    dalam rangka pelingkupan. Observasi sebagai teknik menghimpun data, sangat efektif

    digunakan dalam memahami pola hubungan sosial. Misalnya melalui media temu warga

    yang diselenggarakan sebulan sekali. Peneliti hadir dalam temu warga tersebut dan

    melakukan observasi bagaimana para warga berinteraksi satu dengan yang lain,

    bagaimana pola hubungan sosialnya sehingga bisa disimpulkan tentang tingkat kohesi

    masyarakat. Bentuk-bentuk observasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

    Gambar : Ben tu k -ben t uk Obse rvasi

    Outsider(pihak luar) adalah bentuk pengamatan dimana peneliti tidak melakukan kontak

    dengan kelompok atau masyarakat yang diteliti. Peneliti berada diluar social setting dari

    kelompok yang diteliti. Ia mengamati, mencatat dan menyusun interpretasi. Tingkat

    presisi interpretasi sangat tergantung pada pemahaman awal peneliti terhadap subyek

    yang diteliti. Makin tinggi tingkat pemahamanya makin dekat interpretasinya dengan

    makna yang ditafsirkan oleh masyarakat. Peran outsider(pihak luar) mengandung resiko

    berupa bias interpretasi oleh peneliti.

    Observasi yang dilakukan oleh Recognized Outsider (pihak luar yang dikenal)

    mengandung pengertian bahwa antara peneliti dengan masyarakat telah terjalin

    kontak/komunikasi tetapi intensitasnya rendah. Masyarakat sebagai sumber data atau

    responden telah mengenali (recognize) bahwa yang mewawancarai adalah peneliti.

    Full Participant(Partisipan Penuh)

    Recognized Outsider(Pihak Luar yang Dikenal)

    Outsider(Pihak Luar)

    Marginal Participant(Partisipan Terbatas)

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    43/116

    Hubungan antara peneliti dengan masyarakat bersifat formal dan temporer. Peneliti

    berada dilapangan dalam waktu sangat pendek, sekedar menghimpun data. Dalam

    kondisi seperti ini, data yang diperoleh peneliti tidak optimal. Karena hubunganya

    bersifat formal dan dalam waktu yang pendek, masyarakat kadang-kadang

    menyampaikan informasi sekedarnya. Kondisi ini lebih parah lagi jika kehadiran

    peneliti dianggap sebagai petugas Pemerintah yang akan memungut pajak.

    Dalam penelitian observasi dimana peneliti berperan sebagai marginal participant

    (partisipan terbatas), peneliti melakukan kontak dengan masyarakat secara intensif. Ia

    telah mengambil bagian (berpartisipasi) dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

    masyarakat seperti kerja bakti, temu warga dan sebagainya. Partisipasi ini merupakan

    upaya dari peneliti agar memperoleh informasi yang lebih akurat. Karena masyarakat

    telah menganggap peneliti sebagai bagian dari padanya, maka mereka tidak enggan

    menyampaikan informasi yang diperlukan. Dalam pada itu, melalui proses partisipasi,

    peneliti secara otomatis mengetahui benar apa yang terjadi didalam masyarakat.

    Dalam penelitian observasi secara full participant (partisipan penuh), kontak peneliti

    dengan masyarakat sangat intensif. Bahkan masyarakat sampai tidak mengetahui kalau

    ada peneliti yang sedang menghimpun data. Peneliti benar-benar menjadi bagian dari

    masyarakat. Beberapa contoh peran full participantmisalnya ketika seorang Antropolog

    UI meneliti gelandangan di Kota Jakarta. Ia benar-benar memerankan diri sebagai

    gelandangan berada ditengah-tengah komunitas tersebut untuk waktu yang cukup lama.

    Pada umumnya dalam studi dampak sosial, peneliti berperan sebagai pengamat yang

    melakukan partisipasi (berada diantara peran sebagai outsideratau recognized outsider).

    Peneliti melakukan observasi ketika mereka mengumpulkan data, atau ketika

    melakukan prasurvai.

    Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk mengetahui rona lingkungan awal saat

    studi dilakukan. Data primer dikumpulkan dari hasil wawancara, survai/ observasi,

    pengukuran, dan pengambilan sampel di lokasi yang telah ditetapkan berdasarkan lokasi

    tapak proyek dan radius atau arah sebaran dampak sesuai dengan batas wilayah studi.

