jurnal cooperatif tipe stad ,tps n jigsaw
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
1/206
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, TGT,
DAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII
SMPN 26 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2012-2013
SKRIPSI
Oleh
Khoirotun Nisa
NPM 09330236
IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
SEMARANG
2013
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
2/206
ii
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, TGT, DAN JIGSAW
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 26 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2012-2013
Skripsi
Diajukan kepada IKIP PGRI Semarang
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Fisika
Oleh
Khoirotun Nisa
NPM 09330236
IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
SEMARANG
2013
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
3/206
iii
Halaman Persetujuan
Skripsi berjudul
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, TGT, DAN
JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 26
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2012-2013
yang disusun oleh
Khoirotun Nisa
NPM 09330236
telah disetujui dan siap untuk diujikan.
Semarang,
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Ngurah Ayu Nyoman M., M.Pd Susilawati, M.Pd
NPP. 936901098 NPP. 108601305
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
4/206
iv
Halaman Pengesahan
Skripsi berjudul
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, TGT, DAN
JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 26
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2012-2013
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Khoirotun Nisa
NPM 09330236
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada hari Sabtu, 6 Juli 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Nizaruddin, M.Si Dra. Ngurah Ayu N.M., M.Pd
NIP. 196803251994031004 NPP. 93690198
Anggota Penguji
1. Dra. Ngurah Ayu N.M., M.Pd (.)NPP. 936901098
2. Susilawati, M.Pd (.)NPP. 108601305
3. Joko Siswanto, S.Pd, M.Pd (..)NPP. 098401225
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
5/206
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul pengaruh
pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan jigsaw terhadap hasil belajar siswa
kelas VII SMP N 26 Semarang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Fisika.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membimbing dan membantu penelitian ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Muhdi, SH., M.Hum. selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.2. Bapak Drs. Nizaruddin, M.Si selaku dekan FPMIPA IKIP PGRI
Semarang.
3. Ibu Dra. Ngurah Ayu Nyoman M., M.Pd selaku ketua program studipendidikan fisika dan sekaligus pembimbing I.
4. Ibu Susilawati, M.Pd selaku pembimbing II.5. Bapak Eko Suwanto, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 26 Semarang.6. Ibu Sri Hartati, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPA dan sekaligus guru
pendamping penelitian di SMPN 26 Semarang.
7. Seluruh keluarga, sahabat, serta semua pihak yang telah membantu penulisdalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi guru
maupun calon guru dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa.
Semarang, 19 Mei 2013
Penulis
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
6/206
vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khoirotun Nisa
NPM : 09330236
Program studi : Pendidikan Fisika
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan atau duplikasi dari karya ilmiah orang lain. Pendapat yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 9 Juni 2013
Yang membuat pernyataan
Khoirotun Nisa
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
7/206
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Janganlah kamu melihat kepada orang yang banyak harta, lihatlah kepadaorang yang banyak ilmu (nasihat orang tua).
Jadilah kamu orang pandai, atau pelajar, atau pendengar, atau pencinta, danjanganlah kamu jadi orang kelima sebab kamu akan binasa (HR. Al-Baihaqi).
Barang siapa yang menghendaki dunia maka baginya dengan ilmu, barangsiapa yang menghendaki akhirat maka baginya dengan ilmu, dan barang siapa
menginginkan keduanya maka baginya dengan ilmu (HR. Al-Baihaqi).
Barang siapa yang sungguh-sungguh pasti akan sukses. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah.
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati penulis persembahkan skripsi ini untuk:
1. Bapak dan ibu tercinta. Terima kasih atas dukungan dan doanya.2. Seluruh keluarga besar. Terima kasih atas pengorbanan, dukungan, dan
doanya.
3. Si kembar adikku yang cantik-cantik (Hidayah & Maghfiroh). Semogabahagia di surga.
4. Temen-temen pendidikan fisika angkatan tahun 2009 terutama kelas C, D, E,dan F. Terima kasih atas kenangan dan cerita indahnya. Jangan mudah
menyerah. Terus semangat untuk meraih cita-cita.
5. Temen-temen asrama Kartini khususnya kamar E. Terima kasih atasdukungan dan bantuannya. Semoga menjadi orang yang sukses!
6. Almamaterku, semoga tambah jaya!
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
8/206
viii
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, TGT, DAN
JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 26
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2012-2013
Khoirotun Nisa
Progdi Pendidikan Fisika
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan hasil belajar siswa
yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD,TGT, dan jigsaw dengan
kooperatif di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran 2012-2013. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 26 Semarang. Sedangkan
sampel penelitian sebanyak 4 kelas yang diambil menggunakan teknik cluster
random sampling. Penelitian ini merupakan true experimentdenganposttest only
control design. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi, observasi, dan tes.
Data tes hasil belajar dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil belajar siswa
pada kelas eksperimen 1 mencapai rata-rata 80.09, kelas eksperimen 2 mencapai
rata-rata 80.06, kelas eksperimen 3 mencapai rata-rata 74.73, dan kelas kontrol
mencapai rata-rata 69.36. Setelah dilakukan analisis, pada kelas eksperimen 1dengan kelas kontrol diperoleh thitung= 4.457, sedangkan ttabel= 1.998. Pada kelas
eksperimen 2 dengan kelas kontrol diperoleh thitung = 4.442, sedangkan ttabel =
1.998. Pada kelas eksperimen 3 dengan kelas kontrol diperoleh thitung = 2.437,
sedangkan ttabel= 1.995. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka diketahui bahwa
thitung > ttabel. Pada taraf nyata 5% maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan jigsaw terhadap hasil
belajar dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan skor rata-rataposttest, ketuntasan individu dan klasikal.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif, STAD, TGT, jigsaw, dan hasil belajar.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
9/206
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5E. Definisi Istilah ..................................................................................... 6
BAB II. TELAAH PUSTAKA ....................................................................... 9
A. Landasan Teori .................................................................................... 91. Belajar ........................................................................................... 92. Hasil belajar ................................................................................... 133. Pembelajaran kooperatif ................................................................ 164. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ............................................. 215. Pembelajaran kooperatif tipe TGT ................................................ 236. Jigsaw ............................................................................................ 26
B. Kajian Materi Tentang Gerak .............................................................. 27C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 31D. Hipotesis .............................................................................................. 33
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 35
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 35B. Subjek (Populasi dan Sampel) ............................................................ 35C. Teknik Sampling ................................................................................. 35D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 36
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
10/206
x
E. Variabel Penelitian .............................................................................. 41F. Desain Eksperimen ............................................................................. 42G. Prosedur atau Cara Kerja .................................................................... 43H. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 44I. Analisis dan Interpretasi Data .............................................................. 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 51
A. Hasil tes uji coba instrumen ................................................................ 51B. Analisis data awal ............................................................................... 52C. Analisis data akhir ............................................................................... 54D.Nilai rata-rata (posttes) akhhir .......................................................... 54E. Data hasil observasi ............................................................................. 56
BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................... 59
A. Analisis data awal ............................................................................... 59B. Analisis data akhir ............................................................................... 59C.Nilai rata-rata akhir (posttes) siswa .................................................... 60D. Aktifitas guru dan siswa ...................................................................... 66
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70
LAMPIRAN ..................................................................................................... 73
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
11/206
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Posisi-posisi mobil pada dua titik ketika perjalanan.................................... 28
2.2. Kerangka Berfikir ....................................................................................... 32
3.1. Cara kerja penelitian ................................................................................... 43
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
12/206
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Komponen pembelajaran STAD.................................................................. 21
2.2. Kriteria untuk poin perbaikan ...................................................................... 22
2.3. Kriteria untuk penghargaan tim ................................................................... 23
2.4. Langkah-langkah pembelajaran TGT .......................................................... 24
