peran diklat

Upload: panca-waluyo

Post on 11-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    1/27

    1

    Peran Pendidikan dan PelatihanDalam Meningkatkan Kompetensi Aparatur Pemerintah

    1

    oleh

    Drs. Faris Ihsan, M.Si2

    Abstraksi

    Kebijakan pengembangan aparatur pemerintah untuk menghadapi

    perubahan strategik pembinaan PNS untuk mengantisipasi perubahan

    strategik pemerintahan maupun dampak globalisasi pada intinya adalah

    pembangunan aparatur negara yang diarahkan agar profesional, netral

    dari kegiatan politik, berwawasan global, bermoral tinggi, berkemampuan

    sebagai penyangga persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam pelaksanaan

    peningkatan kompetensi aparatur pemerintah harus melibatkan lembagadiklat, tenaga widyaisara dan peserta diklat.

    Kata Kunci : Diklat, Kompetensi Aparatur, Globalisasi

    A. Pendahuluan

    Menyadari akan perlunya perubahan pengaturan disegala bidang untuk

    menghadapi globalisasi dan perubahan lingkungan strategis muncul paradigama

    baru dalam pemerintahan serta beberapa pengalaman kekurang berhasilan dalam

    pelaksanaan sistem pemerintahan maka pemerintah melaksanakan reformasi

    birokrasi sebagai pijakan utama dalam reformasi tersebut adalah dengan

    diterbitkannya Undang-undang No. 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU

    No.8 /1974 tentang pokok-pokok kepegawaian sebagai dasar pembinaan Pegawai

    Negeri Sipil (PNS), telah membawa berbagai perubahan dalam kebijakan

    pengelolaan strategik pembinaan PNS untuk mengantisipasi perubahan strategik

    pemerintahan maupun dampak globalisasi. Kebijakan pengembangan Sumber

    1. Telah dikoreksi oleh Tim Editor Website BKD dan Diklat Provinsi NTB

    2. Widyaiswara Madya pada BKD dan Diklat Provinsi NTB

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    2/27

    2

    Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi perubahan strategik tersebut pada

    intinya adalah pembangunan SDM aparatur negara yang diarahkan agar

    profesional, netral dari kegiatan politik, berwawasan global, bermoral tinggi,

    berkemampuan sebagai penyangga persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan

    demikian dapat memenuhi tujuan antara lain:

    1. Mengantisipasi perubahan strategik pemerintah koalisi.

    2. Meningkatkan profesionalisme untuk bersaing dengan pegawai swasta

    3. Mempertahankan azas keahlian (merit system) dan netralitas.

    4. Mengantisipasi teknologi informasi dan persaingan global.

    5. Mendukung terseleng-garanya otonomi daerah

    6. Menciptakan pemerintah yang bersih bertanggung jawab dan bebas..KKN

    Disamping itu muatan utama yang perlu dicermati dalam mengantisipasi

    perubahan startegik yang terjadi adalah adanya pergeseran fungsi aparatur negara

    dari abdi negara menjadi abdi masyarakat yang diharapakan dapat

    menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat. Dari

    Undang-Undang No.43 Tahun 1999 tersebut terlihat bahwa antisipasi pertama

    adalah untuk menghadapi globalisasi yang membawa dampak pada semua tatanan

    dan pengaturan lokal/nasioanal. Beberapa ahli berpendapat bahwa globalisasi

    membawa penyesuaian dalam sistem pengorganisasian, pengembangan sumber

    daya manusia dan system pengaturan lain termasuk pengaturan perdagangan

    barang dan jasa dan manajemen publik lainnya. Dalam memasuki era tanpa batas

    (borderless) dan akan terfokusnya hal-hal yang strategis dalam 5 persoalan antara

    lain :

    1. Mental model : membangun model mental yang mampu mencari dan

    mengelola error (feedback).

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    3/27

    3

    2. Personal Mastery : membangun keuletan diri sehingga mempunyai enrgi untuk

    perbaikan yang berkesinambungan.

    3. Shared Vision : membangun kemampuan membentuk visi bersama.

    4. Team Learning : mampu menentukan penyelarasan tim untuk membentuk tim

    yang matang.

    5. System thinking : mampu berpikir system.

    Dengan memasuki globalisasi peter senge menekankan perlunya fifth discipline

    sebagai pedoman pengelolaan organisasi agar dapat bertahan terhadap persaingan

    yang berlaku. Untuk menghadapi era globalisasi juga ada pendapat atau konsep

    manajemen publik yang sangat memberikan aspirasi perubahan manajemen

    publik pemerintahan Indonesia.

    Konsep reinventing government mengandung 10 prinsip yaitu :

    1. Pemerintah katalis yaitu Pemerintah berfokus pada pemberian pengarahan

    bukan produksi pelayanan publik.

    2. Pemerintah milik masyarakat yaitu pemerintah hendaknya lebih berorientasi

    untuk memberdayakan masyarakat tidak sekedar melayani.

    3. Pemerintah yang kompetitif yaitu pemerintah perlu memunculkan semangat

    kompetisi dalam pemberian pelayanan publik.

    4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi yaitu mengubah organisasi yang

    digerakkan oleh peraturan menajadi organisasi yang digerakkan oleh misi.

    5. Pemerintah berorientasi hasil yaitu pemerintah berorientasi hasil dimana

    mampu membiayai hasil bukan masukan.

    6. Pemeritah berorientasi pada pelanggan yaitu memenuhi kebutuhan pelanggan,

    bukan birokrasi.

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    4/27

    4

    7. Pemerintah wirausaha yuitu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar

    pembelanjakan.

    8. Pemerintah antisipatif yaitu berupaya mencegah dari pada mengobati.

    9. Pemerintah desentralisasi yaitu dari hierarkhi menuju partisipatif dan kerja

    tim.

