buku seluk beluk hukum pidana

Upload: afris

Post on 11-Feb-2018

253 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    1/131

    K>021GUSEPRAYUDI, SH

    SELUKBELUK

    HUKUMPIDANA

    YANGPENTINGUNTUK

    DIKETAHUI

    ; ~Il'1HoS

    ,43-PrC\

    ~c -t (

    Dalam bentuk tanya jawab disertai dengan dasar

    hukumnya dan dilengkapi dengan Yurisprudensi

    ~

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    2/131

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA

    YANG PENTING UNTUK DIKETAHUI

    GUSE PRAYUDI, SH

    Tata Letak: Nachel

    Kulit Muka: simple design

    Dicetak oleh:

    Royyan, Zaidan, Razan

    Cetakan Pertama, Februari 2008

    ISBN 978-979-16234-5-7

    Boya Book

    Radio DalamJI. H. Agus Salim III Kebayoran Baru

    Jakarta Selatan

    Distributor :

    Mitra Setia

    Alamat : Gedongan RT 3 RW I No. 66 Kel. Purbayan Kota Gede

    Yogyakarta, Telp. / Fax. : (0274) 451739

    Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang

    Hak Cipta ada pada penulis, dilarang memperbanyak sebagian atau

    seluruh buku ini tanpa izin dari penulis

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    3/131

    KATA PENGANTAR

    Penyusunan buku ini adalah usaha untuk memudahkan

    dalam memahami asas-asas dan hal-hal mendasar dari hukum

    pidana. Untuk hal tersebut maka Penyusun menguraikan 3

    (tiga) segi pokokHukum Pidana yakni perbuatan, pembuat dan

    pidana dalam bentuk tanya jawab yang dalam jawabannyadicantumkan dasar hukum serta dilengkapi pula dengan

    yurisprudensi.

    Penyusun menyadari penyusunan buku ini jauh dari

    sempuma, karenanya kritik dan saran hal yang dinanti.

    Akhirnya Penyusun mengucapkan terima kasih kepada

    penerbit yang berkenan untuk menerbitkan buku ini, semoga

    buku sederhana ini dapat bermanfaat.

    Poso, Desember 2007

    Penyusun,

    Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    4/131

    DAFTARISI

    KATA PENGANTAR 5

    DAFTAR ISI 7

    BAB IPENDAHULUAN 11

    BAB 11

    PERBUATAN 13

    A. Istilah TindakPidana 13

    B.Bentuk TindakPidana 17

    C. Batas-Batas Berlakunya Aturan Pidana .24

    BAB III

    PEMBUAT 39

    A. Subjek TindakPidana 39

    B. Kualifikasi Pembuat TindakPidana .43C. Wujud TindakPidana .53

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    5/131

    BAB IV

    PIDANA 57

    A. Syarat Pemidanaan .57

    .B. Pengertian Pidana 59

    C. Pidana Pokok 62

    Pidana Mati 62

    Pidana Penjara 64

    Pidana Kurungan .72

    Pidana Denda 76Pidana Tutupan 80

    D. Pidana Tambahan 81

    E. Hal-hal yang Menghapuskan Pidana .86

    F. Hal-hal yang Mengurangi Pidana 101

    G. Hal-hal yang Memberatkan Pidana 103

    H. Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana 110

    1. Hapusnya Kewenangan Menjalankan Pidana 115

    BAB V

    JENIS-JENIS PELANGGARAN DALAM KUHP 117

    DAFTAR PUSTAKA 135

    8 Guse Prayudi SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    6/131

    BABI

    PENDAHULUAN

    1. Apakah pengertian dari Hukum Pidana ?

    Aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu perbuatan

    yang memenuhi syarat-syarat tertentu dengan suatu akibat

    berupa pidana (Mezger dalam Sudarto, 1990: 7).

    2. Dengan demikian, apakah hal-hal yang menjadi pokok

    permasalahan dari hukum pidana ?

    Segi pokok hukum pidana terdiri dari tiga hal yakni

    perbuatan, pembuat dan pidana, dan perkembangan akhir

    akhir ini juga memperhatikan masalah korban.

    3. Terdapat dimanakah aturan tentang hukum pidana di

    Indonesia?

    Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana/KUHP

    (kodifikasi) dan di luar KUHP (di luar kodifikasi).

    4. Berasal darimanakah sumber aturan pidana yang terdapat

    dalamKUHP?

    KUHP yang sekarang diberlakukan adalah KUHP yan g

    bersumber dari hukum kolonial Belanda yakni Wetboek van

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    7/131

    Strafrecht voor Nederlandsch-lndie (Staatsblad Tahun 1915 .

    nomor 732), sehingga sebenamya teks resmi KUHP adalah

    dalam bahasa Belanda.

    5. Sejak kapan Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch

    Indie yang menjadi sumber aturan KUHP diberlakukan ?

    Mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1918, jadi KUHP

    tersebut pertanggal1 [anuari 2008 sudah berlaku selama 90

    (sembilan puluh) tahun.

    6. Apakah sudah ada usaha untuk memperbaiki danmerubah KUHP yang dibuat pada zaman kolonial

    tersebut?

    Sebenarnya sudah beberapa kali ada usaha perbaikan

    dengan pembuatan Rancangan KUHP yakni sebanyak

    delapan konsep.

    7. Terangkan mengenai Rancangan KUHP yang telah dibuatselama ini tetapi sampai sekarang tetap belum disahkan

    menjadi VU?

    Konsep Rancangan Buku I KUHP tahun 1968, tahun 1971,

    Konsep Tim Harris, Basaroeddin dan Situmorang tahun

    1981 yang isinya sama dengan konsep tahun 1968 dan

    1971, Konsep RKUHP tahun 1981/1982 yang diketuai Prof.Soedarto, Konsep RKUHP tahun 1982/1983, Konsep

    RKUHP tahun 1982/1983 yang mengalami perbaikan,

    Konsep RKUHP tahun 1982/1983 yang merupakan hasil

    penyempumaan tim sampai dengan 27 April 1987 dan

    disempumakan lagi sampai pada November 1987, Konsep

    RKUHP tahun 1991/1992 yang diketuai oleh Prof. Marjono

    Reksodiputro (Makarao, 2005: 107-113).

    12 Guse Prayudi SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    8/131

    BABII

    PERBUATAN

    A. Istilah TindakPidana

    1. Apakah istilah yuridis yang dipakai untuk menyebut

    kejahatan yang sering terjadi dalam masyarakat, misalnya

    pembunuhan, pencurian dan sebagainya ?

    Perbuatan-perbuatan tersebut dinamakan dengan tindak

    pidana. Istilah tindak pidana dimaksudkan sebagai

    terjemahan dari bahasa Belanda yaitu Strafbaarfeit.

    2. Apakah ada istilah lain yang sepadan dengan istilah

    "tindakpidana" ?Dalam perundang-undangan negara kita, dapat ditemukan

    istilah-istilah yang maksudnya sama dengan tindak pidana

    (strafbaarfeit), antara lain peristiwa pidana (UUDS 1950 Pasal

    14 ayat 1), perbuatan pidana (Undang-undang Darurat No. 1

    Tahun 1951), perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum

    (Undang-undang Darurat No. 2 tahun 1951), hal-hal yangdiancam dengan h u k u m d a n perbuatan yang dapat

    dikenakan hukuman (Undang-undang Darurat No. 16

    Tahun 1951).

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    9/131

    Sekarangpada umumya di dalam peraturan perundang-undangan negara Indonesia menggunakan istilah tindak

    pidana.

    3. Apakah pengertian dari "tindak pidana" itu sendiri

    menurut para ahli ?

    Mengenai pengertian tindakpidana tidakada kesatuan pen

    dapat diantara para ahli, ada dua pandangan yaitu yang

    bersifat monistis dan pandangan yang bersifat dualistis dan

    dijelaskan oleh Moeljatno dalam Sudarto (1990: 36)

    sebagai berikut:

    - Aliran dualistis membedakan d engan tegas "dapat

    dipidanaya perbuatan" dan "dapat dipidananya

    pembuat", sejalan dengan ini memisahkan antara

    pengertian "perbuatan pidana" dan "pertanggungan

    jawab pidana"

    - Aliran monistis adalah melihat keseluruhan(tumpukan) syarat untuk adanya pidana itu

    kesemuanya merupakan sifat dari perbuatan.

    4. Jelaskan pengertian "tindakpidana" menurut ahli dalam

    dua aliran tersebut ?

    Pendapat para ahli yang berpandangan monistis :

    - Simons dalam Moeljatno (1983: 56), menyatakanbahwa Strafbaarfeitadalah kelakuan yang diancam

    dengan pidana, yang bersifat melawan hukum yang

    berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan oleh

    orang yang mampu bertanggung jawab.

    - Prodjodikoro dalam Sudarto (1990: 38),

    mengemukakan definisi pendek mengenai pengertiantindak pidana yakni berarti suatu perbuatan yang

    pelakunya dapat dikenakan pidana.

    Pendapat para ahli yang berpandangan Dualistis :

    14 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    10/131

    - Moeljatno dalam Sudarto(1990: 39) menyatakan

    bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang

    dilarang dan diancam dengan pidana, barangsiapa

    melanggar larangan tersebut.

    5. Ap a k a h syarat untuk dikatakannya suatu perbuatan

    sebagai tindakpidana ?

    Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, perbuatan tersebut

    memenuhi seluruh unsur yang menjadi rumusan terlarang

    yan g diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan

    dan perbuatannya tersebut harus bersifat melawan hukum

    (tidakada alasan pembenar) .

    6. Salah satu syarat perbuatan untuk dinamakan sebagai

    tindak pidana adalah perbuatannya harus bersifat

    melawan hukum. Jelaskan tentang istilah "bersifat

    melawan hukum" tersebut?

    Unsur tersebut merupakan penilaian obyektif terhadapperbuatan dan bukan terhadap sipelaku . Unsur sifat

    melawan hukum biasanya disebut dengan perkataan

    "melawan hukum" (Wederechtelijke), tetapi disana-sini

    Undang-undangmempergunakan istilah-istilah lain, seperti

    dengan tidak berhak, tanpa izin, dengan melampaui

    kekuasaannya, tanpa memperhatikan cara yang ditentukan

    dalam Undang-undang umum.

    7. Apakah pengertian dari "bersifat melawan hukum"

    tersebut?

    Dalam ilmu hukum dikenal dua macam sifat melawan

    hukum (wederrechtelijkeheid), yaitu sifat melawan hukum

    materiil (materiele wederrechtelijkeheid) dan sifat melawanhukum formal (formale wederrechtelijkeheid).

    - Sifat melawan hukum materiil adalah merupakan

    sifat melawan hukum yang luas, yaitu melawan

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 15

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    11/131

    hukum itu sebagai suatu unsur yang tidak hanya

    melawan hukum yang tertulis saja, tetapi juga

    hukum yang tidak tertulis (dasar-dasar hukum pada

    umumnya). [adi walaupun Undang-undang tidakmenyebutkannya, maka melawan hukum adalah

    tetap merupakan unsur dari tiap tindakpidana.

    - Sedangkan sifat melawan hukum formal adalah

    merupakan unsur dari hukum positifyang tertulis

    saja sehingga ia baru merupakan unsur daripada

    tindak pidana apabila dengan tegas disebutkan

    dalam rumusan tindakpidana.

    8. Apakah sifat melawan hukum materiil bisa dibedakan

    menurut fungsinya ?

    Benar, dengan melihat fungsinya "sifat melawan hukum

    materiil" bisa dibedakan dalam dua yakni:

    - Fungsinya ya n g negatif, ajaran ini mengakuikemungkinan adanya haI-haI yang ada di Iuar

    Undang-undang menghapus sifat melawan

    hukumnya perbuatan yang memenuhi rumusan

    undang-undang.

