pemetaan produk dan risiko pembayaran bergerak-revisi-final juni-2-2013
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
1/74
i
WP/ 2 /2013
Working Paper
PEMETAAN PRODUK DAN RISIKO
PEMBAYARAN BERGERAK (MOBILE PAYMENT)
DALAM SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA
Untoro, R. Aria Trenggana, Komala Dewi
Desember, 2013
Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam
paper ini merupakan kesimpulan, pendapat dan pandangan penulis dan bukanmerupakan kesimpulan, pendapat dan pandangan resmi Bank Indonesia.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
2/74
1
PEMETAAN PRODUK DAN RISIKO PEMBAYARAN BERGERAK
(MOBILE PAYMENT) DALAM SISTEM PEMBAYARAN DI
INDONESIA
Untoro, R. Aria Trenggana, Komala Dewi
Abstrak
Kepemilikan telepon seluler yang telah meluas di kalanganmasyarakat, meski sebagian besar masyarakat tidak memiliki rekening dibank, membuka peluang pengembangan bagi mobile-payment (m-payment).Penyelenggaraan m-payment oleh operator telepon seluler akan membantumempercepat program financial inclusion di Indonesia. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan terhadap pelaksana m-payment yang dilakukan oleh operator telepon bergerak, maupun pemetaanterhadap risiko yang terkandung dalam m-payment
Objek penelitian ini meliputi perusahaan telekomunikasi di Indonesia.Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi. Pengumpulan data dilakukanantara bulan Februari 2013 hingga Mei 2013. Responden yang berpartisipasidalam penelitian terdiri atas 15 responden perwakilan dari 5 perusahaanTelco terbesar di Indonesia, 19 responden perwakilan dari bank, dan 20responden perwakilan dari agen atau merchant. Dari penelitian ini diperolehpemetaan mengenai layanan m-payment di Indonesia adalah sebagaiberikut: (1) sebagian besar penduduk di Indonesia akrab dengan teknologi
telepon seluler; (2) fasilitas yang paling diharapkan pada layanan m-paymentadalah layanan setor uang, layanan informasi transaksi keuangan, layananpenarikan uang, layanan pembayaran tagihan, layanan pembayaran padaPOS (point of sale), layanan isi ulang pulsa, dan layanan transfer daring(online) antarpenyedia (provider) dan interpenyedia; (3) kesiapan dankeandalan perusahaan telekomunikasi di Indonesia dalam mengelolalayanan m-payment sudah cukup baik; (4) faktor yang menjadi perhatianpengguna layanan m-payment dan menjadi keunggulan layanan ini jikadibandingkan dengan layanan lain adalah faktor keamanan dalambertransaksi, kecepatan dalam pemprosesan, kenyaman dalam
menggunakan, serta kemudahan dan keamanan dalam mengakses; (5)faktor-faktor yang perlu ditingkatkan dalam layanan m-payment, yaituperlunya terus meningkatkan faktor keamanan teknologi, meningkatkanefisiensi dalam aktivitas operasional sehingga memperkecil biaya yangdibebankan kepada pengguna layanan, dan meningkatkan faktor keandalandengan melengkapi fitur-fitur layanan dalam m-payment; dan (6) hambatanyang teridentifikasi dalam layanan m-payment dan perlu untuk segeradibenahi di antaranya adalah perlunya meningkatkan keandalan jaringan,perlunya meningkatkan kesadaran pengguna layanan dalam memahamikegunaan dari setiap fitur layanan, perlunya meningkatkan pengetahuanpelanggan terhadap penggunaan layanan, dan perlunya meningkatkan
kesadaran bagi pengguna layanan untuk memberikan data-data pribadi
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
3/74
2
yang dibutuhkan terkait dengan masalah privasi untuk mendukungpengawasan dan pengaturan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang.
Dari kajian terpetakan risiko-risiko yang berpotensi terjadi pada m-payment dan yang membawa dampak negatif bagi pelaku utama, antaralain: (1) risiko tindak pidana pencucian uang (money laundering); (2) risiko
penipuan atau kecurangan (fraud); (3) risiko kepatuhan; (4) risiko kredit; (5)risiko likuiditas; (6) risiko reputasi; dan (7) risiko teknologi.
Kata Kunci : mobile payment, sistem pembayaran, transaksi nontunai
Klasifikasi JEL: E 42, E 50
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
4/74
3
I.
PENDAHULUAN
1.1.1Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia sangat pesat,
khususnya telekomunikasi nirkabel. Dengan pertumbuhan pengguna
mencapai rata-rata 21% per tahun sejak lima tahun terakhir dan dengan
fitur layanan yang terus berkembang, terbuka peluang bagi pemanfaatan
fitur layanan telepon seluler sebagai salah satu layanan sistem
pembayaran. Pada saat yang bersamaan industri perbankan di Indonesia
mengalami perkembangan yang signifikan dengan produk-produk
perbankan yang beragam. Dengan memanfaatkan perkembangan
telekomunikasi yang ada, industri perbankan dapat meningkatkan layanan
jasa perbankan kepada nasabahnya melalui layanan perbankan bergerak
atau mobile banking(m-banking) untuk berbagai keperluan, seperti kegiatan
transfer dana, sehingga memberikan nilai tambah bagi para nasabahnya.
Permasalahannya adalah tidak semua pemilik telepon seluler
memiliki rekening di bank. Namun, mereka sering melakukan kegiatanekonomi yang membutuhkan dukungan kegiatan transfer dana. Beberapa
operator telepon seluler di berbagai negara mencoba memanfaatkan
keadaaan ini untuk meningkatkan manfaat fasilitas telepon seluler yang
dimiliki dengan meningkatkan fasilitas untuk kegiatan transfer dana
dengan tanpa harus memiliki rekening tabungan di suatu bank, tetapi
cukup dengan memiliki deposit di pulsa telepon yang mereka miliki. Deposit
yang dimiliki oleh nasabah berfungsi selain sebagai pembayaran pulsatelepon, berfungsi pula sebagai uang elektronik atau electronic money (e-
money), yang dapat dipergunakan tidak hanya sebagai kegiatan transfer
dana, tetapi dipergunakan pula sebagai alat pembayaran (mobile payment
atau m-payment).
Di Indonesia, sebagian besar penduduk memiliki sedikit atau tidak
ada akses ke layanan keuangan akibat letak geografis, infrastruktur, dan
hambatan biaya. Diperkirakan hanya 50--60 juta, dari total populasi 250juta orang Indonesia, memiliki rekening. Jaringan telepon seluler memiliki
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
5/74
4
potensi yang sangat besar untuk memberikan dan memperpanjang
penyediaan jasa keuangan. Selain itu, kesenjangan antara pemegang
rekening bank dan pelanggan mobile hanya akan meningkat selama
beberapa tahun ke depan sebagaimana pelanggan selular populasi terustumbuh. Saat ini diperkirakan ada sekitar 70 juta pemegang rekening bank
dan sekitar 150 juta mobile pelanggan pada tahun 2013.1 Meskipun m-
bankingmasih dalam pengembangan di Indonesia, sejumlah pemain telah
aktif terlibat dalam berbagai bentuk mobile banking dan mobile payment.
Pertumbuhan m-payment terutama ditopang oleh perkembangan sistem
pembayaran di sektor perbankan dan perkembangan industri
telekomunikasi, serta penyedia perangkat lunak.Terdapat beberapa perbedaan antara m-banking dan m-payment
meskipun fasilitasnya sama, yaitu sebagai mobile money, mobile transfer,
dan mobile wallet. M-banking mengacu pada transaksi keuangan yang
dilakukan dengan menggunakan perangkat mobileterhadap rekening bank,
sedangkan m-paymentdilakukan dari atau melalui perangkat mobile tanpa
memerlukan adanya rekening bank. Dalam kaitannya dengan program
Bank Indonesia untuk meningkatkan inklusi keuangan (financial inclusion),
penerapan m-payment dapat menjadi salah satu alternatif untuk merangkul
lapisan masyarakat yang belum memiliki akses terhadap layanan sistem
pembayaran dan keuangan (belum memiliki rekening di bank), khususnya
masyarakat yang berada di daerah terpencil, dengan memanfaatkan
jangkauan infrastruktur telekomunikasi yang saat ini sudah dapat
mencakup hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Mobile paymentsedang diadopsi di seluruh dunia dengan cara yang
berbeda. Pasar gabungan untuk semua jenis mobile payment diperkirakan
akan mencapai lebih dari $600 milyar global pada tahun 2013. Sementara
pembayaran pasar ponsel untuk barang dan jasa, termasuk transaksi NFC
(near field comunicator) contactless dan transfer uang, diperkirakan akan
melebihi $300 milyar global pada tahun 2013. Keunggulan yang ditawarkan
m-payment jika dibandingkan dengan metode pembayaran tradisional
meliputi aspek kenyamanan, biaya, keamanan, dan keunggulan lainnya,
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
6/74
5
seperti kemampuan untuk menerima iklan dan pengecekan saldo dari
lokasi mana pun.
Terbukanya ruang pemanfaatan perkembangan teknologi telepon
seluler di Indonesia membuka peluang pengembangan bagi m-payment danmembantu mempercepat program inklusi keuangan di Indonesia. Oleh
karena itu, untuk pengembangan m-payment dengan penyelenggara pihak
operator telepon perlu dilakukan pemetaan, baik pemetaan terhadap
pelaksanaan m-payment itu sendiri yang telah diselenggarakan oleh para
operator telepon maupun pemetaan terhadap risiko yang terkandung di
dalamnya.
1.2 Perumusan Masalah
Meskipun m-payment menawarkan berbagai keunggulan dan
manfaat, tetapi layanan ini perlu untuk diatur dan diawasi lebih baik lagi
agar segala fasilitas yang memberikan segala bentuk kemudahan tidak
disalahgunakan. Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar perlunya
layanan ini untuk diatur dan diawasi lebih luas dan ketat di antaranyaadalah sebagai berikut.
1.Penyedia layanan mengambil fee keuntungan dari pengguna layanan
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi nirkabel. Perlu adanya
aturan yang jelas sehingga penyedia layanan tidak hanya terfokus pada
pencarian laba yang besar, tetapi juga memperhatikan tingkat
kenyamanan yang didapat oleh pelanggan sehingga tidak akan terdapat
pihak yang merasa dirugikan.2.M-paymentmemiliki akses ke alat pembayaran rekening seperti transfer
uang, pembayaran I-Banking, transfer debit, dan penerimaan faktur
elektronik. Semakin fleksibelnya akses layanan pembayaran ke setiap
jaringan finansial menyebabkan semakin rentannya sistem jaringan
finansial terhadap risiko teknologi yang memungkinkan jaringan tersebut
diakses oleh pihak yang tidak berwenang.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
7/74
6
3.M-payment dapat berperan sebagai alat pembayaran yang bersaing
dengan uang tunai, cek, kartu kredit, dan kartu debit. Terindikasi adanya
risiko tindak pidana pencucian uang dan penggunaan akses secara ilegal.