2.5. Kriteria untuk penghargaan tim ................................................................... 25
2.6. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw ....................................................... 26
3.1. Desain penelitian eksperimen ...................................................................... 42
3.2. Contoh data pengamatan.............................................................................. 47
3.3. Harga-harga yang Diperlukan Untuk UjiBartlett....................................... 47
3.4. Kriteria penskoran aktivitas siswa ............................................................... 49
4.1. Hasil analisis validitas soal .......................................................................... 51
4.2. Hasil analisis tingkat kesukaran................................................................... 52
4.3. Hasil uji normalitas sampel ......................................................................... 53
4.4. Hasil analisis uji-t data hasil belajar ............................................................ 54
4.5. Rata-rata nilai akhir (posttest) siswa............................................................ 55
4.6. Hasil analisis aktivitas guru di kelas eksperimen dan kelas kontrol ............ 56
4.7. Hasil analisis aktivitas siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol .......... 57
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
13/206
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kode, nilai awal, dan analisis ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen 1(STAD) ...................................................................................................... 73
2 Kode, nilai awal, dan analisis ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen 2(TGT) ......................................................................................................... 74
3 Kode, nilai awal, dan analisis ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen 3(Jigsaw) ...................................................................................................... 75
4 Kode, nilai awal, dan analisis ketuntasan hasil belajar kelas kontrol(kooperatif) ................................................................................................ 76
5 Kisi-kisi soal uji coba evaluasi pembelajaran ............................................ 776 Soal uji coba evaluasi pembelajaran .......................................................... 817 Kunci jawaban, pedoman penskoran, dan pedoman penilaian .................. 858 Analisis hasil uji coba instrumen .............................................................. 909 Analisis validitas soal uji coba ................................................................. 9210 Analisis reliabilitas soal uji coba .............................................................. 9311 Analisis daya pembeda soal uji coba ........................................................ 9412 Cara menentukan soal evaluasi pembelajaran .......................................... 9513 Uji normalitas kelas eksperimen 1 (STAD)............................................... 9614 Uji normalitas kelas eksperimen 2 (TGT) ................................................. 9715 Uji normalitas kelas eksperimen 3 (Jigsaw) .............................................. 9816 Uji normalitas kelas kontrol (Kooperatif).................................................. 9917 Uji homogenitas sampel ............................................................................ 10018 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran STAD ............. 10119 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran TGT ................ 11020 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran jigsaw ............. 11921 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran kooperatif ....... 12822 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) .................................................................. 13623 Kunci jawaban Lembar Kegiatan Siswa (LKS)......................................... 13924 Daftar pertanyaangames tournament........................................................ 140
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
14/206
xiv
25 Kunci jawaban pertanyaangames tournament.......................................... 14226 Lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran STAD ................... 14327 Lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran TGT ...................... 14528 Lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran jigsaw ................... 14729 Lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif ............. 14930 Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran STAD .................. 15131 Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran TGT .................... 15332 Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran jigsaw.................. 15533 Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif ............ 15734 Petunjuk penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran STAD ................ 15935 Petunjuk penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran TGT ................... 16236 Petunjuk penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran jigsaw ................ 16537 Petunjuk penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif .......... 16838 Daftar nilai dan analisis ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen 1 ....... 17139 Daftar nilai dan analisis ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen 2 ....... 17240 Daftar nilai dan analisis ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen 3 ....... 17341 Daftar nilai dan analisis ketuntasan hasil belajar kelas kontrol ................. 17442 Perhitungan uji-t ........................................................................................ 17543 Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran (STAD) ................... 17744 Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran (TGT) ...................... 17945 Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran (Jigsaw) ................... 18146 Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran (Kooperatif) ............. 18347 Hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen 1 .................................. 18548 Hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen 2 .................................. 18649 Hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen 3 .................................. 18750 Hasil observasi aktivitas siswa kelas kontrol ........................................... 18851 Dokumentasi ............................................................................................. 18952 Lembar usulan tema dan pembimbing skripsi FPMIPA ........................... 19353 Surat permohonan ijin penelitian dari IKIP PGRI Semarang ................... 19454 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ...................................... 19555 Rekapitulasi bimbingan skripsi ................................................................. 196
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
15/206
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangIPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus dikuasai
oleh siswa di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pelajaran ini tidak
hanya memuat pengertian konsep saja melainkan prinsip-prinsip matematika
juga. Artinya bahwa ketika mempelajari IPA siswa tidak hanya mempelajari
konsep fisisnya saja yang berupa pengetahuan-pengetahuan, melainkan
terdapat perhitungan matematis. Hal ini menyebabkan siswa beranggapan
bahwa pelajaran IPA merupakan sesuatu yang menakutkan. Sebagai akibatnya
banyak siswa tidak berminat atau tertarik dengan mata pelajaran IPA fisika
sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.
Hasil belajar siswa yang masih rendah ini dapat ditunjukkan dari hasil
Ulangan Harian Terpadu (UHT) ke 1 semester genap tahun pelajaran
2012/2013. Nilai rata-rata yang mereka peroleh masih di bawah KKM baik
secara individu maupun klasikal. Secara individu, siswa tuntas belajar jika
telah mencapai nilai minimal 70. Sedangkan secara klasikal minimal 75%
siswa yang tuntas belajar dari jumlah siswa di kelas yang bersangkutan. Nilai
rata-rata yang diperoleh siswa dari kelas A sampai G secara berurutan sebesar
55.8, 60.1, 65.6, 65.9, 68.1, 56.2, 66.11, dan 66.06. Sedangkan siswa yang
tuntas secara klasikal dari kelas A sampai H adalah 30%, 33%, 36%, 33%,
44%, 25%, 37%, dan 47% dari jumlah siswa di kelas tersebut.
Pembelajaran IPA di SMP N 26 Semarang dilaksanakan
menggunakan metode pembelajaran ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan
praktikum tetapi hasil belajar yang diperoleh masih rendah. Meskipun metode
yang digunakan telah bervariasi tetapi siswa merasa jenuh, bosan, bahkan tidak
tertarik untuk belajar IPA. Banyak siswa yang berbicara ketika diberi pelajaran,
bermain dengan teman sebangkunya. Bahkan ada yang mengganggu temannya
lebih-lebih jika menggunakan metode ceramah. Siswa dianggap sebagai botol
kosong. Jika diisi dengan air dalam jumlah berapapun maka botol tersebut akan
1
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
16/206
2
menampungnya. Siswa hanya disuruh untuk mendengarkan, mengingat, serta
menghafal saja.
Begitu juga dengan metode demonstrasi dan tanya jawab.
Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi ini menitik beratkan pada
peran guru (teacher center) yang paling dominan. Guru menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa kemudian melakukan demonstrasi, siswa hanya sebagai
pendengar dan penonton (siswa pasif). Sedangkan pembelajaran melalui tanya
jawab hanya terjadi interaksi dari guru ke siswa atau sebaliknya. Lain halnya
dengan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum. Meskipun guru
melatih siswa untuk menemukan hal yang baru (teori belajar Ausubel)
sehingga pembelajaran lebih bermakna. Akan tetapi siswa kurang mengerti
bagaimana cara melakukan praktikum secara tepat dan benar. Pelaksanaan
praktikum juga terkendala dengan kurang lengkapnya peralatan laboratorium.
Selain itu peralatan laboratorium banyak yang sudah rusak.
Meskipun pelaksanaan praktikum secara berkelompok, interaksi dan
kerja sama antar siswa belum bisa muncul. Hal ini dapat terlihat dari cara
mereka bekerja sama. Jika mengalami kesulitan, mereka tidak mendiskusikan
dengan anggota kelompok mereka. Mereka tidak meminta saran maupun solusi
dari anggota kelompok mereka. Pembagian tugas dalam kelompokpun tidak
ada. Mereka hanya membebankan tugas mereka pada beberapa orang saja.
Sebagai akibatnya hasil belajar siswa kelas VII SMP N 26 Semarang kurang
maksimal.
Agar pembelajaran mencapai hasil yang maksimal maka proses
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan keadaan siswa, melibatkan peran
aktif siswa, serta merangsang rasa ingin tahu yang tinggi. Selain itu,
pembelajaran juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan ide-ide kreatif sehingga pembelajaran aktif dapat terwujud.
Siswa tidak hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru saja.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka guru harus mengetahui
bagaimana cara siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa.