    10. Pemerintah berorientasi pada pasar.

    Untuk mengantisipasi globalisasi serta penyesuaian dengan perubahan

    pemerintah maka reformasi birokrasi yang perlu dilakukan meliputi :

    1. Kelembagaan

    2. Sumber daya manusia aparatur

    3. Tata laksana atau manajemen

    4. Akuntabilitas kinerja aparatur

    5. Pengawasan yang terkoordinasi

    6. Pelayanan publik.

    7. Budaya kerja produktif.

    8. Koordinasi program dan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengawasan

    serta pengendalian program pendayagunaan aparatur negara.

    Beberapa program reformasi birokrasi mendasari tujuan pembangunan kualitas

    diklat dalam rangka peningkatan kerja (performance) aparatur negara, agar

    mampu menghadapi semua perubahan dan perkembangan yang terjadi.

    Pengembangan pada Sumber Daya Manusia khususnya Pegawai Negeri Sipil

    (PNS), perlu menjadi perhatian karena Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi

    tugas-tugas yang semakin luas dan kompleks di masa depan, dimana suatu era

    yang tidak lagi mengenal batas ruang/wilayah, ekonomi, politik maupun budaya,

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    5/27

    5

    maka pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Pegawai Negeri Sipil haruslah

    dilakukan secara cermat dan tepat Pada era keterbukaan ini. Dalam era yang

    penuh tantangan aparatur dituntut menjadi profesional. Dalam pelaksanaan

    pengembangan SDM guna mencapai tujuan di atas melibatkan 3 unsur yaitu

    lembaga diklat, tenaga kependidikan (widyaisara) dan peserta diklat.

    Sesuai PP Nomor 101 tahun 2000, masing-masing unsur mempunyai tugas dan

    fungsi yang dapat dijelaskan dibawah ini:

    1. Lembaga Diklat Pemerintah adalah satuan organisasi pada Kementerian,

    Lembaga Pemerintah Non Dapartemen, Kesekretariatan Lembaga

    Tinggi/Tinggi Negara, dan Perangkat Daerah yang bertugas melakukan

    pengelolaan Diklat.

    2. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah proses penyelenggaraan belajar

    mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS.

    Secara umum pendidikan bisa didefinisikan sebagai suatu proses pengembangan

    SDM, sedangkan latihan dapat didefiniskan sebagai upaya memperbaiki

    penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja baik yang

    langsung ditangani atau yang berhubungan / berkaitan dengan tugas yang

    ditangani. Widyaiswara merupakan PNS yang dianggap sebagai pejabat

    fungsioanal oleh yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang

    untuk mendidik, mengajar, dan atau melatih PNS pada lembaga diklat

    pemerintah. Peserta diklat merupakan kelompok yang harus menerima

    pembelajaran agar menjadi SDM yang memiliki kompetensi, yaitu: SDM

    mampu memahami lingkungan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya.

    Khusus tugas dan fungsi widyaiswara diatas, jelas diharapkan adalah

    terciptanya profesionalisme SDM sehingga misi dan visi instansi dapat terwujud

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    6/27

    6

    dengan melakukan pengembangan SDM melalui peningkatan pengetahuan,

    keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas secara

    profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika sesuai dengan kebutuhan

    instansi. Sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran program

    ataupun tujuan organisasi.

    B. Pendidikan Dan Pelatihan

    Merujuk Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

    secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

    mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Jika

    ditinjau dari tujuannya, menurut Manpower Services Commissions dalam

    Suparman (2010), pendidikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk

    mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, pemahaman dan

    penyerapan, nilai-nilai yang diperlukan dalam semua aspek kehidupan,

    bukan hanya pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan

    kegiatan atau pekerjaan tertentu. Dari dua konsep tersebut masing-masing

    menekankan kepada perubahan individu yang terkait dengan nilai-nilai,

    kemampuan kognitif dan psikomotor melalui pengembangan potensi diri secara

    terencana. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa pendidikan dilakukan untuk

    menyiapkan individu mengarungi kehidupan, yang tidak dibatasi oleh

    pekerjaan saat ini atau masa yang akan datang. Sedangkan pelatihan adalah

    pengalaman pembelajaran yang disiapkan oleh organisasi untuk meningkatkan

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    7/27

    7

    kinerja pegawai (Nadler dalam Suparman, 2010). Secara operasional, pelatihan

    merupakan kegiatan yang didesain untuk membantu pegawai memperoleh

    pengetahuan keterampilan dan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugasnya,

    sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pelatihan berorientasi pada pekerjaan

    saat ini atau masa datang. Pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi aparatur

    dapat jadikan sebagai treatment bagi optimalisasi kinerja organisasi.

    Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai Negeri Sipil yang mengacu pada

    Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan

    Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), dijelaskan, bahwa diklat

    adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan

    kemampuan Pegawai Negeri Sipil.

