latihan proposal bab ii

Upload: nindy

Post on 19-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    1/12

    BAB II

    KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. KAJIAN TEORI

    1.

    Model PembelajaranProblem-Based Learning

    a. DefinisiProblem-Based Learning

    Definisi tentang model pembelajaran Problem-Based Learning oleh

    beberapa para ahli, adalah sebagai berikut :

    1) Dutch (1995), Problem-Based Learning(PBL) merupakan model pembelajaran

    yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara

    berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah

    ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada

    pembelajaran yang dimaksud.

    2)

    Arends (Trianto, 2007), Problem-Based Learning (PBL) merupakan suatupedekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik

    (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat meyusun pengetahuan sendiri,

    menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri,

    memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

    3) Glazer (2011), mengemukakan Problem-Based Learning (PBL) merupakan

    suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada

    masalah kompleks dalam situasi yang nyata.

    Dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh ahli tentang model

    pembelajaran Problem-Based Learning, penulis menyimpulkan bahwa model

    pembelajaran tersebut merupakan model pembelajaran yang dibutuhkan oleh

    siswa Indonesia saat ini, agar dapat lebih aktif di kelas, dimana keaktifan

    tersebut dapat dilihat dari pengungkapan pendapat para siswa terhadap

    masalah yang diberikn kepadanya, sehingga siswa dapat membangun kerja

    sama yang baik dengan yang lain untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

    Selain itu penggunaan model pembelajaran ini bertujuan agar para siswa dapat

    belajar bagaimana untuk mendapatkan materi sendiri dengan berkelompok,

    dengan berbagai sumber yang didapatkan dengan berbagai cara. Permasalahan

    yang diungkapkan juga merupakan masalah yang nyata dalam kehidupan

    sehari hari para siswa, sehingga para siswa dapat mencari berbagai sumberpencarian untuk menyelesaikan masalah tersebut.

    b. Teori Belajar yang MelandasiProblem-Based Learning

    Terdapat paling sedikit empat teori belajar yang melandasi model

    Problem Based Learning. Keempat teori belajar itu adalah teori belajar dari Jean

    Piaget dan pandangan konstruktivismenya, teori belajar David Ausubel, teori

    belajar Vygotsky dan teori belajar dari Jerome Bruner dengan pembelajaran

    penemuan. Selanjutnya masing-masing teori belajar dijelaskan sebagai berikut:

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    2/12

    1) Teori Belajar Jean Piaget dan Pandangan Kostruktivitas

    Piaget terkenal dengan teori belajarnya yang biasa disebut

    perkembangan mental manusia atau teori perkembangan kognitif atau

    disebut juga teori perkembangan intelektual yang berkenaan dengan

    kesiapan anak untuk mampu belajar (Runi, 2005:30). Sedangkan dalam

    kaitannya dengan teori belajar konstruktivisme, Piaget dikenal sebagai

    konstruktivis pertama, menegaskan bahwa pengetahuan dibangun dalam

    pikiran anak. Menurut Suparno (dalam Runi, 2005: 31), secara garis besar

    prinsip konstruktivisme yang diambil adalah: (1) pengetahuan dibangun

    oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2)

    pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan

    keaktifan siswa sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi

    secara terus menerus, sehingga terjadi pemahaman konsep ilmiah; (4) guru

    sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses

    pembentukan pengetahuan siswa dapat terjadi dengan mudah.Kaitan antara teori belajar Piaget dan pandangan konstruktivisme

    dengan PBL adalah prinsip-prinsip PBL sejalan dengan pandangan teori

    belajar tersebut. Siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pemahamannya,

    dengan cara interaksi dengan lingkungannya melalui proses asimilasi dan

    akomodasi.

    2) Teori Belajar David Ausebel

    Teori belajar David Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya.

    Menurut Ausubel (Runi, 2005: 32) belajar dapat diklasifikasikan kedalamdua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau

    materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan.

    Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan

    informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada. Struktur kognitif ialah

    fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah

    dipelajari dan diingat oleh siswa.Ausubel dalam Suparno (1997),

    membedakan belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghapal

    (rote learning). Belajar bermakna adalah proses belajar dimana informasi

    baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai

    seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghapal diperlukanbila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama

    sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya.Belajar bermakna

    Ausubel erat kaitannya dengan belajar berbasis masalah (PBL), karena

    dalam pembelajaran ini pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi

    melainkan siswa menemukan kembali. Selain itu pada pembelajaran ini,

    informasi baru dikaitkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

    3) Teori Belajar Vygotsky

    Teori belajar Vygotsky sejalan dengan teori belajar Piaget yangmeyakini bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    3/12

    berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang, dan ketika mereka

    berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya

    mendapatkan pemahaman, individu yang bersangkutan berusaha

    mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah

    dimilikinya kemudian membangun pengertian baru (Ibrahim dan Nur,

    2000: 18). Tetapi lebih lanjut dikatakan oleh Ibrahim dan Nur (dalam Runi,

    2005: 33) bahwa dalam hal lain keyakinan Vigotsky berbeda dengan Piaget,

    dimana Vygotsky memberi tempat yang lebih penting pada aspek sosial

    dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya

    perkembangan intelektual siswa.Prinsip-prinsip teori Vygotsky tersebut di

    atas merupakan bagian dari kegiatan PBL melalui bekerja dan belajar pada

    kelompok kecil.

    4) Teori Belajar Jerome S. Bruner

    Bruner terkenal dengan metode penemuannya, yang dimaksuddengan penemuan disini adalah siswa menemukan kembali, bukan

    menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Kaitannya dengan belajar,

    Bruner memandang bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian

    pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan

    hasil yang paling baik, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah

    serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan

    pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar dalam Runi, 2005:

    33).Konsep lain dari Bruner yang ada kaitannya dengan PBL yaitu scaffolding

    dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Menurut Brunerscaffolding merupakan suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan

    masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan

    guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.

    c. Karakteristik Model PembelajaranProblem-Based Learning

    Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Runi, 2005: 20) PBL atau pembelajaran

    berbasis masalah mempunyai beberapa karakteristik, dan masing-masing

    karakteristik tersebut mengandung makna. Karakteristik-karakteristik tersebut

    meliputi:

    1)

    Pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami masalah), merupakan halpenting baik secara hubungan sosial maupun secara pribadi untuk siswa

    karena masalah yang diajukan merupakan situasi dunia nyata yang

    memungkinkan adanya berbagai macam solusi. Hal ini diperlukan untuk

    melatih siswa dalam memecahkan suatu masalah sama halnya dalam dunia

    nyata atau kerja. Misalkan dalam penerapan pokok bahasan catu daya siswa

    dituntut untuk memecahkan masalah sebagai berikut,

    Contoh masalah pada penerapan program diklat MP2DTR : Suatu peralatan

    elektronik memerlukan supply tegangan sebesar 24 Volt DC, namun yang tersedia

    hanya terdapat tegangan jala-jala 220 Volt. Bagaimana agar dapat menyearahkan

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    4/12

    tegangan 220 V AC menjadi tegangan 24 V DC serta komponen-komponen apa saja

    yang diperlukannya?

    2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, artinya masalah yang diajikan

    benar-benar nyata agar dalam pemecahannya dapat ditinjau dari berbagai

    sudut pandang.

    Berdasarkan contoh permasalahan diatas diperlukan pengetahuan siswa yang telah

    didapat pada program diklat sebelumnya (antar disiplin) seperti dalam hal

    mengenai komponen pasif yang digunakan untuk membuat suatu penyearah atau

    juga fungsi transformator sebagai penurun tegangan yang telah didapat pada

    program diklat transformator secara khusus

    3) Penyelidikan autentik, artinya siswa harus menganalisis dan

    mengidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat

    ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat inferensidan merumuskan kesimpulan.

    Dalam hal ini masih berkaitan pada contoh masalah, siswa harus mampu

    menganalisis dan mengidentifikasi masalah bagaimana mengubah tegangan AC

    mejadi tegangan DC serta mengajukan jawaban sementara (hipotesis) berdasarkan

    sumber teori yang dikumpulkan siswa sehingga tercapai suatu rumusan untuk

    menyimpulkan tidakan apa saja yang harus dilakukan untuk membuat penyearah

    dari tegangan 220 V AC menjadi tegangan 24 V DC.

    4)

    Menghasilkan produk atau karya kemudian memamerkannya. Produk

    dapat berupa laporan atau model fisik tentang apa yang telah mereka

    pelajari kemudian mendemonstrasikan pada teman-temannya.

    Hasil penyelesaian masalah berupa pembuatan penyearah tegangan 220 V AC

    menjadi 24 V DC kemudian diuji cobakan di depan kelas oleh siswa dengan

    dilengkapi hasil laporan seluruh tahapan pembuatan penyearah, kemudian diadakan

    tanya jawab antar siswa untuk membahas secara bersama-sama mengenai hasil

    kerja siswa.