Dengan melihat hal-hal yang memengaruhi perkembangan m-payment tersebut, permasalahan penelitian yang muncul adalah sebagai
berikut.
a)Bagaimana peta m-paymentdi Indonesia?
b)Bagaimana peta risiko m-paymentdi Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan persoalan yang dikemukakan tersebut, tujuanpenelitian ini adalah:
1. memperoleh gambaran mengenai peta penggunaan m-payment di
Indonesia
2. memperoleh gambaran mengenai peta risiko m-paymentdi Indonesia
Dengan demikian, penelitian ini akan dapat memberikan manfaat pada
Bank Indonesia dalam mengeluarkan peraturan mengenai penggunaan
produk mobile paymentsebagai salah satu produk sistem pembayaran yang
berlaku di Indonesia, di samping mobile bankingyang telah ada.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
8/74
7
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep M-Payment
Pada umumnya, m-payment dapat didefinisikan sebagai perangkat
yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pembayaran dengan
menggunakan perangkat mobiletermasuk handsetnirkabel,personal digital
assistant (PDA), perangkat frekuensi radio (RF), dan perangkat berbasis
komunikasi (Dewan dan Chen, 2005). M-payment dapat digunakan untuk
berbagai transaksi pembayaran termasuk transportasi, hotel, restoran, dan
bioskop. Salah satu kendala terkait dengan m-payment di pasar saat ini
adalah terbatasnya penjelasan dan definisi yang ada di dunia industri.
Sejauh ini, perbedaan definisi antara m-payment, m-banking, dan fungsi
pembayaran lainnya yang dapat dilakukan melalui telepon seluler masih
dirasa membingungkan. Terdapat beberapa jenis transaksi yang dapat
dilakukan melalui penggunaan ponsel sebagai berikut.
Mobile Order, yaitu transaksi dengan menggunakan ponsel untuk
melakukan pemesanan, tetapi tidak untuk melakukan pembayaran.
Mobile Payment, yaitu suatu pembayaran (transfer dana sebagai imbalan
atas barang atau jasa) dengan menggunakan ponsel untuk
melaksanakan dan mengonfirmasi pembayaran, serta dapat dilakukan di
berbagai lokasi.
Mobile Delivery, yaitu transaksi dengan menggunakan ponsel hanya
untuk menerima pengiriman barang atau jasa, misalnya tiket acara,
tetapi tidak untuk melakukan pembayaran.
Mobile Authentication, yaitu penggunaan ponsel untuk autentikasi
pengguna, baik sebagai bagian dari transaksi pembayaran maupun
untuk memberikan akses ke beberapa informasi atau fungsi.
Mobile Banking, yaitu akses ke fungsi perbankan (query + transaksi)
melalui ponsel, termasuk penyediaan sebagian atau seluruh fungsi
perbankan yang telah disediakan oleh bank melalui internet dalam
bentuk online banking.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
9/74
8
Beberapa contoh untuk memperjelas berbagai definisi di atas adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Kegiatan Utama Penggunaan Ponsel di Beberapa Negara
KegiatanMobile
Order
Mobile
Payment
Mobile
Delivery
MobileAuthentic
a-tion
MobileBanki
ngMelakukanpembayaran tagihanmelalui m-banking/m-Banxafe(Belgia)
Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
Mentransfer danadengan mengajukansuatu instruksikepada bank melalui
bank yangmemberikan layananm-banking/m-Banxafe(Belgia)
Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
Pembayaran padaPOS fisik/Paybox(Austria)
Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
Pembelian nadaderingponsel/Jamster(United Kingdom)
Ya (bisaponsel atau
internet)
Ya (Jika nadadering ponsel
dipotongatau dari
jumlah yang
dibayarkanatau ditagiholeh MNO)
Ya Tidak Tidak
M-ParkingMobillzahlenHandyparken(Jerman)
Ya (awaldan akhir)
Ya Tidak Tidak Tidak
M-Ticketing Touch &Travel(Jerman)
Ya Tidak(umumnya
pembayarantidak
menggunakan mobile)
Ya(contohnya
tiket 2D ataukode
reservasi)
Tidak Tidak
(bisa jugamelaluiinternet
atauperangkatlainnya)
M-Top Up Ya Tidak(pembayaran
hanyamenggunakan kas/kartu)
Ya (notifikasidan saldo
diperbaharui)
Tidak Tidak
Vending Mobipay(Spanyol)
Tidak Ya(inisiasidan
konfirmasi)
Tidak Tidak Tidak
Smart Billboard/tagspeoples bank(Georgia)
Ya Ya Ya Tidak Tidak
P2P Remmitance M-Pesa(Kenya)
Ya Ya(konfirmasi)
Ya Tidak Tidak
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
10/74
9
KegiatanMobileOrder
MobilePayment
MobileDelivery
MobileAuthentic
a-tion
MobileBanki
ngPembayaran internet(saluran/channellain) denganmenggunakan ponselsebagai bagian dariprosesautentikasi/bank ID(Norway)
Tidak Tidak(inisiasi dankonfirmasi
daripembayaranmasih online)
Tidak Ya Tidak
(Sumber: Mobile Payment 2010, Market Analysis and Overview, Mobey Forum)
Dalam sebuah studi eksplorasi awal mengenai adopsi konsumen AS
mengenai m-payment, Dewan dan Chen (2005) menemukan bahwa
konsumen AS sangat menyadari manfaat m-payment termasuk transaksi
yang cepat dan nyaman untuk digunakan, tetapi terdapat kekhawatiran
mengenai isu-isu keamanan dan privasi. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa keberhasilan adopsi m-payment di AS sangat tergantung pada
masalah privasi dan keamanan.
2.2 Ekosistem Mobile Payment
Integrasi teknologi telekomunikasi (ponsel) dan pembayaran
merupakan sebuah proses yang kompleks dan mengharuskan adanya
koordinasi berbagai pemain dan pemangku kepentingan/stakeholder(Smart
Card Alliance, 2008), yang meliputi pelanggan, penyedia jasa
keuangan/financial service providers (FSPs), penyedia jasa
pembayaran/payment service providers (PSPs), merchant, jaringan transmisi,
perangkat seluler, regulator, standardisasi produk, trusted service
managers, dan pengembangan aplikasi (Tabel 2.3).
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
11/74
10
(Sumber: Proximity Mobile Payments BusinessScenarios: Research Report on Stakeholder
Perspective, Smart Card Alliance)
Gambar 1. Ekosistem Stakeholder M-Payment
2.3 Model M-Payment
Mengacu pada kategorisasi oleh Smart Card Alliance (2008), terdapat
empat skenario model m-payment yang potensial untuk diterapkan, yaitu
model operator sentris, model bank sentris, model peer to peer,dan model
kolaborasi.
2.3.1 Model Operator Sentris
Dalam model ini operator memegang peranan sentral dalam
penyelenggaraan m-payment. Operator selular secara independen
mendistribusikan (deployment) aplikasi m-payment ke ponsel. Aplikasi
tersebut dapat mendukung model prabayar (prepaid stored value) atau
mengintegrasikan tagihan yang muncul ke tagihan nirkabel pelanggan.
Skenario 1: Operator menyediakan agen dengan sistem POSnirkabel.
Skenario 2: Operator mengaktifkan reader pembayaran pada perangkat
mobile NFC agen.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
12/74
11
(Sumber: Proximity Mobile Payments BusinessScenarios: Research Report on StakeholderPerspectives,Smart Card Alliance)
Gambar 2. Deskripsi Model Operator Sentris
Tabel 2. Pro dan Kontra untuk Pemangku Kepentingan Model OperatorSentris
PemangkuKepentingan
Pro Kontra
Bank Tidak ada Disintermediasi dari rantai nilai m-payment
Mobile Operator Kontrol atas sebagianarus pendapatan
Asumsi tambahan risiko kredit nasabah
Pengaruh infrastrukturyang ada untuk tagihannasabah dan pembayaranagen
Asumsi biaya pencurian dan penipuan
Loyalitas nasabah Potensi penerimaan agen rendah padapendekatan pembayaran baru dankeengganan untuk mengadopsimekanisme POS baru
Pengurangan turn overnasabah
Manajemen integrasi dengan beberapaemiten
Agen (Merchant) Pengurangan kaspenanganan biaya,termasuk biaya
penyimpanan, pencurian,penyusutan, dan uangtunai
Biaya untuk pembayaran bernilairendah
Peningkatan efisiensi dankenyamanan
Penggantian(reimburse)tergantung padasiklus pembayaran operator(Keterlambatan dalam pembayaran)
Pengurangan paparanpalsu
Paparan operator seluler denganpengalaman pengolahan pembayaranterbatas
Potensi untukmeningkatkan impulsepengeluaran
Investasi yang dibutuhkan untukmekanisme pembayaran baru
Nasabah(Customer)
Kenyamanan pelanggan
Tagihan yang kompleksRisiko keamanan
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
13/74
12
(Sumber: Proximity Mobile Payments Business Scenarios: Research Report onStakeholder Perspectives, Smart Card Alliance)
Sebagai pihak yang memiliki peran sentral dalam model operator
sentris, mobile operator menerima manfaat sekaligus risiko tertinggi. Bagi
pihak merchant (agen) dan customer (nasabah), manfaat dan risiko yang
diberikan oleh model operator sentris ini tergolong sedang, meskipun sedikit
lebih tinggi untuk pihak agen. Di pihak lain, karena bank memiliki
keterlibatan yang minim dalam model ini, manfaat dan risiko yang
ditanggung oleh bank rendah.
(Sumber: Proximity Mobile Payments BusinessScenarios: Research Report on Stakeholder
Perspectives, Smart Card Alliance)
Gambar 3. Peta Risiko dan Keuntunganuntuk Pemangku Kepentingan pada Model
Operator Sentris
Deskripsi Model Bank Sentris
Dalam model bank sentris, pihak bank menyediakan aplikasi m-
payment atau perangkat kepada pelanggan dan memastikan agen memilikiakses penerimaanpoint-of-sale (POS).Pembayaran diproses melalui jaringan
keuangan dengan sistem kredit dan debet ke rekening terkait. Model bank
sentris memungkinkan penggunaan kartu kredit melalui sistem ponsel.
Sebuah bank penerbit menyediakan token pembayaran berotorisasi kepada
nasabahnya selanjutnya nasabah bank tersebut mengaktifkan teknologi
NFC pada ponsel miliknya. Ketika terjadi transaksi keuangan pada POS,
mesin reader akan mengidentifikasi identitas pemilik ponsel tersebut dankemudian melakukan verifikasi dengan meminta otorisasi dari nomor PIN
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
14/74
13
yang dihasilkan oleh token pembayaran tersebut untuk dilakukan proses
selanjutnya.
Sejauh mana bank mengambil tanggung jawab untuk peran ini bisa
bervariasi. Pada satu bank yang ekstrim benar-benar bisa memberikan(atau menjual) fitur NFC penuh kepada klien, sementara pada ekstrim lain
hanya bisa penyediaan sebuah ponsel NFC yang ada dengan aplikasi
pembayaran yang sesuai.