    C. Kompetensi Aparatur

    Kompetensi aparatur adalah kemampuan baik pengetahuan, keterampilan

    dan sikap yang secara umum harus dimiliki oleh aparatur dalam

    melaksanakan tugas, tanggungjawab dan wewenangnya sesuai dengan standar

    kompetensi jabatan yang dimilikinya. Agar aparatur dapat mempunyai

    kompetensi yang diharapkan maka diperlukan adanya pendidikan dan

    pelatihan (diklat) berbasis kompetensi sesuai yang berkelanjutan yakni

    dari pertama diangkat sebagai Calon PNS sampai menjelang pensiun. Sebagai

    salah salah satu bentuk pembinaan PNS maka pendidikan dan pelatihan PNS

    memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kompetensi yang

    meliputi integritas, tanggung jawab, kepemimpinan, kerja sama dan

    fleksibilitas dalam pelaksanaan tugas-tugas. Harapannya dalam rangka

    peningkatan efektifitas diklat sebagai instrumen pembinaan penyelenggaraan

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    8/27

    8

    pemerintahan daerah. Maka perlu diupayakan dilakukan pembenahan terhadap

    manajemen pembinaan aparatur penyelenggara pemerinatahan daerah

    berdasarkan kompetensi dan kinerja sehingga diklat aparatur pemerintah

    daerah difokuskan pada upaya peningkatan kompetensi penyelenggara

    pemerintahan daerah. Dalam memperbaiki sistim dan prosedur antara lain

    dengan pemetaan dan perumusan standar kompetensi, memfokuskan

    penyelenggaraan diklat untuk peningkatan kompetensi, merumuskan sistem dan

    prosedur penyelenggaraan diklat satu pintu serta pendayagunaan alumni diklat

    dengan penempatan sesuai kompetensinya. Dalam rangka pencapaian tujuan

    diklat diatas, penyelenggaraan diklat haruslah terus menerus ditingkatkan

    kualitasnya. Berbagai komponen penyelenggaraan diklat seperti penyususnan

    program dan kurikulum, widyaiswara, kelembagaan instansi diklat dan SDM

    penyelenggara Diklat harus dikelola dan dimonitor secara itensif agar betul-

    betul mengarah pada peningkatan kompetensi peserta diklat. Tentunya

    peningkatan kualitas penyelengaraaan ini harus dilakukan secara sistematis

    dan berkesinambungan. Untuk itu perlu adanya upaya kerjasama yang

    sinergis antar seluruh komponen kediklatan dengan tujuan utama terciptanya

    kualitas diklat yang tinggi. Adapun aspek-aspek kediklatan yang sering

    menjadi kendala dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat adalah

    sebagai berikut : kelembagaan diklat; program dan kurikulum diklat;

    widyaiswara; pengawasan dan evaluasi diklat.

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    9/27

    9

    D. Strategi Penataan Kediklatan

    1. Penataan Kelembagaan

    Dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat adalah penataan

    kelembagaan diklat daerah yang diarahkan pada pengembangan

    kapasitas kelembagaan (capacity building) lembaga diklat. Penataan

    kelembagaan merupakan rangkaian kegiatan untuk memperbaiki

    totalitas system organisasi diklat yang terdiri dari aspek-aspek kelembagaan

    diklat yang statis (struktur organisasi, uraian jabatan, syarat jabatan), dan

    aspek ketatalaksanaan dan proses yang dinamis seperti pedoman kerja, tata

    hubungan kerja, dan koordinasi di dalam dan dengan organisasi luar.

    Penataan kelembagaan diklat ini perlu dilakukan mengingat fungsi

    penyelenggaraan diklat itu sangat terkait erat dengan berbagai stakeholders

    seperti bagian kepegawaian, instansi pengirim/dinas dan badan terkait.

    Disamping itu penataan kelembagaan juga diperlukan untuk mendorong

    lembaga diklat agar lebih berfokus pada upaya inovasi program dan metode

    pelaksnaan diklat yang efektif dalam peningkatan kompetensi aparatur.

    Dalam praktek kediklatan, kita masih menjumpai beberapa masalah yang

    sering muncul terkait dengan kelembagaan diklat diantaranya:

    a. Mekanisme koordinasi yang belum jelas antara lembaga diklat di

    Kabupaten/Kota dengan lembaga Pembina diklat di Propinsi, terutama

    pada Kabupaten/Kota yang sudah memiliki badan/kantor diklat sendiri.

    b. Belum ditaatinya kebijakan tentang akreditasi dan sertfifikasi

    lembaga diklat. Masih banyak SKPD di daerah yang bukan lembaga

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    10/27

    10

    diklat, namun masih menyelenggarakan diklat atau yang diakali

    dengan bentuk bimbingan teknis, tanpa bekerjasama dengan lembaga

    diklat terakreditasi.

    c. Diperlukan penataan koordinasi yang lebih erat antara bidang

    diklat dengan bidang kepegawaian terutama menyangkut rekrutmen

    dan seleksi calon peserta diklat, dan penempatan serta

    pemberdayaan alumni atau lulusan diklat dalam rangka

    meningkatkan kinerja organisasi.

    Dari beberapa fenomena tersebut, maka diperlukan rumusan strategi

    penataan kelembagaan diklat daerah agar benar-benar mampu menjadi

    pendukung peningkatan kompetensi aparatur di daerah. Beberapa strategi

    tersebut adalah:

    a. Lembaga Diklat bisa membentuk diri menjadi pusat pembelajaran

    (Training Center) dengan model diklat satu pintu, yang memiliki

    keleluasaan dan lebih fokus dalam menjalankan tugas dan fungsi

    utamanya dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya

    aparatur. Terlebih dengan akan diberlakukannya ASN, dimana setiap

    PNS yang ada memiliki hak yang sama untuk mendapatkan

    kesempatan mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan

    yang berbasis kompetensi. Dengan pemisahan ini nantinya memiliki

    implikasi yang sangat besar terhadap pengembangan kurikulum dan

    inovasi kediklatan yang bisa dikembangkan sesuai dengan tuntutan

    zaman.

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    11/27

    11

    b. Penegakkan aturan akreditasi dan sertifikasi lembaga diklat.