    5) Kerja sama, artinya pada saat proses belajar mengajar siswa bekerja sama

    secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama dalampembelajaran berbasis masalah mendorong berbagai inkuiri dan dialog serta

    perkembangan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.Dalam

    mengajukan permasalahan, guru menugaskan kepada siswa untuk melaksanakan

    praktek pembuatan penyearah secara mandiri yang dilakukan dengan pembentukan

    kelompok belajar sehingga dapat menimbulkan suasana kerja sama yang menuntut

    siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan disiplin.

    Dalam mengimplmentasikan PBL, kejadian-kejadian yang harus muncul

    menurut Pierce dan Jones (Runi, 2005: 21) adalah:

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    5/12

    1)

    Keterlibatan (engagment), siswa berperan aktif sebagai pemecah masalah.

    Siswa dihadapkan pada situasi yang mendorongnya untuk mampu

    menemukan masalah dan memecahkannya.

    2) Inkuiri dan investigasi (inquiri and investigation), siswa bekerja sama dengan

    yang lainnya untuk menemukan dan mengumpulkan informasi melalui

    kegiatan penyelidikan.

    3) Performansi (performance), siswa bekerjasama melakukan diskusi untuk

    menemukan penyelesaian masalah yang disajikan.

    4) Tanya jawab (debriefing), siswa melakukan sharingmengenai pendapat dan

    idenya dengan yang lain melalui kegiatan tanya jawab untuk mengevaluasi

    proses dan hasil pemecahan masalah.

    5) Presentation of finding, siswa menuliskan rencana, laporan kegiatan atau

    produk lain yang dihasilkan selama pembelajaran kemudian

    mempresentasikannya kepada yang lain misalkan di depan kelas.

    d. Langkah-langkah Model PembelajaranProblem-Based Learning

    Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap, yaitu :

    1) Proses orientasi siswa pada masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan

    tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan, memotivasi

    siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan

    masalah.

    2) Mengorganisasi siswa. Pada tahap ini guru membagi siswa kedalam

    kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

    belajar yang berhubungan dengan masalah.3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini

    guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,

    melaksanakan eksperimen dan oenyelisikan untuk mendapatkan penjelasan

    dan pemecahan masalah.

    4) Mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu

    siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, tau

    model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.

    5) Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Pada

    tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

    terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.Pelaksanaan langkah-langkah model pembelajaran Problem-Based

    Learningselengkapnya dapatdilihat pada tabel 2.1

    Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru

    Fase 1 :Orientasi siswa pada

    masalah

    Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yangdiperlukan, mengajukan fenomena ataudemonstrasi atau cerita untuk memunculkanmasalah, memotivasi siswa agar terlibat dalamaktivitas dalam pemecahan masalah

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    6/12

    Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru

    Fase 2 :Mengorganisasikan siswa

    dalam belajar

    Membagi siswa dalam kelompok, membantusiswa mendefinisikan dan mengorganisasikantugas belajar yang berhubungan dengan masalah

    Fase 3 :Membimbing

    penyelidikan individualmaupun kelompok

    Mendorong siswa untuk mengumpulkan

    informasi yang dibuutuhkan, melaksanakaneksperimen dan penyelidikan untukmendapatkan penjelasan dan pemecahanmasalah

    Fase 4 :Mengembangkan dan

    menyajikan hasil karya

    Membantu siswa dalam merencanakan danmenyiapkan laporan, dokumentasi, atau model,dan membantu mereka berbagi tugas dengansesame temannya

    Fase 5 :Menganalisis dan

    mengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Membantu siswa untuk melakukan refleksi atauevaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan

    yang mereka lakukanTabel 2.1.Sintaks Problem Based Learning

    (Sumber :Trianto 2007)

    e. Kelebihan dan Kekurangan Model PembelajaranProblem-Based Learning

    1) Kelebihan

    Model pembelajaran Problem-Based Learning memiliki beberapa

    kelebihan diantaranya, sebagai berikut :

    a)

    Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

    menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

    b)

    Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.c) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk

    memahami masalah dunia nyata.

    d) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

    bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di

    samping itu model pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk

    melakukan evaluasi sendiri terhadap hasil maupun proses belajarnya.

    e) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

    mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

    pengetahuan baru.f) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan

    pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

    g) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar

    sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

    h) Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari

    guna memecahkan masalah dunia nyata.