    - Fungsinya yang positif, ajaran ini menganggap

    sesuatu perbuatan tetap sebagai suatu tindak pidana,

    meskipun tidak nyata diancam dengan pidana

    dalam undang-undang, apabila bertentangan

    dengan hukum atau ukuran lain di Iuar Undang

    undang (Sudarto, 1990: 73)

    9. Sifat melawan hukum materiil dalam fungsi apakah yang

    dianut oleh hukum pidana Indonesia ?Hukum pidana Indonesia menganut pendirian sifat

    melawan hukum yang materiil dalamfungsinya yang negatif,

    haI ini adalah sebagai konsekuensi dari asas Iegalitas. Hal

    16 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    12/131

    tersebut temyata dalam yurisprudensi antara lain dalam

    Putusan No. 81jK/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977.

    Mengenai pengertian asas legalitas lihat pertanyaan dalam

    bagian C. Baias-Batas Berlakunya Atumn Pidana.

    10. Apakah ada aturan hukum pidana Indonesia yang

    menganut sistem melawan hukum materiil dalam fungsi

    positif?

    Ada, yakni dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang

    Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dimana dalam

    Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU tersebut melawan hukum

    diartikan sebagai perbuatan melawan hukum dalam arti

    formil maupun dalam arti materil, yakni meskipun

    perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang

    undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap

    tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma

    norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan

    tersebut dapat dipidana (sifat melawan hukum formal danmateril dalam fungsi positif).

    Tetapi dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/

    PUU-IV/2006 tanggal25 Juli 2006,rumusan Penjelasan Pasal

    2 ayat (1) UU No 31 Tahun 1999 yang berkaitan dengan sifat

    melawan hukum materil dinyatakan bertentangan dengan .

    UUD 1945 dan karenanya tidak mempunyai kekuatanhukum mengikat.

    B. BentukTindakPidana

    11. Apakah bentuk tindak pidana menurut hukum pidana

    Indonesia?

    Tindak pidana dibedakan dalam dua bentuk yakni

    kejahatan dan pelanggaran.

    Pembedaan tindak pidana dalam bentuk kejahatan dan

    SElUK BElUK HUKUM PIDANA 17

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    13/131

    pelanggaran dianut oleh KUHP yakni dalam buku IIKUHP

    dirumuskan tentang berbagai bentukkejahatan (dari Pasal

    104 sampai dengan Pasal 488) dan dalam buku III

    dirumuskan tentang berbagai bentuk pelanggaran (dariPasal 489 sampai dengan Pasal 569).

    12. Apakah perbedaan antara kejahatan dengan pelanggaran

    itu sendiri ?

    Secara teoritis sulit sekali membedakan antara kejahatan.dengan pelanggaran, tetapi pada pokoknyaj secarasederhana dapat dikatakan :

    - Pelanggaran, orang baru menyadari hal tersebut

    merupakan tindak pidana karena perbuatan tersebut

    tercantum dalam undang-undang, istilahnya disebut

    wetsdelict(delik undang-undang).

    - Kejahatan, meskipun perbuatan tersebut tidak

    dirumuskan dalam Undang-undang menjadi tindakpidana tetapi orang tetap menyadari perbuatan

    tersebut adalah kejahatan dan patut dipidana,

    istilahnya disebut rechtsdelict (delik hukum).

    Perkembangan selanjutnya dalam Rancangan KUHP

    pembedaan tindak pidana dalam bentuk kejahatan sebagai

    "rechisdelict" dan pelanggaran sebagai "wetsdelict"

    dihapuskan.

    13. Sebutkan contoh dari tindak pidana dalam bentuk

    kejahatan dan pelanggaran dalam KUHP?

    Contoh dari tindak pidana kejahatan adalah pencurian

    (Pasal 362 KUHP), pembunuhan (Pasal 338 KUHP),

    perkosaan (Pasa1285 KUHP).Contoh dari tindak pidana pelanggaran adalah mabuk di

    tempat umum (Pasa1492 KUHPj 536 KUHP), berjalan atau

    berkendaraan di atas tanah yang oleh pemiliknya dengan

    18 Guse Prayudl, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    14/131

    cara jelas dilarang memasukinya (Pasal 551 KUHP)

    (Jenis pelanggaran lainnya lihatBab V).

    14. Apakah berbagai jenis kejahatan dan pelanggaran

    tersebut hanya tersebut dalam KUHP ?

    Berbagai bentuk tindak pidana (kejahatan dan

    pelanggaran) tidak hanya yang disebutkan dalam KUHP

    (dalam kodifikasi) tetapi juga yang dirumuskan dan diatur

    dalam peraturan perundangan-undangan lainnya

    misalnya Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

    Peraturan Daerah (di luar kodifikasi).

    15. Sebutkan contoh jenis tindak pidana kejahatan dan

    pelanggaran yang diatur dalam aturan di luar KUHP?

    Contoh kejahatan di luar KUHP, melakukan kekerasan fisik

    dalam rumah tangga (Pasal 44 UU No. 23 Tahun 2004

    tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga),

    melakukan persetubuhan dan pencabulan terhadap anak(Pasal 81 dan 82 UU No . 23 Tahun 2002 tentang

    Perlindungan Anak), tanpa hakmemiliki, menyimpan dan

    membawa psikotropika (Pasal 62 UU No. 5 Tahun 1997

    tentang Psikotropika).

    Contoh pelanggaran d i luar KUHP, mengemudikan

    kendaraan bermotor dan tidak dapat menunjukkan SIM

    (Pasal 59 UU No . 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

    Angkutan [alan Raya), mengedarkan makanan dan atau

    minuman yang dikemas tanpa mencantumkan tanda atau

    label (Pasal 84 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1992 tentang

    Kesehatan) .

    16. Jika kita menyebut istilah "tindak pidana kejahatan",

    maka hal apa saja yang termasuk di dalamnya ?

    Apabila disebut kejahatan, baik dalam arti kejahatan pada

    umumnya maupun dalam arti suatu kejahatan tertentu,

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 19

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    15/131

    maka disitu termasukpembantuan dan percobaan melaku-

    kan kejahatan (Pasal 86 KUHP).

    [adi dalam tindak pidana kejahatan dikenal bentuk percoba-

    an melakukan kejahatan dan membantu melakukankejahatan.

    17. Apakah dalam tindak pidana pelanggaran dikenal bentuk

    percobaan dan pembantuannya ?

    Dalam Pasal 86 KUHP hanya disebut kualifikasi dari

    percobaan dan pembantuan kejahatan, tidak disebutkan

    percobaan dan pembantuan pelanggaran.Apalagi dalam Pasal 54 KUHP disebutkan mencoba

    melakukan pelanggaran tidak dipidana, dan dalam Pasal

    60 KUHP disebutkan orang yang membantu melakukan

    pelangaran tidak dipidana.

    Dengan demikian hukum tidak mengenal istilah mencoba

    melakukan tindak pidana pelanggaran dan membantumelakukan tindak pidana pelanggaran.

    18. Bagaimanakah suatu tindak pidana (kejahatan dan

    pelanggaran) dapat diketahui oleh pihakyang berwenang ?

    Karena adanya laporan, pengaduan atau karena diketahui

    sendiri (tertangkap tangan).

    19. Apakah pengertian dari laporan, pengaduan dan

    tertangkap tangan terse but ?

    Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh

    seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan Undang

    undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau

    sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana (Pasal

    1 angka 24 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana/

    KUHAP).

    Pengaduan adalah pernberitahuan disertai permintaan oleh

    pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang

    20 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    16/131

    untuk menindak menurut hukum seorang yang telah

    melakukan tindakpidana aduan yang merugikannya (Pasal

    1 angka 25 KUHAP).

    Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada

    waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segerasesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau

    sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai

    orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian

    padanya ditemukan benda yang diduga keras telah

    dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang

    menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turutmelakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu

    (Pasal1 angka 19 KUHAP).

    20. Apakah perbedaan antara Laporan dan Pengaduan?

    Laporan terjadinya tindak pidana dapat dilakukan oleh

    siapa saja yang melihat, mendengar, mengetahui dan

    mengalami sendiri tindak pidana, d imana tindakpidananya adalah harus terkualiikasi sebagai delikbiasa.

    Contohnya : Perkara pencurian (Pasal 362 KUHP) adalah

    delik bias a, dimana korban pencurian maupun pihaklain

    dapat membuat laporan.

    Pengaduan terjadinya tindakpidana hanya dapat dilakukan

    oleh orang-orang tertentu dan atas tindakpidana tertentu.Contohnya : dalam perkara perzinahan (Pasal 284 KUHP)

    merupakan delik aduan, dimana tindak pidana tersebut

    dapat diproses apabila ada aduan dari pihak suami atau istri

    yang pasangannya berzinah tersebut, tidak bisa aduan

    misalnya dilakukan oleh orang yang melihat perzinahan

    tersebut.

    21. Apakah dengan demikian tindak pidana tersebut dapat

    dibedakan dalam duajenis yakni delik biasa clan delikaduan?

    SElUK BElUK HUKUM PIDANA 21

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    17/131

    Benar, tindak pidana yang berbentuk delik aduan dapat

    diproses lebih lanjut apabila ada pengaduan dari pihakyang

    ditentukan undang-undang/korban tindakpidana tersebut,

    dimana hukum membagi delik aduan dalam dua bentukyakni delikaduan absolut dan relatif.

    Sedangkan delik biasa tidak diperlukan adanya aduan,

    cukup dengan laporan dari pihak manapun atau karena

    diketahui sendiri oleh pihak yang berwenang perkara

    tersebut dapat diproses.

    22. Sebutkan contoh dari tindakpidana yang termasukdalamdelikaduan ?

    Perzinahan, pencurian dalam keluarga, penghinaan .

    Dimana menurut Putusan Mahkamah Agung tgl. 19 - 3

    1955 No . 52 K/Kr/1953, perkara perzinahan (Pasal 284

    K.U .H.P.) merupakan "absoluut klachidelict" sehingga

    pengaduan terhadap lelaki yang melakukan perzinahanmerupakan juga pengaduan terhadap isteri yang berzinah,

    sedang [aksa berwenang untukatas azas opportuniteithanya

    mengadakan penuntutan terhadap salah seorang dari

    mereka.

    23. Dalam hal tindak pidana penghinaan, apakah orang yang

    dihina harus melakukan pengaduan yang isinya agarperistiwa tersebut dituntut ?

    Hams ada pengaduan, tetapi pengaduan tersebut tidak perlu

    dengan bentuk surat tertentu yang isinya hams ada kata

    kata permintaan agar perbuatan tersebut dituntut, ha l ini

    sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung tgl. 3-2-1972 No .

    76 K/Kr/1969 yan g menyatakan Keberatan yang diajukanpemohon kasasi bahwa perkara ini termasuk"delikaduan

    yang absolut" maka hams ada pengaduan dari yang terhina

    dan dalam suratpengaduan hams ada kata-kata permintaan

    22 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    18/131

    agar peristiwa itu dituntut, Tidak dapat diterima, karena

    klachtdelict tidak terikat pada bentukyang tertentu (vormvrij).

    Dan menurut Putusan Mahkamah Agung tgL 11 April 1978

    No. 35 K/Kr/1977, Surat saksi yang ditujukan kepada Polisi,

    yang pada pokok suratnya menyebutkan "sanggahan dantuntutan", merupakan suatu pengaduan dalam arti pasal

    319 K.D.H.P.

    Pasal 319 KUHP menyatakan Penghinaan yang diancam

    dengan pidana menurut bab ini, tidak dituntut jika tidak

    ada pengaduan dari orang yang terkena kejahatan itu,

    kecuali berdasarkan pasa1316 KUHP.24. Dalam hal korban tindak pidana yang termasuk delik

    aduan adalah anak-anak, siapa yang dapat mengajukan

    pengaduan?

    Apabila korban belum cukup enam belas tahun dan belum

    dewasa, maka wakilnya yang sah dalam perkara perdata

    yang berhak mengadu (Pasal 72 ayat 1 KUHP).Apabila tidakada wakil, atau wakil itu sendiri yang harus

    diadukan, maka pengaduan dapat diajukan wali pengawas,

    keluarga sedarah dalam garis lurus, ataujika tidak ada, oleh

    keluarga sedarah dalam garis menyimpang sampai derajat

    ketiga (Pasal72 ayat 2 KUHP).