    Akreditasi dan sertifikasi lembaga diklat dilakukan secara terintegrasi

    dengan akreditasi dan sertifikasi program diklat serta akreditasi dan

    sertifikasi widyaiswara. Lembaga diklat terakreditasi (Registered

    Training Organization/RTO) nantinya hanya akan memiliki

    kewenangan untuk melaksanakan diklat-diklat tertentu saja, dimana

    persyaratannya meliputi pemenuhan akreditasi program dan akreditasi

    widyaiswara. Ini berarti bahwa suatu lembaga diklat hanya boleh

    melaksanakan suatu program diklat tertentu apabila telah memilki

    program diklat terakreditasi, dengan widyaiswara terakreditasi untuk

    diklat tersebut.

    c. Akreditasi lembaga diklat harus lebih diarahkan pada

    pembentukan spesialisasi. Kekhususan, dan keahlian suatu lembaga

    diklat dalam menyelenggarakan diklat-diklat tertentu (RTO for

    specialized training program). Konsentrasi lembaga diklat yang

    bertumpu pada diklat kepemimpinan harus sebisa mungkin

    dihindari. Oleh karena itu, lembaga diklat harus mengembangkan

    inovasi program diklat yang akan dijadikan kekhasan dan trade

    mark lembaga diklat tersebut dimata stakeholdernya.

    d. Koordinasi antar lembaga diklat harus lebih ditingkatkan melalui

    proses benchmarking penyelenggaraan diklat dan widyaiswara. Dalam

    menata kelembagaan ini, lembaga diklat tentunya tidak dapat

    dilaksanakan secara internal saja atau oleh orang-orang yang bekerja di

    dalamanya saja. Penataan kelembagaan ini perlu dan harus melibatkan

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    12/27

    12

    pembuat kebijakan (policy maker) dan kebijakan-kebijakan yang

    dibuat akan lebih kuat mendukung dan mengembangkannya.

    2. Penataan Program Kediklatan

    Program diklat adalah rencana kegiatan pembelajaran yang berisi

    seperangkat mata diklat, dan atau unit kompetensi yang harus diikuti

    peserta diklat agar mencapai tujuan diklat yang ingin dicapai. Program

    diklat umumnya lebih dikenal dengan namanya (misalnya Diklat

    Prajabatan dan Diklat Kepemimpinan). Jadi inti dari sutau program

    diklat adalah rincian dari kurikulum yang berisi mata diklat yang akan

    dipelajari oleh peserta diklat. Kurikulum dirancang secara tepat agar

    tujuan diklat tersebut dapat tercapai dan meliputi jenis mata diklat.

    Metode, waktu, dan sarana pembelajaran yang diperlukan. Dalam

    penyelenggaraan diklat aparatur selama ini seringkali terkesan sebagai

    penghamburan dana daerah atau hanya sekedar untuk mendapatkan

    sertifikat saja. Bahkan ada juga yang beranggapan diklat sebagai saat-saat

    refreshing yang menyenangkan bagi beberapa PNS, dimana mereka bisa

    terlepas sejenak dari kepenatan tugas keseharian yang monoton. Namun

    demikian, ternyata program-program diklat yang dilakukan selama ini

    dinilai masih belum mampu mewujudkan tujuan yang diharapkan, yaitu

    peningkatan kompetensi aparatur. Ada berbagai factor yang menyebabkan

    hal tersebut, salah satunya adalah bahwa pengembangan kompetensi PNS

    melalui program kediklatan tidak didasarkan pada kebutuhan baik

    kebutuhan individual maupun organisasional (Zulpikar, 2008). Sehingga

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    13/27

    13

    menyebabkan munculnya beberapa fenomena menarik yang berkaitan

    dengan dengan jenis-jenis program yang ditawarkan, antara lain:

    - Pengembangan program diklat selama ini dilakukan tidak

    sesuai dengan kebutuhan baik yang dibutuhkan oleh pegawai

    maupun organisasi itu sendiri. Bahkan sebagian besar kegiatan diklat

    yang dilaksanakan tidak berdasarkan analisis. Sehingga wajar saja

    ketika aparatur seringkali dianggap tidak kompeten, karena mereka

    mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang tidak mereka butuhkan

    atau tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya. Misalnya

    pejabat struktural dilibatkan dalam TOT substatif dsb.

    - Kurang berkembangnya inovasi jenis-jenis diklat teknis, karena

    lembaga/bagian diklat hanya fokus menyelenggarakan jenis-jenis

    diklat yang sama dari tahun ke tahun. Padahal, inovasi jenis diklat

    teknis sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok

    aparatur pemerintah di lapangan.

    Dengan demikian maka diperlukan system pengaturan tentang jenis dan

    jenjang program diklat yang dapat diselenggarakan dan ditawarkan.

    Pengaturan ini dilakukan dengan tujuan agar diklat-diklat yang

    dilaksanakan benar-benar terkait dengan peningkatan kompetensi

    aparatur pemerintah yang dibutuhkan di lapangan. Sistem pengaturan ini

    harus disusun secara bersama-sama antara instasi Pembina diklat (LAN),

    instansi pengendali diklat (BKN) dengan berbagai lembaga diklat. Sistem

    pengaturan ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan akreditasi dan

    sertifikasi program diklat (accrediting & certifying training program)

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    14/27

    14

    terhadap seluruh program diklat kepemimpinan, teknis dan fungsional.

    Menurut AQF (2005), akreditasi dan sertifikasi program adalah

    pengakuan tertulis dari instasi yang berwenang bahwa program tersebut

    layak diselengarakan dan terkait dengan syarat kompetensi jabatan

    tertentu. Dalam konteks PNS, program-program diklat yang

    diselenggarakan tentunya harus berkaitan dengan danberdampak pada

    syarat kompetensi jabatan sebagai PNS. Dengan kata lain, akreditasi dan

    sertifikasi program diklat ini bertujuan agar lembaga diklat

    menyelenggarakan jenis dan jenjang program diklat yang benar-benar

    bisa dipertanggungjawabkan baik dari kurikulum, materi, serta

    kompetensi yang ingin dicapai. Dalam rangka menertibkan dan

    mengelola jenis dan jenjang program diklat bagai aparatur, LAN

    sebagai instansi Pembina diklat perlu melaksanakan akreditasi dan

    sertifikasi program diklat.

