peran diklat
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Peran Diklat
1/27
1
Peran Pendidikan dan PelatihanDalam Meningkatkan Kompetensi Aparatur Pemerintah
1
oleh
Drs. Faris Ihsan, M.Si2
Abstraksi
Kebijakan pengembangan aparatur pemerintah untuk menghadapi
perubahan strategik pembinaan PNS untuk mengantisipasi perubahan
strategik pemerintahan maupun dampak globalisasi pada intinya adalah
pembangunan aparatur negara yang diarahkan agar profesional, netral
dari kegiatan politik, berwawasan global, bermoral tinggi, berkemampuan
sebagai penyangga persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam pelaksanaan
peningkatan kompetensi aparatur pemerintah harus melibatkan lembagadiklat, tenaga widyaisara dan peserta diklat.
Kata Kunci : Diklat, Kompetensi Aparatur, Globalisasi
A. Pendahuluan
Menyadari akan perlunya perubahan pengaturan disegala bidang untuk
menghadapi globalisasi dan perubahan lingkungan strategis muncul paradigama
baru dalam pemerintahan serta beberapa pengalaman kekurang berhasilan dalam
pelaksanaan sistem pemerintahan maka pemerintah melaksanakan reformasi
birokrasi sebagai pijakan utama dalam reformasi tersebut adalah dengan
diterbitkannya Undang-undang No. 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU
No.8 /1974 tentang pokok-pokok kepegawaian sebagai dasar pembinaan Pegawai
Negeri Sipil (PNS), telah membawa berbagai perubahan dalam kebijakan
pengelolaan strategik pembinaan PNS untuk mengantisipasi perubahan strategik
pemerintahan maupun dampak globalisasi. Kebijakan pengembangan Sumber
1. Telah dikoreksi oleh Tim Editor Website BKD dan Diklat Provinsi NTB
2. Widyaiswara Madya pada BKD dan Diklat Provinsi NTB
-
7/23/2019 Peran Diklat
2/27
2
Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi perubahan strategik tersebut pada
intinya adalah pembangunan SDM aparatur negara yang diarahkan agar
profesional, netral dari kegiatan politik, berwawasan global, bermoral tinggi,
berkemampuan sebagai penyangga persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan
demikian dapat memenuhi tujuan antara lain:
1. Mengantisipasi perubahan strategik pemerintah koalisi.
2. Meningkatkan profesionalisme untuk bersaing dengan pegawai swasta
3. Mempertahankan azas keahlian (merit system) dan netralitas.
4. Mengantisipasi teknologi informasi dan persaingan global.
5. Mendukung terseleng-garanya otonomi daerah
6. Menciptakan pemerintah yang bersih bertanggung jawab dan bebas..KKN
Disamping itu muatan utama yang perlu dicermati dalam mengantisipasi
perubahan startegik yang terjadi adalah adanya pergeseran fungsi aparatur negara
dari abdi negara menjadi abdi masyarakat yang diharapakan dapat
menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat. Dari
Undang-Undang No.43 Tahun 1999 tersebut terlihat bahwa antisipasi pertama
adalah untuk menghadapi globalisasi yang membawa dampak pada semua tatanan
dan pengaturan lokal/nasioanal. Beberapa ahli berpendapat bahwa globalisasi
membawa penyesuaian dalam sistem pengorganisasian, pengembangan sumber
daya manusia dan system pengaturan lain termasuk pengaturan perdagangan
barang dan jasa dan manajemen publik lainnya. Dalam memasuki era tanpa batas
(borderless) dan akan terfokusnya hal-hal yang strategis dalam 5 persoalan antara
lain :
1. Mental model : membangun model mental yang mampu mencari dan
mengelola error (feedback).
-
7/23/2019 Peran Diklat
3/27
3
2. Personal Mastery : membangun keuletan diri sehingga mempunyai enrgi untuk
perbaikan yang berkesinambungan.
3. Shared Vision : membangun kemampuan membentuk visi bersama.
4. Team Learning : mampu menentukan penyelarasan tim untuk membentuk tim
yang matang.
5. System thinking : mampu berpikir system.
Dengan memasuki globalisasi peter senge menekankan perlunya fifth discipline
sebagai pedoman pengelolaan organisasi agar dapat bertahan terhadap persaingan
yang berlaku. Untuk menghadapi era globalisasi juga ada pendapat atau konsep
manajemen publik yang sangat memberikan aspirasi perubahan manajemen
publik pemerintahan Indonesia.
Konsep reinventing government mengandung 10 prinsip yaitu :
1. Pemerintah katalis yaitu Pemerintah berfokus pada pemberian pengarahan
bukan produksi pelayanan publik.
2. Pemerintah milik masyarakat yaitu pemerintah hendaknya lebih berorientasi
untuk memberdayakan masyarakat tidak sekedar melayani.
3. Pemerintah yang kompetitif yaitu pemerintah perlu memunculkan semangat
kompetisi dalam pemberian pelayanan publik.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi yaitu mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan menajadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
5. Pemerintah berorientasi hasil yaitu pemerintah berorientasi hasil dimana
mampu membiayai hasil bukan masukan.
6. Pemeritah berorientasi pada pelanggan yaitu memenuhi kebutuhan pelanggan,
bukan birokrasi.
-
7/23/2019 Peran Diklat
4/27
4
7. Pemerintah wirausaha yuitu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
pembelanjakan.
8. Pemerintah antisipatif yaitu berupaya mencegah dari pada mengobati.
9. Pemerintah desentralisasi yaitu dari hierarkhi menuju partisipatif dan kerja
tim.