    25. Apabila korban tindakpidana yang termasuk delikaduan

    meninggal dunia, apakah aduannya dapat diteruskan dan

    diajukan oleh pihaklain?

    Penuntutan dapat dilakukan oleh orang tuanya, anaknya,

    atau suaminya (istrinya) yang masih hidup kecuali kalau

    ternyata bahwa yang meninggal tidak menghendaki

    penuntutan dengan syarat yang terkena kejahatanmeninggal di dalam tenggang waktu yang ditentukan.

    26. Apakah batas jangka waktu orang mengadukan tindak

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 23

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    19/131

    pidana?

    Ada batas waktunya, yakni pengaduan hanya boleh

    diajukan dalam waktu :

    - 6 (enam) bulan sejak orang yang berhakmengadumengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal

    di Indonesia.

    - 9 (sembilan) bulan jika bertempat tinggal di luar

    Indonesia (Pasal74 KUHP) .

    PutusanMahkamah Agung tgL15-2-1969No . 57 K/Kr/1968

    menyatakan bahwa dalam delik aduan, tempo yangdimaksud dalam pasal 74 ayat 1 K.U.H.P. dihitung sejak

    yang berhak mengadu mengetahui perbuatanyang

    dilakukan, bukan sejak fa mengetahui benar/tidaknyaperbuatan yang dilakukan.

    27. Apakah orang yang mengadukan tindak pidana dapat

    mencabut kembali aduannya ?Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik

    kembali dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah pengaduan

    diajukan (Pasal 75 KUHP). Hal inilah yang membedakan

    lagi dengan Laporan, oleh karena Laporan tidak dapat

    dicabut kembali

    Putusan Mahkamah Agung tgL 29 Januari 1979 No . 140 K/

    Kr/1978 menyatakan karena perkara ini bukan mengenai

    delik aduan, terdakwa tetap dapat dituntut sekalipun saksi

    yang mengadukannya telah mencabut pengaduannya.

    C. Batas-Batas Berlakunya Aturan Pidana

    28. Apakah syarat mutlaksuatu perbuatan dapat dikatakansebagai tindak pidana (kejahatan atau pelanggaran) ?

    Suatu perbuatan dapat dikatakan atau dikategorikan sebagai

    tindak pidana dengan syarat mutlak harus dirumuskan

    24 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    20/131

    terlebih dahulu dalam peraturan perundang-undangan, haliniyang dinamakan dengan asas legalitas yang dianut dalam

    Pasal 1 ayat 1 KUHP yakni suatu perbuatan tidak dapat

    dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam

    perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatandilakukan.

    29. Jelaskan berlakunya asas legalitas tersebut dalam perkara

    konkrit?

    Asas legalitas mengatur bahwa seseorang tidak dapat

    dihukum melakukan tindak pidana apabila ternyata

    perbuatan tersebut sebelumnya tidak dirumuskan sebagai

    tindak pidana dalam aturan perundang-undangan yang

    tertulis.

    Misalnya yang dapat dihukum karena melakukan

    perzinahan (Pasal 284 KUHP) syaratnya adalah yang

    melakukan perbuatan tersebut salah satu atau dua-duanya

    harus terikat perkawinan, jadi jika yang melakukanperzinahan dua-duanya belumkawin maka pelakunya tidak

    dapat dihukum, dan jika pelaku perzinahan yang dua

    duanya belum kawin dihuku m hal ini bertentangan dengan

    asas legalitas.

    30. Apakah dengan demikian tidak dapat dihukum jika

    seseorang melakukan perbuatan yang tidakdisebut dalamaturan sebagai tindakpidana ?

    Ya, karenanya muncul pameo bahwa KUHP adalah kitab

    undang-undangnya para penjahat, karena para pelaku

    kejahatan dapat melakukan perbuatan apapun kecuali yang

    disebutkan dalam KUHP supaya tidakdapat dihukum dan

    lepas dari jeratan hukum.

    31. Apakah pelaku tindak pidana dapat dihukum apabila

    ternyata pelaku tersebut tidak mengetahui bahwa

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 25

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    21/131

    perbuatannya tersebut merupakan tindak pidana ?

    Bahwa pada asasnya setiap orang dianggap mengetahui

    undang-undang, sehingga pelaku tidak dapat berlindung

    dari alasan "bahwa ia tidak mengetahui kalau perbuatantersebut terlarang" .

    Hal ini sesuai dengan Yurisprudensi yakni Putusan

    MahkamahAgungtgL 14-11-1961 No. 77K/Kr/1961, bahwa

    keberatan yang diajukan oleh penuntut-kasasi bahwa ia

    tidak tahu akan adanya Undang-undang yang melarang

    membeli atau memperoleh uang perak, tidakdapat diterima,karena tiap-tiap orang dianggap mengetahui Undang

    undang setelah Undang-undang itu diundangkan dalam

    Lembaran Negara.

    32. Jika seseorang melakukan perbuatan yang bukan

    merupakan tindak pidana, kemudian dibuatkan aturan

    yang mengancam perbuatan tersebut sebagai tindakpidana, apakah dibenarkan orang tersebut dihukum

    dengan aturan yang baru tersebut ?

    Hal di atas dinamakan dengan aturan yang berlaku surut

    (retroaktif) dan hal tersebut tidakdapat dibenarkan karena

    tegas dalam Pasal1 ayat 1 KUHP dikatakan suatu perbuatan

    hanya dapat dihukum berdasarkan aturan pidana dalamperundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan

    dilakukan dan bukan setelah perbuatan tersebut dilakukan.

    Sehingga apabila setelah perbuatan dilakukan baru dibuat

    aturan pidananya maka pelaku perbuatan tersebut tidak

    dibenarkan untukdihukum.

    33. Sebutkan contoh aturan hukum pidana yang bersifatretroaktifatau diberlakukan mundur ?

    Aturan yang retroaktifdikenal dalam KUHP Jerman tahun

    1936 ketika zaman Hitler, dalam perundang-undangan di

    26 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    22/131

    Indonesia asas retroaktifpemah dikenal dalam Pasal 46

    Perpu No. 1 Tahun 2002 Jo. Undang-undang Republik

    Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan

    Tindak Pidana Terorisme.

    34. Bagaimana akibatnya apabila suatu perbuatan

    dinyatakan sebagai tindak pidana dalam suatu aturan,

    kemudian aturan tersebut dirubah ?

    Apabila ada perubahan dalam perundang-undangan

    sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa

    diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya

    (Pasal1 ayat 2 KUHP).

    Misalnya ada perubahan tentang ancaman pidananya,

    apabila dalam aturan lama diancam pidana 1 tahun

    sedangkan dalam aturan baru diancam pidana 1 bulan,

    maka aturan yang digunakan adalah aturan yang baru yakni

    1 bulan dan sebaliknyajika aturan lama ancaman pidananya

    1 bulan sedangkan aturan baru 1 tahun maka aturan yangdigunakan adalah aturan lama.

    35. Bagaimanakah yurisprudensi yang mengartikan dan

    menjelasakan tentang adanya perubahan dalam

    perundang-undangan ?

    Putusan MA tgL 23-5-1970 No. 27 K/Kr/1%9, Dicabutnya

    Undang-undang Pengendalian Harga tahun 1948

    dengan diganti dengan Peraturan Pemerintah Pengganti

    Undang-undangNo. 9tahun 1962, bukanlahmerupakan

    perubahan perundang-undangan, karena prinsip bahwa

    harga-harga danjasa dari barang-barang hams diawasi

    tetap dipertahankan.

    - Putusan MA tgl. 1-3-1969 No. 136 K/Kr/1966,Penggantian Undang-undang Deoiezen tahun 1940

    dengan Undang-undang tahun 1964 No . 32 tidak

    SElUK BElUK HUKUM PIDANA 27

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    23/131

    28

    merupakan perubahan perundang-undangan dalam

    arti pasal 1 ayat 2 KD.H.P.

    Putusan MA tgl. 27-5-1972 No. 72 K/Kr/1970, Karena

    Undang-undang No. 17/1964 (tentang cheque kosong)telah dicabut dengan Undang-undang No. 12/1971 dan

    terhadap terdakwa-terdakwa diperlakukan pasal1 ayat

    2 KU.H.P., terdakwa-terdakwa dilepaskan dari Segala

    tuntutan hukum.

    Putusan MA tgl. 22-10-1963 No. 118 K/Kr/1963,

    Perubahan yang terjadi karena peraturan"Dekon"

    tidak merupakan perubahan dalam perundang

    undangan dalam arti pasal1 ayat 2 KU.H.P.

    - Putusan MA tgl. 13-2-1962 No. 93 K/Kr/1961,

    Perubahan nilai Rp. 25,- termaksud dalam pasal 364,

    373, 379 dan 407 K.U.H.P. menjadi Rp. 250,

    berdasarkan P.P.P.U. No. 16 tahun 1960 merupakan

    suatu perubahan dalam perundang-undangan dalam

    arti pasal1 ayat 2 KU.H.P.

    - Putusan MA tgl. 7-4-1963 No. 37 K/Kr/1963, Karena

    pada waktu perkara terdakwa diadili oleh Pengadilan

    Tinggi Ekonomi di Semarang Undang-undang Beras

    1948 telah dicabut dengan Perpu No . 8 tahun 1962,

    perbuatan terdakwa yang dilakukannya dalam tahun1960-1961, berdasarkan pasal 1 ayat 2 KU.H.P. tidak

    lagi merupakan kejahatan atau pelanggaran.

    - Putusan MA tgl. 2-6-1946 No. 13 K/Kr/1946, Karena

    berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan tanggal

    14 Maret 1963 semua peraturan tentang kewajiban

    mengadakan catatan yang ditetapkan dalam atauberdasarkan pasal 9 Prijsbeheersching verordening 1948

    dicabut, maka perbuatan terdakwa yang dilakukan

    dalam tahun 1959, pada waktu perkaranya diadili oleh

    Guse Prayudl, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    24/131

    Pengadilan Tinggi Ekonomi Semarang pada bulan

    April 1963 berdasarkan pasal 1 ayat 2 K.U.H.P. tidak

    lagi merupakan kejahatan atau pelanggaran.

    - Putusan MA tgl. 19-11-1974 No. 54 K/Kr/1973,

    Keberatan yang diajukan penuntut kasasi: "bahwaPengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri telah salah

    menerapkan hukum dengan mempergunakan

    Undang-undang No. 24/PRP/1960, sedang Undang

    undang tersebut telah dicabut sejak tanggal29 Maret

    1971 dengan berlakunya Undang-undang No. 3/1971

    tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidakdapat diterima karena dalam pasal36 Undang-undang

    No. 3/1971 ditentukan bahwayang harus diperlakukan

    adalah Undang-undang yang berla-ku pada saat tindak

    pidana dilakukan; sedang dalam hal ini tindakpidana

    dilakukan sebelum berlakunya Undang-undang No. 3/

    1971

    Putusan MA tgl. 22-12-1964 No. 22 K/Sip/1964, Pada

    penggantian P.P. No. 20/1962 dengan P.P. No.20/1963

    tidak ada perubahan mengenai norma-normanya,

    sehingga dalam hal ini pasal 1 ayat 2 K.U.H.P. tidak

    dapat diperlakukan.

    - PutusanMA tgl. 7-1-1964 No. 143 K/Kr/1963, Walaupun

    keadaan bahaya sudah dicabut dan dengan demikian

    semua peraturan-peraturan yang dikeluarkan

    berdasarkan Undang-undang Keadaan Bahaya juga

    turut hapus, namun karena masih ada peraturan

    peraturan lain yang memuat larangan mengenai

    perhimpunan-perhimpunan tertentu, "grand idee" dari

    pada Undang-undang Keadaan Bahaya tidaklahberubah, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa dalam

    hal ini telah ada perubahan penundang-undangan.