    3. Penataan Fasilitator

    Kapasitas yang harus dimiliki seorang fasititator atau yang lebih dikenal

    dengan nama widyaiswara menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan

    Aparatur Negara Nomor per/14/M.PAN/2009 tentang Jabatan Fungsional

    Widyaiswara dan Angka Kreditnya, pasal 1 ayat 9, dikembangkan

    menjadi 4 kemampuan dasar. Dimana dalam penjelasannya disebutkan

    bahwa Standar kompetensi adalah kemampuan minimal yang secara umum

    dimiliki oleh widyaiswara dalam menjalankan tugas, tanggung jawab dan

    wewenangnya untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS, yang

    terdiri atas : Kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    15/27

    15

    kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi substantif. Berdasarkan

    masukan masukan dari penyelenggara diklat maupun para alumni

    diklat, kita masih mendengar keluhan tentang kurangnya widyaiswara

    baik dalam salah satu atau bahkan semua kemampuan dasar widyaiswara

    tersebut. Sementara itu berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan

    Aparatur Negara nomor Per/14/M.PAN/2009 tentang Jabatan

    Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, kapasitas dan kompetensi

    widyaiswara dinilai berdasarkan aspek-aspek pendidikan secara formal,

    aktivitasnya dalam kegiatan pengembangan dan pelaksanaan diklat,

    aktivitas dalam pengembangan profesi serta aktivitas penunjang lainnya.

    Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kapasitas widyaiswara, ada

    beberapa hal yang dapat dilakukan oleh lembaga diklat daerah bekerjasama

    dengan Lembaga Administrasi Negara sebagai instansi Pembina, anatara

    lain:

    a. Kompetensi Widyaiswara

    Analisis kompetensi berguna untuk mengidentifikasi widyaiswara

    sehingga mendapatkan gambaran tentang : a). jumlah widyaiswara

    yang ada di lembaga diklat; b). jenis dan jenjang diklat yang telah

    diikuti oleh widyaiswara; c). kelompok mata diklat yang telah

    diampu oleh widyaiswara. Analisis terhadap peta kompetensi ini

    nantinya akan menggambarkan arah kebijakan yang harus diambil

    dalam rangka mengembangkan kemampuan para widyaiswara.

    Setidaknya, peta kompetensi ini akan meminimalisir hal-hal sebagai

    berikut:

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    16/27

    16

    - Adanya fenomena jumlah widyaiswara yang banyak tetapi tetap saja

    tidak cukup (many but never enough). Hal ini diakibatkan oleh

    penumpukan jumlah widyaiswara dengan keahlian mengajar mata

    diklat yang sama, dan cenderung mengajar pada program diklat yang

    sama. Harus diakui bahwa sebagain besar widyaiswara sekarang ini

    cenderung mengajar pada diklat prajabatan dan Diklatpim saja, bukan

    mengembangkan diklat teknis yang sangat dibutuhkan oleh

    kebanyakan instansi pemerintah di daerah.

    - Kurangnya pemberdayaan terhadap widyaiswara terutama yang

    berada di lembaga diklat kabupaten dan kota karena keterbatasan

    anggaran untuk pendidikan dan latihan serta kurangnya peluang

    untuk mengembangkan diri sesuai dengan jabatannya. Misalnya

    sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

    per/14/M.PAN/2009 tentang Jabatan Fungsional dan Angka

    Kreditnya, pada Bab IV pasal 8 ayat 1 tentang Rincian Kegiatan

    widyaiswara sesuai dengan jenjang jabatannya, bahwa untuk

    Widyaiswara madya sudah harus mengajarkan diklatpim.

    - Secara kelembagaan, fungsi konsultatif widyaiswara belum

    diberdayakan dengan optimal. Terutama keterlibatannya dalam proses

    menganalisis kebutuhan diklat, merancang program dan kurikulum

    diklat baik fungsional dan teknis samapi dengan monitoring dan

    evaluasi pelaksanaan diklat. Dimana widyaiswara akan bisa

    memberikan masukan bagi terciptanya keputusan terbaik pimpinan

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    17/27

    17

    demi meningkatkan kualitas penyelenggaraan diklat dan prestasi kerja

    lembaga diklat secara keseluruhan.

    b. Akreditasi Sertifikasi Kompetensi Widyaiswara

    Akreditasi adalah pengakuan formal oleh instansi Pembina bahwa

    seorang widyaiswara itu telah memenuhi standar kompetensi sesuai

    dengan jabatan dan pangkat yang didudukinya. Sedangkan sertifikasi

    adalah pemberian bukti berupa piagam atau sertifikat bahwa yang

    bersangkutan kompeten atau tidak. Kedua instrument ini umumnya

    dilakukan sebagai proses pengujian apakah seorang layak atau tidak

    mendapatkan suatu status tertentu yang dilaksanakan oleh lembaga yang

    berwenang dalam bidang itu. Dalam konteks widyaiswara, akreditasi dan

    sertifikasi akan dilakukan untuk menguji apakah seorang widyaiswara itu

    kompeten untuk mengajar suatu mata diklat tertentu dan dilakukan

    secara periodic (misalnya 2 tahun sekali). Proses akreditasi dan

    sertifikasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa mereka yang telah

    diangkat sebagai widyaiswara akan terus menerus menjaga

    profesionalismenya sehingga kiprah dalam proses pembelajaran diklat

    tetap maksimal.

    c. Penyelenggaraaan Diklat Kewidyaiswaraan

    Secara umum, saat ini LAN telah mengembangkan tiga jenis TOT

    untuk para widyaiswara yaitu:

    - TOT berjenjang yang dilaksanakan agai para widyaiswara sesuai

    dengan jenjang yang saat ini didudukinya, misalnyawidyaiswara

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    18/27

    18

    pertama wajib mengikuti TOT Berjenjang Tingkat Pertama, dan

    widyaiswara utama wajib mengikuti TOT berjenjang tingkat

    Utama.