    Metoda pengumpulan data primer untuk masing-masing aspek adalah sebagai berikut.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    44/116

    1. Aspek Fisik-Kimia

    Jenis data primer aspek fisik-kimia yang dikumpulkan meliputi: morfologi, gejala erosi,

    air, udara, dan kebisingan. Data morfologi dan gejala erosi dikumpulkan dengan cara

    inventarisasi secara visual. Sampel air diambil dengan menggunakan water sampler.

    Sampel udara menggunakan multiple impinger, sedangkan sampel kebisingan dilakukan

    dengan cara pengukuran memakai sound level meter. Contoh Metoda pengumpulan data

    primer pada aspek fisik-kimia secara lebih rinci disajikan pada Tabel 3.1 dengan kasus

    ANDAL Waduk misalnya :.

    Tabel 3.1. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek Fisik-Kimia

    No

    .

    Jenis Data

    yang

    Dikumpulkan

    Jumlah

    Sampel

    Lokasi

    Sampling

    Metoda

    Pengumpulan

    Data

    1 Morfologi 6 titik DTA, rencana

    lokasi bendung,

    DI

    Inventarisasi

    (visual)

    2 Gejala Erosi 6 titik DTA, rencana

    lokasi bendung,

    DI

    Inventarisasi

    (visual)

    3 Kualitas Air 3 titik Hulu, as bendungdan hillir

    Pengukuran,sampling, dan

    analisis

    laboratorium

    4. Kualitas Udara

    dan

    Kebisingan

    2 titik As bendung dan

    hulu / hillir

    Pengukuran,

    sampling, dan

    analisis

    laboratorium

    2. Aspek Biologi

    Data primer aspek biologi yang dikumpulkan adalah biota darat (flora darat dan fauna

    darat) dan biota air (plankton dan benthos). Daerah studi biologi ditetapkan berdasarkan

    luas tapak proyek dan sekitarnya yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.

    Lokasi pengambilan sampel biota air disesuaikan dengan lokasi pengambilan sampel air

    fisik-kimia, sedangkan lokasi pengambilan biota darat disesuaikan dengan lokasi studi

    sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui

    pengukuran, pengambilan sampel, wawancara dengan metoda purposive random

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    45/116

    sampling yang ditentukan berdasarkan komunitas atau habitat yang berbeda. Cara pe-

    laksanaan pengambilan sampel/pengamatan komponen biotis adalah:

    Pengambilan Sampel Vegetasi/Flora Darat

    Lokasi pengambilan sampel vegetasi di 3 titik. Pengambilan sampel vegetasi dilakukan

    memakai sampling plotdengan transek utama mengikuti kondisi lapangan. Untuk jenis

    pohon, diambil petak sampel 10 m x 10 m, sedangkan herba dan rumput menggunakan

    ukuran 1 m x 1 m.

    Pengambilan Sampel Fauna

    Pengambilan sampel fauna dilakukan dengan metoda Index Point of Abundance (IPA)

    untuk mencatat populasi hewan. Biasanya digunakan untuk burung secara semi

    kuantitatif yaitu dengan menentukan tempat tertentu untuk keperluan perhitungan

    populasi hewan dan dilengkapi data informasi penduduk serta data monografi desa untuk

    hewan piaraan. Analisis data meliputi jumlah jenis, dominansi atau frekuensi keberadaan

    fauna. Lokasi pengambilan sampel fauna di 3 titik.

    Pengambilan Sampel Plankton

    Pengambilan sampel plankton dengan penyaringan air memakai plankton net No. 25,

    kemudian air yang tersaring dimasukkan botol dan ditambahkan larutan MAF 4%

    sebagai bahan pengawet. Lokasi pengambilan sampel plankton di 3 titik, yaitu di hulu

    Embung, lokasi Embung dan di hilir Embung (daerah irigasi).

    Pengambilan Sampel Benthos

    Pengambilan sampel mikrobenthos dengan memakai penyaringan lumpur di dasar

    perairan yang diambil dengan eijkman dredge/bottom sampler. Diameter saringannya 1

    mm. Mikrobenthos yang telah dipisahkan dari lumpur lalu dimasukkan dalam botol

    sampel, ditambahkan larutan MAF 10% dan rose bengal 20%. Lokasi pengambilan

    sampel benthos sama dengan lokasi pengambilan sampel plankton.