Bagaimana cara belajar siswa ditentukan oleh penerapan model pembelajaran
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
17/206
3
yang sesuai dengan karakter siswa. Sedangkan cara membelajarkan siswa
dengan berbagai variasi sehingga siswa tidak merasa bosan, jenuh, serta
tercipta suasana belajar yang aman dan menyenangkan ditentukan dengan
ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan jigsaw diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 26 Semarang.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena adanya kesadaran bahwa
dalam melaksanakan pembelajaran guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan
motivator yang membantu pembelajaran itu berlangsung. Selain itu
pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan pemahaman dan
melatih siswa untuk belajar secara berkelompok. Kelebihan dari pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah dapat melatih siswa untuk bekerja dan berdiskusi
secara berkelompok serta merumuskan pengetahuan yang diperoleh sehingga
pembelajaran terpusat pada siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, dkk (2009: 112)
menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
berorientasi ketrampilan proses dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas
XI SMA Negeri 7 Semarang dalam mata pelajaran fisika. Referensi lain yang
mendasari penelitian ini adalah hasil penelitian Purwanti (2011: 89)
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan metode STAD mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Batuwarno
semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan pembelajaran secara
berkelompok dengan mengajak siswa belajar sambil bermain sehingga siswa
akan merasa senang dan tertarik. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif TGT,
sangat cocok untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, juga sekaligus
melatih siswa menyelesaikan soal-soal dengan tepat. Pada saat diskusi
kelompok akan tercipta semangat kerjasama dan saling tutor antar teman dalam
satu kelompok. Suasana turnamen akan menumbuhkan berbagai karakter
positif, diantaranya sportifitas, kejujuran, ketelitian, dan semangat mencapai
hasil terbaik.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
18/206
4
Penelitian yang dilakukan oleh Suranto (2011: 90) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki dampak positif dalam penguasaan
materi, meningkatkan prestasi belajar, mengaktifkan, serta meningkatkan
motivasi siswa kelas 7F SMP Negeri 2 Kendal semester II tahun pelajaran
2010/2011. Sedangkan penelitian yang dilkaukan oleh Rahayu (2011: 63)
menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan pemahaman menghitung keliling dan luas segi empat pada siswa
kelas VII SMP N 2 Klaten tahun 2010/2011.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran secara
berkelompok yang heterogen yang menitik beratkan pada kelompok ahli dan
kelompok asal. Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini terjadi interaksi
dari guru_siswa, siswa_guru, serta siswa_siswa. Kelebihan dari pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ini adalah dapat melatih siswa untuk mengungkapkan
pemikiran-pemikiran, ide-ide, dan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Herviati, et al. (2010: 56), yang menyimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas VII A SMP Negeri 38 Semarang tahun
pelajaran 2008/2009.
Nurhaeni (2011: 12) menyatakan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep listrik pelajaran
fisika di kelas IX SMP N 43 Bandung. Sedangkan hasil penelitian Watminah
(2011: 145) menyimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif model
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar pokok bahasan sifat-sifat zat siswa
kelas VIIC SMP 7 Tegal semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan
uraian di atas maka penelitian ini berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD, TGT, dan Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N
26 Semarang.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
19/206
5
B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadaphasil belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran 2012-
2013?
2. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadaphasil belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran 2012-
2013?
3. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadaphasil belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran 2012-
2013?
C. Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadaphasil belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran
2012-2013.
2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadaphasil belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran
2012-2013.
3. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadaphasil belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran
2012-2013.
D. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teori maupun praktis.
1. Manfaat teoritika. Menerapkan teori yang telah ada secara tepat dan benar.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
20/206
6
b. Memberikan paradigma baru terhadap pembelajaran sehingga siswadapat belajar secara aktif dan menyenangkan.
2. Manfaat praktis.a. Bagi guru
1) Untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran dapatdikuasai oleh siswa.
2) Untuk memberikan umpan balik apakah dalam materi tertentuperlu diadakan program pengayaan atau remedial kepada siswa.
3) Untuk memberikan umpan balik kepada guru apakahpembelajaran dapat dilaksanakan telah sesuai dengan karakter
siswa atau belum.
b. Bagi siswa.Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana
tujuan pembelajaran dikuasai oleh siswa serta belajar dengan
menyenangkan, melatih siswa bekerja sama, dan merangsang siswa
untuk aktif dalam pembelajaran.
c. Bagi sekolahBagi sekolah penelitian ini bermanfaat memberikan masukan tentang
kemajuan siswa sekolah tersebut dalam belajar, guru dalam
membelajarkan siswa, serta hasil belajar yang telah dicapai siswa.
E. Definisi IstilahUntuk menyamakan pandangan tentang penelitian ini maka diberikan
definisi sebagai berikut.
1. PengaruhPengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang
(Poerwadarminta, 2008: 1045). Dalam penelitian ini pengaruh berarti
daya yang timbul akibat adanya pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe STAD, TGT, dan jigsaw.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
21/206
7
2. Model pembelajaranModel pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mecapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan
aktivitas belajar mengajar (Indrawati dan setiawan, 2009: 27).
3. Pembelajaran kooperatifPembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang berusaha
memanfaatkan teman (siswa lain) sebagai sumber belajar, disamping guru
maupun sumber belajar yang lain (Weda, 2011: 190). Pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran secara tim, dimana setiap anggota
tim harus saling membantu untuk mencapai proses pembelajaran sehingga
kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
4. Student Teams Achievement Devision(STAD)Model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu cara pembelajaran
yang bertujuan memotivasi peserta didik agar saling mendukung dan
membantu dalam menguasai kompetensi yang diajarkan dan diakhiridengan pemberian kuis secara individu. Hasil dari kuis ini akan
berpengaruh pada skor kelompok mereka (Slavin, 2005: 12).
5. Team Games Tournament(TGT)TGT adalah suatu pembelajaran secara berkelompok dengan
menggunakan permainan dan turnamen sebagai pengganti kuis diakhir
pembelajaran (Slavin, 2005: 163-165).
6.
JigsawJigsaw merupakan pembelajaran secara berkelompok/tim yang menitik
beratkan pada kelompok asal dan kelompok ahli (Suprijono, 2011: 89-91).
7. Hasil belajarHasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2011: 5).
Hasil belajar ini dapat digolongkan ke dalam tiga ranah, yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar yang dimaksud dalam
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
22/206
8
penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa kelas VII mata pelajaran
IPA fisika di SMP N 26 Semarang.
Berdasarkan uraian di atas, maka arti keseluruhan dari pengaruh
pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan jigsaw terhadap hasil belajar
siswa kelas VII SMP N 26 semarang adalah dengan menggunakan model
pembelajaran yang melibatkan pada kelompok-kelompok kecil, tim ahli,
pemberian game tournament, pembagian tugas, kerja sama, serta saling
membantu dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara maksimal siswa kelas VII SMP N 26 Semarang tahun pelajaran 2012-
2013.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
23/206
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori1. Belajar
a. Pengertian belajarMenurut Gagne dalam Suprijono (2011: 2), belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktivitas. Perubahan disposisi ini bukan diperoleh langsung dari dari
proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Travers, belajar adalah
proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku (dalam Suprijono, 2011: 2).
Sedangkan menurut Skinner, belajar merupakan suatu perilaku yang akan
menyebabkan respon seseorang akan lebih baik. Sebaliknya jika tidak
belajar maka responnya akan menurun (dalam Dimyati dan Mujiono,
2006: 9).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses yang dialami oleh seseorang secara langsung yang dapat
merubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. Perubahan yang terjadi
bukan perubahan fisik seseorang
b. Prinsip-prinsip belajarPrinsip belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai batasan dalam suatu pembelajaran. Prinsip-prinsip belajar inilah
yang dijadikan dasar dalam melaksanakan pembelajaran. Prinsip-prinsip
tersebut adalah perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,
serta perbedaan individu.