10. Pemerintah berorientasi pada pasar.
Untuk mengantisipasi globalisasi serta penyesuaian dengan perubahan
pemerintah maka reformasi birokrasi yang perlu dilakukan meliputi :
1. Kelembagaan
2. Sumber daya manusia aparatur
3. Tata laksana atau manajemen
4. Akuntabilitas kinerja aparatur
5. Pengawasan yang terkoordinasi
6. Pelayanan publik.
7. Budaya kerja produktif.
8. Koordinasi program dan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengawasan
serta pengendalian program pendayagunaan aparatur negara.
Beberapa program reformasi birokrasi mendasari tujuan pembangunan kualitas
diklat dalam rangka peningkatan kerja (performance) aparatur negara, agar
mampu menghadapi semua perubahan dan perkembangan yang terjadi.
Pengembangan pada Sumber Daya Manusia khususnya Pegawai Negeri Sipil
(PNS), perlu menjadi perhatian karena Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi
tugas-tugas yang semakin luas dan kompleks di masa depan, dimana suatu era
yang tidak lagi mengenal batas ruang/wilayah, ekonomi, politik maupun budaya,
-
7/23/2019 Peran Diklat
5/27
5
maka pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Pegawai Negeri Sipil haruslah
dilakukan secara cermat dan tepat Pada era keterbukaan ini. Dalam era yang
penuh tantangan aparatur dituntut menjadi profesional. Dalam pelaksanaan
pengembangan SDM guna mencapai tujuan di atas melibatkan 3 unsur yaitu
lembaga diklat, tenaga kependidikan (widyaisara) dan peserta diklat.
Sesuai PP Nomor 101 tahun 2000, masing-masing unsur mempunyai tugas dan
fungsi yang dapat dijelaskan dibawah ini:
1. Lembaga Diklat Pemerintah adalah satuan organisasi pada Kementerian,
Lembaga Pemerintah Non Dapartemen, Kesekretariatan Lembaga
Tinggi/Tinggi Negara, dan Perangkat Daerah yang bertugas melakukan
pengelolaan Diklat.
2. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah proses penyelenggaraan belajar
mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS.
Secara umum pendidikan bisa didefinisikan sebagai suatu proses pengembangan
SDM, sedangkan latihan dapat didefiniskan sebagai upaya memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja baik yang
langsung ditangani atau yang berhubungan / berkaitan dengan tugas yang
ditangani. Widyaiswara merupakan PNS yang dianggap sebagai pejabat
fungsioanal oleh yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang
untuk mendidik, mengajar, dan atau melatih PNS pada lembaga diklat
pemerintah. Peserta diklat merupakan kelompok yang harus menerima
pembelajaran agar menjadi SDM yang memiliki kompetensi, yaitu: SDM
mampu memahami lingkungan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya.
Khusus tugas dan fungsi widyaiswara diatas, jelas diharapkan adalah
terciptanya profesionalisme SDM sehingga misi dan visi instansi dapat terwujud
-
7/23/2019 Peran Diklat
6/27
6
dengan melakukan pengembangan SDM melalui peningkatan pengetahuan,
keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas secara
profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika sesuai dengan kebutuhan
instansi. Sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran program
ataupun tujuan organisasi.
B. Pendidikan Dan Pelatihan
Merujuk Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Jika
ditinjau dari tujuannya, menurut Manpower Services Commissions dalam
Suparman (2010), pendidikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, pemahaman dan
penyerapan, nilai-nilai yang diperlukan dalam semua aspek kehidupan,
bukan hanya pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan
kegiatan atau pekerjaan tertentu. Dari dua konsep tersebut masing-masing
menekankan kepada perubahan individu yang terkait dengan nilai-nilai,
kemampuan kognitif dan psikomotor melalui pengembangan potensi diri secara
terencana. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa pendidikan dilakukan untuk
menyiapkan individu mengarungi kehidupan, yang tidak dibatasi oleh
pekerjaan saat ini atau masa yang akan datang. Sedangkan pelatihan adalah
pengalaman pembelajaran yang disiapkan oleh organisasi untuk meningkatkan
-
7/23/2019 Peran Diklat
7/27
7
kinerja pegawai (Nadler dalam Suparman, 2010). Secara operasional, pelatihan
merupakan kegiatan yang didesain untuk membantu pegawai memperoleh
pengetahuan keterampilan dan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugasnya,
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pelatihan berorientasi pada pekerjaan
saat ini atau masa datang. Pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi aparatur
dapat jadikan sebagai treatment bagi optimalisasi kinerja organisasi.
Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai Negeri Sipil yang mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), dijelaskan, bahwa diklat
adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
C. Kompetensi Aparatur
Kompetensi aparatur adalah kemampuan baik pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang secara umum harus dimiliki oleh aparatur dalam
melaksanakan tugas, tanggungjawab dan wewenangnya sesuai dengan standar
kompetensi jabatan yang dimilikinya. Agar aparatur dapat mempunyai
kompetensi yang diharapkan maka diperlukan adanya pendidikan dan
pelatihan (diklat) berbasis kompetensi sesuai yang berkelanjutan yakni
dari pertama diangkat sebagai Calon PNS sampai menjelang pensiun. Sebagai
salah salah satu bentuk pembinaan PNS maka pendidikan dan pelatihan PNS
memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kompetensi yang
meliputi integritas, tanggung jawab, kepemimpinan, kerja sama dan
fleksibilitas dalam pelaksanaan tugas-tugas. Harapannya dalam rangka
peningkatan efektifitas diklat sebagai instrumen pembinaan penyelenggaraan
-
7/23/2019 Peran Diklat
8/27
8
pemerintahan daerah. Maka perlu diupayakan dilakukan pembenahan terhadap
manajemen pembinaan aparatur penyelenggara pemerinatahan daerah
berdasarkan kompetensi dan kinerja sehingga diklat aparatur pemerintah
daerah difokuskan pada upaya peningkatan kompetensi penyelenggara
pemerintahan daerah. Dalam memperbaiki sistim dan prosedur antara lain
dengan pemetaan dan perumusan standar kompetensi, memfokuskan
penyelenggaraan diklat untuk peningkatan kompetensi, merumuskan sistem dan
prosedur penyelenggaraan diklat satu pintu serta pendayagunaan alumni diklat
dengan penempatan sesuai kompetensinya. Dalam rangka pencapaian tujuan
diklat diatas, penyelenggaraan diklat haruslah terus menerus ditingkatkan
kualitasnya. Berbagai komponen penyelenggaraan diklat seperti penyususnan
program dan kurikulum, widyaiswara, kelembagaan instansi diklat dan SDM
penyelenggara Diklat harus dikelola dan dimonitor secara itensif agar betul-
betul mengarah pada peningkatan kompetensi peserta diklat. Tentunya
peningkatan kualitas penyelengaraaan ini harus dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan. Untuk itu perlu adanya upaya kerjasama yang
sinergis antar seluruh komponen kediklatan dengan tujuan utama terciptanya
kualitas diklat yang tinggi. Adapun aspek-aspek kediklatan yang sering
menjadi kendala dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat adalah
sebagai berikut : kelembagaan diklat; program dan kurikulum diklat;
widyaiswara; pengawasan dan evaluasi diklat.
-
7/23/2019 Peran Diklat
9/27
9
D. Strategi Penataan Kediklatan
1. Penataan Kelembagaan
Dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat adalah penataan
kelembagaan diklat daerah yang diarahkan pada pengembangan
kapasitas kelembagaan (capacity building) lembaga diklat. Penataan
kelembagaan merupakan rangkaian kegiatan untuk memperbaiki
totalitas system organisasi diklat yang terdiri dari aspek-aspek kelembagaan
diklat yang statis (struktur organisasi, uraian jabatan, syarat jabatan), dan
aspek ketatalaksanaan dan proses yang dinamis seperti pedoman kerja, tata
hubungan kerja, dan koordinasi di dalam dan dengan organisasi luar.
Penataan kelembagaan diklat ini perlu dilakukan mengingat fungsi
penyelenggaraan diklat itu sangat terkait erat dengan berbagai stakeholders
seperti bagian kepegawaian, instansi pengirim/dinas dan badan terkait.
Disamping itu penataan kelembagaan juga diperlukan untuk mendorong
lembaga diklat agar lebih berfokus pada upaya inovasi program dan metode
pelaksnaan diklat yang efektif dalam peningkatan kompetensi aparatur.
Dalam praktek kediklatan, kita masih menjumpai beberapa masalah yang
sering muncul terkait dengan kelembagaan diklat diantaranya:
a. Mekanisme koordinasi yang belum jelas antara lembaga diklat di
Kabupaten/Kota dengan lembaga Pembina diklat di Propinsi, terutama
pada Kabupaten/Kota yang sudah memiliki badan/kantor diklat sendiri.
b. Belum ditaatinya kebijakan tentang akreditasi dan sertfifikasi
lembaga diklat. Masih banyak SKPD di daerah yang bukan lembaga
-
7/23/2019 Peran Diklat
10/27
10
diklat, namun masih menyelenggarakan diklat atau yang diakali
dengan bentuk bimbingan teknis, tanpa bekerjasama dengan lembaga
diklat terakreditasi.
c. Diperlukan penataan koordinasi yang lebih erat antara bidang
diklat dengan bidang kepegawaian terutama menyangkut rekrutmen
dan seleksi calon peserta diklat, dan penempatan serta
pemberdayaan alumni atau lulusan diklat dalam rangka
meningkatkan kinerja organisasi.
Dari beberapa fenomena tersebut, maka diperlukan rumusan strategi
penataan kelembagaan diklat daerah agar benar-benar mampu menjadi
pendukung peningkatan kompetensi aparatur di daerah. Beberapa strategi
tersebut adalah:
a. Lembaga Diklat bisa membentuk diri menjadi pusat pembelajaran
(Training Center) dengan model diklat satu pintu, yang memiliki
keleluasaan dan lebih fokus dalam menjalankan tugas dan fungsi
utamanya dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya
aparatur. Terlebih dengan akan diberlakukannya ASN, dimana setiap
PNS yang ada memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
kesempatan mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan
yang berbasis kompetensi. Dengan pemisahan ini nantinya memiliki
implikasi yang sangat besar terhadap pengembangan kurikulum dan
inovasi kediklatan yang bisa dikembangkan sesuai dengan tuntutan
zaman.
-
7/23/2019 Peran Diklat
11/27
11
b. Penegakkan aturan akreditasi dan sertifikasi lembaga diklat.