(Sumber: Proximity Mobile Payments BusinessScenarios: Research Report on StakeholderPerspectives, Smart Card Alliance)
Gambar 4. Deskripsi Model Bank Sentris
Tabel 3. Pro dan Kontra untuk Pemangku Kepentingan Model Bank Sentris
PemangkuKepentingan
Pro Kontra
Bank
Capturealiranpendapatan untukpembayaran mikro
Pengalaman terbatas dalampendistribusian aplikasi atauaksesoris telepon
Pengurangan uangtunai/cash handling
Penambahan biaya instalasi danpengelolaan aplikasi mobileuntuk beberapa operator denganplatform unik masing-masing
Potensi untuk mendapatbiaya dari memasukkannilai tambah iklan kepadapengecer (retailers)
Potensi untuk membayar biayasewa untuk operator danoperator dapat memblokirpenggunaannya
Potensi akuisisipelanggan baru(termasuk unbanked)
Bentuk faktor persaingan padakartu
Peningkatan fiturkeamanan
Peningkatan nilai darirelasi dengan pelanggandan retensi
Mobile Operator
Kemungkinan
peningkatan volumetransaksi data danpendapatan
Operator dilewati rantai nilai m-
payment
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
15/74
14
PemangkuKepentingan
Pro Kontra
Potensi biaya insentifuntuk memperkenalkanpelanggan baru
Agen (Merchant)
Pengurangan kas
penanganan biaya,termasuk biayapenyimpanan, pencurian,penyusutan, dan uangtunai
Komisi atau biaya transaksi pada
transaksi yang bernilai rendah
Peningkatan efisiensikasir dan antrean lebihpendek
Resistensi agen untukmeningkatkan transaksi berbasiskartu
Penguranganpengungkapan palsu
Peningkatan pengeluaranimpuls
Pembayaran yang cepatdan langsung pada agenpembayaran
Nasabah (konsumen)
Kecepatan dankemudahan
Terbatas untuk bank tertentuyang menawarkan layananmungkin tidak diizinkan untukmenambahkan aplikasi lain
Kurang mengganggu-menyediakan akses keriwayat transaksi untukpembelian yang bernilairendah
(Sumber: Proximity Mobile Payments Business Scenarios: Research Report on StakeholderPerspectives, Smart Card Alliance)
Pada Gambar 5, pada model bank sentris, bank memperoleh
manfaat tertinggi dengan risiko yang tergolong menengah. Kelebihan model
ini adalah potensi risiko untuk agen maupun nasabah cukup rendah.
Meskipun demikian, kelemahannya adalah manfaat yang diperoleh
nasabah tidak terlalu besar. Sementara itu, karena dalam model ini bank
memegang peranan yang dominan, baik manfaat maupun risiko yang
ditanggung oleh mobile operatortergolong rendah.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
16/74
15
(Sumber: Proximity Mobile Payments BusinessScenarios: Research Report on StakeholderPerspectives, Smart Card Alliance)
Gambar 5. Peta Risiko dan Keuntungan Model Bank Sentris
Pada model ini, risiko dan manfaat tertinggi ada pada industri
perbankan. Namun, manfaat untuk konsumen masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, sebaiknya pada model ini perlu dilakukan penyesuaian dengan
lebih menyediakan fitur-fitur yang memberikan kemudahan bagi
konsumen.
2.3.3Model Peer to Peer
Dalam model ini, penyedia layanan independen menyediakan m-
payment antarpelanggan atau antara pelanggan dan agen. Model peer to
peer adalah sebuah inovasi yang diciptakan oleh industri pembayaran
pendatang baru yang mencoba mencari cara untuk memproses pembayaran
tanpa menggunakan transfer kabel yang ada dan jaringan pengolahan kartu
bank.
(Sumber: Proximity Mobile Payments Business Scenarios:Research Report on Stakeholder Perspectives, Smart CardAlliance)
Gambar 6. Deskripsi Model Peer to Peer
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
17/74
16
Skenario 1: Penyedia (provider) menyebarkan kartu contactless/perangkat
untuk pelanggan dan peralatan POS kepada agen dalam model loop
tertutup.
Skenario 2: Penyedia menyebarkan aplikasi m-payment untukmengaktifkan perangkat mobile NFC.
Skenario 3: Penyedia layanan peer to peermenggunakan aplikasi daring
(online) yang sudah ada (misalnya, PayPal Mobile). Tidak ada peralatan
POS diperlukan.
Tabel 4. Pro dan Kontra untuk Pemangku Kepentingan Model Peer to Peer
PemangkuKepentingan
Pro Kontra
Bank Penangkapan aliranpendapatan untukpembayaran mikro
Pengalaman terbatas dalampendistribusian aplikasi atauaksesoris telepon
Pengurangan uangtunai/cash handling
Penambahan biaya instalasi danmaintenance aplikasi mobile untukbeberapa operator dengan masing-masing platform unik
Potensi untuk mendapatbiaya dari memasukkannilai tambah iklan kepadapengecer (retailers)
Potensi untuk membayar biaya sewauntuk operator dan operator dapatmemblokir penggunaannya
Potensi akuisisi pelangganbaru (termasuk unbanked)
Bentuk faktor persaingan pada kartu
Peningkatan fitur keamanan
Peningkatan nilai dari relasidengan pelanggan danretensi
Mobile Operator Kemungkinan peningkatanvolume transaksi data danpendapatan
Potensi biaya insentif untukmemperkenalkan pelangganbaru
Operator dilewati rantai nilai m-payment
Agen (Merchant) Mengurangi biayapenanganan kas danmeningkatkan kecepatanpemrosesan
Berpotensi untukmeningkatkan transaksi
Kecepatan pembayaran Akses untuk program
loyalitas
Komisi untuk provider layanan peerto peer pada transaksi pembelianyang bernilai rendahRisiko kerugian jika terjadi sengketaatau penipuan
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
18/74
17
PemangkuKepentingan
Pro Kontra
Nasabah(Consumer)
Potensi lebih murah dalam
pengiriman uang(remitensi)/pilihanpembayaran
Murah bahkan gratis
Perlu untuk mentransfer dana kepenyedia peer-to-peer (mengikatdana)
Perlu untuk mengelola tagihan
baru Biaya potensial yang dibebankan
oleh layanan provider Kesulitan mengelola sengketa
(Sumber: Proximity Mobile Payments Business Scenarios: Research Report on StakeholderPerspectives, Smart Card Alliance)
Peta risiko dan keuntungan pada model peer to peer, sebagaimana
terlihat padaGambar 7, P2P service provider sebagai penyedia layanan
independen menerima manfaat serta risiko yang relatif tinggi. Di sisi lain,
manfaat dan risiko yang ditanggung oleh pihak bank dan mobile operator
tergolong rendah. Seperti halnya model bank sentris, dalam model ini
potensi risiko bagi agendan nasabahtergolong sedang, tetapi manfaat yang
diperoleh nasabahtidak terlalu besar.
(Sumber : Proximity Mobile Payments Business Scenarios: Research Reporton Stakeholder Perspectives, Smart Card Alliance)
Gambar 7. Peta Risiko dan Keuntungan Model Peer to Peer
Model ini secara signifikan berbeda dari model-model yang
menggunakan teknologi pembayaran contactless. Model peer-to-peer adalah
cara pembayaran yang terdiri atas terminal POS, ISO, dan acquirers yang
ditempatkan bersama prosesor dan rute jaringan pembayaran dalam
menyelesaikan transaksi.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
19/74
18
2.3.4Model Kolaborasi
Model ini mengintegrasikan peran antara bank, operator seluler, dan
pemangku kepentingan lainnya dalam layanan m-payment termasuk pihak
ketiga yang berpotensi dapat mengontrol dan mengawasi penyebaranaplikasi mobile. Pembayaran dengan model ini diproses melalui fasilitas
kredit dan debet ke rekening terkait. Model ini mencakup dua kemungkinan
skenario:
Skenario 1: Seorang mitra operator seluler dengan satu bank
berkolaborasi untuk menawarkan layanan m-paymentpada bank tertentu
Skenario 2: Asosiasi Industri yang mewakili operator selular dan lembaga
keuangan bernegosiasi dan menetapkan standar untuk aplikasi yangberada pada elemen aman di perangkat seluler yang memungkinkan
beberapa jenis kartu dari bank yang berbeda untuk dapat digunakan.
(Sumber: Proximity Mobile Payments Business Scenarios:Research Report on Stakeholder Perspectives, Smart CardAlliance)
Gambar 8. Deskripsi Model Kolaborasi
Tabel 5. Pro dan Kontra untuk Pemangku Kepentingan Model Kolaborasi
PemangkuKepentingan
Pro Kontra
Bank Alternatif channel Kurang perlu bagi pelangganuntuk menarik uang tunai dariATM sehingga menurunkanpendapatan ATM
Penambahan pendapatan daritransaksi
Investasi membuat aplikasi danpengaturan standar
Potensi untuk akuisisi pelangganbaru jika bermitra denganoperator
Mobile
Fokus pada kompetensi utama
Kompleksitas (harga/waktu)
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
20/74
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
21/74
20
2.4 Perkembangan Teknologi dan Implikasi terhadap Risiko
Operasi dan keberhasilan m-payment terkait erat dengan teknologi.
Dalam konteks ini sangat penting untuk memahami sifat dan batas-batas
dari teknologi ini. Tiga teknologi inti yang digunakan dalam pengembanganpembayaran melalui ponsel meliputi internet, SMS, dan NFC (near field
communication).
2.4.1Perkembangan Teknologi Contactless
Teknologi contactless digunakan secara umum dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, hampir seluruh kartu akses kantor menggunakan
teknologi contactless;pintu keamanan kantor ritel yang akan berbunyi jikaobjek melewati mesin pemindai ketika tag keamanan masih terpasang.
Teknologi contactlessini dapat dibagi menjadi dua kategori:
1.Vicinity (Daerah Sekitar)
Teknologi ini menawarkan jarak pindai maksimum 1 sampai 1,5 meter (3
sampai 5
kaki). Contohnya, di daerah sekitar contactlessyang memerlukan kontrol
akses, pengguna tidak diharuskan untuk mengambil perangkat aksesdari dompet, tas, ataupun media penyimpanan lainnya karena proses
pindai dapat dilakukan pada jarak yang jauh sekalipun tanpa harus
bersentuhan langsung.
2.Proximity(Kedekatan)
Teknologi ini memiliki jarak pindai jauh lebih kecil, biasanya hanya
sekitar 7,5
cm (3 inci) untuk kebanyakan kasus. Jarak pindai kecil pada teknologiini
digunakan dalam aplikasi sehari-hari seperti kartu akses kantor.
Identifikasi dengan menggunakan frekuensi radio atau RFID ini sangat
umum digunakan pada teknologi contactless. RFID digunakan secara
luas di berbagai bidang, seperti produk pelacakan, paspor, identifikasi
hewan, dan perpustakaan. Namun, kelemahan pada RFID ada pada
standar komunikasi dari kode untuk pembaca.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
22/74
21
Kelemahan ini telah diperbaiki pada tahun 1990 oleh Philips dan
Sony. Kedua perusahaan ini bersama-sama mengembangkan standar untuk
komunikasi dua arah contactless. Standar ini disebut near field
communication (NFC) yang diperkenalkan pada tahun 1990-an dan telahdisertifikasi oleh organisasi ISO pada tahun 2003. Sejak saat itu, NFC
menjadi sebuah standar umum untuk komunikasi dua arah menggunakan
teknologi contactless.