1) Perhatian dan motivasiMenurut Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2006: 42) menyatakan
bahwa pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian
tak mungkin terjadi belajar. Perhatian dalam belajar ini akan muncul
jika sesuai dengan kebutuhan siswa. Perhatian inilah yang akan
9
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
24/206
10
membangkitkan motivasi. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan
dan mengarahkan aktivitas sesorang. Motivasi ini dapat berasal dari
dalam maupun luar siswa itu sendiri.
2) KeaktifanMenurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif
dalam mengolah informasi, bukan sekedar menyimpannya. Menurut
teori ini anak atau siswa memiliki sifat aktif dan mampu
merencanakan sesuatu.
3) Keterlibatan langsung/berpengalamanMaksud dari keterlibatan langsung/berpengalaman dalam belajar
adalah bahwa belajar itu dialami oleh siswa itu sendiri dan tidak bisa
diwakilkan kepada orang lain. Guru bertindak sebagai fasilitator dan
pembimbing.
4) PengulanganDalam belajar, prinsip pengulangan ini sangat penting. Hal ini
bertujuan untuk melatih daya ingat sehingga mengalami
perkembangan.
5) TantanganTantangan dalam belajar merupakan suatu masalah-masalah yang
perlu dipecahkan sehingga dapat membuat siswa itu merasa tertantang
untuk mempelajarinya.
6) Balikan dan penguatanMenurut teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner yang
diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori ini adalah low effect-nya.
Bagi siswa yang berhasil maka mendapatkan penghargaan dan bagi
siswa yang tidak berhasil maka akan mendapatkan hukuman.
7) Perbedaan individuSiswa merupakan individu yang masing-masing memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Karakteristik tersebut terkait dengan psikis,
kepribadian, dan sifat-sifatnya.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
25/206
11
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.Menurut Slameto (2010: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar digolongkan dalam dua jenis, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor internFaktor intern merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang
belajar. Faktor intern meliputi:
a) Faktor kesehatanSehat berarti dalam keadaan baik dalam segenap badan beserta
bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Proses belajar mengajar
akan terganggu jika kesehatannya terganggu.
b) Cacat tubuhCacat tubuh merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Siswa yang cacat
proses belajarnya juga terganggu. Seharusnya ia belajar pada
lembaga khusus atau menggunakan alat bantu.
c) IntelegensiIntelegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan dengan situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ mengggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, serta mengetahui
hubungan dan mempelajari dengan cepat. Siswa yang memiliki
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
memiliki intelegensi yang rendah.
d) PerhatianUntuk menjamin hasil yang baik siswa harus memiliki perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya sehingga ia tidak merasa bosan
dan merasa tertarik untuk belajar.
e) MinatMinat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Minat yang besar
pengaruhnya terhadap hasil belajar. Karena bila bahan yang
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
26/206
12
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
baginya. Sebaliknya bila bahan yang dipelajari sesuai dengan
minat siswa, maka siswa akan belajar dengan sebaik-baiknya
karena ada daya tarik baginya.
f) BakatBakat adalah kemampuan untuk belajar. Bila bahan yang
dipelajari sesuai dengan bakat siswa, maka hasil belajarnya akan
lebih baik. Sebaliknya, bila bahan yang dipelajari tidak sesuai
dengan bakat siswa, maka hasil belajarnya akan lebih buruk.
g) MotivasiMotivasi adalah daya penggerak atau pendorong yang
menyebabkan seseorang itu melakukan sesuatu. Motivasi ini
dapat berasal dari dalam diri siswa (motivasi internal) dan
motivasi dari luar diri siswa (motivasi eksternal). Motivasi erat
kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai. Karena dalam
mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motivasi.
h) KematanganKematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya telah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru.
i) KesiapanKesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.
Jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
j) KelelahanKelelahan adalah kecenderungan seseorang untuk beristirahat
baik secara fisik maupun psikis.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
27/206
13
2) Faktor eksternFaktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang,
meliputi:
a) Faktor keluargaSiswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
cara orang tua mendidik anaknya, hubungan antar anggota
keluarga, suasana rumah, serta masalah ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolahFaktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa meliputi
metode mengajar, kurikulum, interaksi di sekolah, dan saran
prasarana di sekolah.
c) Faktor masyarakatMasyarakat juga sangat berpengaruh terhadap belajar siswa.
Banyak kegiatan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap
belajar siswa, seperti keberadaan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, serta kehidupan masyarakat.
2. Hasil BelajarBelajar merupakan proses internal yang komplek. Proses internal
merupakan suatu proses yang melibatkan seluruh mental yang dimiliki
oleh siswa. Dalam pembelajaran, siswa menggunakan kemampuan-
kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan ajar. Keberhasilan dalam
pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya.
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2011: 22).
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2011: 5). Jadi, hasil
belajar merupakan segala sesuatu yang diperoleh siswa setelah mengikuti
pembelajaran.
Benyamin S. Bloom menggolongkan hasil belajar ke dalam tiga
ranah, yaitu:
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
28/206
14
a. Ranah kognitifRanah kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Ranah
kognitif terdiri dari enam perilaku, yaitu:
1) Pengetahuan.Pengetahuan merupakan kemampuan ingatan tentang hal yang
telah dipelajari dan menyimpannya dalam ingatan. Pengetahuan
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
2) Pemahaman.Pemahaman merupakan kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang telah dipelajari.
3) Aplikasi.Aplikasi atau penerapan merupakan kemampuan menerapkan
metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan
baru.
4) Analisis.Analisis merupakan kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik. Misalnya kemampuan mengurangi masalah menjadi
bagian yang kecil.
5) Sintesis.Sintesis mencakup pada kemampuan membentuk pola baru.
Misalnya kemampuan menyusun program.
6) Evaluasi.Penilaian mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan
menilai hasil karangan.
b. Ranah afektifRanah afektif berkenaan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai.
Ranah afektif ini terdiri dari lima perilaku, yaitu:
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
29/206
15
1) Penerimaan.Penerimaan mencakup pada kepekaan terhadap hal tertentu dan
kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya kemampuan
mengakui adanya perbedaan.
2) Partisipasi.Partisipasi mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya mematuhi peraturan
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian dan penentuan sikap.Penilaian dan penentuan sikap mencakup menerima suatu nilai,
menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya menerima
pendapat orang lain.
4) Organisasi.Organisasi mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pengalaman hidup. Misalnya menempatkan
nilai dalam skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara
bertanggung jawab.
5) Pembentukan pola hidup.Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan menghayati nilai
dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya
kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang
disiplin.
c. Ranah psikomotorikRanah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ranah psikomotorik terdiri dari tujuh jenis
perilaku, yaitu:
1) Persepsi.Persepsi mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendes-
kriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya
perbedaan yang khas tersebut.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
30/206
16
2) Kesiapan.Kesiapan mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan
dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani.
3) Gerakan terbimbing.Gerakan terbimbing mencakup kemampuan melakukan gerkan
sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak lari,
membuat lingkaran di atas pola.
4) Gerakan yang terbiasa.Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan melakukan gerakan-
gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lompat dengan tepat.
5) Gerakan kompleks.Gerakan komplek mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar dan tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan.Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan
khusus yang berlaku. Misalnya kemampuan bertanding.
7) Kreativitas.Kreativitas mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik
yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
(dalam Dimyati dan Mudjiono, 2011: 26-31).
3. Pembelajaran kooperatifa. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang memiliki kemampuan latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)
(Sanjaya. 2009: 242). Menurut Johnson (2010: 4), pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) adalah proses belajar mengajar yang
melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
31/206
17
siswa untuk bekerja bersama-sama di dalamnya guna memaksimalkan
pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Jadi,
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara berkelompok dengan
anggota yang heterogen, dimana antara anggota satu dengan yang lain
dalam satu kelompok saling bekerja sama demi tercapainya tujuan
pembelajaran secara maksimal.