    Metoda pengumpulan data primer pada aspek biologi pada contoh ANDAL Waduk

    meliputi: jenis data, jumlah sampel, lokasi sampel, dan metoda pengumpulan data secara

    lebih rinci disajikan pada Tabel 3.2 misalnya :

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    46/116

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    47/116

    Tabel 3.2. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek Biologi

    No

    .

    Jenis Data yang

    Dikumpulkan

    Jumlah

    Sampel

    Lokasi

    Sampling

    Metoda

    Pengumpulan

    Data1 Vegetasi/Flora

    Darat

    - kerapatan relatif

    - frekuensi relatif

    - dominansi

    relatif

    - indeks nilai

    penting

    - jenis langka

    3 titik Tapak proyek

    dan sekitarnya

    sesuai batas

    wilayah studi

    Inventarisasi

    menggunakan

    metoda sampling

    plotdengan transek

    utama mengikuti

    kondisi lapangan

    2 Fauna Darat

    (Hewan Liar danPeliharaan)

    - pola migrasi

    - kerapatan

    - nilai penting

    - jenis langka

    3 titik Tapak proyek

    dan sekitarnyasesuai batas

    wilayah studi

    Inventalisasi

    dengan metodaIndex Point of

    Abundance (IPA)

    untuk mencatat

    populasi hewan

    3 Biota Air :

    Plankton

    - indeks keaneka-

    ragaman jenis

    - indeks

    keseraga-man

    jenis

    3 titik Hulu Embung,

    rencana lokasi

    Embung dan

    daerah

    Irigasinya

    Penyaringan air

    memakaiplankton

    net No. 25

    4. Biota Air :

    Benthos

    - indeks keaneka-

    ragaman jenis

    - indeks

    keseraga-man

    jenis

    3 titik Hulu Embung,

    rencana lokasi

    Embung dan

    daerah

    Irigasinya

    Penyaringan

    lumpur di dasar

    perairan yang

    diambil dengan

    eijkman

    dredge/bottom

    sampler

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    48/116

    Tabel 3.3. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek Sosekbudkesmas

    No. Jenis Data yang

    Dikumpulkan

    Sumber Data Jumla

    h

    Sampel

    Lokasi

    Sampling

    Metoda Pengumpulan

    Data

    1 Kependudukan

    - jumlah penduduk

    - kepadatan pddk

    - pertumbuhan pddk

    - pendidikan

    - ketenagakerjaan

    - mobilitas

    Kab. Grobogan

    Dalam Angka

    Monografi Desadan Kecamatan

    Data primer

    125 Tapak proyek

    dan sekitarnya

    sesuai batas

    wilayah studi

    Observasi dan

    wawancara dengan

    penduduk

    (formal leader,

    informal leader dan

    masyarakat biasa)

    2 Sosial-Ekonomi

    - matapencaharian- pemilikan lahan

    - pendapatan

    - pengeluaran

    - pusat kegiatan

    - infrastruktur

    Kab. Grobogan

    Dalam Angka

    Monografi Desa

    dan Kecamatan

    Data primer

    125 Tapak proyek

    dan sekitarnyasesuai batas

    wilayah studi

    Observasi dan

    wawancara denganpenduduk

    (formal leader,

    informal leader dan

    masyarakat biasa)

    3 Sosial-Budaya

    - adat-istiadat

    - pola pemilikan

    lahan

    - interaksi sosial

    - peninggalan sejarah

    Data primer 125 Tapak proyek dan sekitarnya

    sesuai batas

    wilayah studi

    Observasi danwawancara dengan

    penduduk

    (formal leader,

    informal leader danmasyarakat biasa)

    4. Kesehatan Masy.

    - kondisi fisik rumah

    - pemenuhan air

    bersih dan MCK

    - pola penyakit

    - jenis penyakit

    - fasilitas kesehatan

    Kab. Grobogan

    Dalam Angka

    Monografi Desa

    dan Kecamatan

    Puskesmas Kec.