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 29

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    25/131

    - Putusan MA tgl. 24-11-1964 No. 144 K/Kr/1963,

    Keberatan dalam memori kasasi : - bahwa dengan

    dicabutnya Peraturan Faktur mengenai barang-barang

    dalam perkara ini, yakni ban-ban oto, oleh suratkeputusan Menteri Perdagangan tgL 12-6-1953 No. 499/

    M/1963 haruslah diperlakukan pasal1 ay at 2 KU.H.P.

    Tidakdapat dibenarkan, karena Peraturan Faktur masih

    berlaku bagi 13 jenis barang, jadi perlunya faktur masih

    diakui sehingga tidak terdapat perubahan perundangan

    undangan menurut pasal1 ayat 2 KU.H.P.

    - Putusan MA tgL 19-9-1964 No. K/Kr/1964, Keberatan

    yang diajukan dalam memori kasasi : - bahwa karena

    denganberlakunya Perpu No.8tahun1962,Rijstordonnantie

    1948 tidak berlaku lagi, penuntut kasasi seharusnya

    dilepaskan dari tuduhan; Tidak dapat dibenarkan,

    karena dalam hal ini tidaklah terjadi perubahan

    perundang-undangan dalam arti pasal1 ayat 2 K U.HP.

    - Putusan MA tgL 1-9-1964 No. 114 K/Kr/1963, Dengan

    dikeluarkannya P.P. No . 20 tahun 1963 norma-norma

    yang terkandung dalam prijsbeheerschingsordonnantie

    1948 tidaklah berubah sehingga tidaklah terjadi

    perubahan perundang-undangandalam arti pasal1 ayat

    2 KU.H.P.

    36. Seperti tersebut di atas, aturan hukum pidana Indonesia

    terdapat di daIam KUHP dan di Iuar KUHP, kepada

    siapakah aturan hukum pidana tersebut diberlakukan ?

    Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia

    diterapkan bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak

    pidana di Indonesia (Pasal2 KUHP), danjuga berlaku bagi

    setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan

    tindak pidana di daIam kapal air atau pesawat udara

    Indonesia (Pasal3 KUHP) .

    30 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    26/131

    Dengan demikian setiap orang (warga negara Indonesia

    maupun warga negara asing) yang melakukan tindak

    pidana di wilayah Indonesia maka hukum pidana Indonesia

    yang diberlakukan (asas tentorial).

    37. Jelaskan pengertian dari kapal dan pesawat udara Indo

    nesia?

    Yang disebut kapal Indonesia ialah kapal yang mempunyai

    surat laut atau pas kapal, atau surat izin sebagai pengganti

    sementara menurut aturan-aturan umum mengenai surat

    laut dan pas kapal di Indonesia (Pasa195 KUHP).

    Yang dimaksud dengan pesawat udara Indonesia adalah

    pesawat udara yang didaftarkan di Indonesia, termasuk

    pula pesawat udara Indonesia adalah pesawat udara asing

    yang disewa tanpa awak pesawat dan dioperasikan oleh

    perusahaan penerbangan Indonesia (Pasal 95 a KUHP).

    38. Pihak manakah yang berhak memeriksa dan mengadili

    perkara-perkara pidana yang terjadi di suam wilayah In

    donesia?

    Yang berwenang memeriksa dan mengadili adalah

    Pengadilan Negeri dimana tindak pidana tersebut terjadi

    (locus delicti) merupakan wilayah hukumnya (Pasal84 ay at

    1 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana/KUHAP).

    Dengan demikian jika terjadi tindak pidana pembunuhan

    di Poso maka yang berwenang memeriksa dan mengadili

    perkara tersebut adalah Pengadilan Negeri Poso.

    39. Apakah mutlakPengadilan Negeri dimana tindak pidana

    tersebut terjadi hanya yang berwenang memeriksa dan

    mengadilinya ?

    Hal tersebut t idak mutlak, karena dimungkinkan

    pemeriksaan perkara tidak dilaksanakan di Pengadilan

    Negeri dimana tindak pidana tersebut terjadi tetap bisa

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 31

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    27/131

    dilakukan di Pengadilan Negeri lain apabila tempat

    kediaman sebagian besar saksi yang dipanggillebih dekat

    pada tempat pengadilan negeri lain tersebut daripada

    tempat kedudukan pengadilan negeri yang di dalamdaerahnya tindak pidana itu dilakukan (Pasal 84 ayat 2

    KUHAP) .

    Dengan demikian jika tindak pidana pembunuhan terjadi

    di Poso akan tetapi saksi sebagian besar berada di Jakarta

    Selatan maka dibenarkan pemeriksaan perkaranya

    dilaksanakan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.40. Apakah ada hallainnya yang memungkinkan pemindahan

    pemeriksaan perkara dari pengadilan negeri dimana tindak

    pidana tersebut terjadi ke pengadilan negeri lainnya ?

    Dalam hal keadaan daerah tidal< mengizinkan suatupengadilan negeri untukmengadili suatu perkara, maka atas

    usul Ketua Pengadilan Negeri atau Kepala Kejaksaan Negeriyang bersangkutan, Mahkamah Agung menetapkan atau

    menunjuk pengadilan negeri lain untukmengadili perkara

    yang dimaksud (Pasal 85 KUHAP).

    41. Apabila seseorang melakukan ti ndak pidana diberbagai

    wilayah hukum pengadilan negeri maka pengadilan mana

    yang berhakmemeriksa dan mengadilinya ?

    Apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak

    pidana dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri,

    maka tiap pengadilan negeri itu masing-masing berwenang

    mengadili perkara pidana itu akan tetapi apabila beberapa

    perkara pidana yang satu sama lain ada sangkut pautnya

    dan dilakukan oleh seorang dalam daerah hukum pelbagaipengadilan negeri, diadili oleh masing-masing pengadilan

    negeri denganketentilan dibuka kemungkinan penggabungan

    perkara tersebut (Pasal84 ayat 3 dan 4 KUHAP).

    32 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    28/131

    42. Apakah dengan demikian ketentuan pidana daIam

    perundang-undangan Indonesia tidak berlaku bagi

    seseorang yang meIakukan tindak pidana di Iuar Indo

    nesia?

    Tidak dernikian, oIeh karena dimungkinkan setiap orang

    yang berada di Iuar wilayah teritoriaI Indonesia meIakukan

    suatu tindakpidana dapat dipidana dengan aturan pidana

    Indonesia, yakni daIam haI yang diatur daIam Pasal4 dan

    Pasal5 KUHP.

    43. Bagaimana aturan PasaI4 KUHP sehingga bisa disebutkan

    tindak pidana yang terjadi di Iuar wilayah Indonesia bisa

    dipidana dengan aturan pidana Indonesia?

    Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia

    diterapkan bagi setiap orang (WNI maupun WNA) yang

    melakukan tindak pidana tertentu di luar Indonesia yakni :

    1. Kejahatan membunuh, atau merampas kemerdekaan,

    atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil

    Presiden memerintah (Pasal 104 KUHP), Makar

    dengan maksud supaya seluruh atau sebagian dari

    wilayah negara jatuh ke tangan musuh (Pasall06

    KUHP), Makar denganmaksuduntukmengguIingkan

    pemerintah (Pasal 107 KUHP), yang melawan

    pemerintah Indonesia dengan senjata (Pasal 108KUHP), penyerangan terhadap diri presiden atau

    Wakil Presiden (PasaI131 KUHP).

    2. Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang

    kertas yang dikeluarkan oleh negara atau bank,

    ataupun mengenai meterai yang dikeIuarkan dan

    merekyang digunakan oleh Pemerintah Indonesia.3. Pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas

    tanggungan Indonesia, atas tanggungan suatu

    daerah atau bagian daerah Indonesia, termasuk

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 33

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    29/131

    pula pemalsuan talon, tanda dividen atau tanda

    bunga, yang mengikuti surat atau sertifikat itu, dan

    tanda yang dikeluarkan sebagai pengganti surat

    tersebut, atau menggunakan surat-surat tersebut diatas, yang palsu atau dipalsukan, seolah-olah asli

    dan tidak dipalsu.

    4. Salah satu kejahatan yang tersebut dalam pasal

    pasal 438, 444 sampai dengan 446 ten tang

    pembajakan laut dan pasal447 tentang penyerahan

    kendaraan air kepada kekuasaan bajak laut dan

    pasal 479 huruf j tentang penguasaan pesawat

    udara secara melawan hukum, pasal 479 huruf I,

    m, n, dan 0 tentang kejahatan yang mengancam

    keselamatan penerbangan sipil. (Pasa14 KUHP).

    44. Seperti tersebut di atas, Pasa15 KUHP memberikan aturan

    dapat dipidananya orang yang melakukan tindak pidana

    di luar wilayah Indonesia dengan aturan pidana Indone

    sia, jelaskan mengenai hal tersebut?

    Pasa15 ayat (1) KUHP mengatur bahwa ketentuan pidana

    dalam perundang-undangan Indonesia ditetapkan bagi

    warga negara yang di luar Indonesia melakukan:

    1. Salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I dan 11

    Buku Kedua dan Pasal-Pasa1160, 161, 240, 279, 450,

    dan451.

    2. Salah satu perbuatan Yang oleh suatu ketentuan

    pidana dalam perundang-undangan Indonesia

    dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut

    perundang-undangan negara dimana perbuatan

    dilakukan diancam dengan pidana.

    45. Apakah ketentuan Pasal 5 KUHP tersebut berlaku bagi

    WNI maupun WNA atau berlaku bagi WNI saja yang

    34 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    30/131

    meIakukan tindak pidana yang memenuhi syarat ?Aturan Pasal 5 ayat (1) KUHP (asas nasional aktif)

    ditujukan bagi WNI dan WNA yang memenuhi syarat.

    Rumusan PasaI5 KUHP menyebutkan "warga negara yang

    di Iuar Indonesia", jadi artinya yang dituju adaIah WNI

    maupun WNA.

    Tetapi yang perlu diperhatikan WNA baru dapat dipidana

    dengan aturan pidana Indonesia jika WNA tersebut teIah

    menjadi WNI sebagaimana disyaratkan Pasal 5 ayat (2)

    KUHP yang menyatakan "Penuntutan perkara sebagaimana

    dimaksud daIam butir 2 dapat dilakukanjugajika tersangkamenjadiwarga negara sesudah meIakukan perbuatan",

    46. Dengan demikian, apakah yang menjadi syarat bahwa

    perbuatan yang dilakukan WNI dan WNA (yang

    memenuhi syarat) di Iuar negeri untukdapat dipidana

    dengan aturan pidana Indonesia ?

    Syaratnya adaIah :

    - Di negara tempat terjadinya perbuatan : Perbuatan

    tersebut diancam dengan pidana.

    - Di negara Indonesia: Perbuata n tersebut saIah satu

    kejahatan tersebut daIam Bab I dan II Buku Kedua

    dan pasal-pasaI160, 161, 240, 279,450, dan 451 dan

    perbuatan kejahatan.Contohnya jika WNI di Singapura meIakukan perkawinan

    tanpa izin isteri maka jika WNI tersebut kembaIi ke

    Indonesia WNI tersebut dapat didakwa meIakukan tindak

    pidana perkawinan terlarang menurut hukum Indonesia

    (Pasa1279 KUHP), tetapi WNI tersebut tidakdapatdihukum

    karena meIakukan perkawinan terlarang jika temyata diSingapura perbuatan kawin Iagi tanpa izin isteri adaIah hal

    yang dibenarkan dan bukan merupakan tindak pidana

    kejahatan.

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 35

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    31/131

    47. Jika di Belanda Aborsi adalah dibenarkan, kemudian jika

    ada WNI yang melakukan aborsi di Belandajika ia kembali

    ke Indonesia apakah WNI tersebut dapat dipidana ?