    - TOT Substantif yang bertujuan untuk memberikan pemahaman

    materi yang lebih mendalam kepada para widyaiswara dalam suatu

    mata diklat atau topic tertentu, misalnya pendalaman untuk materi

    diklatpim III maka seorang widyaiswara harus mengikuti TOT

    substantif Diklatpim Tingkat III.

    - TOT metode pembelajaran yang bertujuan untuk memperdalam

    bagaimana menyampaikan materi materi pelajaran kepada para

    peserta diklat secara efektif, misalnya TOT Metode pembelajaran

    efektif, TOT metode studi kasus dll.

    4. Monitoring Dan Evaluasi

    Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik oleh pihak luar

    maupun dalam untuk menjamin bahwa pelaksanaan suatu kegiatan itu sesui

    dengan apa yang telah ditetapkan, sesuai prosedur, aturan hukum, serta

    peran dan fungsi masing-masing. Dan fokus monitoring lebih ditekankan

    pada proses pelaksanaan tugas. Sedangkan evaluasi berasal dari kata dasar

    value (nilai) adalah suatu pemeriksaan (penyelidikan yang sistemis tentang

    manfaat atau kegunanaan sesuatu berdasarkan standar tertentu (A joint

    Commintee on Standard for Evaluation). Sehingga evaluasi diartikan

    sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar maupun dalam untuk

    mengetahui apakah tujuan dari suatu kegiatan atau program telah

    tercapai atau tidak. Fokus evaluasi adalah untuk menentukan apakah

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    19/27

    19

    program itu harus dilanjutkan atau dihentikan, atau harus dilakukan

    perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang. Dengan diperkuat lagi

    oleh pendapat Chelimsy dan Sadish (1997) berdasarkan hasil International

    Evaluation Conference DI Vancouver Canada menyimpulkan ada tiga

    perspektif dalam evaluasi, yaitu: 1). Evaluation for accountability; 2).

    Evaluation for Development, dan 3).Evaluation for knowledge. Unsur-unsur

    yang akan dimonitor dan evaluasi mencakup seluruh aspek-aspek

    pengeloaan kediklatan, yaitu:

    a. Analisis Kebutuhan Diklat

    b. Tujuan Diklat dan pencapaian standar kompetensi

    c. Materi diklat

    d. Metode dan teknik penyampaian

    e. Peserta Diklat

    f. Widyaiswara

    g. Proses pembelajaran

    h. Sarana dan prasarana

    Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi diklat, pimpinan lembaga diklat

    harus memiliki komitmen yang kuat untuk peningkatan kualitas

    penyelenggaraan diklat. Komitmen ini dapat ditunjukkan dengan melakukan

    dua proses monitoring dan evaluasi yaitu internal dan eksternal pengawasan

    dan evaluasi diklat. Pengawasan dan evaluasi internal dapat dilakukan

    dengan menunjuk pengawas (assessor) yang diberi tugas untuk melakukan

    pengawasan terhadap penyelenggaraan diklat. Pengawasan secara eksternal

    dilakukan dengan mengijinkan pengawas dari instansi Pembina (LAN)

    untuk melakukan kunjungan pengawasan ( monitoring visit) terhadap proses

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    20/27

    20

    pembelajaran diklat. Kedua proses ini mengarah pada encapaian kualitas

    pembelajaran diklat yang tinggi. Dengan melakukan pengawasan dan

    evaluasi yang tepat, kita berharap bahwa kualitas penyelenggaraan diklat

    menuju peningkatan kompetensi aparatur akan terus meningkat. Yang

    terpenting adalah harus ada komitmen antara pengawas, evaluator, dan

    pejabat structural baik dari penyelenggara maupun instansi Pembina.

    E. Kualitas Diklat

    Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan hanya akan dapat diselenggarakan

    apabila segenap nsur dari kediklatan dapat dipenuhi. Berdasarkan PP nomor 101

    tahun 2000, unsur kediklatan terdiri atas :

    1. Tenaga kediklatan yakni widyaisawara, pengelola dan tenaga kediklatan

    lainnya

    2. Sarana dan prasarana

    Mutu dari setiap unsur kediklatan akan mempengaruhi kuliatas dari keluaran

    pendidikan dan pelatihan, disamping struktur kurikulum dari setiap jenis diklat,

    manajemen penyelenggaraan diklat juga akan mempengaruhi keseluruhan proses

    pembelajaran dalam diklat.

    Kualitas manajeman penyelengg araan diklat di tunjukkan dengan :

    1. Tersedianya rencana menyeluruh penyelenggaraan diklat

    2. Terdapatnya kurikulum yang terinci

    3. Terdapatnya penjadwalan dari setiap mata pelajaran

    4. Terdapatnya widyaiswara yang sesuai dengan mata ajar yang di berikan

    5. Tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    21/27

    21

    6. Rencana tindak darurat apabila widyaiswara atau unsur lainnya mendapat

    gangguan.

    Disamping itu, penyelenggaraan diklat harus dilakukan oleh suatu organisasi

    tertentu yang memiliki kewenangan yang memadai serta menjalankan birokrasi

    yang minimal.