    (Sanjaya, 2007)

    2) Kekurangan

    Dari kelebihan yang telah dsebutkan, model pembelajaran ProblemBased Learningjuga memiliki kekurangan diantaranya, sebagai berikut :

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    7/12

    a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

    kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,

    maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.

    b) Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman

    mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

    mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang

    sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin

    pelajari.

    (Sanjaya, 2007)

    2. Ilmu Fisika dalam PermainanRoller Coaster

    a. SejarahRoller Coaster

    Roller Coaster sudah ada sejak abad ke 18. Roller Coaster yang disebut

    Russian Mountains pertama kali dibangun khusus di perbukitan es, Saint

    Peterburg pada tahun 1784. Roller Coaster pertama tersebut dibuat di bawahpesanan Russias Catherine the Grhe Gardens of Oranienbaum. Namun terdapat

    versi lain yang menyatakan bahwa roller coaster pertama kali dibangun oleh

    Perancis pada tahun 1812.

    Pada tahun 1827 perusahaan di Summit Hill, Pennsylvania membangun

    kereta Mauch Chunk Gravity sejauh 14 km di bawah bukit Mauch Chunk yang

    kini dikenal dengan Pennsylvania. Pada tahun 1850-an Gravity Road

    tersebutbanyak digunakan penumpang dengan membayar 50 sen sekali naik. La

    Marcus Adna Thompson yang bekerja di Gravity Switchback Railway membuka

    Coney Island di Brooklyn, New York pada tahun 1884. Ia membuat roller coaster

    yang dapat naik turun. Pada tahun 1886, Thompson mematenkan desain roller

    coaster tersebut.

    Pada tahun 1959, taman bermain Disneyland memperkenalkan desain

    roller coaster yang baru. Desain tersebut pertama kali menggunakan trek baja

    berbentuk pipa, sebelumnya trek menggunakan kayu. Kini desain roller coaster

    semakin berkembang dengan beragam bentuk. Di berbagai tempat hiburan

    bermain, roller coaster menjadi salah satu permainan yang paling digemari karena

    sensasinya yang mampu memacu adrenaline.

    (Sumber: Scribd)

    b. Ilmu Fisika dalam PermainanRoller Coaster

    Permainan roller coasteryang terdapat di berbagai taman hiburan di dunia

    memiliki konsep fisika yang ada di dalamnya, sehingga para penumpang yang

    menikmati permainan tersebut tidak dapat jatuh walau lintasannya yang curam

    dan berbelok belok, dimana konsep fisika yang ada akan berbeda-beda pada

    setiap titik di lintasannya, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    8/12

    Gambar 2.1. Roller Coaster dan ilmu Fisika yang berkerja dalamnya

    (Sumber : Google.com)

    1) Energi Potensial

    Energi potensial, Ep, yakni energi yang dikandung roller coaster

    dikarenakan oleh posisinya, bernilai maksimum di posisi puncak lintasan.Energi potensial bernilai nol di posisi lembah (posisi terendah) lintasan.

    Energi potensial diubah menjadi energi kinetik, ketika roller coasterbergerak

    menurun.

    2) Energi Kinetik

    Energi kinetik, Ek, yakni energi yang dihasilkan oleh roller coaster karena

    geraknya (dalam hal ini kecepatan), bernilai nol di posisi puncak lintasan.

    Energi kinetik bernilai maksimum di posisi lembah (posisi terendah)

    lintasan. Energi kinetik diubah menjadi energi potensial, ketika roller coasterbergerak menaik.

    3) Dinamika Roller Coaster (Percepatan & Perlambatan)

    Gerak roller coaster mengalami percepatan, yakni perubahan kecepatan

    terhadap waktu yakni kecepatan bertambah terhadap waktu, ketika

    bergerak menurun. Roller coaster mengalami perlambatan (percepatan

    negatip!) yakni kecepatan berkurang terhadap waktu ketika bergerak

    menaik. Perubahan kecepatan juga terjadi saat roller coasterberubah arah.