    Dalam kasus di atas syarat pertama tidak dipenuhi yakni dinegara tempat terjadinya perbuatan (aborsi) tersebut diancam

    dengan pidana, sehingga WNI tersebut tidakdapat dipidana.

    48. Bagaimana konstruksinya jika yang melakukan perbuatan

    tersebut adalah WNA?

    Maka WNA tersebut tidak dapat dipidana kecuali WNA

    tersebut sesudah melakukan perbuatan tersebut menjadi

    WNI (Pasal5 ayat 2 KUHP).

    Contohnya jika Warga Thailand melakukan perbuatan

    kawin tanpa izin isteri (perkawinan terlarang) dan di

    Thailand perkawinan terlarang diancam dengan pidana

    maka apabila warga Thailand tersebut menjadi WNI maka

    perbuatan melakukan perkawinan terlarang tersebut dapatdi hukum menurut Hukum Indonesia (KUHP) dan

    sebaliknya warga Thailand yang menjadi WNI tersebut tidak

    dapat dihukum karena melakukan perkawinan terlarang

    dengan hukum Indonesia jika ternyata di Thailand kawin

    tanpa izin isteri adalah hal yang dibenarkan dan bukan

    merupakan tindakpidana kejahatan.49. Bagaimanakah bentukhukuman (pidana) bagi WNAyang

    melakukan tindak pidana di luar Indonesia yang

    kemudian menjadi WNI ?

    Bentukhukuman dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak

    dijatuhkan pidana mati, jika menurut perundang-undangan

    negara dimana perbuatan dilakukan, terhadapnya tidakdiancamkan pidana mati (Pasal6 KUHP).

    Jadi jika WNA dinegara asalnya melakukan pembunuhanberencana dan dinegara asalnya tidak dikenal hukuman

    36 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    32/131

    mati, maka jika WN A tersebut menjadi WNI maka dia tidak

    dapat dijatuhkan pidana mati meskipun hukum Indonesia

    mengancam pidana mati bagi peIaku pembunuhan

    berencana (PasaI340 KUHP).

    50. Apakah aturan hukurn Indonesia dapat diterapkanterhadap setiap pejabat yang di Iuar Indonesia rneIakukan

    tindak pidana ?

    Ketentuan pidana daIam perundang-undangan Indonesia

    berIaku bagi setiap pejabat yang di Iuar Indonesia

    meIakukan saIah satu tindakpidana kejahatan jabatan (bab

    XXVIII Buku Kedua) (PasaI 7 KUHP).Dan menurut PasaI 92 KUHP yang dinamakan dengan

    pejabat adaIah orang-orang yang dipilih daIam pemilihan

    yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum, begitu

    juga orang-orang yang bukan karena pemilihan, menjadi

    anggota badan pembentuk undang-undang, badan

    pemerintahan, atau badan perwakiIan rakyat, Hakimtermasuk juga Hakim wasit, semua anggota Angkatan

    Perang juga dianggap sebagai pejabat.

    51. Apakah seIain pejabat ada orang khusus Iainnya yang

    dapat dihukurn dengan aturan pidana Indonesia jika

    rneIakukan tindak pidana di Iuar Indonesia?

    Ada, yakni Nakhoda dan penumpang perahu Indonesia,dimana ketentuan pidana daIam perundang-undangan

    Indonesia berlaku bagi nahkoda dan penumpang perahu

    Indonesia, yang di Iuar Indonesia, sekalipun di Iuar perahu,

    meIakukan saIah satu tindak pidana Kejahatan PeIayaran

    (Bab XXIX Buku Kedua), dan peIanggaran peIayaran (Bab

    IX Buku ketiga KUHP); begitu puIa yang tersebut daIam

    peraturan mengenai surat Iaut dan pas kapaI di Indonesia,

    maupun daIam Ordonansi PerkapaIan (PasaI8 KUHP).

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 37

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    33/131

    52. Di pengadiIan negeri manakah yang berwenang

    memeriksa dan mengadili perkara dimana tindakpidana

    tersebut dilakukan di Iuar negeri ?

    Apabila seorang meIakukan tindak pidana di Iuar negeriyang dapat diadili menurut hukum Republik Indonesia,

    maka Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang

    mengadilinya (Pasa186 KUHAP).

    53. Apakah yang menjadi batasan berlakunya aturan hukum

    pidana Indonesia ?

    Diterapkannya pasaI-pasa12-5, 7, dan 8 KUHP dibatasi oleh

    pengecualian-pengecualian yang diakui dalam hukum

    intemasional (Pasa19 KUHP).

    38 Guse Prayudi SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    34/131

    BABIII

    PEMBUAT

    ILlK PERPUSTAKAAN FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS GADJAH MADAYO GYAKA RTA

    A. SubjekTindakPidana

    1. Siapakah yang dapat menjadi pembuat atau subjektindak

    pidana menurut KUHP ?

    Pada dasamya menurut ketentuan KUHP yang merupakan

    subjektindakpidana adalah manusia (naturlijke persoonen),

    dimana menurut memori penjelasan (MvI) Pasal59 KUHP

    dinyatakan "suatu tindak pidana hanya dapat dilakukan

    oleh manusia".

    2. Dilihat dari segi apalagi sehingga bisa dinyatakan pelaku

    tindakpidana menurut KUHP hanya manusia ?- Dilihat dari cara merumuskan tindak pidana dalam

    KUHP, yaitu dengan awalan kata : "Barang siapa (hij

    die). Dari perumusan ini dapat diambil kesimpulan,

    bahwa yang dimaksudkan dengan "Barang siapa "

    (Hij die) adalah manusia.

    - Dilihat dari bentukpidana yang terdapat dalam KUHP.

    3. Apakah terdapat penyimpangan terhadap asas dalam

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    35/131

    KUHP bahwa hanyamanusia(natuurlijke persoon)

    sebagai subjek tindak pidana ?

    Dalam aturan pidana di luar KUHP terdapat beberapa

    penyimpangan,yakrri:- Korporasi diakui dapat melakukan tindakpidana,

    tetapi pertanggungjawaban pidana masih

    dibebankan pada pengurus korporasi (antara lain

    Pasal35 UU No. 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar

    Perusahaan).

    - Sebagai variasi dari a. pertanggungjawaban pidana

    dibebankan kepada "mereka yang memberikan

    perintah" dan atau "mereka yang bertindaksebagai

    pimpinan" (Pasal4 ayat (1) UU No . 38 Tahun 1960

    tentang Penggunaan dan Penetapan Luas Tanah

    Untuk Tanaman Tertentu) .

    - Variasi yang lain tetapi belum melimpahkan

    pertanggungjawaban pidana kepada korporasiadalah dengan merumuskan lebih rind mereka yang

    harus bertanggungjawab, yaitu : pengurus badan

    hukum, sekutu aktif, pengurus yayasan, wakil atau

    kuasa di Indonesia dari perusahaan yang

    berkedudukan di luar wilayah Indonesia, dan

    mereka yang sengaja memimpin perbuatan

    bersangkutan (Pasal34 Undang-undang No. 2 Tahun

    1981 tentang Metrologi Legal).

    - Korporasi secara tegas diakui dapat menjadi pelaku

    dan dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana

    (antara lain Pasal15 Undang-undang Darurat No. 7

    Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi dan

    Pasal49 Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentangNarkotika) (Pohan dalam Reksodipuro, 1994: 69-70).

    4. Apakah pengertian dari korporasi itu sendiri ?

    40 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    36/131

    Korporasi adalah suatu gabungan orang yang dalam

    pergaulan hukum bertindakbersama-sama sebagai subjek

    hukum tersendiri sebagai suatu personifikasi. Korporasi

    adalah badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai

    hakdan kewajiban anggota masing-masing (Utrech dan M.Soleh Djindang dalam Chidir Ali, 1987: 64).

    Korporasi adalah badan usaha yang keberadaannya dan

    status hukumnya disarnakan dengan manusia (orang), tanpa

    melihat bentuk organisasinya. Korporasi dapat merniliki

    kekayaan dan utang, mempunyai kewajiban dan hak dan

    dapat bertindakmenurut hukum, melakukan gugatan dan

    dituntut di depan pengadilan. Oleh karena suatu korporasi

    adalah buatan manusia yang tidaksama dengan manusia,

    maka harus dijalankan oleh manusia, yang disebut pengurus

    atau pengelola. Suatu korporasi, biasanya mempunyai tiga

    organ, yaitu RUPS, Dewan Kornisaris dan Dewan Direksi

    (rnisalnya perseroan terbatas). Batas umur dari korporasi

    itu ditentukan dalam anggaran dasarnya, pada saatkorporasi itu mengakhiri kegiatannya dan bubar (Regar,

    2000: 9).

    5. Dengan demikian, siapakah yang dapat menjadi pembuat

    tindak pidana menurut aturan pidana Indonesia?

    Di samping manusia juga badan hukum, perkumpulan-

    perkumpulan atau korporasi dapat menjadi subyektindakpidana apabila secara khusus ditentukan dalam Undang-

    undang untuktindakpidana tertentu.

    Selain itu mayat atau benda mati lain, tidak dapat

    melakukan tindakpidana dan tidakdapat dituntut pidana.

    6. Dalam praktek, pelaku tindakpidana biasa disebut dengan

    tersangka, terdakwa bahkan terpidana, apakah istilahtersebut ada perbedaannya ?

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA

    Y 0 G Y A

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    37/131

    Istilah tersebut dikenal dalam Hukum Acara Pidana

    dimana istilah tersangka, terdakwa dan terpidana memiliki

    pengertian dan konstruksi hukum yang berbeda, yakni :

    - Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya

    atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan

    patut diduga sebagai pelaku tindakpidana (Pasal1

    angka 14 KUHAP).

    - Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut,

    diperiksa dan diadili di sidang pengadilan (Pasal1

    angka 15 KUHAP).

    - Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkanputusan pengadilan yang telah memperoleh

    kekuatan hukum tetap (Pasal1 angka 32 KUHAP).

    7. Selain istilah terpidanajuga dikenal namanya narapidana,

    apakah keduanya sama atau berbeda ?

    Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan

    putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatanhukum tetap sedangkan Narapidana adalah Terpidana yang

    menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS (Pasal 1

    angka 6 dan 7 UU No. 12 Tahun 1995).

    Dengan demikian terpidana yang menjalani hukumannya

    di Lapas dinamakan dengan Narapidana, karena ada

    kalanya terpidana tidak menjadi narapidana, misalnya

    terpidana denda yang membayar dendanya, terpidana

    dengan pidana percobaan/bersyarat.

    8. Dalam masyarakat dikenal pula istilah resedivis/ penjahat

    kambuhan untuk pelaku tindak tindak pidana, apa

    sebenarnya pengertian resedivis menurut hukum ?

    Dalam hukum yang dikenal adalah istilah Recidive, yakni

    pengulangan tindak pidana terjadi dalam hal seseorang

    melakukan suatu tindak pidana dan telah dijatuhi pidana

    42 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    38/131

    dengan suatu putusan Hakim yang telah berkekuatan

    hukum tetap, kemudian melakukan suatu tindak pidana

    lagi.

    [adi dalam Recidive seseorang melakukan lebih dari satu

    tindak pidana, dan dalam kehidupan sehari-hari orangtersebut dinamakan dengan resedivis.

    B. Kualifikasi Pembuat TindakPidana

    9. Jelaskan kualifikasi dari pembuat yang mewujudkan

    terjadinya tindakpidana menurut hukum ?

    Istilah yang digunakan untukmenyebut hal tersebut adalah

    penyertaan, dimana menurut KUHP, penyertaan dibagi

    dalam dua bentukyakni :

    a. Pembuat (Pasal 55 KUHP) , yang terdiri dari :

    - Pelaku.

    - Yang menyuruh melakukan.

    - Yang turut serta melakukan.- Penganjur.

    b. Pembantu (Pasal56 KUHP), yang terdiri dari :

    - Pembantu saat kejahatan dilakukan.

    - Pembantu sebelum kejahatan dilakukan.