Penggunaan Teknologi NFC dalam M-Payment
Seiring dengan perkembangan komunikasi dua arah contactless,
terdapat teknologi terbaru mengenai transfer data dengan cepat dan aman,yaitu melalui enkripsi. Hal terpenting dalam perkembangan komunikasi
dua arah adalah kecepatan transfer data yang cepat dan aman agar dapat
digunakan dalam pembayaran. Perkembangan teknologi ini menyebabkan
pertumbuhan yang besar dalam penggunaan teknologi contactless yang
digunakan untuk transaksi pembayaran. Namun, karena teknologi NFC
memerlukan komunikasi interaktif dua arah, diperlukan perangkat
komunikasi yang memungkinkan pengguna layanan dapat melakukankomunikasi dua arah, yang dalam hal ini dapat diakomodasi oleh telepon
seluler.
NFC sering dibandingkan dengan bluetooth. Namun, NFC dinilai
lebih unggul daripada bluetooth untuk digunakan dalam layanan
pembayaran karena menawarkan jaringan yang lebih cepat
antarperangkat, memiliki jarak yang lebih pendek, dan membuatnya lebih
aman untuk digunakan di tempat umum. Selain itu, NFC tetap dapatdigunakan apabila baterai pada perangkat komunikasi tersebut habis atau
dimatikan, sementara bluetooth tidak dapat digunakan dalam kondisi
tersebut.
Masalah Keamanan NFC.
Beberapa permasalahan yang ditemukan oleh pengguna pada m-
paymentyang berbasis NFC di antaranya adalah sebagai berikut.
1.Gangguan terhadap proses pembayaran:
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
23/74
22
Penyalahgunaan akses (reader attack),yaitu dengan memodifikasi telepon
seluler sehingga dapat mengakses sistem atau jaringan NFC pada ponsel
seseorang. Hal ini menginformasikan bahwa pihak yang tidak berwenang
dapat memiliki akses masuk ke ponsel pada periode waktu tertentu.Karena jumlah aplikasi untuk ponsel NFC masih sangat terbatas, metode
penyalahgunaan ini belum secara luas digunakan dalam tindak
kejahatan.
2.Komunikasi NFC muncul dalam dua model:
Model komunikasi pasif, yaitu perangkat inisiator (label)
memungkinkan operator lapangan dan perangkat target untuk
menjawab (telepon) sesuai dengan prosedur lapangan yang ada. Dalammodel ini, perangkat target (ponsel) dapat menarik listrik pada saat
operasi, sedangkan label medan elektromagnetik memungkinkan
pembayaran NFC ketika sumber energi mesin pembaca habis.
Model komunikasi aktif, yaitu baik inisiator (label) maupun target
(ponsel) berinteraksi secara bergantian dan menghasilkan area mereka
sendiri. Keduanya, baik label maupun telepon, tetap membutuhkan
power supply.
Mulliner menemukan indikasi bahwa model komunikasi pasif sangat
rentan terhadap serangan. Temuan ini perlu menjadi perhatian utama
karena sebagian besar pesan yang dipertukarkan melalui NFC
menggunakan model komunikasi pasif. Hal ini disebabkan label yang
dibutuhkan tersedia dengan harga yang terjangkau dan juga transaksi
dapat dilakukan bahkan ketika perangkat target (ponsel) tidak memiliki
baterai(power supply).
Penggunaan Teknologi Short Messaging Service (SMS)dalam M-
Payment
SMS memiliki tiga karakteristik penting dalam aplikasi pembayaran,
yakni
Store and Forward: pesan teks dikirim dari ponsel pengirim untuk
operator. Ketika telepon penerima yang dimaksud tersedia untuk pesan
ini, pesan menjadi diterima, lalu operator mengirimkan pesan ini melalui
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
24/74
23
penerima. Sering kali, ada maksimal waktu yang dibutuhkan operator
memegang pesan untuk pengiriman dalam kasus telepon penerima
dimatikan, baterai datar, atau telepon tidak memiliki jangkauan.
Kurangnya enkripsi: SMS dikirim sebagai teks saja. Kurangnya bukti pengiriman: bukti pengiriman bukan merupakan bagian
dari SOP layanan SMS. Perlu disebutkan bahwa kebanyakan SMS dalam
mobile payment memberikan bukti pengiriman, meskipun ini
menyebabkan meningkatnya biaya dan tidak ekonomis jika ditransfer
dalam jumlah kecil.
Kombinasi dari ketiga faktor tersebut membuat SMS tidak cocok
untuk digunakan dalam pembayaran yang berbentuk aplikasi. SMS dapatdigunakan dan digunakan secara luas, tetapi hanya untuk mentransfer
inisiasi pesan untuk proses pembayaran.
Masalah Keamanan SMS
Short Message Service adalah layanan data yang paling populer
ditawarkan oleh operator jaringan selular dan paling banyak digunakan
untuk m-payment. Perangkat ponsel dapat saling bertukar data melalui
pusat layanan pesan singkat (SMSC) dengan mengirimkan dan menerima
pesan SMS standar yang diidentifikasi oleh mobile subscriber internasional
identity (IMSI). Untuk memenuhi sebuah sistem pembayaran yang aman,
ponsel harus memiliki karakteristik sebagai berikut.
Kerahasiaan: rahasia informasi harus diamankan dari pihak, proses,
atau perangkat yang tidak berwenang. Untuk SMS rahasia, informasi
disimpan di agen terakhir.
Autentikasi: menjamin pihak untuk dapat mengakses ke transaksi yang
tepercaya.
Untuk layanan informasi tagihan, SMS sangat rawan terhadap tindak
kejahatan karena jika perangkat mobile dicuri, pencuri dapat
menyalahgunakan informasi tagihan tersebut untuk kepentingannya,
sampai rekening tersebut diblokir.
Integritas: informasi dan sistem belum disesuaikan atau terjadi
kerusakan yang disebabkan oleh pihak luar. Memodifikasi pesan SMS
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
25/74
24
sangat mungkin dilakukan, meskipun hal ini jarang dilakukan. Data
yang tidak dikirim secara enkripsi,membuat data mudah diketahui dan
terjadinya manipulasi data lebih mudah.
Otorisasi: verifikasi bahwa pengguna diperbolehkan untuk melakukantransaksi yang diminta. Setelah penagihan SMS, selanjutnya diperlukan
proses otorisasi dengan PIN yang berbasis sistem pembayaran SMS.
Ketersediaan: sistem harus dapat diakses bagi pengguna yang memiliki
wewenang kapan pun dan di mana pun. Untuk sistem pembayaran
berbasis SMS, aspek ini baik untuk dilengkapi bahwa selama pengguna
menerima konfirmasi di telepon selulernya, seseorang dapat membayar
melalui SMS. Untuk pembayaran P2P, perangkat mobile dari penerimaharus memenuhi dua kriteria yang disebutkan sebelumnya, ditambah
kriteria bahwa penerima harus memiliki perangkat selular yang
diaktifkan untuk menyelesaikan transaksi (prinsip store-and-forward).
2.4.4 Unstructured Suplementary Service Data (USSD) sebagai
Teknologi yang Digunakan dalam M-Payment
USSD (unstructured suplementary service data) merupakan layanan
yang terkait dengan layanan telepon real-time atau pesan instan. USSD
merupakan standar untuk transmisi informasi melalui saluran sinyal GSM.
Saat ini, USSD banyak digunakan sebagai metode untuk mengetahui query
saldo dan layanan informasi serupa lainnya di layanan prabayar (prepaid)
GSM.
2.5 Strategi Antisipasi Risiko M-Payment
Transaksi m-payment dapat menimbulkan risiko ketika beberapa
pihak terlibat dalam melakukan pelayanan pembayaran secara bersama-
sama. Hal ini diperparah jika layanan yang diserahkan kepada pihak ketiga
ternyata berpotensi tidak diatur dengan pengaturan dan pengawasan yang
jelas. Hal itu menyebabkan lingkungan transaksi multipartai secara
kondusif dapat dieksploitasi oleh pihak tidak berwenang dengan
memanfaatkan kelemahan teknologi dan sosiologis jika mekanisme
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
26/74
25
perlindungan yang sesuai dengan pengawasan yang tepat tidak diterapkan
pada ekosistem m-payment.
Financial, payment, and network service providers(FSPs, PSPs, NSPs)
harus menerapkan pengamanan yang memadai serta privasi dan keamananprogram pemerintah. Ada risiko yang muncul dari penyalahgunaan oleh
pengguna resmi seperti pencucian uang dan risiko penggunaan ilegal.
Risiko terakhir mungkin memerlukan dukungan dari undang-undang baru
yang akan berkembang untuk memastikan perlindungan telah berjalan
secara memadai.
Faktor lain yang penting untuk dipertimbangkan adalah klasifikasi
data selama transmisi dan penyimpanan data. Organisasi terkait harusmengidentifikasi data yang dianggap pribadi dan sensitif serta harus
memastikan pula bahwa mekanisme berfungsi pada tempatnya. Juga dalam
kasus data keuangan, sebuah aspek yang sangat penting (selain dari
enkripsi) adalah masalah integritas data sehingga organisasi terkait harus
mempertimbangkan hal ini.
Hal sama penting yang perlu dipertimbangkan adalah sistem POS
dalam kasus proximity payment. Organisasi terkait harus memastikan
bahwa pihak ketiga yang berinteraksi memiliki keamanan proyek tata kelola
yang kuat. Selain itu, perhatian tertentu juga harus diberikan kepada
trusted service manager (TSM), entitas yang bertindak sebagai "personal"
chipTSM kompatibel pada vendor yang disediakan perangkat seluler. Dalam
lingkungan platform lintas kolaboratif, program pengendalian risiko
organisasi harus memiliki fokus yang kuat pada pengelolaan layanan pihak
ketiga.
Akhirnya, perhatian tertentu harus diberikan pada perangkat
transaksi baik pelanggan selular dan pengguna. Pengguna harus dididik
untuk memahami risiko yang sesuai. Manufaktur perangkat selular
seharusnya tidak hanya bekerja sama dengan industri pembayaran untuk
pengembangan platform yang menjamin lingkungan yang aman untuk
melakukan transaksi mobile, tetapi juga untuk pengoperasian lintas antara
model telepon pintar (smartphone) yang berbeda oleh pengguna cenderung
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
27/74
26
sering diubah atau diperbaharui. Ketentuan batas layanan interoperable
yang aman adalah sangat penting untuk keberhasilan m-payment.
Peraturan Bank Indonesia tentang M-PaymentTerkait dengan m-payment, di Indonesia mengacu pada Peraturan
Bank Indonesia tentang Uang Elektronik (E-Money) No. 11/12/PBI/2009
tanggal 13 April 2009. Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa karena
perkembangan alat pembayaran berupa uang elektronik yang sebelumnya
diatur sebagai kartu prabayar tidak hanya diterbitkan dalam bentuk kartu,
tetapi juga telah berkembang dalam bentuk lainnya; dan karena
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, alat pembayaranberupa uang elektronik yang diterbitkan oleh bank dan lembaga selain bank
saat ini semakin berkembang. Oleh karena itu, dikeluarkanlah peraturan
tentang e-moneytersebut.