Di dalam pembelajaran kooperatif ini siswa akan dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil dengan anggota kelompok maksimal enam orang
yang heterogen. Kelompok yang heterogen artinya bahwa kelompok
tersebut memiliki perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
agama, suku, dan lain-lain. Melalui pembelajaran kooperatif akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam tugas-
tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif pula siswa akan
menjadi sumber belajar bagi teman yang lain. Setiap anggota harus dapat
menerima dan menghargai perbedaan dalam kelompok mereka, bekerja
sama, serta dapat menerima kekurangan dari tiap-tiap anggotanya.
Menurut Sanjaya (2010: 244-246), karakteristik pembelajaran kooperatif:
1) Pembelajaran secara timPembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran secara tim
heterogen. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat
saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, saling
membantu sehingga setiap anggota dapat memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan kelompok.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatifSecara umum, manajemen memiliki fungsi pokok, yaitu fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
kontrol.
a) Fungsi perencanaan berarti bahwa dalam pembelajaran kooperatifmemerlukan perencanaan yang matang agar pembelajaran dapat
berjalan secara efektif guna mencapai tujuan pembelajaran yang
maksimal.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
32/206
18
b) Fungsi organisasi berarti bahwa pembelajaran kooperatifmerupakan kegiatan bersama di dalam suatu kelompok sehingga
perlu diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota
kelompok.
c) Fungsi pelaksanaan berarti bahwa dalam melaksanakanpembelajaran kooperatif ini harus sesuai dengan apa yang telah
direncanakan atau ditentukan dan disepakati bersama.
d) Fungsi kontrol berarti bahwa pembelajaran kooperatif ini perludiatur atau ditentukan kriteria keberhasilannya.
3) Kemauan untuk bekerja samaDalam pembelajaran kooperatif ini tidak hanya diatur dalam tugas-
tugas dan tanggung jawab melainkan memberikan serta menanamkan
kesadaran untuk saling membantu dan bekerja sama dengan anggota
dalam kelompok.
4) Ketrampilan bekerja samaMelalui pembelajaran kooperatif ini siswa dapat belajar dari teman
mereka disamping dari guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara maksimal. Siswa akan terdorong untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain.
b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatifPembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-
asalan (Suprijono, 2011: 58). Menurut Roger dan David Johnson,
sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2011: 58-61) agar tujuan
pembelajaran tercapai terdapat lima unsur dalam pembelajaran
kooperatif. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut.
1) Saling ketergantungan positif (Positive Interdependence)Dalam pembelajaran kooperatif, unsur ini menunjukkan bahwa ada
dua tanggung jawab dalam kelompok. Pertama, mempelajari bahan
yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
33/206
19
kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan
tersebut.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:
a) Saling ketergantungan mencapai tujuanb) Saling ketergantungan memperoleh hadiahc) Saling ketergantungan menyelesaikan tugasd) Saling ketergantungan peran
2) Tanggung jawab perseorangan (Personal Responsibility)Pertanggungjawaban personal muncul jika dilakukan pengukuran
terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif ini
membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.
Tanggung jawab perseorangan inilah sebagai kunci dalam
pembelajaran terkait dengan penyelesaian tugas anggota kelompok.
Pertanggungjawaban perseorangan dapat dikacau melalui:
a) Kelompok belajar tidak terlalu besarb) Memberikan tugas kepada siswa secara random untuk
mempresentasikan hasil kelompoknya di depan kelas
c) Menugasi siswa sebagai pemeriksa dalam kelompoknyad) Menugasi siswa untuk mengajar temannyae) Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu
dalam membantu kelompok.
3) Interaksi promotif (Face to Face Promotive Interaction)Unsur ini dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri
interaksi promotif yaitu:
a) Saling membantu secara efektif dan efisien.b) Saling memberikan informasi dan saran yang diperlukan.c) Memproses informasi secara bersama.d) Saling mengingatkan.e) Saling membantu serta meningkatkan kemampuan wawasan
terhadap masalah yang dihadapi.
f) Saling percaya.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
34/206
20
g) Saling memotivasi.4) Ketrampilan antar anggota (Interpersonal Skill)
Ketrampilan antar anggota merupakan suatu ketrampilan dimana
kegiatan siswa dikoordinasi agar tujuan pembelajaran tercapai.
Untuk mengkoordinasi kegiatan tersebut siswa harus:
a) Saling mengenal dan mempercayai.b) Saling berkomunikasi.c) Saling menerima dan saling mendukung.d) Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5) Pemrosesan kelompok (Group Processing)Pemrosesan memiliki arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok
dapat diidentifikasi tahapan kegiatan dari anggota kelompok.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektifitas anggota dalam
memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaborasi untuk mencapai
tujuan kelompok.
c. Manfaat pembelajaran kooperatifBeberapa alasan tentang pengembangan pembelajaran kooperatif,
diantaranya:
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.2) Memungkinkan siswa belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.6) Membangun persahabatan yang berlanjut hingga dewasa.7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
35/206
21
10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yangdirasakan lebih baik.
11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaankemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis atau kelas sosial,
agama, dan orientasi tugas.
(Nurhadi, 2004: 116)
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STADPembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert
Slavin dari universitas John Hopkins USA (Wena, 2011: 192).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran
yang bertujuan memotivasi peserta didik agar saling mendukung dan
membantu satu dengan yang lain untuk menguasai kompetensi yang
diajarkan (Slavin, 2005: 12). Teknik STAD dilaksanakan dengan
membentuk kelas dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggota 4 6
orang. Pada tahap kerja kelompok dosen/guru memberi lembar kerja
secara kelompok dan kuis yang harus diselesaikan secara individu. Kerja
kelompok memiliki kelebihan, yaitu: menekankan pada penghargaan tim
sehingga tiap anggota mengambil peran aktif dan mengembangkan rasa
tanggung jawab individu (Sarwi dan Liliasari, 2009: 91).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa berinteraksi
dan saling berdiskusi dalam memunculkan strategi-strategi pemecahan
masalah yang efektif, menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir
kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa (Nugroho, 2009: 108).
Menurut Slavin (2005: 143-160), komponen dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD yaitu:
Tabel 2.1. Komponen pembelajaran STAD
Komponen Kagiatan
a. Presentasi dikelas
Langkah pertama dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD yaitu presentasi di kelas. Hal ini
bertujuan untuk menyampaikan informasi pelajaran
yang akan dilaksanakan.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
36/206
22
Komponen Kegiatan
b. Tim Tim dalam pembelajaran ini beranggota 4 6orang dan dalam tim ini siswa berdiskusi tentang
lembar kegiatan mereka untuk menguasai materi.
c. Kuis Kuis digunakan untuk mengetahui kemajuanbelajar siswa secara individu.
d. Skorperbaikan atau
poin kemajuan
Setiap siswa diberi skor kemajuan yang dihitung
berdasarkan skor dasar dan menjadi sumbangan
yang besar bagi skor tim mereka sehingga criteria
tim dapat ditentukan. Adapun kriteria yang
dijadikan sebagai patokan dalam pemberian poin
kemajuan sesuai dengan tabel 2.2.
e. Penghargaantim.
Tim dapat memperoleh penghargaan apabila skor
rata-rata mereka memenuhi kriteria. Adapun
kriteria untuk menentukan penghargaan tim sesuai
dengan tabel 2.3.
Ciri dari pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu adanya skor
perbaikan atau poin kemajuan bagi setiap siswa. Poin kemajuan ini
menjadi kontribusi atau sumbangan yang besar bagi tim mereka. Para
siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana
skor kuis mereka melampaui skor awal. Pemberian poin kemajuan ini
sesuai dengan ketentuan sebagai berikut.
Tabel 2.2. Kriteria untuk poin perbaikan.
Skor kuis Poin kemajuan
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
10-1 poin di bawah skor awal
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
30
30
20
10
5
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
37/206
23
Setelah siswa diberi poin kemajuan maka perlu dilakukan
perhitungan skor tim. Skor tim ini lebih tergantung pada poin kemajuan
dari masing-masing anggotanya. Dengan adanya skor tim ini maka
penghargaan dapat diberikan. Pemberian penghargaan ini didasarkan pada
rata-rata skor tim. Ada tiga macam tingkatan penghargaan, yakni tim baik,
tim sangat baik, dan tim super. Menurut Isjoni (2010: 77) kriteria yang
digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 Kriteria untuk penghargaan tim.