    10. Apakah pengertian dari "pelaku atau mereka yang

    melakukan perbuatan" menurut hukum ?Yaitu orang ya n g melakukan se n d i r i perbuatan yang

    memenuhi rumusan tindakpidana.

    11. Apakah pengertian dari "yang menyu ruh melakukan

    perbuatan" menurut hukum?

    Orang yang melakukan perbuatan d engan perantaraan

    orang lain, sedang perantara ini hanya diumpamakansebagai alat semata.

    SElUK BElUK HUKUM PIDANA 43

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    39/131

    Dengan demikian dalam "menyuruh melakukan" ada dua

    pihakyakni pembuat langsung dan pembuat tidaklangsung

    (aktor intelektual). Tetapi "pembuat langsung" tersebut

    harus memenuhi syarat yakni harus manusia yang berbuatdan yang berbuat langsung tersebut "tidak dapat

    dipertanggungjawabkan" .

    12. Dengan demikian apa yang menjadi ciri utama dari "yang

    menyuruh melakukan perbuatan" menurut hukum?

    Ciri utamanya adalah pembuat materiil/langsung tindak

    pidana tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan atas

    perbuatannya tersebut,

    Hal ini semakin temyata dalam Putusan Mahkamah Agung

    tgl. 1-12-1956 No. 137 K/Kr/1956, bahwa menyuruh

    melakukan (doen plegen) suatu tindak pidana, menurut ilmu

    hukum pidana syaratnya adalah, bahwa orang yang disuruh

    itu menurut hukum pidana tidak dapat dipertanggung

    jawabkan terhadap perbuatannya sehingga oleh karenanyatidak dapat dihukum.

    13. Dalam hal-hal apakah pembuat materiil tindak pidana

    dalam "menyuruh melakukan" tidak dapat

    dipertanggungjawabkan atas perbuatanya tersebut?

    - Dalamhal tidaksempuma pertumbuhanjiwanya (Pasal

    44 KUHP). Misalnya B yang gila disuruh memecahkanjendela rumah B oleh A, maka A terkualifikasi sebagai

    orang yang menyuruh melakukan.

    - Dalam hal berbuat karena daya paksa (Pasal48 KUHP).

    Misalnya A karena ditodong senjata oleh B disuruh

    untukmemalsukan sural.

    - Dalam hal berbuat atas perintah jabatan yang tidaksah

    (Pasal5 ayat 2 KUHP).

    - Dalam hal ia keliru (sesat) mengenai salah satu unsur

    44 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    40/131

    tindak pidananya. Misalnya B disuruh untuk

    menguangkan pos wesel yang tandatangannya dipalsu

    oleh A, sedang B tidak mengetahui pemalsuan itu.

    - Dalam hal ia tidakmempunyai maksud seperti yang

    disyaratkan untuk kejahatan tersebut. Misalnya B(kuli) disuruh A untuk mengambil barang dari satu

    tempat, B mengambilnya untuk diserahkan kepada

    A dan B sama sekali tidakmempunyai maksud untuk

    memiliki barang tersebut untukdirinya sendiri.

    14. Apakah pengertian dari "turutserta melakukan perbuatan"

    menurut hukum ?

    MenurutMvT(memori penjelasan) KUHP, orang yang turut

    serta melakukan adalah orang yang dengan sengaja turut

    berbuat atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu.

    Dimana menurut Pompe, dalam turut serta melakukan

    terdapat tiga kemungkinan :

    - Mereka masing-masing memenuhi semua unsur

    dalam rumusan delik. Misalnya dua orang dengan

    bekerja sama melakukan pencurian di sebuah

    gudang beras.

    - Salah seorang memenuhi semua unsur delik, sedang

    yang lain tidak. Misalnya dua orang pencopet (A dan

    B)saling bekerja sama, A yang menabrakorangyang

    menjadi sasaran sedang B yang mengambil dompetorang itu.

    - Tidak seorangpun me menu hi unsur-unsur

    delik seluruhnya, tetapi mereka bersama-sama

    mewujudkan delik itu. Misalnya dalam pencurian

    dengan merusak (Pasal 363 ayat (1) ke- 5 KUHP),

    salah seorang melakukan penggangsiran, sedang

    kawannya masuk rumah dan mengambil barang

    barang yang kemudian diterimakan kepada

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 45

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    41/131

    kawannya yang menggangsir tadi.

    15. Dengan demikian apakah yang menjadi syarat adanya

    "turut serta melakukan perbuatan" ?

    Adanya kerjasama yangsadar dan ada adanya pelaksanaan

    bersama secara fisik.

    16. Sebutkan contoh kasus yang menjelaskan tentang kualitas

    orang sebagai "yang turut serta melakukan perbuatan" ?

    Perbuatan terdakwa II mengancam dengan pistol tidak

    memenuhi semua unsur dalam pasal339 K.D.H.P. terdakwa

    I lah yang memukul si korban dengan sepotong besi yangmengakibatkan meninggalnya si korban. Karena itu untuk

    terdakwa II kwalifikasi yang tepat adalah turut melakukan

    tindakpidana (medeplegen) sedangkan pembuat materiilnya

    ialah terdakwa I (vide Putusan Mahkamah Agung tgl. 26-6

    1971 No. 15/K/Kr/1970).

    17. Apakah untuk dipidananya "orang yang turut sertamelakukan tindak pidana" hams bersama-sama dengan

    pelaku utamanya ?

    Dalam Putusan Mahkamah Agung tgl. 22-11-1969 No. 7 K/

    Kr/1969 J dinyatakan Keberatan yang diajukan penuntut

    kasasi : - bahwa dalam perkara ini pelaku utamanya tidak

    diadili; Tidak dapat diterima, karena untuk memeriksa

    perkara terdakwa Pengadilan tidak perlu menunggu

    diajukannya terlebih dahulu pelaku utama dalam perkara

    itu. (i.e. Terdakwa dipersalahkan atas kejahatan "5ebagai

    Pegawai Negeri turut serta membujukorang lain melakukan

    penggelapan dalam jabatan").

    Dengan demikian "yang turut serta melakukan tindak

    pidana" dapat dipidana walaupun pelaku utamanya belumditangkap/belum diproses.

    46 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    42/131

    18. Apabila pelaku tindakpidana materiilnya telah meninggal .dunia, apakah orang yang turut serta melakukan tindak

    pidana tetap dapat dipidana ?

    Tentunya yang turut serta melakukan tindak pidana

    tersebut tetap dapat dipidana, hal ini terlihat dalamyurisprudensi Putusan Mahkamah Agung tgl. 12-5-1959

    No. 52 K/Kr/1959, yakni Keberatan yang diajukan dalam

    memori kasasi : - bahwa kesalahan penuntut kasasi tidak

    terbukti karena kawan pelaku pencuri telah meninggal

    dunia sehingga penuntut kasasi tidak dapat dinyatakan

    sebagai "medepleger" dari orang mati; Tidak dapat

    dibenarkan, karena soal apakah terdakwa bersama oranglain melakukan tindak pidana yang dituduhkan, harus

    disandarkan pada saat tindak pidana itu dilakukan dan

    apakah hal termaksud di sidang dapat dibuktikan; bahwa

    kawan pesertanya kemudian meninggal dunia tidak

    mempengaruhi hal tersebut.

    19. Apakah pengertian dari "yang menganjurkan melakukan

    perbuatan (penganjur)" menurut hukum ?

    Orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan

    suatu tindak pidana dengan menggunakan sarana-sarana

    yang ditentukan oleh undang-undang.

    20. Dengan demikian apakah persamaan antara "penganjur"

    dengan "yang menyuruh melakukan perbuatan" ?

    Persamaannya adalah adanya usaha untukmenggerakkan

    orang lain sebagai pembuat materiil/langsung tindak

    pidana.

    Sedangkan perbedaannya :

    - Dalam penganjuran mengerakkan orang lain

    dengan sarana-sarana tertentu (limitatif) sedang

    dalam "yang menyuruh melakukan" sarana meng

    gerakkan orang lain tidak ditentukan (tidak

    limitatif).

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 47

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    43/131

    - Dalam penganjuran pembuat materiil dapat

    dipertanggungjawabkan, sedangkan dalam

    "menyuruh melakukan" pembuat materiil tidak

    dapat dipertanggunggjawabkan.

    21. Dengan demikian, apakah yang menjadi syarat suatu

    penganjuran dapat dipidana ?

    - Adanya kesengajaan untukmenggerakan orang lain

    melakukan perbuatan terlarang.

    Menggerakkannya dengan menggunakan upaya/sarana

    yang ditentukan Undang-undang yakni dengan memberiatau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan

    kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman

    atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan,

    sarana atau keterangan.

    Putusan kehendak dari sipembuat materiil ditimbulkan

    karena dua hal di atas.

    Pembuat materiil melakukan tindak pidana yang

    dianjurkan atau percobaan melakukan tindakpidana.

    Pembuat materiil tersebut dapat dipertangungjawabkan

    dalam hukum pidana.

    22. Seperti tersebut di atas, dalam terjadinya tindak pidana

    kadang kala selain pelaku terdapat pula orang yang

    membantu terjadinya tindakpidana tersebut, bagaimankah

    jenis dari pembantu kejahatan menurut hukum ?

    Menurut Pasal56 KUHP yang dinamakan dengan pembantu

    kejahatan :

    1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu

    kejahatan dilakukan.

    2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, saranaatau keterangan untuk melakukan kejahatan.

    Dengan demikian membantu kejahatan adalah membantu

    48 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    44/131

    sebelum dan pada saatkejahatan tersebut terjadi.

    23. Jelaskan pengertian tentang dua jenis pembantuan

    tersebut?

    Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan dengan cara

    yang ditentukan secara limitatifdalamUndang-undang

    yakni dengan cara memberi kesempatan, sarana atau

    keterangan.

    - Pembantuanpada saatkejahatan dilakukan dengan cara

    yang tidak ditentukan secara limitatif dalam undang

    undang.

    Dengan demikian sekali lagi ditekankan hukum tidakmengenal bentuk membantu melakukan pelanggaran dan

    juga tidak menge na l konstruksi membantu setelah kejahatan

    dilakukan sebagai pembantua n.

    24. Kenapa KUHP tidakmenyebutkan kualifikasi membantu

    setelah tindakpidana ?

    Menurut KUHP membantu setelah tindak pidana selesaibukan disebut sebagai membantu tindak pidana te tapi

    menjadi bentuk tindakpidana tersendiri/khusus.

    Misalnya membantu menyembunyikan pelaku tindak

    pidana merupakan tindakpidana khusus yang diatur dalam

    Pasal 221 ayat (1) ke-1 KUHP, atau membatu setelah

    dilakukan suatu kejahatan bermaksud untukmenutupinya,

    atau untuk menghalang-halangi a tau me m pers ukar

    penyidikan merupakan tindak pidana menurut Pasal 221

    ayat (1) ke-2 KUHP.

    25. Apakah menurut hukum semua orang dilarang untuk

    membantu menyembunyikan pelaku tindak pidana atau

    menghalang-halangi proses penyidikan tindak pidana ?

    Dalam Pasal 221 ayat (2) KUHP dinyatakan bahwa aturan

    di atas (Pasal221 ayat (1)ke-I dan ke-2 KUHP) tidak berlaku

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 49

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    45/131

    bagi orang yang melakukan perbuatan ters ebut dengan

    maksu d untuk mengh ind a r k a n atau menghalaukan

    bahaya penun tutan te rhadap seorang keluarga sedarah

    atau semenda garis Iu rus atau dalam garis menyimpangderajat ke dua atau ketiga, atau terh adap suami/istrinya

    atau bekas suami / istrinya.

    Dengan de mikian bukan merupakan tindak pidana jika

    seseorang menyembunyikan seorang keluarga sedarah atau

    semenda garis Iurus atau dalam garis menyimpang derajat

    kedua atau ketiga, atau terhadap su ami/istrinya atau bekas

    su ami/istrinya yang melakukan suatu tindakpidana.