2.7 Kajian Sebelumnya
Pada tahun 2009, The International Finance Corporation dari grup
World Bank melakukan kajian mengenai mobile banking di Indonesia
dengan mengambil sampel penelitian di beberapa kota di Indonesia.
Temuan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Permintaan untuk layanan mobile banking dalam urutan peringkat
adalah sebagai berikut: top-up, pembayaran tagihan (bill payments),
transfer, pengiriman uang /remitansi (remittance), dan transaksi. Tiap-
tiap layanan dapat diaktifkan dengan atau tanpa rekening tabungan
sehingga permintaan untuk layanan tidak selalu diterjemahkan ke
dalam rekening tabungan tambahan.
b. Pembayaran tagihan(bill payment) paling banyak dilakukan, baik terkait
dengan tagihan bank maupun tagihan nonbank, dan dipandang sebagai
titik awal untuk masuk pada m-banking. M-transfer, sebagai contoh,
merupakan produk layanan yang telah banyak dipakai oleh masyarakat,
termasuk di antaranya terkait dengan kegiatan remitansi dari tenaga
kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
28/74
27
c. Partisipasi dalam kegiatan layanan m-transfer lebih banyak dilakukan
oleh lembaga keuangan nonformal jika dibanding dengan bank
komersial karena sepertiga penduduk di Indonesia tidak menyimpan
uang di bank. Sepertiga penduduk Indonesia tidak menyimpan samasekali tabungan di bank karena keterbatasan masyarakat terhadap
akses bank. Masyarakat lebih menekankan segi kepraktisan dalam
melakukan transfer dana daripada harus melakukan transaksi di bank
meskipun masyarakat memiliki deposit yang kecil dan harus membayar
fee yang lebih mahal. Namun, hal ini dipandang lebih dapat diterima
daripada masyarakat harus membayar fee tertentu di bank karena
jumlah deposit di bank mencapai jumlah minimum.
Pada tahun 2011, Bank Indonesia telah melakukan kajian internal
awal mengenai mobile banking/payment dengan hasil kesimpulan bahwa
berdasarkan faktor-faktor penunjang kesuksesan yang telah teridentifikasi
dari pengalaman beberapa negara dan kondisi yang ada di Indonesia,
terdapat beberapa isu terkait penyelenggaraan mobile financial services
(MFS) , yaitu know your customer/anti money laundering (KYC/AML) dan
pendanaan terorisme, keamanan, efisiensi, regulasi, edukasi, serta peran
bank dan lembaga nonbank. Adanya peraturan perundang-undangan yang
baru, antara lain transfer dana dan pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang, menambah beberapa isu dalam penyelenggaraan
MFS. Selanjutnya, isu yang mengemuka terkait m-banking/m-payment
meliputi:
a. tindak pidana pencucian uang (money laundering): direkomendasikan
pembatasan fungsi dan kapasitas dari instrumen, antara lain melalui
pembatasan transaksi, menghubungkan instrumen tersebut dengan
institusi finansial dan rekening bank, adanya standar pencatatan bagi
penyelenggara sehingga memungkinkan untuk diperiksa, adanya
dokumentasi yang memadai, dan registrasi bagi pemegang;
b. pengamanan: adanya upaya terus menerus untuk meningkatkan
keamanan, penggunaan teknologi STK, USSD;
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
29/74
28
c. efisiensi: perlu dipertimbangkan untuk melakukan
interkoneksi/interoperability antarpenyelenggara agar layanan MFS
dapat menjangkau masyarakat luas dengan biaya murah;
d.
regulasi: termasuk perlindungan konsumen, belum ada ketentuan yangcukup memadai dalam pengaturan MFS, diperlukan koordinasi antara
lembaga terkait, a.l. antara BI dan Kemenkominfo untuk mengatur
pemain yang bukan bank, diperlukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan MFS;
e. edukasi: perlu dilakukan sosialisasi mengenai MFS terutama bagi
masyarakat yang belum mempunyai rekening di bank; dan
f.
bank vs nonbank: diperlukan kerja sama untuk saling memanfaatkanjaringan distribusi dan sistem yang ada antara bank dan nonbank.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
30/74
29
III.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan menggunakan
data primer yang diperoleh dari survei untuk dapat menjawab persoalan
penelitian. Di samping itu, untuk mendapatkan informasi yang
kemungkinan belum terungkap pada kuesioner, penelitian dilengkapi
dengan kegiatan focus group discussion (FGD). Data yang telah
dikumpulkan dari responden diolah dengan menggunakan pendekatan
statistik deskriptif. Berdasarkan hasil kajian statistik tersebut kemudian
diajukan saran cakupan peraturan terkait risiko m-payment.
Populasi, Sampel, dan Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di empat kota besar di Indonesia, yaitu
Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan dari bulan Februari hingga Mei
2013. Objek penelitian meliputi perusahaan telekomunikasi yang memiliki
atau berencana mengembangkan fasilitas m-payment. Kemudian,
perusahaan-perusahaan tersebut diwawancara langsung atau dikirimi
kuesioner. Total responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini
berjumlah 54 orang yang terdiri atas 15 responden dari lima perusahaan
telekomunikasi (telco) terbesar di Indonesia, 19 responden dari bank, dan
20 responden berasal dari agen, merchant, KADIN, dan UKM.
Kegiatan FGD juga dilakukan di empat wilayah yang sama dengan
survei. Kelompok responden dari kota yang ditunjuk dikumpulkan dalam
kelompok forum diskusi untuk mendapatkan penjelasan mengenai cakupan
kajian dan daftar pertanyaan yang akan diajukan, kemudian diminta untuk
mengisi daftar pertanyaan tersebut. Kelompok forum diskusi tersebut terdiri
atas gerai telkom, agen/subagen, merchant, serta institusi yang terkait
dengan tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang diperkirakan banyak
melakukan tindakan remitansi.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
31/74
30
3.3 Identifikasi Risiko MPayment
Risiko dari perspektif mobile payment dapat dikategorikan sebagai
risiko tradisional, misalnya melibatkan penolakan atau pencurian layanan,
hilangnya pendapatan, reputasi, dan basis pelanggan, dan risiko yangtergolong baru seperti melibatkan penggunaan mobile payment dalam
pencucian uang dan pendanaan teroris
Dengan diperkenalkannya media (mail, internet,dan telepon selular),
banyak hal yang berubah drastis. Pemesanan (order) yang dahulu melalui
pos, telepon, dan lalu internet saat ini dapat dilakukan melalui ponsel.
Perdagangan jarak jauh yang dipisahkan oleh waktu dan tempat ini dapat
memunculkan risiko dalam prosesnya.
3.3.1 Perbandingan Risiko M-Paymentdengan Risiko pada Lembaga
Keuangan
M-paymentmemiliki risiko yang serupa dengan lembaga keuangan.
Seperti halnya lembaga keuangan, dalam penerapan m-payment harus
terdapat proses review dan persetujuan untuk memastikan kepatuhan
terhadap kebijakan internal dan peraturan perundangan yang berlaku.
Potensi risiko dalam penerapan m-payment,yaitu sebagai berikut.
Tabel 6 Risiko Mobile Payment
Kategori Risiko RisikoTindak pidana pencucianuang (Money Laundering)
Kegagalan untuk memenuhi pencatatan, penyaringan danpersyaratan pelaporan dimaksudkan untuk mendeteksikejahatan keuangan, mencegah ilegal lintas bataspembayaran dan mencegah pendanaan teroris.
Fraud Kegagalan untuk mencegah atau menghalangi transaksi
yang tidak sah, intersepsi informasi rahasia, atau aktivitaspenipuan lainnya.
Compliance Kegagalan untuk mematuhi undang-undang perlindungankonsumen yang berlaku, persyaratan pengungkapan,pengawasan dan bimbingan.
Kredit/Likuiditas Kemungkinan kerugian dari kegagalan untuk menagihkewajiban kredit atau memenuhi komitmen pembayaran-kontraktual yang terkait.
Teknologi Kegagalan untuk melindungi informasi keuangan rahasia.Reputasi Pengalaman konsumen yang negatif dapat mencerminkan
reputasi buruk bank atau menghindari penggunaan m-payment
(Sumber : Nordlie Luke , Chahine Hicham, 2012, Mitigating the Risk in Mobile Banking: onthe Website of ABA Banking Journal, www.ababj.com)
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
32/74
31
1. RisikoTindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)
Pencucian uang (money laundering) adalah suatu upaya perbuatan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau
harta kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuanganagar uang atau harta kekayaan tersebut tampak seolah-olah berasal dari
kegiatan yang sah/legal.
Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari
tindak pidana dengan berbagai cara agar harta kekayaan hasil
kejahatannya sulit ditelusuri oleh aparat penegak hukum. Rekomendasi
dari isu tindak pidana pencucian uang (money laundering) adalah sebagaiberikut.
a.Pembatasan fungsi dan kapasitas dari instrumen, antara lain melalui
pembatasan transaksi, yaitu
- nilai transaksi untuk setiap kali bertransaksi
- nilai transaksi dalam suatu periode tertentu (harian,bulanan)
- nilai maksimum dana yang ada dalam instrumen
- nilai transaksi untuk tiap-tiap jenis transaksi (misalnya: transfer,
belanja)
b.Menghubungkan instrumen dengan institusi keuangan dan rekening
bank
c.Adanya standar pencatatan bagi penyelenggara sehingga memungkinkan
pemeriksaan
d.Adanya dokumentasi yang memadai
e.Registrasi bagi pemegang
2. Risiko Fraud
Fraud adalah penipuan terhadap pelanggan, misalnya muncul
transaksi yang tidak sah, intersepsi informasi rahasia, pencurian saldo
pelanggan melalui sarana teknis, atau aktivitas penipuan lainnya.
Rekomendasi untuk mengatasi risikofraudadalah
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
33/74
32
a.adanya upaya terus menerus untuk meningkatkan keamanan dan
b.pengawasan terhadap penyelenggaraan MFS.
3.
Risiko ComplianceRisiko compliance muncul akibat pelanggaran dan ketidakpatuhan
bank terhadap hukum, peraturan, dan standar etika. Jika risiko ini
terealisasi, reputasi bank bisa jatuh, merugi, bahkan bisa berdampak pada
bisnis. Rekomendasi dari isu risiko compliance adalah sebagai berikut.
a.Untuk memitigasinya, bank dan perusahaan telekomunikasi harus betul-
betul paham dan mampu menginterprestasikan secara benar, khususnya
peraturan-peraturan seputar money payment, permasalahan agen, sertapemisahan wallet untuk e-moneydan remitansi.
b.Agen membantu memperluas akses masyarakat terhadap MFS.
c.Pembatasan nilai untuk transaksi remitansi perlu dilakukan. Transaksi
remitansi melalui MFS adalah untuk nilai kecil; untuk nilai yang lebih
besar adalah melalui perbankan.
d.Koordinasi antarlembaga terkait, a.l. BI dan Kemenkominfo untuk
mengatur pemain nonbank.
e.Ketentuan yang mengatur bahwa penerbit harus mengawasi agen
termasuk pemberian trainingdan pelatihan anti money laundering.
f. Pemisahan wallet untuk aktivitas remitansi dan payment tidak perlu
dilakukan untuk fleksibilitas penggunaan walletoleh konsumen.