    Pulokulon

    Data primer

    125 Tapak proyek

    dan sekitarnyasesuai batas

    wilayah studi

    Observasi dan

    wawancara denganpenduduk

    (formal leader,

    informal leader dan

    masyarakat biasa)

    5. Persepsi Masy.

    - persepsi terhadap

    rencana kegiatan

    Embung

    - persepsi terhadap

    perubahan dan

    inovasi

    Data primer 125 Tapak proyek

    dan

    sekitarnya

    sesuai batas

    wilayah studi

    Observasi dan

    wawancara dengan

    penduduk

    (formal leader,

    informal leader dan

    masyarakat biasa)

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    49/116

    Ad.c. Pengumpulan Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung oleh peneliti dari sumber

    data. Peneliti memperoleh data tersebut dari pihak lain yang melakukan pengumpulan,

    analisis dan publikasi atas data tersebut. Hasil-hasil penelitian, buku referensi (antara lain

    data statistik), laporan-laporan teknis instansi pemerintah dan bahan-bahan pustaka yang

    datanya ditulis dan dipublikasikan oleh pihak lain, merupakan jenis data sekunder yang

    dapat dimanfaatkan oleh peneliti.

    Data statistik seperti Sensus Penduduk, Survey Penduduk antar Sensus (Supas), Survey

    Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) hingga data statistik seperti Monografi Desa,

    Kecamatan dalam Angka, Kabupaten dalam Angka atau Propinsi dalam Angka;

    merupakan data sekunder yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk kajian aspek

    sosial AMDAL. Bila data statistik semacam itu akan digunakan dalam aspek sosial

    AMDAL, maka ada 2 faktor penting yang perlu diketahui berkenaan dengan hal tersebut.

    Pertama, satuan analisis yang digunakan dalam data statistik tersebut umumnya adalah

    unit pemerintahan daerah seperti desa, kecamatan, dan propinsi. Kedua, persoalan

    reliabilitas data yang dipublikasikan. Peneliti aspek sosial AMDAL perlu kritis benar

    terhadap mutu data statistik yang ingin digunakan sehingga bila perlu lakukan uji

    reliabilitas data sekunder yang diperoleh. Contoh data sekunder untuk ANDAL Waduk

    misalnya :

    Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data Sekunder

    No Jenis Data yang Dikumpulkan Sumber Data /Referensi

    1. Data Rencana kegiatan 1. a. Pemrakarsa

    b. UU-11/74 tentang pengairan,PP 22/82

    tentang tata pengaturan air dan PP. 35/91

    tentang Sungai

    c. Konsultan Detail Desain, dan Laporan

    Studi terdahulu

    2. Metoda Konstruksi 2. a. Ditjen. Pengairanb. Buku Referensi ( buku panduan)

    3. Metoda Pengadaan tanah danpemindahan penduduk

    3. a. Kepres 55/93 tentang pedomanpelaksanaan pengadaan tanah

    4. Transportasi 4. DLLAJR Kab. Grobogan

    5. Pola Topografi dan Geologi 5. a. Direktorat Geologi dan Tata LingkunganBandung

    b. BakorsurtanalBogor

    c. Laporan Studi terdahulu (Detail Desain)

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    50/116

    6. Klimatologi (suhu, curah hujan,

    kelembaban, arah dan kecepatan

    angin, dll)

    6. a. Badan Meteorologi dan Geofisika

    b. Dinas Pertanian Setempat

    c. Studi-studi terdahulu yang terkait

    7. Data kependudukan, sosial-

    ekonomi, sosial-budaya, dll.

    7. a. Kabupaten Dalam Angka

    b. Monografi Desa/Kecamatan.

    8. Profil Kesehatan 8. Puskesmas kecamatan setempat9. RUTRD - Kabupaten 9. Bappeda Kabupaten Grobogan

    10 Jalan Negara dan Kabupaten 10. Dinas PU Bina Marga Prop. Jateng

    11 Hasil Proyek Penelitian Sejenis 11. a. Bapedalda Propinsi Jateng

    b. PPLH Lemlit Undip

    12 Hidrologi 12. a. DPU Pengairan Propinsi Jateng

    b. Konsultan detail desain

    13 Status Tanah 13. BPN Propinsi Jateng.

    14 Flora Darat 14. a. Dinas/Kanwil Kehutanan

    b. Dinas Pertanian

    c. survai lapangan

    15 Flora Air 15. a. Dinas Perikanan

    b. Penduduk setempatc. survai lapangan

    16 Fauna Darat 16. Penduduk setempat

    Ad.d. Diskusi Kelompok Terarah

    Diskusi ini dilakukan dalam kelompok kecil (5 7 orang) untuk menghimpun pendapat,

    pandangan dan aspirasi mereka terhadap suatu masalah atau isu tertentu. Dalam metode

    ini peneliti harus berada dalam posisi menghimpun dan mengartikulasikan pendapat,

    pandangan dan aspirasi yang berkembang dalam diskusi. Peneliti harus handal dalam

    menggali aspirasi dan pendapat para anggota diskusi dan tidak boleh memberi penilaian

    baik-buruk, salah-benar, atau berpihak pada pandangan-pandangan yang diajukan oleh

    sekelompok atau seorang peserta diskusi.