    26 Dalam hal "pembantuan pada saat kejadian" p engert

    iannya hampir sama dengan "tu rut serta melakukan ",

    apakah yang menjadi perbedaan kedua hal tersebut ?

    Dalam " pe mba ntua n" pe rbua tann ya hanya

    merupakan perbuatan menunjang, sedang d alam

    " turu t serta melakukan" perbuatannya merupakan

    perbuatan pelaksanaan.

    - "Pembantuan" melakukan pelanggaran tidakdipidana,

    sedang "turut serta" melakukan kejahatan dan

    pelanggaran dapat dipidana.

    - Maksimun pidana penjara bagi "pembantu" kejahatan

    dikurangi sepertiganya, dalam "turut serta" maksimumpidananya sama dengan si pembuat.

    27. Dalam "pembantuan sebelum kejadian" pengertiannya

    mirip dengan "penganjuran", apakah yang menjadi

    perbedaan kedua hal tersebut ?

    Pada "pembantuan" kehendak jahat pembuat rnateriil sudah

    ada sejak semula (tidak ditimbulkan oleh si pelaku), sedangdalam "penganjuran" kehendakuntukmelakukan kejahatan

    pada pembuat rnateriil ditimbulkan oleh si penganjur.

    50 Guse Prayud i, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    46/131

    28 . Ke n a p a hukum membedakan antara pelaku d a n

    p embantu tindak pidana ?

    Pembedaan tersebut dalam kaitannya dengan pidana yang

    dapat dijatuhkan kepada pelaku dan pembantu.

    29. Seperti tersebut di atas, pembuat tindak pidana salah

    satunya adalah manusia. Apakah dikenal bentuk khusu s

    dari "manusia" tersebut ?

    Dalam beberapa aturan pidana, barang siapa yang

    menunjuk manusia tersebut dibuat dalam bentuk khusus

    yakni ditujukan kepada pejabat/pegawai negeri, pengusaha,

    nakhoda, anak, orang yang telah dewasa.

    30. Apakah pengertian dari pejabatfpegawai negeri menurut

    hukum?

    - Menurut Pasal 92 KUHP yang disebut pejabat adalah

    orang-orang yang dipilih dalam pemilihan yang

    diadakan berdasarkan aturan-aturan umum, anggota

    dewan subak, dan semua kepala rakyat Indonesia asli

    dan kepala golongan Timur Asing, yang menjalankan

    kekuasaan yang sah, Hakim termasukjuga Hakim wasit

    (yang menjalankan peradilan administratif, serta ketua

    ketua dan anggota-anggota pengadilan agama), Semua

    anggota Angkatan Perang.

    - Menurut Yurisprudensi yaitu Putusan MahkamahAgung tg1. 1-12-1962 No. 81 K/Kr/1962 dinyatakan

    Pasal92 K.U.H.P. tidak memberi penafsiran mengenai

    siapakah yang harus dianggap sebagai pegawai negeri,

    tetapi memperluas arti pegawai negeri sedangkan

    menurut pendapat Mahkamah Agung yang

    merupakan pegawai negeri ialah setiap orang yang

    diangkat oleh Penguasa yang dibebani denganjab at an

    Umum untuk melaksanakan sebagian dari tugas

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 51

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    47/131

    Negara atau bagian-bagiannya; i.e. terdakwa diangkat

    Menteri Keuangan RI. dalam jabatan Direktur

    Percetakan R.I. Yogyakarta.

    Menurut Pasal1 Angka 2 UU No. 31 Tahun 1999tentang Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi,

    Pegawai Negeri meliputi:

    - Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam

    Undang-undang tentang Kepegawaian; Menurut

    Pasal1 angka 1 UU No. 43 Tahun 1999 tentang

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43

    Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

    Kepegawaian, Pegawai Negeri adalah setiap warga

    negara Republik Indonesia yang telah memenuhi

    syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang

    berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabata n

    negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    - Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab

    Undang-undang Hukum Pidana;

    - Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan

    negara atau daerah;

    - Orang yang menerima gaji atau upah dari suatukorporasi yang menerima bantuan dari keuangan

    negara atau daerah; atau

    - Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasilain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari

    negara atau masyarakat.

    31. Siapakah yang disebut dengan pengusaha ?Yang disebut pengusaha ialah tiap-tiap orang yang

    menjalankan perusahaan (Pasal 92 bis KUHP).

    52 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    48/131

    32. Siapakah yang disebut dengan nakoda, penumpangdan

    ABK?

    Yang disebut nakoda ialah orang yang memegang

    kekuasaan di kapal atau yang mewakilinya. Penumpang

    ialah semua orang yang ada di kapal, kecuali nakoda,

    sedangkan anakbuah kapal ialah semua perwira atau kelasi

    yang ada di dalam kapal (Pasal 93 KVHP).

    33. Siapakah yang dinamakan dengan "anak/orang yang

    belum dewasa" ?

    Menurut Pasal 45 KVHP, orang yang belum dewasa

    adalah sebelum umur enam belas tahun

    - Menurut Pasal1 angka 1 VVNo. 3 Tahun 1997 Tentang

    Pengadilan anak, IfAnak adalah orang yang dala m

    perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8 (delapan)

    tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas)

    tahun dan belum pemah kawin".

    - Menurut Pasal1 angka 1VV

    No . 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak, IfAnak adalah seseorang yang

    belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasukanak .yang masih dalam kandungan" .

    - Menurut Pasal1 angka 5 VVNo. 39 Tahun 1999 Tentang

    HakAsasi Manusia, IfAnakadalah setiap manusia yang

    berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum

    menikah, termasukanakyang masih dalamkandungan

    apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya".

    C. Wujud TindakPidana.

    34. Dalam bentuk apakah pelaku tindak pidana dapat

    mewujudkan tindakpidana tersebut ?

    Tindak pidana terwujud karena kesalahan pelaku dalam

    bentuk karena kesengajaan dan karena kealpaaan.

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 53

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    49/131

    Jadi pelaku tindak pidana mewujudkan tindak pidanatersebut dalam dua bentuk kesalahan yakni : sengaja

    melakukan tindakpidana tersebut dan karena kealpaannya

    menyebabkan tindakpidana tersebut terjadi.35. Apakah perigertian dari kesengajaan menurut hukum?

    Di dalam KUHP tidak memberi definisi apa yang dimaksud

    dengan kesengajaan. Tapi dalam MvT (Memorie van

    Toelichting) dijelaskan bahwa "Kesengajaan" (opzet) diartikan

    sebagai menghendaki dan mengetahui (willen en uiettensv

    (Sudarto, 1990: 16).Menurut Sudarto kesengajaan ini terdapat tiga corakyang

    menunjukkan tingkatan atau bentuk yaitu:

    (1). Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)

    untuk mencapai suatu tujuan (yang dekat);

    Dolus Directus. Corak kesengajaan ini merupakan

    bentukkesengajaan yang biasa dan sederhana.

    Perbuatan sipembuat bertujuan untukmenimbulkan akibat yang dilarang. Kalau akibat

    ini tidak akan ada, maka ia tidak akan berbuat

    demikian. la menghendaki perbuatan beserta

    akibatnya.

    (2). Kesengajaan dengan s adar kepastian

    (opzet met zekerheidsbewustzijn atau

    noodzakelijkheidbewustxijn). Dalam hal

    ini perbuatannya mempunyai 2 akibat :

    (a). Akibat yang memang dituju sipembuat. lni

    tidak dapat merupakan delik tersendiri atau

    tidak.

    (b). Akibat yang diinginkan tetapi merupakan

    suatu keharusan untuk mencapainya tujuandalam nomor 1 tadi, akibat ini pasti timbulj

    terjadi.

    54 Guse Pravudl, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    50/131

    (3). Kesengajaan dengan sadar kemungkinan (dolus

    eventualisatau voonvaardelijk opzet). Dalamhal ini

    ada ketentuan yang semula mungkin terjadi

    kemudian ternyata benar-benar terjadi (Sudarto,

    1990: 17-18).

    36. Sebutkan contoh tindak pidana yang dilakukan dengan

    sengaja?

    Misalnya pembunuhan (Pasal 338 KUHP) kualifikasinya

    adalah "Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang

    lain, diancam karena pembunuhan" .

    37. Apakah pengertian dari kelalaian menurut hukum?

    KUHP tidak memberi definisi seperti juga halnya pada

    kesengajaan. Menurut MvT, kealpaan disatu pihak

    berlawanan benar-benar dengan kesengajaan dan dilain

    fihak dengan hal yang kebetulan. Kealpaan merupakan

    bentukkesalahan yang lebih ringan dari pada kesengajaan,

    akan tetapi bukannya kesengajaan yang ringan.Menurut Pompe ada tiga macam yang masuk kealpaan

    (onachtzlijkheid) yaitu dapatmengirakan (kunnenvenvachten)

    timbulnya akibat, mengetahui adanya kemungkinan (kunnen

    dermegelijkheid) dan dapat mengetahui adanya kemungkinan

    (kunnenvandemogelijkheid).

    38. Sebutkan contoh tindak pidana yang dilakukan karenakealpaan?

    Misalnya karena kealpaan menyebabkan orang lain mati

    (Pasal 359 KUHP), kualifikasinya adalah "Barang siapa

    karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain

    mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima

    tahunatau pidana kurungan paling lama satu tahun" .

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA

    ;- , \ ) . . . .s HUKUMU N I V E i { ~ 1'\3 G / \ ~ . , H ~ q D A

    Y 0 G YA K AR T A

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    51/131

    BABIV

    PIDANA

    MllIK PERPUSTAKAAN FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS GADJAH MADAY 0 G YAK ART A

    A. Syarat Pemidanaan

    1. Apakah yang menjadi dasar untuk menentukan benar

    tidaknya seseorang telah melakukan tindak pidana ?

    Untukitu diperlukan pemeriksaan perkara di Pengadilan,

    dimana untuk membuktikan suatu tindak pidana benarbenar terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya

    maka hams diperoleh dari sekurang-kurangnya dua alat

    bukti yang sah dan Hakim meyakininya (Pasal 183

    KUHAP).

    Dimana alat-alat bukti yang sah untuk membuktikan

    adanya suatu tindak pidana adalah keterangan saksi,

    keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa

    (Pasal184 KUHAP).

    2. Apabila terbukti tindak pidana tersebut terjadi, apakah

    pelakunya dapat dikenakan pidana ?

    Untuk adanya pemidanaan maka tidak cukup dengan

    adanya suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum

    atau bersifat melawan hukum, tapi diperlukan syarat-syarat

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    52/131

    lainnya yakni orang yang melakukan perbuatan itu

    mempunyai kesalahan atau bersalah (subjective guilt).

    3. Dengan demikian syarat apakah yang harus dipenuhi

    untuk menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindakpidana pidana ?

    Perbuatannya memenuhi rumusan Undang-undang dan

    bersifat melawan hukum (tidak ada alasan pembenar).

    Orangnya mel akukan kes al ahan ya kn i m am pu

    bertanggung jawab dan adanya kesengajaan (Dolus) atau

    keaalpaan (culpa) (tidak ada alasan pemaaf).4. Apakah yang menjadi dasar bahwa orang yangdipidana

    harus mempunyai kesalahan ?

    Karena pada asasnya tidak seorang pun yang melakukan

    tindak pidana dipidana tanpa kesalahan ("TIADA

    PIDANA TANPA KESALAHAN" /Keine Straf Ohne Schuld

    atau Geen Straf Zonder Schuldatau Nulla Peona, Sine Culpa).5. Dimanakah asas kesalahan tersebut diatur ?

    Asas kesalahan tersebut tidakdiatur secara normatifdalam

    KUHP, akan tetapi asas asas kesalahan diakui sebagai

    prinsip umum dan berlakunya asas ini tidak diragukan

    lagi, bahkan dikatakan oleh Idema asas kesalahan adalah

    jantungnya hukum pidana.