4. Risiko Kredit
Risiko kredityakni risiko yang juga berpotensi meningkat karena
internet banking membuat para nasabah bisa mengajukan aplikasi kredit
dari mana pun di dunia ini. Bank-bank tentu akan sangat sulit
memverifikasi dan mengidentifikasi nasabah jika bank menawarkan kredit
melalui internet.
5. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas timbul karena transaksi m-payment sehingga para
nasabah menjadi lebih gampang menarik kas dan mentransfer kepada
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
34/74
33
pihak ketiga. Sekalipun transfer dilakukan ke rekening penyelenggara m-
payment yang sama, ini bisa saja menimbulkan masalah karena pihak
ketiga bisa saja menariknya dalam bentuk kas atau mentransfernya ke
pesaing. Dengan penerapan m-payment, perlu disesuaikan manajemenlikuiditasnya.
6. Risiko Reputasi
Risiko reputasi biasanya berjalan seiring dengan risiko-risiko lain.
Sistem mobile payment yang down atau kecepatan sistem yang rendah
dapat membentuk pendapat negatif publik terhadap m-payment. Salah satu
cara untuk mengantisipasi risiko ini adalah perlu dipertimbangkan untukmelakukan interkoneksi/interoperabilitasantarpenyelenggara agar layanan
MFS dapat menjangkau masyarakat luas dengan biaya yang lebih
terjangkau.
7. Risiko Teknologi
Penerapan penerapan teknologi di m-paymentmembawa risiko, baik
kepada penyelenggara m-paymentmaupun kepada nasabah. Namun, dari
semua risiko yang timbul, hampir seluruhnya diakibatkan oleh tindakan
manusia yang mencoba memanfaatkan teknologi infrastruktur m-payment
untuk tindakan fraud. Secara terperinci risiko ini dipaparkan dalam tabel
berikut.
Tabel 7. Risiko Teknologi dalamM-Payment
Risiko Kerentanan (Vulnerabilities)Risiko untuk
BisnisRisiko untuk
Nasabah
PIN lemah Pengguna menggunakan PIN
yang lemah
Rendah Tinggi
Kegagalan Proses PIN diset ulang oleh penipu Medium TinggiPencurian Pencurian handset - RendahSpoofing SMS dan spoofingUSSD
untuk permintaanphishingPIN
Medium Medium
Credential reroute Pertukaran SIM (swap SIM) Medium TinggiPerpindahan Dana Perpindahan dana di luar
penerima manfaatRendah Tinggi
KegagalanChannel
USSD, IVR, atau jaringan SMSpada MFSP gagal
Tinggi Rendah
Panen Transaksi Pengamanan pada SMSC dan
link Pengamanan yangterbatas pada server WirelessGateway
Rendah
Medium
Rendah
Rendah
Kompromi Kompromi skema kunci Rendah Rendah
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
35/74
34
Risiko Kerentanan (Vulnerabilities)Risiko untuk
BisnisRisiko untuk
Nasabah
KeamananHardware
enkripsi di sim dan modulkeamanan hardware
Smart Phones Terinfeksi oleh malware Medium Tinggi(Sumber: Chatain, P.; et al.; Integrity in Mobile Phone Financial ServicesMeasures for
Mitigating Risks from Money Laundering and Terrorist Financing, World Bank Working PaperNo. 146, World Bank, Washington D.C., USA, 2008,http://siteresources.worldbank.org/INTAML/Resources/WP146_Web.pdf)
3.3.2 Risiko dalam Ekosistem M-Payment
Risiko bagi para peserta dalam ekosistem mobile paymenttergantung
pada peran pengguna entitas, penyedia jaringan atau komunikasi, atau
penyedia layanan pembayaran. Beberapa entitas, seperti MNO (operator
nirkabel), mungkin memainkan dua peran tersebut secara bersamaan.Berikut gambaran tentang jenis-jenis ancaman dan risiko yang ada di
lingkungan mobile payment.
Tabel 8. Jenis-Jenis Ancaman dan Risiko yang Ada di Lingkungan Mobile
Payment
Tipe
Target
Kerentanan Ancaman Risiko
PenyediaLayanan(ServiceProvider)
Over the air (OTA)transmissionAntara phoneand point of sale(POS) (NFCreader)
Interception of traffic Pencurian identitas,keterbukaan informasi, replayattacks
PenyediaLayanan
Tidak adanyaautentikasi duafaktor
Pengguna menyamar Penipuan transaksi, kewajibanpenyedia
PenyediaLayanan
Mengubah ataumengganti ponsel
Konfigurasi dankompleksitas
pengaturan
Mengurangi adopsi teknologi,"keamanan dengan
ketidakjelasan"
PenyediaLayanan
SmartphoneInternet andgeolocationCapabilities
Malware on mobiledevice;miskin perlindungandata kontrol padamerchant/ prosesorpembayaran
Data pengungkapan danprivasi pelanggaran; profilingperilaku pengguna
PenyediaLayanan
Sistem POSmenerimatransmisi OTA
pihak tidak bertangungjawab membanjiripermintaan melaluisistem POS
Denial of Service (DoS)
PenyediaLayanan
Perangkat POSdipasang ditempat merchant.
Penyamaranmenyerang, merusakPOS
Pencurian pelayanan,memodifikasi pesan
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
36/74
35
Tipe
TargetKerentanan Ancaman Risiko
PenyediaLayanan
Kurangnyamanajemen hak
digital (DRM)pada perangkatmobile
Pengguna perangkatmobile secara ilegal
mendistribusikankonten, misalnya,nadadering, video, games
Pencurian Konten, pembajakandigital, risiko penyedia atas
pelanggaran hak digital,hilangnya pendapatan untukpenyedia konten ataupedagang
PenyediaLayanan
Kelemahan darienkripsiKomunikasiGlobal System
Mobile (GSM)untuk transmisiOTA, data SMSdalam bentukteks padajaringan seluler
Memodifikasi Pesan,replay transaksi,penyelundupan kontrolpenipuan
Pencurian layanan ataukonten, hilangnya pendapatan,transfer ilegal dana
(Sumber: Chatain, P.; et al.; Integrity in Mobile Phone Financial ServicesMeasures for
Mitigating Risks from Money Laundering and Terrorist Financing, World Bank Working PaperNo. 146, World Bank, Washington D.C., USA, 2008,http://siteresources.worldbank.org/INTAML/Resources/WP146_Web.pdf)
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
37/74
36
IV.
KAJIAN UMUM MOBILE PAYMENT
4.1 Gambaran Umum Mengenai Layanan M-Payment
Perangkat telepon seluler saat ini sudah banyak digunakan dalam
transaksi keuangan dan diperkirakan penggunaannya akan terus
meningkat. Layanan m-payment yang diintegrasikan dengan fungsi
perangkat telepon seluler merupakan hasil inovasi teknologi yang dapat
membawa perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat,
terutama dalam bidang usaha. Awalnya layanan m-payment selalu
melibatkan institusi keuangan seperti bank. Namun, beberapa tahun
belakangan terjadi pertumbuhan yang cukup besar terhadap sistem
pembayaran ritel yang ditawarkan oleh institusi nonbank. Dampak positif
dari kondisi ini adalah konsumen diuntungkan dengan bertambahnya
alternatif dalam melakukan pembayaran daring (online), meningkatnya
kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan dalam penggunaan layanan
pembayaran, serta semakin kompetitifnya usaha penyedia layanan
pembayaran.
Walaupun sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh institusi
nonbank memberikan dampak positif bagi dunia usaha, alur proses yang
didesain tergolong masih baru dan infastrukturnya sebagian besar dimiliki
oleh operator telekomunikasi dan penyedia layanan sehingga berdampak
pada penerapan aturan-aturan yang tidak dapat disamakan dengan aturan-
aturan sistem pembayaran yang diterapkan pada institusi perbankan. Oleh
karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk melakukan pengaturan
berdasarkan aspek prudensialnya dalam mengidentifikasi dan
mengantisipasi risiko-risiko yang berpotensi terjadi di kemudian hari pada
usaha ini.
4.1.1 Statistik Pemakai Layanan MobileTelepon Seluler di Indonesia
Perkembangan industri seluler di Indonesia mengalami kemajuan
dari sisi kuantitasnya dan dari sisi kualitasnya, baik jumlah pelaku usaha
maupun produk.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
38/74
37
Tabel 9. Jumlah Pengguna Layanan Telepon Seluler di Indonesia
(Sumber: Hasil Survei Bank Indonesia Tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.1, jumlah pengguna telepon seluler di
Indonesia mencapai sekitar 422,5 juta pelanggan dengan perincian 99 juta
untuk pelanggan pascabayar dan 324 juta untuk pelanggan prabayar yang
terbagi dalam 5 perusahaan terbesar di Indonesia penyedia jasa
telekomunikasi. Untuk pengguna fasilitas layanan transaksi keuangan
berbasis teknologi mobilerata-rata setiap penyedia telah memiliki pelanggan
setia. Jumlah pengguna layanan m-bankingdi Indonesia berdasarkan hasil
survei mencapai 15 juta pelanggan, untuk pengguna layanan m-wallet
tercatat sebanyak 12 juta pelanggan, sedangkan untuk pengguna layanan
m-payment saat ini hanya mencapai 0,9 juta pelanggan. Sedikitnya
pengguna layanan m-payment karena penyedia layanan ini selain dari
institusi perbankan masih sangat terbatas dan juga sosialisasi atau bentuk
pemasaran mengenai layanan m-payment tidak terintegrasi dengan m-
banking sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat. Hal ini juga
tercermin pada hasil survei bahwa responden yang telah menggunakan m-
paymentdengan yang tidak menggunakan m-paymentmenunjukkan jumlah
persentase yang hampir sama. Namun, dengan begitu, mayoritas responden
meyakini bahwa layanan m-payment ini akan berkembang pesat di
kemudian hari dan perlu terus dikembangkan mengikuti perkembangan
zaman dan pertumbuhan usaha supaya lebih mempermudah konsumen
dalam melakukan transaksi keuangan.
Untuk menambah daya saing perusahaan, rata-rata perusahaan
telekomunikasi telah menambahkan fasilitas transfer dana untuk
pembayaran tagihan ataupun pengiriman uang (remittance) dengan biaya
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
39/74
38
yang terjangkau sehingga masyarakat tidak akan menemui kesulitan
apabila ingin melakukan transfer dana tanpa harus terkendala masalah
geografi, waktu, ataupun kecepatan proses pengiriman. Dengan
keunggulan-keunggulan yang ditawarkan, seperti kemudahan dalammengakses, tingkat keamanan yang baik, kecepatan proses bertransaksi,
dan luasnya area yang dapat dijangkau, dapat menjadi alasan pengguna
jaringan telekomunikasi untuk memanfaatkan teknologi berbasis telepon
seluler ini.