    4)

    Gaya GravitasiPada roller coaster, kamu tentu mengalami gaya gravitasi, yakni gaya

    (interaksi) yang disebabkan oleh tarikan massa bumi terhadap massa

    tubuhmu (karena massa bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan massa

    tubuhmu!). Rasakan dan kemudian jelaskan, apa efek gaya gravitasi

    tersebut? gaya gravitasi tersebut diartikan => F= kurang lebih 10.000 N .

    tetapi dari hasil penelitian setiap roller coastertergantung dengan berat, dan

    putarannya.

    http://fhannum.files.wordpress.com/2012/11/mgh2mvsq_coasterl.gif
  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    9/12

    Gambar 2.2. Dinamika gerak pada saat roller coasterbergerak

    (Sumber: Google.com, HowStuffWorks)

    5) Kekekalan Energi

    Dalam proses perubahan energi Ek menjadi Ep dan Ep menjadi Ek ini,

    sebagian energi diubah menjadi energi panas (kalor) karena adanya gesekan

    (friksi). Misal, roda roller coasterdengan rel lintasan. Energi total sistem tidak

    bertambah atau berkurang. Energi hanya berubah bentuk (misal: Ek, Ep,

    kalor).

    6) Gaya Sentripetal

    Gaya sentripetal adalah gaya yang berusaha menarik objek mengarah ke

    titik pusat (sumbu). Ketika roller coaster bergerak melalui lintasan memutar,

    gaya sentripental mempertahankan roller coaster agar tetap bergerak

    memutar.

    (Sumber : Scribd)

    3. Keterampilan Berpikir Kritis

    Berpikir merupakan kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsur-

    unsur yang ada dalam pikiran untuk menghasilkan pengetahuan. Berpikir dapatterjadi pada seseorang bila ia mendapat rangsangan dari luar, bisa berupa masalah

    ataupun soal-soal untuk diselesaikan. Kemampuan berpikir kritis adalah

    kemampuan dalam berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk

    membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang hal yang diyakini

    atau dilakukan (Asmasari, 2011:30). Berpikir kritis merupakan bentuk berpikir

    yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan

    kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan dan membuat keputusan

    menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks yang tepat.

    Berpikir kritis merupakan sebuah proses terarah yang digunakan dalam kegiatanmental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi

    http://fhannum.files.wordpress.com/2012/11/roller-coaster-force1.gif
  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    10/12

    dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan

    atau proses, untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian, yaitu tahapan

    menganalis, mensintesis, mengenal dan memecahkan masalah, menyimpulkan dan

    mengevaluasi. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman

    yang mendalam.

    Berpikir kritis mencakup tiga hal. Pertama, berpikir kritis merupakan

    proses pemecahan masalah dalam suatu konteks interaksi dengan diri sendiri,

    dunia orang lain dan atau lingkungannya. Kedua, berpikir kritis merupakan proses

    penalaran reflektif berdasarkan informasi dan kesimpulan yang telah diterima

    sebelumnya yang hasilnya terwujud dalam penarikan kesimpulan. Ketiga,

    berpikir kritis berakhir pada keputusan apa yang diyakini dan dikerjakan. Elder

    dan Paul (2007) mengungkapkan 5 (lima) indikator seseorang yang memiliki

    keterampilan berpikir kritis yaitu:

    a.

    Dapat memunculkan pertanyaan dan masalah yang penting dan

    merumuskannya dengan jelas dan tepat.b. Dapat mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan serta menggunakan

    ide-ide abstrak untuk menafsirkannya secara efektif.

    c. Dapat menyimpulkan dan memberikan solusi yang baik,dan mengujinya

    berdasarkan kriteria dan standar yang relevan.

    d. Memiliki keterbukaan pemikiran terhadap pemikiran, pengakuan dan nilai

    lain.

    e.

    Dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain untuk memecahkan

    masalah yang kompleks.

    Menurut Ennis, berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektifdengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai

    atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat

    diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :

    a. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.

    b. Mencari alasan.

    c. Berusaha mengetahui informasi dengan baik.

    d.

    Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.

    e.

    Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.

    f.

    Berusaha tetap relevan dengan ide utama.

    g.

    Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.

    h. Mencari alternatif.

    i. Bersikap dan berpikir terbuka.

    j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.

    k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.

    Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian- bagian dari keseluruhan

    masalah.

    B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

    1.

    Menurut Leonardus Baskoro Pandu Y., alumnus Universitas Negeri Yogyakartadalam judul skripsinya, PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    11/12

    UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

    PELAJARAN KOMPUTER (KK6) DI SMKN 2 WONOSARI YOGYAKARTA

    menyimpulkan bahwa hasil penelitian aktivitas siswa diperoleh informasi bahwa

    adanya peningkatan dalam aktivitas listening dari 86% menjadi 88%, oral dari 45%

    menjadi 61%, emotional dari 65% menjadi 84%, visual dari 35% menjadi 78%, writing

    dari 65% menjadi 73%, motor dari 39% menjadi 69%,danmental dari 66% menjadi

    68%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Problem-Based

    Learning dapat membantu meningkatkan keaktifan siswa kelas X EI SMKN 2

    Wonosari Yogyakarta.