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
20
25
30
Tim baik
Tim sangat baik
Tim super
Kelebihan penerapan metode kooperatif tipe STAD berorientasi
keterampilan proses adalah siswa berusaha mencari pengetahuannya
sendiri dengan keterampilan proses yang dimiliki dan melatih siswa
melaksanakan praktikum sehingga siswa mampu bekerja dan berdiskusi
kelompok serta belajar merumuskan pengetahuan yang diperoleh sehingga
pembelajaran terpusat pada siswa (Nugroho, 2009: 112).
5. Pembelajaran kooperatif tipe TGTTGT merupakan pembelajaran yang dilakukan berkelompok
dengan memberikan permainan dan turnamen akademik. Siswa akan
memainkan permainan dalam bentuk pertanyaan akademik yang sesuai
dengan materi yang telah diajarkan. Kadang-kadang pertanyaan diselingi
dengan hal-hal yang berkaitan dengan kelompoknya (identitas kelompok
mereka). Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan
diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan
menjelaskan masalah-masalah satu sama lain. Tetapi sewaktu siswa
sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan
telah terjadi tanggung jawab individu. Selanjutnya siswa melakukan
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
38/206
24
turnamen dengan kelompok lain di meja turnamen. Pada saat pelaksanaan
turnamen tingkat kepandaian siswa harus seimbang sehingga semua siswa
dapat menyumbangkan poin bagi kelompok mereka. Artinya siswa yang
pandai bersaing dengan siswa yang pandai dan siswa kurang pandai
bersaing dengan siswa yang kurang pandai. Soal sulit untuk siswa yang
pandai dan soal yang mudah untuk siswa yang kurang pandai.
Menurut Slavin (2005: 166-175), langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut.
Tabel 2.4. Langkah-langkah pembelajaran TGT
Langkah Kegiatan
a. Presentasi dikelas
Presentasi bertujuan untuk menyampaikan
informasi pelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Belajar tim Belajar tim dilakukan dengan cara siswa berdiskusitentang lembar kegiatan dalam tim mereka untuk
menguasai materi.
c. Game Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untukmenguji pengetahuan siswa yang dirancang dalam
bentuk permainan.
d. Turnamen Siswa melakukan turnamen akademik di mejaturnamen. Dalam turnamen ini siswa yang pandai
akan bersaing dengan siswa yang pandai dan siswa
yang kurang pandai bersaing dengan siswa yang
kurang pandai. Hal ini bertujuan agar semua siswa
dapat menyumbangkan poin kepada kelompoknya.
e. Penghargaan tim. Tim dapat memperoleh penghargaan apabila skorrata-rata mereka memenuhi kriteria. Adapun
kriteria untuk menentukan penghargaan tim sesuai
dengan tabel di bawah ini.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
39/206
25
Seperti dalam STAD, TGT juga memberikan penghargaan terhadap
tim yang didasarkan pada skor rata-rata tim. Adapun ketentuan pemberian
penghargaan adalah sebagai berikut.
Tabel 2.5. Kriteria untuk penghargaan tim.
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
40
45
50
Tim baik
Tim sangat baik
Tim super
Pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut.
a. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa padameja turnamen (3 orang, kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1
lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lbr skor
permainan.
b. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi)dan yang lain menjadi penantang I dan II.
c. Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.d. Pembaca I membaca soal yang tertulis pada kartu dan mencoba
menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu
dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
e. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapatmengajukan jawaban secara bergantian.
f. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikankartu jawaban yang benar (jika ada).
g. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan proseduryang sama.
h. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dandiakumulasi dengan semua tim.
i. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim SangatBaik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah)
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
40/206
26
j. Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeserantempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.
6. JigsawPembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh Elliot
Aronson dari universitas Texas USA (Wena, 2011: 193). Dalam
pembelajaran ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi. Setiap
anggota dalam satu kelompok membaca atau mempelajari topik yang
berbeda. Setelah semua siswa selesai membaca, siswa yang mendapatkan
topik yang sama dari tim yang berbeda bertemu dalam satu kelompok atau
tim (tim/kelompok ahli) untuk membicarakan topik tersebut. Setelah
selesai, para ahli kemudian kembali ke kelompok mereka masing-masing
dan menjelaskan kepada tim mereka secara bergantian. Yang terakhir
adalah siswa mendapat penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor
kuis akan menjadi skor tim, seperti pada STAD. Prinsip pembelajaran tipe
Jigsaw yang mengedepankan pengalaman siswa dan pada pelaksanaannya
siswa harus berbagi pengalaman ataupun pendapat kepada siswa lain
(Herviati, dkk, 2010: 55). Adapun ciri dari jigsaw ini setiap siswa
bergantung kepada anggota timnya untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan supaya dapat berkinerja dengan baik saat penilaian (Slavin,
2005: 236-237).
Menurut Priyanto (2007 dalam Wena, 2011: 194-195) dalam
penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada beberapa langkah yang
harus dilaksanakan. Langkah-langkah tersebut ada;ah sebagai berikut.
Tabel 2.6. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw.
Langkah Kegiatan
a. Pembentukankelompok asal
Kelompok yang terbentuk ini disebut kelompok
asal. Setiap kelompok asal terdiri atas 4-5 orang
anggota dengan kemampuan yang heterogen.
Kelompok yang terbentuk memiliki kemampuan
yang berbeda-beda.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
41/206
27
Langkah Kegiatan
b. Pembelajaran padakelompok asal
Setiap anggota mempelajari submateri pelajaran
yang menjadi keahliannya, kemudian masing-
masing mengerjakan tugas secara individu.
c. Pembelajarankelompok ahli
Masing-masing ahli submateri yang sama dari
kelompok yang berlainan bertemu membentuk
tim baru yang disebut kelompok ahli.
d. Diskusi kelompokahli
Kelompok ahli mendiskusikan submateri serta
masalah-masalah yang menjadi tanggung
jawabnya.
e. Diskusi kelompokasal (induk)
Anggota kelompok tim ahli kambali ke
kelompok asal untuk manyampaikan hasil
diskusi dari kelompok ahli.
f. Diskusi kelas Diskusi kelas dipandu oleh guru untukmendiskusikan materi.
g. Pemberian kuis Kuis diberikan secara individu dan hasilnyadijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai
kelompok.
h. Pemberianpenghargaan
kelompok
Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi.
Penghargaan diberikan bukan secara individu.
B. Kajian Materi Tentang GerakBenda titik adalah benda-benda yang diabaikan ukuran, bentuk, rotasi,
dan getarannya, tetapi massa tidak diabaikan (Sarojo, 2002: 34). Sebuah benda
dikatakan bergerak apabila mengalami perubahan kedudukan. Untuk
menentukan kedudukan sebuah benda diperlukan koordinat tetap sebagai titik
acuan. Titik acuan merupakan sembarang titik yang dijadikan sebagai patokan
tetapi titik tersebut tidak bergerak terhadap benda lain. Benda yang bergerak
lurus menempuh lintasan yang berbentuk garis lurus. Lintasan ialah tempat
kedudukan benda titik pada setiap saat (Sarojo, 2002: 36).
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
42/206
28
1. Kedudukan dan perpindahan.Kedudukan merupakan letak suatu benda yang dinyatakan terhadap
titik acuan tertentu. Biasanya kedudukan atau posisi atau letak suatu benda
digambarkan dengan garis koordinat. Sebagai contoh amati gambar di
bawah ini!
START FINISH
Gambar 2.1. Posisi-posisi mobil pada dua titik ketika perjalanan.