Akreditasi dan sertifikasi lembaga diklat dilakukan secara terintegrasi
dengan akreditasi dan sertifikasi program diklat serta akreditasi dan
sertifikasi widyaiswara. Lembaga diklat terakreditasi (Registered
Training Organization/RTO) nantinya hanya akan memiliki
kewenangan untuk melaksanakan diklat-diklat tertentu saja, dimana
persyaratannya meliputi pemenuhan akreditasi program dan akreditasi
widyaiswara. Ini berarti bahwa suatu lembaga diklat hanya boleh
melaksanakan suatu program diklat tertentu apabila telah memilki
program diklat terakreditasi, dengan widyaiswara terakreditasi untuk
diklat tersebut.
c. Akreditasi lembaga diklat harus lebih diarahkan pada
pembentukan spesialisasi. Kekhususan, dan keahlian suatu lembaga
diklat dalam menyelenggarakan diklat-diklat tertentu (RTO for
specialized training program). Konsentrasi lembaga diklat yang
bertumpu pada diklat kepemimpinan harus sebisa mungkin
dihindari. Oleh karena itu, lembaga diklat harus mengembangkan
inovasi program diklat yang akan dijadikan kekhasan dan trade
mark lembaga diklat tersebut dimata stakeholdernya.
d. Koordinasi antar lembaga diklat harus lebih ditingkatkan melalui
proses benchmarking penyelenggaraan diklat dan widyaiswara. Dalam
menata kelembagaan ini, lembaga diklat tentunya tidak dapat
dilaksanakan secara internal saja atau oleh orang-orang yang bekerja di
dalamanya saja. Penataan kelembagaan ini perlu dan harus melibatkan
-
7/23/2019 Peran Diklat
12/27
12
pembuat kebijakan (policy maker) dan kebijakan-kebijakan yang
dibuat akan lebih kuat mendukung dan mengembangkannya.
2. Penataan Program Kediklatan
Program diklat adalah rencana kegiatan pembelajaran yang berisi
seperangkat mata diklat, dan atau unit kompetensi yang harus diikuti
peserta diklat agar mencapai tujuan diklat yang ingin dicapai. Program
diklat umumnya lebih dikenal dengan namanya (misalnya Diklat
Prajabatan dan Diklat Kepemimpinan). Jadi inti dari sutau program
diklat adalah rincian dari kurikulum yang berisi mata diklat yang akan
dipelajari oleh peserta diklat. Kurikulum dirancang secara tepat agar
tujuan diklat tersebut dapat tercapai dan meliputi jenis mata diklat.
Metode, waktu, dan sarana pembelajaran yang diperlukan. Dalam
penyelenggaraan diklat aparatur selama ini seringkali terkesan sebagai
penghamburan dana daerah atau hanya sekedar untuk mendapatkan
sertifikat saja. Bahkan ada juga yang beranggapan diklat sebagai saat-saat
refreshing yang menyenangkan bagi beberapa PNS, dimana mereka bisa
terlepas sejenak dari kepenatan tugas keseharian yang monoton. Namun
demikian, ternyata program-program diklat yang dilakukan selama ini
dinilai masih belum mampu mewujudkan tujuan yang diharapkan, yaitu
peningkatan kompetensi aparatur. Ada berbagai factor yang menyebabkan
hal tersebut, salah satunya adalah bahwa pengembangan kompetensi PNS
melalui program kediklatan tidak didasarkan pada kebutuhan baik
kebutuhan individual maupun organisasional (Zulpikar, 2008). Sehingga
-
7/23/2019 Peran Diklat
13/27
13
menyebabkan munculnya beberapa fenomena menarik yang berkaitan
dengan dengan jenis-jenis program yang ditawarkan, antara lain:
- Pengembangan program diklat selama ini dilakukan tidak
sesuai dengan kebutuhan baik yang dibutuhkan oleh pegawai
maupun organisasi itu sendiri. Bahkan sebagian besar kegiatan diklat
yang dilaksanakan tidak berdasarkan analisis. Sehingga wajar saja
ketika aparatur seringkali dianggap tidak kompeten, karena mereka
mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang tidak mereka butuhkan
atau tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya. Misalnya
pejabat struktural dilibatkan dalam TOT substatif dsb.
- Kurang berkembangnya inovasi jenis-jenis diklat teknis, karena
lembaga/bagian diklat hanya fokus menyelenggarakan jenis-jenis
diklat yang sama dari tahun ke tahun. Padahal, inovasi jenis diklat
teknis sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
aparatur pemerintah di lapangan.
Dengan demikian maka diperlukan system pengaturan tentang jenis dan
jenjang program diklat yang dapat diselenggarakan dan ditawarkan.
Pengaturan ini dilakukan dengan tujuan agar diklat-diklat yang
dilaksanakan benar-benar terkait dengan peningkatan kompetensi
aparatur pemerintah yang dibutuhkan di lapangan. Sistem pengaturan ini
harus disusun secara bersama-sama antara instasi Pembina diklat (LAN),
instansi pengendali diklat (BKN) dengan berbagai lembaga diklat. Sistem
pengaturan ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan akreditasi dan
sertifikasi program diklat (accrediting & certifying training program)
-
7/23/2019 Peran Diklat
14/27
14
terhadap seluruh program diklat kepemimpinan, teknis dan fungsional.
Menurut AQF (2005), akreditasi dan sertifikasi program adalah
pengakuan tertulis dari instasi yang berwenang bahwa program tersebut
layak diselengarakan dan terkait dengan syarat kompetensi jabatan
tertentu. Dalam konteks PNS, program-program diklat yang
diselenggarakan tentunya harus berkaitan dengan danberdampak pada
syarat kompetensi jabatan sebagai PNS. Dengan kata lain, akreditasi dan
sertifikasi program diklat ini bertujuan agar lembaga diklat
menyelenggarakan jenis dan jenjang program diklat yang benar-benar
bisa dipertanggungjawabkan baik dari kurikulum, materi, serta
kompetensi yang ingin dicapai. Dalam rangka menertibkan dan
mengelola jenis dan jenjang program diklat bagai aparatur, LAN
sebagai instansi Pembina diklat perlu melaksanakan akreditasi dan
sertifikasi program diklat.