    2. Menurut Awal Restiono, alumnus Universitas Negeri Semarang dalam judul

    skripsinya, PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK

    MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BERKARAKTER DAN MENINGKATKAN

    PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS menyimpulkan bahwa penerapan model

    Problem Based Learningdapat mengembangkan aktivitas berkarakter siswa kelas XIyaitu pada aspek disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, bersahabat/

    komunikatif, dan tanggung jawab. Peningkatan nilai aktivitas berkarakter siswa

    yang diajar dengan model Problem-Based Learninglebih tinggi dari pada siswa yang

    diajar dengan model pembelajaran yang selama ini sudah dilaksanakan.

    3. Menurut Ade Gafar Abdulah dan Taufik Ridwan, dengan judul jurnal

    IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PROSES

    PEMBELAJARAN DI BPTP BANDUNG menyimpulkan bahwa :

    a.

    Hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tes formatif terjadi peningkatandari hasil pre test ke hasil post test dengan rata-rata nilai hasil post test setiap

    siklusnya mencapai nilai > 6,0.

    b. Hasil belajar siswa pada aspek psikomotor terjadi peningkatan pada setiap

    siklusnya dengan kategori cukup terampil pada siklus I meningkat menjadi

    kategori terampil pada siklus II dan siklus III.

    c. Hasil belajar siswa pada aspek afektif setelah pelaksanaan ketiga siklus

    mengalami meningkatan nilai IPK dengan kategori rata-rata netral. Hal ini

    mengindikasikan bahwa tindakan yang dilakukan mampu merangsang siswa

    untuk melakukan percobaan eksperimen cukup baik.

  • 7/23/2019 Latihan Proposal BAB II

    12/12

    Usulan Solusi :

    Dibuat model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan

    berpikir kritis siswa, yaitu salah satunya adalah Problem-Based Learning

    Kenyataan :

    Model pembelajaran yang digunakandi sekolah belum dapatmeningkatkan keterampilan berpikir

    kritis siswa

    Harapan :

    Model pembelajaran yang digunakandi sekolah dapat meningkatkanketerampilan berpikir kritis siswa

    Masalah :

    Model pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran di sekolah tidakmemberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis

    Teori yang mendukung :

    1. Dutch (1995), Problem-BasedLearning merupakan modelpembelajaran yang menantangsiswa untuk belajar bagaimanabelajar, bekerja secaraberkelompok untuk mencarisolusi dari permasalahan dunianyata. Masalah ini digunakanuntuk mengikat siswa pada rasaingin tahu pada pembelajaranyang dimaksud.

    2.

    Arends (Trianto, 2007), Problem-Based Learning (PBL) merupakansuatu pedekatan pembelajarandimana siswa dihadapkan padamasalah autentik (nyata) sehinggadiharapkan mereka dapatmeyusun pengetahuan sendiri,menumbuh kembangkanketerampilan tingkat tinggi daninkuiri, memandirikan siswa, danmeningkatkan kepercayaandirinya.

    C. KERANGKA BERPIKIR

    D. PENGAJUAN HIPOTESIS

    Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir yang telah

    dituliskan, penulis mengajukan sebuah hipotesis bahwa penggunaan model

    pembelajaran Problem Based Learning mempengaruhi tingkat kemampuan berpikir kritis

    siswa kelas X SMAN 1 Surabaya.

    Penelitian yang relevan :

    1. Menurut Awal Restiono,menyimpulkan bahwa penerapanmodel pembelajaran Problem-BasedLearning dapat mengembangkanaktivitas berkarakter siswa, yaitupada aspek disiplin, kerja keras,mandiri, rasa ingin tahu,bersahabat/ komunikatif, dantanggung jawab.

    2.

    Menurut Leonardus BaskoroPandu Y, menyimpulkan bahwamodel pembelajaran Problem-BasedLearning membuat adanyapeningkatan dalam aktivitaslistening dari 86% menjadi 88%,

    oral dari 45% menjadi 61%,emotional dari 65% menjadi 84%,visual dari 35% menjadi 78%,writing dari 65% menjadi 73%,motor dari 39% menjadi 69%,danmental dari 66% menjadi 68%.