    F. Efektifitas Diklat

    Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan efektifitas pendidikan dan pelatihan

    antara lain adalah materi diklat dan penyajian materi oleh widyaiswara, ketepatan

    materi. Tingkat ketepatan materi diklat dipengaruhi oleh dua hal, pertama materi

    yang diberikan dalam diklat adalah materi yang memang perlu dikuasai oleh

    pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Pemberian materi yang tidak diperlukan

    dalam tugas hanya membuang sumber daya. Kedua, materi diklat adalah materi

    yang memang belum di kuasai oleh peserta diklat. Pemberian materi yang suadah

    dikuasai hanya akan menurunkan motifasi belajar peserta. Dengan demikian

    materi yang seharusnya diberikan adalah materi yang perlu di kuasai oleh pegawai

    untuk melaksanakan tugasnya, namun materi itu belum dimilikinya. Untuk

    menentukan materi yang perlu diberikan dalam diklat, salah satu metode yang

    paling terkenal adalah training need analysis (analisis kebutuhan pelatihan). Dari

    aspek penyajian materi, efektifitas diklat setidaknya dipengaruhi oleh kemampuan

    penyaji dalam menguasai materi dan kemampuan untuk menyajikan materi.

    Sekedar menguasai materi tanpa menyadari pentingnya pengemasan materi

    menjadi menarik cenderung akan membuat peserta tidak termotivasi untuk

    mengikuti penyajian. Aspek penyajian/pengemasan ini menjadi penting karena

    peserta diklat adalah orang dewasa, bukan anak-anak atau remaja. Orang dewasa

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    22/27

    22

    mempunyai karakteristik tertentu dalam menyerap materi baru. Anak-anak dengan

    mudah mengahafal, bertahan berjam-jam dalam situasi ceramah, tetapi tidak

    demikian halnya dengan orang dewasa. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa

    dari satu sisi materi diklat harus tepat (diperlukan tapi belum dikuasai peserta) dan

    materi yang tepat tersebut disajikan oleh widyaiswara yang memang

    menguasainya dan mampu mengemas sajiannya sesuai dengan karakteristik target

    audiencenya. Dengan demikian profesionalisme widyaiswara setidaknya

    dipengaruhi oleh pemenuhan kedua syarat tersebut. Widyaiswara yang

    professional harus mampu menentukan materi yang tepat, menguasai materi

    tersebut, dan memiliki kemampuan menyajikan materi sesuai dengan kondisi

    peserta diklat. Salah satu komponen yang sangat penting di dalam

    penyelenggaraan diklat PNS adalah widyaiswara yang merupakan pegawai negeri

    sipil yang di angkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang

    dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar , dan melatih

    pegawai negeri sipil pada lembaga pendidikan dan pelatihan pemerintah.

    Widyaiswara sangat berperan dalam menghasilkan alumni yang sesuai dengan

    kompetensi yang ingin di hasilkan dari diklat tersebut. Widyaiswara di

    persyaratkan untuk mampu memberikan pelatihan secara tatap muka atau di alam

    bebas, ditempat kerja dan jarak jauh. Selain itu juga widyaiswara di harapkan

    mampu untuk menjadi fasilitator pada setiap kesempatan pada masa pembelajaran.

    Profesionalisme widyaiswara akan sangat mempengaruhi kinerja widyaiswara

    dalam menjalankan tugasnya.

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    23/27

    23

    G. Kondisi Kediklatan Saat Ini

    Kondisi jumlah PNS dibandingkan dengan jumlah widyaiswara sebagai tenaga

    pendidikan dan pelatihan dapat di asumsikan tidak berimbang namun demikian

    sampai saat ini pula belum ada kajian rasio minimal jumlah PNS dalam suatu

    daerah memerlukan berapa widyaiswara dan berapa jenis kompetensinya. Dari

    sejumlah widyaiswara yang ada masih belum mencukupi kebutuhan, lebih-lebih

    apabila dilihat dari penyebaran. Kekurangan jumlah widyaiswara dan rasio

    kebutuhan widyaiswara setiap daerah perlu segera dikaji khususnya untuk

    pelaksanaan diklat bagi PNS bekerja di kabupaten/ kota yang menunjukkan

    jumlah. Pada awalnya profesi ini kurang menarik dan diminati dan di jadikan

    tempat penampungan bagi pejabat yang akan memasuki usia pensiun atau bagi

    pejabat yang merasa karirnya mendek karena beberapa hal. Dalam kondisi yang

    demikian jabatan widyaiswara memiliki citra yang kurang baik yaitu kumpulan

    pegawai yang sedang menunggu atau memperpanjang usia pensiun, atau pegawai

    yang merasa terbuang sehingga terkesan tidak loyal, frustasi, bertindak aneh-aneh

    dan bahkan mengarah sebagai provokator. Keadaan ini tentunya tidak sejalan

    dengan tujuan pemerintah menerbitkan PP Nomor 101 tahun 2000 tentang jabatan

    widyaiswara.

    H. Kondisi Ideal Kediklatan

    Apabila kita merujuk kepada tujuan kediklatan bagi pegawai negeri, maka kondisi

    ideal kediklatan sebagaimana yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah

    nomor 101 tahun 2000 yaitu bahwa diklat bertujuan untuk :

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    24/27

    24

    1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat

    melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan di landasi kepribadian

    dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.

    2. Menciptakan aparaur yang mampu bereperan sebagai pembaharu dan perekat

    persatuan dan kesatuan bangsa.

    3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada

    pelayanan, pengayoman, dan pemeberdayaan masayarakat

    4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola piker dalam melaksanakan

    tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya

    kepemerintahan yang baik

    Tujuan diklat tersebut dapat tercapai apabila didukung oleh sistem kediklatan

    yang kuat. Untuk itu program diklat perlu di rancang sebaik mungkin agar tujuan

    tersebut dapat dicapai.

    Agar program diklat tersebut dapat mencapai tujuan ada beberapa sasaran yang

    perlu harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

    Saat ini penempatan pegawai ataupun penyelenggaraan program diklat belum

    didasarkan kepada kompetensi. Kondisi ideal adalah dijadikannya

    kompetensi sebagai acuan dalam penempatan dan penyelenggaraan program-

    program diklat.