(Young dan Freedman, 2002: 32)
Berdasarkan Gambar 2.1, dipilih sebagai koordinat dalammeletakkan mobil sepanjang garis lurus dengan titik asal 0. Ketika mobil
bergerak posisi berubah terhadap waktu, maka untuk menerangkan gerak
mobil tersebut adalah dengan mengamati perubahan nilai dalam suatuselang waktu. Misalnya, 1.0 detik setelah startujung depan mobil berada
pada titik P1, 19 m dari itik asal, dan 4.0 detik setelah start mobil berada
pada titik P2, 227 m dari titik awal. Jadi, setelah 1.0 detik mobil berada
pada posisi 19.0 m dan setelah 4.0 detik berada di 227 m. Mobil telah
menempuh jarak (227 m19 m) = 258 m selama selang waktu (4.0 s1.0
s) = 3.0 s.
Sedangkan perpindahan mobil tidak lain adalah perubahandalam koordinat , sehingga dapat ditulis singkat sebagai
(Young & Freadman, 2002: 32)Dimana adalah perpindahan benda (m), adalah posisi awal benda(m), dan adalah posisi akhir benda (m). Huruf yunani (delta)menunjukkan perubahan besaran, dihitung dengan mengurangkan nilai
awal dari nilai akhir.
P1 P2
0
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
43/206
29
2. Kelajuan dan kecepatan.Kalajuan adalah jarak yang ditempuh suatu benda dalam tiap satu
satuan waktu. Kelajuan merupakan besaran skalar. Sedangkan kelajuan
rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan jarak total yang ditempuh
terhadap waktu total yang dibutuhkan. Secara matematis, kelajuan rata-rata
dapat dituliskan dengan:
(Tipler, 1998: 23).
Satuan kelajuan rata-rata adalah meter per sekon (m/s), satuan jarak total
yang ditempuh benda adalah meter (m), dan satuan waktu total adalah
detik (s).
Kecepatan adalah laju perubahan posisi. Kecepatan merupakan
besaran vektor. Sedangkan kecepatan rata-rata () didefinisikansebagai perbandingan antara perpindahan dengan selang waktu .Secara matematis, kecepata rata-rata dapat dituliskan dengan:
(Tipler, 1998: 24).
Dimana adalah kecepatan rata-rata benda (m/s), adalahperpindahan suatu benda (m), dan adalah selang waktu tempuh (s).
3. Macam-macam gerak lurusa. Gerak Lurus Beraturan (GLB).
Gerak lurus beraturan adalah gerak benda yang membuat lintasan
berbentuk garis lurus dengan sifat bahwa jarak yang ditempuh tiap satu
satuan waktu tetap, baik besar maupun arahnya (Sarojo, 2002: 37). Gerak
lurus beraturan memiliki kecepatan tetap. Kecepatan tetap artinya saat
benda menempuh perpindahan yang sama maka dibutuhkan selang waktu
yang sama pula.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
44/206
30
Gerak lurus beraturan merupakan gerak satu dimensi, maka garis
lurus yang merupakan lintasan ini dapat diberi nama lintasan
. Adapun
persamaan lintasannya adalah:
(Sarojo, 2002: 38).
Dengan adalah posisi pada saat t sekon (m),adalah posisi mula-mula(m), adalah kecepatan pada arah (m/s), dan adalah waktu tempuh(s). Jika sama dengan nol, maka
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)Gerak lurus berubah beraturan ialah gerak benda yang membuat
lintasan berbentuk garis lurus dengan sifat bahwa jarak yang ditempuh tiap
satu satuan waktu tidak sama, sedangkan arah gerak tetap (Sarojo, 2002:
39). Jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu dapat makin besar atau
makin kecil sehingga terjadi gerak dipercepat atau diperlambat.
Gerak dikatakan dipercepat atau diperlambat tergantung pada arah
dan a. Jika
dan asearah maka geraknya dipercepat, sedangkan bila
dan aberlawanan arah maka geraknya diperlambat. Sehingga persamaan
lintasan dan kecepatan secara umum adalah:
(Sarojo, 2002: 41).
Dimana adalah posisi akhir (m), adalah posisi mula-mula (m),
adalah kecepatan mula-mula (m/s), adalah waktu tempuh (s), dan aadalah percepatan benda (m/s2). Tanda positif berlaku untuk gerak lurus
dipercepat beraturan sedangkan tanda negatif untuk gerak lurus
diperlambat beraturan.
Untuk gerak lurus vertikal ke atas maupun vertikal ke bawah arah
geraknya searah dengan sumbu y dan arah ke bawah diambil sebagai arah
positif. Sehingga persamaan umumnya adalah:
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
45/206
31
a= g= tetap
(Sarojo, 2002: 40).
Dengan adalah ketinggian benda setelah t sekon (m), adalahketinggian mula-mula (m), g adalah percepatan gravitasi (m/s
2), dan adalah waktu tempuh (s). Tanda positif berlaku untuk gerak vertikal ke ke
bawah, sedangkan tanda negatif untuk gerak vertikal ke atas.
C. Kerangka BerpikirPembelajaran yang cenderung pasif, dan tidak sesuai dengan karakter
siswa, tidak menarik, membuat jenuh, serta membuat bosan. Siswa tidak
terlibat dalam pembelajaran secara langsung dalam pembelajaran. Sebagai
akibatnya hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal (rendah). Untuk
memaksimalkan pencapaian hasil belajar diperlukan inovasi pembelajaran.
Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan agar dapat melibatkan
siswa secara aktif serta merangsang terjadinya interaksi dalam pembelajaran.
oleh karena itu, guru harus mencoba menerapkan model yang mampu
merangsang siswa aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
tersebut adalah pembelajaran konstruktivisme.
Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksikan pemikiran,
ide-ide, serta pendapat-pendapat mereka sesuai dengan pengalamannya.Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran konstruktivisme.
Dalam pembelajaran ini siswa diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan
siswa yang lain, menyampaikan pemikiran, gagasan, atau ide-ide mereka untuk
menemukan konsep atau memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Sesulit apapun masalah yang diberikan, mereka akan memecahkannya dengan
menyatukan pendapat mereka.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
46/206
32
Melalui diskusi ini siswa akan melatih daya nalar mereka untuk
mengeluarkan pendapat, menghargai orang lain, menerima kekurangan teman,
serta menerima pendapat orang lain. Selain itu, mereka juga berusaha dan
berlatih bekerja sama, belajar dari teman, serta berlatih tanggung jawab baik
secara individu maupun kelompok. Mereka tidak malu untuk bertanya kepada
teman mereka jika mengalami kesulitan belajar. Pembelajaran yang berpusat
pada siswa ini melatih siswa untuk menjadi sumber belajar. Siswa akan lebih
mudah untuk menerima penjelasan dari teman mereka. Guru hanya bersifat
sebagai fasilitastor dan motivator.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika melibatkan peran siswa secara
aktif, menyenangkan, serta sesuai dengan karakter siswa. Pembelajaran ini
tidak hanya mengajak siswa berdiskusi saja, melainkan siswa diajak belajar
sambil bermain Pembelajaran tersebut yaitu pembelajaran kooperatif tipe
STAD, TGT, dan jigsaw. Melalui pembelajaran tersebut diharapkan mampu
mencapai hasil belajar secara maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka berpikir dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir.
Hasil belajar
kurang
maksimal
PBM
pasif
Inovasi pembelajaran
(banyak ragam model pembelajaran)
dll.TGT Jigsaw KooperatifSTAD
Membutuhkan
Memaksimalkan hasil belajar
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
47/206
33
D. HipotesisHipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiyono, 2010: 96). Hipotesis penelitian mempunyai fungsi
memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau researche
questions (Sukardi, 2007: 42). Hipotesis yang merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah disebut hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah
hipotesis nol (Sugiyono, 2010: 97). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis
merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat.
Adapun hipotesis penelitian (Ha) dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
Ha(1) = Terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil
belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran 2012-
2013. Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe
STAD lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran
kooperatif.
Ha(2) = Terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil
belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran 2012-
2013. Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe
TGT lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif.
Ha(3) = Terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil
belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran 2012-
2013. Hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran
kooperatif.
Untuk keperluan uji empiris, Hadiubah menjadi H0sebagai berikut.