3. Penataan Fasilitator
Kapasitas yang harus dimiliki seorang fasititator atau yang lebih dikenal
dengan nama widyaiswara menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor per/14/M.PAN/2009 tentang Jabatan Fungsional
Widyaiswara dan Angka Kreditnya, pasal 1 ayat 9, dikembangkan
menjadi 4 kemampuan dasar. Dimana dalam penjelasannya disebutkan
bahwa Standar kompetensi adalah kemampuan minimal yang secara umum
dimiliki oleh widyaiswara dalam menjalankan tugas, tanggung jawab dan
wewenangnya untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS, yang
terdiri atas : Kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi
-
7/23/2019 Peran Diklat
15/27
15
kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi substantif. Berdasarkan
masukan masukan dari penyelenggara diklat maupun para alumni
diklat, kita masih mendengar keluhan tentang kurangnya widyaiswara
baik dalam salah satu atau bahkan semua kemampuan dasar widyaiswara
tersebut. Sementara itu berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara nomor Per/14/M.PAN/2009 tentang Jabatan
Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, kapasitas dan kompetensi
widyaiswara dinilai berdasarkan aspek-aspek pendidikan secara formal,
aktivitasnya dalam kegiatan pengembangan dan pelaksanaan diklat,
aktivitas dalam pengembangan profesi serta aktivitas penunjang lainnya.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kapasitas widyaiswara, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh lembaga diklat daerah bekerjasama
dengan Lembaga Administrasi Negara sebagai instansi Pembina, anatara
lain:
a. Kompetensi Widyaiswara
Analisis kompetensi berguna untuk mengidentifikasi widyaiswara
sehingga mendapatkan gambaran tentang : a). jumlah widyaiswara
yang ada di lembaga diklat; b). jenis dan jenjang diklat yang telah
diikuti oleh widyaiswara; c). kelompok mata diklat yang telah
diampu oleh widyaiswara. Analisis terhadap peta kompetensi ini
nantinya akan menggambarkan arah kebijakan yang harus diambil
dalam rangka mengembangkan kemampuan para widyaiswara.
Setidaknya, peta kompetensi ini akan meminimalisir hal-hal sebagai
berikut:
-
7/23/2019 Peran Diklat
16/27
16
- Adanya fenomena jumlah widyaiswara yang banyak tetapi tetap saja
tidak cukup (many but never enough). Hal ini diakibatkan oleh
penumpukan jumlah widyaiswara dengan keahlian mengajar mata
diklat yang sama, dan cenderung mengajar pada program diklat yang
sama. Harus diakui bahwa sebagain besar widyaiswara sekarang ini
cenderung mengajar pada diklat prajabatan dan Diklatpim saja, bukan
mengembangkan diklat teknis yang sangat dibutuhkan oleh
kebanyakan instansi pemerintah di daerah.
- Kurangnya pemberdayaan terhadap widyaiswara terutama yang
berada di lembaga diklat kabupaten dan kota karena keterbatasan
anggaran untuk pendidikan dan latihan serta kurangnya peluang
untuk mengembangkan diri sesuai dengan jabatannya. Misalnya
sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
per/14/M.PAN/2009 tentang Jabatan Fungsional dan Angka
Kreditnya, pada Bab IV pasal 8 ayat 1 tentang Rincian Kegiatan
widyaiswara sesuai dengan jenjang jabatannya, bahwa untuk
Widyaiswara madya sudah harus mengajarkan diklatpim.
- Secara kelembagaan, fungsi konsultatif widyaiswara belum
diberdayakan dengan optimal. Terutama keterlibatannya dalam proses
menganalisis kebutuhan diklat, merancang program dan kurikulum
diklat baik fungsional dan teknis samapi dengan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan diklat. Dimana widyaiswara akan bisa
memberikan masukan bagi terciptanya keputusan terbaik pimpinan
-
7/23/2019 Peran Diklat
17/27
17
demi meningkatkan kualitas penyelenggaraan diklat dan prestasi kerja
lembaga diklat secara keseluruhan.
b. Akreditasi Sertifikasi Kompetensi Widyaiswara
Akreditasi adalah pengakuan formal oleh instansi Pembina bahwa
seorang widyaiswara itu telah memenuhi standar kompetensi sesuai
dengan jabatan dan pangkat yang didudukinya. Sedangkan sertifikasi
adalah pemberian bukti berupa piagam atau sertifikat bahwa yang
bersangkutan kompeten atau tidak. Kedua instrument ini umumnya
dilakukan sebagai proses pengujian apakah seorang layak atau tidak
mendapatkan suatu status tertentu yang dilaksanakan oleh lembaga yang
berwenang dalam bidang itu. Dalam konteks widyaiswara, akreditasi dan
sertifikasi akan dilakukan untuk menguji apakah seorang widyaiswara itu
kompeten untuk mengajar suatu mata diklat tertentu dan dilakukan
secara periodic (misalnya 2 tahun sekali). Proses akreditasi dan
sertifikasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa mereka yang telah
diangkat sebagai widyaiswara akan terus menerus menjaga
profesionalismenya sehingga kiprah dalam proses pembelajaran diklat
tetap maksimal.
c. Penyelenggaraaan Diklat Kewidyaiswaraan
Secara umum, saat ini LAN telah mengembangkan tiga jenis TOT
untuk para widyaiswara yaitu:
- TOT berjenjang yang dilaksanakan agai para widyaiswara sesuai
dengan jenjang yang saat ini didudukinya, misalnyawidyaiswara
-
7/23/2019 Peran Diklat
18/27
18
pertama wajib mengikuti TOT Berjenjang Tingkat Pertama, dan
widyaiswara utama wajib mengikuti TOT berjenjang tingkat
Utama.