4.1.2 Statistik Fasilitas Layanan yang Diharapkan Pengguna Layanan
Telepon Seluler
Layanan terbaik menjadi kunci utama menghadapi persaingan
industri telekomunikasi yang semakin kompetitif. Saat ini perusahaan-
perusahaan telekomunikasi di Indonesia berusaha meningkatkan daya
saingnya dengan berlomba-lomba memberikan layanan terbaik demi
meningkatkan kepuasan konsumennya. Layanan yang diberikan tidak
hanya sebatas memberikan kemudahan dalam bidang komunikasi, tetapi
layanan tersebut juga harus memberikan kemudahan bagi penggunannyadalam melakukan rutinitas kegiatan sehari-hari termasuk kemudahan
untuk melakukan transaksi keuangan.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
40/74
39
(Sumber: Hasil Survei Bank Indonesia Tahun 2013)
Grafik 1. Fasilitas Layanan pada Telepon Seluler
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap responden pemangku
kepentingan pada usaha telekomunikasi yang terdiri atas penyedia jasa
telekomunikasi, bank, dan merchant ini, mayoritas responden mendukung
layanan yang telah disediakan oleh penyedia jasa telekomunikasi dan
mengharapkan terus dilakukan peningkatan terhadap layanan teknologi
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
41/74
40
ponsel terkait dengan penggunaan transaksi keuangan yang telah ada,
terutama dari segi kenyamanan dan keamanannya. Berdasarkan responden
dari perusahaan telekomunikasi, terdapat beberapa layanan yang wajib
tersedia pada layanan m-payment dengan persentase sebesar 100%, yaituuntuk layanan pembayaran pada point of sale (POS), pembayaran tagihan,
isi ulang pulsa, transfer online sesama penyedia, informasi data historis
transaksi keuangan, setoran uang, serta layanan untuk deposit uang dan
informasi saldo. Semua layanan ini dinilai akan menjadi kelebihan bagi
layanan m-payment untuk menarik calon konsumen. Layanan informasi
perbankan dan fasilitas kredit dinilai belum perlu untuk diterapkan agar
tidak terjadi benturan kepentingan dengan pihak perbankan karenalayanan ini telah tersedia pada layanan m-bankingatau onlinebankingyang
dioperasikan oleh pihak perbankan.
Untuk responden dari bank dan merchant, mayoritas menerima
setiap layanan yang disediakan pada m-payment selama layanan tersebut
membawa kemudahan-kemudahan yang akan berguna dalam aktivitas
sehari-hari. Layanan tersebut antara lain meliputi layanan yang
memungkinkan telepon seluler untuk dapat melakukan transaksi keuangan
langsung yang dilakukan pada merchant (point of sale) sehingga pengguna
layanan yang ingin melakukan transaksi keuangan pada tempat atau gerai
yang terdapat tanda khusus dapat melakukan transaksi jual beli tanpa
harus membawa uang secara tunai. Pengguna cukup menyentuhkan
ponselnya ke mesin pembaca dan secara otomatis mesin pembaca akan
mendebet sejumlah uang yang harus dibayarkan kepada penjual.
Untuk layanan pembayaran tagihan, baik itu tagihan telepon, listrik,
maupun kartu kredit, dilakukan melalui telepon seluler sehingga pengguna
layanan dapat menghemat waktu tanpa perlu mendatangi bank atau gerai
pembayaran tagihan untuk membayar tagihan rutin. Selanjutnya, untuk
layanan isi ulang pulsa, pengguna layanan dapat mengisi ulang pulsanya
hanya dengan mengakses aplikasi isi ulang pulsa yang terdapat pada
ponselnya, bahkan saat ini penyedia jasa telekomunikasi telah melengkapi
layanan ini dengan layanan transfer atau berbagi pulsa dengan sesama
atau antarpenyedia jasa telekomunikasi.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
42/74
41
Lebih dari 80% responden dari pihak bank dan merchant
beranggapan perlu adanya layanan transfer online baik antarpenyedia
ataupun interpenyedia jasa telekomunikasi. Layanan ini melengkapi
layanan deposit uang dan layanan informasi saldo dengan lebih dari 80%responden dari bank. Merchant menganggap perlu adanya layanan ini.
Dengan adanya layanan transfer online dan deposit uang, pengguna
layanan akan lebih mudah dalam melakukan transaksi keuangan, baik
transfer dana maupun menerima dana dan mengatur arus kasnya layaknya
mengatur arus kas yang ada pada rekening bank.
Tabel 10. Layanan yang Disediakan Penyedia Jasa Telekomunikasi
(Sumber: Hasil Survei Bank Indonesia Tahun 2013)
Jika dilihat dari sisi kesiapan perusahaan telekomunikasi sebagai
penyedia jaringan dan infrastruktur telekomunikasi, untuk menyediakan
layanan berbasis teknologi telepon seluler bukanlah suatu hal yang sulit
karena secara infrastruktur dan teknologi mereka telah siap. Berdasarkan
survei terhadap lima perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia,
sebagian besar perusahaan telekomunikasi telah menyediakan layanan-
layanan berbasis teknologi telepon seluler sejak beberapa tahun lalu. Hanya
layanan informasi perbankan yang belum mereka sediakan karena belum
adanya momentum yang tepat untuk memfasilitasi layanan ini.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
43/74
42
4.2 Daya Tarik M-Payment
Pada hakikatnya sebuah produk akan menjadi laku di pasaran jika
diakui kegunaannya oleh pasar dan memiliki nilai tambah jika
dibandingkan dengan produk sejenis dari perusahaan berbeda. Begitu jugadengan layanan m-payment yang sedang dikembangkan oleh perusahaan
telekomunikasi. Untuk bisa bersaing dengan fitur layanan berbasis
teknologi mobile lainnya, layanan m-paymentharus mampu menarik calon
pengguna layanan dengan kelebihan-kelebihan yang ditawarkannya.
Mengacu pada survei yang telah dilakukan kepada pihak perusahaan
telekomunikasi dan merchant mengenai faktor-faktor yang harus dimiliki
pada layanan m-payment, didapat urutan berdasarkan derajat kepentinganterhadap faktor-faktor tersebut (Grafik 4.2).
(Sumber: Hasil Survei Bank Indonesia Tahun 2013)
Grafik 2. Faktor Utama yang Menjadi Perhatian Konsumen pada LayananM-Payment
Berdasarkan grafik tersebut, responden dari perusahaan
telekomunikasi dan bank setuju bahwa keamanan adalah faktor utama
yang perlu diperhatikan dalam layanan m-payment, dengan persentase dari
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
44/74
43
tiap-tiap responden secara berturut-turut adalah sebesar 20% dan 25%.
Faktor keamanan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
karena pihak penyedia jaringan terlibat langsung dalam mengelola dana
dari pengguna layanan yang disediakan oleh mereka sesuai dengan fasilitasyang dipilih oleh pengguna layanan. Dengan demikian, faktor keamanan
dari jaringan, sistem, dan operasionalnya harus benar-benar dipastikan
aman untuk mendukung kelancaran proses dari fasilitas m-payment.
Menurut responden merchant dengan persentase sebesar 28%,
mereka percaya bahwa kecepatan menjadi faktor prioritas yang menjadi
perhatian utama oleh pengguna layanan. Hal ini disebabkan kepentingan
mereka dalam melakukan transaksi keuangan memerlukan proses yangcepat untuk meminimalisasi terjadinya risiko gagal transaksi dan juga
untuk memperlancar kegiatan usaha dan rutinitas sehari-hari.
Faktor penting berikutnya menurut responden perusahaan
telekomunikasi, bank dan merchant adalah faktor kenyamanan, dengan
persentase secara berturut-turut sebanyak 18%, 16%, dan 21%. Pengguna
layanan mengharapkan kenyamanan dalam penggunaannya, baik itu
kenyamanan dari segi keamanan, kemudahan dalam mengakses, maupun
ketersediaan fitur-fitur tambahan yang lebih mempermudah dalam
bertransaksi. Kenyamanan juga dapat berarti biaya yang terjangkau dan
bersaing, serta kemudahan untuk mendapatkan layanan tersebut di mana
pun dan kapan pun. Masih banyak lagi faktor-faktor yang dapat menjadi
daya tarik bagi konsumen untuk menggunakan jenis layanan ini, tetapi
faktor-faktor tersebut tidak besar pengaruhnya dan hanya menjadi nilai
tambah bagi layanan ini untuk meningkatkan daya saing.
4.3 Strategi Pengembangan M-Payment
Untuk menghasilkan layanan yang aman dan dapat terus
diandalkan, layanan m-payment perlu untuk terus dikembangkan dan
ditingkatkan. Tidak hanya jaringan dan infrastruskturnya, tetapi juga
aspek-aspek pendukungnya perlu mendapatkan perhatian. Mengacu pada
survei mengenai aspek-aspek yang perlu dibenahi dalam layanan m-
payment sebagai strategi pengembangan layanan m-payment di masa
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
45/74
44
depan, berikut adalah hasil dari survei yang dilakukan terhadap pelaku
utama pada usaha telekomunikasi dimaksud.
(Sumber: Hasil Survei Bank Indonesia Tahun 2013)
Grafik 3,. Aspek-aspek yang Perlu Dikembangkan dalam Layanan M-
Payment
Berdasarkan hasil survei, berada pada urutan pertama dengan
persentase sebanyak 25% dari responden perusahaan telekomunikasi aspek
prioritas yang perlu dikembangkan adalah penyesuaian peraturan untuklayanan m-payment. Hal ini agar perusahaan telekomunikasi dapat
menjalankan usahanya, merencanakan, dan menerapkan strategi usahanya
dengan pasti. Selain itu, perusahaan telekomunikasi berusaha untuk
meminimalisasi terjadinya risiko berbenturan dengan ketidakpastian
hukum yang akan berdampak buruk di kemudian hari.
Berbeda dengan responden dari perusahaan telekomunikasi,
responden dari pihak bank dan merchant dengan hasil persentase secara
berturut-turut sebesar 36% dan 44% menyatakan bahwa aspek keamanan
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
46/74
45
teknologi adalah yang paling utama untuk dibenahi. Responden agen
beranggapan bahwa jika keamanan dalam layanan m-paymentkurang dan
tidak dapat melindungi kepentingan pengguna layanan, pengguna layanan
akan meninggalkan layanan ini.Aspek kompleksitas menjadi aspek prioritas urutan kedua yang
perlu diperhatikan dalam pengembangan layanan ini dengan mendapatkan
persentase sebanyak 23% dari responden perusahaan telekomunikasi.
Selanjutnya, sebanyak 18% dari responden perusahaan telekomunikasi
melihat bahwa aspek biaya turut ambil bagian dalam aspek-aspek yang
perlu diperhatikan karena dengan biaya yang dapat ditekan dan terjangkau
dapat menjadi salah satu strategi perusahaan untuk menarik konsumendan bagi konsumen dengan biaya yang rendah akan mengurangi beban
mereka dalam melakukan transaksi.