    6. Apakah akibat hukumnya jika seseorang terbukti

    melakukan suatu tindak pidana dan pelakunya

    mempunyai kesalahan atas tindak pidana tersebut ?

    Pelaku tersebut dapat dijatuhi hukuman yang dinamakan

    dengan pidana (straf) .

    58 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    53/131

    B. Pengertian Pidana

    7. Jadi dengan demikian, apakah yang menjadi definisi

    dari pidana tersebut ?

    Pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berujud suatunestapa yang dengan sengaja ditimbulkan negara kepada

    pembuat delik (Menurut Oemar Seno Adji dalam Muladi

    dan B. N . Ari ef, 1984 : 2). Sedangkan Sudarto (1990 : 7)

    mengartikan pidana sebagai penderitaan yang sengaja

    dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang

    memenuhi syarat-syarat tertentu.

    8. Apakah bentuk pidana yang dapat dijatuhkan kepada

    pelaku tindak pidana yang terbukti di Pengadilan ?

    Pidana yang dapat dijatuhkan dalam bentuk pidana pokok

    dan pidana tambahan.

    9. Apa saja bentukdari pidana pokok?

    Pidana pokok terdiri dari pidana mati, pidana penjara,pidana kurungan, pidana denda, pidana tutupan (Pasal10

    hurufa KUHP).

    10. Apa saja bentukdari pidana tambahan?

    Pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak tertentu,

    perampasan barang-barang tertentu, pengumuman

    putusan Hakim (Pasal10 hurufb KUHP).11. Bagaimanakah cara untuk menentukan bentuk pidana

    pokok dan pidana tambahan yang paling berat ?

    Dengan melihat urutannya, dimana urutan pidana dalam

    Pasal10 KUHP dibuat menurut beratnya pidana, sehingga

    yang disebut lebih dahulu adalah yang lebih berat. Dalam

    KUHP terjemahan Badan Pembinaan Hukum Nasional,

    pada Pasal10 KUHP dicanturnkan pidana tutupan sebagai

    SELUK BELUK HUKUM PlDANA 59

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    54/131

    pidana pokok bagian akhir di bawah pidana denda.

    Pencantuman ini didasarkan kepada Undang-undang

    Nomor 20 Tahun 1946 tentang Pidana Tutupan.

    12. Mengenai pidana pokok dalam KUHP. Apakah dikenalpidana pokokdalam bentuklainnya dalam aturan pidana

    diluar KUHP ?

    Dalam aturan pidana diluar KUHP pidana pokoknya

    adalah sama dengan pidana pokokdalam KUHP,jadi tidak

    ada bentuk pidana pokok lainnya selain daripada pidana

    mati, penjara, kurungan, denda dan pidana tutupan.13. Dengan demikian apakah Hakim dapat menjatuhkan

    pidana pokokselain pidana yang tersebut dalam Pasal10

    KUHP?

    Hal tersebut tidak dibenarkan, karena sesuai yurisprudensi

    yakni :

    Putusan Mahkamah Agung tgl. 11-3-1970 No. 59K/Kr/1969. Menambah jenis hukuman yang

    ditetapkan dalam pasal 10 K.U.H.P. tidak

    dibenarkan.

    Putusan Mahkamah Agung tgl. 26-9-1970 No. 74

    K/Kr/1969. Pengadilan Negeri sebagai Hakim

    Pidana tidak berwenang menjatuhkan putusan

    yang lain dari pada yang ditentukan dalam pasal10 K.U.H.P. sepertinya putusan yang tersebut

    dalam dictum ke 3 yaitu : "Menghukum lagi

    Tertuduh untuk meninggalkan tanah/sawah

    terperkara naina Djum/sawah Laukeibo guna

    pakai oleh saksi Pengadu".

    - Putusan Mahkamah Agung tgl. 10-5-1972 No. 11

    K/Kr/1971. Dalam perkara pidana Pengadilan

    tidakdapat menjatuhkan hukuman yang isinya: -

    60 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    55/131

    Menghukum terdakwa untuk meninggalkan

    tanah terperkara.

    - Putusan Mahkamah Agung tgl. 13-8-1974 No. 61

    K/Kr/1973. Hukuman tambahan yang dijatuhkan

    oleh Pengadilan Negeri: "Menghukum atastertuduh-tertuduh untuk meninggalkan hutan

    yang digarap guna dihijaukan kembali" dan

    "Menghukum lagi atas tertuduh-tertuduh untuk

    membayar kerugian Negara masing-masing

    besamya 1/29 x Rp. 1.485.700,-" harus dibatalkan

    karena bertentangan dengan pasal10 K.D.H.P.

    14. Mengenai pidana tambahan dalam KUHP. Apakah

    dikenal pidana tambahan dalam bentuk lainnya dalam

    aturan pidana diluar KUHP ?

    Berbeda dengan pidana pokok, dalam aturan di luar KUHP

    dikenal bentuklainnya dari pidana tambahan, misalnya :

    - UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

    Tindak Pidana Korupsi, dalam Pasal 18 ay at (1)

    dinyatakan selain pidana tambahan sebagaimana

    dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum

    Pidana, sebagai pidana tambahan adalah:

    a. perampasan barang bergerakyang berwujud

    atau yang tidak berwujud atau barang tidak

    bergerak yang digunakan untuk atau yangdiperoleh dari .t i n d a k pidana korupsi,

    termasukperusahaan milikterpidana di mana

    tindakpidana korupsi dilakukan, begit u pula

    harga dari barang yang menggantikanbarang

    barang tersebut;

    b. pembayaran uang pengganti yangjumlahnya

    sebanyak-banyaknya sama dengan harta

    benda yang diperoleh dari tindak pidana

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 61

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    56/131

    korupsi;

    c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan

    untukwaktu paling lama 1 (satu) tahun;

    d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak

    tertentu atau penghapusan seluruh atau

    sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau

    dapat diberikan oleh Pemerintah kepada

    terpidana.

    - UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

    Kekerasan dalam Rumah Tangga, dalam Pasal50

    dinyatakan selain pidana sebagaimana dimaksuddalam Bab ini Hakim dapat menjatuhkan pidana

    tambahan berupa :

    a. pembatasan gerakpelaku baikyang bertujuan

    untukmenjauhkan pelaku dari korban dalam

    jarakdan waktu tertentu, maupun pembatasan

    hak-haktertentu dari pelaku;

    b. penetapanpelaku mengikuti program konseling

    di bawah pengawasan lembaga tertentu.

    - UU No . 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, dalam

    Pasal 70 dikenal pidana tambahan berupa

    pencabutan izin usaha.

    C. Pidana Pokok

    Pidana Mati

    15. Jenis pidana pokok yang pertama adalah pidana mati,

    tindak pidana apakah dalam KUHP yang diancam dengan

    pidana mati ? .

    Kejahatan terhadap negara (Pasa1104, 111 ayat (2), 124ay at (3), 140 ayat (3) KUHP).

    - Pembunuhan dengan berencana (Pasa1340 KUHP).

    62 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    57/131

    - Pencurian dan pemerasan yang dilakukan dalam

    keadaan yang memberatkan (Pasal 369 ayat (4) dan

    Pasal368 ayat (2) KUHP).

    - Pembajakan di laut, di pantai, di pesisir dan di sungai

    yang dilakukan dalam keadaan seperti tersebut dalamPasal444 KUHP.

    16. Selain dalam KUHP, dalam aturan apakah pidana mati

    dikenal dan dapat dijatuhkan ?

    - DalamPasaI6,9,14 PerpuNo.l Tahun 2002 [o, UUNo.

    15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

    Terorisme- Dalam Pasal 59 UU No. 5 Tahun 1997 tentang

    Psikotropika.

    - Dalam Pasal 80 dan Pasal 82 UU No. 22 Tahun 1997

    tentang Narkotika.

    - Dalam Pasal2 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1999 tentang

    Pemberantasan TindakPidana Korupsi.

    17. Bagaimana pelaksanaan pidana mati menurut KUHP ?

    Pidana mati dijalankan oleh algojo di tempat gantungan

    dengan menjeratkan tall yang terikat di tiang gantungan

    pada leher terpidana kemudian menjatuhkan papan tempat

    terpidana berdiri (Pasalll KUHP).

    18. Apakah pelaksanaan hukuman m a ti dengan c a r adigantung masih dilaksanakan ?

    Dengan Penpres No. 2 Tahun 1964 yang diteta pkan menjadi

    UU dengan UU No. 5 Tahun 1969, pelaksanaan p idana mati

    dilakukan dengan ditembak sampai mati disuatu tempat

    dalam daerah hukum Pengadilan y a n g menjatuhkan

    putusan dalam tingkat pertama.

    [adi jika A diputus pidana mati oleh Pengadilan Negeri

    Denpasar, kemudian A dalam menunggu putusan

    SELUK BELUK HUKUM PIDANA 63

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    58/131

    tersebut berkekuatan hukum tetap ditahan di Lembaga

    Pemasyarakatan Nusakambangan, kalau pidana mati

    terhadap A akan dilaksanakan maka harus dilaksanakan di

    wilayah hukum Pengadilan Negeri Denpasar.19. Apakah diatur tentang permintaan terakhir dari seseorang

    yang akan dieksekusi mati ?

    Hal tersebut di atur, yakni terpidana diberitahukan akan

    dilaksanakan pidana mati itu oleh Jaksa tiga kali dua puluhempat jam sebelum saat pelaksanaan, dan pada terpidana

    diberikan kesempatan untuk mengemukakan sesuatuketerangan atau pesanan pada hari hari terakhir.

    20. Apakah terhadap wanita hamil dapat dilakukan pidana

    mati?

    Apabila terpidanaadalah seorang wanita sedang harnil

    maka pelaksanaan pidana mati barn dilakukan empat puluh

    hari setelah anaknya dilahirkan.

    21. Siapakah yang melaksanakanjmengeksekusi pidana mati

    tersebut menurut Penpres No. 2 Tahun 1964?

    Untukpelaksanaan pidana mati itu dibentuk sebuah regu

    tembak, semuanya dari Brigade Mobile, terdiri dari seorang

    Bintara, dua belas tamtama di bawah pimpinan seorang

    perwira, untuk tugasnya ini regu penembak tidakmempergunakan senjata organiknya dan sampai selesainya

    tugas itu regu penembak berada di bawah perintah [aksa

    TinggiIJaksa.

    Pidana Penjara

    22. Jenis pidana pokok yang kedua adalah pidana penjara,

    apa artinya pidana penjara ?

    64 Guse Prayudi, SH

  • 7/23/2019 Buku Seluk Beluk Hukum Pidana

    59/131

    Pidana penjara (dan begitupula pidana kurungan) adalah

    pidana dalam bentuk hukum an berupa kehilangan

    kemerdekaan.

    23. Bagaimana bentukdari pidana penjara tersebut?

    Pidana penjara terdiri dari dua bentukyakni:

    Pidana penjara seumur hidup

    Pidana penjara selama waktu tertentu (Pasal 12

    ayat 1 KUHP).

    24. Berapa batasan lamanya dari pidana penjara selama waktu

    tertentu ?

    Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendeksatu

    hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut (Pasal

    12 ayat 2 KUHP).

    Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan

    selama dua puluh tahun dalam hal kejahatan yang

    pidananya Hakim boleh memilih antara pidana mati, pidana

    seumur hidup, dan pidana penjara selama waktu tertentu,atau antara pidana penjara seumur hidup dan pidana

    penjara selama waktu tertentu; begitu juga dalam hal batas

    lima belas tahun dilampaui sebab tambahanan pidana

    karena perbarengan, pengulangan atau karena tindak

    pidana yang dilakuan oleh pejabat (Pasal12 ayat 3 KUHP).

    [adi lama pidana penjara minimal 1 (satu) hari dan maksimal

    20 (dua puluh tahun) tahun.

    25. Bagaimanakah pencantuman lamanya pidana penjara

    dalam putusan ?

    Lamanya pidana penjara untuk waktu tertentu dalam

    putusan dinyatakan d