- TOT Substantif yang bertujuan untuk memberikan pemahaman
materi yang lebih mendalam kepada para widyaiswara dalam suatu
mata diklat atau topic tertentu, misalnya pendalaman untuk materi
diklatpim III maka seorang widyaiswara harus mengikuti TOT
substantif Diklatpim Tingkat III.
- TOT metode pembelajaran yang bertujuan untuk memperdalam
bagaimana menyampaikan materi materi pelajaran kepada para
peserta diklat secara efektif, misalnya TOT Metode pembelajaran
efektif, TOT metode studi kasus dll.
4. Monitoring Dan Evaluasi
Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik oleh pihak luar
maupun dalam untuk menjamin bahwa pelaksanaan suatu kegiatan itu sesui
dengan apa yang telah ditetapkan, sesuai prosedur, aturan hukum, serta
peran dan fungsi masing-masing. Dan fokus monitoring lebih ditekankan
pada proses pelaksanaan tugas. Sedangkan evaluasi berasal dari kata dasar
value (nilai) adalah suatu pemeriksaan (penyelidikan yang sistemis tentang
manfaat atau kegunanaan sesuatu berdasarkan standar tertentu (A joint
Commintee on Standard for Evaluation). Sehingga evaluasi diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar maupun dalam untuk
mengetahui apakah tujuan dari suatu kegiatan atau program telah
tercapai atau tidak. Fokus evaluasi adalah untuk menentukan apakah
-
7/23/2019 Peran Diklat
19/27
19
program itu harus dilanjutkan atau dihentikan, atau harus dilakukan
perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang. Dengan diperkuat lagi
oleh pendapat Chelimsy dan Sadish (1997) berdasarkan hasil International
Evaluation Conference DI Vancouver Canada menyimpulkan ada tiga
perspektif dalam evaluasi, yaitu: 1). Evaluation for accountability; 2).
Evaluation for Development, dan 3).Evaluation for knowledge. Unsur-unsur
yang akan dimonitor dan evaluasi mencakup seluruh aspek-aspek
pengeloaan kediklatan, yaitu:
a. Analisis Kebutuhan Diklat
b. Tujuan Diklat dan pencapaian standar kompetensi
c. Materi diklat
d. Metode dan teknik penyampaian
e. Peserta Diklat
f. Widyaiswara
g. Proses pembelajaran
h. Sarana dan prasarana
Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi diklat, pimpinan lembaga diklat
harus memiliki komitmen yang kuat untuk peningkatan kualitas
penyelenggaraan diklat. Komitmen ini dapat ditunjukkan dengan melakukan
dua proses monitoring dan evaluasi yaitu internal dan eksternal pengawasan
dan evaluasi diklat. Pengawasan dan evaluasi internal dapat dilakukan
dengan menunjuk pengawas (assessor) yang diberi tugas untuk melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan diklat. Pengawasan secara eksternal
dilakukan dengan mengijinkan pengawas dari instansi Pembina (LAN)
untuk melakukan kunjungan pengawasan ( monitoring visit) terhadap proses
-
7/23/2019 Peran Diklat
20/27
20
pembelajaran diklat. Kedua proses ini mengarah pada encapaian kualitas
pembelajaran diklat yang tinggi. Dengan melakukan pengawasan dan
evaluasi yang tepat, kita berharap bahwa kualitas penyelenggaraan diklat
menuju peningkatan kompetensi aparatur akan terus meningkat. Yang
terpenting adalah harus ada komitmen antara pengawas, evaluator, dan
pejabat structural baik dari penyelenggara maupun instansi Pembina.
E. Kualitas Diklat
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan hanya akan dapat diselenggarakan
apabila segenap nsur dari kediklatan dapat dipenuhi. Berdasarkan PP nomor 101
tahun 2000, unsur kediklatan terdiri atas :
1. Tenaga kediklatan yakni widyaisawara, pengelola dan tenaga kediklatan
lainnya
2. Sarana dan prasarana
Mutu dari setiap unsur kediklatan akan mempengaruhi kuliatas dari keluaran
pendidikan dan pelatihan, disamping struktur kurikulum dari setiap jenis diklat,
manajemen penyelenggaraan diklat juga akan mempengaruhi keseluruhan proses
pembelajaran dalam diklat.
Kualitas manajeman penyelengg araan diklat di tunjukkan dengan :
1. Tersedianya rencana menyeluruh penyelenggaraan diklat
2. Terdapatnya kurikulum yang terinci
3. Terdapatnya penjadwalan dari setiap mata pelajaran
4. Terdapatnya widyaiswara yang sesuai dengan mata ajar yang di berikan
5. Tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai
-
7/23/2019 Peran Diklat
21/27
21
6. Rencana tindak darurat apabila widyaiswara atau unsur lainnya mendapat
gangguan.
Disamping itu, penyelenggaraan diklat harus dilakukan oleh suatu organisasi
tertentu yang memiliki kewenangan yang memadai serta menjalankan birokrasi
yang minimal.