Sebanyak 18% responden dari pihak bank dan 16% responden dari
pihak merchant setuju untuk dibuat payung hukum dalam UU
telekomunikasi mengenai m-payment. Dengan adanya aturan-aturan yang
jelas, tindak kejahatan yang akan memanfaatkan kelemahan dalam layanan
ini akan dicegah dan diperkecil. Selain itu, porsi hak dan kewajiban
antarpemain yang terlibat dalam layanan ini menjadi lebih jelas
pembagiannya.
4.4 Manfaat Adanya Mobile Paymentbagi Pelanggan
Secara garis besar, layanan m-payment telah memberikan banyak
kemudahan kepada masyarakat dalam menjalankan kegiatan
kesehariannya. Saat ini siapa pun dapat melakukan transaksi keuangan
tanpa harus terkendala waktu, keadaan geografi, jauh dekatnya lokasi, atau
keamanan. Dengan semakin mudahnya melakukan aktivitas transaksi
menggunakan teknologi ponsel seluler, diharapkan dapat mendorong
masyarakat untuk mampu berperan menciptakan kontribusi yang positif
dan berguna bagi lingkungannya.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
47/74
46
(Sumber: Hasil Survei Bank Indonesia Tahun 2013)
Grafik 5. Manfaat dengan Adanya M-Payment
Menurut survei di atas, keuntungan terbesar dengan adanya m-
payment adalah pengguna layanan jadi lebih nyaman dalam melakukan
aktivitas kesehariannya yang dalam survei tersebut responden perusahaan
telekomunikasi memberikan persentase sebesar 29%. Dalam hal
kenyamanan, layanan ini memberikan kemudahan kepada pengguna
layanan, seperti pengguna layanan tidak perlu jauh-jauh ke bank hanya
untuk membayar sejumlah tagihan, pengguna layanan dapat menggunakan
ponsel selulernya sebagai alat tukar di merchant sehingga tidak perlu
membawa uang dalam jumlah banyak. Pengguna layanan juga dapat
melakukan transfer dana dan isi ulang pulsa tanpa harus ke agen isi ulang
ataupun ke bank.
Responden merchantdengan persentase sebanyak 38% berada pada
urutan pertama menyatakan bahwa menggunakan layanan m-payment
lebih aman karena pengguna layanan tidak perlu membawa uang tunai
dalam jumlah yang banyak sehingga menghindari risiko terjadinya tindak
pidana kejahatan. Selain itu, di dalam sistem keamanannya, terdapat
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
48/74
47
proses otorisasi sehingga tidak semua pihak dapat mengakses m-payment
pihak lain atau dengan kata lain hanya pihak yang berwenang yang dapat
mengakses m-payment miliknya.
Lain halnya dengan responden dari pihak bank yang beranggapanbahwa manfaat terpenting dari adanya layanan m-payment adalah lebih
mudah digunakan untuk membantu aktivitas mereka dengan persentase
sebesar 28%. Pengguna layanan hanya perlu mengakses pilihan fitur
transfer dana, bayar tagihan, atau beli pulsa yang ada pada layanan
tersebut dan beberapa saat kemudian transaksi tersebut akan memberikan
informasi apakah transaksi yang dipilih oleh pengguna layanan sukses atau
gagal.Selanjutnya sebanyak 12% responden perusahaan telekomunikasi,
20% responden bank, dan 13% responden merchantsetuju bahwa layanan
m-payment dapat mempersingkat waktu transaksi. Dalam proses
pengiriman dana, waktu yang dibutuhkan untuk proses pengiriman hanya
terjadi dalam hitungan menit. Selain itu, pembayaran tagihan dapat
dilakukan di mana pun dan kapan pun sehingga akan menghemat waktu.
M-payment juga memberikan keuntungan kesederhanaan dalam
menggunakan dan kemudahan dalam mengaksesnya. Fitur-fitur yang
terdapat dalam layanan ini cukup sederhana dan mudah untuk digunakan.
Pengguna layanan ini tidak perlu memiliki pendidikan khusus untuk
mengoperasikan layanan ini. Proses penggunaannya sudah diatur
sedemikian rupa sehingga setiap orang tidak sulit untuk menggunakannya.
Selain itu fitur-fitur di dalamnya tidak sulit untuk diakses. Asalkan
pengguna layanan telah memiliki otorisasi untuk mengakses, fitur-fitur
tersebut siap untuk digunakan di mana pun dan kapan pun.
4.5 Hambatan yang Dihadapi dalam Layanan Mobile Payment
Walaupun m-payment saat ini telah beroperasi dan mulai banyak
menarik perhatian calon konsumen, bukan berarti keberadaan dari layanan
ini akan selalu berjalan mulus. Ada banyak hal yang perlu dibenahi dan
dikembangkan agar selanjutnya layanan ini akan selalu dapat diandalkandengan memberikan rasa aman dan nyaman bagi penggunannya.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
49/74
48
(Sumber: Hasil Survei Bank Indonesia Tahun 2013)
Grafik 6. Hambatan dalam M-Payment
Menurut responden perusahaan telekomunikasi dengan persentase
sebesar 100% dan sebagian besar responden lainnya, hambatan terbesar
dalam layanan m-payment adalah lemahnya pengetahuan pelanggan dan
kurangnya kesadaran pelanggan. Hambatan dalam layanan ini adalah
kurangnya pengetahuan pengguna layanan mengenai fitur-fitur layanan,
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
50/74
49
kegunaan, cara penggunaannya, dan biaya yang dibebankan kepada
pengguna sehingga banyak permasalahan yang terjadi akibat kesalahan
yang dilakukan sendiri oleh pengguna, misalkan kesalahan dalam transfer
dana atau isi ulang pulsa, salah memasukkan nomor rekening pembayarantagihan, salah menggunakan fitur sehingga transaksi mengalami kegagalan.
Hambatan yang kedua adalah kurangnya kesadaran pengguna dalam
menjaga informasi atau keamanan yang terdapat pada layanan ini.
Misalkan, pengguna berbagi kata sandi (password) atau PIN untuk
mengakses layanan ini, tidak melakukan sign off setelah selesai
menggunakan layanan, atau melakukan pembelian online berbentuk
aplikasi dari sumber yang tidak jelas. Hal ini akan mengakibatkanterjadinya risiko yang kemudian dapat merugikan pengguna atau bahkan
penyedia jaringan.
Responden merchant sebanyak 88% menyatakan bahwa hambatan
yang sering terjadi di lapangan adalah tidak handalnya jaringan yang
disediakan sehingga menimbulkan kekecewaan bagi pengguna layanan.
Permasalahan yang melibatkan jaringan antara lain dibajaknya jaringan
yang menimbulkan kerugian pengguna layanan, lambat atau crashedyang
menyebabkan gagalnya transaksi, kesalahan sistem yang mengakibatkan
kesalahan transfer dana atau pengisian pulsa. Selain itu, ketidaknyamanan
pelanggan dan keandalan jaringan menjadi satu kesatuan dalam layanan
ini karena saling mendukung satu sama lainnya. Pelanggan yang tidak
dapat menyesuaikan atau menggunakan layanan ini biasanya akan merasa
tidak nyaman dan beralih pada layanan lain yang memberikan kenyamanan
kepada pengguna. Terkadang ketidaknyamanan pelanggan juga disebabkan
oleh permasalahan jaringan yang tidak dapat diandalkan sehingga
keinginan pengguna layanan tidak dapat tercapai.
Masalah privasi data pribadi dari pengguna layanan juga menjadi
salah satu hambatan dalam layanan ini. Pengguna layanan terlalu menjaga
privasi mengenai data pribadinya sehingga perusahaan penyedia jasa
telekomunikasi sulit untuk mengawasi dan mengontrol setiap para
pengguna yang menggunakan layanan ini karena database yang terekam
tidak termutakhirkan setiap saat bahkan banyak pengguna layanan yang
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
51/74
50
memberikan data pribadinya tidak sesuai dengan identitas yang
sebenarnya. Hambatan-hambatan lainnya yang teridentifikasi pada survei
ini tidak signifikan pengaruhnya atau bukan merupakan hambatan yang
pernah terjadi pada layanan ini. Hal ini terlihat pada survei yangrespondennya memberikan suara tidak berpengaruh di atas 50% pada
beberapa pilihan dalam survei.
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
52/74
51
V.
KAJIAN ATAS RISIKO MOBILE PAYMENT
Perkembangan industri telekomunikasi yang begitu pesatmenimbulkan implikasi risiko yang kompleks pada kegiatan usaha
telekomunikasi. Kecenderungan tersebut menempatkan fungsi dan peranan
manajemen risiko pada posisi yang strategis dan amat penting sehingga
keberadaan manajemen risiko pada organisasi telekomunikasi merupakan
keharusan yang tidak dapat dihindari. Fungsi dan peranan manajemen
risiko pada usaha telekomunikasi menjadi semakin penting dengan adanya
berbagai kejadian yang mengakibatkan kerugian yang berimbas kepadapengguna layanan telekomunikasi. Hal ini disebabkan belum optimalnya
peran penerapan manajemen risiko pada perusahaan telekomunikasi
sebagai penyedia jaringan dan pemilik infrastruktur telekomunikasi,
pemerintah sebagai pengatur dan pengawas usaha telekomunikasi, dan
pengguna layanan sebagai pemakai produk telekomunikasi.
Penerapan prinsip kehati-hatian pada layanan m-payment di
antaranya diimplementasikan melalui kemampuan para pemangkukepentingan untuk memastikan keamanan database, jaringan dan
infrastruktur telekomunikasi, dan kepatuhan terhadap peraturan yang
berlaku sehingga risiko yang berpotensi terealisasi dapat dikontrol dan
diukur serta dimitigasi. Secara umum risiko yang mungkin terjadi dalam
layanan m-paymentdapat dijelaskan berikut ini.
5.1 Risiko Tindak Pidana Pencucian Uang
Risiko yang terjadi karena kesulitan dalam membedakan transaksi
m-payment untuk pencucian uang (money laundering) guna
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau harta
kekayaan hasil tindak pidana dengan transaksi seolah-olah berasal dari
kegiatan yang sah/legal. Untuk risiko ini perlu dibuat aturan-aturan yang
jelas dan ketat guna menekan terjadinya risiko kejahatan ini. Selain itu
pihak penyedia jaringan dapat terkena imbasnya akibat dari kelalaian ini
karena mungkin saja dana yang dialirkan merupakan milik negara. Untuk
-
7/23/2019 Pemetaan Produk Dan Risiko Pembayaran Bergerak-revisi-final Juni-2-2013
53/74
52
meminimalisasi risiko tersebut perlu dilakukan hal-hal yang dapat
mengontrol risiko tersebut.
(Sumber: Hasil Survei Bank Indonesia Tahun 2013)
Grafik 7. Tindakan Pencegahan Risiko Tindak Pidanan Pencucian Uang
Berdasarkan hasil survei, semua responden dari berbagai pihaksetuju bahwa pengguna layanan m-payment wajib untuk diregistrasikan
-
7/23/