    Belum semua penyelanggaraan diklat saat ini memiliki kualifikasi yang

    memadai. Untuk itu prasyarat utama yang harus dipenuhi adalah standar

    kompetensi pengelola diklat yang terdiri dari standar kompetensi

    widyaiswara dan standar kompetensi pengelola diklat.

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    25/27

    25

    Widyaiswara dan pengelola diklat yang saat ini dianggap memiliki

    kompetensi tidak pernah di lakukan evaluasi secara berkala terhadap

    kompetensinya, untuk itu kompetensi ideal yang semestinya adalah adanya

    system akreditasi dan sertifikasi bagi widyaiswara dan pengelola diklat.

    Agar diklat yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan maka sebelumnya

    perlu di lakukan analisis kebutuhan diklat

    Program diklat yang ada saat ini belum semuanya memiliki standar

    kompetensi yang ingin di capai kalaupun ada yang sudah memiliki banyak

    yang belum jelas dan masih bersifat abstrak. Oleh karena itu perlu disusun

    program diklat berdasarkan standar kompetensi.

    Diklat di berikan kepada seorang pegawai jika ada kesenjangan kompetensi

    yang dimiliki pegawai tersebut dengan standar yang di tetapkan. Oleh karena

    itu sebelum pegawai di ikutsertakan dalam program diklat perlu adanya

    assessment kompetensi

    Diklat akan memeberikan kinerja yang baik jika di selanggarakan oleh

    lembaga diklat yang mempunyai kualifikasi untuk menyelenggarakan.

    Meskipun koordinasi secara implisit dalam berbagai peraturan kediklatan

    telah di sebutkan, namun dalam pelaksanaannya masih menemukan kendala.

    Oleh karena itu perlu adanya mekanisme koordinasi antar lembaga diklat

    Monitoring dan evaluasi saat ini belum berjalan dengan baik salah satunya

    karena instrument dan mekanisme monitoring dan avaluasi belum jelas.,

    serta tidak ada personil khusus yang bertugas melaksanakan monitoring dan

    evaluasi. Oleh karena itu perlu adanya mekanisme dan instrument monitoring

    dan evaluasi yang lebih jelas, serta personil khusus yang melakukan

    monitoring dan evaluasi pada setiap penyelenggaraan diklat.

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    26/27

    26

    Sebagaimana disebutkan bahwa diklat di lakukan untuk meningkatkan

    kompetensi. Kompetensi adalah prasyarat untuk prestasi. Maka dalam system

    pengembangan karier yang didasarkan pada merit system, diklat harus terkait

    dengan pola pengembangan karir PNS

    I. Penutup

    1. Untuk mendukung agar Diklat bisa berkualitas maka diperlukan sinergitas

    daripada lembaga diklat, widyaiswara, dan pengelola diklat yang profesional,

    kurikulum yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pogram diklat, ketersediaan

    sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan diklat.

    2. Penyelenggaraan diklat aparatur harus direncanakan sedemikian rupa,

    sehingga memenuhi kebutuhan PNS dalam mengatasi kesenjangan

    kompetensinya.

    3. Pemerintah perlu menyelesaikan beberapa permasalahan kediklatan, antara

    lain belum adanya standar kompetensi PNS yang ingin dicapai dalam diklat,

    kurangnya SDM kediklatan yang mempunyai kompetensi, SDM kediklatan

    meliputi widyaiswara dan penyelenggara diklat, kurang optimalnya daya

    dukung kelembagaan diklat, kurang berjalannya monitoring dan evaluasi

    kediklatan.

  • 7/23/2019 Peran Diklat

    27/27

    27

    Daftar Pustaka

    Buku :

    AQF, 2005, Handbook of Qualification Framework.

    Arief Furkan, 20 04 , Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Pustaka Pelajar,Yogyakarta

    Chelimsky, E and Shadish, W.R., 1997, Evaluation for 21th Century: A

    handbook, Thousand Oaks Sage.

    Handoko Hani, 2007, Manajemen Personalia dan Sumber Daya manusia, BPEE

    UGM, Yogyakarta

    Hayat, Bahrul, Ph.D, 2011, Perubahan Menuju Perbaikan Presentasi tentang

    Penerapan Reformasi Birokarasi, Kementerian Agama RI, Jakarta.

    Krina, P. Loina Lalolo, 2003, Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,

    Transparansi dan Partisipasi, Bappenas, Jakarta.

    LAN RI, 2009, Bahan Diklat bagi Pengelola Diklat: Evaluasi Diklat, LAN, Jakarta

    Purwanto dan Atwi Suparman, 1999, Evaluasi Program Diklat, STIA LAN Pess,

    Jakarta

    Simson John & Edmund Weiner, 1989, Oxford English Dictionary,: Oxford

    University Press, United Kingdom

    Suparman, R., 2010, Model Program Pengembangan Karir Pegawai Berbasis Diklat

    Pada PKP2A1 LAN, Jurnal Diklat Aparatur. Volume 6: Nomor 2 :

    2010, PKP2A I LAN, Bandung

    Suprijanto, H, 2005, Pendidikan Orang Dewasa , Bumi Aksara , Jakarta

    UNDP, 1997, Governance for Sustainable Development A Policy Document,

    UNDP, New York

    Dokumen :

    Undang-Undang RI nomor 54 tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

    Undang-Undang RI nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas UU nomor 8 th

    1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

    Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan

    Jabatan PNS

    Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor per/14/M.PAN/2009

    tentang Jabatan Fungsional dan Angka KreditnyaKeputusan Lepala LAN RI nomor 193/XIII/10/6/2001 tentang Pedoman Umum

    Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS

    Jurnal Diklat Aparatur volume 3 nomor 1 tahun 2007 Pusat Kajian dan Diklat

    LAN, Jakarta

    Akses Internet :

    Website BKD dan Diklat Provinsi NTB : http:///bkddiklat.ntbprov.go.id (diakses 28

    Agustus 2013).