F. Efektifitas Diklat
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan efektifitas pendidikan dan pelatihan
antara lain adalah materi diklat dan penyajian materi oleh widyaiswara, ketepatan
materi. Tingkat ketepatan materi diklat dipengaruhi oleh dua hal, pertama materi
yang diberikan dalam diklat adalah materi yang memang perlu dikuasai oleh
pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Pemberian materi yang tidak diperlukan
dalam tugas hanya membuang sumber daya. Kedua, materi diklat adalah materi
yang memang belum di kuasai oleh peserta diklat. Pemberian materi yang suadah
dikuasai hanya akan menurunkan motifasi belajar peserta. Dengan demikian
materi yang seharusnya diberikan adalah materi yang perlu di kuasai oleh pegawai
untuk melaksanakan tugasnya, namun materi itu belum dimilikinya. Untuk
menentukan materi yang perlu diberikan dalam diklat, salah satu metode yang
paling terkenal adalah training need analysis (analisis kebutuhan pelatihan). Dari
aspek penyajian materi, efektifitas diklat setidaknya dipengaruhi oleh kemampuan
penyaji dalam menguasai materi dan kemampuan untuk menyajikan materi.
Sekedar menguasai materi tanpa menyadari pentingnya pengemasan materi
menjadi menarik cenderung akan membuat peserta tidak termotivasi untuk
mengikuti penyajian. Aspek penyajian/pengemasan ini menjadi penting karena
peserta diklat adalah orang dewasa, bukan anak-anak atau remaja. Orang dewasa
-
7/23/2019 Peran Diklat
22/27
22
mempunyai karakteristik tertentu dalam menyerap materi baru. Anak-anak dengan
mudah mengahafal, bertahan berjam-jam dalam situasi ceramah, tetapi tidak
demikian halnya dengan orang dewasa. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa
dari satu sisi materi diklat harus tepat (diperlukan tapi belum dikuasai peserta) dan
materi yang tepat tersebut disajikan oleh widyaiswara yang memang
menguasainya dan mampu mengemas sajiannya sesuai dengan karakteristik target
audiencenya. Dengan demikian profesionalisme widyaiswara setidaknya
dipengaruhi oleh pemenuhan kedua syarat tersebut. Widyaiswara yang
professional harus mampu menentukan materi yang tepat, menguasai materi
tersebut, dan memiliki kemampuan menyajikan materi sesuai dengan kondisi
peserta diklat. Salah satu komponen yang sangat penting di dalam
penyelenggaraan diklat PNS adalah widyaiswara yang merupakan pegawai negeri
sipil yang di angkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang
dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar , dan melatih
pegawai negeri sipil pada lembaga pendidikan dan pelatihan pemerintah.
Widyaiswara sangat berperan dalam menghasilkan alumni yang sesuai dengan
kompetensi yang ingin di hasilkan dari diklat tersebut. Widyaiswara di
persyaratkan untuk mampu memberikan pelatihan secara tatap muka atau di alam
bebas, ditempat kerja dan jarak jauh. Selain itu juga widyaiswara di harapkan
mampu untuk menjadi fasilitator pada setiap kesempatan pada masa pembelajaran.
Profesionalisme widyaiswara akan sangat mempengaruhi kinerja widyaiswara
dalam menjalankan tugasnya.
-
7/23/2019 Peran Diklat
23/27
23
G. Kondisi Kediklatan Saat Ini
Kondisi jumlah PNS dibandingkan dengan jumlah widyaiswara sebagai tenaga
pendidikan dan pelatihan dapat di asumsikan tidak berimbang namun demikian
sampai saat ini pula belum ada kajian rasio minimal jumlah PNS dalam suatu
daerah memerlukan berapa widyaiswara dan berapa jenis kompetensinya. Dari
sejumlah widyaiswara yang ada masih belum mencukupi kebutuhan, lebih-lebih
apabila dilihat dari penyebaran. Kekurangan jumlah widyaiswara dan rasio
kebutuhan widyaiswara setiap daerah perlu segera dikaji khususnya untuk
pelaksanaan diklat bagi PNS bekerja di kabupaten/ kota yang menunjukkan
jumlah. Pada awalnya profesi ini kurang menarik dan diminati dan di jadikan
tempat penampungan bagi pejabat yang akan memasuki usia pensiun atau bagi
pejabat yang merasa karirnya mendek karena beberapa hal. Dalam kondisi yang
demikian jabatan widyaiswara memiliki citra yang kurang baik yaitu kumpulan
pegawai yang sedang menunggu atau memperpanjang usia pensiun, atau pegawai
yang merasa terbuang sehingga terkesan tidak loyal, frustasi, bertindak aneh-aneh
dan bahkan mengarah sebagai provokator. Keadaan ini tentunya tidak sejalan
dengan tujuan pemerintah menerbitkan PP Nomor 101 tahun 2000 tentang jabatan
widyaiswara.
H. Kondisi Ideal Kediklatan
Apabila kita merujuk kepada tujuan kediklatan bagi pegawai negeri, maka kondisi
ideal kediklatan sebagaimana yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah
nomor 101 tahun 2000 yaitu bahwa diklat bertujuan untuk :
-
7/23/2019 Peran Diklat
24/27
24
1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan di landasi kepribadian
dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.
2. Menciptakan aparaur yang mampu bereperan sebagai pembaharu dan perekat
persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman, dan pemeberdayaan masayarakat
4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola piker dalam melaksanakan
tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya
kepemerintahan yang baik
Tujuan diklat tersebut dapat tercapai apabila didukung oleh sistem kediklatan
yang kuat. Untuk itu program diklat perlu di rancang sebaik mungkin agar tujuan
tersebut dapat dicapai.
Agar program diklat tersebut dapat mencapai tujuan ada beberapa sasaran yang
perlu harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
Saat ini penempatan pegawai ataupun penyelenggaraan program diklat belum
didasarkan kepada kompetensi. Kondisi ideal adalah dijadikannya
kompetensi sebagai acuan dalam penempatan dan penyelenggaraan program-
program diklat.