H0(1)= Tidak terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
hasil belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran
2012-2013.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
48/206
34
H0(2)= Tidak terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
hasil belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran
2012-2013.
H0(3)= Tidak terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
hasil belajar siswa kelas VII di SMP N 26 Semarang tahun pelajaran
2012-2013.
Sedangkan hipotesis statistiknya adalah:
1. Hipotesis 1H0:
Ha: 2. Hipotesis 2
H0: Ha:
3. Hipotesis 3H0: Ha:
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
49/206
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di SMPN 26 Semarang yang berlokasi Jl.
Mpu Sendok II Semarang. Waktu pelaksanaannya adalah semester genap tahun
pelajaran 2012/2013, dimulai sejak tanggal 18 April sampai dengan 1 Mei
2013.
B. Subjek (Populasi dan Sampel)1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono. 2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas
VII SMPN 26 Semarang yang berjumlah 277 siswa.
2. SampelSampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono. 2010: 118). Sampel dalam penelitian ini sebanyak
empat kelas yang terdiri dari 3 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol.
Adapun kelas eksperimen 1 adalah kelas VIIG yang berjumlah 35 siswa.
Kelas eksperimen 2 adalah kelas VIIH yang berjumlah 34 siswa. Kelas
eksperimen 3 adalah kelas VIIA yang berjumlah 33 siswa. Kelas kontrol
adalah kelas VIIB yang berjumlah 33 siswa. Kelas eksperimen yaitu kelas
yang diberikan perlakuan. Sedangkan kelas kontrol yaitu kelas yang tidak
mendapatkan perlakuan. Untuk uji coba soal dilaksanakan di kelas VIIG
yang berjumlah 34 siswa.
C. Teknik SamplingTeknik sampling adalah teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian (Sugiyono. 2010: 118-119). Dalam penelitian ini,
35
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
50/206
36
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.
Pertimbangan penggunaan teknik ini karena dalam populasi ini objek telah
dikelompokkan ke dalam kelas-kelas secara acak, siswa mendapat materi
berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang menjadi objek penelitian duduk
pada tingkat kelas yang sama, serta pembagian kelas tidak dibedakan
berdasarkan tingkat kecerdasan (tidak ada kelas unggulan).
D. Instrumen Penelitian1. Instrumen penelitian.
Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk memperoleh
data dalam penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Tes.Tes adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan
yang sudah ditentukan (Arikunto. 2007: 53). Tes ini digunakan untuk
mengukur hasil belajar pada ranah kognitif. Karena dalam penelitian
ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi
yang telah diajarkan dalam pembelajaran. Tes yang diberikan berupa
soal uraian. Soal uraian diberikan pada akhir pembelajaran secara
individu yang berfungsi untuk mengukur hasil belajar siswa.
b. Observasi.Observasi atau pengamatan yaitu alat penilaian yang banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan (Sudjana. 2011: 84). Observasi dilakukan
untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran.
Adapun aspek yang dinilai dari siswa adalah seperti yang terlampir.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
51/206
37
2. Uji instrumen penelitian.Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian maka perlu
dilakukan uji terhadap instrumen tersebut. Adapun uji instrumen yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Uji validitas.Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010: 210).
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengukuran validitas ini dilakukan pada setiap item dengan
menggunakan rumus korelasi product moment atau metode Person
yang diberi simbol r. Validitas item adalah demikian item dikatakan
valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Rumus
korelasiproduct momentdengan angka kasar:
(Arikunto, 2007: 72).
Dimana = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, duavariabel yang dikorelasikan. Nilai koefisien korelasi kemudian
diinterpretasikan dengan nilai kritik r product moment di bawah ini
guna mengetahui apakah item soal tersebut valid atau tidak.
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,80 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
Antara 0, 00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik r produk moment maka
dapat diketahui signifikan atau tidak item soal tersebut. Jika harga r
hitung lebih kecil daripada r tabel maka korelasi tersebut tidak
signifikan (tidak valid).
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
52/206
38
b. Uji reliabilitas.Reliabilitas bagi sebuah tes berhubungan dengan masalah kepercayaan.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi
jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dalam
menghitung reliabilitas soal ini digunakan rumusAlpha:
(Arikunto, 2007: 109).
Dimana
adalah reliabilitas yang dicari,
adalah jumlah varians
skor tiap-tiap item, dan adalah varians total.Langkah-langkah dalam melakukan perhitungan dengan menggunakan
rumusAlphayaitu:
1) Menghitung skor tiap sampel.2) Menghitung kuadrat skor total tiap sampel.3) Menghitung jumlah kuadrat skor total tiap sampel.4) Menghitung jumlah skor tiap item soal sebagai X.5) Menghitung jumlah kuadrat skor tiap item soal sebagai X2.6) Mencari varians tiap-tiap item dengan menggunakan rumus:
7) Menghitung jumlah varians semua item soal dengan cara
dijumlahkan semua varians item.
8) Menghitung varians total dengan rumus:
9) Memasukkan ke rumusAlpha.
Hasil ini kemudian dikonsultasikan dengan nilai productmomentdengan taraf signifikansi 5%. Jika > maka instrumendikatakan reliabel.
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
53/206
39
c. Tingkat kesukaran.Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan siswa dalam
menjawab. Dilakukan analisis terhadap tingkat kesukaran ini untuk
menentukan kriteria soal, meliputi soal mudah, sedang, dan sulit.
Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index). Analisis tingkat kesukaran soal ini
dengan menggunakan rumus:
(Arikunto, 2007: 208)
Keterangan
= indeks kesukaran tiap butir soal = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksud.
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh,
makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang
diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu
adalah sebagai berikut.
00,30 = soal kategori sulit.
0.300.70 = soal kategori sedang.
0.701,00 = kategori soal mudah.
(Arikunto. 2007: 207-210).
d. Daya pembeda.Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto. 2007: 211). Analisis daya
pembeda ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan
soal dalam membedakan anak yang tergolong mampu (tinggi
prestasinya) dengan anak yang tergolong lemah dalam prestasinya.
Artinya jika soal tersebut diberikan pada anak yang mampu hasilnya
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
54/206
40
menunjukkan prestasi yang tinggi, dan bila diberikan pada anak yang
kurang mampu (lemah), hasilnya rendah.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, yang dilambangkan dengan D. indeks diskriminasi
berkisar antara 0.00-1.00 yang dibagi kedalam tiga titik daya pembeda
yaitu:
Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika soal terbalik
menunjukkan kualitas testee. Yaitu anak yang pandai disebut bodoh
dan anak bodoh disebut pandai. Rumus untuk menentukan indeks
diskriminasi adalah:
(Arikunto, 2007: 214)
Keterangan
= daya pembeda= jumlah peserta kelompok atas= jumlah peserta kelompok bawah= jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas= jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benarKriteria daya pembeda:
D : 0.00 - 0.20 : jelek (poor).
D : 0.20 - 0.40 : cukup (satisfactory).
D : 0.40 - 0.70 : baik (good).
D : 0.70 - 1.00 : baik sekali (excellent).
D : negatif, sangat tidak baik.
0.00 1.00
Daya pembeda
negatif
Daya pembeda
rendah
Daya pembeda
tinggi (positif)
-1.00
-
7/22/2019 Jurnal Cooperatif Tipe Stad ,Tps n Jigsaw
55/206
41
Adapun langkah-langkah dalam menghitung indeks diskriminasi yaitu:
1) Memeriksa jawaban soal semua siswa peserta tes.2) Membuat daftar peringkat hasil tes berdasarkan skor yang
dicapainya.
3) Malakukan analisis butir soal.4) Membagi jumlah siswa ke dalam dua bagian yang sama sebagai
kelompok atas dan kelompok bawah.
5) Menentukan item soal yang akan ditentukan indeksdiskriminasinya.
6) Menghitung selisih jumlah siswa yang benar menjawab padakelompok kurang maupun kelompok pandai.
7) Menghitung proporsi pada kelompok kurang maupun kelompokpandai.
8) Menghitung nilai D9) Konsultasikan nilai D ke kriteria daya beda.
E. Variabel Peneli