    Metode pengambilan sampel merupakan metode yang digunakan untuk memilih dan

    menetapkan sejumlah responden yang akan diwawancara melalui kuesioner. Metode ini

    umumnya digunakan untuk melengkapi metode survai.

    Sampel (responden) yang dipilih harus dapat mewakili populasi suatu kelompok (misal:berdasarkan jender, kelompok kepentingan) dan lapisan masyarakat tertentu yang

    berpotensi terkena dampak (misal: lapisan petani lahan sempit, lahan luas). Beberapa

    teknik pengambilan sampel yang dapat dipergunakan antara lain adalah:

    Teknik pengambilan sampel secara proporsional;

    Teknik pengambilan sampel secarapurposive;

    Teknik pengambilan sampel secara acak (random).

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    51/116

    Teknik pengambilan sampel yang dipilih harus mempertimbangkan karakteristik

    dampak penting yang akan timbul dan kondisi sosial masyarakat.

    Jumlah sampel ditetapkan berdasarkan kriteria berikut ini:

    a. Derajat keseragaman (homogenitas) dari populasi. Makin seragam populasi yang

    diteliti makin kecil jumlah sampel yang akan diambil.

    b. Presisi (ketepatan/akurasi) yang dikehendaki. Makin tinggi tingkat presisi yang

    dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil.

    c. Kedalaman analisis yang ingin diperoleh, semakin dalam analisis yang diinginkan

    semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan.

    Ad.e. Metode Penilaian Cepat Pedesaan.

    Metode Penilaian Cepat Pedesaan (rapid rural appraisal)selanjutnya disingkat PCP--

    diperkenalkan oleh Chambers (1985). Metode ini ditawarkan oleh Chambers sebagai

    alternatif atas penelitian-penelitian sosial yang umumnya dilakukan di dua kutub ekstrim,

    yakni penelitian yang bersifat wisata (research tourism) dan -di sisi lain- penelitian

    yang menelan waktu panjang.

    Chambers memberi julukan wisata penelitian kepada penelitian yang dilakukan secarasingkat atau cepat (biasanya dengan mobil). Catatan penelitian dibuat berdasarkan

    pengamatan di sepanjang jalan yang dilalui dan wawancara dilakukan dengan orang atau

    responden yang kebetulan berjumpa di jalan. Penelitian semacam ini menurut Chambers

    mempunyai kelemahan:

    a. Lemah mengungkapkan yang sebenarnya terjadi. Responden cenderung

    menghindari topik yang sensitif seperti masalah kemiskinan, dan lebih suka

    menyatakan apa yang sebaiknya (das sollen) ketimbang apa yang ada (das sein).

    b. Peneliti tidak mendengarkan dan belajar dari responden, malahan lebih banyak

    berbicara dan menggurui (menganggap lebih tahu dari responden).

    c. Lebih mengangkat atau mengungkapkan yang nampak secara fisik. Hal-hal

    seperti norma-norma sosial, lembaga-lembaga informal dan penguasaan sumber

    daya sering tak tertangkap oleh peneliti.

    d. Penelitian hanya menangkap potret sesaat (snapshot) dari kehidupan masyarakat

    desa.

  • 7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL

    52/116

    Kelemahan wisata penelitian ini timbul karena penelitian dilakukan secara:

    a. Bias Lokasi. Peneliti cenderung mengunjungi kota, terminal dan sepanjang jalan

    besar ketimbang mengunjungi lokasi yang jauh di pedalaman dan tidak bisa

    diakses dengan baik oleh kendaraan roda empat. Padahal penduduk miskin

    banyak yang tinggal di tempat terpencil jauh dari kota, terminal dan jalan besar.

    b. Bias Proyek. Peneliti umumnya hanya memfokuskan diri di daerah yang ada

    proyek pembangunan dimana sehingga hanya orang-orang atau pihak-pihak yang

    terlibat atau terkait dengan proyek yang diwawancara.

    c. Bias Hubung