Belum semua penyelanggaraan diklat saat ini memiliki kualifikasi yang
memadai. Untuk itu prasyarat utama yang harus dipenuhi adalah standar
kompetensi pengelola diklat yang terdiri dari standar kompetensi
widyaiswara dan standar kompetensi pengelola diklat.
-
7/23/2019 Peran Diklat
25/27
25
Widyaiswara dan pengelola diklat yang saat ini dianggap memiliki
kompetensi tidak pernah di lakukan evaluasi secara berkala terhadap
kompetensinya, untuk itu kompetensi ideal yang semestinya adalah adanya
system akreditasi dan sertifikasi bagi widyaiswara dan pengelola diklat.
Agar diklat yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan maka sebelumnya
perlu di lakukan analisis kebutuhan diklat
Program diklat yang ada saat ini belum semuanya memiliki standar
kompetensi yang ingin di capai kalaupun ada yang sudah memiliki banyak
yang belum jelas dan masih bersifat abstrak. Oleh karena itu perlu disusun
program diklat berdasarkan standar kompetensi.
Diklat di berikan kepada seorang pegawai jika ada kesenjangan kompetensi
yang dimiliki pegawai tersebut dengan standar yang di tetapkan. Oleh karena
itu sebelum pegawai di ikutsertakan dalam program diklat perlu adanya
assessment kompetensi
Diklat akan memeberikan kinerja yang baik jika di selanggarakan oleh
lembaga diklat yang mempunyai kualifikasi untuk menyelenggarakan.
Meskipun koordinasi secara implisit dalam berbagai peraturan kediklatan
telah di sebutkan, namun dalam pelaksanaannya masih menemukan kendala.
Oleh karena itu perlu adanya mekanisme koordinasi antar lembaga diklat
Monitoring dan evaluasi saat ini belum berjalan dengan baik salah satunya
karena instrument dan mekanisme monitoring dan avaluasi belum jelas.,
serta tidak ada personil khusus yang bertugas melaksanakan monitoring dan
evaluasi. Oleh karena itu perlu adanya mekanisme dan instrument monitoring
dan evaluasi yang lebih jelas, serta personil khusus yang melakukan
monitoring dan evaluasi pada setiap penyelenggaraan diklat.
-
7/23/2019 Peran Diklat
26/27
26
Sebagaimana disebutkan bahwa diklat di lakukan untuk meningkatkan
kompetensi. Kompetensi adalah prasyarat untuk prestasi. Maka dalam system
pengembangan karier yang didasarkan pada merit system, diklat harus terkait
dengan pola pengembangan karir PNS
I. Penutup
1. Untuk mendukung agar Diklat bisa berkualitas maka diperlukan sinergitas
daripada lembaga diklat, widyaiswara, dan pengelola diklat yang profesional,
kurikulum yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pogram diklat, ketersediaan
sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan diklat.
2. Penyelenggaraan diklat aparatur harus direncanakan sedemikian rupa,
sehingga memenuhi kebutuhan PNS dalam mengatasi kesenjangan
kompetensinya.
3. Pemerintah perlu menyelesaikan beberapa permasalahan kediklatan, antara
lain belum adanya standar kompetensi PNS yang ingin dicapai dalam diklat,
kurangnya SDM kediklatan yang mempunyai kompetensi, SDM kediklatan
meliputi widyaiswara dan penyelenggara diklat, kurang optimalnya daya
dukung kelembagaan diklat, kurang berjalannya monitoring dan evaluasi
kediklatan.
-
7/23/2019 Peran Diklat
27/27
27
Daftar Pustaka
Buku :
AQF, 2005, Handbook of Qualification Framework.
Arief Furkan, 20 04 , Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Pustaka Pelajar,Yogyakarta
Chelimsky, E and Shadish, W.R., 1997, Evaluation for 21th Century: A
handbook, Thousand Oaks Sage.
Handoko Hani, 2007, Manajemen Personalia dan Sumber Daya manusia, BPEE
UGM, Yogyakarta
Hayat, Bahrul, Ph.D, 2011, Perubahan Menuju Perbaikan Presentasi tentang
Penerapan Reformasi Birokarasi, Kementerian Agama RI, Jakarta.
Krina, P. Loina Lalolo, 2003, Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,
Transparansi dan Partisipasi, Bappenas, Jakarta.
LAN RI, 2009, Bahan Diklat bagi Pengelola Diklat: Evaluasi Diklat, LAN, Jakarta
Purwanto dan Atwi Suparman, 1999, Evaluasi Program Diklat, STIA LAN Pess,
Jakarta
Simson John & Edmund Weiner, 1989, Oxford English Dictionary,: Oxford
University Press, United Kingdom
Suparman, R., 2010, Model Program Pengembangan Karir Pegawai Berbasis Diklat
Pada PKP2A1 LAN, Jurnal Diklat Aparatur. Volume 6: Nomor 2 :
2010, PKP2A I LAN, Bandung
Suprijanto, H, 2005, Pendidikan Orang Dewasa , Bumi Aksara , Jakarta
UNDP, 1997, Governance for Sustainable Development A Policy Document,
UNDP, New York
Dokumen :
Undang-Undang RI nomor 54 tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Undang-Undang RI nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas UU nomor 8 th
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan PNS
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor per/14/M.PAN/2009
tentang Jabatan Fungsional dan Angka KreditnyaKeputusan Lepala LAN RI nomor 193/XIII/10/6/2001 tentang Pedoman Umum
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS
Jurnal Diklat Aparatur volume 3 nomor 1 tahun 2007 Pusat Kajian dan Diklat
LAN, Jakarta
Akses Internet :
Website BKD dan Diklat Provinsi NTB : http:///bkddiklat.ntbprov.go.id (diakses 28
Agustus 2013).